Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH SEMINAR KE-SD-AN

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


REALISTIK INDONESIA (PMRI)

DI SUSUN OLEH :
MAR’ATUS SHOLEHA
NPM : 5019055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PGRI SILAMPAI
(UNPARI LUBUKLINGGAU)
TAHUN 2022

i
HALAMAN PERSETUJUAN

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK


INDONESIA (PMRI)

MAR’ATUS SHOLEHA
5019055

Makalah ini dibuat untuk memenuhi sebagai persyaratan


untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah Seminar Ke SD an

Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing

Dr. Victor Pandra, M.Pd


NIDN. 0220058503

Mengetahui,
Ketua Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Tio Gusti Satria, M.Pd.


NIDN. 0212089301

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat
dan hidah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah Seminar Ke-
SD-an yang berjudul “Model Pembelajaran PMRI (Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia”.
Dalam penulisan makalahi ini dapat terlaksana atas dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, penulis
mengucapkan terima kasih banyak kepada :
1. Bapak Dr. Rudi Erwandi M.Pd selaku Rektor Universitas PGRI Silampari
(UNPARI).
2. Bapak Tio Gusti Satria M.Pd selaku Dekan Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar.
3. Bapak Dr. Victor Pandra selaku Dosen Pembimbing Makalah Seminar Ke-
SD-an.
4. Bapak dan Ibu Dosen Universitas PGRI Silampari Lubuklinggau
(UNPARI).
5. Kepada kedua orang tua saya yang selalu memberikan do’a dan motivasi
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
6. Teman-teman yang saling memberikan semangat dan berjuang bersama
dalam menyelesaikan makalah seminar ke-SD an ini.
Penulis sudah berupaya untuk menyelesaikan makalah seminar ke-SD an
ini, tetapi masih banyak kekurangan dari segi isi dan tata bahasa. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
agar dapat bermanfaat untuk kita semua.

Lubuklinggau, Juni 2022

Mar’atus sholeha

iii
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. ii
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
ABSTRAK.................................................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN................................................................... ....... 1
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan......................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 3
BAB II KAJIAN TEORI........................................................................... 4
A. Deskripsi Teori............................................................................ 4
1. Belajar ................................................................................... 4
2. Pembelajaran ........................................................................ 4
3. Model Pembelajaran ............................................................. 5
4. Model Pembelajaran PMRI .................................................. 6
5. Prinsip Model Pembelajaran PMRI ...................................... 7
6. Karakteristik Model Pembelajaran PMRI ............................ 11
7. Langkah-langkah Model Pembelajaran PMRI ..................... 16
8. Kelebihan Model Pembelajaran PMRI.................................. 19
9. Kekurangan Model Pembelajaran PMRI............................... 21
B. Penelitian yang relevan .............................................................. 25
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................... 29
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 38
A. Kesimpulan ................................................................................ 38
B. Saran …………………………………………………................ 40
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 41

iv
ABSTRAK

Model pembelajaran matematika realistik Indonesia merupakan suatu proses


kegiatan belajar mengajar yang menggunakan konteks dunia nyata atau kehidupan
sehari-hari untuk memahami konsep dan menyelesaikan masalah dalam
pembelajaran matematika, dengan prinsip-prinsipnya antara lain: menemukan
kembali terbimbing dan pematematikaan progesif, fenomena didaktik dan model
dibangun sendiri oleh siswa, serta memiliki karakteristik diantaranya: penggunaan
konteks, penggunaan model, penggunaan kontribusi dari siswa sendiri,
interaktifitas dalam proses pengajaran, terintegrasi dengan berbagai topik
pengajaran lainnya dan memberikan kesempatan untuk mengkonstruksi atau
membangun pemaham tentang konsep. Langkah-langkah model pembelajaran
pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI) diantaranya: persiapan
(memahami masalah kontekstual), pembukaan (menjelaskan masalah
kontekstual), proses pembelajaran (membandingkan dan mendiskusikan jawaban)
dan penutup (menarik kesimpulan). Kelebihan model pembelajaran pendidikan
matematika realistik Indonesia (PMRI) yaitu: mampu memotivasi peserta didik
belajar lebih giat karena mereka merasakan bahwa pembelajaran matematika
berguna, PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa
tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari dan tentang
kegunaan matematika pada umumnya, PMR atu RME memberikan pengertian
yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang
kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa, memberikan
pengertian yang jelas dan operasioanl kepada siswa bahwa cara penyelesaian
suatu soal atau masalah tidak harus dengan cara tunggal, memberikan pengertian
yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa dalam mempelajari matematika,
proses matematika merupakan suatu yang utama dan memadukan kelebihan-
kelebihan dari berbagai pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap
unggul. Kelemahan model pembelajaran pendidikan matematika realistik
Indonesia (PMRI) diantaranya : guru dituntut tidak hanya membuat LKS dan
menyiapkan bahan ajar atau media pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-
prinsip PMRI, tetapi juga dalam mengembangkan ide dan kreatifitas dalam
menyusun RPP, LKS dan media pembelajaran, belum terdistribusinya buku-buku
berbasis pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI), kurangnya pelatihan
dan workshop pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI), kurangnya
pendampingan guru oleh ahli pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI),
pemahaman tentang PMR dan pengimplementasian PMR membutuhkan
paradigma, yaitu perubahan pandangan yang sangat mendasar mengenai berbagai
hal, upaya mendorong siswa agar bisa menemukan cara untuk menyelesaikan
setiap soal juga merupakan tantangan tersendiri, proses pengembangan
kemampuan berpikir siswa dengan memulai soal-soal kontekstual, proses
matematisasi horizontal dan proses matematisasi vertikal juga bukan sesuatu yang
sederhana dan pemilihan alat peraga harus cermat.
Kata Kunci : Model Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI).

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber
daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetisi dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka dari itu, pendidikan di
Indonesia pada saat ini menerapkan kurikulum 2013 yang menuntut siswa
untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran. Siswa harus
berfikir kritis serta mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya untuk
merubah tatanan kehidupan akibat perkembangan zaman pada saat ini. Guru
juga harus menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan, yaitu
dengan mengaitkan proses pembelajaran di kelas dengan konteks yang ada di
lingkungan masyarakat atau konteks yang benar-benar nyata dan pernah
dialami oleh siswa. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dengan
matematika, karena matematika mengangkat konteks permasalahan dunia
nyata yang nantinya akan dibahas dalam suatu konsep matematika. Maka dari
itu pembelajaran matematika diberikan pada jenjang sekolah dasar sampai
dengan sekolah menengah atas, bertujuan untuk mempersiapkan siswa
menghadapi perubahan zaman dan membekali siswa agar memiliki
kemampuan berpikir logis, kreatif, kritis serta inovatif.
Terdapat beberapa model pembelajaran yang mengarah pada kemampuan
berpikir logis, kreatif, kritis serta inovatif antara lain model pembelajaran
problem solving, problem based leraning (PBL), problem posing, discovey
learning dan pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI).
Dibandingkan dengan model pembelajaran tersebut, model pembelajaran
pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI) lebih diunggulkan karena
dapat menciptakan proses pembelajaran yang baik dan efisien khususnya
pada pembelajaran matematika serta membangun perubahan belajar siswa
yang mengangkat dunia nyata sebagai suatu proses permasalahan. Model
pembelajaran ini mengutamakan pentingnya masalah kontekstual dan

1
pengembangan model pembelajaran, sehingga permasalahan dalam
pembelajaran matematika dapat terselesaikan. Model pembelajaran
pendidikan matematika realistik Indonesia (PMR) dikembangkan khusus
untuk matematika guna memperbaiki pendidikan matematika di Indonesia
yang menganggap bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit
untuk dipelajari. Model pembelajaran ini juga dapat membantu peserta didik
untuk berfikiri kritis, aktif, kreatif, inovatif dalam proses pembelajaran, dapat
mengembangkan daya nalar. Model pembelajaran yang sudah disebutkan
diatas memiliki beberapa kelemahan diantaranya sulitnya mencari problem
atau masalah yang relevan, sering terjadi miss-konsepsi, perlu adanya
persiapan mental terlebih dahulu, sedangkan model pembelajaran pendidikan
matematika realistik Indonesia lebih diunggulkan karena memiliki sedikit
kelemahan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengambil judul “Model
Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indoensia (PMRI)”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI) ?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan asalah di atas, maka makalah ini bertujuan :
1. Mengetahui model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI) ?

2
D. Manfaat Penelitian
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Bagi Siswa
Sebagai motivasi belajar agar siswa lebih memahami proses
pembelajaran melalui model pembelajaran Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) yang sesuai dengan kenyataan.
2. Bagi Pendidik
Sebagai salah satu acuan bagi guru dalam mengajar dengan
menggunakan model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI) agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan
efektif.
3. Bagi Sekolah
Dapat memberikan sumbangan untuk meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah melalui model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI).
4. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan sebagai calon guru
untuk mengetahui model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengajar khususnya pada mata pelajaran matematika.

3
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori
1. Belajar
Menurut Fathurrohman, M (2017:8) belajar adalah proses mental yang
terjadi dalam diri seseorang untuk memperoleh penguasaan dan
penyerapan informasi dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik
melalui proses interaksi antara individu dengan lingkungan digunakan
dengan mendeskripsikan perubahan potensi perilaku yang berasal dari
pengalaman, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku yang
bersifat positif baik perubahan dalam aspek pengetahuan, perilaku maupun
psikomotorik yang sifatnya permanen.
Menurut Pane, A & Dasopang, M. D (2017:335) belajar pada
hakikatnya adalah perubahan perilaku sebagai hasil interaksi antara
individu dengan lingkungannya.
Menurut Suardi, M (2018:11) belajar merupakan perubahan dalam diri
seseorang yang dapat dinyatakan dengan adanya penguasaan pola
sambutan yang baru, berupa pemahaman, keterampilan dan sikap sebagai
hasil proses hasil pengalaman yang dialami.
Menurut beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan proses aktivitas mental yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku (perubahan sikap, pengetahuan
dan keterampilan) menjadi lebih baik dari sebelumnya yang didapat dari
hasil interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.

2. Pembelajaran
Menurut Fathurrohman, M (2017:36) kata “pembelajaran” adalah
terjemahan dari “instruction”, yang banyak dipakai dalam dunia
pendidikan di Amerika Serikat. Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan

4
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap
dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran
adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan
baik
Menurut Helmiati (2012:19) pembelajaran dapat diartikan sebagai
proses membelajarkan peserta didik atau membuat peserta didik belajar
(make student learn). Tujuannya ialah membantu peserta didik belajar
dengan memanipulasi lingkungan dan merekayasa kegiatan serta
menciptakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa untuk
melalui, mengalami atau melakukannya.
Menurut Syam, S, dkk (2022:118) pembelajaran merupakan upaya yang
sistematis untuk memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar, sehingga
kegiatan pembelajaran yang dilakukan sangat berkaitan erat dengan jensi
belajar dan hasil belajar.
Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan segala upaya yang dilakukan oleh guru untuk
membantu siswa dalam proses belajar yang berguna untuk mendapatkan
hasil dari proses pembelajaran tersebut sehingga bisa lebih baik dari
sebelumnya.

3. Model Pembelajaran
Menurut Helmiati (2012:19) model pembelajaran adalah bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara
khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, strategi
dan teknik pembelajaran.
Menurut Isrok’atun dan Amelia, R (2018:36) menyatakan bahwa model
pembelajaran suatu pola rancangan yang menggambarkan proses interaksi
siswa dengan guru, yang mengacu pada sintak pembelajaran mulai dari
awal sampai akhir dengan menerapkan berbagai macam cara kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Model

5
pembelajaran dijadikan sebagai rancangan secara keseluruhan yang
mencakup pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik dalam proses
pembelajaran.
Sedangkan menurut Alimah dan Marianti (2016:13) bahwa model
pembelajaran merupakan cara pembelajaran yang memiliki tujuan dan
sintaks tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sintaks
penyelenggaraan model pembelajaran diterapkan dengan berbagai macam
kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan karakteristik model tersebut.
Guru dapat merancang langkah-langkah pembelajaran yang mengacu pada
sintaks model pembelajaran.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran merupakan pola interaksi antara guru dan siswa
dalam proses pembelajaran yang menyangkut pendekatan, metode,
strategi, teknik dan taktik yang disesuaikan dengan sintaks masing-masing
guna untuk mencapai tujuan pembelajaran.

4. Model Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia


(PMRI)
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan
adaptasi dari Realistic Mathematics Education (RME), teori pembelajaran
yang dikembang di Belanda sejak tahun 1970-an oleh Hans Freudenthal.
Menurut Fathurrohman (2015:189) bahwa PMRI dapat diartikan
sebagai cara mengajar dengan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menyelidiki dan memahami konsep matematika melalui suatu
masalah dalam situasi yang nyata.
Menurut Widyastuti & Pujiastuti (2014) pendidikan matematika
realistik Indonesia (PMRI) merupakan aktivitas belajar yang mengaitkan
pembelajaran matematika dengan kehidupan nyata siswa dalam kegiatan
sehari-hari.
Menurut Rifandi (2017) bahwa pendidikan matematika realistik
Indonesia (PMRI) menggunakan realitas dan keadaan yang dapat

6
dibayangkan oleh siswa untuk digunakan dalam proses pembelajaran guna
mencapai tujuan pembelajaran matematika yang dirumuskan. Dunia nyata
digunakan sebagai titik awal didalan PMRI untuk pengembangan ide dan
konsep dalam pembelajaran matematika.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran matematika realistik Indonesia merupakan adaptasi
dari Realistic Mathematics Education (RME), teori pembelajaran yang
dikembang di Belanda sejak tahun 1970-an oleh Hans Freudenthal. Model
pembelajaran pendidikan matematika realistik indonesia (PMRI) suatu
proses kegiatan belajar mengajar yang menggunakan konteks dunia nyata
atau kehidupan sehari-hari untuk memahami konsep dan menyelesaikan
masalah dalam pembelajaran matematika.

5. Prinsip dalam Model Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik


Indonesia (PMRI)
Dalam model pembelajaran pendidikan matematika realistik indonesia
(PMRI) terdapat prinsip-prinsip yang harus kita ketahui.
Menurut Fathurrohman (2015:19) bahwa prinsip-prinsip model
pembelajaran pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI), yaitu :
a. Guided Reinvention (Menemukan Kembali)
Prinsip ini menghendaki bahwa dalam pembelajaran matematika
realistik dari masalah yang diberikan oleh guru diawal pembelajaran,
kemudian dalam menyelesaikan masalah, siswa diarahkan dan diberi
bimbingan terbatas sehingga siswa mengalami proses menemukan
kembali konsep, prinsip, sifat-sifat dan rumus.
b. Didactical Phenomenology (Fenomena Pembelajaran)
Situasi-situasi dalam suatu topik materi jika disajikan atas dua
pertimbangan, yaitu melihat kemungkinan aplikasi dalam pengajaran
dan untuk dipertimbangkan pantas tidaknya masalah kontekstual
digunakan sebagai poin-poin untuk suatu proses belajar matematika.
c. Self-developed Models (Pengembangan Model Sendiri)

7
Model-model yang dibangun berfungsi sebagai jembatan antara
pengetahuan informal dan formal matematika. Model dibuat sendiri
dalam memecahkan masalah.
Menurut terdapat Johar, I, dkk (2021: 23-24) 3 prinsip dalam model
pembelajaran pendidikan matematika realistik indonesia, antara lain :
a. Guided Reinvention and Progressive Mathematizing (Penemuan
Kembali Terbimbing dan Pematematikaan Progesif)
Melalui topik-topik matematika yang disajikan, siswa diberikan
kesempatan untuk membangaun dan menemukan kembali ide-ide dan
konsep-konsep matematika. Pembelajaran tidak diawali dari “sifat” atau
“definisi” atau “teorema” atau “aturan” dan diikui dengan “contoh-
contoh penerapannya”, tetapi justru dimulai dengan masalah
kontekstual atau rill dan selanjutnya melalui aktivitas, siswa diharapkan
dapat menemukan kembali sifat, definisi, rumus dan sebagainya.
Dengan demikian, siswa membangun sendiri pengetahuan dengan
bimbingan guru. Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme
berkaitan dengan pembentukan pengetahuan.
Selanjutnya, matematisasi atau pematikaan atau proses mematikakan
merupakan upaya untuk mengarahkan kepada pemikiran matematika.
Dikatakan “progressive” karena terdapat dua tahap matematisasi, yaitu
matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal yang berawal dari
masalah rill atau nyata dan berakhir pada matematika yang formal.
b. Didactical Phenomenology (Fenomena Didaktik)
Topik-topik matematika yang diajarkan berasal dari fenomena
sehari-hari atau masalah yang dapat dibayangkan yang dipilih dengan
dua pertimbangan, yaitu aplikasinya dan kontribusinya untuk
perkembangan matematika. Prinsip ini menekankan pada pentingnya
masalah kontekstual untuk memperkenalkan topik-topik matematika
kepada siswa. Hal itu dilakukan untuk mempertimbangkan aspek
kecocokan masalah kontekstual atau masalah yang nyata disajikan
dengan topik-topik matematika yang diajarkan serta konsep, prinsip,

8
rumus dan prosedur matematika yang akan ditemukan kembali oleh
siswa dalam pembelajaran.
c. Self-developed Models (Model Dibangun Sendiri oleh Siswa)
Baik dalam matematisasi horizontal maupun matematisasi vertikal,
diharapkan model dibangun sendiri oleh siswa. Siswa menggunakan
model pemecahan informal berkembang menjadi model yang formal.
Model-model yang dibangun berfungsi sebagai jembatan antara
pengetahuan informal dan matematika formal. Untuk menyelesaikan
masalah kontekstual, siswa diberi kebebasan untuk membangun sendiri
model matematika terkait dengan masalah kontekstual yang
dipecahkan. Sebagai konsekuensi dari kebebasan itu, sangat
dimungkinkan muncul berbagai model yang dibangun siswa.
Selanjutnya melalui negosiasi dan bimbingan guru model-model
tersebut diharapkan berkembang dan mengarah kepada bentuk
matematika formal.
Menurut Anita, I.W (2015:54) pembelajaran matematika realistik
mempunyai tiga prinsip kunci, yaitu :
a. Guide Reinvention (Menemukan Kembali) / Progressive Methematizin
(Matematisasi Progresif).
Peserta didik harus diberi kesempatan untuk mengalami proses yang
sama sebagaimana konsep-konsep matematika ditemukan.
b. Didactical Phenomenology (Fenomena Didaktik)
Situasi-situasi yang diberikan dalam suatu topik matematika yang
disajikan atas dua pertimbangan, yaitu melihat kemungkinan aplikasi
dalam mengajarkan dan sebagai titik tolak dalam proses
pematematikaan.
c. Self Developed Models (Pengembangan Model Sendiri)
Kegiatan ini berperan sebagai jembatan pengetahuan informal dan
matematika formal.
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip
model pembelajaran pendidikan matematika realistik Indonesia antara lain:

9
a. Guided Reinvention (Menemukan Kembali Terbimbing dan
Pematematikaan Progesif)
Melalui topik-topik matematika yang disajikan, siswa diberikan
kesempatan untuk membangaun dan menemukan kembali ide-ide dan
konsep-konsep matematika. Pembelajaran tidak diawali dari “sifat” atau
“definisi” atau “teorema” atau “aturan” dan diikui dengan “contoh-
contoh penerapannya”, tetapi justru dimulai dengan masalah
kontekstual atau rill. Masalah-masalah yang akan dipecahkan akan
diberikan oleh pendidik diawal pembelajaran.
Selanjutnya dalam menyelesaikan masalah peserta didik diarahkan
dan diberi bimbingan terbatas sehingga peserta diddik mengalami
proses menemukan kembali konsep, prinsip, sifat-sifat dan rumus.
Dengan demikian, peserta didik membangun sendiri pengetahuan
dengan bimbingan guru. Hal ini sesuai dengan pandangan
kontruktivisme berkaitan dengan pembentukan pengetahuan.
Selanjutnya, matematisasi atau pematikaan atau proses mematikakan
merupakan upaya untuk mengarahkan kepada pemikiran matematika.
Dikatakan “progressive” karena terdapat dua tahap matematisasi, yaitu
matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal yang berawal dari
masalah rill atau nyata dan berakhir pada matematika yang formal.
b. Didactical Phenomenology (Fenomena Didaktik)
Topik-topik matematika yang diajarkan berasal dari fenomena
sehari-hari atau masalah yang dapat dibayangkan yang dipilih dengan
dua pertimbangan, yaitu aplikasi dalam pengajaran dan untuk
dipertimbangkan pantas tidaknya masalah kontekstual digunakan serta
kontribusinya sebagai poin-poin dalam proses belajar matematika
Prinsip ini menekankan pada pentingnya masalah kontekstual untuk
memperkenalkan topik-topik matematika kepada siswa. Hal itu
dilakukan untuk mempertimbangkan aspek kecocokan masalah
kontekstual atau masalah yang nyata disajikan dengan topik-topik
matematika yang diajarkan serta konsep, prinsip, rumus dan prosedur

10
matematika yang akan ditemukan kembali oleh siswa dalam
pembelajaran.
c. Self-developed Models (Model Dibangun Sendiri oleh Siswa)
Baik dalam matematisasi horizontal maupun matematisasi vertikal,
diharapkan model dibangun sendiri oleh siswa untuk memecahkan
masalah. Siswa menggunakan model pemecahan informal berkembang
menjadi model yang formal. Model-model yang dibangun berfungsi
sebagai jembatan antara pengetahuan informal dan matematika formal.
Untuk menyelesaikan masalah kontekstual, siswa diberi kebebasan
untuk membangun sendiri model matematika terkait dengan masalah
kontekstual yang dipecahkan. Sebagai konsekuensi dari kebebasan itu,
sangat dimungkinkan muncul berbagai model yang dibangun siswa.
Selanjutnya melalui negosiasi dan bimbingan guru model-model
tersebut diharapkan berkembang dan mengarah kepada bentuk
matematika formal.

6. Karakteristik dalam Model Pembelajaran Pendidikan Matematika


Realistik Indonesia (PMRI)
Menurut Fathurrohman (2015:193) menyatakan bahwa PMRI memiliki
lima karakteristik, yaitu :
a. The Use of Context (Penggunaan Konteks)
Konteks dalam PMRI ini adalah konteks “Dunia Nyata” yang tidak
hanya sebagai sumber matematisasi tetapi juga sebagai tempat untuk
mengaplikasikan kembali matematika. Pembelajaran matematika
realistik diawali dengan masalah-masalah yang nyata, sehinga dapat
menggunakan pengalaman sebelumnya secara langsung.
b. The Use of Models (Penggunaan Model)
Istilah model ini berkaitan dengan model situasi dan model
matematika yang dikembangkan oleh siswa sendiri. Dan berperan
sebagai jembatan bagi siswa dari situasi real ke situasi abstrak atai dari
matematika informal ke matematika formal. Artinya siswa membuat

11
model sendiri dalam menyelesaikan masalah. Model situasi merupakan
model yang dekat dengan dunia nyata siswa.
c. The Use of Students Own Production and Construction (Penggunaan
Kontribusi dari Siswa Sendiri)
Strategi-strategi formal siswa yang berupa prosedur pemecahan
masalah kontekstual merupakan sumber inspirasi dalam pengembangan
pembelajaran lebih lanjut yaitu untuk mengkonstruksi pengetahuan
matematika formal.
d. The Interactive Character of Teaching Process (Interaktifitas dalan
Proses Pengajaran)
Interaktif antara siswa dengan guru merupakan hal yang mendasar
dalam pembelajaran matematika realistic. Bentuk-bentuk interaktif
antara siswa dengan guru niasanya berupa negosiasi, penjelasan,
pembenaran, setuju, tidak setuju, pertanyaan, digunakan untuk
mencapai bentuk formal dari bentuk-bentuk informal siswa.
e. The Intergration of Various Learning Strands (Terintegrasi dengan
Berbagai Topik Pengajaran Lainnya)
Menggunakan keterkaitan dalam pembelajaran matematika realistik.
Dalam pembelajaran ada keterkaitan dengan bidang yang lain, jadi kita
harus memperhatikan juga bidang-bidang yang lainnya karena akan
berpengaruh pada pemecahan masalah. Keterkaitan sesame topic dalam
matematika ini biasanya berupa keterkaitan antara materi yang
diarjarkan dengan materi sebelumnya atau materi yang akan datang.
Menurut Treffers (dalam Wijaya, 2011:21) karakteristik model
pembelajaran pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI) antara
lain:
a. Penggunaan Konteks
Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal
pembelajaran matematika. Konteks tidak harus berupa masalah dunia
nyata namun bisa dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga
atau situasi lain selama hal tersebut bermakna dan bisa dibayangkan

12
dalm pikiran siswa. Melalui penggunaan konteks siswa dilibatkan
secara aktif untuk melakukan kegiatan eksplorasi permasalahan. Hasil
eksplorasi siswa tidak hanya bertujuan untuk menemukan jawaban
akhir dari permasalahan yang diberikan, tetapi juga diajarkan untuk
mengembangkan strategi penyelesaian masalah yang bisa digunakan.
b. Penggunaan Model Untuk Matematisasi Progesif
Dalam Pendidikan Matematika Realistik, model digunakan dalam
melakukan matematisasi secara progesif. Penggunaan model berfungsi
sebagai jembatan (bridge) dari pengetahuan matematika tingkat formal.
c. Pemanfaatan Hasil Konstruksi Siswa
Mengacu pada pendapat Frudental bahwa matematika tidak
diberikan kepada siswa sebagai suatu produk yang siap dipakai tetapi
juga sebagai suatu konsep yang dibangun oleh siswa, maka dalam
Pendidikan Matematika Realistik siswa ditempatkan sebagai subjek
belajar. Siswa memiliki kebebasan untuk mengembangkan strategi
pemecahan masalah sehingga diharapkan akan diperoleh strategi yang
bervariasi. Hasil kerja dan konstruksi siswa selanjutnya digunakan
landasan pengembangan konsep matematika.
d. Interaktivitas
Proses belajar bukan hanya suatu proses individu melainkan juga
secara bersamaan merupakan suatu proses sosial. Proses belajar siswa
akan menjadi lebih singkat dan bermakna ketika siswa saling
mengkomunikasikan hasil kerja dan gagasan mereka.
e. Keterkaitan
Konsep-konsep dalam matematika tidak bersifat parsial, namun
banyak konsep matematika yang memiliki keterkaitan. Oleh karena itu,
konsep-konsep matematika tidak diperkenalkan kepada siswa secara
terpisah atau terisolasi satu sama lain. PMRI menempatkan keterkaitan
antar konsep matematika sebagai hal yang harus dipertimbangkan
dalam proses pembelajaran. Melalui keterkiatan ini, satu pembelajaran

13
matematika diharapkan bisa mengenalkan dan membangun lebih dari
satu konsep matematika secara bersamaan.
Menurut Widyaastuti & Pujiastuti (2014:188) karakteristik model
pembelajaran pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI) yaitu
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk
mengkonstruksi atau membangun pemahaman dan pengertiannya tentang
konsep yang baru dipelajarinya.
Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik model
pembelajaran pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI) yaitu :
a. The Use of Context (Penggunaan Konteks)
Pembelajaran matematika realistik diawali dengan masalah-masalah
yang nyata, sehingga dapat menggunakan pengalaman sebelumnya
secara langsung. Konteks atau permasalahan realistik digunakan
sebagai titik awal pembelajaran matematika. Konteks berupa masalah
dunia nyata dan bisa dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga
atau situasi lain selama hal tersebut bermakna dan bisa dibayangkan
dalm pikiran siswa. Melalui penggunaan konteks siswa dilibatkan
secara aktif untuk melakukan kegiatan eksplorasi permasalahan. Hasil
eksplorasi siswa tidak hanya bertujuan untuk menemukan jawaban
akhir dari permasalahan yang diberikan, tetapi juga diajarkan untuk
mengembangkan strategi penyelesaian masalah yang bisa digunakan.
b. The Use of Models (Penggunaan Model)
Dalam Pendidikan Matematika Realistik, model digunakan dalam
melakukan matematisasi secara progesif. Istilah model ini berkaitan
dengan model situasi dan model matematika yang dikembangkan oleh
siswa sendiri. Dan berperan sebagai jembatan (bridge) bagi siswa dari
situasi real ke situasi abstrak atau dari matematika informal ke
matematika formal. Artinya siswa membuat model sendiri dalam
menyelesaikan masalah. Model situasi merupakan model yang dekat
dengan dunia nyata siswa.

14
c. The Use of Students Own Production and Construction (Penggunaan
Kontribusi dari Siswa Sendiri)
Mengacu pada pendapat Frudental bahwa matematika tidak
diberikan kepada siswa sebagai suatu produk yang siap dipakai tetapi
juga sebagai suatu konsep yang dibangun oleh siswa, maka dalam
Pendidikan Matematika Realistik siswa ditempatkan sebagai subjek
belajar. Siswa memiliki kebebasan untuk mengembangkan strategi
pemecahan masalah sehingga diharapkan akan diperoleh strategi-
strategi formal siswa yang berupa prosedur pemecahan masalah
kontekstual dan bervariasi. Hasil kerja dan konstruksi siswa selanjutnya
digunakan landasan pengembangan konsep matematika.
d. The Interactive Character of Teaching Process (Interaktifitas dalan
Proses Pengajaran)
Interaktif antara siswa dengan guru merupakan hal yang mendasar
dalam pembelajaran matematika realistik. Bentuk-bentuk interaktif
antara siswa dengan guru biasanya berupa negosiasi, penjelasan,
pembenaran, setuju, tidak setuju, pertanyaan, digunakan untuk
mencapai bentuk formal dari bentuk-bentuk informal siswa. Proses
belajar siswa akan menjadi lebih singkat dan bermakna ketika siswa
saling mengkomunikasikan hasil kerja dan gagasan mereka.
e. The Intergration of Various Learning Strands (Terintegrasi dengan
Berbagai Topik Pengajaran Lainnya)
Konsep-konsep dalam matematika tidak bersifat parsial namun
banyak konsep matematika yang memiliki keterkaitan. Keterkaitan
sesama topik dalam matematika ini biasanya berupa keterkaitan antara
materi yang diarjarkan dengan materi sebelumnya atau materi yang
akan datang. Oleh karena itu, konsep-konsep matematika tidak
diperkenalkan kepada siswa secara terpisah atau terisolasi satu sama
lain. PMRI menempatkan keterkaitan antar konsep matematika sebagai
hal yang harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran. Melalui
keterkiatan ini, satu pembelajaran matematika diharapkan bisa

15
mengenalkan dan membangun lebih dari satu konsep matematika secara
bersamaan.
f. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk
mengkonstruksi atau membangun pemahaman dan pengertiannya
tentang konsep yang baru dipelajarinya.

7. Langkah-Langkah dalam Model Pembelajaran Pendidikan


Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
Menurut Shoimin (2014) langkah-langkah model pembelajaran
pendidikan mateatika realistik Indonesia (PMRI) antara lain:
a. Memahami masalah kontekstual
Guru memberikan masalah kontekstual, kemudian siswa diminta
untuk memahami masalah tersebut. Guru menjelaskan soal atau
masalah dengan memberikan petunjuk seperlunya terhadap bagian-
bagian tertentu yang belum dipahami siswa.
b. Menyelesaikan masalah kontekstual
Siswa secara individual diminta menyelesaikan masalah kontekstual
dengan caranya sendiri. Cara pemecahan dan jawaban masalah yang
berbeda lebih diutamakan. Pada tahap ini siswa dibimbing untuk
menemukan kembali tentang ide atau konsep atau definisi dari soal
matematika.
c. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban
Siswa diminta untuk mendiskusikan jawaban mereka dalam
kelompok kecil. Setelah itu, hasil dari diskusi itu dibandingkan pada
diskusi kelas yang dipimpin oleh guru. Pada tahap ini dapat digunakan
siswa untuk berlatih mengemukakan pendapat.
d. Menarik kesimpulan
Berdasarkan hasil diskusi kelompok dan diskusi kelas yang
dilakukan, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan tentang
konsep, definisi, teorema, prinsip atau prosedur matematika yang terkait
dengan masalah kontekstual yang baru diselesaikan.

16
Menurut Zulkardi (dalam Afandi, M dkk, 2013:36-37) langkah-langkah
dalam model pembelajaran matematika realistik Indonesia antara lain :
a. Persiapan
Selain menyiapkan masalah kontekstual, guru harus benar-benar
memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang
mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikkannya.
b. Pembukaan
Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran
yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata.
Kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut dengan
cara mereka sendiri.
c. Proses Pembelajaran
Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah
sesuai dengan penglamannya, dapat dilakukan secara perorangan
maupun secara kelompok. Kemudian setiap siswa atau kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain
dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil kerja
siswa atau kelompok penyaji. Guru mengamati jalannya diskusi kelas
dan memberi tangggapan sambil mengarahkan siswa atau kelompok
penyaji. Guru mengamati jalannya diskusi kelas dan memberi
tangggapan sambil mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi
terbaik serta menemukan aturan atau prinsip yang bersifat lebih umum.
d. Penutup
Setelah mencapi kesepakatan tentang strategi terbaik melalui diskusi
kelas, siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu. Pada
akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi dalam
bentuk matematika formal.
Menurut Widyaastuti & Pujiastuti (2014:188) langkah-langkah dalam
model pembelajaran matematika realistik Indonesia antara lain :
a. Memahami masalah kontekstual;
b. Menjelaskan masalah kontekstual;

17
c. Menyelesaikan masalah kontekstual;
d. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban dan
e. Menyimpulkan
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-
langkah model pembelajaran pendidikan matematika realistik Indonesia
(PMRI) yaitu :
a. Persiapan (memahami masalah kontekstual)
Dalan tahap ini guru memberikan masalah kontekstual, kemudian
siswa diminta untuk memahami masalah tersebut dan memiliki
berbagai strategi yang akan ditempuh dalam menyelesaikan masalah.
Guru menjelaskan soal atau masalah dengan memberikan petunjuk
seperlunya terhadap bagian-bagian tertentu yang belum dipahami siswa.
b. Pembukaan (menjelaskan masalah kontekstual)
Siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran yang dipakai,
diminta menyelesaikan masalah kontekstual dengan caranya sendiri dan
siswa dibimbing untuk menemukan kembali tentang ide atau konsep
atau definisi dari soal matematika.
c. Proses pembelajaran (membandingkan dan mendiskusikan jawaban)
Siswa diminta untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban
mereka dalam kelompok kecil. Setelah itu, hasil dari diskusi itu
dibandingkan pada diskusi kelas yang dipimpin oleh guru dan di
presentasikan di depan kelas. Pada tahap ini dapat digunakan siswa
untuk berlatih mengemukakan pendapat. Guru juga berperan dalam
mengamati jalannya diskusi kelas dan memberi tangggapan sambil
mengarahkan siswa atau kelompok penyaji dan mengarahkan untuk
mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau prinsip yang
bersifat lebih umum.
e. Penutup (menarik kesimpulan)
Berdasarkan hasil diskusi kelompok dan diskusi kelas yang
dilakukan, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan tentang
konsep, definisi, teorema, prinsip atau prosedur matematika yang terkait

18
dengan masalah kontekstual yang baru diselesaikan. Pada akhir
pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi dalam bentuk
matematika formal.

8. Kelebihan dalam Model Pembelajaran Pendidikan Matematika


Realistik Indonesia (PMRI)
Dalam model pembelajaran realistic mathematics education (RME) atau
dalam bahasa Indonesia disebut pendidikan matematika realistik ini
memiliki beberapa keunggulan.
Menurut Nurfadilah, dkk (2021) kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh
model pembelajaran RME atau pendidikan matematika realitik antara
lain:
a. Berbasis pada kondisi nyata
b. Mampu memotivasi peserta didik belajar lebih giat karena mereka
merasakan bahwa pembelajaran matematika berguna.
Menurut Suwarsono (Ningsing, 2014:83) kelebihan model
pembelajaran matematika realistik Indonesia ini antara lain :
a. PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa
tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari
dan tentang kegunaan matematika pada umumnya
Pembelajaran matematika realistik atau dikenal dengan RME
membuka wawasan siswa mengenai keterkaitan matematika dengan
peristiwa kehidupan. Dengan demikian, siswa menyadari penerapan
ilmu matematika yang bermanfaat dalam kehidupan dan berguna dalam
menyelesaikan masalah diberbagai bidang
b. PMR atu RME memebrikan pengertian yang jelas dan operasional
kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dapat
dikonstruksi dandikembangkan sendiri oleh siswa
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjadi seorang
peneliti dalam membangun suatu konsep matematika. Siswa dapat
mengkonstruksi materi. Pengalaman kegiatan belajar secara langsung

19
ini memberikan dampak positf kepada siswa untuk selalu mengingat
konsep materi yang telah diperoleh.
c. Memberikan pengertian yang jelas dan operasioanl kepada siswa bahwa
cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus dengan cara
tunggal
Selama proses pembelajaran, siswa diberi kebebasan menggunakan
berbagai macam cara berdasarkan pola pikir dalam menyelesaikan
masalah kontekstual. Kegiatan ini menghasilkan berbagai gagasan atau
ide dalam proses pemecahan masalah. Dengan demikian, siswa dapat
menambah wawasan mengenani cara penyelesaian masalah yang
beragam.
d. Memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa
dalam mempelajari matematika, proses matematika merupakan suatu
yang utama
Penerapan model ini menekankan pada proses pembelajaran
dibandingkan dengan hasil. Proses pembelajaran matematika dilakukan
siswa secara mandiri melalui berbagai kegiatan belajar. Melalui
kegiatan dalam proses pembelajaran, siswa dapat memecahkan masalah
dan dapat mengaplikasikannya dalam konsep matematika yang selaras
ataupun dalam bidang lain serta dalam kehidupan. Dengan demikian,
dapat menanamkan kegiatan belajar bermakna bagi siswa.
e. Memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai pendekatan
pembelajaran yang lain yang dianggap unggul
Pembelajaran matematika dapat dilakukan dengan berbagai macam
cara yang disesuaikan dengan karakteristik materi ajar. Pembelajaran
matematika berlandaskan pada konstruktivistik yang menempatkan
siswa sebagai subjek belajar, yang memberi pengaruh lebih unggul
dalam meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.
Berbagai pembelajaran matematika yang unggul mempunyai kelebihan
masing-masing. Kelebihan-kelebihan pembelajaran tersebut dipadukan

20
menjadi satu dalam model pendidikan matematika realistic atau realistic
mathematics education (RME)
Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI) memiliki kelebihan
diantaranya :
a. Mampu memotivasi peserta didik belajar lebih giat karena mereka
merasakan bahwa pembelajaran matematika berguna
b. PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa
tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari dan
tentang kegunaan matematika pada umumnya
Pembelajaran matematika realistik atau dikenal dengan RME membuka
wawasan siswa mengenai keterkaitan matematika dengan peristiwa
kehidupan. Dengan demikian, siswa menyadari penerapan ilmu
matematika yang bermanfaat dalam kehidupan dan berguna dalam
menyelesaikan masalah diberbagai bidang.
c. PMR atu RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada
siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dapat
dikonstruksi dandikembangkan sendiri oleh siswa
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjadi seorang peneliti
dalam membangun suatu konsep matematika. Siswa dapat mengkonstruksi
materi. Pengalaman kegiatan belajar secara langsung ini memberikan
dampak positf kepada siswa untuk selalu mengingat konsep materi yang
telah diperoleh.
d. Memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa
cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus dengan cara tunggal
Selama proses pembelajaran, siswa diberi kebebasan menggunakan
berbagai macam cara berdasarkan pola pikir dalam menyelesaikan
masalah kontekstual. Kegiatan ini menghasilkan berbagai gagasan atau ide
dalam proses pemecahan masalah. Dengan demikian, siswa dapat
menambah wawasan mengenani cara penyelesaian masalah yang beragam.

21
e. Memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa
dalam mempelajari matematika, proses matematika merupakan suatu yang
utama
Penerapan model ini menekankan pada proses pembelajaran
dibandingkan dengan hasil. Proses pembelajaran matematika dilakukan
siswa secara mandiri melalui berbagai kegiatan belajar. Melalui kegiatan
dalam proses pembelajaran, siswa dapat memecahkan masalah dan dapat
mengaplikasikannya dalam konsep matematika yang selaras ataupun
dalam bidang lain serta dalam kehidupan. Dengan demikian, dapat
menanamkan kegiatan belajar bermakna bagi siswa.
f. Memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai pendekatan pembelajaran
yang lain yang dianggap unggul
Pembelajaran matematika dapat dilakukan dengan berbagai macam
cara yang disesuaikan dengan karakteristik materi ajar. Pembelajaran
matematika berlandaskan pada konstruktivistik yang menempatkan siswa
sebagai subjek belajar, yang memberi pengaruh lebih unggul dalam
meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Berbagai
pembelajaran matematika yang unggul mempunyai kelebihan masing-
masing. Kelebihan-kelebihan pembelajaran tersebut dipadukan menjadi
satu dalam model pendidikan matematika realistik realistic mathematics
education (RME).

9. Kekurangan dalam Model Pembelajaran Pendidikan Matematika


Realistik Indonesia (PMRI)
Dalam setiap model pembelajaran pasti memiliki kekurangan, begitu
juga dengan model pembelajaran pendidikan matematika realistik
Indonesia (PMRI). Menurut Anita, I.W (2015:57) kekuarangan model
pembelajaran pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI) :
a. Pembelajaran PMRI menuntut guru untuk tidak hanya membuat LKS
dan menyiapkan bahan ajar atau media pembelajaran yang sesuai dan
sejalan dengan prinsip-prinsip PMRI, tetapi juga dalam

22
mengembangkan ide dan kreatifitas dalam menyusun RPP, LKS dan
media pembelajaran.
b. Belum terdistribusinya buku-buku berbasis pendidikan matematika
realistik Indonesia (PMRI).
c. Kurangnya pelatihan dan workshop pendidikan matematika realistik
Indonesia (PMRI).
d. Kurangnya pendampingan guru oleh ahli pendidikan matematika
realistik Indonesia (PMRI).
Menurut Hobri (dalam Isrok’atun dan Rosmala, A 2018:77-78)
beberapa kekurangan dalam model pembelajaran matematika realistik
Indonesia (PMRI) antara lain :
a. Pemahaman tentang PMR dan pengimplementasian PMR
membutuhkan paradigma, yaitu perubahan pandangan yang sangat
mendasar mengenai berbagai hal.
Penerapan model PMR membutuhkan perubahan-perubahan dari
berbagai elemen pembelajaran. Guru yang awalnya mentransfer
langsung materi ajar kepada siswa berubah peran sebagai fasilitator
yang menyediakan sarana dan prasarana belajar, serta membimbing
siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Siswa yang semula hanya
mendengarkan penjelasan guru dalam menyampaikan materi, kini
berubaha menjadi lebih aktif melakukan berbagai kegiatan belajar.
Perubahan tersebut membutuhkan suatu pemahaman peran posisi sesuai
dengan karakter model PMR. Perubahan tersebut tidak dapat dilakukan
dengan mudah dan cepat, melakian perlu perancangan yang matang dan
pembahasan.
Pencarian soal-soal kontekstual sesuai dengan tuntutan PMR bukan
suatu pekerjaan yang mudah. Pemberian masalah kontekstual kepada
siswa dibutuhkan diberbagai macam pertimbangan yang mengacu pada
karakteristik model ini. Permasalahan yang disajikan harus mampu
memotivasi siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara mandiri.
Perumusan soal atau masalah kontekstual bukan suatu pekerjaan yang

23
mudah, karena ada beberapa syarat yang harus dipebuhi sesuai dengan
karakteristik model ini.
b. Upaya mendorong siswa agar dapat menemukan cara untuk
menyelesaikan soal juga merupakan tantangan tersendiri
Saat proses pembelajaran, siswa didorong untuk menyelesaikan
masalah sehingga menemukan suatu konsep matematika. Kegiatan
belajar seperti ini jarang dilakukan saat proses pembelajaran bisanya di
kelas. Hal ini berdampak pada kesulitan siswa dalam menyelesaikan
tantangan yang dihadapi dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
c. Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan memulai
soal-soal kontekstual, proses matematisasi horizontal dan proses
matematisasi vertikal juga bukan sesuatu yang sederhana.
Proses pembelajaran model ini berfokus pada penerapan materi
matematika didalam kehidupan. Kegiatan belajar diarahkan pada siswa
belajar dengan mengaitkan secara mandiri materi ajar dengan peristiwa
nyata, serta menggunakan matematika formal dalam
mengaplikasikannya. Kegiatan belajar ini masih dipandang sulit oleh
guru dan siswa. Guru kesulitan dalam merumuskan secara detail
langkah-langkah pembelajaran. Sedangkan siswa kesulitan dalam
melakukan kegiatan belajar yang dilakukan dan memerlukan bimbingan
guru yang intensif.
d. Pemilihan alat peraga harus cermat
Pemilhan alat peraga harus disesuaikan dengan materi ajar. Alat peraga
yang digunakan selama proses pembelajaran harus memudahkan siswa
dalam mengaitkan materi ajar dengan peristiwa di kehidupan. Dengan
demikian, pemilihan alat peraga ini juga membutuhkan pertimbangan
dan persiapan yang matang.
Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kekurangan model
pembelajaran pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI) antara
lain:

24
a. Pembelajaran PMRI menuntut guru untuk tidak hanya membuat LKS
dan menyiapkan bahan ajar atau media pembelajaran yang sesuai dan
sejalan dengan prinsip-prinsip PMRI, tetapi juga dalam
mengembangkan ide dan kreatifitas dalam menyusun RPP, LKS dan
media pembelajaran.
b. Belum terdistribusinya buku-buku berbasis pendidikan matematika
realistik Indonesia (PMRI).
c. Kurangnya pelatihan dan workshop pendidikan matematika realistik
Indonesia (PMRI).
d. Kurangnya pendampingan guru oleh ahli pendidikan matematika
realistik Indonesia (PMRI).
e. Pemahaman tentang PMR dan pengimplementasian PMR
membutuhkan paradigm, yaitu perubahan pandangan yang sangat
mendasar mengenai berbagai hal.
Penerapan model PMR membutuhkan perubahan-perubahan dari
berbagai elemen pembelajaran. Guru yang awalnya mentransfer
langsung materi ajar kepada siswa berubah peran sebagai fasilitator
yang menyediakan sarana dan prasarana belajar, serta membimbing
siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Siswa yang semula hanya
mendengarkan penjelasan guru dalam menyampaikan materi, kini
berubaha menjadi lebih aktif melakukan berbagai kegiatan belajar.
Perubahan tersebut membutuhkan suatu pemahaman peran posisi sesuai
dengan karakter model PMR. Perubahan tersebut tidak dapat dilakukan
dengan mudah dan cepat, melakian perlu perancangan yang matang dan
pembahasan.
Pencarian soal-soal kontekstual sesuai dengan tuntutan PMR bukan
suatu pekerjaan yang mudah. Pemberian masalah kontekstual kepada
siswa dibutuhkan diberbagai macam pertimbangan yang mengacu pada
karakteristik model ini. Permasalahan yang disajikan harus mampu
memotivasi siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara mandiri.
Perumusan soal atau masalah kontekstual bukan suatu pekerjaan yang

25
mudah, karena ada beberapa syarat yang harus dipebuhi sesuai dengan
karakteristik model ini.
f. Upaya mendorong siswa agar dapat menemukan cara untuk
menyelesaikan soal juga merupakan tantangan tersendiri
Saat proses pembelajaran, siswa didorong untuk menyelesaikan
masalah sehingga menemukan suatu konsep matematika. Kegiatan
belajar seperti ini jarang dilakukan saat proses pembelajaran bisanya di
kelas. Hal ini berdampak pada kesulitan siswa dalam menyelesaikan
tantangan yang dihadapi dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
g. Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan memulai
soal-soal kontekstual, proses matematisasi horizontal dan proses
matematisasi vertikal juga bukan sesuatu yang sederhana.
Proses pembelajaran model ini berfokus pada penerapan materi
matematika didalam kehidupan. Kegiatan belajar diarahkan pada siswa
belajar dengan mengaitkan secara mandiri materi ajar dengan peristiwa
nyata, serta menggunakan matematika formal dalam
mengaplikasikannya. Kegiatan belajar ini masih dipandang sulit oleh
guru dan siswa. Guru kesulitan dalam merumuskan secara detail
langkah-langkah pembelajaran. Sedangkan siswa kesulitan dalam
melakukan kegiatan belajar yang dilakukan dan memerlukan bimbingan
guru yang intensif.
h. Pemilihan alat peraga harus cermat
Pemilhan alat peraga harus disesuaikan dengan materi ajar. Alat
peraga yang digunakan selama proses pembelajaran harus memudahkan
siswa dalam mengaitkan materi ajar dengan peristiwa di kehidupan.
Dengan demikian, pemilihan alat peraga ini juga membutuhkan
pertimbangan dan persiapan yang matang.

B. Penelitian Yang Relevan


1. Penelitian yang dilakukan oleh Ika Wahyu Anita pada tahun (2015)
dengan judul “Analisis Pembelajaran Matematika Berbasis PMRI Pada

26
Sekolah Dasar Kelas II Di Kota Bandung”. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis penerapan pembelajaran matematika berbasis PMRI di kelas
2 Sekolah Dasar yang menerapkan PMRI. Penelitian kualitatif untuk
melihat sejauhmana kesesuaian pembelajaran yang diterapkan guru dengan
kaidah-kaidah, prinsip dan karakteristik PMRI yang ada. Hal ini sebagai
sarana evaluasi dan perbaikan terhadap proses pembelajaran. Dari
penelitian ini akan dideskripsikan dan dicari sumber-sumber permasalahan
dan kendala-kendala yang dihadapi guru selama menerapkan PMRI di
kelasnya, sehingga dapat dirumuskan solusi dari permasalahan tersebut.
Penelitian dilakukan menggunakan data kuesioner guru, data wawancara
dengan guru, observasi kelas selama pembelajaran dan dokumentasi
berupa foto. Hal ini dilakukan untuk dapat mengeksplorasi info sebanyak-
banyaknya.
2. Penelitian relevan yang kedua yaitu dilakukan oleh Astri Anggita Putri dan
Alberth Supriyanto Manurung pada tahun (2020) dengan judul “Penerapan
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan Senilai pada Siswa Kelas IV
SDN Jelambar Baru 01”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan
yang terjadi pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Jelambar Baru 01
yaitu terdapat siswa yang masih mengalami kesulitan dalam
menjawab soal matematika karena perolehan dari hasil belajar dan
ketuntasan belajar siswa masih rendah. Dari 28 siswa, hanya terdapat 8
siswa yang mendapatkan nilai di atas kriteria ketuntasan minimum
(KKM), sedangkan 20 siswa lainnya mendapatkan nilai di bawah
kriteria ketuntasan minimum (KKM), maka lebih banyak siswa yang
belum tuntas dibandingkan dengan siswa yang sudah tuntas. Hasil
penelitian ini menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa yang
dilihat dari perolehan persentase ketuntasan siklus I sebesar 60,71%,
sedangkan pada siklus II persentase ketuntasan meningkat menjadi
85,71%. Maka peningkatan yang terjadi dari siklus I ke siklus II adalah
25%.

27
3. Penelitian relevan selanjutnya dilakukan oleh Nur Sri Widyastuti dan
Pratiwi Pujiastuti dengan judul penelitian “Pengaruh Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Terhadap Pemahaman Konsep
Dan Berpikir Logis Siswa”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara pembelajaran matematika dengan
PMRI dan Direct Instrnuction (DI) dalam pembelajaran matematika materi
jarak dan kecepatan terhadap pemahaman konsep dan berpikir logis siswa,
terdapat pengaruh positif pembelajaran matematika dengan PMRI terhadap
pemahaman konsep siswa daripada Direct Instrnuction (DI) dan terdapat
pengaruh positif pembelajaran matematika dengan PMRI terhadap berpikir
logis siswa daripada Direct Instruction (DI) bagi siswa kelas V Sekolah
Dasar.

28
BAB III

PEMBAHASAN

1. Pengertian Model Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia


(PMRI)
Model pembelajaran pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI)
ini merupakan pengembangan dari realistic mathematics education (RME)
yang pertama kali dikembangkan di Belanda sejak tahun 1970 oleh Hans
Frudenthal. Model pembelajaran matematika realistik Indonesia merupakan
suatu proses kegiatan belajar mengajar yang menggunakan konteks dunia
nyata atau kehidupan sehari-hari untuk memahami konsep dan menyelesaikan
masalah dalam pembelajaran matematika.

2. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik


Indonesia (PMRI)
Model PMRI ini memiliki prinsip-prinsip dalam proses pelaksanaanya
antara lain :
a. Guided Reinvention (menemukan kembali terbimbing dan pematematikaan
progesif)
Melalui topik-topik matematika yang disajikan, siswa diberikan
kesempatan untuk membangaun dan menemukan kembali ide-ide dan
konsep-konsep matematika. Pembelajaran tidak diawali dari “sifat” atau
“definisi” atau “teorema” atau “aturan” dan diikui dengan “contoh-contoh
penerapannya”, tetapi justru dimulai dengan masalah kontekstual atau rill.
Masalah-masalah yang akan dipecahkan akan diberikan oleh pendidik
diawal pembelajaran.
Selanjutnya dalam menyelesaikan masalah peserta didik diarahkan dan
diberi bimbingan terbatas sehingga peserta diddik mengalami proses
menemukan kembali konsep, prinsip, sifat-sifat dan rumus. Dengan
demikian, peserta didik membangun sendiri pengetahuan dengan

29
bimbingan guru. Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme
berkaitan dengan pembentukan pengetahuan.
Selanjutnya, matematisasi atau pematikaan atau proses mematikakan
merupakan upaya untuk mengarahkan kepada pemikiran matematika.
Dikatakan “progressive” karena terdapat dua tahap matematisasi, yaitu
matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal yang berawal dari
masalah rill atau nyata dan berakhir pada matematika yang formal.
b. Didactical phenomenology (fenomena didaktik)
Topik-topik matematika yang diajarkan berasal dari fenomena sehari-
hari atau masalah yang dapat dibayangkan yang dipilih dengan dua
pertimbangan, yaitu aplikasi dalam pengajaran dan untuk dipertimbangkan
pantas tidaknya masalah kontekstual digunakan serta kontribusinya
sebagai poin-poin dalam proses belajar matematika Prinsip ini
menekankan pada pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan
topik-topik matematika kepada siswa. Hal itu dilakukan untuk
mempertimbangkan aspek kecocokan masalah kontekstual atau masalah
yang nyata disajikan dengan topik-topik matematika yang diajarkan serta
konsep, prinsip, rumus dan prosedur matematika yang akan ditemukan
kembali oleh siswa dalam pembelajaran.
d. Self-developed Models (model dibangun sendiri oleh siswa)
Baik dalam matematisasi horizontal maupun matematisasi vertikal,
diharapkan model dibangun sendiri oleh siswa untuk memecahkan
masalah. Siswa menggunakan model pemecahan informal berkembang
menjadi model yang formal. Model-model yang dibangun berfungsi
sebagai jembatan antara pengetahuan informal dan matematika formal.
Untuk menyelesaikan masalah kontekstual, siswa diberi kebebasan untuk
membangun sendiri model matematika terkait dengan masalah kontekstual
yang dipecahkan. Sebagai konsekuensi dari kebebasan itu, sangat
dimungkinkan muncul berbagai model yang dibangun siswa. Selanjutnya
melalui negosiasi dan bimbingan guru model-model tersebut diharapkan
berkembang dan mengarah kepada bentuk matematika formal.

30
3. Karakteristik Model Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI)
Model pembelajaran matematika realistik Indonesia (PMRI) ini memiliki
beberapa karakteristik diantarannya :
a. The Use of Context (penggunaan konteks)
Pembelajaran matematika realistik diawali dengan masalah-masalah
yang nyata, sehingga dapat menggunakan pengalaman sebelumnya secara
langsung. Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik
awal pembelajaran matematika. Konteks berupa masalah dunia nyata dan
bisa dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga atau situasi lain
selama hal tersebut bermakna dan bisa dibayangkan dalm pikiran siswa.
Melalui penggunaan konteks siswa dilibatkan secara aktif untuk
melakukan kegiatan eksplorasi permasalahan. Hasil eksplorasi siswa tidak
hanya bertujuan untuk menemukan jawaban akhir dari permasalahan yang
diberikan, tetapi juga diajarkan untuk mengembangkan strategi
penyelesaian masalah yang bisa digunakan.
b. The Use of Models (penggunaan model)
Dalam Pendidikan Matematika Realistik, model digunakan dalam
melakukan matematisasi secara progesif. Istilah model ini berkaitan
dengan model situasi dan model matematika yang dikembangkan oleh
siswa sendiri. Dan berperan sebagai jembatan (bridge) bagi siswa dari
situasi real ke situasi abstrak atau dari matematika informal ke matematika
formal. Artinya siswa membuat model sendiri dalam menyelesaikan
masalah. Model situasi merupakan model yang dekat dengan dunia nyata
siswa.
c. The Use of Students Own Production and Construction (penggunaan
kontribusi dari siswa sendiri)
Mengacu pada pendapat Frudental bahwa matematika tidak diberikan
kepada siswa sebagai suatu produk yang siap dipakai tetapi juga sebagai
suatu konsep yang dibangun oleh siswa, maka dalam Pendidikan
Matematika Realistik siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Siswa

31
memiliki kebebasan untuk mengembangkan strategi pemecahan masalah
sehingga diharapkan akan diperoleh strategi-strategi formal siswa yang
berupa prosedur pemecahan masalah kontekstual dan bervariasi. Hasil
kerja dan konstruksi siswa selanjutnya digunakan landasan pengembangan
konsep matematika.
d. The Interactive Character of Teaching Process (interaktifitas dalan proses
pengajaran)
Interaktif antara siswa dengan guru merupakan hal yang mendasar
dalam pembelajaran matematika realistik. Bentuk-bentuk interaktif antara
siswa dengan guru biasanya berupa negosiasi, penjelasan, pembenaran,
setuju, tidak setuju, pertanyaan, digunakan untuk mencapai bentuk formal
dari bentuk-bentuk informal siswa. Proses belajar siswa akan menjadi
lebih singkat dan bermakna ketika siswa saling mengkomunikasikan hasil
kerja dan gagasan mereka.
e. The Intergration of Various Learning Strands (terintegrasi dengan
berbagai topik pengajaran lainnya)
Konsep-konsep dalam matematika tidak bersifat parsial namun banyak
konsep matematika yang memiliki keterkaitan. Keterkaitan sesama topik
dalam matematika ini biasanya berupa keterkaitan antara materi yang
diarjarkan dengan materi sebelumnya atau materi yang akan datang. Oleh
karena itu, konsep-konsep matematika tidak diperkenalkan kepada siswa
secara terpisah atau terisolasi satu sama lain. PMRI menempatkan
keterkaitan antar konsep matematika sebagai hal yang harus
dipertimbangkan dalam proses pembelajaran. Melalui keterkiatan ini, satu
pembelajaran matematika diharapkan bisa mengenalkan dan membangun
lebih dari satu konsep matematika secara bersamaan.
f. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk
mengkonstruksi atau membangun pemahaman dan pengertiannya tentang
konsep yang baru dipelajarinya.

32
4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI)
Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran pendidikan
matematika realistik Indonesia (PMRI) diantaranya :
a. Persiapan (memahami masalah kontekstual)
Dalam tahap ini guru memberikan masalah kontekstual, kemudian
siswa diminta untuk memahami masalah tersebut dan memiliki berbagai
strategi yang akan ditempuh dalam menyelesaikan masalah. Guru
menjelaskan soal atau masalah dengan memberikan petunjuk seperlunya
terhadap bagian-bagian tertentu yang belum dipahami siswa.
b. Pembukaan (menjelaskan masalah kontekstual)
Siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran yang dipakai,
diminta menyelesaikan masalah kontekstual dengan caranya sendiri dan
siswa dibimbing untuk menemukan kembali tentang ide atau konsep atau
definisi dari soal matematika.
c. Proses Pembelajaran (membandingkan dan mendiskusikan jawaban)
Siswa diminta untuk mendiskusikan jawaban mereka dalam kelompok
kecil. Setelah itu, hasil dari diskusi itu dibandingkan pada diskusi kelas
yang dipimpin oleh guru dan dipresentasikan di depan kelas. Pada tahap
ini dapat digunakan siswa untuk berlatih mengemukakan pendapat. Guru
juga berperan dalam mengamati jalannya diskusi kelas dan memberi
tangggapan sambil mengarahkan siswa atau kelompok penyaji dan
mengarahkan untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan
atau prinsip yang bersifat lebih umum.
d. Penutup (menarik kesimpulan)
Berdasarkan hasil diskusi kelompok dan diskusi kelas yang dilakukan,
guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan tentang konsep,
definisi, teorema, prinsip atau prosedur matematika yang terkait dengan
masalah kontekstual yang baru diselesaikan. Pada akhir pembelajaran
siswa harus mengerjakan soal evaluasi dalam bentuk matematika formal.

33
5. Kelebihan Model Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI)
Kelebihan model pembelajaran pendidikan matematika realistik Indonesia
(PMRI) antara lain :
a. Mampu memotivasi peserta didik belajar lebih giat karena mereka
merasakan bahwa pembelajaran matematika berguna
b. PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa
tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari dan
tentang kegunaan matematika pada umumnya
Pembelajaran matematika realistic atau dikenal dengan RME membuka
wawasan siswa mengenai keterkaitan matematika dengan peristiwa
kehidupan. Dengan demikian, siswa menyadari penerapan ilmu
matematika yang bermanfaat dalam kehidupan dan berguna dalam
menyelesaikan masalah diberbagai bidang
c. PMR atu RME memebrikan pengertian yang jelas dan operasional kepada
siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dapat
dikonstruksi dandikembangkan sendiri oleh siswa
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjadi seorang peneliti
dalam membangun suatu konsep matematika. Siswa dapat mengkonstruksi
materi. Pengalaman kegiatan belajar secara langsung ini memberikan
dampak positf kepada siswa untuk selalu mengingat konsep materi yang
telah diperoleh.
d. Memberikan pengertian yang jelas dan operasioanl kepada siswa bahwa
cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus dengan cara tunggal
Selama proses pembelajaran, siswa diberi kebebasan menggunakan
berbagai macam cara berdasarkan pola pikir dalam menyelesaikan
masalah kontekstual. Kegiatan ini menghasilkan berbagai gagasan atau ide
dalam proses pemecahan masalah. Dengan demikian, siswa dapat
menambah wawasan mengenani cara penyelesaian masalah yang beragam.

34
e. Memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa
dalam mempelajari matematika, proses matematika merupakan suatu yang
utama
Penerapan model ini menekankan pada proses pembelajaran
dibandingkan dengan hasil. Proses pembelajaran matematika dilakukan
siswa secara mandiri melalui berbagai kegiatan belajar. Melalui kegiatan
dalam proses pembelajaran, siswa dapat memecahkan masalah dan dapat
mengaplikasikannya dalam konsep matematika yang selaras ataupun
dalam bidang lain serta dalam kehidupan. Dengan demikian, dapat
menanamkan kegiatan belajar bermakna bagi siswa.
f. Memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai pendekatan pembelajaran
yang lain yang dianggap unggul
Pembelajaran matematika dapat dilakukan dengan berbagai macam
cara yang disesuaikan dengan karakteristik materi ajar. Pembelajaran
matematika berlandaskan pada konstruktivistik yang menempatkan siswa
sebagai subjek belajar, yang memberi pengaruh lebih unggul dalam
meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Berbagai
pembelajaran matematika yang unggul mempunyai kelebihan masing-
masing. Kelebihan-kelebihan pembelajaran tersebut dipadukan menjadi
satu dalam model pendidikan matematika realistik realistic mathematics
education (RME).

6. Kelemahan Model Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia


(PMRI)
Kelemahan model pembelajaran pendidikan matematika realistik indonesia
(PMRI) antara lain :
a. Pembelajaran PMRI menuntut guru untuk tidak hanya membuat LKS dan
menyiapkan bahan ajar atau media pembelajaran yang sesuai dan sejalan
dengan prinsip-prinsip PMRI, tetapi juga dalam mengembangkan ide dan
kreatifitas dalam menyusun RPP, LKS dan media pembelajaran

35
b. Belum terdistribusinya buku-buku berbasis pendidikan matematika
realistik Indonesia (PMRI)
c. Kurangnya pelatihan dan workshop pendidikan matematika realistik
Indonesia (PMRI)
d. Kurangnya pendampingan guru oleh ahli pendidikan matematika realistik
Indonesia (PMRI)
e. Upaya mengimplementasikan PMR membutuhkan perubahan pandangan
yang sangat mendasar mengenai berbagai hal yang tidak mudah
dipraktikkan, misalnya mengenai siswa, guru dan peranan soal
kontekstual.
Penerapan model PMR membutuhkan perubahan-perubahan dari
berbagai elemen pembelajaran. Guru yang awalnya mentransfer langsung
materi ajar kepada siswa berubah peran sebagai fasilitator yang
menyediakan sarana dan prasarana belajar, serta membimbing siswa dalam
melakukan kegiatan belajar. Siswa yang semula hanya mendengarkan
penjelasan guru dalam menyampaikan materi, kini berubaha menjadi lebih
aktif melakukan berbagai kegiatan belajar. Perubahan tersebut
membutuhkan suatu pemahaman peran posisi sesuai dengan karakter
model PMR. Perubahan tersebut tidak dapat dilakukan dengan mudah dan
cepat, melakian perlu perancangan yang matang dan pembahasan.
Pencarian soal-soal kontekstual sesuai dengan tuntutan PMR bukan
suatu pekerjaan yang mudah. Pemberian masalah kontekstual kepada
siswa dibutuhkan diberbagai macam pertimbangan yang mengacu pada
karakteristik model ini. Permasalahan yang disajikan harus mampu
memotivasi siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara mandiri.
Perumusan soal atau masalah kontekstual bukan suatu pekerjaan yang
mudah, karena ada beberapa syarat yang harus dipebuhi sesuai dengan
karakteristik model ini.
f. Upaya mendorong siswa agar dapat menemukan berbagai cara untuk
menyelesaikan soal

36
Saat proses pembelajaran, siswa didorong untuk menyelesaikan
masalah sehingga menemukan suatu konsep matematika. Kegiatan belajar
seperti ini jarang dilakukan saat proses pembelajaran bisanya di kelas. Hal
ini berdampak pada kesulitan siswa dalam menyelesaikan tantangan yang
dihadapi dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
g. Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui soal-soal
kontekstual, proses matematisasi horizontal dan proses matematisasi
vertikal juga bukan merupakan sesuatu yang sederhana, karena proses dan
mekanisme berpikir siswa dalam melakukan penemuan kembali terhadap
konsep-konsep matematika tertentu
Proses pembelajaran model ini berfokus pada penerapan materi
matematika didalam kehidupan. Kegiatan belajar diarahkan pada siswa
belajar dengan mengaitkan secara mandiri materi ajar dengan peristiwa
nyata, serta menggunakan matematika formal dalam mengaplikasikannya.
Kegiatan belajar ini masih dipandang sulit oleh guru dan siswa. Guru
kesulitan dalam merumuskan secara detail langkah-langkah pembelajaran.
Sedangkan siswa kesulitan dalam melakukan kegiatan belajar yang
dilakukan dan memerlukan bimbingan guru yang intensif.
h. Pemilihan alat peraga harus cermat
Pemilhan alat peraga harus disesuaikan dengan materi ajar. Alat peraga
yang digunakan selama proses pembelajaran harus memudahkan siswa
dalam mengaitkan materi ajar dengan peristiwa di kehidupan. Dengan
demikian, pemilihan alat peraga ini juga membutuhkan pertimbangan dan
persiapan yang matang.

37
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Model pembelajaran matematika realistik Indonesia (PMRI) merupakan
suatu proses kegiatan belajar mengajar yang menggunakan konteks dunia
nyata atau kehidupan sehari-hari untuk memahami konsep dan
menyelesaikan masalah dalam pembelajaran matematika, dengan prinsip-
prinsipnya: menemukan kembali terbimbing dan pematematikaan progesif,
fenomena didaktik dan model dibangun sendiri oleh siswa, serta memiliki
karakteristik diantaranya: penggunaan konteks, penggunaan model,
penggunaan kontribusi dari siswa sendiri, interaktifitas dalam proses
pengajaran, terintegrasi dengan berbagai topik pengajaran lainnya dan
memberikan kesempatan untuk mengkonstruksi atau membangun
pemaham tentang konsep.
2. Langkah-langkah model pembelajaran pendidikan matematika realistik
Indonesia (PMRI) diantaranya: persiapan (memahami masalah
kontekstual), pembukaan (menjelaskan masalah kontekstual), proses
pembelajaran (membandingkan dan mendiskusikan jawaban) dan penutup
(menarik kesimpulan).
3. Kelebihan model pembelajaran pendidikan matematika realistik Indonesia
(PMRI) yaitu: mampu memotivasi peserta didik belajar lebih giat karena
mereka merasakan bahwa pembelajaran matematika berguna, PMR
memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa tentang
keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari dan tentang
kegunaan matematika pada umumnya, PMR atu RME memberikan
pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa matematika
adalah suatu bidang kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan
sendiri oleh siswa, memberikan pengertian yang jelas dan operasioanl
kepada siswa bahwa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus

38
dengan cara tunggal, memberikan pengertian yang jelas dan operasional
kepada siswa bahwa dalam mempelajari matematika, proses matematika
merupakan suatu yang utama dan memadukan kelebihan-kelebihan dari
berbagai pendekatan pembelajaran yang lain yang dianggap unggul
4. Kelemahan model pembelajaran pendidikan matematika realistik
Indonesia (PMRI) diantaranya : guru dituntut tidak hanya membuat LKS
dan menyiapkan bahan ajar atau media pembelajaran yang sesuai dengan
prinsip-prinsip PMRI, tetapi juga dalam mengembangkan ide dan
kreatifitas dalam menyusun RPP, LKS dan media pembelajaran, belum
terdistribusinya buku-buku berbasis pendidikan matematika realistik
Indonesia (PMRI), kurangnya pelatihan dan workshop pendidikan
matematika realistik Indonesia (PMRI), kurangnya pendampingan guru
oleh ahli pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI), pemahaman
tentang PMR dan pengimplementasian PMR membutuhkan paradigma,
yaitu perubahan pandangan yang sangat mendasar mengenai berbagai hal,
upaya mendorong siswa agar bisa menemukan cara untuk menyelesaikan
setiap soal juga merupakan tantangan tersendiri, proses pengembangan
kemampuan berpikir siswa dengan memulai soal-soal kontekstual, proses
matematisasi horizontal dan proses matematisasi vertikal juga bukan
sesuatu yang sederhana dan pemilihan alat peraga harus cermat.

B. Saran
Penulis berharap guru dapat memilih model pembelajaran yang tepat
khususnya pada pembelajaran matematika, yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI). Model
pembelajaran ini membantu peserta didik untuk berfikiri kritis, aktif, kreatif,
inovatif dalam proses pembelajaran guna memecahkan masalah-masalah
dunia nyata dalam matematika.

39
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, M. Chamalah, E. Wardani, O.P. 2013. Model dan Metode Pembelajaran


Di Sekolah. Semarang : Sultan Agung Press.
Alimah, S dan Marianti,A. 2016. Jelajah Alam Sekitar: Pendekatan, Strategi,
Model, dan Metode Pembelajaran Biologi Berkarakter untuk Konservasi.
Semarang: FMIPA UNNES
Anita, I.W. 2015. Analisis Pembelajaran Matematika Berbasis PMRI Pada
Sekolah Dasar Kelas II Di Kota Bandung. Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP
Siliwangi (2)1.
Fathurrohman, M. 2017. Belajar dan Pembelajaran Modern; Konsep Dasar,
Inovasi dan Teori Pembelajaran. Yogyakarta : Garudhawaca.
Fathurrohman, M. 2015. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta : AR-
RUZZ MEDIA.
Helmiati. 2012. Model Pembelajaran. Yogyakarta : Aswaja Pressindo
Isrok’atun dan Rosmala, Amelia. 2018. Model-Model Pembelajaran Matematika.
Jakarta : Bumi Aksara.
Johar, I dkk. 2021. Membangun Kelas Yang Demokratis Melalui Pendidikan
Matematika Realistik. Aceh : Syiah Kuala University Press.
Nurfadilah, I., Hepsi, Fatah, A. 2021. Using realistic mathematics education in
mathematical problem-solving ability based on students’ mathematical
initial ability. Prima: Jurnal Pendidikan Matematika 5(1): 35-46.
Putri, A.A dan Manurung, A.S. 2020. Penerapan Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Materi Pecahan Senilai pada Siswa Kelas IV SDN Jelambar
Baru 01. Jurnal Persada (3)3
Rifandi, R. 2017. Suporting Student’s Reasoning About Multiplication Of
Fractions By Constructing an Array Model. Journal of Research and
Advances in Mathematics Education (1)2: 99-110.
Pane, A & Dasopang, M. D. 2017. Belajar Dan Pembelajaran. Jurnal Kajian
Ilmu-Ilmu Keislaman (3)2.

40
Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum2013.
Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Suardi, M. 2018. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Deepublish.
Syam, S, dkk. 2022. Belajar dan Pembelajaran. Medan : Yayasan Kota Menulis.
Widyastuti, N. S & Pujiastuti, P, 2014. Pengaruh Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) Terhadap Pemahaman Konsep Dan Berpikir
Logis Siswa. Jurnal Prima Edukasia (2) 2.

41

Anda mungkin juga menyukai