Dosen Pengampu:
Oleh :
KELOMPOK 4 / Kelas 3B
1
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Soal Untuk Penilaian Hasil dan Proses Pembelajaran Matematika”. Dalam
kesempatan ini pula, kami tak lupa mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini, yaitu :
1. Ibu Dra. Gusti Ayu Mahayukti, M.Si. dan Made Juniantari, S.Pd., M.Pd.
selaku dosen pengampu yang telah membantu dan membimbing kami dalam
menyempurnakan isi makalah ini.
2. Teman-teman dan pihak lain yang telah membantu kami dalam menyusun
makalah ini
Kritik dan saran oleh pembaca sangat penulis hargai, baik dilihat dari segi isi,
sistematika, format, dan lain-lain yang berkaitan dengan tugas ini sehingga tugas
akhir ini dapat dikembangkan dan disempurnakan oleh pembaca dan berguna juga
bagi penulis dalam meningkatkan kemampuan menulis.
Kami mohon maaf apabila ada kata atau kalimat yang kurang berkenan di hati
pembaca. Akhir kata kami ucapkan terimakasih dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca dan kita semua, serta dapat membantu menambah
wawasan pembaca.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Evaluasi Pembelajaran ........................................................................ 3
2.2 Tes Sebagai Alat Evaluasi Belajar ...................................................... 4
2.2.1 Tes Subjektif/ Uraian ................................................................. 4
2.2.2 Tes Objektif....................................................................................... 7
2.3 Persamaan dan Perbedaan Tes Subjektif dan Tes Objektif……………. 14
iii
3.3.3 Jenis Perangkat Pengukuran Psikomotorik ....................................... 48
3.3.4 Perencanaan Penilaian Psikomotorik ................................................ 48
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ........................................................................................ 50
4.2 Saran .................................................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dengan adanya makalah mengenai soal untuk penilaian hasil belajar
matematika ini, diharapkan guru mampu membuat soal yang tepat sebagai
alat mengevaluasi proses dan hasil belajar siswa.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka terdapat rumusan masalah
dalam makalah ini sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana jenis soal yang digunakan dalam penilaian hasil dan proses
pembelajaran Matematika?
1.2.2 Bagaimana pengukuran ranah afektif dalam proses pembelajaran?
1.2.3 Bagaimana pengukuran ranah psikomotorik dalam proses
pembelajaran?
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4
tes uraian mengharapkan agar siswa menunjukkan pengertian mereka
terhadap materi yang dipelajari. Menurut Sudijono dalam Erwin (2015),
tes subjektif/ uraian adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang
memiliki karakteristik sebagaimana dikemukakan oleh sebagai berikut:
1) Tes tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki
jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya
cukup panjang.
2) Bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntut kepada testee
untuk memberikan penjelasan, komentar, penafsiran,
membandingkan, membedakan, dan sebagainya.
3) Jumlah butir soal umumnya terbatas, yaitu berkisar antara lima
sampai sepuluh butir.
4) Pada umumnya butir-butir soal tes uraian itu diawali dengan kata-
kata “Jelaskan.....”, “Bagaimana.....”, “Terangkan....”, “Uraikan....”,
“Mengapa...” atau kata-kata lain yang serupa dengan itu.
Menurut Sugihartini (2018), tes subjektif diklasifikasikan menjadi
beberapa bentuk, yaitu uraian bebas, uraian terbatas, jawaban singkat,
dan isian (melengkapi). Klasifikasi tersebut didasarkan atas kebebasan
siswa untuk memberikan jawaban terhadap soal.
1) Tes Uraian Bebas
Soal uraian bentuk ini disajikan secara global, tidak
terperinci. Dalam menjawabnya siswa diperbolehkan mengerjakan
bagian jawaban soal itu secara bebas, asal masalah yang ditanyakan
dapat dijawab dengan benar. Soal uraian bebas ini dapat digunakan
untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa. Soal
hanya terdiri dari satu masalah bisa tergolong pada soal bentuk uraian
bebas. Pada tes tipe ini, tidak ada batasan yang diberikan kepada para
siswa dalam hal jawaban yang bisa mereka berikan dan juga dalam hal
cara mengorganisasi jawaban-jawaban mereka.
2) Tes Uraian Terbatas
Pada tipe ini, para siswa lebih terbatas dalam hal bentuk
dan jangkauan jawaban yang bisa mereka sampaikan. Ada konteks
khusus yang diberikan dalam soal dan para siswa diminta untuk
menyesuaikan jawaban mereka dengan konteks tersebut. Dalam
menjawab uraian jenis ini, siswa lebih dibatasi oleh rambu-rambu yang
ditentukan dalam butir soal. Keterbatasan mencakup format, isi, dan
ruang lingkup jawaban. Pembuat soal tes uraian terbatas harus
menentukan batas jawaban yang dikehendaki. Batas itu meliputi konteks
jawaban yang diinginkan. Jumlah butir jawaban yang diharapkan,
keluasan uraian jawaban, dan arah serta luas jawaban yang diminta.
5
3) Bentuk Jawaban Singkat
Tes jawaban singkat merupakan tipe butir tes yang bisa
dijawab dengan kata, frase, bilangan, atau simbol. Jawaban terhadap
pertanyaan jenis ini diharapkan diberikan secara singkat dan pendek,
tanpa bertele-tele dan basa-basi dalam bentuk kalimat yang utuh dan
lengkap. Pada prinsipnya jawaban jenis tes ini semakin pendek dan
semakin tepat sasaran, semakin baik. Apabila jawaban yang tepat
terhadap suatu pertanyaan cukup diberikan dalam bentuk satu kata,
dianjurkan untuk menggunakan satu kata, bukan dua kata. Bahkan bila
jawaban suatu pertanyaan dapat diungkapn dengan satu huruf atau satu
angka, diharapkan jawabannya ditulis dengan satu huruf atau satu angka,
bukan satu kata, apalagi satu kalimat. Pendeknya jawaban diharapkan
sesingkat mungkin, tentu saja juga setepat mungkin. Hal ini
dimaksudkan agar dalam menjawab pertanyaan tes jenis ini peserta tes
benar-benar berusaha menampilkan kemampuannya untuk memahami
masalah dan pertanyaan yang diungkapkan dalam suatu butir tes, dan
berusaha untuk memeras jawaban yang dianggapnya tepat dalam bentuk
sesingkat mungkin. Semua itu menggaris bawahi betapa bervariasinya
jawaban peserta tes yang mungkin diberikan dan dihadapi dan harus
diputuskan oleh korektor, untuk nenentukan benar-salah atau dapat-
tidaknya diterima jawaban peserta.
4) Melengkapi (Isian)
Tes melengkapi terdiri dari butir-butir tes yang masing-
masing berbentuk wacana pendek seperti kalimat, yang harus dilengkapi
oleh peserta tes pada bagian-bagian yang dikosongkan dari teks aslinya,
baik di tengah, di awal, atau pada akhir kalimat. Penalarannya adalah
bahwa meskipun tidak dalam bentuk jawaban terhadap suatu pertanyaan,
kemampuan untuk melengkapi dengan benar bagian-bagian yang telah
dihilangkan dari teks aslinya itu mengindikasikan pemahaman tentang
keseluruhan wacana asli. Oleh karena itu, tes melengkapi ini pada
hakikatnya mempersyaratkan kemampuan yang sama dengan jenis
pertanyaan menggunakan kata tanya, yaitu pemahaman yang lebih luas
dari pada sekadar bagian kosong yang harus dilengkapi itu. Memang
benar bahwa tes melengkapi lebih sederhana cara menjawabnya daripada
tes uraian bebas karena jawabannya cukup dituangkan dalam bentuk
kata-kata yang tidak harus dikemas dalam bentuk kalimat, atau bentuk
wacana yang lebih lengkap dan lebih panjang. Butir tes melengkapi
hampir sama dengan jawaban singkat, yaitu merupakan tipe butir tes
yang bisa dijawab dengan kata frase, bilangan, atau simbol.
6
Dalam penggunaan tes subjektif tentunya memiliki beberapa
kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihannya adalah sebagai berikut
(Suharsimi, 2009).
Mudah disiapkan dan disusun.
Mengukur proses mental para siswa dalam menuangkan ide ke
dalam jawaban item secara tepat.
Mengukur kemampuan siswa dalam menjawab melalui kata dan
bahasa mereka sendiri.
Mendorong siswa untuk mempelajari, menyusun, merangkai dan
menyatakan pemikiran siswa secara aktif.
Mengetahui seberapa jauh siswa telah memahami dan mendalami
suatu permasalahan atas dasar pengetahuan.
Selain beberapa kelebihan seperti yang telah diuraikan di atas,
terdapat pula beberapa kekurangan dari tes subjektif/ uraian adalah
sebagai berikut (Suharsimi, 2009).
Kadar validitas dan reabilitas rendah karena sukar diketahui segi-
segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.
Dalam memeriksa jawaban dari pertanyaan uraian, ada
kecenderungan pengaruh subjektif yang selalu muncul dalam
pribadi seorang guru. Ini terjadi utaanya ketika telah terjadi
hubungan moral yang baik antara guru dan siswa.
Bentuk pertanyaan yang bermakna ganda, sering membuat siswa
mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan seperti ini
sehingga muncul unsur-unsur menerka dan menjawab dengan ragu-
ragu.
Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan
individual lebih banyak dari penilai.
Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada
orang lain.
8
Lebih cenderung mengungkap daya ingat atau aspek
hafalan saja.
Butir- butir item dari test model ini kurang relevan untuk
diajukan.
Seringkali tester kurang berhati-hati dalam menyusun
kalimat dalam soal
b. Soal Isian (Fill in)
Tes isian terdiri dari kalimat yang dihilangkan (diberi
titik-titik). Bagian yang dihilangkan ini yang diisi oleh
peserta tes merupakan pengertian yang diminta agar
pernyataan yang dibuat menjadi pernyataan yang benar,
bahasa dalam fill in hendaknya jelas, yang dihilangkan tidak
hanya satu kata, jawaban merupakan kata-kata pendek, dan
jumlah jawaban harus tertentu.
Dilihat dari pengertian soal isian tersebut, soal
objektif isian (fill in) ini terlihat mirip sekali dengan soal tipe
objektif bentuk completion. Letak perbedaannya ialah pada
soal tipe objektif bentuk fill in bahan yang diteskan
merupakan satu kesatuan cerita, sedangkan pada soal tipe
objektif bentuk completion tidak harus demikian. Dengan
kata lain, pada soal tipe objektif bentuk completion butir-butir
soal dapat saja dibuat berlainan antara satu dengan yang lain.
Namun soal isian mengharuskan suatu kesatuan cerita yang
saling berkaitan. Soal isian (fill in) biasanya hanya digunakan
untuk materi yang tidak memerlukan pemahaman konsep
yang tinggi. Oleh sebab itulah membuat soal isian untuk
materi matematika cukup sulit.
Adapun kelebihan dan kekurangan soal isian (fill in),
yaitu sebagai berikut. Kelebihan yang dimiliki oleh soal tipe
objektif bentuk isian (fill in) adalah:
Soal model ini sangat disukai siswa karena memudahkan
pengerjaannya.
Memudahkan siswauntuk mengonstruksi
pengetahuannya.
Cocok untuk siswa tingkat kelas rendah.
Selain mempunyai kelebihan soal tipe objektif bentuk
isian (fill in) ini memiliki kekurangan yaitu sebagai berikut :
Memerlukan tempat yang cukup banyak.
Sulit penilaiannya jika terdapat bermacam-macam
jawaban yang benar.
9
Cenderung digunakan untuk mengungkapkan daya ingat
atau aspek hafalan saja.
c. Soal Jawaban Singkat (Short-Answer)
Bentuk soal jaawaban singkat merupakan soal yang
menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat,
atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai banar atau
salah. Ada dua bentuk soal jawaban singkat yaitu bentuk
pertanyaan langsung dan bentuk pertanyaan tidak lengkap.
Bentuk soal jawaban singkat baik untuk mengukur
kemampuan peserta didik yang sangat sederhana. Beberapa
kemampuan dan indikator berikut ini menunjukkan
penggunaan bentuk soal jawaban singkat yang sering
digunakan guru di kelas.
Menurut Sudjana (2012) item dengan jawaban singkat
ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut merupakan
beberapa kelebihannya, antara lain :
Menyusun soal relatif mudah
Kecil kemungkinan siswa menjawan dengan menebak
Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan
tepat
Hasil penelitian cukup objektif
Kelemahan dari soal tipe objektif bentuk jawaban singkat
(short-answer) yaitu :
Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih
tinggi.
Memerlukan waktu agak lama dalam penilaian meski tidak
selama tes essay.
Menyulitkan pemeriksaan apabila jawaban siswa
membingungkan pemeriksa.
Tidak dapat mengukur hasil belajar yang kompleks, sebab
sifatnya yang sederhana, bersifat ingatan, dan hasil belajar
yang paling tinggi pada soal ini adalah pemahaman.
2) Item dengan Jawaban yang Terikat (Fixed Response Item)
Jenis kedua pada item tes objektif yaitu item dengan
jawaban yang terikat (Fixed Response Item), item-item dengan
jawaban terikat disediakan sejumlah alternatif jawaban yang
banyaknya terbatas. Bentuk umum dari item dengan jawaban
terikat adalah sebagai berikut (Hamalik, 2001).
a. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choise)
10
Pada tes pilihan ganda tersedia beberapa pilihan
jawaban, dengan satu jawaban benar atau terkadang terdapat
pula lebih dari satu jawaban yang benar (Hamalik, 2001)..
Menurut (Hamalik, 2001), kelebihan soal jenis pilihan ganda
adalah sebagai berikut.
Butir soal pilihan ganda dapat dikonstruksikan untuk
mengukur segala jenjang tujuan instruksional, mulai dari
yang sederhana hingga kompleks.
Karena karakteristik dari butir soal pilihan ganda hanya
menuntut waktu kerja siswa sangat minimal, maka setiap
perangkat tes yang menggunakan butir soal yang relatif
banyak.tujuan-tujuan pendidikan, seperti: berpikir
inferensial, pemahaman, pertimbangan, dan diskriminasi
pada diri siswa.
Menurut (Hamalik, 2001) selain kelebihan, butir soal jenis
pilihan ganda memiliki beberapa kekurangan, antara lain:
Sukar dikonstruksi, karena dalam mengkonstruksi item-item
pilihan berganda haruslah berhati-hati untuk menghindarkan
adanya kunci-kunci yang dangkal dan tidak relevan.
Ada kecenderungan bahwa guru mengkonstruksi butir soal
jenis ini hanya menguji atau mengukur aspek ingatan.
12
dan di kemudian hari perlu hafal di luar kepala, tanpa
melihat buku, daftar atau tabel.
9) Model Pemakaian Diagram, Grafik, Peta, atau Gambar
Tes pilihan ganda model pemakaian diagram, grafik, peta
atau gambar menggunakan diagram, grafik, peta atau
gambar yang diberi tanda huruf A, B, C, D dan sebagainya.
Testee ditanyakan mengenai sifat/keadaan/hal-hal tertentu
yang berhubungan dengan tanda-tanda tersebut.
b. Tes Menjodohkan (Matching)
Tipe soal jenis tes menjodohkan matching item)
dituliskan dalam dua kolom. Kolom pertama adalah kolom
soal atau stem atau biasa juga disebut premis, yang biasanya
ditulis sebelah kiri. Kolom kedua adalah adalah kolom
jawaban atau option, yang ditulis disebelah kolom pertama.
Terdapat berbagai kondisi dalam tes ini diantaranya, total
kolom yang dirancang seragam, baik kolom soal dan kolom
alternatif jawaban, dan kolom yang dirancang tidak seragam
antara kolom soal dengan kolom alternatif jawaban, dengan
tujuan mengurangi keberhasilan siswa dalam menerka
jawaban. Pada tes jenis menjodohkan atau memasangkan
(matching item), tugas siswa adalah menjodohkan penyataan-
pernyataan dibawah kolom premis dengan pernyataan-
pernyataan yang ada di kolom jawaban (Hamalik, 2001).
Menurut (Hamalik, 2001), soal jenis menjodohkan juga
memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut merupakan
beberapa kelebihan tes jenis menjodohkan.
Baik untuk menguji hasil belajar yang berhubungan dengan
pengetahuan tentang istilah, definisi, peristiwa dan
penanggalan.
Dapat menguji kemampuan menghubungkan dua hal baik
yang berhubungan langsung maupun tidak langsung.
Mudah untuk dikonstruksi.
Dapat mengukur ruang lingkup pokok bahasan atau
subpokok bahasan yang lebih luas.
Tes jenis ini sangat berguna untuk menilai berbagai hal,
misalnya: antara problem dan penyelesaiannya, antara teori
dan penemuannya, antara sebab dan akibatnya, antara
singkatan dan kata-kata lengkapnya, antara istilah dan
definisinya.
Tes jenis menjodohkan juga mempunyai beberapa
kekurangan, antara lain:
13
Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta
dan hafalan.
Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang
mengukur hal-hal yang berhubungan.
Karena jawaban yang singkat-singkat, maka tes jenis ini
kurang baik untuk mengevaluasi pengertian dan
kemampuan membuat tafsiran (interpretasi).
c. Tes Benar-Salah (True-False Item)
Tipe tes benar salah (True false item) adalah butir soal
yang terdiri dari pernyataan, yang disertai dengan alternative
jawaban yaitu menyatakan pernyataan tersebut benar atau
salah, atau keharusan memilih satu dari dua alternative
jawaban lainnya. Alternatif jawaban itu dapat saja berebntuk
benar-salah atau setuju tidak setuju, baik tidak baik atau cara
lain asalkan alternatifitu mutual eksklusif. Menurut (Hamalik,
2001), tes benar-salah juga memiliki kelebihan dan
kekurangan. Berikut merupakan beberapa kelebihan tes benar-
salah.
Mudah dikonstruksi.
Perangkat soal dapat mewakili seluruh pokok bahasan.
Mudah diskor.
Alat yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar
langsung terutama yang berkenaan dengan ingatan.
Adapun beberapa kekurangan dari butir soal jenis benar-salah
antara lain:
Mendorong siswa untuk menebak jawaban
Terlalu menekankan pada ingatan.
Menerima respon siswa yang berbentuk penilaian mutlak.
1 Secara taksonomi hasil belajar, tes 1 Tes subjektif tidak efisien digunakan
obyektif baik untuk mengukur hasil untuk mengukur pengetahuan (C1),
belajar tingkat pengetahuan (C1), baik untuk mengukur pemahaman
pemahaman (C2), aplikasi (C3) dan (C2), penerapan (C3), dan analisis
analisis (C4), dan tidak cocok untuk (C4), serta sangat baik untuk
mengukur tingkat sintesis (C5) dan mengukur hasil belajar kognitif untuk
14
evaluasi (C6). sintesis (C5) dan evaluasi (C6).
3 Kualitas tes objektif lebih banyak 3 Kualitas tes subjektif lebih banyak
ditentukan oleh keterampilan ditentukan oleh keterampilan
penyusun tes. membaca.
6 Penskoran tes objektif lebih mudah 6 Penskoran tes subjektif jauh lebih sulit,
dilakukan, bersifat sangat obyektif, dan lebih subyektif. Distribusi skor
sederhana. Distribusi skor ditentukan ditentukan oleh pemberi nilai.
oleh tes
Persamaan tes objektif dan tes subjektif secara umum adalah sama-
sama digunakan untuk menilai dan mengevaluasi hasil belajar berikut
pemaparan lebih lanjut yaitu :
1. Kedua bentuk soal tes ini dapat digunakan untuk mengukur hampir semua
hasil belajar yang dapat diukur dengan tes tulis.
2. Kedua tes ini dapat menggalakkan siswa untuk mempelajari secara
sungguh-sungguh bahan dalam semua tingkatan kemampuan kognitif,
seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi atau pemecahan masalah.
15
3. Kemanfaatan skor hasil kedua bentuk tes tersebut akan tergantung kepada
objektivitas dan reliabilitas tes masing-masing. Skor yang diperoleh
melalui tes, baik bentuk uraian maupun bentuk objektif akan mengandung
nilai pengukuran yang berguna apabila tes itu dapat diskor secara objektif,
dan perangkat soalnya memiliki perangkat reliabilitas yang tinggi.
16
4. Isi pertanyaan sebaiknya dibuat beberapa kategori atau bagian sesuai
dengan variabel yang diungkapkan sehingga mudah mengolahnya.
5. Rumusan pertanyaan dibuat singkat, tetapi jelas sehingga
tidak membingungkan dan salah mengakibatkan penafsiran.
6. Hubungan antara pertanyaan yang satu dengan pertanyaan lain harus
dijaga sehingga tampak logikanya dalam satu rangkaian yang
sistematis. Hindari penggolongan pertanyaan terhadap indikator atau
persoalan yang sama.
7. Kuesioner yang terlalu banyak atau terlalu panjang akan melelahkan dan
membosankan responden sehingga pengisiannya tidak objektif lagi.
8. Ada baiknya kuesioner diakhiri dengan tanda tangan si pengisi untuk
menjamin keabsahan jawabannya.
17
BAB III
PEMBAHASAN
19
Contoh bentuk tes melengkapi/isian: Dua buah dadu dilempar secara
bersama-sama sebanyak 216 kali. Frekuensi harapan muncul kedua
mata dadu bilangan prima atau berjumlah 7 adalah … kali.
3.1.3 Petunjuk Penyusunan Tes Objektif Serta Contoh Soal
Menurut Hamalik (2001), item tes objektif terdiri dari dua jenis,
yaitu: (1) item jawaban bebas (Free- Response Item) hanya terdiri dari tes
bentuk melengkapi (completion test), isian (full in) dan jawaban singkat
(short-answer) dan (2) item dengan jawaban yang terikat (Fixed
Response Item), bentuk umum dari item ini terdiri dari bentuk item
pilihan berganda (multiple choice test), benar – salah (true – false),
menjodohkan (matching test), dan bentuk latihan menyusun kembali
(rearrangement exercises). Berikut merupakan penjabaran jenis-jenis tes
objektif.
1. Item Jawaban Bebas (Free- Response Item)
Item dengan jawaban bebas ini terdiri dari tes bentuk melengkapi
(completion test), isian (full in) dan jawaban singkat (short-answer).
Berikut merupakan penjabaran bentuk umum dari item ini.
20
Item dengan jawaban bebas ini terdiri dari tes bentuk isian,
berikut merupakan aturan untuk menyusun item bentuk isian
(Hamalik, 2001).
1) Pernyataan harus dibuat secara eksplisit sederhana dan
lengkap sehingga mudah dalam pemberian skor.
2) Hindarkan penyataan-pernyataan yang kata kuncinya terlalu
banyak dihilangkan karena hal tersebut dapat membuat
peserta didik kesulitan dalam mengenal makna yang
dimaksudkan.
3) Hindarkan kata kunci yang justru membuka jalan bagi siswa
dan mempermudah mereka untuk menjawab.
4) Hindarkan penyataan-pernyataan yang diambil langsung dari
buku sumber, karena pertanyaan itu hanya bersifat
memanggil ingatan.
5) Susunlah pernyataan dengan tata bahasa yang baik dan benar.
6) Jika kolom isian didahului oleh suatu artikel tertentu, maka
hendaknya ditulis sedemikian rupa sehingga siswa sendiri
yang memutuskan apakah suatu jawaban yang benar dimulai
dengan huruf hidup atau huruf mati. Dalam Bahasa asing
biasanya ditulis dalam bentuk a(n), jangan dalam bentuk lain.
7) Pilihlah pernyataan-pernyataan yang hanya menuntut satu
jawaban yang benar.
8) Jawaban yang diperoleh harus merupakan sesuatu kata atau
suatu garis besar ungkapan, untuk menghindari penilaian
secara subjektif oleh guru.
9) Panjang kolom jawaban dibuat seragam, agar tidak ada
persepsi mengenai jawaban yang benar sesuai dengan ukuran
kolom.
10) Jika item menuntut beberapa jawaban, maka berilah nomor
agar siswa lebih terarah dalam mengisikan jawabannya.
11) Persiapkan kunci penskoran yang berisikan semua jawaban
yang dituntut oleh setiap item.
12) Berikan satu angka untuk setiap kolom yang diisi dengan
benar dan tepat.
21
Tes Jawaban Singkat (Short-Answer)
Beberapa petunjuk khusus dalam penyusunan tes ini antara lain,
sebagai berikut:
1) Menggunakan kalimat tanya
2) Pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga jawaban yang
muncul dapat disampaikan sesingkat mungkin, kalau perlu
hanya dijawab dengan satu kata
3) Disediakan kolom jawaban kalau memang lembar jawaban
ingin dijadikan satu dengan lembar soal
4) Hindarkan susunan kalimat yang sama dalam buku teks
5) Hanya ada satu kemungkinan jawaban yang benar.
Berdasarkan aturan penyusunan di atas, berikut ini
merupakan contoh item dengan jawaban bebas yaitu tes jawaban
singkat
1) Jika 3y + 15 = 0 , maka berapakah nilai y?
2) Berapakah besar sudut berpelurus?
3) Pak Andri mempunyai uang Rp 2.700.000 dan berniat untuk
membeli TV. Harga TV tersebut sebelum didiskon adalah Rp
2.400.000, sedangkan besar diskonnya adalah 35%. Selain itu
pak Andri juga belanja bulanan untuk keperluan rumah sebesar
Rp 230.000. Berapakah sisa uang pak Andri saat ini?
2. Item dengan Jawaban yang Terikat (Fixed Response Item)
Bentuk umum dari item ini terdiri dari bentuk item pilihan
berganda (multiple choice test), benar – salah (true – false),
menjodohkan (matching test), dan bentuk latihan menyusun kembali
(rearrangement exercises). Berikut merupakan penjabaran bentuk
umum dari item ini.
Tes Pilihan Ganda (Multiple Choise)
Tes Pilihan Ganda (Multiple Choise) memiliki berbagai jenis
model soal diantaranya: Model melengkapi lima pilihan, model
asosiasi dengan lima atau empat pilihan, model melengkapi
berganda, model analisis hubungan antar hal, model analisis
kasus, model hal kecuali, model hubungan dinamik, model
perbandingan kuantitatif, model pemakaian diagram, grafik, peta,
atau gambar. Namun tes pilihan berganda yang paling sering
digunakan memiliki format sebagai berikut:
22
Sumber: Modul “Hakekat Evaluasi Pembelajaran” Drs. Noehi
Nasoetion, M.A
1) Persamaan garis lurus yang melalui (2, 1) dan sejajar dengan garis
3x – 4y + 5 = 0 adalah ….
A. 3x – 4y + 1 = 0
23
B. 4y – 3x + 2 = 0
C. 3x – 4y – 3 = 0
D. 4y – 3x + 3 = 0
2) Jarak titik (4, 2) ke garis 4x – 3y + 5 = 0, adalah ….
A. 2
B. 3
C. 4
D. 5
27
2) Pernyataan di bawah kolom pertama dan di bawah kolom kedua
masing-masing haruslah terdiri dari kelompok yang homogen.
3) Pernyataan di bawah kolom kedua harus lebih banyak dari
pernyataan di bawah kelompok pertama. Untuk memudahkan
penyediaan lembar jawaban yang seragam, maka dianjurkan
supaya jumlah pernyataan di bawah kelompok pertama berkisar
antara 3 atau 4 buah. Sedangkan pernyataan di bawah kolom
kedua adalah 5. Dengan demikian lembar jawaban akan segeram
dengan butir soal pilihan ganda lainnya.
Sumber:
Modul 1
“Hakekat
Evaluasi
28
Tes Benar-Salah (True-False Item)
Tes dengan format Benar Salah menggunakan satu pernyataan.
Peserta ujian diminta menilai apakah pernyataan tersebut benar (B)
atau salah (S). Jadi pilihan yang disediakan pembuat soal hanya dua
yaitu benarkah (B) pernyataan itu atau salah (S) sesuai dengan
konsep yang dipelajari selama ini.
Petunjuk Konstruksi Soal Jenis Benar-Salah
1) Setiap butir soal harus menguji atau mengukur hasil belajar siswa
yang penting dan bermakna, tidak menanyakan hal yang kurang
bermakna.
2) Setiap butir soal harus menguji pemahaman, tidak hanya
pengukuran terhadap daya ingat.
3) Butir soal yang baik haruslah jelas jawabannya bagi seorang
siswa yang belajar.
4) Pernyataan dalam butir soal harus dinyatakan secara jelas dan
menggunakan Bahasa yang baik dan benar.
5) Hindarkan penggunaan kata atau ungkapan yang mengandung
tekanan, yang dapat dijadikan kunci untuk menjawab pertanyaan.
6) Usahakan banyak pernyataan yang benar dan salah seimbang.
Hal ini dilakukan untuk memperkecil peluang bagi siswa dalam
menebak jawaban.
7) Batasi setiap pernyataan pada hal-hal yang akan dites saja.
8) Hindarkan penggunaan pernyataan yang kelihatannya betul
padahal nyatanya salah.
9) Hindarkan pemakaian kata-kata yang langsung dikutip dari buku
pelajaran.
10) Hindarkan pernyataan yang menimbulkan banyak tafsiran.
29
3.1.4 Cara Mengatasi Kelemahan Tes Subjektif dan Tes Objektif
1) Cara Mengatasi Kelemahan Soal Tipe Subjektif
a. Kata-kata yang digunakan dalam pertanyaan hendaknya tidak
diambil secara langsung dari buku/catatan. Para guru atau
evaluator dapat memodifikasi atau menggunakan kata lain yang
mungkin artinya sama.
b. Mengatasi dalam mengoreksi sukar bisa dengan saat menyusun
soal, hendaknya soal- soal itu sudah dilengkapi dengan
kuncinjawaban serta pedoman penilaiannya
c. Dalam hal mengurangi unsur subjektifitas yang kerap kali terjadi
dalam pemeriksaan soal jenis subjektif ini, adapun hal-hal yang
dapat dilakukan adalah:
membuat pedoman penskoran,
tidak melihat identitas,
mempunyai pembanding,
memeriksa satu-persatu soal (contohnya ketika memeriksa
kita soal nomer 1 untuk salah satu siswa maka kita harus
memeriksa soal nomer 1 juga untuk seluruh siswa).
d. Upaya mengatasi kadar validitas dan reliabilitas rendah bisa
dengan cara, Pada tahap pertama soal yang telah dibuat
diberikan kepada ahli evaluasi dan penilaian pembelajaran untuk
di review, ditelaah dan dianaliasis. Validator dan Reliabilitator
ahli yang baik, tentu akan berusaha mereview secara optimal dan
memberi masukan perbaikan. Tahap kedua merevisi soal yang
telah di validasi ahli termasuk mengakomodasi masukan atau
saran demi perbaikan soal. Tahap ketiga, melakukan uji coba
lapangan dalam evaluasi pembelajaran di kelas, perangkat yang
telah direvisi digunakan untuk mengevaluasi dan menilai
pembelajaran sehingga diketahui nilai dan proses hasil
pembelajaran di kelas tempat uji coba. Data nilai (hasil) belajar
dianalisis. Tahap keempat mengembangkan soal yang telah di
revisi berdasarkan hasil uji coba lapangan sehingga
menghasilkan soal final yang bagus dan siap digunakan untuk
melakukan tes
e. Pertanyaan esai yang direncanakan sebaiknya dibuat bervariasi
dan bisa mencakup unit-unit mata pelajaran yang telah diajarkan
di kelas.
f. Upaya untuk mengatasi jawaban panjang yaitu dengan
menyeimbangkan anatara jumlah pertanyaan esay yang
memerlukan jawaban panjang dengan pertanyaan yang
memerlukan jawaban pendek. Sedangkan untuk mengatasi waktu
lama yaitu dengan memberikan waktu yang cukup kepada siswa.
30
Berikan pilihan pertanyaan kepada para siswa, misalnya siswa
menjawab hanya tiga pertanyaan dari lima pertanyaan yang
disediakan, sesuai pilihan dan kemampuan mereka.
g. Menyediakan waktu yang cukup untuk menyusun pertanyaan
dalam setiap soal.
h. Item pertanyaan yang direncanakan hendaknya memuat
persoalan penting yang telah diajarkan dalam proses belajar
mengajar.
i. Permasalahan yang hendak dirumuskan memiliki arti yang
dinyatakan secara eksplisit dalam tujuan instruksional.
2) Cara Mengatasi Kelemahan Soal Tipe Objektif
a. Untuk menghindari spekulasi jawaban testee, jawaban hendaknya
tidak terpola. Misalnya tidak jawaban A berturut-turut, kemudian
jawaban B berturut-turut pula sebagai jawaban yang benar.
b. Bahasa yang digunakan harus jelas, langsung pada sasaran dan
tidak berbelit-belit.
c. Hindari adanya jawaban yang benar dan yang paling benar, sebab
antara 2 kebenaran seringkali saling merupakan bagian satu sama
lain dan tidaklah berlaku bahwa setiap option yang benar
mencakup kebenaran option lainya, jadi setiap soal hanya
memilik satu jawaban yang benar.
d. Dalam soal pilihan ganda (multiple choise), option pengecoh
(distractor) dan option kunci semuanya harus berfungsi secara
efektif, agar tiap-tiap option yang disajikan mempunyai daya
tarik untuk dipilih buat beberapa soal. Setiap option tersebut
tidak jelas sebenarnya (untuk option kunci) dan tidak jelas pula
salahnya (untuk option pengecoh), semuanya mempunyai
kemungkinan untuk dipilih. Penyajian option yang jelas
(homogen) lebih memungkinkan untuk memiliki peluang yang
sama untuk dipilih.
e. Pada bidang matematika, jika kita menghendaki jawaban dalam
bentuk isian, maka hasil yang diperoleh haruslah dinyatakan
dalam petunjuknya secara jelas. Misalnya apakah nilai dari
itu dinyatakan dalam bentuk desimal atau bilangan atau
bilangan bertanda akar. Bila dalam bentuk desimal, sampai
berapa desimal yang diminta. Hal ini berguna agar siswa tidak
mempunyai keraguan dalam memberikan jawaban.
f. Jawaban untuk tes pilihan ganda sebaiknya merupakan rangkaian
yang terletak di akhir kalimat. Kalimat awal merupakan stem
(pernyataan) dan diakhiri dengan option (kemungkinan jawaban).
g. Dalam rangka memasangkan atau menjodohkan (matching item)
banyak kemungkinan jawaban yang harus dipilih, harus lebih
31
banyak daripada stem dan semua kemungkinan jawaban harus
homogen. Hal ini dimaksudkan untuk memperkecil kemungkinan
siswa menerka-nerka. Memperhatikan penyebaran aspek kognitif
pada setiap butir soal.
Sub Pernyataan
Kemauan untuk 11 9 2
mempelajari dan
menerapkan
materi
matemtika
Senang 17 14 2
membaca atau
mempelajari
buku
matematika.
32
3 Sikap terhadap Cara mengajar 5 10 2
guru yang guru
mengajar matematika.
matematika
A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : ..............................................
Kelas : ..............................................
B. PETUNJUK PENGISIAN
1. Bacalah pernyataan-pernyataan berikut ini dengan cermat sebelum anda
menjawabnya!
2. Kerjakan semua soal pada lembar jawab yang telah disediakan dengan
memberi tanda centang (√) sesuai dengan pendapat kalian, sesuai
dengan keterangan yang ada!
3. Pertimbangkan setiap pernyataan secara terpisah dan tentukan
kebenarannya. Jawabanmu jangan dipengaruhi oleh jawaban terhadap
pernyataan lain.
Pilihan Jawaban
No Pernyataan
SS S R TS STS
34
matematika karena banyak
menggunakan rumus
35
lebih bersemangat dalam belajar
matematika
Pernyataan
No Sub Variabel Indikator
Positif Negatif
A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : ..............................................
Kelas : ..............................................
B. PETUNJUK PENGISIAN
4. Bacalah pernyataan-pernyataan berikut ini dengan cermat sebelum anda
menjawabnya!
5. Kerjakan semua soal pada lembar jawab yang telah disediakan dengan
memberi tanda centang(√) sesuai dengan pendapat kalian, sesuai
dengan keterangan yang ada!
6. Pertimbangkan setiap pernyataan secara terpisah dan tentukan
kebenarannya. Jawabanmu jangan dipengaruhi oleh jawaban terhadap
pernyataan lain.
Pilihan Jawaban
No Pernyataan
SS S R TS STS
37
rambut, dll) kepada siswa
38
objektif terhadap tugas/ulangan
39
menerima atau memperhatikan (receiving); (2) menanggapi (responding); (3)
menailai atau menghargai (valuing); (4) mengatur atau mengorganisasikan
(organization); dan (5) karakterisasi dengan suatu nilai atau kelompok nilai
(characterization).
Receiving atau attending (menerima atua memperhatikan), adalah
kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang
kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk
dalam jenjang ini misalnya kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus,
mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar.
Receiving atau attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk
memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik
dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan kepada
mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau meng-
identifikasikan diri dengan nilai itu. Contah hasil belajar afektif jenjang receiving,
misalnya peserta didik bahwa disiplin wajib di tegakkan, sifat malas dan tidak di
siplin harus disingkirkan jauh-jauh.
Responding (menanggapi) mengandung arti adanya partisipasi aktif. Jadi
kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat
reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang
receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif responding adalah peserta didik
tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau menggeli lebih dalam
lagi, ajaran-ajaran Islam tentang kedisiplinan.
Valuing (menilai) menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau
memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila
kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.
Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada
receiving dan responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta
didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah
berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila
suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu
adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses
penilaian. Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya. Dengan
demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil belajar
efektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peseta
didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun di tengah-tengah
kehidupan masyarakat.
Organization (mengatur atau mengorganisasikan), artinya memper-temukan
perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada
perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan
dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu
nilai denagan nilai lain., pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya.
40
Contoh nilai efektif jenjang organization adalah peserta didik mendukung
penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh bapak presiden Soeharto
pada peringatan hari kemerdekaan nasional tahun 1995.
Characterization (karakterisasi), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang
telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah
lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalal
suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan
telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkat efektif tertinggi,
karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki
phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah
memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu
yang lama, sehingga membentu karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya
menetap, konsisten dan dapat diramalkan. Contoh hasil belajar afektif pada
jenjang ini adalah siswa telah memiliki kebulatan sikap yang disiplin, baik
kedisiplinan sekolah, dirumah maupun ditengah-tengan kehidupan masyarakat.
Tujuan pengukuran ranah afektif selain untuk mendapatkan informasi
yang akurat mengenaitingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa pada
ranah afektif khususnya pada tingkat penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi
dan internalisasi juga dapat mengarahkan peserta didik agar senang membaca
buku, bekerja sama, menempatkan siswa dalam situasi belajar-mengajar yang
tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik siswa.
Manfaat dari pengukuran ranah afekitif adalah untuk memperbaiki pencapaian
tujuan instruksional oleh siswa pada ranah afektif khususnya pada tingkat
penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi selain itu juga dapat
memperbaiki sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral siswa.
42
Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta
didik.
Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses
pembelajaran.
4. Penilaian Moral
Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang per-kembangan
moral anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan
antara judgement moral dan tindakan moral. Ia hanya mempelajari
prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon verbal terhadap
dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana sesungguhnya
seseorang bertindak.
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap
kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang
dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang
lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga
sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan
akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan
dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
46
Dengan demikian, aspek yang dinilai dalam penilaian praktik adalah kualitas
proses mengerjakan/melakukan suatu tugas. Penilaian praktik bertujuan
untuk dapat menilai kemampuan siswa dalam mendemonstrasikan
keterampilannya dalam melakukan suatu kegiatan. Penilaian praktik lebih
otentik daripada penilaian paper and pencil karena bentuk-bentuk tugasnya
lebih mencerminkan kemampuan yang diperlukan dalam praktik kehidupan
sehari-hari.
2. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan peserta didik
dalam mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki ke dalam wujud produk
dalam waktu tertentu sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan baik dari
segi proses maupun hasil akhir. Penilaian produk dilakukan terhadap kualitas
suatu produk yang dihasilkan. Penilaian produk bertujuan untuk (1) menilai
keterampilan siswa dalam membuat produk tertentu sehubungan dengan
pencapaian tujuan pembelajaran di kelas; (2) menilai penguasaan
keterampilan sebagai syarat untuk mempelajari keterampilan berikutnya; dan
(3) menilai kemampuan siswa dalam bereksplorasi dan mengembangkan
gagasan dalam mendesain dan menunjukkan inovasi dan kreasi.
3. Penilaian Proyek
Penilaian proyek adalah suatu kegiatan untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam mengaplikasikan pengetahuannya melalui penyelesaian suatu
instrumen proyek dalam periode/waktu tertentu. Penilaian proyek dapat
dilakukan untuk mengukur satu atau beberapa KD dalam satu atau beberapa
mata pelajaran. Instrumen tersebut berupa rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian data, pengolahan dan
penyajian data, serta pelaporan. Penilaian proyek bertujuan untuk
mengembangkan dan memonitor keterampilan siswa dalam merencanakan,
menyelidiki dan menganalisis proyek. Di dalam konteks ini, siswa dapat
menunjukkan pengalaman dan pengetahuan mereka tentang suatu topik,
memformulasikan pertanyaan dan menyelidiki topik tersebut melalui bacaan,
wisata dan wawancara. Kegiatan mereka kemudian dapat digunakan untuk
menilai kemampuannya dalam bekerja independen atau kelompok. Produk
suatu proyek dapat digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam
mengomunikasikan temuan-temuan mereka dengan bentuk yang tepat,
misalnya presentasi hasil melalui visual display atau laporan tertulis.
4. Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan berdasarkan kumpulan
informasi yang bersifat reflektif-integratif yang menunjukkan perkembangan
kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Tujuan utama
dilakukannya portofolio adalah untuk menentukan hasil karya dan proses
bagaimana hasil karya tersebut diperoleh sebagai salah satu bukti yang dapat
menunjukkan pencapaian belajar siswa, yaitu mencapai kompetensi dasar dan
47
indikator yang telah ditetapkan. Selain berfungsi sebagai tempat
penyimpanan hasil pekerjaan siswa, portofolio juga berfungsi untuk
mengetahui perkembangan kompetensi siswa.
48
Kisi-kisi merupakan matriks yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan
dibuat.Penusunan kisi-kisi meliputi menentukan kompetensi yang pentig
untuk dinilai, dalam hal ini adalah KD dari KI 4 dan menyusun indikator
berdasarkan kompetensi yang akan dinilai. Kisi-kisi ini merupakan acuan
bagi penulis soal, sehingga sipapun yangmenulis soal yang isi dan tingkat
kesulitannya relative sama
Penyusunan Instrumen Penilaian Psikomotor
Instrumen penilaian psikomotor terdiri atas soal atau perintah dan
pedoman penskoran untuk menilai unjuk kerja peserta didik dalam
melakukan perintah/soal tersebut. Instrumen yang disusun mengarah
kepada pencapaian indikator hasil belajar, dapat dikerjakan holeh siswa,
sesuai dengan tahap perkembangan siswa, pemuat materi yang sesuai
cakupan kurikulum, bersifat adil, dan menetapkan batas waktu penilaian
(kemdikbud,2017).
Kriteria (Rubrics) Penilaian
Kriteria atau rubrik adalah pedoman penilaian kinerja atau hasil kerja
peserta didik. Dengan adanya kriteria, penilaian yang subjektif atau tidak
adil dapat dihindari atau paling tidak dikurangi, guru menjadi lebih mudah
menilai prestasi yang dapat dicapai peserta didik, dan peserta didik pun
akan terdorong untuk mencapai prestasi sebaikbaiknya karena kriteria
penilaiannya jelas. Rubrik terdiri atas dua hal yang saling berhubungan.
Hal pertama adalah skor dan hal lainnya adalah kriteria yang harus
dipenuhi untuk mencapai skor itu. Banyak sedikitnya gradasi skor (misal
5, 4, 3, 2, 1) tergantung pada jenis skala penilaian yang digunakan dan
hakikat kinerja yang akan dinilai. Contoh rubrik dan penggunaannya pada
lembar skala penilaian sebagai berikut
49
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Penilaian terhadap pemahaman peserta didik bisa dilakukan dengan
menggunakan suatu tes yang diberikan kepada siswa tersebut. Tes yang
diberikan oleh guru berupa tes objektif dan tes subjektif. Tes subjektif/ uraian
adalah tes yang butir-butirnya berupa suatu pertanyaan atau suatu suruhan
yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang.
Soal tipe subjektif terdiri dua macam yaitu uraian bebas, terbatas, jawaban
singkat, dan melengkapi. Tes objektif ini tidak dituntut merangkai jawaban
atas dasar informasi yang dimiliki namun pada umumnya jawaban pada tes
objektif sudah disediakan atau sudah diarahkan dan bersifat pasti. Tes objektif
dapat dikategorikan ke dalam dua jenis yaitu tes objektif jawaban bebas yang
memuat beberapa tes yaitu tes bentuk isian. Sedangkan tes objektif jawaban
terikat juga memuat beberapa tes yaitu tes pilihan ganda, tes menjodohkan,
dan tes benar-salah. Tes pilihan ganda dibagi menjadi beberapa model
diantaranya model melengkapi lima pilihan, model asosiasi dengan lima atau
empat pilihan, model melengkapi berganda, model analisis hubungan antar
hal, model analisis kasus, model hal kecuali, model hubungan dinamik, model
perbandingan kuantitatif, model pemakaian diagram, grafik, peta, atau
gambar. Selain digunakannya tes subjektif dan tes objektif, terdapat pula
angket yang digunakan untuk mengetahui karakteristik siswa. Angket adalah
sekumpulan daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh objek yang akan
diukur atau responden Adapun beberapa angket (non tes), yaitu angket sikap
dan angket penilaian terhadap guru. Evaluasi juga dapat digunakan dalam
pengukuran ranah afektif dan ranah psiomotorik. Ranah afektif adalah ranah
yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Mengelompokkan ranah afektif ini
menjadi lima jenjang yaitu: (1) menerima atau memperhatikan (receiving); (2)
menanggapi (responding); (3) menailai atau menghargai (valuing); (4)
mengatur atau mengorganisasikan (organization); dan (5) karakterisasi dengan
suatu nilai atau kelompok nilai (characterization). Ranah psikomotorik adalah
ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak
setelah seseorang menerima pengalaman belajar. Buttler (1972) membagi hasil
belajar psikomotor menjadi tiga, yaitu: specific responding, motor chaining,
rule using.
4.2 Saran
Dengan adanya penulisan makalah ini, diharapkan tenaga pendidik dapat
mengetahui dan memahami bagaimana tipe soal subjektif, tipe soal objektif
contoh angket, dan dapat mengetahui bagaimana pengukuran ranah afektif dan
50
psikomotorik dalam proses pembelajaran serta dapat menyiapkan alat evaluasi
yang tepat. Dalam hal ini agar pembaca juga dapat mengimplementasikan soal
tipe subjektif, soal tipe objektif dan contoh angket kedalam penerapan
Matematika di kehidupan nyata.
51
DAFTAR PUSTAKA
Pilihlah satu jawaban yang menurut anda benar antara obsi A, B, C, D, atau E!
2. Berikut yang merupakan cara mengatasi kelemahan soal tipe objektif adalah
…
A. Memperhatikan penyebaran aspek kognitif pada setiap butir soal.
B. Permasalahan yang hendak dirumuskan memiliki arti yang dinyatakan
secara eksplisit dalam tujuan instruksional.
C. Menyediakan waktu yang cukup untuk menyusun pertanyaan dalam setiap
soal.
D. Item pertanyaan yang direncanakan hendaknya memuat persoalan penting
yang telah diajarkan dalam proses belajar mengajar.
Jawaban: A
8. Menurut Suke Silverius dalam Nurul (2005), kaidah-kaidah yang tidak perlu
diperhatikan pada waktu menyusun atau menulis butir-butir soal
uraianyaitu……
A. Rumusan pertanyaan hendaknya menggunakan kata tanya atau perintah
seperti mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, tafsirkan, analisis, berilah
tanggapan, hitunglah, dan buktikan Perkembangan mental siswa yang
ditandai oleh kemajuan yang besar.
B. Soal hendaknya dirumuskan dengan kalimat sederhana sesuai dengan
tingkat kemampuan bahasa siswa.
C. Rumuskan kalimat soal dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku, baik yang berkenaan
dengan ejaan, penulisan kata, atau pun penempatan tanda baca.
D. Gunakan kata-kata yang tidak menimbulkan salah pengertian atau yang
dapat menimbulkan penafsiran ganda sehingg adapat mengaburkan
maksud soal serta dapat membingungkan siswa dalam merumuskan
jawaban.
E. Diperkenakan memberi kesempatan bagi siswa untuk memilih dari
sejumlah pertanyaan yang ada untuk dikerjakan.
Jawaban: E
9. Berikut adalah termasuk instrumen penilaian afektif, kecuali…
A. Instrumen sikap
B. Instrumen disiplin
C. Instrumen konsep diri
D. Instrumen nilai
E. Instrumen moral
Jawaban: B