Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH

PENGEMBANGAN EVALUASI dan PROSES PEMBELAJARAN FISIKA


“Penilaian Hasil Belajar pada Aspek Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap
Serta Contoh Penilaian Tersebut pada Materi Fisika”

OLEH :
SITI RAHMAH
(19175028)

DOSEN PEMBIMBING :
Prof. Dr. Festiyed, M.S
Dr. Fatni Mufit, S.Pd, M.Si

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah pribadi
pada mata kuliah Pengembangan Evaluasi Dan Proses Pembelajaran Fisika
dengan judul makalah yaitu “Penilaian Hasil Belajar pada Aspek Pengetahuan,
Keterampilan dan Sikap Serta Contoh Penilaian Tersebut pada Materi Fisika”.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak
terutama penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Ibu Prof.
Dr. Festiyed, M.S dan Ibu Dr. Fatni Mufit, S.Pd, M.Si
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi
materi maupun penulisan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf atas kekurangan
tersebut dan mengharapkan masukan untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Padang, April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Perumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1
D. Kegunaan Penulisan......................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORITIS................................................................................3
A. Landasan Agama...........................................................................................3
B. Landasan Yuridis..........................................................................................4
C. Pengertian Assessment/Penilaian..................................................................6
D. Fungsi Penilaian............................................................................................8
E. Prinsip Penilaian...........................................................................................9
F. Penilaian Aspek Pengetahuan/Kognitif......................................................10
G. Penilaian Aspek Keterampilan/Psikomotorik.........................................17
H. Penilaian Aspek Sikap/Afektif................................................................23
BAB III PEMBAHASAN...................................................................................33
A. Contoh Aspek Penilaian Pengetahuan atau Kognitif..................................33
B. Contoh Aspek Penilaian Keterampilan atau Psikomotorik.........................39
C. Contoh Aspek Penilaian Sikap atau Afektif...............................................44
BAB IV PENUTUP.............................................................................................49
A. Kesimpulan.................................................................................................49
B. Saran............................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................50

ii
DAFTAR TABEL

Tabel. 1 Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek


kognitif..................................................................................................14
Tabel. 2 Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek
Psikomotorik............................................................................................18
Tabel. 3 Lembar observasi....................................................................................22
Tabel. 4 Instrumen (alat) Asesmen Kinerja (unjuk kerja) Berpidato dengan
numerical Rating Scale............................................................................22
Tabel. 5 Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek
Afektif......................................................................................................29
Tabel. 6 Contoh Skala Thurstone: Minat terhadap pelajaran sejarah...................31
Tabel. 7 Contoh Skala Likert: Minat terhadap pelajaran sejarah..........................31
Tabel. 8 Contoh Skala Beda Semantik:................................................................32
Tabel. 9 Penilaian pengetahuan............................................................................33
Tabel. 10 Rubrik penilaian pengetahuan...............................................................34
Tabel. 11 Pengamatan Keterampilan Praktikum...................................................39
Tabel. 12 Rubrik Pengamatan Keterampilan Praktikum......................................40
Tabel. 13 Pengamatan Perilaku Ilmiah.................................................................44
Tabel. 14 Rubrik Pengamatan Perilaku Ilmiah.....................................................45

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan pendidikan di Indonesia kita tentunya
mengenal istilah evaluasi di dalam dunia pendidikan. Kita mengetahui bahwa
setiap jenjang dan jenis pendidikan dalam setiap periode pendidikan tertentu
selalu mengadakan evaluasi. Kegiatan ini di lakukan untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman peserta didik di dalam memahami materi pembelajaran,
perkembangan hasil belajar, bakat khusus, minat, hubungan sosial sikap dan
kepribadian siswa atau peserta didik dan juga apakah sudah tepat metode dan
materinya sesuai dengan tujuan yang telah di rumuskan.
Akan tetapi dalam realita yang terjadi di dalam dunia pendidikan saat ini
seorang guru yang terkait langsung dengan pembelajaran tak sedikit yang
mengalami kesulitan dalam memahami sasaran dan obyek penilaian hasil belajar
peserta didik, selain itu evaluasi yang di lakukan seorang evaluator tersebut hanya
sebatas penilaian semata. Guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik
yang mampu dan terampil dalam melaksanakan penilaian, karena dengan
penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia
melaksanakan proses belajar.
Oleh sebab itu salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut perlu
adanya pamahaman mengenai sasaran dan obyek penilaian dalam pembelajaran
sehingga jika terjadi kekurangan ataupun kelemahan didalamnya dapat segera di
perbaiki untuk kedepannya agar tujuan pem-belajaran yang telah di rumuskan
pada kurikulum dapat tercapai sesuai yang di harapkan, kemudian pemakalah
akan menguraikan beberapa bagian dari sasaran dan objek pembelajaran di
antaranya mengenai unsur- unsur sasaran penilaian meliputi input, transformasi,
dan output. Kemudian yang menjadi obyek penilaian di antaranya yaitu ranah
kognitif, afektif dan psikomotor.
Pembelajaran merupakan bagian dari proses pendidikan. Sebagai proses
yang terjadi antara guru dengan siswa. Setiap pembelajaran hendaknya dilakukan
evaluasi untuk mengukur sejauh mana siswa dapat menerima pelajaran, mengukur
metode yang digunakan sejauh mana sudah baik ataukah belum, dan lain

1
sebagainya. Jadi dapat diartikan evaluasi sebagai proses menentukan nilai dari
segala sesuatu dalam pendidikan. Evaluasi dilakukan dengan tujuan menentukan
kemajuan pendidikan dibandingkan tujuan yang telah ditentukan dan sebagai
usaha untuk memperolah informasi berupa umpan balik penyempurnaan
pendidikan.
Penilaian dan kegiatan pembelajaran bermuara pada penguasaan kompetensi
yang diharapkan. Selama ini pelaksanaan penilaian di kelas kurang mampu
menggambarkan kemampuan siswa yang beragam karena cara dan alat yang
digunakan kurang sesuai dan kurang bervariasi. Karena keterbatasan kemampuan
dan waktu, penilaian cenderung dilakukan dengan menggunakan cara dan alat
yang lebih menyederhanakan tuntutan perolehan siswa. 
Dalam dunia pendidikan subjek evaluasi adalah orang yang melakukan
evaluasi yang disebut dengan evaluator. Evaluator dapat berupa seorang guru atau
petugas yang bertugas untuk melakukan evaluasi. Ada beberapa aspek yang
dinilai dalam melakukan evaluasi. Dalam makalah akan dibahas mengenai aspek-
aspek penilaian evaluasi yaitu penilaian pengetahuan, penilaian keterampilan dan
penilaian sikap.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan
masalahnya adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan assessment/penilaian?
2. Bagaimana fungsi penilaian?
3. Bagaimana prinsip dari penilaian?
4. Bagaimana evaluasi dalam ranah kognitif?
5. Bagaimana evaluasi dalam ranah afektif?
6. Bagaimana evaluasi dalam ranah psikomotorik?
7. Bagaimana contoh evaluasi dalam penilaian hasil belajar pada aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap pada materi fisika?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

2
1. Untuk mengetaahui apa yang dimaksud dengan assessment/penilaian
2. Untuk mengetahui fungsi penilaian
3. Untuk mengetahui prinsip dari penilaian
4. Untuk mengetahui dan memahami evaluasi dalam ranah kognitif
5. Untuk mengetahui dan memahami evaluasi dalam ranah afektif
6. Untuk mengetahui dan memahami evaluasi dalam ranah psikomotorik
7. Untuk mengetahui contoh evaluasi dalam penilaian hasil belajar pada aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap pada materi fisika

D. Kegunaan Penulisan
Adapun manfaat penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan mengenai penilaian hasil belajar pada aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap serta contoh penilaian tersebut pada
materi fisika .
2. Menjadi masukan bagi penulis lainnya dalam membuat makalah dan
mengembangkan penilaian hasil belajar.

3
BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Landasan Agama
Surat Al-Baqarah: 284

Artinya; “Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang
ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau
kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan
kamu tentan gperbuatanm uitu. Maka Allah mengampuni siapa yang
dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu” (Q.S Al-Baqarah: 284).
Ayat ini menjelaskan bahwa di akhirat kelak setiap manusia akan dimintai
pertanggung jawaban atas perbuatan mereka selama di dunia. Begitu juga
karakteristik test yang baik memiliki praktikabilitas yang mudah memeriksanya
dan memiliki petunjuk-petunjuk yang jelas. Allah SWT dengan kuasanya adalah
mudah bagi-Nya untuk memeriksa amalan hambaNya selama hidup di dunia.
Pentingnya ujian dalam kehidupan manusia. Seperti yang dijelaskan, bahwa hidup
dan mati sengaja diciptakan Allah swt sebagai ujian bagi setiap manusia, agar Dia
tahu siapa yang terbaik di antara mereka.

Allah SWT berfirman dalam Surat Al-‘Alaq (Ayat 1-5) yang berbunyi:

Artinya:

4
1. Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan
2. Dia telah menciptakan manusia dari ‘Alaq
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah
4. Yang mengajarkan manusia dengan pena,
5. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya

Adapun kaitan dengan pembelajaran adalah Iqra’ yang berarti membaca


atau mengkaji. Dimana dalam arti luas guna memperoleh berbagai pemikiran dan
pemahaman. Tetapi segala pemikiran dan pemahaman itu tidak boleh lepas dari
Aqidah Islam. Selain itu kata Al-Qalam adalah simbol transformasi ilmu
pengetahuan dan teknologi, nilai dan keterampilan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Kata ini merupakan simbol abadi sejak manusia mengenal baca-tulis
hingga dewasa ini.
Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Balad (Ayat 8-10)

Artinya:

8. Bukankah Kami telah menjadikan untuknya sepasang mata,


9. Dan lidah dan sepasang bibir?
10. Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan
kejahatan)
Berdasarkan ayat diatas dijelaskan bahwa Allah memberikan kita nikmat
untuk keindahan, penglihatan, untuk berbicara dan manfaat penting lainnya.
Selanjutnya dari ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah memberikan potensi-
potensi khusus untuk mengetahui kebaikan dan keburukan, petunjuk dan
kesesatan, kebenaran dan kebathilan, dan juga potensi tersebut dapat
memudahkannya untuk menjalankan fungsi dan perannya dibumi ini.

B. Landasan Yuridis
Landasan yuridis atau hukum pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang
bersumber dari peraturan perundang-undangan yang berlaku yang menjadi titik
tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan (Baharuddin,
2016). Yuridis dapat juga diartikan Rechtens yang berarti segala hal yang
berdasarkan hukum, menurut hukum.Jadi dapat disimpulkan bahwa landasan

5
yuridis adalah segala bukti yang yuridis atau berdasarkan hukum yang bersifat
mendukung dan dapat dijadikan sebagai alasan dasar dari suatu permasalahan
[ CITATION Naj16 \l 2057 ].
Menurut UU No.20 Tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Selain itu, pendidikan nasional berperan mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa[CITATION Dep03 \l 2057 ].
Pendidikan nasional adalah perwujudan dari kehendak UUD 1945
utamanya pasal 31 tentang Pendidikan dan Kebudayaan, sebagai berikut:
a. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
b. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar pemerintah wajib
membiyayainya.
c. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketkwaan serta akhlak yang
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
undang-undang.
d. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua
puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional.
e. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang
perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan dalam pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa; Proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,

6
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian
sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik. Dari
Peraturan Pemerintah ini dalam kegiatan pembelajaran berlangsung secara
interaktif, inspiratif dan menyenangkan, dan untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang demikian selain digunakan bahan ajar cetak bisa juga
digunakan bahan ajar non cetak.
Menurut PP Nomor 74 Tahun 2008 pasal 3 ayat 4 tentang guru
menjelaskan kompetensi pedagogik sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang
sekurang-kurangnya meliputi:
1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;
2. Pemahaman terhadap peserta didik;
3. Pengembangan kurikulum atau silabus;
4. Perancangan pembelajaran;
5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
6. Pemanfaatan teknologi pembelajaran;
7. Evaluasi hasil belajar; dan
8. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.
Berdasarkan PP Nomor 74 Tahun 2008 pasal 3 ayat 4 tentang guru kita
ketahui bahwa guru harus memiliki wawasan kependidikan, memahami peserta
didik, mengembangkan silabus maksudnya mengembangkan silabus agar sesuai
dengan kondisi yang ada disekolah, perancangan pembelajaran maksudnya bahwa
guru merancang suatu pembelajaran melalui RPP dan bantu menggunakan bahan
ajar yang mendukung pelajaran yang akan diajarkan (bahan ajar cetak). Kemudian
pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis maksudnya pelaksanaan
pembelajaran yang mendidik dengan atau menggunakan bahan ajar cetak sebagai
media penyampaian pelajaran. Pemanfaatan teknologi pembelajaran maksudnya
guru menggunakan teknologi sebagai alat untuk membuat bahan ajar cetak.
Mengevaluasi hasil belajar melalui ulangan atau ujian.

7
C. Pengertian Assessment/Penilaian
Penilaian berarti menilai sesuatu. Sedangkan menilai itu mengandung arti:
mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang
pada ukuran baik atau buruk. Penilaian adalah istilah umum yang mencakup
semua metode yang digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik. Penilaian
juga merupakan kegiatan yang dirancang untuk mengukur tingkat pencapaian
siswa dalam belajar yang diperoleh melalui penerapan program pengajaran
tertentu dalam tempo yang relatif singkat. Jadi, penilaian itu bersifat kualitatif.
Menurut Arikunto (2009), penilaian adalah mengambil suatu keputusan
terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif. Untuk
dapat melakukan penilaian perlu melakukan pengukuran terlebih dahulu,
sedangkan pengukuran tidak akan mempunyai makna yang berarti tanpa
dilakukan penilaian.
Menurut Sudijono (2006), penilaian berarti menilai sesuatu. Sedangkan
menilai itu mengandung arti: mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan
mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit,
pandai atau bodoh das sebagainya. Jadi penilaian itu sifatnya adalah kualitatif.
Penilaian didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi tentang
kinerja siswa, untuk digunakan sebagai dasar dalam membuat keputusan.
Selanjutnya, Black dan William (Rasyid, 2007) mendefinisikan penilaian sebagai
semua aktifitas yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk menilai diri mereka
sendiri, yang memberikan informasi untuk digunakan sebagai umpan balik untuk
memodifikasi aktivitas belajar dan mengajar.
Menurut Rasyid dan Mansur (2007) penilaian adalah proses pengumpulan
informasi atau data yang digunakan untuk membuat keputusan tentang
pembelajaran. Pembelajaran yang dimaksud mencakup siswa, kurikulum,
program, dan kebijakan. Proses penilaian meliputi pengumpulan bukti-bukti
tentang pencapaian belajar peserta didik. Bukti ini tidak selalu diperoleh melaui
tes saja, tetapi juga bisa dikumpulkan melalui pengamatan atau laporan diri.
Menurut Linn & Gronlund (Koyan, 2011) penilaian (assesment) adalah
istilah umum yang melibatkan semua rangkaian prosedur yang digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang hasil belajar peserta didik (misalnya: observasi,

8
skala bertingkat tentang kinerja, tes tertulis) dan pelaksanaan penilaian mengenai
kemajuan belajar peserta didik.
Pada Permendiknas No 20 tahun 2007 tentang standar penilaian dijelaskan
bahwa penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar siswa. Penilaian tidak sekedar pengumpulan
data siswa, tetapi juga pengolahannya untuk memperoleh gambaran proses dan
hasil belajar siswa. Penilaian tidak sekedar memberi soal siswa kemudian selesai,
tetapi guru harus menindaklanjutinya untuk kepentingan pembelajaran.
Jadi dapat disimpulkan penilaian merupakan suatu proses memberikan
atau menentukan nilai yang bersifat kualitatif terhadap hasil belajar tertentu
berdasarkan suatu kriteria tertentu.

D. Fungsi Penilaian
Menurut Koyan (2011), fungsi evaluasi dapat berupa: (1) penempatan yang
tepat, (2) pemberian umpan balik, (3) diagnosis kesulitan belajar, dan (4)
penentuan kenaikan tingkat atau kelulusan pendidikan pada jenjang pendidikan
tertentu.
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Arikunto (2009), fungsi penilaian
adalah sebagai berikut.
a. Penilaian berfungsi selektif
Dengan cara mengadakan beberapa penilaian guru mempunyai cara untuk
mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri
mempunyai berbagai tujuan antara lain:
1) Untuk memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu.
2) Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya.
3) Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.
4) Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan
sebagainya.
b. Penilaian berfungsi diagnostik
Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka
dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Disamping itu,
diketahui pula sebab musabab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan penilaian,
sebenarnya guru mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan

9
kelemahannya. Dengan diketahuinya kelemahan ini akan lebih mudah dicari cara
untuk mengatasi.
c. Penilaian berfungsi sebagai penempatan
Sistem baru yang kini banyak dipopulerkan di negara barat, adalah sistem belajar
sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan cara mempelajari sebuah paket
belajar, baik itu berbentuk modul atau paket belajar lain. sebagai alasan dari
timbulnya sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap kemampuan
individual. Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa kemampuan sendiri-
sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan
pembawaan yang ada. Akan tetapi disebabkan karena keterbatasan sarana dan
tenaga, pendidikan yang bersifat individual kadang-kadang sukar sekali
dilaksanakan. Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan
adalah pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti
dikelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan untuk penilaian.
Sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berada
dalam kelompok yang sama dalam belajar.
d. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan
Fungsi keempat dari penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh
mana suatu program berhasil diterapkan. Telah disinggung pada bagian-bagian
sebelum ini, keberhasilan program ditentukan oleh, beberapa faktor yaitu faktor
guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem administrasi.

E. Prinsip Penilaian
Pada Permendiknas No 20 tahun 2007 juga disebutkan bahwa penilaian
hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur.
b. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,
tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
c. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

10
d. Terpadu, berarti penilaian oleh guru merupakan salah satu komponen yang
tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
e. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
f. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh guru mencakup
semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian
yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
g. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku.
h. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan.
i. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
teknik, prosedur, maupun hasilnya.

F. Penilaian Aspek Pengetahuan/Kognitif


1. Pengertian
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk
dalam ranah kognitif.  Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir,
termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi,
menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif
itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah
sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang
dimaksud adalah:
a.       Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau
mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa
mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan
adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah dapat
menghafal surat al-‘Ashar, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan

11
benar, sebagai salah satu materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru
Pendidikan Agama Islam di sekolah.
b.      Pemahaman (comprehension)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu
setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah
mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.  Seseorang
peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan
penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan
menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan
berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini
misalnya: Peserta didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat
menguraikan tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-‘Ashar
secara lancar dan jelas.
c.       Penerapan (application)
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-
ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-
teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah
merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya: Peserta
didik mampu memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan
Islam dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat.
d.      Analisis (analysis)
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan
atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami
hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-
faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang
aplikasi.
Contoh: Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang
wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa dirumah, disekolah, dan dalam

12
kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran
Islam.
e.       Sintesis (syntesis)
Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir
analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau
unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang
berstruktur atau bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat
lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah satu jasil belajar kognitif dari jenjang
sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya
kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam.
f.       Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif
dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan
seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide,
misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu
memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria
yang ada.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta didik
mampu menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang
yang berlaku disiplin dan dapat menunjukkan mudharat atau akibat-akibat negatif
yang akan menimpa seseorang yang bersifat malas atau tidak disiplin, sehingga
pada akhirnya sampai pada kesimpulan penilaian, bahwa kwdisiplinan merupakan
perintah Allah SWT yang waji dilaksanakan dalam sehari-hari.
Keenam jenjang berpikir ranah kognitif bersifat kontinum dan overlap
(tumpang tindih), dimana ranah yang lebih tinggi meliputi semua ranah yang ada
dibawahnya.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai
pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau
prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian
aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan

13
mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang
paling tinggi yaitu evaluasi.

2. Ciri-ciri Ranah Penilaian Kognitif


Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di
dalamnya kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis,
mensistesis dan kemampuan mengevaluasi. Menurut Taksonomi Bloom (Sax
1980), kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir secara hirarki yang terdiri
dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan
hafalan saja. Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut juntuk menyatakan
masalah dengan kata-katanya sendiri, memberi contoh suatu konsep atau prinsip.
Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep
dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk untuk
menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi,
membedakan fakta dan pendapat serta menemukan hubungan sebab—akibat. Pada
tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk menghasilkan suatu cerita, komposisi,
hipotesis atau teorinya sendiri dan mensintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat
evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial,
teori-teori yang termasuk di dalamnya judgement terhadap hasil analisis untuk
membuat kebijakan.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai
pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau
prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
Dengan demikian aspek kognitif adalah sub-taksonomi yang mengungkapkan
tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke
tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. Aspek kognitif terdiri atas enam
tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut yaitu:
1)   Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk
mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya,

14
misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving dan lain
sebagianya.
2)  Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman
dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan
pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada
tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali
yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.
3) Tingkat penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan untuk
menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi
yang baru, serta memecahlcan berbagai masalah yang timbuldalam kehidupan
sehari-hari.
4)  Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan
mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau
elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan
memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya
kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta didik diharapkan menunjukkan
hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan
tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari.
5)  Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam
mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada
sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
6)  Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang
mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang
nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria
tertentu.
Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang
diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif
tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan.
Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila
semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan terus-menerus maka hasil
pendidikan akan lebih baik.
Tabel. 1 Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek
kognitif

15
No Tingkatan Deskripsi
1 Pengetahuan Arti: Pengetahuan terhadap fakta, konsep, definisi, nama,
peristiwa, tahun, daftar, teori, prosedur,dll.
Contoh kegiatan belajar:

 Mengemukakan arti
 Menentukan lokasi
 Mendriskripsikan sesuatu
 Menceritakan apa yang terjadi
 Menguraikan apa yang terjadi
2 Pemahaman Arti:pengertian terhadap hubungan antar-faktor, antar konsep,
dan antar data hubungan sebab akibat penarikan kesimpulan
Contoh kegiatan belajar:
¨    Mengungkapakan gagasan dan pendapat dengan kata-kata
sendiri
¨    Membedakan atau membandingkan
¨    Mengintepretasi data
¨    Mendriskripsikan dengan kata-kata sendiri
¨    Menjelaskan gagasan pokok
¨    Menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri

3 Aplikasi Arti: Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah


atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari
Contoh kegiatan:

 Menghitung kebutuhan
 Melakukan percobaan
 Membuat peta
 Membuat model
 Merancang strategi
4 Analisis Artinya: menentukan bagian-bagian dari suatu masalah,
penyelesaian, atau gagasan dan menunjukkan hubungan antar
bagian tersebut
Contoh kegiatan belajar:

 Mengidentifikasi faktor penyebab


 Merumuskan masalah
 Mengajukan pertanyaan untuk mencari informasi
 Membuat grafik
 Mengkaji ulang
5 Sintesis Artinya: menggabungkan berbagai informasi menjadi satu
kesimpulan/konsepatau meramu/merangkai berbagai gagasan
menjadi suatu hal yang baru
Contoh kegiatan belajar:
v   Membuat desain
v   Menemukan solusi masalah
v   Menciptakan produksi baru,dst.
6 Evaluasi Arti: mempertimbangkan dan menilai benar-salah, baik-
buruk, bermanfaat-tidak bermanfaat
Contoh kegiatan belajar:
Mempertahankan pendapat

16
Membahas suatu kasus
Memilih solusi yang lebih baik
Menulis laporan,dst.

3. Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif


Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang
diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif
tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan.
Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila
semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan terus-menerus maka hasil
pendidikan akan lebih baik. Pengukuran hasil belajar ranah kognitif dilakukan
dengan tes tertulis.
Bentuk tes kognitif diantaranya; (1) tes atau pertanyaan lisan di kelas, (2)
pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian bebas, (5)
jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7) portopolio dan (8) performans.
Cakupan yang diukur dalam ranah Kognitif adalah:
1)    Ingatan (C1) yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat. Ditandai dengan
kemampuan menyebutkan simbol, istilah, definisi, fakta, aturan, urutan,
metode.
2)    Pemahaman (C2) yaitu kemampuan seseorang untuk memahami tentang
sesuatu hal. Ditandai dengan kemampuan menerjemahkan, menafsirkan,
memperkirakan, menentukan, menginterprestasikan.
3)    Penerapan (C3), yaitu kemampuan berpikir untuk menjaring & menerapkan
dengan tepat tentang teori, prinsip, simbol pada situasi baru/nyata. Ditandai
dengan kemampuan menghubungkan, memilih, mengorganisasikan,
memindahkan, menyusun, menggunakan, menerapkan, mengklasifikasikan,
mengubah struktur.
4)    Analisis (C4), Kemampuan berfikir secara logis dalam meninjau suatu fakta/
objek menjadi lebih rinci. Ditandai dengan kemampuan membandingkan,
menganalisis, menemukan, mengalokasikan, membedakan, mengkategorikan.
5)    Sintesis (C5), Kemampuan berpikir untuk memadukan konsep-konsep secara
logis sehingga menjadi suatu pola yang baru. Ditandai dengan kemampuan
mensintesiskan, menyimpulkan, menghasilkan, mengembangkan,
menghubungkan, mengkhususkan.

17
6)    Evaluasi (C6), Kemampuan berpikir untuk dapat memberikan pertimbangan
terhadap sustu situasi, sistem nilai, metoda, persoalan dan pemecahannya
dengan menggunakan tolak ukur tertentu sebagai patokan. Ditandai dengan
kemampuan menilai, menafsirkan, mempertimbangkan dan menentukan.
Contohnya siswa dibina kompetensinya menyangkut kemampuan melukis
jaring-jaring kubus. Namun, untuk dapat melukis jaring-jaring kubus setidaknya
diperlukan pengetahuan (kognitif) tentang bentuk-bentuk jaring kubus dan cara-
cara melukis garis-garis tegak lurus.

G. Penilaian Aspek Keterampilan/Psikomotorik


1. Pengertian
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik,
misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil
belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan
bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya
merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan
hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-
kecenderungan berperilaku). Hasi belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan
menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku
atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah
kognitif dan ranah afektif dengan materi kedisiplinan menurut agama Islam
sebagaimana telah dikemukakan pada pembiraan terdahulu, maka wujud nyata
dari hasil psikomotor yang merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif afektif
itu adalah;
1)      peserta didik bertanya kepada guru pendidikan agama Islam tentang contoh-
contoh kedisiplinan yang telah ditunjukkan oleh Rosulullah SAW, para
sahabat, para ulama dan lain-lain;
2)      peseta didik mencari dan membaca buku-buku, majalah-majalah atau brosur-
brosur, surat kabar dan lain-lain yang membahas tentang kedisiplinan

18
3)      peserta didik dapat memberikan penejelasan kepada teman-teman sekelasnya
di sekolah, atau kepada adik-adiknya di rumah atau kepada anggota
masyarakat lainnya, tentang kedisiplinan diterapkan, baik di sekolah, di
rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat;
4)      peserta didik menganjurkan kepada teman-teman sekolah atau adik-adiknya,
agar berlaku disiplin baik di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah
kehidupan masyarakat
5)      peserta didik dapat memberikan contoh-contoh kedisiplinan di sekolah,
seperti datang ke sekolah sebelum pelajaran di mulai, tertib dalam
mengenakan seragam sekolah, tertib dan tenag dalam mengikuti pelajaran, di
siplin dalam mengikuti tata tertib yang telah ditentukan oleh sekolah, dan
lain-lain
6)      peserta didik dapat memberikan contoh kedisiplinan di rumah, seperti disiplin
dalam belajar, disiplin dalam mennjalannkan ibadah shalat, ibadah puasa, di
siplin dalam menjaga kebersihan rumah, pekarangan, saluran air, dan lain-lain
7)     peserta didik dapat memberikan contoh kedisiplinan di tengah-tengah
kehidupan masyarakat, seperti menaati rambu-rambu lalu lintas, tidak kebut-
kebutan, dengan suka rela mau antri waktu membeli karcis, dan lain-lain.
8)      peserta didik mengamalkan dengan konsekuen kedisiplinan dalam belajar,
kedisiplinan dalam beribadah, kedisiplinan dalam menaati peraturan lalu
lintas, dan sebagainya.

2. Ciri-ciri Ranah Penilaian Psikomotor


Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya
melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah
psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis,
memukul, melompat dan lain sebagainya.
Tabel. 2 Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek
Psikomotorik

Tingkat Deskripsi
I. Gerakan Refleks Arti: gerakan refleks adalah basis semua perilaku bergerak,
respons terhadap stimulus tanpa sadar.
Misalnya: melompat, menunduk,berjalan,menggerakkan
leher dan kepala, menggenggam, memegang
Contoh kegiatan belajar:

19
– mengupas mangga dengan pisau
– memotong dahan bunga
– menampilkan ekspresi yang berbeda
– meniru gerakan polisi lalulintas, juru parkir
– meniru gerakan daun berbagai tumbuhan yang diterpa
angin
II Gerakan dasar Arti: gerakan ini muncul tanpa latihan tapi dapat
(basic fundamental Diperhalus melalui praktik gerakan ini terpola dan dapat
movements) ditebak
Contoh kegiatan belajar:

 Contoh gerakan tak berpindah: bergoyang,


membungkuk, merentang, mendorong, menarik,
memeluk, berputar
 Contoh gerakan berpindah: merangkak, maju
perlahan-lahan, muluncur, berjalan, berlari,
meloncat-loncat, berputar mengitari, memanjat.
 Contoh gerakan manipulasi: menyusun balok/blok,
menggunting, menggambar dengan krayon,
memegang dan melepas objek, blok atau mainan.
 Keterampilan gerak tangan dan jari-jari:
memainkan bola, menggambar.

III.GerakanPersepsi Arti : Gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu


(Perceptualobilities) kemampuan perseptual
Contoh kegiatan belajar:
¨   menangkap bola, mendrible bola
¨   melompat dari satu petak ke petak lain dengan 1 kali
sambil menjaga keseimbangan
¨   memilih satu objek kecil dari sekelompok objek yang
ukurannya bervariasi
¨   membaca melihat terbangnya bola pingpong
¨   melihat gerakan pendulun menggambar simbol geometri
¨   menulis alfabet
¨   mengulangi pola gerak tarian
¨   memukul bola tenis, pingpong
¨   membedakan bunyi beragam alat musik
¨   membedakan suara berbagai binatang
¨   mengulangi ritme lagu yang pernah didengar
¨   membedakan berbagai tekstur dengan meraba
IV.Gerakan Arti: gerak lebih efisien, berkembang melalui kematangan
Kemampuan fisik dan belajar
(Psycal abilities) Contoh kegiatan belajar:
        menggerakkan otot/sekelompok otot selama waktu
tertentu berlari jauh
        mengangkat beban
        menarik-mendorong
        melakukan push-up
        kegiatan memperkuat lengan, kaki dan perut
        menari
        melakukan senam
        melakukan gerakan pesenam, pemain biola, pemain

20
bola
V. gerakan terampil Arti: dapat mengontrol berbagai tingkat gerak – terampil,
(Skilledmovements) tangkas, cekatan melakukan gerakan yang sulit dan rumit
(kompleks)
Contoh kegiatan belajar:

 melakukan gerakan terampil berbagai cabang


olahraga
 menari, berdansa
 membuat kerajinan tangan
 menggergaji
 mengetik
 bermain piano
 memanah
 skating
 melakukan gerak akrobatik
 melakukan koprol yang sulit

VI. Gerakan indah Arti: mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan


dan kreatif –       gerak estetik: gerakan-gerakan terampil yang efisien
(Non-discursive dan indah
communicatio) –       gerakan kreatif: gerakan-gerakan pada tingkat
tertinggi untuk mengkomunikasikan peran
Contoh kegiatan belajar:
          kerja seni yang bermutu (membuat patung, melukis,
menari baletr
         melakukan senam tingkat tinggi
         bermain drama (acting)
        keterampilan olahraga tingkat tinggi

3. Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Psikomotor


Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor.
Ryan (1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui
(1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses
pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu
dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan
kelak dalam lingkungan kerjanya.
Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat bahwa penilaian hasil belajar
psikomotor mencakup: (1) kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja, (2)
kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan,
(3) kecepatan mengerjakan tugas, (4) kemampuan membaca gambar dan atau
simbol, (5) keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah
ditentukan.

21
Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian hasil belajar
psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan produk.
Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta
didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes
peserta didik.
Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi  
atau pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang
dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar
atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan
diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan
alins ketika belajar.
Observasi dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung. Pengamat
terlebih dahulu harus menetapkan kisi-kisi tingkah laku apa yang hendak
diobservasinya, lalu dibuat pedoman agar memudahkan dalam pengisian
observasi. Pengisian hasil observasi dalam pedoman yang dibuat sebenarnya bisa
diisi secara bebas dalam bentuk uraian mengenai tingkah laku   yang tampak
untuk diobservasi, bisa pula dalam bentuk memberi tanda cek (√) pada kolom
jawaban hasil observasi.
Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur
penampilan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes
tersebut   dapat berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes
unjuk kerja.
         Tes simulasi
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, jika tidak ada alat yang
sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik,
sehingga peserta didik dapat dinilai tentang penguasaan keterampilan dengan
bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan suatu alat yang
sebenarnya.
         Tes unjuk kerja (work sample)

22
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan
dengan sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik
sudah menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. Misalnya dalam melakukan
praktik pengaturan lalu lintas lalu lintas di lapangan yang sebenarnya
Tes simulasi dan tes unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan observasi
langsung ketika peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar
observasi dapat menggunakan   daftar cek (check-list) ataupun skala penilaian
(rating scale).  Psikomotorik yang diukur dapat menggunakan alat ukur berupa
skala penilaian terentang dari  sangat baik, baik, kurang, kurang, dan tidak baik.
Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah
psikomotor adalah praktik di aula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam
kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun hanya
sedikit bila dibandingkan dengan ranah psikomotor. Pengukuran hasil belajar
ranah psikomotor menggunakan tes unjuk kerja atau lembar tugas.
Contohnya kemampuan psikomotor yang dibina dalam belajar matematika
misalnya berkaitan dengan kemampuan mengukur (dengan satuan tertentu, baik
satuan baku maupun tidak baku), menggambar bentuk-bentuk geometri (bangun
datar, bangun ruang, garis, sudut,dll) atau tanpa alat. Contoh lainnya, siswa dibina
kompetensinya menyangkut kemampuan melukis jaring-jaring kubus.
Kemampuan dalam melukis jaring-jaring kubus secara psikomotor dapat dilihat
dari gerak tangan siswa dalam menggunakan peralatan (jangka dan penggaris)
saat melukis. Secara teknis penilaian ranah psikomotor dapat dilakukan dengan
pengamatan (perlu lembar pengamatan) dan tes perbuatan.
Dalam ranah psikomotorik yang diukur meliputi (1) gerak refleks, (2)
gerak dasar fundamen, (3) keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik,
diskriminasi visual, diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan
perseptual yang terkoordinasi, (4) keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6)
komunikasi non diskusi (tanpa bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan
ekspresif, gerakan interprestatif.
Tabel. 3 Lembar observasi
Beri Tanda (√)
Nama Siswa Mengerjakan Tugas (On- Tidak Mengerjakan Catatan Guru

23
Task) Tugas (Off-Task)
Damar
Ayu
Dst…..

Tabel. 4 Instrumen (alat) Asesmen Kinerja (unjuk kerja) Berpidato dengan


numerical Rating Scale

Nama : …………………………………………….
Kelas : …………………………………………….
Petunjuk:
Berilah skor untuk setiap aspek kinerja yang sesuai dengan ketentuan
berikut:
(4) bila aspek tersebut dilakukan dengan benar dan cepat
(3) bila aspek tersebut dilakaukan dengan benar tapi lama
(2) bila aspek tersebut dilakukan selesai tetapi salah
(1) bila dilakukan tapi tidak selesai
( 0 = tidak ada usaha)
No Aspek yang dinilai Skor
4 3 2 1
1. Berdiri tegak menghadap penonton
2. Mengubah ekspresi wjah sesuai dengan
pernyataan
3. Berbicara dengan kata-kata yang jelas
4. Tidak mengulang-ulang pernyataan
5. Berbicara cukup keras untuk didengar penonton

H. Penilaian Aspek Sikap/Afektif


1. Pengertian

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah
afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi.
Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai
tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama
Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah,

24
motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam
yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan
agama Islam dan sebagainya.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1)
receiving (2) responding (3) valuing (4) organization (5) characterization by
evalue or calue complex
Receiving atau attending (= menerima atua memperhatikan), adalah
kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang
kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk
dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima
stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang
dari luar. Receiving atau attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan
untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta
didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan
kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau
meng-identifikasikan diri dengan nilai itu. Contah hasil belajar afektif jenjang
receiving , misalnya: peserta didik bahwa disiplin wajib di tegakkan, sifat malas
dan tidak di siplin harus disingkirkan jauh-jauh.
Responding (= menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”.
Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang
untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan
membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada
jenjang receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif responding adalah peserta
didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau menggeli lebih
dalam lagi, ajaran-ajaran Islam tentang kedisiplinan.
Valuing (menilai=menghargai). Menilai atau menghargai artinya mem-
berikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek,
sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian
atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi
daripada receiving dan responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar,
peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka
telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena,  yaitu baik atau buruk.

25
Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan
“itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses
penilaian. Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya. Dengan
demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil belajar
efektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peseta
didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun di tengah-tengah
kehidupan masyarakat.
Organization (=mengatur atau mengorganisasikan), artinya memper-
temukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang
membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan
pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya
hubungan satu nilai denagan nilai  lain., pemantapan dan perioritas nilai yang
telah dimilikinya. Contoh nilai efektif jenjang organization adalah peserta didik
mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh bapak
presiden Soeharto pada peringatan hari kemerdekaan nasional tahun 1995.
Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan  suatu
nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah
dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah
lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalal
suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan
telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkat efektif tertinggi,
karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki
phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah
memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu
yang lama, sehingga membentu karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya
menetap, konsisten dan dapat diramalkan. Contoh hasil belajar afektif pada
jenjang ini adalah siswa telah memiliki kebulatan sikap wujudnya peserta didik
menjadikan perintah Allah SWT yang tertera di Al-Quran menyangkut disiplinan,
baik kedisiplinan sekolah, dirumah maupun ditengah-tengan kehidupan
masyarakat.

26
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena
dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima (memperhatikan),
Merespon,  Menghargai, Mengorganisasi, dan Karakteristik suatu nilai.
Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif  seseorang terhadap
kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap,
yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya
adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap,
yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan
seseorang tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan perasaan
dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan
kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu, sikap   selalu
bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu.
Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh
responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan
nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua
kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif.
Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam
skala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif
maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya
pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju.

2.    Ciri-ciri Ranah Penilaian Afektif

Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan


sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan
dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria
lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas
menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat
dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang
kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah
perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang
menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk.

27
Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan
dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka
karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum. Target mengacu
pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari perasaan. Bila kecemasan
merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa kemungkinan target.
Peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah, matematika, situasi sosial, atau
pembelajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan target dari kecemasan. Kadang-
kadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui.
Seringkali peserta didik merasa cemas bila menghadapi tes di kelas. Peserta didik
tersebut cenderung sadar bahwa target kecemasannya adalah tes.
Ada 5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu
sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.
1)      Sikap
Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak
suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan
menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima
informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran,
tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian
sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik
terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang
dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi,
konsep, atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap
sekolah atau terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik ini penting untuk
ditingkatkan (Popham, 1999). Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran,
misalnya bahasa Inggris, harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti
pembelajaran bahasa Inggris dibanding sebelum mengikuti pembelajaran.
Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana
pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap
peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.
2)      Minat

28
Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir
melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus,
aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau
keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting
pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik
afektif yang memiliki intensitas tinggi.

Penilaian minat dapat digunakan untuk:


        mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam
pembelajaran,
         mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,
         pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,
         menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas.
3)      Konsep Diri
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap
kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri
pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang
tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif,
dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari
rendah sampai tinggi.
Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu
dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif
karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi
sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat.
Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari
penilaian diri adalah sebagai berikut:
         Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik.
         Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai.
         Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.
         Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik.

29
         Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
4)      Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan,
tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya
dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar
objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.
Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti
sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya
intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai
yang diacu.
Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai
adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam
mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia
belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur
penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus
membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan
signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan
memberi konstribusi positif terhadap masyarakat.
5)      Moral
Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang per-kembangan moral anak.
Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan
tindakan moral. Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran
respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana
sesungguhnya seseorang bertindak.
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan
orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya
menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik
maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang,
yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan
dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
Ranah afektif lain yang penting adalah:

30
         Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam
berinteraksi dengan orang lain.
         Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya
moral dan artistik.
         Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat
perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan.
         Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis
memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada semua
orang.
Tabel. 5 Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek
Afektif

Tingkat Contoh kegiatan pembelajaran


Penerimaan Arti : Kepekaan (keinginan menerima/memperhatikan) terhadap
(Receiving) fenomena/stimult menunjukkan perhatian terkontrol dan terseleksi
Contoh kegiatan belajar :
-sering mendengarkan musik
– senang membaca puisi
– senang mengerjakan soal matematik
– ingin menonton sesuatu
– senang menyanyikan lagu
Responsi Arti : menunjukkan perhatian aktif melakukan sesuatu
(Responding) dengan/tentang fenomena setuju, ingin, puas meresponsi
(mendengar)
Contoh kegiatan belajar :
        mentaati aturan
        mengerjakan tugas
          mengungkapkan perasaan
        menanggapi pendapat
          meminta maaf atas kesalahan
           mendamaikan orang yang bertengkar
        menunjukkan empati
        menulis puisi
        melakukan renungan
        melakukan introspeksi
Acuan Nilai Arti : Menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung nilai,
( Valuing) termotivasi berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang pasti
Tingkatan : menerima, lebih menyukai, dan menunjukkan komitmen
terhadap suatu nilai
Contoh Kegiatan Belajar :

 mengapresiasi seni
 menghargai peran
 menunjukkan perhatian
 menunjukkan alasan
 mengoleksi kaset lagu, novel, atau barang antik

31
 menunjukkan simpati kepada korban pelanggaran HAM
 menjelaskan alasan senang membaca novel

Arti : mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam suatu sistem


Organisasi menentukan saling hubungan antar nilai memantapkan suatu nilai
yang dominan dan diterima di mana-mana memantapkan suatu
nilaimyang dominan dan diterima di mana2
Tingkatan : konseptualisasi suatu nilai, organisasi suatu sistem nilai
Contoh kegiatan belajar :

 rajin, tepat waktu


 berdisiplin diri  mandiri dalam bekerja secara independen
 objektif dalam memecahkan masalah
 mempertahankan pola hidup sehat
 menilai masih pada fasilitas umum dan mengajukan saran
perbaikan
 menyarankan pemecahan masalah HAM
 menilai kebiasaan konsumsi
 mendiskusikan cara-cara menyelesaikan konflik antar-
teman

3. Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Afektif

Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya


menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah
afektif dilakukan melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya
dilakukan dengan pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru
terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah
afektif kemampuan yang diukur adalah:
Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi,
gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian. Merespon, meliputi
merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas  dalam merespon,
mematuhi peraturan. Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan
suatu nilai, komitmen terhadap nilai. Mengorganisasi, meliputi
mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak, mengorganisasi
sistem suatu nilai. Karakteristik suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem
nilai yang dianutnya. Contohnya mengamati tingkah laku siswa selama mengikuti
proses belajar mengajar berlangsung. Skala yang sering digunakan dalam

32
instrumen (alat) penilaian afektif adalah Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala
Beda Semantik.

Tabel. 6 Contoh Skala Thurstone: Minat terhadap pelajaran sejarah

7 6 5 4 3 2 1
Saya senang balajar sejarah
Pelajaran sejarah bermanfaat
Pelajaran sejarah membosankan
Dst….

Tabel. 7 Contoh Skala Likert: Minat terhadap pelajaran sejarah

1. Pelajaran sejarah bermanfaat SS S TS STS

1. Pelajaran sejarah sulit

1. Tidak semua harus belajar sejarah

1. Sekolah saya menyenangkan

Keterangan:
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju
Contoh Lembar Penilaian Diri Siswa
Minat Membaca
Nama Pembelajar:_

Tabel. 8 Contoh Skala Beda Semantik:

No Deskripsi Ya/Tidak
1 Saya lebih suka membaca dibandingkan dengan
melakukan hal-hal lain
2 Banyak yang dapat saya ambil hikmah dari buku yang
saya baca
3 Saya lebih banyak membaca untuk waktu luang saya
4 Dst…………..

33
BAB III
PEMBAHASAN

A. Contoh Aspek Penilaian Pengetahuan atau Kognitif


Tabel. 9 Penilaian pengetahuan
Tingkat Kesukaran Kunci Bobot
Kompetensi Dasar Indikator Indikator Soal Nomor soal Soal Jawaban Soal
C1 C2 C3 C4 C5
Objektif
3.1Mendeskripsikan sifat- 1. Menjelaskan karakteristik gas Diberikan beberapa pernyataan 1 V 20
sifat gas ideal monoatomik ideal tentang siswa kinetik gas dapat
2. Menjelaskan satuan yang menjelaskan besaran tekait.
berhubungan dengan Diberikan beberapa pernyataa 2 V 20
persamaan gas ideal siswa dapat membedakan
3. Memformulasikan Hukum besaran-besaran tekait.
Boyle-Gay Lussac Diberikan beberapa nilai besaran 3 V 20
4. Memformulasikan persamaan siswa dapat menentukan salah

Terlampir
umum gas ideal satu besaran tekait.
Diberikan beberapa nilai besaran 4 V 20
suhu, volum dan tekanan siswa
dapat menentukan salah satu
besaran tekait.
Diberikan beberapa nilai besaran 5 V 20
massa, suhu, volum dan tekanan
siswa dapat menentukan salah
satu besaran tekait.

Essay
Diberikan pernyatan tentang gas 1 V 20
ideal, siswa dapat menyebutkan

34
persamaan gas ideal.
Diberikan pernyataan dalam 2 V 15
kehidupan sehari- hari, siswa
dapat menjelaskan sifat- sifat
gas ideal.
Diberikan nilai, siswa dapat 3 V 30
menyelesaikan soal- soal tentang
gas ideal
Diberikan nilai besaran terkait 4 V 35
siswa dapat menyelesaikan soal
yang berhubungan dengan
persamaan gas ideal.

Tabel. 10 Rubrik penilaian pengetahuan

Tingkat
NO SOAL Kemampuan JAWABAN SKOR
Berfikir
Objektif
1 Menurut teori kinetik gas, tekanan gas dalam C2 Jika tekanan gas yang berada dalam bejana tertutup (tidak bocor) dijaga 10
ruangan tertutup adalah .............. tetap, volum gas sebanding dengan suhu mutlak.
A. Sebanding dengan volum ruangan.
B. Berbanding terbalik dengan suhu ruangan. Jawaban : B
C. Sebanding dengan massa jenis gas.
D. Berbanding terbalik dengan massa jenis gas.
E. Sebanding dengan kecepatan rata-rata
partikel gas.
2 Faktor yang mempengaruhi energi kinetik gas di C2 Energi kinetik gas : 10
dalam ruang tertutup: Ek = 3/2 kT
(1) tekanan
(2) volume dimana 
(3) suhu Ek = energi kinetik (untuk satu partikel gas)

35
(4) jenis zat k = tetapan Boltzmann
Pernyataan yang benar adalah.... T = suhu gas (dalam Kelvin)
A. (1) dan (2) Jawab : Suhu saja
B. (1) dan (3) Jawaban : E
C. (1) dan (4)
D. (2) saja
E. (3) saja
3 Persamaan keadaan gas ideal dinyatakan oleh C2 PV = nRT 10
suatu fungsi dengan variabel. P = Tekanan
V = Volum
1. Suhu. n = jumlah partikel
2. Tekanan. R = konstanta Boltzman
3. Volum. T = suhu
4. Jumlah partikel. Jawaban : E

Jawaban yang benar adalah ....

A. 1, 2, 3
B. 1, 3
C. 2, 4
D. 4
E. 1, 2, 3, 4

36
4 Suatu gas yang massanya 1,95 kg pada suhu C4 Diket : m = 1,95 kg = 1950 gr 20
270C memiliki volum 600 liter dan tekanan 5
atm. Tentukan massa molekul relatif (Mr) gas T = 27 + 273 = 300 K
tersebut. V = 600 liter
A. 14
P = 5 atm
B. 16 Dit : Mr ...... .. .. ... .. .. ?
C. 18 Jawab :
D. 20
E. 25 PV = nRT
m
PV = RT
Mr
mRT
Mr =
PV
(1950 )(0,082)(300)
=
(5)(600)
= 16
Jawabannya : B

37
5 Gas nitrogen pada suhu 270C memiliki volum C3 Diket : T1 = 27 + 273 = 300 K 15
25 liter dan 105 N/m2. Jika tekanannya diubah
menjadi 2 x 105 N/m2 pada suhu 1270C, maka V1 = 25 liter
volum gas tersebut adalah ............
P1= 105 N/m
A. 15,45 liter T2 = 127 + 273 = 400 K
B. 16,67 liter
C. 14,64 liter P2= 2 x 105 N/m 2
D. 13,14 liter Dit : V 2 . ........ ..... .. ... ?
E. 11,24 liter
Jawab :
P1 V 1 P2 V 2
=
T1 T2
P1 V 1 T 2
V 2=
P2 T 1
(105 )(25)(400 )
=
(2x105 )(300 )
= 16,67 liter .
Essay

38
6 Jika suatu gas ideal dimanfaatkan pada suhu C1 PV =NKT 15
tetap sampai volumenya setengahnya, apa yang
terjadi… dikP=P
T =T
N=N
1
V= V
2
1
VP=NKT
2
Sesua dengan persamaan VP=2 T
Tekanannya tetap, suhu dinaikkan 2 kali lipat.
7 Apa yang terjadi pada sebuah ban jika berada di C2 Pada siang hari yang sangat tarik, suhu udara dalam ban akan bertambah 15
bawah panas matahari yang sangat terik? sehingga tekananya juga akan bertambah, kemungkinan ban akan meletus
Jelaskan! karena tekanan udara dalam ban yang melewati batas
8 Tentukan massa jenis udara (m = 28,8 kg/mol) C3 dikM =28 , 8 kg/mol 15
pada suhu 200 C dan tekanan atmosfer normal (1
atm) T =200 C
P=1 x105
PV =nRT
m
PV = RT
M
m PM
ρ= =
v RT
10 5 x28 , 8
ρ=
8314 x 293
ρ=1 , 182 kg/m 3

39
9 Suatu gas yang massanya 1,95 kg pada suhu C3 m=1,95kg
270C memiliki volum 600 liter dan massa
molekul relative 16 gas tersebut, berapakah T=27+273=300 K
tekanannya V=600liter
M r =16
ditP ....?
PV =nRT
1,95
PV = (0,082)(300)
16
PV =2,998
2,998
p= =5atm
0,6

B. Contoh Aspek Penilaian Keterampilan atau Psikomotorik


Tabel. 11 Pengamatan Keterampilan Praktikum

No Aspek yang dinilai 3 2 1 Keterangan


1 Meletakkan kaca plan paralel
2 Mengarahkan sumber cahaya pada
sisi plan paralel
3 Menancapkan jarum pentul pada
lintasan cahaya

40
Tabel. 12 Rubrik Pengamatan Keterampilan Praktikum

No Aspek yang dinilai Keterangan


1 Meletakkan kaca plan 3: meletakkan kaca plan parallel secara tepat yang
paralel salah satu panjangnya yang berimpit dengan garis
pada kertas
2: meletakkan kaca plan parallel secara kurang tepat
pada salah satu sisi panjangnya yang berimpit dengan
garis pada kertas
: meletakkan kaca plan parallel secara tidak tepat
pada salah satu sisi panjangnya yang berimpit dengan
garis pada kertas
2 Mengarahkan sumber 3: mengarahkan sumber cahaya pada sisi plan
cahaya pada sisi plan parallel secara benar dan mengenai titik potong
paralel kedua garis lintas
2: mengarahkan sumber cahaya pada sisi plan
parallel secara benar namun tidak mengenai titik
potong kedua garis lintas
1: mengarahkan sumber cahaya pada sisi plan
parallel secara kurang benar dan tidak mengenai titik
potong kedua garis lintas
3 Menancapkan jarum 3: menancapkan jarum pentul pada lintasan cahaya
pentul pada lintasan dengan tepat dan tegak lurus pada plan parallel
cahaya 2: menancapkan jarum pentul pada lintasan cahaya
dengan kurang tepat dan tegak lurus pada plan

41
parallel
1: menancapkan jarum pentul pada lintasan cahaya
dengan tidak tepat dan tidak tegak lurus pada plan
parallel

1. Indikator Skor
Aliran laminer dan turbulens
Persiapan 2 Membaca tujuan pratikum, alat dan bahan, dan langkah kerja
Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan serta mengamati demostrasi yang dilakukan oleh guru

Pelaksanaan
3 Menyalakan keran air dengan memvariasikan skala kecepatan air keluar dari keran
(Pengambilan data)
Mengamati bentuk aliran air untuk setiap variasi
Mengambil foto dari aliran air

(Tabulasi data) 2 Melukis kembali gambar bentuk aliran airnya


Memasukkan data pada tabel

Hasil
2 Mengidentifikasibentuk aliran air (laminer dan turbulens) sesuai dengan ciri-cirinya
(Menganalisis)
Menganalisis perbedaan aliran laminer dan turbulens

(Kesimpulan) 2 menyimpulkan tentang percobaan yang dilakukan


menyimpulkan perbandingan hipotesis dengan hasil percobaan

Laporan 3 melakukan percobaan sesuai prosedur

42
Mengisi semua perintah yang ada di LKPD
membersihkan alat dan bahan percobaan

Asas Kontinuitas
Membaca tujuan pratikum, alat dan bahan, dan langkah kerja
Persiapan 3 Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan serta mengamati demonstrasi yang dilakukan oleh guru
Mencek kondisi alat ukur yang digunakan

Merangkai alat seperti gambar di LKPD


Pelaksanaan
3 Menetapkan dua titik sebagai acuan dalam percobaan
(Merangkai)
Menetapkan diameter titik pertama

Mengukur diameter selang di titik pertama


Memvariasikan diameter selang di titik kedua
(Pengambilan data) 4
Mengukur diameter selang di titik kedua untuk setiap variasi
Mengukur kecepatan aliran air di titik pertama dan kedua untuk setiap variasi

memasukkan data pada tabel


2
(Tabulasi data) mengecek kembali hasil percobaan

Menghitung debit aliran fluida untuk setiap percobaan


Hasil
3 Menghitung kecepatan aliran air dengan rumus
(Menganalisis)
Membuat grafik hubungan luas penampang dengan kecepatan aliran air untuk tiap percobaan

menyimpulkan tentang percobaan yang dilakukan


(Kesimpulan) 3 menjelaskan kesalah-kelasahan yang terdapat saat melakukan percobaan
menyimpulkan perbandingan hipotesis dengan hasil percobaan

43
melakukan percobaan sesuai prosedur
Laporan 2
Mengisi semua perintah yang ada di LKPD
Asas Bernoulli
Membaca tujuan pratikum, alat dan bahan, dan langkah kerja
Persiapan 3 Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan serta mengamati demonstrasi yang dilakukan oleh guru
Mencek kondisi alat ukur yang digunakan

Melubangi botol plastic dengan ketinggian yang berbeda


Pelaksanaan
3 Menutup semua lubang dengan selotip
(Merangkai)
Mengisi penuh botol dengan air

Mengukur tinggi tinggi botol


(Pengambilan data) 3 Mengukur tinggi setiap lubang
Mengukur jangkauan mendatar aliran air yang keluar dari setiap lubang

memasukkan data pada tabel


2
(Tabulasi data) mengecek kembali hasil percobaan

Menghitung kecepatan aliran air dengan rumus


Hasil
3 Menghitung jangkauan mendatar air dengan rumus
(Menganalisis)
Membuat grafik hubungan tinggi lubang dengan jangkauan mendatar air

menyimpulkan tentang percobaan yang dilakukan


(Kesimpulan) 3 menjelaskan kesalah-kelasahan yang terdapat saat melakukan percobaan
menyimpulkan perbandingan hipotesis dengan hasil percobaan

44
melakukan percobaan sesuai prosedur
Laporan 2
Mengisi semua perintah yang ada di LKPD

Pelaksanaan Hasil
Tota
No Nama Persiapan Pengambilan Laporan Nilai
Merangkai Tabulasi Data Menganalisis Kesimpulan l
. Siswa Data
1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 1 2 3

C. Contoh Aspek Penilaian Sikap atau Afektif


Tabel. 13 Pengamatan Perilaku Ilmiah

No Aspek yang dinilai 3 2 1 Keterangan


1 Rasa ingin tahu
2 Jujur
3 Bertanggung jawab
4 Teliti

Tabel. 14 Rubrik Pengamatan Perilaku Ilmiah

45
No Aspek yang Rubrik
dinilai
1 Rasa ingin tahu 3: menunjukkan rasa ingin tahu yang besar, antusias dalam
pembealajaran, selalu aktif bertanya.
2: menunjukkan rasa ingin tahu, kurang antusias dalam
pembealajaran, bertanya pada saat pemberian poin.
1: tidak menunjukkan rasa ingin tahu, tidak antusias dan
pasif dalam pembealajaran.
2 Jujur 3: menuliskan hasil pengamatan sesuai dengan kenyataan,
selalu berlaku jujur (tidak mencontek) saat tes
2: memodifikasi hasil pengamatan, berlaku jujur saat tes
1: menulis sesuka hati tanpa melakukan pengamatan, tidak
berlaku jujur saat tes.
3 Bertanggung 3: mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh dan
jawab menyelesaikan dengan hasil terbaik, selalu tepat waktu
2: berupaya tepat waktu dalam menyelesaikan tugas,
bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas namun
belum menunjukkan upaya terbaiknya.
1: tidak bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas dan
mengumpulkan tugas tidak tepat waktu
4 Teliti 3: melakukan praktikum dengan sesuai prosedur yang ada,
teliti dalam melakukan pengamatan dan pegukuran.
2: melakukan praktikum dengan sesuai prosedur yang ada,
kurang teliti dalam melakukan pengamatan dan pengukuran

46
1: tidak melakukan praktikum sesuai prosedur yang ada,
tidak teliti dalam melakukan pengamatan dan pengukuran

Aspek yang
Skor Indikator
dinilai
Selalu berani dalam presentasi, mengeluarkan pendapat, menanggapi dan
4
member masukan
Sering berani dalam presentasi, mengeluarkan pendapat, menanggapi dan
3
member masukan
Percaya Diri
Kadang-kadang berani dalam presentasi, mengeluarkan pendapat,
2
menanggapi dan member masukan
Tidak pernah berani dalam presentasi, mengeluarkan pendapat,
1
menanggapi dan member masukan
Selalu menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi, bertanya kepada guru,
4
dan mencari informasi dari sumber lain
Sering menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi, bertanya kepada guru,
3
dan mencari informasi dari sumber lain
Ingin tahu
Kadang-kadang menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi, bertanya
2
kepada guru, dan mencari informasi dari sumber lain
Tidak pernah menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi, bertanya kepada
1
guru, dan mencari informasi dari sumber lain
Selalu bertanya dan melakukan hal yang bermanfaat, bekerja sama dalam
4
kelompok, dan berkomunikasi dengan baik
Sering bertanya dan melakukan hal yang bermanfaat, bekerja sama dalam
3
kelompok, dan berkomunikasi dengan baik
Komunikatif
Kadang-kadang bertanya dan melakukan hal yang bermanfaat, bekerja
2
sama dalam kelompok, dan berkomunikasi dengan baik
Tidak pernah bertanya dan melakukan hal yang bermanfaat, bekerja sama
1
dalam kelompok, dan berkomunikasi dengan baik

47
Selalu datang tepat waktu, mematuhi tata tertib belajar dan
4
mengumpulkan tugas pada waktunya
Sering datang tepat waktu, mematuhi tata tertib belajar dan
3
mengumpulkan tugas pada waktunya
Disiplin
Kadang-kadang datang tepat waktu, mematuhi tata tertib belajar dan
2
mengumpulkan tugas pada waktunya
Tidak pernah datang tepat waktu, mematuhi tata tertib belajar dan
1
mengumpulkan tugas pada waktunya
Selalu mengerjakan tugas yang diberikan, amanah terhadap pekerjaan,
4
dan berperan aktif dalam kelompok
Sering mengerjakan tugas yang diberikan, amanah terhadap pekerjaan,
3
Tanggung dan berperan aktif dalam kelompok
Jawab Kadang-kadang mengerjakan tugas yang diberikan, amanah terhadap
2
pekerjaan, dan berperan aktif dalam kelompok
Tidak pernah mengerjakan tugas yang diberikan, amanah terhadap
1
pekerjaan, dan berperan aktif dalam kelompok
Selalu mencintai setiap pekerjaan yang dilakukan, bersungguh-sungguh ,
4 bertindak secara efektif dan efien terhadap waktu dan tidak mengeluh
dalam melakukan pekerjaan
Sering mencintai setiap pekerjaan yang dilakukan, bersungguh-
3 sungguh , bertindak secara efektif dan efien terhadap waktu dan tidak
mengeluh dalam melakukan pekerjaan
Kerja keras
Kadang-kadang mencintai setiap pekerjaan yang dilakukan, bersungguh-
2 sungguh, bertindak secara efektif dan efien terhadap waktu dan kaang
mengeluh mengeluh dalam melakukan pekerjaan
Tidak pernah mencintai setiap pekerjaan yang dilakukan, bersungguh-
1 sungguh, bertindak secara efektif dan efien terhadap waktu dan selalu
mengeluh dalam melakukan pekerjaan

48
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah memahami penjelasan diatas maka dapat diambil kesimpulan, yaitu:
1. Assesment/penilaian adalah suatu proses memberikan atau menentukan nilai
yang bersifat kualitatif terhadap hasil belajar tertentu berdasarkan suatu
kriteria tertentu.
2. Fungsi penilaian yaitu: (1) penempatan yang tepat, (2) pemberian umpan
balik, (3) diagnosis kesulitan belajar, dan (4) penentuan kenaikan tingkat
atau kelulusan pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu.
3. Prinsip dari penilaian yaitu: sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka,
Menyeluruh dan berkesinambungan dan sistematis.
4. Penilaian aspek pengetahuan adalah Ranah kognitif adalah ranah yang
mencakup kegiatan mental (otak). Ranah kognitif berhubungan dengan
kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal,
memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan
mengevaluasi.
5. Penilaian aspek keterampilan adalah Ranah psikomotor merupakan ranah
yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak
setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ranah
psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa
hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu.
6. Penilaian aspek sikap adalah Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan
dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti
perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan
tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.

B. Saran
Pendidik diharapkan mampu merancang dan mengembangkan bentuk-
bentuk asesmen dan merancang bentuk-bentuk mengases hasil belajar dalam
pembelajaran fisika, sehingga dapat melakukan penilaian keterampilan peserta
didik.

49
DAFTAR PUSTAKA

Permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Guruan. Jakarta:


Depdiknas

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Koyan, Wayan. 2011. Asesmen dalam Pendidikan. Singaraja: Universitas


Pendidikan Ganesha Press.

Rasyid, Harun dan Mansur. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV.
Wacana Prima.

Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Evalusi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada.

Sudaryono. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu

Thoha, M. Chabib. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo


Persada

Tayibnapis, Farida Yusuf. 2008. Evaluasi Program dan Isntrumen Evaluasi.


Jakarta: Rineka Cipta

Sukiman. 2012. Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogyakarta: Insan Madani

50

Anda mungkin juga menyukai