Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

BIOFISIKA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA


“Konsep Fisika pada Jaring Laba-Laba”

OLEH :
LAURA ALIYAH AGNEZI (19175006)

DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Ratnawulan, M. Si.

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah pribadi pada
mata kuliah Biofisika dalam Pembelajaran Fisika mengenai “Konsep Fisika pada
Jaring Laba-Laba”. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak dibantu oleh
berbagai pihak terutama penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Pembimbing Dr. Ratnawulan, M.Si.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi
materi maupun penulisan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf atas kekurangan
tersebut dan mengharapkan masukan untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Padang, Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
A. Konsep Fisika pada Jaring Laba-Laba ......................................................... 4
B. Elastisitas ..................................................................................................... 6
C. Aplikasi ...................................................................................................... 11
D. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ......................................................... 14
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 23
A. Kesimpulan ................................................................................................ 23
B. Saran ........................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Jaring Laba-Laba .................................................................................... 4


Gambar 2 Tegangan ................................................................................................ 7
Gambar 3 Pegas Ditarik dengan Gaya .................................................................... 9
Gambar 4 Susunan Pegas Seri............................................................................... 10
Gambar 5 Susunan Pegas Paralel .......................................................................... 10
Gambar 6 Sistem Suspensi Kendaraan Bermotor ................................................. 11
Gambar 7 Pegas pada Korek Api .......................................................................... 11
Gambar 8 Pegas Kasur Springbed......................................................................... 12
Gambar 9 Rompi Anti Peluru ............................................................................... 12
Gambar 10 Konstruksi Bangunan Jaring Laba-Laba ............................................ 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laba-laba adalah hewan berkaki delapan dan pemangsa serangga yang tak
bersayap. Tak semua laba-laba menghasilkan jaring. Namun semua laba-laba, yang
tergolong dalam kelas arachnida, memiliki kesamaan dengan hewan dalam kelas
insecta dan myriapoda, yaitu menghasilkan sutera.
Setiap laba-laba memiliki beberapa kelenjar penghasil sutera yang
menghasilkan sutera dengan masing-masing fungsi. Ada sutera untuk menangkap
atau melemahkan mangsa, sutera draglines—yang memusatkan laba-laba ke jaring
dan menopangnya selama beraktivitas, sutera parasut yang terbang membawa bayi
laba-laba ke lokasi baru, hingga sutera untuk sarang, kantung telur, dan
berhubungan seksual.
Laba-laba telah hidup di bumi hampir tiga ratus juta tahun lalu. Legenda sejak
lama menempatkannya sebagai sumber kebahagiaan sekaligus spiritual. Di China,
laba-laba dianggap sebagai pembawa keberuntungan, siang maupun malam. Jepang
memiliki pandangan serupa, tulis Merrily C. Baird dalam Symbols of Japan:
Thematic, Motif and Design. “Keberadaan laba-laba, dalam banyak cerita rakyat di
Jepang, menandakan kunjungan seorang sahabat,” tambah Baird.
Bagi para penganut Buddha di Jepang, laba-laba mengajarkan esensi
kebaikan seperti tertuang dalam kisah Kumo no Ito (Untaian Benang Laba-Laba)
yang ditulis Ryunosuke Akutagawa pada 1918. Alkisah, Sang Buddha, ketika
berjalan di taman surga, memandang ke kolam yang memperlihatkan isi neraka.
Dia memperhatikan seorang kriminal bernama Kandata, yang ketika hidup di bumi
memutuskan untuk tak menginjak seekor laba-laba karena menghargai hidup
binatang itu. Karena perbuatan ini, Sang Buddha mengulurkan seuntai benang laba-
laba agar Kandata bisa meniti ke surga. Namun Kandata jadi egois. Dia melarang
orang lain mengikutinya. Seketika itu pula benang laba-laba putus dan dia terlempar
kembali ke neraka.
Laba-laba juga menjadi bagian dalam cerita perjalanan Nabi Muhammad
menuju Madinah dari kejaran para prajurit penguasa Mekkah. Ketika Muhammad
bersembunyi di sebuah goa, seekor laba-laba memintal jaring yang menutupi

1
lubang masuk goa. Para prajurit yang mengejarnya yakin Muhammad tak berada di
dalam goa karena jaring laba-laba terlihat utuh. Muhammad pun selamat. Diterangi
sinar bulan dan bintang, dia menemukan jalan keluar dari gua tanpa merusak jaring
laba-laba dan mencapai Madinah.
Selain nilai spiritual, ketertarikan akan nilai komersial sutera laba-laba juga
telah lama dimulai. François Xavier Bon de Saint Hilaire, ketua Royal Society of
Sciences di Montpellier, Prancis, bereksperimen dengan laba-laba untuk
memproduksi sutera sebagai bahan pembuatan stoking dan sarung tangan pada
1710.
Meski ukurannya kecil, tapi tidak semua laba-laba menghasilkan jaring yang
lemah. Laba-laba dengan nama Caerostris Darwini contohnya. Laba-laba yang
berasal dari Madagaskar ini memiliki jaring yang dua kali lebih kuat dari jaring
laba-laba lainnya. Yang lebih mencengangkannya lagi, jaring laba-laba Caerostris
Darwini juga enam kali lebih kuat dari Kevlar yang merupakan bahan utama dalam
pembuatan rompi anti peluru. Untuk mengetahui alasan kenapa jaring laba-laba
merupakan bahan yang kuat maka perlu diketahui konsep fisika yang ada pada
jaring laba-laba tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan
masalahnya adalah:
1. Apa konsep fisika pada jaring laba-laba?
2. Apa saja aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi yang terinspirasi
oleh kosep jaring laba-laba atau elastisitas?
3. Percobaan apa yang cocok untuk mengaitkan fenomena jaring laba-laba dan
materi elastisitas?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui konsep fisika pada jaring laba-laba.
2. Mengetahui aplikasi yang menggunakan konsep jaring laba-laba atau
elastisitas.

2
3. Mengetahui percobaan yang cocok untuk mengaitkan konsep jaring laba-laba
dan materi elastisitas.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan mengenai fenomena jaring laba-laba beserta
konsep fisikanya.
2. Menambah pengetahuan penulis tentang konsep fisika pada jaring laba-laba.
3. Sebagai salah satu pilihan bagi guru dalam mengkombinasikan
pembelajaran di kelas.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Fisika pada Jaring Laba-Laba


Pada dasarnya semua fenomena dan kejadian-kejadian yang ada di dunia ini
atas kehendak-Nya. Konsep yang ada pada jaring laba-laba juga dijelaskan dalam
Al-Qur’an surah Al-Ankabut ayat 41:

Artinya:”Perumpamaan orang-orang yang mengambil perlindungan selain


Allah adalah serperti laba-laba membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang
paling lemah ialah rumah laba-laba, sekiranya mereka mengetahuinya.”
Pada ayat diatas menyampaikan rumah yang paling lemah ialah rumah laba-
laba. Jaring laba-laba dan rumahnya yang rapuh menggambarkan kehidupan.
Pertahanan laba-laba bisa saja rusak bila terkena tiupan angin kencang, atau ada
tangan-tangan manusia yang mengusiknya. Allah memberikan perumpamaan,
dimana kehidupan seseorang bisa rapuh apabila dibangun tanpa dasar iman.
Penampakan jaring laba-laba seperti gambar berikut.

Gambar 1 Jaring Laba-Laba

4
5

Kelemahan rumah laba-laba terletak pada jaringnya menurut Al-Qur’an


sedangkan sains menyatakan jaring laba-laba memang sangat kuat. Rumah laba-
laba sangat rapuh dikarenakan laba-laba itu sendiri. Laba-laba kurang memiliki sifat
belas kasih dan baik. Laba-laba betina selalu membunuh pejantan setelah kawin dan
memakan tubuh pasangannya. Setelah telur-telur mereka menetas, anak-anak laba-
laba akan memperebutkan makanan bahkan memakan saudaranya sendiri hingga
ghanya beberapa anak yang tersisa. Cara hidup seperti inilah yang membuat rumah
laba-laba disebut rapuh, tidak dipenuhi cinta, kebaikan, dan kerukunan antar
anggota keluarga. Hal ini disebutkan dalam video yang dapat ditonton di youtube
dengan link: https://www.youtube.com/watch?v=Xky0-7zYigU&t=182s.
Jaring laba-laba dikenal sebagai salah satu material alami yang sangat kuat.
para peneliti dari College of William and Mary telah berhasil mengungkapkan
rahasianya setelah mempelajari jaring laba-laba Loxosceles reclusa menggunakan
mikroskop gaya atom. Hasil pengamatan mikroskop hingga tingkat molekular
menunjukkan bahwa setiap helai jaring laba-laba sebetulnya terbuat dari ribuan
benang nano yang disusun secara paralel.
Setiap helainya yang terbuat dari protein memiliki diameter kurang dari
sepersejuta inci dan panjang yang setidaknya 50 kali lipat dari lebarnya. Diameter
tersebut ratusan ribu lebih tipis daripada rambut manusia. Secara individu, benang-
benang nano ini memang lemah. Namun ketika disimpulkan dengan cara khusus,
benang laba-laba ini bisa menahan lima kali lebih banyak beban dibanding besi
berukuran sama (Wibawa, 2018).
Jaring laba-laba cukup kuat, namun ada satu laba-laba yang punya jaring
terkuat. Laba-laba dengan jaring terkuat itu bernama Caerostris darwini. Menurut
ilmuwan, jaring laba-laba Caerostris darwini 10 kali lebih kuat daripada kevlar.
Kevlar adalah salah satu bahan untuk membuat rompi anti peluru (Widiana, 2018).
Benang (jaring) yang dihasilkan laba-laba merupakan benang sutra berbahan
dasar protein bernama fibrions. Benang ini sangatlah kuat, bahkan apabila ada baja
dan benang laba-laba dengan berat yang sama, benang laba-laba lebih kuat dan
lebih elastis. Kedua karakteristik ini menjadikan benang laba-laba salah satu
material yang paling hebat.
6

Kaitan jaring laba-laba dengan konsep fisika adalah pada materi elastisitas.
Telah dijelaskan sebelumnya, jaring laba-laba memiliki sifat elastis. Materi
elastisitas terdapat pada SMA kelas XI. Materi elastisitas berada pada kompetensi
dasar 3.2 dan 4.2. Kompetensi dasar 3.2 menganalisis sifat elastisitas bahan dalam
kehidupan sehari-hari. Kompetensi dasar 4.2 melakukan percobaan tentang sifat
elastisitas suatu bahan berikut presentasi hasil dan makna fisisnya.

B. Elastisitas
Elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya
segera setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu dihilangkan (dibebaskan).
Jika benda tersebut tidak kembali ke bentuk semula setelah gaya dihentikan, benda
tersebut dikatakan memiliki sifat plastis. Perbedaan antara sifat elastis dan plastis
adalah pada tingkatan dalam besar atau kecilnya deformasi (perubahan bentuk)
yang terjadi. Dalam pembahasan sifat elastis pada benda perlu diasumsikan bahwa
benda-benda tersebut mempunyai sifat- sifat berikut:
a. Homogen artinya setiap bagian benda mempunyai kerapatan yang sama.
b. Isotropik artinya pada setiap titik pada benda mempunyai sifat-sifat fisis yang
sama ke segala arah.
Deformasi pada benda akan menyebabkan perubahan bentuk tetapi tidak ada
perubahan volume, dan benda yang.mengalami kompresi akan terjadi perubahan
volume tetapi tidak terjadi deformasi. Nilai keelastisitasan ini disebut juga modulus
elastisitas.
1) Tegangan
Tegangan (stress) menyatakan kekuatan dari gaya-gaya yang menyebabkan
penarikan, peremasan atau pemuntiran dan biasanya dinyatakan dalam gaya per
satuan luas. Sebuah benda elastis yang berbentuk batang dengan panjang l dan luas
penampang A ditunjukkan pada gambar:
7

Gambar 2 Tegangan
Secara matematis dirumuskan:
𝐹
𝜎=
𝐴
Keterangan:
σ = tegangan (stress) (N/m2)
F = gaya (N)
A = luas penampang (m2)
Tegangan dapat dikelompokkan menjadi :
a) Tegangan normal
Tegangan normal yaitu intensitas gaya normal per unit luasan. Tegangan
normal dibedakan menjadi tegangan normal tekan atau kompresi dan
tegangan normal tarik. Apabila gaya-gaya dikenakan pada ujung-ujung
batang sedemikian rupa sehingga batang dalam kondisi tertarik, maka terjadi
tegangan tarik pada batang, jika batang dalam kondisi tertekan maka terjadi
tegangan tekan.
b) Tegangan geser
Tegangan geser adalah gaya yang bekerja pada benda sejajar dengan
penampang.
c) Tegangan volume
Tegangan geser adalah gaya yang bekerja pada benda sejajar dengan
penampang.

2) Regangan
Gaya – gaya yang bekerja pada batang mengakibatkan pertambahan panjang
pada batang. Perubahan friksional yang terjadi pada panjang batang dinamakan
regangan. sebuah batang yang mengalami regangan akibat adanya gaya tarik F.
8

Panjang batang mula-mula adalah L0. Setelah mendapat gaya F, batang tersebut
berubah panjangnya menjadi L. Dengan demikian batang tersebut mendapat
pertambahan panjang sebesar ΔL dengan ΔL = L - L0.
Oleh karena itu, regangan didefinisikan sebagai perbandingan pertambahan
bahan dengan panjang bahan mula-mula. Secara matematis dirumuskan:
∆𝑙
𝜀=
𝑙
Keterangan
ε = regangan (strain)
∆𝑙 = pertambangan panjang (m)
l = panjang mula-mula (m)

Bahan-bahan logam biasanya diklasifikasikan sebagai bahan liat (ductile) atau


bahan rapuh (brittle). Bahan liat mempunyai gaya regangan (tensile strain) relatif
besar sampai dengan titik kerusakan seperti baja atau aluminium. Sedangkan bahan
rapuh mempunyai gaya regangan yang relatif kecil sampai dengan titik yang sama.
Batas regangan 0,05 sering dipakai untuk garis pemisah diantara kedua kelas bahan
ini. Besi cor dan beton merupakan contoh bahan rapuh.

3) Modulus elastisitas
Karakteristik hubungan tegangan dengan regangan untuk tiap-tiap benda pada
umumnya berbeda-beda, tergantung pada jenis dan sifat benda. Perbandingan
antara tegangan dan regangan benda disebut modulus elastisitas atau modulus
Young dan dinyatakan dengan simbol E (Kanginan, 2013).
𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙𝑢𝑠 𝑒𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 (ℎ𝑢𝑘𝑢𝑚 ℎ𝑜𝑜𝑘𝑒) =
𝑟𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
𝜎
𝐸=
𝜀
𝐹
𝐸= 𝐴
∆𝑙
𝑙
𝐹𝑙
𝐸=
𝐴∆𝑙
9

Keterangan:
E = modulus elastisitas (N/m2)

d) Hukum Hooke
Hubungan antara tegangan dan regangan erat kaitannya dalam teori elastisistas.
Apabila hubungan antara tegangan dan regangan dilukiskan dalam bentuk grafik,
dapat diketahui bahwa diagram tegangan-regangan berbeda-beda bentuknya
menurut jenis bahannnya. Ahli matematika dan juga seorang filsuf asal Inggris ini
mencetuskan hukum Hooke (elastisitas) yang berbunyi:
“Perubahan bentuk benda elastis akan sebanding dengan gaya yang bekerja
padanya sampai batas tertentu (batas elastisitas). Jika gaya yang diberikan ditambah
hingga melebihi batas elastisitas benda maka benda akam mengalami deformasi
(perubahan bentuk ) permanen”-Robert Hooke-
Pernyataan tersebut di atas dikenal dengan nama hukum Hooke, Melalui
percobaannya, Hooke menyimpulkan bahwa sifat elastis pegas tersebut ada
batasnya dan besar gaya pegas sebanding dengan pertambahan panjang pegas.
Persamaan matematisnya dapat dirumuskan sebagai berikut.
𝐹 = −𝑘∆𝑙
Keterangan:
k = tetapan pegas (N/m)

Gambar 3 Pegas Ditarik dengan Gaya


10

Sebuah pegas yang digantung pada papan dan ujung lain bebas. Pada saat ujung
pegas yang bebas ditarik, maka sesuai hukum III Newton, pegas memberikan gaya
perlawanan yang besarnya sama dengan gaya tarikan. Tanda negatif (-) diberikan
karena arah gaya pemulih pada pegas selalu berlawanan dengan dengan arah gerak
pegas tersebut.

e) Susunan pegas
Konstanta pegas dapat berubah nilainya, apabila pegas-pegas tersebut disusun
menjadi rangkaian. Hal ini diperlukan, jika ingin mendapatkan suatu nilai konstanta
pegas untuk tujuan praktis tertentu, misalnya dalam merancang pegas yang
digunakan sebagai shockbreaker. Besar konstanta total rangkaian pegas bergantung
pada jenis rangkaian pegas, yaitu rangkaian pegas seri atau rangkaian pegas paralel.
1) Susunan Seri

Gambar 4 Susunan Pegas Seri

2) Susunan Paralel

Gambar 5 Susunan Pegas Paralel


11

C. Aplikasi
Seperti telah anda ketahui bahwa jika pada pegas dikerjakan gaya dari luar
yang tidak melebihi batas elastisitasnya, pegas akan kembali ke bentuknya semula
jika gaya tersebut dihilangkan. Sifat elastis pegas inilah yang dimanfaatkan pada
produk perkembangan teknologi keseharian, diantaranya pegas suspensi kendaraan
bermotor (shockbreaker), pegas untuk melatih otot dada, pegas untuk korek api,
pegas untuk kasur springbed, pegas untuk dongkrak sepeda motor dan yang lainnya.

Gambar 6 Sistem Suspensi Kendaraan Bermotor


Jika kendaraan bermotor (sepeda motor atau mobil) melalui jalan berlubang
atau jalan bergelombang, kendaraan akan mengalami kejutan. Jika bagian
kendaraan itu tidak memiliki alat untuk meredam kejutan, kejutan itu sangat tidak
menyenangkan bagi pengendara. Untuk meredam kejutan, maka pegas digunakan
pada sistem suspensi kendaraan bermotor. Ketika melalui jalan berlubang, berat
pengendara berikut berat motor akan menekan pegas sehingga pegas
termampatkan. Begitu motor berada di jalan datar, pegas kembali ke panjang asal.

Gambar 7 Pegas pada Korek Api


Jika Anda bongkar sebuah korek api gas, maka di bagian bawah roda gilanya
pasti terdapat pegas yang mendorong batu api sedikit demi sedikit.
12

Gambar 8 Pegas Kasur Springbed


Kasur springbed di bagian dalamnya berisi banyak pegas yang tersusun
paralel. Dengan adanya susunan pegas ini, maka ketika kita tidur di atasnya maka
kita akan merasa nyaman.
Selain dalam kebutuhan sehari-hari konsep elastisitas juga dipakai oleh
berbagai bidang. Salah satu contoh teknologi yang terinspirasi oleh keelastisan
jaring laba-laba adalah rompi anti perluru dan struktur bangunan anti gempa. Rompi
anti peluru terlihat seperti gambar berikut.

Gambar 9 Rompi Anti Peluru


Serat yang dipintal laba-laba memang tipis dan halus, namun sutra laba-laba
sangat kuat, sedikitnya lima kali lebih kuat dibanding kawat piano. Bahkan,
menurut para peneliti, jaring laba-laba bisa dijadikan material rompi antipeluru.
Jaring laba-laba adalah polimer biologis yang luar biasa, menyerupai kolagen,
materi pada kulit dan tulang, tapi strukturnya jauh lebih rumit. Tim ahli kimia ASU
mempelajari struktur molekuler serat itu guna menghasilkan berbagai material, dari
rompi antipeluru hingga tendon artifisial.
13

Selain rompi anti peluru ada lagi teknologi yang terinspirasi jaring laba-laba,
yaitu konstruksi bangunan. Konstruksi sarang laba-laba dinilai tahan terhadap
gempa hingga 9 Skala Richter (SR). Konstruksi yang merupakan karya anak bangsa
ini juga dikenal sebagai sistem pondasi pertama di dunia yang mampu memaksa
tanah menjadi struktur bangunan. Bentuk konstruksi jaring laba-laba seperti gambar
berikut.

Gambar 10 Konstruksi Bangunan Jaring Laba-Laba


Jika berbicara mengenai konsep dasarnya, teori ini mengusung gaya sarang
laba-laba yang memusat, sehingga tak mudah hancur (hanya bergoyang) meski
diterpa angin. Untuk konteks bangunan, bagian pusat berfungsi untuk menahan
guncangan yang ditimbulkan oleh gempa bumi. Pusatnya bisa hanya satu atau
banyak. Dikenal juga sebagai sub-struktur (sistem konstruksi pondasi bawah) yang
mengombinasikan plat beton pipih dengan tanah, bagian dinding KSLL
dihubungkan dengan rib (rusuk) yang tegak untuk menahan guncangan. Rongga di
bawah plat antar rib lalu diisi dengan lapisan perbaikan tanah/pasir yang dipadatkan
per 20 cm.

Jika sudah begitu, pondasinya bisa menahan guncangan gempa untuk


bangunan setinggi 2 hingga 10 lantai. Baik pada tanah berdaya dukung rendah,
tanah keras yang dalam, hingga pada tanah yang memiliki kompresibilitas yang
tinggi. Selain berguna untuk menahan gempa dan dapat digunakan pada kontur
tanah yang tidak stabil, KSLL juga dinilai mampu menahan kerusakan akibat
benturan beban berat. Bahkan, konstruksi laba – laba dinilai masih sanggup
bertahan ditumbuh beban hingga lebih dari 80 ton.
14

D. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)


Lembar kerja peserta didik (LKPD) merupakan salah satu sumber belajar
yang dapat dikembangkan oleh pendidik sebagai fasilitator dalam kegiatan
pembelajaran. LKPD yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan sesuai
dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi.
Lembar kerja peserta didik (LKPD) adalah lembaran-lembaran berisi tugas
yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa
petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Keuntungan
penggunaan LKPD adalah memudahkan pendidik dalam melaksanakan
pembelajaran, bagi peserta didik akan belajar mandiri dan belajar memahami serta
menjalankan suatu tugas tertulis. Manfaat dari pengunaan LKPD adalah:
1. Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
2. Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep.
3. Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan
proses.
4. Sebagai pedoman pendidik dan peserta didik dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
5. Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari
melalui kegiatan belajar. Membantu peserta didik untuk menambah informasi
tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
LKPD yang digunakan pada pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan hubungan antara gaya dan pertambahan panjang benda elastis (pegas)
2. Menentukan konstanta gaya pegas

Lembar Kerja Siswa: Elastisitas 15

15
16

B. Alat dan Bahan

Tabel 1. Daftar alat dan bahan yang digunakan


No Alat Bahan

1 Statif Beban/
Massa

Gambar 4. Beban

Gambar 1. Statif

2 Pegas

Gambar 2. Pegas

3 Mistar

Gambar 3. Mistar

Lembar Kerja Siswa: Elastisitas 2


17

C. Informasi Singkat

Jika benda elastis tidak kembali ke bentuk semula meskipun sudah tidak diberi
gaya lagi, dapat dikatakan bahwa benda tersebut telah kehilangan
keelastisitasannya.

Bagaimana hubungan antara gaya dan pertambahan panjang pegas saat pegas
di gantung dengan beban? Untuk menjawab itu, marilah kita lakukan kegiatan
berikut ini !

D. Langkah Kerja

1. Gantungkan pegas pada gagang statif seperti Gambar 5.

Gambar 5. Statif dengan pegas

2. Ukur panjang awal pegas dengan mistar (l0)


3. Gantungkan beban (50 gram) pada ujung pegas seperti gambar 6. Beban akan
memberikan gaya sebesar F = m.g dengan g = 10 𝑚⁄𝑠 2

Lembar Kerja Siswa: Elastisitas 3


18

4. Ukur panjang pegas setelah beban digantungkan ( ) kemudian hitung


pertambahan panjang pegas ∆𝑙 = 𝑙 − 𝑙0
5. Ulangi langkah (3) dan (4) dengan menggunakan massa beban yang berbeda
seperti: 10 gr, 20 gr, 50 gr, 100 gr, dan 150 gr.
6. Masukkan data pengamatan ke dalam tabel 2.

E. Tabel Data

Tabel 2. Data pengamatan


20. 10-2 (m)
Gaya Tarik
No Massa Beban (kg) l . 10-2 (m) ∆𝑙 = 𝑙 − 𝑙0 (10-2 m)
(N)

1 0,01 0,1 21 1

2 0,02 0,2 22 2

3 0,05 0,5 23 3

4 0,1 1 30 10

5 0,15 1,5 42 12

Lembar Kerja Siswa: Elastisitas 4


19

F. Tugas

1. Bagaimana pertambahan panjang pegas ketika massa beban yang diberikan


semakin bertambah?
Jawab:
Berdasarkan data yang telah didapat, pertambahan panjang pegas semakin bertambah
seiring bertambahnya berat beban yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa
pertambahan panjang pegas berbanding lurus dengan gaya tariknya. Sehingga hal ini
juga mendukung teori hukum hooke.
2. Tentukanlah konstanta gaya pegas yang kamu gunakan berdasarkan data yang
kamu dapatkan!
Jawab:
Dalam menentukan konstanta pegas maka digunakan rumus:
𝐹 = 𝑘 . ∆𝑙
Berdasarkan data yang didapat:

Gaya Tarik
No Massa Beban (kg) l . 10-2 (m) ∆𝑙 = 𝑙 − 𝑙0 (10-2 m)
(N)

1 0,01 0,1 21 1

2 0,02 0,2 22 2

3 0,05 0,5 23 3

4 0,1 1 30 10

5 0,15 1,5 42 12

Maka konstanta pegasnya tiap bebannya adalah:


Untuk beban 0,01 kg: 𝐹 = 𝑘 . ∆𝑙

𝐹
𝑘=
∆𝑙

Lembar Kerja Siswa: Elastisitas 5


20

0,1 𝑁
𝑘=
0,01 𝑚
𝑘 = 10 𝑁/𝑚

Untuk beban 0,02 kg: 𝐹 = 𝑘 . ∆𝑙

𝐹
𝑘=
∆𝑙
0,2 𝑁
𝑘=
0,02 𝑚
𝑘 = 10 𝑁/𝑚

Untuk beban 0,05 kg: 𝐹 = 𝑘 . ∆𝑙


𝐹
𝑘=
∆𝑙
0,5 𝑁
𝑘=
0,03 𝑚
𝑘 = 16,7 𝑁/𝑚

Untuk beban 0,1 kg: 𝐹 = 𝑘 . ∆𝑙


𝐹
𝑘=
∆𝑙
1𝑁
𝑘=
0,1 𝑚
𝑘 = 10 𝑁/𝑚

Untuk beban 0,15 kg: 𝐹 = 𝑘 . ∆𝑙


𝐹
𝑘=
∆𝑙
1,5 𝑁
𝑘=
0,12 𝑚
𝑘 = 12,5 𝑁/𝑚

Lembar Kerja Siswa: Elastisitas 6


21

3. Ketika gaya yang diberikan terus menerus ditambah, apa yang terjadi pada
pegas?
Jawab:
Pegas tersebut akan merenggang, makin lama makin panjang renggangannya.
Makin banyak bebannya, makin panjang renggangan pegasnya. Jika beban yang
diberikan terlalu berat dan pegas sampai pada batas elastisitasnya atau melebihi
batas elastisitasnya maka pegas akan patah.

G. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan di atas, hubungan antara pertambahan panjang pegas


dengan perubahan gaya yang diberikan pada pegas kita dapat menyimpulkan :
1. Pertambahan panjang pegas semakin bertambah seiring bertambahnya berat beban
yang diberikan.
2. Pertambahan panjang pegas berbanding lurus dengan gaya tariknya.

H. Konfirmasi dan Aplikasi dalam Kehidupan Sehari -

Pegas merupakan alat yang sangat diperlukan demi kepentingan manusia, sebagai
contoh, pegas digunakan pada kasur springbed, sehingga benar-benar terasa
nyaman. Pada system suspense mobil juga menggunakan pegas, begitupun pada
shockbreaker pada sepeda motor. Dan begitu banyak lagi penggunaan pegas
dengan konsep elastisitas didalam kehidupan ini.

Lembar Kerja Siswa: Elastisitas 7


22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarakan pembahasan yang disampaikan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Konsep fisika yang terdapat pada jaring laba-laba ialah konsep elastisitas.
2. Aplikasi yang menggunakan konsep elastisitas dan konsep jaring laba-laba
adalah sistem suspensi kendaraan bermotor, pegas pada korek api, pegas pada
kasur spring bed, rompi anti peluru, konstruksi bangunan anti gempa, dan
masih banyak lagi.
3. Percobaan yang cocok untuk mengaitkan konsep jaring laba-laba dan materi
elastisitas adalah percobaan tentang hukum hooke.

B. Saran
Bagi pengguna yang ingin menggunakan LKPD yang ada pada makalah ini
ada baiknya LKPD yang diberikan kepada siswa adalah LKPd yang belum terisi
oleh data.

23
DAFTAR PUSTAKA

Kanginan, M. (2013). FISIKA untuk SMA/MA. Jakarta: Erlangga.

Wibawa, S. W. (2018, 11 28). 5 Kali Lebih Kuat dari Besi, Apa Rahasia Jaring
Laba-laba Ini? Dipetik 12 01, 2019, dari Kompas.com:
https://sains.kompas.com/read/2018/11/28/190600723/5-kali-lebih-kuat-
dari-besi-apa-rahasia-jaring-laba-laba-ini-

Widiana, W. (2018, 02 25). 5 Fakta Seputar Jaring Laba-laba yang 10 kali lebih
kuat dari Kevlar. Dipetik 12 01, 2019, dari Bobo.id:
https://bobo.grid.id/read/08681241/5-fakta-seputar-jaring-laba-laba-yang-
10-kali-lebih-kuat-dari-kevlar?page=all

24

Anda mungkin juga menyukai