OLEH :
LAURA ALIYAH AGNEZI (19175006)
DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Ratnawulan, M. Si.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah pribadi pada
mata kuliah Biofisika dalam Pembelajaran Fisika mengenai “Konsep Fisika pada
Jaring Laba-Laba”. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak dibantu oleh
berbagai pihak terutama penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Pembimbing Dr. Ratnawulan, M.Si.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi
materi maupun penulisan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf atas kekurangan
tersebut dan mengharapkan masukan untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laba-laba adalah hewan berkaki delapan dan pemangsa serangga yang tak
bersayap. Tak semua laba-laba menghasilkan jaring. Namun semua laba-laba, yang
tergolong dalam kelas arachnida, memiliki kesamaan dengan hewan dalam kelas
insecta dan myriapoda, yaitu menghasilkan sutera.
Setiap laba-laba memiliki beberapa kelenjar penghasil sutera yang
menghasilkan sutera dengan masing-masing fungsi. Ada sutera untuk menangkap
atau melemahkan mangsa, sutera draglines—yang memusatkan laba-laba ke jaring
dan menopangnya selama beraktivitas, sutera parasut yang terbang membawa bayi
laba-laba ke lokasi baru, hingga sutera untuk sarang, kantung telur, dan
berhubungan seksual.
Laba-laba telah hidup di bumi hampir tiga ratus juta tahun lalu. Legenda sejak
lama menempatkannya sebagai sumber kebahagiaan sekaligus spiritual. Di China,
laba-laba dianggap sebagai pembawa keberuntungan, siang maupun malam. Jepang
memiliki pandangan serupa, tulis Merrily C. Baird dalam Symbols of Japan:
Thematic, Motif and Design. “Keberadaan laba-laba, dalam banyak cerita rakyat di
Jepang, menandakan kunjungan seorang sahabat,” tambah Baird.
Bagi para penganut Buddha di Jepang, laba-laba mengajarkan esensi
kebaikan seperti tertuang dalam kisah Kumo no Ito (Untaian Benang Laba-Laba)
yang ditulis Ryunosuke Akutagawa pada 1918. Alkisah, Sang Buddha, ketika
berjalan di taman surga, memandang ke kolam yang memperlihatkan isi neraka.
Dia memperhatikan seorang kriminal bernama Kandata, yang ketika hidup di bumi
memutuskan untuk tak menginjak seekor laba-laba karena menghargai hidup
binatang itu. Karena perbuatan ini, Sang Buddha mengulurkan seuntai benang laba-
laba agar Kandata bisa meniti ke surga. Namun Kandata jadi egois. Dia melarang
orang lain mengikutinya. Seketika itu pula benang laba-laba putus dan dia terlempar
kembali ke neraka.
Laba-laba juga menjadi bagian dalam cerita perjalanan Nabi Muhammad
menuju Madinah dari kejaran para prajurit penguasa Mekkah. Ketika Muhammad
bersembunyi di sebuah goa, seekor laba-laba memintal jaring yang menutupi
1
lubang masuk goa. Para prajurit yang mengejarnya yakin Muhammad tak berada di
dalam goa karena jaring laba-laba terlihat utuh. Muhammad pun selamat. Diterangi
sinar bulan dan bintang, dia menemukan jalan keluar dari gua tanpa merusak jaring
laba-laba dan mencapai Madinah.
Selain nilai spiritual, ketertarikan akan nilai komersial sutera laba-laba juga
telah lama dimulai. François Xavier Bon de Saint Hilaire, ketua Royal Society of
Sciences di Montpellier, Prancis, bereksperimen dengan laba-laba untuk
memproduksi sutera sebagai bahan pembuatan stoking dan sarung tangan pada
1710.
Meski ukurannya kecil, tapi tidak semua laba-laba menghasilkan jaring yang
lemah. Laba-laba dengan nama Caerostris Darwini contohnya. Laba-laba yang
berasal dari Madagaskar ini memiliki jaring yang dua kali lebih kuat dari jaring
laba-laba lainnya. Yang lebih mencengangkannya lagi, jaring laba-laba Caerostris
Darwini juga enam kali lebih kuat dari Kevlar yang merupakan bahan utama dalam
pembuatan rompi anti peluru. Untuk mengetahui alasan kenapa jaring laba-laba
merupakan bahan yang kuat maka perlu diketahui konsep fisika yang ada pada
jaring laba-laba tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan
masalahnya adalah:
1. Apa konsep fisika pada jaring laba-laba?
2. Apa saja aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi yang terinspirasi
oleh kosep jaring laba-laba atau elastisitas?
3. Percobaan apa yang cocok untuk mengaitkan fenomena jaring laba-laba dan
materi elastisitas?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui konsep fisika pada jaring laba-laba.
2. Mengetahui aplikasi yang menggunakan konsep jaring laba-laba atau
elastisitas.
2
3. Mengetahui percobaan yang cocok untuk mengaitkan konsep jaring laba-laba
dan materi elastisitas.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan mengenai fenomena jaring laba-laba beserta
konsep fisikanya.
2. Menambah pengetahuan penulis tentang konsep fisika pada jaring laba-laba.
3. Sebagai salah satu pilihan bagi guru dalam mengkombinasikan
pembelajaran di kelas.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
5
Kaitan jaring laba-laba dengan konsep fisika adalah pada materi elastisitas.
Telah dijelaskan sebelumnya, jaring laba-laba memiliki sifat elastis. Materi
elastisitas terdapat pada SMA kelas XI. Materi elastisitas berada pada kompetensi
dasar 3.2 dan 4.2. Kompetensi dasar 3.2 menganalisis sifat elastisitas bahan dalam
kehidupan sehari-hari. Kompetensi dasar 4.2 melakukan percobaan tentang sifat
elastisitas suatu bahan berikut presentasi hasil dan makna fisisnya.
B. Elastisitas
Elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya
segera setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu dihilangkan (dibebaskan).
Jika benda tersebut tidak kembali ke bentuk semula setelah gaya dihentikan, benda
tersebut dikatakan memiliki sifat plastis. Perbedaan antara sifat elastis dan plastis
adalah pada tingkatan dalam besar atau kecilnya deformasi (perubahan bentuk)
yang terjadi. Dalam pembahasan sifat elastis pada benda perlu diasumsikan bahwa
benda-benda tersebut mempunyai sifat- sifat berikut:
a. Homogen artinya setiap bagian benda mempunyai kerapatan yang sama.
b. Isotropik artinya pada setiap titik pada benda mempunyai sifat-sifat fisis yang
sama ke segala arah.
Deformasi pada benda akan menyebabkan perubahan bentuk tetapi tidak ada
perubahan volume, dan benda yang.mengalami kompresi akan terjadi perubahan
volume tetapi tidak terjadi deformasi. Nilai keelastisitasan ini disebut juga modulus
elastisitas.
1) Tegangan
Tegangan (stress) menyatakan kekuatan dari gaya-gaya yang menyebabkan
penarikan, peremasan atau pemuntiran dan biasanya dinyatakan dalam gaya per
satuan luas. Sebuah benda elastis yang berbentuk batang dengan panjang l dan luas
penampang A ditunjukkan pada gambar:
7
Gambar 2 Tegangan
Secara matematis dirumuskan:
𝐹
𝜎=
𝐴
Keterangan:
σ = tegangan (stress) (N/m2)
F = gaya (N)
A = luas penampang (m2)
Tegangan dapat dikelompokkan menjadi :
a) Tegangan normal
Tegangan normal yaitu intensitas gaya normal per unit luasan. Tegangan
normal dibedakan menjadi tegangan normal tekan atau kompresi dan
tegangan normal tarik. Apabila gaya-gaya dikenakan pada ujung-ujung
batang sedemikian rupa sehingga batang dalam kondisi tertarik, maka terjadi
tegangan tarik pada batang, jika batang dalam kondisi tertekan maka terjadi
tegangan tekan.
b) Tegangan geser
Tegangan geser adalah gaya yang bekerja pada benda sejajar dengan
penampang.
c) Tegangan volume
Tegangan geser adalah gaya yang bekerja pada benda sejajar dengan
penampang.
2) Regangan
Gaya – gaya yang bekerja pada batang mengakibatkan pertambahan panjang
pada batang. Perubahan friksional yang terjadi pada panjang batang dinamakan
regangan. sebuah batang yang mengalami regangan akibat adanya gaya tarik F.
8
Panjang batang mula-mula adalah L0. Setelah mendapat gaya F, batang tersebut
berubah panjangnya menjadi L. Dengan demikian batang tersebut mendapat
pertambahan panjang sebesar ΔL dengan ΔL = L - L0.
Oleh karena itu, regangan didefinisikan sebagai perbandingan pertambahan
bahan dengan panjang bahan mula-mula. Secara matematis dirumuskan:
∆𝑙
𝜀=
𝑙
Keterangan
ε = regangan (strain)
∆𝑙 = pertambangan panjang (m)
l = panjang mula-mula (m)
3) Modulus elastisitas
Karakteristik hubungan tegangan dengan regangan untuk tiap-tiap benda pada
umumnya berbeda-beda, tergantung pada jenis dan sifat benda. Perbandingan
antara tegangan dan regangan benda disebut modulus elastisitas atau modulus
Young dan dinyatakan dengan simbol E (Kanginan, 2013).
𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙𝑢𝑠 𝑒𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 (ℎ𝑢𝑘𝑢𝑚 ℎ𝑜𝑜𝑘𝑒) =
𝑟𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
𝜎
𝐸=
𝜀
𝐹
𝐸= 𝐴
∆𝑙
𝑙
𝐹𝑙
𝐸=
𝐴∆𝑙
9
Keterangan:
E = modulus elastisitas (N/m2)
d) Hukum Hooke
Hubungan antara tegangan dan regangan erat kaitannya dalam teori elastisistas.
Apabila hubungan antara tegangan dan regangan dilukiskan dalam bentuk grafik,
dapat diketahui bahwa diagram tegangan-regangan berbeda-beda bentuknya
menurut jenis bahannnya. Ahli matematika dan juga seorang filsuf asal Inggris ini
mencetuskan hukum Hooke (elastisitas) yang berbunyi:
“Perubahan bentuk benda elastis akan sebanding dengan gaya yang bekerja
padanya sampai batas tertentu (batas elastisitas). Jika gaya yang diberikan ditambah
hingga melebihi batas elastisitas benda maka benda akam mengalami deformasi
(perubahan bentuk ) permanen”-Robert Hooke-
Pernyataan tersebut di atas dikenal dengan nama hukum Hooke, Melalui
percobaannya, Hooke menyimpulkan bahwa sifat elastis pegas tersebut ada
batasnya dan besar gaya pegas sebanding dengan pertambahan panjang pegas.
Persamaan matematisnya dapat dirumuskan sebagai berikut.
𝐹 = −𝑘∆𝑙
Keterangan:
k = tetapan pegas (N/m)
Sebuah pegas yang digantung pada papan dan ujung lain bebas. Pada saat ujung
pegas yang bebas ditarik, maka sesuai hukum III Newton, pegas memberikan gaya
perlawanan yang besarnya sama dengan gaya tarikan. Tanda negatif (-) diberikan
karena arah gaya pemulih pada pegas selalu berlawanan dengan dengan arah gerak
pegas tersebut.
e) Susunan pegas
Konstanta pegas dapat berubah nilainya, apabila pegas-pegas tersebut disusun
menjadi rangkaian. Hal ini diperlukan, jika ingin mendapatkan suatu nilai konstanta
pegas untuk tujuan praktis tertentu, misalnya dalam merancang pegas yang
digunakan sebagai shockbreaker. Besar konstanta total rangkaian pegas bergantung
pada jenis rangkaian pegas, yaitu rangkaian pegas seri atau rangkaian pegas paralel.
1) Susunan Seri
2) Susunan Paralel
C. Aplikasi
Seperti telah anda ketahui bahwa jika pada pegas dikerjakan gaya dari luar
yang tidak melebihi batas elastisitasnya, pegas akan kembali ke bentuknya semula
jika gaya tersebut dihilangkan. Sifat elastis pegas inilah yang dimanfaatkan pada
produk perkembangan teknologi keseharian, diantaranya pegas suspensi kendaraan
bermotor (shockbreaker), pegas untuk melatih otot dada, pegas untuk korek api,
pegas untuk kasur springbed, pegas untuk dongkrak sepeda motor dan yang lainnya.
Selain rompi anti peluru ada lagi teknologi yang terinspirasi jaring laba-laba,
yaitu konstruksi bangunan. Konstruksi sarang laba-laba dinilai tahan terhadap
gempa hingga 9 Skala Richter (SR). Konstruksi yang merupakan karya anak bangsa
ini juga dikenal sebagai sistem pondasi pertama di dunia yang mampu memaksa
tanah menjadi struktur bangunan. Bentuk konstruksi jaring laba-laba seperti gambar
berikut.
15
16
1 Statif Beban/
Massa
Gambar 4. Beban
Gambar 1. Statif
2 Pegas
Gambar 2. Pegas
3 Mistar
Gambar 3. Mistar
C. Informasi Singkat
Jika benda elastis tidak kembali ke bentuk semula meskipun sudah tidak diberi
gaya lagi, dapat dikatakan bahwa benda tersebut telah kehilangan
keelastisitasannya.
Bagaimana hubungan antara gaya dan pertambahan panjang pegas saat pegas
di gantung dengan beban? Untuk menjawab itu, marilah kita lakukan kegiatan
berikut ini !
D. Langkah Kerja
E. Tabel Data
1 0,01 0,1 21 1
2 0,02 0,2 22 2
3 0,05 0,5 23 3
4 0,1 1 30 10
5 0,15 1,5 42 12
F. Tugas
Gaya Tarik
No Massa Beban (kg) l . 10-2 (m) ∆𝑙 = 𝑙 − 𝑙0 (10-2 m)
(N)
1 0,01 0,1 21 1
2 0,02 0,2 22 2
3 0,05 0,5 23 3
4 0,1 1 30 10
5 0,15 1,5 42 12
𝐹
𝑘=
∆𝑙
0,1 𝑁
𝑘=
0,01 𝑚
𝑘 = 10 𝑁/𝑚
𝐹
𝑘=
∆𝑙
0,2 𝑁
𝑘=
0,02 𝑚
𝑘 = 10 𝑁/𝑚
3. Ketika gaya yang diberikan terus menerus ditambah, apa yang terjadi pada
pegas?
Jawab:
Pegas tersebut akan merenggang, makin lama makin panjang renggangannya.
Makin banyak bebannya, makin panjang renggangan pegasnya. Jika beban yang
diberikan terlalu berat dan pegas sampai pada batas elastisitasnya atau melebihi
batas elastisitasnya maka pegas akan patah.
G. Kesimpulan
Pegas merupakan alat yang sangat diperlukan demi kepentingan manusia, sebagai
contoh, pegas digunakan pada kasur springbed, sehingga benar-benar terasa
nyaman. Pada system suspense mobil juga menggunakan pegas, begitupun pada
shockbreaker pada sepeda motor. Dan begitu banyak lagi penggunaan pegas
dengan konsep elastisitas didalam kehidupan ini.
B. Saran
Bagi pengguna yang ingin menggunakan LKPD yang ada pada makalah ini
ada baiknya LKPD yang diberikan kepada siswa adalah LKPd yang belum terisi
oleh data.
23
DAFTAR PUSTAKA
Wibawa, S. W. (2018, 11 28). 5 Kali Lebih Kuat dari Besi, Apa Rahasia Jaring
Laba-laba Ini? Dipetik 12 01, 2019, dari Kompas.com:
https://sains.kompas.com/read/2018/11/28/190600723/5-kali-lebih-kuat-
dari-besi-apa-rahasia-jaring-laba-laba-ini-
Widiana, W. (2018, 02 25). 5 Fakta Seputar Jaring Laba-laba yang 10 kali lebih
kuat dari Kevlar. Dipetik 12 01, 2019, dari Bobo.id:
https://bobo.grid.id/read/08681241/5-fakta-seputar-jaring-laba-laba-yang-
10-kali-lebih-kuat-dari-kevlar?page=all
24