FI2104 MEKANIKA B
SEMESTER 1, 2017-2018
Copyleft © 2017 Agus Suroso
Catatan kuliah ini merupakan naskah awal yang masih belum siap terbit, disusun secara
simultan dengan pelaksanaan kuliah FI2104 Mekanika B. Perbaikan dan penambahan materi
dilakukan secara berkala, sehingga isi naskah ini dapat berbeda dari satu edisi ke edisi yang
lain (lihat tanggal pembaruan di bawah).
Pembaca yang menemukan adanya kesalahan cetak maupun konsep, harap menyampa-
ikannya kepada penulis melalui agussuroso@fi.itb.ac.id. Kritik dan saran juga harap
disampaikan melalui email yang sama.
Ditulis menggunakan LATEX, dengan format tufte-book, pembaruan terakhir pada 23 Oktober 2017
Daftar Isi
1 Kinematika 1
2 Dinamika 7
4 Osilasi 19
5 Gaya Sentral 27
Bibliografi 47
Indeks 49
Daftar Gambar
4.1 Grafik posisi benda terhadap waktu pada kasus osilasi underdam-
ping 22
4.2 Pengaruh faktor redaman terhadap simpangan. 22
4.3 Perbandingan grafik posisi benda pada kasus overdamping dan
critical damping 23
4.4 Resonansi pada osilasi paksa. 26
anakku.
Kata Pengantar
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu
wa ta’ala atas segala kenikmatan, termasuk kemudahan dalam
menyusun catatan kuliah ini.
Catatan kuliah ini disusun secara simultan dengan penye-
lenggaraan kuliah FI2104 Mekanika B pada semester 1 tahun
akademik 2017-2018. Pada naskah ini, materi kuliah disusun
berdasarkan urutan Bab, sesuai silabus mata kuliah yang terda-
pat pada naskah kurikulum Program Studi Fisika 2013. Materi
yang disajikan dalam naskah ini terbatas pada topik-topik yang
dibahas di kelas maupun yang dijadikan PR atau kuis mahasis-
wa. Pembaca disarankan untuk tetap merujuk pada buku teks
Mekanika, agar mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap.
Sebagai naskah awal, catatan kuliah ini tidak lepas dari ke-
salahan. Pembaca yang menemukan kesalahan cetak maupun
konsep, diharapkan dapat menyampaikannya kepada penulis
melalui email agussuroso@fi.itb.ac.id. Kritik dan saran un-
tuk perbaikan di masa yang akan datang silakan disampaikan
melalui alamat yang sama.
Akhirnya, penulis berharap semoga catatan kuliah ini ber-
manfaat bagi penulis dan pembacanya.
Bab 1
Kinematika
Kita mulai dengan meninjau gerak benda titik dalam satu di-
mensi. Andaikan posisi benda titik untuk tiap waktu diketahui
dan dinyatakan dengan variabel x sebagai fungsi waktu
x = x ( t ), (1.1)
dx
v= . (1.2)
dt
�r p = x p x̂ + y p ŷ, (1.4)
�r p = ρρ̂. (1.5) y
φ^
^
ρ
dρ̂ P x^
= − sin φ x̂ + cos φ ŷ = φ̂, (1.9)
dφ
dφ̂
= − cos φ x̂ − sin φ ŷ = −ρ̂. (1.10)
dφ
Sekarang, kita telah siap mendeskripsikan gerak benda pa- Gambar 1.2: Uraian vektor-
vektor basis koordinat polar
da bidang menggunakan koordinat Kartesis dan polar. Dalam ke komponen-komponennya
koordinat Kartesis, posisi suatu benda dinyatakan sebagai (warna hijau).
�r = ρρ̂. (1.16)
d�r
�v = = v x x̂ + vy ŷ + vz ẑ, (1.22)
dt
dengan
dx dy dz
vx = , vy = , vz = . (1.23)
dt dt dt
Serta percepatan benda
d�v
�a = = a x x̂ + ay ŷ + az ẑ, (1.24)
dt
dengan
d2 x d2 y d2 z
ax = , a y = , a z = . (1.25)
dt2 dt2 dt2
Koordinat silinder tidak lain merupakan koordinat polar � koordinat silinder
(ρ, φ) yang ditambah dengan sumbu vertikal z. Hubungan anta-
ra vektor-vektor basis pada koordinat silinder dengan koordinat
Kartesis adalah
ku ^
ρ
dρ dφ̂ r P
⃗
= φ̂, = −ρ̂. (1.29)
dφ dφ z^
z
Posisi suatu benda dalam koordinat silinder dapat dituliskan y^
y
x^
x ϕ
dalam bentuk y
x
�r = ρρ̂ + zẑ. (1.30)
Perhatikan bahwa posisi dalam koordinat silinder sama dengan Gambar 1.3: Koordinat
silinder.
posisi pada bidang xy dalam koordinat silinder ditambah de-
ngan posisi arah sumbu-z. Sehingga, kecepatan dan percepatan
BAB 1. KINEMATIKA 5
d�r d (ρρ̂) dz
�v = = + ẑ = ρ̇ρ̂ + ρφ̇φ̂ + żẑ, (1.31)
dt dt dt
�v � �
2
�a = = ρ̈ − ρφ̇ ρ̂ + (ρφ̈ + 2ρ̇φ̇) φ̂ + z̈ẑ. (1.32)
dt
Koordinat bola pada dasarnya sama dengan koordinat silin- � koordinat bola
der, namun dengan mengambil parameter θ yang merupakan
sudut yang dibentuk oleh vektor posisi �r dengan sumbu-z. Posisi
suatu titik dalam ruang kemudian dinyatakan dalam koordi-
nat (r, θ, φ). Nilai dari komponen ρ dan z pada koordinat polar
selanjutnya dinyatakan dalam r dan θ,
� � z^ θ z
Arah vektor-vektor basis r̂, θ̂, φ̂ adalah searah dengan arah y^
x y
perubahan positif dari masing-masing r, θ, dan φ. Vektor-vektor x^ ϕ
y
� � x
basis r̂, θ̂, φ̂ dapat diuraikan dalam arah vektor-vektor basis
koordinat silinder sebagai berikut, Gambar 1.4: Koordinat bola.
dr̂ dr̂
= θ̂, = sin θ φ̂,
dθ dφ
dθ̂ dθ̂
= −r̂, = cos θ φ̂, (1.41)
dθ dφ
dφ̂ dφ̂ � �
= 0, = − sin θ r̂ + cos θ θ̂ .
dθ dφ
�r = rr̂. (1.42)
Kecepatan,
d�r dr dr̂
�v = = r̂ + r
dt dt �dt �
dr̂ dθ dr̂ dφ
= ṙr̂ + r +
dθ dt dφ dt
= ṙr̂ + r θ̇ θ̂ + r φ̇ sin θ φ̂. (1.43)
dengan
3. Hukum ke-3: Untuk setiap gaya yang dikerjakan oleh suatu benda
ke benda lain, terdapat suatu gaya yang sama besar dan berlawanan
arah yang dikerjakan oleh benda kedua terhadap pertama.
Tinjau sistem dua benda yang saling berinteraksi dan ter-
isolasi dari dunia luar. Momentum total sistem ini adalah
�ptotal = �p1 + �p2 , sehingga menurut hukum kedua laju peru-
bahan momentum total adalah
d�ptotal d�p d�p
= 1+ 2
dt dt dt
� �
= F1 + F2 , (2.2)
d�ptotal
dt= 0, yang berarti bahwa momentum total sistem bernilai
konstan.
Jika kita mendapati sebuah benda yang dikenai gaya yang ber-
gantung waktu, maka kita dapat menggunakan hukum kedua
Newton untuk memperoleh gambaran tentang perilaku (yaitu
posisi dan kecepatan) benda. Misal, pada sebuah benda berlaku
gaya F = F (t), maka hukum kedua Newton memberikan
� v(t) � t
dv
m = F (t) ⇒ mdv� = F (t� )dt� , (2.5)
dt v0 t0
Contoh:
1. Efek gelombang radio pada elektron di ionosfer. Ionosfer,
yang berada sekitar 200 km di atas permukaan bumi, secara
total bersifat netral dan tersusun atas ion-ionbermuatan positif
dan elektron-elektron yang bermuatan negatif. Jika gelom-
bang radio melewati ionosfer, maka medan listriknya akan
mempercepat partikel-partikel muatan pada ionosfer. Karena
medan listrik berosilasi terhadap waktu, maka partikel beruat-
an akan bergerak bolak-balik. Anggaplah medan listrik pada
gelombang radio berbentuk �E = �E0 sin ωt, dengan ω adalah
frekuensi osilasi dengan satuan radian per detik. Diketahui
bahwa gaya yang dialami oleh elektron akibat medan listrik
adalah
�F = −e�E, (2.8)
Tetukan bentuk persamaan dari v(t) dan x (t) serta hitung nlai
kecepatan terminalnya!
Contoh:
1. Sebuah perahu mesin yang sedang bergerak dengan kecepat-
an v0 tiba-tiba dimatikan mesinnya saat t = t0 dan posisinya
x0 . Jika gaya gesek yang dialami perahu adalah bv dengan b
suatu konstanta, tentukan
dv
ma = mv = F ( x ), (2.12)
dx
dan kita selesaikan
� v(t) � x
m mv� dv� = F ( x � )dx � . (2.13)
v0 x0
Contoh:
1. Gaya gravitasi. Benda bermassa m di permukaan bumi meng-
alami gaya sebesar F = −mg atau mengalami percepatan − g.
Dengan menuliskan − g = a = v dv dy (y adalah ketinggian ben-
da), tentukan kecepatan benda sebagai fungsi posisi (y) dan
posisi (y) sebagai fungsi waktu (t).
(a) tentukan F ( x )!
(b) tentukan F (t)!
(c) tentukan x (t)!
Bab 3
Kerja dan Energi
Ruas kiri persamaan terakhir kita sebut sebagai kerja yang di-
lakukan oleh gaya F kepada benda, saat benda bergerak dari
posisi awal xi ke posisi akhir x f .
� x
f
W= F ( x )dx (3.5)
xi
14 fi2104 mekanika b
Wi→ f = K f − Ki (3.6)
yang disebut sebagai teorema usaha-energi kinetik, dalam satu � teorema usaha-energi
dimensi. kinetik
Contoh-contoh
v f 2 = vi 2 + 2ax. (3.12)
F
Jika kita substitusi a = m didapat
F 1 1
v f 2 = vi 2 + 2 x ⇔ mv f 2 − mvi 2 = Fx
m 2 2
⇔ ΔK = W. (3.13)
Potensial
Pada kondisi diatas, kita memiliki fungsi energi potensial V � energi potensial
(yang berupa skalar), yang terhubung dengan gaya �F melalui
� �r
− �F.d�r � = V (�r ) ⇔ �F = −∇
�V (3.15)
acuan
−ΔU = ΔK ⇒ ΔK + ΔU = 0, (3.17)
atau
ΔE = 0. (3.18)
Ungkapan terakhir adalah hukum konservasi energi, dengan � hukum konservasi energi
energi E adalah jumlahan dari energi kinetik K dan energi poten-
sial V,
E = K + V = konstan (3.19)
Latihan
Soal
1. (Symon ch.3 no.40) Tentukan komponen gaya untuk fungsi
potensial berikut
(a) V = axy2 z3 .
(b) V = 12 kr2 .
(c) V = 12 k x x2 + 12 k y y2 + 12 k z z2 .
Solusi
(b) �F = −krr̂,
� �
(c) �F = − k x xî + k y y ĵ + k z zẑ .
2GMm 1
K = E−V = E− = mv2maks. ,
a 2
sehingga �
2E 4GM
vmaks. = − .
m a
Bab 4
Osilasi
Tinjau sebuah benda yang terikat pada salah satu ujung pegas
horizontal dan ujung lainnya menempel pada dinding. Posisi
benda saat pegas dalam keadaan teregang maupun tertekan
kita tandai sebagai posisi setimbang dan x = 0. Jika kemudian
20 fi2104 mekanika b
F = ma ⇒ m ẍ + kx = 0. (4.2)
Osilasi teredam
ΣF = −kx − bv = ma ⇒ m ẍ + b ẋ + kx = 0, (4.7)
ẍ + 2γ ẋ + ω 2 x = 0, (4.8)
BAB 4. OSILASI 21
�
dengan ψ = ω 2 − γ2 . Baris terakhir diperoleh dengan
mengambil A = Ceφ /2 dan B = Ce−φ /2 dan mengingat x
e-γt cos(ψt)
bahwa 2 cos θ = eiθ + e−iθ . Terlihat dari persamaan di atas e-γt
bahwa x (t) berupa fungsi osilasi dengan frekuensi sudut ψ
dan amplitudo yang meluruh terhadap t. Grafik posisi benda
terhadap waktu diberikan pada Gambar 4.1. t
ẍ + 2γ ẋ + ω 2 x = C0 eiω0 t . (4.20)
yang menghasilkan
C0
A= . (4.22)
ω 2 − ω02 + 2iγω0
Karena posisi adalah besaran riil, maka kita memilih bagian riil
dari solusi di atas. Mula-mula kita uraikan persamaan di atas
menjadi
C0
Re( x ) = Ce−γt cos ψt + (cos ω0 t cos φ + sin ω0 t sin φ)
R
C
= Ce−γt cos ψt + 0 cos (ω0 t − φ) . (4.27)
R
Suku pertama berupa fungsi osilasi dengan amplitudo melu-
�
ruh seiring waktu, dan frekuensi osilasi ψ = ω 2 − γ2 yang
nilainya bergantung pada konstanta pegas, massa benda, dan
faktor redaman. Sementara itu, suku kedua adalah fungsi osilasi
BAB 4. OSILASI 25
0.5 0.5
0 0
0 2 4 6 8 10
ω0
Bab 5
Gaya Sentral
Definisi
Tinjau sebuah sistem yang terdiri dari dua benda yang saling
berinteraksi melalui sebuah gaya �F. Misal benda pertama berada
di pusat koordinat (O) sedangkan benda kedua benda pada
posisi �r.
Interaksi kedua benda dikatakan sebagai gaya sentral jika
arah gaya yang dialami oleh tiap benda searah dengan �r, atau
Gambar 5.1: Gaya sentral
�F = F (r )r̂, antara dua benda.
(5.1)
1. gaya gravitasi,
�F = − Gm1 m2 r̂
r2
2. gaya elektrostatik
�F = − kq1 q2 r̂
r2
28 fi2104 mekanika b
Persamaan Gerak
�F = m�a ⇒ F (r ) = m( ar r̂ + aθ θ̂ ) (5.3)
atau
F (r ) = mar = m(r̈ − r θ¨2 ), (5.4)
menjadi
dL � � � � ��
= m 2rṙ θ̇ + r2 θ̈ = r m 2ṙ θ̇ + r θ̈
dt
atau
dL
= 0 ⇐⇒ L = Konstan. (5.7)
dt
Konstanta L kita sebut sebagai momentum sudut.
Mengingat r θ̇ = vθ , maka | L| = m|vθ ||r |. Karena vθ ⊥ r, dapat
Gambar 5.2: Momentum su-
juga dituliskan dut benda dalam pengaruh
�L = �r × m�v. (5.8) gaya sentral.
Konservasi Energi
� V = − dV (r ) r̂.
�F = −∇ (5.9)
dr
Konservasi energi mengharuskan
E = V + K, (5.10)
1 � �
E = V (r ) + m ṙ2 + r2 θ̇ = konstan (5.11)
2
L
θ̇ = , (5.12)
mr2
sehingga persamaan energi (5.11) dapat ditulis ulang dalam
bentuk
� 2 �
1 2 2 L
E = V (r ) + m ṙ + ✓ r✓
2 ✄
m2 r42
� 2 �
L 1 2
= V (r ) + + mṙ
2m2 r2 2
atau
1
E = V ∗ (r ) + mṙ2 , (5.13)
2
dengan
L2
V ∗ (r ) = V (r ) + , (5.14)
2m2 r2
disebut dengan potensial efektif sistem.
30 fi2104 mekanika b
V �� (r0 )
V � (r ) � V (r0 ) + 0 + (r − r0 )2 .
2
Jika V �� (r0 ) konstan, misalnya k, maka
1
V (r ) � V (r0 ) + k (r − r0 )2 . (5.17)
2
Ambil titik r0 sebagai acuan sehingga V (r0 ) = 0, akibatnya
1
V (r ) � kΔr2 ,
2
dengan Δr = r − r0 . Potensial ini memiliki bentuk yang sama
dengan potensial untuk osilasi harmonik sederhana. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa pada daerah disekitar titik minimum po-
tensial benda mengalami osilasi harmonik sederhana pada arah
radial.
Sekarang, kita telah siap untuk memecahkan persamaan
(5.15). Terlebih dahulu kita misalkan Δr = x sehingga dr = dx.
Substitusi potensial efektif di sekitar titik minimum potensial,
V ∗ = 12 kx2 , ke persamaan (5.15) menghasilkan
� �
dx
� � � = dt
2E k 2
m 1− 2E x
� �
dx
⇔ � � � = dt,
2E k 2
m 1− 2E x
32 fi2104 mekanika b
misal:
�
kx2 2E
= sin2 θ ⇒ x= sin θ
2E k
�
2E
⇔ dx = cos θdθ.
k
Maka, persamaan di atas menjadi:
� � � �
m 2E cos θdθ
= dt
2E k � �1
1 − sin2 θ 2
�� �
2
� √ m
2
1 − sin θ = cos θ; ω =
k
� � �
m
⇔ dθ = dt
k
�
m
⇔ Δθ = Δt ⇒ Δθ = ωΔt.
k
⇔ θ = θ0 + ωt. (5.18)
Orbit/lintasan benda
1
E = V ∗ + mr˙2 , (5.22)
2
BAB 5. GAYA SENTRAL 33
dengan
L2
V∗ = V + , (5.23)
2mr2
L2 L2
θ˙2 = = (5.24)
(mr2 )2 m2 r 4
2
r˙2 = ( E − V ∗ ) (5.25)
m
− GMm GMm
F (r ) = ⇔ V=− , (5.27)
r2 r 5
L2
0
− GMm −α β
V ∗ (r ) =
-1
+ 2
= + 2, (5.28)
r 2mr r r
-2
-3
-4
1 10 100
L2 Jarak (r)
dengan α = GMm, β = 2m .
Bentuk kurva V∗
terhadap r adalah:
Persamaan orbit didapat dari substitusi persamaan (5.28) ke Gambar 5.4: Potensial
efektif untuk gaya gravitasi,
(5.26) β
� �2 � � V ∗ = − αr + r2 . Terlihat
dr 1 α β bahwa potensial potensial
= E + − 2 r4 . (5.29) memiliki nilai minimum
dθ β r r
pada titik r tertentu, dan
1 menuju nol untuk jarak yang
Dengan mengambil pemisalan y = r ⇒ dy = − r12 , dr = −y2 dr, cukup jauh, r → ∞.
34 fi2104 mekanika b
z = A cos θ, (5.32)
dengan
� � �
1 α2
A= E+ , (5.33)
β 4β
sehingga
1 α α
= y = z+ = A cos θ +
r 2β 2β
1
⇔ r= α
2β + A cos θ
2β 1 ro
⇔ r= = . (5.34)
α 1 + � cos θ 1 + � cos θ
2β
dengan ro = α dan
�
2β 4βE
�= A= 1+ (5.35)
α α2
disebut sebagai eksentrisitas eksentrisitas.
Bentuk lintasan r (θ )
Jika � = 0
Kita peroleh
2β L2
r = ro = = , (5.36)
α GMm2
x2 + y2 = r02 . (5.37)
0.5 0.5
e=0
x + y2 = r02
2
0 0
−0.5 −0.5
−1 −1
ro
r= ⇔ r + �x = ro
1 + � xr
⇔ r2 = (ro − �x )2
⇔ x2 + y2 = ro2 − 2�r0 x + �2 x2
� �
⇔ y2 = ro2 + �2 − 1 x2 − 2�r0 x
� �2 � �2
y2 r2 2�r �r0 �r0
⇔ 2 = 2 o + x2 − 2 0 x + 2
− 2
� −1 � −1 � −1 � −1 � −1
� �2 � �2
y2 r2 2� �r0 �r0
⇔ 2
= 2 o + x2 − 2 x+ −
� −1 � −1 � −1 �2 − 1 �2 − 1
� �� �
� �2
�r
x− 2 0
� −1
� �2 � �
y2 ro2
�r0 �2 r02
⇔ 2 = +x− 2 −
� −1 �2 − 1 ( �2 − 1)2
� −1
� �2 � �2
y2 �r0 r0
⇔ 2 = x− 2 − (5.38)
� −1 � −1 �2 − 1
( x + x0 )2 y2
+ 2 = 1, (5.39)
a2 b
dengan
�r0
x0 = , (5.40)
1 − �2
r0
a= , (5.41)
1 − �2
r0
b= √ . (5.42)
1 − �2
1 1
0 0
−1 −1
−2 −2
−3 −2 −1 0 1
38 fi2104 mekanika b
Jika � = +1
�
Kita gunakan koordinat Kartesius, sehingga r = x2 + y2 dan
cos θ = xr , maka
ro ro r
r= x ⇔r= ⇔ r = ro − x
1+ r r+x
⇔ r2 = ro2 − 2ro x + x2
⇔ x2 + y2 = ro2 − 2ro x + x2
⇔ y2 = r0 (r0 − 2x ) . (5.43)
e=1
y2 = r0(r0 -2x)
4 4
2 2
0 0
−2 −2
−4 −4
−6 −6
−10 −8 −6 −4 −2 0 2
BAB 5. GAYA SENTRAL 39
Jika � > 1
Lihat kembali persamaan (5.38). Jika � > 1, maka suku �2 − 1
bernilai positif, sehingga persamaan tersebut dapat dituliskan
ulang menjadi
( x − x̃ )2 y2
− 2 = 1, (5.44)
ã2 b̃
dengan
�r0
x̃ = , (5.45)
�2
−1
r0
ã = 2 , (5.46)
� −1
r0
b̃ = √ , (5.47)
�2 − 1
yang merupakan persamaan hiperbola. Bentuk lintasan partikel
diberikan pada Gambar 5.8.
40 fi2104 mekanika b
2 2
e>1
- (x-x0)2/a2 + y2/b2 = 1
0 0
−2 −2
−4 −4
−4 −2 0 2
Ujian tengah semester
Soal
1. Seekor lebah terbang pada lintasan tertentu sedemikian sehingga posisinya dalam koordi-
nat polar untuk setiap waktu t diberikan oleh
bt t
r= (2τ − t) , θ= , (0 ≤ t ≤ 2τ ) ,
τ2 τ
dengan b dan τ konstanta positif. Tentukan,
(a) vektor kecepatan lebah tiap waktu �v(t),
(b) laju minimum lebah,
(c) percepatan lebah saat mencapai laju minimum.
2. Sebuah partikel m dikenai gaya sebesar F = − ax + bx2 dengan a dan b adalah konstanta
positif.
(a) Tentukan energi potensial V ( x ). Anggaplah V (0) = 0.
(b) Gambarkan/plot grafik dari F ( x ) dan V ( x ) dalam satu sistem koodinat.
(c) Pada posisi x berapakah potensial V ( x ) bernilai minimum?
(d) Tentukan periode osilasi benda di sekitar titik minimum potensialnya.
3. Dilakukan percobaan osilasi menggunakan sebuah bernda bermassa yang terikat pada sa-
lah satu ujung pegas. Pada percobaan pertama, benda mula-mula disimpangkan dari titik
setimbangnya sejauh x0 kemudian dilepaskan tanpa kecepatan awal sehingga mengalami
osilasi harmonik sederhana. Pada percobaan kedua, percobaan pertama diulangi namun
sistem pegas dicelupkan ke dalam fluida sehingga benda mengalami osilasi teredam kri-
tis. Jika diketahui massa benda m, konstanta pegas k, dan gaya redaman −bv (dengan v
adalah kecepatan benda), tentukanlah
(a) perbandingan laju maksimum benda yang dicapai pada percobaan pertama dengan
percobaan kedua,
42 fi2104 mekanika b
(b) usaha total yang dilakukan oleh gaya redaman (damping force) pada percobaan kedua
sejak benda dilepas hingga berhenti.
4. Sebuah partikel berada dalam pengaruh gaya sentral sehingga bergerak dengan orbit
yang diberikan oleh r = Ae aθ , dengan A dan a konstanta positif. Momentum sudut parti-
kel adalah L dan energi totalnya E.
(a) Gambarkanlah lintasan partikel dalam bidang polar.
(b) Tentukanlah energi potensial partikel.
Solusi
bt 2b bt2
r = ( 2τ − t ) = t −
τ2 τ �τ
2
�
2b 2b 2b t
⇔ ṙ = − 2t = 1−
τ τ τ τ
2b
⇔ r̈ = −
τ
t 1
θ = ⇒ θ̇ = ⇒ θ̈ = 0.
τ τ
(a) vektor kecepatan lebah:
2b
� t
� bt
�v = ṙr̂ + r θ̇ θ̂ = τ 1− τ r̂ + τ3
(2τ − t) θ̂ .
(b) laju:
�
|�v| = ṙ2 + r2 θ̇ 2 .
Laju minimum:
t
ṙ = 0 ⇒ 1 − =0⇒ t=τ ,
τ
BAB 5. GAYA SENTRAL 43
atau
� �
2 2b 2b bt2 1
r̈ = −r θ̇ ⇔ − 2 =− t− 2
τ τ τ τ2
b 2 2b
⇔ = t − t + 2b = 0
τ2 τ�
2b 4b2 8b2
τ ± τ2
− τ2 √
⇔ t= 2b
= 1± −1.
τ
2. (a) Potensial V ( x )
� x � �x
a b
V (x) = − F ( x � )dx � = − − x �2 + x �3 = a 2
2x − 3b x3 .
0 2 3 0
3a
⇔ x = 0 atau x = .
2b
dV
Titik kritis potensial terletak pada dx = −F = 0 ⇒ x = 0
atau x = ba .
Gabungan kedua grafik diberikan pada Gambar 5.11.
(c) Terlihat pada grafik bahwa V ( x ) bernilai minimum secara
lokal pada x = 0 . Gambar 5.10: Plot V ( x )
terhadap x.
(d) Kita uraikan V ( x ) di sekitar x = 0 dengan deret Taylor
1
V (x) � V (0) + V � (0) x + V �� (0) x2 + ...
2
1 2
= 0 + 0 + ( a) x
2
1 2
= ax .
2
Ini adalah potensial osilator harmonik dengan "konstanta"
Gambar 5.11: Plot F ( x ) dan
pegas k = a. Sehingga perioda osilasi benda adalah V ( x ) terhadap x.
� �
m m
T = 2π k = 2π a
E = Vmax = Kmax
�
1 2 1 k
⇔ kx0 = mv2max ⇒ vmax = x0 = ωx0 .
2 2 m
Pada percobaan kedua, benda mengalami teredam kritis,
sehingga simpangannya berbentuk fungsi
Sehingga
Wnon-konservatif = E f − Ei = − 12 kx02 .
L
L = mr2 θ̇ ⇒ θ̇ = .
mr2
Energi sistem kosntan sebesar E, sehingga
E = K+V
1 2 1
= mṙ + mr θ̇ 2 + V
2 2
� 2 �
1 2 1 2 L
= mṙ + mr +V
2 2 m2 r 4
1 2 1 L2
= mṙ + + V.
2 2 mr2
Karena r = Ae aθ ⇒ ṙ = ar θ̇ = ar mrL 2 = aL
mr , sehingga
� �2
1 aL 1 L2 a2 L2 L2 (1+ a2 ) L2
V (r ) = E − m − = E − − = E− 2mr2
.
2 mr 2 mr2 2mr2 2mr2
Bibliografi
konservasi energi, 16
koordinat bola, 5 license, i resonansi, 25