Anda di halaman 1dari 186

KAJIAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM KAITAN PEMBELAJARAN

ETNOSAINS FISIKA DI KECAMATAN TAMBUSAI

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :
IMELDA RIANI
NIM. 1731006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN
ROKAN HULU
2021
PERSEMBAHAN

Motto :

dan boleh jadi


pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui

(QS. Al-Baqarah: 216)

Jangan menjelaskan dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tidak
butuh itu. Dan yang membencimu tidak percaya itu
( Ali bin Abi Thalib )

Hiduplah seolah engkau mati besok. Belajarlah seolah engkau hidup


selamanya
(Mahatma Gandhi)

Jika hati senantiasa berniat baik, Allah akan pertemukan ia dengan hal yang
baik, tempat-tempat baik, orang-orang baik, atau kesempatan berbuat baik.
Tetaplah berbuat baik meskipun orang lain tak menghargai kebaikanmu. Karena
setiap kebaikan yang kamu perbuat, yang akan kau dapatkan tidak lain adalah
kebaikan itu sendiri

Skripsi ini Saya persembahkan kepada :

1. Ayahanda tercinta M. Hadir Daulay dan Ibunda terkasih Erlina yang selalu memberikan doa,
dukungan dan kasih sayang yang tak terbatas

2. Ketiga adikku tersayang yang selalu memberikan semangat, dukungan, doa, perhatian dan
pengertian (Artimah Lena, Ratna Susanti, dan M. Radi Taheran)

3. Sahabat terbaik yang selalu membantu (Akbar Ramanda, Andriani, dan Aisyah), Teman-
teman terkasih (Fisika 2017), PPL SMANSAI, KKN 26 Tambusai Timur, Komunitas
Selingkar Tambusai, dan seluruh orang baik yang sudah memberikan dukungan dan doanya

4. Almamater Ku tercinta Universitas Pasir Pengaraian


KAJIAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM KAITAN PEMBELAJARAN
ETNOSAINS FISIKA DI KECAMATAN TAMBUSAI

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kajian permainan tradisional dalam kaitan
pembelajaran etnosains fisika di kecamatan Tambusai. Penelitian ini merupakan
penelitian survei dengan menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian ini
dilakukan di kecamatan Tambusai pada bulan Februari-Juni 2021. Teknik pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan
wawancara, kuesioner, observasi, dokumentasi, rekaman audio dan video. Data yang
diperoleh kemudian dianalisis, diverifikasi dan direduksi kemudian direkonstruksi ke
pengetahuan ilmiah dan diinterpretasikan ke konsep sains yang ada di pembelajaran
fisika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permainan tradisional yang dilakukan
masyarakat dapat diinterpretasikan ke dalam pengetahuan sains dan diimplementasikan
dalam pembelajaran fisika.

Kata kunci: Permainan tradisional, Pembelajaran etnosains, Fisika

i
STUDY OF TRADITIONAL GAMES IN PHYSICS ETHNOSCIENCE LEARNING
IN TAMBUSAI DISTRICT
ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the study of traditional games in relation to
physics ethnoscience learning in Tambusai sub-district. This research is a survey
research using descriptive research method. This research was conducted in Tambusai
sub-district in February-June 2021. The sampling technique used was purposive
sampling. Data collection techniques using interviews, questionnaires, observation,
documentation, audio and video recordings. The data obtained is then analyzed,
reduced and reconstructed and then reconstructed into scientific knowledge and
interpreted into scientific concepts in physics learning. The result showed that the
traditional games played by the community could be interpreted in science knowledge
and implemented in physics learning.

Keywords: Traditional games, Ethnoscience learning, physics

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

Rahmat dan Karunia Nya kepada penulis sehingga berhasil menyelesaikan skripsi ini

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Fisika Universitas Pasir Pengaraian dengan judul “Kajian Permainan

Tradisional Dalam Kaitan Pembelajaran Etnosains Fisika Di Kecamatan Tambusai”.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, suri

tauladan umat Islam. Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada

yang terhormat:

1. Bapak Dr. Hardianto, M.Pd selaku Rektor Universitas Pasir Pengaraian

2. Bapak Ria Karno, M.Pd selaku Dekan FKIP Universitas Pasir Pengaraian

3. Bapak Azmi Asra, S.Si, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika

dan juga sebagai Dosen Pembimbing I penulisan skripsi ini terima kasih atas

waktu, bimbingan dan saran yang telah diberikan.

4. Ibu Rindi Genesa Hatika, M.Sc selaku Dosen Pembimbing II penulisan skripsi

ini, terima kasih atas waktu, perhatian, saran dan bimbingan yang telah

diberikan.

5. Ibu Nurhikmah Sasna Junaidi, M.Pd; Bapak Sohibun, M.Pd; dan Bapak Dr.

Dedi Mardiansyah, M.Si; selaku penguji skripsi ini.

iii
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UPP. Ibu Ika

Daruwati, M.Sc yang telah memberikan perhatian kepada penulis.

7. Bapak Hamid Syahropi, M.Pd; Ibu Masliana, S.S; Ibu Julia Eva Ningsih, S.Pd;

yang sudah berperan sebagai validator ahli penelitian ini.

8. Bapak Tengku Abdurrahim, S.Pd,I selaku Kepala Lembaga Kerapatan Adat

Melayu Tambusai dan Bapak Zulman, S.sos selaku Datuk Bendaharo yang telah

memberikan izin dan rekomendasi penelitian.

9. Bapak Muammer Ghadafi, S.sos selaku camat Tambusai yang telah

memberikan izin dan rekomendasi penelitian.

10. Bapak Nofirman, S.H selaku Lurah Tambusai Tengah yang telah memberikan

izin dan rekomendasi penelitian.

11. Bapak Herman; Bapak Tengku Darmizal; Bapak Bakhtar Yamin; Bapak

Manap; dan Bapak Arifin; selaku tokoh adat yang telah membantu dan bersedia

menjadi responden wawancara penelitian ini

12. Bapak Syafri Abbas; Bapak Ahmad Darwis; Bapak Navi; Bapak H. Lutfi

Efendi; dan Bapak Nasri selaku tokoh masyarakat yang telah membantu dan

bersedia menjadi responden wawancara penelitian ini.

13. Bapak Syaukani Addari, S.Kom selaku Ketua Pemuda Kelurahan Tambusai

Tengah dan Bang Wawan, Bang Ari, Bang Zuarman dan ulong Zubir yang telah

membantu dan bersedia menjadi responden wawancara penelitian ini.

14. Ibu Lina Marni, S.Pd; Ibu Febrilla, M.Pd; Ibu Nurlaini Hasibuan, S.Pd; dan Ibu

Bahroini, S.Pd yang telah membantu dan bersedia menjadi responden kuesioner

penelitian ini.

iv
15. Ayah dan Ibu tercinta (M. Hadir Daulay dan Erlina) yang selalu memberikan

kasih sayang, dukungan, perhatian, nasihat, dan senantiasa mendo’akan penulis.

16. Ketiga adikku tersayang Artimah Lena, Ratna Susanti dan M. Radi Taheran

yang selalu memberikan semangat dan mengerti keadaan kakaknya selama

menyelesaikan skripsi ini.

17. Sahabat ku (Akbar Ramanda, Andriani, dan Aisyah) yang sudah membantu

penulis dalam mengurus izin penelitian dan pengumpulan data, serta selalu

meluangkan waktu dan tidak keberatan saat diminta bantuannya juga

memberikan dukungan, bersedia mendengarkan keluh kesah dan mengerti

perasaan penulis.

18. Seluruh teman-teman Gamak Squad Fisika’17 yang telah memberikan

dukungan dan perhatian kepada penulis (Alda, Umi, Irma, Desi, Lina, Novia,

Tipah, Putri, Rinjani, Sherlye, dan Faizah)

19. SSTD Grup (Zulham & Ita ), KKN 26 Tambusai Timur, PPL Check

SMANSAI, dan teman-teman Komunitas Selimang Karang Tambusai.

Semoga amal baik dan segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan

dari Allah SWT. Semoga tugas akhir skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan pihak

yang membutuhkan. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pasir Pengaraian, Juli 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................i
ABSTRAC ................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR ..............................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................................6
1.4 Batasan Masalah ............................................................................................6
1.5 Manfaat Penelitian .........................................................................................6
1.6 Definisi Istilah ................................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kajian .............................................................................................................10
2.2 Permainan Tradisional ...................................................................................10
2.3 Etnosains ........................................................................................................13
2.4 Pembelajaran Fisika .......................................................................................16
2.4.1 Pembelajaran ..........................................................................................16
2.4.2 Fisika ......................................................................................................18
2.5 Hubungan Permainan Tradisional dan Pembelajaran Fisika .........................21
2.6 Penelitian Relevan .........................................................................................23
2.7 Kerangka Konseptual .....................................................................................27

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis dan Metode Penelitian...........................................................................28
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................29
3.2.1 Tempat Penelitian ...................................................................................29
3.2.2 Waktu Penelitian ....................................................................................29
3.3 Populasi dan Sampel ......................................................................................29
3.3.1 Populasi ..................................................................................................29
3.3.2 Sampel ....................................................................................................30
3.4 Variabel Penelitian .........................................................................................31
3.4.1 Variabel Bebas .......................................................................................31
3.4.2 Variabel Terikat ......................................................................................31
3.5 Prosedur Penelitian ........................................................................................32
3.6 Instrumen Penelitian ......................................................................................33
Uji Validitas Instrumen ...................................................................................35
3.7 Teknik Pengumpulan Data .............................................................................36
3.8 Teknik Analisis Data......................................................................................38

vi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ..............................................................................................40
4.2 Pembahasan....................................................................................................77
4.2.1 Permainan Gasiang .................................................................................81
4.2.2 Permainan Bodie ....................................................................................90
4.2.3 Permainan Setinjau .................................................................................96
4.2.4 Permainan Baliang-Baliang ....................................................................102
4.2.5 Permainan Tarik Upih Pinang ...............................................................108
4.2.6 Permainan Serunai ..................................................................................113

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan ........................................................................................................120
5.2 Saran ..............................................................................................................120
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................121
LAMPIRAN..............................................................................................................127

vii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara, Kuesioner Dan Lembar Observasi ................... 33


4.1 Hasil Wawancara Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat Dan Tokoh Pemuda Tentang
Permainan Gasiang .............................................................................................. 41
4.2 Hasil Wawancara Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat Dan Tokoh Pemuda Tentang
Permainan Bodie ................................................................................................... 46
4.3 Hasil Wawancara Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat Dan Tokoh Pemuda Tentang
Permainan Setinjau ............................................................................................... 50
4.4 Hasil Wawancara Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat Dan Tokoh Pemuda Tentang
Permainan Baliang-Baliang .................................................................................. 54
4.5 Hasil Wawancara Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat Dan Tokoh Pemuda Tentang
Permainan Tarik Upih Pinang............................................................................... 58
4.6 Hasil Wawancara Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat Dan Tokoh Pemuda Tentang
Permainan Serunai ................................................................................................ 62
4.7 Hasil Observasi Kuesioner Penelitian Pada Permainan Gasiang.......................... 66
4.8 Hasil Observasi Kuesioner Penelitian Pada Permainan Bodie ............................. 68
4.9 Hasil Observasi Kuesioner Penelitian Pada Permainan Setinjau.......................... 71
4.10 Hasil Observasi Kuesioner Penelitian Pada Permainan Baliang-Baliang ............ 73
4.11 Hasil Observasi Kuesioner Penelitian Pada Permainan Tarik Upih Pinang ......... 75
4.12 Hasil Observasi Kuesioner Penelitian Pada Permainan Serunai........................... 78
4.13 Rekonstruksi Pengetahuan Masyarakat Menjadi Pengetahuan Ilmiah Pada
Permainan Gasiang ............................................................................................... 82
4.14 Kaitan Permainan Tradisional Dalam Kaitan Pembelajaran Etnosains Fisika Pada
Permainan Gasiang ............................................................................................... 89
4.15 Rekonstruksi Pengetahuan Masyarakat Menjadi Pengetahuan Ilmiah Pada
Permainan Bodie ................................................................................................... 91
4.16 Kaitan Permainan Tradisional Dalam Kaitan Pembelajaran Etnosains Fisika Pada
Permainan Bodie ................................................................................................... 95
4.17 Rekonstruksi Pengetahuan Masyarakat Menjadi Pengetahuan Ilmiah Pada
Permainan Setinjau ............................................................................................... 98

viii
4.18 Kaitan Permainan Tradisional Dalam Kaitan Pembelajaran Etnosains Fisika Pada
Permainan Setinjau ............................................................................................... 102
4.19 Rekonstruksi Pengetahuan Masyarakat Menjadi Pengetahuan Ilmiah Pada
Permainan Baliang-Baliang .................................................................................. 104
4.20 Kaitan Permainan Tradisional Dalam Kaitan Pembelajaran Etnosains Fisika Pada
Permainan Baliang-Baliang .................................................................................. 107
4.21 Rekonstruksi Pengetahuan Masyarakat Menjadi Pengetahuan Ilmiah Pada
Permainan Tarik Upih Pinang ............................................................................... 109
4.22 Kaitan Permainan Tradisional Dalam Kaitan Pembelajaran Etnosains Fisika Pada
Permainan Tarik Upih Pinang ............................................................................... 113
4.23 Rekonstruksi Pengetahuan Masyarakat Menjadi Pengetahuan Ilmiah Pada
Permainan Serunai ................................................................................................ 114
4.24 Kaitan Permainan Tradisional Dalam Kaitan Pembelajaran Etnosains Fisika Pada
Permainan Serunai ................................................................................................ 119

ix
DAFTAR GAMBAR

Tabel Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ...................................................................................... .... 27

3.1 Komponen Dalam Analisis Data Miles & Huberman .................................... .... 38

4.1 Permainan Gasiang ......................................................................................... .... 81

4.2 Permainan Bodie ............................................................................................. .... 90

4.3 Permainan Setinjau ......................................................................................... .... 97

4.4 Permainan Baliang-Baliang ............................................................................ ....103

4.5 Permainan Tarik Upih Pinang ......................................................................... ....108

4.6 Permainan Serunai .......................................................................................... ....114

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lembar Validasi Pedoman Wawancara .......................................................... .. 127


2. Lembar Validasi Kuesioner Penelitian ........................................................... .. 133
3. Lembar Validasi Lembar Observasi Penelitian ............................................. .. 139
4. Pedoman Wawancara ...................................................................................... .. 145
5. Jawaban Kuesioner Penelitian ........................................................................ .. 149
6. Surat Keterangan Penelitian ............................................................................ .. 160
7. Dokumentasi ................................................................................................... .. 166

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 2 Ayat 34, menyebutkan

bahwa pendidikan berbasis keunggulan lokal adalah pendidikan yang diselenggarakan

setelah memenuhi standar nasional pendidikan dan diperkaya dengan keunggulan

kompetitif dan/atau komparatif daerah. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 17

Tahun 2010 Pasal 35 Ayat 2, Pemerintah kabupaten/kota melaksanakan dan/atau

memfasilitasi perintisan program dan/atau satuan pendidikan yang sudah atau hampir

memenuhi standar nasional pendidikan untuk dikembangkan menjadi program dan/atau

satuan pendidikan bertaraf Internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal.

Rokan Hulu merupakan salah satu kabupaten yang ada di provinsi Riau dengan

ibu kota Pasir Pengaraian. Kabupaten Rokan Hulu yang dijuluki dengan Negeri Seribu

Suluk ini mayoritasnya merupakan keturunan melayu Rokan yang memiliki kekayaan

yang beragam seperti suku, bahasa, budaya dan kearifan lokal. Semua keragaman

budaya ini memiliki keunikan dan keunggulan tersendiri dari setiap daerah atau

kecamatan yang ada di kabupaten Rokan Hulu. Seperti kecamatan Rokan IV Koto

dengan Istana Rokannya, kecamatan Kepenuhan dengan budaya dan kearifan lokal

(Komplek Makam Tuan Guru Koto Tangah dan Makam Raja Kepenuhan) nya, serta

termasuk juga kecamatan Tambusai dengan Benteng Tujuh Lapis nya.

Kecamatan Tambusai merupakan salah satu kecamatan yang ada di Rokan Hulu

yang kaya akan kearifan lokal dan potensi lokal. Potensi kearifan lokal yang ada di

kecamatan Tambusai ada yang berupa bangunan seperti Benteng Tujuh Lapis, ada yang
2

berbentuk tradisi yakni Silat, Gondang Brogong, Sekapur Sirih, Upah-upah, Menyalai

ikan, Sampan, Rebana, Prosesi Adat Pernikahan Tradisional, ada yang berbentuk alat

mata pencaharian yaitu Anyaman Tikar, Lesung, Tangguk, Lukah, serta ada yang

berbentuk permainan tradisional seperti gasing, sepak raga, layang-layang, dll.

Permainan tradisional merupakan permainan yang tumbuh dan berkembang di

suatu daerah (Mulyani, 2016). Tambusai merupakan salah satu kecamatan yang kaya

akan permainan tradisional dan sangat berpotensi untuk dikembangkan. Berdasarkan

wawancara dengan salah satu tokoh adat di Tambusai yaitu Bapak Syafri Abbas

(Tungkek suku kuti) menyebutkan bahwa di kecamatan Tambusai terdapat permainan

tradisional seperti sepak agu, gasiang, layang-layang, galah panjang, bobodie, tarik

upih pinang, simbang batu, patok lele, bola kasti, guli, yeye, adu buah para, setinjau,

tarik tambang, serunai, baliang-baliang dan ketapel.

Menurut penelitian Widyaparamita (2020) menyebutkan bahwa dalam

permainan tradisional ada juga beberapa permainan berkaitan erat dengan konsep

pembelajaran fisika salah satunya gasing dan perahu pelepah pisang yang berkaitan

dengan konsep fisika yaitu pada konsep rotasi dan tekanan. Kemudian Makhmudah

(2019) juga menjelaskan bahwa permainan tradisional Kalimantan Tengah yang

dimiliki suku Dayak Ngaju yaitu permainan Balogo dan Habayang, permainan ini

mengandung materi fisika momentum dan impuls. Hal yang sama oleh Danang (2020)

menyebutkan bahwa tarik tambang adalah permainan tradisional yang mengandung

beberapa materi fisika diantaranya materi kinematika, dinamika, usaha dan energi,

momentum dan impuls, kesetimbangan benda tegar dan lain-lain.

Fisika adalah ilmu yang mempelajari peristiwa alam yang selalu diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari. Setiap fenomena yang ada dalam pembelajaran fisika
3

merupakan penjelasan tentang kejadian-kejadian yang ada di lingkungan sekitar.

Menurut Sutrisno (2006) hakikat fisika adalah fisika sebagai produk (“a body of

knowledge”), fisika sebagai sikap (“a way of thinking”), dan fisika sebagai proses (“a

way of investigating”). Fisika sebagai produk diperoleh melalui kegiatan penyelidikan

yang kreatif, diinventarisir dan disusun secara sistematik menjadi sebuah kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, rumus, teori dan model. Fisika

sebagai sikap didasari oleh rasa ingin tahu, rasa percaya, sikap objektif, jujur dan

terbuka serta mau mendengarkan pendapat orang lain ketika melaksanakan kegiatan-

kegiatan ilmiah. Fisika sebagai proses sangat berkaitan dengan kata-kata kunci

fenomena, dugaan, pengamatan, pengukuran, penyelidikan, dan publikasi. Sehingga

dapat dikatakan bahwa hakikat fisika dalam pembelajaran memiliki aspek produk

berupa pengetahuan dan proses yang disertai dengan sikap ilmiah.

Dalam era globalisasi saat ini, peserta didik lebih familiar dengan budaya asing

dan kurang memahami kebudayaan dan permainan tradisional yang dimiliki

masyarakat disekitar tempat tinggalnya, sehingga pengetahuan akan permainan

tradisional sangat rendah. Kenyataan yang terjadi dikalangan anak muda saat ini lebih

tertarik pada permainan modern berupa playstastion dan game online yang ada pada

gadget mereka dan permainan tradisional sudah mulai ditinggalkan. Hal ini tentu

bertentangan dengan semangat yang terkandung dalam Peraturan Pemerintah Nomor

17 Tahun 2010 yang ingin mewujudkan pendidikan berbasis kearifan lokal.

Kearifan lokal merupakan identitas atau kepribadian budaya, pandangan hidup

dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan berwujud aktivitas yang

dilakukan oleh masyarakat lokal dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Agar eksistensi

budaya dan kearifan lokal berupa permainan tradisional tetap kukuh, maka peserta
4

didik sebagai generasi penerus bangsa perlu ditanamkan rasa cinta terhadap

kebudayaan dan kearifan lokal dengan cara mengangkat kembali pengetahuan peserta

didik terhadap permainan tradisional serta mengintegrasikan pengetahuan budaya

dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran etnosains fisika. Oleh sebab itu,

diperlukan sebuah terobosan pendidikan yang menggabungkan antara budaya dengan

sains atau biasa disebut dengan etnosains (Mayasari, 2017).

Istilah ethnoscience atau etnosains memiliki arti suatu ilmu pengetahuan yang

dimiliki oleh suatu bangsa atau suku. Sudarmin (2014) mendefinisikan bahwa

etnosains sebagai seperangkat ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh

masyarakat/suku/bangsa tertentu yang diperoleh dengan metode tertentu yang

merupakan tradisi masyarakat/suku/bangsa tertentu dan secara empiris, kebenarannya

dapat diuji dan dipertanggungjawabkan. Menurut Sudarmin (2015) Pendekatan ilmiah

yang disarankan dalam pendidikan di Indonesia saat ini adalah etnosains, yaitu

pengetahuan asli dalam bentuk bahasa, adat istiadat dan budaya, moral, begitu juga

teknologi yang diciptakan oleh masyarakat atau orang tertentu yang mengandung

pengetahuan ilmiah.

Selanjutnya Shidiq (2016) menjelaskan bahwa etnosains mendorong guru dan

juga praktisi pendidikan untuk mengajarkan sains yang berlandaskan kebudayaan,

kearifan lokal dan permasalahan yang ada di masyarakat, sehingga peserta didik dapat

memahami dan mengetahui sains yang mereka pelajari di dalam kelas dapat digunakan

untuk memecahkan masalah yang mereka temui dalam kehidupan sehari–hari, sehingga

menjadikan pembelajaran sains di kelas lebih bermakna. Pada kenyataannya, banyak

guru yang belum memanfaatkan budaya daerah sebagai bahan ajar pada pembelajaran

fisika. Beberapa faktor yang menyebabkannya yaitu kesulitan dalam menentukan


5

materi pembelajaran yang relevan dengan budaya daerah dan kurangnya pemahaman

guru mengenai pembelajaran etnosains.

Apabila pembelajaran berbasis etnosains tidak diterapkan sejak dini maka

dimasa yang akan datang, di era globalisasi yang mengalami perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi sangat cepat menggeser kearifan lokal dalam masyarakat.

Pergeseran ini terjadi karena tidak adanya batasan yang signifikan antara budaya lokal

dan budaya asing. Kondisi ini menunjukkan bahwa pendidikan perlu menerapkan

pembelajaran yang berorientasi pada kearifan lokal yang merupakan suatu gagasan

konseptual yang hidup dalam masyarakat, tumbuh dan berkembang terus menerus.

Beralih dari permasalahan rendahnya pengetahuan peserta didik akan permainan

tradisional serta kurangnya pemahaman guru akan pembelajaran etnosains maka perlu

dilakukan upaya pengkajian lebih mendalam tentang permainan tradisional yang ada di

suatu daerah khususnya kecamatan Tambusai agar pembelajaran berbasis keunggulan

lokal dapat diselenggarakan di sekolah. Menurut KBBI, mengkaji artinya belajar,

mempelajari, memeriksa, memikirkan, menguji, atau menelaah. Disini dapat dikatakan

juga bahwa mengkaji artinya memikirkan sesuatu lebih lanjut yang diharapkan dapat

menciptakan suatu kesimpulan yang selanjutnya mengarah untuk melakukan suatu

perbuatan.

Berdasarkan uraian hal-hal diatas, untuk mengangkat aspek permainan

tradisional daerah dan melestarikan nilai-nilai positif yang terkandung dalam budaya

masyarakat serta menelaah kandungan pembelajaran etnosains fisika, hingga penulis

tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “Kajian Permainan

Tradisional Dalam Kaitan Pembelajaran Etnosains Fisika Di Kecamatan

Tambusai”.
6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana kajian permainan tradisional dalam kaitan

pembelajaran etnosains fisika di kecamatan Tambusai ? ”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui kajian permainan tradisional dalam kaitan pembelajaran etnosains fisika di

kecamatan Tambusai.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini yaitu permainan tradisional Gasiang, Bodie,

Setinjau, Baliang-Baliang, Tarik Upih Pinang, dan Serunai.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini nantinya diharapkan bermanfaat :

1. Bagi Siswa

Dapat mengenal dan mengetahui permainan tradisional dalam kehidupan

sehari-hari yang ada di daerahnya, dan dapat memahami materi atau konsep

pembelajaran etnosains fisika yang ada pada permainan tradisional tersebut.

Tidak hanya menambah pengetahuan dan wawasan, namun sebagai generasi

penerus bangsa siswa diharapkan dapat berperan dalam upaya melestarikan

permainan tradisional yang ada didaerahnya.

2. Bagi Guru

Dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi atau konsep pada

pembelajaran fisika melalui permainan tradisional dalam kehidupan sehari-


7

hari dan dapat dikembangkan sebagai bahan ajar berupa media

pembelajaran atau modul fisika yang dapat diterapkan dalam proses belajar

mengajar. Serta secara tidak langsung guru dapat menanamkan nilai pada

siswa tentang kepedulian untuk melestarikan budaya Indonesia salah

satunya permainan tradisional.

3. Bagi Sekolah

Dapat menjadi masukan bagi sekolah dalam menanamkan rasa cinta

terhadap kebudayaan dan kearifan lokal dengan cara mengangkat kembali

pengetahuan peserta didik terhadap permainan tradisional dan sekolah dapat

mengintegrasikannya dalam proses pembelajaran etnosains fisika. Sehingga

sekolah dapat mengembangkan dan merintis program pembelajaran berbasis

keunggulan lokal.

1.6 Definisi Istilah

1. Kajian

Kata kajian berasal dari kata “kaji” yang berarti pelajaran, penyelidikan

(tentang sesuatu). Kajian berarti proses, cara, perbuatan, mengkaji,

penyelidikan (pelajaran yang mendalam), penelaahan (KBBI, 1999).

Menurut KBBI, mengkaji artinya belajar, mempelajari, memeriksa,

memikirkan, menguji, atau menelaah. Dapat dikatakan juga bahwa mengkaji

artinya memikirkan sesuatu lebih lanjut yang diharapkan dapat menciptakan

suatu kesimpulan yang selanjutnya mengarah untuk melakukan suatu

perbuatan.
8

2. Permainan Tradisional

Menurut KBBI permainan adalah segala sesuatu yang digunakan untuk

bermain, barang atau sesuatu yang dipermainkan. Sedangkan tradisional

berarti sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh

pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun. Permainan

tradisional merupakan salah satu budaya masyarakat dari suatu daerah atau

wilayah tempat tinggal (Widyaparamita, 2020). Permainan tradisional

dimainkan oleh anak-anak dalam lingkungan masyarakat umum untuk

menyerap kearifan lokal didaerah tersebut. Permainan tradisional dapat

dimanfaatkan sebagai media pembelajaran bagi anak sehingga bisa

mendukung tumbuh kembang anak dari berbagai aspek.

3. Etnosains

Kata ethnoscience (etnosains) berasal dari kata ethnos (bahasa Yunani) yang

berarti bangsa, dan scientia (bahasa Latin) artinya pengetahuan. Istilah

ethnoscience atau etnosains memiliki arti suatu ilmu pengetahuan yang

dimiliki oleh suatu bangsa atau suku. Sudarmin (2014) mendefinisikan

bahwa etnosains sebagai seperangkat ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh

masyarakat/suku/bangsa tertentu yang diperoleh dengan metode tertentu

yang merupakan tradisi masyarakat/suku/bangsa tertentu dan secara empiris,

kebenarannya dapat diuji dan dipertanggungjawabkan.

4. Fisika

Fisika merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam yang terdiri dari konsep

dasar mengenai fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-

hari. Fisika merupakan ilmu pengetahuan berupa pemahaman konsep,


9

hukum, teori, prinsip serta penerapan kejadian-kejadian alam disekitar kita.

Menurut Ibrahim (2017) fisika lahir dan berkembang melalui observasi,

perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui

eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Pada

pembelajaran fisika, peserta didik tidak terlepas dari mengkaji gejala atau

fenomena yang terjadi di alam semesta, terutama yang dekat dengan

kehidupan sehari-hari.
10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian

Kajian berasal dari kata kaji. Dalam KBBI-Online (2021), kata kajian adalah

kata yang perlu ditelaah lebih jauh lagi maknanya karena tidak bisa langsung dipahami

oleh semua orang. Kata kajian adalah kata yang dipakai untuk suatu pengkajian atau

kepentingan keilmuan, kata kajian dipakai oleh para ahli/ilmuan dalam bidangnya atau

kaum terpelajar dalam karya-karya ilmiah. Kata kajian memiliki ciri-ciri yaitu hanya

dikenal orang tertentu (ilmuwan, cendekia) dan dipakai dalam kegiatan-kegiatan

ilmiah. Kata kajian berasal dari kata “kaji” yang berarti pelajaran, penyelidikan

(tentang sesuatu). Mengkaji berarti belajar; mempelajari; memeriksa; menyelidiki;

memikirkan (mempertimbangkan dan sebagainya); menguji; menelaah.

Bermula dari pengertian kata dasar yang demikian, kata kajian berarti proses,

cara, perbuatan, mengkaji, penyelidikan (pelajaran yang mendalam), penelaahan

(mendalami penelitian pada suatu objek). Disini dapat dikatakan juga bahwa mengkaji

artinya memikirkan sesuatu lebih lanjut yang diharapkan dapat menciptakan suatu

kesimpulan yang selanjutnya mengarah untuk melakukan suatu perbuatan.

2.2 Permainan Tradisional

Istilah permainan berasal dari kata dasar “main” yang mendapat imbuhan “per-

an”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “main” adalah berbuat sesuatu yang

dipergunakan untuk bermain, barang atau sesuatu yang dipermainkan, perbuatan yang

dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh, biasa saja (Sugono, 2008). Sedangkan

menurut Muliawan (2009) permainan adalah situasi atau konsidi tertentu pada saat
11

seseorang mencari kesenangan atau kepuasan melalui suatu aktivitas yang disebut

“main” wujudnya dapat berbentuk benda konkret dan benda abstrak. Sehingga dapat

diartikan bahwa permainan adalah situasi bermain yang terkait dengan beberapa aturan

dan tujuan tertentu, untuk mencari suatu kesenangan dan kepuasan.

Permainan tradisional menurut Mulyani (2016) adalah suatu permainan warisan

dari nenek moyang yang wajib dan perlu dilestarikan karena mengandung nilai-nilai

kearifan lokal. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Marzoan & Hamidi (2017)

menyebutkan bahwa permainan tradisional merupakan kegiatan yang dilakukan

dengan suka rela dan menimbulkan kesenangan bagi pelakunya, diatur oleh peraturan

permainan yang dijalankan berdasar tradisi turun-temurun. Sejalan dengan pernyataan

tersebut, permainan tradisional merupakan permainan yang dimainkan secara turun

temurun yang bernilai suatu budaya dan biasa dimainkan menggunakan bahasa maupun

ciri khas dari daerah tertentu (Putri, 2016).

Permainan yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran adalah permainan

tradisional. Dharmamulya, Sumintarsih & Heddy (2005) mengungkapkan bahwa

permainan tradisional dikenal sebagai aktivitas/kegiatan yang reaktif sebagai sarana

untuk menjaga hubungan dan kenyamanan sosial. Permainan tradisional merupakan

wujud atau aset kebudayaan yang merupakan identitas atau ciri khas suatu masyarakat

ditengah masyarakat lain. Sedangkan permainan tradisional menurut Danandjaja (2002)

adalah kegiatan yang dilakukan anak-anak yang memiliki aturan permainan yang

diwariskan dari generasi terdahulu untuk mendapatkan kegembiraan. Sehingga

disimpulkan permainan tradisional adalah aktivitas/kegiatan yang memiliki aturan

permainan dan dari generasi ke generasi yang dilakukan untuk memelihara identitas
12

masyarakat dan memelihara kenyamanan sosial serta dapat menimbulkan kesenangan

bagi pelakunya.

Menurut Mulyani (2016), menuliskan bahwa permainan tradisional adalah

permainan yang tumbuh dan berkembang di suatu daerah. Permainan tradisional

dimainkan oleh anak-anak dalam lingkungan masyarakat umum untuk menyerap

kearifan lokal di daerah tersebut. Permainan tradisional dapat dimanfaatkan sebagai

media pembelajaran bagi anak sehingga bisa mendukung tumbuh kembang anak dari

berbagai aspek. Tientje, Iskandar & Nurlaila (2004) menyebutkan bahwa permainan

tradisional yang berkembang di Indonesia mirip dengan olah raga.

Permainan tradisional memiliki aturan main, bertujuan untuk memberi

kesenangan, relaksasi, kegembiraan, serta tantangan. Menurut penelitian Kurniati

(2011), interaksi yang terjadi pada saat anak melakukan permainan tradisional

memberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan sosial, bahasa, dan

emosi. Bahkan permainan tradisional dapat menstimulasi perkembangan anak dalam

hal kerja sama, penyesuaian diri, interaksi sosial, kontrol diri, serta sikap empati dan

saling menghargai. Kurniati (2011) juga menambahkan bahwa permainan tradisional

dapat memberikan dampak positif pada pengembangan potensi anak. Permainan

tradisional lebih mengutamakan kerja sama dibandingkan permainan modern, sehingga

anak dapat bersosialisasi dan bekerja sama.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa permainan

tradisional adalah suatu hasil budaya masyarakat yang telah tumbuh dan hidup hingga

sekarang, permainan peninggalan nenek moyang yang dilakukan dengan suka rela

dimana permainan tersebut dimainkan menggunakan bahasa maupun ciri khas dari

daerah tertentu yang harus dilestarikan guna memperkokoh jati diri bangsa. Permainan
13

tradisional menjadikan orang bersifat terampil, ulet, cekatan, tangkas, dan lain

sebagainya serta memiliki manfaat bagi anak.

2.3 Etnosains

Kata ethnoscience (etnosains) berasal dari kata ethnos (bahasa Yunani) yang

berarti bangsa, dan scientia (bahasa Latin) artinya pengetahuan. Oleh sebab itu

etnosains adalah pengetahuan yang dimiliki oleh suatu bangsa atau lebih tepat lagi

suatu suku bangsa atau kelompok sosial tertentu sebagai system of knowledge and

cognition typical of a givel culture (Parmin, 2017) penekanannya pada sistem atau

perangkat pengetahuan yang merupakan pengetahuan yang khas dari suatu masyarakat

karena berbeda dengan masyarakat lainnya.

Istilah ethnoscience atau etnosains memiliki arti suatu ilmu pengetahuan yang

dimiliki oleh suatu bangsa atau suku. Sudarmin (2014) mendefinisikan bahwa

etnosains sebagai seperangkat ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh

masyarakat/suku/bangsa tertentu yang diperoleh dengan metode tertentu yang

merupakan tradisi masyarakat/suku/bangsa tertentu dan secara empiris, kebenarannya

dapat diuji dan dipertanggungjawabkan. Ethnoscience diidentifikasi oleh

Vlaardingerbroek (1990) sebagai studi pengetahuan dalam konteks budaya sebagai

adaptasi budaya terhadap tempat tinggal seseorang dan mempraktikkannya dalam

kehidupan sehari-hari. Budaya lokal yang terdapat dalam masyarakat dapat

dimanfaatkan untuk ilmu pendidikan atau pembelajaran (Sudarmin, Febu, Nusnowati &

Sumarni, 2016).

Sudarmin (2014) menyebutkan ada tiga bidang kajian penelitian etnosains.

Ketiga bidang kajian tersebut adalah 1) etnosains yang menekankan pada kebudayaan
14

situasi sosial yang dihadapi. Kajian penelitian ini menunjukkan gejala-gejala tentang

materi yang dianggap penting bagi masyarakat dan cara pengorganisasian gejala

tersebut dengan pengetahuan yang dimilikinya. 2) etnosains yang menekankan pada

penelitian dalam mengungkapkan kebudayaan yang ada di masyarakat yang berupa

nilai dan norma yang dilarang maupun diperbolehkan serta pengembangan teknologi.

3) etnosains yang menekankan pada kebudayaan sebagai suatu peristiwa yang dapat

menjadikan masyarakat berkumpul dan bersifat mempengaruhi perilaku sehari-hari.

Kajian penelitian ketiga merupakan kajian yang paling sering digunakan sebagai bahan

kajian penelitian dalam masyarakat sains.

Menurut Sardjiyo (2005) pendekatan etnosains merupakan strategi penciptaan

lingkungan belajar dan perancangan pengalaman belajar yang mengintregasikan budaya

sebagai bagian dari proses pembelajaran. Pembelajaran sains hendaknya menuntun

peserta didik untuk melek tentang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembelajaran

berpendekatan etnosains menurut Pannen dalam Sardjiyo (2005) salah satu caranya

adalah mengkaitkan ilmu pengetahuan yang akan dipelajari dengan budaya dimana

peserta didik berasal.

Pengetahuan sains asli yang ada di lingkungan masyarakat berbentuk pesan

simbol, budaya dan adat istiadat, upacara keagamaan, dan sosial yang terkandung

konsep-konsep ilmiah yang secara turun temurun digunakan tetapi belum formal secara

ilmiah. Sains asli merupakan pengetahuan, pesan simbol, adat istiadat, dan sosial

budaya meliputi bidang sains kimia, biologi, fisika, pertanian, dan sebagainya yang

mengandung prinsip dan konsep sains ilmiah yang belum formal (Sudarmin & Asyhar,

2012). Sains formal atau sains ilmiah diajarkan dalam suatu unit pendidikan yang biasa

dikenal sebagai sekolah atau perguruan tinggi.


15

Pengetahuan sains asli di masyarakat merupakan persepsi masyarakat terhadap

suatu fenomena dan berkembang dengan pola diturunkannya secara terus menerus dari

generasi ke generasi yang bersifat tidak terstruktur, tidak formal, dan bersifat lokal.

Berkebalikan dengan sains formal atau yang kemudian disebut sebagai sains ilmiah,

dapat dipahami secara ilmiah dengan menggunakan metode-metode ilmiah yang

terstruktur. Oleh sebab itu, sains ilmiah ini memiliki sifat yang objektif dan dapat

dipertanggungjawabkan. Untuk mengubah persepsi masyarakat terhadap sains asli

menjadi pengetahuan yang mampu dipertanggungjawabkan maka perlu adanya

tindakan dalam merekonstruksi dan/atau mentransformasi sains asli masyarakat

menjadi sains ilmiah.

Sains asli di lingkungan masyarakat kemudian direkonstruksi dan/atau

transformasi menjadi sains ilmiah. Langkah pembentukan sains ilmiah berbasis budaya

lokal berawal dari deskripsi pembentukan pengetahuan ilmiah berbasis masyarakat

lokal secara konseptual melalui kegiatan identifikasi, verifikasi, formulasi,

konseptualisasi pengetahuan sains ilmiah melalui proses akomodasi, asimilasi, dan

interpretasi. Prinsip yang perlu diperhatikan dalam pendidikan sains asli dalam konteks

budaya lokal adalah: 1) harus ada keterkaitan antara budaya dan sains yang dijadikan

objek penelitian, 2) pengetahuan sains asli memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-

hari, 3) pengetahuan sains asli memiliki tempat dalam konten pendidikan sains, 4)

pengetahuan asli tradisional meliputi pemahaman tentang fenomologis alam semesta, 5)

metodologi yang digunakan mampu menjembatani pengetahuan konvensional ke

pengetahuan ilmiah. Kelima prinsip ini menjadi panduan dalam merekonstruksi

pengetahuan asli ke ilmiah.


16

Sayakti (2003) menyatakan bahwa pentingnya pembelajaran menggunakan

pendekatan budaya lokal dan lingkungan sekitar atau pendekatan etnosains sebagai

sumber belajar supaya proses belajar lebih bermakna bagi peserta didik. Emdin (2011)

menunjukkan bahwa menghubungkan antara sains dan budaya dapat mempengaruhi

peningkatan hasil akademik peserta didik. Hasil penelitian Rahayu et al. (2006) tentang

efektivitas pembelajaran berbasis budaya lokal memberikan hasil yang lebih baik

karena pembelajaran berlangsung lebih bermakna bagi siswa. Pembelajaran

berpendekatan etnosains dilandaskan pada pengakuan terhadap budaya sebagai bagian

yang fundamental (mendasar dan penting) bagi pendidikan sebagai ekspresi dan

komunikasi suatu gagasan dan perkembangan pengetahuan (Joseph, 2010).

Kajian etnosains salah satunya berkaitan dengan peta kognitif dari suatu

masyarakat atau pengetahuan asli masyarakat. Integrasi konsep-konsep sains asli ke

dalam pembelajaran sains sekolah dapat memberikan sentuhan rasional ilmiah pada

konsep-konsep sains asli tersebut sehingga dapat diterima dengan logis. Kajian

berbagai aspek etnosains diperlukan untuk mengungkapkan pengetahuan tradisional

suatu kelompok masyarakat. Memahami sains asli diperlukan pengetahuan sains ilmiah

yang hanya dapat dipahami secara ilmiah dan berorientasi pada kerja ilmiah, karena itu

bersifat objektif, universal dan dapat dipertanggung jawabkan.

2.4 Pembelajaran Fisika

2.4.1 Pembelajaran

Menurut Sudjana (2004), belajar dapat dipandang sebagai proses yang

diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Sejalan

dengan pendapat tersebut Deni dan Permasih (2011) menyebutkan bahwa belajar
17

merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Dari pengertian

tersebut, muncul istilah pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu upaya yang

dilakukan oleh seorang guru atau pendidik yang membelajarkan peserta didik yang

belajar.

Belajar dan pembelajaran adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam

dunia pendidikan. Belajar dimaknai sebagai proses perubahan perilaku seseorang

sebagai akibat interaksi dengan lingkungannya (Pane & Dasopang, 2017). Sedangkan

pembelajaran adalah proses mengatur dan mengorganisasikan lingkungan sehingga

mampu menumbuhkan dan mendorong minat seseorang untuk belajar. Menurut

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

Nasional, pembelajaran adalah proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik

dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar. Pada hakikatnya,

Trianto (2009) mengungkapkan bahwa pembelajaran merupakan usaha sadar dari guru

untuk mengarahkan interaksi antara peserta didiknya dengan sumber belajar.

Pembelajaran merupakan proses yang diselenggarakan oleh guru dengan

memberikan pengetahuan kepada siswa sehingga siswa dapat memperoleh dan

memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap (Dimyati, 2009). Proses belajar

mengajar pada hakikatnya merupakan interaksi antara siswa dan guru. Pada interaksi

yang terjadi, terdapat proses penyampaian informasi dari sumber informasi yaitu guru

melalui media tertentu kepada siswa sebagai penerima informasi kemampuan

komunikasi siswa berperan penting terhadap hasil belajar (Setiawan, 2017). Jadi,

pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dan siswa dengan beberapa

komponen pendukung pembelajaran sehingga penyampaian informasi oleh guru dapat

berjalan dengan maksimal.


18

2.4.2 Fisika

Fisika sebagai bagian dari sains adalah ilmu pengetahuan alam yang

menjelaskan fenomena teramati (observable) dengan model-model. Model-model ini

didasarkan pada pengalaman manusia, pikiran rasional, dan eksperimen secara detail.

Justifikasi model-model (konsep, hukum, teori-teori) didasarkan pada bukti eksperimen

dan konsep dalam komunitas penelitian. Selama proses belajar ini, siswa membuat

teori, konsep, instrumen, dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata (Suwindra,

2012). Fisika merupakan ilmu pengetahuan berupa pemahaman konsep, hukum, teori,

prinsip serta penerapan kejadian-kejadian alam di sekitar kita. Beberapa kemampuan

yang terkait dengan fisika adalah kemampuan melakukan proses misalnya pengukuran,

percobaan, bernalar, diskusi, sikap ilmiah dan masalah-masalah sains (Bektiarso, 2015).

Fisika merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam yang didasari oleh pengalaman

manusia dan memiliki bukti nyata sehingga didasari oleh konsep, hukum, teori, prinsip

sekaligus penerapannya.

Fisika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah menengah

atas yang merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam atau sains. Fisika

merupakan pelajaran yang seharusnya tidak hanya mempelajari konsep, tetapi juga

mempelajari mengenai penerapannya. Hal ini karena konsep-konsep dasar fisika juga

mendukung perkembangan disiplin ilmu lain dan penerapannya dalam teknologi

kehidupan sehari-hari karena ilmu fisika menunjang riset murni dan terapan. Menurut

Ibrahim (2017) fisika lahir dan berkembang melalui observasi, perumusan masalah,

penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan,

serta penemuan teori dan konsep.


19

Fisika merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam yang terdiri dari konsep

dasar mengenai fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Mundilarto (2010) menyatakan bahwa fisika adalah salah satu cabang ilmu

pengetahuan alam yang pada dasarnya bertujuan untuk mempelajari dan memberi

pemahaman baik secara kualitatif maupun kuantitatif tentang berbagai gejala atau

proses alam dan sifat zat serta penerapannya. Mundilarto (2002) menyebutkan bahwa

pengetahuan fisika memiliki banyak konsep dan prinsip yang abstrak. Sebagian besar

peserta didik mengalami kesulitan dalam menginterpretasi konsep dan prinsip fisika

tersebut. Tujuan pembelajaran fisika adalah membantu peserta didik memperoleh

pengetahuan dasar sehingga dapat digunakan secara fleksibel. Oleh karena itu, aspek

keterampilan proses yang harus dikuasai peserta didik meliputi mengobservasi,

mengukur, menginferensi, memanipulasi variabel, merumuskan hipotesis, menyusun

grafik dan tabel data, mendefinisikan variabel secara operasional dan melaksanakan

eksperimen.

Pembelajaran fisika memiliki tujuan membentuk sikap positif terhadap fisika,

memupuk sikap ilmiah (jujur, obyektif, terbuka, kritis), mengembangkan pengalaman

melalui kegiatan merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, merancang

dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, menafsirkan, dan

mengomunikasikan data, mengembangkan kemampuan bernalar serta menguasai

konsep dan prinsip fisika (Suastra, 2013). Menurut Ardiansyah (2014) pembelajaran

fisika bertujuan mengembangkan keterampilan proses untuk memperoleh konsep fisika

dalam menumbuhkan nilai dan sikap ilmiah siswa. Pembelajaran fisika menghendaki

siswa memiliki pengetahuan tentang fisika sebagai produk, proses dan sikap (Parmono,

2013). Dengan hal tersebut hendaknya siswa menggunakan kemampuan berpikir untuk
20

mendapatkan konsep fisika melalui serangkaian pembelajaran, dan menyusun konsep-

konsep berdasarkan langkah-langkah metode ilmiah. Sehingga siswa memiliki

kompetensi melakukan proses belajar untuk mendapatkan pengetahuan yang

diharapkan.

Pembelajaran fisika pada hakikatnya merupakan suatu proses belajar fisika

dimana pada pembelajaran ini lebih menekankan kepada fisika sebagai produk, sebagai

proses, dan sebagai sikap. Suastra (2006) menjelaskan bahwa fisika sebagai produk

merupakan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip, dan hukum

mengenai gejala alam.

a. Fakta meliputi apa yang mampu kita lihat dan rasakan dengan panca indera.

Fakta dalam ilmu pengetahuan mendasari konsep, prinsip, dan teori dalam

sains.

b. Konsep adalah abstraksi dari berbagai kejadian, objek, fenomena dan fakta.

Konsep memiliki sifat-sifat dan atribut-atribut tertentu. Menurut Brunner,

Goodnow, dan Austrin (1994) menyatakan bahwa konsep memiliki lima elemen

utama nama, definisi, atribut, nilai dan contoh.

c. Prinsip dan hukum. Prinsip dan hukum sering digunakan secara bergantian

karena dianggap sebagai sinonim. Prinsip dan hukum dibentuk oleh fakta atau

fakta-fakta dan konsep atau konsep-konsep. Ini sangat perlu dipahami bahwa,

hukum dan prinsip fisika tidaklah mengatur kejadian alam (fakta), melainkan

kejadian alam (fakta) yang dijelaskan keberadaannya oleh prinsip dan atau

hukum.
21

d. Prinsip dan hukum adalah generalisasi konsep. Prinsip dan hukum dibentuk

berdasarkan fakta dan konsep. Gejala alam tidaklah tunduk pada prinsip dan

hukum, tetapi gejala alam mampu dijelaskan melalui prinsip dan hukum.

2.5 Hubungan Permainan Tradisional dan Pembelajaran Fisika

Fisika dan permainan adalah dua hal yang berbeda. Fisika termasuk ke dalam

jenis bahan pelajaran yaitu berupa text book saat dipelajari di sekolah, sehingga

membuat siswa kurang berminat untuk membaca dan mempelajarinya. Sedangkan

permainan adalah hal yang sangat lazim disukai anak, bahkan setiap anak

membutuhkan sebuah permainan sebagai alat hiburan. Apabila kedua hal tersebut dapat

dihubungkan, maka akan sangat menarik jika diterapkan kepada siswa saat proses

pembelajaran berlangsung (Wiyono, Laili & Syuhendri, 2017).

Pada dasarnya kehidupan saat ini kurangnya pengetahuan dalam hubungan

pembelajaran fisika dengan suatu permainan tradisional. Namun sesungguhnya

permainan tradisional dapat menjelaskan konsep-konsep yang digunakan dalam

pembelajaran fisika. Menurut Fiqry (2017) salah satu bentuk indiginasi budaya yang

dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran fisika yaitu permainan tradisional

gasing atau kawongga. Kawongga adalah istilah gasing dalam bahasa Bima, permainan

ini sangat akrab dengan anak-anak di Bima dan permainan ini dimainkan pada musim

tertentu. Gasing sangat unik karena gerakannya yang berputar pada porosnya yang

disebut sebagai rotasi. Cara memainkan gasing yaitu dengan memutarnya dengan alat

bantu putar yang terbuat dari tali yang dililitkan pada gasing. Saat bermain, cukup

menghentakkan dan menarik alat bantu putar tersebut dan membiarkan gasing itu

berputar.
22

Tujuan memanfaatkan gasing dalam proses pembelajaran fisika ini untuk

menarik perhatian siswa sehingga pembelajaran menyenangkan dan memberikan

pengetahuan bahwa pembelajaran fisika sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Salah satu konsep fisika terdapat dalam gasing yaitu tentang materi gerak melingkar

khususnya kecepatan linier dan kecepatan sudut. Menurut Widyaparamita (2020)

Permainan gasing berhubungan dengan materi fisika antara lain berhubungan dengan

konsep keseimbangan benda tegar dan konsep tekanan, terutama pada tekanan zat

padat. Pada kasus ini gasing menggunakan sebuah kayu yang kuat agar tidak mudah

pecah dimana gasing memiliki bentuk bagian bawah yang memiliki permukaan runcing

dan bagian atasnya memiliki permukaan yang luas. Disini otot tangan berfungsi sebagai

penghasil gaya karena bisa mendorong dan menarik sebuah tali yang sudah dililitkan

dibadan gasing.

Permainan perahu juga mengandung konsep tekanan, terutama pada tekanan zat

cair. Pada kasus ini pemain dapat membuat perahu yang terbuat dari pelepah pisang

kemudian diletakkan di atas aur dan ternyata perahu ini tidak tenggelam. Hal ini karena

adanya pengaruh hukum Archimedes, dimana suatu benda dapat terapung atau

tenggelam tergantung pada besarnya gaya berat dan gaya apung. “Jika gaya apung lebih

besar dari pada gaya berat maka benda akan terapung. Sebaliknya, jika gaya apung

lebih kecil dari pada gaya berat, maka benda akan tenggelam. Jika gaya apung

maksimum sama dengan berat benda maka benda akan melayang”.

Menurut Sukma (2019) pada permainan tradisional boy-boyan, tarik tambang

dan geredan pelepah pinang menerapkan konsep dinamika partikel. Sejalan dengan

pendapat tersebut Agustini (2020) menyebutkan bahwa permainan tradisional tarik

tambang adalah permainan tarik menarik yang konsepnya berhubungan dengan materi
23

hukum Newton tentang gerak dan gaya. Metode permainan tarik tambang diaplikasikan

dalam materi gerak dan gaya. Melalui permainan tarik tambang dan praktik secara

langsung siswa dapat mengenali konsep dalam hukum Newton.

Danang (2020) menyebutkan bahwa dari aspek pembelajaran ilmiah, tarik

tambang adalah permainan tradisional mengandung beberapa materi fisika diantaranya

materi kinematika, dinamika, usaha dan energi, momentum dan impuls, kesetimbangan

benda tegar, dan lain-lain. Kemudian Makhmudah (2019) juga menjelaskan bahwa

permainan tradisional Kalimantan Tengah yang dimiliki suku Dayak Ngaju yaitu

permainan Balogo dan Habayang, permainan ini mengandung materi fisika momentum

dan impuls.

Selanjutnya Kusumaningsih (2019) menyebutkan bahwa dalam permainan

tradisional dapat disesuaikan dengan konsep fisika, salah satunya permainan engklek.

Saat melempar gacuk hal ini dapat dihubungkan dengan materi gaya serta kegiatan

melompat antara satu kotak dengan kotak lain juga mengajarkan siswa tentang materi

gerak.

2.6 Penelitian yang Relevan

Sebagai acuan dalam penelitian ini, ada beberapa penelitian terdahulu yang

berhubungan dengan kajian permainan tradisional dalam kaitan pembelajaran etnosains

fisika di kecamatan Tambusai, diantaranya:

1. Sudirman, (2017) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Project Based

Learning (PjBL) Materi Kalor Berbasis Etnosains Untuk Meningkatkan Minat

Belajar Siswa XI MAN Baraka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angket

memenuhi kriteria sangat valid dengan nilai rata-rata 3,5. Keterlaksanaan


24

pembelajaran memenuhi kriteria sangat valid dengan nilai rata-rata 3,5. Respon

peserta didik sangat baik karena memiliki peningkatan sebesar 5%, sehingga

dapat disimpulkan bahwa Penerapan model Pembelajaran Project Based

Learning (PjBL) Berbasis Etnosains Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa

Kls XI MAN Baraka memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. Perbedaan

dengan penelitian penulis yaitu pada penelitian ini menggunakan penerapan

model pembelajaran dan yang dikur adalah minat belajar siswa sedangkan

penelitian penulis meneliti tentang kajian permainan tradisional yang diukur

adalah tingkat pengetahuan respon/subjek akan kaitan permainan tradisional

dalam pembelajaran fisika.

2. Indrayanti, (2017) yang berjudul Efektivitas Permainan Tradisional Pada

Pembelajaran IPA Terpadu Terhadap Karakter Ilmiah Dan Pemahaman Konsep.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran IPA menggunakan

permainan tradisional berpengaruh terhadap karakter ilmiah dan pemahaman

konsep peserta didik pada tema klasifikasi di SMP Kesatrian 1 Semarang.

Besarnya pengaruh pembelajaran IPA menggunakan permainan tradisional

terhadap karakter ilmiah adalah 78%. Hal ini berarti bahwa permainan

tradisional dapat mengembangkan karakter ilmiah peserta didik dengan baik.

Sedangkan besarnya pengaruh pembelajaran IPA menggunakan permainan

tradisional terhadap pemahaman konsep adalah 78%. Hal ini berarti bahwa

permainan tradisional dapat mengembangkan pemahaman konsep peserta didik

pada tema klasifikasi di SMP Kesatrian 1 Semarang, sehingga masuk dalam

kategori baik. Pada penelitian ini untuk mengetahui pengaruh permainan

tradisional pada pembelajaran IPA Terpadu terhadap karakter ilmiah dan


25

pemahaman konsep peserta didik, sedangkan pada penelitian penulis untuk

mengetahui kajian etnosains permainan tradisional dalam kaitan pembelajaran

etnosains fisika.

3. Budi, (2019) dengan judul Pengembangan Modul Metode Permainan

Tradisional Anak Untuk Pembelajaran Kelas 1 SD Tema 4 Subtema 1. Hasil

penelitiannya adalah dari hasil perhitungan angket peneliti mendapatkan total

skor 4,6 yang termasuk dalam klasifikasi sangat baik. Dari perhitungan angket

para ahli, model pembelajaran menggunakan permainan tradisional anak untuk

siswa kelas 1 SD tema 4 subtema 1 tergolong dalam klasifikasi sangat baik.

Maka modul yang dikembangkan memiliki kualitas yang sangat baik dan modul

layak digunakan dalam proses pembelajaran. Adapun perbedaannya terletak

pada jenis penelitian, penelitian ini menggunakan jenis penelitian Research and

Development sedangkan penelitian penulis menggunakan jenis penelitian survei

dan menggunakan metode penelitian deskriptif.

4. Makhmudah, (2019) yang berjudul Pengembangan Modul Fisika Berbasis

Kearifan Lokal Permainan Tradisional Kalimantan Tengah Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Pada Materi Momentum Dan Impuls di SMAN 1

Sampit. Hasil penelitiannya adalah hasil validasi modul fisika yang

dikembangkan mendapatkan hasil sebesar 4,23 termasuk dalam kategori valid,

dengan demikian modul fisika berbasis kearifan lokal layak digunakan sebagai

modul pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Kepraktisan

modul fisika yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat terlaksana dengan

sangat baik sesuai kegiatan pembelajaran yang direncanakan guru, dengan

memiliki persentase sebesar 95,95% sehingga modul fisika yang


26

dikembangkan termasuk dalam kategori praktis sebagai bahan ajar pada

pembelajaran fisika. Hasil belajar siswa setelah menggunakan modul fisika

yang dikembangkan menunjukan skor N-gain sebesar 0,65 masuk dalam

kriteria sedang. Berdasarkan analisis menunjukan adanya perbedaan hasil

belajar sebelum dan sesudah menggunakan modul fisika, sehingga modul fisika

yang dikembangkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Perbedaannya

dengan penelitian penulis adalah penelitian ini merupakan jenis penelitian

pengembangan sedangkan penulis melakukan jenis penelitian survei metode

deskriptif. Penelitian penulis bertujuan untuk melakukan kajian permainan

tradisional dalam kaitan pembelajaran etnosains fisika, berbeda dengan

penelitian ini yang bertujuan untuk mendeskripsikan validitas modul fisika,

kepraktisan dan hasil belajar.

5. Pratiwi, (2019) dengan judul Pengembangan Media Pembelajaran Fisika

Berbasis Permainan Tradisional Untuk Meningkatkan Penguasaan Materi Dan

Kerjasama Peserta Didik SMA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa telah

dihasilkan media pembelajaran fisika berbasis permainan tradisional untuk

peningkatan penguasaan materi dan sikap kerjasama peserta didik SMA yang

layak digunakan pada materi momentum dan impuls. Peningkatan penguasaan

materi dengan media pembelajaran fisika berbasis permainan tradisional dengan

hasil skor gain sebesar 0,58 dengan kategori sedang. Sikap kerjasama peserta

didik menggunakan media permainan tradisional dundu tercapai sebesar 87 %.

Perbedaannya dengan penelitian penulis yaitu penelitian ini menggunakan

metode Research and Development sedangkan penulis menggunakan jenis

penelitian survei dengan metode penelitian deskriptif.


27

2. 7 Kerangka Konseptual

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan ditemukan

bahwa pengetahuan akan permainan tradisional dan pembelajaran etnosains fisika

sangat rendah. Agar eksistensi permainan tradisional tetap kukuh, maka perlu dilakukan

integrasi pengetahuan budaya dalam proses pembelajaran. Maka pada penelitian ini

peneliti mengajukan alternatif penyelesaian dengan melakukan kajian permainan

tradisional dalam kaitan pembelajaran etnosains fisika. Adapun kerangka konseptual

pada penelitian ini terlihat pada gambar 2.1

Mulai

Studi Pendahuluan

Rendahnya pengetahuan akan permainan


tradisional dan pembelajaran etnosains

Membuat Instrumen

Tidak

Instrumen
Valid?
Ya

Pelaksanaan kajian permainan tradisional dalam


kaitan pembelajaran etnosains fisika

Pengolahan Data

Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual


28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan menggunakan

metode penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono (2013) penelitian survei adalah

penelitian yang dilakukan dengan menggunakan angket sebagai alat penelitian

yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari

adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga

ditemukan kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel, sosiologis

maupun psikologis. Tujuan penelitian survei adalah untuk memberikan

gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat, serta karakter-

karakter yang khas dari kasus atau kejadian suatu hal yang bersifat umum.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut

Sukmadinata (2006) metode penelitian deskriptif adalah metode yang berusaha

mendeskripsikan serta menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau

hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang

berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau tentang kecenderungan yang

sedang berlangsung. Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan,

manipulasi atau pengubahan pada variabel- variabel yang diteliti, melainkan

menggambarkan suatu kondisi yang apa adanya, perlakuan yang diberikan

dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara, kuesioner, observasi dan

dokumentasi. Di sini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif karena


29

penelitian ini mengkaji permainan tradisional dalam kaitan pembelajaran

etnosains fisika di Kecamatan Tambusai.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan

Hulu.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu yang digunakan selama kegiatan

penelitian berlangsung. Penelitian dimulai pada Februari 2021- Juni 2021.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada pada

suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah

penelitian. Populasi dapat juga didefenisikan sebagai keseluruhan unit atau

individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti (Martono, 2014). Senada

dengan hal tersebut Sugiyono (2008) menyebutkan bahwa populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada

obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang

dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Populasi pada penelitian ini adalah 10

orang tokoh masyarakat, 14 orang tokoh adat, 10 orang tokoh pemuda dan 7
30

orang guru fisika di kecamatan Tambusai. Sehingga jumlah populasi pada

penelitian ini adalah 41 orang.

3.3.2 Sampel

Menurut Arikunto (2010) menyatakan bahwa sampel adalah sebagian

atau wakil populasi yang diteliti. Sejalan dengan pendapat Martono (2014)

menyatakan bahwa sampel dapat didefenisikan sebagai anggota populasi yang

dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat

mewakili populasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian

dari populasi yang terpilih dan mewakili populasi tersebut.

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Menurut

Sugiyono (2016) terdapat dua teknik sampling yang dapat digunakan yaitu

probability sampling dan non probability sampling. Probability sampling

adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi

setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Sedangkan non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang

tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota

populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan yaitu non

probability sampling dengan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono

(2016) purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu. Alasan menggunakan teknik purposive sampling

adalah karena tidak semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan

fenomena yang diteliti. Oleh karena itu, peneliti memilih teknik purposive
31

sampling yang menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria

tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel-sampel yang digunakan dalam

penelitian ini. Sampel pada penelitian ini yaitu 5 orang tokoh masyarakat, 5

orang tokoh adat, 5 orang tokoh pemuda dan 4 orang guru fisika di Kecamatan

Tambusai. Sehingga jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 19 orang.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan dalam

penelitian. Sugiyono (2009) Menyatakan bahwa variabel penelitian adalah

segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas

dan variabel terikat yaitu :

3.4.1 Variabel Bebas

Variabel bebas/independen adalah variabel yang mempengaruhi atau

yang terjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono,

2009). Variabel bebas pada penelitian ini adalah permainan tradisional.

3.4.2 Variabel Terikat

Variabel terikat/dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009). Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah kaitan pembelajaran etnosains fisika.


32

3.5 Prosedur Penelitian

Menurut Sugiyono (2009) metode survei digunakan untuk mendapatkan

data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti

melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan

kuesioner, wawancara terstruktur dan sebagainya (perlakuan tidak seperti dalam

eksperimen). Penggunaan metode survei akan memudahkan peneliti untuk

memperoleh data untuk diolah dengan tujuan memecahkan masalah yang

menjadi tujuan akhir suatu penelitian. Adapun langkah-langkah yang bisa

dilakukan dalam pelaksanaan survei menurut Singarimbun (2011) adalah: 1)

Merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan survei 2) Menentukan

konsep dan hipotesa serta menggali kepustakaan 3) Pengambilan sampel 4)

Pembuatan kuesioner 5) Pekerjaan lapangan 6) Pengolahan data 7) Analisa dan

pelaporan.

Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap yakni: tahap persiapan,

tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.

a. Tahap Persiapan

1. Melakukan studi pendahuluan ke kecamatan Tambusai.

2. Memilih sampel dan berkonsultasi dengan Lembaga Kerapatan Adat

dan Guru Fisika SMA/Sederajat.

3. Menyusun instrumen penelitian berupa kuesioner, pedoman

wawancara dan lembar observasi.

4. Melakukan validasi instrumen penelitian oleh dosen ahli.


33

b. Tahap Pelaksanaan

1. Mengumpulkan data melalui wawancara

2. Menyebarkan kuesioner/angket

c. Tahap Akhir

1. Mengolah data yang telah diperoleh dari hasil penelitian

2. Menganalisis data dari wawancara dan kuesioner

3. Menarik kesimpulan dari hasil data yang diperoleh

4. Menyusun laporan penelitian

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya

lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah

diolah (Arikunto, 2010).

Tabel 3.1 Kisi-kisi pedoman wawancara, kuesioner dan lembar observasi

Variabel Aspek Indikator


1. Sejarah dan asal-usul
permainan tradisional
2. Cara bermain dan proses
Permainan permainan tradisional
Tradisional 3. Aturan dalam permainan
tradisional
Kajian 4. Istilah-istilah yang
digunakan dalam
permainan tradisional
Pembelajaran Konsep pembelajaran
Etnosains Fisika etnosains fisika dalam
permainan tradisional
(Taufik, 2018)
34

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Pedoman Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi

dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam

suatu topik tertentu (Sugiyono, 2017). Wawancara dalam penelitian ini adalah

wawancara tatap muka. Menurut Morissan (2016) menyebutkan bahwa

wawancara tatap muka atau disebut juga dengan wawancara personal (personal

interview) dapat dilakukan dengan cara mendatangi tempat kerja atau tempat

tinggal responden atau mengundang responden ke tempat peneliti. Pada

penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur yaitu peneliti menyiapkan

beberapa pertanyaan yang disusun sebagai panduan pada saat melakukan

wawancara. Data hasil wawancara ini nantinya akan digunakan untuk

memperkuat data yang diperoleh dari hasil kuesioner.

b. Kuesioner

Kuesioner menurut Sugiyono (2009) mengungkapkan bahwa kuesioner

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya. Pada penelitian ini menggunakan pertanyaan terbuka. Menurut

Morissan (2016) menyebutkan bahwa pertanyaan terbuka (open-ended

question) yaitu pertanyaan yang harus dijawab sendiri oleh responden. Respon

menjawab berbagai pertanyaan tersebut dengan menuliskan pendapatnya pada

bagian yang telah disediakan pada kuesioner (atau menjawabnya secara lisan

kepada pewawancara). Pertanyaan terbuka memberikan responden kebebasan


35

dalam memberikan jawaban, dan juga peluang untuk memberikan jawaban yang

mendalam.

c. Lembar Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan terhadap objek yang akan diteliti

secara langsung dengan cara mengumpulkan data berdasarkan pengamatan yang

menggunakan mata atau telinga secara langsung. Dengan demikian melalui

proses observasi dapat terlihat kemunculan dari aspek yang ingin diamati.

Dalam hal ini pengamatan yang dilakukan yaitu meliputi aspek permainan

tradisional dan pembelajaran etnosains fisika. Indikator permainan tradisional

yang diamati meliputi sejarah dan asal usul permainan tradisional, cara bermain

dan proses permainan tradisional, aturan dalam permainan tradisional serta

istilah-istilah yang digunakan dalam permainan tradisional. Sedangkan aspek

pembelajaran etnosains fisika yang diamati adalah konsep pembelajaran

etnosains fisika dalam permainan tradisional. Jawaban dari hasil wawancara

akan diamati melalui tabel observasi.

Uji Validitas Instrumen

Suatu instrumen dinyatakan valid apabila ia mampu mengukur apa yang

diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara

tepat. Uji validitas instrumen dilakukan untuk menunjukan keabsahan dari

instrumen yang akan dipakai pada penelitian. Untuk menguji kevalidan

instrumen, maka cara yang ditempuh, yakni dengan uji validitas yang dilakukan

berdasarkan pertimbangan dan pendapat ahli (Experts Judgment). Peneliti

melakukan uji kevalidan instrumen ini kepada tiga orang ahli atau dosen ahli
36

yang berkompeten di bidangnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah

instrumen yang akan digunakan peneliti telah teruji kelayakannya.

Kegiatan validasi ini dilakukan dengan validator mengisi lembar

validasi masing-masing instrumen. Lembar validasi berisikan pernyataan

tentang instrumen yang digunakan oleh peneliti dengan aspek validasi yang

dinilai adalah validasi konstruk, validasi isi dan validasi bahasa. Adapun

validator pada penelitian ini yaitu, satu orang dosen program studi pendidikan

fisika, satu orang guru fisika, dan satu orang guru bahasa Indonesia.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Data adalah bagian terpenting dari suatu penelitian, karena dengan data

peneliti dapat mengetahui hasil dari penelitian tersebut. Pada penelitian ini, data

diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data. Sumber data pada penelitian ini yaitu data primer dan data

sekunder. Menurut Sugiyono (2017) data primer yaitu sumber data yang

langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data primer dalam

penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari responden melalui wawancara dan

data hasil kuesioner dengan responden. Sedangkan data sekunder adalah sumber

data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber

data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber antara lain

dari catatan, dokumentasi, buku, artikel, jurnal dan informasi lainnya yang

mempunyai hubungan yang relevan dengan masalah yang dibahas dalam

penelitian ini.
37

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk

memperoleh data dan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penelitian.

Sesuai dengan karakteristik data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka

teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah:

a. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu

topik tertentu. Menurut Riyanto (2010) wawancara merupakan metode

pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara

penyelidik dengan subjek/responden. Pada penelitian ini menggunakan

wawancara tatap muka. Pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan

terstruktur yang sudah disiapkan sebelumnya dan telah diuji kevalidannya.

b. Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan pertanyaan terbuka. Metode

ini digunakan untuk memperoleh data yang lebih mendalam dari responden

tentang kajian permainan tradisional dan kaitannya dalam pembelajaran

etnosains fisika di kecamatan Tambusai.

c. Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu

pengamatan, dengan disertai pencatatan terhadap keadaan atau perilaku

objek sasaran. Dalam hal ini pengamatan yang dilakukan yaitu pada proses

permainan tradisional itu sendiri dan mencatat istilah-istilah yang ada pada

permainan tradisional (sains asli) yang kemudian akan direkonstruksikan ke

pengetahuan ilmiah (sains ilmiah).


38

d. Dokumentasi yaitu pengumpulan data dimana peneliti menyelidiki benda-

benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan,

dan sebagainya (Arikunto, 2002). Metode ini berkaitan dengan objek dan

subjek penelitian melalui pencatatan dokumen-dokumen dan berkas-berkas

dari pihak yang terkait dengan penelitian.

e. Rekaman Audio dan Video adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

peneliti dengan merekam audio dan video wawancara sehingga dapat

digunakan untuk menggali isi wawancara lebih lengkap pada saat

pengolahan data.

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif dengan menggunakan model interaktif. Menurut Sugiyono (2009)

analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, kuesioner, observasi dan

dokumentasi. Dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan di pelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami.

Model interaktif dalam analisis data ditunjukkan pada gambar 3.1

Data collection

Data display

Data
Reduction
Conclusions:
drawing/verifying

Gambar 3.1 Komponen analisis data Miles & Huberman (1992)


39

Gambar 3.1 menunjukkan langkah-langkah yang ditempuh dalam

analisis data sebagai berikut:

1. Data Reduction (Reduksi data) sebagai suatu proses pemilihan,

pemusatan, perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi

data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan, sehingga data itu

memberi gambaran yang lebih jelas tentang hasil wawancara, kuesioner,

observasi dan dokumentasi.

2. Data Display (Penyajian data), yaitu sekumpulan informasi tersusun

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Dalam penelitian ini penyajian data dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, tabel, gambar, dan sejenisnya mengenai permainan

tradisional dan kaitannya dalam pembelajaan etnosains. Melalui

penyajian data tersebut, maka dapat digambarkan kandungan etnosains

yang terdapat dalam permainan tradisional sehingga akan semakin

mudah dipahami.

3. Conclusion Drawing atau Verifying (Simpulan atau verifikasi),

Berdasarkan hasil data yang diperoleh, peneliti akan menyimpulkan

hasil penelitian deskriptif dengan cara merekapitulasi jawaban

responden dan mensintesakan semua jawaban tersebut dalam satu

kesimpulan yang merangkum permasalahan sesuai dengan tujuan yang

telah dirumuskan.
40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Tambusai pada bulan Februari

sampai Juni 2021. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kajian permainan

tradisional dalam kaitan pembelajaran etnosains fisika di Kecamatan Tambusai.

Penelitian menggunakan jenis penelitian survei dengan metode penelitian

deskriptif. Pada tahap awal proses pengumpulan data, peneliti melakukan

wawancara dengan tokoh adat, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda di

Kecamatan Tambusai untuk mengetahui dan mengkaji tentang permainan

tradisional yang ada di Kecamatan Tambusai. Kemudian peneliti memberikan

kuesioner dengan pertanyaan terbuka kepada guru-guru fisika SMA di

Kecamatan Tambusai untuk mengetahui kaitan permainan tradisional dengan

pembelajaran etnosains fisika di Kecamatan Tambusai.

Tahap awal proses penelitian yaitu melakukan studi pendahuluan

terlebih dahulu di Kecamatan Tambusai, lalu memilih sampel dan berkonsultasi

dengan Lembaga Kerapatan Adat Melayu Tambusai dan Guru Fisika SMA di

Kecamatan Tambusai. Kemudian peneliti menyusun instrumen penelitian

berupa pedoman wawancara, kuesioner dan lembar observasi. Instrumen

penelitian yang telah dibuat selanjutnya divalidasi terlebih dahulu oleh dosen

ahli. Setelah instrumen penelitian dinyatakan valid oleh dosen ahli, maka

peneliti melakukan pengumpulan data.

Tahap awal pengumpulan data dengan melakukan wawancara. Pada

penelitian ini menggunakan wawancara tatap muka dengan pertanyaan


41

terstruktur yang sudah disiapkan sebelumnya dan telah diuji kevalidannya.

Adapun jawaban dari narasumber yang merupakan hasil dari wawancara yang

telah dilakukan selanjutnya diamati melalui Tabel 4.1, Tabel 4.2, Tabel 4.3,

Tabel 4.4, Tabel 4.5, dan Tabel 4.6. Berikut Tabel observasi hasil wawancara

dengan tokoh adat, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda di Kecamatan

Tambusai.

Tabel 4.1 Hasil Wawancara Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat dan Tokoh Pemuda
Tentang Permainan Gasiang

PERMAINAN GASIANG (PERMAINAN GASING)


No Pertanyaan Jawaban Tokoh Masyarakat
1. Apakah bapak/saudara mengetahui Iyu, tau (Iya, tau)
permainan gasiang?
2. Apa yang bapak/saudara ketahui Buah nun bupusiang awalnyo dari
tentang sejarah dan asal-usul buah pinang (Buah yang berputar
permainan gasiang? awalnya dari pinang)
3. Apa saja alat dan bahan dalam Tali, kayu, paku
permainan gasiang?
4. Bagaimana bentuk gasiang? Lai yang bontuk lonjong namunyo
Dapatkah bapak/saudara gasiang jantong, lai yang
menjelaskan tentang bagian-bagian bontuknyo bundar itu gasiang taka.
dari gasiang? Bagian-bagiannyo: yang bulek
diateh tu kupalu, dibawah itu
tompek mulilik tali namunyo lihie,
lai bahu untuk bateh mulilik tali, lai
badan itu antaru kupalu samu ikuo,
yang paling bawah namunyo ikuo
untuk tompek paku atau biasu
disobuik paci (Ada yang berbentuk
lonjong namanya gasing jantung
dan ada yang berbentuk bundar itu
gasing tempurung. Bagian-
bagiannya terdiri dari: bagian bulat
di atas itu kepala, dibawah itu
tempat melilit tali namnaya leher,
ada bahu untuk batas melilit tali,
ada badan itu antara kepala dan
ekor, yang paling bawah namanya
ekor tempat paku atau biasa disebut
paci)
42

PERMAINAN GASIANG (PERMAINAN GASING)


No Pertanyaan Jawaban Tokoh Masyarakat
5. Mengapa pada bagian kaki (paksi) Dibuek runciang mak gasiang tu
gasiang bawahnya berbentuk bisa buputa. Kalau indo runciang
runcing? do, popoh bawahnyo tu indo bisa
buputa do (Dibuat runcing agar
gasing bisa berputar. Kalau tidak
runcing maka gasing tidak bisa
berputar)
6. Apa jenis kayu yang biasa Kayu yang biasu dibuek uyang mo
digunakan untuk membuat gasiang? kayu kompeh karena inyo koreh
(Kayu yang biasa digunakan orang
adalah kayu kempas karena
kayunya keras)
7. Bagaimana cara bermain gasiang? Putamu lilik tali gasiang tu sampai
ku bahu, lah tu lempa ku tanah
sambie munyintak talinyo tu
gasiang tu pun akan buputa
(Pertama lilitkan tali gasing hingga
bagian bahu, kemudian lemparkan
ke tanah sambil menyentak talinya
gasing akan berputar)
8. Apakah ada pengaruh jumlah lilitan Lai lah ntong, sumakin banyak lilik
tali terhadap lama/tidaknya gasiang nyo sumakin lamu gasiang tu
berputar? buputa (Tentu ada, semakin banyak
lilitan tali maka semakin lama
gasing berputar)
9. Mengapa gasiang dapat berputar Sobab gasiang tu seimbangnyo
pada porosnya? ditambah pulo paku samu buatan
gasiang du (Karena gasing itu
seimbang ditambah pula paku dan
buatan dari gasing itu)
10. Apa saja jenis perlombaan pada Yang diadu lamu gasiang tu buputa
permainan gasiang? Bisakah samu main tingkah namunyo (Yang
bapak/saudara menjelaskannya? diadu yaitu lama gasing berputar
dan main tingkah namanya)
11. Apa saja aturan dalam permainan Yang gasiang nyo lamu puta inyo
gasiang? monang, sedangkan yang copek
buronti inyo kalah. Yang monang
akan muningkah, dan yang kalah
akan munahan (Yang gasing nya
lama berputar berarti menang
sedangkan yang duluan berhenti
berarti kalah. Dan yang menang
akan meningkah sedangkan yang
kalah akan menahan)
43

PERMAINAN GASIANG (PERMAINAN GASING)


No Pertanyaan Jawaban Tokoh Masyarakat
12. Apa saja istilah-istilah dalam Pukul balu (langsung mati), tingkah
permainan gasiang yang layang (meningkah dari jauh),
bapak/saudara ketahui? Apakah tingkah tunduk (meningkah dengan
bapak/saudara bisa menyebutkan posisi menunduk), tingkah togak
dan menjelaskannya? (meningkah dengan posisi berdiri),
hugai (beradu lama berputar),
setingkah (beradu antar gasiang),
mauih (tidak cepat datar/habis)

No Pertanyaan Jawaban Tokoh Adat


1. Apakah bapak/saudara mengetahui Iyu, tau (Iya, tau)
permainan gasiang?
2. Apa yang bapak/saudara ketahui Dimainkan waktu musim padi,
tentang sejarah dan asal-usul supayu padi boneh (buisi). supayu
permainan gasiang? anak kemenakan indo bupoian
(Dimainkan pada musim padi terbit,
supaya padi berisi, supaya anak
keponakan tidak bepergian)
3. Apa saja alat dan bahan dalam Kayu, tali, lapangan
permainan gasiang?
4. Bagaimana bentuk gasiang? Yang bontuknyo lagang jantong
Dapatkah bapak/saudara pisang namunyo gasiang jantong
menjelaskan tentang bagian-bagian nun subuah le tu bontuknyo buntak
dari gasiang? lagang tumpurong namunyo
gasiang taka. Bagiannyo kupalu
gasiang, bahu gasiang, badan
gasiang, ikuo gasiang (paci)
Yang bentuknya seperti jantung
pisang namanya gasing jantung dan
satu lagi bentuknya seperti
tempurung kelapa. Bagiannya
kepala gasiang, bahu gasiang,
badan gasiang, ekor gasiang (paci)
5. Mengapa pada bagian kaki (paksi) Supayu bisa buputa, bia suimbang
gasiang bawahnya berbentuk samu lamunyo buputa (Supaya bisa
runcing? berputar, seimbang dan lama tahan
berputarnya)
6. Apa jenis kayu yang biasa Lai burapu mocom kayu, lai kayu
digunakan untuk membuat gasiang? kompeh, kepinih, temutun,
marpuyan, punyiu, loban dan
seminai.
44

PERMAINAN GASIANG (PERMAINAN GASING)


No Pertanyaan Jawaban Tokoh Adat
Topi yang paliang toruih digunukan
uyang kayu kompeh karna kuat dan
tahan. Atau kayu loban karena inyo
indo mudah pocah. (Ada beberapa
jenis kayu seperti kompeh, kepinih,
temutun, marpuyan, punyiu, loban
dan seminai. Tetapi yang paling
sering digunakan yaitu kayu
kompeh karena kuat dan tahan serta
kayu loban karena tidak mudah
pecah)
7. Bagaimana cara bermain gasiang? Tali dililikkan sampai bagian bahu
gasiang, lah tu hompehkan maku
inyo pun buputa (Tali dililitkan
sampai bagian bahu gasiang, lalu
hempaskan maka akan berputar)
8. Apakah ada pengaruh jumlah lilitan Lai, gasiang akan sumakin lamu
tali terhadap lama/tidaknya gasiang buputa kalau makin banyak lilik
berputar? talinyo (Ada, gasing akan semakin
lama berputar jika semakin banyak
lilitan talinya)
9. Mengapa gasiang dapat berputar Karna boreknyo imbang samu
pada porosnya? gasiang nyo hugai juu (Karena
beratnya imbang. Serta dikarenakan
gasingnya hugai)
10. Apa saja jenis perlombaan pada Yang dilombakan lai 3 kategori
permainan gasiang? Bisakah yaitu urieh, pangkah, dan hugai
bapak/saudara menjelaskannya? (Yang dilombakan ada 3 kategori
yaitu urieh, pangkah, dan hugai.)
11. Apa saja aturan dalam permainan Aturannyo kalau kulua dai garis
gasiang? lapangan dan dolu mati inyo kalah
(Kalau keluar dari garis lapangan
dan duluan mati berarti kalah)
12. Apa saja istilah-istilah dalam Hugai (lama berputar), Muniduo
permainan gasiang yang (tetap), Monahan (menahan),
bapak/saudara ketahui? Apakah Moningkah (Memukul), Tingkah
bapak/saudara bisa menyebutkan cubu (mencoba), Tingkah pinggang
dan menjelaskannya? (Meningkah Sepinggang), Tingkah
Lutuik (Meningkah Selutut)
45

PERMAINAN GASIANG (PERMAINAN GASING)


No Pertanyaan Jawaban Tokoh Pemuda
1. Apakah bapak/saudara mengetahui Iya, tau
permainan gasiang?
2. Apa yang bapak/saudara ketahui Tidak tau tentang sejarahnya hanya
tentang sejarah dan asal-usul ikut memainkannya saja
permainan gasiang?
3. Apa saja alat dan bahan dalam Tali dan gasing itu sendiri
permainan gasiang?
4. Bagaimana bentuk gasiang? Ada yang bulat dan pipih, ada juga
Dapatkah bapak/saudara yang lonjong. Yang lonjong
menjelaskan tentang bagian-bagian namanya gasiang lonjong, yang
dari gasiang? pipih namanya gasiang taka
5. Mengapa pada bagian kaki (paksi) Supaya bisa berputarnya lama.
gasiang bawahnya berbentuk Biasanya diberi kacang-kacang
runcing? dibagian bawahnya
6. Apa jenis kayu yang biasa Kayu kompeh (kempas) karena
digunakan untuk membuat gasiang? keras, kayu loban karena tidak
mudah pecah, dan kayu toreh
(teras)
7. Bagaimana cara bermain gasiang? Lilitkan tali ke ¼ bagian gasing
sekitar leher, kemudian lemparkan
ke tanah lalu tarik talinya
8. Apakah ada pengaruh jumlah lilitan Ada, semakin banyak lilitan
tali terhadap lama/tidaknya gasiang semakin lama gasingnya berputar
berputar?
9. Mengapa gasiang dapat berputar Tidak tau
pada porosnya?
10. Apa saja jenis perlombaan pada Biasanya dilombakan beregu,
permainan gasiang? Bisakah kategorinya yaitu adu hugai (lama
bapak/saudara menjelaskannya? berputar)
11. Apa saja aturan dalam permainan Pasti ada, tapi kami kurang paham
gasiang?
12. Apa saja istilah-istilah dalam Hugai (lama berputar)
permainan gasiang yang
bapak/saudara ketahui? Apakah
bapak/saudara bisa menyebutkan
dan menjelaskannya?
46

Tabel 4.2 Hasil Wawancara Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat dan Tokoh Pemuda
Tentang Permainan Bodie

PERMAINAN BODIE (PERMAINAN BEDIL)


No Pertanyaan Jawaban Tokoh Masyarakat
1. Apakah bapak/saudara mengetahui Iyu, tau (Iya, tau)
permainan bodie?
2. Apa yang bapak/saudara ketahui Mulunyo dari porang-porangan
tentang sejarah dan asal-usul (Awalnya dari perang-perangan)
permainan bodie?
3. Apa saja alat dan bahan dalam Buluh samu pluru (Bambu dan
permainan bodie? peluru)
4. Bagaimana bentuk bodie? Dapatkah Bodie bontuknyo luruih serueh
bapak/saudara menjelaskan tentang buluh sukitar 30 cm. Bagiannyo lai
bagian-bagian dari bodie? lop untuk tompek pluru & bilah
untuk mundorong pluru (Bodie
berbentuk lurus seruas bambu
sekitar 30 cm. Bagiannya yaitu
badan (tempat peluru) dan bilah
(pendorong peluru)
5. Apa jenis bambu yang biasa Sadu mocom buluh yang pontiang
digunakan untuk membuat bodie? ukurannyo sonik & tahan. Bontuk
buluh aur buduri samu buluh perak
(Segala jenis bambu yang penting
berukuran kecil dan tahan. Seperti
bambu aur berduri dan bambu
perak)
6. Apa peluru yang digunakan pada Buah kopadan, putik jambu, atau
permainan bodie? Apa alasan benda koteh yang dibiakkan. Sobab
itu dipilih sebagai peluru? lombuik & sonang ditokok (Buah
kopadan, putik jambu, atau kertas
yang dibasahkan. Karena lembut,
mudah untuk dipukul)
7. Bagaimana cara bermain bodie? Lotakkan pluru diujong buluh,
toruih tu tokok & rapikan, baru
dorong. Sudah itu masukkan pluru
yang ku duu dan tembakkan, maku
pluru yang putamu akan klua dan
mulotuih (Letakkan peluru dibagian
ujung bambu kemudian pukul dan
rapikan, lalu dorong. Kemudian
masukkan peluru yang kedua dan
tembakkan, maka peluru yang
pertama akan keluar dan berbunyi)
47

PERMAINAN BODIE (PERMAINAN BEDIL)


No Pertanyaan Jawaban Tokoh Masyarakat
8. Apakah ada pengaruh kuat Lai, sumakin kuat ditujah mangkin
pendorong terhadap laju tembakan laju tembakan pluru tapi tugantong
peluru? samu udara di dalam buluh tu juu
(Ada, semakin kuat didorong maka
semakin laju tembakan peluru tapi
bergantung juga pada (udara
didalam bambu itu juga)
9. Mengapa peluru bodie dapat keluar Karna ditujah samu lai dorongan
saat ditembakkan? udara di dalam buluh, kalau
bocornyo (lungga) indo mau pluru
tu klua do (Karena didorong da
nada tekanan udara di dalam
bambu, Kalau bocor ditandai
dengan longgar maka peluru tidak
keluar)
10. Apa saja jenis perlombaan pada Indo dilombakan do, cumu untuk
permainan bodie? Bisakah hiburan samiang. Untuk main main
bapak/saudara menjelaskannya? miang ditengok dari jauh nyo pluru
yang ditembak samu lotupan dari
pluru tu kuat atau indo (Tidak
dilombakan hanya sebagai hiburan.
Untuk main-main saja dilihat dari
jauhnya tembakan peluru dan bunyi
dari peluru itu kuat atau tidak)
11. Apa saja aturan dalam permainan Indo lai aturannyo do (Tidak ada
bodie? aturannya)
12. Apa saja istilah-istilah dalam Lai do (Tidak ada)
permainan bodie yang
bapak/saudara ketahui? Apakah
bapak/saudara bisa menyebutkan
dan menjelaskannya?
No Pertanyaan Jawaban Tokoh Adat
1. Apakah bapak/saudara mengetahui Iyu, tau (Iya, tau)
permainan bodie?
2. Apa yang bapak/saudara ketahui Senjatu (Senjata)
tentang sejarah dan asal-usul
permainan bodie?
3. Apa saja alat dan bahan dalam Buluh (Bambu)
permainan bodie?
4. Bagaimana bentuk bodie? Dapatkah Surueh buluh ukurannyo lobih
bapak/saudara menjelaskan tentang kurang 30 cm
bagian-bagian dari bodie?
48

PERMAINAN BODIE (PERMAINAN BEDIL)


No Pertanyaan Jawaban Tokoh Adat
Bagian sundak lai yang pipih lai
yang bulek tugantong yang punyu
(Seruas bambu ukurannya lebih
kurang 30 cm. Bagian pendorong
ada yang berbentuk pipih dan ada
yang berbentuk bulat tergantung
keinginan pemain)
5. Apa jenis bambu yang biasa Buluh yang luruih, sonik dan toba.
digunakan untuk membuat bodie? Bisa dari buluh aur buduri, buluh
kuniang atau buluh cinu (Bambu
yang lurus, kecil dan tebal. Bisa
dari bambu aur berduri, bambu
kuning atau bambu cina)
6. Apa peluru yang digunakan pada Buah kopadan, putik jambu bol,
permainan bodie? Apa alasan benda dan daun-daunan. Karna bisa
itu dipilih sebagai peluru? munutupi bagian ujong lubang bia
indo bocor dan supayu mudah
ditembakkan (Buah kopadan, putik
jambu bol, dan daun-daunan.
Karena bisa menutupi bagian ujung
lubang agar tidak bocor dan supaya
mudah ditembakkan)
7. Bagaimana cara bermain bodie? Isi 2 buah pluru, masukkan subuah-
subuah dengan munokok pakai
ponujah, lalu gosakkan. Pluru yang
dimasukkan taden akan kulua (Isi 2
buah peluru, masukkan satu persatu
dengan memukulnya menggunakan
pendorong, lalu dorong. Maka
peluru yang dimasukkan tadi akan
keluar)
8. Apakah ada pengaruh kuat Lai lah, kalau indo kuat digosakkan
pendorong terhadap laju tembakan klua nyo tapi indo mulotuih do.
peluru? Kalau copek mundorong
ponujahnyo maku sumakin jauh
tembakan pluru, kalau lambek
munggosaknyo maku anginnyo
akan kulua indo jauh jadinyo do
(Ada lah, kalau tidak kuat didorong
peluru keluar tapi tidak meletus.
Jika cepat mendorong maka akan
semakin jauh tembakan, kalau
lambat maka anginnya akan keluar)
49

PERMAINAN BODIE (PERMAINAN BEDIL)


No Pertanyaan Jawaban Tokoh Adat
9. Mengapa peluru bodie dapat keluar Karena dorongan angin yang
saat ditembakkan? didalam buluh du (Karena
dorongan angina yang di dalam
bambu itu)
10. Apa saja jenis perlombaan pada Buradu banyak pluru (Beradu
permainan bodie? Bisakah banyak peluru)
bapak/saudara menjelaskannya?
11. Apa saja aturan dalam permainan Lai do (Tidak ada)
bodie?
12. Apa saja istilah-istilah dalam Mulotuih: (mengeluarkan bunyi/
permainan bodie yang meletus), Gosak: (dorong) Sundak/
bapak/saudara ketahui? Apakah Ponujah: (bagian pendorong)
bapak/saudara bisa menyebutkan
dan menjelaskannya?
No Pertanyaan Jawaban Tokoh Pemuda
1. Apakah bapak/saudara mengetahui Iya, tau
permainan bodie?
2. Apa yang bapak/saudara ketahui Tidak pernah diceritakan tentang
tentang sejarah dan asal-usul sejarahnya sehingga hanya ikut
permainan bodie? memainkannya saja
3. Apa saja alat dan bahan dalam Bambu
permainan bodie?
4. Bagaimana bentuk bodie? Dapatkah Panjangnya sekitar 2 jengkal. Ada
bapak/saudara menjelaskan tentang tempat untuk peluru dan ada bagian
bagian-bagian dari bodie? untuk mendorong peluru
5. Apa jenis bambu yang biasa Bambu yang tebal (aur berduri),
digunakan untuk membuat bodie? dan buluh betung
6. Apa peluru yang digunakan pada Buah kopadan, putik jambu atau
permainan bodie? Apa alasan benda kertas. Karena pas dibagian lobang
itu dipilih sebagai peluru? (diameter bambu)
7. Bagaimana cara bermain bodie? Masukkan buah kopadan, tokok 1
buah lalu masukkan buah kedua.
Kemudian dorong/ tembakkan
8. Apakah ada pengaruh kuat Ada, semakin kuat didorong maka
pendorong terhadap laju tembakan semakin jauh tembakan peluru dan
peluru? meletusnya pun kuat
9. Mengapa peluru bodie dapat keluar Karena pelurunya pas
saat ditembakkan?
10. Apa saja jenis perlombaan pada Tidak dilombakan
permainan bodie? Bisakah
bapak/saudara menjelaskannya?
11. Apa saja aturan dalam permainan Tidak ada
bodie?
50

PERMAINAN BODIE (PERMAINAN BEDIL)


No Pertanyaan Jawaban Tokoh Pemuda
12. Apa saja istilah-istilah dalam Tidak ada
permainan bodie yang
bapak/saudara ketahui? Apakah
bapak/saudara bisa menyebutkan
dan menjelaskannya?

Tabel 4.3 Hasil Wawancara Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat dan Tokoh Pemuda
Tentang Permainan Setinjau

PERMAINAN SETINJAU (PERMAINAN ENGRANG)


No Pertanyaan Jawaban Tokoh Masyarakat
1. Apakah bapak/saudara mengetahui Iyu, tau (Iya, tau)
permainan setinjau?
2. Apa yang bapak/saudara ketahui Sayembara putri raju bagi jantan
tentang sejarah dan asal-usul yang kakinyo indo kotor sampai ku
permainan setinjau? istana maku akan munjadi
jodohnyo putri raju tu (Sayembara
putri raja bagi laki-laki yang
kakinya tidak kotor sampai ke
istana maka akan menjadi jodohnya
putri raja itu)
3. Apa saja alat dan bahan dalam Kayu 2 buah dan papan (Kayu 2
permainan setinjau? buah dan papan)
4. Bagaimana bentuk setinjau? Bontuknyo togak srupu kayu dan
Dapatkah bapak/saudara bawahnyo dibontuk sogitigu.
menjelaskan tentang bagian-bagian Bagian-bagiannyo 2 buah kayu
dari setinjau? untuk pogangan tangan dan aleh
togak (tompek kaki) yang dibuek
dari kayu, buluh, atau papan
(Bentuknya tegak berdiri seperti
kayu dan bagian bawahnya
berbentuk segitiga siku-siku.
Bagian-bagiannya terdiri dari 2
buah kayu sebagai pegangan tangan
dan alas berdiri (tempat kaki) yang
terbuat dari kayu, bambu, atau
papan)
5. Apa jenis kayu/bambu yang biasa Kayu/buluh bulek yang pontiang
digunakan untuk membuat setinjau? kuat dan kokoh (Kayu/bambu bulat
yang penting kuat dan kokoh)
6. Bagaimana cara bermain setinjau? Naik kan kaki subolah ku tompek
pijakan,
51

PERMAINAN SETINJAU (PERMAINAN ENGRANG)


No Pertanyaan Jawaban Tokoh Masyarakat
lah tu naikkan kaki yang subolah le.
Timbang badan sambie mulangkah
polan-polan & bujalan (Naik kan
kaki sebelah ke tempat pijakan,
kemudian naikkan lagi kaki yang
sebelahnya. Seimbangkan badan
lalu melangkah perlahan layaknya
sedang berjalan)
7. Apakah ada pengaruh berat badan Lai, sumakin borek sumakin payah
saat bermain setinjau? mulangkah. Topi tugantong tinggi
rondahnyo tompek pijakan dan
pandai indonyo munyeimbangkan
(Ada, semakin berat semakin sulit
melangkah. Tapi tergantung tinggi
rendahnya tempat pijakan dan
pandai tidaknya mengatur
keseimbangan)
8. Mengapa pada saat setinjau dinaiki Karna kayunyo kuat dan koreh dan
tidak patah? lai kayu punopangnyo (Karena
kayunya kuat dan keras serta ada
kayu penopang)
9. Apa saja jenis perlombaan pada Yang dilombakan biasunyo lamu
permainan setinjau? Bisakah tahan togak samu siapu dolu
bapak/saudara menjelaskannya? sampai ku ujong garis (Yang
dilombakan biasanya lama tahan
berdiri dan siapa yang cepat sampai
ke ujung garis)
10. Apakah kategori yang menyatakan Monang bilu copek sampai ku garis
menang/kalah pada permainan ujong dan yang paliang lamu tahan
setinjau? togak. Sedangkan kalah siapu yang
dolu mati (turun dari setinjau) dan
lambek sampai ku garis ujong
(Menang apabila cepat sampai
finish dan paling lama tahan berdiri.
Sedangkan kalah yaitu yang duluan
mati/turun dari setinjau dan lambat
sampai garis finish)
11. Apa saja aturan dalam permainan Lai do (Tidak ada)
setinjau?
12. Apa saja istilah-istilah dalam Indo lai do(Tidak ada)
permainan setinjau yang
bapak/saudara ketahui? Apakah
bapak/saudara bisa menyebutkan
dan menjelaskannya?
52

PERMAINAN SETINJAU (PERMAINAN ENGRANG)


No Pertanyaan Jawaban Tokoh Adat
1. Apakah bapak/saudara mengetahui Iyu, tau (Iya, tau)
permainan setinjau?
2. Apa yang bapak/saudara ketahui Muambik bondu yang tinggi dan
tentang sejarah dan asal-usul digunukan untuk mengintai imau
permainan setinjau? (Mengambil benda yang tinggi dan
digunakan untuk mengintai
harimau)
3. Apa saja alat dan bahan dalam Kayu
permainan setinjau?
4. Bagaimana bentuk setinjau? Kayu luruih untuk pogangan dan
Dapatkah bapak/saudara papan/kayu tompek mulicak.
menjelaskan tentang bagian-bagian Panjangnyo kalau potang 6/7 etu.
dari setinjau? Topi untuk panjangnyo ko bisa
dibuek sesuai dengan kumampuan
dan tinggi pumain (Kayu lurus
untuk pegangan dan papan/kayu
tempat pijakan. Panjangnya kalau
dulu 6/7 hasta. Tetapi untuk
panjangnya bisa disesuaikan
dengan kemampuan dan tinggi
pemain)
5. Apa jenis kayu/bambu yang biasa Biasunyu dibuek dari kayu Nilu
digunakan untuk membuat setinjau? (Andilo), karna kuat dan ringan
(Biasanya terbuat dari kayu Nila,
karena kuat dan ringan)
6. Bagaimana cara bermain setinjau? Lotakkan ku duu kaki ditompek
mulicak, baru langkahkan kaki
mocom bujalan (Letakkan kedua
kaki ditempat pijakan, kemudian
langkahkan kaki seperti berjalan)
7. Apakah ada pengaruh berat badan Bupungaruh atau indonyo
saat bermain setinjau? tugantong keseimbangan, samu
munyusuaikan posisi togak masu
nak mulangkah dan masu bujalan
(Berpengaruh atau tidaknya
tergantung keseimbangan, dengan
menyesuaikan posisi berdiri saat
akan melangkah dan ketika
berjalan)
8. Mengapa pada saat setinjau dinaiki Karna kayunyo olah dijomuo jadi
tidak patah? kayunya sumakin kuat (Karena
kayunya sudah dijemur terlebih
dahulu jadi kayunya semakin kuat)
53

PERMAINAN SETINJAU (PERMAINAN ENGRANG)


No Pertanyaan Jawaban Tokoh Adat
9. Apa saja jenis perlombaan pada Butahan indo jatuh ku tanah samu
permainan setinjau? Bisakah buradu copek sampai ku garis yang
bapak/saudara menjelaskannya? olah ditontukan (Bertahan dan tidak
jatuh ke tanah atau beradu cepat
sampai garis yang ditentukan)
10. Apakah kategori yang menyatakan Monang bilu indo jatuh dan
menang/kalah pada permainan paliang copek sampai ku garis
setinjau? ujong (Dinyatakan menang saat
tidak jatuh dan paling cepat sampai
finish)
11. Apa saja aturan dalam permainan Indo lai do (Tidak ada)
setinjau?
12. Apa saja istilah-istilah dalam Lai do (Tidak ada)
permainan setinjau yang
bapak/saudara ketahui? Apakah
bapak/saudara bisa menyebutkan
dan menjelaskannya?
No Pertanyaan Jawaban Tokoh Pemuda
1. Apakah bapak/saudara mengetahui Iya, tau
permainan setinjau?
2. Apa yang bapak/saudara ketahui Tidak tau tentang sejarahnya hanya
tentang sejarah dan asal-usul ikut memainkannya saja karena
permainan setinjau? permainan ini turun-temurun
3. Apa saja alat dan bahan dalam Kayu/bambu
permainan setinjau?
4. Bagaimana bentuk setinjau? Panjang setinjau menyesuaikan
Dapatkah bapak/saudara ketinggian/ keinginan pemain
menjelaskan tentang bagian-bagian
dari setinjau?
5. Apa jenis kayu/bambu yang biasa Kayu yang kuat
digunakan untuk membuat setinjau?
6. Bagaimana cara bermain setinjau? Posisi kaki diatas tempat pijakan,
naikkan kaki satu per satu, bisa
menggunakan bantuan teman,
seimbangkan badan saat melangkah
7. Apakah ada pengaruh berat badan Pasti ada, kalau badan berat maka
saat bermain setinjau? susah menyeimbangkannya
8. Mengapa pada saat setinjau dinaiki Karena pengaruh dari kayunya yang
tidak patah? kuat dan penopang
9. Apa saja jenis perlombaan pada Jenisnya beradu cepat
permainan setinjau? Bisakah Biasanya dilombakan terutama 17
bapak/saudara menjelaskannya? Agustus
54

PERMAINAN SETINJAU (PERMAINAN ENGRANG)


No Pertanyaan Jawaban Tokoh Pemuda
10. Apakah kategori yang menyatakan Kategorinya kecepatan. Bagi
menang/kalah pada permainan pemain yang cepat sampai garis
setinjau? finish maka dia lah pemenangnya
11. Apa saja aturan dalam permainan Tidak ada
setinjau?
12. Apa saja istilah-istilah dalam Tidak ada
permainan setinjau yang
bapak/saudara ketahui? Apakah
bapak/saudara bisa menyebutkan
dan menjelaskannya?

Tabel 4.4 Hasil Wawancara Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat dan Tokoh Pemuda
Tentang Permainan Baliang-Baliang

PERMAINAN BALIANG-BALIANG (PERMAINAN BALING-BALING)


No Pertanyaan Jawaban Tokoh Masyarakat
1. Apakah bapak/saudara mengetahui Iyu, tau (Iya, tau)
permainan baliang-baliang?
2. Apa yang bapak/saudara ketahui Untuk munontukan arah angin,
tentang sejarah dan asal-usul munjagu ladang padi dari burong,
permainan baliang-baliang? munirukan bungu kayu yang jatuh
(Untuk menentukan arah angin,
menjaga ladang padi dari burung,
serta menirukan bunga kayu yang
jatuh)
3. Apa saja alat dan bahan dalam Buah para, tali dan kayu (Biji
permainan baliang-baliang? karet/getah, tali dan kayu)
4. Bagaimana bentuk baliang-baliang? Bontuknyo lagang baling-baling.
Dapatkah bapak/saudara Bagiannyo buah para yang
menjelaskan tentang bagian-bagian dilubangi untuk tompek munarik
dari baliang-baliang? tali dan lubang kayu tompek
baling-baling, kayu untuk tompek
muililik tali dan disubolah ujong
kayu lai baling-baling nyo
(Bentuknya seperti baling-baling.
Bagiannya yaitu biji karet yang
dilubangi sebagai tempat tarikan
tali dan lubang kayu tempat baling-
baling, kemudian kayu sebagai
tempat meililit tali dan dibagian
ujung kayu ada baling-baling)
55

PERMAINAN BALIANG-BALIANG (PERMAINAN BALING-BALING)


No Pertanyaan Jawaban Tokoh Masyarakat
5. Apa jenis kayu yang biasa Kayu sumbarangan yang pontiang
digunakan untuk membuat baliang- bulek untuk tiangnyo & baliang-
baliang? baliang nyo dibuek dari buluh
(Kayu sembarangan yang penting
bulat sebagai tiangnya. Sedangkan
baliang-baliang nya terbuat dari
bambu)
6. Bagaimana cara bermain baliang- Subolumnyo tali olah dililikkan ku
baliang? kayu, waktu onak mumainkannyo
tingga munarik tali tu, baliang-
baliang nyo pun buputa
(Sebelumnya tali sudah dililitkan
pada kayu, saat bermain hanya
menarik tali itu, baling-baling nya
pun akan berputar)
7. Mengapa baliang-baliang dapat Karena pongaruh dari tarikan tali
berputar? yang olah mulilik dikayu tu (Karena
pengaruh dari tarikan tali yang
sudah dililitkan dikayu itu)
8. Apakah ada pengaruh kekuatan Lai, sumakin laju munarik tali
tarikan terhadap putaran baliang- maku sumakin lamu baliang-
baliang dan lama berputar? baliang buputa. Topi jan kuat amek
munariknyo do, beko putuih talinyo
(Ada, semakin laju tarikan tali
maka semakin lama baling-baling
berputar. Tapi jangan terlalu kuat
menariknya, bisa putus talinya.
9. Apa saja jenis perlombaan pada Indo dilombakan do. Topi waktu
permainan baliang-baliang? Bisakah dimainkan bisa ditengok dari lamu
bapak/saudara menjelaskannya? atau indonyo baling-baling buputa
(Tidak dilombakan, tapi waktu
dimainkan bisa dilihat dari lama
/tidaknya baling-baling berputar)
10. Apakah ketentuan yang menyatakan Monang yang paliang lamu buputa,
menang/kalah pada permainan kalah yang duluan buronti puta
baliang-baliang? (Menang yang paling lama
berputar, kalah yang duluan
berhenti berputar)
11. Apa saja aturan dalam permainan Lai do (Tidak ada)
baliang-baliang?
12. Apa saja istilah-istilah dalam Lai do (Tidak ada)
permainan baliang-baliang yang
bapak/saudara ketahui? Apakah
bapak/saudara bisa menjelaskannya?
56

PERMAINAN BALIANG-BALIANG (PERMAINAN BALING-BALING)


No Pertanyaan Jawaban Tokoh Adat
1. Apakah bapak/saudara mengetahui Iyu, tau (Iya, tau)
permainan baliang-baliang?
2. Apa yang bapak/saudara ketahui Munjagu olang dari tanaman padi
tentang sejarah dan asal-usul di kobun/ladang (Menjaga elang
permainan baliang-baliang? dari tanaman padi di kebun/ladang)
3. Apa saja alat dan bahan dalam Buah para, tali, dan kayu/buluh
permainan baliang-baliang? (Biji karet, tali, dan kayu/bambu)
4. Bagaimana bentuk baliang-baliang? Bontuknyo harus suimbang kiri dan
Dapatkah bapak/saudara kanan supayu bisa buputa. Bagian-
menjelaskan tentang bagian-bagian bagiannyo tompek munarik, tompek
dari baliang-baliang? mulilik tali, dan tompek baling-
baling. Bagian lubang untuk
munarik tali dibuek dari buah para
atau buluh yang dikorek
(Bentuknya harus seimbang kiri dan
kanan agar bisa berputar. Bagian-
bagiannya terdiri dari tempat
tarikan, tempat lilitan tali, dan
tempat baling-baling. Bagian
lobang untuk menarik tali terbuat
dari biji karet atau bambu yang
dipotong)
5. Apa jenis kayu yang biasa Kayu/buluh yang bulek atau bisa
digunakan untuk membuat baliang- juu dari lidi untuk tompek mulilik
baliang? tali. Dan baliang-baliangnyo
dibuek dari buluh atau stik es krim
yang indo gunu (Kayu/bambu yang
bulat atau bisa juga untuk tempat
melilit tali. Dan baling-balingnya
dibuat dari bambu atau stik es krim
yang tidak dipakai)
6. Bagaimana cara bermain baliang- Carunyo tingga munarik tali yang
baliang? olah tulilik di tiang. Waktu tali
ditarik baling-baling pun akan
buputa (Caranya tinggal menarik
tali yang sudah terlilit di tiang. Saat
tali ditarik baling-baling pun akan
berputar)
7. Mengapa baliang-baliang dapat Karena baliang-baliang nyo
berputar? suimbang, kalau timpang indo onak
nyo puta do (Karena baling-
balingnya seimbang, kalau berat
sebelah tidak bisa berputar)
57

PERMAINAN BALIANG-BALIANG (PERMAINAN BALING-BALING)


No Pertanyaan Jawaban Tokoh Adat
8. Apakah ada pengaruh kekuatan Lai, sumakin banyak jumlah lilik
tarikan terhadap putaran baliang- tali atau sumakin panjang talinyo
baliang dan lama berputar? maku sumakin lamu baliang-
baliang buputa (Ada, semakin
banyak jumlah lilitan tali atau
semakin panjang talinya maka
semakin lama baling-baling
berputar)
9. Apa saja jenis perlombaan pada Indo dilombakan do. Topi bisa
permainan baliang-baliang? Bisakah ditengok dari lamu baliang-baliang
bapak/saudara menjelaskannya? buputa (Tidak dilombakan. Tapi
bisa di lihat dari lama baling-baling
berputar)
10. Apakah ketentuan yang menyatakan Kalah : Paliang copek buronti puta,
menang/kalah pada permainan Monang : Paliang lamu buputa
baliang-baliang? (Kalah : Paling cepat berhenti
berputar, Menang : Paling lama
berputar)
11. Apa saja aturan dalam permainan Indo lai do (Tidak ada)
baliang-baliang?
12. Apa saja istilah-istilah dalam Indo lai do (Tidak ada)
permainan baliang-baliang yang
bapak/saudara ketahui? Apakah
bapak/saudara bisa menjelaskannya?
No Pertanyaan Jawaban Tokoh Pemuda
1. Apakah bapak/saudara mengetahui Iya, tau
permainan baliang-baliang?
2. Apa yang bapak/saudara ketahui Tidak tau tentang asal usulnya
tentang sejarah dan asal-usul hanya ikut memainkannya saja
permainan baliang-baliang?
3. Apa saja alat dan bahan dalam Buah para, kayu/bambu dan tali
permainan baliang-baliang?
4. Bagaimana bentuk baliang-baliang? Bentuknya ada 3 lobang, 2 dibagian
Dapatkah bapak/saudara atas bawah dan 1 samping.
menjelaskan tentang bagian-bagian Bagiannya ada kayu tempat lilitan
dari baliang-baliang? tali, diatasnya ada baling-baling
5. Apa jenis kayu yang biasa Kayu yang bulat bisa untuk tempat
digunakan untuk membuat baliang- melilitkan tali
baliang?
6. Bagaimana cara bermain baliang- Ditarik talinya, maka baling-baling
baliang? akan berputar
58

PERMAINAN BALIANG-BALIANG (PERMAINAN BALING-BALING)


No Pertanyaan Jawaban Tokoh Pemuda
7. Mengapa baliang-baliang dapat Karena lilitan tali yang ditarik
berputar?
8. Apakah ada pengaruh kekuatan Ada, pengaruhnya yaitu baling-
tarikan terhadap putaran baliang- baling akan lama berputar jika
baliang dan lama berputar? talinya panjang dan lilitannya
banyak
9. Apa saja jenis perlombaan pada Tidak dilombakan, hanya hiburan
permainan baliang-baliang? Bisakah
bapak/saudara menjelaskannya?
10. Apakah ketentuan yang menyatakan Biasanya dilihat dari lama baling-
menang/kalah pada permainan baling berputar
baliang-baliang?
11. Apa saja aturan dalam permainan Tidak ada
baliang-baliang?
12. Apa saja istilah-istilah dalam Tidak ada
permainan baliang-baliang yang
bapak/saudara ketahui? Apakah
bapak/saudara bisa menjelaskannya?

Tabel 4.5 Hasil Wawancara Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat dan Tokoh Pemuda
Tentang Permainan Tarik Upih Pinang

PERMAINAN TARIK UPIH PINANG (TARIK PELEPAH PINANG)


No Pertanyaan Jawaban Tokoh Masyarakat
1. Apakah bapak/saudara mengetahui Iyu, tau (Iya, tau)
permainan tarik upih pinang?
2. Apa yang bapak/saudara ketahui Mumbaok boban yang banyak
tentang sejarah dan asal-usul (Membawa barang yang banyak)
permainan tarik upih pinang?
3. Apa saja alat dan bahan dalam Upieh pinang (Pelepah pinang)
permainan tarik upih pinang?
4. Bagaimana bentuk upih pinang? Upieh pinang yang olah tuu/jatuh
Dapatkah bapak/saudara ku tanah. Bagian klupak untuk
menjelaskan tentang bagian-bagian tompek duduk pumain & daun
dari upih pinang yang digunakan upieh untuk munarik (Upih pinang
dalam permainan serta fungsinya? yang sudah tua/jatuh ke tanah.
Bagian pelepah untuk tempat duduk
pemain sedangkan daun upih untuk
menarik)
5. Apakah jenis upih yang biasa Upieh yang olah tuu dan jatuh
digunakan dalam permainan tarik sobab kombangnyo elok dan tahan,
upih pinang? Mengapa upih jenis indo polu dipanjik do
tersebut yang dipilih?
59

PERMAINAN TARIK UPIH PINANG (TARIK PELEPAH PINANG)


No Pertanyaan Jawaban Tokoh Masyarakat
(Upih yang sudah tua dan jatuh
karena kembangnya bagus dan
tahan, tidak perlu dipanjat)
6. Bagaimana cara bermain tarik upih Surang duduk dibagian klupak dan
pinang? surang le munarik bagian daun.
Tingga ditarik dan diseret sampai
garis yang olah ditontukan (Satu
orang duduk dibagian daun dan satu
orang lagi menarik bagian daun.
Tinggal ditarik dan diseret sampai
garis yang sudah ditentukan)
7. Mengapa upih pinang dapat Karna upieh yang olah tuu tu kuat
menahan orang dengan berat badan (Karena upih yang sudah tua itu
tertentu dan bisa ditarik pada jarak kuat)
tertentu?
8. Apakah ada pengaruh gesekan Lai, kalau banyak gesekan
terhadap kecepatan upih upiehnyo copek mauih (habih) dan
bergerak/berpindah? Bagaimana payah bugorak (lambek sampai)
pengaruhnya? (Ada, kalau banyak gesekan
upihnya cepat habis dan payah
bergerak /lama sampai)
9. Apa saja jenis perlombaan pada Bupacu (buradu copek sampai).
permainan tarik upih pinang? Ditontukan garis mulai dan garis
Bisakah bapak/saudara ujong) nyo (Berpacu/beradu cepat
menjelaskannya? sampai. Ditentukan garis start dan
garis finish nya)
10. Apakah ketentuan yang menyatakan Siapu yang paling copek sampai
menang/kalah pada permainan tarik maku itulah yang akan monang dan
upih pinang? subaliknyo (Siapa yang paling cepat
sampai maka itulah yang akan
menang dan sebaliknya)
11. Apa saja aturan dalam permainan Suai kusupokatan (Sesuai
tarik upih pinang? kesepakatan)
12. Apa saja istilah-istilah dalam Indo lai do (Tidak ada)
permainan tarik upih pinang yang
bapak/saudara ketahui? Apakah
bapak/saudara bisa menyebutkan
dan menjelaskannya?
No Pertanyaan Jawaban Tokoh Adat
1. Apakah bapak/saudara mengetahui Iyu, tau (Iya,tau)
permainan tarik upih pinang?
60

PERMAINAN TARIK UPIH PINANG (TARIK PELEPAH PINANG)


No Pertanyaan Jawaban Tokoh Adat
2. Apa yang bapak/saudara ketahui Potang upieh ko dibuek uyang
tentang sejarah dan asal-usul untuk pombungkuih nasi bilu
permainan tarik upih pinang? makan ku rantau (Dahulu upih ini
dibuat orang untuk membungkus
nasi saat makan bersama)
3. Apa saja alat dan bahan dalam Upieh (Pelepah)
permainan tarik upih pinang?
4. Bagaimana bentuk upih pinang? Daun : Tompek munarik
Dapatkah bapak/saudara Upieh : Tompek duduk uyang yang
menjelaskan tentang bagian-bagian ditarik (Daun : Tempat menarik
dari upih pinang yang digunakan Upih : Tempat duduk orang yang
dalam permainan serta fungsinya? ditarik)
5. Apakah jenis upih yang biasa Upieh yang olah jatuh karna
digunakan dalam permainan tarik mudah diambik dan indo polu
upih pinang? Mengapa upih jenis dipanjik do (Upih yang sudah jatuh
tersebut yang dipilih? karena mudah diambil dan tidak
perlu dipanjat)
6. Bagaimana cara bermain tarik upih Ditarik daunnyo
pinang? (Ditarik daunnya)
7. Mengapa upih pinang dapat Karna upieh yang olah tuu tu kuat
menahan orang dengan berat badan (Karena upih yag sudah tua itu
tertentu dan bisa ditarik pada jarak kuat)
tertentu?
8. Apakah ada pengaruh gesekan Lai, kalau ditompek yang banyak
terhadap kecepatan upih batu upiehnya payah bugorak.
bergerak/berpindah? Bagaimana Makunyo dimainkan di tompek
pengaruhnya? yang agak miring/turunan (Ada,
kalau ditempat yang banyak batu
upihnya susah bergerak. Makanya
dimainkan di tempat yang agak
miring/turunan)
9. Apa saja jenis perlombaan pada Pacu sampai (Berpacu sampai)
permainan tarik upih pinang?
Bisakah bapak/saudara
menjelaskannya?
10. Apakah ketentuan yang menyatakan Sampai diujong garis dolu buarti
menang/kalah pada permainan tarik monang (Sampai diujung garis
upih pinang? duluan berarti menang)
11. Apa saja aturan dalam permainan Indo lai ku tau do (Tidak ada saya
tarik upih pinang? tau)
12. Apa saja istilah-istilah dalam Setau aku indo lai do (Setau saya
permainan tarik upih pinang yang tidak ada)
bapak/saudara ketahui? Apakah
bapak/saudara bisa menjelaskannya?
61

PERMAINAN TARIK UPIH PINANG (TARIK PELEPAH PINANG)


No Pertanyaan Jawaban Tokoh Pemuda
1. Apakah bapak/saudara mengetahui Iya, tau
permainan tarik upih pinang?
2. Apa yang bapak/saudara ketahui Tidak tau tentang sejarahnya hanya
tentang sejarah dan asal-usul ikut memainkannya saja
permainan tarik upih pinang?
3. Apa saja alat dan bahan dalam Pelepah pinang
permainan tarik upih pinang?
4. Bagaimana bentuk upih pinang? Upih yang sudah tua. Tempat
Dapatkah bapak/saudara dudukan dan tempat menarik
menjelaskan tentang bagian-bagian
dari upih pinang yang digunakan
dalam permainan serta fungsinya?
5. Apakah jenis upih yang biasa Upih yang sudah jatuh dan tua
digunakan dalam permainan tarik
upih pinang? Mengapa upih jenis
tersebut yang dipilih?
6. Bagaimana cara bermain tarik upih 1 orang pemain menarik dan 1
pinang? orang lagi ditarik (duduk). Caranya
tinggal ditarik. Biasanya dimainkan
di tanah/ rumput
7. Mengapa upih pinang dapat Karena upihnya kuat
menahan orang dengan berat badan
tertentu dan bisa ditarik pada jarak
tertentu?
8. Apakah ada pengaruh gesekan Ada, upih cepat habis Karena
terhadap kecepatan upih banyak gesekan
bergerak/berpindah? Bagaimana
pengaruhnya?
9. Apa saja jenis perlombaan pada Cepat sampai finish
permainan tarik upih pinang?
Bisakah bapak/saudara
menjelaskannya?
10. Apakah ketentuan yang menyatakan Menang apabila paling cepat
menang/kalah pada permainan tarik sampai garis finish yang sudah
upih pinang? ditentukan. Biasanya rute yang
dimainkan secara bolak-balik
11. Apa saja aturan dalam permainan Tidak ada
tarik upih pinang?
12. Apa saja istilah-istilah dalam Tidak ada
permainan tarik upih pinang yang
bapak/saudara ketahui? Apakah
bapak/saudara bisa menyebutkan
dan menjelaskannya?
62

Tabel 4.6 Hasil Wawancara Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat dan Tokoh Pemuda
Tentang Permainan Serunai

PERMAINAN SERUNAI
No Pertanyaan Jawaban Tokoh Masyarakat
1. Apakah bapak/saudara mengetahui Iyu, tau (Iya, tau)
permainan serunai?
2. Apa yang bapak/saudara ketahui Uyang tuu yang onak munghibur
tentang sejarah dan asal-usul anaknyo yang munangih kotu di
permainan serunai? ladang. Bia Uyang tuunyo ko taden
bisa bukoju dan anaknyo ontok
bumain, indo mungganggu uyang
tuunyo yang bukoju tu do (Orang
tua yang ingin menghibur anaknya
yang menangis saat diladang. Agar
orang tuanya bisa kembali bekerja
dan anaknya bisa bermain dan tidak
mengganggu orang tuanya yang
bekerja)
3. Apa saja alat dan bahan dalam Batang padi dan daun tobu (Batang
permainan serunai? padi dan daun tebu)
4. Bagaimana bentuk serunai? Bontuknyo lagang terompet. Bagian
Dapatkah bapak/saudara buku/rueh padi dipocahkan/
menjelaskan tentang bagian-bagian dibolah, bagian ujungnyo dililik
dari serunai? daun tobu, dan bagian pangka nyo
untuk muhombuih (Bentuknya
seperti terompet. Bagian buku/ ruas
padi dipecahkan/ dibelah, bagian
ujungnya dililit daun tebu, dan
bagian pangkal untuk meniup)
5. Apa jenis batang padi yang biasa Batang padi yang olah
digunakan untuk membuat serunai? dituai/dipanen (Batang padi yang
sudah dituai/dipanen)
6. Bagaimana cara bermain serunai? Bagian yang dipocahkan
dimasukkan ku muluik lalu
dihombuihkan (Bagian yang
dipecahkan dimasukkan ke mulut
lalu ditiup/dihembuskan)
7. Mengapa serunai dapat Karna pungaruh dari getaran
mengeluarkan bunyi? bagian batang padi yang
dipocahkan dan dibrosihkan udara
di dalam batang padi indo
tumpek/sumbek (Karena pengaruh
dari getaran bagian batang padi
yang dipecahkan dan dibersihkan
udara di dalam batang padi tidak
tidak tersumbat)
63

PERMAINAN SERUNAI
No Pertanyaan Jawaban Tokoh Masyarakat
8. Apakah ada pengaruh kekuatan Lai, sumakin kuat dihombuih maku
meniup terhadap kekuatan bunyi sumakin godang suarunyo dan
serunai yang dihasilkan? lobih godang bunyinyo le kalau
dibaluik dengan daun tobu (Ada,
semakin kuat ditiup maka semakin
besar bunyinya dan akan lebih
besar lagi bunyinya kalau
dibalutkan daun tebu)
9. Apa saja jenis perlombaan pada Indo dilombakan do, topi bisa
permainan serunai? Bisakah dinilai dari kuat/polannya bunyi
bapak/saudara menjelaskannya? surunai (Tidak dilombakan, tapi
bisa dinilai dari kuat/pelannya
bunyi seruna)
10. Apakah ketentuan yang menyatakan Yang godang bunyi serunainyo inyo
menang/kalah pada permainan monang dan subaliknyo (Yang
serunai? besar bunyi serunainya akan
menang dan sebaliknya)
11. Apa saja aturan dalam permainan Lai do (Tidak ada)
serunai?
12. Apa saja istilah-istilah dalam Lai do (Tidak ada)
permainan serunai yang
bapak/saudara ketahui? Apakah
bapak/saudara bisa menyebutkan
dan menjelaskannya?
No Pertanyaan Jawaban Tokoh Adat
1. Apakah bapak/saudara mengetahui Iyu, tau (Iya, tau)
permainan serunai?
2. Apa yang bapak/saudara ketahui Hiburan pupaja untuk uyang
tentang sejarah dan asal-usul munuai padi (Hiburan anak-anak
permainan serunai? untuk orang menuai padi)
3. Apa saja alat dan bahan dalam Batang padi yang olah dipanen dan
permainan serunai? daun tobu (Batang padi yang sudah
dipanen dan daun tebu)
4. Bagaimana bentuk serunai? Panjangnyo lobih kurang 20 cm, lai
Dapatkah bapak/saudara bagian untuk muhombuih dan lai
menjelaskan tentang bagian-bagian bagian bontuk corong/ terompet.
dari serunai? Bagian yang dibolah atau
dipocahkan bisa juu disayat
munyurupai bolahan soruling
(Panjangnya lebih kurang 20 cm,
ada bagian untuk menghembus dan
ada bagian seperti corong/
terompet.
64

PERMAINAN SERUNAI
No Pertanyaan Jawaban Tokoh Adat
Bagian yang dibelah atau
dipecahkan bisa juga disayat
menyerupai belahan seruling)
5. Apa jenis batang padi yang biasa Batang padi yang olah dituai
digunakan untuk membuat serunai? ukuran sodang (Batang padi yang
sudah dituai berukuran sedang)
6. Bagaimana cara bermain serunai? Dihombuih (Dihembus)
7. Mengapa serunai dapat Karna dihombuih dari muluik dan
mengeluarkan bunyi? pungaruh pocahan batang padi
taden (Karena ditiup dari mulut dan
pengaruh pecahan batang padi tadi)
8. Apakah ada pengaruh kekuatan Lai, pungaruhnyo subanding.
meniup terhadap kekuatan bunyi Sumakin kuat muniup sumakin kuat
serunai yang dihasilkan? bunyinyo, sumakin banyak pocahan
batang padi sumakin mulongking
bunyinyo. Akan lobih kuat le
bunyinya kalau dibaluik daun tobu
supu terompet (Ada, pengaruhnya
sebanding. Semakin kuat meniup
semakin kuat bunyinya, semakin
banyak pecahan batang padi
semakin melengking bunyinya.
Akan lebih kuat lagi bunyinya
kalau dililit daun tebu menyerupai
terompet)
9. Apa saja jenis perlombaan pada Indo dilombakan do. Topi bisa
permainan serunai? Bisakah ditengok dari kuat atau polannyo
bapak/saudara menjelaskannya? bunyi surunai (Tidak dilombakan.
Tetapi bisa dilihat dari kuat atau
pelannya bunyi serunai)
10. Apakah ketentuan yang menyatakan Monang yang paling godang
menang/kalah pada permainan suarunyo samu mantap bunyi nyo
serunai? (bunada) (Menang yang paling
besar suaranya dan mantap nada
bunyinya)
11. Apa saja aturan dalam permainan Indo lai do (Tidak ada)
serunai?
12. Apa saja istilah-istilah dalam Indo lai do (Tidak ada)
permainan serunai yang
bapak/saudara ketahui? Apakah
bapak/saudara bisa menyebutkan
dan menjelaskannya?
65

PERMAINAN SERUNAI
No Pertanyaan Jawaban Tokoh Pemuda
1. Apakah bapak/saudara mengetahui Iya, tau
permainan serunai?
2. Apa yang bapak/saudara ketahui Tidak tau tentang sejarahnya hanya
tentang sejarah dan asal-usul ikut memainkannya saja
permainan serunai?
3. Apa saja alat dan bahan dalam Batang padi
permainan serunai?
4. Bagaimana bentuk serunai? Panjangnya lebih kurang satu
Dapatkah bapak/saudara jengkal, terbuat dari pangkal batang
menjelaskan tentang bagian-bagian padi
dari serunai?
5. Apa jenis batang padi yang biasa Batang padi yang sudah dituai,
digunakan untuk membuat serunai? kalau belum dituai tidak boleh
6. Bagaimana cara bermain serunai? Batang padi yang dipecahkan,
ditiup dibagian pangkalnya
7. Mengapa serunai dapat Karena lobang yang dipangkal tadi,
mengeluarkan bunyi? ada tekanan udara dibagian yang
dipecahkan
8. Apakah ada pengaruh kekuatan Ada, semakin keras ditiup semakin
meniup terhadap kekuatan bunyi keras suaranya
serunai yang dihasilkan?
9. Apa saja jenis perlombaan pada Tidak dilombakan
permainan serunai? Bisakah
bapak/saudara menjelaskannya?
10. Apakah ketentuan yang menyatakan Tidak ada
menang/kalah pada permainan
serunai?
11. Apa saja aturan dalam permainan Tidak ada
serunai?
12. Apa saja istilah-istilah dalam Tidak ada
permainan serunai yang
bapak/saudara ketahui? Apakah
bapak/saudara bisa menyebutkan
dan menjelaskannya?

Pengumpulan data berikutnya peneliti menyebarkan kuesioner kepada guru

fisika SMA di kecamatan Tambusai untuk mengetahui konsep fisika yang terdapat pada

permainan tradisional yang ada di kecamatan Tambusai. Kuesioner yang digunakan


66

pada penelitian ini adalah menggunakan kuesioner dengan pertanyaan terbuka.

Responden pada kuesioner penelitian ini adalah guru-guru fisika SMA yang ada di

kecamatan Tambusai. Terdiri dari 2 orang guru fisika SMA Negeri 1 Tambusai, 1

orang guru fisika SMA Negeri 2 Tambusai, dan 1 orang guru fisika SMA Negeri 3

Tambusai. Adapun hasil dari kuesioner tersebut akan diamati melaui Tabel 4.7, Tabel

4.8, Tabel 4.9, Tabel 4.10, Tabel 4.11, dan tabel 4.12.

Tabel 4.7 Hasil Observasi Kuesioner Penelitian Pada Permainan Gasiang


PERMAINAN GASIANG
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 1
1. Apa sajakah konsep fisika yang Tumbukan, Impuls, Momentum,
terdapat pada permainan gasiang? Gerak Melingkar, Keseimbangan,
Tekanan
2. Apakah konsep fisika yang terdapat Konsep gaya, kecepatan sudut dan
pada cara bermain gasiang? Berikan keseimbangan. Gaya pada saat
penjelasan! dilemparkan (memberikan gaya).
Kecepatan sudut ketika akan
berputar. Keseimbangan pada saat
tidak stabil gasiang akan jatuh.
Tumbukan pada saat dilemparkan
ke tanah
3. Jelaskan pengaruh jumlah lilitan tali Semakin banyak kumparan atau
terhadap lama/tidaknya putaran lilitan tali terhadap gasing maka
gasiang! semakin besar periodenya (T)
4. Mengapa gasiang dapat berputar Karena pada gasing berlaku konsep
pada porosnya? kesetimbangan benda tegar
5. Mengapa kaki gasiang berbentuk Karena untuk memperkecil
runcing dan diberi mimis? gesekan. Semakin runcing maka
semakin lama perputaran gasing
6. Pada proses lomba gasiang pangkah, Karena berlaku konsep tumbukan
mengapa gasiang yang dipangkah (tergantung banyaknya lilitan dan
bisa terbang jauh, berhenti berputar gaya yang diberikan). Terjadi
atau bisa pecah serta gasiang tumbukan lenting sempurna,
pemangkah bisa memantul saat tumbukan lenting sebagian, dan
memangkah gasiang lawan? tumbukan tidak lenting sama sekali
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 2
1. Apa sajakah konsep fisika yang Tumbukan, Impuls, Momentum,
terdapat pada permainan gasiang? Gerak Melingkar, Keseimbangan,
Tekanan
2. Apakah konsep fisika yang terdapat Konsep gaya, kecepatan sudut dan
pada cara bermain gasiang? keseimbangan.
67

PERMAINAN GASIANG
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 2
Gaya pada saat dilemparkan
(memberikan gaya). Kecepatan
sudut ketika akan berputar.
Keseimbangan pada saat tidak
stabil gasiang akan jatuh.
Tumbukan pada saat dilemparkan
ke tanah
3. Jelaskan pengaruh jumlah lilitan tali Semakin banyak kumparan atau
terhadap lama/tidaknya putaran lilitan tali terhadap gasing maka
gasiang! semakin besar periodenya (T)
4. Mengapa gasiang dapat berputar Karena pada gasing berlaku konsep
pada porosnya? kesetimbangan benda tegar
5. Mengapa kaki gasiang berbentuk Karena untuk memperkecil
runcing dan diberi mimis? gesekan. Semakin runcing maka
semakin lama perputaran gasing
6. Pada proses lomba gasiang pangkah, Karena berlaku konsep tumbukan
mengapa gasiang yang dipangkah (tergantung banyaknya lilitan dan
bisa terbang jauh, berhenti berputar gaya yang diberikan). Terjadi
atau bisa pecah serta gasiang tumbukan lenting sempurna,
pemangkah bisa memantul saat tumbukan lenting sebagian, dan
memangkah gasiang lawan? tumbukan tidak lenting sama sekali
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 3
1. Apa sajakah konsep fisika yang Konsep tekanan terutama pada zat
terdapat pada permainan gasiang? padat (tekanan zat padat), hukum
newton baik hukum I Newton dan
hukum II Newton
2. Apakah konsep fisika yang terdapat Gerak Melingkar
pada cara bermain gasiang? Berikan
penjelasan!
3. Jelaskan pengaruh jumlah lilitan tali Semakin banyak jumlah lilitan pada
terhadap lama/tidaknya putaran gasing maka gasiang akan berputar
gasiang! semakin lama
4. Mengapa gasiang dapat berputar Gasiang dapat berputar pada
pada porosnya? porosnya diakibatkan karena
adanya gaya gesek dan tekanan atau
gaya luar yang berupa tarikan tali
yang membuat gasing tersebut
bergerak
5. Mengapa kaki gasiang berbentuk Kaki gasiang diberi runcing karena
runcing dan diberi mimis? gerakan gasing itu merupakan gerak
melingkar
68

PERMAINAN GASIANG
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 3
Gasiang diberi mimis karena mimis
dapat menjaga keseimbangan ketika
melakukan gerak melingkar
6. Pada proses lomba gasiang pangkah, -
mengapa gasiang yang dipangkah
bisa terbang jauh, berhenti berputar
atau bisa pecah serta gasiang
pemangkah bisa memantul saat
memangkah gasiang lawan?
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 4
1. Apa sajakah konsep fisika yang Tekanan, Gerak Melingkar, Hukum
terdapat pada permainan gasiang? Newton
2. Apakah konsep fisika yang terdapat Konsep gaya. Pada saat
pada cara bermain gasiang? Berikan melemparkan gasing dan menarik
penjelasan! tali itu artinya memberikan gaya
3. Jelaskan pengaruh jumlah lilitan tali Pengaruhnya adalah semakin
terhadap lama/tidaknya putaran banyak jumlah lilitan tali maka
gasiang! semakin lama gasing berputar
4. Mengapa gasiang dapat berputar Karena adanya dinamika rotasi
pada porosnya?
5. Mengapa kaki gasiang berbentuk Kaki gasing runcing untuk
runcing dan diberi mimis? memperkecil bidang sentuh antara
lantai dengan gasing. Sedangkan
diberi mimis untuk memperkecil
gesekan agar gasing dapat berputar
lama
6. Pada proses lomba gasiang pangkah, Karena pada proses ini berlaku
mengapa gasiang yang dipangkah konsep tumbukan
bisa terbang jauh, berhenti berputar
atau bisa pecah serta gasiang
pemangkah bisa memantul saat
memangkah gasiang lawan?

Tabel 4.8 Hasil Observasi Kuesioner Penelitian Pada Permainan Bodie


PERMAINAN BODIE
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 1
1. Apa sajakah konsep fisika yang Konsep Tekanan
terdapat pada permainan bodie?
2. Apakah konsep fisika yang terdapat Gaya (semakin besar gaya yang
pada cara bermain bodie? Berikan diberikan semakin jauh tembakan
penjelasan! peluru
69

PERMAINAN BODIE
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 1
3. Jelaskan pengaruh kuat pendorong Berbanding lurus. Semakin besar
terhadap laju tembakan peluru tekanan/gaya maka semakin jauh
bodie sesuai konsep fisika yang jarak peluru
berlaku!
4. Mengapa peluru bodie dapat keluar Karena peluru diberikan tekanan
saat ditembakkan? dan gaya yang besar
5. Apakah terdapat hubungan jenis Terdapat hubungan. Jenis bambu
bambu dan peluru bodie terhadap berbanding lurus dengan peluru
konsep fisika? Berikan penjelasan! bodie. Semakin kecil diameter
bambu, semakin kecil diameter
peluru dan semakin jauh gerak
peluru
6. Apakah ada pengaruh luas lubang Berbanding lurus. Semakin kecil
bodie terhadap laju peluru bodie lubang bambu semakin jauh
saat ditembakkan dan konsep apa tembakan peluru
yang berlaku pada hal tersebut?
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 2
1. Apa sajakah konsep fisika yang Konsep Tekanan
terdapat pada permainan bodie?
2. Apakah konsep fisika yang terdapat Gaya (semakin besar gaya yang
pada cara bermain bodie? Berikan diberikan semakin jauh tembakan
penjelasan! peluru
3. Jelaskan pengaruh kuat pendorong Berbanding lurus. Semakin besar
terhadap laju tembakan peluru tekanan/gaya maka semakin jauh
bodie sesuai konsep fisika yang jarak peluru
berlaku!
4. Mengapa peluru bodie dapat keluar Karena peluru diberikan tekanan
saat ditembakkan? dan gaya yang besar
5. Apakah terdapat hubungan jenis Terdapat hubungan. Jenis bambu
bambu dan peluru bodie terhadap berbanding lurus dengan peluru
konsep fisika? Berikan penjelasan! bodie. Semakin kecil diameter
bambu, semakin kecil diameter
peluru dan semakin jauh gerak
peluru
6. Apakah ada pengaruh luas lubang Berbanding lurus. Semakin kecil
bodie terhadap laju peluru bodie lubang bambu semakin jauh
saat ditembakkan dan konsep apa tembakan peluru
yang berlaku pada hal tersebut?
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 3
1. Apa sajakah konsep fisika yang Konsep yang digunakan adalah
terdapat pada permainan bodie? dorongan dan volume pada ruang
tertutup
70

PERMAINAN BODIE
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 3
2. Apakah konsep fisika yang terdapat Dorongan yang cepat akan
pada cara bermain bodie? Berikan menghasilkan pemampatan ruang
penjelasan! dalam ruang bambu,
mengakibatkan tekanan dalam
ruang bambu naik. Ketika terus
didorong maka volume di dalam
bambu semakin kecil, tekanan
inilah yang akan memaksa peluru
gumpalan kertas yang berada di
ujung terlontar keluar dengan cepat
dengan menghasilkan bunyi
3. Jelaskan pengaruh kuat pendorong Semakin kuat tekanan yang
terhadap laju tembakan peluru diberikan pendorong maka peluru
bodie sesuai konsep fisika yang bodie semakin cepat keluar
berlaku!
4. Mengapa peluru bodie dapat keluar Peluru bodie keluar saat
saat ditembakkan? ditembakkan karena adanya
tekanan yang memaksa peluru
keluar
5. Apakah terdapat hubungan jenis Jenis bambu yang digunakan
bambu dan peluru bodie terhadap bambu dengan garis tengah kecil,
konsep fisika? Berikan penjelasan! ukuran cukup panjang, dipilih
dinding tebal, karena dinding tebal
sangat berpengaruh untuk menahan
tekanan
6. Apakah ada pengaruh luas lubang Luas lubang bodie sangat
bodie terhadap laju peluru bodie berpengaruh terhadap laju peluru
saat ditembakkan dan konsep apa bodie ditembakkan
yang berlaku pada hal tersebut?
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 4
1. Apa sajakah konsep fisika yang Konsep Tekanan
terdapat pada permainan bodie?
2. Apakah konsep fisika yang terdapat Dorongan atau gaya yang diberikan
pada cara bermain bodie? Berikan akan mengakibatkan tekanan dalam
penjelasan! ruang bambu besar, dan volume
dalam bambu kecil. Apabila
diberikan gaya yang semakin besar,
maka peluru yang diujung bambu
akan keluar
3. Jelaskan pengaruh kuat pendorong Pengaruhnya adalah semkain
terhadap laju tembakan peluru besar/kuat tekanan yang diberikan
bodie sesuai konsep fisika yang maka semakin laju tembakan peluru
berlaku!
71

PERMAINAN BODIE
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 4
4. Mengapa peluru bodie dapat keluar Karena peluru diberikan tekanan
saat ditembakkan? dan gaya yang besar
5. Apakah terdapat hubungan jenis Jenis bambu berpengaruh terhadap
bambu dan peluru bodie terhadap tekanan
konsep fisika? Berikan penjelasan!
6. Apakah ada pengaruh luas lubang Luas lubang bodie berpengaruh
bodie terhadap laju peluru bodie terhadap laju peluru bodie. Semakin
saat ditembakkan dan konsep apa kecil luas lubang bodie semakin
yang berlaku pada hal tersebut? laju peluru bodie saat ditembakkan

Tabel 4.9 Hasil Observasi Kuesioner Penelitian Pada Permainan Setinjau


PERMAINAN SETINJAU
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 1
1. Apa sajakah konsep fisika yang Konsep kesetimbangan
terdapat pada permainan setinjau?
2. Apakah konsep fisika yang terdapat Kemiringan tiang setinjau (sudut).
pada cara bermain setinjau? Jika menginginkan setinjau berjalan
Berikan penjelasan! cepat dan lama posisi sudut tiang
setinjau sangat mempengaruhi
3. Jelaskan pengaruh berat badan saat Berat badan sangat mempengaruhi,
bermain setinjau! semakin berat badan pemain setinjau
semakin susah mempertahankan
kesetimbangan. Semakin kecil berat
badan maka semakin lama durasi
bermain setinjau
4. Mengapa pada saat setinjau dinaiki Karena posisi sudut penopang harus
tidak patah? membentuk sudut 90º terhadap
tiang, kekuatan tiang, massa pemain
setinjau terhadap papan pijakan
(karena tekanan yang diberikan
terhadap pijakan sebanding
5. Apakah ada konsep fisika yang bisa Ada. Kekuatan setinjau. Saat diam
dijelaskan dari bentuk setinjau? (posisi tiang tegak lurus) saat telah
berjalan (posisi tiang maju kedepan)
6. Mengapa saat bermain setinjau, Karena pemain setinjau mampu
para pemain tetap bisa mempertahankan posisi
mempertahankan posisi stabil dan kesetimbangan dan jarak langkah
tidak jatuh?
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 2
1. Apa sajakah konsep fisika yang Konsep kesetimbangan
terdapat pada permainan setinjau?
72

PERMAINAN SETINJAU
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 2
2. Apakah konsep fisika yang terdapat Kemiringan tiang setinjau (sudut).
pada cara bermain setinjau? Jika menginginkan setinjau berjalan
Berikan penjelasan! cepat dan lama posisi sudut tiang
setinjau sangat mempengaruhi
3. Jelaskan pengaruh berat badan saat Berat badan sangat mempengaruhi,
bermain setinjau! semakin berat badan pemain setinjau
semakin susah mempertahankan
kesetimbangan. Semakin kecil berat
badan maka semakin lama durasi
bermain setinjau
4. Mengapa pada saat setinjau dinaiki Karena posisi sudut penopang harus
tidak patah? membentuk sudut 90º terhadap
tiang, kekuatan tiang, massa pemain
setinjau terhadap papan pijakan
(karena tekanan yang diberikan
terhadap pijakan sebanding
5. Apakah ada konsep fisika yang bisa Ada. Kekuatan setinjau. Saat diam
dijelaskan dari bentuk setinjau? (posisi tiang tegak lurus) saat telah
berjalan (posisi tiang maju kedepan)
6. Mengapa saat bermain setinjau, Karena pemain setinjau mampu
para pemain tetap bisa mempertahankan posisi
mempertahankan posisi stabil dan kesetimbangan dan jarak langkah
tidak jatuh?
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 3
1. Apa sajakah konsep fisika yang Konsep gaya gesek statis
terdapat pada permainan setinjau?
2. Apakah konsep fisika yang terdapat Konsep fisika yang terdapat pada
pada cara bermain setinjau? cara bermain setinjau adalah gaya
Berikan penjelasan! gesek, besar gaya gesek tergantung
pada kekasaran permukaan kedua
benda yang bergesekan. Semakin
kasar lintasan yang digunakan akan
berpengaruh pada kecepatan
setinjau
3. Jelaskan pengaruh berat badan saat Berat badan sangat berpengaruh
bermain setinjau! saat bermain setinjau,
hal ini disebabkan pada saat
bermain para pemain membutuhkan
kesetimbangan/ menyeimbangkan
berat badan serta tinggi tubuh
dalam pijakan dua batang bambu
73

PERMAINAN SETINJAU
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 3
4. Mengapa pada saat setinjau dinaiki Karena adanya keseimbangan
tidak patah?
5. Apakah ada konsep fisika yang bisa Konsep keseimbangan benda tegar
dijelaskan dari bentuk setinjau?
6. Mengapa saat bermain setinjau, Karena adanya gaya gravitasi bumi
para pemain tetap bisa
mempertahankan posisi stabil dan
tidak jatuh?
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 4
1. Apa sajakah konsep fisika yang Gaya, Perpindahan & kecepatan,
terdapat pada permainan setinjau? dan Kesetimbangan
2. Apakah konsep fisika yang terdapat Konsep kesetimbangan
pada cara bermain setinjau?
Berikan penjelasan!
3. Jelaskan pengaruh berat badan saat Pengaruh berat badan yaitu untuk
bermain setinjau! mempertahankan posisi
kesetimbangan
4. Mengapa pada saat setinjau dinaiki Karena kekuatan dari tiang setinjau
tidak patah? dan penopang papan pijakan
5. Apakah ada konsep fisika yang bisa Konsep kesetimbangan benda tegar
dijelaskan dari bentuk setinjau?
6. Mengapa saat bermain setinjau, Karena pemain dapat
para pemain tetap bisa mempertahankan posisi
mempertahankan posisi stabil dan kesetimbangan saat bermain
tidak jatuh? setinjau

Tabel 4.10 Hasil Observasi Kuesioner Penelitian Pada Permainan Baliang-Baliang


PERMAINAN BALIANG-BALIANG
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 1
1. Apa sajakah konsep fisika yang Gaya, kecepatan dan percepatan
terdapat pada permainan baliang-
baliang?
2. Apakah konsep fisika yang bisa Konsep gaya. Gaya adalah tarikan
dijelaskan dari cara bermain atau dorongan. Semakin panjang tali
baliang-baliang? dan semakin besar tarikan (gaya)
maka semakin lama baling-baling
berputar
Mengapa baliang-baliang dapat Karena diberikan lilitan tali pada
3. berputar? penyangga baling-baling kemudian
ditarik talinya sehingga penyangga
berputar dan baling-baling dapat
berputar
74

PERMAINAN BALIANG-BALIANG
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 1
4. Apakah ada pengaruh kekuatan Ada. Tarikan berbanding lurus
gesekan terhadap putaran baliang- dengan putaran baling-baling.
baliang dan lama berputar? Berikan Panjang tali sebanding dengan lama
penjelasan! berputar
5. Apa saja yang memengaruhi Panjang tali dan besar gaya (tarikan).
putaran baliang-baliang terbang dan Konsep gaya dan kecepatan
konsep yang berlaku?
6. Jelaskan contoh lain dalam Penerapan di alat masak dan
kehidupan sehari hari sesuai konsep permainan sederhana anak-anak
fisika yang terdapat pada
permainan baliang-baliang!
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 2
1. Apa sajakah konsep fisika yang Gaya, kecepatan dan percepatan
terdapat pada permainan baliang-
baliang?
2. Apakah konsep fisika yang bisa Konsep gaya. Gaya adalah tarikan
dijelaskan dari cara bermain atau dorongan. Semakin panjang tali
baliang-baliang? dan semakin besar tarikan (gaya)
maka semakin lama baling-baling
berputar
3. Mengapa baliang-baliang dapat Karena diberikan lilitan tali pada
berputar? penyangga baling-baling kemudian
ditarik talinya sehingga penyangga
berputar dan baling-baling dapat
berputar
4. Apakah ada pengaruh kekuatan Ada. Tarikan berbanding lurus
gesekan terhadap putaran baliang- dengan putaran baling-baling.
baliang dan lama berputar? Berikan Panjang tali sebanding dengan lama
penjelasan! berputar
5. Apa saja yang memengaruhi Panjang tali dan besar gaya (tarikan).
putaran baliang-baliang terbang dan Konsep gaya dan kecepatan
konsep yang berlaku?
6. Jelaskan contoh lain dalam Penerapan di alat masak dan
kehidupan sehari hari sesuai konsep permainan sederhana anak-anak
fisika yang terdapat pada
permainan baliang-baliang!
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 3
1. Apa sajakah konsep fisika yang -
terdapat pada permainan baliang-
baliang?
2. Apakah konsep fisika yang bisa -
dijelaskan dari cara bermain
baliang-baliang?
75

PERMAINAN BALIANG-BALIANG
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 3
3. Mengapa baliang-baliang dapat -
berputar?
4. Apakah ada pengaruh kekuatan -
gesekan terhadap putaran baliang-
baliang dan lama berputar? Berikan
penjelasan!
5. Apa saja yang memengaruhi -
putaran baliang-baliang terbang dan
konsep yang berlaku?
6. Jelaskan contoh lain dalam -
kehidupan sehari hari sesuai konsep
fisika yang terdapat pada
permainan baliang-baliang!
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 4
1. Apa sajakah konsep fisika yang -
terdapat pada permainan baliang-
baliang?
2. Apakah konsep fisika yang bisa -
dijelaskan dari cara bermain
baliang-baliang?
3. Mengapa baliang-baliang dapat -
berputar?
4. Apakah ada pengaruh kekuatan -
gesekan terhadap putaran baliang-
baliang dan lama berputar? Berikan
penjelasan!
5. Apa saja yang memengaruhi -
putaran baliang-baliang terbang dan
konsep yang berlaku?
6. Jelaskan contoh lain dalam -
kehidupan sehari hari sesuai konsep
fisika yang terdapat pada
permainan baliang-baliang!

Tabel 4.11 Hasil Observasi Kuesioner Penelitian Pada Permainan Tarik Upih
Pinang
PERMAINAN TARIK UPIH PINANG
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 1
1. Apa sajakah konsep fisika yang Gaya, gesekan dan elastisitas
terdapat pada permainan tarik upih
pinang?
76

PERMAINAN TARIK UPIH PINANG


No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 1
2. Jelaskan pengaruh jenis upih Elastisitas pada upih muda kecil
pinang terhadap proses bermain dan cepat habis sedangkan
tarik upih pinang serta konsep yang elastisitas pada upih tua besar dan
berlaku! lama habis
3. Apakah konsep yang berlaku pada Hukum Newton. Hukum Newton I
cara bermain tarik upih pinang? (mempertahankan posisi diam),
Hukum Newton II (Gaya dan massa
berbanding lurus), Hukum Newton
III (orang yang menarik dan yang
ditarik berlawanan)
4. Mengapa upih pinang dapat Karena ada gaya yang diberikan
bergerak saat ditarik?
5. Apakah ada pengaruh gesekan Ada, semakin kasar permukaan
terhadap kecepatan upih bergerak? lantai dan permukaan upih semakin
Bagaimana pengaruhnya? kecil perpindahan
6. Bagaimana pengaruh berat tubuh Berbanding lurus. Berat badan
orang yang ditarik dengan jarak berbanding lurus dengan gaya,
yang ditempuh upih? sedangkan dengan perpindahan
berbanding terbalik
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 2
1. Apa sajakah konsep fisika yang Gaya, gesekan dan elastisitas
terdapat pada permainan tarik upih
pinang?
2. Jelaskan pengaruh jenis upih Elastisitas pada upih muda kecil
pinang terhadap proses bermain dan cepat habis sedangkan
tarik upih pinang serta konsep yang elastisitas pada upih tua besar dan
berlaku! lama habis
3. Apakah konsep yang berlaku pada Hukum Newton. Hukum Newton I
cara bermain tarik upih pinang? (mempertahankan posisi diam),
Hukum Newton II (Gaya dan massa
berbanding lurus), Hukum Newton
III (orang yang menarik dan yang
ditarik berlawanan)
4. Mengapa upih pinang dapat Karena ada gaya yang diberikan
bergerak saat ditarik?
5. Apakah ada pengaruh gesekan Ada, semakin kasar permukaan
terhadap kecepatan upih bergerak? lantai dan permukaan upih semakin
Bagaimana pengaruhnya? kecil perpindahan
6. Bagaimana pengaruh berat tubuh Berbanding lurus. Berat badan
orang yang ditarik dengan jarak berbanding lurus dengan gaya,
yang ditempuh upih? sedangkan dengan perpindahan
berbanding terbalik
77

PERMAINAN TARIK UPIH PINANG


No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 3
1. Apa sajakah konsep fisika yang Gaya
terdapat pada permainan tarik upih
pinang?
2. Jelaskan pengaruh jenis upih Jenis upih pinang sangat
pinang terhadap proses bermain berpengaruh, biasanya upih yang
tarik upih pinang serta konsep yang digunakan adalah upih yang sudah
berlaku! tua. Karena upih yang sudah tua
massanya lebih kecil dari upih yang
masih muda
3. Apakah konsep yang berlaku pada Hukum Newton, Gaya gesek,
cara bermain tarik upih pinang? keseimbangan statis dan dinamis
4. Mengapa upih pinang dapat Karena adanya tarikan
bergerak saat ditarik?
5. Apakah ada pengaruh gesekan Ada, semakin kecil gesekan maka
terhadap kecepatan upih bergerak? upih pinang akan bergerak dengan
Bagaimana pengaruhnya? cepat
6. Bagaimana pengaruh berat tubuh Semakin besar berat tubuh yang
orang yang ditarik dengan jarak ditarik dengan cepat maka jarak
yang ditempuh upih? yang ditempuh semakin besar,
namun jika ditarik dengan lambat
jarak yang ditempuh juga kecil
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 4
1. Apa sajakah konsep fisika yang Gaya
terdapat pada permainan tarik upih
pinang?
2. Jelaskan pengaruh jenis upih Jenis upih pinang berpengaruh
pinang terhadap proses bermain terhadap gesekan. Upih yang sudah
tarik upih pinang serta konsep yang tua lebih tahan terhadap gesekan
berlaku! karena permukaannya keras jadi
tidak cepat habis
3. Apakah konsep yang berlaku pada Hukum Newton dan Gaya
cara bermain tarik upih pinang?
4. Mengapa upih pinang dapat Karena ada gaya yang bekerja pada
bergerak saat ditarik? upih
5. Apakah ada pengaruh gesekan Ada. Semakin kecil gesekan maka
terhadap kecepatan upih bergerak? semakin cepat upih bergerak
Bagaimana pengaruhnya?
Bagaimana pengaruh berat tubuh Berat tubuh (massa) berbanding
6. orang yang ditarik dengan jarak lurus dnegan gaya dan berbanding
yang ditempuh upih? terbalik dengan perpindahan
78

Tabel 4.12 Hasil Observasi Kuesioner Penelitian Pada Permainan Serunai


PERMAINAN SERUNAI
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 1
1. Apa sajakah konsep fisika yang Gelombang bunyi dan pipa organa
terdapat pada permainan serunai? terbuka
2. Apakah konsep fisika yang dapat Gelombang bunyi
dijelaskan dari cara bermain
serunai?
3. Mengapa serunai dapat Tiupan (usikan)-udara bergetar-
mengeluarkan bunyi? renggang melalui lobang-keluar
bunyi ( karena ada tiupan dari
pemain terhadap udara yang berada
didalam serunai menimbulkan
getaran yang mengakibatkan
gelombang bunyi
4. Apakah ada pengaruh kekuatan Ada, kekuatan meniup berbanding
meniup terhadap kekuatan bunyi lurus dengan kekuatan bunyi pada
serunai? Berikan penjelasan! serunai. Semakin besar frekuensi /
kekuatan meniup maka semakin
nyaring bunyi yang dihasilkan
5. Bagaimana pengaruh panjang Panjang serunai berbanding terbalik
serunai terhadap frekuensi serunai dengan frekuensi serunai. Semakin
terdengar? panjang gelombang maka semakin
kecil frekuensi yang dihasilkan
6. Jelaskan contoh lain dalam Seruling
kehidupan sehari hari sesuai konsep
fisika yang terdapat pada
permainan serunai!
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 2
1. Apa sajakah konsep fisika yang Gelombang bunyi dan pipa organa
terdapat pada permainan serunai? terbuka
2. Apakah konsep fisika yang dapat Gelombang bunyi
dijelaskan dari cara bermain
serunai?
3. Mengapa serunai dapat Tiupan (usikan)-udara bergetar-
mengeluarkan bunyi? renggang melalui lobang-keluar
bunyi
(karena ada tiupan dari pemain
terhadap udara yang berada didalam
serunai menimbulkan getaran yang
mengakibatkan gelombang bunyi
4. Apakah ada pengaruh kekuatan Ada, kekuatan meniup berbanding
meniup terhadap kekuatan bunyi lurus dengan kekuatan bunyi pada
serunai? Berikan penjelasan! serunai. Semakin besar frekuensi /
kekuatan meniup maka semakin
nyaring bunyi yang dihasilkan
79

PERMAINAN SERUNAI
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 2
5. Bagaimana pengaruh panjang Panjang serunai berbanding terbalik
serunai terhadap frekuensi serunai dengan frekuensi serunai. Semakin
terdengar? panjang gelombang maka semakin
kecil frekuensi yang dihasilkan
6. Jelaskan contoh lain dalam Seruling
kehidupan sehari hari sesuai konsep
fisika yang terdapat pada
permainan serunai!
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 3
1. Apa sajakah konsep fisika yang Gelombang bunyi
terdapat pada permainan serunai?
2. Apakah konsep fisika yang dapat Tinggi rendah bunyi dan kuat
dijelaskan dari cara bermain lemahnya bunyi
serunai?
3. Mengapa serunai dapat Karena ada sumber suara yang
mengeluarkan bunyi? berasal dari sisi yang ditiup pada
batang
4. Apakah ada pengaruh kekuatan Kekuatan meniup berpengaruh pada
meniup terhadap kekuatan bunyi kekuatan bunyi, yang
serunai? Berikan penjelasan! mempengaruhinya adalah cara
membuka dan menutup lobang
5. Bagaimana pengaruh panjang Panjang serunai mempengaruhi
serunai terhadap frekuensi serunai cepat rambat bunyi yang dihasilkan,
terdengar? semakin panjang serunai maka
cepat rambat bunyi akan semakin
besar pula
6. Jelaskan contoh lain dalam Seruling dan Saluang
kehidupan sehari hari sesuai konsep
fisika yang terdapat pada
permainan serunai!
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 4
1. Apa sajakah konsep fisika yang Gelombang bunyi
terdapat pada permainan serunai?
2. Apakah konsep fisika yang dapat Tinggi rendahnya bunyi
dijelaskan dari cara bermain
serunai?
3. Mengapa serunai dapat Karena ada sumber bunyi dan
mengeluarkan bunyi? getaran pada bagian batang padi
yang dipecahkan sehingga sesuai
dapat mengeluarkan bunyi
80

PERMAINAN SERUNAI
No Pertanyaan Jawaban Guru Fisika 4
4. Apakah ada pengaruh kekuatan Ada, semakin kuat meniup serunai
meniup terhadap kekuatan bunyi maka semakin tinggi (nyaring)
serunai? Berikan penjelasan! bunyi yang dihasilkan
5. Bagaimana pengaruh panjang Semakin panjang serunai maka
serunai terhadap frekuensi serunai semakin besar cepat rambat
terdengar? bunyinya dan semakin kecil
frekuensi bunyi yang dihasilkan
6. Jelaskan contoh lain dalam Serunai
kehidupan sehari hari sesuai konsep
fisika yang terdapat pada
permainan serunai!

4.2 Pembahasan

Sesuai dengan teknik analisis data yang penulis gunakan yaitu setelah data

terkumpul maka tahapan selanjutnya yaitu reduksi data. Reduksi data adalah suatu

proses pemilihan, pemusatan, perhatian penyederhanaan, pengabstrakan, dan

transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan, sehingga data itu

memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hasil pengumpulan data. Kemudian

sekumpulan informasi yang tersusun memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Pada penelitian ini penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel. Melalui

penyajian data ini, maka dapat digambarkan rekonstruksi pengetahuan masyarakat

menjadi pengetahuan ilmiah, serta kaitan permainan tradisional dengan konsep

pembelajaran etnosains fisika. Dalam hal ini setiap permainan tradisional akan

direkonstruksi dari pengetahuan masyarakat menjadi pengetahuan ilmiah, sedangkan

konsep pembelajaran etnosains fisika nya dilihat dari keterkaitan kompetensi dasar

dengan konsep yang ada pada permainan tradisional tersebut. Berikut hasil rekonstruksi
81

pengetahuan masyarakat menjadi pengetahuan ilmiah pada masing-masing permainan

tradisional dibawah ini:

4.2.1 Permainan Gasiang

Gasiang adalah mainan yang dibuat dari kayu yang dibulatkan sedemikian rupa.

Disebut gasiang karena benda ini mengeluarkan bunyi desingan sing berasal dari

pusingannya yang sangat kencang. Bunyi putaran ini disebut dosiang (desing). Gasiang

dibuat dengan cara ditarah menggunakan pisau, atau dilarik menggunakan gorejoh

(pembubut). Bahan yang biasa dijadikan gasiang adalah pangkal kayu yang ada di

dalam tanah dari jenis pohon; toreh jua, kayu rukom, kayu tomutun, kayu bongkuang,

kayu cocang, kayu potai, dll. Bahan gasiang yang paling bagus adalah banie kompeh

(kayu kempas), kayu mato koliang (mata keling), kayu kasai, dan kayu keranji. Bentuk

gasiang selalu sama. Ada badannya, jambulnya dan paksinya, bawahnya yang runcing.

Hanya rupanya yang selalu berbeda-beda sedikit antara daerah satu dengan daerah

lainnya. Ada yang bulat lonjong, kerucut, silinder, juga ada yang berbentuk seperti

piring terbang. Di Kecamatan Tambusai terdapat dua jenis gasiang yang menjadi ciri

khas dari daerah ini yaitu gasiang jantong dan gasiang taka. Untuk lebih jelasnya

perhatikan gambar 4.1

Gambar 4.1 Permainan Gasiang


(Sumber: Dokumentasi FORMI Rokan Hulu, 2013)
82

Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh

pemuda di Kecamatan Tambusai serta hasil jawaban kuesioner penelitian diperoleh

hasil rekonstruksi pengetahuan masyarakat menjadi pengetahuan ilmiah seperti pada

Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Rekonstruksi Pengetahuan Masyarakat Menjadi Pengetahuan Ilmiah


Pada Permainan Gasiang

No Pertanyaan Sains Masyarakat Sains Ilmiah


1. Mengapa pada bagian Agar dapat berputar Untuk memperkecil
kaki (paksi) gasing dan supaya lama gesekan agar gasing
bawahnya berbentuk gasiang berputar bisa berputar lebih
runcing dan diberi lama
paci (mimis)?
2. Bagaimana pengaruh Semakin banyak Jumlah lilitan tali
jumlah lilitan tali lilitan tali maka untuk memberikan
terhadap lama/ semakin lama gaya optimum saat
tidaknya putaran gasing berputar gasing lepas dari tali
gasing?
3. Mengapa gasing Karena beratnya Karena pada gasing
dapat berputar pada imbang serta berlaku konsep
porosnya? gasingnya hugai dinamika rotasi dan
dan buatan dari kesetimbangan
gasing itu sendiri benda tegar
4. Bagaimana pengaruh Semakin kuat Percepatan gasing
lemparan yang dilempar, semakin saat jatuh ke tanah
diberikan terhadap cepat dan lama sebanding dengan
putaran gasing? putaran gasing besar gaya yang
diberikan (lemparan)

Pada Tabel 4.13 diatas diperoleh informasi bahwa menurut pendapat

masyarakat kaki gasiang dibuat runcing dan diberi paci agar gasiang dapat berputar

lama. Secara ilmiah hal ini dilakukan untuk memperkecil gesekan. Lama/tidaknya

putaran gasiang juga dipengaruhi oleh jumlah lilitan tali dan pengaruh lemparan.

Menurut pengetahuan masyarakat, semakin banyak lilitan tali maka semakin lama

gasiang berputar. Sedangkan secara fisika hal ini dapat terjadi karena pengaruh momen

gaya yang bekerja pada gasiang tersebut. Menurut sains masyarakat semakin kuat
83

gasiang dilempar, semakin cepat dan lama gasiang berputar, hal ini secara fisika dapat

dibuktikan dengan hukum II Newton yaitu percepatan gasing saat jatuh ke tanah

sebanding dengan besar gaya yang diberikan (lemparan). Selanjutnya menurut pendapat

masyarakat gasiang dapat berputar pada porosnya karena beratnya imbang serta

gasiangnya hugai sedangkan secara ilmiah pada gasiang berlaku konsep dinamika

rotasi dan keseimbangan benda tegar.

Berdasarkan Tabel 4.1 hasil wawancara tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh

pemuda ditemukan bahwa gasiang berawal dari buah nun bupusiang. Menurut tokoh

adat permainan gasiang ini dimainkan saat musim padi, agar padi berisi dan anak-anak

tidak bepergian. Istilah bupusiang artinya berputar. Menurut pengetahuan tokoh

masyarakat dan tokoh adat gasiang dapat berputar pada porosnya karena gasiang itu

seimbang ditambah dengan paku dan buatan dari gasiang itu sendiri. Sedangkan tokoh

pemuda tidak mengetahui hal tersebut. Secara fisika bupusiang (berputar) disebut

dengan istilah rotasi. Rotasi adalah perputaran sesuatu terhadap porosnya. Gasiang

dapat berputar pada porosnya karena pada gasiang berlaku konsep dinamika rotasi dan

kesetimbangan benda tegar.

Adapun cara untuk bermain gasiang ini menurut pengetahuan masyarakat yaitu

dengan melilitkan tali gasiang hingga bagian bahu kemudian lempa ke tanah sambil

munyintak talinya. Secara fisika lempa (lempar) dan munyintak (menarik) dapat

dikaitkan dengan konsep gaya. Gaya adalah tarikan atau dorongan yang dilakukan pada

suatu benda. Secara ilmiah saat gasiang dilemparkan artinya pemain memberikan gaya

terhadap gasiang tersebut sehingga gasiang dapat berputar dengan kecepatan tertentu.

Hal ini sejalan dengan hukum I Newton yang menyatakan bahwa “Jika sebuah benda
84

dalam keadaan diam, benda tersebut tetap diam kecuali ada gaya resultan yang bekerja

pada benda itu”.

Gasiang yang diam akan tetap diam jika tidak ada pengaruh gaya luar. Untuk

membuat gasiang dari keadaan diam agar bergerak dengan kecepatan tertentu maka

harus ada gaya luar yang membuat gasiang tersebut bergerak. Gaya luar tersebut bisa

berupa hentakan atau tarikan tali pada gasiang (pada saat mulai memutar gasiang).

Menurut pengetahuan masyarakat semakin kuat gasiang dilempar, semakin cepat dan

lama putaran gasiang. Hal ini secara ilmiah dapat dijelaskan dengan konsep hukum II

Newton yang berbunyi “percepatan yang ditimbulkan oleh gaya yang bekerja pada

sebuah benda sebanding dengan besar gaya, searah dengan gaya itu dan berbanding

terbalik dengan massa kelembaman benda tersebut”. Pada gasiang saat kita

memberikan gaya yang besar (melempar gasiang dengan kuat) maka semakin besar

percepatan gasiang sampai ke tanah, sedangkan jika kita memberikan gaya yang kecil

(melempar gasiang dengan pelan) maka semakin kecil percepatan gasiang sampai ke

tanah. Pada saat gasiang berputar akan mengalami kecepatan sudut yang dipengaruhi

oleh besarnya gaya yang diberikan. Semakin besar gaya tarikan tali yang diberikan,

semakin besar torsi gasiang yang pada akhirnya semakin besar kecepatan sudut yang

dihasillkan gasiang. Hal ini juga dipengaruhi oleh jumlah lilitan tali pada gasiang.

Jumlah lilitan tali berpengaruh terhadap putaran gasiang. Menurut pengetahuan

tokoh masyarakat, tokoh adat, dan tokoh pemuda semakin banyak lilitan tali maka

semakin lama gasiang berputar. Sejalan dengan pendapat tersebut berdasarkan hasil

observasi jawaban kuesioner penelitian diperoleh informasi bahwa semakin banyak

kumparan atau lilitan tali terhadap gasiang maka semakin besar periodenya (T). Artinya

jumlah lilitan tali berbanding lurus dengan lama gasiang berputar. Secara ilmiah jumlah
85

lilitan tali ini untuk memberikan gaya optimum saat gasiang lepas dari tali. Ketika

ditarik, lilitan akan berkurang seiring dengan timbulnya gaya yang memberikan torsi

(momen gaya) pada gasiang. Momen gaya (torsi) adalah sesuatu yang menyebabkan

benda berputar atau berotasi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh

pemuda menyebutkan bahwa pada gasiang terdapat beberapa bagian-bagian gasiang.

Terdiri dari kupalu (bulat diatas), lihie (leher untuk tempat melilit tali), bahu untuk

batas lilitan tali, badan (antara kepala dan ekor), ikuo (ekor) atau biasa disebut paci

yaitu tempat paku/mimis. Berdasarkan kepala gasiang yang berbentuk bulat dan

perputaran gasiang yang lintasannya berbentuk lingkaran, maka dapat dikaitkan dengan

konsep gerak melingkar. Pada permainan ini gasiang akan berputar dengan kecepatan

yang memiliki arah tegak lurus terhadap jari-jari lingkaran, maka pada gasiang berlaku

konsep kecepatan linear. Kemudian saat gasiang berputar gasiang akan membentuk

sudut untuk melakukan perpindahan tiap satuan waktu/detik. Dalam hal ini berlaku

persamaan kecepatan sudut, karena selama benda bergerak melingkar, jari-jari arah

mempunyai kecepatan sudut sebesar ω sebab tiap satuan waktu menempuh sudut

tertentu.

Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa bagian bawah gasiang

bentuknya dibuat runcing dan diberi paci (mimis). Menurut pendapat tokoh,

masyarakat, tokoh adat dan tokoh pemuda hal ini bertujuan agar gasiang dapat

berputar, kalau tidak runcing (popoh) maka gasiang tidak bisa berputar. Sedangkan

menurut hasil observasi jawaban kuesioner penelitian ditemukan bahwa bagian bawah

gasiang dibuat runcing untuk memperkecil bidang sentuh antara lantai dengan gasiang

dan diberi mimis untuk memperkecil gesekan agar gasiang dapat berputar lama. Akan
86

tetapi memperkecil ujung gasiang artinya memperkecil luas bidang sentuh sehingga

tekanannya menjadi besar sesuai dengan persamaan tekanan.

Menurut pendapat para responden bahwa di kecamatan Tambusai terdapat dua

jenis gasiang, yaitu gasiang jantong dan gasiang taka. Menurut tokoh masyarakat

gasiang jantong adalah gasiang yang bentuknya lonjong dan menurut tokoh adat

gasiang jantong adalah gasiang yang bentuknya menyerupai jantung pisang.

Sedangkan gasiang taka adalah gasiang yang bentuknya buntak (pipih) menyerupai

tempurung kelapa. Berdasarkan hasil observasi salah seorang maestro gasiang

menyebutkan bahwa gasiang taka lebih kencang dan hugai daripada gasiang jantong.

Istilah hugai berarti lama berputar. Beliau berpendapat bahwa semakin pipih

suatu gasiang maka semakin kencang dan lama gasiang itu berputar. Hal ini secara

ilmiah dapat dijelaskan melalui hukum torsi. Menurut hukum torsi, besarnya jarak

sumbu putar gasing dengan bagian terluar gasing akan mempengaruhi kecepatan putar

gasing tersebut. Semakin besar jaraknya semakin lambat gasing berputar, semakin kecil

jaraknya semakin kencang gasiang berputar. Diantara kedua gasiang tersebut yang

lebih lama berputar adalah gasiang taka, karena jarak sumbu putar dengan bagian

terluar gasing tersebut cukup kecil sehingga gasiang ini dapat berputar kencang dan

lama.

Selain faktor jarak antara sumbu putar dengan jarak terluar gasiang, torsi

dipengaruhi oleh besarnya gaya yang arahnya tegak lurus terhadap sumbu putar. Pada

permainan gasiang besarnya gaya tersebut diterjemahkan sebagai besarnya gaya

tolakan awal ketika melepas gasing. Semakin besar gaya tolakan yang kita berikan,

semakin besar torsi gasing yang pada akhirnya semakin besar kecepatan yang akan
87

dihasilkan begitupun sebaliknya, semakin lemah kita memutar gasing semakin lambat

pula kecepatan yang dihasilkan.

Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa pada permainan gasiang ini

terdapat aturan permainan yang dilombakan yaitu lomba gasiang urieh dan gasiang

pangkah. Lomba gasiang urieh di kecamatan Tambusai lebih dikenal dengan istilah

busuhugai (adu lama berputar). Pada lomba ini yang gasiang nya paling lama berputar

akan dinyatakan menang, sebaliknya yang gasiang nya mati (berhenti berputar) lebih

dahulu akan kalah. Lomba gasiang berikutnya yaitu lomba gasiang pangkah atau di

kecamatan Tambusai lebih dikenal dengan istilah setingkah (adu antar gasiang).

Pada lomba gasiang ini gasiang yang menang pada adu busuhugai akan

muningkah (menumbuk) sedangkan yang kalah akan munahan (ditumbuk). Pada lomba

gasiang setingkah ini akan diadu dengan cara moningkah (menumbuk) gasiang lawan.

Apabila gasiang yang ditingkah terbang jauh atau pecah (berhenti berputar) maka

gasiang pemangkah dinyatakan menang. Apabila gasiang yang menumbuk yang

terbang jauh dan berhenti berputar maka dinyatakan kalah. Berdasarkan hasil observasi

kuesioner penelitian diperoleh informasi bahwa pada permainan gasiang ini berlaku

konsep fisika momentum, impuls dan tumbukan. Momentum pada permainan gasiang

ini terdapat pada tali, semakin kencang melepaskan tali pada gasiang maka gasiang

akan melaju dengan cepat dan akan sukar dihentikan. Sedangkan impuls pada

permainan gasiang ini tedapat di kecepatan gasiang memutar, karena pada saat gasiang

dilepaskan oleh tali terdapat selang waktu yang singkat saat gasiang diluncurkan.

Pada lomba gasiang setingkah dapat dikaitkan dengan konsep tumbukan.

Berlaku tumbukan lenting sempurna apabila jumlah energi kinetik kedua gasiang yang

main setingkah sesudah di tingkah (tumbukan) sama dengan jumlah energi kinetik
88

kedua gasiang sebelum ditingkah (tumbukan). Konsep ini berlaku apabila setelah

moningkah kecepatan putaran gasiang yang di tingkah sama dengan kecepatan gasiang

yang moningkah. Sedangkan apabila setelah di tingkah kecepatan putaran gasiang

menjadi lebih kecil atau energi kinetiknya berkurang maka berlaku konsep tumbukan

lenting sebagian.

Berdasarkan hasil observasi jawaban kuesioner penelitian diperoleh bahwa

menurut responden 1 dan responden 2 pada permainan gasiang terdapat konsep fisika

tumbukan, impuls, momentum, gerak melingkar, keseimbangan, dan tekanan. Menurut

responden 3 konsep fisika yang terdapat pada permainan gasiang ini adalah konsep

tekanan terutama pada zat padat (tekanan zat padat), dan hukum Newton baik hukum I

Newton dan hukum II Newton. Sedangkan menurut responden 4 pada permainan

gasiang ini terdapat konsep fisika yaitu tekanan, gerak melingkar, dan hukum Newton.

Menurut responden konsep gaya terdapat pada saat gasiang dilemparkan dan menarik

tali gasiang, sedangkan konsep kecepatan sudut ketika gasiang akan berputar. Konsep

kesetimbangan pada gasiang pada saat gasiang tidak stabil maka gasiang akan jatuh,

dan konsep tumbukan pada saat gasiang menumbuk gasiang lainnya.

Pada permainan tradisional gasiang ini setelah dilakukan kajian terhadap

permainan tradisional nya maka selanjutnya dikaitkan dengan konsep pembelajaran

etnosains fisika. Dalam hal ini konsep sains pada permainan gasiang ini dikaitkan

dengan kompetensi dasar yang berhubungan dengan konsep yang dapat dijelaskan pada

permainan tradisional gasiang tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel

4.14.
89

Tabel 4.14 Kaitan Permainan Tradisional Dalam Kaitan Pembelajaran Etnosains


Fisika Pada Permainan Gasiang
No Kompetensi Dasar Konsep Sains Pada Permainan
Gasiang
1. Menganalisis besaran fisis pada Lintasan gasing berbentuk
gerak melingkar dengan laju lingkaran
konstan (tetap) dan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari
2. Menerapkan konsep torsi, momen Pada putaran gasing
inersia, titik berat dan momentum
sudut pada benda tegar (statis dan
dinamis) dalam kehidupan sehari-
hari misalnya dalam olahraga
3. Menerapkan hukum-hukum fluida Kaki gasing dibentuk runcing
statik dalam kehidupan sehari-hari
4. Menganalisis interaksi pada gaya Gasing dapat bergerak dan
serta hubungan antara gaya, memiliki percepatan tertentu
massa dan gerak lurus benda serta
penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari

Pada permainan gasiang terdapat konsep pembelajaran etnosains fisika materi

gerak melingkar yaitu dapat dijelaskan dari lintasan gasiang yang berbentuk lingkaran,

materi dinamika rotasi & kesetimbangan benda tegar terdapat pada putaran gasiang,

materi gaya dapat dijelaskan dari gasiang yang bergerak dan memiliki percepatan

tertentu, materi hukum fluida (tekanan) dapat dijelaskan dari kaki gasiang yang

dibentuk runcing. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyaparamita

(2020) yang menyatakan bahwa permainan gasing berhubungan dengan materi fisika

antara lain konsep kesetimbangan benda tegar dan konsep tekanan terutama pada

tekanan zat padat.


90

4.2.2 Permainan Bodie

Bodie adalah senjata laras panjang, berpeluru tabur, diledakkan dengan

menggunakan mesiu, disebut juga dengan nama lain sonapang lantak, sonapang

polocok, sonapang ompak. Bodie adalah senjata api atau alat perang untuk menembak

musuh atau binatang. Bobodie atau bedil-bedil adalah pelontar peluru mainan, terbuat

dari buluh cinu yang dipotong lebih kurang satu jengkal setengah, kemudian ruas

bukunya dibuang, lalu diambil lagi bambu yang besarnya seukuran lobang bambu tadi

untuk dijadikan ponujah (pendorong). Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar di

bawah ini:

Gambar 4.2 Permainan Bodie


(Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2021)
Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh

pemuda di Kecamatan Tambusai serta hasil jawaban kuesioner penelitian diperoleh

hasil rekonstruksi pengetahuan masyarakat menjadi pengetahuan ilmiah seperti pada

Tabel 4.15.
91

Tabel 4.15 Rekonstruksi Pengetahuan Masyarakat Menjadi Pengetahuan Ilmiah


Pada Permainan Bodie

No Pertanyaan Sains Masyarakat Sains Ilmiah


1. Mengapa peluru bodie Karena pelurunya Karena ketika
dapat keluar saat pas dan pengaruh pendorong peluru
ditembakkan? dari dorongan angin bodie menekan
peluru, maka akan
timbul tekanan di
dalam rongga
bodie sehingga
peluru bodie
bergerak keluar
2. Bagaimana pengaruh Semakin kuat F= m.a
kuat pendorong terhadap didorong maka Besar gaya yang
tembakan peluru bodie? semakin cepat diberikan
tembakan peluru sebanding atau
berbanding lurus
dengan percepatan
yang diterima
3. Bagaimana hubungan Jenis bambu yang
jenis bambu dan peluru digunakan yang
bodie? penting kecil dan Jika suhu suatu gas
tahan seperti bambu dijaga konstan,
aur berduri, maka tekanan gas
sedangkan peluru akan berbanding
yang digunakan terbalik dengan
yaitu yang pas volumenya
dengan ukuran
bambu seperti buah
kopadan
4. Bagaimana bentuk Lintasannya lurus, Ketika peluru
lintasan peluru bodie karena akan bodie ditembakkan
saat ditembakkan? mengenai teman dari ketinggian
sasaran tertentu dari
permukaan tanah,
maka lintasan
peluru bodie yang
dihasilkan tidak
membentuk garis
lurus, tetapi
membentuk
lintasan parabola
92

Pada Tabel 4.15 diatas diperoleh informasi bahwa terdapat hubungan antara

jenis bambu dan peluru bodie, yaitu semakin kecil diameter bambu semakin jauh

tembakan peluru. Kemudian pengaruh kuat pendorong terhadap tembakan peluru bodie

sebanding atau berbanding lurus. Peluru bodie dapat keluar saat ditembakkkan karena

timbul tekanan di dalam rongga bodie. Lintasan peluru bodie saat mengenai sasaran

tidak berbentuk lintasan lurus tetapi membentuk lintasan parabola.

Berdasarkan Tabel 4.2 hasil wawancara tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh

pemuda ditemukan bahwa menurut tokoh masyarakat permainan bodie berawal dari

perang-perangan. Sedangkan menurut tokoh adat bodie adalah senjata. Alat dan bahan

pada permainan bodie ini adalah bambu berukuran lebih kurang 30 cm yang terdiri dari

dua bagian, yaitu bagian badan (tempat peluru) biasa disebut dengan lop dan bagian

ponujah (pendorong peluru) yang biasa disebut bilah atau sundak. Menurut

pengetahuan masyarakat bambu yang biasa digunakan adalah segala jenis bambu yang

penting bambunya lurus, kecil, dan tebal. Di kecamatan Tambusai permainan ini lebih

dikenal dengan nama sundak kopadan. Karena peluru yang digunakan terbuat dari buah

kopadan. Menurut tokoh pemuda buah ini dipilih karena pas dibagian lobang

(diameter) bambu.

Berdasarkan hasil rekonstruksi pengetahuan masyarakat tentang pemilihan

bambu dan peluru bodie ini ternyata terdapat hubungan antara jenis bambu dan peluru

bodie. Secara ilmiah hubungan antara volume bambu dan peluru bodie dapat dikaitkan

dengan hukum gas ideal. Berdasarkan Hukum Boyle jika suhu suatu gas dijaga

konstan, maka tekanan gas akan berbanding terbalik dengan volumenya. Tekanan gas

bergantung pada seberapa sering partikel gas menumbuk dinding wadahnya. Jika

ukuran wadah dipersempit atau volumenya dikurangi, partikel gas akan lebih sering
93

munumbuk sehingga tekanan akan bertambah besar. Sebaliknya jika volume wadah

diperbesar, partikel-partikelnya akan jarang menumbuk dinding wadah sehingga

tekanan gas berkurang. Artinya semakin kecil diameter atau volume bambu yang

digunakan pada permainan bodie ini maka semakin besar tekanan dalam ruang bambu

dan semakin jauh tembakan peluru bodie.

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mengatakan bahwa faktor lain

yang memengaruhi tembakan peluru yaitu pengaruh kuat pendorong (sundak). Menurut

tokoh masyarakat semakin kuat didorong maka semakin laju tembakan peluru tetapi

bergantung juga pada tekanan udara di dalam bambu. Sedangkan menurut tokoh adat

kalau tidak kuat digosak maka peluru keluar tetapi peluru tidak mulotuih (meletus).

Senada dengan hal tersebut tokoh pemuda berpendapat bunyi letusan peluru akan kuat

apabila bodie kuat didorong. Secara fisika pengaruh kuat pendorong terhadap tembakan

peluru dapat dikaitkan dengan hukum II Newton yaitu F = m.a besar gaya yang

diberikan sebanding atau berbanding lurus dengan percepatan yang diterima. Pada

permainan bodie ini, semakin kuat sundak mendorong peluru maka semakin cepat/laju

tembakan peluru.

Menurut pengetahuan masyarakat peluru bodie dapat keluar saat ditembakkan

karena adanya tekanan angin/dorongan udara. Kalau bodie bocor (ditandai dengan

longgar) maka peluru tidak keluar. Sedangkan menurut pendapat tokoh adat peluru

dapat keluar karena dorongan angin. Berbeda dengan pendapat tokoh pemuda yang

mengatakan bahwa peluru dapat keluar karena pelurunya pas. Berdasarkan Tabel 4.8

hasil observasi jawaban kuesioner penelitian ditemukan bahwa respon berpendapat

karena peluru diberikan tekanan dan gaya yang besar yang memaksa peluru keluar.

Menurut sains ilmiah peluru bodie dapat keluar saat ditembakkan karena dorongan
94

yang cepat akan menghasilkan pemampatan dalam ruang bambu, mengakibatkan

tekanan dalam ruang bambu naik. Ketika terus didorong maka volume di dalam bambu

semakin kecil, tekanan inilah yang memaksa peluru keluar dan mengeluarkan bunyi.

Cara bermain bodie menurut tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh pemuda

yaitu isi 2 buah peluru, masukkan satu persatu dengan memukulnya menggunakan

ponujah (pendorong). Lalu gosakkan (beri dorongan), maka peluru pertama akan keluar

dan mengeluarkan bunyi. Secara ilmiah dorongan atau gaya yang diberikan akan

mengakibatkan tekanan dalam ruang bambu besar dan volume dalam bambu kecil.

Apabila diberikan gaya yang semakin besar, maka peluru bodie yang berada diujung

bambu akan keluar. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putranta

(2019) yang mengatakan bahwa pada permainan tulup (nama lain bodie) terdapat

konsep impuls yang digunakan yaitu ketika pendorong peluru tulup menekan peluru

tulup, maka akan timbul tekanan di dalam rongga tulup sehingga peluru tulup bergerak

keluar.

Selain itu dalam permainan bodie juga terdapat konsep momentum, yaitu ketika

peluru bodie dikenai gaya tekan maka peluru bodie akan bergerak dengan kecepatan

tertentu dan mengenai sasaran pada waktu tertentu pula. Pada permainan bodie ini

sasaran yang ditembak adalah sesama teman yang ikut bermain. Adapun lintasan yang

dilalui peluru bodie untuk mengenai sasaram menurut pengetahuan masyarakat

berbentuk lintasan lurus, sedangkan secara ilmiah ketika peluru bodie ditembakkan dari

ketinggian tertentu dari permukaan tanah, maka lintasan peluru bodie yang dihasilkan

tidak membentuk garis lurus tetapi membentuk lintasan parabola. Hal ini disebabkan

karena gesekan udara dan gaya gravitasi.


95

Pada permainan bodie ini antara peluru yang satu dengan peluru yang lain yang

berada didalam ruang bambu terjadi tumbukan. Secara fisika tumbukan yang terjadi

pada peluru bodie ini adalah tumbukan lenting sebagian. Karena ketika dua buah peluru

bodie bertumbukan dan setelah tumbukan kedua peluru tersebut tidak saling menempel,

tetapi beberapa energi kinetik kedua peluru berubah menjadi energi panas ataupun

suara. Saat peluru keluar dari ruang bambu, peluru akan mengeluarkan bunyi letupan

(mulotuih). Hal ini muncul ketika ponujah mendorong peluru bodie menuju sasaran,

maka di dalam rongga bodie terjadi getaran dan memiliki tekanan udara yang jauh lebih

besar daripada di luar. Getaran dan udara yang tertekan tersebut diteruskan keluar

mengenai ujung rongga bodie dan mengeluarkan bunyi.

Berdasarkan hasil observasi jawaban kuesioner penelitian pada Tabel 4.8

diperoleh bahwa menurut responden 1, responden 2, dan responden 4 pada permainan

bodie terdapat konsep fisika yaitu tekanan. Sedangkan menurut responden 3 konsep

fisika yang terdapat pada permainan bodie ini adalah konsep dorongan dan volume

pada ruang tertutup. Pada permainan tradisional bodie ini setelah dilakukan kajian

terhadap permainan tradisionalnya maka selanjutnya dikaitkan dengan konsep

pembelajaran etnosains fisika. Dalam hal ini konsep sains pada permainan bodie ini

dikaitkan dengan kompetensi dasar yang berhubungan dengan konsep yang dapat

dijelaskan pada permainan tradisional bodie tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16 Kaitan Permainan Tradisional Dalam Kaitan Pembelajaran Etnosains


Fisika Pada Permainan Bodie
No Kompetensi Dasar Konsep Sains Pada Permainan
Bodie
1. Menjelaskan teori kinetik gas dan Volume dan tekanan udara di
karakteristik gas pada ruang tertutup dalam rongga bodie
96

No Kompetensi Dasar Konsep Sains Pada Permainan


Bodie
2. Menerapkan konsep momentum Peluru bodie bergerak dengan
dan impuls, serta hukum kekekalan kecepatan tertentu (momentum).
momentum dalam kehidupan Peluru bodie bergerak keluar
sehari-hari (Impuls), peluru bodie
mengeluarkan bunyi (tumbukan
lenting sebagian)
3. Menganalisis gerak parabola Lintasan peluru bodie
dengan menggunakan vektor, membentuk lintasan parabola
berikut makna fisisnya dan
penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari

Pada permainan bodie ini dapat dikaitkan dengan konsep pembelajaran fisika

materi teori kinetik gas, momentum & impuls, gerak parabola dan tekanan. Konsep

teori kinetik gas terdapat pada volume dan tekanan udara di dalam rongga bodie,

sedangkan konsep momentum, impuls dan tumbukan pada saat peluru bodie keluar

dan memiliki kecepatan tertentu serta dapat mengeluarkan bunyi. Adapun konsep gerak

parabola yaitu lintasan yang dibentuk peluru bodie berbentuk lintasan parabola. Hal ini

selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Octana (2020) yang menyatakan bahwa

pada permainan bedil locok terdapat konsep fisika berupa tekanan dan Putranta (2019)

menyebutkan bahwa pada permainan tulup ini terdapat konsep fisika impuls,

momentum, bunyi, getaran dan tekanan, gerak parabola, dan teori kinetik gas.

4.2.3 Permainan Setinjau

Setinjau terbuat dari kayu atau bambu berukuran 2,5 meter dengan besar

lingkaran ± 5 cm sebanyak dua batang. Kayu/bambu tersebut masing-masing dipasang

tempat pemijak kaki setinggi 40-50 cm, dilubangi untuk bisa dimasukkan bambu
97

sebagai pijakannya. Cara main setinjau yaitu rute permainan setinjau berdasarkan

kesepakatan kedua belah pihak, tegakkan kedua setinjau tersebut dan pegang erat,

pemain berada sejajar dengan setinjau tersebut lalu letakkan kedua kaki ditempat

pemijak, kemudian langkahkan kaki sebagaimana kita berjalan menuju rute yang sudah

ditentukan. Aturan permainan setinjau dapat dibagi menjadi dua, yaitu perlombaan lari

dan pertandingan untuk saling menjatuhkan dengan cara saling memukulkan kaki-kaki

bambu. Perlombaan adu kecepatan biasanya dilakukan oleh anak-anak berusia antara 7-

11 tahun dengan jumlah 2-5 orang. Sedangkan, permainan untuk saling menjatuhkan

lawan biasanya dilakukan oleh anak-anak yang berusia 11-13 tahun dengan

menggunakan sistem kompetisi. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 4.3.

Gambar 4.3 Permainan Setinjau


(Sumber: Dokumentasi Kegiatan SMA N 1 Tambusai )
Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh

pemuda di Kecamatan Tambusai serta hasil jawaban kuesioner penelitian diperoleh

hasil rekonstruksi pengetahuan masyarakat menjadi pengetahuan ilmiah seperti pada

Tabel 4.17.
98

Tabel 4.17 Rekonstruksi Pengetahuan Masyarakat Menjadi Pengetahuan Ilmiah


Pada Permainan Setinjau
No Pertanyaan Sains Masyarakat Sains Ilmiah
1. Apakah yang dimaksud Perpindahan adalah Perpindahan adalah
dengan perpindahan? tidak lagi berada perubahan posisi benda.
diposisi semula Perpindahan adalah
sebuah besaran yang
memiliki nilai dan arah

2. Mengapa pemain Karena tidak bisa Karena resultan gaya ≠


setinjau bisa jatuh? menyeimbangkan 0
berat badan
3. Bagaimana pengaruh Sebelum melangkah Jika dua bambu
kemiringan bambu saat posisi bambu tegak, memiliki kemiringan
bermain setinjau? setelah setinjau yang berbeda maka
berjalan posisi pemain harus
bambu menjadi memberikan gaya
miring/condong ke dalam arah yang sama.
depan agar pemain Artinya satu bambu
tidak jatuh ke ditarik dan satu bambu
belakang didorong
4. Apa yang harus Sesuaikan kembali Mengembalikan sudut
dilakukan saat salah jarak antar langkah tersebut, mengubah
satu bambu berubah sudut bambu yang
sudut (sisi kiri dan lainnya, mengubah
kanan tidak sama lagi)? nilai atau arah gaya,
melakukan kombinasi
cara tersebut sehingga
sisi kiri dan kanan
sama

Pada Tabel 4.17 diatas diperoleh informasi bahwa perpindahan adalah

perubahan posisi benda. Permainan setinjau ini sangat tergantung kepada

keseimbangan. Pemain setinjau bisa jatuh kalau tidak bisa menyeimbangkan berat

badan. Faktor lain yang berpengaruh saat bermain setinjau yaitu posisi kemiringan
99

bambu ketika sebelum melangkah posisi bambu tegak, sedangkan saat telah berjalan

posisi bambu menjadi condong ke depan. Saat salah satu bambu berubah sudut maka

sudut tersebut harus segera dikembalikan dengan menyesuaikan kembali jarak antar

langkah sehingga sisi kiri dan kanan setinjau kembali sama.

Berdasarkan Tabel 4.3 hasil wawancara dengan tokoh masyarakat diperoleh

informasi bahwa permainan setinjau ini berawal dari sayembara putri raja bagi laki-laki

yang kakinya tidak kotor sampai ke istana maka akan menjadi jodohnya.

Berseberangan dengan pendapat tersebut, menurut tokoh adat permainan setinjau ini

salah satu permainan yang dilarang karena cukup berbahaya. Karena dahulu kala

permainan ini digunakan untuk mengintai harimau. Namun seiring berjalannya waktu

maka permainan setinjau ini menjadi familiar dan menurut tokoh pemuda permainan ini

biasanya dilombakan terutama pada acara 17 Agustus.

Permainan setinjau atau yang biasa dikenal dengan nama enggrang ini terbuat

dari kayu atau bambu. Menurut tokoh adat panjangnya 6/7 etu (hasta). Kayu yang biasa

digunakan terbuat dari kayu nilu karena kuat dan ringan. Sedangkan menurut pendapat

tokoh masyarakat kayu yang digunakan untuk membuat setinjau yaitu kayu atau bambu

bulat yang penting kuat dan kokoh. Adapun cara untuk bermain setinjau ini adalah

dengan menaikkan kaki satu persatu ke tempat pijakan, seimbangkan badan lalu

melangkah perlahan layaknya sedang berjalan.

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa aturan permainan setinjau

dapat dibagi menjadi dua, yaitu perlombaan lari dan pertandingan untuk saling

menjatuhkan dengan cara saling memukulkan kaki-kaki bambu. Apabila permainan

hanya berupa adu kecepatan (lomba lari), maka diawali dengan berdirinya 3-4 pemain

di garis start sambil menaiki bambu masing-masing. Para pemain akan menaiki setinjau
100

nya dari garis start sampai garis finish. Dalam hal ini dapat dijelaskan konsep

perpindahan. Menurut pendapat masyarakat perpindahan adalah tidak lagi berada

diposisi semula. Sedangkan menurut sains ilmiah perpindahan adalah perubahan posisi

benda. Perpindahan adalah sebuah besaran yang memiliki nilai dan arah. Pada peristiwa

ini posisi pemain akan berubah dari garis start ke garis finish sehingga pemain berarti

telah melakukan perpindahan.

Sedangkan, apabila permainan bertujuan untuk mengadu bambu masing-

masing pemain, maka diawali dengan pemilihan dua orang pemain yang dilakukan

secara musyawarah/mufakat. Setelah itu, mereka akan berdiri berhadapan. Apabila

telah siap, peserta lain yang belum mendapat giliran bermain akan memberikan aba-aba

untuk segera memulai permainan. Mendengar aba-aba itu, kedua pemain akan mulai

mengadukan bambu-bambu yang mereka naiki. Pemain yang dapat menjatuhkan lawan

dari bambu yang dinaikinya dinyatakan sebagai pemenangnya. Pada lomba ini pemain

harus bisa mempertahankan posisi setimbangnya agar tidak terjatuh. Menurut

pengetahuan masyarakat faktor yang memengaruhi kesetimbangan yaitu berat badan,

tinggi rendah papan pijakan dan pandai tidaknya mengatur kesetimbangan.

Berat badan berpengaruh saat bermain setinjau. Menurut tokoh masyarakat

semakin berat badan seseorang semakin sulit untuk melangkah saat bermain setinjau.

Sedangkan menurut tokoh adat berpengaruh atau tidaknya tergantung kesetimbangan,

dengan menyesuaikan posisi berdiri saat akan bermain dan ketika bermain. Menurut

hasil observasi jawaban kuesioner penelitian diperoleh informasi bahwa berat badan

sangat berpengaruh saat bermain setinjau, hal ini disebabkan pada saat bermain para

pemain membutuhkan kesetimbangan atau menyeimbangkan berat badan.


101

Secara fisika dua syarat yang diperlukan agar benda tegar seimbang dan stabil

adalah gaya yang bekerja pada benda tersebut adalah nol dan jumlah torsi yang bekerja

pada benda tersebut adalah nol. Jika sebuah benda berada dalam kesetimbangan statis

karena pengaruh tiga gaya non paralel, maka garis kerja gaya-gaya tersebut harus

berpotongan di satu titik. Kesetimbangan sebuah benda dapat diklasifikasi menurut tiga

kategori: stabil, tak stabil, dan netral. Sebuah benda yang berada diatas suatu

permukaan akan berada dalam kesetimbangan bila pusat beratnya berada di atas dasar

penopangnya. Stabilitas kesetimbangan sebuah benda dapat ditingkatkan dengan

merendahkan pusat beratnya atau dengan menambah ukuran dasar penopangnya.

Pada permainan setinjau agar setinjau setimbang maka resultan gaya harus

memiliki nilai yang sama dengan 0, jika gaya yang bekerja pada suatu benda memiliki

arah yang berlawanan, maka besar gaya di setiap arahnya harus memiliki nilai yang

sama. Jika tiba-tiba salah satu bambu berubah sudut maka sisi kiri dan kanan menjadi

tidak sama lagi. Agar kembali sama maka pemain melakukan aksi dengan cara:

1. Mengembalikan sudut tersebut

2. Mengubah sudut bambu yang lainnya

3. Mengubah nilai atau arah gaya yang bekerja

4. Melakukan kombinasi cara tersebut sehingga sisi kiri dan kanan kembali sama

Pada permainan tradisional setinjau ini setelah dilakukan kajian terhadap

permainan tradisional nya maka selanjutnya dikaitkan dengan konsep pembelajaran

etnosains fisika. Dalam hal ini konsep sains pada permainan setinjau ini dikaitkan

dengan kompetensi dasar yang berhubungan dengan konsep yang dapat dijelaskan pada

permainan tradisional setinjau tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel

4.18.
102

Tabel 4.18 Kaitan Permainan Tradisional Dalam Kaitan Pembelajaran Etnosains


Fisika Pada Permainan Setinjau
No Kompetensi Dasar Konsep Sains Pada Permainan
Setinjau
1. Menganalisis besaran-besaran fisis Perpindahan, kecepatan dan
pada gerak lurus dengan kecepatan percepatan pada setinjau
konstan (tetap) dan gerak lurus (besaran pada gerak lurus)
dengan percepatan konstan (tetap)
berikut penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari misalnya
keselamatan lalu lintas
2. Menerapkan konsep torsi, momen Kemiringan bambu saat
inersia, titik berat, dan momentum bermain setinjau agar
sudut pada benda tegar (statis dan setimbang dan tidak jatuh
dinamis) dalam kehidupan sehari- (kesetimbangan benda tegar)
hari misalnya dalam olahraga

Pada permainan setinjau ini dapat dikaitkan dengan pembelajaran etnosains

fisika materi besaran pada gerak lurus dan kesetimbangan benda tegar. Besaran pada

gerak lurus yang dapat dijelaskan dari permainan setinjau ini yaitu perpindahan,

kecepatan dan percepatan. Sedangkan materi kesetimbangan yang dapat dijelaskan dari

permainan setinjau ini yaitu posisi sudut kemiringan bambu agar tidak terjatuh saat

memainkan setinjau. Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Octana

(2020) yang menjelaskan bahwa pada permainan enggrang menerapkan konsep fisika

berupa perpindahan, percepatan, dan kecepatan serta kesetimbangan.

4.2.4 Permainan Baliang-Baliang

Baliang adalah tidak bulat, tidak bundar. Baliang-baliang (Baling-baling) yaitu

sesuatu yang diputar menghasilkan tenaga angin, air, dsb. Permainan baliang-baliang
103

adalah permainan yang terbuat dari buah para, tali dan kayu/bambu. Awalnya

permainan ini terinspirasi dari baling-baling yang berputar di ladang untuk mengusir

elang dari tanaman padi. Baling-baling juga biasanya digunakan untuk menentukan

arah angin untuk berlayar. Permainan baliang-baliang ini bentuknya seperti baling-

baling. Bagiannya terdiri dari buah para yang dilubangi sebagai tempat tarikan tali dan

lubang kayu tempat baling-baling, kemudian kayu sebagai tempat melilit tali dan

dibagian ujung kayu ada baling-baling. Untuk bagian lobang untuk tarikan tali bisa

terbuat dari buah para. Bentuk baling-balingnya harus seimbang antara sisi kiri dan sisi

kanan agar dapat berputar ketika talinya ditarik. Berikut gambar permainan baliang-

baliang:

Gambar 4.4 Permainan Baliang-Baliang


(Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2021)
Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh

pemuda di Kecamatan Tambusai serta hasil jawaban kuesioner penelitian diperoleh

hasil rekonstruksi pengetahuan masyarakat menjadi pengetahuan ilmiah seperti pada

Tabel 4.19.
104

Tabel 4.19 Rekonstruksi Pengetahuan Masyarakat Menjadi Pengetahuan Ilmiah


Pada Permainan Baliang-Baliang

No Pertanyaan Sains Masyarakat Sains Ilmiah


1. Mengapa baliang- Karena pengaruh dari Karena ada perubahan
baliang dapat tali yang sudah gaya gesek menjadi
berputar? dililitkan gaya gerak
2. Bagaimana pengaruh Semakin panjang tali, T = 2π
panjang tali terhadap maka semakin lama
Panjang tali
lama baling-baling baling-baling berputar
mempengaruhi
berputar?
periode karena
hubungan panjang tali
dengan periode
berbanding lurus,
semakin panjang tali
maka periode semakin
besar
3. Bagaimana Semakin cepat ditarik v = 2π r f
hubungan kecepatan maka semakin lama kecepatan linier
menarik tali dengan baling-baling berputar berbanding lurus
jumlah putaran dengan frekuensi
baling-baling? (semakin cepat ditarik
talinya, maka semakin
banyak putaran yang
dihasilkan)
4. Bagaimana Tali yang sudah dililit Hubungan roda-roda
hubungan putaran berputar sepusat. Kecepatan
tali dengan putaran mengakibatkan sudut sama ω1 = ω2 dan
baling-baling? baling-baling berputar arah putar sama

Pada Tabel 4.19 diatas diperoleh informasi bahwa baliang-baliang dapat

berputar karena pengaruh dari tali yang sudah dililitkan, sedangkan menurut sains

ilmiah karena ada perubahan gaya. Baliang-baliang dapat berputar lama karena

pengaruh dari panjang tali, semakin panjang tali maka semkain lama baliang-baliang

berputar. Kemudian terdapat hubungan antara kecepatan menarik tali dengan jumlah
105

putaran baliang-baliang, sesuai dengan persamaan kecepatan linier berbanding lurus

dengan frekuensi. Tali yang sudah dililit pada tiang akan berputar bersamaan dengan

putaran baliang-baliang, hal ini sesuai dengan hubungan roda-roda sepusat.

Berdasarkan Tabel 4.4 hasil wawancara tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh

pemuda ditemukan bahwa sejarah permainan baliang-baliang ini untuk menentukan

arah angin serta menjaga burung/elang dari tanaman padi di kebun. Permainan baliang-

baliang adalah permainan yang terbuat dari buah para, tali dan kayu/bambu. Menurut

pendapat tokoh masyarakat permainan ini bentuknya seperti baling-baling. Bagiannya

terdiri dari buah para yang dilubangi sebagai tempat tarikan tali dan lubang kayu

tempat baling-baling, kemudian kayu sebagai tempat melilit tali dan dibagian ujung

kayu ada baling-baling. Untuk bagian lobang untuk tarikan tali bisa terbuat dari buah

para. Bentuk baling-balingnya harus seimbang antara sisi kiri dan sisi kanan agar dapat

berputar ketika talinya ditarik.

Adapun cara untuk bermain baliang-baliang ini yaitu dengan cara menarik tali

yang sudah terlilit dikayu/bambu. Menurut tokoh masyarakat baliang-baliang dapat

berputar karena pengaruh dari tali yang sudah dililitkan. Sebelumnya tali sudah

dililitkan pada kayu/lidi saat bermain hanya menarik tali yang sudah disiapkan dari

bolongan buah para kemudian baliang-baliang akan berputar. Secara ilmiah baliang-

baliang dapat berputar karena ada perubahan gaya gesek menjadi gaya gerak.

Secara fisika pada permainan baliang-baliang ini terdapat konsep yaitu gaya.

Gaya adalah tarikan atau dorongan pada suatu benda. Pada permainan baliang-baliang

ini konsep gaya yaitu pada cara bermain. Cara bermainnya dengan menarik tali yang

sudah terlilit pada tiang penyangga, ini artinya terjadi konsep gaya pada proses cara

bermain baliang-baliang tersebut. Kemudian terjadi perubahan gaya, yaitu gaya gesek
106

menjadi gaya gerak. Gaya gesek terjadi antara tali dengan tiang penyangga. Saat tali

ditarik terjadi gesekan antara tali dengan tiang yang mengakibatkan baling-baling

berputar (gerak). Sehingga karena terjadi perubahan gaya gesek menjadi gaya gerak

tersebut mengakibatkan baliang-baliang dapat berputar.

Adapun hal-hal yang memengaruhi putaran baliang-baliang ini yaitu panjang

tali dan kecepatan menarik. Menurut pendapat tokoh masyarakat semakin panjang tali

maka semakin lama baliang-baliang berputar dan semakin cepat menarik tali maka

semakin lama baliang-baliang berputar. Secara fisika pada permainan baling-baling ini

dapat dijelaskan semakin besar tarikan (gaya) semakin cepat baling-baling berputar.

Tarikan tali berbanding lurus dengan putaran baling-baling. Sedangkan panjang tali

mempengaruhi periode karena hubungan panjang tali dengan periode berbanding lurus,

semakin panjang tali maka periode semakin besar. Artinya semakin panjang tali

baliang-baliang, maka semakin lama baliang-baliang berputar.

Pada permainan baliang-baliang ini lintasannya berbentuk lingkaran, oleh

karena itu dapat dijelaskan konsep fisika gerak melingkar. Gerak melingkar adalah

gerak suatu benda yang membentuk lintasan berupa lingkaran mengelilingi suatu titik

tetap. Agar suatu benda dapat bergerak melingkar ia membutuhkan adanya gaya yang

selalu membelokkannya menuju pusat lintasan lingkaran. Pada permainan baliang-

baliang ini lilitan tali dan baling-baling berada pada satu pusat yang sama oleh karena

itu berlaku hubungan roda-roda sepusat. Jika poros roda sepusat, roda akan memiliki

kecepatan sudut yang sama. Jika roda pertama berputar satu putaran penuh, roda kedua

pun akan berputar satu putaran penuh. Kedua roda berputar searah, kecepatan sudut

kedua roda sama (ω1 = ω2). Pada permainan ini baliang-baliang ini putaran tali akan

memengaruhi putaran baliang-baliang. Apabila tali ditarik cepat, maka baliang-baliang


107

juga akan berputar cepat. Sehingga tarikan tali sama sama berputar dengan baling-

baling.

Pada permainan tradisional baliang-baliang ini setelah dilakukan kajian

terhadap permainan tradisional nya maka selanjutnya dikaitkan dengan konsep

pembelajaran etnosains fisika. Dalam hal ini konsep sains pada permainan baliang-

baliang ini dikaitkan dengan kompetensi dasar yang berhubungan dengan konsep yang

dapat dijelaskan pada permainan tradisional baliang-baliang tersebut. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.20 berikut:

Tabel 4.20 Kaitan Permainan Tradisional Dalam Kaitan Pembelajaran Etnosains


Fisika Pada Permainan Baliang-Baliang
No Kompetensi Dasar Konsep Sains Pada Permainan
Baliang-Baliang
1. Menganalisis interaksi pada gaya Perubahan gaya gesek menjadi
serta hubungan antara gaya, massa gaya gerak
dan gerak lurus benda serta
penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari
2. Menganalisis besaran fisis pada Periode, frekuensi dan
gerak melingkar dengan laju hubungan roda-roda sepusat
konstan (tetap) dan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari

Pada permainan baliang-baliang ini dapat dapat dikaitkan dengan pembelajaran

etnosains fisika materi gaya yaitu peubahan gaya gesek menjadi gaya gerak. Kemudian

materi gerak melingkar yaitu menjelaskan periode, frekuensi dan hubungan roda-roda

sepusat. Periode dapat dibuktikan dengan semakin panjang tali, maka semakin lama

baling-baling berputar, sedangkan frekuensi terbukti saat semakin cepat menarik tali

baling-baling, maka semakin banyak putaran yang dihasilkan baling-baling tersebut.


108

Kemudian hubungan roda-roda sepusat dapat dijelaskan dari putaran tali dan putaran

baling-baling memiliki kecepatan yang sama.

4.2.5 Permainan Tarik Upih Pinang

Upih adalah pelepah pinang yang sudah tua bisa digunakan untuk pembungkus

nasi dan itak. Upih pinang adalah pangkal pelepah daun pinang yang sudah kering. Bila

sudah tua pelepah ini mengering dan jatuh ke tanah. Bagi ibu-ibu daun upih pinang ini

digunakan untuk membungkus makanan yang diawetkan atau tahan lama, seperti dodol

labu atau lempuk durian. Bagi bapak-bapak upih ini bisa juga dijadikan semacam

pelana yang ditempelkan pada ambong atau keranjang rotan yang dipanggul, atau alas

antara punggung dengan ambong/keranjang. Selain itu bisa dijadikan cupak atau

gantangan atau juga sukatan untuk anak-anak ikan, udang, beras, dan bahan pangan

lainnya. Bagi anak-anak melayu upih pinang ini djadikan bahan permainan. Untuk

lebih jelasnya perhatikan gambar di bawah ini:

Gambar 4.5 Permainan Tarik Upih Pinang


(Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2021)
Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh

pemuda di Kecamatan Tambusai serta hasil jawaban kuesioner penelitian diperoleh


109

hasil rekonstruksi pengetahuan masyarakat menjadi pengetahuan ilmiah seperti pada

Tabel 4.21.

Tabel 4.21 Rekonstruksi Pengetahuan Masyarakat Menjadi Pengetahuan Ilmiah


Pada Permainan Tarik Upih Pinang
No Pertanyaan Sains Masyarakat Sains Ilmiah
1. Mengapa upih yang Karena sudah jatuh Karena upih yang
digunakan pada mudah diambil tidak sudah tua massa
permainan tarik upih perlu dipanjat nya lebih kecil
pinang yaitu upih daripada upih
yang sudah tua? yang masih muda
2. Mengapa upih pinang Karena orang yang Karena gaya luar
dapat bergerak saat ditarik ringan yang bekerja pada
ditarik? upih tersebut
lebih besar
daripada gaya
geseknya
3. Bagaimana pengaruh Cepat habis dan susah Semakin kasar
gesekan terhadap bergerak permukaan lantai,
kecepatan upih maka semakin
bergerak? besar gaya
geseknya.
Semakin besar
gaya gesek maka
semakin lambat
upih bergerak.
4. Bagaimana hubungan Semakin laju menarik Kelajuan
kelajuan menarik upih semakin cepat berbanding lurus
upih dengan jarak sampai ke garis finish dengan jarak yang
yang ditempuh upih? ditempuh, dan
berbanding
terbalik dengan
selang waktu.
110

Pada Tabel 4.21 diatas diperoleh informasi bahwa pada permainan tarik upih

pinang, upieh yang digunakan adalah upieh yang sudah tua. Alasan pemilihan upieh

yang sudah tua ini menurut pengetahuan masyarakat karena sudah jatuh mudah diambil

dan tidak perlu dipanjat. Sedangkan secara ilmiah berkaitan dengan massa upieh itu

sendiri. Upieh dapat bergerak karena ada gaya luar yang bekerja pada upieh tersebut.

Kemudian terdapat pengaruh antara gesekan terhadap kecepatan upieh bergerak yaitu

menurut masyarakat upieh akan cepat habis dan susah bergerak. Sedangkan secara

fisika hal ini bisa dijelaskan dengan gaya gesek yang berlaku pada upieh. Berikutnya

terdapat hubungan antara kelajuan menarik upieh dengan jarak yang ditempuh upieh,

yaitu kelajuan berbanding lurus dengan jarak yang ditempuh dan berbanding terbalik

dengan selang waktu.

Berdasarkan Tabel 4.5 hasil wawancara dengan tokoh masyarakat

menyebutkan bahwa permainan tarik upih pinang ini berawal dari pemikiran

masyarakat untuk membawa barang yang banyak. Sedangkan menurut tokoh adat upieh

ini biasa digunakan untuk pembungkus nasi. Bagi anak-anak melayu upieh pinang ini

dijadikan bahan permainan. Upieh yang digunakan untuk permainan tarik upih pinang

ini yaitu upieh yang sudah tua atau jatuh ke tanah. Menurut pengetahuan masyarakat

karena upieh yang sudah tua dan jatuh ini kembangnya bagus dan tahan, tidak perlu

dipanjat. Sedangkan menurut tokoh adat karena upieh yang sudah tua dan jatuh mudah

diambil. Secara ilmiah massa upieh yang sudah tua lebih kecil daripada massa upieh

yang masih muda. Menurut jawaban responden kuesioner penelitian mengemukakan

bahwa elastisitas pada upih muda kecil dan cepat habis, sedangkan elastisitas pada

upieh yang tua besar dan lama habis. Sedangkan menurut responden lain berpendapat
111

bahwa jenis upieh pinang berpengaruh terhadap gesekan. Upieh yang sudah tua lebih

tahan terhadap gesekan karena permukannnya keras jadi tidak cepat habis.

Cara bermain tarik upih pinang ini yaitu satu orang duduk dibagian klupak

(pelepah) dan satu orang lagi menarik bagian daun. Menurut masyarakat cara

bermainnya tinggal ditarik dan diseret sampai garis yang ditentukan. Secara ilmiah

pada permainan tarik upih pinang ini upieh dapat bergerak karena adanya gaya

(tarikan). Hal ini sejalan dengan hukum I Newton yang berbunyi “Jika resultan gaya

pada suatu benda sama dengan nol, benda yang mula-mula diam akan terus diam,

sedangkan benda yang mula-mula bergerak akan terus bergerak dengan kecepatan

tetap”. Artinya jika upieh tidak diberikan gaya (tarikan), maka upieh akan tetap diam.

Sedangkan saat upieh ditarik, maka upieh akan bergerak dengan kecepatan tertentu.

Ada beberapa hal yang memengaruhi upieh bergerak yaitu massa tubuh dan gaya yang

diberikan.

Menurut pengetahuan masyarakat, jika orang yang ditarik berat badannnya

lebih besar daripada orang yang menarik maka orang yang menarik akan kesusahan

untuk menariknya dan upieh akan susah bergerak. Secara fisika suatu benda akan

cenderung mempertahankan posisi diam atau keadaan bergeraknya. Sifat benda ini

disebut sebagai hukum kelembaman atau hukum inersia. Makin besar massa benda,

makin besar kelembaman benda (makin sukar digerakkan). Pada permainan tarik upih

pinang ini semakin besar massa orang yang ditarik maka semakin susah upih bergerak.

Hal lain yang memengaruhi perpindahan upieh yaitu tarikan yang diberikan pada upieh

tersebut.

Menurut pengetahuan masyarakat semakin laju menarik upieh maka semakin

cepat upieh sampai ke garis finish. Sedangkan secara ilmiah kelajuan berbanding lurus
112

dengan jarak yang ditempuh dan berbanding terbalik dengan selang waktu. Artinya

semakin laju menarik upieh maka semakin jauh jarak yang ditempuh upieh dan

semakin sedikit waktu tempuh yang dibutuhkan untuk sampai ke garis finish. Pada

peristiwa ini gesekan berpengaruh terhadap kecepatan upieh bergerak. Menurut

pengetahuan masyarakat semakin banyak gesekan terhadap upih maka upieh akan cepat

mauih (habis) dan semakin sulit upieh bergerak. Sedangkan menurut pendapat tokoh

adat jika upieh ditarik di tempat yang banyak batunya maka upieh payah bergerak, Oleh

karena itu upieh dimainkan di tempat yang agak miring/turunan. Secara ilmiah semakin

kasar permukaan lantai, maka semakin besar gaya geseknya. Semakin besar gaya gesek

maka semakin lambat upieh bergerak. Hal ini terjadi karena gerakan upieh semakin

terhambat karena gaya gesekannya semakin besar.

Secara fisika arah gaya gesekan searah dengan permukaan bidang sentuh dan

berlawanan dengan kecenderungan arah gerak. Gaya gesek yang terjadi pada

permainan tarik upih pinang ini yang utama adalah dengan lantai atau dasar dimana

upieh dimainkan. Gaya gesek yang terjadi pada upieh akan berlawanan dengan arah

gerak upieh. Jadi, apabila upieh bergerak ke kanan, maka gaya gesek akan bergerak ke

kiri berlawanan dengan arah gerak upieh. Upieh yang dimainkan pada lantai yang kasar

akan mempengaruhi perpindahan upieh. Semakin kasar permukaan lantai dan

permukaan upieh maka semakin kecil perpindahan upieh. Sedangkan apabila upieh

dimainkan pada permukaan lantai yang halus atau licin, maka semakin kecil gesekan

yang terjadi sehingga upieh akan bergerak/berpindah dengan cepat.

Pada permainan tradisional tarik upih pinang ini setelah dilakukan kajian

terhadap permainan tradisional nya maka selanjutnya dikaitkan dengan konsep

pembelajaran etnosains fisika. Dalam hal ini konsep sains pada permainan tarik upih
113

pinang ini dikaitkan dengan kompetensi dasar yang berhubungan dengan konsep yang

dapat dijelaskan pada permainan tradisional tarik upih pinang tersebut. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.22.

Tabel 4.22 Kaitan Permainan Tradisional Dalam Kaitan Pembelajaran Etnosains


Fisika Pada Permainan Tarik Upih Pinang
No Kompetensi Dasar Konsep Sains Pada Permainan
Tarik Upih Pinang
1. Menganalisis interaksi pada gaya Upih dapat bergerak dan memiliki
serta hubungan antara gaya, massa percepatan tertentu karena
dan gerak lurus benda serta pengaruh gaya. Kecepatan upih
penerapannya dalam kehidupan bergerak dipengaruhi oleh
sehari-hari gesekan
2. Menganalisis besaran-besaran fisis Kelajuan upih berbanding lurus
pada gerak lurus dengan kecepatan dengan jarak dan berbanding
konstan (tetap) dan gerak lurus terbalik dengan selang waktu
dengan percepatan konstan (tetap)
berikut penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari misalnya
keselamatan lalu lintas

Pada permainan tarik upih pinang ini dapat dikaitkan dengan pembelajaran

etnosains fisika materi gaya dan gerak lurus. Materi gaya dapat dijelaskan dari upih

dapat bergerak karena gaya luar yang bekerja pada upih lebih besar daripada gaya

geseknya, dan kecepatan upih bergerak dipengaruhi oleh gesekan. Sedangkan materi

gerak lurus dapat dijelaskan dari kelajuan upih saat ditarik. Sejalan dengan penelitian

Sukma (2019) yang menyatakan bahwa pada permainan tradisional geredan pelepah

pinang menerapkan konsep dinamika partikel.

4.2.6 Permainan Serunai

Permainan serunai adalah permainan yang terbuat dari batang padi. Batang

padi yang biasa digunakan untuk membuat serunai adalah batang padi yang sudah
114

dituai/dipanen. Panjangnya lebih kurang satu jengkal atau ± 20 cm. Bagian buku/ruas

batang padi dipecahkan atau dibelah, bagian yang dibelah atau dipecahkan ini bisa juga

disayat meyerupai belahan seruling. Kemudian bagian ujungnya dililit daun tebu,

bagian pangkal untuk meniup. Cara bermainnya yaitu bagian batang padi yang

dipecahkan dimasukkan ke mulut lalu ditiup/dihembuskan. Jika tidak ada udara bebas

yang tersumbat didalam batang padi, maka serunai akan mengeluarkan bunyi saat

ditiup. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini:

Gambar 4.6 Permainan Serunai


(Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2021)
Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh

pemuda di Kecamatan Tambusai serta hasil jawaban kuesioner penelitian diperoleh

hasil rekonstruksi pengetahuan masyarakat menjadi pengetahuan ilmiah seperti pada

Tabel 4.23.

Tabel 4.23 Rekonstruksi Pengetahuan Masyarakat Menjadi Pengetahuan Ilmiah


Pada Permainan Serunai
No Pertanyaan Sains Masyarakat Sains Ilmiah
1. Mengapa serunai dapat Karena ditiup Karena adanya
mengeluarkan bunyi? sumber bunyi.
Bunyi dihasilkan
oleh benda yang
bergetar. Serunai
115

dapat mengeluarkan
bunyi karena ada
tiupan yang bersaal
dari mulut pemain
mengakibatkan
bagian batang padi
yang dipecahkan
bergetar dan
mengakibatkan
keluarnya bunyi
2. Apa yang memengaruhi Kekuatan meniup. Tinggi rendahnya
tinggi rendahnya bunyi Semakin kuat ditiup bunyi dipengaruhi
pada serunai? semakin keras oleh frekuensi.
bunyinya Semakin besar
frekuensi, maka
nada bunyi
semakin tinggi
3. Bagaimana pengaruh Semakin pendek Tinggi rendahnya
panjang serunai serunai semakin besar nada bunyi
terhadap frekuensi suaranya berbanding
bunyi serunai terbalik dengan
terdengar? panjang serunai
4. Mengapa serunai dililit Agar bunyinya lebih Memperbesar
dengan daun tebu? kuat keras amplitudo.
Semakin besar
amplitudo semakin
besar bunyi yang
didengar

Pada Tabel 4.23 diatas diperoleh informasi bahwa menurut pengetahuan

masyarakat serunai dapat mengeluarkan bunyi karena ditiup. Sedangkan menurut sains

ilmiah karena adanya sumber bunyi dan getaran pada serunai. Menurut masyarakat

tinggi rendahnya bunyi serunai dipengaruhi oleh kekuatan meniup. Sedangkan secara

fisika tinggi rendahnya bunyi dipengaruhi oleh frekuensi. Adapun yang memengaruhi
116

frekuensi bunyi serunai yaitu panjang serunai. Menurut sains masyarakat semakin

pendek serunai maka semakin besar suaranya, sejalan dengan sains ilmiah bahwa tinggi

rendanya nada bunyi berbanding terbalik dengan panjang serunai. Untuk membuat

bunyi serunai semakin keras, menurut masyarakat hal ini dapat dilakukan dengan

melilitkan daun tebu pada serunai. Secara ilmiah lilitan daun tebu ini digunakan untuk

memperbesar amplitudo, semakin besar amplitude maka semakin besar bunyi yang

didengar.

Berdasarkan hasil wawancara pada Tabel 4.6 menurut pendapat masyarakat

ditemukan bahwa permainan serunai ini bermula dari orang tua yang ingin menghibur

anaknya yang menagis di ladang. Agar orang tua nya bisa bekerja dan anak nya tidak

menggangu maka diberikanlah batang padi yang mengeluarkan bunyi saat ditiup.

Sehingga menurut tokoh adat, lama kelamaan ini menjadi suatu permainan yang

menjadi hiburan anak-anak untuk orang yang menuai padi. Permainan serunai ini

terbuat dari batang padi dan daun tebu. Batang padi yang digunakan adalah batang padi

yang sudah dituai. Menurut tokoh pemuda kalau padi belum dituai, maka tidak boleh

memainkan serunai.

Adapun bentuk dari serunai ini, menurut pengetahuan masyarakat bentuknya

seperti terompet. Terdiri dari bagian buku/rueh (ruas) padi yang dipecahkan atau

dibelah, bagian ujungnya dililit daun tebu dan bagian pangkalnya untuk muhombuih

(meniup). Sedangkan menurut tokoh adat serunai ini panjnagnya lebih kurang 20 cm,

ada bagian untuk meniup dan ada bagian untuk corong. Bagian yang dipecahkan atau

dibelah bisa disayat menyerupai bolahan (lubang) seruling. Menurut tokoh adat batang

padi yang digunakan untuk permainan serunai ini yaitu batang padi yang berukuran

sedang.
117

Cara bermain serunai yaitu bagian batang padi yang dipecahkan dimasukkan

ke mulut lalu ditiup/dihembuskan. Jika tidak ada udara bebas yang tersumbat didalam

batang padi, maka serunai akan mengeluarkan bunyi saat ditiup. Menurut tokoh

masyarakat serunai dapat mnegeluarkan bunyi karena pengaruh dari getaran bagian

batang padi yang dipecahkan, dan dibersihkan agar udara didalam batang padi tidak

tumpek/sumbek (tersumbat). Sedangkan menurut tokoh adat serunai dapat

mengeluarkan bunyi karena dihombuih (dihembus) dari mulut dan pengaruh dari

pecahan batang padi. Senada dengan hal tersebut tokoh pemuda mengemukakan

serunai dapat berbunyi karena ada tekanan udara dibagian yang dipecahkan. Secara

ilmiah serunai dapat mengeluarkan bunyi karena adanya sumber bunyi. Bunyi

dihasilkan oleh benda yang bergetar. Serunai dapat mengeluarkan bunyi karena ada

tiupan yang berasal dari mulut pemain, yang menyebabkan bagian batang padi yang

dipecahkan bergetar dan mengakibatkan keluarnya bunyi.

Adapun yang memengaruhi kuat atau pelannya bunyi serunai yaitu tergantung

kekuatan meniup dan lilitan daun tebu. Menurut tokoh masyarakat Semakin kuat

dihombuih (ditiup) maka semakin besar suaranya dan akan lebih besar lagi bunyinya

kalau dibaluik (dililit) daun tebu. Sependapat dengan hal tersebut tokoh adat

menambahkan semakin banyak pecahan batang padi semakin melengking bunyinya.

Tokoh pemuda memiliki pendapat semakin keras serunai ditiup maka semakin keras

suaranya. Menurut pendapat tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh pemuda besar

kecilnya suara serunai juga dipengaruhi oleh panjang serunai. Tokoh-tokoh tersebut

mengungkapkan bahwa semakin pendek serunai, maka semakin besar suaranya. Secara

ilmiah tinggi rendahnya bunyi dipengaruhi oleh frekuensi, semakin besar frekuensi,

maka nada bunyi semakin tinggi. Artinya semakin kuat meniup, maka semakin tinggi
118

nada yang dihasilkan. Sedangkan tinggi rendahnya nada bunyi berbanding terbalik

dengan panjang serunai.

Pada permainan serunai ini, serunai dililit dengan daun tebu. Menurut

pengetahuan masyarakat hal ini dilakukan agar suara yang dihasilkan serunai semakin

besar. Secara fisika kuat lemah bunyi dipengaruhi oleh amplitudonya. Lilitan daun

tebu ini bertujuan untuk memperbesar amplitudonya, agar bunyi yang dihasilkan dari

serunai semakin kuat. Karena semakin besar amplitudonya maka semakin kuat nadanya

dan sebaliknya semakin rendah amplitudo maka semakin lemah nadanya. Ketika

meniup serunai kita bisa mengatur bunyi serunai supaya terdengar pelan atau keras.

Pelan dan kerasnya suatu bunyi berhubungan dnegan intensitas.

Intensitas adalah energi yang ditransmisikan pada suatu luasan tiap detiknya.

Suatu bunyi dapat didengar apabila intensitasnya berada pada jangkauan pendengaran.

Intensitas bunyi yang terdengar dipengaruhi oleh jarak antara pendengar dan sumber

bunyi. Nilai intensitas berbanding terbalik dengan jarak, sehingga apabila jarak

pendengar semakin jauh maka intensitas yang terdengar semakin kecil. Kemudian pada

serunai terdapat konsep fisika efek Doppler. Efek Doppler adalah peristiwa dimana

adanya perubahan frekuensi yang di dengar oleh pendengar terhadap sumber sebagai

akibat dari adanya pergerakan dan kecepatan. Serunai yang dibunyikan sambil bergerak

juga akan mengalami efek Doppler, yang mana frekuensi bunyinya berubah sesuai

pergerakan dan kecepatannya. Pada keadaan normal (diam) maka energi akan tersebar

ke segala arah dengan sama besar, berbeda dengan kondisi ketika sumber bunyi

bergerak.

Pada permainan tradisional serunai ini setelah dilakukan kajian terhadap

permainan tradisional nya maka selanjutnya dikaitkan dengan konsep pembelajaran


119

etnosains fisika. Dalam hal ini konsep sains pada permainan serunai ini dikaitkan

dengan kompetensi dasar yang berhubungan dengan konsep yang dapat dijelaskan pada

permainan tradisional serunai tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel

4.24 berikut:

Tabel 4.24 Kaitan Permainan Tradisional Dalam Kaitan Pembelajaran Etnosains


Fisika Pada Permainan Serunai
Kompetensi Dasar Konsep Sains Pada Permainan
Serunai
Menerapkan konsep dan prinsip Karakteristik gelombang bunyi,
gelombang bunyi dan cahaya frekuensi bunyi, tinggi rendah
dalam teknologi bunyi, intensitas bunyi, efek
Doppler dan pipa organa terbuka

Pada permainan serunai dapat dikaitkan dengan pembelajaran etnosains fisika

materi gelombang bunyi. Permainan serunai ini dapat menjelaskan tentang karakteristik

bunyi, tinggi rendah bunyi, intensitas bunyi, efek Doppler dan pipa organa terbuka.

Konsep fisika materi gelombang bunyi dan pipa organa terbuka pada serunai ini sama

dengan penerapan pipa organa organa terbuka pada alat musik seruling. Menurut

penelitian Sulastriningsih (2020) yang menyatakan bahwa pada seruling bambu

terdapat materi fisika gelombang bunyi terkait pipa organa, intensitas, dan efek

Doppler.
120

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa


permainan tradisional yang dilakukan masyarakat dapat diinterpretasikan ke dalam
pengetahuan sains dan diimplementasikan dalam pembelajaran fisika. Pada permainan
gasiang dapat dikaitkan dengan materi pokok gerak melingkar, tekanan, hukum
Newton, keseimbangan dan dinamika rotasi. Permainan bodie tedapat konsep fisika
materi teori kinetik gas, gerak parabola, momentum dan impuls. Permainan setinjau
dapat dihubungkan dengan materi fisika gerak lurus, keseimbangan dan dinamika
rotasi. Sedangkan pada permainan baliang-baliang terdapat konsep fisika hukum
Newton dan gerak melingkar. Kemudian permainan tarik upih pinang dapat dikaitkan
dengan materi pokok hukum Newton dan gerak lurus. Sedangkan permainan serunai
dapat dikaitkan dengan gelombang bunyi.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, adapun saran dan


rekomendasi peneliti yaitu sebagai berikut:

1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengembangkan kajian permainan


tradisional dalam kaitan pembelajaran etnosains fisika ini dengan permainan
tradisional lain yang berbeda dan lebih variatif serta dapat mengembangkan
perangkat pembelajaran berbasis etnosains.
2. Bagi guru dan sekolah agar dapat mengintegrasikan pembelajaran berbasis
etnosains permainan tradisional ke dalam proses belajar mengajar agar tercipta
suasana pembelajaran yang menyenangkan dan dekat dengan kehidupan sehari-
hari serta menjadi salah satu cara untuk melestarikan kearifan lokal yang ada di
daerah sekitar.
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, F. 2020. Integrasi Nilai Karakter Melalui Permainan Tradisional Tarik


Tambang Dalam Pembelajaran IPA. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar. 4 (2) : 114-120

Ardiansyah, D. 2014. Studi Komparasi Hasil Belajar Antara Kelompok Belajar


Berdasarkan Kecerdasan Majemuk Dengan Kelompok Belajar Bebas Pada
Pembelajaran Fisika Kelas XI IPA Di MA Unggulan Tlasih Sidoarjo. Jurnal
Inovasi Pendidikan Fisika. 3 (3): 36-39.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Asdi


Mahasatya.

Arikunto,S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Bektiarso, S. 2015. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo.

Budi, A.,S. 2019. “Pengembangan Modul Metode Permainan Tradisional Anak Untuk
Pembelajaran Kelas 1 SD Tema 4 Subtema 1”. Skripsi. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.

Danandjaja, J. 2002. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng dan lain-lain. Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti.

Danang & Setiabudi. 2020. Analisis Matematis Fenomena Fisik Permainan Tarik
Tambang. Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi. 6 (2) : 138-145.

Deni & Permasih. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo.

Depdikbud. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. 2010. Peraturan Pemerintah RI Nomor 17 Tahun 2010, tentang


Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Kemendiknas.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional. Jakarta: CV Mitra Karya.

Dharmamulya, dkk. 2005. Permainan Tradisional Jawa. Yogyakarta: Kepel Press.

Dimyati dan Modjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Emdin, C. 2011. Droppin’ science and dropping science: African American males and
urban science education. JAAME, 2 (1): 1-15.
122

Fiqry, R. 2017. Studi Kepustakaan Perancangan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis


Indiginasi Budaya: Permainan Tradisional Gasing “Kawaongga” untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Logis di Era Pembelajaran Abad 21.
Seminar Nasional Fisika dan Aplikaisnya. 349-356

Ibrahim, dkk. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Conceptual Understanding


Procedures (CUPs) Berbantuan LKPD Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi. III (1): 14-23.

Indrayanti, I. 2017. “Efektivitas Permainan Tradisional Pada Pembelajaran IPA


Terpadu Terhadap Karakter Ilmiah Dan Pemahaman Konsep”. Skripsi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPA Terpadu, Universitas Negeri
Semarang.

Jasa Unggah Muliawan, Tips Jitu Memilih Mainan Positif dan Kreatif untuk Anak
Anda, Yogyakarta: 2009. Hal.16.

Joseph, M.R. 2010. Ethnosciences and Problems of Method in the Social Scientific
Study of Religion. Oxfordjournals. 39 (3): 241-249.

KBBI. 2021. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (KBBI). Online Available at:
http://kbbi.web.id/kaji.html- diakses pada 6 Januari, jam 20.00 WIB.

Kurniati, E. 2011. Program bimbingan untuk mengembangkan keterampilan sosial


anak melalui permainan tradisional. Surakarta: Skripsi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Kusumaningsih, A. & Suryanti. 2019. Efektivitas Penerapan Permainan Tradisional


Engklek Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV Di SDN Lidah Wetan II/462
Surabaya. JPGSD. 7 (4) : 3218-3227

Makhmudah, dkk. 2019. Pengembangan Modul Fisika Berbasis Kearifan Lokal


Permainan Tradisional Kalimantan Tengah Pada Materi Momentum dan Impuls.
Jurnal Pembelajaran Fisika. 8 (3): 181-186.

Makhmudah, N.,L. 2019. “Pengembangan Modul Fisika Berbasis Kearifan Lokal


Permainan Tradisional Kalimantan Tengah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Pada Materi Momentum Dan Impuls di SMAN 1 Sampit”. Skripsi. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Pendidikan MIPA, Universitas Jember.

Martono, N. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Marzoan & Hamidi. 2017. Permainan Tradisional Sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler


untuk Meningkatkan Kompetensi Sosial Siswa. Journal An-nafs. 2 (1): 62-82.
123

Mayasari, T. 2017. Integrasi Budaya Indonesia dengan Pendidikan Sains. Seminar


Nasional Pendidikan Fisika III 2017. “Etnosains dan Peranannya dalam
Menguatkan Karakter bangsa“. Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP,
Universitas PGRI Madiun.

Miles, M. B. & Huberman, M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas


Indonesia

Morissan. 2016. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana.

Mulyani, N. 2016. Super Asyik Permainan Tradisional. Yogyakarta: Diva Press.

Mundilarto. 2002. Kapita Selekta Pendidikan Fisika. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan


Fisika UNY.

Mundilarto. 2010. Penilaian Hasil Belajar Fisika. Yogyakarta: UNY Press.

Octana.I.,N. 2020. “Pengembangan Modul Pengayaan Fisika SMA Bermuatan


Keterampilan Abad 21 Berbasis Kearifan Lokal Pada Etnis Lampung” . Thesis.
Pendidikan Fisika, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Raden Intan Lampung.

Pane, A., & Dasopang, M.D. 2017. Belajar Dan Pembelajaran Aprida Pane Muhammad
Darwis Dasopang. Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman, 3 (2), 333-352.

Parmin. 2017. Ethnosains. Semarang: Swadaya Manunggal.

Parmono. 2013. Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan CTL Melalui Metode


Eksperimen Dan Demonstrasi Ditinjau Dari Kreativitas Dan Gaya Belajar Siswa.
Jurnal inkuiri. 2(1): 33-42.

Pratiwi, M.,R. 2019. “Pengembangan Media Pembelajaran Fisika Berbasis Permainan


Tradisional Untuk Meningkatkan Penguasaan Materi Dan Kerjasama Peserta
Didik SMA”. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Yogyakarta.

Putri, dkk. 2016. Pengaruh Permainan Tradisional Goak Maling Pitik Terhadap
Kemampuan Memahami Lambang Bilangan Pada Anak. e-Journal Pendidikan
Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha. 4 (2).

Putranta, H. 2019. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis Guided


Inquiry Berbantuan Simulasi Android Permainan Tulup Untuk Meningkatkan
Literasi Sains Dan Higher Order Thinking Skills (HOTS) Peserta Didik SMA.
Thesis. Program Studi Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana, Universitas
Negeri Yogyakarta.
124

Rahayu, U., Yumiati, Paulina Pannen. 2006. Instructional Quality Improvement in


Science Though The Implementation Of Culture-Based Teaching Strateg,
Presented at the 10th International Conference Learning Together for Tomorrow
Education for Sustainable Development, Bangkok Thailand.

Riyanto. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC

Sardjiyo. 2005. Pembelajaran Berbasis Budaya Model Inovasi Pembelajaran Dan


Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jurnal Pendidikan. 6 (2): 83-98.

Sardjiyo & Pannen, P. 2005. Pembelajaran Berbasis Budaya: Model Inovasi


Pembelajaran Dan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jurnal
Pendidikan, 6 (2): 83-98.

Sayakti, L. 2003. Implementasi Konsep Lingkungan Hidup Sebagai Sumber Belajar


Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar. Tesis S2 PS PIPS SPs UPI,
Bandung.

Setiawan, dkk. 2017. The Develpomnet Of Local Wisdom Based Natural Science
Module To Improve Ccience Literation Of Students. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia. 6(1): 49-54.

Shidiq, A. S. 2016. Pembelajaran Sains Kimia Berbasis Etnosains untuk Meningkatkan


Minat & Prestasi Belajar Siswa. Seminar Nasional Kimia & Pendidikan Kimia
VIII (SN KPK UNS).

Singarimbun, M & Effendi, S. 2011. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3S.

Suastra, I. W. 2006. Belajar dan Pembelajaran Sains. Buku Ajar Jurusan Pendidikan
Fisika: Universitas Pendidikan Genesha.

Suastra, I.W., & L.P.B.Yasmini. 2013. Model Pembelajaran Fisika Untuk


Mengembangkan Kreativitas dan Karakter Bangsa Berbasis Kearifan Lokal Bali.
Jurnal Pendidikan Indonesia. 2 (2): 221-235.

Sudarmin & Asyhar, R. 2012. Transformasi Pengetahuan Sains Tradisional Menjadi


Sains Ilmiah Dalam Proses Produksi Jamu Tradisional. Edu-Sains. 1 (1): 1-7.

Sudarmin. 2014. Pendidikan Karakter Etnosains dan Kearifan Lokal. Semarang:


FMIPA Unnes.

Sudarmin. 2015. Pengembangan Modul IPA Terpadu Bermuatan Etnosains Tema


Energi Dalam Kehidupan untuk Menanamkan Jiwa Konservasi Siswa. Unnes
Sciences Education Journal, 4(2): 8-17.
125

Sudarmin, dkk. 2016. Development of Ethnoscience Approach in The Module Theme


Substance Additives to Improve the Cognitive Learning Outcome and Student’s
entrepreneurship. IOP Conf. Series: Journal of Physics: Conf. Series 824 (2017)
012024.

Sudirman,F. 2017. “Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (PJBL)


Materi Kalor Berbasis Etnosains Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa XI
MAN Baraka”. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Pendidikan Fisika, UIN
Alauddin Makassar.

Sudjana, N. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru


Algesindo.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: CV.
Alfabeta.

__________2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

__________2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

__________2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

__________2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

Sugono, Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008)
hal. 968.

Sukma, T . A & Putri, N. D. 2019. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fiska Al-Biruni. Local
wisdom-Based Electronic Book on Newtons’ Law. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Fiska Al-Biruni. 8 (2): 197-206.

Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sulastriningsih,N.,M. 2020. “Pengembangan E-Book Berbasis Local Wisdom Pada


Pembelajaran Outdoor Learning Melalui Project Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Keterampilan Proses Peserta Didik SMA”.
Thesis. Prodi Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana, Universitas Negeri
Yogyakarta.

Sutrisno. 2006. Fisika dan Pembelajarannya. Modul Universitas Pendidikan Indonesia.


Bandung: Tidak diterbitkan.
126

Suwindra, I.N.P., R. Sujanem, dan I. Suswandi. 2012. Pengembangan Modul Software


Multimedia Interaktif Dengan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XII
SMA. Jurnal Pendidikan Indonesia. 1(1): 13-27.

Taufik. 2018. Budaya Melayu Riau. Pekanbaru: Lembaga Adat Melayu Riau.

Tientje, dkk. 2004. Pendidikan Anak Usia Dini Untuk Mengembangkan Multiple
Inteligensi. Jakarta: Drama Graha Group.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana


Prenada Media Group.

Vlaardingerbroek. 1990. Ethnoscience and science Teacher Training in Papua New


Guinea. Journal of Education for Teaching: International Research and
Pedagogy. 16 (3): 217-224.

Widyaparamita, dkk. 2020. Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Media Permainan


Gasing dan Permainan Perahu terhadap Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 2 Sigi.
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako Online (JPFT). 8 (2) : 45-48.

Wiyono, dkk. 2017. Pengembangan Multimedia Interaktif pada Materi Gerak Parabola
Berbasis Permainan Tradisional untuk Mata Pelajaran Fisika di Sekolah
Menengah Atas. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA 2017.125-138
127

LAMPIRAN 1
128
129
130
131
132
133

LAMPIRAN 2
134
135
136
137
138
139

LAMPIRAN 3
140
141
142
143
144
145

LAMPIRAN 4
146
147
148
149

LAMPIRAN 5
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160

LAMPIRAN 6
161
162
163
164
165
166

LAMPIRAN 7

Meminta Rekomendasi Penelitian Meminta Rekomendasi Penelitian


Lurah Tambusai Tengah LKAM Tambusai

Wawancara Tokoh Adat Wawancara Tokoh Adat

Wawancara Tokoh Adat Wawancara Tokoh Adat


167

Wawancara Pemain Gasiang

Wawancara Tokoh Masyarakat Wawancara Tokoh Masyarakat

Wawancara Tokoh Masyarakat Wawancara Tokoh Masyarakat


168

Wawancara Tokoh Masyarakat Wawancara Tokoh Pemuda

Responden Kuesioner Penelitian Responden Kuesioner Penelitian


Guru Fisika SMA Negeri 1 Tambusai Guru Fisika SMA Negeri 2 Tambusai

Responden Kuesioner Penelitian Mencari Referensi Buku


Guru Fisika SMA Negeri 3 Tambusai Di LKAM Pasir Pengaraian
169

Mencari Referensi Buku Diskusi Dengan Kabid Kebudayaan


Di Dinas Pariwisata Rokan Hulu Dinas Pariwisata Rokan Hulu

Diskusi Dengan Staf Kebudayaan Mencari Referensi Buku


Dinas Pariwisata Rokan Hulu Di Perpustakaan Daerah Rokan Hulu
170

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Imelda Riani. Bertempat tanggal

lahir di Tanjung Medan, 23 Maret 1999. Anak dari

ayah M.Hadir Daulay dan Ibu Erlina. Penulis

merupakan anak pertama dari 4 bersaudara.

Berkewarganegaraan Indonesia. Bertempat tinggal

di Jl. Lintas Tambusai Timur, Desa Rantau Panjang,

Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu.

Alamat email: imeldariani80@gmail.com. Penulis

memulai pendidikan dasar di SD Negeri 011 Tambusai pada tahun 2005 dan tamat pada

tahun 2011. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 dan tamat

pada tahun 2014. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Tambusai dan

tamat pada tahun 2017. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Pasir

Pengaraian pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan

Fisika, dan menyelesaikan studi pada tanggal 13 Juli 2021. Selama menjadi mahasiswa,

penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Fisika. (1) Anggota Divisi Pendidikan

Himpunan Mahasiswa Fisika 2018-2019. (2) Bupati Himpunan Mahasiswa Fisika

Universitas Pasir Pengaraian 2019-2020. (3) Anggota Divisi Kaderisasi Himpunan

Mahasiswa Fisika 2020-2021. (4) Bendahara Sobat Bumi Universitas Pasir Pengaraian

2020-sekarang.

Anda mungkin juga menyukai