Nurhabibah Purba
Program Studi Fisika, Universitas Negeri Medan
habibahpurba@gmail
ABSTRAK
Setelah memahami bagaimana statistik Fermi-dirac, maka harus pula memahami
bagaimana aplikasi dari statistic fermi dirac, salah satunya adalah tentang teori bintang katai
putih. Dalam teori ini dibahas tentang pengertian dari bintang katai putih, kemudian
perumusan secara detail tentang bintang katai putih. Dalam paper ini dijelaskan bahwa
bintang katai putih merupakan bintang yang sudah tidak lagi bersinar dengan kata lain
bintang yang sudah kehabisan bahan bakar. Perumusan bintang katai putih menggunakan
rumusan awal energi Fermi. Hasil akhir dari sebuah evolusi bintang adalah bergantung dari
pada konfigurasi masa awalnya. Katai putih diduga sebagai tahap evolusi terakhir bintang
bermassa kecil dan menengah. Katai putih sebagian besar tersusun atas helium, karbon dan
oksigen, karena massanya yang sedemikian rupa sehingga suhunya tidak pernah cukup untuk
dapat membakar karbon secara lebih jauh. Bintang katai putih ini biasanya terbentuk dari
bintang yang akan mengakhiri evolusinya, terutama bintang-bintang yang memiliki massa
tidak terlalu tinggi. Salah satu bintang yang diperkirakan akan mengakhiri hidupnya sebagai
bintang katai putih adalah matahari. Bintang katai putih merupakan bintang yang sudah
kehabisan tenaga, maka dengan tingkat kerapatan yang tinggi, tentu tidak lama lagi bintang
katai putih pasti akan meledak seperti supernova, dan bintang tersebut akan mencari energi
kembali dengan memakan planet-planet yang terdekat dengannya.
PENDAHULUAN
Katai putih merupakan bintang kecil yang sudah tidak lagi bersinar, terdiri dari materi
terdegenerasi. Katai putih diduga sebagai tahap evolusi terakhir bintang bermassa kecil dan
menengah. Keanehan katai putih pertama kali dikenali pada tahun 1910 oleh Henry Norris
Russell, Edward Charles Pickering dan Williamina Fleming, nama katai putih digunakan oleh
Willem Luyten tahun 1922. Bintang jenis ini memiliki kerapatan cukup tinggi dan
kecerlangan yang lemah. Bintang katai putih ini biasanya terbentuk dari bintang yang akan
mengakhiri evolusinya, terutama bintang-bintang yang memiliki massa tidak terlalu tinggi.
Salah satu bintang yang diperkirakan akan mengakhiri hidupnya sebagai bintang katai putih
adalah matahari.
Di alam semesta, jumlah bintang itu sangat banyak. Di galaksi Bimasakti saja ada
milyaran bintang, dan di antara milyaran bintang itu sekitar 97% diantaranya akan
mengakhiri hidup sebagai bintang katai putih. Dengan mempelajari pulsasi (perubahan
cahaya yang dipancarkan) bintang dari contoh kelas yang baru akan menjadi jendela
informasi penting mengenai titik akhir kehidupan sebagian besar bintang.
Bintang katai putih sendiri bisa dikatakan merupakan sisa bintang serupa Matahari yang telah
membakar habis semua bahan bakar nuklir di intinya. Bintang ini sangat rapat, dipepatkan
sampai 1.5 kali Massa Matahari dengan volum seukuran Bumi. Sebelum penemuan ini,
1
bintang katai putih diklasifikasikan dalam 2 tipe utama yakni, tipe yang memiliki lapisan
terluar hidrogen (80%) dan tipe yang memiliki lapisan teruluar berupa helium (20%).
PEMBAHASAN
Bintang katai putih adalah bintang yang sudah kehabisan bahan bakar hydrogen. Tidak
ada reaksi fusi lebih lanjut. Materi penyusun bintang hanyalah helium. Sumber energi bintang
semata-mata karena energi gravitasi yang berasal dari kontraksi bintang secara perlahan-
lahan. Energi yang dipancarkan sangat sedikit sehingga bintang tampak putih remang-
remang. Contoh bintang ini adalah pengiring Sirius. Binatng ini tidak tampak oleh mata
karena terlalu redup tetapi secara periodic menutup Sirius. Bintang ini dan Sirius berotasi
mengelilingi pusat massa keduanya.
Massa 1030 kg
Suhu sebesar 107 K berkaitan dengan energi sebesar kT 1,3 10-16 J 10-3 eV. Pada
suhu ini semua atom helium terionisasi. Bintang katai putih dapat dipandang sebagaiu
kumpulan inti helium dan lektron-elektron yang bergerak bebas. Berdasarkan data kerapatan
bintang kita dapat memperkirakan jumlah atom helium persatuan volume. Massa atom
helium adalah 4 (1,67 10-27 kg ) 6 10-27 kg. Jumlah atom helium per satuan volum
adalah
1
N Ne = = 1037 m
3
6 1027
6 atom/
Satu atom helium menyambung dua elektron. Dengan demikian, kerapatan elektron
adalah
2
1
n=2 N Ne= 10 37 elektron/ m3
3
dengan me adalah massa diam electron. Energi assembli gas fermi pada keadaan dasar adalah
Faktor 2 dimasukkan karena tiap tingkat energi ditepati dua electron dengan arah
spinberlawanan. Penjumlahan dia atas dapat diganti dengan integral dengan terlebih dahulu
melakukan transformasi sebagai berikut :
Jadi,
3
Untuk menyelesaikan integral, misalkan:
atau
Dengan
4
f ( x) didominasi oleh integral di sekitar x=x f
b) Jika XF>>1 maka nilai integral ,
yaitu pada nilai x yang besar-besar. Nilai x di sekitar 0 tidak memberi kontribusi yang
berarti pada hasil akhir integral. Dengan demikian dapat dilakukan pendekatan
sebagai berikut hanya dengan mempertimbangkan x yang besar-besar saja:
mn m p me mp
Karena dan , maka;
M 2 Nm p
4 R3
V=
3
Atau
5
Dengan
Jadi,
6
X F 1 f ( XF )
Untuk kasus nonrelativistik di mana gunakan maka diperoleh:
X F 1 f ( XF )
Untuk kasus nonrelativistik di mana gunakan maka diperoleh:
Dengan perhitungan tersebut, tekanan yang dihasilkan gas Fermi dalam bintang katai putih
memenuhi :
untuk kasus non relativistik
5 /3
4 M
P0 K 5
5 R
7
untuk kasus relativistik
4/3 M 2 /3
P0 K
M
(
R
4
2
R )
Dengan
2 3
m e c me c
K=
12
2 ( )
=9 M
M
8 mp
= R
R
/me c
Plot Po sebagai fungsi R untuk kondisi nonrelativistk dan relatvisitik tampak pada gambar 2
berikut :
Gambar 2: Ketergantungan tekanan pada jari-jari bintang untuk kasus relativitas dan
nonrelativistik
Kondisi Keseimbangan
Jika tidak ada interaksi gravitasi, kerapatan materi bintang akan homogeny dan materi
bintang tersebar dalam ruang yang tak berhingga. Gravitasi yang menyebabkan kerapatan
materi makin besar ketika menuju ke pusat bintang. Gravitasi yang menyebabkan bintang
memiliki batas terluar, yaitu tidak tersebar dalam ruang tak terhingga. Apabila gravitasi tidak
ada maka agar bintang memiliki batas terluar yang jelas diperlukan dinding pembatas untuk
menahan materi. Kerja yang diperlukan untuk mengkompresi materi bintang ke bentuk yang
memiliki massa dan jari-jari tertentu sehingga memiliki tekanan Po adalah :
8
R
W =
F . d r
R
W = ( P 0 4 r 2) dr
Jika tiba-tiba interaksi gravitasi di-on-kan, bagian-bagian bintang akan saling tarik-
menarik sehingga menghasilkan penurunan energy. Jumlah penurunan energi tersebut disebut
gravitational self energy. Besarnya energi tersebut dapat diperkirakan sebagai berikut.
Energi potensial gravitasi dua massa M1 dan M2 yang terpisah sejauh R adalah
M M
E p=G 1 2
R
gravitational self energy diperkirakan memiliki bentuk kebergantungan pada massa dan
jarak yang sama. Sehingga dapat ditulis,
2
M
Eself =G
R
Fdinding =4 P 0 R2
2 M2
4 P0 R G =0
R2
atau
G M2
P 0=
4 R4
2 4
8 mp me c 2
P 0=
4
G
9 ( )( ) h
M
R 4
M2
P0=K '
R 4
Dengan
9
2 4
8 mp me c
K='
4
G
9 ( )( ) h
Bintang katai memiliki kerapatan sangat tinggi sehingga memenuhi persamaan relativistik.
4 2
2
' M
K 4 =K
R
3 M
M
4
R
(
3
R 2 )
Yang akhirnya memberikan ungkapan jari-jari bintang katai putih
3
2
2 1 M 3
R= M
( )
M 0
Dengan
3 3 3
K 27 c
K( ) ( )(
M 0= ' 2 =
64
2
G mp
2
) 2
KESIMPULAN
Bintang katai putih adalah bintang yang sudah kehabisan bahan bakar hydrogen.
Materi penyusun bintang hanyalah helium. Sumber energi bintang merupakan energi gravitasi
yang berasal dari kontraksi bintang secara perlahan-lahan. Energi yang dipancarkan sangat
sedikit sehingga bintang tampak putih remang-remang. Besaran-besaran fisis bintang katai
putih :
10
Massa 1030 kg
Ada 3 mekanisme yang harus diperhitungkan secara bersama pada bintang katai putih,
yaitu: Tekanan elektron akibat ekslusi Pauli, Hukum gravitasi, dan dinamika relativistik.
Katai putih yang pertama, yaitu Sirius B, diamati pertama kali pada tahun 1915 oleh Adams.
Beliau menemukan bahwa terdapat sebuah spektrum dari objek bintang mengorbit di
seputaran Sirius, dinamakan Sirius B karena merupakan bintang putih, tidak terlalu berbeda
dengan spektrum dari Sirius.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M,.2009, Fisika Statistik untuk Mahasiswa MIPA, Bandung, ITB.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16573/4/Chapter%20II.pdf
11