Anda di halaman 1dari 34

Tugas E-Learning 1

Sabtu / 21-01-2020

MAKALAH
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA
“Model Pembelajaran”

OLEH :
LAURA ALIYAH AGNEZI (19175006)

DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Asrizal, M.Si.
Dr. Fatni Mufit, S.Pd, M.Si

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah pribadi
pada mata kuliah Pengembangan model pembelajaran fisika mengenai “Model
pembelajaran”. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak dibantu oleh
berbagai pihak terutama penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Pembimbing Dr. H. Asrizal, M.Si dan Dr. Fatni Mufit, S.Pd, M.Si
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi
materi maupun penulisan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf atas kekurangan
tersebut dan mengharapkan masukan untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Padang, 21 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................2
D. Manfaat Penulisan......................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI...............................................................................4
A. Pengertian Model dan Model Pembelajaran............................................4
B. Pentingnya Penggunaaan Model...............................................................4
C. Fungsi Model Pembelajaran......................................................................5
D. Karakteristik Model Pembelajaran..........................................................8
E. Konsep Model Pembelajaran...................................................................10
F. Kedudukan Model Pembelajaran............................................................12
BAB III PEMBAHASAN...................................................................................14
A. Mengembangkan Model Pembelajaran..................................................14
B. Contoh Model Pembelajaran...................................................................14
BAB IV PENUTUP.............................................................................................25
A. Kesimpulan................................................................................................25
B. Saran..........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbandingan Sintaks Model Worked Example, Problem Based


Learning Dan Model EPBL.....................................................................10

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring.....................................12


Gambar 2 Dampak Instruksional dan Dampak Penyerta Model Reasoning and
Problem Solving...................................................................................17
Gambar 3 Dampak Instruksional dan Dampak Penyerta Model Inquiry Training 18
Gambar 4 Dampak Instruksional dan Dampak Penyerta Model Problem Based
Instruction.............................................................................................20
Gambar 5 Dampak Instruksional dan Dampak Penyerta Model Pembelajaran
Perubahan Konseptual..........................................................................22
Gambar 6 Dampak Instruksional dan Dampak Penyerta Model Group
Investigation..........................................................................................24

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007
mengenai Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
diuraikan bahwa: “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu
direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi. Pelaksanaan pembelajaran
merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup”.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual dan operasional
pembelajaran yang memiliki nama, ciri, urutan logis, pengaturan, dan budaya. Hal
ini sesuai dengan apa yang tercantum dalam Permendikbud No.103 Tahun 2014
tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Pasal 2.
Model pembelajan sendiri memiliki makna yang lebih luas dari pada strategi,
metode atau sekedar prosedur pembelajaran. Saat ini telah banyak dikembangkan
berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang
sangat kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam
penerapannya.
Mengajar adalah perbuatan yang kompleks. Perbuatan yang kompleks dapat
diterjemahkan sebagai penggunaan sejumlah komponen secara integrative yang
terkandung dalam perbuatan mengajar itu untuk menyampaikan pesan
pembelajaran. Sejalan dengan semakin kompleksnya kompetensi yang ingin
dicapai melalui pendidikan jasmani, maka tuntutan terhadap pendekatan
pembelajaran yang digunakan harus canggih. Dalam sejarah pembelajaran
pendidikan jasmani, dikenal banyak ragam pendekatan dimulai dari yang paling
sederhana (tradisional) disebut metode lalu berkembang menjadi istilah strategi,
lalu berkembang lagi menjadi istilah gaya gaya mengajar, pendekatan (approach)
dan yang paling modern sering disebut dengan model-model (Matzler, 2000).
Model pembelajaran sangat memudahkan para pendidik dalam melaksanakan
pembelajaran dikelas karena dapat memilih model pembelajaran seperti apa yang
harus diterapkan dikelas dengan siswa-siswa yang seperti ini, sehingga pendidik

1
juga harus mengerti atau memahami model-model pembelajaran untuk
dipraktekan.
Perencanaan pembelajaran sangat penting untuk membantu guru dan siswa
dalam mengkreasi, menata, dan mengorganisasi pembelajaran sehingga
memungkinkan peristiwa belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan belajar.
Model pembelajaran sangat diperlukan untuk memandu proses belajar secara
efektif. Model pembelajaran yang efektif adalah model pembelajaran yang
memiliki landasan teoretik yang humanistik, lentur, adaptif, berorientasi kekinian,
memiliki sintak (Satyasa, 2007). Sebagai seorang pendidik, kita dituntut untuk
mampu menciptakan kondisi belajar yang bermakna dan menyenangkan bagi
peserta didik. Pembelajaran akan memberikan pengalaman belajar yang bermakna
apabila menggunakan model pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu, seorang
pendidik harus mengetahui hal-hal yang terkait dengan model pembelajaran, baik
pengertian maupun karakteristiknya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan
masalahnya adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan model dan model pembelajaran?
2. Apa tujuan dan pentingnya model pembelajaran?
3. Apa fungsi model pembelajaran?
4. Apa karakteristik utama model pembelajaran?
5. Bagaimana konsep untuk mendeskripsikan suatu model pembelajaran?
6. Bagaimana kedudukan model pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian model dan model pembelajaran.
2. Mengetahui tujuan dan pentingnya model pembelajaran.
3. Mengetahui fungsi model pembelajaran.
4. Mengetahui karakteristik utama model pembelajaran.
5. Mengetahui untuk mendeskripsikan suatu model pembelajaran.

2
6. Mengetahui kedudukan model pembelajaran.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan mengenai model pembelajaran.
2. Menjadi masukan bagi penulis lainnya dalam membuat makalah dan
mengembangkan model pembelajaran.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Model dan Model Pembelajaran


Model merupakan gambaran sederhana yang mempunyai rangkaian fase
yang bersifat menyeluruh (Simarmata, 1983). Model adalah suatu representasi
suatu sistem, dan dikatakan memadai jika telah sesuai dengan tujuan (Murty, et
al., 1990). Lebih lanjut Joyce, B (1992) menyatakan setiap model dapat
mengarahkan dalam merancang pembelajaran yang dapat membantu dalam
teracapainya tujuan pembelajaran. Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli
diatas maka dapat disimpulkan bahwa model merupakan gambaran sederhana
yang memiliki fase yang dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran adalah “ a plan or pattern that we can use to
design face to face teaching in classrooms or tutorial setting and to shape
instructional materials including books, film, tape, computer mediated
program, and curricula” (Joyce, B., 1992). Menurut pengertian ini, model
pembelajaran lebih berfungsi sebagai kerangka kerja untuk merancang
kegiatan tatap muka, menentukan bahan ajar , dan media pendukung belajar .
Eggen, P.D. and Kauchak, D.P (1996), mengatakan bahwa model differ
from general teaching strategies in that model are designed to reach
specific goal. Model pembelajaran adalah suatu acuan kepada suatu pendekatan
pembelajaran termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem
pengelolaanya (Slavin, 1989). Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli diatas
maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka kerja,
pendekatan dan strategi pembelajaran dalam menentukan bahan ajar dan media
pendukung belajar termasuk sintaks, lingkungan dan system pengelolaannya.

B. Pentingnya Penggunaaan Model


Model pembelajaran diperlukan untuk menyusun teori atau hipotesis
pembelajaran. Model berguna sebagai alat komunikasi bagi para ahli
pengembangan model pembelajaran bergun sebagai petunjuk dalam mrencanakan
aktivitas dan pengelolaan pembelajaran, serta model pembelajaran merupakan alat

4
pengambil keputusan. Model digunakan untuk dapat membantu memperjelas
prosedur, hubungan serta keadaan keseluruhan dari apa yang didesain. Menurut
Joyce dan Weil (1980), ada beberapa kegunaan dari model, antara lain :
1. Memperjelas hubungan fungsional diantara berbagai komponen, unsur atau
elemen sistem tertentu.
2. Prosedur yang akan ditempuh dalam melaksanaan kegiatan dapat
diidentifikasi secara tepat.
3. Dengan adanya model maka berbagai kegiatan yang dicakupnya dapat
dikendalikan.
4. Model akan mempermudah para administrator untuk mengidentifikasi
komponen, elemen yang mengalamani hambatan, jika kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan tidak efektif dan tidak produktif.
5. Mengidentifikasi secara tepat cara-cara untuk mengadakan perubahan jika
pendapat ketidaksesuaian dari apa yang telah dirumuskan.
6. Dengan menggunakan model, guru dapat menyusun tugas-tugas siswa
menjadi suatu keseluruhan yang terpadu.

Model menjelaskan tentunya tidak akan sempurna karena keterbatasan suatu


model. Model dapat berupa skema, gambar, bagan atau tabel. Model menjelaskan
keterkaitan berbagai komponen dalam suatu pola pemikiran yang disajikan secara
utuh, konsisten dan menyeluruh. Hal ini disebabkan karena suatu model disusun
dalam upaya mengkongkretkan keterkaitan hal-hal abstrak dalam suatu skema,
bagan, gambar atau tabel. Dengan mencermati model, maka dapat terbaca uraian
tentang banyak hal dalam sebuah pola yang mencerminkan alur piker dan pola
tindakan. Secara menyeluruh model dapat dimaknai sebagai suatu objek atau
konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal, sesuatu yang nyata
dan dikonversi untu sebuah bentuk yang lebih komprehensif. (Mayer, 1985).

C. Fungsi Model Pembelajaran


Banyak model pembelajaran yang telah ditemukan atau dikembangkan oleh
para pakar pendidikan dan pembelajaran. Untuk menjadi seorang guru sains yang
profesional, pengetahuan tentang model-model pembelajaran harus dimiliki oleh

5
guru dengan baik. Sebab, model pembelajaran memiliki beberapa fungsi. Fungsi
model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para
guru dalam melaksanakan pembelajar (Trianto, 2010). Fungsi model menurut
Sutarto dan Indrawati (2013) pembelajaran tersebut adalah:
1. Membantu dan membimbing guru untuk memilih teknik, strategi, dan metode
pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai. Seperti telah dipelajari
sebelumnya bahwa model pembelajaran pada dasarnya memuat metode,
strategi, teknik, dan taktik pembelajaran. Untuk itu,ketika guru menggunakan
model pembelajaran tertentu secara otomatis dia/ia akan mengetahui taktik,
teknik, strategi, dan metode pembelajaran yang akan dilakukan. Tentang
metode pembelajaran dapat diikuti pembahasan selanjutnya.
2. Membantu guru untuk menciptakan perubahan perilaku peserta didik yang
diinginkan. Guru telah mengetahui bahwa model pembelajaran digunakan
untuk merealisasikan target pembelajaran atau tujuan pembelajaran dalam
RPP dan implementasinya dalam pembelajaran.Bentuk perubahan perilaku
yang ditargetkan pada siswa sebenarnya termuat dalam rumusan tujuan
pembelajaran (ingat rumus tujuan pembelajaran ABCD). Oleh karena itu,
model pembelajaran dapat membentuk atau menciptakan tercapainya tujuan
pembelajaran atau menciptakan perubahan perilaku pada siswa. Perubahan-
perubahan perilku tersebut misalnya, menulis rumus gaya, menghitung kuat
arus listrik, mengukur kecepatan udara, menentukan massa jenis zat, dan lain-
lain.
3. Membantu guru dalam menentukan cara dan sarana untuk menciptakan
lingkungan yang sesuai untuk melaksanakan pembelajaran. Ketika guru
menetapkan untuk menggunakan model pembelajaran tertentu, secara
otomatis guru harus menentukan cara dan sarana agar tercipta lingkungan
seperti yang dikehendaki dalam model pembelajaran yang guru pilih.
Misalnya cara mendemonstrasikan konsep tekanan dan media atau alat peraga
yang diperlukan. Misalnya cara memegang alat, cara menunjukkan konsep-
konsep besaran yang ada pada konsep tekanan (gaya dan luas) pada siswa.
Sarana misalnya, menggunakan benda nyata, visualisasi, atau menggunakan
analogi untuk demonstrasi tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

6
penggunaan model pembelajaran dapat secara langsung membantu guru untuk
menentukan cara dan sarana agar tujuan pembelajaran tercapai.
4. Membantu menciptakan interaksi antara guru dan siswa yang diinginkan
selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan model pembelajaran, guru
dapat mempunyai pedoman untuk berinteraksi dengan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Misalnya cara mengkomunikasikan informasi, cara
memunculkan masalah, cara menanggapi pertanyaan dan jawaban siswa, cara
membangkitkan semangat siswa, dan lain-lain.
5. Membantu guru dalam mengkonstruk kurikulum, silabus, atau konten dalam
suatu pelajaran atau matakuliah. Dengan memahami modelmodel
pembelajaran, dapat membantu guru untuk mengembangkan dan
mengkonstruk kurikulum atau program pembelajaran pada suatu mata
pelajaran atau mata kuliah.
6. Membantu guru atau instruktur dalam memilih materi pembelajaran yang
tepat untuk pembelajaran, penyusunan RPP, dan silabus. Dengan memahami
model pembelajaran yang baik, guru akan terbantu dalam menganalisis dan
menetapkan materi yang dipikirkan sesuai untuk siswa.
7. Membantu guru dalam merancang kegiatan pendidikan atau pembelajaran
yang sesuai. Oleh karena dalam model pembelajaran ada sintakmatik atau
fase-fase kegiatan pembelajaran, maka dengan model pembelajaran yang telah
dipilih, guru akan terpandu dalam merancang kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
8. Memberikan bahan prosedur untuk mengembangkan materi dan sumber
belajar yang menarik dan efektif. Dalam setiap model pembelajaran ada sistem
pendukung. Dengan sistem pendukung pada model pembelajaran tertentu,
guru akan terbimbing untuk mengembangkan materi dan sumber belajar,
misalnya membuat handout, modul, diktat, dan lain-lain.
9. Merangsang pengembangan inovasi pendidikan atau pembelajaran baru.
Dengan memahami dan menerapkan model-model pembelajaran, guru
mungkin menemukan beberapa kendala. Jika kendala-kendala yang ditemukan
kemudian dicarikan solusinya, maka akan memunculkan ide model atau
strategi pembelajaran baru.

7
10. Membantu mengkomunikasikan informasi tentang teori mengajar.Setiap
model pembelajaran tentu memerlukan teori-teori mengajar berupa
pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik. Oleh karena itu, ketika guru
menggunakan model pembelajaran tertentu secara otomatis guru akan
mengkomunikasikan teori-teori tentang mengajar seperti yang telah
disebutkan.
11. Membantu membangun hubungan antara belajar dan mengajar secara empiris.
Ketika guru menerapkan model pembelajaran tertentu, guru akan mengamati
aktivitas belajar dan mengajar dalam suatu kegiatan pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran dengan model pembelajaran tertentu guru dapat terpandu
untuk membangun hubungan antara kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan
kegiatan yang dilakukan oleh guru.
Beberapa fungsi penting yang seharusnya dimiliki suatu model pembelajaran
menurut Joyne & Weil (1980) adalah:
a. Bimbingan, maksudnya suatu model pembelajaran berfungsi menjadi acuan
bagi guru dan siswa mengenai apa yang seharusnya dilakukan,memiliki
desian instruksional yang komprehensif, dan mampu membawa guru dan
siswa kearah tujuan pembelajaran.
b. Mengembangkan kurikulum, maksudnya model pembelajaran selanjutnya
berfungsi untuk dapat membantu mengembangkan kurikulum pada setiap
kelas atau tahapan pendidikan.
c. Spesifikasi alat pelajaran, maksudnya model pembelajaran berfungsi merinci
semua alat pembelajaran yang akan digunakan guru dalam upaya membawa
siswa kepada perubahan-perubahan perilaku yang dikehendaki.
d. Memberikan perbaikan terhadap pembelajaran. Maksudnya model
pembelajaran dapat membantu meningkatkan aktivitas proses belajar
mengajar sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa.

D. Karakteristik Model Pembelajaran


Model pembelajaran memiliki ciri - ciri sebagai berikut:

8
1. Memiliki prosedur yang sistematik, sebuah model pembelajaran harus
mempunyai prosedur yang sistematik untuk memodifikasi perilaku peserta
didik yang didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu
2. Hasil belajar ditetapkan secara khusus, setiap model pembelajaran
menentukan tujuan-tujuan khusus hasil belajar yang diharapkan dapat
tercapai oleh siswa secara rinci dalam bentuk unjuk kerja yang dapat diamati
3. Penetapan lingkungan secara khusus, menetapkan keadaan lingkungan secara
spesifik dalam model pembelajaran.
4. Mempunyai ukuran keberhasilan tertentu, model pembelajaran harus
menetapkan kriteria keberhasilan suatu unjuk kerja yang diharapkan dari
siswa
5. Interaksi dengan lingkungan, setiap model pembelajaran mentapkan cara
yang memungkinkan siswa melakukan interaksi dan bereaksi dengan
lingkungannya.

Karakteristik umum yang dapat dikenal dari semua model pembelajaran


menurut Joyce & Weil (1980) adalah sebagai berikut:
1. Prosedur ilmiah, maksudnya model pembelajaran bukanlah suatu gabungan
fakta yang rancu, tetapi suatu prosedur yang sistematis untuk mengubah
perilaku siswa dan berlandaskan suatu asumsi tertentu.
2. Hasil belajar yang spesifik, maksudnya setiap model pembelajaran
memperinci hasil belajar berdasarkan perilaku siswa yang dapat diamati.
Perbuatan apa yang akan ditunjukkan siswa setelah mengalami pembelajaran
dirinci secara lebih nyata, terukur dan teramati.
3. Lingkungan yang spesifik, maksudnya setiap model pembelajaran memperinci
secara tegas kondisi lingkungan di mana respons siswa hendak diamati.
4. Kriteria tingkah laku, maksudnya model pembelajaran selalu merinci kriteria
perilaku yang diharapkan dari siswa, membatasi hasil belajar siswa yang
bersifat perilaku yang diharapkan Nampak pada siswa setelah menyelesaikan
pembelajaran tertentu.
5. Pelaksanaan yang dispesifikasikan maksudnya semua model merinci
mekanisme rekasi dan interaksi siswa dalamsuatu lingkungan tertentu

9
Maheshwari (2013), menyatakan bahwa setiap model pembelajaran memiliki
karakteristik umum, yakni
1. Mendorong Seni Pengajaran.
2. Pengembangan Kemampuan yang Inheren.
3. Berdasarkan Perbedaan Individu.
4. Dipengaruhi oleh Filsafat.
5. Jawaban Pertanyaan Fundamental.
6. Memberikan Pengalaman yang Sesuai.
7. Maksimal Pengajaran.
8. Praktik dan Konsentrasi.

E. Konsep Model Pembelajaran


Joyce dan Weil (1986), mengemukakakn beberapa key ideas yang perlu
kita pahami sebagai komponen suatu model pembelajaran:
1. Sintaks (Syntax) daripada model, yaitu langkah-langkah, fase-fase, atau
urutan kegiatan pembelajaran. Jadi sintaks itu adalah deskripsi model dalam
action. Setiap model mempunyai sintaks atau struktur model yang berbeda-
beda. Berikut contoh sintaks model pembelajaran:
Tabel 1. Perbandingan Sintaks Model Worked Example, Problem Based
Learning Dan Model EPBL
Worked Example Problem Solving Model EPBL
1. Problem 1. Merumuskan masalah 1. Exposure
Assessment 2. Menelaah masalah 2. Comprehension
2. Sullution step 3. Merumuskan hipotesis 3. reinforcement
3. Final answer 4. Mengumpulkan dan
mengelompokan data
5. Pembuktian hipotesis
6. Menentukan pilihan
penelesaian
Sumber : Jalani Noor (2015) dalam (Febriyanti: 2016)

10
2. Prinsip Reaksi (Principle of Reaction) yaitu reaksiguruatas aktivitas-
aktivitas pebelajar. Jadi prinsip reaksi itu akan membantu memilih reaksi-
reaksi apa yang efektif dilakukan pebelajar.

3. Sistem-Sosial (social system)


Sistem sosial ini mencakup, 3 (tiga) pengertian utama yaitu:
a. Deskripsi rnacam-macam peranan guru dan siswa
b. Deskripsi hubungan hirarkis/ otoritas guru dan siswa,
c. Deskripsi macam-macam kaidah untuk mendorong siswa.
Sistem sosial sebagai unsur model agaknya kurang berstruktur dibandingkan
dengan unsur sintaks

4. Sistem Pendukung (Support System)


Sistem pendukung ini sesungguhnya merupakan kondisi yang dibutuhkan
oleh suatu model. Jadi, bukanlah model itu sendiri. Sistem pendukungnya
bertolak dari pertanyaan-pertanyaan dukungan apa yang dibutuhkan oleh
suatu model agar tercipta lingkungan khusus. Dalam hubungan ini, sistem
pendukung itu berupa kemampuan/keterampilan dan fasilitas-fasilitas teknis.
Sistem pendukung diturunkan dari dua sumber yaitu kekhususan-
kekhususan peranan guru dan tuntutan pebelajar.
Dalam proses pembelajaran umumnya membutuhkan transkrip atau
deskripsi peristiwa pembelajaran bagi pengguna model-model tertentu. Di
samping itu dibutuhkan pula analisis kesulitan pelajaran dan analisis
kesulitan-kesulitan khusus penggunaan model. Sebagaimana telah
dikemukakan bahwa setiap model mempunyai kegunaan utama di samping
kegunaan-kegunaan lainnya yang dapat diterima.

5. Dampak instuksional (Instructional effects)


Ada beberapa model didesain untuk tujuan-tujuan yang amat spesifik dan
beberapa lainnya dapat dipergunakan secara umum. Penggunaan model
manapun harus dapat memberi efek belajar bagi pebelajar. Efek belajar ini
dapat berupa direct atau instructional effects atau berupa indirect.

11
Instructional effects adalah pencapaian tujuan sebagai akibat kegiatan-
kegiatan instruksional. Biasanya beberapa pengetahuan Biasanya beberapa
pengetahuan/ketrampilan.
6. Dampak Pengiring (nurturant effect)
Nurturant effect adalah efek-efek pengiring yang ditimbulkan model karena
siswa menghidupi (living in) sistem lingkungan belajar, misalnya
kemampuan berpikir kreatif sikap terbuka dan sebagainya.

Model Example
Problem Based
Learning

Meningkatkan
Kemampuan
komunikasi kemampuan
yang baik berpikir kritis

Interaksi sosial Kemandirian


yang baik dalam belajar

Meningkatkan
kerjasama

Seoranggurumemiliki model atau strategi pembelajaran karena ingin


mencapai instructional effects dan nurturant effects.

Dampak instruksional biasanya digambarkan dengan tanda panah penuh atau


tebal, dan dampak pengiring biasanya digambarkan dengan garis putus-putus
seperti contoh dibawah ini

F. Kedudukan Model Pembelajaran


Model pembelajaran merupakan pendekatan, strategi, metode, teknik dan
bahkan taktik pembelajaran yang telah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh.
Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan

12

Gambar 1 Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring


kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan
suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur
umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk
kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah
ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan
rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis
rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan
sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda
dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah
yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan
langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal
sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan
yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif,
kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di
Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka
pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian
(penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan
sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat
memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses
(beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka
pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan
model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat
kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model
pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya
khazanah model pembelajaran yang telah ada.

13
BAB III
PEMBAHASAN

A. Mengembangkan Model Pembelajaran


Model pembelajaran merupakan kerangka kerja, pendekatan dan
strategi pembelajaran dalam menentukan bahan ajar dan media pendukung
belajar termasuk sintaks, lingkungan dan sistem pengelolaannya.
Perencanaan pembelajaran sangat penting untuk membantu guru dan siswa
dalam mengkreasi, menata, dan mengorganisasi pembelajaran sehingga
memungkinkan peristiwa belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan
belajar. Model pembelajaran sangat diperlukan untuk memandu proses
belajar secara efektif. Model pembelajaran yang efektif adalah model
pembelajaran yang memiliki landasan teoretik yang humanistik, lentur,
adaptif, berorientasi kekinian (Santyasa, 2007).
Mengembangkan suatu model pembelajaran harus didasari oleh
teori belajar. Model pembelajaran yang komplit harus memiliki
pengertian, tujuan pengunaan model, fungsi model, karakteristik, sintaks,
sistem social, prinsip reaksi, sistem pendukung, efek langsung dan efek
tidak langsung. Hal ini dipertegas oleh Joyce & Weil (1980) yang
menyatakan selain memperhatikan rasional teoretik, tujuan, dan hasil yang
ingin dicapai, model pembelajaran memiliki lima unsur dasar, yaitu (1)
syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran, (2) social system,
adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran, (3)
principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru
memandang, memperlakukan, dan merespon siswa, (4) support system,
segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung
pembelajaran, dan (5) instructional dan nurturant effects, hasil belajar
yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional
effects) dan hasil belajar di luar yang disasar (nurturant effects).

14
B. Contoh Model Pembelajaran
Terdapat banyak macam model pembelajaran yang dapat dijadikan pilihan
bagi seorang guru untuk membangun suasana belajar yang menyenangkan di kelas
serta tanpa mengabaikan terpenuhinya tujuan pembelajaran. Berikut beberapa
contoh model pembelajaran yang dapat digunakan:
1. Model Reasoning and Problem Solving
Di abad pengetahuan ini, isu mengenai perubahan paradigma
pendidikan telah gencar didengungkan, baik yang menyangkut content
maupun pedagogy. Perubahan tersebut meliputi kurikulum, pembelajaran,
dan asesmen yang komprehensif (Krulik & Rudnick, 1996). Perubahan
tersebut merekomendasikan model reasoning and problem solving sebagai
alternatif pembelajaran yang konstruktif. Rasionalnya, bahwa kemampuan
reasoning and problem solving merupakan keterampilan utama yang harus
dimiliki siswa ketika mereka meninggalkan kelas untuk memasuki dan
melakukan aktivitas di dunia nyata.
Reasoning merupakan bagian berpikir yang berada di atas level
memanggil (retensi), yang meliputi: basic thinking, critical thinking, dan
creative thinking. Termasuk basic thinking adalah kemampuan memahami
konsep. Kemampuan-kemapuan critical thinking adalah menguji,
menghubungkan, dan mengevaluasi aspek-aspek yang fokus pada
masalah, mengumpulkan dan mengorganisasi informasi, memvalidasi dan
menganalisis informasi, mengingat dan mengasosiasikan informasi yang
dipelajari sebelumnya, menentukan jawaban yang rasional, melukiskan
kesimpulan yang valid, dan melakukan analisis dan refleksi. Kemampuan-
kemampuan creative thinking adalah menghasilkan produk orisinil,
efektif, dan kompleks, inventif, pensintesis, pembangkit, dan penerap ide.
Problem adalah suatu situasi yang tak jelas jalan pemecahannya yang
mengkonfrontasikan individu atau kelompok untuk menemukan jawaban
dan problem solving adalah upaya individu atau kelompok untuk
menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan
yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi
yang tak lumrah tersebut (Krulik & Rudnick, 1996). Jadi aktivitas problem

15
solving diawali dengan konfrontasi dan berakhir apabila sebuah jawaban
telah diperoleh sesuai dengan kondisi masalah. Kemampuan pemecahan
masalah dapat diwujudkan melalui kemampuan reasoning.
Model reasoning and problem solving dalam pembelajaran memiliki
lima langkah pembelajaran (Krulik & Rudnick, 1996), yaitu: (1) membaca
dan berpikir
(mengidentifikasi fakta dan masalah, memvisualisasikan situasi, mendeskripsikan
seting pemecahan, (2) mengeksplorasi dan merencanakan (pengorganisasian
informasi, melukiskan diagram pemecahan, membuat tabel, grafik, atau gambar),
(3) menseleksi strategi (menetapkan pola, menguji pola, simulasi atau eksperimen,
reduksi atau ekspansi, deduksi logis, menulis persamaan), (4) menemukan
jawaban (mengestimasi, menggunakan keterampilan komputasi, aljabar, dan
geometri), (5) refleksi dan perluasan (mengoreksi jawaban, menemukan alternatif
pemecahan lain, memperluas konsep dan generalisasi, mendiskusikan pemecahan,
memformulasikan masalah-masalah variatif yang orisinil).
Sistem sosial yang berkembang adalah minimnya peran guru sebagai
transmitter pengetahuan, demokratis, guru dan siswa memiliki status yang
sama yaitu menghadapi masalah, interaksi dilandasi oleh kesepakatan.
Prinsip reaksi yang dikembangkan adalah guru lebih berperan
sebagai konselor, konsultan, sumber kritik yang konstruktif, fasilitator,
pemikir tingkat tinggi. Peran tersebut ditampilkan utamanya dalam proses
siswa melakukan aktivitas pemecahan masalah.
Sistem pendukung yang berupa sarana pembelajaran yang
diperlukan adalah berupa materi konfrontatif yang mampu
membangkitkan proses berpikir dasar, kritis, kreatif, berpikir tingkat
tinggi, dan strategi pemecahan masalah non rutin, dan masalah-masalah
non rutin yang menantang siswa untuk melakukan upaya reasoning dan
problem solving.
Dampak instruksional pembelajaran dalam model ini adalah
pemahaman, keterampilan berpikir kritis dan kreatif, kemampuan
pemecahan masalah, kemampuan komunikasi, keterampilan mengunakan
pengetahuan secara bermakna. Sedangkan dampak pengiringnya adalah

16
hakikat tentatif krilmuan, keterampilan proses keilmuan, otonomi dan
kebebasan siswa, toleransi terhadap ketidakpastian dan masalah-masalah
non rutin.

Gambar 2 Dampak Instruksional dan Dampak Penyerta Model Reasoning and


Problem Solving

2. Model Inquiry Training


Untuk model ini, terdapat tiga prinsip kunci, yaitu pengetahuan
bersifat tentatif, manusia memiliki sifat ingin tahu yang alamiah, dan
manusia mengembangkan indivuality secara mandiri. Prinsip pertama
menghendaki proses penelitian secara berkelanjutan, prinsip kedua
mengindikasikan pentingkan siswa melakukan eksplorasi, dan yang ketiga
kemandirian, akan bermuara pada pengenalan jati diri dan sikap ilmiah.
Model inquiry training memiliki lima langkah pembelajaran (Joyce
& Weil, 1980), yaitu: (1) menghadapkan masalah (menjelaskan prosedur
penelitian, menyajikan situasi yang saling bertentangan), (2) menemukan
masalah (memeriksa hakikat obyek dan kondisi yang dihadapi, memeriksa
tampilnya masalah), (3) mengkaji data dan eksperimentasi (mengisolasi

17
variabel yang sesuai, merumuskan hipotesis), (4) mengorganisasikan,
merumuskan, dan menjelaskan, dan (5) menganalisis proses penelitian
untuk memperoleh prosedur yang lebih efektif.
Sistem sosial yang mendukung adalah kerjasama, kebebasan
intelektual, dan kesamaan derajat. Dalam proses kerjasama, interaksi siswa
harus didorong dan digalakkan. Lingkungan intelektual ditandai oleh sifat
terbuka terhadap berbagai ide yang relevan. Partisipasi guru dan siswa
dalam pembelajaran dilandasi oleh paradigma persamaan derajat dalam
mengakomodasikan segala ide yang berkembang.
Prinsip-prinsip reaksi yang harus dikembangkan adalah: pengajuan
pertanyaan yang jelas dan lugas, menyediakan kesempatan kepada siswa
untuk memperbaiki pertanyaan, menunjukkan butir-butir yang kurang
sahih, menyediakan bimbingan tentang teori yang digunakan,
menyediakan suasana kebebasan intelektual, menyediakan dorongan dan
dukungan atas interaksi, hasil eksplorasi,formulasi, dan generalisasi siswa.
Sistem Pendukung yang berupa sarana pembelajaran yang
diperlukan adalah berupa materi konfrontatif yang mampu
membangkitkan proses intelektual, strategi penelitian, dan masalah yang
menantang siswa untuk melakukan penelitian.
Dampak instruksional pembelajaran dalam model ini adalah
strategi penelitian dan semangat kreatif. Sedangkan dampak
pengiringnya adalah hakikat tentatif krilmuan, keterampilan proses
keilmuan, otonomi siswa, toleransi terhadap ketidakpastian dan masalah-
masalah non rutin.

18
Gambar 3 Dampak Instruksional dan Dampak Penyerta Model Inquiry Training

3. Model Problem-Based Instruction


Problem-based instruction adalah model pembelajaran yang
berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan
siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik (Arends et al., 2001).
Dalam pemrolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang
topik-topik, siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah,
mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan
menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi
mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi
dalam pemecahan masalah.
Model problem-based instruction memiliki lima langkah
pembelajaran (Arend et al., 2001), yaitu: (1) guru mendefisikan atau
mempresentasikan masalah atau isu yang berkaitan (masalah bisa untuk
satu unit pelajaran atau lebih, bisa untuk pertemuan satu, dua, atau tiga
minggu, bisa berasal dari hasil seleksi guru atau dari eksplorasi siswa), (2)
guru membantu siswa mengklarifikasi masalah dan menentukan
bagaimana masalah itu diinvestigasi (investigasi melibatkan sumber-
sumber belajar, informasi, dan data yang variatif, melakukan surve dan

19
pengukuran), (3) guru membantu siswa menciptakan makna terkait dengan
hasil pemecahan masalah yang akan dilaporkan (bagaimana mereka
memecahkan masalah dan apa rasionalnya), (4) pengorganisasian laporan
(makalah, laporan lisan, model, program komputer, dan lain-lain), dan (5)
presentasi (dalam kelas melibatkan semua siswa, guru, bila perlu
melibatkan administator dan anggota masyarakat).
Sistem sosial yang mendukung model ini adalah: kedekatan guru
dengan siswa dalam proses teacher-asisted instruction, minimnya peran
guru sebagai transmitter pengetahuan, interaksi sosial yang efektif, latihan
investigasi masalah kompleks.
Prinsip reaksi yang dapat dikembangkan adalah: peranan guru
sebagai pembimbing dan negosiator. Peran-peran tersebut dapat
ditampilkan secara lisan selama proses pendefinisian dan pengklarifikasian
masalah.
Sistem pendukung yang berupa sarana pendukung model
pembelajaran ini adalah: lembaran kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan
ajar untuk siswa dan untuk guru, artikel, jurnal, kliping, peralatan
demonstrasi atau eksperimen yang sesuai, model analogi, meja dan korsi
yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang sudah ditata untuk itu.
Dampak instruksional pembelajaran adalah pemahaman tentang
kaitan pengetahuan dengan dunia nyata, dan bagaimana menggunakan
pengetahuan dalam pemecahan masalah kompleks. Dampak
pengiringnya adalah mempercepat pengembangan self-regulated
learning, menciptakan lingkungan kelas yang demokratis, dan efektif
dalam mengatasi keragaman siswa.

20
Gambar 4 Dampak Instruksional dan Dampak Penyerta Model Problem Based
Instruction

4. Model Pembelajaran Perubahan Konseptual


Pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang sesungguhnya
berasal dari pengetahuan yang secara spontan diperoleh dari interaksinya
dengan lingkungan. Sementara pengetahuan baru dapat bersumber dari
intervensi di sekolah yang keduanya bisa konflik, kongruen, atau masing-
masing berdiri sendiri. Dalam kondisi konflik kognitif, siswa dihadapkan
pada tiga pilihan, yaitu: (1) mempertahankan intuisinya semula, (2)
merevisi sebagian intuisinya melalui proses asimilasi, dan (3) merubah
pandangannya yang bersifat intuisi tersebut dan mengakomodasikan
pengetahuan baru. Perubahan konseptual terjadi ketika siswa memutuskan
pada pilihan yang ketiga. Agar terjadi proses perubahan konseptual,
belajar melibatkan pembangkitan dan restrukturisasi konsepsi-konsepsi
yang dibawa oleh siswa sebelum pembelajaran (Brook & Brook, 1993). Ini
berarti bahwa mengajar bukan melakukan transmisi pengetahuan tetapi
memfasilitasi dan memediasi agar terjadi proses negosiasi makna menuju

21
pada proses perubahan konseptual (Hynd, et al,. 1994). Proses negosiasi
makna tidak hanya terjadi atas aktivitas individu secara perorangan, tetapi
juga muncul dari interaksi individu dengan orang lain melalui peer
mediated instruction. Costa (1999:27) menyatakan meaning making is not
just an individual operation, the individual interacts with others to
construct shared knowledge.
Model pembelajaran perubahan konseptual memiliki enam langkah
pembelajaran (Santyasa, 2004), yaitu: (1) Sajian masalah konseptual dan
kontekstual, (2) konfrontasi miskonsepsi terkait dengan masalah-masalah
tersebut, (3) konfrontasi sangkalan berikut strategi-strategi demonstrasi,
analogi, atau contoh-contoh tandingan, (4) konfrontasi pembuktian konsep
dan prinsip secara ilmiah, (5) konfrontasi materi dan contoh-contoh
kontekstual, (6) konfrontasi pertanyaan-pertanyaan untuk memperluas
pemahaman dan penerapan pengetahuan secara bermakna.
Sistem sosial yang mendukung model ini adalah: kedekatan guru
sebagai teman belajar siswa, minimnya peran guru sebagai transmiter
pengetahuan, interaksi sosial yang efektif, latihan menjalani learning to
be.
Prinsip reaksi yang dapat dikembangkan adalah: peranan guru
sebagai fasilitator, negosiator, konfrontator. Peran-peran tersebut dapat
ditampilkan secara lisan atau tertulis melalui pertanyaan-pertanyaan
resitasi dan konstruksi. Pertanyaan resitasi bertujuan memberi peluang
kepada siswa memangil pengetahuan yang telah dimiliki dan pertanyaan
konstruksi bertujuan memfasilitasi, menegosiasi, dan mengkonfrontasi
siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan baru.
Sistem pendukung yang berupa sarana pendukung model
pembelajaran ini adalah: lembaran kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan
ajar untuk siswa dan untuk guru, peralatan demonstrasi atau eksperimen
yang sesuai, model analogi, meja dan korsi yang mudah dimobilisasi atau
ruangan kelas yang sudah ditata untuk itu.
Dampak instruksional pembelajaran dari model ini adalah: sikap
positif terhadap belajar, pemahaman secara mendalam, keterampilan

22
penerapan pengetahuan yang variatif. Dampak pengiringnya adalah:
pengenalan jati diri, kebiasaan belajar dengan bekerja, perubahan
paradigma, kebebasan, penumbuhan kecerdasan inter dan intrapersonal .

Gambar 5 Dampak Instruksional dan Dampak Penyerta Model Pembelajaran


Perubahan Konseptual

5. Model Group Investigation


Ide model pembelajaran group investigation bermula dari perpsektif
filosofis terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus
memiliki pasangan atau teman. Pada tahun 1916, John Dewey, menulis
sebuah buku Democracy and Education (Arends, 1998). Dalam buku itu,
Dewey menggagas konsep pendidikan, bahwa kelas seharusnya
merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk
belajar tentang kehidupan nyata. Pemikiran Dewey yang utama tentang
pendidikan (Jacob,et al., 1996), adalah: (1) siswa hendaknya aktif,
learning by doing; (2) belajar hendaknya didasari motivasi intrinsik; (3)
pengetahuan adalah berkembang, tidak bersifat tetap; (4) kegiatan belajar
hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa; (5) pendidikan

23
harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling memahami dan
saling menghormati satu sama lain, artinya prosedur demokratis sangat
penting; (6) kegiatan belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata.
Gagasan-gagasan Dewey akhirnya diwujudkan dalam model group-
investigation yang kemudian dikembangkan oleh Herbert Thelen. Thelen
menyatakan bahwa kelas hendaknya merupakan miniatur demokrasi yang
bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial antar pribadi (Arends, 1998).
Model group-investigation memiliki enam langkah pembelajaran (Slavin,
1995), yaitu: (1) grouping (menetapkan jumlah anggota kelompok,
menentukan sumber, memilih topik, merumuskan permasalahan), (2)
planning (menetapkan apa yang akan dipelajari, bagaimana mempelajari,
siapa melakukan apa, apa tujuannya), (3) investigation (saling tukar
informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan informasi,
menganalisis data, membuat inferensi), (4) organizing (anggota kelompok
menulis laporan, merencanakan presentasi laporan, penentuan penyaji,
moderator, dan notulis), (5) presenting (salah satu kelompok menyajikan,
kelompok lain mengamati, mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan
pertanyaan atau tanggapan), dan (6) evaluating (masing-masing siswa
melakukan koreksi terhadap laporan masing-masing berdasarkan hasil
diskusi kelas, siswa dan guru berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran
yang dilakukan, melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan pada
pencapaian pemahaman.
Sistem sosial yang berkembang adalah minimnya arahan guru,
demokratis, guru dan siswa memiliki status yang sama yaitu menghadapi
masalah, interaksi dilandasi oleh kesepakatan
Prinsip reaksi yang dikembangkan adalah guru lebih berperan
sebagai konselor, konsultan, sumber kritik yang konstruktif. Peran tersebut
ditampilkan dalam proses pemecahan masalah, pengelolaan kelas, dan
pemaknaan perseorangan. Peranan guru terkait dengan proses pemecahan
masalah berkenaan dengan kemampuan meneliti apa hakikat dan fokus
masalah. Pengelolaan ditampilkan berkenaan dengan kiat menentukan
informasi yang diperlukan dan pengorganisasian kelompok untuk

24
memperoleh informasi tersebut. Pemaknaan perseorangan berkenaan
dengan inferensi yang diorganisasi oleh kelompok dan bagaimana
membedakan kemampuan perseorangan.
Sistem pendukung yang berupa sarana pendukung model
pembelajaran ini adalah: lembaran kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan
ajar untuk siswa dan untuk guru, peralatan penelitian yang sesuai, meja
dan korsi yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang sudah ditata
untuk itu.
Dampak instruksional pembelajaran adalah pandangan
konstruktivistik tentang pengetahuan, penelitian yang berdisiplin, proses
pembelajaran yang efektif, pemahaman yang mendalam. Sebagai dampak
pengiring pembelajaran adalah hormat terhadap HAM dan komitmen
dalam bernegara, kebebasan sebagai siswa, penumbuhan aspek sosial,
interpersonal, dan intrapersonal.

Gambar 6 Dampak Instruksional dan Dampak Penyerta Model Group


Investigation

25
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Model merupakan gambaran sederhana yang memiliki fase yang dapat
membantu tercapainya tujuan pembelajaran. model pembelajaran merupakan
kerangka kerja, pendekatan dan strategi pembelajaran dalam menentukan
bahan ajar dan media pendukung belajar termasuk sintaks, lingkungan dan
system pengelolaannya.
2. Menurut Joyce dan Weil (1980), ada beberapa kegunaan dari model, antara
lain: (a) Memperjelas hubungan fungsional diantara berbagai komponen,
unsur atau elemen sistem tertentu, (b) Prosedur yang akan ditempuh dalam
melaksanaan kegiatan dapat diidentifikasi secara tepat. (c) Dengan adanya
model maka berbagai kegiatan yang dicakupnya dapat dikendalikan. (d)
Model akan mempermudah para administrator untuk mengidentifikasi
komponen, elemen yang mengalamani hambatan, jika kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan tidak efektif dan tidak produktif. (e) Mengidentifikasi secara
tepat cara-cara untuk mengadakan perubahan jika pendapat ketidaksesuaian
dari apa yang telah dirumuskan. (4) Dengan menggunakan model, guru dapat
menyusun tugas-tugas siswa menjadi suatu keseluruhan yang terpadu.
3. Beberapa fungsi penting yang seharusnya dimiliki suatu model pembelajaran
menurut Joyne & Weil (1980) adalah:
a. Bimbingan.
b. Mengembangkan kurikulum.
c. Spesifikasi alat pelajaran.
d. Memberikan perbaikan terhadap pembelajaran.
4. Karakteristik umum yang dapat dikenal dari semua model pembelajaran
menurut Joyce & Weil (1980) adalah sebagai berikut:
a. Prosedur ilmiah.
b. Hasil belajar yang spesifik.
c. Lingkungan yang spesifik.
d. Kriteria tingkah laku.

26
e. Pelaksanaan yang dispesifikasikan maksudnya semua model merinci
mekanisme rekasi dan interaksi siswa dalamsuatu lingkungan tertentu
5. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari
penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

B. Saran
Agar dapat mengembangkan model pembelajaran ada baiknya untuk
memahami apa saja komponen pada model yang harus terpenuhi. Pembelajaran
akan memberikan pengalaman belajar yang bermakna apabila menggunakan
model pembelajaran yang tepat.

27
DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I. (1998). Learning to teach. Singapore: Mc Graw-Hill book


Company.

Arends, R. I., et. al., (2001). Exploring teaching: An introduction to education.


New York: McGraw-Hill Companies

Brooks, J.G. & Martin G. Brooks. (1993). In search of understanding: The case
for constructivist classrooms. Virginia: Association for Supervision and
Curriculum Development

Costa, A. L.(1991). The school as a home for the mind. Palatine, Illinois: Skylight
Training and Publishing, Inc.

Fibrianti, Widya. (2016). Pengembangan Buku Teks Fisika SMA Terintegrasi


Materi Kabut Asap Berbasis Pendekatan Learning Cycle dengan Model
Example Problem Learning.Tesis: Padang: UNP

Hynd, C.R., Whorter, J.Y.V., Phares, V.L., & Suttles, C.W. (1994) The rule of
instructional variables in conceptual change in high school physics topics.
Journal of Research In Science Teaching. 31(9). Pp.933-946.

Jacobs, G.M., Lee, G.S, & Ball, J. (1996). Learning Cooperative Learning via
Cooperative Learning: A Sourcebook of Lesson Plans for Teacher Edu-
cation on Cooperative Learning. Singapore: SEAMEO Regional Language
Center.

Joyce, B., Weil, M., & Showers, B. (1992). Model of Teaching Fouth
Edition. United State of America: Allyn and Bacon.

Krulik, S., & Rudnick, J. A. (1996). The new sourcebook for teacing reasoning
and problem solving in Junior and Senior High School. Boston: Allyn and
Bacon.

Maheshwari, V. K. (2013). Expository teaching–A direct instructional


strategy. Retrieved June, 1, 2014.

Matzler, K., Sauerwein, E., & Stark, C. (2000). Methoden zur Identifikation von
Basis-, Leistungs-und Begeisterungsfaktoren. In Kundenorientierte
Unternehmensführung (pp. 251-274). Gabler Verlag, Wiesbaden.

Mayer, R. (1998). Cognitive, Metacognitive, and Motivational Aspets of Problem


Solving. Instructionalscience, 26 (1-2), 49-63.

Pendidikan, B. S. N. (2007). Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan


Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan.

28
Permendikbud, R. I. No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah. (2014). Jakarta: Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan.

Santyasa, I. W. (2007). Model-model pembelajaran inovatif. Universitas


Pendidikan Ganesha.

Santyasa, I W. (2004). Pengaruh model dan seting pembelajaran terhadap


remediasi miskonsepsi, pemahaman konsep, dan hasil belajar fisika pada
siswa SMU. Disertasi (tidak dipublikasikan). Program Doktor Teknologi
Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

Simarmata, D. A. (1983). Operation Research Sebuah Pengantar. Jakarta: PT


Gramedia.

Slavin, R. E. (1995). Cooperative learning. Second edition. Boston: Allyn and


Bacon.

Slavin, R. E., Madden, N. A., & Stevens, R. J. (1989). Cooperative Learning


Models. Educational Leadership, 47(4).

Trianto, T. (2010). Model pembelajaran terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

29

Anda mungkin juga menyukai