Anda di halaman 1dari 48

Tugas Pribadi Ketiga (Kel.

4)
Rabu, 10 Maret 2021

TUGAS MAKALAH
PENGEMBANGAN EVALUASI DAN PROSES PEMBELAJARAN FISIKA
“PENILAIAN BERBASIS KELAS”

Oleh:
PRIMA NORA ANANDA
NIM. 20175012

DOSEN PEMBIMBING :
Prof. Dr. FESTIYED, M.S
Dr. FATNI MUFIT, S.Pd, M.Si

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Penilaian Berbasis”. Shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada nabi
Muhammad SAW karena dengan kerasulan beliaulah kita telah dibawa dari alam
yang penuh dengan kejahilan menuju alam yang penuh dengan keimanan seperti
yang kita rasakan sekarang ini.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun
berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah Pengembangan
Evaluasi dan Proses Pembelajaran Fisika, Ibu Prof. Dr. Festiyed, M.S dan Ibu Dr.
Fatni Mufit S.Pd, M.Si.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat
kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini pada masa yang akan datang.

Dharmasraya, Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 3
D. Manfaat Penulisan ................................................................................ 3
E. Landasan Agama ..................................................................................4
F. Landasan Yuridis ..................................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 12
A. Pengertian Penilaian Berbasis Kelas .................................................. 12
B. Manfaat Penilaian Kelas..................................................................... 14
C. Fungsi Penilaian Kelas ....................................................................... 14
D. Prinsip-Prinsip Penilaian Kelas .......................................................... 15
E. Rambu-rambu Penilaian Kelas ........................................................... 17
F. Taksonomi Bloom dalam Penilaian Kelas ......................................... 17
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 37
A. Matriks Penilaian Berbasis Kelas ....................................................... 37
B. Perbedaan Evaluasi dan Penilaian ...................................................... 41
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 42
A. Kesimpulan......................................................................................... 42
B. Saran ................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 44

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sebuah proses pembelajaran komponen yang turut menentukan
keberhasilan sebuah proses adalah evaluasi. Melalui evaluasi orang akan
mengetahui sampai sejauh mana penyampaian pembelajaran atau tujuan
pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang
diinginkan. Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan
dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Melalui Evaluasi, kita akan
mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat,
hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik serta keberhasilan
sebuah program.
Pendidikan harus bersifat dinamis dan menyesuaikan dengan
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Mufit, 2019:793). Evaluasi
pendidikan sering diartikan sebagai pegukuran atau penilaian hasil belajar.
Walaupun memiliki pengertian yang berbeda, tapi diantara keduanya masih saling
berhubungan. Di dalam dunia pendidikan evaluasi merupakan bagian penting
karena evaluasi dapat mengetahui seberapa jauh perkembangan atau kemajuan
hasil pendidikan. Dengan evaluasi maka baik buruknya kualitas pendidikan dapat
diketahui. Sistem evaluasi yang baik akan medorong pendidikan untuk
menentukan strategi mengajar yang baik sehingga dapat memotivasi peserta didik
untuk belajar yang lebih baik dengan tujuan akhir meningkatnya kualitas
pendidikan di Indonesia.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional telah menjelaskan bahwa sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan
komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional. Kemudian pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 telah dijelaskan tentang Standar Nasional Pendidikan yaitu berjumlah
delapan buah: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar

1
pendidik dan tenaga pendidik, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, standar penilaian pendidikan.
Setiap satuan pendidikan selain melakukan perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran juga harus melakukan penilaian hasil pembelajaran sebagai upaya
agar terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efesien. Penilaian
dilakukan sebagai proses untuk menentukan nilai suatu objek. Penilaian
dilaksanakan melalui berbagai bentuk antara lain penilaian unjuk kerja, penilaian
sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek dan penilaian Nasional. Dalam
peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tentang Standar Nasional
Pendidikan Pasal 19 ayat 3 dijelaskan, bahwa setiap satuan pendidikan diharuskan
melakukan merencanakan proses pembelajaran, pelaksanaan dan pengawasan
terhadap proses pembelajaran agar seluruh seluruh rangkaian pelaksanaan
berlangsung secara efektif dan efisien.
Berlandaskan landasan yuridis di atas terlihat bahwa guru sebagai salah
seorang pelaksana pendidikan memiliki peran penting dalam proses penilaian.
Salah satu kompetensi pedagogik guru yang di jabarkan dalam lampiran
Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi guru dinyatakan bahwa guru mempunyai tugas menyelenggarakan
penilaian terhadap proses dan hasil belajar. Guru yang berkualitas akan mampu
melakukan penilaian dengan baik, sehingga hasil belajar yang diukur akan
terllihat dengan jelas, apakah pembelajaran yang dilakukan sudah mencapai
standar kompetensi lulusan atau belum. Guru diharapkan mampu melaksanakan
proses penilaian secara berkesinambungan agar dapat memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas. Oleh karena itu, di
dalam makalah ini akan dibahas mengenai penilaian yang berbasis kelas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada
makalah ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud denganpenilaian berbasis kelas?
2. Apakah manfaat penilaian kelas?

2
3. Apakah fungsi penilaian kelas?
4. Bagaimana prinsip-prinsip penilaian kelas?
5. Bagaimana rambu-rambu penilaian kelas?
6. Bagaimana Bloom dalam penilaian kelas?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah berdasarkan rumusan masalah di atas
adalah sebagai berikut.
1. Menjelaskan pengertian penilaian berbasis kelas
2. Menjelaskan manfaat penilaian kelas
3. Menjelaskan fungsi penilaian kelas
4. Mendeskripsikan prinsip-prinsip penilaian kelas
5. Mendeskripsikan rambu-rambu penilaian kelas
6. Mendeskripsikan Bloom dalam penilaian kelas

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan bagi pembaca
khususnya untuk tenaga pendidik ke depannya dalam melakukan penilaian
berbasis kelas.
2. Membantu mahasiswa memahami tentang penilaian berbasis kelas
3. Memenuhi persyaratan untuk mengikuti mata kuliah Pengembangan Evaluasi
dan Proses Pembelajaran Fisika.
E. Landasan Agama

Artinya: “Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya


dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: `Tuhanku telah memuliakanku.
“Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata:
`Tuhanku menghinakanku`.(QS.Al-fajr 89:15-16)”

3
Allah telah menciptakan berbagai macam keadaan untuk menguji manusia.
Dan orang beriman tidak akan berhenti bersyukur atas apa yang diterimanya,
dalam keadaan apa pun dia berada. Dia menyadari bahwa ujian dan keadaan
dirinya hanyalah bersifat sementara. Untuk itu, dia berkemauan keras untuk
bertindak setiap saat dengan cara yang disukai Allah. Dia mengungkapkan rasa
syukurnya kepada Allah atas nikmat-Nya di dalam hati, dalam ucapannya, dan
dalam tindakannya. Dia membelanjakan karunia yang dimilikinya pada amal
saleh, dan jika Allah membatasi nikmat yang diterimanya, dia akan bersabar dan
tetap bersyukur dengan ikhlas kepada-Nya. Dia tahu bahwa dia sedang diuji
dengan kemiskinan dan berdoa agar Allah memberinya kesabaran. Dalam segala
keadaan, orang beriman ridha atas keputusan Allah dan berharap agar Allah
merasa ridha dengannya.
Namun manusia yang mengikuti tradisi, kebiasaan, dan norma masyarakat
yang tidak hidup berdasarkan ajaran Al Qur'an, segera kehilangan rasa bersyukur
mereka di saat berhadapan dengan ketidak nyamanan yang paling kecil sekalipun.
Allah melaknat mereka dalam Al Qur'an, sebagai kehinaan karena tidak mampu
melihat bahwa kekayaan dan kemakmuran mereka adalah sebuah cobaan yang
sama dengan pengalaman mereka akan kemiskinan dan kekurangan.
Selain itu pada dasarnya konsep belajar itu selalu menunjukkan kepada
suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau
pengalaman tertentu. Hal ini dapat terlaksana dengan baik apabila seseorang
menggunakan pikiran dapat mengembangkan proses berpikir kritis sehingga
proses pembelajaran memberikan perubahan baik pola berpikir dan pribadi dari
orang tersebut ini sejalan dengan Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah
ayat 46 :

4
Artinya : Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa
putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat.
Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya
(ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan
kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta
pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa (Q.S.Al-Maidah:46)

Berdasarkan Q.S Al-maidah ayat 46 diketahui bahwa al-qur’an diturunkan


untuk menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya. Al-qur’an berisi petunjuk dan
pedoman bagi umat manusia. Begitu juga dalam proses pembelajaran, seseorang
hendaknya mampu mengembangkan potensi dirinya dalam pembelajaran dengan
petunjuk atau arahan. Proses pembelajaran yang baik mampu membuat seseorang
aktif dalam membangun pengetahuan, membina sikap, dan mengembangkan
skilnya. Di dalam Al-Qur'an dijelaskan bahwa segala sesuatu yang diperbuat di
hari esok, haruslah direncanakan terlebih dahulu. Hal ini terbukti dalam Al-
Qur`an surat al Hasyr ayat 18.

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan


hendaklah setiap individu memperhatikan merencanakan apa yang akan
diperbuatnya di hari esok. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah mengetahui apa yang akan kamu kerjakan"(Q.S.Al-Hasyr: 18).

Dengan demikian perencanaan berkaitan dengan penentuan apa yang akan


dilakukan. Mengingat perencanaan merupakan suatu proses untuk menentukan
proses kedepannya dan mengindetifikasikan setiap kelemahan yang terjadi
terhadap proses yang telah dilakukan. Sehingga perencanaan dapat membantu
perbaikan dan langkah yang hendaknya dicapai. Itulah sebab pentingnya seorang
melakukan perencanaan dan evaluasi dari setiap langakah yang telah diambil.

F. Landasan Yuridis
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan
menyatakan bahwa penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan

5
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Dalam BAB II
pasal 3 ayat 1 dinyatakan bahwa penilaian hasil peserta didik pada pendidikan
dasar dan pendidikan menengah meliputi aspek: sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Selanjutnya tujuan penilaian dinyatakan pada BAB III pasal 4 ayat
1 yaitu untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan
perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Kemudian pada
BAB VII pasal 14 ayat 1 menyatakan bahwa instrumen penilaian yang digunakan
oleh pendidik dalam bentuk penilaian berupa tes, pengamatan, penugasan
perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.
Hasil penilaian digunakan untuk menentukan tindak lanjut. Tindakan
lanjutan dari penilaian dapat berupa perbaikan proses pembelajaran program
remidi bagi peserta didik yang tingkat pencapaian hasil belajarnya berada di
bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah
mencapai kriteria ketuntasan. Penilaian harus sesuai dengan pengalaman belajar
yang ditempuh dengan proses pembelajaran. Hal ini terkait erat dengan
pemahaman bahwa penialian tidak dipisahkan dari kegiatan pembelajaran secara
keseluruhan misalnya penilaian berbasis kelas
Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu keputusan diambil berdasarkan
apa yang seharusnya dapat dilakukan oleh peserta didik setelah mengikuti proses
pembelajaran. Sesuai dengan penerapan kurikulum berbasis kompetensi, penilaian
yang dilakukan harus didasarkan pada acuan kriterium, yaitu membandingkan
hasil yang telah dicapai oleh peserta didik dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan dalam Bab I tentang Ketentuan Umum :
1. Pasal 1 ayat (11) : Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen
penilaian hasil belajar peserta didik.
2. Pasal 1 ayat (17) : Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

6
3. Pasal 1 ayat (18) : Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian,
penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen
pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk
pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
4. Pasal 1 ayat (19) : Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses
pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta
didik .
5. Pasal 1 ayat (20) : Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar
dan/atau penyelesaian dari suatu satuan.
6. Pasal 63 Ayat (1) dinyatakan bahwa penilaian pendidikan khususnya penilaian
hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri
atas:
1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik;
2) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan
3) Penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
7. Pasal 64 ayat (1) bahwa penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik
dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan
perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas.
Selanjutnya, dalam Bab IV tentang Standar Proses, Pasal 19 ayat (3),
dijelaskan bahwa setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasl pembelajaran, dan
pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang
efektif dan efisien. Secara teknis, penilaian ini di atur dalam Bab IV Pasal 22,
yaitu :
1. Ayat 1 : Penilaian hasil pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (3) pada jenjang pendiikan dasar dan menengah menggunakan berbagai
teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.

7
2. Ayat 2 : Teknik penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
tes tertulis , observasi, tes praktik, dan penugasan perseorangan atau
kelompok.
3. Ayat 3 : Untuk mata pelajaran selain kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi pada jenjang pendidikan dasar dan menengah,
teknik penilaian observasi secara individual sekurang-kurangnya dilaksanakan
satu kali dalam satu semester.
Pengembangan standar penilaian pendidikan sebagai salah satu upaya
peningkatan mutu pendidikan dilandasi secara khusus oleh PP RI Nomor 19
Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan pada Bab X, pasal 63 sampai
dengan pasal 72.
Adapun tugas dan wewenang Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
diatur dalam Pasal 76 Ayat 3 : Untuk melaksanakan tugas-tugasnya BSNP
mempunyai wewenang untuk:
1. Mengembangkan Standar Nasional Pendidikan;
2. Menyelenggarakan ujian nasional;
3. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah dan pemerintah daerah dalam
penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan;
4. Merumuskan kriteria kelulusan dari satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
Untuk mengatur pelaksanaan Standar Penilaian Pendidikan, BSNP menyusun
panduan penilaian yang terdiri atas:
1. Naskah Akademik; berisi berbagai kajian teoritis dan hasil-hasil penelitian
yang relevan dengan penilaian, baik yang dilakukan oleh pendidik, satuan
pendidikan ataupun pemerintah.
2. Panduan Umum; panduan umum berisi pedoman, panduan penilaian yang
bersifat umum yang berupa rambu-rambu penilaian yang harus dilakukan oleh
guru pada semua mata pelajaran, panduan ini juga berlaku untuk semua
kelompok mata pelajaran.
3. Panduan khusus; terdiri dari 5 seri, sesuai dengan kelompok mata pelajaran;
disusun untuk memberikan rambu-rambu penilaian yang seharusnya dilakukan

8
oleh guru pada kelompok mata pelajaran tertentu, sehingga terdiri dari 5 seri
panduan khusus yang terdiri dari:
a. Panduan penilaian kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
b. Panduan penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian,
c. Panduan penilaian kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
d. Panduan penilaian kelompok mata pelajaran estetika;
e. Panduan penilaian kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
Pada setiap seri panduan khusus kelompok mata pelajaran ini berisikan
rambu-rambu penilaian yang harus dilakukan oleh guru kelompok mata pelajaran
dalam menyusun kisi-kisi penilaian yang menyatu dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran, kisi-kisi untuk ulangan akhir semester, cara menentukan skor akhir
dan kriteria dari siswa yang dapat dikualifikasikan “baik” dan dapat dinyatakan
lulus pada kelompok mata pelajaran tertentu. Banyak jenis pengajaran materi yang
bisa digunakan dalam pembelajaran (Festiyed, 2018:444).
Menurut BSNP, penilaian adalah prosedur yang digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didik, hasil penilaian
digunakan untuk melakukan evaluasi yaitu pengambilan keputusan terhadap
ketuntasan belajar siswa dan efektivitas proses pembelajaran. Informasi tentang
prestasi dan kinerja siswa tersebut merupakan proses pengolahan data yang
diperoleh melalui kegiatan assessment baik dengan pengukuran maupun non
pengukuran. Dapat dikatakan bahwa proses pengukuran dan non pengukuran
untuk memperoleh data karakteristik peserta didik dengan aturan tertentu ini
disebut dengan assessment. Hasil pengukuran akan selalu berupa angka-angka
atau data numerik, sedang hasil non pengukuran akan berupa data kualitatif.
Informasi tersebut dapat digunakan oleh pendidik untuk berbagai keperluan
pembelajaran diantaranya adalah:
1. Menilai kompetensi peserta didik;
2. Bahan penyusunan laporan hasil belajar; dan
3. Landasan memperbaiki proses pembelajaran.

9
Selanjutnya, BSNP mengemukakan prinsip-prinsip umum penilaian hasil
belajar sebagai berikut :
1. Mendidik, artinya proses penilaian hasil belajar harus mampu memberikan
sumbangan positif pada peningkatan pencapaian hasil belajar peserta didik, di
mana hasil penilaian harus dapat memberikan umpan balik dan motivasi
kepada peserta didik untuk lebih giat belajar.
2. Terbuka atau transparan, artinya bahwa prosedur penilaian, kriteria penilaian
ataupun dasar pengambilan keputusan harus disampaikan secara transparan
dan diketahui oleh pihak-pihak terkait secara obyektif.
3. Menyeluruh, artinya penilaian hasil belajar yang dilakukan harus meliputi
berbagai aspek kompetensi yang akan dinilai yang terdiri dari ranah
pengetahuan kognitif, keterampilan psikomotor, sikap, dan nilai afektif yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
4. Terpadu dengan pembelajaran, artinya bahwa dalam melakukan penilaian
kegiatan pembelajaran harus mempertimbangkan kognitif, afektif, dan
psikomotor, sehingga penilaian tidak hanya dilakukan setelah siswa
menyelesaikan pokok bahasan tertentu, tetapi juga dalam proses pembelajaran.
5. Obyektif, artinya proses penilaian yang dilakukan harus meminimalkan
pengaruh-pengaruh atau pertimbangan subyektif dari penilai.
6. Sistematis, yaitu penilaian harus dilakukan secara terencana dan bertahap serta
berkelanjutan untuk dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan
belajar siswa.
7. Berkesinambungan, yaitu evaluasi harus dilakukan secara terus menerus
sepanjang rentang waktu pembelajaran.
8. Adil, mengandung pengertian bahwa dalam proses penilaian tidak ada siswa
yang diuntungkan atau dirugikan berdasarkan latar belakang sosial ekonomi,
agama, budaya, bahasa, suku bangsa, warna kulit, dan gender.
9. Pelaksanaan penilaian menggunakan acuan kriteria, menggunakan kriteria
tertentu dalam menentukan kelulusan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Selanjutnya ditegaskan oleh BSNP bahwa proses penilaian perlu diperhatikam
prinsip-prinsip khusus sebagai berikut: Penilaian ditujukan untuk mengukur

10
pencapaian kompetensi. Untuk itu harus dipahami bahwa proses penilaian
merupakan bagian integral dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
pendidik untuk mengetahui tingkat pencapaian standar kompetensi lulusan.
Penilaian dilakukan secara keseluruhan dan berkelanjutan. Penilaian oleh
pendidik bukan merupakan bagian terpisah dari proses pembelajaran, sehingga
proses penilaian dilakukan sepanjang rentang proses pembelajaran. Menurut
Festiyed (2017:2) menyatakan bahwa pembelajaran dalam kurikulum 2013 harus
dilakukan dalam pola yang terintegrasi agar standar kompetensi tercapai. Apabila
peserta didik telah mencapai standar, maka dapat dinyatakan lulus dalam mata
pelajaran tertentu, tetapi bila belum mencapai standar, maka harus mnegikuti
pengajaran remidi sampai dapat mencapai standar kompetensi minimal yang
dipersyaratkan.

11
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Penilaian Berbasis Kelas


Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
dan menilai tingkat pencapaian kurikulum dan berhasil tidaknya proses
pembelajaran. Penilaian digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
proses pembelajaran sehingga dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan,
misalnya apakah proses pembelajaran sudah baik dan dapat dilanjutkan atau perlu
perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu, di samping kurikulum dan proses
pembelajaran yang benar, juga perlu ada sistem penilaian yang baik dan terencana
(Ribut, 2007:83-84). Disamping itu, Penilaian kelas merupakan suatu kegiatan
guru yang terkait dengan pengambilan kuputusan tentang pencapaian kompetensi
atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran tertentu.
Untuk itu, diperlukan data sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar
pengambilan keputusan. Keputusan tersebut berhubungan dengan sudah atau
belum berhasilnya peserta didik dalam mencapai suatu kompetensi. Jadi, penilaian
kelas merupakah salah satu pilar dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang berbasis kompetensi.
Data yang diperoleh guru selama proses pembelajaran berlangsung dapat
dijaring dan dikumpulkan melalui prosedur, teknik dan alat penilaian yang sesuai
dengan kompetensi yang akan dinilai. Oleh sebab itu, penilaian berbasis kelas
lebih merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk
memberikan keputusan, dalam hal ini nilai terhadap hasil belajar peserta didik
berdasarkan tahapan belajarnya. Dari proses ini diperoleh potret/profil
kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah kompetensi dasar yang
tercantum dalam kurikulum.
Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-
langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui
sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik,
pengolahan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik.

12
Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai cara, seperti penilaian unjuk kerja
(performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian
proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta
didik (portofolio), dan penilaian diri.
Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal diadakan dalam
suasana yang menyenangkan, sehingga memungkinkan peserta didik
menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya. Hasil belajar seorang
peserta didik tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan peserta didik lainnya,
tetapi dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya. Dengan
demikian peserta didik tidak merasa dihakimi oleh guru tetapi dibantu untuk
mencapai apa yang diharapkan. Pedoman Pelaksanaan Penilaian Berbasis Kelas
melalui ”Desain Sosialisasi dan Pelatihan Penilaian Berbasis Kelas dalam
Pembelajaran. Asis Saefuddin, menyatakan tentang kompetensi atau hasil belajar
seluruh peserta didik dalam satu kelas atau rombongan belajar. Dalam rangka
menyusun keputusan pencapaian kemampuan siswa yang sahih, guru memerlukan
sejumlah data sebagai dasar bagi pengambilan keputusa. Dalam arti ini,
penilaian berbasis kelas pada dasarnya merupakan suatu kegiatan
pengumpulan informasi sebanyak mungkin yang berhubungan dengan
perencanaan, proses dan produk (hasil) belajar siswa.
Keseluruhan kegiatan pengumpulan data ini dilakukan guru mata pelajaran
yang bersangkutan semata-mata agar dapat digunakan sebagai alat untuk
”mengukur apa yang hendak diukur” dari siswa. Berarti, penguasaan teknik
evaluasi yang baik mutlak diperlukan guru. Guru harus melakukan penilaian
dengan benar terhadap proses belajar mengajar. Pelaksanaan penilaian
yang benar akan menghasilkan data dan informasi yang akurat tentang
tingkat pencapaian hasil serta tentang tingkat kefektifan dan efesiensi proses
pembelajaran. Oleh karena itu, di dalam mengimplikasikan perlunya para
pendidik meningkatkan kompetensinya terutama kompetensi pedagogik sehingga
dalam melaksanakan tugas utamanya sebagai agen pembelajaran mampu
melaksanakan penilaian sesuai kriteria yang telah ditentukan untuk mendapatkan
hasil sesuai harapan.

13
B. Manfaat Penilaian Kelas
Manfaat penilaaian kelas antara lain sebagai berikut:
1. Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan
dan kelemahanya dalam proses pencapaian kompetensi.
2. Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami
peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial.
3. Untuk umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan,
kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan.
4. Untuk masukan bagi guru guna merancang kegiatan pembelajaran
5. Untuk memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang
efektivitas pendidikan
6. Untuk memberikan umpan balik bagi pengambil kebijakan (Diknas Daerah)
dalam mempertimbangkan konsep penilaian kelas.
C. Fungsi Penilaian Kelas
Penilaian kelas memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Mengambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai suatu
kompetensi
2. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik
memahami kemampuan dirinya, membuat keputusan tentang langkah
selanjutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian
maupun untuk penjurusan (sebagai bimbingan).
3. Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa
dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu
pendidik menentukan apakah seseorang perlu mengikuti remedial atau
pengayaan.
4. Menentukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang
berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran selanjutnya
5. Sebagai kontrol bagi pendidik dan satuan pendidikan tentang kemajuan
perkembangan peserta didik.

14
D. Prinsip-Prinsip Penilaian Kelas
1. Validitas
Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan
alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi. Dalam menyusun soal sebagai alat
penilaian perlu memperhatikan kompetensi yang diukur, dan menggunakan
bahasa yang tidak mengandung makna ganda. Dalam mata pelajaran pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan, misalnya indikator “mempraktikkan gerak dasar
jalan...”, maka penilaian valid apabila menggunakan penilaian unjuk kerja. Jika
menggunakan tes tertulis maka penilaian tidak valid. Selain itu, dalam pelajaran
bahasa Indonesia, guru ingin menilai kompetensi berbicara. Bentuk penilaian
valid jika menggunakan tes lisan. Jika menggunakan tes tertulis penilaian tidak
valid.
Validitas berasal dari kata valid yang artinya benar. Validitas merupakan
kemampuan alat ukur untuk mengukur objek yang dikurnya. Validitas menurut
Basrowi, 2012 : 61) adalah suatu proses yang dilakukan oleh penyusun atau
pengguna instrument untuk mengumpulkan data secara empiris guna mendukung
kesimpulan yang dihasilkan oleh skor instrument. Dengan kata lain, validitas
adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur sasaran ukurnya. Sejalan
dengan (Sugiyono, 2008 : 363) Valid berarti derajat ketepatan antara data yang
terjadi pada objek penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti.
Berdasarkan pengertian para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa validitas
adalah ukuran ketepatan dari suatu instrumen yang diukur. Validitas bahan ajar
cetak adalah ukuran ketepatan suatu bahan ajar sesuai dengan kompetensi, dan
tujuan pembelajaran. Validitas desain adalah ukuran ketepatan desain bahan aar
dengan aturan yang sesungguhnya. Suatu produk dapat digunakan sesuai dengan
tujuannya memerlukan uji validitas. Validitas merupakan penilaian terhadap
rancangan suatu produk. Menurut (Sugiyono, 2012: 414) validasi desain
merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk lebih efektif
dari yang lama atau tidak. Validasi produk dapat dilakukan oleh beberapa pakar
atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai kelemahan dan
kekuatan produk yang dihasilkan. Validasi dilakukan oleh validator yang ahli

15
dalam bidang pengembangan bahan ajar. Kriteria yang dinilai oleh validator
mencakup komponen kelayakan isi, komponen kebahasaan, komponen penyajian,
dan komponen kegrafisan.
Kriteria komponen validitas bahan ajar yang ke dua dilihat dari aspek
kebahasaan. Kriteria mengenai aspek kebahasaan ini menilai apakah informasi
yang disampaikan dalam bahan ajar cetak sampai dengan baik kepada siswa
sebagai pembaca. Selanjutnya (Depdiknas, 2008: 28) menjelaskan bahwa
komponen kebahasaan antara lain mencakup: keterbacaan, kejelasan informasi,
kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, pemanfaatan
bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat). Apabila pembuatan bahan
ajar cetak memerhatikan komponen dari kriteria kebahasaan ini dengan baik maka
informasi yang disampaikan tersalurkan dengan baik.
Kriteria validitas yang ke tiga adalah mengenai aspek penyajian. Komponen
aspek penyajian adalah bagaimana sebuah bahan ajar menyajikan materi kepada
pembaca, hal ini dijelaskan (Depdiknas, 2008:28) bahwa komponen penyajian
antara lain mencakup : kejelasan tujuan (kriteria) yang ingin dicapai, urutan
sajian, pemberian motivasi, daya tarik, interaksi (pemberian stimulus dan respon),
kelengkapan informasi
2. Reliabilitas
Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian.
Penilaian yang reliable (ajeg) memungkinkan perbandingan yang reliable dan
menjamin konsistensi. Misalnya guru menilai dengan unjuk kerja, penilaian akan
reliabel jika hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila unjuk kerja itu
dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif sama.
3. Menyeluruh
Penilaian harus dilakukan secara menyeluruh, mencakup semua domaian
yang tertuang pada setiap kompetensi dasar. Penilaian harus menggunakan
beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi peserta didik sehingga
tergambar profil kompetensi peserta didik
4. Berkesinambungan

16
Penilaian dilakukan secara terencana, bertahap, dan terus-menerus untuk
memperoleh gambaran pencapaian kompetensi peserta didik dalam kurun waktu
tertentu.
5. Objektif
Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif. Untuk itu, penilaian harus
adil, terencana, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pemberian skor
6. Mendidik
Proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk memotivasi,
memperbaiki proses pembelajaran bagi pendidik, meningkatkan kualitas hasil
belajar dan membina peserta didik agar tumbuh dan berkembang secara optimal.
E. Rambu-rambu Penilaian Kelas
Dalam melaksanakan penilaian, pendidik sebaiknya :
1. Memandang penilaian dan kegiatan belajar mengajar secara terpadu.
2. Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat penilaian sebagai
cermin diri
3. Melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pengajaran untuk
menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta didik.
4. Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik.
5. Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi dalam
pengamatan kegiatan dan hasil belajar peserta didik
6. Menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi. Penilaian kelas dapat
dilakukan dengan teknik atau cara penialaian unjuk kerja, penilaian sikap,
penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio,
dan penilaian diri
7. Mendidik dan meningkatkan mutu proses pembelajaran seefektif mungkin

F. Taksonomi Bloom dalam Penilaian Kelas


1. Latar Belakang Revisi Taksonomi Bloom
Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan
pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disoleh Benjamin S. Bloom pada tahun
1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah,

17
kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang
lebih rinci berdasarkan hirarkinya.
Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin Anderson Krathwohl dan
para ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom agar sesuai
dengan kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut baru dipublikasikan pada tahun
2001 dengan nama revisi taksonomi Bloom. Revisi hanya dilakukan pada ranah
kognitif. Revisi tersebut meliputi:
a. Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap level
taksonomi.
b. Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun urutan level
masih sama yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi. Perubahan mendasar
terletak pada level 5 dan 6. Perubahan-perubahan tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Level 1, knowledge diubah menjadi remembering (mengingat).
2) Level 2, comprehension dipertegas menjadi understanding (memahami).
3) Level 3, application diubah menjadi applying (menerapkan).
4) Level 4, analysis menjadi analyzing (menganalisis).
5) Level 5, synthesis dinaikkan levelnya menjadi level 6 tetapi dengan
perubahan mendasar, yaitu creating (mencipta).
6) Level 6, evaluation turun posisisinya menjadi level 5, dengan sebutan
evaluating (menilai) (Utari, 2013).
Jadi, Taksonomi Bloom baru versi Kreathwohl pada ranah kognitif terdiri
dari enam level: remembering(mengingat), understanding(memahami), applying
(menerapkan),analyzing (menganalisis, mengurai),evaluating (menilai) dan
creating(mencipta). Revisi Krathwohl ini seringdigunakan dalam merumuskan
tujuanbelajar yang sering kita kenal denganistilah C1 sampai dengan C6.
Sama dengan sebelum revisi, tiga level pertama (terbawah) merupakan
Lower Order Thinking Skills, sedangkan tiga level berikutnya Higher Order
Thinking Skill. Jadi, dalam menginterpretasikan piramida di atas, secara logika
adalah sebagai berikut:

18
1) Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya
terlebih dahulu
2) Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu
3) Sebelum kita menganalisa maka kita harus menerapkannya dulu
4) Sebelum kita mengevaluasi maka kita harus menganalisa dulu
5) Sebelum kita berkreasi atau menciptakan sesuatu, maka kita harus
mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi.
Beberapa kritik dilemparkan kepada penggambaran piramida ini. Ada yang
beranggapan bahwa semua kegiatan tidak selalu harus melewati tahap yang
berurutan. Proses pembelajaran dapat dimulai dari tahap mana saja tergantung
kreasi tiap orang. Namun demikian, memang diakui bahwa pentahapan itu
sebenarnya cocok untuk proses pembelajaran yang terintegrasi.
Hingga saat ini ranah afektif dan psikomotorik belum mendapat perhatian.
Skill menekankan aspek psikomotorik yang membutuhkan koordinasi jasmani
sehingga lebih tepat dipraktekkan bukan dipelajari. Attitude juga merupakan
faktor yang sulit diubah selama proses pembelajaran karena attitude terbentuk
sejak lahir. Mungkin itulah alasan mengapa revisi baru dilakukan pada ranah
kognitif yang difokuskan pada knowledge.
2. Perubahan Taksonomi Bloom
Bila diperhatikan pada dimensi proses kognitif maka tetap, terdapat 6
tingkatan yang serupa dengan 6 tingkatan Bloom, tetapi ada perubahan pada
tingkatan pertama (C1) yang pecah mejadi dua dan memunculkan dimensi
pengetahuan dan aspek kata kerja.. Selain itu, terjadi perubahan pada C5 dan C6,
yakni C5 menjadi evaluate atau “ mengevaluasi” dan C6 menjadi create atau
“menciptakan”. Perhatikan skema taksonomi belajar, mengajar dan assemen
berikut ini.
Penggunaan dimensi itu memperjelas adanya taksonomi belajar, mengajar
dan asesmen. Jadi, tidak lagi taksonomi tujuan pendidikan. Sedangkan aspek
tujuan akan berada dalam petak-petak koordinat itu. Perhatikan skema Taksonomi
Belajar, Mengajar dan Assesmen berikut ini:
Tabel 1. Taksonomi Belajar, Mengajar dan Assesmen

19
Dimensi Dimensi proses kognitif (K)
pengetahuan 1. 2. 3. 4. 5. 6.
(P) mengingat mengerti mengaplikasi- menganalisis mengevaluasi menciptakan
(remember) (understand) kan (apply) (analisze) (evaluasi) (create)
1.
pengetahuan
vaktual K1.P1
(Faktual
knowledge)
2.
Pengetahuan
konsep
(conseptual K3.P2
knowledge)
4. K6.P4
pengetahuan
procedural
(procedural
knowledge)
5.
pengetahuan
metakognitif
(metacognitiv
knowledge)
Sel (K1.P1) artinya kognitif mengingat dan pengetahuan symbol N, X, C, E
(K3.P2) kognitif mengaplikasikan dan pengetahuan konseptual.
3. Dimensi proses kognitif
Dimensi pertama dalam dimensi kognitif terdiri atas 6 buah tingkatan, yaitu:
a. Mengingat (remember): Mengingat (memanggil) kembali pengetahuan yang
relevan dari memori jangka panjang.
1) Mengenal/ mengidentifikasi (Recognizing /identifying)
2) Menempatkan pengetahuan di memori jangka panjang konsisten dengan
materi yang diajarkan.
Contoh:
 Mengenal bahwa sudut siku-siku besarnya 90o.
 Mengenal simbol: π, Ϲ, Ʃ
3) Mengingat/ memanggil kembali (Recalling /retrieving).
4) Menelusuri pengetahuan yang relevan memori jangka panjang

20
b. Mengerti (understand): Mengkonstruk makna dari pesan pembelajaran,
termasuk komunikasi lisan, tertulis, dan grafis.
1) Menginterpretasikan (Interpreting: Clarifying, paraphrasing, repre-
senting, translating)
Contoh: Menginterpretasikan suatu diagram batang yang diberikan.
2) Memberikan contoh (Exemplifying: Illustrating, instantiating)
Contoh: Memberikan contoh bilangan prima
3) Mengklasifikasikan (Classifying: Categorizing, subsuming)
Contoh: Mengklasifikasikan beberapa bangun yang termasuk bangun
ruang sisi datar.
4) Mengelompokkan sekumpulan bilangan dalam bilangan rasional dan
bukan rasional
5) Merangkum (Summarizing: Abstracting, generalizing)
Contoh: Merangkum sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu bangun
segiempat dari penjelasan yang diberikan
6) Menyimpulkan (Inferring: Concluding, extrapolating, interpolating,
predicting).
Contoh: Menyimpulkan bahwa belahketupat merupakan jajargenjang
yang sisi-sisinya sama panjang.
7) Membandingkan (Comparing: Contrasting, mapping, matching)
Contoh:a) Membandingkan bilangan 0,35 dan .
b) Perbedaan bilangan rasional dengan pecahan
8) Menjelaskan (Explaining: Constructing causative models)
Contoh: Menjelaskan mengapa dua bangun datar kongruen atau tidak.
c. Mengaplikasikan (apply): Melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam
situasi tertentu (yang diberikan)
1) Mengelola/Melakukan: Menggunakan prosedur pada tugas/latihan yang
sudah dikenal, siswa memiliki langkah-langkah urutan tertentu
(Executing/carrying out:Using a procedure on familiar tasks/exercises,
has a fixed sequence of steps).

21
Contoh: Menggunakan rumus dalam menghitung volume limas segiempat
yang diketahui panjang rusuk sisi alas dan tingginya.
2) Mengimplementasikan: Menggunakan prosedur pada tugas/latihan yang
tidak dikenal, siswa harus memilih teknik atau metode dan sering
mengubah urutan (Implementing: Using a procedure on unfamiliar
tasks/problems, student has to select technique or method and often
change sequence ).
Contoh: Menggunakan integral untuk menentukan luas daerah tertentu.
d. Menganalisis(analyze): Memecah materi ke dalam bagian-bagian
penyusunnya, dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut saling
berhubungan satu sama lain.
a) Membedakan : Misal bagian-bagian yang relevan dari bagian-bagian yang
tidak relevan (Differentiating: e.g. the relevant from the irrelevant parts)
Contoh: Membedakan persamaan parabola dan hiperbola.
b) Mengorganisasikan: Suatu cara yang unsur-unsurnya cocok dan berfungsi
dalam keseluruhan struktur (Organizing: The ways that elementsfit
orfunction within the overall structures).
Contoh: Bagaimana prosedur mengalikan dua bilangan dengan tiga digit.
c) Menandai: Menggarisbawahi tujuan atau perspektif (Attributing: The
underlying purpose or perspective).
Contoh: Menandai hal-hal yang penting dari suatu bacaan dengan cara
menggarisbawahi.
e. Mengevaluasi(evaluate): Melakukan penilaian berdasarkan kriteria dan
standar tertentu.
a) Memeriksa: menguji konsistensi atau kesalahan internal pada suatu operasi
atau produk (Checking: Testing for internal consistencies or fallacies in an
operation or product).
Contoh: Memeriksa valid tidaknya suatu argumen yang diberikan.
b) Mengkritisi: menilai suatu produk atau operasi berdasarkan kriteria atau
standar yang ditetapkan (Critiquing: Judging a product or operation based
on externally imposed criteria and standards).

22
Contoh: Memberikan penilaian mengapa penggunaan metode tertentu
lebih baik daripada metode yang lain dalam memecahkan masalah.
f. Menciptakan (create): Menempatkan beberapa elemen secara bersama-sama
untuk membangun suatu keseluruhan yang logis dan fungsional, dan
mengatur elemen-elemen tersebut ke dalam pola atau struktur yang baru.
a) Membangkitkan/Menghipotesiskan: Menemukan kriteria tertentu
(Generating/Hypothesizing: meeting certain criteria).
Contoh: Menghipotesiskan kecenderungan suatu data.
b) Merencanakan/mendesain: Menemukan solusi (Planning /Designing:
devising a solution).
Contoh: Merencanakan langkah-langkah pembuktian teorema yang lain.
c) Menghasilkan/membuat: Membuat produk asli berdasarkan pola 6a dan 6b
(Producing/Constructing: Constructing an original product based on 6a
and 6b).
Contoh: Menghasilkan jaring-jaring kubus yang berbeda dari jaring-jaring
kubus yang dicontohkan.
4. Dimensi pengetahuan
Sedangkan dimensi pengetahuan terdiri atas 4 buah tingkatan, yaitu:
a. Pengetahuan Faktual(Factual Knoweledge):Pengetahuan tentang elemen
dasar yang harus diketahui siswa untuk mengenal suatu disiplin ilmu atau
untuk menyelesaikan masalah di dalamnya.
1) Pengetahuan tentang istilah (Knowledge of terminology).
Contoh:Pengetahuan simbol 2009, >, π
2) Pengetahuan tentang rincian dan unsur tertentu.(Knowledge of specific
details and elements).
Contoh:Pengetahuan tentang 4 x 3 = 12
b. Pengetahuan Konseptual (Conceptual Knowledge): Pengetahuan tentang
hubungan timbal balik antara elemen-elemen dasar dalam suatu struktur yang
memungkinkan elemen-elemen tersebut berfungsi secara bersama-sama.
1) Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori/penggolongan (Knowledge of
classifications and categories).

23
Contoh: Pengetahuan tentang pengertian bilangan bulat atau pengertian
segitiga
2) Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi (Knowledge of principles
and generalizations).
Contoh: Pengetahuan tentang prinsip dari silogisme, modus ponen, atau
modus tollens
3) Pengetahuan tentang teori, model dan struktur (Knowledge of theories,
models, and structures).
Contoh: Pengetahuan tentang teorema Pythagoras.
c. Pengetahuan Prosedural (Procedural Knowledge): Pengetahuan tentang
bagaimana melakukan suatu hal, metode dan inquiri, dan kriteria untuk
menggunakan suatu keterampilan, algoritma, teknik dan suatu metode.
1) Pengetahuan tentang keterampilan dan algoritma tertentu (Knowledge of
subject-specific skills and algorithms).
Contoh: Pengetahuan tentanga lgoritma untuk menentukan akar kuadrat
suatu bilangan.
2) Pengetahuan tentang teknik dan metode tertentu (Knowledge of subject-
specific techniques and methods).
Contoh: Pengetahuan tentang bagaimana cara melukis segitiga samasisi.
3) Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan menggunakan
prosedur yang tepat (Knowledge of criteria for determining when to use
appropriate procedures).
Contoh: Pengetahuan tentang aturan yang digunakan dalam melakukan
operasi campuran dari beberapa bilangan.
d. Pengetahuan Metakognitif (Metacognitive Knowledge): Pengetahuan kognisi
secara umum seperti kesadaran dan pengetahuan tentang kognisinya itu
sendiri.
1) Pengetahuan Strategis (Strategic Knowledge) adalah pengetahuan strategi
umum untuk belajar, berpikir dan pemecahan masalah.
Contoh:

24
Mengetahui bahwa menggunakan strategi mengerjakan soal-soal
matematika berbeda dengan membuat puisi.
2) Pengetahuan tentang tugas kognitif, termasuk pengetahuan kontekstual
dan kondisional yang cocok (Knowledge about cognitive tasks, including
appropriate contextual and conditional knowledge).
Contoh: Mengetahui bahwa penggunaan metode pemfaktoran bentuk
kuadrat tertentu mempunyai kelebihan atau kekurangan dibandingkan
dengan metode yang lain.
3) Pengetahuan tentang diri sendiri (Self-knowledge).
Contoh: Menyadari bahwa materi tertentu sudah dipahami dan materi lain
belum dipahami.

5. Dimensi Taksonomi Anderson


Deskripsi dan kata kunci setiap kategori dapat dilihat dalam tabel di bawah
ini.
Tabel 2. Dimensi Taksonomi Anderson
KATEGORI KATA KUNCI
Remembering (ingatan): can the student Menyebutkan definisi, menirukan
recall or remember the ucapan, menyatakan susunan,
information? Dapatkah peserta didik mengucapkan, mengulang,
mengucapkan atau mengingat informasi? menyatakan

Understanding (pemahaman):Dapatkah Mengelompokkan,


peserta didik menjelaskan konsep, prinsip, menggambarkan, menjelaskan
hukum atau prosedur? identifikasi, menempatkan,
melaporkan, menjelaskan,
menerjemahkan, pharaprase.

Applying (penerapan): Dapatkah peserta Memilih, mendemonstrasikan,


didik menerapkan pemahamannya dalam memerankan, menggunakan,
situasi baru? mengilustrasikan,
menginterpretasi, menyusun

25
jadwal, membuat sketsa,
memecahkan masalah, menulis

Analyzing (analisis): Dapatkah peserta Mengkaji, membandingkan,


didik memilah bagian-bagian berdasarkan mengkontraskan, membedakan,
perbedaan dan kesamaannya? melakukan deskriminasi,
memisahkan, menguji, melakukan
eksperimen, mempertanyakan.

Evaluating (evaluasi): Dapatkah peserta Memberi argumentasi,


didik menyatakan baik atau buruk terhadap mempertahankan, menyatakan,
sebuah fenomena atau objek tertentu? memilih, memberi dukungan,
memberi penilaian, melakukan
evaluasi

Creating (penciptaan): Dapatkah peserta Merakit, mengubah, membangun,


didik menciptakan sebuah benda atau mencipta, merancang, mendirikan,
pandangan? merumuskan, menulis.

Dalam taksonomoi Bloom domain kognitif dikenal hanya satu dimensi tapi
dalam taksonomi Anderson dan Krathwohl menjadi dua dimensi. Dimensi
pertama adalah Knowledge Dimension (dimensi pengetahuan) dan Cognitive
Process Dimension (dimensi proses kognisi). Perspektif dua dimensi Anderson
dan Krathwohl dapat digambarkan dengan tabel berikut.
Tabel 3. Perspektif dua dimensi Anderson dan Krathwohl
Dimensi
Pengetahuan Dimensi Proses kognisi (The Cognitive Process Dimension)
Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Menilai Menciptkan
Pengetahuan
Factual
Pengetahuan
Konseptual
Pengetahuan

26
Prosedural
Pengetahuan
Meta-kognisi
(LorinW. Anderson and David R. Krathwohl, 2001)
6. Kata Kerja Operasional Taksonomi Anderson
Kata Kerja Operasional pada Dimensi Proses Kognisi dalam Taksonomi
Anderson. Kata Kerja Operasional (KKO) Ranah Kognitif (Anderson)
a. Mengingat: Menjelaskan jawaban faktual, menguji ingatan dan pengenalan
b. Memahami: Menerjemahkan, menjabarkan, menafsirkan, menyederhana-
kan, dan membuat perhitungan
c. Menerapkan : Memahami kapan menerapkan, mengapa menerapkan, dan
mengenali pola penerapan ke dalam situasi baru, tidak biasa dan agak
berbeda atau berlainan.
d. Menganalisis :Memecahkan ke dalam bagian, bentuk dan pola
e. Menilai: Berdasarkan kriteria dan menyatakan mengapa?.
f. Menciptakan : Menggabungkan unsur-unsur ke dalam bentuk atau pola yang
sebelumnya kurang jelas
Tabel 4. Kata kerja operasional taksonomi anderson

Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Menilai Menciptakan

Memilih Menggolongkan Menerapkan Menganalisis Menghargai Memilih

Menguraikan Mempertahankan Menentukan Mengategorikan


Mempertimbangk Menentukan
an
Mendefinisikan Mendemonstrasikan Mendramatisasika Mengelompokkan Menggabungkan
n Mengkritik
Menunjukkan Membedakan Membandingkan Mengombinasikan
Menjelaskan Mempertahankan
Memberitabel Menerangkan Membedakan Mengarang
Menggeneralisasik Membandingkan
Mendaftar Mengekspresikan an Mengunggulkan Mengkonstruksi

Menempatkan Mengemukakan Memperkirakan Mendiversivikasik Membangun


an
Memadankan Memperluas Mengelola Menciptakan
Mengidentifikasi
Mengingat Membericontoh Mengatur Mendesain

27
Menamakan Menggambarkan Menyiapkan Menyimpulkan Merancang

Menghilangkan Menunjukkan Menghasilkan Membagi Mengembangkan

Mengutip Mengaitkan Memproduksi Merinci Melakukan

Mengenali Menafsirkan Memilih Memilih Merumuskan

Menentukan Menaksir Menunjukkan Menentukan Membuathipotesis

Menyatakan Mempertimbangkan Membuatsketsa Menunjukkan Menemukan

Memadankan Menyelesaikan Melaksanakan Membuat


survei
Membuatungkapan Menggunakan Mempercantik

Mewakili Mengawali

Menyatakankembali Mengelola

Menuliaskembali Merencanakan

Menentukan Memproduksi

Merangkum Memainkanperan

Mengatakan Menceritakan.

Menerjemahkan

Menjabarkan

(Samsudin, 2011. Kata Kerja Operasional)

Menurut Thohir (2009) dalam bab terakhir bukunya, Anderson dan Krathwohl
sendiri mengakui bahwa hasil revisinya ini lebih melihat fungsi otak dalam satu
kesatuan ranah (domain). Tidak seperti sebelumnya yang menggunakan klasifikasi
dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Pembagian tersebut
dikritisi banyak pihak karena cenderung membuat pendidikan beranggapan bahwa
adanya isolasi aspek-aspek dalam sebuah tujuan yang sama.
Pada revisi taksonomi Bloom kali ini, ranah kognitif tidak dianggap terpisah
dengan ranah afektif atau psikomotor, melainkan terkait antara satu dengan yang
lain. Karena semua aspek tersebut merupakan satu bagian utuh dari fungsi kerja

28
otak. Sebagai contoh, pada kategori pengetahuan metakognitif, di dalamnya juga
mencakup ranah kognitif dan afektif, juga psikomotor.
Revisi ini merupakan bukti fenomena kompleksitas fungsi otak. Weisstein
mengatakan, complexity is the theory of classifying problems based on how
difficult they are to solve. Sebutan ini cukup wajar karena masalah otak dan
fungsinya telah mengundang beragam teori yang secara tak langsung telah
menunjukkan betapa rumitnya kajian tentangnya.
“How amazing is it…” begitulah ungkapan dalam artikel Barry L. Aaronson.
Dalam narasi yang lebih sederhana, kami mencoba mengambil analog dari
gambaran saat seseorang sedang berpikir. Terkadang, dia akan terlihat
mengernyitkan dahi, memegang atau memijit-mijit keningnya. Orang lain yang
melihatnya, dengan mudah menebak kalau orang dengan tanda-tanda seperti itu
sedang melakukan proses berpikir.
Berpikir tentu saja merupakan aktifitas menggunakan otak. Karena informasi
yang dipikirkan berat, maka reaksi tubuh dan gesture penyerta semacam itu
menjadi indikasi seseorang sedang berpikir. Namun, saat seseorang
menyampaikan perasaan atau dengan kata, “hati-hati di jalan ya!”, mengapa yang
dipegang bukanlah kepala, tetapi malah memegang dada. Bukankah saraf emosi
dan perasaan juga berada dalam otak?.
Menfungsikan otak berarti menggunakan pikiran atau berpikir. Bartlett (1932)
mengartikan berpikir (thinking) sebagai (1) interpolasi yang memenuhi informasi,
(2) ekstrapolasi yang melampaui informasi yang diberikan, dan (3) re-interpretasi
yang mengatur kembali informasi. Terkait dengan hal ini pula, Mayer (1977)
menyarankan pengertian berpikir sebagai upaya mengarahkan dan menghasilkan
perilaku untuk memecahkan (solve) atau mencari solusi dari suatu masalah.
Pengertian ini selevel dengan kategori metakognitif Anderson dan Krathwohl.
Kompleksitas fungsi otak lainnya terkait dengan berpikir adalah adanya
pandangan para ahli cognitive neuroscientists. Marianne Szegedy, misalnya,
menegaskan bahwa aktifitas kognitif manusia dan perilakunya bergantung kepada
95 persen di bawah batas kesadaran manusia (subconscious awarness). Hanya 5
persen aktifitas manusia dilakukan berdasarkan kesadaran penuh (conscious

29
awareness). Konsep ini agak sulit disinergikan dengan kalsifikasi Anderson dan
Krathwohl dalam revisi Taksonomi Bloomnya.
8. Taksonomi Marzano
Robert Marzano, seorang peneliti pendidikan terkemuka, telah mengusulkan
apa yang disebutnya “Sebuah Taksonomi Baru dari Tujuan Pendidikan” (2000).
Dikembangkan untuk menjawab keterbatasan dari taksonomi Bloom yang telah
digunakan secara luas serta situasi terkini, model kecakapan berpikir yang
dikembangkan Marzano memadukan berbagai faktor yang berjangkauan luas,
yang mempengaruhi bagaimana siswa berpiki, dan menghadirkan teori yang
berbasis riset untuk membantu para guru memperbaiki kecakapan berpikir para
siswanya.
Taksonomi baru yang dikembangkan Marzano dibuat dari tiga sistem dan
Domain Pengetahuan, yang kesemuanya penting untuk berpikir dan belajar.
Ketiga system tersebut adalah Sistem-Diri (Self-System), Sistem Metakognitif,
dan Sistem Kognitif. Sewaktu berhadapan dengan pilihan untuk memulai tugas
baru, Sistem-Diri memutuskan apakah melanjutkan kebiasaan yang dijalankan
saat ini atau masuk dalam aktivitas baru; Sistem Metakognitif mengatur berbagai
tujuan dan menjaga tingkat pencapaian tujuan-tujuan tersebut; Sistem Kognitif
memroses seluruh informasi yang dibutuhkan, dan Domain Pengetahuan
menyediakan isinya.
Tabel 5. Tiga Sistem dan Domain Pengetahuan
Sistem -Diri
Keyakinan Keyakinan Emosi yang berhubungan dengan pengetahuan
tentang tentang
pentingnya Keefektifan
pengetahuan
Sistem Metakognitif
Penentuan Pemantauan Pemantauan Kejelasan Pemantauan Ketepatan
Berbagai dari
Tujuan Eksekusi
Belajar Pengetahuan
Sistem Kognitif
Penarikan Pemahaman Analisis Pemanfaatan
Kembali Pengetahuan
Mengingat Sintesa Kecocokan Pengambilan

30
Kembali Keputusan
Eksekusi Keterwakilan Pengklasifikasian Pemecahan masalah
Analisis Kesalahan Pertanyaan Percobaan
Generalisasi Penyelidikan
Baragam Prosedur
Spesifikasi Informasi Mental

Secara tradisional, focus dari sebagian besar pengajaran adalah komponen


pengetahuan. Para siswa diasumsikan membutuhkan sejumlah besar pengetahuan
sebelum mereka dapat berpikir secara serius tentang sebuah mata pelajaran.
Sayangnya dalam ruang kelas tradisional, pengajaran jarang didorong untuk dapat
lebih daripada sekedar penumpukan pengetahuan,menjadikan para siswa
bermental ”filing cabinet” yang penuh dengan beragam fakta, yang sebagian besar
dengan cepat terlupakan setelah ujian akhir.
Pengetahuan adalah sebuah faktor penting dalam berpikir. Tanpa adanya
kecukupan informasi tentang mata pelajaran, system-sistem yang lain hanya
bekerja sedikit sekali dan tidak akan dapat merekarekayasa proses belajar dengan
sukses. Sebuah mobil bertenaga tinggi dengan semua fitur teknologi terakhir
tetaplah membutuhkan bahan bakar untuk menjadikannya berfungsi. Pengetahuan
adalah bahan bakar yang memberikan tenaga pada proses berpikir.
Marzona mengidentifikasikan tiga kategori dari pengetahuan : informasi,
prosedur mental dan prosedur fisik.. Secara sederhana, bayangkanlah informasi
adalah sebagai “apa” dari pengetahuan, dan berbagai prosedur terkait adalah
“bagaimana caranya”.
9. Informasi
Informasi terdiri dari pengorganisasian beragam gagasan,seperti prinsip-
prinsip, penyederhanaan, dan rincian seperti kamus istilah dan fakta-fakta.
Berbagai prinsip dan penyederhanaan tersebut penting karena hal-hal tersebutlah
yang memungkinkan kita untuk dapat menyimpan lebih banyak informasi dengan
usaha lebih sedikit dengan menempatkan beragam konsep ke dalam berbagai
kategori. Sebagai contoh, seseorang dapat saja tidak pernah mendengar tentang
seekor akbash, tetapi begitu seseorang mengetahui bahwa hewan itu tergolong

31
seekor anjing, maka dia setidaknya akan mengetahui sedikit tentang akbash
tersebut.
1) Prosedur Mental
Berbagai prosedur mental dapat mencakup mulai dari beragam proses yang
rumit,seperti menulis sebuah kertas kerja yang penuh itilah sampai kepada tugas –
tugas yang lebih sederhana seperti taktik, algoritma, dan juga aturan-aturan
tunggal. Taktik, sebagaimana membaca peta, terdiri atas sekumpulan kegiatan
yang tidak perlu dilakukan dalam keteraturan yang khusus. Algoritma,
sebagaimana divisi penghitung yang pamjang, mengikuti sebuah aturan kaku
yang tidak berubah oleh situasi. Aturan-aturan tunggal, seperti yang mencakup
aturan permodalan , hanya berlaku secara khusus untuk beberapa instansi khusus
pula.
2) Prosedur Fisik
Tingkatan prosedur fisik dalam proses belajar bervariasi tergantung mata
pelajaran. Kemampuan fisik yang dibutuhkan untuk membaca buku, sebagai
contoh tidak lebih dari gerakan mata kiri ke mata kanan dan koordinasi minimum
yang dibutuhkan untuk membalikkan halaman buku. Di sisi lain, pendidikan
jasmani dan kejuruan membutuhkan beragam proses fisik yang luas dan canggih,
seperti bermain tennis atau membuat seperangkat mebel. Berbagai fakto yang
berkontribusi untuk proses-proses fisik yang efektif termasuk di dalamnya adalah
kekuatan, keseimbangan, keterampilan, ketangkasan, kecekatan, dan juga
kelincahan serta kecepatan bergerak. Banyak pula ragam kegiatan yang dapat para
siswa nikmati di waktu senggangnya seperti berolahraga atau memainkan
permainan elektronik membutuhkan prosedur fisik yang lebih halus.
3) Sistem kognitif
Proses mental dalam system kognitif dilaksanakan dari domain pengetahuan.
Proses ini memberi banyak orang akses informasi dan prosedur dalam ingatan
mereka dapat membantunya memanipulasi dan menggunakan pengetahuan ini.
Marzona memecah kognitif system ke dalam empat komponen : penarikan,
pengetahuan, pemahaman, analisis, dan penggunaan pengetahuan. Setiap proses
terbentuk dari seluruh proses sebelumnya. Pemahaman, sebagai contoh,

32
membutuhkan penarikan pengetahuan, analisis membutuhkan pemahaman, dan
seterusnya.
4) Penarikan pengetahuan
Seperti komponen pengetahuan dari Taksonomi Bloom, penarikan
pengetahuan melibatkan pemanggilan kembali informasi dari ingatan tetap. Pada
tingkat pemahaman ini, siswa lebih banyak memanggil berbagai fakta, urutan,
atau proses tepat saat mereka ada. Melalui pendidikan, manusia dapat
mengembangkan potensi dalam dirinya dan mem-berdayakan potensi alam dan
lingkungan. Salah satu bentuk pendidikan itu adalah melalui pembelajaran fisika
(Mufit, 2016:25)
5) Pemahaman
Pada tingkat yang lebih tinggi, pemahaman menuntut identifikasi apa yang
penting untuk diingat dan menmpatkan informasi ke dalam berbagai kategori yang
sesuai. Oleh karena itu, kecakapan awal dari pemahaman, sintesis, membutuhkan
identifikasi dari komponen-komponen paling penting dari sebuah konsep dan
penghilangan semua hal yang tidak signifikan. Sebagai contoh, siswa yang belajar
tentang ekspedisi lewis dan clark seharusnya sulit untuk mengingat rute yang
diambil para penjajah tetapi tidak sulit untuk mengingat berapa banyak senjata
yang mereka bawa. Tentu saja, apa yang penting untuk dipertimbangkan dari
berbagai konsep tergantung pada konteks yang dipelajari, jadi informasi yang
masuk tentang sebuah topic akan bervariasi terhadap situasi dan siswa.
6) Analisis
Lebih kompleks dibanding pemahaman sederhana, lima proses kognitif dalam
analisis adalah penyesuaian, pengklasifikasian, analisis kesalahan, dan spesifikasi.
Dengan terlibat dalam proses – proses ini, para pelajar dapat menggunakan apa
yang mereka pelajari untuk menghasilkan berbagai wawasan baru dan
menemukan berbagai cara menggunakan apa yang telah mereka pelajari dalam
berbagai situasi baru.
7) Penggunaan Pengetahuan
Tingkat akhir dari proses kognitif membahas penggunaan pengetahuan.
Marzona menyebut berbagai proses ini sebagai penggunaan pengetahuan, atau

33
menggunakan pengetahuan. Proses menggunakan pengetahuan adalah secara
khusus berbagai komponen penting dari berpikir untuk pelajaran berbasis proyek
berhubung mereka memasukkan berbagai proses yang digunakan oleh banyak
orang saat mereka ingin menyelesaikan sebuah tugas tertentu.
Pengambilan keputusan, sebuah proses kognitif melibatkan pengujian berbagai
pilihan untuk menentukan latihan yang paling sesuai untuk tindakan.
Pemecahan masalah terjadi saat sebuah rintangan ditemui dalam pencapaian
sebuah tujuan. Sub-kecakapan untuk proses ini memuat identifikasi dan analisis
masalah.
Investigasi mirip dengan pertanyaan percobaan tetapi melibatkan berbagai
kejadian masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Tidak seperti pertanyaan
percobaan yang memiliki berbagai aturan tertentu untuk bukti berdasar pada
analisis statistic, investigasi membutuhkan berbagai argument yang logis. Dalam
sebuah pertanyaan percobaan, para pelajar mengamati dan mencatat langsung data
tentang fenomena. Dalam investigasi, informasi tidak didapat langsung. Ia datang
dari penelitian dan berbagai opini orang lain melalui tulisan, pembicaraan, dan
pekerjaan lain. Siswa fisika SMA yang meneliti berbagai isu fisika saat ini dan
menggunakan apa yang mereka pelajari untuk mengajak para pembuat undang-
undang untuk mendanai berbagai jenis penelitian tertentu adalah membuat
investigasi
8) Sistem Metakognitif
Sistem metekognitif adalah “pengendalian misi” dari proses berpikir dan
mengatur semua system lainnya. System ini menentukan berbagai tujuan dan
membuat berbagai keputusan tentang informasi apa yang dibutuhkan dan proses
kognitif apa yang sangat sesuai dengan tujuan. Ia kemudian memantau berbagai
proses dan membuat perubahan sebagaimana yang dibutuhkan. Sebagai contoh,
seorang siswa sekolah menengah yang berkontribusi kepada museum virtual
tentang berbagai batu yang berbeda pertama-tama menetapkan berbagai tujuan
mengenai apa nanti tampilannya. Kemudian ia memilih strategi-strategi apa yang
akan ia gunakan untuk mencari tahu apa yang ia butuh ketahui dalam rangka
membuat halaman web. Setelah ia menerapkan strategi tersebut, ia memantau

34
seberapa baik mereka bekerja, merubah atau memodifikasi bagaimana ia bekerja
dalam rangka menyelesaikan tugas dengan sukses.
Penelitian atas metakognisi, khususnya dalam sastra dan matematika,
membuat sebuah kasus meyakinkan yang mengarahkan dan mendukung dalam
pengendalian dan pengaturan berbagai proses berpikir dapat memiliki dampak
yang kuat atas pencapaian (Paris, Wasik, turner, 1991; Schoenfeld, 1992).
9) Sistem Diri Sendiri
Sebagaimana diketahui oleh para guru, memberikan siswa petunjuk dalam
berbagai strategi kognitif, meskipun memastikan dengan berbagai kecakapan
metoda kognitif, tidak selalu untuk memastikan bahwa mereka akan belajar. Para
guru juga sering terkejut mendapati bahwa seorang siswa telah menyelesaikan
sebuah tugas yang menuruti mereka terlalu jauh dan terlalu sulit. Berbagai situasi
ini terjadi karena akar dari seluruh pelajaran adalah system diri sendiri. Sistem ini
meliputi berbagai sikap, keyakinan dan perasaan yang menentukan motivasi
seseorang untuk menyelesaikan tugas. Berbagai factor yang berkontribusi untuk
motivasi adalah kepentingan, keefektifan dan emosi.
10) Kepentingan
Saat seorang siswa berhadapan dengan sebuah tugas pelajaran, satu dari
berbagai tanggapannya adalah untuk menentukan bagaimana pentingnya tugas
tersebut untuknya. Apakah ini sesuatu yang ingin ia pelajari atau sesuatu yang ia
yakini ia butuhkan untuk pelajari ? Akankah pelajaran membantunya
menyelesaikan tujuan yang telah ditentukan di awal ?
11) Keefektifan
Keefektifan, bagaimana dijelaskan oleh seorang pembuat teori pelajaran social,
Albert Bandura (1994) , mengacu pada keyakinan banyak orang mengenai
kemampuan mereka menyelesaikan sebuah tugas dengan sukses. Siswa dengan
tingkat keefektifan yang tinggi menghadapi berbagai tugas yang menantang,
dengan keyakinan bahwa mereka memiliki tugas berbagai sumber untuk sukses.
Para siswa menjadi terlibat secara dalam –dalam tugas ini, fokus pada pengerjaan
tugas, dan mengatasi berbagai tantangan.

35
Bandura menjelaskan beberapa cara dimana para siswa dapat mengembangkan
berbagai perasaan kefektifan diri sendiri. Cara yang paling kuat adalah melalui
berbagai pengalaman sukses. Pengalaman harus apakah terlalu sulit atau terlalu
mudah. Mengulang kesalahan melemahkan keefektifan diri sendiri, tetapi sukses
yang berlebihan pada berbagai tugas sederhana menggagalkan rasa dari
fleksibilitas yang dibutuhkan untuk tetap fokus pada berbagai tugas yang sulit.
12) Emosi
Meskipun para siswa tidak dapat mengendalikan emosinya yang berhubungan
dengan pengalaman belajar, perasaan ini memiliki dampak besar pada motivasi.
Pelajar yang efektif menggunakan kecakapan metakognitifnya untuk membantu
mereka berdamai dengan berbagai tanggapan emosional dan mengambil
keuntungan dari berbagai tanggapan positif. Sebagai contoh, seorang siswa
dengan emosi negative yang membaca berbagai materi teknis dapat memutuskan
untuk membaca buku teks kimianya saat terjaga, lebih daripada sesat sebelum ia
tidur.

36
BAB III

PEMBAHASAN

A. Matriks Penilaian Berbasis Kelas


Tabel 6. Matriks Penilaian Berbasis Kelas

No. Pembahasan Penilaian Kelas

1. Pengertian  Penilaian berbasis kelas dapat diartikan sebagai


suatu proses pengumpulan, pelaporan dan
penggunaan data dan informasi tentang hasil belajar
peserta didik untuk menetapkan tingkat pencapaian
dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan.
 Penilaian kelas merupakan suatu proses yang
dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan,
penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi
melalui sejumlah bukti yang menunjukkan
pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan
dan penggunaan informasi tentang hasil belajar
peserta didik.
 Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai cara,
seperti penilaian unjuk kerja (performance),
penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil
test), penilaian proyek, penilaian produk, penilaian
melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik
(portofolio), dan penilaian diri.
2. Manfaat Manfaat Penilaian Kelas
Manfaat penilaian kelas antara lain sebagai berikut:
a. Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik
agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam
proses pencapaian kompetensi.

37
b. Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis
kesulitan belajar yang dialami peserta didik
sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial
c. Untuk umpan balik bagi guru dalam memperbaiki
metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar
yang digunakan.
d. Untuk masukan bagi guru guna merancang kegiatan
pembelajaran.
e. Untuk memberikan informasi kepada orang tua dan
komite sekolah tentang efektivitas pendidikan.
f. Untuk memberi umpan balik bagi pengambil
kebijakan (Diknas Daerah) dalam
mempertimbangkan konsep penilaian kelas.
3. Fungsi Fungsi Penilaian Kelas
Penilaian kelas memiliki fungsi sebagai berikut:
g. Memberikan informasi sejauhmana seorang peserta
didik telah menguasai suatu kompetensi.
h. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam
rangka membantu peserta didik memahami dirinya,
membuat keputusan tentang langkah berikutnya,
baik untuk pemilihan program, pengembangan
kepribadian maupun untuk penjurusan (sebagai
bimbingan).
i. Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan
prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik dan
sebagai alat diagnosis yang membantu guru
menentukan apakah seseorang perlu mengikuti
remedial atau pengayaan.
j. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses
pembelajaran yang sedang berlangsung guna
perbaikan proses pembelajaran berikutnya.

38
k. Sebagai kontrol bagi guru dan sekolah tentang
kemajuan perkembangan peserta didik.
4. Prinsip-prinsip Prinsip-Prinsip Penilaian Kelas
a. Validitas, Validitas berarti menilai apa yang
seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang
sesuai untuk mengukur kompetensi.
b. Reliabilitas,Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi
(keajegan) hasil penilaian. Penilaian yang reliable
(ajeg) memungkinkan perbandingan yang reliable
dan menjamin konsistensi.
c. Menyeluruh,Penilaian harus dilakukan secara
menyeluruh, mencakup semua kompetesi dengan
menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai
beragam kompetensi peserta didik.
d. Berkesinambungan,Penilaian harus dilakukan secara
terencana, bertahap, dan terus-menerus
e. Objektif,Penilaian harus dilaksanakan secara adil,
terencana, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam
pemberian skor
f. Mendidik,Proses dan hasil penilaian dapat dijadikan
dasar untuk memotivasi, memperbaiki proses
pembelajaran bagi guru, meningkatkan kualitas hasil
belajar, serta membina peserta didik agar tumbuh
dan berkembang secara optimalnilaian yang reliabel
petunjuk pelaksanaan proyek dan penskorannya
harus jelas.
5. Rambu-rambu Rambu Rambu Penilaian Kelas
Dalam melaksanakan penilaian di Kelas, guru perlu
mengetahui beberapa rambu-rambu dalam pelaksanaan
penilaian, ini sangat penting karena dapat menjadi acuan

39
dalam proses penilaian, rambu-rambu tersebut
diantaranya:
a. Memandang penilaian dan kegiatan belajar
mengajar secara terpadu
b. Mengembangkan strategi yang mendorong dan
memperkuat penilaian sebagai cermin diri
c. Melakukan berbagai strategi penilaian dalam
program pengajaran untuk menyediakan berbagai
jenis informasi tentang hasil belajar peserta didik
d. Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus
peserta didik
e. Mengembangkan dan menyediakan sistem
pencatatan yang bervariasi dalam pengamatan
kegiatan belajar peserta didik
f. Menggunakan cara dan alat penilaian yang
bervariasi yaitu dengan cara penialaian unjuk kerja,
sikap, tertulis, proyek, produk, penggunaan
portofolio, dan penilaian diri, serta
g. Mendidik dan meningkatkan mutu proses
pembelajaran selektif mungkin.
6. Taksonomi a. Latar belakang revisi taksonomi bloom
Bloom b. Perubahan taksonomi bloom
c. Dimensi proses kognitif
d. Dimensi pengetahuan
e. Dimensi taksonomi anderson
f. Kata kerja operasional taksonomi anderson
g. Taksonomi marzano
h. Informasi

40
B. Perbedaan Evaluasi dan Penilaian
Tabel 7. Perbedaan Evaluasi dan Penilaian
Komponen Penilaian Evaluasi
Arti Proses mengumpulkan, meninjau, Evaluasi digambarkan sebagai
dan menggunakan data, untuk tujuan tindakan memberikan penilaian
peningkatan kinerja saat ini berdasarkan serangkaian standar
Alam Diagnostik Penghakiman
Bentuk Memberikan umpan balik tentang Menentukan sejauh mana tujuan
kinerja dan bidang peningkatan tercapai
Tujuan Formatif Sumatif
Orientasi Berorientasi pada proses Berorientasi produk
Umpan Balik Berdasarkan pengamatan dan poin Berdasarkan tingkat kualitas sesuai
positif dan negatif standar yang ditetapkan
Hubungan Reflektif Preskriptif
antar pihak
Kriteria Ditetapkan oleh kedua belah pihak Ditetapkan oleh evaluator
bersama-sama
Standar Mutlak Komparatif
Pengukuran

41
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penilaian kelas adalahsuatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah
perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui
sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik,
pengolahan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik.
2. Manfaat penilaian kelas, yaitu: untuk memberikan umpan balik bagi peserta
didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian
kompetensi, memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang
dialami peserta didik, umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode,
pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan, masukan bagi guru
guna merancang kegiatan pembelajaran dan memberikan informasi kepada
orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan dan untuk
memberi umpan balik bagi pengambil kebijakan (Diknas Daerah) dalam
mempertimbangkan konsep penilaian kelas.
3. Fungsi penilaian kelas, yaitu: memberikan informasi sejauhmana seorang
peserta didik telah menguasai suatu kompetensi, mengevaluasi hasil belajar
peserta didik, menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang
bisa dikembangkan peserta didik, menemukan kelemahan dan kekurangan
proses pembelajaran dan sebagai kontrol bagi guru dan sekolah tentang
kemajuan perkembangan peserta
4. Prinsip-prinsip penilaian kelas adalah validitas reliabilitas, menyeluruh,
berkesinambungan, objektif, dan mendidik
5. Rambu-rambu penilaian kelas adalah memandang penilaian dan kegiatan
belajar mengajar secara terpadu, mengembangkan strategi yang mendorong
dan memperkuat penilaian sebagai cermin diri, melakukan berbagai strategi
penilaian dalam program pengajaran mempertimbangkan berbagai kebutuhan
khusus peserta didik, mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan

42
yang bervariasi, menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi ,
mendidik dan meningkatkan mutu proses pembelajaran selektif mungkin
6. Taksonomi bloom dalam penilaian kelas adalahlatar belakang revisi
taksonomi bloom, perubahan taksonomi Bloom, dimensi proses kognitif,
dimensi pengetahuan, dimensi taksonomi anderson, kata kerja operasional
taksonomi Anderson, taksonomi Marzano dan informasi

B. Saran
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat
saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah
ini dapat memberikan sedikit manfaat bagi pembaca pada umumnya dan
pemakalah pada khususnya.

43
DAFTAR PUSTAKA

Basrowi dan Siskandar. 2012. Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja. Bandung :


Karya Putra Darwati Bandung.

Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat

Festiyed. 2012. Penilaian Proses Pembelajaran Fisika. UNP.

Festiyed. 2017. “Effectiveness of Adaptive Contextual LearningModel of


Integrated Science by Integrating DigitalAge Literacy on Grade VIII
Students”. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering. Hal
1-8. doi:10.1088/1757-899X/335/1/012067

Festiyed, F., dkk. 2018. “The Development Of Integrated Science Instructional


Materials To Improve Students Digital Literacy In Scientific Approach”.
Jurnal Pendidikan Indonesia, Hal. 442-450. DOI: 10. 15294/ JPII. V7i4.
13613

Loren W. Anderson and David R. Krathwohl. 2001. Taxonomy Learning,


Teaching, and Assessing, Longman, New York

Masriyah. 2012. Pengembangan Pedoman Guru SMP/MTs untuk


Mengembangkan Asesmen Autentik dengan Memanfaatkan Hasil Revisi
Taksonomi Bloom untuk Pembelajaran Matematika. Makalah hasil
penelitian. PPs Unesa Surabaya.
Mufit, Fatni, dkk. 2015. “ Pengaruh Lks Berorientasi Pendekatan Saintifik Dalam
Metode Quantum Learning Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X
SMA Negeri 2 Padang”. Jurnal Physic of Eduaction. Vol. 6, Hal. 25-32.
Mufit, Fatni, dkk. 2019. “Pengembangan LKS Berbasis Konflik Kognitif
Terintegrasi Literasi Baru Pada Materi Fluida Untuk Siswa Kelas XI
SMA”. Jurnal Physic of Education. Vol. 12, No.4, Hal. 793-800.
Peraturan Pemerintah RI No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan
Ribut, W.E. Arif B.W. 2007. “Penerapan Alat Penilaian Berbasis Kompetensi
PembelajaranBahasa IndonesiaBagi Siswa Sd Muhammadiyah I Malang”.
Jurnal Dedikasi. Vol.4, Hal. 83-94.
Saepuddin Asis. 2012. “Merancang Teknik Penilaian Berbasis Kelas: Kasus Guru
Fiqih Tsanawiyah”. Jurnal Pendidikan Islam. UIN Sunan Gunung Djati

44
Soedjadi., R.2006. Mengenal Revisi Taxonomy Bloom. Surabaya: PPs Unesa.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Sunani Nuning Hidayah, 2008. Sistem penilaian berbasis kelas dalam
pembelajaran bahasa indonesia studi kebijakan di SMP Negeri Kabupaten
Karanganyar. T.1203004 – Pascasarjana
Supriadi Muhammad. 2005. Analisis System Penilaian Kelas Dalam Kegiatan
Belajar Mengajar. Fakultas Tarbiyah IAI
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Wibowo, Dwi Cahya. 2013. Taksonomi Anderson. http://dwicahyadiwibowo.
Blogspot.com/2013/02/taksonomi-anderson.html.Diakses pada tanggal 01
Maret 2015.
Widodo, Suryo. 2003. “Penilaian Hasil Belajar Matematika berdasarkan Kriteria
Senk, Jurnal Ilmiah“Jurnal Cakrawala Pendidikan” ISSN: 1410-9883 Vol.
5 April 2003 Hal 74-87
Widodo, Surya. 2003. Beberapa Catatan Evaluasi Pembelajaran. Diktat:
FPMIPA IKIP PGRI.

45

Anda mungkin juga menyukai