OLEH :
Prima Nora Ananda
20175012/2020
DOSEN PEMBIMBING :
Prof. Dr. Festiyed, M.S.
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah assesmen pembelajaran fisika dengan judul ” Bentuk-Bentuk Asesmen
Penalaran, Taksonomi Bloom, Norris-Ennis Framework, Marzano’s
dimension of learning, the Quellmalz framework”.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun
berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu khususnya dosen pengampu mata kuliah pengembangan
bahan ajar fisika, Ibu Prof. Dr. Festiyed, M.S dan Ibuk Dr. Fatni Mufid, S.Pd.,
M.Si.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya. Semoga makalah ini bisa
dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam dunia pendidikan, kurikulum sangatpenting karena merupakan
penyangga terlaksananya sebuah proses belajar mengajar dikelas. Proses
pendidikan dalam kegiatan pembelajaran di kelas akan berjalan dengan lancar,
kondusif, interaktif apabila kurikulum benar-benar dijadikan pedoman atau
penyangga sebuah proses pembelajaran. Pendidikan di Indonesia saat ini
menerapkan kurikulum yang terbaru yaitu kurikulum 2013. Kurikulum 2013
merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. Di dalam proses
pembelajaran asesmendigunakan untuk mengukur tingkat pemahaman peserta
didik. Kategori rancangan asesmen yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku
adalah di antaranya ialah asesmen yang berbasis pada penalaran.
Asesmen yang berbasis penalaran ini sangatpenting karena dapat melatih
peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir seseorang harus
dilatih sejak usia sekolah, jika pada saat usia tersebut seseorang mendapat latihan
berpikir tingkat tinggi, maka seseorang akan terbiasa berpikir tingkat tinggi
sehingga daya pikirnya juga tinggi, begitu sebaliknya ketika usia tersebut
seseorang mendapat latihan berpikir tingkat rendah maka daya pikirnya juga
rendah. Maksud dari kemampuan berpikir tersebut ialah kemampuan
menggunakan daya pikirnya untuk menyelesaikan berbagai permasalahan.Hal ini
berkaitan erat dengan salah satu karakteristik pembelajaran Fisika, yaitu
penyelesaian masalah seputar gejala alam dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi telah menjadi salah satu prioritas dalam
pembelajaran Fisika.Tuntutan kompetensi pengetahuan, bahwa peserta didik
diharapkan mampu memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan. Begitu juga pada kompetensi inti, keterampilan peserta
didik diharapkan mampu mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
5
sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Pada praktiknya, penilaian berbasis penalaran bukan hal yang mudah
dilakukan oleh guru, perlu persiapan yang matang dan guru harus betul-betul
menguasai materi. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa guru
Fisika di lapangan dapat disimpulkan bahwa ternyata di lapangan guru-guru
Fisika sudah menyadari pentingnya asesmen berbasis penalaran.Namun pada
pelaksanaannya asesmen yang dilakukan oleh guru ternyata belum dapat
megembangkan kemampuan penalaran peserta didik secara optimal.
Untuk dapat mengembangkan kemampuan penalaran peserta didik diperlukan
kemampuan untuk membuat hubungan antara pengalaman dan pengetahuan agar
dapat menjelaskan apa yang dilihat, dipikirkan dan disimpulkan. Berdasarkan
permasalahan tersebut penulis menyusun sebuah makalah yang akan membahas
tentang bagaimana seorang guru dapat merancang penilaian yang mampu
meningkatkan kemampuan penalaran peserta didik dan penerapannya dalam
pembelajaran Fisika.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang penulis ajukan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Bagaimana bentuk-bentuk asesmen penalaran dalam pembelajaran fisika?
2. Bagaimana merancang asesmen penalaran pembelajaran fisika?
3. Bagaimana bentul-bentuk mengases hasil belajar dalam pembelajaran fisika?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Menjelaskan tentang bentuk-bentuk asesmen penalaran.
2. Mengetahui rancangan asesmen penalaran.
3. Menjelaskan bentul-bentuk mengases hasil belajar dalam pembelajaran fisika.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan bagi pembaca
khususnya untuk guru.
6
2. Membantu peserta didik memahami tentang bagaimana pelaksanaan evaluasi
dalam pendidikan.
E. Landasan Agama
Dalam Al-Qur‟an telah memuat ayat-ayat yang mengisyaratkan tentang
sebuah evaluasi atau penilaian sebagai prinsip dasar yang harus dipedomani dalam
sebuah kegiatan penilaian. Di antara ayat-ayat itu diantaranya yaitu Al-Qur‟an
Surah At-Taubah ayat 105.
Artinya: Dan katakanlah, "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Kata “ ْ ” َع َملَ ُكمberarti amalmu atau pekerjaan. Kata ini bisa berarti “amalan di
dunia yakni berupa prestasi selama di dunia”. Dalam bahasa, hasil dari amalan
atau pekerjaan itu adalah kinerja, performance. Jadi ungkapan “fasayarallâhu
„amalakum wa rasûluhû wal mu‟minûn” sejatinya adalah pelaksanaan merancang
bentuk-bentuk asesmen penalaran dan merancang bentuk-bentuk mengases hasil
belajar, yang perlu diperhatikan, pengungkapan kata “Allah, Rasul, dan Mukmin”
(yang dalam bahasa Arab menggunakan i‟rab rafa‟, sebagai subjek), berarti para
penilai itu tidak saja Allah, tetapi juga melibatkan pihak lain, yakni Rasul dan
kaum Mukmin. Kemudian, dijelaskan bahwa untuk mengetahui sejauh mana
kuatnya iman seseorang, Allah SWT mengevaluasinya melalui berbagai cobaan
yang besar. Allah SWT dalam Al-Qur‟an surat Al-Ankabut ayat 2-3.
7
Artinya: Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) me-
ngatakan:’Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan
sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka,
maka sesungguh-nya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”
Allah pasti akan membalas setiap amal perbuatan manusia berdasarkan apa
yang telah mereka kerjakan. Artinya jika seseorang melaksanakan pekerjaan
dengan baik dan menunjukkan kinerja yang baik maka ia akan mendapat hasil
yang baik pula dari kerjaannya dan akan memberikan keuntungan bagi
organisasinya seperti firman adalam dalam Al-Qur‟an surat Al-Ahqaaf ayat 19.
Artinya: Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka
kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-
pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan.
F. Landasan Yuridis
a. Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Dalam BAB I pasal 1 dijelaskan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan
pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai
komponen penndidikan, pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan sebagai
bentuk pertanggung jawaban penyelenggaraan pendidikan. Pasal 57 Ayat (1)
evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional
sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.Ayat (2) evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga dan
program pendidikan non formal.
b. Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013
Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang standar prosespendidikan dasar
dan menengah menjelaskan bahwa perencanaan pembelajaran meliputi pe-
nyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber
8
belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penilaian
proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic
assesment) yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh.
Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dengan
menggunakan alat: angket, observasi, catatan anekdot, dan refleksi.
c. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 mengatur tentang standar penilaian
pendidikan menyatakan bahwa penilaian adalah proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
Dalam BAB II pasal 3 ayat 1 dinyatakan bahwa penilaian hasil peserta didik pada
pendidikan dasar dan pendidikan menengah meliputi aspek: sikap, pengetahuan
dan keterampilan. Selanjutnya tujuan penilaian dinyatakan pada BAB III pasal 4
ayat 1 yaitu untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar dan
perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Kemudian pada
BAB VII pasal 14 ayat 1 menyatakan bahwa instrumen penilaian yang digunakan
oleh pendidik dalam bentuk penilaian berupa tes, pengamatan, penugasan
perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi dan tingkatperkembangan peserta didik. Adapun tugas dan wewenang
BSNP diatur dalam Pasal 76 Ayat 3: Untuk melaksanakan tugas-tugasnya BSNP
mempunyai wewenang untuk:
1) Mengembangkan Standar Nasional Pendidikan;
2) Menyelenggarakan ujian nasional;
3) Memberikan rekomendasi kepada pemerintah dan pemerintah daerah dalam
penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan;
4) Merumuskan kriteria kelulusan dari satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
Menurut BSNP, penilaian adalah prosedur yang digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didik, hasil penilaian
digunakan untuk melakukan evaluasi yaitu pengambilan keputusan terhadap
ketuntasan belajar siswa dan efektivitas proses pembelajaran. Informasi tentang
prestasi dan kinerja siswa tersebut merupakan proses pengolahan data yang
9
diperoleh melalui kegiatan assessment baik dengan pengukuran maupun non
pengukuran. Dapat dikatakan bahwa proses pengukuran dan non pengukuran
untuk memperoleh data karakteristik peserta didik dengan aturan tertentu ini
disebut dengan assessment. Hasil pengukuran akan selalu berupa angka-angka
atau data numerik, sedang hasil non pengukuran akan berupa data kualitatif.
Informasi tersebut dapat digunakan oleh pendidik untuk berbagai keperluan
pembelajaran diantaranya adalah:
Menilai kompetensi peserta didik;
Bahan penyusunan laporan hasil belajar; dan
Landasan memperbaiki proses pembelajaran.
Penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Prinsip penilaian
hasil belajar:
a. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemam-
puan yang diukur;
b. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,
tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;
c. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
d. Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;
e. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;
f. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai,
untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta didik;
g. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku;
h. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan; dan
10
i. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
mekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam bentuk ulangan,
pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan. Penilaian hasil
belajar oleh pendidik digunakan untuk:
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Asesmen
Asesmen adalah proses pengumpulan informasi guna membuat keputusan.
Pengertian asesmen menurut Widoyoko (2012) adalah kegiatan menafsirkan data
hasil pengukuran berdasarkan kriteria maupun aturan-aturan tertentu. Asesmen
juga memiliki terminologi khusus guna mendeskripsikan sekalian aktivitas yang
dikerjakan oleh pengajar untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan,
keterampilan dan sikap dari para pembelajar. Asesmen dapat juga didefinisikan
sebagai suatu istilah umum yang meliputi belajar peserta didik (observasi, rata-
rata pelaksanaan tes tertulis) dan format penilaian kemajuan belajar
(Abidin,2014). Tindakan asesmen sangat erat kaitannya dengan pengambilan
keputusan. Semakin meningkat jumlah peristiwa pengambilan keputusan dari
asesmen tentang nasib pembelajar, semakin serius konsekuensi dan implikasinya
dalam jangka panjang. Berdasarkan informasi tersebut guru akan dapat menyusun
program pembelajaran yang bersifat realitas sesuai dengan kenyataan objektif.
12
dari pengembangan diri yang sehat, baik bagi individu (peserta didik) maupun
bagi organisasi/kelompok.
13
d. Untuk umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan,
kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan.
e. Untuk memberikan pilihan alternatif penilaian kepada guru.
f. Untuk memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah
tentang efektivitas pendidikan.
14
7. Menggunakan teknik dan instrument asesmen yang bervariasi. Asesmen
kelas dapat dilakukan dengan cara tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk
kerja, proyek, dan pengamatan partisipasi peserta didik dalam proses
pembelajaran sehari-hari sesuai dengan kompetensi dasar yang harus
dikuasai.
8. Melakukan asesmen secara berkesinambungan terhadap semua Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk memantau proses, kemajuan,
dan perbaikan hasil dalam bentuk tes formatif dan sumatif.
1. Sahih (Valid)
Validitas dalam asesmen mempunyai pengertian bahwa dalam melakukan
penilaian harus ”menilai apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat
yang sesuai untuk mengukur kompetensi”. Apabila yang diukur sikap, tetapi
asesmen mengukur pengetahuan, maka asesmen tersebut tidak valid. Kesahihan
asesmen biasanya diukur dalam prosentase atau dalam derajat tertentu dengan alat
ukur tertentu.
2. Konsisten (Reliable)
Pengertian reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil
penilaian.Penilaian yang ajeg (reliable) memungkinkan perbandingan
yang reliable, menjamin konsistensi, dan keterpercayaan.Contoh, dalam menguji
kompetensi peserta didik dalam melakukan eksperimen di laboratorium.Sepuluh
peserta didik melakukan eksperimen dan masing-masing menulis laporannya.
Penilaian ini reliable jika guru dapat membandingkan taraf penguasaan sepuluh
peserta didik itu dengan kompetensi eksperimen yang dituntut dalam kurikulum.
Penilaian ini reliable jika tiga puluh peserta didik yang sama mengulangi
eksperimen yang sama dalam kondisi yang sama dan hasilnya ternyata sama. Jika
15
alat asesmen yang sama dilakukan terhadap kelompok peserta didik yang sama
beberapa kali dalam waktu yang berbeda-beda atau situasi yang berbeda-beda,
memberikan hasil yang sama, maka asesmen dinyatakan ajeg.
3. Objektif
Objektif dalam konteks penilaian adalah bahwa proses penilaian yang
dilakukan harus meminimalkan pengaruh-pengaruh atau pertimbangan subjektif
dari guru. Dalam implementasinya, penilaian harus dilaksanakan secara
objektif.Dalam hal tersebut, penilaian harus adil, terencana, berkesinambungan,
menggunakan bahasa yang dapat dipahami peserta didik, dan menerapkan kriteria
yang jelas dalam pembuatan keputusan atau pemberian angka (skor).Asesmen
dikatakan objektif jika tidak mendapat pengaruh subjektif dari pihak penilai.
4. Komprehensif
Asesmen proses dan hasil belajar hendaknya menyeluruh, mengases semua
ranah kompetensi peserta didik, baik sikap, pengetahuan maupun keterampilan.
Dengan menggunakan beragam teknik dan instrumen asesmen, sehingga mampu
menggambarkan profil kompetensi peserta didik secara utuh.
5. Mendidik
Asesmen dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran bagi guru dan
meningkatkan kualitas belajar bagi peserta didik.
D. Asesmen Penalaran
Hakikat penalaran atau reasionoing dijelaskan oleh Pariangan (2016) dalam
jurnalnya bahwa penalaran merupakan aktivitas atau proses-proses berpikir.
Proses berpikir merupakan seperangkat operasi mental yang meliputi;
pembentukan konsep, pembentukan prinsip, pemahaman, pemecahan masalah,
pengambilan keputusan dan penelitian. Reasoningmerupakan bagian bepikir yang
berada diatas level retentionatau recall.
Sedangkan pengertian penalaran menurut Tim Balai Pustaka (Suratman,2005),
istilah penalaran mengandung tigapengertian, yaitu:
a. Cara (hal) menggunakan nalar, pemikiran, atau cara berpikir logis.
16
b. Hal mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan
dengan perasaan atau pengalaman.
c. Proses mental dalam mengembangkanpikiran dari beberapa fakta atau prinsip.
Penalaran adalah suatu cara berpikirmanusia yang mampu mengaitkan suatu
idedengan pemikiran lain yang tidak hanya ada di fisika tetapi juga dalam ilmu
pengetahuan laindan kehidupan sehari-hari.Seperti yang diungkapkan oleh
Kusumah(Yuniarti, 2007) mengungkapkan bahwapenalaran adalah cara berpikir
yangmemperlihatkan hubungan antara dua hal ataulebih berdasarkan sifat dan
aturan yang telahdiakui kebenarannya dengan menggunakanlangkah-langkah
hingga mencapai suatukesimpulan.
Jadi, Asesmen penalaran adalah kegiatan pengumpulan bukti yang dilakukan
secara sengaja untuk membuat hubungan antara pengalaman dan pengetahuan
agar dapat menjelaskan apa yang dilihat, dipikirkan dan disimpulkan.
17
F. Dasar Pemikiran Asesmen Penalaran
Nuryani Rustaman menyatakan bahwa kerangka dalam asesmen penalaran
terdiri dari Taksonomi Bloom, Kerangka Norris-Ennis, Kerangka Quellmalz, dan
dimensi pembelajaran Marzano. Masing-masing dasar pemikiran tersebut akan
diuraikan selanjutnya.
1. Taksonomi Bloom
Secara umum, Bloom menyatakan klasifikasi kemampuan hasil belajar terbagi
menjadi:
a. Ranah Kognitif
Merupakan kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh pengetahuan,
pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran.
b. Ranah Afektif
Berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan
terhadap suatu obyek
c. Ranah Psikomotor
Kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan
(berkaitan dengan gerak fisik).
Berdasarkan klasifikasi dari kemampuan hasil belajar tersebut, penalaran
termasuk pada ranah kognitif. Pada tahun 1956, Benjamin Bloom menulis
“Taxonomy atas Tujuan Pendidikan: Domain Kognitif”, dan sejak saat itu
deskripsi dari enam tingkat proses berpikir yang dibuatnya dengan segera
diadaptasi serta digunakan dalam berbagai macam ragam konteks. Daftar atas
proses kognitif yang dibuatnya, disusun dan diurutkan dari yang paling sederhana,
mengingat kembali pengetahuan yang telah dimiliki, sampai dengan yang paling
rumit, yaitu memutuskan nilai dan manfaat dari suatu gagasan. Tabel 1
menunjukkan tingkat pemikiran yang pada awalnya dikemukakan Bloom :
Tabel 1. Taksonomi Bloom awal
Tahap
Definisi Kata Kunci
Pemikiran
Pengetahuan Mengingat kembali Identifikasi, deskripsi, nama,
informasi label, pengenalan,
reproduksi, menyertai,
18
Tahap
Definisi Kata Kunci
Pemikiran
mengikuti
Pemahaman Pemahaman terhadap Ringkasan, mengubah,
makna, interpretasi dari mempertahankan,
sebuah konsep mengartikan, interpretasi,
pemberian contoh
Penerapan Penggunaan dari informasi Membangun, membuat,
atau konsep dalam suatu model, perkiraan, prediksi,
situasi yang baru persiapan
Analisis Memecah informasi atau Membandingkan, memecah,
konsep ke dalam beberapa membedakan, memilih,
bagian untuk memisahkan
menjadikannya lebih
mudah dipahami
Sintesis Menggabungkan beberapa Kategorisasi, generalisasi,
gagasan secara bersama rekonstruksi
untuk membentuk sesuatu
yang baru
Evaluasi Memutuskan nilai dan Meninjau, kritik, menilai,
manfaat argumentasi, dukungan
19
kekeliruan yang ada pada taksonomi yang asli. Tidak seperti versi 1956,
taksonomi yang baru membedakan antara “tahu tentang sesuatu” (knowing what),
isi dari pemikirannya itu sendiri, dan “tahu tentang bagaimana melakukannya”
(knowing how), sebagaimana prosedur yang digunakan dalam menyelesaikan
masalah. Oleh karena itu, dimensi proses kognitif atas perbaikan taksonomi yang
dibuat oleh Bloom tersebut, sebagaimana versi aslinya, memiliki enam kecakapan
seperti Tabel 2.
Tabel 2. Taksonomi Bloom Terbaru
Tahap
Definisi Kata Kunci
Pemikiran
Mengingat pengenalan kembali dan mengenali, memanggil ulang
(remembering) memanggil ulang (recall)
informasi yang sesuai dari
ingatan jangka panjang
Memahami kemampuan untuk mengartikan dan memaknai
(understanding) mengartikan dan memaknai sendiri, mencontohkan,
dari bahan pendidikan, membuat klasifikasi, meringkas,
seperti bahan bacaan dan menyimpulkan,
penjelasan guru membandingkan, menjelaskan
Menerapkan mengacu kepada mengeksekusi / melaksanakan,
(applying) penggunaan sebuah menerapkan
prosedur yang telah
dipelajari baik dalam situasi
yang telah dikenal maupun
pada situasi yang baru
Menganalisis memecah pengetahuan membedakan,
(analyzing) menjadi bagian-bagian kecil mengorganisasikan,
dan memikirkan bagaimana memberikan atribut
bagian-bagian tersebut
berhubungan dengan
struktur keseluruhan
seutuhnya
Evaluasi mencakup pemeriksaan memeriksa, mengkritisi
(evaluating) (checking) dan pengritisian
(critiquing)
Menciptakan melibatkan usaha untuk membangkitkan, merencanakan,
(creating) meletakkan berbagai hal menghasilkan
20
Tahap
Definisi Kata Kunci
Pemikiran
secara bersama untuk
menghasilkan suatu
pengetahuan baru
2. Norris-Ennis’s Framework
Menurut Norris-Ennis Framework dalam Stiggin (1994) terdapat dua belas
indikator keterampilan kritis yang dikelompokkan dalam lima aspek keterampilan
berpikir kritis seperti di tunjukkan pada Tablel 3:
Tabel 3. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Norris Ennis
21
Keterampilan berpikir kritis Sub keterampilan berpikir kritis
22
e. Kebiasaan berpikir produktif (productive habits of mind)
Kelima dimensi belajar yang telah disebutkan diatas saling berhubungan satu
sama lain dan tidak dapat berjalan dalam keadaan terpisah. Dimensi pertama dan
kelima merupakan dasar untuk menjalankan dimensi kedua, ketiga, dan keempat.
Jika peserta didikmemiliki sikap persepsi negatif terhadap pembelajaran, maka
proses belajar yang meliputi dimensi dua, tiga dan empat pada peserta didika tidak
akan berjalan dengan baik. Sebaliknya bila peserta didikmemiliki sikap dan
persepsi positif makapeserta didikakan belajar lebih banyak dan hal-hal yang
terkait dengan dimensi dua, tiga dan empat dapat dilaksanakan dengan baik.
Demikian halnya bila peserta didik telah terbiasa berpikir secara produktif, maka
proses belajar pada diri siswa akan terfasilitasi. Dimensi belajar tersebut saling
berinteraksi dapat dilihat pada Gambar 1.
23
kerangka yang dapat digunakan untuk mengorganisasi kurikulum, instruksi
pembelajaran dan asesmen.
Marzano (1993) membagi habits of mind ke dalam tiga kategori yaitu: self
regulation, critical thinking dan creative thinking. Self regulation meliputi: (a)
menyadari pemikirannya sendiri, (b) membuat rencana secara efektif, (c)
menyadari dan menggunakan sumber-sumber informasi yang diperlukan, (d)
sensitif terhadap umpan balik dan (e) mengevaluasi keefektifan tindakan.
Critical thinking meliputi: (a) akurat dan mencari akurasi, (b) jelas dan mencari
kejelasan, (c) bersifat terbuka, (d) menahan diri dari sifat impulsif, (e)
mampu menempatkan diri ketika ada jaminan, (f) bersifat sensitif dan tahu
kemampuan temannya.Creative thinking meliputi: (a) dapat melibatkan diri
dalam tugas meski jawaban dan solusinya tidak segera nampak, (b) melakukan
usaha semaksimal kemampuan dan pengetahuannya, (c) membuat, menggunakan,
memperbaiki standar evaluasi yang dibuatnya sendiri, (d) menghasilkan cara baru
melihat situasi yang berbeda dari cara biasa yang berlaku pada umumnya.
Habits of mind memerlukan banyak keterampilan majemuk, sikap,
pengalaman masalalu dan kecenderungan. Hal ini berarti bahwa kita menilai satu
pola berpikir terhadap yang lainnya. Oleh karena itu hal tersebut menunjukkan
bahwa kita harus memiliki pilihan pola mana yang akan digunakan pada waktu
tertentu. Termasuk juga kemampuan apa yang diperlukan untuk mengatasi
sesuatu di lain waktu, sehingga habits of mind dijabarkan sebagai beriku.
Pertama, value, memilih menggunakan pola perilaku cerdasdaripada pola lain
yang kurang produktif; (b) Inclination, kecenderungan, perasaan dan tendensi
untuk menggunakan pola perilaku cerdas; (c). Sensitivity, tanggap terhadap
kesempatan dan kelayakan menggunakan pola perilaku; (d) Capability, memiliki
keterampilan dasar dan kapasitas dalam hubungannya dengan perilaku; (e)
Commitment adalah secara konstan berusaha untuk merefleksi dan meningkatkan
kinerja pola perilaku cerdas (Costa & Kallick,2000a; Costa & Kallick, 2000b).
4. Quellmalz’s Framework
Quellmalz (1987) memberikan kita visi lain yang sangat baik dari proses
penalaran. Proses berfikir yang dikemukan oleh Quellmalz relatif sederhana,
24
gamblang, sangat mudah untuk dianalisa dan dipakai oleh guru dan peserta didik.
Setelah mengkaji kerangka kerja pendidikan, psikologi dan kerangka filsafat yang
disajikan dalam literatur profesional selama beberapa dekade, Quellmalz
menemukan bahwa hal-hal tersebut memiliki elemen-elemen dasar: ingatan
(recall), analisa (analysis), perbandingan (comparison), kesimpulan (inference),
dan penilaian (evaluation).
Dari semua uraian yang dipelajari, dilaporkan bahwa pengoperasian prinsip
dalam belajar tidak ada yang isinya bebas berfikir, semua penalaran dan
pemecahan masalah bersumber dari dasar ilmu pengetahuan. Tanpa pengetahuan
prasyarat, tidak ada masalah yang dapat diselesaikan. Sehingga dimulai dengan
mengingat (recall) sebagai masukan pertama dalam kerangka kerja
Quellmalz.Stiggins (1988) mengemukakan kerangka pemikiran Quellmalz tentang
penalaran seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Quellmalz Framework of Thinking Skills (Stiggins, et.al, 1988)
Persamaan
dengan
Contoh
Kategori Definisi Kata Kunci Kategori
Penyelidikan
Taksonomi
Bloom
25
Persamaan
dengan
Contoh
Kategori Definisi Kata Kunci Kategori
Penyelidikan
Taksonomi
Bloom
menguraikan
informasi yang
diberikan dengan
kata-kata sendiri.
Untuk mengingat
informasi, siswa
harus sering
berlatih dan
menghubungkan
satu konsep
dengan konsep
yang lain.
26
Persamaan
dengan
Contoh
Kategori Definisi Kata Kunci Kategori
Penyelidikan
Taksonomi
Bloom
proses dan
bagaimana
bagian dari
sesuatu cocok
satu sama lain;
memahami
hubungan
kausal,
mendapatkan
informasi dari
chart, grafik,
diagram, dan
peta. Analisis
lebih dari
sekedar
mengulang
hafalan;
sebaliknya,
analisis
melibatkan
penyusunan ilmu
pengetahuan
secara reflektif
dan dengan cara
yang baru.
27
Persamaan
dengan
Contoh
Kategori Definisi Kata Kunci Kategori
Penyelidikan
Taksonomi
Bloom
perbedaan.
Perbandingan
sederhana
didasarkan pada
satu atau
beberapa sifat
yang lebih nyata,
sedangkan
perbandingan
kompleksmemerl
ukan identifikasi
yang lebih luas
dari sejumlah
karateristik
tentang suatu hal
yang ingin
dibandingkan.
Perbandigan
dimulai dengan
keseluruhan/seba
gian hubungan
dalam kategori
analisis dan
membawanya ke
tahapan
selanjutnya.
28
Persamaan
dengan
Contoh
Kategori Definisi Kata Kunci Kategori
Penyelidikan
Taksonomi
Bloom
29
Persamaan
dengan
Contoh
Kategori Definisi Kata Kunci Kategori
Penyelidikan
Taksonomi
Bloom
kredibilitas,
manfaat atau
kegunaan
menggunakan
kriteria yang
telah ditetapkan
dan menjelaskan
bagaimana
kriteria tersebut
cocok atau tidak.
4. Klasifikasi
Kata kunci: mengelompokkan, memisahkan, menggolongkan, memberikan
contoh
5. Menduga dan menarik kesimpulan
30
Kata kunci: menerjemahkan, implikasi, menggambarkan kesimpulan,
memprediksi, menghipotesis, mengeneralisasi
6. Evaluasi
Kata kunci: membenarkan, mendukung opini, berpikir kritis, menghargai,
mengkritik, berdebat, mempertahankan, membantah, mengevaluasi,
mengadili, dan membuktikan.
BAB III
PEMBAHASAN
31
1 Widoyoko kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran
berdasarkan kriteria maupun aturan-aturan tertentu
(2012: 3)
32
2 Sudjana (2005) a. Mendeskripsikan kecakapan belajar para peserta
didik sehingga dapat diketahuikelebihan dan
kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau
mata pelajaranyang ditempuh;
b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan
pengajaran di sekolah,yakni seberapa jauh
keefektifannya dalam mengubah tingkah laku
para peserta didik ke arah tujuan pendidikan
yang diharapkan;
c. Menentukan tindak lanjut hasil asesmen, yakni
melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam
hal program pendidikan dan pengajaran serta
strategi pelaksanaannya;
d. Memberikan pertanggungjawaban
(accountability) dari pihak sekolah kepada
pihak-pihak yang berkepentingan. Oleh karena
itu, penggunaan jenis asesmen yang tepat akan
menentukan keberhasilan dalam memperoleh
informasi yang berkenaan dengan proses
pembelajaran.
3 Balitbang a. Untuk mengetahui tingkat pencapai kompetensi
Depdiknas (2006: selama dan setelah proses pembelajaran
3) berlangsung.
b. Untuk memberikan umpan balik bagi peserta
didik agar mengetahui kekuatan dan
kelemahannya dalam proses pencapaian
kompetensi.
c. Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis
kesulitan belajar yang dialami peserta didik
sehingga dapat dilakukan pengayaan dan
remedial.
33
d. Untuk umpan balik bagi guru dalam
memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan
sumber belajar yang digunakan.
e. Untuk memberikan pilihan alternatif penilaian
kepada guru.
f. Untuk memberikan informasi kepada orang tua
dan komite sekolah tentang efektivitas
pendidikan
34
yang diharapkan;
c. Menentukan tindak lanjut hasil asesmen, yakni
melakukan perbaikan dan penyempurnaan
dalam hal program pendidikan dan pengajaran
serta strategi pelaksanaannya;
d. Memberikan pertanggungjawaban
(accountability) dari pihak sekolah kepada
pihak-pihak yang berkepentingan. Oleh karena
itu, penggunaan jenis asesmen yang tepat akan
menentukan keberhasilan dalam memperoleh
informasi yang berkenaan dengan proses
pembelajaran.
35
D. Matrik Dasar Pemikiran Asesmen Penalaran
Matrik Perbedaan Taksonomi Bloom lama dan baru
Pemikiran Pemikiran
Pengetahuan Mengingat kembali Identifikasi, deskripsi, Mengingat Pengenalan kembali dan Mengenali,
informasi nama label, pengenalan, memanggil ulang memanggil ulang
reproduksi, menyertai, informasi yang sesuai
mengikuti. dengan ingatan jangka
panjang.
Pemahaman Pemahaman terhadap Ringkasan, mengubah, Memahami Kemampuan untuk Mengartikan dan
makna, interpretasi dari mempertahankan, mengartikan dan memaknai sendiri,
sebuah konsep. mengartikan, interpretasi, memaknai dari bahan mencontohkan,
contoh. pendidikan seperti bahan membuat klasifikasi,
bacaan dan penjelasan meringkas,
guru. menyimpulkan,
membandingkan,
menjelaskan.
Penerapan Penggunaan dari informasi Membangun, model, Menerapkan Mengacu pada penggunaan Mengeksekusi,
atau konsep dalam suatu membuat, perkiraan, sebuah prosedur yang telah melaksanakan,
situasi yang baru. prediksi, persiapan. dipelajari baik dalam menerapkan.
situasi yang telah dikenal
maupun pada situasi yang
36
baru.
Evaluasi Memutuskan nilai dan Meninjau, kritik, menilai, Mencipta Melibatkan usaha untuk Membangkitkan,
manfaat. argumentasi, dukungan. meletakkan berbagai hal merencanakan,
secara bersama untuk menghasilkan.
menghasilkan suatu
pengetahuan baru.
37
Pengetahuan, Pemahaman, Membandingkan, Pemahaman Analisis (analysis),
Menyimpulkan, dan (comprehension), perbandingan
Penerapan, Mengevaluasi Analisis (analysis), dan (comparison), Penarikan
Analisis, Penggunaan (utilization) kesimpulan (inference),
dan Penilaian
Sintesis, Evaluasi (evaluation)
Taksonomi Bloom
Terbaru :
Mengingat,
Memahami,
Menerapkan,
Menganalisis,
Mengevaluasi/Menilai,
Mencipta
E. Contoh Soal
No Taksonomi Indikator Soal
Bloom
1 C.1. Mengingat Menjelaskan konsep suhu Pemanasan global menyebabkan kenaikan suhu pada permukaan bumi. Salah satu
(Remember) dalam kehidupan sehari- penyebab pemanasan global adalah pencemaran udara karena peningkatan volume
CO2. Berdasarkan klasifikasi materi, CO2 merupakan …
hari
a. Campuran Homogen c. Senyawa
38
b. Campuran Heterogen d. Unsur
2 C.2. Memahami Menjelaskan konsep suhu Salah satu akibat dari pemanasan global adalah hilangnya habitat katak emas. Hal ini
(Understand) dalam kehidupan sehari- berkaitan dengan ciri-ciri makhluk, dimana katak tidak dapat …
a. Bernapas c. Berkembang biak
hari
b. Bergerak d. Peka terhadap rangsangan
3 C.3. Menghitung alat ukur suhu WMO (World Meteorological Organization) menyatakan suhu rata-rata bumi dari
Mengaplikasikan dan skala suhu Januari hingga September 2017 mengalami kenaikan sebesar 1,10C. Besar kenaikan
(Apply) suhu tersebut jika diukur menggunakan termometer fahrenheit akan menjadi …
a. 33,980F c. 30,020F
b. 1,980F d. 20F
Saat cuaca panas, anjing tidak dianjurkan untuk olahraga secara berlebihan.
Hal ini untuk mengurangi resiko semakin meningkatnya suhu tubuh anjing. Ketika
anjing memiliki suhu tubuh yang tinggi karena cuaca panas atau olahraga berlebihan
maka anjing dalam kondisi demam tinggi. Anjing yang terserang demam tinggi
39
ditandai dengan kelesuan, depresi, gemetar, hilangnya nafsu makan, muntah, batuk,
dan keluarnya ingus pada anjing. Ketika suhu tubuh anjing sudah mencapai 41,10C
maka komplikasi yang serius dan fatal dapat terjadi. Oleh karena itu, ketika anjing
terserang demam tinggi maka upaya pertama yang dapat dilakukan yaitu dengan
memberinya air sedikit demi sedikit.
Pada saat cuaca panas, anjing akan menjulurkan lidah. Hal ini dilakukan oleh anjing
agar ….
a. Terjadi penguapan pada lidah sehingga suhu tubuh anjing tetap terjaga
b. Masuknya udara ke dalam tubuh anjing sehingga tubuh anjing menjadi dingin
c. Pemilik anjing mengetahui bahwa anjing membutuhkan minum
d. Anjing dapat meminum air dengan cepat
5 C.5. Evaluasi Membuktikan hubungan
(Evaluate) antara suhu dengan waktu
40
6 C.6. Membuat Siswa melakukan Gambar disamping merupakan percobaan saat sebuah es batu
(Create) penyelidikan mengenai yang dipanaskan. Gunakanlah stopwatch, dan ukurlah suhu pada
hubungan suhu dengan es batu disetiap selang waktu 2 menit? Jelaskanlah hubungan
waktu antara suhu dengan waktu!
Mengingat (recall) Saat air mendidih akan muncul Apakah saja efek Buatlah grafik hubungan Jelaskanlah mengenai
gelembung-gelembung dari pemuaian dalam perubahan suhu dengan konsep suhu!
bawah air menuru ke atas. Hal
kehidupan? waktu!
ini menyebabkan…
Analisis (analysis) Es krim memiliki massa sebesar Ketika suhu bumi Sebuah es mencair dengan Apakahkamumengetahui
800 gram dan kalor jenis es meningkat akibat selang waktu tertentu. apa yang terjadi saat
2.100 kal/g°C dibiarkan di udara pemanasan global, Tata
41
terbuka maka es krim lama meghidupkan AC di Gambarkanlah grafik antara mobil yang bergerak
kelamaan akan mencair. Hal ini kamarnya.Tata membuat suhu dengan waktu! tiba-tiba berhenti? Coba
terjadi karena es krim skala sebuah termometer
ceritakan secara detail.
mendapatkan kalor dari matahari baru dengan titik tetap
yang membuat es krim bawahnya 20oX dan titik
mengalami kenaikan suhu dari tetap atasnya 1200X
0°C sampai 20°C. sebesar … seperti pada gambar 1a di
samping. Jika
a. 33600 kkal Tatamelakukan
b. 336 kkal pengukuran terhadap suhu
kamarnya menggunakan
c. 3360 kkal termometer X maka
termometer X
d. 33,6 kkal
menunjukkan angka 400
X. Jika Tata ingin
mengetahui suhu
kamarnya jika diukur
menggunakan termometer
Celcius, maka termometer
Celcius akan
menunjukkan angka
berapa?
0
Perbandingan Sebuah benda bersuhu 50 C. Air yang memiliki massa
(comparison) Perbandingan suhu Reamur dan 1000 kg dengan
Fakrenheit pada benda tersebut
perubahan suhunya
yaitu...
a. 1 : 2 sebesar 600C, maka
b. 2 : 1
42
c. 1 : 4 berapakah kalor yang ada
d. 4 : 1 pada air?
Penarikan Ami, Lia, dan Doni Lakukanlah analisis pada es
kesimpulan melakukan percobaan baru yang dipanaskan. Apa
(inference) untuk membuktikan yang bisa kamu simpulkan
Suhu rendah ke suhu yang tinggi perubahan wujud pada es dari kegiatan tersebut?
batu yang mencair.
Jarak antar partikel es krim yang
membeku dan yang mencair Mereka menyiapkan alat
dapat dilihat seperti pada dan bahan, lalu
gambar di atas, sehingga dapat merangkainya seperti
disimpulkan bahwa jarak
gambar di samping.
partikel pada es adalah ...
Mereka memanaskan es
a. Jarak antar partikel relatif
dengan menggunakan
dekat pada es yang mencair
b. Jarak antar partikel relatif panas yang berasal dari
jauh pada es yang spiritus. Selama
mengkristal
memanaskan es mereka
c. Jarak antar partikel relatif
jauh pada es yang membeku mengamati perubahan
d. Jarak antar partikel relatif wujud dan pertambahan
dekat pada es yang
suhu dari es melalui
membeku
termometer. Dari
percobaan tersebut apa
yang dapat disimpulkan?
43
Penilaian - Menurut pendapatmu,
(evaluation) apa upaya terbaik untuk
mengurangi panas yang
ada dalam tubuh ketika
seusai olahraga?
44
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah memahami penjelasan diatas maka dapat diambil kesimpulan, yaitu:
1. Asesmen penalaran adalah kegiatan pengumpulan bukti yang dilakukan secara
sengaja untuk membuat hubungan antara pengalaman dan pengetahuan agar
dapat menjelaskan apa yang dilihat, dipikirkan dan disimpulkan.
2. Kerangka dalam asesmen penalaran terdiri dari Taksonomi Bloom, Kerangka
Norris-Ennis, Kerangka Quellmalz, dan dimensi pembelajaran Marzano.
3. Penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi
atau bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap
spritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keteram-
pilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan setelah
proses pembelajaran.
B. Saran
Sebagai seorang guru Fisika kita harus bisa mampu mengaplikasikan
asenesmen penalaran. Dari mulai merancang hingga ke pelaksanaanya di dalam
kelas.Agar setiap penalaran peserta didik dapat dinilai dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
45
Anderson, O. W. &Krathwohl, D. R. 2001. A taxonomy for learning, teaching,
and assessing: a revision of bloom’s taxonomy of educational objectives. New
York: Longman.
Balitbang Depdiknas. 2006. Panduan Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta:
Depdiknas.
Desmauli, Pariangan. PROSIDING SNIPS 2016: Kemampuan Penalaran Siswa
pada Pembelajaran Fisika dengan Teknik Pembelajaran Think-Talk-
WriteKelas XI SMA Negeri 1 Inderalaya. 21-22 Juli 2016, Hal. 843-847
Kusairi, Sentot.Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan: Analisis Asesmen
Formatif Fisika SMA Berbantuan Komputer.
Phil, E. H. M. & Indrawati. 2009. Penilaian Hasil Belajar untuk Guru SMP.
Bandung: PPPPTK IPA.
Slameto, 2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara
Suryabrata, S. 2005. Metodologi penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Stiggins, R. J. Maggie, M. G, Karen, R.W. (1988). Measuring Thinking Skills in
the Classroom. Journal of Education Measurement, Vol. 26, No. 3, pp. 233-
246.
Sudjana,Nana.2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosadakarya.
Trisnawaty dan Ibrahim.JurnalPendidikan Sains Pascasarjana Universitas
Negeri Surabaya:Pengembangan Instrumen Asesmen yang Berpusat pada
Siswa dalam Pembelajaran Fisika. Vol: 1, No. 1, November 2011, Hal. 1-5.
Uno, Hamzah B. dan Satria Koni. 2012.Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Quellmalz, Edys. (1987). Developing Reasoning Skills in Baron, J & Sternberg,
R. Teaching Skills: Theory & Practice. New York: Freeman Press.
Widoyoko,E. P. 2012.Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:
PustakaPelajar
46