Anda di halaman 1dari 96

Hari/Tanggal : Kamis/ 12 November 2020

Tugas Pribadi : 6
Kelompok :6

MAKALAH
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA
“Validitas, Reliabilitas, Praktikalitas dan Efektivitas Bahan Ajar Non Cetak Meliputi
Audio, Audio Visual, Video, Multimedia, Display (Berbasis ICT)”

Oleh:

PRIMA NORA ANANDA


20175012/2020

DOSEN PEMBIMBING:
Prof. Dr. Festiyed, M.S
Dr. Asrizal, M.Si

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Validitas, Reliabilitas, Praktikalitas dan Efektivitas Bahan Ajar Non Cetak Meliputi
Audio, Audio Visual, Video, Multimedia, Display (Berbasis ICT)”. Sholawat beriring
salam penulis sampaikan kepada nabi Muhammad SAW karena beliau telah
membawa kita dari alam yang penuh dengan kejahilan menuju alam yang penuh
dengan keimanan seperti yang kita rasakan sekarang ini.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengembangan Bahan Ajar dan untuk menambah pengetahuan penulis tentang
validitas, reliabilitas, praktikalitas dan efektivitas bahan ajar non cetak meliputi audio,
audio visual, video, multimedia, display (berbasis ICT). Dengan adanya makalah ini
penulis berharap dapat membantu teman-teman dalam mata kuliah Pengembangan
Bahan Ajar Fisika.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun
berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah Pengembangan Bahan
Ajar Fisika, Ibu Prof. Dr. Hj. Festiyed, M.S dan Bapak Dr.Asrizal, M.Si
Penulis menyadari dalam penyajian makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dari pembaca, agar penulis dapat
memperbaiki kesalahan tersebut pada pembuatan makalah selanjutnya. Akhir kata,
semoga makalah ini bermanfaat sebagaimana yang diharapkan. Amin.

Dharmasraya,10 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL....................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................................v
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................3
C. Tujuan Penulisan................................................................................3
D. Manfaat Penulisan..............................................................................3
E. Landasan Agama..................................................................................4
F. Landasan Yuridis................................................................................8
BAB II. LANDASAN TEORI.............................................................................11
A. Konsep Bahan Ajar Non Cetak..........................................................11
B. Jenis-Jenis Bahan Ajar Non Cetak.....................................................16
1. Bahan Ajar Audio .......................................................................16
2. Bahan Ajar Audio Visual ............................................................20
3. Video ...........................................................................................23
4. Bahan Ajar Multimedia ...............................................................27
5. Display.........................................................................................33
C. Tahap Pembuatan Bahan Ajar Non Cetak..........................................37
D. Validitas Bahan Ajar Non Cetak........................................................40
E. Reliabilitas Bahan Ajar Non Cetak....................................................47
F. Praktikalitas Bahan Ajar Non Cetak..................................................49
G. Efektivitas Bahan Ajar Non Cetak.....................................................53
BAB III. PEMBAHASAN.....................................................................................67
A. Matriks Perbedaan Validitas, Reliabilitas, Praktikalitas dan
Efektivitas..........................................................................................67
B. Matriks Perbedaan Bahan Ajar Non Cetak........................................68

ii
C. Matriks Kelebihan dan Kekurangan Bahan Ajar Non Cetak.............70
D. Kisi-kisi Validitas Bahan Ajar Non Cetak Berupa Video.................73
E. Instrumen Validitas Bahan Ajar Non Cetak Berupa Video...............75
F. Kisi-Kisi Praktikalitas Bahan Ajar Non Cetak Berupa Video...........79
G. Instrumen Praktikalitas Bahan Ajar Non Cetak Berupa Video.........80
BAB IV. PENUTUP.................................................................................................84
A. Kesimpulan........................................................................................84
B. Saran..................................................................................................84
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................85

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 1. Pemetaan KI-KD untuk menentukan jenis bahan ajar yang digunakan......37
Tabel 2. Storyboard....................................................................................................38
Tabel 3. Bobot Pernyataan Validitas.........................................................................46
Tabel 4. Kriteria Validitas..........................................................................................47
Tabel 5. Kriteria Reliabilitas......................................................................................49
Tabel 6. Kriteria Kepraktisan ....................................................................................52
Tabel 7. Perbedaan Validitas, Reliabilitas, Praktikalitas dan Efektivitas..................67
Tabel 8. Matriks Perbedaan Audio, Audio Visual, Multimedia, dan Display...........68
Tabel 9. Matriks Kelebihan dan Kekurangan Bahan Ajar Non Cetak.......................70
Tabel 10. Kisi-kisi Validitas Bahan Ajar Non Cetak Berupa Video.........................73
Tabel 11.Kisi-kisi Praktikalitas Bahan Ajar Non Cetak Berupa Video.....................79

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 1. Prosedur Produksi Audio.........................................................................19
Gambar 2. One-Group Pretest-Posttest Design.........................................................54
Gambar 3. Grafik Distribusi Chi Kuadrat .................................................................59
Gambar 4. Grafik Distribusi T...................................................................................64

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan
Dasar Dan Pendidikan Menengah menyatakan bahwa proses pembelajaran
diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan, menantang, inspiratif, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Demi tercapainya amanat
peraturan kementrian pendidikan nasional itu, kurikulum 2013 telah memberikan
ruang melalui kegiatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran. untuk itu, setiap satuan
pendidikan harus berupaya untuk melakasanakan pendidikan yang mampu
memberikan stimulus kepada peserta didik untuk berperan aktif, dan kreatif dalam
melaksanakan pembelajaran.
Kualitas suatu program pendidikan dan latihan dipengaruhi oleh banyak faktor,
diantaranya kualitas bahan ajar, metode pembelajaran, sarana prasarana, lingkungan
dan lain sebagainya. Bahan ajar perlu dikembangkan karena merupakan bagian yang
tidak terpisah dalam suatu rangkaian proses pembelajaran, sehingga keberadaannya
sangat diperlukan baik oleh sasaran (pengguna) baik guru dan siswa, maupun
instruktur dan peserta pelatihan.
Bahan ajar adalah bahan atau materi yang disusun oleh guru secara sistematis
yang digunakan peserta didik (siswa) dalam pembelajaran. Pengertian bahan ajar
lainnya adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara lengkap dan
sistematis berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang digunakan guru dan siswa
dalam proses pembelajaran merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru
atau instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Bahan ajar merupakan salah satu alat bantu dalam kegiatan pembelajaran dalam
pemenuhannya harus sesuai dengan kompetensi yang diinginkan, tanpa pemahaman
terhadap hal tersebut maka siapapun yang akan mengembangkan bahan ajar akan

1
mengalami kesulitan. Bahan ajar ini digunakan sebagai pendukung dalam proses
pendidikan dan latihan yang dilaksanakan. Kegiatan pengembangan bahan ajar adalah
kegiatan akademik yang dapat dilakukan sendiri oleh seorang tenaga pendidik.
Keberadaan bahan ajar merupakan aspek yang penting sebagai penunjang
keberhasilan dalam pembelajaran.
Hal ini senada dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar
proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa guru harus bisa
mengembangkan perangkat pembelajaran termasuk bahan ajar. Depdiknas (2008: 3)
menyebutkan bahwa bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan
pendidikan di sekolah. Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah dalam
melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar.
Bahan ajar dapat berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Bahan ajar
bersifat sistematis artinya disusun secara urut, mengikuti proses pengembangan
sistem, sehingga memudahkan siswa belajar. Pengembangan bahan ajar dilakukan
berdasarkan suatu proses yang sistematik agar kesahihan dan keterpercayaan bahan
ajar dapat dijamin. Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap kualitas
bahan ajar dan harus selalu diperhatikan dalam proses pengembangan  bahan ajar,
yaitu isi, cakupan, keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwajahan dan pengemasan.
Pengembangan bahan ajar yang sistematis dimulai dari proses perancangan dan
pengembangannya dapat berupa aktivitas mengembangkan sendiri, atau
menggunakan bahan ajar yang sudah ada, sampai pada uji coba bahan ajar.
Pengetahuan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hasil perlu
dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar dan prosedur pengembangan
bahan ajar yang sistematik. Hal yang perlu diperhatikan adalah validitas, reliabilitas,
praktikalitas, dan efektifitas bahan ajar tersebut. Untuk itu dalam makalah ini akan
dibahas menentukan validitas, praktikalitas, reliabilitas, dan efektifitas bahan ajar non
cetak meliputi audio, audio visual, video, multimedia dan display.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada makalah
ini, yaitu:
1. Apakah pengertian bahan ajar non cetak?
2. Bagaimana cara menentukan validitas bahan ajar non cetak?
3. Bagaimana cara menentukan reliabiltas bahan ajar non cetak?
4. Bagaimana cara menentukan praktikalitas bahan ajar non cetak?
5. Bagaimana cara menentukan efektivitas bahan ajar non cetak?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah berdasarkan rumusan masalah di atas adalah
sebagai berikut.
1. Mengetahui pengertian bahan ajar non cetak.
2. Mengetahui cara menentukan validitas bahan ajar non cetak.
3. Mengetahui cara menentukan reliabiltas bahan ajar non cetak.
4. Mengetahui cara menentukan pratikalitas bahan ajar non cetak.
5. Mengetahui cara menentukan efektivitas bahan ajar non cetak.
D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak,
terutama:
1. Tenaga pendidik, sebagai tambahan wawasan validitas, reliabilitas, praktikalitas
dan efektivitas bahan ajar non cetak meliputi audio, audio visual, video,
multimedia, display (berbasis ICT) serta masukan dalam menyusun bahan ajar
non cetak
2. Penulis, sebagai wadah untuk mengembangkan kompetensi, menambah
pengetahuan mengenai validitas, reliabilitas, praktikalitas dan efektivitas bahan
ajar non cetak meliputi audio, audio visual, video, multimedia, display (berbasis
ICT) serta sebagai modal untuk menulis tesis dan melakukan penelitian ilmiah
dalam pengembangan bahan ajar non cetak.
E. Landasan Agama

3
Kebijaksanaan Allah SWT dalam menetapkan Nabi Adam sebagai khalifah
melalui pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan yang berikan melalui malaikat
oleh Allah SWT. Dalam Q.S Al-Baqarah ayat 31-32 Allah SWT berfirman:

Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)


seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-
orang yang benar!. Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami
ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana".
Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang
berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu. Hal-hal ini dapat terlaksana dengan
baik atas ketersediaan bahan ajar yang baik sehingga materi-materi yang diajarkan
dapat tersampaikan dengan benar. Bahan ajar tersebut dapat berupa apa saja, baik
media cetak maupun non cetak. Alquran yang memperintahkan manusia untuk tetap
belajar dan mengambil pelajaran. Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Qamar ayat 40

ِّ ِ‫ولََق ْد يَ َّس ْرنَا الْ ُق ْرآ َن ل‬


‫لذ ْك ِر َف َه ْل ِمن ُّم َّدكِ ٍر‬ َ
Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka
adakah orang yang mengambil pelajaran?”
Hal ini juga dipertegas dengan surah Al-Baqarah ayat 145.

4
Artinya : “dan walaupun engkau (Muhammad) memberikan semua ayat (keterangan)
kepada orang-orang yang diberi Kitab itu, mereka tidak akan mengikuti kiblatmu dan
engkaupun tidak akan mengikuti kiblat mereka. Sebagian mereka tidak akan
mengikuti kiblat sebagian yang lain. Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka
setelah sampai ilmu kepadamu, niscaya engkau termasuk orang-orang zalim”.
Dari ayat diatas dapat diperoleh kesimpulann bahwa orang-orang yang berilmu
tidak akan goyah keilmuan dan dirinya terhadap apapun yang menghadang. Jadi ilmu
yang diperoleh dari proses pembelajaran melatih sikap pribadi seseorang untuk
bersikap teguh sesuai dengan hal yang benar.
Surat At-Taubah ayat 122

Artinya : “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya”.
Ayat diatas menjelaskan bahwa ilmu yang telah diperoleh pun harus kita bagi kepada
sesama agar ilmu tersebut bermanfaat. Saling berbagi dari sebuah hasil pembelajaran.
Sejalan dengan ayat diatas, ditambah pula dengan surat Az-Zumar ayat 9:

5
Artinya: “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang
yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut
kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah
sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.
Ayat diatas menyatakan bahwa dengan belajar memupuk sikap rendah hati dan takut
kepada Allah SWT. dan pada surat Mujadalah ayat 11

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-


lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan”.
Dapat disimpulkan bahwa tidak ada jalan untuk mengenal Allah, meraih ridha-
Nya serta menggapai keuntungan dan kedekatan dengan-Nya, kecuali dengan ilmu.
Ilmu adalah cahaya yang diberikan Allah dengan cara mengutus para Rasul,
menurunkan kitab-kitab, dan Allah juga memberi petunjuk dari kesesatan dan
kebodohan. Maka manusia sebagai makhluk ciptaan Allah perlu memiliki ilmu

6
sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan di dunia dan
sebagai bekal untuk akhirat nanti.
Konsep reliabilitas terdapat dalam surat Ali-Imran ayat 139:

Artinya : Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-
orang yang beriman.
Sejalan dengan ayat diatas, reliabilitas juga terdapat dalam surat Fussilat ayat
30 :

Artinya:Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah"


kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada
mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih;
dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".
Sejalan dengan itu konsep praktikalitas juga terdapat pada surat Al-Kahfi ayat 103-
104:

Artinya: Katakanlah: "Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-


orang yang paling merugi perbuatannya. Yaitu orang-orang yang Telah sia-sia
perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa
mereka berbuat sebaik-baiknya”.

7
Al-qur’an berisi petunjuk dan pedoman bagi umat manusia. Begitu juga dalam
mengembangkan bahan ajar, agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Maka, bahan
ajar yang akan digunakan dalam pembelajaran, perlu dievaluasi terlebih dahulu.
Pengembangan bahan ajar tersebut harus dihitung reliabilitasnya atau tingkat
kepercayaannya. Reliabilitas ini penting karena bahan ajar merupakan pedoman bagi
siswa dalam mendapatkan ilmu, sehingga bahan ajar yang dibuat oleh guru harus
sesuai dengan kebenaran.
F. Landasan Yuridis
Menurut PP Nomor 74 Tahun 2008 pasal 3 ayat 4 tentang guru menjelaskan
kompetensi pedagogik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan
guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya
meliputi:
1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;
2. Pemahaman terhadap peserta didik;
3. Pengembangan kurikulum atau silabus;
4. Perancangan pembelajaran;
5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
6. Pemanfaatan teknologi pembelajaran;
7. Evaluasi hasil belajar; dan
8. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
Berdasarkan PP Nomor 74 Tahun 2008 pasal 3 ayat 4 tentang guru kita ketahui
bahwa guru harus memiliki wawasan kependidikan, memahami peserta didik,
mengembangkan silabus maksudnya mengembangkan silabus agar sesuai dengan
kondisi yang ada disekolah, perancangan pembelajaran maksudnya bahwa guru
merancang suatu pembelajaran melalui RPP dan bantu menggunakan bahan ajar yang
mendukung pelajaran yang akan diajarkan (bahan ajar cetak). Kemudian pelaksanaan
pembelajaran yang mendidik dan dialogis maksudnya pelaksanaan pembelajaran
yang mendidik dengan atau menggunakan bahan ajar cetak sebagai media

8
penyampaian pelajaran. Pemanfaatan teknologi pembelajaran maksudnya guru
menggunakan teknologi sebagai alat untuk membuat bahan ajar cetak. Mengevaluasi
hasil belajar melalui ulangan atau ujian. Pengembangan peserta didik untuk
memgaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya maksudnya mendukung
semua kegiatan yang bisa mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.
Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20
Tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan nasional berperan mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, disebutkan dalam undang-undang
tersebut bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Untuk mengembangkan potensi
peserta didik sesuai dengan yang diharapkan maka guru perlu mengembngkan
sumber belajar yang mampu menarik minat dan keinginan siswa. Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 angka 1
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pembelajaran adalah suatu proses yang dapat mengembangkan seluruh
potensi siswa. Rusman (2017: 12-13) menyatakan bahwa “pembelajaran merupakan
suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu
dengan yang lainnya meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi”. Sedangkan
menurut Festiyed (2015:160) menyatakan bahwa pembelajaran dalam kurikulum
2013 harus dilakukan dalam pola yang terintegrasi. Menurut Permendikbud Nomor
23 Tahun 2016 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta
didik, antara peserta didik dengan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

9
Dalam interaksi tersebut ada dua faktor yang sangat mempengaruhi pembelajaran,
yaitu: faktor internal yang berasal dari dalam peserta didik dan faktor eksternal yang
berasal dari luar peserta didik seperti lingkungan. Salah satu tugas guru dalam proses
pembelajaran adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya
perubahan perilaku bagi peserta didik dengan menggunakan bahan ajar yang sesuai
Pendidik perlu mengembangkan bahan ajar agar siswa memiliki hasil belajar
yang positif sesuai dengan kurikulum yang ada, perkembangan kebutuhan pebelajar
maupun perkembangan teknologi informasi (Sanjaya, 2011: 6). Pengembangan
adalah proses, cara, pembuatan, mengembangkan (Depdiknas 2008). Pengembangan
perangkat pembelajaran mengacu pada Peraturan Menteri No. 65 Tahun 2013
mengenai standar proses pendidikan dasar dan menengah. Bentuk dari pengembangan
perangkat pembelajaran dapat berupa pengembangan silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), bahan ajar (multimedia), lembar kerja siswa, lembar diskusi
siswa, dan instrumen penilaian.
Penelitian pengembangan merupakan suatu pengkajian sistematis terhadap
pendesainan, pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk pembelajaran
yang harus memenuhi kriteria validitas, praktikalitas dan efektivitas. Jadi tujuan
penelitian adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang valid, praktis,
efektif dan sesuai kondisi kebutuhan dilapangan. Untuk mengembangkan bahan ajar
yang valid, praktis, dan efektif perlu dilakukan uji validitas, praktikalitas, efektivitas,
dan reabilitas dari instrumen bahan ajar tersebut.

10
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep Bahan Ajar Non Cetak


1. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar adalah isi atau muatan kurikulum yang harus dipahami oleh siswa
dalam upaya mencapai tujuan kurikulum (Majid, 2007:174). Bahan pembelajaran
cetak dapat diartikan sebagai perangkat bahan yang memuat materi atau isi pelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dituangkan dengan menggunakanbuku dan
modul. Pernyataan ini didukung Yezita (2012: 55) yang menyatakan bahwa bahan
ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas yang disusun secara sistematis
baik tertulis maupun tidak tertulis.Suatu bahan pembelajaran cetak memuat materi
yang berupa ide, fakta, konsep, prinsip, kaidah atau teori yang tercakup dalam mata
pelajaran sesuai dengan disiplin ilmunya serta informasi lainnya dalam pembelajaran.
Penggunaan bahan ajar dapat dijadikan peserta didik sebagai bahan menambah
pengetahuan. Menurut Prastowo (2011:17) bahan ajar merupakan segala bahan (baik
informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis yang menampilkan
sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam
proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi
pembelajaran. Menurut Lestari ( 2013 : 1 ) “Bahan ajar adalah perangkat sarana atau
alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan
cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka
mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi
dengan segala kompleksitasnya”. Sedangkan Depdiknas (2008:145-149) memberikan
pengertian beberapa definisi bahan ajar sebagai berikut:
a. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur
untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

11
b. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.
c. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
d. Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis
maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa
untuk belajar.
Menurut Widodo dan Jasmadi (dalam Lestari, 2013) “Bahan ajar adalah
perangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode,
batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik
dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau
subkompetensi dengan segala kompleksitasnya”. Berdasarkan uraian tentang bahan
ajar dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi
pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang digunakan (silabus) dalam rangka
mencapai standar kompetensi dasar yang telah ditentukan dan membantu guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.
Menurut Asrizal (2018: 125) menyatakan bahwa keberadaan dari bahan ajar
menjadi penting untuk mendukung pencapaian dari tujuan pembelajaran. Bahan ajar
sebagai salah satu sumber belajar yang harus dimiliki oleh peserta didik akan
berdampak terhadap pencapaian hasil belajar. Bahan ajar yang digunakan dalam
pembelajaran hendaknya sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Bahan ajar memiliki
beragam jenis, berdasarkan bentuknya bahan ajar terbagi menjadi dua yaitu ada yang
cetak maupun noncetak. Bahan ajar cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk.
Contoh bahan ajar cetak yang sering dijumpai antara lain berupa handout, buku teks,
modul, brosur, selebaran, dan lembar kerja siswa.
Bahan ajar non cetak meliputi (1) bahan ajar dengar/ audio seperti kaset, radio,
piringan hitam, dan compact disc audio (2) bahan ajar pandang dengar seperti video
compact disc atau film (3) bahan ajar multimedia interaktif seperti CAI, CD
multimedia pembelajaran interaktif, dan (4) bahan ajar berbasis web. Dalam makalah

12
ini akan dibahas jenis bahan ajar non-cetak (ICT) meliputi: audio, audio visual, video,
multmedia dan display.
2. Pengertian Bahan Ajar Non Cetak
Bahan ajar non cetak, biasanya juga disebut sebagai bahan ajar berbasis
ICT/TIK. Sungkowo (2010) mengatakan bahwa Bahan Ajar Berbasis TIK adalah
bahan ajar yang disusun dan dikembangkan dengan menggunakan alat bantu TIK
untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan,
memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang
berkualitas. Penggunaan bahan ajar TIK memungkinkan peserta didik dapat
mempelajari suatu kompetensi dasar (KD) secara runtut, sistematis, interaktif dan
inovatif sehingga diharapkan semua kompetensi tercapai secara utuh dan terpadu
dalam pembelajaran.Bahan ajar non cetak merupakan bahan ajar yang memanfaatkan
teknologi non cetak. Bahan ajar non cetak biasa disebut dengan bahan ajar berbasis
ICT. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar non-cetak adalah bahan
ajar yang dalam penggunaannya menggunakan bantuan perangkat elektronik seperti
komputer.
Menurut Oktantia (2014) bahan ajar berbasis ICT adalah bahan ajar yang
disusun secara sistematis untuk mencapai kompetensi serta dikembangkan dengan
menggunakan alat bantu komputer. Prastowo (2011) menyebutkan bahwa bahan ajar
non cetak dapat diartikan sebagai perangkat bahan yang memuat materi atau isi
pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dituangkan dengan
menggunakan teknologi dan berbasis information comunicating teknology (ICT).
Bahan ajar non cetak (digital) merupakan inovasi baru dalam dunia pendidikan.
3. Keunggulan dan Kelemahan Bahan Ajar Non Cetak
Keunggulan bahan ajar non cetak, yaitu:
a. Berubahnya peran siswa dari pasif menjadi aktif serta mempunyai ketertarikan
dari materi yang dibahas
b. Siswa dapat belajar kapanpun sewaktu-waktu karena bahan ajar tersimpan di
komputer

13
c. Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang
terstruktur dan terjadwal melalui jaringan sehingga keduanya bisa saling menilai
sampai sejauh mana bahan ajar dipelajari
d. Tersedianya fasilitas e-moderating dimana guru dan siswa dapat berkomunikasi
secara mudah melalui fasilitas internet secara reguler atau kapan saja kegiatan
komunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu
e. Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi dan interaksi melalui fasilitas-
fasilitas internet yang dapat dilakukan secara kelompok
Kelemahan dalam bahan ajar non cetak, yaitu:
a. Membutuhkan alat yang lengkap untuk menggunakannya.
b. Membutuhkan biaya yang relatif mahal untuk pengadaaan alat bahan ajar non-
cetak.
c. Penggunanya harus mempunyai skill yang sesuai dengan bahan ajar yang
digunakan.
d. Adanya virus yang akan membuat file hilang.
e. Media audio visual tidak dapat digunakan dimana saja dan kapan saja, karena
media audio visual cenderung tetap di tempat.
f. Biaya pengadaannya relative mahal.
g. Apabila guru tidak mampu berpartisipasi aktif maka siswa akan cenderung
menikmati visualisasi dan suaranya saja
4. Karakteristik Bahan Ajar Non Cetak
Menurut Sungkowo (2010), beberapa karakteristik bahan ajar non cetak antara
lain :
a. Memanfaatkan keunggulan komputer (digital bahan ajar ataupun teknologi
jaringan / computer network).
b. Memanfaatkan teknologi multibahan ajar, sehingga suasana pembelajaran
menjadi menarik, tidak membosankan dan pada akhirnya memotivasi peserta
didik untuk belajar mandiri

14
c. Memanfaatkan teknologi elektronik; di mana pendidik dan peserta didik, peserta
didik dan sesama peserta didik atau pendidik dan sesama pendidik dapat
berkomunikasi dengan relatif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
d. Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di
komputer sehingga dapat diakses oleh pendidik dan peserta didik kapan saja dan
di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya.
e. Memanfaatkan pertukaran data (information sharing) yang secara interaktif dapat
dilihat setiap saat di komputer.
5. Prinsip Bahan Ajar Non Cetak
Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi,
konsistensi, dan kecukupan (Depdiknas, 2010 : 27).
a. Prinsip Relevansi
Prinsip relevansi atau keterkaitan materi sesuai dengan tuntutan Standar
Kompetensi/Kompetensi. Misalnya dalam menyajikan konsep, definisi, prinsip,
prosedur, contoh, dan pelatihan harus berkaitan dengan kebutuhan materi pokok yang
terkandung dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar sehingga siswa dapat
dengan mudah mengidentifikasi dan mengenali gagasan, menjelaskan ciri suatu
konsep, dan memahami prosedur dalam mencapai suatu sasaran tertentu.
b. Prinsip Konsistensi
Sebuah bahan ajar harus mampu menjadi solusi dalam pencapaian kompetensi.
Dalam penyusunan bahan ajar yang harus diperhatikan adalah indikator yang harus
dicapai dalam kompetensi dasar. Apabila terdapat dua indikator maka bahan yang
digunakan harus meliputi dua indikator tersebut.
c. Prinsip Kecukupan
Prinsip kecukupan artinya, materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai
dalam membantu siswa menguasasi kompetensi yang diajarkanoleh guru. Materi
tidak boleh terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak. Apabila materi yang diberikan
terlalu sedikit, maka siswa akan kurang dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Apabila materi yang diberikan terlalu banyak, maka siswa akan merasa bosan dan

15
pembelajaran membutuhkan waktu yang banyak. Padahal yang dibutuhkan dalam
pembelajaran adalah materi yang sesuai dengan kompetensi dasar baik dalam segi isi
maupun banyaknya materi.
Berdasarkan hal tersebut menunujukkan bahwa prinsip bahan ajar non cetak
terbagi menjadi 3, yaitu: prinsip relevansi, prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan.
B. Jenis-jenis Bahan Ajar Non Cetak
1. Bahan Ajar Audio
a. Pengertian Bahan Ajar Audio
Bahan ajar audio adalah bahan ajar yang mengandung pesan dalam bentuk
auditif (pita suara atau piringan suara) yanga dapat merangsang pikiran dan perasaan
sehingga terjadinya proses belajar (Legendari, 2016). Bahan ajar audio adalah sesuatu
yang berkaitan dengan indra pendengar, dimana pesan yang disampaikan dituangkan
dalam lambang-lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata atau bahasa lisan)
maupun non verbal (musik, instrument). Bahan pembelajaran audio dapat diartikan
bahan Belajar atau materi pelajaran yang direkam pada pita magnetik/kaset audio
atau Compact disk (CD) yang dapat didengarkan kembali dengan menggunakan alat
penampil tape recorder atau CD player. di kelas, ruang perpustakaan, laboratorium,
di rumah, di halaman, bahkan di perjalanan.
Program audio dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran individual,
berkelompok, maupun massal. Tetapi pembelajaran yang menggunakan bahan ajar
dengar akan kurang efektif jika didalam sekolah tersebut dihadapkan dengan peserta
didik yang mengalami gangguan pada pendengarannya. Karena peserta didik yang
mengalami gangguan tersebut akan sangat merasa kesulitan dalam mengikuti
pelajaran dengan cara mendengar dan memahami.
b. Karakteristik Bahan Ajar Audio
Secara umum, karakteristik dari bahan ajar audio adalah
1) Dapat digunakan untuk melatih daya analisis dari apa yang didengar
2) Meningkatkan kemampuang mengingat
3) Berguna untuk belajar keterampilan diagnosis yang melibatkan bunyi

16
Karakteristik bahan ajar audio menurut Prastowo (2014 . 313) :
1) Mengandung pesan auditif baik verbal maupun non verbal dan vokalisasi
2) Dapat mendorong pemusatan perhatian dan mempertahankan pemusatan
perhatian
3) Cocok untuk mengikuti pengarahan
4) Digunakan untuk melatih daya analisis siswa dari apa yang didengar
5) Perolehan arti dari suatu konteks
6) Meningkatkan kemampuan mengingat dan mengemukakan ide
7) Memberikan hasil belajar yang optimal dalam tugas-tugas memberi signal
(lambang), rangkaian yang melibtakan keterampilan bahasa dan musik
8) Berguna untuk belajar keterampilan diagnosis yang melibatkan bunyi
c. Jenis-jenis Bahan Ajar Audio
Program audio dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran individual,
berkelompok, maupun massal. Tetapi pembelajaran yang menggunakan bahan ajar
dengar akan kurang efektif jika di dalam sekolah tersebut dihadapkan dengan peserta
didik yang mengalami gangguan pada pendengarannya. Bahan ajar audio terdiri dari
dua jenis yaitu kaset atau compact disk atau piringan hitam dan radio.
1) Kaset/ Piringan hitam/compact disk
Kaset/ Piringan hitam/compact disk, yaitu sebuah kaset yang direncanakan
sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah program yang dapat dipergunakan sebagai
bahan ajar. Media kaset dapat menyimpan suara yang berulang-ulang diperdengarkan
kepada peserta didik yang menggunakannya sebagai bahan ajar. Bahan ajar kaset
biasanya digunakan untuk pembelajaran bahasa atau pembelajaran musik.
2) Radio
Radio adalah media dengar yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar.
Melalui radio peserta didik bisa belajar sesuatu. Program radio dapat dirancang
sebagai bahan ajar, misalnya pada jam tertentu pendidik merencanakan sebuah
program pembelajaran melalui radio, seperti mendengarkan pengajian langsung di
channel radio dari siaran yang sedang berlangsung.

17
d. Kelebihan dan Kekurangan Bahan Ajar Audio
Bahan ajar audio memiliki keunggulan dan kelemahan untuk digunakan dalam
proses pembelajaran. Adapun kelebihan bahan ajar audio (Sanjaya, 2009: 216), yaitu:
1) Dengan menggunakan alat perekam, program audio dapat disesuaikan dengan
kebutuhan pendengar.
2) Media audio dapat melatih siswa untuk mengembangkan daya imajinasi yang
abstrak.
3) Media audio dapat merangsang partisipasi aktif para pendengar.
4) Program audio dapat menggugah rasa ingin tahu siswa tentang sesuatu sehingga
merangsang kreativitas.
5) Media audio dapat menanamkan nilai-nilai dan sikap positif terhadap para
pendengar
6) Program audio dapat mengatasi batasan waktu serta jangkauanya sangat luas
Adapun kelemahan bahan ajar audio (Sanjaya, 2009: 217), yaitu:
1) Sifat komunikasinya satu arah
2) Lebih banyak menggunakan suara bahasa verbal, hanya dapat dimengerti oleh
pendengar yang memiliki kemampuan bahasa yang baik.
3) Hanya akan melayani secara baik untuk mereka yang suka berfikir abstrak.
4) Dapat menimbulkan verbalisme bagi pendengar.
e. Langkah-langkah Penyusunan Bahan Ajar Audio
Menurut Darmanto (1998:68), dalam memilih dan memasukkan musik
dalam program, yaitu sebagai berikut.
1) Disesuaikan dengan sasaran yang dituju.
2) Disesuaikan dengan materi yang dipilih.
3) Hindari musik yang sudah umum didengar setiap hari, kecuali untuk hal-hal
tertentu.
4) Gunakan musik yang iramanya sederhana dan mudah diingat.
5) Gunakan musik yang sama sebagai penghubung dalam suatu program.

18
6) Jangan menggunakan musik hanya sebagai dekorasi atau pemanis, harus ada
alasan dan tujuan tertentu.

Penyusunan naskah

Latihan
Memperbanyak naskah

Rekaman

Gambar 1. Prosedur Produksi Audio


Adapun langkah-langkah umum dalam penggunaan media audio sebagai media
pembelajaran adalah sebagai berikut :
1) Langkah persiapan terdiri dari:
a) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran.
b) Kesesuaian dengan materi yang akan disampaikan.
c) Situasi dan kondisi siswa.
2) Langkah Penerimaan
Dalam langkah peneri maan diharapkan guru dan siswa dapat mengikuti
pembelajaran dengan mendengarkan secara seksama. Guru dapat mencatat hal-
hal penting, kata-kata baru dan kata-kata sulit yang nantinya berguna sebagai
refleksi di akhir pelajaran.
3) Kegiatan lanjutan
Kegiatan lanjutan dapat dilakukan dengan melakukan refleksi dan tanya jawab
antar guru dengan siswa. Sekaligus bisa dilakukan penugasan terhadap siswa
berhubungan dengan materi yang disampaikan
2. Bahan Ajar Audio Visual
a. Pengertian Bahan Ajar Audio Visual
Bahan ajar audio visual adalah seperangkat alat yang dapat memproyeksikan
gambar bergerak dan bersuara (Haryoko, 2009) . Paduan antar gambar dan suara

19
membentuk karakter sama dengan obyek aslinya. Senada dengan itu, Peter Salim
dalam The Contemporary English-Indonesian Dictionary (1996:2230) memaknainya
dengan sesuatu yang berkenaan dengan penerimaan dan pemancaran gambar. Dari
beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa video itu berkenaan dengan apa
yang dapat dilihat, utamanya adalah gambar hidup (bergerak; motion), proses
perekamannya, dan penayangannya yang tentunya melibatkan teknologi.
b. Karakteristik Bahan Ajar Audio Visual
Secara umum karakteristik bahan ajar audio visual adalah:
1) Menampilkan gambar dengan gerak serta suara secara bersamaan
2) Mampu menampilkan benda yang sangat tidak mungkin ke dalam kelas
3) Memungkinkan adanya rekayasa (animasi)
Sebagai media pembelajaran dalam pendidikan dan pengajaran, media audio
visual mempunyai sifat sebagai berikut :
1) Kemampuan untuk meningkatkan persepsi.
2) Kemampuan untuk meningkatkan pengertian.
3) Kemampuan untuk meningkatkan transfer (pengalihan) belajar.
4) Kemampuan untuk memberikan penguatan (reinforcement) atau pengetahuan
hasil yang dicapai.
5) Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan)
Program audio visual yang baik memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Mengemukakan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dapat dicari
oleh audience setelah mengikuti program
2) Mengkomunikasikan materi pembelajaran secara akurat
3) Menjelaskan materi pembelajaran secara sistematik
4) Program terlihat menarik dengan alur yang baik
5) Menarik minat penonton untuk mengetahui isi yang disampaikan
6) Pemilihan pemain, lokasi syuting, dan properti tepat.
7) Tidak ada noise baik berupa suara maupun gambar
8) Program dapat memotivasi penonton untuk belajar lebih lanjut

20
9) Menjelaskan bahan rujukan yang digunakan sebagai dasar untuk
mengkomunikasikan materi pembelajaran kepada peserta didik
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan audio visual
untuk pembelajaran yaitu :
1) Guru harus mempersiapkan unit pelajaran terlebih dahulu, kemudian baru
memilih media audio visual yang tepat untuk mencapai tujuan pengajaran yang
diharapkan.
2) Guru juga harus mengetahui durasi media audio visual misalnya dalam bentuk
film ataupun video, dimana keduanya yang harus disesuaikan dengan jam
pelajaran.
3) Mempersiapkan kelas, yang meliputi persiapan siswa dengan memberikan
penjelasan global tentang isi film, video atau televisi yang akan diputar dan
persiapan peralatan yang akan digunakan demi kelancaran pembelajaran.
4) Aktivitas lanjutan, setelah pemutaran film atau video selesai, sebaiknya guru
melakukan refleksi dan tanya jawab dengan siswa untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman siswa terhadap materi tersebut.
c. Jenis-jenis Bahan Ajar Audio Visual
Jenis-jenis bahan ajar audio visual yaitu: televisi, video-VCD, sound slide, dan
film. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-vidi-visum yang artinya
melihat (mempunyai daya penglihatan); dapat melihat (K. Prent dkk., Kamus Latin-
Indonesia, 1969: 926). Kamus besar bahasa Indonesia (1995: 1119) mengartikan
video dengan: 1) bagian yang memancarkan gambar pada pesawat televisi; 2)
rekaman gambar hidup untuk ditayangkan pada pesawat televisi.
Video dapat juga diartikan sebagai bahan pembelajaran tampak dengar (audio
visual) yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan/materi pelajaran.
Dikatakan tampak dengar karena unsur dengar (audio) dan unsur visual/video
(tampak) dapat disajikan serentak. Dengan kata lain video adalah rangkaian gambar
elektronis yang disertai unsur audio yang dituangkan pada pita video, dan dapat
dilihat melalui alat pemutar video player dan jika dalam bentuk VCD maka

21
menggunakan VCD player yang dihubungkan ke monitor televisi. Jadi yang
dimaksud bahan belajar video yaitu bahan pelajaran yang dikemas melalui pita video
dan dapat lihat melalui video/VCD player yang dihubungkan ke monitor televisi.
Video mengkobinasikan unsur dengar dan unsur visual sehingga pendidik dapat
menciptakan proses pembelajaran yang lebih berkualitas. Hal itu berdasarkan bahwa
peserta didik cenderung akan lebih mudah mengingat dan memahami suatu pelajaran
jika mereka tidak hanya menggunakan satu jenis indra saja, apalagi jika hanya indra
pendengaran saja. Bahan ajar pandang dengar  mampu memperlihatkan secara nyata
sesuatu yang pada awalnya tidak mungkin bisa dilihat di dalam kelas menjadi
mungkin dilihat. Selain itu juga dapat membuat efek visual yang memungkinkan
peserta didik memperkuat proses belajar. Bahan ajar pandang dengar antara lain
adalah video dan film.
d. Kelebihan dan Kekurangan Bahan Ajar Audio Visual
Beberapa kelebihan atau kegunaan media audio visual pembelajaran yaitu :
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam
bentuk kata-kata, tertulis atau lisan belaka).
2) Mengatasi perbatasan ruang, waktu dan daya indera.
3) Objek yang terlalu besar digantikan dengan realitas, gambar, film bingkai, film
atau video.
4) Obyek yang kecil dibantu dengan proyektor micro, film bingkai, film atau
gambar.
5) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan time line atau
high speed photografi.
6) Kejadian atau peristiwa yang terjadi masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat
rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal.
7) Konsep yang terlalu luas (gunung merapi, gempa bumi, iklim dan lain-lain)
dapat di visualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.

Pengajaran audio visual juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu :

22
1) Media audio visual tidak dapat digunakan dimana saja dan kapan saja, karena
media audio visual cenderung tetap di tempat.
2) Biaya pengadaannya relative mahal.
3) Apabila guru tidak mampu berpartisipasi aktif maka siswa akan cenderung
menikmati visualisasi dan suaranya saja.
3. Video
a. Pengertian Video
Munir (fadhli, 2015:25) menjelaskan video adalah teknologi penangkapan,
perekaman, pengolahan, penyimpanan, pemindahan, dan perekontruksikan urutan
gambar diam dengan menyajikan adegan-adegan dalam gerak elektronik. Adapun
Sungkono (2003:65) juga menjelaskan Video yaitu bahan pembelajaran yang dikemas
melalaui pita video melalui video/VCD player yang dihubungkan ke monitor televisi.
Media video pembelajaran dapat digolongkan kedalam jenis media audio visual aids
(AVA) atau media yang dapat dilihat dan didengar. Biasanya media ini disimpan
dalam bentuk piringan atau pita.
Media VCD adalah media dengan sistem penyimpanan dan perekam video
dimana signal audio visual direkam pada disk plastic bukan pada pita magnetic
(Arsyad 2004:36). Hal ini sejalan dengan pendapat Festiyed (2013:4) yang
menyatakan bahwa perangkat pembelajaran berbentuk video tutorial berbahasa
Inggris dalam pembelajaran Fisika ini dibuat dengan menggunakan software:
Camtasia Studio 6, Microsoft Word 2010, Microsoft Powerpoint 2010, Paint,
FormatFactory. Media video ini merupakan salah satu dari jenis media audio-visual.
Seperti film, televisi, slide suara, permainan simulasi dan sebagiannya. Video
pembelajarannya menampilkan pesan gerak. Indikator penilaian produk analisis video
terdiri atas delapan yaitu: video yang dibuat, tampilan video, tampilan video,
kebenaran langkah analisis, tampilan grafik, kebenaran grafik, kebenaran data, dan
kelengkap an analisis (Asrizal: 2018, 44)

23
b. Karakteristik Video
Karakteristik Media Video Pembelajaran Menurut Cheppy Riyana (2007:8-11)
untuk menghasilkan video pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi dan
efektivitas penggunanya maka pengembangan video pembelajaran harus
memperhatikan karakteristik dan kriterianya. Karakteristik video pembelajaran yaitu:
1) Clarity of Massage (kejalasan pesan)
Dengan media video siswa dapat memahami pesan pembelajaran secara lebih
bermakna dan informasi dapat diterima secara utuh sehingga dengan sendirinya
informasi akan tersimpan dalam memory jangka panjang dan bersifat retensi.
2) Stand Alone (berdiri sendiri).
Video yang dikembangkan tidak bergantung pada bahan ajar lain atau tidak
harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain.
3) User Friendly (bersahabat/akrab dengan pemakainya).
Media video menggunakan bahasa yang sedehana, mudah dimengerti, dan
menggunakan bahasa yang umum. Paparan informasi yang tampil 23 bersifat
membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam
merespon, mengakses sesuai dengan keinginan.
4) Representasi Materi
Isi Materi harus benar-benar representatif, misalnya materi simulasi atau
demonstrasi. Pada dasarnya materi pelajaran baik sosial maupun sain dapat dibuat
menjadi media video.
5) Visualisasi dengan media
Materi dikemas secara multimedia terdapat didalamnya teks, animasi, sound,
dan video sesuai tuntutan materi. Materi-materi yang digunakan bersifat aplikatif,
berproses, sulit terjangkau berbahaya apabila langsung dipraktikkan, memiliki tingkat
keakurasian tinngi.
6) Menggunakan kualitas resolusi yang tinggi

24
Tampilan berupa grafis media video dibuat dengan teknologi rakayasa digital
dengan resolusi tinggi tetapi support untuk setiap spech sistem komputer.
7) Dapat digunakan secara klasikal atau individual
Video pembelajaran dapat digunakan oleh para siswa secara individual, tidak
hanya dalam setting sekolah, tetapi juga dirumah. Dapat pula digunakan secara
klasikal dengan jumlah siswa maksimal 50 orang bisa dapat dipandu oleh guru atau
cukup mendengarkan uraian narasi dari narator yang telah tersedia dalam program.
c. Tujuan Bahan Ajar Video
Menurut Cheppy Riyana (2007:6) media video pembelajaran sebagai bahan ajar
bertujuan untuk :
1) Memperjelas dan mempermudah penyampaian pesan agar tidak terlalu
verbalistis.
2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera peserta didik maupun
instruktur. Dalam menggunakan media video ini selain mempunyai tujuan juga
mempunyai fungsi sehingga proses dalam pembelajaran akan sesuai dengan yang
diharapkan.
d. Manfaat Bahan Ajar Video
Manfaat media video menurut Andi Prastowo (2012 : 302), antara lain :
1) Memberikan pengalaman yang tak terduga kepada peserta didik,
2) Memperlihatkan secara nyata sesuatu yang pada awalnya tidak mungkin bisa
dilihat
3) Menganalisis perubahan dalam periode waktu tertentu
4) Memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk merasakan suatu keadaan
tertentu.
5) Menampilkan presentasi studi kasus tentang kehidupan sebenarnya yang dapat
memicu diskusi peserta didik.
e. Kelebihan dan Kekurangan Bahan Ajar Video
1) Kelebihan bahan ajar video
Fisika menjelaskan beberapa kelebihan media video yaitu:

25
a) Dapat menstimulir efek gerak
b) Dapat diberi suara maupun warna
c) Tidak memerlukan keahlian khusus dalampenyajiannya.
d) Tidak memerlukan ruangan gelap dalam penyajiannya
Adapun Menurut Daryanto (2011: 79), mengemukakan beberapa kelebihan
penggunaan media video, antara lain :
a) Video menambah suatu dimensi baru di dalam pembelajaran, video menyajikan
gambar bergerak kepada siswa disamping suara yang menyertainya.
b) Video dapat menampilkan suatu fenomena yang sulit untuk dilihat secara nyata.
Sedangkan menurut (Siidiq, 2008: 26) menjelaskan kelebihan media video
pembelajaran adalah:
a) Dapat menarik perhatian untuk periode singkat
b) Menyajikan informasi dari para ahli/spesialis
c) Informasi dapat dipersiapkan secara matang melalui proses reproduksi
d) Rekaman dapat diputar ulang
e) Bisa menyajikan materi/objek secara dekat dan bergerak
f) Penyajiannya dapat diatur sesuai kebutuhan.
2) Kekurangan bahan ajar video
Fisika menjelaskan beberapa Kekurangan media video (2009:3) yaitu:
a) Memerlukan peralatan khusus dalam penyajiannya
b) Memerlukan tenaga listrik
c) Memerlukan keterampilan khusus dan kerja tim dalam pembuatannya
Menurut Daryanto (2011:79), mengemukakan beberapa kekurangan
penggunaan media video, antara lain :
a) Opposition
Pengambilan yang kurang tepat dapat menyebabkan timbulnya keraguan penonton
dalam menafsirkan gambar yang dilihatnya.
b) Material pendukung

26
Video membutuhkan alat proyeksi untuk dapat menampilkan gambar yang ada di
dalamnya.
c) Budget
Untuk membuat video membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Adapun menurut (Siddiq, 2008: 17) Keterbatasan yang dimiliki bahan ajar
video adalah:
a) Memerlukan dana yang relatif mahal
b) Memerlukan keahlian
c) Sukar revisi
d) Memerlukan arus listrik
4. Bahan Ajar Multimedia
a. Pengertian Multimedia
Secara bahasa, multimedia terdiri dari dua suku kata, yaitu multi dan media.
Multi berarti banyak atau bermacam-macam, sedangkan media berarti alat atau
sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan informasi (pesan). Jadi menurut bahasa
multimedia adalah alat-alat yang digunakan untuk menyampaikan informasi. Menurut
istilah, multimedia berarti penggunaan sarana (media) yangmenyajikan kombinasi
(gabungan) berbagai elemn informasi, seperti animasi, video, teks, suara, grapiks,
maupun gambar yang bersifat interaktif yang bertujuan untuk menyampaikan
informasi, atau pembelajaran.
Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media
yang terdiri dari teks, grafik, gambar, foto, audio, dan animasi secara terintegrasi.
Pembelajaran diartikan sebagai proses penciptaan lingkunganmemungkinkan
terjadinya proses belajar. Jadi dalam pembelajaran yang utamaadalah bagaimana
siswa belajar. Belajar dalam pengertian aktivitas mental siswa dalam berinteraksi
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku yang bersifat relative
konstan. Dengan demikian aspek yang menjadi penting dalam aktivitas belajar dan
pembelajaran adalah lingkungan. Bagaimana lingkungan inidiciptakan dengan
menata unsur-unsurnya sehingga dapat merubah perilakusiswa.

27
b. Karakteristik Multimedia
Sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran, pemilihan danpenggunaan
multimedia pembelajaran harus memperhatikan karakteristikkomponen lain, seperti:
tujuan, materi, strategi dan juga evaluasipembelajaran. Karakteristik multimedia
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Memiliki lebih dari satu media yang konvergen, misalnya menggabungkanunsur
audio dan visual.
2) Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan
untukmengakomodasi respon pengguna.
3) Bersifat mandiri, dalam pengertian memberi kemudahan dan kelengkapan isi
sedemikian rupa sehingga pengguna bisa menggunakan tanpa bimbinganorang
lain.
Adapun fungsi dari multimedia pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Mampu memperkuat respon pengguna secepatnya dan sesering mungkin.
2) Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengontrol lajukecepatan
belajarnya sendiri.
3) Memperhatikan bahwa siswa mengikuti suatu urutan yang koheren
danterkendalikan.
4) Mampu memberikan kesempatan adanya partisipasi dari pengguna dalambentuk
respon, baik berupa jawaban, pemilihan, keputusan, percobaan danlain-lain.
Menurut Asyhar (2012), karakteristik bahan ajar multimedia yang baik adalah
sebagai berikut :
1) Tampilan harus menarik baik dari sisi bentuk gambar maupun kombinasi warna
yang digunakan
2) Narasi atau bahasa harus jelas dan mudah dipahami oleh peserta didik.
Penggunaan instilah perlu disesuaikan dengan pengguna media agar
pembelajaran biasa efektif
3) Materi disajikan secara interaktif artinya memungkinkan partisipasi dari peserta
didik

28
4) Kebutuhan untuk mengakomodasi berbagai model (styles) yang berbeda dalam
belajar
5) Karakteristik dan budaya personal dari populasi yang akan disajikan target
6) Sesuai dengan karakteristik peserta didik, karakteristik materi dan tujuan yang
ingin dicapai
7) Dimungkinkan untuk digunakan sebagai salah satu media pembelajaran
8) Memungkinkan ditampilkan suatu virtual learning environment (lingkungan
belajar virtual) seperti web based application yang menunjang
9) Proses pembelajaran adalah suatu kontinuitas utuh, bukan sporadik dan kejadian
terpisah-pisah (disconnected events)
c. Jenis-jenis Multimedia
Multimedia terbagi menjadi dua kategori, yaitu: multimedia linear, dan
multimedia interaktif.
1) Multimedia linear
Multimedia linear adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat
pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna. Multimedia ini
berjalan sekuensial (berurutan), contohnya TV dan film (Legendari, 2016).
Pemakai  hanya  menjadi  penonton  dan  menikmati  produk  multimedia yang
disajikan dari awal hingga akhir.
2) Multimedia interaktif
Multimedia interaktif adalah kombinasi dari dua atau lebih (audio, teks, grafik,
gambar dan video) yang oleh penggunanya dimanipulasi untuk mengendalikan
perintah atau perilaku alami dari sebuah presentasi (Nugraha, 2013). Contoh: CAI
(Computer Assisted Instruction), CD (Compact Disk) dan bahan ajar berbasis web
(web based learning materials),serta aplikasi game. Ciri-ciri dari multimedia
interaktif, yaitu:
 Bersifat non-linear
 Ada unsur interaktif didalamnya

29
 Pengguna  menentukan  apa,  kapan  dan  bagaimana  konten ditampilkan
d. Kelebihan dan kekurangan Multimedia
Kelebihan dari bahan ajar multimedia, yaitu:
1) Sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif
2) Mampu menimbulkan rasa senang selama PBM berlangsung sehingga akan
menambah motivasi peserta didik
3) Mampu menggabungkan anatar teks, gambar, audio, musik, animasi gambar atau
video dalam satu kesatuan yang saling mendukung sehingga tercapai tujuan
pembelajaran
4) Mampu memvisualisasikan materi yang abstrak
5) Media penyimpanan yang relatif gampang dan fleksibel
6) Membawa obyek yang sukar didapat atau berbahaya ke dalam lingkungan
belajar
7) Menampilkan obyek yang terlalu besar ke dalam kelas
8) Menampilkan obyek yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang
Menurut Sanaky (2010:184) adapun kelebihan dari multimedia interaktif adalah
1) Memungkinkan peserta didik dapat belajar sesuai dengan kemampuan dan
kecepatannya dalam memahami pengetahuan.
2) Membuat peserta didik dapat melakukan kontrol terhadap aktivitas belajarnya.
3) Dapat menayangkan kembali informasi yang diperlukan oleh pemakainya
4) Menciptakan iklim belajar yang efektif bagi peserta didik yang lambat tetapi juga
membantu efektivitas belajar bagi peserta didik yang cepat.
5) Dapat diprogram agar mampu memberikan umpan balik terhadap hasil belajar
6) Dapat diprogram untuk mengevaluasi hasil belajar siswa
7) Memiliki kemampuan dalam mengintegrasikan komponen warna, musik dan
animasi grafik sehingga lebih menarik.
8) Dapat meningkatkan proses belajar dengan penggunaan waktu dan biaya yang
relatif kecil.

30
Kekurangan dari multimedia, yaitu
1) Design yang buruk menyebabkan kebingungan dan kebosanan pesan tidak
tersampaikan dengan baik
2) Kendala bagi orang dengan kemampuan terbatas/cacat
3) Kemampuan SDM dalam penggunaan multimedia masih perlu ditingkatkan
4) Belum memadainya perhatian dari pemerintah
5) Belum memadainya infrastruktur untuk daerah tertentu
e. Prosedur Pembuatan Multimedia
Prosedur umum pembuatan multimedia menurut Asyhar (2012) adalah :
1) Analisis
Karena media yang dikembangkan untuk tujuan pembelajaran, maka yang perlu
dianalisis adalah kurikulum yang berlaku. Bagian mana dari kurukulum tersebut
yang berpeluang untuk dikembangkan dengan teknologi multimedia. Teknologi
multimedia ini akan memberikan dampak bagi kurukulum.
2) Pemilihan teknologi
Pemilihan teknologi dilakukan untuk menentukan :
a) Antar muka pengguna
b) Kapabilitas sistem
c) Bagaimana pengguna menggunakan dan belajar melakukan navigasisistem
d) Bagaimana elemen-elemen program
e) Aturan-aturan fasilitatir, latihan, dukungan teknis dan adminitratornya
f) Penggunaan grafik
g) Penggunaan audio dan video
3) Merancang desain
Dalam hal ini terlebih dahulu perlu disiapkan bentuk-bentuk desain tampilan
serta materi-materi yang dibutuhkan seperti teks, gambar, animasi, suara, movie,
file presentasi, dan lain-lain.
4) Menyusun storyboard dan prototipe

31
Storyboard adalah diagramalur cerita dari bahan ajar multimedia yang akan
dibuat. Sedangkan prototipe merupakan desain kasar untuk bahan ajar. Pada
storyboard sudah tergambar jelas fragmen dari media, misalnya pembukaan,
menu-menu navigasi, penyajian materi, kuis, contoh-contoh kasus, dan lain-lain.
5) Identifikasi dan pengumpulan materi
Untuk memudahkan pembuat media, sebaiknya dibuatkan daftar kebutuhan
untuk mencakup teks, suara, gambar, animasi, dan sebagainya.
6) Pembuatan bahan ajar multimedia
Pada tahap ini sebaiknya setiap segmen cerita dibuat dalam modul-modulterpisah
sehingga memudahkan dalam melakukan kontrol. Pada tahap ini, akan dilakukan
impor bahan dan materi, pembuatan struktur navigasi, animasi, efek transisi,
interkasi, dan lain-lain.
7) Uji coba dan fine tuning
Bahan ajar yang sudah selesai dibuat diujicobakan ke beberapa pengguna untuk
memperoleh masukan.
Sedangkan menurut Prastowo (2014) prosedur yang harus dilakukan dalam
mebuat bahan ajar interaktif berbasis komputer menurut
1) Kesesuaian dengan kompetensi, kompetensi dasar dan indikator
2) Petunjuk pembelajaran ditulis dengan jelas supaya siswa mudah dalam
menggunakannya
3) Informasi pendukung dijelaskan secara padat, jelas dan menarik dalam bentuk
tulisan atau gambar diam maupun gambar bergerak.
4) Tugas-tugas ditulis dalam program interaktif
5) Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan yang
pada akhir pembelajaran dapat dilihat oleh pendidik melalui komputer.
6) Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi
f. Manfaat Multimedia
Manfaat multimedia dalam pembelajaran adalah :

32
1) Peserta didik dapat belajar sesuai dengan kemampuan, kesiapan dan keinginan
mereka, artinya pengguna sendirilah yang mengontrol proses pembelajaran
2) Peserta didik belajar dari tutor yang menyesuaikan diri dengan kemampuan diri
siswa
3) Peserta didik akan terdorong untuk mengejar pengetahuan dan memperoleh umpan
balik yang seketika
4) Peserta didik menghadapi suatu evaluasi yang objektif melalui keikutsertaannya
melalui latihan yang disediakan
5) Peserta didik menikmati privasi dimana mereka tidak perlu malu saat melakukan
kesalahan
6) Belajar saat kebutuhan muncul dan kapan saja tanpa terikat waktu yang ditentukan
5. Display
a. Pengertian Display
Bahan ajar display menurut Pannen dalam Belawati (2003) adalah bahan-
bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan
siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan menurut Majid (2007) Bahan ajar
display adalah isi atau muatan kurikulum yang harus dipahami oleh siswa dalam
upaya mencapai tujuan kurikulum. Display adalah sarana pembelajaran yang
diperlihatkan atau dipamerkan,baik itu dalam bentuk gambar, kartun, poster, dan
objek-objek 3 dimensi yang kecil atau material belajar lainnya.
Display adalah sarana pembelajan yang materinya mengacu pada isi/muatan
kurikulum yang disusun sedemikian rupa oleh guru untuk ditampilkan didalam kelas
baik itu dalam bentuk gambar, kartun, poster, objek-objek 3 dimensi atau material
belajar lainnya tanpa menggunakan proyeksi. Pada umumnya, bahan ajar jenis
display ini digunakan oleh guru pada saat ia menyampaikan informasi kepada
siswanya didepan kelas.Contoh-contoh jenis bahan ajar display diantaranya adalah
gambar, flipchart, adhesive, relia, model, dan diorama.
b. Karakteristik Display
Karakteristik display, yaitu:

33
1) Menngunakan komputer
2) Menggunakan teknologi multimedia
3) Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri
c. Jenis-jenis Display
Bahan ajar display bermacam-macam, diantaranya, yaitu:
1) Relia
Realia adalah media nyata didalam ruang kelas, tetapi dapat digunakan sebagai
sesuatu kegiatan observasi pada lingkungannya. Menurut Pujita ( 2008 :15)
mengungkapkan bahwa ciri media realia adalah benda asli benda dalam keadaan
utuh, dapat dioperasikan, hidup, dalam ukuran yang sebenarnya dan dapat dikenali
sebagaimana ujud aslinya. Menurut Udin S.W (Patty, 2007) realia adalah alat bantu
visual dalam pembelajaran yang berfungsi memberikan pengalaman langsung kepada
peserta didik. Media ini merupakan objek nyata suatu benda. Seperti mata uang,
tumbuhan, hewan bebatuan, air, tanah, benda-benda dan lain sebagainya. Jadi, media
realia itu adalah media yang tidak mengalami perubahan atau asli dan bukan berupa
tiruan atau model dari benda nyata dapat berupa orang, mata uang, tumbuhan, hewan,
bebatuaan, air,tanah, benda-benda dan makanan.
2) Diaroma
Diaroma adalah sebuah pemandangan 3 dimensi mini yang bertujuan untuk
menggambarkan pemandangan sebenarnya. Biasanya, terdiri atas bentuk-bentuk
sosok atau objek-objek ditempatkan dipentas yang berlatar belakang peristiwa masa
lampau, sekarang atau kejadian yang akan datang.
3) Model
Menurut wati (2016) model merupakan benda tiruan dalam media visual non
proyeksi. Sedangkan menurut Warkito (2016) model adalah contoh, pola acuan
ragam, macam dan sebagainya; barang tiruan yang kecil dan tepat seperti yang ditiru.
Model adalah contoh dan acuan untuk sesuatu yang akan dibuat (Waridah, 2017).
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa model adalah acuan suatu benda
atau kegiatan yang ditiru atau dibuat kembali dengan ukuran yang sama atau berbeda

34
dari yang asli. Model dapat ditampilkan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan
pengganti dari benda yang sesungguhnya. Biasanya penggunaan model dalam
pembelajaran untuk mengatasi keterbatasan ketersediaan benda nyata. Keterbatasan
yang dimaksud dapat berupa keterbatasan biaya maupun sulitnya jangkauan.
Contohnya globe sebagai model yang digunakan untuk mempelajari letak geografis
suatu wilayah.
4) Flipchart
Flipchart merupakan suatu media yang menggunakan gambar–gambar yang
digantung pada suatu tiang gantungan kecil dan cara menunjukannya dengan
membalik satu per satu. Flipchart memiliki dudukan atau penyangga khusus, atau
dapat digantung pada sebuah paku dengan menggunakan tali (Susilana dan
Riyana,2008).Flipchart adalah lembaran-lebaran kertas yang disatukan menggunakan
benda khusus (Penjepit, Spiral) sehingga menyerupai album atau kalender.
5) Gambar
Gambar adalah tiruan barang, orang, binatang, tumbuhan dan sebagainya.
Gambar merupakan suatu wujud atau rupa dalam bidang dua dimensi. Gambar adalah
media yang paling umum digunakan, mudah dimengerti, dan dapat dijumpai dimana-
mana, serta banyak memberikan penjelasan bila dibandingkan dengan verbal. Jenis-
jenis gambar, yaitu:
a) Diagram merupakan gambar sederhana yang menggunakan garis dan symbol
untuk menggambarkan struktur dari objek tertentu secara garis besar.
b) Grafik adalah sajian visual berupa data angka-angka.
c) Chart/bagan merupakan gambar yang berguna untuk menampilkan konsep yang
sulit sehingga lebih mudah dicerna siswa.
d) Poster adalah pengumuman atau iklan yang dipasang di tempat umum.
e) Kartun adalah gambar hidup; film yang berupa lukisan; film yang menciptakan
khayalan gerak sebagai hasil pemotretan rangkaian gambar yang melukiskan
perubahan-perubahan posisi.
d. Kelebihan dan Kekurangan Display

35
Kelebihan bahan ajar dsiplay, yaitu:
1) Sifatnya konkrit. Gambar atau foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah
dibanding dengan media verbal semata.
2) Gambar dapat mengatasai masalah batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda,
objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa, anak-anak
dibawa ke objek tersebut.
3) Dapat diletakkan dengan mudah di kelas atau di ruang-ruang sekolah,
harganya relatif murah.
4) Dapat dikembangkan sendiri oleh guru yang memiliki bakat senin dan dapat
dikembangkan untuk hampir semua mata pelajaran.
5) Display yang bagus mampu menarik perhatian siswa, merangsang minat.
6) Mampu memperjelas arti, dan mampu menyederhanakan informasi yang
kompleks. 
Kekurangan bahan ajar display, yaitu:
1) Terlalu kecil untuk dimanfaatkan dalam proses pembelajaran, kecuali yang telah
dirancang khusus untuk keperluan itu.
2) Jenis bahan ajar display merupakan media diam, sehingga tidak cocok untuk
mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan gerakan.
C. Tahap Pembuatan Bahan Ajar Non Cetak
Berdasarkan dari paparan menyusun bahan ajar ICT menurut Sungkowo (2010 :
10-15 ) menjelaskan dalam menyusun bahan ajar berbasis ICT memenuhi kaidah
yang sudah ditetapkan baik pada tahap perencanaan, persiapan, penyusunan,
penilaian atau validasi dan pengiriman bahan berbasis ICT
1. Tahap Perencanaan
Menyususn bahan ajar sesuai karakteristik KI dan KD. pemetaan KI-KD dalam
penyusunan silabus, maka pemetaan KI-KD dalam penyusunan bahan ajar juga harus
memperhatikan tingkatan ranah berfikir dan karakteristik materi yang
dikembangkankannya. Dengan analisis ini diharapkan diperoleh gambaran yang jelas
mengenai jenis bahan ajar yang dapat digunakan. pemetaan KI-KD untuk

36
menentukan jenis bahan ajar yang digunakan untuk pembelajaran dapat menggunakan
format sebagai berikut:

Tabel 1. Pemetaan KI-KD untuk menentukan jenis bahan ajar yang digunakan
Jenis
Karakteris Kegiatan Alokasi
Kelas KI KD Indikator Bahan
tik Materi Pembelajaran Waktu
Ajar

Sumber : Sungkowo (2010 : 10)


Dari tabel format diatas dapat dilihat bahwa secara umum, pemetaan KI-KD
penyusunan bahan ajar memiliki karakteristik yang sama dengan yang digunakan
untuk penyusunan silabus, yang membedakan adalah bahwa dalam pemetaan ini
harus secara tegas diidentifikasikan Karakteristik Materi dan Jenis Bahan ajar.
2. Tahap Persiapan
a. Menentukan materi
b. Menentukan jenis software digunakan
c. Menentukan jenis bahan ajar berbasis ICT digunakan
d. Menyusun storyboard
Contoh:
Storyboard
(Judul bahan ajar)
A. Identitas bahan ajar
1.Standar Kompetensi:

37
2. Kompetensi dasar:
3. indikator pencapaian:
4. kelas/semester:
5. model bahan ajar: tutorial/simulasi/persentasi
B. Storyboard
Tabel 2. Storyboard

Materi Desain
No Deskripsi Navigasi
Tampilan Tampilan
1 Judul bahan Berisi mengenai judul, 1. Home untuk Judul
ajar dan dan identitas bahan ajar keluar dari
identifikasi berguna untuk materi
bahan ajar memperkenalkan topic 2. Next untuk ke
Identitas
materi yang akan slide selanjutnya Bahan
diberikandan peruntukan-
nya Ajar

2 Dan seterusnya
3

3. Tahap Penyusunan
Penyusunan bahan ajar harus mengikuti kaidah-kaidah yang baku dalam
penyusunan bahan ajar. Secara umum, bahan ajar harus memuat :
a. Judul, kelas, semester dan identitas penyusun
Pada umumnya judul bahan ajar, kelas, semester dan identitas terletak pada
halaman muka (beranda). Hal ini penting diperhatikan agar memudahkan pemakai
dalam memilih bahan ajar yang akan digunakan.
b. Standar Kompetensi dan kompetensi dasar
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar harus diinformaskan dalam bahan ajar
yang disusun karena sebagai acuan bagi pemakai mengenai kompetensi yang harus

38
dicapai peserta didik setelah mempelajari materi yang terdapat pada bahan ajar
tersebut.
c. Indikator Pencapaian
Indikator pencapaian menggambarkan hasil-hasil yang harus dicapai peserta didik
setelah mempelajari materi yang ada pada bahan ajar. Indikator pencapaian lebih
menekankan pada aspek hasil belajar yang merupakan tahapan untuk mencapai
kompetensi sesuai dengan standar kompetensi maupun kompetensi dasarnya.
d. Materi Bahan Ajar
Materi bahan ajar berbasis ICT harus memperhatikan tingkat interaktivitas bahan
ajar yang disusun. Pengorganisaian materi bahan ajar harus mencerminkan aspek
yang dilihat dari :
1) Kompleksitas, materi harus dikembangkan dari yang sederhana menuju yang
kompleks baik dalam pengembangan konsep maupun contoh-contoh
pendukungnya
2) Urgenitas, materi inti harus dikembangkan lebih dulu dari pada materi
pengembangan.
3) Keruntutan, materi harus memberikan pemahaman yang runtut terhadap
pemahaman konsep. Penyusunan materi yang tidak runtut menyulitkan peserta
didik dalam memahami hubungan antar konsep dan sulit memetakan dalam
pikiran.
e. Latihan Soal
Latihan soal atau pemberian contoh permasalahan merupakan hal penting yang ada
pada bahan ajar berbasis ICT karena dapat untuk mengukur tingkat pemahaman
peserta didik terhadap materi yang diberikan pada saat pembelajaran. Pemberian
contoh soal dan permasalahan juga bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman
terhadap materi yang ada pada bahan ajar melalui pembahasan bersama.
4. Tahap Penilaian
Tahap Penilaian Bahan ajar merupakan evaluasi terhadap bahan ajar yang telah
disusun apakah sudah memenuhi syarat ataukah perlu penyempurnaan.

39
5. Tahap Pengiriman
Menyerahkan file bahan ajar berbasis ICT kepada Penanggung Jawab Pelaksana
Sekolah.

D. Validitas Bahan Ajar Non Cetak


1. Pengertian Validitas
Validitas berasal dari kata valid yang artinya benar. Validitas merupakan
kemampuan alat ukur untuk mengukur objek yang dikurnya. Adapun validitas
menurtut para ahli yaitu sebagai berikut:
1) Menurut Gronlund dan Linn (1990): Validitas adalah ketepatan interpretasi yang
dibuat dari hasil pengukuran atau evaluasi
2) Menurut Anastasi (1990): Validitas adalah ketepatan mengukur konstruk,
menyangkut; “What the test measure and how well it does”
3) Menurut Arikunto (1995): Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat
instrumen bersangkutan yang mampu mengukur apa yang akan diukur.
4) Menurut Sukadji (2000): Validitas adalah derajat yang menyatakan suatu tes
mengukur apa yang seharusnya diukur.
5) Menurut Azwar (1986):Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan
suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya.
6) Menurut Sugiyono (2006) Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang
dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk
mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian.

Validitas berasal dari kata valid yang artinya benar. Validitas merupakan
kemampuan alat ukur untuk mengukur objek yang dikurnya. Validitas menurut
Basrowi, 2012 : 61) adalah suatu proses yang dilakukan oleh penyusun atau pengguna
instrument untuk mengumpulkan data secara empiris guna mendukung kesimpulan
yang dihasilkan oleh skor instrument. Dengan kata lain, validitas adalah kemampuan
suatu alat ukur untuk mengukur sasaran ukurnya. Sejalan dengan (Sugiyono, 2008 :

40
363) Valid berarti derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian
dengan data yang dilaporkan oleh peneliti.
Berdasarkan pengertian para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa validitas
adalah ukuran ketepatan dari suatu instrumen yang diukur. Validitas bahan ajar cetak
adalah ukuran ketepatan suatu bahan ajar sesuai dengan kompetensi, dan tujuan
pembelajaran. Validitas desain adalah ukuran ketepatan desain bahan aar dengan
aturan yang sesungguhnya. Suatu produk dapat digunakan sesuai dengan tujuannya
memerlukan uji validitas.
Validitas merupakan penilaian terhadap rancangan suatu produk. Menurut
(Sugiyono, 2012: 414) validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai
apakah rancangan produk lebih efektif dari yang lama atau tidak. Validasi produk
dapat dilakukan oleh beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman
untuk menilai kelemahan dan kekuatan produk yang dihasilkan.
Menurut Festiyed dan Asrizal (2018: 448), validitas terdiri menjadi enam
komponen yaitu konten, konstruksi, terintegrasi pengajaran sains, integrasi literasi
digital, bahasa, dan grafik. Validasi dilakukan oleh validator yang ahli dalam bidang
pengembangan bahan ajar. Kriteria yang dinilai oleh validator mencakup komponen
kelayakan isi, komponen kebahasaan, komponen penyajian, dan komponen
kegrafisan.
2. Macam-Macam Validitas Pada Bahan Ajar
a. Validitas Internal/Rasional
1) Validitas Isi/Kelayakan Isi
Validitas isi sangat penting untuk diperhatikan sehingga bahan ajar tidak
menyebarkan kesalahan-kesalahan konsep, atau “miskonsepsi” oleh peserta didik.
Validitas isi mengacu kepada isi produk. Validitas isi berhubungan dengan
penyusunan produk yang sesuai dengan rancangan yang telah ditentukan untuk dapat
menjaga validitas isi, dalam pengembangan bahan ajar, pendidik harus selalu
menggunakan buku acuan atau bahan pustaka yang berisi hasil-hasil penelitian

41
empiris, teori dan konsep yang berlaku dalam suatu bidang ilmu, serta perkembangan
mutakhir suatu bidang ilmu. Teori dan konsep yang berlaku dalam suatu bidang ilmu
dapat diperoleh di ensiklopedi ataupun buku teks bidang ilmu. Sementara hasil
penelitian empiris dan perkembangan mutakhir suatu bidang ilmu dapat diperoleh
dari berbagai jurnal penelitian yang tercetak ataupun jurnal elektronik.
Keluasan dan kedalaman isi bahan ajar juga sangat berhubungan dengan
keutuhan konsep berdasarkan bidang ilmu.Banyak pertimbangan yang perlu
diperhatikan.dalam mengembangkan antara lain yang paling utama adalah tujuan
pembelajaran. Kemudian kembangkanlah bahan ajar-materi pokok dan komponennya
berdasarkan pada materi yang telah ditentukan tersebut.Komponen kelayakan isi
mencakup, antara lain:
a) Kesesuaian dengan KI, KD
b) Kesesuaian dengan perkembangan anak
c) Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar
d) Kebenaran substansi materi pembelajaran
e) Manfaat untuk penambahan wawasan
f) Kesesuaian dengan nilai moral, dan nilai-nilai sosial
Uji validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan rancangan yang
disusun dengan rancangan yang telah ada dan berkonsultasi kepada ahli
(Sugiyono, 2012:174). Validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara
isi instrumen dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. Dalam forum diskusi para
pakar yang dipandang memiliki keahlian yang ada hubungannya dengan mata
pelajaran yang diujikan, diminta pendapat dan rekomendasinya terhadap isi atau
materi yang terkandung dalam tes hasil belajar yang bersangkutan.
2) Validitas Kebahasaan
Validitas kebahsaan berhubungan dengan pemakaian bahasa dalam penyusunan
dan pengembangan bahan ajar yang sesuai dengan EYD (sesuai dengan kaidah
bahasa yang berlaku).Penggunaan bahasa bahan ajar, yang meliputi pemilihan ragam

42
bahasa, pemilihan kata, penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraph yang
bermakna. Walaupun isi bahan ajar yang dikembangkan sudah cermat, menggunakan
format yang konsisten, serta dikemas dengan menarik, jika bahasa yang digunakan
tidak dimengerti oleh peserta didik, maka bahan ajar tidak akan bermakna apa-apa.
Penggunaan bahasa menjadi faktor penting, bukan hanya dalam pengembangan
bahan ajar cetak seperti buku kerja peserta, lembar kerja peserta, tetapi juga dalam
pengembangan bahan ajar noncetak, seperti kaset audio, video, bahan ajar
berbasiskan komputer, dan lain-lain. Ragam bahasa mengacu pada ragam bahasa
baku atau formal dan ragam bahasa nonformal atau komunikatif.
Pada komponen kebahasaan ini aspek yang dinilai adalah apakah informasi
yang disampaikan dalam bahan ajar sampai dengan baik kepada siswa sebagai
pembaca. Selanjutnya Depdiknas (2008) menjelaskan bahwa: ”Komponen
kebahasaan antara lain mencakup: keterbacaan, kejelasan informasi, kesesuaian
dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, pemanfaatan bahasa secara
efektif dan efisien (jelas dan singkat)”. Apabila pembuatan bahan ajar memerhatikan
komponen dari kriteria kebahasaan ini dengan baik maka informasi yang disampaikan
tersalurkan dengan baik.
Oleh karena itu, ragam bahasa baku jarang digunakan dalam pengembangan
bahan ajar. Adapun komponen kebahasaan antara lain mencakup:
a) Keterbacaan
b) Kejelasan informasi
c) Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar
d) Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat).
3) Validitas Konstruk
Konstruk adalah kerangka dalam suatu konsep, misalkan seorang peneliti ingin
mengukur konsep ’relegiusitas’. Konsep relegiustas, harus dijabarkan dalam kerangka
konsep yang dapat dijabarkan dalam tolak ukur operasional. Konstruk dapat juga
dikantaka jenis konsep tertentu yang berada dalam tingkatan abstraksi yang lebih
tinggi dari konsep dan diciptakan untuk tujuan teoritis tertentu. Konstruk dapat

43
diartikan sebagai konsep yang telah dibatasi pengertiannya (unsur, ciri dan sifatnya)
sehingga dapat diamati dan diukur.
Validitas konstruk (Construct Validity) berkaitan dengan konstruksi atau
konsep bidang ilmu yang akan diuji validitas alat ukurnya. Validitas konstruk
merujuk pada kesesuaian antara hasil alat ukur dengan kemampuan yang ingin
diukur.Pembuktian adanya validitas konstruk bahan ajar pada dasarnya merupakan
usaha untuk menunjukan bahwa bahan ajar benar-benar mencerminkan konstruk yang
sama dengan kriteria bahan ajar seharusnya.
4) Validitas Kegrafikan
Komponen kegrafikan bahan ajar cetak antara lain mencakup:
1) Penggunaan font; jenis dan ukuran
Penggunaan font, jenis dan ukuran abahan ajar cetak tidak boleh sembarangan.
Penggunan font, jenis dan ukuran ini harus disesuaikan dengan kebuttuhan, tidak
terlalu besar atau terlalu kecil.
2) Lay out atau tata letak
Lay out atau tata letak bahan ajar cetak juga harus diperhatikan misaknya
mengguankan rataa kiri kanana agar Lay out atau tata letak rapi dan menarik.
3) Ilustrasi, gambar, foto
Penggunaan Ilustrasi, gambar, foto harus disesuaikan dengan materi yang sedang
ditampilkan. Ilustrasi, gambar, foto diharpakn sangat dekat dan meakili materi
yang di bahas sehingga bahan ajar lebih mudah dipahami siswa.
4) Desain Tampilan
Desain tampilan bahan ajr diluar juga dapat menetukan kualitas bahan ajar.
Dengan desain tampilan yang menarik dari luar daapt menimbulkan minat baca
siswa terhadap bahna ajar yang kita kemabangkan.
b. Validitas Eksternal
Validitas Eksternal disebut juga dengan validitas empiris yaitu validitas yang
didasarkan pada kriteria yang ada diluar instrumen berdsarkan pada fakta empiris atau
pengalaman. Validitas eksternal terdiri dari:

44
1) Validitas Kesejajaran
Sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas kesejajaran apabila hasilnya
sesuai dengan kriteria yang sudah ada, dalam arti memiliki kesajajaran dengan
kriteria yang sudah ada. Kriteria yang sudah ada dapat berupa instrumen lain yang
mengukur hal yang sama tetapi sudah diakuivaliditasnya misalnya dengan testandar.
Validitas kesejajaran dapat digunakan untuk menguji validitas instrumen baik bentuk
tes maupun non tes (Widoyoko, 2012).
2) Validitas prediksi
Memprediksi artinya memperkirakan/meramal mengenai hal yang akan terjadi
pada masa akan datang, jadi sekrang belum terjadi. Sebuah instrumen dikatakan
memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemapuan
untuk meramalkan apa yang akan terjadi dimasa akan datang mengenai hal yang
sama. Validatas prediksi ini biasanya digunakan untuk menguji validitas instrumen
dalam bentuk tes (Widoyoko, 2012).
Validitas prediksi diperoleh apabila pengembilan skor kriteria tidak bersamaan
dengan pengambilan skor tes. Setelah subjek dikenai tes yang akan dicari validitas
prediksinya, lalu diberikan tenggang waktu tertentu sebelum skir kriteria diambil dari
subjek yang sama. Sebagai alat pembanding validitas prediksi adalah nilai-niai
diperoleh setelah peserta tes mengikuti perkuliahan. Prosedur validasi prediksi
memerlukan waktu yang sangat lama dan biaya yang sangat besar karena prosedur
ini pada dasarnya bukan pekerjaan yang dianggap selesai setelah melakukan analisis,
melainkan berlangsung terus menerus dalam mengembangkan tes sebagai prediktor
yang baik (Widoyoko, 2012).
3.Teknik Menentukan Validitas Bahan Ajar Non Cetak
Cara menentukan validitas instrument pembobotan lembar angket dilakukan
berdasarkan skala Likert. Skala Likert dikembangkan oleh Rensis Likert, responden
hanya memberikan persetujuan atau ketidaksetujuan terhadap butir soal
tersebut.Skala Likert disusun berkategori positif. Pertanyaan positif mendapatkan
bobot tertinggi dengan rincian sebagai berikut:

45
Tabel 3. Bobot Pernyataan Validitas
Pernyataan Bobot Pertanyaan
Sangat setuju 5
Setuju 4
Netral 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1

Sumber (Riduwan, 2010)


Skor dihitung dengan cara mengalikan jumlah skor responden dengan nilai
bobot. Jumlah skor total, dibagi dengan jumlah bobot tertinggi, kemudian digunakan
rentang 0-100. Penilaian Validitas ditentukan berdasarkan kriteria interpretasi skor
yang diperoleh. Perhitungan data nilai hasil validasi dianalis dalam skala (0-100)
dilakukan dengan menggunakan rumus:
X
P= ×100 %………………………………………........................…(1)
Y

Keterangan:
P = Nilai validitas produk
X= Skor yang diperoleh dari hasil validasi
Y= Skor maksimum hasil validasi
Tabel 4. Kriteria Validitas
No Nilai Angka Klasifikasi
1 81 – 100 Sangat Valid
2 61 – 80 Valid
3 41 – 60 Cukup valid
4 21 – 40 Kurang valid
5 0 – 20 Tidak valid
Dimodifikasi dari (Ridwan, 2010)

46
Instrumen validasi penelitian dikatakan valid apabila hasil yang didapat berada
dalam rentang 61 – 80, dan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.
E. Reliabilitas Bahan Ajar Non Cetak
1. Pengertian Reliabilitas
Uji reliabilitas dalam bahan ajar cetak sebagai instrumen, dapat dinyatakan untuk
menguji kahandalan bahan ajar cetak tersebut sebagai sebuah bahan
pembelajaran,sehingga akan diperoleh pengaruh yang sama terhadap berbagai
kelompok siswa dalam waktu yang berbeda. Uji reliabilitas adalah proses pengukuran
terhadap ketepatan (konsisten) dari suatu instrumen. Pengujian ini dimaksudkan
untuk menjamin instrumen yang digunakan merupakan sebuah instrumen yang
handal, konsistensi, stabil dan dependibalitas, sehingga bila digunakan berkali-kali
akan menghasilkan data yang sama.
Reliabilitas dikenal juga dengan istilah konseistensi, keajengan, ketatapan,
kestabilan dan keandalan. Instrumen yang reliable belum tentu valid. Reliablitas
instrument digunakan sebagai syarat untuk pengujian validitas instrument. Oleh
karena itu walaupun isntrumen yang valid pada umumnya pasti reliable, tetapi
pengujian reliabelitas instrument yang diperlukan
Reliabilitas dari bahan ajar cetak dapat ditentukan dengan melihat nilai reliabilitas
butir item angket uji validitas yang diberikan pada validator. Pengolahan data dari
angket yang telah diisi validator dilakukan secara statistik. Dalam Basrowi (2012)
dijelaskan bahwa terdapat tiga metode yang dapat digunakan menghitung besarnya
reliabilitas, yaitu : metode bentuk paralel, metode tes ulang, dan metode belah dua
atau split – half method.
a. Metode bentuk paralel (equivalent)
Tes paralel atau equivalen adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan
tujuan tingkat kesukaran, dan susunan, tetapi butir soalnya berbeda. Metode ini
dikenal juga dengan double test double trial method. Dengan metode ini, peneliti
harus menyiapkan dua buah tes yang masing – masing dicobakan pada kelompok
siswa yang sama.

47
b. Metode tes ulang (test-retest method)
Dalam penggunaan metode ini, peneliti hanya memiliki satu seri tes, tetapi
dicobakan dua kali.oleh karena itu tes ini disebut juga single-test-double trial method.
Hasil dari kedua tes ini kemudian dihitung korelasinya.
c. Metode belah dua (split-half method)
Dalam penggunaan metode ini, peneliti hanya perlu satu kali melakukan tes.
Berbeda dengan dua metode sebelumnya, pada metode ini nilai korelasi antara dua
belahan data belum berarti nilai reliabilitas tes. Pembelahan data disini maksudnya
adalah membagi item atau butir soal, bukan peserta tes atau siswa.
2. Cara Menentukan Reliabilatas
Menurut (Sugiyono, 2006), mengungkapkan bahwa untuk uji reliabilitas dapat
dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat
dilakukan dengan test-retest (stability), equivalen dan gabungan keduanya. Secara
internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisa konsistensi butir-butir
yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu. Untuk mengukur reliabilitas
instrumen dapat dilakukan dengan 3 metoda yaitu:
a. Kuder-Richarson 20

( k−1 )( 1− ∑s
k pi qi
r 11 = 2
) ………………………………(2)
t

b. Kurer Richardson 21

r 11 = ( k−1
k
) ¿………………………………(3)
c. Alpha
∑ σi 2
r 11 =
n
( )
n−1
(1− 2 ) ………………………………...(4)
σt
Dimana :
r 11= reliabilitas yang dicari

∑ σ 2i = jumlah varians skor tiap – tiap item

48
2
σ t = varians total
Kriteria reabilitas dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5. Kriteria Reliabilitas
No Kriteria Reliabilitas Kriteria
1 0.90 < rıı ≤ 1.00 Reabilitas tinggi sekali
2 0.70 < rıı ≤ 0.90 Reabilitas tinggi
3 0.40 < rıı ≤ 0.70 Reablitas cukup
4 0.20 < rıı ≤ 0.40 Reabilitas rendah
5 0.00 < rıı ≤ 0.20 Reablitas sangat rendah
Sumber: Slameto (1988)
F. Praktikalitas Bahan Ajar Non Cetak
1. Pengertian Praktikalitas
Bahan ajar harus memenuhi aspek kepraktisan yaitu pemahaman dan
keterlaksanaan bahan ajar tersebut. Kepraktisan menunjukan pada tingkat kemudahan
penggunaan, pelaksanaan serta pengelolaan dan penafsiran hasilnya (Mudjijo, 1995:
59). Praktikalitas berkaitan dengan kemudahan dan kemajuan yang didapat siswa
dengan menggunakan bahan ajar, instrumen, maupun produk lainnya. Tujuan uji
kepraktisan dilakukan adalah untuk mengetahui sejauh mana pemahaman dan
tanggapan siswa serta keterlaksanaan bahan ajar bahan ajar cetak yang dibuat.
Kepraktisan bahan ajar cetak untuk aspek pemahaman siswa dapat dilihat dari angket
yang diisi oleh siswa.
Praktikalitas menurut (KBBI, 2008), berarti bahwa bersifat praktis, artinya
mudah dan senang dalam pemakaiannya. Kepraktisan yang dimaksud disini adalah
kepraktisan dalam bidang pendidikan (silabus, RPP, bahan ajar cetak,
penilaian,maupun produk yang lainnya). Praktikalitas berkaiatan dengan kemudahan
dan kemajuan yang didapatkan siswa dengan menggunakan bahan ajar cetak ,
instrumen atau produk yang lainnya. Bahan ajar cetak yang telah dikembangkan
dikatakan praktis jika para ahli dan praktisi menyatakan bahwa secara teoritis bahwa

49
bahan ajar cetak tersebut dapat diterapkan di lapangan dan tingkat keterlaksanaannya
termasuk dalam kategori baik. Suatu bahan ajar cetak atau produk dikatakan praktis
apabila orang dapat menggunakan (usable) produk tersebut.
Praktikalitas suatu bahan ajar cetak ditentukan dengan memakai instrumen lembar
uji kepraktisan. Lembar uji kepraktisan yang digunakan ada dua, yaitu: lembar uji
kepraktisan menurut guru dan lembar uji kepraktisan menurut siswa. Lembar hasil
uji kepraktisan menurut guru digunakan untuk mengetahui pendapat dan penilaian
guru terhadap implementasi bahan ajar dalam pembelajaran. Lembar uji kepraktisan
menurut guru berupa angket disusun sesuai dengan indikator yang ditetapkan
berdasarkan penggunaan bahan ajar cetak.
Praktikalitas adalah tingkat keterpakaian dan keterlaksanaan prototype bahan ajar
cetak oleh siswa dan guru yaitu melaksanakan pengajaran dengan menggunakan
bahan ajar cetak yang telah direvisi berdasarkan penilaian validator. Bahan ajar cetak
memiliki praktikalitas yang tinggi, apabila bersifat praktis dan mudah
mengadministrasikannya. Untuk menentukan praktikalitas perangkat pembelajaran
ini, menggunakan lembar pengamatan keterlaksanaan bahan ajar cetak oleh guru dan
angket respon tentang bahan ajar cetak oleh siswa dan guru.
Kepraktisan sebuah bahan ajar cetak juga dapat dilihat dari:
a. Penyajian yang Sistematis
Bahan ajar disajikan secara sistematis, tidak meloncat-loncat. Keterkaitan antar
materi/topik dijelaskan dengan cermat, kemudian setiap topik disajikan secara
sistematis. Urutan strategi penyajian dapat berubah-ubah sehingga tidak
membosankan, namun setiap bagian perlu diberi penjelasan yang memadai sehingga
tidak membingungkan peserta.
b. Contoh dan ilustrasi yang memudahkan pemahaman
Penyajian topik atau konsep yang bersifat abstrak, contoh dan ilustrasi sangat
memiliki peran yang sangat penting. Misalnya, dalam menjelaskan rumus hukum
gravitasi Newton di SMA. Untuk menjelaskan rumus tersebut diperlukan alat peraga

50
yang dapat menggambarkan rumus tersebut. Contoh dan ilustrasi dapat
dikembangkan dalam beragam bentuk.
c. Penjelasan tentang relevansi dan manfaat bahan ajar
Bahan ajar dapat berperan sebagai bahan utama yang akan digunakan dalam
pembelajaran di kelas, atau sebagai alat bantu peserta belajar mandiri di rumah (buku
kerja, paket kerja mandiri), atau juga sebagai alat bantu peserta belajar dalam
kelompok.
d. Alat bantu yang memudahkan
Alat bantu yang digunakan dalam pengembangan bahan tergantung kepada
jenis bahan ajarnya. Bahan ajar cetak, dapat menggunaknan alat bantu berupa
rangkuman untuk setiap bab, penomoran, judul bab yang jelas, serta tanda-tanda
khusus, misalnya tanda tanya yang menandakan pertanyaan.
2. Cara Menentukan Praktikalitas
Instrumen praktikalitas digunakan untuk mengumpulkan data kepraktisan bahan
ajar cetak . Instrumen praktikalitas yang dapat digunakan yaitu:
a. Lembar pengamatan keterlaksanaan bahan ajar cetak oleh guru
Lembaran pengamatan ini digunakan untuk melihat perilaku guru dalam
mengimplementasikan bahan ajar cetak yang telah direncanakan.
b. Angket respon siswa terhadap praktikalitas bahan ajar cetak yang dikembangkan
Angket respon siswa digunakan untuk mendapatkan respon siswa terhadap
praktikalitas bahan ajar cetak yang dikembangkan. Instrumen ini diisi oleh siswa
setelah mengikuti proses pembelajaran.
Kepraktisan produk dianalisis berdasarkan angket yang telah diisi oleh subjek.
Analisis data angket praktikalitas produk menggunakan Skala Likert dengan langkah-
langkah berikut ini:
1) Memberikan skor untuk setiap item jawaban sangat setuju (5), setuju (4), cukup
setuju (3), tidak setuju (2) dan sangat tidak setuju (1).
2) Menjumlahakan skor total tiap praktisi untuk seluruh indikator.
3) Pemberian nilai praktikalitas dengan cara menggunakan rumus:

51
f
P= x 100 % ………………………………(5)
N
Dimana :
P = Nilai akhir
f = Perolehan skor
N = Skor maksimum
Kriteria kepraktisan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 6. Kriteria Kepraktisan
No Nilai Kriteria
1 80% < x ≤ 100% Sangat Praktis
2 60 % < x ≤ 80 % Praktis
3 40% < x ≤ 60 % Cukup Praktis
4 20% < x ≤ 40% Kurang Praktis
5 0% < x ≤ 20% Tidak Praktis
Dimodifikasi dari Riduwan (2010 : 89).

G. Efektivitas Bahan Ajar Non Cetak


1. Pengertian Efektivitas
Efektivitas merupakan faktor penting dalam pembelajaran. Pembelajaran yang
efektif merupakan kesesuaian antara siswa yang melaksanakan pembelajaran dengan
sasaran atau tujuan pemebelajaran yang ingin dicapai. Efektivitas berasal dari bahasa
Inggris yaitu effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur.Efektifitas adalah
keberhasilan suatu kegiatan atau aktivitas untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya (Rifa’i: 2013). Efektivitas menunjukkan tingkat keberhasilan
pencapaian suatu tujuan.
Suatu produk dikatakan efektif apabila adanya pengaruh atau akibat, bisa
diartikan sebagai kegiatan yang bisa memberikan hasil memuaskan setelah diberi
perlakuan. Efektivitas merupakan pengaruh atau dampak yang merupakan hasil dari
kebijakan atau langkah yang diambil, yang tentunya diambil dari keinginan-keinginan

52
untuk mencapai target dengan melihat kenyataan yang ada di lapangan.Keefektifan
suatu bahan ajar biasanya dilihat dari potensial efek berupa kualitas hasil belajar,
sikap, dan motivasi peserta didik. Menurut Suryadi (dalam Yazid, 2005) bahan ajar
dapat dikatakan efektif apabila:
a. Rata-rata siswa aktif dalam aktivitas pembelajaran.
b. Rata-rata siswa aktif dalam mengerjakan tugas.
c. Rata-rata siswa efektif dalam keefektifan relatif penguasaan bahan pengajaran.
d. Respon siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan baik/positif
e. Respon guru terhadap pembelajaran yang dilaksanakan baik/positif
(Normalasarie: 2018)
Efektivitas dari suatu produk berupa bahan ajar cetak dapat diketahui melalui uji
coba yang dilakukan yaitu uji coba terbatas. Pada uji coba terbatas dapat
menggunakan jenis penelitian dan pengembangan (R&D) sedangkan untuk desain
penelitian yang digunakan adalah Pre-Experimental Design. Salah satu bentuk pre-
experimental design yang digunakan adalah One-Group Pretest-Posttest Design
(Sugiyono, 2017:499-500).Desain ini dilakukan pada satu kelas dengan cara
membandingkan keadaan sebelum dan sesudah pemberian perlakukan seperti yang
diperlihatkan pada gambar :

O1 X
O2
Gambar 2. One-Group Pretest-Posttest Design
Gambar 2. O1 adalah nilai siswa sebelum menggunakan bahan ajar cetak
(Pretest), sedangkan O2 adalah nilai siswa sesudah menggunakan bahan ajar
cetak(Posttest). Desain ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai antara nilai
O1 dan O2. Begitu juga pada efektivitas pemberian perlakuan dapat diukur dengan
cara membandingkan nilai antara nilai O1 dan O2. Bila nilai O2 lebih besar dari pada
O1, maka dapat dikatakan perlakuan tersebut efektif. Jadi, perlakuan efektif jika nilai
test siswa sesudah menggunakan bahan ajar lebih besar dari nilai test siswa sebelum
menggunakan bahan ajar cetak.

53
2. Instrumen Pengumpulan Data Efektifitas
Pengumpulan data efektivitas keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan
bahan ajar cetak digunakan instrumen atau lembar uji efektivitas. Penggunaan materi
pembelajaran sains dengan mengintegrasikan literasi era digital efektif dapat
meningkatkan kompetensi peserta didik (kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap
dan kompetensi keterampilan literasi) sehingga diperlukan penyusunana instrumen
yang baik untuk memaksimalkan ke tiga kompetensi tersebut (Asrizal, 2018: 90).
Data untuk menentukan efektivitas bahan ajar ditentukan dengan :
a. Instrumen Penilaian Aspek Pengetahuan
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini untuk menilai aspek pengetahuan
siswa adalah tes tertulis. Melalui tes tertulis dapat diketahui nilai hasil belajar siswa
selama proses pembelajaran sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Tes tertulis pada
penelitian dilakukan sebanyak dua kali. Tes sebelum diberi perlakuan dan tes sesudah
diberikan perlakuan dengan menggunakan bahan ajar cetak yang diberikan soal tes
tertulis dalam bentuk soal pilihan ganda yang masing-masing terdiri dari 30 butir
soal. Penentuan nilai pengetahuan siswa diperoleh dari jumlah soal yang dijawab
betul dibagi dengan jumlah seluruh soal pada tes dikali 100. Secara sistematis dapat
ditulis dengan persamaan:
Jumlah jawaban yang benar
Nilai= ×100
Jumlah soal ………………………………(6)
Nilai maksimum siswa apabila menjawab 30 soal dengan benar maka nilai yang
diperoleh siswa adalah 100.
b. Instrumen Penilaian Aspek Sikap
Instrumen penilaian aspek sikap digunakan untuk mengetahui sikap siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Instrumen aspek sikap berkaitan berupa lembar
observasi sikap. Observasi adalah teknik penilaian yang dilaksanakan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera berpedoman pada lembar observasi
mencakup prilaku yang diamati.Berikut format Lembar Observasi yang digunakan
dalam penelitian:

54
Kelas : ..............................
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok : …………………..
Sikap Total Skor
No Nama
S1 S2 S3 S4 S5 S6
1
2
3
Dst
Keterangan :
S1 : Disiplin
S2: Menjaga Lingkungan
S3: Kerja Keras
S4: Keberanian
S5: Kerja Sama
S6: Tanggung Jawab
Penentuan nilai sikap siswa dapat ditentukan berdasarkan instrumen. Nilai sikap
siswa diperoleh dari skor yang didapatkan dari indikator sikap dibagi dengan skor
maksimum kemudian dikali dengan 100 dengan persamaan berikut:
Jumlah skor sikap siswa
Nilai= ×100
Jumlah skor maksimum sikap siswa ………………..........(7)
Nilai sikap siswa memiliki rentangan dari 1-100. Apabila siswa memperoleh skor
maksimum maka dapat diartikan bahwa nilai sikap siswa adalah 100.
c. Instrumen Penilaian Aspek Keterampilan
Instrumen yang digunakan pada aspek keterampilan adalah lembar penilaian
keterampilan. Nilai keterampilan siswa diperoleh dari analisis lembar penilaian
keterampilan. Pada analisis penilaian keterampilan terdiri dari dua bagian yaitu
analisis nilai keterampilan sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar cetak.
Dengan adanya dua bagian analisis penilaian keterampilan, maka dapat diketahui
perubahan keterampilan siswa pada saat sebelum dan sesudah penggunaan bahan ajar

55
cetak. Lembar penilaian keterampilan tersebut berisikan indikator-indikator yang
mengacu pada rubrik penilaian keterampilan.Berikut ini merupakan lembar penilaian
keterampilan yang digunakan untuk mengukur kompetensi keterampilan siswa pada
penelitian ini:
Kelas : ..............................
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok : …………………..
Keterampilan Total Skor
No Nama
K1 K2 K3 K4 K5 K6
1
2
3
Dst

Keterangan :
K1 = Mengamati K4 = Menginterpretasikan Data
K2 = Mengajukan Pertanyaan K5 = Menyimpulkan
K3 = Melakukan Penyelidikan K6 = Mengkomunikasikan
Pada penilaian keterampilan siswa diperoleh dari skor yang didapatkan dari
indikator keterampilan dibagi dengan skor maksimum kemudian dikali dengan 100
seperti persamaan berikut. Secara sistematis dapat ditulis dengan persamaan:
Jumlah skor keterampilan siswa
Nilai= ×100
Jumlah skor maksimum keterampilan siswa …………….(8)
Nilai keterampilan siswa memiliki rentangan dari 1-100. Jika siswa memperoleh
skor maksimum maka dapat diartikan bahwa nilai keterampilan siswa adalah 100.
3. Cara Menentukan Efektifitas Bahan Ajar Non Cetak
Jenis statistik yang digunakan untuk menganalisis efektivitas adalah statistik
parametriks. Teknik analisis yang digunakan yaitu perbandingan korelasi. Analisis
perbandingan korelasi memiliki syarat data harus homogen dan terdistribusi normal.
Apabila tidak normal maka digunakan statistik non-parametriks yaitu uji wilcoxon.

56
Analisis perbandingan korelasi digunakan untuk menganalisis hasil belajar siswa
sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
Perlakuan yang diberikan adalah bahan ajar cetak. Dari analisis dapat mengetahui
sejauh mana efektivitas bahan ajar cetak tersebut dalam pembelajaran. Uji efektivitas
penting dilakukan untuk melihat kefektifan penggunaan bahan ajar yang di-
kembangkan untuk mengingkatkan kompetensi siswa (Asizal, 2015: 187). Untuk
menganalisis efektivitas produk digunakan uji t. Sugiyono (2017:307) menyatakan
bahwa “untuk membuktikan signifikan perbedaan sistem kerja lama dan baru, perlu
diuji secara statistik dengan t-test berkorelasi”. Langkah-langkah untuk analisis
efektivitas produk menggunakan t-test berkorelasi seperti berikut.
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data.Data
yang mempunyai distribusi yang normal berarti mempunyai sebaran yang normal
pula. Uji normalitas pada dasarnya melakukan perbandingan antara data yang kita
miliki dengan data berdistribusi normal yang memiliki mean dan standar deviasi yang
sama dengan data.Salah satu uji normalitas data yaitu chi kuadrat ( x 2 ) merupakan
pengujian hipotesis yang dilakukandengan cara membandingkan kurve normal yang
terbentuk dari data yang telah terkumpul (B) dengan kurve normal baku atau standar
(A). Jadi membandingkan antara (B/A). Bila B tidak berbeda secara signifikan
dengan A, maka B merupakan data yang berdistribusi normal.
Ho:data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Hi:data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Grafik distribusi chi kuadrat ( x 2 ) umumnya merupakan kurve positif , yaitu
miring ke kanan. Kemiringan ini makin berkurang jika derajat kebebasan (dk) makin
besar. Langkah-Langkah Menguji Data Normalitas dengan Chi Kuadrat:
1) Menentukan Mean/ Rata-Rata
2) Menentukan Simpangan Baku
3) Membuat daftar distribusi frekuensi yang diharapkan

57
a) Menentukan batas kelas
b) Mencari nilai Z skor untuk batas kelas interval
c) Mencari luas 0 – Z dari tabel kurva normal
d) Mencari luas tiap kelas interval
e) Mencari frekuensi yang diharapkan (Ei)
4) Merumuskan formula hipotesis
Ho:data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1:data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
5) Menentukan taraf nyata
6) Menentukan Nilai Uji Statistik
7) Menentukan Kriteria Pengujian Hipotesis

Gambar 3. Grafik Distribusi Chi kuadrat


8) Memberi Kesimpulan

Selain itu, uji normalitas data dapat dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors
(Lo). Uji Liliefors diawali dengan penentuan taraf sigifikansi, yaitu pada taraf
signifikasi 5% (0,05) dengan hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
H0: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

58
H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Dengan kriteria pengujian :
Jika Lhitung< Ltabel terima H0, dan
Jika Lhitung ≥ Ltabel tolak H0
Adapun langkah-langkah pengujian normalitas adalah :
1) Data pengamatan x1, x2 , x3, ….., xn dijadikan bilangan baku z1, z2 , z3, ….., zn
xi −x
dengan menggunakan rumus  (dengan x dan s masing-masing merupakan
s
rata-rata dan simpangan baku)
2) Untuk setiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal
baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P(z < zi).
3) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2 , z3, ….., zn yang lebih kecil atau sama dengan
banyaknya z 1 , z 2 , … , z n yang ≤ z
zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi) maka: S ( z i )= i

n
4) Hitung selisih F(zi) – S(zi), kemudian tentukan harga mutlaknya.
5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut, misal
harga tersebut L0. Dalam penerimaan atau penolakan hipotesis nol (H0), dilakukan
dengan cara membandingkan L0 dengan nilai kritis L yang terdapat dalam tabel
untuk taraf nyata yang dipilih .
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas merupakan uji perbedan antara dua atau lebih populasi. Semua
karakteristik populasi dapat bervariasi antara satu populasi dengan yang lain. Dua di
antaranya adalah mean dan varian (selain itu masih ada bentuk distribusi, median,
modus, range, dll).Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah varians skor
yang diukur pada kedua sampel memiliki varians yang sama atau tidak. Populasi-
populasi dengan varians yang sama besar dinamakan populasi dengan varians yang
homogen, sedangkan populasi-populasi dengan varians yang tidak sama besar
dinamakan populasi dengan varians yang heterogen.

59
Faktor-faktor yang menyebabkan sampel atau populasi tidak homogen adalah
proses sampling yang salah, penyebaran yang kurang baik, bahan yang sulit untuk
homogen, atau alat untuk uji homogenitas rusak. Apabila sampel uji tidak homogen
maka sampel tidak bisa digunakan dan perlu dievaluasi kembali. Uji homogenitas
data dapat dilakukan dengan menggunakan dua macam uji homogenitas untuk
menguji kehomogenan dua atau lebih variansi yaitu :
1) Uji Harley Pearson
Uji ini digunakan untuk menguji ukuran dengan cuplikan yang sama (n yang
sama) untuk tiap kelompok, misalkan kita mempunyai dua populasi normal dengan
varians σ 21 dan σ 22, akan diuji mengenai uji dua pihak untuk pasangan hipotesis nol H0

dan tandingannya H1 :
{
H0 : σ 21=σ 22
2
H1 : σ 1 ≠ σ

Prosedur pengujian hipotesis :

a) Menentukan formulasi hipotesis


{
H0 : σ 21=σ 22
H1 : σ 21 ≠ σ

b) Menentukan taraf nyata (α) dan F tabel


F tabel ditentukan dengan α, derajat bebas pembilang ( n1−1 ) , dan derajat penyebut

( n2−1 ) dengan rumus F tabel=F 12 α ( n −1 ,n −1 )


1 2

c) Menentukan kriteria pengujian:

Ho diterima jika F (1−α )(n −1) < F < F 1 α(n −1 ,n −1 )


1
1 2
2

Ho ditolak jika F (1−α )(n −1) ≤ F = F 1 α (n −1 ,n −1) atau F (1−α )(n −1) ≥ F = F 1 α (n −1 ,n −1)
1
1 2
1
1 2
2 2

2
s1 Varians terbesar
d) Menentukan uji statistik: F = 2
, F=
s 2
Varians terkecil

e) Menarik kesimpulan

2) Uji Bartlett

60
Uji ini digunakan untuk menguji ukuran dengan cuplikan yang sama maupun
tidak sama (n yang sama maupun n yang berbeda) untuk tiap kelompok. Dalam
menguji kesamaan beberapa buah rata-rata, dimisalkan populasinya mempunyai
varians yang homogen, yaitu σ 21=σ 22 =…=σ 2k .
Untuk menguji kesamaan dua rata-rata, telah dimisalkan σ 21=σ 22 , akan diuraikan
perluasannya yaitu untuk menguji kesamaan k buah (k≥2) buah populasi berdistribusi
independen dan normal masing-masing dengan varians σ 21 , σ 21 , … , σ 2k .

Akan diuji hipotesis : { H0 : σ 21=σ 22=…=σ 2k


H1 : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku

Prosedur pengujian hipotesis :


a) Menentukan formulasi hipotesis

{
2 2 2
H0 : σ 1=σ 2=…=σ k
H1 : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku

b) Menentukan taraf nyata (α) dan x 2tabel


2
x
2
tabel dimana x tabel =x 2( 1−α )(k−1)didapat dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan
peluang (1-α) dan dk = ( k-1).
c) Menentukan kriteria pengujian:
2 2
Ho diterima jika x < x( 1−α ) (k−1)
2 2
Ho ditolak jika x ≥ x (1−α ) (k−1)
d) Menentukan uji statistik: x 2=¿
e) Menarik kesimpulan.

3) Uji T-test (Uji Perbandingan Berkorelasi)


a) Nilai rata-rata
Nilai rata-rata sampel sebelum diberi perlakuan.
Rumus :

61
ΣX 1
i
X 1=
n ......................................................................(9)
Nilai rata-rata sampel sesudah perlakuan
Rumus :
ΣX 2
i
X 2=
n ......................................................................(10)
Keterangan :
X1
i = data pengukuran sebelum perlakuan
X2
i = data pengukuran sesudah perlakuan
n = jumlah responden/data

b) Nilai varian
Nilai varian sebelum perlakuan

2
( X1 − X1)
S X 1 =Σ i

n−1 ............................................................(11)
c) Nilai varian sesudah perlakuan

2
( X2 − X2)
S X =Σ i

2 n−1 ..........................................................(12)
Keterangan :
X 1 = nilai rata-rata sampel sebelum perlakuan

X 2 = nilai rata-rata sampel sesudah perlakuan


X1
i = data pengukuran sebelum perlakuan
X2
i = data pengukuran sesudah perlakuan
SX
1 = nilai varian sampel sebelum perlakuan
SX
2 = nilai varian sampel sesudah perlakuan
N = jumlah responden/data

62
d) Koefisien korelasi ( r )
Rumus :
n( ΣX 1 X 2 )−( ΣX 1 )( ΣX 2 )
r=
√ [ n( ΣX 1
2 )−( ΣX 1 )
2
] [ n( ΣX 2
2 )−( ΣX 2 )
2
] .........................(13)
Keterangan:
r= nilai koefisien korelasi
X= nilai pengukuran sebelum
Y= nilai pengukuran sesudah

e) T-test (uji perbandingan berkorelasi) thitung


Rumus :
X 1− X 2
t hitung=

√ ( √ )( √ )
2 2
SX Sx2 SX1 SX2
1
+ −2 r
nx nx nX nX
1 2 1 2
...........................................(14)
Keterangan :
nx
1 = sampel pertama
nx
2 = sampel kedua
Menentukan apakah terdapat perbedaan yang signifikan atau tidaknya
perlakuan yang diberikan maka t-test berkorelasi diuji dengan uji pihak kanan dengan
persamaan yang digunakan adalah persamaan 2.17. Sementara itu untuk memperoleh
ttmaka dibutuhkan derajat kebebasan. Derajat kebebasan diperoleh dari jumlah subjek
penelitian dikurangi satu. Dalam uji satu pihak memiliki taraf kesalahan. Besar taraf
kesalahan pada uji satu pihak adalah 5%. Contohnya apabila jumlah subjek penelitian
adalah 32 orang maka derajat kebebasannya adalah (dk)=31 maka harga t t yang
diperoleh adalah 1,697.
Apabila pada hasil th diperoleh nilainya dalam nilai negatif (-) maka dilakukanlah
uji pihak kiri. Patokan untuk pembanding antara th dengan tt adalah melihat bahwa
nilai th berada pada daerah penolakan Ho. Pada pengujian yang dilakukan dengan

63
menggunakan uji pihak kiri. Apabila harga th lebih kecil dari pada harga t t (thitung<ttabel),
maka hipotesis kerja diterima. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan
pengetahuan yang signifikan antara sebelum dan sesudah penggunaan suatu produk.
Batasan daerah penolakan Ho dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 4. Grafik Distribusi T


4) Uji Wilcoxon
Uji Wilcoxon (Wilcoxon Test) merupakan statistik non-parametriks. Uji
Wilcoxon digunakan untuk data yang tidak terdistribusi normal perhitungannya.
Siagian dan Sugiarto (2000: 317) mengatakan bahwa “Wilcoxon Test bisa digunakan
untuk menguji rata-rata satu populasi atau uji rata-rata dua populasi data
berpasangan”. Dengan demikian, Uji Wilcoxon dapat digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan dari suatu observasi yang berpasangan.
Langkah-langkah untuk mengolah data Uji Wilcoxon tersebut adalah:
a) Membuat tabel penolong
b) Hitung nilai beda untuk semua dataBeda (d) = X1- X2
c) Menghitung nilai jenjang
Rangkinglah dari nilai beda terkecil tanpa memperhatikan tanda (+) atau (-). Jika
tanda memiliki nilai beda yang sama maka rangking untuk nilai beda yang sama
tersebut adalah rangking rata-rata. Untuk data dengan beda=0 tidak dihitung.
d) Pisahkan nilai jenjang yang betanda (+) atau (-) bedasarkan nilai beda.
e) Tentukan nilai T
T++ yaitu jumlah rangking yang bertanda positif
T—yaitu jumlah rangking yang bertanda negative

64
f) Membandingkan nilai T yang diperoleh dengan nilai t tabel nilai-nilai kritis untuk uji
wilcoxon. Nilai T yang diambil adalah jumlah nilai jenjang yang paling sedikit.
g) Membuat kesimpulan
Hal tersebut dilakukan bila sampel kurang dari 25. Jika sampel pasangan lebih
besar dari 25, maka distribusinya akan mendekati distribusi normal. Untuk itu
digunakan rumus z dalam pengujiannya.
n(n+1)
μT = ......................................................................................(15)
4

σ T=
√ n(n+ 1)(2 n+1)
24
...........................................................................(16)

T −μT
z= ...............................................................................................(17)
σT
Keterangan:
T = jumlah jenjang paling sedikit
n = jumlah data
z = uji wilcoxon
Uji wilcoxon untuk data yang lebih dari 25 digunakan uji transmorfasi Z.
Banyaknya data yang digunakan adalah lebih dari 25 maka digunakan transformasi z
dengan asumsi bahwa data tersebut mendekati normal. Nilai Z hitung jika diperoleh

bernilai negatif. Maka Hipotesis nol diterima dengan syarat


−Z tabel ≤Z hitung ≤Z tabel .
Pada taraf kesalahan 5% diperoleh dengan harga Ztabel = Ztabel(1/2 –α/2)= Z0,475 adalah
1,96.Pada tingkat kepercayaan 95 % menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan yang berarti apabila nilai z hitung tidak memenuhi kriteria Ho atau apabila
nilai z hitung berada pada daerah Ho yang diterima.

65
BAB III
PEMBAHASAN
A. Matriks Perbedaan Validitas, Reliabilitas, Praktikalitas & Efektivitas
Berdasarkan dasar teori yang telah di bahas kita dapat menentukan matriks perbedaan validitas, reliabilitas,
praktikalitas dan efektivitas, yaitu:
Tabel 7. Perbedaan Validitas, Reliabilitas, Praktikalitas dan Efektivitas
Komponen
Validitas Reliabilitas Praktikalitas Efektifitas
pembeda
Defenisi Suatu ukuran yang Konsistensi terhadap hasil Kemudahan yang ada pada Keberhasilan suatu
menunjukan keshahihan instrument bahan ajar baik dalam kegiatan atau aktivitas
suatu instrumen mempersiapkan, untuk mencapai tujuan
menggunakan, yang telah ditentukan
memperoleh hasil dan sebelumnya.
menyimpan.
Pengukuran Mengukur kevalidan Mengukur apakah tes Mengukur kemudahan, Mengukur tingkat
suatu produk yang memberikan hasil yang daya tarik dan efesiensi keberhasilan suatu
dibuat konsisten pada hasilnya bahan ajar yang digunakan bahan ajar yang dilihat
dari hasil belajar
peserta didik
Jenis  Validitas internal Reliabilitas internal dan - -
(validits isi, konstruk, eksternal
bahasa dan grafis)
 Validitas eksternal
(validitas kesejajaran
dan prediksi)
Instrument yang Angket Angket Angket Angket dan tes
digunakan

67
Komponen
Validitas Reliabilitas Praktikalitas Efektifitas
pembeda
Responden Validator (Dosen atau Validator yang sama dengan Praktisi (Guru dan Peserta Peserta didik
ahli) waktu yang berbeda didik)
Analisis Menggunakan skala Menggunakan analisis Menggunakan skala Likert Menggunakan analisis
Likert statistic statistiks

B. Matriks Perbedaan Bahan Ajar Non Cetak


Bahan ajar non-cetak adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran yang dituangkan dalam teknologi non-cetak. Bahan ajar non cetak terdiri dari bahan
ajar audio, audio visual, dan interaktif. Agar bahan ajar dapat digunakan secara efisien dalam proses pembelajaran maka
guru perlu mengetahui perbedaan dari masing-masing jenis bahan ajar non cetak. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari
tabel berikut.
Tabel 8. Matriks Perbedaan Audio, Audio visual, Multimedia dan Display
Aspek Pembeda Audio Audio Visual Multimedia Display
Pengertian Audio adalah bahan Audio visual adalah Multimedia adalah Display adalah sarana
ajar yang mengandung seperangkat alat yang media yang yang dimanfaatkan
pesan dalam bentuk dapat menggabungkan dua untuk menampilkan
auditif (pita suara atau memproyeksikan unsur atau lebih media gambar, poster, dan
piringan suara) yanga gambar bergerak dan yang terdiri dari teks, objek-objek tiga
dapat merangsang bersuara grafik, gambar, foto, dimensi yng kecil
pikiran dan perasaan audio, dan animasi
sehingga terjadinya secara terintegrasi.
proses belajar

Jenis  Kaset/piringan hitam  Video a. Multimedia linear a. Relia

68
 Radio (TV dan film) b. Diaroma
b. Multimedia c. Model
interaktif (CAI, d. Flipchat
web, aplikasi game)
Bentuk Suara Suara dan gambar Suara, teks Gambar
Karakteristik c. Dapat digunakan a. Menampilkan a Memiliki lebih dari a. Menggunakan
untuk melatih daya gambar dengan satu media yang komputer
analisis dari apa gerak serta suara konvergen, b. Menggunakan
yang didengar secara bersamaan misalnya teknologi
d. Meningkatkan b. Mampu menggabungkanuns multimedia
kemampuang menampilkan ur audio dan visual. c. Menggunakan
mengingat benda yang sangat b. Bersifat interaktif, bahan ajar bersifat
e. Berguna untuk tidak mungkin ke dalam pengertian mandiri
belajar dalam kelas memiliki
keterampilan c. Memungkinkan kemampuan
diagnosis yang adanya rekayasa untukmengakomod
melibatkan bunyi (animasi) asi respon
pengguna.
c. Bersifat mandiri

C. Matriks Kelebihan dan Kekurangan Bahan Ajar Non Cetak


Setiap bahan ajar tidak ada yang sempurna. Masing-masing bahan ajar ajar non cetak memiliki kelebihan dan
kekurangan, yaitu:
Tabel 9. Matriks Kelebihan dan Kekurangan Bahan Ajar Non Cetak
Jenis Bahan Ajar Non Cetak Kelebihan Kekurangan
Audio a. Dengan menggunakan alat perekam, a. Sifat komunikasinya satu arah
program audio dapat disesuaikan dengan b. Lebih banyak menggunakan suara

69
kebutuhan pendengar. bahasa verbal, hanya dapat dimengerti
b. Media audio dapat melatih siswa untuk oleh pendengar yang memiliki
mengembangkan daya imajinasi yang kemampuan bahasa yang baik.
abstrak. c. Hanya akan melayani secara baik
c. Media audio dapat merangsang untuk mereka yang suka berfikir
partisipasi aktif para pendengar. abstrak.
d. Program audio dapat menggugah rasa d. Dapat menimbulkan verbalisme bagi
ingin tahu siswa tentang sesuatu pendengar.
sehingga merangsang kreativitas.
e. Media audio dapat menanamkan nilai-
nilai dan sikap positif terhadap para
pendengar
f. Media audio dapat menyajikan laporan-
laporan yang aktual dan orisinil yang
sulit menggunakan media lain.
g. Program audio dapat mengatasi batasan
waktu serta jangkauanya sangat luas
Audio Visual a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak a. Media audio visual tidak dapat
terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk digunakan dimana saja dan kapan saja,
kata-kata, tertulis atau lisan belaka). karena media audio visual cenderung
b. Mengatasi perbatasan ruang, waktu dan tetap di tempat.
daya indera. b. Biaya pengadaannya relative mahal.
c. Objek yang terlalu besar digantikan c. Apabila guru tidak mampu
dengan realitas, gambar, film bingkai, berpartisipasi aktif maka siswa akan
film atau video. cenderung menikmati visualisasi dan
d. Obyek yang kecil dibantu dengan suaranya saja.
proyektor micro, film bingkai, film atau
gambar.
e. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu

70
cepat dapat dibantu dengan time line
atau high speed photografi.
f. Kejadian atau peristiwa yang terjadi
masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat
rekaman film, video, film bingkai, foto
maupun secara verbal.
g. Konsep yang terlalu luas (gunung
merapi, gempa bumi, iklim dan lain-
lain) dapat di visualkan dalam bentuk
film, film bingkai, gambar, dan lain-
lain.
Multimedia a. Sistem pembelajaran lebih inovatif dan a. Design yang buruk menyebabkan
interaktif kebingungan dan kebosanan pesan tidak
b. Mampu menimbulkan rasa senang selama tersampaikan dengan baik
PBM berlangsung sehingga akan b. Kendala bagi orang dengan kemampuan
menambah motivasi peserta didik terbatas/cacat
c. Mampu menggabungkan anatar teks, c. Kemampuan SDM dalam penggunaan
gambar, audio, musik, animasi gambar multimedia masih perlu ditingkatkan
atau video dalam satu kesatuan yang saling d. Belum memadainya perhatian dari
mendukung sehingga tercapai tujuan pemerintah
pembelajaran e. Belum memadainya infrastruktur untuk
d. Mampu memvisualisasikan materi yang daerah tertentu
abstrak
e. Media penyimpanan yang relatif gampang
dan fleksibel
f. Membawa obyek yang sukar didapat atau
berbahaya ke dalam lingkungan belajar
g. Menampilkan obyek yang terlalu besar ke
dalam kelas

71
h. Menampilkan obyek yang tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang
Display a. Sifatnya konkrit. Gambar atau foto lebih a. Terlalu kecil untuk dimanfaatkan dalam
realistis menunjukkan pokok masalah proses pembelajaran, kecuali yang
dibanding dengan media verbal semata. telah dirancang khusus untuk
b. Gambar dapat mengatasai masalah batasan keperluan itu.
ruang dan waktu. Tidak semua benda, b. Jenis bahan ajar display merupakan
objek atau peristiwa dapat dibawa ke media diam, sehingga tidak cocok
kelas, dan tidak selalu bisa, anak-anak untuk mengajarkan hal-hal yang
dibawa ke objek tersebut. berkaitan dengan gerakan.
c. Dapat diletakkan dengan mudah di kelas
atau di ruang-ruang sekolah,
harganya relatif murah.
d. Dapat dikembangkan sendiri oleh guru
yang memiliki bakat senin dan dapat
dikembangkan untuk hampir semua mata
pelajaran.
e. Display yang bagus mampu menarik
perhatian siswa, merangsang minat.
f. Mampu memperjelas arti, dan mampu
menyederhanakan informasi yang
kompleks. 

D. Kisi-kisi Validitas Bahan Ajar Non Cetak Berupa Video


Kisi-kisi validitas bahan ajar non cetak berupa video pada materi elastisitas dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini:
Tabel 10. Kisi-kisi Validitas Bahan Ajar Non Cetak Berupa Video
Aspek Indikator No Pernyataan

72
Kelengkapan materi 1
Keluasan materi 2
Kedalaman materi 3
Kecocokan antara materi dengan tampilan video 4
Keakuratan konsep dan defenisi 5
Keakuratan prosedur 6
Keakuratan fakta dan data 7
Keakuratan contoh dan kasus 8
Kelayakan
Keakuratan gambar, diagram, dan ilustrasi 9
Materi/Isi
Ketepatan penggunaan simbol 10
Kecocokan gambar, diagram dan ilustrasi dalam 11
kehidupan sehari-hari
Menggunakan contoh dan kasus yang terdapat dalam 12
kehidupan sejari-hari
Mendorong rasa ingin tahu 13
Menciptakan kemampuan bertanya 14
Tayangan video orisinil (bukan hasil plagiat) 15
Kelayakan Sajian Kelengkapan sajian 16,17,18
Keruntutan konsep 20
Penyajian informasi 21,22, 23
Penyajian pembelajaran 24,25,26,27, 28
Soal latihan pada setiap akhir kegiatan belajar 29
Kunci jawaban soal latihan 30
Pengantar 31
Glosarium 32

73
Daftar 33
Keterlibatan peserta didik 34,35
Sesuai dengan kaidah bahasa indonesia baku 36,37
Sesuai dengan perkembangan siswa 38
Ketepatan struktur kalimat 39
Kelayakan Bahasa Kefektifan kalimat 40
Kebakuan istilah 41
Pemahaman terhadap pesan dan informasi 42
Kemampuan memotivasi peserta didik 43
Keindahan tampilan 44
Kemenarikan tampilan 45
Besar huruf dan ruang slide proporsional 46
Suara/vokal terdengar dengan jelas 47
Animasi yang disajikan sesuai dengan materi 48
pembelajaran
Kelayakan Gambar, suara, dan video sesuai dengan materi yang 49
Kegrafikan disajikan
Komposisi warna pada bahan ajar video sudah tepat 50
Desain tampilan bahan ajar menarik dan proporsional 51
Software utama digunakan memiliki resolusi yang 52
tinggi
Software pendukung dapat bekerja dengan baik 53
Semua slide pada bahan ajar video mudah di akses 54

74
E. Instrumen Validitas Bahan Ajar Non Cetak Berupa Video
INSTRUMEN PENILAIAN VALIDITAS
VIDEO ELASTISITAS

Lembar validasi ini dimaksudkan untuk mengumpulkan


informasi tentang isi, penyajian dan bahasa dari video pada materi
elastisitas yang dibuat.
Petunjuk Pengisian
1) Melalui validasi ini Bapak/Ibu diminta pendapatnya tentang video elastisitas yang
dibuat
2) Pendapat yang Bapak/Ibu berikan pada setiap butir pernyataan yang terdapat
dalam lembar validasi ini akan digunakan sebagai masukan untuk
menyempurnakan video materi elastisitas yang dibuat
3) Mohon berikan pendapat Bapak/Ibu dengan memberikan (√) pada salah satu
kolom angka 1,2,3, dan 4. Angka 1 sampai 4 pada skala jawaban mempunyai arti
sebagai berikut :
Skor Kategori Presentasi Ketercapaian Indikator
1 Sangat Tidak Setuju (STS) 0-25
2 Tidak Setuju (TS) 26-50
3 Setuju (S) 51-75
4 Sangat Setuju (SS) 76-100

4) Identitas Bapak/Ibu mohon diisi dengan lengkap


Identitas Validator
Nama validator :
Jurusan/spesialisasi :
Hari/tanggal validasi :

75
Lembaran Validasi
1. Validasi Isi
No Komponen Penilaian
1 2 3 4
A. Kelayakan Materi/Isi
1. Materi yang disajikan pada video pembelajaran mencakup materi
yang terkandung dalam kompetensi dasar (KD)
2. Materi yang disajikan pada video pembelajaran mencerminkan
jabaran yang mendukung pencapaian kompetensi dasar (KD)
3. Materi yang disajikan pada video pembelajaran mulai dari
pengenalan konsep, defenisi, prosedur, tampilan output, contoh,
kasus, latihan sampai dengan interaksi antar konsep sesuai
dengan kompetensi dasar (KD)
4. Tayangan video pembelajaran sesuai dengan kompetensi inti dan
kompetensi dasar dalam kurikulum 2013
5. Video pembelajaran yang disajikan dapat dipercepat sesuai
tayangan yang dibutuhkan sehingga dapat mengatasi
keterbatasan waktu dalam pembelajaran
6. Konsep dan defenisi yang disajikan pada video pembelajaran
tidak menimbulkan banyak tafsir
7. Materi yang disajikan pada video pembelajaran menjelaskan
kebutuhan jenis bahan, alat dan langkah-langkah kerja secara
runtut dan benar sesuai dengan prinsip keselamatan kerja
8. Fakta dan data yang disajikan pada video pembelajaran sesuai
dengan kenyataan dan efisien untuk meningkatkan pemahaman
peserta didik
9. Contoh dan kasus yang disajikan pada video pembelajaran sesuai
dengan kenyataan dalam kehidupan kenyataan, peristiwa sehari-
hari, fenomena alam dan teknologi
10.Gambar, diagram dan ilustrasi yang disajikan pada video
pembelajaran sesuai dengan kenyataan, peristiwa sehari-hari,
fenomena alam dan teknologi
11.Ketepatan dalam penggunaan simbol-simbol yang terdapat pada
video pembelajaran
12.Gambar, diagram, ilustrasi pada video pembelajaran tidak hanya

76
berupa kenyaaan dalam kehidupan sehari-hari, namun juga
dilengkapi dengan penjelasan
13.Contoh dan kasus yang disajikan pada video pembelajaran sesuai
dengan situasi serta kondisi yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari
14.Uraian, latihan atau contoh-contoh kasus yang disajikan pada video
pembelajaran mendorong peserta didik untuk mengerjakannya
lebih jauh dan menumbuhkan kreativitas
15.Uraian, latihan, atau contoh-contoh kasus yang disajikan pada video
pembelajaran mendorong peserta didik untuk mengetahui materi
lebih jauh
16. Tayangan video orisinil (bukan hasil plagiat)
17. Video pembelajaran yang diambil dari sumber lain dengan
mencantumkan sumbernya
B. Kelayakan Penyajian
18. Bagian awal pada video pembelajaran terdiri atas sampul, kata
pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar tampilan
dan pendahuluan
19. Bagian inti pada video pembelajaran terdiri atas uraian bab,
ringkasan bab, ilustrasi (gambar), latihan dan evaluasi
Bagian akhir pada video pembelajaran terdiri atas daftar pustaka
dan lampiran
20. Penyajian konsep pada video pembelajaran disajikan secara
runtut mulai dari yang mudah ke sukar, dari yang konkret ke
abstrakdan dari yang sederhana ke kompleks, dari yang dikenal
sampai yang belum dikenal. Materi bagian sebelumnya bisa
membantu pemahaman materi pada bagian selanjutnya.
21. Informasi yang disajikan pada video pembelajaran memiliki
keterkaitan satu sama lain
22. Konsisten dalam penyajian istilah, konsep serta penjelasan
lainnya pada video pembelajaran
23.Banyaknya uraian materi yang disajikan pada video pembelajaran
bersifat proporsional (seimbang) antara satu materi dengan
materi lainnya
24.Penyajian materi pada video pembelajaran menempatkan siswa
sebagai subjek penalaran
25. Penyajian materi pada video pembelajaran menumbuhkan rasa

77
ingin tahu siswa
26. Penyajian materi pada video pembelajaran berusaha
mengembangkan pengalaman siswa seperti, memperoleh
pengetahuan, sikap, nilai dan pengalaman sehari-hari
27. Penyajian materi pada video pembelajaran memacu siswa untuk
mengembangkan keunikan gagasan
28. Video pembelajaran memuat penilaian terhadap pencapaian
kompetensi (tidak sekedar penilaian kognitif)
29. Soal-soal yang diberikan dapat melatih kemampuan memahami
dan menerapkan konsep yang berkaitan dengan materi dalam
kegiatan belajar.
30. Terdapat kunci jawaban dari soal latihan setiap akhir kegiatan
belajar lengkap dengan caranya dan pedoman penskorannya.
31. Memuat informasi tentang peran modul dalam proses
pembelajaran
32. Glosarium berisi istilah-istilah penting dalam teks dengan
penjelasan arti istilah tersebut, dan ditulis alfabetis.
33. Daftar buku yang digunakan sebagai bahan rujukan dalam
penulisan modul diawali dengan nama pengarang (yang disusun
secara alfabetis), tahun terbitan, judul buku/majalah/artikel,
tempat, dan nama penerbit, nama dan lokasi situs (jika memakai
acuan yang memiliki situs)
34. Penyajian materi bersifat interaktif dan partisipatif (ada bagian
yang mengajak pembaca untuk berpartisipasi)
35. Video pembelajaran fisika disajikan dengan memanfaatkan ICT
sehingga dapat meningkatkan keterampilan ICT peserta didik
dan guru
C. Kelayakan Bahasa
36. Penyajian pada video pembelajaran mengacu kepada tata bahasa
indonesia yang baik dan benar
37. Ejaan yang digunakan pada penyajian video pembelajaran
menggunakan pedoman ejaan yang disempurnakan (EYD)
38. Bahasa yang digunakan untuk menjelaskan konsep,
menunjukkan contoh dan memberikan tugas pada video
pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif
(berpikir) siswa
39. Kalimat yang digunakan mewakili isi pesan atau informasi yang

78
ingin disampaikan dengan tetap mengikuti tata kalimat Bahasa
Indonesia
40. Kalimat yang digunakan sederhana dan langsung ke sasaran
41. Istilah yang digunakan sesuai dengan Kamus Besar Bahasa
Indonesia dan atau istilah teknis yang telah baku
42. Pesan atau informasi disampaikan dengan bahasa yang menarik dan
lazim dengan komunikasi tulis Bahasa Indonesia
43. Bahasa yang digunakan membangkitkan rasa senang ketika peserta
didik membacanya dan memotivasi mereka untuk mempelajari
modul tersebut secara tuntas
D. Kelayakan Kegrafikan
44. Tampilan video pembelajaran memiliki sisi keindahan
45. Tampilan video pembelajaran menarik perhatian bagi siapa saja
yang melihat dan menggunakannya
46. Tampilan video pembelajaran menggunakan warna-warna yang
sesuai dan menarik perhatian
47.Ukuran tulisan pada video pembelajaran jelas dibaca
48. Desain tampilan bahan ajar menarik dan proporsional
49. Gambar yang ditampilkan sesuai dengan materi elastisitas yang
disajikan
50. Suara/vokal terdengar dengan jelas
51. Komposisi warna pada bahan ajar video sudah tepat
52. Software utama digunakan memiliki resolusi yang tinggi
53. Software pendukung dapat bekerja dengan baik
54. Semua slide pada bahan ajar video mudah di akses

Komentar
Setelah Bapak/Ibu mengamati dan menganalisis bahan ajar non cetak berupa video,
bagaimanakah komentar Bapak/Ibu terhadap bahan ajar ini?
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................

Saran

79
Setelah Bapak/Ibu mengamati dan menganalisis bahan ajar non cetak berupa
video,apa sajakah saran yang Bapak/Ibuberikan untuk perbaikan dan penyempurnaan
bahan ajar non cetak berupa video ini?
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
Setelah Bapak/Ibu mengisi lembaran validasi di atas, silahkan Bapak/Ibu berikan tanda (√)
pada kolom A,B atau C. Huruf A, B, atau D mempunyai arti sebagai berikut:
A : Layak tanpa perbaikan
B : Layak dengan sedikit perbaikan
C : Tidak layak

A B
C

Padang, November 2020


Validator

(_____________________)

80
F. Kisi-Kisi Praktikalitas Bahan Ajar Non Cetak Berupa Video
Kisi-kisi praktikalitas bahan ajar non cetak berupa video dapat dilihat pada Tabel 11 berikut :
Tabel 11. Kisi-Kisi Praktikalitas Bahan Ajar Non Cetak Berupa Video
Aspek Indikator No Pernyataan
Kemudahan mempersiapkan
1
video
Kemudahan Kemudahan membaca
2
petunjuk
Kemudahan penggunaan 3,4,5,6,7,8,9,10,11
Durasi tayangan video efektif 12
Kefektifan Keberhasilan mencapai
13,14,15,16,
kompetensi
Memudahkan guru 17,18,19
Memotivasi siswa 20,21
Manfaat
Memancing kreatifitas 22
Meningkatkan keaktifan siswa 23
Melatih Keterampilan proses
24,25
sains siswa
Kemenarikan Mengundang daya tarik 26,27
Menyenangkan 28
Meningkatkan semangat
29,30,31,32
belajar

79
G. Instrumen Praktikalitas Bahan Ajar Non Cetak Berupa Video

INSTRUMEN PRAKTIKALITAS PENDIDIK TERHADAP PENGGUNAAN


BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS VIDEO

A. Pengantar
Angket praktikalitas bahan ajar fisika berbasis video ini
disampaikan kepada Bapak/Ibu dalam rangka mendapatkan masukan
dan saran. Peneliti sangat mengharapkan bantuan Bapak/Ibu berupa
pendapat atau saran dalam bentuk pengisian angket ini yang sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya. Atas bantuan Bapak/Ibu, peneliti
ucapkan terima kasih.
B. Petunjuk Pengisian
Pilihlah alternatif jawaban yang paling sesuai dengan pendapat
Bapak/Ibu pada angket praktikalitas dengan cara memberi tanda cek (√)
pada kolom yang tersedia.
Keterangan :
1 Tidak Setuju (TS)
2 Kurang Setuju (KS)
3 Setuju (S)
4 Sangat Setuju (SS)

No Komponen Penilaian
1 2 3 4
A. Kemudahan
1. Memudahkan guru dalam mempersiapkan pembelajaran dengan
menggunakan video pembelajaran
2. Memudahkan guru dalam membaca petunjuk penggunaan video
pembelajaran
3. Tujuan pembelajaran dalam video pembelajaran memudahkan guru
menyampaikan materi
4. Video pembelajaran memudahkan guru dalam meningkatkan
keterampilan proses sains siswa
5. Video pembelajaran dapat digunakan secara mandiri maupun dengan

80
arahan guru
6. Petunjuk penggunaan video pembelajaran jelas dan mudah dipahami
7. Bahasa yang digunakan dalam video pembelajaran mudah dipahami
8. Isi video pembelajaran secara keseluruhan mudah dipahami
9. Langkah-langkah percobaan yang disampaikan video pembelajaran jelas
dan sederhana
10. Video pembelajaran memudahkan guru menerapkan CTL
11. Video pembelajaran membantu guru meningkatkan keterampilan proses
sains siswa
B. Kefektifan
12. Durasi tayangan video pembelajaran sesuai dengan kebutuhan masing-
masing peristiwa yang ingin ditampilkan
13. Video pembelajaran menyajikan ilustrasi yang dapat membantu guru
dalam mencapai kompetensi siswa
14. Dengan menggunakan video pembelajaran guru bisa menghemat waktu
dalam proses pembelajaran
15. Video pembelajaran dapat membantu guru dalam mencapai semua tujuan
pembelajaran sesuai dengan tuntutan setiap pertemuan
16. Video pembelajaran dapat digunakan oleh guru sebagai pedoman dalam
melaksanakan proses pembelajaran
C. Manfaat
17. Video pembelajaran dapat memudahkan guru dalam menyampaikan
materi pelajaran
18. Video pembelajaran dapat menjadi rujukan guru selama kegiatan
pembelajaran
19. Video pembelajaran dapat menunjang kegiatan guru dalam memenuhi
tuntutan K13
20. Video pembelajaran dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi siswa
untuk belajar
21. Tayangan pada video pembelajaran dapat membantu siswa dalam
memahami materi yang digunakan
22. Video pembelajaran yang disajikan dapat memancing kreatifitas siswa
dalam pembelajaran
23. Ilustrasi yang ditayangkan pada video pembelajaran dapat menigkatkan
keaktifan siswa
24. Video pembelajaran dapat melatih keterampilan proses sains siswa dalam

81
menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari dan fenomena alam yang
terjadi
25. Fenomena / soal yang diberikan pada video pembelajaran mengarahkan
siswa untuk berpikir CTL
D. Kemenarikan
26. Materi yang ditayangkan pada video pembelajaran membuat siswa
tertarik karena materi pembelajaran yang ditayangkan dapat diterapkan
dan terjadi dalam kehidupan sehari-hari
27. Tampilan video pembelajaran menarik sehingga dapat membuat
pembelajaran menjadi menyenangkan
28. Komposisi gambar dan warna dalam video pembelajaran menarik dan
mampu menambah minat belajar siswa
29. Jenis font pada video pembelajaran terbaca dengan jelas
30. Video pembelajaran menyajikan fenomena alam dan peristiwa-peristiwa
yang terjadi dilingkungan sekitar siswa sehingga dapat
meningkatkan semangat belajar siswa
31. Video pembelajaran memuat CTL untuk meningkatkan keterampilan
proses sains siswa

Komentar
Kemukakan komentar atau tanggapanmu setelah belajar menggunakan
bahan ajar fisika berbasis video

Saran

Padang, November 2020


Praktisi

82
(_____________________)
INSTRUMEN PRAKTIKALITAS PESERTA DIDIK TERHADAP
PENGGUNAAAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS VIDEO

No Komponen Penilaian
1 2 3 4
A. Kemudahan
1. Petunjuk penggunaan video mudah saya pahami dengan jelas
2. Video pembelajaran menyajikan tayangan dan penjelasan
yang jelas sehingga memudahkan saya memahami materi
3. Tayangan video pembelajaran memudahkan untuk
menangkap isi materi
4. Video pembelajaran memuat video ekplorasi yang digunakan
untuk menyelesaikan kasus/masalah
5. Penyajian video pembelajaran berisikan contoh terkait
peristiwa terkait lingkungan sekitar saya sehingga mudah
dipahami
6. Penyajian video pembelajaran berisikan contoh terkait
peristiwa terkait fenomena alam dan teknologi sehingga
mudah dipahami
7. Petunjuk dan arahan video pembelajaran yang jelas
membantu saya belajar mandiri bersama kelompok

B. Keefektifan
8. Video pembelajaran praktis digunakan dengan menekan
tombol-tombol pada komputer, laptop, dan smartphone
9. Video pembelajaran praktis digunakan dengan merubah-
rubah tayangan yang akan dilihat
10. Tayangan video pembelajaran dapat diputar ulang dan
diputar
mundur sesuai kebutuhan
11. Tayangan video pembelajaran dapat disesuaikan dengan
kebutuhan siswa dengan cara dipercepat dan dipause
C. Manfaat
12. Saya dapat termotivasi belajar menggunakan video

83
pembelajaran
13. Video pembelajaran dapat membuat pembelajaran lebih
menarik
14. Ilustrasi / soal yang diberikan mengarahkan saya
merumuskan hipotesis
15. Ilustrasi / soal yang diberikan mengarahkan saya untuk
melakukan percobaan
16. Ilustrasi / soal yang diberikan mengarahkan saya untuk
berpikir kritis
17. Ilustrasi / soal yang diberikan mengarahkan saya untuk
memecahkan masalah
18. Ilustrasi / soal yang diberikan mengarahkan saya untuk
berkomunikasi dengan siswa lain
D. Kemenarikan
19. Tayangan video pembelajaran mengenai peristiwa-peristiwa
sehari-hari menarik perhatian
20. Pembelajaran tidak monoton sehingga pembelajaran menjadi
menyenangkan dengan menggunakan video pembelajaran
21. Video pembelajaran yang digunakan menambah semangat
belajar karena dilengkapi video-video contoh nyata
22. Menambah motivasi dalam pembelajaran

Komentar
Kemukakan komentar atau tanggapanmu setelah belajar menggunakan
bahan ajar fisika berbasis video

Saran

84
Padang, November 2020
Praktisi

(_____________________)

85
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1. Bahan ajar non cetak adalah bahan ajar yang dalam penggunaannya
menggunakan bantuan perangkat elektronik seperti komputer.
2. Jenis-jenis pengembangan bahan ajar non cetak, yaitu: audio, audio visual,
multimedia, dan display
3. Tahap pembuatan bahan ajar cetak, yaitu: tahap perencanaan, tahap persiapan,
tahap penyusunan, tahap penilaian, dan tahap pengiriman
4. Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan, ketepatan,
dan kecermatan suatu instrumen. Validasi produk dapat dilakukan oleh
beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman dibidangnya
masing-masing sesuai dengan bahan ajar yang dikembangkan.
5. Reliabilitas merupakan tingkat keajegan (konsitensi) suatu bahan ajar, yakni
sejauh mana suatu bahan ajar dapat dipercaya untuk menghasilkan bahan ajar
yang ajeg, relatif tidak berubah.
6. Praktikalitas adalah tingkat kepraktisan/kemudahan oleh pendidik dalam
melaksanakan pembelajaran menggunakan bahan ajar serta kemudahan bagi
peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Kepraktisan suatu bahan
ajar dapat dilihat dari angket yang diisi oleh pendidik dan peserta didik setelah
menggunakan bahan ajar.
7. Efektivitas adalah ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,
kualitas dan waktu) telah tercapai dan kesesuaian antara peserta didik dengan
hasil belajar
B. Saran
Penulis mengetahui bahwa makalah ini belum sempurna, untuk itu diharapkan
kepada dosen pembimbing serta pembaca ikut memberikan saran agar makalah ini
lebih baik untuk selanjutnya.

84
DAFTAR PUSTKA

Andromeda, Ellizar, Iryani, dkk. (2018). ”Validitas dan Praktikalitas Modul Laju


Reaksi Terintegrasi Eksperimen dan Keterampilan Proses Sains untuk
Pembelajaran Kimia di SMA”. Jurnal Eksakta Pendidikan, Vol 2 No 2
November 2018 e-ISSN2579-860X1
Arikunto, Suharsimi. (2013). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Arsyad, Azhar. (2016). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Asrizal, dkk. (2015). “Pembuatan LKS ICT IPA Terpadu Mengintegrasikan Karakter
Materi Struktur Tumbuhan, Sifat Bahan, Sistem Gerak, Dan Pesawat Sederhana
Untuk Siswa Kelas VIII SMP”. Jurnal Pillar Of Physics Education, Vol. 5.
Hal. 185-192.
Asrizal, dkk. (2018). “Effectiveness Of Integrated Science Learning Materials Of
Waves In Life By Integrating Digital Age Literacy On Grade VIII Students”.
Proceedings of the UR International Conference on Educational Sciences. Hal.
85-92. ISBN : 978-979-792-774-5.
Asrizal, dkk. (2018). “Pengembangan Konten Nilai-Nilai Kecerdasan Emosional
dalam Materi Pembelajaran Fisika pada Bahan Ajar”. Jurnal Eksakta
Pendidikan. Vol. 2. No. 2. Hal. 123-131. e-ISSN 2579-860X p-ISSN 2614-
1221 Doi: https://doi.org/10.24036/jep/vol2-iss2/247
Asrizal, dkk. (2018). “Studi Hasil Pelatihan Analisis Video dan Tool Pemodelan
Tracker pada Guru MGMP Fisika Kabupaten Agam“.Jurnal Eksakta
Pendidikan. Vol. 2. No. 1. Hal. 41-48. e-ISSN 2579-860X p-ISSN 2614-1221
Doi: https://doi.org/10.24036/jep/vol2-iss1/84
Anonim. Undang-Undang Guru dan Dosen UU RI Nomor 14 Tahun 2005. Jakarta.
Azwar. (2005). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Basrowi dan Siskandar. (2012). Evaluasi BelajarBerbasis Kinerja. Bandung : Karya
Putra Darwati Bandung.
Daryanto, Aris Dwicahyono. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran.
Yogyakarta : Grava Media
Depdiknas. (2006). Permendiknas No 22 Tentang Standar Isi. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional.
Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional.
Fauzan, A., Plomp, T., and Gravemeijer, K. (2013). The Development of an RME-
based Geometry Course for Indonesian Primary Schools. In T. Plomp and N.

85
Niveen (Eds), Educational Design Research-Part B: Illus-trative Cases, 159-
178. Enschade, The Netherlands: SLO
Festiyed. (2013). “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbentuk Video Tutorial
Berbahasa Inggris Pada Pembelajaran Fisika Siswa SMA” . Jurnal Pillar Of
Physics Education. Vol. 1. Hal 1-8
Festiyed, Djusmaini Djamas. (2015). Modul Matakuliah Pengembangan Eveluasi dan
Penilaian Proses Pembelajaran Fisika. Padang: Universitas Negeri Padang
Festiyed, Asrizal, dkk (2018). “Effectiveness of Adaptive Contextual Learning Model
of Integrated Science by Integrating Digital Age Literacy on Grade VIII
Students”. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering. Hal 1-
8. doi:10.1088/1757-899X/335/1/012067
Festiyed, Asrizal, dkk. (2018). “The Development Of Integrated Science Instructional
Materials To Improve Students Digital Literacy In Scientific Approach.”.
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, Hal. 442-450. Vol 7, No, 4. DOI: 10. 15294/
JPII. V7i4. 13613.
Heinich, Molenda & Russel. (1996). Teaching Reading Today’s In elementary.
Schools. Third Edition. Dallas Geneva. Illinois Hopewell, New Jersey Palo
Alto: Houghton Mifflin Company Boston.
Kemendiknas. (2010). Panduan Pengembangan Bahan Ajar Non Cetak. Jakarta :
Kemendiknas.
Legendari. (2016). Pengembangan Bahan Ajar Berbasisi Audio Visual terhadap
Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Pokok Bangun Ruang Kubus dan
Balok Kelas VIII SMP N 1 Ciledug. Jurnal EduMa. Vol. 5. No. 5. Hlm. 73-80.
Lestari, Ika. (2013). Pengembahan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Lampung :
Universitas Lampung.
Majid, A. (2007). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nieveen, Nienke. (1999). Prototyping to Reach Product Quality. In J. vam den
Akker,R Branch,K Gustafson, N Nieveen and Tj.Plomp (Eds). Design
Approaches and Tools in Education and Training (hlm. 125-136). Dodrecht :
Kluwer Academic Publisher
Normalasarie, dan Aulia, S. (2018). Penerapan Media dan Buku Ajar Siswa Berbasis
Meaningful Learning Pada Materi Bangun Datar Untuk Meningkatkan Kreatif
Siswa Kelas III Sekolah Dasar. Math Didatic: Jurnal Pendidikan Matematika.
Vol 4Edisi Dies Natalis XXXII 2018 p-ISSN 2442-3401; e- ISSN 2579-3977
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional.
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 Tentang Standar Pendidikan Nasional.

86
Prastowo, Andi. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:
Diva Press.
Ridwan. (2008). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti
Pemula. Bandung : Alfabeta.
Riswinarni. (2016). Pengembangan Leaflet Sebagai Media Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.Prosiding Seminar
Nasional Reforming Pedagogy
Rochmad. (2012). ”Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Matematika”. Jurnal Kreano : 69.
Rusman. 2017. Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Kencana: PT Kharisma Putra Utama.
Sanjaya, Wina. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.
Sudirman. (2009). Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Sungkowo. (2010). Panduan Pengembangan Bahan Ajar Berbasis TIK. Jakarta :
Kementrian Pendidikan Nasional.
Thiagarajan, S., Semmel, D. S & Semmel, M. I. (1994). Instructional Development
for Training Teachers of Expectional Children. Minneapolis, Minnesota:
Leadership Training Institute/Special Education, University of Minnesota
Winkel. (2004). Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta: PT. Media Abadi.

87

Anda mungkin juga menyukai