/Profesional/810/3/2022
2022
1i
No Kode: DAR2. /Profesional/810/3/2022
PENDALAMAN MATERI
BIMBINGAN DAN KONSELING
MODUL 3
PERENCANAAN DAN EVALUASI
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Penulis:
Prof. Dr. Sugiyo, M.Si.
Zakki Nurul Amin, S.Pd., M.Pd.
ii
PENDALAMAN MATERI BIMBINGAN DAN KONSELING
MODUL 3 PERENCANAAN DAN EVALUASI LAYANAN BIMBINGAN DAN
KONSELING
Penulis :
Prof. Dr. Sugiyo, M.Si.
Zakki Nurul Amin, S.Pd., M.Pd.
ISBN : ……..
Editor:
Dr. Triyono, M.Pd.
Penyunting :
Prof. Dr. Sugiyo, M.Si.
Penerbit :
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ristek, dan Teknologi
Redaksi :
Kantor jurusan bimbingan dan konseling gedung A2 Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang, Kampus Sekaran, Gunungati, Kota Semarang
Distributor Tunggal:
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
segala rahmat, hidayah, serta rencana terbaik-Nya, sehingga penulis mampu
menyelesaikan modul pendalaman materi Pendidikan Profesi Guru (PPG) daring
Profesional bimbingan dan konseling dengan judul modul “Perencanaan dan
Evaluasi Layanan Bimbingan dan Konseling”. Modul ini disusun agar dapat menjadi
salah satu bahan ajar dan juga sumber pendalaman materi kepada peserta PPG untuk
mendukung pencapaian kompetensi profesional calon guru bimbingan dan
konseling, secara khusus yang berkaitan dengan perencanaan dan evaluasi layanan
bimbingan dan konseling.
Penulisan modul ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian
ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pertama kali Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah menyusun program penulisan modul
PPG serta memberikan dukungan dan fasilitas selama penyusunan modul ini.
Penulis merasa bahwa penulisan modul ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan yang telah memberkan arahan
selama penyusunan modul.
2. Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar, yang telah memberkan arahan,
masukan, dan dukungan selama penyusunan modul.
3. Dr. Triyono, M.Pd. sebagai penyelia yang telah memberikan arahan, masukan,
dan dukungan selama penyusunan modul.
iv
DAFTAR ISI
v
b. Prosedur Perencanaan Layanan Responsif........................................................ 57
c. Contoh Rencana Pelakasanaan (RPL) Layanan Responsif ............................... 69
4. Forum Diskusi ........................................................................................................ 75
D. Penutup ..................................................................................................................... 75
1. Rangkuman ........................................................................................................... 75
2. Tes Formatif .......................................................................................................... 76
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 79
KEGIATAN BELAJAR 3 ................................................................................................ 80
EVALUASI PROGRAM, PROSES, DAN HASIL LAYANAN ..................................... 80
BIMBINGAN DAN KONSELING .................................................................................. 80
A. Pendahuluan .............................................................................................................. 81
B. Inti ............................................................................................................................. 83
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan .................................................................. 83
2. Pokok-pokok Materi ............................................................................................. 83
3. Uraian Materi ........................................................................................................ 83
a. Kriteria Evaluasi Bimbingan dan Konseling..................................................... 83
b. Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling ................................................... 88
c. Evaluasi Proses Bimbingan dan Konseling....................................................... 96
d. Evaluasi Hasil bimbingan dan konseling ........................................................ 103
4. Forum Diskusi ......................................................................................................... 107
C. Penutup ................................................................................................................... 108
1. Rangkuman ......................................................................................................... 108
2. Tes Formatif ........................................................................................................ 109
KEGIATAN BELAJAR 4 .............................................................................................. 113
PELAPORAN DAN PENGGUNAAN HASIL EVALUASI ......................................... 113
A. Pendahuluan ............................................................................................................ 114
B. Inti ........................................................................................................................... 116
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ................................................................ 116
2. Pokok-pokok Materi ........................................................................................... 116
3. Uraian Materi ...................................................................................................... 116
a. Akuntabilitas dalam bimbingan dan konseling ............................................... 116
b. Pelaporan dalam Bimbingan dan Konseling ................................................... 124
c. Tindak Lanjut Hasil Evaluasi Bimbingan dan Konseling ............................... 133
vi
4. Forum Diskusi ..................................................................................................... 140
C. Penutup ................................................................................................................... 141
1. Rangkuman ......................................................................................................... 141
2. Tes Formatif ........................................................................................................ 142
Daftar Pustaka ................................................................................................................. 145
Tugas Akhir .................................................................................................................... 148
Tes Sumatif ..................................................................................................................... 149
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAR2/Profesional/810/3/2022
PENDALAMAN MATERI
BIMBINGAN DAN KONSELING
MODUL 3
PERENCANAAN DAN EVALUASI
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
KEGIATAN BELAJAR 1
PERENCANAAN LAYANAN DASAR
Penulis:
Prof. Dr. Sugiyo, M.Si.
Zakki Nurul Amin, S.Pd., M.Pd.
11
Kegiatan Belajar 1: Perencanaan Layanan Dasar
A. Pendahuluan
Salah satu kegiatan yang sangat strategis dalam pelayanan bimbingan dan konseling
di sekolah adalah layanan dasar. Layanan dasar merupakan proses pemberian
bantuan kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur
secara klasikal atau kelompok yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis
dalam rangka mengembangkan kemampuan penyesuaian diri yang efektif sesuai
dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan. Tuntutan bahwa guru bimbingan dan
konseling perlu memberikan layanan dasar dalam pelaksanaan pelayanan
bimbingan dan konseling diperkuat dalam Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014.
Terkait kenyataan tersebut, maka penting bagi guru bimbingan dan konseling
sekolah untuk dapat merencanakan dan melaksanakan layanan dasar secara
berkualitas dan profesional.
Setelah mempelajari modul ini, Saudara peserta PPG akan dapat melakukan
perancangan layanan dasar dan layanan responsif, mampu menyusun evaluasi
program, hasil, dan proses, serta mampu meyampaian hasil dan evaluasi bimbingan
dan konseling. Kompetensi tersebut sangat diperlukan bagi Saudara yang bekerja
sebagai guru bimbingan dan konseling utamanya untuk menunjang akuntabilitas,
keberhasilan, dan keefektifan pelayanan profesional bimbingan dan konseling di
sekolah.
Proses pembelajaran untuk materi yang sedang Saudara ikuti sekarang ini, dapat
berjalan dengan lebih lancar bila Anda mengikuti langkah-langkah belajar sebagai
berikut :
1) Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting dalam diklat mulai tahap
awal sampai akhir.
2
2) Lakukan kajian terhadap rancangan pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling yang telah ada dan yang telah dilakukan di tempat kerja Saudara,
apakah telah sesuai dengan konsep yang dimaksud dalam modul ini.
3) Keberhasilan proses pembelajaran Saudara dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Saudara dalam mengerjakan latihan dan
refleksi diri. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan
teman sejawat.
4) Bila Saudara menemui kesulitan, silakan hubungi instruktur/widiaiswara
pembimbing atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.
Baiklah, Saudara peserta diklat PPG, selamat belajar, semoga Saudara sukses
memahami pengetahuan yang diuraikan dalam modul ini untuk bekal Saudara
melakukan pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik.
3
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Mampu merancang layanan bimbingan dan konseling dengan menerapkan prinsip
dan memadukan materi layanan bimbingan dan konseling, pedagogik, serta
teknologi. Sedangkan Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan modul ini yakni:
a. Peserta PPG mampu menjabarkan esensi perencanaan layanan dasar.
b. Peserta PPG mampu mengaplikasikan prosedur perencanaan layanan dasar.
c. Peserta PPG mampu menyusun perencanaan layanan dasar.
2. Pokok-pokok Materi
Pokok-pokok materi dalam kegiatan belajar ini adalah:
a. Esensi perencanaan layanan dasar
b. Prosedur perencanaan layanan dasar
c. Contoh perencanaan layanan dasar
3. Uraian Materi
a. Esensi perencanaan layanan dasar
Komponen program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan oleh guru BK
meliputi 4 komponen yakni: (1) layanan dasar, (2) layanan perencanaan individual
dan peminatan peserta didik/konseli (3) layanan responsif, dan (4) dukungan
sistem. Pada modul ini akan memfokuskan pembahasan pada salah satu komponen
program yakni komponen layanan dasar.
4
curriculum). Tidak jauh berbeda dengan pelayanan dasar, kurikulum bimbingan ini
diharapkan dapat memfasilitasi peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
tertentu dalam diri siswa yang tepat dan sesuai dengan tahapan perkembangannya.
Melihat pada tabel 3.1, besaran persentase setiap layanan pada setiap jenjang satuan
pendidikan didasarkan data hasil asesmen kebutuhan peserta didik/konseli.
Walaupun besaran persentase layanan antara satuan pendidikan yang satu dengan
yang lainnya bisa berbeda-beda, karena sangat bergantung hasil asesmen
kebutuhan. Namun layanan dasar merupakan layanan yang harus diberikan dan
5
harus disediakan oleh guru bimbingan dan konseling kepada seluruh peserta didik
tanpa terkecuali.
Oleh karena layanan dasar merupakan kegiatan penting dari komponen program
bimbingan dan konseling maka penting bagi guru bimbingan dan konseling untuk
dapat merencanakan dan melaksanakan layanan dasar secara berkualitas dan
profesional. Lebih lanjut, Permendikbud nomor 111 tahun 2014 menjelaskan bahwa
layanan dasar dilakukan dengan pemberian pengalaman terstruktur dan
perencanaan serta pelaksanaannya dilaksanakan secara sistematis. Penjelasan ini
mengisyaratkan bahwa layanan dasar direncanakan seperti kurikulum yang dibuat
oleh guru mata pelajaran. Oleh karena kurikulum pada dasarnya adalah
perencanaan (Sukmadinata, 2004), maka perencanaan kegiatan layanan dasar
memiliki peran yang strategis.
6
perencanaan kurikulum mencakup: 1) penetapan tujuan kegiatan layanan dasar, 2)
konten atau materi layanan dasar, 3) metode penyelenggaraan layanan dasar, 4)
pemilihan media penunjang layanan dasar, dan 5) evaluasi keberhasilan layanan
dasar (Sukmadinata, 2004).
Perencanaan layanan dasar memberikan banyak manfaat bagi guru bimbingan dan
konseling. Berikut ini adalah alasan dan manfaat guru bimbingan dan konseling
membuat perencanaan layanan dasar:
a. Memberikan pengarahan, sehingga merasa percaya diri dan nyaman dalam
menjalankan kegiatan layanan dasar.
b. Mengorganisir, mengurutkan, dan menjadi akrab dengan isi kegiatan
layanan dasar.
c. Mengumpulkan dan menyiapkan bahan yang berkaitan dengan materi
layanan dasar serta merencanakan media layanan dasar.
d. Menggunakan berbagai metode layanan dasar yang tepat.
e. Mempersiapkan diri untuk berinteraksi dengan siswa sepanjang kegiatan
layanan dasar.
f. Memasukkan teknik untuk memotivasi siswa dalam mengikuti kegiatan
layanan dasar.
g. Mempertimbangkan perbedaan individu ketika memilih objektif, isi,
strategi, dan bahan layanan dasar.
h. Menyusun cara yang tepat untuk mengevaluasi hasil kegiatan layanan dasar.
i. Menjadi pembuat keputusan yang reflektif mengenai rencana dan proses
layanan dasar.
j. Memberi kesempatan kepada guru bimbingan dan konseling pengganti
untuk melaksanakan layanan dasar ketika Saudara berhalangan.
k. Memenuhi persyaratan administratif.
l. Menggunakan perencanaan tertulis untuk sumber dan referensi dalam
menyusun perencanaan kegiatan layanan dasar di masa mendatang
7
Keseluruhan pembahasan dalam dalam modul ini diarahkan untuk memfasilitasi
guru bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kompetensi terkait dengan
perencanaan komponen layanan dasar agar dapar tersusun secara sistemastis,
objektif, dan dapat memenuhi ekspektasi dan kebutuhan peserta didik.
8
jawaban atas kebutuhan siswa dan sekaligus upaya untuk memfasilitasi siswa untuk
mencapai kompetensi kemandirian yang merupakan tujuan besar dari pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah. Proses penyusunan topik dapat dijelaskan
dalam contoh yang disajikan dalam tabel 3.3.
Tabel 3.3 menunjukkan bagaimana data atau hasil asesmen kebutuhan dengan
Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik saling terkait guna menentukan
topik kegiatan pada layanan dasar, secara khusus contoh strategi/kegiatan yang
dipilih adalah bimbingan klasikal. Adapun strategi lain dapat menyesuaikan sesuai
dengan hasil asesmen dan pertimbangan guru bimbingan dan konseling. Dengan
pertimbangan hasil asesmen kebutuhan dan Standar Kompetensi Kemandirian
9
Peserta Didik pada tabel 3.3, maka lingkup dari topik “Bergaul Sehat dengan Penuh
Toleransi” mencakup: 1) Urgensi dan strategi memahami orang lain (empati); dan
2) Menghargai perbedaan.
Setelah menemukan topik layanan dasar maka langkah yang akan dibahas secara
mendalam pada modul ini adalah menyusun rencana pelaksanaan layanan (RPL)
layanan dasar. Format RPL layanan dasar secara spesifik telah disajikan dalam
Panduan Operasional Penyelengaraan (POP) Bimbingan dan konseling (lihat Ditjen
GTK, 2016). Pada panduan operasional penyelengaraan bimbingan dan konseling
telah diberikan contoh dan format rencana pelaksanaan layanan (RPL) yang
mencakup alternatif contoh format RPL bimbingan kelompok, alternatif contoh
format RPL bimbingan klasikal, alternatif contoh format RPL bimbingan kelas
besar /lintas kelas. Berikut akan dipaparkan dan dijelaskan mengenai prosedur
penyusunan rencana pelaksanaan layanan (RPL) bimbingan kelompok, bimbingan
klasikal, dan bimbingan kelas besar/lintas kelas.
10
Kotak 1. Format RPL bimbingan klasikal
Logo, nama sekolah, alamat sekolah
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
KEGIATAN BIMBINGAN KLASIKAL
SEMESTER …….. TAHUN PELAJARAN ……….
A Komponen Layaan
B Bidang Layanan
C Topik Layanan
D Fungsi Layanan
E Tujuan Umum
F Tujuan Khusus
G Sasaran Layanan
H Materi Layanan
I Waktu (menit)
J Sumber
K Metode/Teknik
L Media/Alat
M Pelaksanaan
1.Tahap
Awal/Pendahuluan
2.Tahap Inti
3.Tahap Penutup
N Evaluasi
1. Evaluasi Proses
2. Evaluasi Hasil
Lampiran: .........................
.…………., ………………….
Mengetahui: Guru BK/Konselor,
Kepala Sekolah,
……………………………… …………………………………..
11
Kotak 2. Format RPL bimbingan kelas besar/lintas kelas
Logo, nama sekolah, alamat sekolah
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
BIMBINGAN KELAS BESAR/LINTAS KELAS
SEMESTER …….. TAHUN PELAJARAN ……….
A
Komponen Layanan
B
Bidang Layanan
C
Topik Layanan
D
Fungsi Layanan
E
Tujuan Umum
F
Tujuan Khusus
G
Sasaran Layanan
H
Materi Layanan
I
Waktu (menit)
J
Sumber
K
Metode/Teknik
L
Media/Alat
M
Pelaksanaan
1.Tahap
Awal/Pembukaan
2.Tahap Inti
3.Tahap Penutup
N Evaluasi
1. Evaluasi Proses
2. Evaluasi Hasil
Lampiran: .....................................
.…………., ………………….
Mengetahui: Guru BK/Konselor,
Kepala Sekolah,
……………………………… …………………………………..
12
Kotak 3. Format RPL bimbingan kelompok
Logo, nama sekolah, alamat sekolah
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
BIMBINGAN KELOMPOK
SEMESTER …….. TAHUN PELAJARAN ……….
A Komponen Layanan
B Bidang Layanan
C Fungsi Layanan
D Tujuan
E Topik
F Sasaran Layanan
G Metode dan Teknik
H Waktu (menit)
I Media/Alat
J Tanggal Pelaksanaan
K Sumber Bacaan
L Uraian Kegiatan
1.Tahap Awal
2.Tahap Transisi
3.Tahap Inti/Kerja
4.Tahap Pengakhiran
M Evaluasi
1. Evaluasi Proses
2. Evaluasi Hasil
.…………., ………………….
Mengetahui: Guru BK/Konselor,
Kepala Sekolah,
……………………………… …………………………………..
13
Apabila mencermati pada format pada kotak 1, 2, dan 3 maka dapat dipahami
bahwa komponen pada RPL bimbingan klasikal, kelas besar/lintas kelas, dan juga
bimbingan kelompok dapat dikategorikan ke dalam dua hal, yakni komponen inti
dan komponen penunjang. Mengikuti lingkup perencanaan kurikulum, maka
komponen inti dalam RPL layanan dasar meliputi:1) tujuan (umum dan khusus); 2)
materi, termasuk sumber atau refensi yang dirujuk; 3) metode/teknik, termasuk
tahapan pelaksanaan; 4) media/alat; dan 5) evaluasi (proses dan hasil).
Ketika kelima komponen ini dapat diisi oleh guru bimbingan dan konseling maka
sebenarnya guru bimbingan dan konseling telah memiliki konsep yang utuh tentang
kegiatan layanan yang hendak dilaksanakan. Oleh karena itu, perubahan format
apapun tentang RPL layanan bimbingan dan konseling akan selalu ada dan
mencakup kelima komponen tersebut. Dengan demikian, apabila terjadi perubahan
kebijakan/format atau kurikulum pelayanan bimbingan dan konseling, kompetensi
guru bimbingan dan konseling yang bagus dan memadai untuk menyusun kelima
komponen perencanaan ini, akan membuat guru bimbingan dan konseling tidak
kebingungan dalam membuat perencanaan layanan dasar.
Pokok bahasan selanjutnya mengkaji tentang komponen inti dari RPL. Melalui
pembahasan lima komponen inti RPL ini diharapkan para guru bimbingan dan
14
konseling mampu membuat perencanaan layanan dasar yang memadai, dan
sekaligus menyelenggarakan kegiatan layanan dasar secara inovatif dan menjawab
kebutuhan siswa. Berikut akan dijabarkan satu persatu secara rinci prosedur
penyusunan lima komponen inti dari RPL bimbingan dan konseling.
1) Merancang tujuan bimbingan klasikal/bimbingan kelas besar/lintas
kelas/bimbingan kelompok
Tujuan layanan bimbingan (instructional objectives) dapat didefinisikan sebagai
intensi guru bimbingan dan konseling yang terkait dengan pertumbuhan atau
perubahan pada siswa yang diharapkan dari bimbingan klasikal (Arends, 2007).
Tujuan merupakan komponen yang paling mendasar dalam perencanaan kurikulum
bimbingan klasikal karena dia memandu arah yang hendak dicapai dari kegiatan
bimbingan klasikal. Setidaknya terdapat tiga format pernyataan tujuan instruksional
yang popular saat ini, yakni format Mager untuk tujuan behavioral dan format
Gronlund yang tidak terlalu spesifik dibandingkan dengan tujuan behavioral, serta
format taksonomi yang lebih memperhatikan proses berpikir siswa (lihat Arends,
2007; Burden & Byrd, 1999). Namun, karena dalam format RPL dalam Pedoman
Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling (Ditjen GTIK, 2016),
yang membedakan tujuan menjadi tujuan umum dan khusus, lebih cenderung
menggunakan format taksonomi, maka pembahasan ini diarahkan untuk
memaparkan format menyatakan tujuan bimbingan klasikal dengan format
taksonomi.
15
Topik: Bergaul Sehat dengan Penuh Toleransi
Dalam merumuskan tujuan dalam format taksnomi terdapat tiga komponen yang
diperlukan, yakni: subjek, kata kerja, dan kata benda. Subjek adalah individu
yang menjadi sasaran dalam kegiatan layanan; dalam hal ini adalah siswa. Kata
kerja mendiskripsikan proses kognitif atau afektif atau psikomotor/keterampilan
yang diharapkan terjadi pada siswa sebagai sasaran kegiatan layanan. Kata benda
digunakan untuk memaparkan objek atau informasi yang hendak dipelajari siswa
dalam kegiatan layanan dasar. Bagan 3.1 menunjukkan contoh pernyataan tujuan.
16
atau sarana yang membantu menata dan menunjukkan hubungan-hubungan di
antara berbagai objek dan ide (Arends, 2007). Sebagian besar tujuan yang disasar
dalam pembelajaran maupun bimbingan klasikal adalah ranah kognitif. Anderson
dan Krathwohl (2001) merevisi taksonomi kognitif Bloom ke dalam klasifikasi
sebagai berikut:
a) Mengingat (remember) adalah mengambil informasi yang relevan dari
memori jangka panjang (long term memory).
b) Memahami (understanding/comprehension) adalah mengkonstruksikan
makna dari berbagai pesan yang dibahas dalam kegiatan instruksional atau
bimbingan klasikal.
c) Menerapkan (apply) adalah melaksanakan atau menggunakan suatu
prosedur.
d) Menganalisis (analyze) adalah menguraikan materi menjadi bagian-bagian
konstituen atau menentukan pola hubungan satu bagian dengan bagian yang
lain.
e) Mengevaluasi (evaluate) adalah membuat penilaian (judgement)
berdasarkan suatu kriteria tertentu.
f) Menciptakan (create) adalah menyatukan berbagai elemen untuk
membentuk suatu pola atau struktur tertentu.
17
Kotak 2a. Daftar kata kerja ranah kognitif
18
Kotak 2b. Lanjutan daftar kata kerja ranah kognitif
Perlu dipahami bahwa pada satuan pendidikan dasar, ranah kognitif yang
cenderung/sesuai dengan tugas perkembangan peserta didik adalah keterampilan
LOTs (low order thinking skills: ranah kognitif 1, 2, 3 yang dominan), sedangkan
pada satuan pendidikan menengah dengan menyesuaikan pada karaktertistik
peserta didik lebih mengarahk pada ketrampilan HOTs (high order thingking skill:
ranah kognitif 4, 5, 6 yang dominan). Walaupun pada pendidikan dasar HOTs
mulai diperkenalkan juga, sebaliknya LOTs di pendidikan menengah masih
diperlukan dalam porsi kecil.
19
Di samping ranah kognitif, terdapat pula ranah afektif dan psikomotor yang
terkadang dapat dijadikan tujuan dalam bimbingan klasikal. Contoh bentuk kata
kerja dari ranah afektif dan psikomotor disajikan dalam Kotak 3. Adapun taksonomi
konsep Bloom (dalam Arends, 2007) dalam ranah afektif dan psikomotor adalah
sebagai berikut:
a) Ranah afektif, meliputi:
(1) Menerima (receiving) adalah menyadari atau memperhatikan sesuatu di
lingkungan.
(2) Merespon (responding) adalah menunjukkan (perform) perilaku baru
sebagai bentuk hasil dari pengalaman dan respon terhadap pengalaman.
(3) Menghargai (valuing) adalah menunjukkan keterlibatan multak atau
komitmen yang tinggi terhadap pengalaman tertentu.
(4) Organisasi (organization) adalah mengintegrasikan nilai baru dan
memberikan nilai tersebut tempat yang layak dalam sistem prioritas.
(5) Karakterisasi menurut nilai (characterization by value) adalah bertindak
secara konsisten menurut nilainya dan memiliki komitmen yang tinggi
terhadap pengalaman yang telah dipelajari.
20
Kotak 3 Ranah afektif serta contoh kata kerjanya
Ranah afektif bagi pelaku layanan bimbingan dan konseling sangtlah penting. Guru
BK perlu merancang tujuan layanan yang tidak hanya dapat dipahami ataupun dapat
dilakukan saja, namun daat dihayati dan direfleksikan dalam afeksi peserta didik.
Oleh karena itu, ranah afektif ini menjadi ranah yang perlu dipertimbangkan dengan
seksama ketika merancang layanan bimbingan dan konseling.
21
(5) Naturalisasi adalah kemampuan untuk berkomunikasi melalui garakan
tubuh.
Kotak 4. Daftar kata kerja ranah psikomotorik
Pada ranah psikomotor, yang perlu dimengerti adalah hakikat meniru (P1) jangan
terjebak pada modeling seperti pada konseling behavioral yang sangat mekanistik,
tetapi perlu penjelasan bahwa meniru yang dimaksud berupa emulation yang
maknanya disertai dengan berfikir. Sehingga setiap individu siswa mampu
berkembang sesuai jati dirinya bukan hanya mengikuti alur saja.
Penyusunan tujuan yang tertera pada RPL dilaksanakan dalam tiga tahapan, yakni:
1) merumuskan tujuan umum; 2) melakukan analisis instruksional; dan 3)
merumuskan tujuan khusus. Tahap pertama, perumusan tujuan umum. Tujuan
umum dirumuskan secara tidak terlalu spesifik atau presisi dalam membimbing atau
menuntut guru bimbingan dan konseling dalam penyiapan layanan atau mengukur
perubahan yang diharapkan. Di samping itu, tujuan umum diharapkan berada pada
level taksonomi yang tertinggi, dan selanjutnya tujuan khusus berada pada
22
taksonomi di bawahnya. Oleh karena itu, secara umum, jumlah pernyataaan tujuan
khusus biasanya lebih banyak atau minimal sama dengan jumlah pernyataan tujuan
umum. Sebaliknya, apabila jumlah tujuan umum lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah tujuan khusus, maka hal itu mengindikasikan terdapat kekeliruan
dalam merumuskan tujuan layanan. Hal ini dikarenakan dalam merencanakan
tujuan guru bimbingan dan konseling gagal dalam menerjemahkan tujuan umum ke
dalam tujuan-tujuan bimbingan yang lebih spesifik dan bersifat memandu arah
perubahan pada diri siswa yang diharapkan dari kegiatan bimbingan klasikal atau
kelas besar/lintas kelas atau bimbingan kelompok.
23
diperlakukan tidak adil (perasaan) karena teman-teman kelompok belajar
meminta saya mengerjakan sebagian besar tugas (perilaku) sebab saya berpikir
kita bisa membagi tugas secara lebih proporsional (konsekuensi).” Berikut ini
bentuk strukturnya:
Memutuskan rencana
karier
24
kelompok merupakan konten yang dipelajari dan dibahas selama layanan
berlangsung agar siswa dapat belajar dan mengalami proses kognitif, afektif atau
psikomotor yang diharapkan.
25
5) Merancang metode evaluasi
Evaluasi dalam RPL dilakukan untuk menilai tingkat ketercapaian tujuan
bimbingan klasikal. Isu evaluasi dalam RPL secara khusus dikaji dalam kegiatan
belajar (KB) 3 modul ini.
Sedangkan jumlah komponen dalam RPP terdiri dari 3 komponen inti, yaitu tujuan
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran (kegiatan), dan penilaian
pembelajaran (asesmen). Komponen-komponen lainnya adalah pelengkap. Tujuan
pembelajaran ditulis dengan merujuk kepada kurikulum dan kebutuhan belajar
murid. Kegiatan belajar dan asesmen dalam RPP ditulis secara efisien. Kebijakan
26
ini secara khusus dituangkan pada Surat Edaran Nomor 14 Tahun 2019 tentang
Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Walau demikian, pada prinispnya dan juga yang disampaikan pada POP BK, bahwa
format yang ada pada POP BK pun adalah format alternatif, itu artinya bahwa guru
bimbingan dan konseling dapat mengembangkan RPL BK sesuai dengan prinsip
efisien, efektif, dan berorientasi pada sasaran layanan. Sehingga bahkan sebelum
kebijakan penyederhaan RPP yang ditetapkan oleh kementerian pada tahun 2019,
RPL BK sudah merupakan RPL yang “merdeka”, yang dapat dikembangkan oleh
guru BK sesuai denga kebutuhan pelayanan BK di sekolah. Hal itu tidak terlepas
dari filosofis BK di sekolah merupakan pelayanan yang memandirikan, bukanlah
suatu bentuk pengajaran/pembelajaran bidang studi.
27
1. Penyusunan RPP (RPL) dilakukan dengan prinsip efisien, efektif, dan
berorientasi pada siswa.
2. Dari 13 komponen RPP (RPL) yang tertuang dalam Permendikbud Nomor
22 Tahun 2016, yang menjadi komponen inti adalah tujuan pembelajaran,
langkah-langkah pembelajaran, dan penilaian pembelajaran (assesment)
yang wajib dilaksanakan oleh guru, sedangkan sisanya hanya sebagai
pelengkap.
3. Sekolah, Kelompok Guru Mata Pelajaran dalam sekolah, Kelompok Kerja
Guru/Musyawarah Guru Mata Pelajaran (KKG/MGMP) dan individu
guru secara bebas dapat memilih, membuat, menggunakan, dan
mengembangkan format RPP secara mandiri untuk sebesar-besarnya
keberhasilan belajar siswa.
Adapun RPP (RPL) yang telah dibuat sebalumnya baik yang mengacu pada POP
BK atau panduan dan kesepajatan yang lain, tetap dapat digunakan dan dapat
disesuaikan dengan ketentuan sebagaimana maksud pada angka 1, 2, dan 3. Selain
itu dalam Surat Edaran Mendikbud Nomor 14 Tahun 2019 Tentang
Penyederhanaan RPP (RPl) tersebut, dijelaskan mengenai beberapa rangkuman
atau daftar tanya jawab terkait dengan RPL (Rencana Pelaksanaan Layanan):
Guru-guru sering diarahkan untuk membuat RPP (RPL) dengan rinci yang
menghabiskan waktu yang seharusnya bisa lebih difokuskan untuk mempersiapkan
dan mengevaluasi proses pembelajaran itu sendiri.
Apa yang dimaksud dengan prinsip efisien, efektif dan berorientasi pada
murid?
• Efisien berarti penulisan RPP (RPL) dilakukan dengan tepat dan tidak
menghabiskan banyak waktu dan tenaga.
28
• Efektif berarti penulisan RPP (RPL) dilakukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
• Berorientasi pada murid berarti penulisan RPP (RPL) dilakukan dengan
mempertimbangkan kesiapan, ketertarikan, dan kebutuhan belajar murid di
kelas.
Apakah RPP (RPL) dapat dibuat dengan singkat, misalnya satu halaman?
Bisa saja. RPP dapat dibuat dengan singkat misalnya hanya satu halaman. asalkan
sesuai dengan prinsip efisien, efektif, dan berorientasi kepada murid. Tidak ada
persyaratan jumlah halaman.
Tidak ada standar baku untuk format penulisan RPP, guru bebas membuat,
memilih, mengembangkan, dan menggunakan RPP sesuai dengan prinsip efesien,
efektif, dan berorientasi pada siswa.
29
(SKKPD). Kegiatan belajar dan asesmen dalam RPP (RPL) ditulis secara
efisien.
30
Alternatif Format 1 RPL BK
(Catatan: menyesuaikan era pandaemi saat ini, apabila layanan dilakukan secara
luring, maka tidak perlu disertakan judul daring)
................................... ...................................
NIP. NIP.
31
Alternatif Format 2 RPL BK
(Catatan: menyesuaikan era pandaemi saat ini, apabila layanan dilakukan
secara luring, maka tidak perlu disertakan judul daring)
Mengetahui, Semarang,
Kepala Sekolah Guru BK
................................... ...................................
NIP. NIP.
32
Alternatif Format 3 RPL BK
(Catatan: menyesuaikan era pandaemi saat ini, apabila layanan dilakukan secara luring,
maka tidak perlu disertakan judul daring)
Kelas/ Semester
Alokasi waktu
Topik/ Materi
Bidang Layanan
Strategi Layanan
Aspek Perkembangan/ SKKPD
Model dan Moda
Media dan Alat
TUJUAN LAYANAN Tahap Pengenalan Tahap Akomodasi Tahap Tindakan
............ ............ ............
LANGKAH KEGIATAN
1. Kegiatan Awal a. .....
b. .....
c. .....
d. Kegiatan Inti a. .....
b. .....
c. .....
d. Kegiatan Penutup a. .....
b. .....
c. .....
PENILAIAN
1. Penilaian Proses ............
2. Penilaian Hasil ............
................................... ...................................
NIP. NIP.
33
d. Contoh Rancangan Layanan Dasar
Pada bagian sebelumnya telah disampaikan format dan prosedur untuk menyusun rencana
pelaksanaan layanan (RPL) baik melalui kegiatan/strategi bimbingan kelompok, bimbingan
klasikal, dan bimbingan kelas besar /lintas kelas. Berikut akan disampaikan contoh rencana
pelaksanaan layanan (RPL) baik melalui kegiatan/strategi bimbingan kelompok, bimbingan
klasikal, dan bimbingan kelas besar/lintas kelas sesuai dengan Pedoman Operasional
Penyelenggaraan Bimbingan dan konseling (Ditjen GTIK, 2016).
134
Tahap Uraian Kegiatan
1. Tahap
Awal/Pendahuluan
a. Pernyataan tujuan 1. Guru BK membuka dengan salam dan berdoa
2. Guru BK membina hubungan baik dengan peserta
didik untuk menanyakan kabar dan mempresensi satu
persatu.
3. Peserta didik menjawab dengan menyampaikan kabar
dan memperhatikan guru yang sedang melakukan
presensi.
4. Menyampaikan tujuan layanan materi bimbingan dan
konseling tentang belajar dengan cerdas dan efektif
5. Peserta didik memperhatikan dan mendengarkan
tujuan layanan yang disampaikan oleh guru BK
b. Penjelasan langkah- 1. Guru BK menjelaskan langkah-langkah kegiatan,
langka kegiatan tugas dan tanggung jawab peserta didik.
2. Kontrak layanan (kesepakatan layanan), hari ini kita
akan melakukan kegiatan selama 1 jam pelayanan,
kita sepakat akan melakukan dengan baik.
c. Mengarahkan kegiatan Guru BK mengajak peserta didik untuk berbagi
(konsolidasi) pengalaman terhadap topik yang akan dibicarakan
(apersepsi)
d. Tahap peralihan 1. Guru BK menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh
(transisi) siswa pada tahap selanjutnya
2. Guru BK menanyakan kesiapan peserta didik
melaksanakan kegiatan dan memulai ke tahap inti
3. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan siswa
2.Tahap Inti a. Mengidentifikasikan topik dan mengatur peserta
didik ke dalam kelompok
Nb: (seseuai tahap metode 1. Peserta didik memperhatikan power point yang
group investigasi, tahapan ditayangkan selanjutnya guru BK menampilkan
dapat disesuaikan dengan gambar mind mapping yang berkaitan dengan materi
metode yang lain) belajar cerdas dan efektif untuk menggali
pengetahuan.
Nb: Boleh pula dibagi 2. Guru BK menetapkan topik khusus pada tema cara
menjadi dua bagian, yakni belajar cerdas dan efektif pada semua kelompok
kegiatan peserta didik dan 3. Peserta didik dikelompokan menjadi 6 kelompok
juga kegiatan guru dengan anggota 5-6 orang secara heterogen
bimbingan dan konseling. 4. Peserta didik bergabung dengan kelompoknya untuk
Conoh dapat dilihat pada mempelajari materi “cara belajar cerdas dan efektif”
tahap inti RPL Bimbingan 5. Guru BK membantu mengumpulkan informasi dan
Kelas Besar/Lintas Kelas. memfasilitasi pengaturan kelompok
35
b. Merencanakan tugas yang akan dipelajari
1. Peserta didik dan guru merencanakan bersama
mengenai prosedur layanan yang akan dijalankan.
2. Guru BK memberikan topik “cara belajar cerdas dan
efektif” yang akan dibuat mind mapping oleh
kelompok
3. Anggota kelompok menyebutkan cara belajar
masing- masing meliputi persiapan belajar, proses
belajar hingga kegiatan pasca belajar mandiri.
4. Guru BK menjelaskan langkah- langkah membuat
mind mapping.
c. Melaksanakan Investigasi
1. Peserta didik mengumpulkan informasi;
2. Informasi diperoleh dari pengalaman belajar
masing-masing anggota kelompok
3. Informasi yang digali mencakup persiapan, proses,
hingga kegiatan pasca belajar mandiri
4. Masing- masing kelompok merancang mind
mapping dari informasi hasil belajar tiap anggota
kelompok
5. Kelompok membuat kesimpulan dengan melihat
cara belajar pada masing- masing anggota
kelompoknya
6. Anggota kelompok saling bertukar ide, berdiskusi,
mengklarifikasi faktor faktor yang mempengaruhi
hasil belajar.
36
1. Evaluasi Proses Guru BK atau konselor melakukan evaluasi dengan
memperhatikan proses keaktifan peserta didik selama
mengikuti layanan klasikal
1. Melakukan Refleksi hasil materi “Belajar dengan
cerdas dan efektif”, setiap peserta didik menuliskan
di kertas yang sudah disiapkan.
2. Mengamati sikap atau atusias peserta didik dalam
mengikuti kegiatan bimbingan klasikal
3. Mengamati cara peserta didik dalam menyampaikan
pendapat atau bertanya
4. Mengamati cara peserta didik memberikan
penjelasan dari pertanyaan guru BK tentang belajar
cerdas dan efektif
2. Evaluasi Hasil 1. Merasakan pemahaman baru mendapatkan
pengetahuan tentang belajar cerdas dan efektif
2. Merasakan perasaan positif tentang topik yang
dibahas dan cara Guru Bimbingan dan Konseling
atau konselor menyampaikan : mudah
dipahami/tidak mudah/sulit dipahami
3. Merencanakan kegiatan setelah mendapatkan materi
belajar cerdas dan efektif
.…………., ………………….
Mengetahui: Guru BK/Konselor,
Kepala Sekolah,
……………………………… …………………………………..
37
2. Alternatif Contoh Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) Bimbingan Klasikal
Sesuai format
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL) Pedoman Operasional
BIMBINGAN KELAS BESAR/LINTAS KELAS Penyelenggaraan
SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2019/2020 (POP) BK
A Komponen Layaan Layanan Dasar
B Bidang Layanan Karier
C Topik Layanan Perencanaan Karier Setelah Lulus SMA
D Fungsi Layanan Pemahaman dan Pengembagan
E Tujuan Umum Peserta didik mampu mengidentifikasi ragam alternative
karier dan aktivitas yang mengandung relevansi dengan
kemampuan diri.
F Tujuan Khusus 1. Peserta didik mampu menganalisis perencanaan karier
yang sesuai dengan kemampuan diri (C4).
2. Peserta didik mampu memahami menghayati makna
dan pentingnya perencanaan karier (A4).
3. Peserta didik mampu merencanakan karier sesuai
dengan kemampuan diri (P2)
G Sasaran Layanan Kelas XII
H Materi Layanan 1. Perencanaan karier
2. Pentingnya perencanaan karier
3. Langkah merencanakan karier
I Waktu 1 Kali Pertemuan (45 menit)
J Sumber 1. Zunker, Vernon G. 2013. Counseling : Putting Theory
and Research To Work. John Wiley & Sons,. Inc.
2. Zilmahran. 2009. Perencanaan Karier. Online
accesed [07/09/2012/ at http://habahate.blogspot.com
3. NoName. 2010. Merencanakan Karier di Masa
Depan. Online accesed [07/09/2012/ at
http://www.bksmkn3jogja.org
K Metode/Teknik Penyampaian materi, Curah gagasan (Brainstorming),
Simulasi “ Career Planning “.
L Media/Alat Multimedia (Power Point), Video Sang Pembuat Jejak,
Kertas & Alat tulis
M Pelaksanaan
Tahap Uraian Kegiatan
2. Tahap Awal/Pendahuluan
a. Pernyataan tujuan 1. Guru BK membuka dengan salam dan berdoa
2. Menyampaikan tujuan layanan materi bimbingan dan
konseling tentang perencanaan karier.
3. Peserta didik memperhatikan dan mendengarkan tujuan
layanan yang disampaikan oleh guru BK
b. Penjelasan langkah- 1. Guru BK menjelaskan langkah-langkah kegiatan, tugas
langka kegiatan dan tanggung jawab peserta didik.
2. Kontrak layanan (kesepakatan layanan), hari ini kita
akan melakukan kegiatan selama 1 jam pelayanan,
kita sepakat akan melakukan dengan baik.
38
c. Mengarahkan kegiatan Guru BK berdiskusi dengan siswa mengenai makna karier
(konsolidasi) dan perencanaan karier, serta urgensinya bagi siswa.
d. Tahap peralihan (transisi) 1. Guru BK menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh
siswa pada tahap selanjutnya
2. Guru BK menanyakan kesiapan peserta didik
melaksanakan kegiatan dan memulai ke tahap inti
3. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan siswa
2.Tahap Inti
Kegiatan peserta didik 1. Peserta didik memperhatikan mengenai langkah
merencanakan karier.
2. Peserta didik memperhatikan video “Sang Pembuat
Jejak”
3. Peserta didik melakukan refleksi dari video “Sang
Pembuat Jejak”
4. Peserta didik membuat simulasi perencanaan karier.
Kegiatan guru bimbingan 1. Guru BK menjelaskan mengenai langkah merencanakan
dan konseling karier.
2. Guru BK menampilkan video “Sang Pembuat Jejak”
3. Guru BK melakukan refleksi dari video “Sang Pembuat
Jejak”
4. Guru BK mengajak siswa mensimulasikan “Career
Planning”.
5. Guru BK berdiskusi dengan siswa mengenai kegiatan
simulasi serta melakukan tanya jawab.
3.Tahap Penutup 1. Guru BK mengajak peserta didik membuat kesimpulan
yang terkait dengan materi layanan “Belajar cerdas dan
efektif melalui mind mapping”
2. Guru BK merefleksi peserta didik dengan menanyakan
kebermanfaatan/kebermaknaan kegiatan secara lisan
3. Guru BK memberikan penguatan dan menyampaikan
materi layanan yang akan datang
4. Guru BK mengakhiri kegiatan dengan berdoa dan salam
N Evaluasi
1. Evaluasi Proses Guru BK atau konselor melakukan evaluasi dengan
memperhatikan proses keaktifan peserta didik selama
mengikuti layanan klasikal
1. Melakukan Refleksi hasil materi, setiap peserta didik
menuliskan di kertas yang sudah disiapkan.
2. Mengamati sikap atau atusias peserta didik dalam
mengikuti kegiatan
3. Mengamati cara peserta didik dalam menyampaikan
pendapat atau bertanya
4. Mengamati cara peserta didik memberikan penjelasan
dari pertanyaan guru BK
2. Evaluasi Hasil 1. Merasakan pemahaman baru dan mendapatkan
pengetahuan tentang perencanaan karier
2. Merasakan perasaan positif tentang topik yang
dibahas dan cara Guru Bimbingan dan Konseling atau
39
konselor menyampaikan : mudah dipahami/tidak
mudah/sulit dipahami
3. Merencanakan kegiatan setelah mendapatkan materi
.…………., ………………….
Mengetahui: Guru BK/Konselor,
Kepala Sekolah,
……………………………… …………………………………..
40
3. Alternatif Contoh Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) Bimbingan Kelompok
Sesuai format
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL) Pedoman Operasional
BIMBINGAN KELOMPOK Penyelenggaraan
SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2019/2020 (POP) BK
Tujuan Khusus
1. AK mampu menganalisis urgersi kontrol diri
dalam bermedia sosial (C4)
2. Ak mampu menyebutkan aspek-aspek dalam
kontrol diri (A2)
3. Ak mampu menunjukan cara mengembangkan
kontrol diri dalam bermedia sosial (P3)
E Topik Netizen Self Control
F Sasaran Layanan Kelas XI
G Metode dan Teknik Sosiodrama
H Waktu 1 x 1 Jam Pelajararan (40 Menit)
I Media/Alat PinSos, Stacko Masalah, Kartu Peran, Kartu Tugas
J Tanggal Pelaksanaan 12 Oktober 2019
K Sumber Bacaan 1. Ghufron, M. Nur & Rini, R. S. 2010. Teori-teori
Psikologi. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA
2. Singgih D. Gunarsa, 2006. Dari anak sampai
usia lanjut. Jakarta: BPK Gunung Mulia
3. Luthfia, Nita. 2007. Hubungan kontrol diri
dengan motivasi berprestasi siswa sma n 1
sutojayan. Skripsi. Universitas Negeri Malang,
Malang.
L Uraian Kegiatan
1.Tahap Awal
a. Pernyataan tujuan 1. PK Menyapa AK Dengan Kalimat yang
membangkitkan semangat
2. PK/AK Memimpin Doa sebelum memulai
kegiatan
3. PK menyampaikan tujuan Bimbingan
Kelompok
41
b. Penjelasan tentang langkah- 1. PK memberikan Pinsos Kepada AK
langkah kegiatan kelompok 2. AK memperkenalkan diri dengan permainan
(Pembentukan kelompok) Sosmedku berdasarkan masing-masing Pinsos
yang di pilih
3. PK menjelaskan proses pelaksanaan kegiatan
BKP
4. PK menjelaskan asas-asas di dalam BKP, tugas
dan tanggungjawab AK dengan menyanyikan
lagu “ asas BK”
c. Mengarahkan kegiatan PK menjelaskan kembali kegiatan BKP secara
(konsolidasi) operasional, baik tentang teknik yang digunakan,
tugas dan tanggungjawab AK
2.Tahap Transisi
PK menanyakan kalau ada AK 1. PK menanyakan kesiapan kelompok dalam
yang belum mengerti dan melaksanakan tugas
memberikan penjelasannya 2. PK memberi kesempatan bertanya kepada
(Storming) setiap AK tentang tugas-tugas yang belum
mereka pahami
3. PK menjelaskan kembali secara singkat
tentang tugas dan tanggung jawab AK dalam
melakukan kegiatan
PK menyiapkan AK untuk 1. PK menanyakan kesiapan para AK untuk
melakukan komitmen tentang melaksanakan tugas.
kegiatan yang akan dilakukannya 2. PK dan AK menyepakati beberapa hal terkait
(Norming) aturan atau etika selama proses pelaksanaan
BKP (etika dalam penyampaian pendapat dan
ketika mendengarkan teman yang sedang
berpendapat).
3. PK memulai masuk ke tahap inti/kerja
3.Tahap Inti/Kerja
proses/ kegiatan yang dialami 1. PK meminta Anggota Kelompok untuk
peserta didik dalam suatu mengambil Stacko Masalah yang dilamnya
kegiatan bimbingan berdasarkan terdapat foto/Gambar tentang Kasus yang
teknik tertentu (Eksperientasi) berkaitan dengan kontrol diri dalam Bermedia
sosial yang Rendah
2. PK meminta AK untuk menyampaikan
persepsi dan perasaa mereka mengenai
foto/gambar yang ada pada Stacko
3. PK Menjelaskan secara Singkat konsep awal
dari Kontrol Diri
4. PK menginformasikan kepada AK bahwa
kelompok akan dibagi menjadi kelompok
pemain an kelompok observer.
42
5. PK membacakan garis besar cerita yang akan
di perankan oleh AK dan sesuai dengan
skenario, lalu diberitahukan terkait tugas dari
setiap pemegang peran
6. PK membagi kelompok menjadi 2 bagian,
yaitu kelompok pemain dan kelompok
observer. Penentuan ini bisa melalui
penawaran, dan juga bisa ditunjuk oleh PK.
7. PK menjelaskan adegan demi adegan yang ada
di dalam skenario, lalu kelompok pemain
diberi waktu untuk mempelajari skenario
selama beberapa saat.
8. PK menjelaskan kepada kelompok observer
terkait tugas yang harus mereka lakukan dalam
mengamati kelompok pemain.
9. PK memimpin diskusi setelah pelaksanaan
sosiodrama.
10. PK meminta AK untuk menunjukan cara
mengembangkan Kontrol Diri dalam
Bermedia Sosial
Pengungkapan perasaan, 1. PK menanyakan pemahaman baru yang
pemikiran dan pengalaman didapat AK setelah melakukan kegiatan BKP
tentang apa yang terjadi dalam 2. PK menanyakan perasaan AK setelah kegiatan
kegiatan bimbingan (Refleksi) diakhiri
3. PK menanyakan tindakan yang akan dilakukan
oleh AK setelah mengikuti BKP
4.Tahap Pengakhiran 1. PK menjelaskan bahwa kegiatan kelompok
akan diakhiri
2. PK memberikan penguatan aspek-aspek yang
ditemukan oleh AK dalam proses sosiodrama
3. PK meminta AK memberikan kesan-kesan
setelah mengikuti kegiatan
4. PK merencanakan kegiatan tindak lanjut
5. PK mengucapkan terimakasih atas partisipasi
AK
6. PK mengakhiri dengan doa dan ditutup dengan
salam
M Evaluasi
1. Evaluasi Proses PK melakukan evaluasi dengan memperhatikan
proses yang terjadi seperti:
1. Mengadakan refleksi
43
2. Sikap peserta didik dalam mengikuti kegiatan
(contoh: semangat/ kurang semangat/ tidak
semangat)
3. Cara peserta didik menyampaikan pendapat
atau bertanya: sesuai topik/ kurang sesuai
topik/ tidak sesuai topik
4. Cara peserta didik memberikan penjelasan
terhadap pertanyaan PK (mudah dipahami/
tidak mudah/ sulit dipahami)
2. Evaluasi Hasil Evaluasi setelah mengikuti kegiatan klasikal antara
lain:
1. Merasakan suasana pertemuan:
menyenangkan/ kurang menyenangkan/ tidak
menyenangkan
2. Topik yang dibahas: sangat penting/ kurang
penting/ tidak penting
3. Kemampuan AK dalam menjabarkan Urgersi
dari KontrolDiri dalam Bermedia Sosial
4. Kemampuan AK dalam mendefinisikan
pengertian Kontrol Diri
5. Kemampuan AK dalam Menyebutkan Aspek-
Aspek Dalam Kontrol Diri
6. Kemampuan AK dalam Menunjukan cara
mengembangka Kontrol Diri dalam bermedia
sosial.
Lampiran :
1. Materi
2. Skenario Adegan
3. Lembar evaluasi (proses dan hasil)
4. Media
.…………., ………………….
Mengetahui: Guru BK/Konselor,
Kepala Sekolah,
……………………………… …………………………………..
44
Contoh RPL BK ringkas yang telah disusun oleh MGBK SMP Kota Semarang
Sumber: MGBK Kota Semarang
145
a. menyimpulkan materi layanan
b. merefleksi kegiatan layanan dan memberi penguatan
c. menyampaikan materi dan kegiatan layanan minggu depan
d. membagikan link google form untuk mengisi penilaian hasil
e. menutup kegiatan layanan dengan berdoa dan salam
C. PENILAIAN
1. Penilaian Proses Penilaian terhadap keterlaksanaan layanan yang meliputi peran konseli selama layanan
(4C), kesesuaian layanan dengan RPL-BK, ketercukupan alokasi waktu (melalui
observasi)
2. Penilaian Hasil Penilaian yang berfokus pada perubahan perilaku konseli yang meliputi pemahaman baru,
perasaan positif, dan rencana/tindakan yang akan dilakukan (melalui google form)
.......................................... ..........................................
NIP. ................................. NIP. .................................
Lampiran :
1. Materi Layanan
2. Angket Pilihan Sekolah Lanjutan
3. LKPD
4. Instrumen Penilaian
Catatan:
Walaupun berbeda template/format. Namun RPL BK yang disusun sesuai dengan
Surat Edaran Mendikbud Nomor 14 Tahun 2019 Tentang Penyederhanaan RPP
Yang befokus pada:
46
4. Forum Diskusi
Bapak/Ibu/Saudara Peserta PPG BK semoga sehat dan bahagia senantisa, mari kita
diskusikan topik/fenomena dibawah ini.
C. Penutup
1. Rangkuman
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1 dengan judul Perencanaan
Layanan Dasar. Dengan demikian Anda telah memahami bagaimana menyusun
perencanaan layanan dasar. Hal penting yang telah Anda pelajari dari Kegiatan
Belajar 1 ini adalah:
47
• Evaluasi kegiatan layanan dasar dapat dilakukan dengan menggunakan teknik
tes dan non-tes.
2. Tes Formatif
1. Berikut ini lima komponen utama perencanaan kurikulum dalam bimbingan
klasikal, yang menjadi komponen utama dan akan berdampak pada komponen
lainnya adalah…
a. Jenis layanan
b. Pokok bahasan dan materi
c. Metode dan tahapan pelaksanaan
d. Tujuan layanan
2. Berikut ini yang bukan menjadi manfaat dan urgensi langsung yang esensial
ketika menyusun rencana pelaksanaan layanan bimbingan klasikal adalah ….
a. Menjadi percaya diri dengan bimbingan klasikal yang akan dilaksanakan
b. Sebagai upaya untuk mencanangkan tindak lanjut bimbingan klasikal
c. Memenuhi persyaratan administrasi pelayanan bimbingan dan konseling
d. Mampu menyusun strategi evaluasi yang tepat
3. Topik bimbingan klasikal diangkat berdasarkan pertimbangan dari..
a. Lembar kerja siswa (LKS) bimbingan dan konseling
b. Daftar Cek Masalah (DCM) dan Alat Ungkap Masalah (AUM)
c. Data kebutuhan siswa dan standar kompetensi kemandirian peserta didik
d. Data pelanggaran tata tertib dan keluhan siswa dalam selama belajar
4. Standar kompetensi kemandirian peserta didik penting untuk dipertimbangkan
dalam perencanaan bimbingan klasikal karena ….
a. Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik memberikan arah
pengembangan kompetensi siswa agar tumbuh dan berkembang secara
optimal
b. Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik menjadi pertimbangan
seperti guru menjadikan Standar Kompetensi Lulusan sebagai pertimbangan
menyusun pokok bahasan
48
c. merupakan bentuk pemenuhan tuntutan dan prosedur yang diamanatkan dalam
Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan konseling di Sekolah
d. menginspirasi pemilihan topik kegiatan bimbingan klasikal
5. Perhatikan tujuan khusus ini! “Siswa dapat menyebutkan cara berkomunikasi
secara asertif.” Analisis terhadap tujuan tersebut ….
a. Tepat karena telah mengandung semua unsur atau komponen tujuan
bimbingan klasikal
b. Tepat karena kata kerja proses berpikir merupakan bagian dari salah satu
tingkatan ranah kognitif
c. Kurang tepat karena kata kerja proses kognitif berasal dari tingkatan ranah
kognitif yang terlalu rendah
d. Kurang tepat karena seharusnya kata kerja yang tepat adalah menjelaskan
6. Berikut ini adalah kata kerja yang tepat untuk proses kognitif analisis, kecuali..
a. Mengilustrasikan
b. Mengemukakan
c. Mengidentifikasi
d. Memecahkan
7. Konselor memberikan bimbingan klasikal dengan topik perencanaan karier dan
pokok bahasannya meliputi (a) permasalahan perkembangan teknologi, (b)
definisi perencanaan karier, (c) manfaat perencanaan karier, (d) strategi
perencanaan karier, dan (e) latihan perencanaan karier. Pokok bahasan tersebut
disusun dengan mengunakan sekuens ….
a. Kausal
b. Struktural
c. Rangkaian dari belakang (backward chaining)
d. Spiral
8. Urutan atau sekuens pembahasan bahan ajar yang dimulai dari konsep yang
kompleks menuju bagian kecil adalah bentuk dari sekuens ….
a. Psikologis
b. Hirarkis
c. Kausal
d. Spiral
49
9. Berikut ini hal yang dievaluasi dalam bimbingan klasikal, kecuali …
a. Kesesuaian prosedur pelaksanaan bimbingan klasikal dengan RPL
b. Pengetahuan yang diperoleh siswa setelah mengikuti bimbingan klasikal
c. Rencana layanan tindak lanjut setelah bimbingan klasikal
d. Rencana kegiatan siswa setelah mengikuti bimbingan klasikal
10. Kesalingterkaitan antara pengukuran, tes dan non-tes adalah ….
a. Teknik tes dan non-tes merupakan bentuk pengenaan angka pada konstruk
psikologis
b. Hasil tes, non-tes, dan pengukuran perlu dibandingkan dengan norma
tertentu agar dapat diketahui kategori responden
c. Pengukuran dilakukan dengan mengaplikasikan teknik tes dan non-tes
d. Hasil pengukuran melalui teknik tes dan non-tes dapat dianalisis dengan
teknik yang sama, seperti persentase
Daftar Pustaka
American School Counselor Association. 2012. The ASCA National Model: A
Framework for School Counseling Program (3rd ed.). Alexandria, VA:
Author.
Anastasi, A., & Urbina, S. 1997. Psychological Testing. Diterjemahkan R.H.S.
Imam. Jakarta: PT Prenhallindo.
Anderson, L.W., & Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching,
and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives.
New York, NY: Longman.
Arends, R.I. 2007. Learning to Teach (7th ed.). Diterjemahkan oleh H.P. Soetjipto
& S.M. Soetjipto. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
Burdin, P.R., & Byrd, D.M. 1999. Methods for Effective Teaching. Boston: Allyn
and Bacon.
Ditjen GTIK. 2016(a). Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Menengah Atas (SMA). Jakarta: Ditjen GTIK
Kemendikbud RI.
Ditjen GTIK. 2016(b). Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jakarta: Ditjen GTIK
Kemendikbud RI.
50
Ditjen GTIK. 2016(a). Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta: Ditjen GTIK
Kemendikbud RI.
Ditjen PMPTK. 2007. Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Ditjen PMPTK Depkdiknas RI.
Gregory, 2000. Psychological testing: Principles and Aplications. Boston: Allyn
and Bacon.
Joni, T. R. 2005. Pembelajaran yang Mendidik: Artikulasi Konseptual, Terapan
Kontekstual dan Verifikasi Empirik. Jurnal Ilmu Pendidikan. 12(2), 1-37.
Permendikbud RI Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Sukmadinata, N.S. 2004. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Bandung
Penerbit Remaja Rosdakarya.
Sutoyo, A. 2011. Pemahaman Individu - Observasi, Checklist, Interviu, Kuesioner,
Sosiometri. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar
51
DAR2/Profesional/810/3/2022
PENDALAMAN MATERI
BIMBINGAN DAN KONSELING
MODUL 3
PERENCANAAN DAN EVALUASI
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
KEGIATAN BELAJAR 2
PERENCANAAN LAYANAN RESPONSIF
Penulis:
Prof. Dr. Sugiyo, M.Si.
Zakki Nurul Amin, S.Pd., M.Pd.
52
Kegiatan Belajar 2: Perencanaan Layanan Responsif
A. Pendahuluan
Salah satu kegiatan yang sangat strategis dalam pelayanan bimbingan dan konseling
di sekolah adalah layanan responsif. Pelayanan responsif merupakan pemberian
bantuan kepada konseli yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang
memerlukan pertolongan dengan segera. Tuntutan bahwa guru bimbingan dan
konseling perlu memberikan layanan responsif dalam pelaksanaan pelayanan
bimbingan dan konseling diperkuat dalam Permendiknas Nomor 111 Tahun 2014.
Terkait kenyataan tersebut, maka penting bagi guru bimbingan dan konseling
sekolah untuk dapat merencanakan dan melaksanakan layanan responsif secara
berkualitas dan profesional.
Setelah mempelajari modul ini, Saudara peserta PPG akan dapat melakukan
perancangan layanan dasar dan layanan responsif, mampu menyusun evaluasi
program, hasil, dan proses, serta mampu meyampaian hasil dan evaluasi bimbingan
dan konseling. Kompetensi tersebut sangat diperlukan bagi Saudara yang bekerja
sebagai guru bimbingan dan konseling utamanya untuk menunjang akuntabilitas,
keberhasilan, dan keefektifan pelayanan profesional bimbingan dan konseling di
sekolah.
Proses pembelajaran untuk materi yang sedang Saudara ikuti sekarang ini, dapat
berjalan dengan lebih lancar bila Saudara mengikuti langkah-langkah belajar
sebagai berikut :
1) Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting dalam diklat mulai tahap
awal sampai akhir.
2) Lakukan kajian terhadap rancangan pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling yang telah ada dan yang telah dilakukan di tempat kerja Saudara,
apakah telah sesuai dengan konsep yang dimaksud dalam modul ini.
3) Keberhasilan proses pembelajaran Saudara dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Saudara dalam mengerjakan latihan dan
53
refleksi diri. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan
teman sejawat.
4) Bila Saudara menemui kesulitan, silakan hubungi instruktur/widiaiswara
pembimbing atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.
Baiklah, Saudara perserta diklat PPG, selamat belajar, semoga Saudara sukses
memahami pengetahuan yang diuraikan dalam modul ini untuk bekal Saudara
melakukan pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik.
54
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Mampu merancang layanan bimbingan dan konseling dengan menerapkan prinsip
dan memadukan materi layanan bimbingan dan konseling, pedagogik, serta
teknologi. Sup capaian pembelajaran pada kegiatan belajar ini yakni:
a. Peserta PPG mampu menjabarkan esensi perencanaan layanan responsif.
b. Peserta PPG mampu mengaplikasikan prosedur perencanaan layanan responsif.
c. Peserta PPG mampu menyusun perencanaan layanan responsif.
2. Pokok-pokok Materi
a. Esensi perencanaan layanan responsif
b. Prosedur perencanaan layanan renponsif
c. Contoh perencanaan layanan responsif
3. Uraian Materi
a. Esensi perencanaan layanan responsif
Komponen program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan oleh guru BK
meliputi 4 komponen yakni: (1) layanan dasar, (2) layanan perencanaan individual
dan peminatan peserta didik/konseli (3) layanan responsif, dan (4) dukungan
sistem. Pada modul ini akan memfokuskan pembahasan pada salah satu komponen
program yakni komponen layanan responsif.
55
Layanan responsif bertujuan untuk memberikan layanan intervensi terhadap peserta
didik/konseli yang mengalami hambatan atau terganggu tugas perkembangannya.
Sehingga melalui layanan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan peserta
didik/konseli serta mampu memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu
konseli yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Tujuan pelayanan ini dapat juga dikemukakan sebagai upaya
untuk mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian pribadi konseli yang
muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah pribadi, karier,
dan atau masalah pengembangan pendidikan/belajar.
56
Tabel 3.2 Contoh perhitungan waktu layanan setiap komponen program BK
57
minuman keras, narkotika, pergaulan bebas. Masalah lainnya adalah yang berkaitan
dengan berbagai hal yang dirasakan mengganggu kenyamanan hidup atau
menghambat perkembangan diri konseli, karena tidak terpenuhi kebutuhannya, atau
gagal dalam mencapai tugas-tugas perkembangan. Masalah konseli pada umumnya
tidak mudah diketahui secara langsung tetapi dapat dipahami melalui gejala-gejala
perilaku yang ditampilkannya.
Untuk memahami kebutuhan dan masalah konseli dapat ditempuh dengan cara
asesmen dan analisis perkembangan konseli, dengan menggunakan berbagai teknik,
misalnya inventori tugas-tugas perkembangan (ITP), angket konseli, wawancara,
observasi,sosiometri, daftar hadir konseli, leger, psikotes dan daftar masalah
konseli atau Alat Ungkap Masalah (AUM).
58
Tabel 3.3. Contoh analisis rencana layanan dasar berdasarkan asesmen kebutuhan
Data asesmen 1) Sulit menyesuaikan diri dengan Rencana
kebutuhan peserta lingkungan/ situasi baru (70%; Layanan
didik DCM*)) Konseling
2) Mudah merasa tersinggung dan Kelompok ***:
marah (65%; DCM)
3) Profil siswa di kelas berdasarkan Siswa A, B, dan
hasil inventori tugas perkembangan C direncanakan
(ITP* diketahui siswa A, B, dan C mendapat
mempunyai penyesuaian diri yang konseling
rendah. kelompok
4) Informasi dari guru wali kelas
mengenai kondisi siswa A, B, dan C Rencana
5) Informasi dari guru bidang studi Layanan
bahwa siswa D seringkali melamun Konseling
ketika pelajarannya berlangsung Individu ***:
Tabel 3.3 menunjukkan bagaimana data atau hasil asesmen kebutuhan dengan
Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik saling terkait guna menentukan
rencana kegiatan layanan responisf, secara khusus contoh strategi/kegiatan yang
dipilih adalah konseling kelompok dan konseling individu. Adapun strategi lain
dapat menyesuaikan sesuai dengan hasil asesmen dan pertimbangan guru
bimbingan dan konseling. Seringkali juga peserta didik/konseli akan dapat secara
langsung kepada guru bimbingan dan konseling ketika ia merasa mempunyai
59
permasalahan yang perlu dibantu oleh guru bimbingan dan konseling. Ataupun
dapat juga apabila ada peserta didik yang dikirim oleh guru bidang studi/wali kelas
untuk bertemu dengan guru bimbingan dan konseling. Namun melalui analisis
kebutuhan peserta didik, harapannya guru bimbingan dan konseling tidak hanya
menunggu peserta didik/konseli untuk datang, namun dapat pula menjemput bola
untuk melakukan bantuan kepada peserta didik/konseli.
Setelah menemukan kebutuhan maka langkah yang akan dibahas secara mendalam
pada modul ini adalah menyusun rencana pelaksanaan layanan (RPL) layanan
responsif. Penting dipahami pula bahwa guru bimbingan dan konseling perlu
memperhatikan teori konseling yang akan digunakan saat mengurai anatomi
masalah ataupun identifikasi kebutuhan peserta didik/konseli. Hal tersebut akan
sangat menunjang penyusunan RPL khususnya konseling individu dan konseling
kelompok sehingga guru bimbingan dan konseling dapat merencanakan
pendekatan/model konseling yang akan digunakan untuk membantu peserta
didik/konseli. Selengkapnya tentang teori konseling dan asumsi permasalasahan
konseli dibahas pada modul 5, pemahaman akan teori dan asumsi masalah peserta
didik/konseli dalam dielaborasi dalam penyusunan RPL layanan responsif ini.
Format RPL layanan dasar secara spesifik telah disajikan dalam Panduan
Operasional Penyelengaraan Bimbingan dan konseling (POP BK) (lihat Ditjen
GTIK, 2016). Pada panduan operasional penyelengaraan bimbingan dan konseling
telah diberikan contoh dan format rencana pelaksanaan layanan (RPL) yang
mencakup alternatif contoh format RPL konseling individu, konseling kelompok,
referall, konferensi kasus. Berikut format yang sesuai dengan POP BK.
60
Kotak 1. Format RPL Konseling Individu
..............,..........................
Guru BK/ Konselor
........................................
Keterangan:
Dokumen ini bersifat rahasia
61
Kotak 2. Format RPL Konseling Kelompok
1. Nama konseli :
(nama-nama anggota konseling kelompok dan kelas disamarkan)
2. Hari, tanggal : …………………….
3. Pertemuan ke- : …………………….
4. Waktu : ……… (ditulis berapa menit waktu yang dipergunakan)
5. Tempat : ……………………. (ditulis lokasi pelaksanaannya)
6. Topik permasalahan : ……………………………………………………..
7. Pendekatan dan atau Teknik Konseling yang digunakan:
..............................................................................
8. Media yang diperlukan : ........................................
..............,..........................
Template ini sesuai dengan alternatif format RPL Guru BK/ Konselor
di POP BK. Namun ditambahkan dengan
pendekatan dan teknik konseling yang digunakan.
Untuk RPL Konseling Kelompok dapat juga
mengadopsi template yang digunakan untuk RPL
Bimbingan Kelompok
........................................
Keterangan:
Dokumen ini bersifat rahasia
62
Kotak 3. Format RPL Referral / Alih Tangan Kasus
........................................ .......................................
63
Kotak 4. Format RPL Konferensi Kasus
..............,..........................
Mengetahui
Kepala Sekolah, Guru BK/ Konselor
........................................ .......................................
64
Apabila mencermati pada format pada kotak 1, 2, 3, dan 4 dicermati lebih lanjut
maka dapat dipahami bahwa komponen dalam RPL konseling individu, konseling
kelompok, referal, dan konferensi kasus semuanya mempunyai format yang unik
sesuai dengan jenis layanannya. Pada modul ini akan coba dibahas satu persatu
rencana pelaksanaan layanan responsif untuk setiap jenis layanan diatas, tentunya
dengan membahas poin/bagian yang penting untuk diperhatikan ketika menyusun
rancangan layanan responsif tersebut.
Apabila memperhatikan template RPL nya, terdapat bagian pada RPL yang perlu
diisi mulai dari nama konseli, kelas/semester, hari/tanggal, pertemuan ke,
waktu/tempat, dan juga gejala yang nampak/keluhan. Secara khusus pada bagian
gejala yang nampak/keluhan, guru bimbingan dan konseling dapat mengisinya
dengan gejala dan keluhan yang didapat dari hasil pengamatan awal, informasi,
lembar informent consent/kesedian layanan konseling individu, dan atau keluhan
konseli atas dasar instrumen yang digunakan. Contohnya gejala dan keluhaan yang
dapat diisi pada RPL Konseling Individu adalah sebagai berikut:
65
Kedua, untuk rencana pelaksanaan layanan konseling kelompok. Layanan
konseling kelompok adalah salah satu layanan dalam pelayanan bimbingan dan
konseling yang juga memanfaatkan dinamika yang ada pada kelompok (Gladding,
2011; Corey, 20016). Konseling kelompok dapat dilaksanakan dengan baik
manakala direncanakan dengan baik. Proses merencanakan sampai dengan
melakukan laporan konseling kelompok merupakan standar prosedur yang harus
dilakukan oleh Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor.
Apabila memperhatikan template RPL nya, hampir mirip dengan RPL konseling
individu namun terdapat bagian yang berbeda. Rencana Pelaksanaan Layanan
Konseling Kelompok sekurang-kurangnya memuat identitas, nama konseli, hari
tanggal, pertemuan ke, waktu, tempat, topik permasalahan, dan media yang
diperlukan. Yang berbeda dari RPL konseling individu yakni pada nama konseli
yang diisi anggota kelompok yang terlibat dalam konseling kelompok, topik
permasalahan diisi dengan topik masalah yang dibahas, serta media yang
diperlukan dan menunjang pelaksanaan layanan konseling kelompok.
66
Ketiga, untuk rencana pelaksanaan layanan referal. Layanan referal atau alih
tangan yaitu kegiatan layanan BK untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat
dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik atau konseli dengan
memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lainnya. Rasionalnya
adalah dalam memberikan layanan Guru BK juga memiliki batasan. Oleh karena
itu perlu adanya kerjasama dan alih tangan untuk memecahkan permasalahan-
permasalahan yang dialami siswa. Contohnya, jika siswa yang guru BK tangani
memiliki penyakit tertentu, Guru BK dapat mengalihkan pada Dokter untuk
membantu siswa. Contoh lainnya misalnya, pasca melakukan konseling individu
dengan Guru BK untuk membantu siswa mengatasi permasalahan konsentrasi
belajar matematika, guru BK mengalihkah kepada guru matematikan untuk
mendapatkan pengayaan/pendalaman tentang pelajaran matematika untuk
membantu konseli memahami pelajaran matematika.
Sedangkan layanan yang dibutuhkan diisi dengan uraian bantuan yang diperlukan
oleh peserta didik/konseli. Contohnya berkaitan dengan kasus diatas yakni:
Konseli membutuhkan guru bahasa inggris yang lebih menerimanya,
memberikan penguatan dan penghargaan kepadanya walaupun ketika ia
67
tidak bisa menjawab pertanyana, karena konseli telah berjuang untuk
memahami materi. Konseli juga memutuhkan pendalaman materi serta
remidial teaching untuk nilai nya yang belum mencapai KKM.
68
Rencana Pelaksanaan Layanan konferensi kasus sekurang-kurangnya memuat
identitas nama peserta didik/ konseli, kelas/ peminatan, hari/tanggal
waktu, deskripsi kasus, pihak-pihak yang terlibat, dan juga langkah-langkah
pelaksanaan. Pada bagian deskripsi kasus serupa dengan RPL Referal diisi dengan
uraian tentang indikator atau gejala yang nampak, latar belakang, rangkuman hasil
layanan. Pihak yang terlibat diiisi dengan nama atau unsur yang terlibat, misalnya
guru mata pelajaran, orang tua, kepala sekolah, dan stakeholder lain yang berkaitan
dengan masalah peserta didik. Sedangkan langkah-langkah pelaksanan konferensi
kasus diisi dengan langkah 1) deskripsi kasus, 2) urun pendapat/tanggapat, 3)
pengambilan keputusan.
69
2. Alternatif Contoh Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) Konseling Individu
70
2. Alternatif Contoh Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) Konseling Kelompok
71
3. Alternatif Contoh Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) Referall/Alih
Tangan Kasus
........................................ .......................................
72
4. Alternatif Contoh Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) Konferensi Kasus
7. Langkah-langkah pelaksanaan :
a. Deskripsi kasus :
• Konselor memberikan penerimaan dan apresiasi pada pihak-pihak yang
terkait atas kedatangan pada layanan konferensi kasus.
73
• Konselor menyapaikan mengenai esensi, tujuan, dan tata cara konferensi
kasus kepada pihak yang terkait.
• Konselor menjelaskan mengenai deskripsi kasus yang telah diidentifikasi
oleh konselor kepada pihak yang terkait.
b. Urun pendapat/tanggapan
• Konselor meminta pihak-pihak yang terkait memeberikan tanggapan dan
pendapat mengenai kasus yang dibahas.
• Konselor mencatat informasi penting dari pihak terkait.
• Konselor mencocokkan data yang telah terjaring dengan informasi dari
pihak terkait.
• Konselor memberikan apresiasi pada tanggaan dan pendapat pihak terkait.
c. Pengambilan keputusan
• Konselor bersama pihak terkait membahas mengenai persetujuan dan
komitmen peran dari para peserta konferensi tentang permasalahan yang
dihadapi siswa (konseli) beserta upaya pengentasannya
• Konselor bersama pihak terkait mengambil keputusan berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi siswa (konseli) beserta upaya pengentasannya
..............,..........................
Mengetahui
Kepala Sekolah, Guru BK/ Konselor
........................................ .......................................
74
4. Forum Diskusi
Bapak/Ibu/Saudara Peserta PPG BK semoga sehat dan bahagia senantisa, mari kita
diskusikan topik/fenomena dibawah ini.
Pada suatu hari guru bimbingan dan konseling kedatangan konseli yang meminta
layanan konseling individu. Konseli tersebut datang secara sukarela tanpa paksaan
ataupun permintaan orang lain. Seketika itu juga karena permasalahan konseli yang
mendesak untuk ditangani, maka guru bimbingan dan konseling tersebut langsung
melakukan konseling individu, ia tidak membuat Rencana Pelaksanaan Layanan
(RPL) konseling individu terlebih dahulu. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu/Saudara
Peserta PPG BK, tentang layanan konseling individu yang dilakukan guru bimbingan
dan konseling tanpa membuat RPL Konseling Individu tersebut? Apakah guru
bimbingan dan konseling tersebut tetap perlu membuat RPL konseling individu setelah
proses konseling berlangsung atau langsung saja membuat laporan konselingnya? toh
konseli datang secara langsung dan insidental.
D. Penutup
1. Rangkuman
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 2 dengan judul Perencanaan
Layanan Responsif. Dengan demikian Anda telah memahami bagaimana menyusun
perencanaan layanan responsif. Hal penting yang telah Anda pelajari dari Kegiatan
Belajar 2 ini adalah:
75
• Guru bimbingan dan konseling tidak hanya menunggu peserta didik/konseli untuk
datang, namun dapat pula menjemput bola untuk melakukan bantuan kepada
peserta didik/konseli.
• Komponen dalam RPL konseling individu, konseling kelompok, referal, dan
konferensi kasus mempunyai format yang unik sesuai dengan jenis layanannya.
2. Tes Formatif
1. Ragam bantuan yang dapat dilakukan dalam pelayanan responsif mencakup…
a. Konseling individual, bimbingan kelompok, konsultasi
b. Konseling individual, konseling krisis, kelas besar
c. Konseling individual, klasikal, konsultasi
d. Konseling individual, referall, konsultasi
3. Yang bukan merupakan hal esensial yang perlu dilakukan oleh guru BK sebelum
merencanakan layanan responsif adalah..
a. memperhatikan teori konseling yang akan digunakan
b. memahami asumsi permasalasahan konseli
c. memahami kondisi dan keadaan krisis siswa
d. mengecek data pelanggaran tata tertib dan keluhan siswa
76
4. Standar kompetensi kemandirian peserta didik penting untuk dipertimbangkan
dalam perencanaan layanan responsif karena ….
a. Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik memberikan arah pengembangan
kompetensi siswa agar tumbuh dan berkembang secara optimal
b. Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik menjadi pertimbangan seperti
guru menjadikan Standar Kompetensi Lulusan sebagai pertimbangan menyusun
pokok bahasan
c. merupakan bentuk pemenuhan tuntutan dan prosedur yang diamanatkan dalam
Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan konseling di Sekolah
d. menginspirasi pemilihan topik kegiatan layananan responsif
6. Konseli dalam mata pelajaran Bahasa Inggris di semester 3 dan 4 nilai nya dibawah
KKM yang dipersyaratkan, nilai yang diperoleh konseli antara 50 sampai dengan 60
sedangkan KKM Bahasa Inggris 75. Berdasarkan data asesment kebutuhan, diketahui
bahwa konseli perlu pengayaan materi, maka konselor perlu membuat rencana
pelaksanaan layanan ....
a. Konseling individu
b. Referall
c. Konseling kelompok
d. Konsultasi
77
7. Bagian tata usaha melaporkan bahwa konseli telah 3 bulan tidak membayar uang
sekolah. Setelah dikonfirmasi kepada pihak orang tua ternyata uang sekolah telah
diberikan kepada konseli, namun uang sekolah dihabiskan untuk bermain game
online. Menyikapi kondisi tersebut, guru BK dapat menyusun beberapa rencana
layanan responsif berikut ini, kecuali….
a. Konseling individu
b. Konsultasi
c. Konferensi kasus
d. Konseling kelompok
8. Langkah-langkah pelaksanan konferensi kasus pada RPL dapat diisi dengan .....….
a. 1) deskripsi kasus, 2) urun pendapat/tanggapat, 3) pengambilan keputusan
b. 1) deskripsi kasus, 2) urun pendapat/tanggapat, 3) penjatuhan sanksi
c. 1) penyampaian pembelaan, 2) urun pendapat/tanggapat, 3) pengambilan
keputusan
d. 1) deskripsi kasus, 2) penyampaian alasan, 3) pengambilan keputusan
9. Berikut ini hal yang dievaluasi dalam layanan responsif, kecuali …
a. Kesesuaian prosedur pelaksanaan
b. Pengetahuan, pemahaman, dan insight yang diperoleh siswa setelah mengikuti
layanan
c. Rencana layanan tindak lanjut setelah layanan
d. Rencana kegiatan siswa setelah mengikuti layanan
10. Lembar pernyataan kesedian melakukan konseling individu yang disertakan dalam
RPL konseling individu disebut degan ….
a. Lembar kerahasiaan
b. Kumulatif record
c. Informent consenst
78
d. Lembar pendaftaran konseling
Daftar Pustaka
American School Counselor Association. 2012. The ASCA National Model: A
Framework for School Counseling Program (3rd ed.). Alexandria, VA: Author.
Corey, G. (2015). Theory and practice of counseling and psychotherapy. Nelson
Education.
Ditjen GTIK. 2016(a). Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Menengah Atas (SMA). Jakarta: Ditjen GTIK
Kemendikbud RI.
Ditjen GTIK. 2016(a). Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta: Ditjen GTIK
Kemendikbud RI.
Ditjen GTIK. 2016(b). Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jakarta: Ditjen GTIK
Kemendikbud RI.
Ditjen PMPTK. 2007. Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Ditjen PMPTK Depkdiknas RI.
Erford, B. T. (2014). 40 Techniques Every Counselor Should Know. Pearson Higher
Ed.
Gibson, R. L., & Mitchell, M. H. (2011). Bimbingan dan konseling. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Gladding, S. T. (2012). Konseling profesi yang menyeluruh. Jakarta: Indeks.
Permendikbud RI Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Prayitno, E. A., & Amti, E. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Rineka
Cipta. Jakarta: Rineka Cipta.
79
DAR2/Profesional/810/3/2022
PENDALAMAN MATERI
BIMBINGAN DAN KONSELING
MODUL 3
PERENCANAAN DAN EVALUASI
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
KEGIATAN BELAJAR 3
EVALUASI PROGRAM, PROSES, DAN HASIL LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
Penulis:
Prof. Dr. Sugiyo, M.Si.
Zakki Nurul Amin, S.Pd., M.Pd.
Setelah mempelajari modul ini, Saudara peserta PPG akan dapat melakukan
perancangan layanan dasar dan layanan responsif, mampu menyusun evaluasi program,
hasil, dan proses, serta mampu meyampaian hasil dan evaluasi bimbingan dan
konseling. Kompetensi tersebut sangat diperlukan bagi Saudara yang bekerja sebagai
guru bimbingan dan konseling utamanya untuk menunjang akuntabilitas, keberhasilan,
dan keefektifan pelayanan profesional bimbingan dan konseling di sekolah.
Proses pembelajaran untuk materi yang sedang Saudara ikuti sekarang ini, dapat
berjalan dengan lebih lancar bila Saudara mengikuti langkah-langkah belajar sebagai
berikut :
1) Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting dalam diklat mulai tahap awal
sampai akhir.
2) Lakukan kajian terhadap rancangan pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling yang telah ada dan yang telah dilakukan di tempat kerja Saudara,
apakah telah sesuai dengan konsep yang dimaksud dalam modul ini.
81
3) Keberhasilan proses pembelajaran Saudara dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Saudara dalam mengerjakan latihan dan
refleksi diri. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan
teman sejawat.
4) Bila Saudara menemui kesulitan, silakan hubungi instruktur/widiaiswara
pembimbing atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.
Baiklah Saudara perserta diklat PPG, selamat belajar, semoga Saudara sukses
memahami pengetahuan yang diuraikan dalam mata diklat ini untuk bekal Anda
melakukan pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik.
82
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Mampu mengevaluasi masukan, proses, dan hasil layanan bimbingan dan konseling
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik dengan
menerapkan asesmen otentik, serta memanfaatkan hasil evaluasi proses dan hasil untuk
perbaikan kualitas layanan bimbingan dan konseling. Sedangkan sub capaian
pembelajaran mata kegiatan ini adalah:
a. Peserta PPG mampu mengevaluasi program bimbingan dan konseling.
b. Peserta PPG mampu menyusun laporan pelaksanaan program layanan bimbingan
dan konseling.
c. Peserta PPG mampu menyusun evaluasi proses layanan bimbingan dan konseling.
d. Peserta PPG mampu menyusun evaluasi hasil layanan bimbingan dan konseling
2. Pokok-pokok Materi
b. Kriteria Evaluasi Bimbingan dan Konseling
c. Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling
d. Evaluasi Proses Layanan Bimbingan dan Konseling
e. Evaluasi Hasil Layanan Bimbingan dan Konseling
3. Uraian Materi
a. Kriteria Evaluasi Bimbingan dan Konseling
Evaluasi dalam bimbingan dan konseling merupakan usaha untuk mengetahui sejauh
mana pelaksanaan program dan pelaksanaan pelayanan bimbingan itu mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Penilaian program merupakan langkah penting dalam
pengelolaan proram bimbingan dan konseling. Keberhasilan pelaksanaan program
bimbingan dan konseling dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan merupakan
kondisi yang hendak dilihat melalui kegiatan evaluasi. Sedangkan evaluasi layanan
yang terdiri dari evaluasi proses dan hasil layanan bimbingan dan konseling, berguna
83
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dan kebermanfaatan pelaksanaan
pelayanan bimbingan dan konseling yang telah dilakukan.
Evaluasi dalam bidang bimbingan dan konseling merupakan suatu keharusan (Gibson
& Mitchell, 2011). Kenyataan di sekolah menunjukkan bahwa tidak semua guru
bimbingan dan konseling melakukan evaluasi program secara sistematis dan terencana.
Myrick (dalam Badrujaman, 2011) memaparkan lima alasan yang menjadi faktor
penghambat guru bimbingan dan konseling tidak melakukan evaluasi: (1) Guru
bimbingan dan konseling tidak memiliki waktu untuk melakukan evaluasi program; (2)
Guru bimbingan dan konseling kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
melaksanakan evaluasi program; (3) Adanya ketakutan guru bimbingan dan konseling
terhadap akuntabilitas; (4) Guru bimbingan dan konseling tidak merasa bermasalah
kalau tidak melaksanakan evaluasi program bimbingan dan konseling; dan (5) Guru
bimbingan dan konseling berpandangan bahwa hasil evaluasi program sulit diukur.
Gagasan serupa juga dikemukakan oleh Trevisan dan Hubert (dalam Brown dan
Trusty, 2005) yang menjelaskan bahwa alasan evaluasi belum dijalankan antara lain
disebabkan oleh kurangnya pelatihan dan kurangnya waktu bagi konselor untuk
melakukan evaluasi. Namun terlepas dari hambatan itu evaluasi bimbingan dan
konseling merupakan suatu keharusan untuk dapat menunjang akuntabilitas pelayanan
bimbingan dan konseling.
Adapun ciri-ciri eksternal menurut Shertzers dan Stone (dalam Winkel dan Hastuti,
2012) adalah: (1) terdapat sekurang-kurangnya seorang tenaga ahli bimbingan untuk
melayani 250-300 orang peserta memadai dalam hal pendidikan prajabatan di bidang
bimbingan dan konseling; (2) terselenggaranya sistem kartu pribadi (cumulative
record) yang memuat himpunan data yang relevan untuk setiap peserta didik, yang
dikelola dengan baik, dan digunakan secara aktual dalam memberikan bimbingan
85
kepada peserta didik; (3) terdapat banyak sumber informasi pendidikan dan karir yang
lengkap, mudah diakses, dan secara berkala diperbaharui; (4) tersedia dukungan sarana
material dan teknis yang memadai; (5) pelayanan bimbingan menjangkau seluruh
populasi peserta didik; dan (6) terdapat suatu rencana pelayanan bimbingan dan
konseling yang jelas, terstruktur, dan tertulis sebagai pegangan semua pihak pelaksana.
Pertama, kriteria rumusan program. Menurut Miller (dalam Suherman 2013) program
bimbingan dan konseling yang baik memiliki ciri-ciri: (1) disusun dan dikembangkan
berdasarkan kebutuhan nyata siswa; (2) diatur menurut skala prioritas berdasarkan
kebutuhan siswa; (3) dikembangkan secara bertahap dengan melibatkan semua unsur
petugas; (4) mempunyai tujuan yang ideal tetapi realistis; (5) mencerminkan
komunikasi yang berkesinambungan di antara semua staf pelaksana; (6) menyediakan
fasilitas yang dibutuhkan; (7) penyusunannya disesuaikan dengan program pendidikan
dan pengajaran di sekolah yang bersangkutan; (8) memberikan kemungkinan
pelayanan kepada seluruh siswa; (9) memperlihatkan peranan yang penting dalam
menghubungkan sekolah dengan masyarakat; (10) berlangsung sejalan dengan proses
penilaian baik mengenai program itu sendiri, kemajuan siswa yang dibimbing, dan
kemajuan pengetahuan, keterampilan serta sikap para petugas pelaksanaannya; serta
(11) menjamin keseimbangan dan kesinambungan pelayanan bimbingan dalam hal
pelayanan kelompok dan individual, pelayanan yang diberikan oleh masing-masing
86
guru pembimbing, penggunaan alat ukur yang objektif dan subjektif, penelaahan
tentang siswa dan pemberian konseling, pelayanan yang diberikan dalam berbagai jenis
bimbingan, pemberian konseling umum dan khusus.
87
kualitatif yang ditandai dengan perubahan-perubahan dan perkembangan-
perkembangan perilaku subjek yang mendapat layanan bimbingan dan konseling.
Keberhasilan layanan program bimbingan dan konseling dapat dilihat dampaknya pada
para siswa, guru, kepala sekolah, orang tua siswa dan masyarakat, serta perkembangan
sekolah itu sendiri.
88
Hoskins, 2005). Sedangkan menurut Henderson (2004) mendefinisikan evaluasi
sebagai komponen penting dari perkembangan program bimbingan dan konseling dan
meyakinkan akuntabilitas yang bertujuan untuk menentukan nilai dari program,
kegiatan, dan personel untuk membuat keputusan atau mengambil tindakan di masa
depan. Evaluasi program layanan konseling juga bisa menyediakan sumber informasi
yang dibutuhkan untuk memverifikasi kekuatan program layanan konseling. Konselor
yang melaksanakan evaluasi program layanan bimbingan dan konseling, akan
membantu konselor dalam menginformasikan praktek dan meningkatkan pelayanan
konseling.
Evaluasi program merupakan alat yang berharga untuk konselor sekolah karena
dianggap sebagai jenis penelitian tindakan yang diarahkan untuk memonitoring dan
memperbaiki program/layanan. Evaluasi ini dapat dilakukan pada skala yang lebih
kecil, dapat direncanakan dan dilaksanakan oleh praktisi, dan dapat digunakan untuk
mengkomunikasikan dampak program terhadap prestasi belajar siswa dan variabel lain
yang berkaitan.
89
Dalam setiap aktivitas apapun termasuk dalam aktivitas bimbingan dan konseling
selalu diawali dengan kegiatan perencanaan. Perencanaan dalam bimbingan dan
konseling merupakan seperangkat kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan bimbingan dan konseling. Dalam perencanaan program bimbingan dan
konseling sekurang-kurangnya mencakup: (a) mengkaji produk hukum yang berlaku,
(b) menyusun visi dan misi, (c) bidang pengembangan, (d) deskripsi kebutuhan, (e)
tujuan, (f) komponen program, (g) rencana operasional, (h) pengembangan tema, (i)
evaluasi, dan (j) biaya.
Menyusun visi dan misi bimbingan dan konseling. Penyusunan visi dalam bimbingan
dan konseling arah pandangan kedepan apa yang diharapkan atau dicita-citakan atau
yang ingin dicapai oleh aktivitas program bimbingan dan konseling dalam kurun waktu
tertentu. Berdasarkan visi tersebut dikembangkan misi atau yang merupakan
penjabaran lebih operasional yang berupa serangkaian aktivitas konselor/ guru
pembimbing dalam pencegahan, pengentasan dan pemecahan masalah. Terkait dengan
visi dan misi tersebut maka fokus dalam penilaian adalah untuk mengetahui apakah
program bimbingan dan konseling sudah berdasarkan pada visi dan misi bimbingan
dan konseling atau belum. Berdasarkan hasil penilaian tersebut dapat disimpulkan
90
apakah dalam perencanaan program bimbingan dan konseling sudah sesuai dengan visi
dan misi bimbingan dan konseling yang telah ditetapkan atau belum.
91
berbentuk deskripsi kebutuhan/masalah peserta didik. Hasil deskripsi
kebutuhan peserta didik meliputi: (a) landasan religius, (b) landasan perilaku
etis, (c) kematangan emosional, (d) kematangan intelektual, (e) kesadaran
bertanggungjawab, (f) peran sosial sebagai pria dan wanita, (g) penerimaan diri,
(h) kemandirian perilaku ekonomis, (i) wawasan dan persiapan karir, (j)
kematangan hubungan dengan teman sebaya, (k) persiapan diri untuk hidup
berkeluarga.
3. Tujuan. Pada aspek ini komponen-komponen yang akan diungkap adalah
apakah rumusan tujuan dalam program bimbingan dan konseling sudah
menggambarkan pencapaian ranah kognitif, afektif dan konatif? Ranah kognitif
terkait dengan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik. Adapun
kompetensi yang harus dikuasai peserta didik setelah mengikuti layanan
bimbingan dan konseling mencakup: (a) kompetensi yang terkait dengan
perkembangan akademik seperti: memiliki sikap, pengetahuan dan
keterampilan untuk belajar di sekolah dan dalam kehidupannya,
mempersiapkan diri untuk studi lanjut dan persiapan hidup di masyarakat, dan
pemahaman tentang hubungan antara penguasaan akademik dengan
pengalaman hidup, (b) kompetensi yang terkait dengan pribadi sosial yang
mencakup: perolehan pengetahuan, sikap, dan keterampilan hubungan antar
pribadi untuk memahami diri dan hormat pada orang lain, membuat keputusan
untuk mencapai tujuan, dan memperoleh keterampilan hidup dalam
menghadapi kehidupannya, (c) kompetensi yang terkait empat komponen
perkembangan karir meliputi: pemahaman diri dan keterampilan untuk
menyesuaikan dengan dunia kerja dan pembuatan keputusan karir, memperoleh
strategi untuk mencapai karir dan memperoleh kepuasan dan kesuksesan dalam
karir, memahami hubungan antara pribadi, pelatihan dengan dunia kerja. Pada
ranah afektif yaitu bagaimana sikap peserta didik setelah mengikuti layanan
bimbingan dan konseling di sekolah, dan ranah konatif terkait dengan
92
kemandirian peserta didik dalam mengaktualisasikan diri baik dalam kehidupan
di sekolah, keluarga dan di masyarakat.
4. Komponen program, pada aspek ini penilaian difokuskan apakah dalam
perencanaan program bimbingan dan konseling telah mencakup berbagai
komponen seperti layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan
individual, dan layanan dukungan sistem atau belum. Apabila sudah mencakup
keempat komponen layanan tersebut berarti perencanaan sudah bagus.
5. Rencana operasional, pada tahap ini penilaian difokuskan untuk mengetahui
apakah rencana opreasional telah dikembangkan berdasarkan hasil tugas
perkembangan dan sejumlah kompetensi yang harus dikuasai peserta didik.
Demikian pula dalam penilaian rencana operasional akan dilihat bagaimana
rencana dan agenda program dan schedule tahunan, semesteran, bulanan,
mingguan dan harian. Pada tahap ini penilaian difokuskan tentang materi,
waktu pemberian layanan, petugas, bentuk dan strategi layanan, teknik, dll.
6. Pengembangan tema, pada tahap ini fokus penilaian adalah apakah tema yang
dikembangkan sudah berdasarkan pada analisis kebutuhan dan kompetensi
yang harus dicapai peserta didik atau belum. Mengapa tahap ini penting dinilai
karena dengan pengembangan tema yang sesuai dengan kebutuhan peserta
didik disamping sesuai dengan yang diharapkan peserta didik juga mengacu
pada sejumlah kompetensi yang harus dicapai peserta didik.
7. Pengembangan rencana pelaksanaan layanan, rencana pelaksanaan layanan
merupakan unit dari serangkaian program yang telah disusun. Terkait
pengembangan rencana pelaksanaan ini pertanyaan yang muncul adalah: (a)
siapa yang menjadi sasaran layanan, (b) siapa yang memberikan, (c) pada kelas
mana materi layanan diberikan, (d) kapan diberikan dan dimana layanan
diberikan, (e) apa yang menjadi tujuan layanan, (f) teknik dan strategi termasuk
media apa yang digunakan untuk mencapai tujuan.
8. Evaluasi. Fokus evaluasi perencanaan program bimbingan dan konseling lebih
bersifat penilaian formatif yaitu penilaian yang bertujuan untuk mendiagnosis
93
berbagai kekurangan dalam perencanaan program bimbingan dan konseling.
Hasil diagnosis dipakai untuk penyempurnaan perencanaan program yang akan
dilaksanakan di sekolah.
9. Biaya/keuangan.. Biaya atau keuangan menurut Gysbers dan Henderson (2012)
meliputi anggaran, bahan/materi, perlengkapan dan fasilitas. Komponen
anggaran merupakan komponen penting dalam pelaksanakan program
bimbingan dan konseling. Hal ini dapat dimaknai bahwa program bimbingan
dan konseling akan terlaksana dengan baik apabila mendapat bantuan biaya
yang mencukupi. Secara ekstrim banyak yang mengatakan bahwa sebaik
apapun program yang telah disusun tidak akan mampu mencapai tujuan apabila
tidak didukung oleh biaya yang cukup. Komponen bahan/materi yang
diperlukan dalam layanan bimbingan dan konseling antara lain dapat berupa
inventori, modul, buku-buku sumber, media bimbinan dan lain-lain.
Komponen perlengkapan dan fasilitas berupa ruangan bimbingan kelompok,
ruang konseling, ruang audiovisual dan fasilitas lainnya. Disamping biaya maka
kebijakan kepala sekolah sangat menentukan jalannya kegiatan bimbingan dan
konseling. Lebih-lebih dalam bimbingan dan konseling komprehensif peran
kepala sekolah sangat menentukan roda organisasi bimbingan dan konseling
sekolah (Gysbers dan Henderson: 2012).
94
Contoh Instrumen Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling
Nama Guru Pembimbing : ............................................................................
Asal Sekolah : ............................................................................
NO. ASPEK PROGRAM SKOR
1. DASAR PEMIKIRAN
a. Menggambarkan kebutuhan konseli 1 2 3 4 5
b. Berpijak pada kebijakan sekolah dan sistem pendidikan nasional 1 2 3 4 5
c. Mengacu pada hasil evaluasi penyelenggaraan layanan BK sebelumnya 1 2 3 4 5
d. Sesuai dengan kekuatan dan kelemahan sekolah 1 2 3 4 5
Skor Sub Total
2. TUJUAN PROGRAM
a. Mengarah pada pencapaian perkembangan konseli secara optimal 1 2 3 4 5
b. Menunjang pencapaian tujuan institusi sekolah dan pendidikan nasional 1 2 3 4 5
c. Bersifat ideal dan secara realistis dapat dicapai 1 2 3 4 5
d. Mencakup tujuan umum dan tujuan khusus 1 2 3 4 5
Skor Sub Total
3. BIDANG LAYANAN
a. Mencakup seluruh aspek perkembangan konseli 1 2 3 4 5
b. Menggambarkan kebutuhan layanan seluruh konseli 1 2 3 4 5
c. Keseimbangan layanan antara pribadi, sosial, belajar dan karir 1 2 3 4 5
Skor Sub Total
4. STRATEGI LAYANAN
a. Relevan dengan tujuan dan bidang layanan 1 2 3 4 5
b. Realistis untuk dapat dilaksanakan 1 2 3 4 5
c. Menggambarkan kekinian yang memungkinkan diapresiasi konseli 1 2 3 4 5
d. Ditunjang dengan perlengkapan dan media yang memadai 1 2 3 4 5
Skor Sub Total
5. PERSONEL LAYANAN
a. Menggambarkan kompetensi/keahlian dan kewenangan layanan 1 2 3 4 5
b. Memadai untuk melaksanakan tugas layanan 1 2 3 4 5
c. Menggambarkan tanggung jawab seluruh personel sekolah 1 2 3 4 5
d. Menggambarkan koordinasi dan komunikasi layanan 1 2 3 4 5
Skor Sub Total
6. WAKTU PELAKSANAAN LAYANAN
a. Sesuai dengan kalender akademik sekolah 1 2 3 4 5
b. Memiliki keseimbangan antar layanan 1 2 3 4 5
c. Realistis dan sesuai dengan kebutuhan konseli dan sekolah 1 2 3 4 5
d. Terjadwal dengan baik 1 2 3 4 5
Skor Sub Total
7. FASILITAS PENDUKUNG 1 2 3 4 5
a. Kejelasan kebutuhan anggaran dan sumber pembiayaannya 1 2 3 4 5
b. Kesediaan tempat penyelenggaraan bimbingan dan konseling secara 1 2 3 4 5
memadai
c. Ketersediaan perlengkapan layanan sesuai kebutuhan 1 2 3 4 5
d. Kelengkapan bahan pustaka secara memadai 1 2 3 4 5
Skor Sub Total
8. RENCANA EVALUASI 1 2 3 4 5
a. Evaluasi BK dilakukan terhadap program, proses dan hasil layanan 1 2 3 4 5
b. Memiliki kejelasan tujuan dan aspek evaluasi 1 2 3 4 5
c. Memiliki kejelasan metode dan waktu evaluasi 1 2 3 4 5
d. Melibatkan personel yang memiliki keahlian dan kewenangan 1 2 3 4 5
e. Dijadikan sebagai bahan pengembangan program BK selanjutnya 1 2 3 4 5
Skor Sub Total
JUMLAH SKOR TOTAL
95
c. Evaluasi Proses Bimbingan dan Konseling
Konsep Evaluasi Proses dalam Bimbingan dan Konseling
Berbagai ahli telah memberikan definisi tentang penilaian/evaluasi. Pada dasarnya
penilaian/evaluasi adalah identifikasi, klarifikasi dan aplikasi untuk menentukan nilai
suatu objek dengan dibandingkan dengan kriteria tertentu (Fitzpatrick, Sanders &
Worthen, 2004). Objek evaluasi bisa berupa pelaksanaan dan/atau hasil suatu program
atau kebijakan.
96
keharusan baik keharusan formal maupun keharusan akademik karena bimbingan dan
konseling merupakan sub sistem dari pendidikan secara keseluruhan.
Fokus pada peserta didik: secara individu, yang menjadi titik perhatiannya adalah
bagaimana keterlibatan peserta didik dalam kegiatan bimbingan dan konseling sehinga
apa yang diperoleh melalui layanan bimbingan dan konseling dapat dikelola secara
optimal sehingga dampak dari layanan tersebut setiap peserta didik dapat mandiri dan
berkembang secara optimal.
Keterlibatan orang tua, maksudnya bahwa evaluasi bimbingan dan konseling juga
dikembangkan sampai pada sejauh mana keterlibatan orang tua dalam layanan
bimbingan dan konseling sekolah dan seberapa efektif sekolah telah merevitalisasi
perannya sebagai orang tua dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam
membantu perkembangan putra-putrinya untuk mencapai kemandirian.
Bidang kerjasama dengan badan-badan di luar, fokus dari evaluasi dapat untuk
mengkaji tentang pemanfaatan berbagai sumber daya yang tersedia dalam perannya
dalam aktivitas bimbingan dan konseling. Disamping itu juga dapat digunakan untuk
97
mengetahui apakah kerjasama dengan badan-badan di luar sekolah mempunyai
dampak yang signifikan terhadap eksistensi dan keberlanjutan layanan bimbingan dan
konseling sekolah. Disamping itu melalui pengkajian tentang bagaimana kerjasama
dengan badan-badan di luar sekolah dapat diketahui apakah upaya pihak sekolah sudah
tepat dalam memanfaatkan sumber daya tersebut, dan melakukannya sebagai upaya
untuk memberi layanan terhadap para siswa dan keluarga mereka.
Relevan dengan konsep penilaian/evaluasi di atas, maka evaluasi proses mencakup tiga
hal (Fitzpatrick, Sanders & Worthen, 2004). Pertama, penetapan standar atau kriteria
untuk menilai derajat kualitas. Kedua, pengumpulan informasi yang relevan. Terakhir,
penerapan standar untuk menentukan nilai, kualitas, kegunaan, keefektifan dan
kontribusi. Hasil akhir dari proses tersebut adalah peningkatan (improvement) suatu
program atau kebijakan (Shackman, 2010).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dinyatakan bahwa penilaian proses digunakan
untuk mengetahui sejauh mana program telah dilaksanakan guru pembimbing. Bagi
konselor melalui penilaian proses ini terfokus pada bagaimana proses kegiatan dan
pengelolaan bimbingan dan konseling secara menyeluruh, mengetahui bagaimana
hambatan dalam pelaksanaan, sampai dimana pelaksanaan bimbingan dan konseling,
dan pengampilan keputusan yang lain diluar penilaian keberhasilan peserta didik dalam
mengikuti layanan bimbingan dan konseling. Disamping itu melalui penilaian proses
ini siswa dapat memperoleh pengalaman tentang berbagai hal seperti bagaimana siswa
berpartisipasi dalam kegiatan bimbingan dan konseling baik secara kelompok maupun
perorangan dan bagaimana pengalaman mereka dalam berinteraksi dengan sesama
siswa serta pengalaman lain yang diperoleh selama mengikuti kegiatan bimbingan dan
konseling. Adapun kegiatan dan pengelolaan penilaian proses mencakup: (a) bidang
kurikulum yang berupa materi, (b) fokus peserta didik yaitu perhatian dan
99
partisipasi/keterlibatan peserta didik dalam layanan bimbinan dan konseling, (c) guru
pembimbing yang meliputi ketepatan layanan, materi layanan, strategi yang digunakan
untuk penyampaian materi, kerjasama dengan guru bidang studi dalam bentuk
kolaborasi, dll.
100
12 Pelaksanaan layanan klasikal sesuai dengan perencanaan
dalam RPLBK
13 Konselor melakukan evaluasi proses dan hasil pada
layanan yang diberikan
14 Hasil evaluasi ditindaklanjuti pada layanan yang akan
datang
15 Konselor memberikan laporan kegiatan layanan yang
telah diberikan
16 Kepala sekolah dan guru memberikan dukungan terhadap
setiap layanan yang berikan oleh konselor
Kesimpulan:.....................................................................................................................
.........................................................................................................................................
......................
Semarang, ....... April 2019
Evaluator
( ........................... )
Selain itu evaluasi proses bimbingan dan konseling juga mengacu pada
evaluasi/penilaian yang dilakukan selama proses layanan bimbingan dan konseling
berlangsung. Penilaian proses lazim ditulis pada RPL BK, dan menjadi salah satu
komponen yang perlu dicantumkan pada RPL. Penilaian proses bimbingan dan
konseling dapat dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling atau dapat pula
dilakukan oleh observer/pengamat yang turut dalam pelaksanaan layanan bimbingan
dan konseling. Penilaian proses dapat dikembangkan oleh guru bimbingan dan
konseling mengacu dengan kebutuhan komponen yang akan di evaluasi. Berikut
disampaikan pula contoh penilaian proses yang digunakan dalam layanan bimbingan
klasikal.
101
PENILAIAN PROSES
PEDOMAN OBSERVASI LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL
A. Identitas :
1. Kelas : ……………………………………
2. Topik Layanan : ........................................................
3. Tanggal Layanan : ........................................................
B. Petunjuk Pengisian:
1. Berilah tanda centang (√) pada kolom pilihan di bawah ini sesuai dengan apa
yang terjadi selama proses layanan bimbingan klasikal : Sangat Tidak Sesuai
(STS); Tidak Sesuai (TS); Sesuai (S); Sangat Sesuai (SS).
2. Pernyataan nomor 1-4 diisi sesuai dengan jumlah konseli yang aktif selama
proses layanan.
Keterangan ;
STS : Siswa aktif 0-25%
TS : Siswa aktif 26-50%
S : Siswa aktif 51-75%
SS : Siswa aktif 76-100%
PILIHAN
NO PERNYATAAN
STS TS S SS
1. Konseli menunjukkan kreativitas dalam
pelaksanaan layanan
2. Konseli menyampaikan gagasan (ide) terkait
materi layanan
3. Konseli aktif bertanya/menjawab pertanyaan saat
pelaksanaan layanan
4. Konseli menunjukkan kerjasama selama proses
layanan
5. Kesesuaian pelaksanaan layanan dengan RPL
6. Alokasi waktu layanan sesuai rencana yang
ditetapkan
Observer
.......................
102
d. Evaluasi Hasil bimbingan dan konseling
Konsep Evaluasi Hasil dalam Bimbingan dan Konseling
Evaluasi hasil berkaitan dengan pertanyaan apakah pelaksanaan program bimbingan
dan konseling berkontribusi terhadap kesuksesan atau kemandirian siswa terutama
pada prestasi akademik mereka. Evaluasi hasil merupakan proses yang digunakan
untuk menjawab pertanyaan apa dampak atau kontribusi program bimbingan dan
konseling terhadap kesuksesan para siswa khususnya pada prestasi akademik. Hasil
yang dievaluasi dalam evaluasi hasil meliputi kehadiran, rujukan disiplin, rata-rata
nilai, skor nilai prestasi, dan perilaku kelas (Gsybers, 2008).
Evaluasi hasil merupakan komponen penting dalam evaluasi program bimbingan dan
konseling. Pusat Kurikulum (2004) menyatakan bahwa dalam penilaian hasil dalam
103
bimbingan dan konseling meliputi penilaian segera (Laiseg), penilaian jangka pendek
(laijapen) dan penilaian jangka panjang (laijapan). Penilaian segera (laiseg) merupakan
jenis penilaian yang dilakukan segera setelah peserta didik memperoleh satu jenis
layanan tertentu, sehingga lebih menekankan pada ranah kognitif dan afektif yang
terkait dengan tanggapan peserta didik/klien terhadap program bimbingan dan
konseling yang dilaksanakan. Misalnya bagaimana pemahaman terhadap materi
layanan yang diberikan, bagaimana perasaan peserta didik setelah mengikuti layanan
tertentu, dll. Penilaian jangka pendek (laijapen) merupakan jenis penilaian yang
dilakukan dalam kurun waktu satu semester. Aspek yang diungkap melalui penilaian
jangka pendek adalah bagaimana dampak program bimbingan dan konseling terhadap
perkembangan peserta didik/klien. Adapun dampak program bimbingan dan konseling
tersebut meliputi:
a. Pemahaman baru yang diperoleh melalui layanan, dalam kaitannya dengan
masalah yang dibahas.
b. Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang diperoleh
melalui layanan seperti perubahan sikap, motivasi, kebiasaan, keterampilan,
keberhasilan belajar, konsep diri, kemampuan berkomunikasi, kreativitas, dan
apresiasi terhadap nilai dan moral.
c. Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan
layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah
yang dialaminya.
d. Respon peserta didik, personil sekolah, orang tua, masyarakat dan stakeholder
e. Perubahan tentang kemajuan peserta didik dilihat dari pencapaian tujuan
layanan bimbingan dan konseling, pencapaian tugas-tugas perkembangan
peserta didik serta hasil belajar maupun pengamatan setelah peserta didik
lulus untuk melanjutkan studi atau bekerja.
Berikut ini dikemukakan salah satu contoh evaluasi hasil layanan bimbingan dan
konseling tentang kepuasan klien setelah mengikuti layanan konseling.
104
Tabel. 2
Kepuasan Klien Setelah Mengikuti Layanan Konseling
Nama : .................................................................. (L/P )
Kelas : ........................................................................
Jenis layanan : Konseling perorangan
Perilaku konselor dan
Sangat
kepuasan peserta Sangat puas Puas Tidak puas
Tidak puas
didik
Sambutan pertama
konselor terhadap klien
Konselor menunjukkan
empati
Konselor membantu
menemukan masalah
Dalam memberikan
alternatif/solusi
pemecahan masalah
Kemampuan konselor
dalam membantu
pemecahan masalah
Selain itu evaluasi hasil bimbingan dan konseling juga mengacu pada
evaluasi/penilaian yang dilakukan setelah pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling berlangsung, untuk menilai dampak dan pengaruh layanan yang diberikan.
Penilaian hasil lazim ditulis pada RPL BK, dan menjadi salah satu komponen yang
perlu dicantumkan pada RPL. Penilaian hasil bimbingan dan konseling dapat dilakukan
oleh guru bimbingan dan konseling atau dapat pula dilakukan oleh siswa/sasaran
layanan yang turut dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Penilaian
hasil dapat dikembangkan oleh guru bimbingan dan konseling mengacu dengan
kebutuhan komponen yang akan di evaluasi. Berikut disampaikan pula contoh
penilaian hasil yang digunakan dalam layanan bimbingan klasikal.
105
PENILAIAN HASIL
ANGKET LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL
A. Identitas :
1. Nama lengkap : …………………………………………
2. Kelas/No.Absen : …………………………………………
3. Topik Layanan : Sekolah lanjutan – Masa Depanku
4. Tanggal Layanan : ...............................................................
B. Pertanyaan :
1. Pengenalan
a. Tulislah sekolah lanjutan yang telah anda pilih !
b. Ceritakan alasan/dasar pertimbangan anda memilih sekolah lanjutan
tersebut !
2. Akomodasi
a. Berilah tanda centang (√) pada kolom di bawah ini : Sangat Tidak Sesuai
(STS); Tidak Sesuai (TS); Sesuai (S); Sangat Sesuai (SS)
NO PERNYATAAN SKOR
STS TS S SS
1 Saya mampu mengidentifikasi pilihan sekolah
lanjutan sesuai dengan bakat dan minat saya
2 Saya menyenangi sekolah lanjutan yang telah
dipilih
3 Saya yakin dengan sekolah lanjutan yang telah
dipilih sesuai keadaan diri
4 Saya dapat menentukan pilihan sekolah lanjutan
dengan penuh kesadaran diri
5 Saya dapat menyampaikan pilihan sekolah
lanjutan saya kepada orang tua dan keluarga
3. Tindakan
Ceritakan langkah-langkah memasuki sekolah lanjutan sesuai dengan pilihan anda.
(Bisa dalam bentuk File)
Konseli
.............................
106
4. Forum Diskusi
Bapak/Ibu/Saudara Peserta PPG BK semoga sehat dan bahagia senantisa, mari kita
diskusikan topik/fenomena dibawah ini.
Dalam modul prosedur evaluasi bimbingan dan konseling, dijelaskan tentang 3 (tiga)
prosedur yaitu evaluasi program, evaluasi proses, evaluasi hasil dan akuntabilitas.
Menurut bapak/ibu, prosedur manakah yang menjadi indikator utama dalam evaluasi
program? Berikan argumentasi dan analisis bapak/ibu.
107
C. Penutup
1. Rangkuman
Evaluasi Bimbingan dan Konseling sebagai upaya pengumpulan data dan analisis
informasi untuk membuat keputusan tentang kualitas dan hasil program bimbingan dan
konseling. Evaluasi dilaksanakan secara sistematis untuk mengetahui keefektifan
tujuan yang telah ditetapkan dalam program bimbingan dan konseling sesuai dengan
standart tertentu. Disamping itu evaluasi layanan bimbingan dan konseling dilakukan
untuk menentukan seberapa kesesuaian program dengan pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling.
Kriteria yang digunakan harus sesuai dengan semua tujuan diadakannya program
bimbingan dan konseling. Kriteria yang dimaksud antara lain: (1) taraf keberhasilan
siswa dalam belajar di perguruan tinggi dikemudian hari; (2) perasaan puas dalam
memangku jabatan di masyarakat; (3) aspirasi yang realistis dalam penyusunan rencana
masa depan; (4) frekuensi pengungkapan masalah yang sangat mengganggu
ketenangan hidup berkurang; (5) hasil belajar di sekolah lebih baik; (6) keterlibatan
siswa dalam belajar akademis meningkat; (7) sejumlah siswa yang menimbulkan kasus
problematis berkurang; (8) lebih banyak siswa memanfaatkan layanan-layanan
bimbingan yang disediakan di sekolahnya.
Disamping itu kriteria yang digunakan dalam evaluasi program bimbingan dan
konseling mencakup kriteria internal dan eksternal. Kriteria internal merupakan kriteria
yang dijabarkan dari dalam rancangan program itu sendiri yang dapat ditinjau dari
sudut: (a) koherensi (konsistensi); (b) penempatan sumber daya manusia; (c) reaksi
pelaksana program dalam hal ini guru pembimbing/konselor; (d) reaksi pemakai
program; (e) efektivitas penggunaan dana; (f) kemampuan pengembangan diri terhadap
program. Sedangkan kriteria eksternal mencakup: (a) kemampuan pengarah kebijakan;
108
(b) analisis cprost benefit; (c) efek multiplier baik berupa imbasan langsung maupun
imbasan tidak langsung.
2. Tes Formatif
1. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah dikatakan berhasil apabila
para siswa mampu menunjukkan perilaku kecuali…
a. Mengetahui dan memahami program bimbingan dan konseling yang
dilaksanakan di sekolah
b. Mengetahui dan memahami kemampuan dan kelemahan dirinya
c. Memahami kondisi sekolah dan masyarakat sekitar
d. Memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang dihadapinya
109
a. Penilaian bimbingan dan konseling
b. Evaluasi bimbingan dan konseling
c. Supervisi bimbingan dan konseling
d. Akuntabilitas bimbingan dan konseling
3. Seorang konselor dalam melakukan evaluasi bimbingan dan konseling, data yang
didapatkan diperoleh dari hasil observasi bukan tafsiran pribadi. Hal merupakan
penerapan prinsip evaluasi…
a. Sistematis
b. Objektif
c. Demokratis
d. Konstruktif
4. Jenis penilaian yang dilakukan setelah peserta didik memperoleh satu jenis layanan
tertentu, sehingga lebih menekankan pada ranah kognitif dan afektif yang terkait
dengan tanggapan peserta didik/klien terhadap program bimbingan dan konseling
yang dilaksanakan. Misalnya bagaimana pemahaman terhadap materi layanan yang
diberikan, bagaimana perasaan peserta didik setelah mengikuti layanan tertentu
merupakan bentuk penilaian…
a. Penilaian segera (laiseg)
b. Penilaian jangka pendek (laijapen)
c. Penilaian jangka panjang (laijapang)
d. Laporan pelaksanaan program (lapelprog)
5. Menurut Gysbers (2008) proses yang digunakan untuk menjawab pertanyaan apa
dampak atau kontribusi program bimbingan dan konseling terhadap kesuksesan para
siswa khususnya pada prestasi akademik meliputi kehadiran, rujukan disiplin, rata-
rata nilai, skor nilai prestasi, dan perilaku kelas merupakan jenis evaluasi…
a. Proses
110
b. Hasil
c. Program
d. Layanan
6. Seorang guru BK tidak pernah melakukan evaluasi program, apakah yang harus
dilakukan ...
a. Memanggil guru BK dari sekolah lain untuk melakukan evaluasi bersama
b. Meminta kepada koordinator guru BK untuk mengevaluasi
c. Meminta kepala sekolah untuk melakukan pelatihan evaluasi
d. Mendiskusikan dengan teman-teman MGBK
7. Salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur taraf keberhasilan evaluasi
program bimbingan dan konseling yaitu…
a. Nilai akademis siswa meningkat
b. Siswa merasa puas dengan pelayanan konselor
c. Lebih banyak siswa memanfaatkan layanan-layanan bimbingan yang disediakan
di sekolahnya
d. Guru BK dapat melaksanakan semua program yang disusun.
8. Kegiatan berikut yang bukan merupakan esensi kegiatan evaluasi program BK…
a. Menemukan hambatan program
b. Menentukan nilai keberhasilan program
c. Membandingkan keterlaksanaan dengan kriteria
d. Menyatakan derajat keberhasilan
111
b. Sarana dan prasarana
c. Instrument
d. Produk (hasil)
10. Guru BK merasa bahwa selama ini pelaksanaan konseling tidak memuaskan untuk
mengatasi kondisi tersebut kegiatan yang dilakukan adalah...
a. Evaluasi program
b. Evaluasi proses
c. Evaluasi hasil kegiatan
d. Supervisi kegiatan
112
DAR2/Profesional/810/3/2022
PENDALAMAN MATERI
BIMBINGAN DAN KONSELING
MODUL 3
PERENCANAAN DAN EVALUASI
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
KEGIATAN BELAJAR 4
PELAPORAN DAN PENGGUNAAN HASIL EVALUASI
Penulis:
Prof. Dr. Sugiyo, M.Si.
Zakki Nurul Amin, S.Pd., M.Pd.
113
Kegiatan Belajar 4: Pelaporan dan Penggunaan Hasil Evaluasi
A. Pendahuluan
Setelah menyusun program, membuat perencanaan, dan melaksanakan layanan
bimbingan dan konseling, guru bimbingan dan konseling memiliki tugas untuk
melakukan evaluasi pogram dan layanan yang telah dilakukannya. Tersusun dan
terlaksananya evaluasi bimbingan dan konseling dengan baik akan lebih menjamin
pencapaian tujuan layanan, tujuan sekolah, menegakkan akuntabilitas, dan pada
akhirnya menguatkan capabilitas bimbingan dan konseling di sekolah. Modul berjudul
perencanaan dan evaluasi layanan bimbingan dan konseling ini membahas tentang
perancangan layanan dasar, perancangan layanan responsif, evaluasi program, hasil,
dan proses, serta penyampaian hasil dan evaluasi bimbingan dan konseling.
Setelah mempelajari modul ini, Saudara peserta PPG akan dapat melakukan
perancangan layanan dasar dan layanan responsif, mampu menyusun evaluasi program,
hasil, dan proses, serta mampu meyampaian hasil dan evaluasi bimbingan dan
konseling. Kompetensi tersebut sangat diperlukan bagi Saudara yang bekerja sebagai
guru bimbingan dan konseling utamanya untuk menunjang akuntabilitas, keberhasilan,
dan keefektifan pelayanan profesional bimbingan dan konseling di sekolah.
Proses pembelajaran untuk materi yang sedang Saudara ikuti sekarang ini, dapat
berjalan dengan lebih lancar bila Saudara mengikuti langkah-langkah belajar sebagai
berikut :
5) Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting dalam diklat mulai tahap awal
sampai akhir.
6) Lakukan kajian terhadap rancangan pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling yang telah ada dan yang telah dilakukan di tempat kerja Anda, apakah
telah sesuai dengan konsep yang dimaksud dalam modul ini.
114
7) Keberhasilan proses pembelajaran Saudara dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Saudara dalam mengerjakan latihan dan
refleksi diri. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan
teman sejawat.
8) Bila Saudara menemui kesulitan, silakan hubungi instruktur/widiaiswara
pembimbing atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.
Baiklah saudara perserta diklat PPG, selamat belajar, semoga Saudara sukses
memahami pengetahuan yang diuraikan dalam mata diklat ini untuk bekal Saudara
melakukan pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik.
115
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Mampu mengevaluasi masukan, proses, dan hasil layanan bimbingan dan konseling
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik dengan
menerapkan asesmen otentik, serta memanfaatkan hasil evaluasi proses dan hasil untuk
perbaikan kualitas layanan bimbingan dan konseling. Sub Capaian Pembelajaran Mata
Kegiatan pada mata kegiatan ini yakni:
a. Menguasai konsep dan prosedur akuntabilitas dalam bimbingan dan konseling.
b. Menguasai prosedur dan membuat laporan evaluasi dalam bimbingan dan
konseling.
c. Menguasai konsep dan prosedur tindak lanjut hasil evaluasi dalam bimbingan dan
konseling.
2. Pokok-pokok Materi
a. Akuntabilitas dalam bimbingan dan konseling
b. Pelaporan hasil evaluasi bimbingan dan konseling
c. Tindak lanjut hasil evaluasi bimbingan dan konseling
3. Uraian Materi
a. Akuntabilitas dalam bimbingan dan konseling
Konsep tentang akuntabilitas secara umum
Akuntabilitas dipandang sebagai konsep penting dalam kehidupan suatu lembaga
atau organisasi. Konsep ini memungkinkan diperolehnya gambaran kinerja dan
tanggung jawab seseorang dalam melaksanakan tugas pekerjaannya. Para ahli yang
bergelut dalam bidang ini meyakini bahwa akuntabilitas merupakan salah satu prinsip
mendasar dalam penyelenggaraan atau terciptanya sebuah
pemerintahan/lembaga/organisasi yang baik (Buhory, 2007).
116
Darwin (dalam Widodo, 2001) membedakan tiga istilah yang perlu dipahami terkait
dengan pertanggungjawaban yaitu akuntabilitas (accountability), responsibilitas
(responsibility), dan responsivitas (responsiveness). Responsibilitas (responsibility)
merupakan konsep yang berkenaan dengan standar profesional dan kompetensi teknis
yang dimiliki seorang pemberi layanan dalam menjalankan tugasnya. Individu dinilai
responsibel apabila unjuk kerjanya menampilkan standar profesionalisme atau
kompetensi teknis yang tinggi.
117
konsep akuntabilitas, namun terdapat kesamaan konsep khususnya berkaitan dengan
pertanggungjawaban. Akuntabilitas diperlukan untuk mempertanggungjawabkan
terhadap seluruh kegiatan yang telah dilakukan. Akuntabilitas mengandung kewajiban
melaporkan, menjelaskan, dan mengungkapkan semua kegiatan yang dilakukan.
Akuntabilitas diperlukan untuk meminimalkan penyalahgunaan kekuasaan serta
menjamin pemerintah/pelaksana untuk bertindak secara efektif dan efisien.
Menurut Brown dan Trusty (2005) evaluasi dan akuntabilitas merupakan satu kesatuan
dan tidak dapat dihindari menuju tercapainya tujuan program konseling yang efektif
dan efisien. Akuntabilitas dipandang sebagai proses dimana konselor sekolah
menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukannya memberikan dampak atau perubahan
terhadap para siswa. Dengan kata lain, akuntabilitas dipandang sebagai bentuk
pertanggungjawaban. Hal ini sejalan dengan pandangan Gibson dan Mitchel (2011:56-
57) yang menggunakan istilah akuntabilitas dan evaluasi dengan mengacu kepada
upaya untuk mempertanggungjawabkan program konseling.
“saat ini akuntabilitas menekankan pada dampak dan kontribusi apa yang
dapat diberikan oleh konselor melalui layanan konseling”
119
Intensitas kajian dan penerapan akuntabilitas dipengaruhi oleh adanya kesadaran akan
bimbingan dan konseling sebagai profesi yang menuntut pelaksanaannya secara
profesional agar dapat diterima, diakui, dan dipercaya oleh masyarakat (Furqon &
Badrujaman, 2014).
Hal senada juga ditegaskan oleh ASCA (dalam Mehlos, 2009) bahwa
konselor mempunyai tanggung jawab untuk memperlihatkan hasil kerja mereka
berkaitan dengan program konseling sekolah dengan cara yang terukur. Dengan
demikian akuntabilitas menjadi media penting yang dapat dinilai melalui kinerja
konselor sekolah dan keefektifan program (ASCA dalam Loesch, 2007). Evaluasi
kinerja konselor sekolah berkaitan dengan pelaksanaan dan manajemen program.
Sedangkan evaluasi program konseling sekolah dilakukan untuk menentukan apakah
120
kegiatan-kegiatan tersebut memiliki manfaat dan dampak bagi siswa. Erford (dalam
Loesch, 2007) menambah dan menjelaskan asesmen kebutuhan sebagai dimensi ketiga
untuk akuntabilitas konseling sekolah. Data asesmen kebutuhan digunakan untuk
menentukan tujuan program yang pada gilirannya mengarahkan dan membentuk
keberfungsian dan kinerja konselor sekolah.
Berdasarkan kajian para ahli, yang dimaksud dengan akuntabilitas dalam bimbingan
dan konseling adalah perwujudan kewajiban konselor sekolah untuk
mempertanggungjawabkan segala tindakan berkaitan dengan kegiatan pelayanan
bimbingan dan konseling. Akuntabilitas dalam bimbingan dan konseling merupakan
komponen kunci untuk memperlihatkan keefektifan program konseling. Tuntutan
akuntabilitas memungkinkan konselor untuk memperlihatkan kepada stakeholder baik
di dalam maupun di luar sekolah kontribusi atau dampak tentang apa yang dilakukan
konselor untuk menjawab pertanyaan: Bagaimana perbedaan yang dirasakan siswa
sebagai hasil dari program konseling sekolah.
121
memiliki data spesifik untuk digunakan dalam mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan bidang-bidang program. Informasi ini dapat digunakan untuk mengubah
tujuan serta metode pelaksanaan program. (2) Data yang diperoleh dapat
digunakan untuk memperlihatkan siswa bagaimana mereka bertumbuh dan
berkembang melalui program tersebut. Data juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi bidang-bidang yang masih membutuhkan peningkatan. (3) Informasi
yang diperoleh melalui asesmen harus disampaikan kepada semua stakeholder;
termasuk siswa, orang tua dan guru. (4) Informasi perlu disampaikan dengan orang-
orang yang terlibat dalam pembuatan kebijakan dan manajemen kebijakan.
Pertama, menerima tanggung jawab. Menurut Bavly sebagaimana dikutip oleh Wood
Jr. dan Winston (dalam Furqon & Badrujaman, 2014) akuntabilitas menyiratkan
adanya penerima tanggung jawab, dalam hal ini adalah pelaksana program. Menerima
tanggungjawab berarti siap menghadapi kenyataan, tidak menyembunyikan suatu
kebenaran, berani mengakui kekurangan dalam program.
123
yang digunakan untuk mencapai tujuan, dan hasil yang dicapai dalam program.
Sementara Sink (dalam Furqon dan Badrujaman, 2014) mengkaji empat bidang
dimensi akuntabilitas yang dikomunikasikan yakni audit terhadap program; dampak
program terhadap pencapai kompetensi siswa dalam bidang pribadi-sosial, akademis
dan karir; perbaikan program dan intervensi melalui kinerja yang ditampilkan konselor;
serta perbaikan program melalui asesmen kebutuhan.
Kelima, perbaikan program. Emergency Capacity Building Project (dalam Furqon &
Badrujaman, 2014) menjelaskan bahwa menanggapai atau melakukan perubahan
didasarkan pada umpan balik yang diterima. Sejalan dengan hal ini, Steenberger dan
Smith (dalam Furqon & Badrujaman, 2014) memaparkan bahwa adanya perbaikan
yang kontinu merupakan kunci akuntabilitas.
124
telah dicapai dalam evaluasi proses maupun evaluasi hasil dalam format laporan yang
dapat memberikan informasi kepada seluruh pihak yang terlibat tentang keberhasilan
dan kekurangan dari program bimbingan dan konseling yang telah dilakukan selama
satu tahun berjalan.
Sebagai kelanjutan dari kegiatan evaluasi, maka di dalam laporan penilaian kinerja
bimbingan dan konseling memuat deskripsi, analisis hasil, dan pengambilan keputusan
(Sugiyo, 2018). Deskripsi hasil merupakan upaya untuk memberikan gambaran hasil
penilaian kinerja yang telah dilaksanakan pada tahap analisis data. Analisis hasil
merupakan gambaran pencapaian dari yang sduah ada dalam deskripsi tersebut.
Sedangkan pengambilan keputusan adalah suatu proses untuk menentukan pada aspek
pelayanan bimbingan dan konseling yang perlu diperbaiki, dikembangkan atau
dihentikan atau misalnya saja dalam beberapa hal berikut seperti 1) perencanaan
program khususnya dalam penyiapan instrumen yang komprehensif masih kurang
sehingga kinerja guru pembimbing dalam aspek tersebut perlu ditingkatkan; 2)
pelaksanaan layananan bimbingan dan konseling yang perlu diperbaiki
penggunaan media bimbingan dan kosneling sehingga aspek media perlu ditingkatkan;
dan 3) dalam indikator evaluasi, pelaporan dan tindaklanjut masih perlu upaya untuk
membuat laporan dan melakukan penelitian khsususnya penelitian tindakan
bimbingan.
125
dilaksanakan dan dievaluasi telah memenuhi prinsip program yang efektif, efisien, dan
berkualitas.
Manfaat laporan pelaksanaan menurut Fitzpatrick, Sanders, & Worthen (2011), adalah
sebagai berikut:
a. Sebagai bentuk pertanggungjawaban.
b. Bantuan dalam pengambilan keputusan.
c. Memberikan informasi untuk menark perhatian orang lain.
d. Membantu pihak yang terlibat dan berkepentingan (stakeholders) untuk
mengelaborasi dan menetapkan pendapat mereeka tentang suatu hal.
e. Mengeskplorasi dan menginvestigasi masalah.
f. Menyakinkan orang lain untuk melakukan suatu tindakan.
g. Melibatkan stakeholders dalam program perencanaan atau kebijakan
pengembangan
h. Membantu pembahaman terhadap masalah-masalah tertentu.
i. Merubah sikap.
j. Mengubah dialog atau interaksi dalam kelompok.
k. Memberi pengaruh pada pengambilan kebijakan.
l. Memperkenalkan cara berpikir yang baru melalui evaluasi.
127
Pendapat senada dikemukakan oleh Fitzpatrick, dkk (2011) yang menekankan
pentingnya memperhatikan beberapa aspek dalam perencanaan pelaporan. Aspek
utama dalam pelaporan tersebut adalah:
a. Laporan harus akurat, seimbang, dan adil;
b. Sesuai dengan kebutuhan pembaca (audience) dimana laporan tersebut kan
disampaikan
c. Ketepatan waktu untuk menyampaikan atau menerima laporan;
d. Gaya komunikasi yang efektif;
e. Gaya penulisan;
f. Tampilan laporan;
g. Sensitivitas informasi yang disampaikan; dan
h. Bentuk informasi.
128
keberhasilan yang telah dilakukan dalam kegiatan evaluasi, dan hambatan-hambatan
serta strategi mengatasi hambatan.
129
Laporan selanjutnya adalah analisis pencapaian keberhasilan layanan program
bimbingan dan konseling sebagai berikut:
• Analisis evaluasi proses dalam bimbingan klasikal. Untuk pesiapan analiss di
pesiapkan data evaluasi proses Bimbingan klasikal, Data hasil evaluasi proses
ditampilkan dalam bentuk tabel yang nama yang dilayani, materi layanan,
kegiatan, media yang digunakan ketertarikan siswa dan alokasi waktu yang
dibutuhkan.Berdasarkan data tersebut ditabulasi agar diketahui pada aspek mana
yang mengalami hambatan dan bagaimana perhatian siswa selama pelayanan
bimbingan klasikal yang oleh guru pembimbing /konselor.
• Analisis evaluasi hasil layanan bimbingan klasikal. Analisis ini untuk mengetahui
bagaimana pencapaian tujuan layanan bagi masing-masing siswa. Untuk itu
dipersiapkan tabel pencapaian masing-masing sswa ada setiap layanan ( misal
layanan pertama untuk siswa A berapa %capaian terhadap layanan yang diperoleh,
layanan kedua, ketiga dst )
• Analisis pencapaian keberhasilan konseling individu. Untuk keperluan analisis
pencapaian keberhasilan konseling individu dibuatkan tabel yang memuat nama
siswa, proses konseling, hasil ( kepuasan, kesan siswa dll ). Berdasarkan tabel
tersebut akan diketahui tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti konseling
individu baik terkait dengan kepuasan siswa maupun perubahan tingkah laku
setelah mengikuti layanan konseling individu.
• Analisis pencapaian keberhasilan bimbingan kelompok. Untuk persiapan analisis
dibuat tabel yang memuat berpa kali melaksanaakan bimbingan kelompok, hasil
setiap setiap mengikuti pelaksanaan bimbingan kelompok, rata-rata hasil
pelaksnanaan bimbingan kelompok dan selanjutnya dibandingkan dengan kreteria
akandiketahui tingkat keberhasilan layanan bimbingan kelompok.
• Analisis hasi evaluasi layanan konsultasi. Hasil analisis layanan konsultasi ini akan
tmenggambarkan bagaimana proses dan hasil layanan konsultasi dan pada aspek
apa yang sudah tercapai dan yang belum tercapai.;
130
• Analisis hasil evaluasi layanan media seperti papan imbingan, kotak masalah,dan
leaflet. Berdasarkan data yang diperoleh akan diketahui berapa % keterlaksanaan
papan bimbingan, berapa % keterlaksanaan penggunaan kotak masalah, dan
berapa % keterlaksanaan pengadaan leaflet.Disamping pencapaian dari segi fisik
juga di analisis kemenarikan, kebermaknaan adanya media bagi siswa, dll.
• Hambatan dan Strategi Penyelesaiannya. Berdasarkan setiap layanan yang
diberikan direkam hambatan, kesulitan yang dijumpai saat pelaksakesulitan
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, seperti kesulitan pelaksanaan
bimbingan kelompok diluar kelas, sukar mencari klien, siswa kurang berminat
dalam layanan , masalah peminatan,dll. Berdasarkan hambatan tersebut disiapkan
strategi pemecahannya seperti penjadwalan ulang, mmotivasi siswa untuk
mengikuti layanan bimbingan dan konseling dll.
131
Struktur Laporan Pelaksanaan Program Bimbigan dan Konseling
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PELAKSANAAN
A. Kegiatan Layanan Bimbingan Dan konseling Yang Dilakukan
B. Hasil Evaluasi Program
C. Hasil Evaluasi Proses
D. Hasil Analisis Pencapaian Keberhasilan Dalam Kegiatan Evaluasi
1. Analisis Pencapaian Keberhasilan Bimbingan Klasikal
2. Analisis Pencapaian Keberhasilan Konseling Individu
3. Analisis Pencapaian Keberhasilan Bimbingan dan Konseling Kelompok
4. Analisis Pencapaian Keberhasilan Layanan Konsultasi
5. Analisis Pencapaian Keberhasilan Layanan Media
E. Hambatan dan Strategi Penyelesaiannya
BAB III SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
1. Sekolah.
2. Orang Tua
3. Dinas Pendidikan
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Hasil Evaluasi Proses dan Hasil yang dituliskan dalam laporan pelaksanaan
program bimbingan dan konseling (Lapelprog)
2. Foto-foto kegiatan
3. Dokumen lain yang mendukung
132
c. Tindak Lanjut Hasil Evaluasi Bimbingan dan Konseling
Konsep Tindak Lanjut Hasil Evaluasi Bimbingan dan Konseling
Tindak lanjut merupakan program pemantauan berkelanjutan yang dirancang untuk
mengevaluasi efektivitas prosedur intervensi dalam kaitannya dengan kemajuan &
penyesuaian siswa. layanan ini dilakukan sebagai evaluasi sistematis apakah layanan
bimbingan dan konseling dan program pendidikan pada umumnya telah sesuai dengan
kebutuhan siswa.
Tindak lanjut atas laporan program dan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
akan menjadi sebuah alat yang sangat penting dalam tindak lanjut untuk mendukung
program sejalan dengan yang sudah direncanakan, mendukung setiap peserta didik
yang dilayani, mendukung digunakannya materi yang sesuai, mendokumentasi proses,
persepsi, dan hasil program secara rinci, mendokumentasi dampak jangka pendek,
menengah dan jangka panjang, atas analisis keefektivan program digunakan untuk
mengambil keputusan apakah program dilanjutkan, lalu direvisi, atau dihentikan,
meningkatkan program, serta digunakan untuk mendukung perubahan dalam suatu
sistem sekolah.
Tindak lanjut mengacu pada pemantauan formal dan sistematis dari kemajuan
individu siswa saat ini yang telah menjalani bimbingan akademik, konseling, rujukan,
penempatan, atau program intervensi khusus apa pun. Siswa yang kembali dan mereka
yang berada dalam masa percobaan akademis juga dimonitor setiap kali diperlukan.
Depdiknas (2007), analisis hasil evaluasi dan tindak lanjut program BK adalah umpan
balik program yang memerlukan perbaikan, kebutuhan siswa yang belum terlayani,
kemampuan personil dalam melaksanakan program, serta dampak program terhadap
perubahan perilaku siswa dan pencapaian prestasi akademik, peningkatan mutu proses
pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan. Hasil analisis harus ditindaklanjuti
133
dengan menyusun program selanjutnya sebagai kesinambungan program,
mengembangkan jejaring pelayanan agar pelayanan BK lebih optimal, melakukan
referal siswa yang memerlukan bantuan khusus dari terapis lain, pengembangan
komitmen baru kebijakan orientasi dan implementasi pelayanan BK selanjutnya.
Tujuan kegiatan tindak lanjut pelaporan hasil program BK adalah untuk memperbaiki
hal-hal yang masih lemah, kurang tepat atau kurang relevan dengan tujuan yang akan
dicapai, mengembangkan program dengan menambah atau merubah beberapa hal yang
dapat meningkatkan kualitas pelayanan atau efektifitas program BK. Hasil evaluasi
dapat digunakan untuk kepentingan penyediaan umpan balik bagi pelaksanaan program
BK, perbaikan atau peningkatan implementasi program selanjutnya.
Kegiatan penting yang harus dilakukan setelah evaluasi dan penilaian terhadap
program BK adalah tindak lanjut hasil evaluasi dan penilaian tersebut, dengan harapan
dapat bermanfaat sebagai bentuk respon cepat terhadap refleksi yang dilakukan oleh
konselor atas permasalahan-permasalahan yang teridentifikasi selama proses
pemberian layanan, sebagai bagian tahap akhir dari kegiatan evaluasi.
Tindak lanjut pelaporan hasil program BK merupakan kegiatan untuk menindak lanjuti
hasil yang didapatkan dari kegiatan evaluasi dan penilaian terhadap pelaksanaan
program bimbingan dan konseling Tindak lanjut dalam evaluasi Bimbingan dann
Konseling diklasifikasikan menjadi dua yaitu tindak lanjut sebagai bagian utuh dari
pelaksanaan bimbingan dan konseling dan tindak lanjut sebagai tahap akhir kegiatan
penilaian/evaluasi.Tindak lanjut ini merupakan respon cepat terhadap refleksi yang
dilakukan oleh guru pembimbing/konselor atas permaalahan yang terindikasi selama
proses layanan bimbingan dan konseling.
Pengertian tindak lanjut menurut Hiro Tugiman dalam Purnomo dan Prasetyo
(2016:33) adalah suatu proses untuk menetukan kecukupan, keefektifan, dan ketepatan
134
waktu dari berbagai tindakan yang dilakukan. Tindak lanjut merupakan kegiatan yang
dilakukan setelah evaluasi program. Tindak lanjut yaitu kegiatan yang dilakukan untuk
menindaklanjuti hasil pelaksanaan kegiatan layanan BK dan atau program BK yang
diberikan. Kegiatan tindak lanjut ini sebagai upaya menuntaskan bantuan, perbaikan
dan/atau pengembangan program BK pada tahun pelajaran berikutnya. Tindak lanjut
atas laporan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling akan menjadi alat
penting dalam tindak lanjut untuk mendukung program sejalan dengan yang
direncanakan, mendukung setiap peserta didik yang dilayani, mendukung
digunakannya materi yang tepat, mendokumentasi proses, persepsi, dan hasil program
secara rinci, mendokumentasi dampak jangka pendek, menengah dan jangka panjang,
atas analisis keefektivan program digunakan untuk mengambil keputusan apakah
program dilanjutkan, direvisi, atau dihentikan, meningkatkan program, seta digunakan
untuk mendukung perubahan-perubahan dalam sistem sekolah.
Tindak lanjut merupakan bentuk respon cepat terhadap refleksi yang dilakukan oleh
guru bimbingan dan konseling atau konselor atas permasalahan-permasalahan yang
teridentifikasi selama proses pemberian layanan. Kegiatan yang dilakukan untuk
menindak lanjuti hasil pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.
Tindak lanjut merupakan kegiatan yang dilakukan setelah evaluasi program dilakukan.
Kegiatan tindak lanjut yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menindak lanjuti kegiatan
pelayanaan yang diberikan. Kegiatan tindak lanjut ini sebagai upaya untuk
menuntaskan bantuan, perbaikan dan/atau pengembangan program BK pada
tahunpelajaran berikutnya.
Kegiatan tindak lanjut dilakukan berdasarkan temuan yang diperoleh dalam evaluasi
program, maka Guru BK/Konselor: (1) memperbaiki hal-hal yang masih lemah, kurang
tepat atau kurang relevan dengan tujuan yangakan dicapai; (2) mengembangkan
program dengan menambah atau merubah beberapa hal yang dapat meningkatkan
135
kualitas pelayanan atau efektifitas program. Hasil analisa ditindak lanjuti dengan
menyusun program selanjutnya sebagai kesinambungan program, misalnya
mengembangkan jejaring pelayanan agar pelayanan BK lebih optimal, melakukan alih
tangan kasusbagi peserta didik yang memerlukan bantuan khusus dari ahli lain, serta
mengembangkan komitmen baru kebijakan orientasi dan implementasi pelayanan
peminatan peserta didik selanjutnya. Disamping itu sebagai ujud akuntabilitas
pelayanan, kejelasan program,proses implementasi dan hasil-hasil yang dicapai serta
informasi yangdapat menjelaskan apa dan mengapa sesuatu proses dan hasil terjadiatau
tidak terjadi.
Hal yang amat penting dalam akuntabilitas adalah menginformasikan kepada pihak
terkait (Kepala Sekolah, guru dan orangtua) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dan/atau kegagalan keterlaksanaan atau ketercapaian pelaksanaan
program BK termasuk pelayanan peminatan peserta didik. Oleh karena itu Guru
BK/Konselor perlu menguasai data dan bertindak atas dasar data yangterkait dengan
perkembangan peserta didik. Dalam menyampaikaninformasi yang dimaksud Guru
BK/Konselor dapat memanfaatkan waktu-waktu tertentu/khusus pada pertemuan
dengan Kepala Sekolah dan Guru Mata Pelajaran di akhir tahun atau di awal tahun
pelajaran atau pertemuan dengan orang tua.
136
a. Memperbaiki yang masih lemah, kurang tepat dan kurang relevan dengan tujuan
yang akan dicapai. Dari memperbaiki kinerja konselor dalam memberikan
layanan, kurang tepat dalam mengidentifikasi kebutuhan siswa, pemilihan yang
tepat sumber daya pendukung, startegi penyelesaian permasalahan, desain
prosedur dan landasan informasi mengimplementasikan program.
b. Untuk memastikan kemajuan dan status siswa dalam ruang kelas, maupun ektra
kurikuler, Untuk mendapatkan data yang dapat mengidentifikasi kelemahan dalam
berbagai fase kemajuan sekolah, Untuk mengetahui bagaimana lulusan, Untuk
mengevaluasi effektivitas kegiatan peminatan, Untuk mempelajari mengapa siswa
keluar sebelum lulus, di mana lulusan pergi setelah meninggalkan sekolah; ke
mana drop-out pergi; seberapa baik lulusan melakukan pekerjaannya; persentase
mereka yang kuliah dan ke mana mereka pergi. Untuk menemukan tingkat kelas
di mana sebagian besar putus sekolah terjadi, Untuk memperoleh pendapat tentang
modifikasi kurikulum yang diperlukan, dari pengalaman lulusan.
c. Mengembangkan program dengan menambah atau merubah beberapa hal yang
dapat meningkatkan kualitas layanan atau effektifitas program . Informasi yang
diperoleh melalui teknik tindak lanjut dapat digunakan untuk meningkatkan
kurikulum merangsang pengajaran yang lebih baik, meningkatkan nilai layanan
bimbingan dan membangun hubungan baik dengan masyarakat.
d. Sebagai wujud akuntabilitas pelayanan, kejelasan program, proses implementasi
dan hasil-hasil yang dicapai serta informasi yang dapat menjelaskan apa dan
mengapa sesuatu proses dan hasil terjadi atau tidak terjadi.
e. Hal yang amat penting dalam akuntabilitas adalah menginformasikan kepada
pihak terkait (kepala sekolah, guru dan orang tua, depdikbud) tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan dan/atau kegagalan keterlaksanaan atau
ketercapaian pelaksanaan program bk termasuk pelayanan peminatan peserta
didik. Oleh karena itu guru BK/konselor perlu menguasai data dan bertindak atas
dasar data yang terkait dengan perkembangan peserta didik.
137
Tujuan kegiatan tindak lanjut pelaporan hasil program BK adalah untuk memperbaiki
hal-hal yang masih lemah, kurang tepat atau kurang relevan dengan tujuan yang akan
dicapai, mengembangkan program dengan menambah atau merubah beberapa hal yang
dapat meningkatkan kualitas pelayanan atau efektifitas program BK. Hasil evaluasi
dapat digunakan untuk kepentingan penyediaan umpan balik bagi pelaksanaan program
BK, perbaikan atau peningkatan implementasi program selanjutnya.
Teknik dan Langkah Tindak Lanjut Hasil Evaluasi Bimbingan dan Konseling
Teknik dalam pelaksanaan tindak lanjut meliputi diskusi, wawancara, survei, atau
kuesioner. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Informasi
yang diperoleh melalui teknik tindak lanjut dapat digunakan untuk meningkatkan
program dan layanan bimbingan dan konseling yang lebih baik, meningkatkan nilai
layanan bimbingan dan membangun hubungan ke sekolah yang lebih tinggi dan
masyarakat/dunia industri yang sesuai dengan minat siswa.
138
d. Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor dapat membuat desain ulang atau
merevisi seluruh program, atau beberapa dari program yang dianggap belum
effektif
e. Jika hasil evaluasi baik, tindak lanjut dapat dilakukan dalam bentuk
pengembangan atau peningkatan program dengan target yang lebih tinggi dan
komplek
f. Mengembangkan jejaring pelayanan agar pelayanan BK lebih optimal.
g. Melakukan alih tangan kasus bagi peserta didik yang memerlukan bantuan khusus
dari ahli lain
h. Mengganti program yang belum memberikan kontribusi pada perkembangan anak
Kedua, penetapan strategi layanan. Strategi layanan dalam tindak lanjut antara lain
dapat berwujud membuka diri untuk pengembangan sekolah mitra, bekerjasama
dengan mitra untuk layanan referal, mengadakan rapat kerja untuk pengentasan
hambatan, menyusun program perbaikan berdasarkan input/masukan tahun
sebelumnya, dan mengembangkan program yang lebih sesuai dengan harapan anak,
sekolah dan orang tua.
Ketiga, perencanaan kegiatan layanan. Jika hasil evaluasi baik, tindak lanjut dapat
dilakukan dalam bentuk pengembangan atau peningkatan program dengan target yang
lebih tinggi dan kompleks. Guru bimbingan dan konseling dapat membuat desain ulang
atau merevisi seluruh program atau beberapa bagian dari program yang dianggap
belum begitu efektif. Gysbers dan Henderson (2012: 527) mengungkapkan bahwa
tahapan yang dilakukan oleh konselor setelah evaluasi adalah meningkatkan, yaitu
mendesain kembali program bimbingan dan konseling komprehensif yang lebih
efektif.
Proses dan Bentuk Penggunaan Tindak Lanjut Program BK
Tindak lanjut dari pelaporan hasil evaluasi / penilaian program BK dapat dilakukan
dengan proses analisis data hasil evaluasi program BK sehingga dapat digunakan oleh
139
para guru pembimbing/konselor sekolah untuk melakukan langkah perbaikan,
penghentian layanan, dan pengembangan program pada tahun mendatang. Adapun
proses tindak lanjut dapat dilakukan dengan membuat matrik sebagai berikut:
dan seterusnya
Selanjutnya berdasarkan hasil proses evaluasi seperti diatas maka dibuat matrik tindak
lanjut tindak lanjut sebagai berikut:
4. Forum Diskusi
Bapak/Ibu/Saudara Peserta PPG BK semoga sehat dan bahagia senantisa, mari kita
diskusikan topik/fenomena dibawah ini.
Masih jarang guru bimbingan dan konseling yang melakukan evaluasi bimbingan dan
konseling, lebih-lebih melaporkan hasil evaluasi tersebut kepada pihak yang terkait..
Hal itu turut berdampak pada layanan bimbingan dan konseling yang belum banyak
diketahui kebermanfaatan layanan bimbingan dan konseling. Menurut
Bapak/Ibu/Saudara jika guru bimbingan dan konseling di sebuah sekolah mengabaikan
pelaporan evaluasi bimbingan dan konseling, bagaimana dampaknya terhadap layanan
BK?
140
Terimakasih. Counselling, Yes We Can.
C. Penutup
1. Rangkuman
Akuntabilitas dalam bimbingan dan konseling adalah perwujudan kewajiban konselor
sekolah untuk mempertanggungjawabkan segala tindakan berkaitan dengan kegiatan
pelayanan bimbingan dan konseling. Akuntabilitas dalam bimbingan dan konseling
merupakan komponen kunci untuk memperlihatkan keefektifan program konseling.
Tuntutan akuntabilitas memungkinkan konselor untuk memperlihatkan kepada
stakeholder baik di dalam maupun di luar sekolah kontribusi atau dampak tentang apa
yang dilakukan konselor.
Semua guru bimbingan dan konseling atau konselor harus membuat laporan
penyelenggaraan bimbingan dan konseling sebagai bentuk akuntabilitas kinerja
profesional. Pelaporan merupakan langkah lanjutan setelah evaluasi. Isi dalam
pelaporan lebih bersifat mendeskripsikan dan memberi uraian analisis terhadap hasil-
hasil yang telah dicapai dalam kegiatan evaluasi sebelumnya. Pelaporan pada
hakikatnya merupakan kegiatan penyusunan dan mendeskripsikan seluruh hasil yang
telah dicapai dalam evaluasi proses maupun evaluasi hasil dalam format laporan yang
dapat memberikan informasi kepada seluruh pihak yang terlibat tentang keberhasilan
dan kekurangan dari program bimbingan dan konseling yang telah dilakukan selama
satu tahun berjalan.
Depdiknas (2007), analisis hasil evaluasi dan tindak lanjut program BK adalah umpan
balik program yang memerlukan perbaikan, kebutuhan siswa yang belum terlayani,
kemampuan personil dalam melaksanakan program, serta dampak program terhadap
perubahan perilaku siswa dan pencapaian prestasi akademik, peningkatan mutu proses
pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan. Hasil analisis harus ditindaklanjuti
dengan menyusun program selanjutnya sebagai kesinambungan program,
141
mengembangkan jejaring pelayanan agar pelayanan BK lebih optimal, melakukan
referal siswa yang memerlukan bantuan khusus dari terapis lain, pengembangan
komitmen baru kebijakan orientasi dan implementasi pelayanan BK selanjutnya.
Tujuan kegiatan tindak lanjut pelaporan hasil program BK adalah untuk memperbaiki
hal-hal yang masih lemah, kurang tepat atau kurang relevan dengan tujuan yang akan
dicapai, mengembangkan program dengan menambah atau merubah beberapa hal yang
dapat meningkatkan kualitas pelayanan atau efektifitas program BK. Hasil evaluasi
dapat digunakan untuk kepentingan penyediaan umpan balik bagi pelaksanaan program
BK, perbaikan atau peningkatan implementasi program selanjutnya.
Segala kegiatan perlu ditindak lamjuti secara berkesinambungan, karena tindak lanjut
bagian integral dari layanan bimbingan dan konseling, Ini berkaitan dengan apa yang
terjadi pada siswa saat di sekolah atau setelah mereka meninggalkan sekolah. Ini adalah
penilaian tentang bagaimana konseli yang telah dibimbing, ditempatkan atau dirujuk
atau siswa sudah mendapatkan layanan, tetapi untuk menentukan apakah bantuan lebih
lanjut diperlukan untuk klien. Maka penting menentukan tujuan agar tercapai tindak
lanjut.
2. Tes Formatif
1. Hasil pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling dapat digunakan oleh
konselor untuk…
a. Merevisi dan mengembangkan program bimbingan dan konseling
b. Mengevaluasi kinerja konselor dalam menjalankan program BK
c. Mendapat penghargaan dari kepala sekolah karena kinerjanya
d. Mempresentasikan dalam pertemuan MGBK
142
2. Formatif-Sumatif Evaluation Model, adalah salah satu model penilaian yang dapat
digunakan/diterapkan dalam penilaian BK. Model ini dikembangkan oleh Michel
Srieven dan merupakan jenis penilaian yang berorientasi pada...
a. Proses dan hasil
b. Kegunaan dan hasil
c. Tujuan dan hasil
d. Program dan hasil
3. Kegiatan berikut yang bukan merupakan esensi kegiatan pelaporan dan penggunaan
hasil evaluasi program dan layanan BK…
a. Menemukan hambatan pelaksanaan program dan layanan BK
b. Menentukan nilai keberhasilan dan kecakapan guru BK
c. Mempertanggung program dan layanan BK
d. Menyatakan derajat keberhasilan atau keefektifan program dan layanan BK
4. Pelaporan hasil layanan dan program BK yang telah dilaksanakan olrh guru BK
merpakan bentuk dari kuntabilitas guru pembimbing/konselor terhadap
stakeholders yang bertujuan untuk...
a. Mengumpulkan dan menggunakan informasi untuk pengambilan keputusan
b. Perbaikan berkesinambungan terhadap kinerja professional guru BK
c. Penilaian jangka panjang (laijapang)
d. Laporan pelaksanaan program (lapelprog)
5. Evaluasi dan akuntabilitas merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dihindari
menuju tercapainya tujuan program konseling yang efektif dan efisien karena …
a. Akuntabilitas dan evaluasi mengacu kepada upaya untuk mengembangkan
program BK
b. Akuntabilitas dan evaluasi mengacu kepada upaya untuk
mempertanggungjawabkan program BK
143
c. Akuntabilitas dan evaluasi mengacu kepada upaya untuk pelaporan administrasi
BK
d. Akuntabilitas dan evaluasi mengacu kepada upaya untuk mematuhi tugas dari
stakeholders
8. Fokus utama dengan adanya akuntabilitas dan pelaporan hasil layanan BK adalah
untuk memberikan kebermanfaatan yang nyata yang berkaitan dengan…
a. Peningkatan ketrampilan peserta didik, peningkatan sikap positif siswa, dan
peningkatan kedisiplinan siswa
b. Peningkatan nilai akademik peserta didik, peningkatan karakter siswa, dan
peningkatan kedisiplinan siswa
c. Peningkatan nilai akademik peserta didik, peningkatan sikap positif siswa, dan
peningkatan kompetensi siswa
d. Peningkatan nilai akademik peserta didik, peningkatan sikap positif siswa, dan
peningkatan kedisiplinan siswa
144
9. Kegiatan evaluasi program BK yang memfokuskan pada upaya menemukan bukti
seberapa besar siswa terbantu dan terfasilitasi perkembangannya merupakan
evaluasi...
a. Proses
b. Sarana dan prasarana
c. Instrument
d. Hasil
10. terdapat tiga komponen besar pada penyusunan laporan pelaksanaan program
bimbingan dan konseling yang terdiri dari ....
a. Pendahulan, pelaksanaan, simpulan
b. Pendahulan, inti, penutup
c. Pendahulan, pelaksanaan, penutup
d. Pengantar, pelaksanaan, penutup
Daftar Pustaka
Brown, D. dan Trusty, J. 2005. Designing and Leading Comprehensive
School Counseling Programs. Belmont, CA: Thomson Brooks/Cole.
Budi, M.W.K. 2013. “Akuntabilitas Kepala Daerah Di
Persimpangan Jalan”.Makalah.Seminar Nasional. Jakarta: Universitas Terbuka.
Buhory, M. H. 2007. Akuntabilitas dalam Pendidikan. Malang: Penerbit
Universitas Negeri Malang.
Cobia, D.C., & Handerson, D.A. 2007. Developing an Effective and
Accountable School Counseling Program. Upper Saddle River: Merrill Prentice
Hall.
Dahir, C. A., Burnham, J. J., & Stone, C. 2009. “Listen to the Voices: School
Counselors and Comprehensive School Counseling Programs”. Professional
School Counseling. 12 (3): 182-192
Depdiknas. 2007. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan
Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: PPB UPI
145
Dirjen Guru dan Tendik Kemendikbud. 2016. Pelaporan dan Tindak Lanjut
Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Kemedikbud RI
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Farozin, Muh., dkk. (2016). Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling Sekolah Menengah Atas (SMA). Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan tenaga Kependidikan.
Fitzpatrick, Jody L., Sanders, James R., & Worthen, Blaine R. (2011). Program
Evaluation Alternative Approaches and Practical Guidelines. Fourth Edition.
Boston: Pearson Education, Inc.
Furqon & Badrujaman, A. 2014. Model Evaluasi Layanan Dasar
Berorientasi Akuntabilitas. Jakarta: PT Indeks.
Gibson, R. L. & Mitchell, M. H. 2011. Bimbingan dan Konseling. Terjemahan
Yudi Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gysbers, C, Norman & Henderson, Patricia. 2012. Developing and Managing Your
School Guidance and Counseling Program. Fifth Edition. American Counseling
Association, Stevenson Alexandria.
Illinois School Counselor Association. 2014. Developmental Counseling Model for
Illinois Schools Guidelines for Program Development and Recommended
Practices & Procedures for: Professional School Counselors. Illinois School
Counselor Association: Illinois.
Loesch, L. C. 2007. Accountability for School Counseling (ACAPCD-
01). Alexandria, VA: American Counseling Association.
Mehlos, B. E. 2009. Providing Accountability in School Counseling: A Literature
Review to Support Data Use in Assessing Group Counseling. Research Paper.
Menomonie, WI: University of Wisconsin-Stout.
Purnomo, Diana Septi dan Prasetyo. 2016. Modul Guru Pembelajar Bimbingan dan
Konseling Sekolah Menengah Atas/ Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/SMK).
Jakarta:. Permendikbud No.27 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi
Konselor Indonesia.
Permendikbud N0. 111 Tahun 2016 tentang Bimbingan dan Konseling pada
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Joshua C Watson, Brande Flamez-McDevitt. 2014. Counseling Assessment and
Evaluation; Fundamentals of Applied Practice. Calofornia: Sage Publications,
Inc
146
Salahudin, A. 2010. Bimbingan dan Konseling, Bandung: Pustaka Setia
Salsabila, A. & Prayudiawan, H. 2011. “Pengaruh Akuntabilitas, Pengetahuan Audit
dan Gender terhadap Kualitas Kerja Auditor Internal”. Jurnal Telaah dan
Riset Akuntansi. 4 (1): 155-175.
Schellenberg, R. 2008. The New School Counselor: Strategies for Universal
Academic Achievement. Lanham, Maryland: Rowman & Littlefield Education.
Sugiyo. 2018. Penilaian dalam Bimbingan dan Konseing Sekolah. Semarang: Widya
Karya
……… 2018. Manajemen Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Semarang: Widya
Karya
Susan Schmerler, M.S., J.D. 2008. Lessons Learned; Risk Management Issues in
Genetic Counseling. New York: Springer Science
Topdemir, C. M. 2010. “School Counselor Accountability Practices: Anational
Study”. Dissertation. Florida: University of South Florida. Tayibnapi
147
Tugas Akhir
Selamat berjumpa kembali bapak dan Ibu peserta PPG. Di akhir pembelajaran Modul
3 ini bapak/ibu diharapkan mengerjakan tugas secara individu dan dikerjakan sesuai
dengan situasi dan kondisi bapak/ ibu masing-masing.
Tugas 1 :
1. Unggahlah RPL yang pernah bapak /ibu susun selama menjalankan tugas di
sekolah masing-masing sebelum mengikuti PPG ini.
2. Lakukan analisis tehadap RPL bapak/ibu tersebut, apakah RPL bapak/ibu sudah
tersebut sudah memenuhi kriteria penyusunan RPL yang benar bila ditinjuau dari
aspek-aspek di bawah ini:
a. Ketepatan perumusan tujuan umum dan khusus. (sertai alasan)
b. Ketepatan pemilihan metode pelayanan (sertai alasan)
c. Ketepatan pemilihan media (sertai alasan)
d. Ketepatan pemilihan materi (sertai alasan).
3. Berdasarkan hasil analisis tersebut susun kembali RPL bapak/ibu secara benar
dengan memenuhi kriteria penyusunan RPL yang benar seperti yang telah
dijabarkan dalam modul 4 ini.
Tugas 2 :
Dari program bimbingan dan konseling dan juga layanan yang telah
Bapak/Ibu/Saudara lakukan di sekolah, buatlah evaluasi program, evaluasi proses, dan
evaluasi hasil layanan bimbingan dan konseling yang telah Bapak/Ibu/Saudara lakukan
itu.
1148
Tes Sumatif
1. Tujuan memiliki peran yang strategis dalam perencanaan bimbingan klasikal
karena …
a. Mendasari penyusunan materi atau topik pembahasan bimbingan klasikal
b. Mendasari pemilihan metode bimbingan klasikal
c. Mendasari penyusunan media bimbingan klasikal
d. Memandu arah perubahan siswa yang hendak dicapai dari bimbingan klasikal
2. Tujuan khusus di bawah ini tepat untuk topik bimbingan klasikal ”Meningkatkan
kepercayaan diri”, kecuali ….
a. Siswa dapat menjelaskan definisi kepercayaan diri
b. Siswa dapat mengidentifikasi individu dengan kepercayaan diri yang tinggi dan
rendah
c. Siswa dapat meningkatkan kepercayaan diri
d. Siswa dapat mengaplikasikan strategi peningkatan kepercayaan diri
3. Perhatian urutan atau sekuens pokok bahasan dari topik “Peningkatan efikasi diri
dalam belajar” di bawah ini!
[1] Manfaat efikasi diri
[2] Strategi peningkatan efikasi diri
[3] Definisi efikasi diri
[4] Ciri-ciri individu dengan efikasi diri rendah dan tinggi
[5] Pentingnya peningkatan efikasi diri dalam belajar
Sekuens rangkaian dari belakang untuk materi bimbingan klasikal di atas adalah ….
a. [1]-[2]-[3]-[4]-[5]
b. [2]-[4]-[1]-[1]-[5]
c. [4]-[3]-[1]-[5]-[2]
d. [5]-[3]-[1]-[4]-[2]
149
4. Kapan evaluasi bimbingan klasikal dapat dikatakan sebagai suatu proses asesmen?
a. Saat evaluasi bimbingan klasikal menggunakan berbagai metode pengukuran
yang variatif
b. Saat evaluasi bimbingan klasikal digunakan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan pencapaian tujuan bimbingan klasikal
c. Saat evaluasi bimbingan klasikal dimaksudkan untuk mengindentifikasi faktor
keberhasilan/kegagalan
d. Saat evaluasi bimbingan klasikal digunakan untuk mempertanggungjawabkan
proses dan hasil kegiatan
5. Dalam bimbingan klasikal, evaluasi dimaksudkan untuk ….
a. Mengukur perubahan siswa setelah mengukuti bimbingan klasikal
b. Menilai tingkat ketercapaian tujuan bimbingan klasikal
c. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan bimbingan
klasikal
d. Membandingkan antara tingkat pemahaman siswa terhadap topik bimbingan
klasikal dengan norma tertentu
6. Pokok bahasan “Strategi peningkatan efikasi diri dalam belajar” termasuk jenis
pengetahuan metakognitif ketika fokus bahasannya tentang ….
a. Kondisi atau persyaratan strategi peningkatan efikasi diri digunakan
b. Panduan praktis strategi peningkatan efikasi diri
c. Cara-cara peningkatan efikasi diri dalam belajar
d. Kaitan antara teori tentang strategi peningkatan efikasi diri dengan pedoman
praktis
7. Hal yang memungkinkan dilakukan dalam penerapan metode Jigsaw ketika
membahas tentang peningkatan efikasi diri adalah …
a. Meminta kelompok ahli untuk mendalami sub topik tertentu
b. Menyampaikan pokok bahasan strategi peningkatan efikasi diri secara sistematis
dengan diikuti latihan praktik
150
c. Meminta anggota kelompok ahli untuk mengajarkan semua topik yang kepada
kelompok asal
d. Mempersiapkan kelompok kecil untuk melakukan investigasi tentang pentingnya
efikasi diri dalam belajar
8. Sub pokok bahasan yang dapat dipelajari siswa dari penggunaan pembelajaran
berbasis masalah dalam bimbingan klasikal dengan tema “Peningkatan efikasi diri
dalam belajar” adalah berikut ini, kecuali …
a. Strategi peningkatan efikasi diri dalam belajar
b. Ciri-ciri siswa dengan efikasi diri yang tinggi dalam belajar
c. Latar belakang atau pentingnya efikasi diri dalam belajar
d. Definisi efikasi diri dalam belajar
9. Berikut ini kelebihan bimbingan klasikal tentang “Peningkatkan efikasi diri dalam
belajar” dengan metode diskusi kelompok, kecuali …
a. Pemahaman tentang efikasi diri dapat disintesis dari sudut pandang para anggota
kelompok yang bervariasi
b. Strategi peningkatan efikasi diri dapat diperdebatkan dalam kelompok
c. Pengetahuan yang terstruktur tentang efikasi diri dapat diperoleh melalui diskusi
kelompok
d. Strategi peningkatan peningkatan efikasi diri dapat dipraktikkan dalam kelompok
10. Supaya diskusi kelompok tentang “Peningkatan Efikasi Diri” tidak salah arah,
maka hal yang perlu dilakukan konselor adalah sebagai berikut, kecuali …
a. Menyampaikan dan mengingatkan batasan isu yang dibahas dalam diskusi
b. Meminta anggota kelompok menyampaikan pendapat apapun agar diskusi ramai
c. Memberikan penjelasan yang detail tentang efikasi diri sebelum diskusi
d. Membiarkan anggota kelompok tertentu agak menguasai pembicaraan daripada
diskusi sepi
11. Dalam pembahasan “Strategi peningkatan efikasi diri dalam belajar” penggunaan
media memberi kontribusi yang paling sigifikan dalam …
a. Menjadikan prosedur strategi peningkatan efikasi diri lebih operasional
151
b. Membuat konsep efikasi diri lebih mudah dipahami
c. Menjadikan konsep efikasi diri lebih ringkas untuk diingat
d. Menjadikan aktivitas bimbingan klasikal berfokus pada kelemahan/kekuatan
strategi peningkatan efikasi diri
12. Berikut ini alasan tujuan penggunaan media yang harus selaras dengan tujuan
bimbingan klasikal, kecuali …
a. Tujuan bimbingan klasikal dapat diselaraskan dengan tujuan penggunaan media
b. Media merupakan salah satu komponen yang diharapkan berkontribusi terhadap
pencapaian tujuan bimbingan klasikal
c. Tujuan bimbingan klasikal mendasari semua komponen perencanaan RPL
d. Media mendukung upaya pencapaian tujuan bimbingan klasikal
13. Pemberian balikan yang efektif kepada siswa yang biasanya ramai menjadi diam
saat bimbingan klasikal berlangsung adalah …
a. Menyatakan bahwa perhatian yang diberikan siswa tersebut saat ini lebih baik
daripada perhatian dari siswa yang lainnya dalam mengikuti bimbingan klasikal
b. Menyampaikan penghargaan konselor atas meningkatnya perhatian yang
diberikan siswa selama mengikuti bimbingan klasikal
c. Menunjukkan apresiasi terhadap perhatian siswa dalam bimbingan kelompok
sambil menyampaikan kemungkinan hasil positif dari perubahan itu
d. Menyatakan apresiasi terhadap perhatian siswa dalam bimbingan klasikal dan
akan terus memantau perilakunya agar perhatiannya tetap terpelihara
14. Saat konselor melaksanakan diskusi kelas, konselor akan mendapatkan manfaat
yang optimal ketika menggunakan penataan tempat duduk dengan gaya …
a. Gaya auditorium agar semua perhatian siswa di dalam kelas terfokus pada
kelompok yang presentasi
b. Gaya seminar agar siswa dapat memperhatikan kelompok yang presentasi dan
sekaligus berinteraksi dengan teman sekelas
c. Gaya kluster agar siswa dapat diskusi dengan kelompok kecilnya sebelum
menyampaikan pendapat
152
d. Gaya tatap muka agar siswa dapat berinteraksi dengan teman sekelas secara lebih
leluasa
15. Dalam bimbingan klasikal, seorang siswa enggan untuk mengerjakan tugas kelas.
Pertimbangan yang tepat bagi konselor untuk memberikan instruksi ulang kepada
siswa tersebut adalah …
a. Siswa tidak sempat memperhatikan instruksi karena tempat duduk di belakang
b. Siswa kurang memahami instruksi tugas yang diberikan
c. Siswa mengerti instruksi tetapi merasa tugas tidak penting bagi dia
d. Siswa kelelahan untuk mengerjakan tugas kelas
16. Agar siswa tidak bicara dengan teman sebangku tugas kelas dalam bimbingan
kelompok diberikan, maka perilaku yang diharapkan dalam kontrak perilaku
adalah …
a. Mengurangi perilaku bicara dengan teman sebangku
b. Langsung mengerjakan tugas setelah instruksi diberikan
c. Diam
d. Mengumpulkan tugas kelas tepat waktu
17. Agar time-out memberikan efek perubahan perilaku yang efektif, maka hal berikut
dapat dilakukan, kecuali…
a. Siswa diminta untuk berdiri di belakang kelas
b. Time out dilaksanakan selama bimbingan klasikal berlangsung
c. Siswa diminta untuk berada di keluar kelas tanpa melakukan aktivitas apapun
d. Siswa berada di tempat duduknya tetapi tidak mendapatkan penguatan apapun
18. Berikut ini adalah komponen penunjang RPL Bimbingan Klasikal, kecuali …
a. Sasaran
b. Waktu
c. Materi/isi
d. Fungsi
153
19. Materi pada sub-pokok bahasan “Mengembangkan rencana kegiatan belajar”
termasuk jenis pengetahuan ….
a. Faktual
b. Konseptual
c. Prosedural
d. Metakognitif
20. Tingkat proses berpikir yang tepat untuk sub-pokok bahasan “Mengembangkan
rencana kegiatan belajar” adalah …
a. Komprehensi atau pemahaman
b. Penerapan atau aplikasi
c. Analisis
d. Kreasi
21. Hasil sebuah assesment di sebuah SMP menunjukkan bahwa semua siswa kelas VII
membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam tentang cara belajar di SMP yang
mereka sadari berbeda dengan di SD. Program BK yang bisa disusun antara lain...
a. Layanan responsif melalui konseling kelompok
b. Perencanaan individual melalui carier day
c. Layanan dasar melalui bimbingan kelas
d. Dukungan sistem melalui home visit
22. Tujuan diadakan evaluasi dalam bimbingan dan konseling diantaranya sebagai
berikut, kecuali...
a. Mengetahui jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling yang sudah terlaksana
dan yang belum terlaksana
b. Mengetahui efektifivitas metode layanan bimbingan dan konseling yang
dilakukan
c. Mengetahui sejauh mana keterlibatan siswa dalam menunjang keberhasilan
layanan bimbingan dan konseling
d. Memberikan masukan dalam kurikulum sekolah yang terkait dengan kebutuhan-
kebutuhan dan masalah peserta didik
154
23. Secara garis besar evaluasi proses dapat dikelompokan dalam empat bagian yaitu...
a. Layanan bimbingan dan konseling, kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling, mekanisme dan instrumentasi yang digunakan dalam layanan,
pengelolaan dan administrasi layanan
b. Rekruitmen personil bimbingan dan konseling, kegiatan pendukung bimbingan
dan konseling, mekanisme dan instrumentasi yang digunakan dalam layanan,
pengelolaan dan administrasi layanan
c. Layanan bimbingan dan konseling, kegiatan tambahan guru BK, mekanisme dan
instrumentasi yang digunakan dalam layanan, pengelolaan dan administrasi
layanan
d. Layanan bimbingan dan konseling, kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling, mekanisme dan instrumentasi yang digunakan dalam layanan,
pengelolaan keuangan dan administrasi sekolah
24. Formatif-Sumatif Evaluation Model, adalah salah satu model penilaian yang dapat
digunakan/diterapkan dalam penilaian BK. Model ini dikembangkan oleh Michel
Srieven dan merupakan jenis penilaian yang berorientasi pada...
a. Proses dan hasil
b. Kegunaan dan hasil
c. Tujuan dan hasil
d. Program dan hasil
25. Kegiatan berikut yang bukan merupakan esensi kegiatan evaluasi program BK…
a. Menemukan hambatan program
b. Menentukan nilai keberhasilan program
c. Membandingkan keterlaksanaan dengan kriteria
d. Menyatakan derajat keberhasilan
26. Kegiatan evaluasi BK yang memfokuskan pada upaya menemukan bukti seberapa
besar siswa terbantu dan terfasilitasi perkembangannya merupakan evaluasi...
a. Proses
b. Sarana dan prasarana
155
c. Instrument
d. Produk (hasil)
27. Evaluasi program yang terkait dengan siswa yang sudah merasa puas dan lega atas
pelayanan konseling oleh guru BK. Siswa diminta untuk mengungkapkan
perasaannya. Metode evaluasi program didasarkan pada...
a. Expert assesmen (penilaian ahli )
b. Goal attainment (pencapaian tujuan )
c. Student outcomes (siswa keluar datang )
d. Customer satisfaction (kepuasan pelanggan )
28. Guru BK merasa bahwa selama ini pelaksanaan konseling tidak memuaskan, untuk
mengatasi kondisi tersebut kegiatan yang dilakukan adalah...
a. Evaluasi program
b. Evaluasi proses
c. Evaluasi hasil kegiatan
d. Supervisi kegiatan
29. Guru BK telah melaksanakan BK kelompok selama 1 semester tetapi melihat
perkembangan siswa banyak yang tidak mengikuti, malas mengikuti kegiatan, dan
tidak ada proses umpan balik. Untuk menilai pelaksanaan BK kelompok digunakan
penilaian apa...
a. Evaluasi Proses
b. Evaluasi program
c. Evaluasi hasil
d. Evaluasi kegiatan
30. Seorang guru BK tidak pernah melakukan evaluasi program, apakah yang harus
dilakukan...
a. Memanggil guru BK dari sekolah lain untuk melakukan evaluasi bersama
b. Meminta kepada koordinator guru BK untuk mengevaluasi
c. Meminta kepala sekolah untuk melakukan pelatihan evaluasi
d. Mendiskusikan dengan teman-teman MGBK
156
Kunci Jawaban Tes Formatif Modul 3 KB 1:
1. D
2. B
3. C
4. A
5. C
6. B
7. D
8. A
9. C
10. C
157
Kunci Jawaban Tes Formatif Modul 3 KB 3:
1. C
2. C
3. B
4. A
5. B
6. B
7. C
8. B
9. D
10. B
158
Kunci Jawaban Tes Sumatif
1. D
2. C
3. D
4. A
5. B
6. A
7. A
8. D
9. C
10. A
11. A
12. A
13. C
14. A
15. B
16. D
17. B
18. C
19. D
20. C
21. C
22.C
23.A
24.A
25.B
159
26.D
27.D
28.B
29.A
30.B
160