Anda di halaman 1dari 36

Guru Belajar

17 Agustus 2016

Edisi 5 Tahun I ¦ GuruBelajar.org Menularkan Kegemaran Belajar

PRAKTIK CERDAS
Hari Pertama Sekolah
Kesan pertama adalah pengungkit. Itulah pentingnya hari pertama
Bagaimana para guru
menunjukkan karya nyata sekolah, pengungkit proses belajar dan interaksi positif antara
dalam menumbuhkan budi pelajar, guru dan orangtua.
pekerti para pelajarnya. Ada Gerakan Hari Pertama Sekolah (HPS) sejak diluncurkan tahun 2015 terus membesar gaungnya di tahun
beragam praktik cerdas yang 2016. Semakin banyak orangtua dan guru yang terlibat dalam gerakan tersebut. Meski demikian, ada
dapat menginspirasi Anda! saja lontaran nyinyir semisal “disuruh mengantar tapi tidak disuruh menjemput anak”. Pertanyaan kritis
pun diajukan, apa hubungannya mengantar anak sekolah di hari pertama dengan perbuahan
ekosistem pendidikan?
DEBAT PUBLIK
Dalam beberapa tahun terakhir, peran dalam mendidik anak direduksi hanya menjadi peran sekolah.
Apakah setuju atau tidak Orangtua cenderung melimpahkan pendidikan anak ke sekolah. Pilih sekolah yang bagus dan selesai
setuju PR (Pekerjaan Rumah)? urusan. Sekolah yang awalnya percaya diri berjalan sendiri semakin lama juga merasa limbung karena
Ini pendapat para guru bertumpuknya persoalan. Sekolah dan guru pun mulai menyuarakan tuntuan orangtua terlibat.

LIPUTAN
Banyak berita guru dilaporkan
polisi karena tindakan
kekerasan. Inisiatif Safari
Seminar Disiplin Positif
diluncurkan di Jabodetabek
yang disambut antusias para
guru. Bagaimana ceritanya?

ARTIKEL
Tapi dari mana pintu masuk keterlibatan orangtua ke sekolah? Cara-cara lama seperti komite sekolah
Dua artikel berjudul Berguru seolah hanya jadi janji manis karena banyak terhambat persoalan struktural, tanggung jawab yang
pada Lia & Aan serta terlalu besar hingga perbedaan kepentingan. Kebuntuan tersebut dipecahkan oleh HPS yang
Kekerasan dan Disiplin Positif mengubah sejak pertama bentuk relasi orangtua - guru - sekolah. Alih-alih menjadi pihak yang
tidak boleh Anda lewatkan berseberangan, HPS menempatkan orangtua - guru - sekolah menjadi pihak yang berada pada sisi
untuk memperluas wawasan. yang sama, pihak yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak. Tentu perubahan di awal tidak
langsung terasa dampaknya karena kualitas relasi tersebut masih menjadi modal awal bagi perubahan
pendidikan yang lebih baik buat anak kita.
Diskusi kami dengan Penggerak Komunitas Guru Belajar mencapai kesimpulan pentingnya hari
pertama sekolah. Bukan saja dalam membangun relasi dengan orangtua, tapi juga bagi guru dalam
membangun relasi dengan para pelajarnya. “Mendapatkan kepercayaan anak-anak terlebih dulu itu
penting buat saya. Juga mendapat kepercayaan dari orang tua mereka”, ungkap Hesti Wulandari.
Rizqy Hani menambahkan bahwa pertemuan awal diisi perkenalan guru dengan pelajar melalui
tulisan. Pelajar menulis impian jangka panjang, impian satu tahun, hobi, deskripsi diri, deskripsi
keluarga dan profil guru yang diinginkan. Dengan tulisan itu, guru bisa lebih memahami setiap pelajar
meski di kelas besar sekalipun. Lebih jauh lagi, Wiwit Sapitri menyatakan dua minggu pertama di
sekolahnya digunakan untuk membangun kontrak sosial kelas dan sekolah.
Ingin tahu serunya Hari Pertama Sekolah? Dalam edisi ini kami menampilkan kisah hari pertama
KampusGuru@Cikal.co.id
sekolah, tidak tanggung-tanggung, dari tiga negara, Indonesia, Jepang dan Jerman. Sekali lagi
Facebook: KampusGuruCikal
membuktikan bahwa pentingnya hari pertama meski hal baru di Indonesia, tapi sudah menjadi tradisi
Twitter: @KampusGuruCikal
di dunia pendidikan di negara lain. Selamat membaca!

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 1


Guru Belajar Menularkan Kegemaran Belajar
17 Agustus 2016

Menjadi Sahabat Alam


Kegiatan Pengenalan Lingkungan Sekolah menjadi pembuka Hari Pertama Sekolah. Meski hanya
tiga hari, ternyata ada banyak pembelajaran yang terjadi di dalamnya. Pengenalan diri,
pengenalan orang lain, hingga pengenalan lingkungan. Simak kisah Guru Agita Yuri ini

Tahun ini adalah tahun kelima bagi Hari I: mengabadikan momen mengharukan
Sekolah Dasar Jogja Green School. saat siswa di hari pertama diantar
Pukul 7.30 WIB, senyuman kecil
Ada banyak hal yang menjadi oleh orang tuanya, kemudian
bapak satpam dan tukang kebun
refleksi bagi proses pertumbuhan dipercayakan pada guru-guru yang
sekolah seperti biasa menyambut
kami. Lewat rapat kerja tahunan, menyambut di sekolah. Ada harapan
kedatangan saya. Saya masuk kantor
sekolah melakukan peremajaan baru dan tentu saja semangat baru di
visi agar mudah diingat semua tahun ajaran ini.
pihak baik dari sekolah, siswa, orang
Tepat pukul 8.15 kami
tua siswa, maupun masyarakat
mengumpulkan semua siswa
sekitar. Visi itu adalah:
dan memulai kegiatan di
Mendidik Pribadi
pendopo sekolah.
Berkarakter Cinta
Kebetulan saya yang
Keluarga, Sesama dan
mendapat tugas
Lingkungan .
memimpin acara
Tahun ini, para guru kelompok hari ini.
menjadikan tema Setelah memberi salam
Sahabat Alam untuk dan berdoa, saya
kegiatan Pengenalan mengajak anak-anak
Lingkungan Sekolah (PLS). bernyanyi lagu yang riang
Kegiatan PLS kali ini hanya dengan banyak gerakan.
berlangsung selama 3 hari. Nyanyian pagi ini sebagai
Sebelumnya, ada pertemuan pembangun semangat anak-anak
orang tua siswa selama 1 hari yang setelah lama tidak berjumpa kawan-
membahas gambaran kegiatan kawan dan guru di sekolah.
sekolah selama setahun dan guru, menaruh tas serta laptopku,
Kami juga bermain bersama
membangun kerja sama positif. dan ternyata sudah ada rekan guru
tangkap apel . Caranya semua anak
Tema Sahabat Alam kami yang datang. Kami pun segera keluar
membentuk lingkaran dan duduk
maksudkan agar para siswa menjadi ke halaman sekolah untuk
bersila. Telapak tangan kanan setiap
peka terhadap lingkungan menyambut setiap siswa dan orang
anak diletakkan dalam posisi terbuka
terdekatnya menggunakan metode tua yang datang. Ini adalah hari
di atas paha kiri teman, sementara
EFRA (Experiential, Fun, Reflective pertama, jadi mesti berkesan, kata
tangan kiri menunjuk ke bawah, di
and Action) Learning, yang juga saya dalam hati.
atas telapak tangan teman sebelah
metode pembelajaran sekolah sehari-
Tak berapa lama, siswa-siswa pun kiri yang terbuka. Lalu saya
hari.
mulai berdatangan. Satu per satu menceritakan sebuah cerita. Setiap
Ingin tahu cerita keseruan kami kami sambut dengan senyum dan kali saya mengucapkan kata apel
selama PLS? Yuk ikuti detail sapaan hangat. Bu Rony dengan maka setiap anak mesti cepat-cepat
selanjutnya! sigap mengambil ponselnya, menangkap telunjuk tangan teman

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 2


Guru Belajar 17 Agustus 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

yang diletakkan di atas telapak Nah sekarang saatnya kami berjalan- melingkari sebuah pohon. Setelah
tangan kanan mereka, sementara jalan di sekolah. Saya bagi anak- kegiatan mengenal tanaman selesai,
tangan kiri berusaha menghindar anak menjadi 3 kelompok, masing- anak-anak kembali ke pendopo,
dari tangkapan teman di sebelah kiri. masing didampingi guru dan kakak untuk tanya jawab singkat mengenai
kelas yang membantu menjelaskan. kegiatan yang baru saja dilakukan.
Cerita yang disampaikan bisa
Setiap kelompok akan berkeliling
bervariasi dan spontan saja, Ya…memang tak semua anak tahan
mengenal tempat dan orang di
misalnya seperti ini: Suatu hari, untuk duduk dan mendengarkan.
sekolah yang berpapasan langsung,
Nana pergi ke pasar bersama ibunya. Ada saja beberapa anak yang tiba-
minimal menyebutkan nama dan
Pertama-tama, Nana dan ibunya tiba keluar, ingin mencari belalang,
bersalaman. Perkenalan ini sebagai
pergi ke kios buah. DI sana ada atau tidur-tiduran di kelas, bahkan
berbagai macam ada yang hanya
buah. Ada anggur, mengamati kegiatan.
ada mangga, ada Tapi itu semua wajar
jeruk, juga ada terjadi di sekolah kami,
APEL… dan sekolah inklusif yang
seterusnya. Nah saat menerima keberagaman
mendengar kata apel siswa. Jika ada siswa
inilah mereka yang ingin melakukan
berlomba menangkap hal yang lain, ada guru
dan menghindar. yang menemani keluar,
Permainan ini atau setidaknya
bertujuan mengasah membangun kesepakatan
konsentrasi anak. Bagi dengan siswa mengenai
wujud pentingnya siswa menjalin
yang tertangkap maka harus keluar area mana yang ingin mereka
hubungan baik dengan semua pihak
dari arena permainan. Sampai cerita jadikan tempat bermain saat bosan,
di sekolah dan bahwa mereka pun
selesai, akhirnya tersisa 7 anak yang sehingga siswa-siswa tersebut tidak
layak disambut sebagai warga
berhasil tidak tertangkap anak lepas begitu saja dari pengawasan
sekolah yang baru dan mendapatkan
lainnya. Mereka semua terlihat kami.
kenyamanan di awal hari-hari
senang memainkan permainan ini.
sekolah mereka. Bu Gita, ayo kita menggambar!
Saya mengecoh mereka dengan
seru seorang anak, lalu diikuti
sesekali mengucapkan anggur dan Setelah acara berkeliling usai, kami
teriakan teman-temannya tanda
alpukat, hehehe. Kami pun bersorak pun beristirahat terlebih dahulu.
setuju. Hmm ternyata anak-anak
bersama. Selesai bersitirahat, kami mengajak
rindu menuangkan imajinasi mereka
anak-anak ke lapangan basket dan
Setelah permainan, anak-anak saya di atas kertas. Banyak anak
sekitarnya, untuk mengenal berbagai
ajak saling berkenalan. Kutunjuk satu membawa buku gambar dan alat
tanaman di dalam sekolah, dengan
anak, lalu anak itu berdiri dan pewarna. Kami menyediakan kertas
cara masing-masing kelompok
mengucapkan nama serta duduk di gambar bagi yang tidak membawa.
berusaha melingkari batang pohon
level berapa. Anak itu menyapa Untuk alat tulis dan pewarna,
sambil bergandengan tangan, lalu
teman-teman dalam lingkaran, lalu mereka boleh saling meminjam
kakak kelas akan menyebutkan
menunjuk anak lainnya untuk dengan teman. Mereka menggambar
nama tanaman tersebut. Tiap
bergantian memperkenalkan diri, di mana saja yang mereka suka
kelompok boleh melingkari banyak
hingga semua anak dapat giliran. dengan tema lingkungan di
pohon sambil menghitung berapa
sekolah .
anak yang dibutuhkan untuk

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 3


Guru Belajar 17 Agustus 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Asyik sekali anak-anak menggambar. nyanyian lagu alam tersebut. Anak- Selesai bermain, Pak Galih membagi
Ada yang menggambar sungai, buah- anak, duduk di bangku mengelilingi siswa menjadi 3 kelompok. Masing-
buahan, kelas bambu, pepohonan, Pak Galih, bernyanyi sambil masing kelompok, didampingi oleh
eh…ada juga yang menggambar bergoyang dan bertepuk tangan. Ada satu sampai dua guru, akan
dinosaurus. Wah…sepertinya keluar anak yang masih malu-malu dan melakukan petualangan keluar
dari tema, namun tak apalah, untuk didampingi ibunya. Ada anak yang sekolah dengan jalur yang berbeda.
memberinya semangat, kukatakan Ada jalur pasar, jalur sawah dan
saja, mungkin dia berimajinasi ada kolam serta jalur perkampungan.
dinosaurus di sekolah ini. Lalu dia Tujuan petualangan ini untuk
tertawa dan melanjutkan pengenalan lingkungan di
gambarnya. sekitar sekolah. Sepanjang
jalan anak-anak juga
Kegiatan PLS hari pertama
diajak untuk menyapa
ditutup dengan sebuah
warga kampung yang
dongeng dari Bu Ana.
dilewati, sambil
Anak-anak duduk
tersenyum atau
membentuk setengah
membungkukkan
lingkaran di bawah
badan. Untuk
pohon sukun yang
mempererat dan
rindang. Ah segarnya,
menyatukan semangat
ditemani daun-daun sukun
kelompok, tak lupa Pak
yang bergoyang pelan tertiup
Galih meminta masing-
angin. Tampak beberapa anak
masing kelompok punya nama
mulai menguap tanda lelah.
dan yel-yel.
Setelah dongeng selesai dibacakan,
saya merangkum kegiatan di hari itu Karena sudah cukup berkeringat dan
dengan bertanya beberapa sangat bersemangat dan bergerak kami masih perlu menyiapkan energi
pertanyaan kesimpulan. Kami pun dengan lincah. Namun, ada juga sebelum memulai petualangan, kami
berdoa dipimpin salah seorang anak, anak yang hanya diam saja sambil pun beristirahat, Waktunya makan
lalu makan siang bersama. mengamati. Hampir semua anak bekal teman-teman…! teriakku.
tertawa gembira sambil mengikuti Semua berhamburan menuju ruang
Hari pertama pun selesai. Semoga
irama lagu yang semakin cepat, makan. Sambil makan bekal, kami
anak-anak kembali bersemangat di
menambah kemeriahan pagi itu. berbagi cerita maupun berbagi
hari kedua besok.
makanan yang dibawa. Indahnya
Selesai bernyanyi, kegiatan
suasana kebersamaan ini. Sesekali
berpindah ke lapangan basket. Kami
ada yang marah dan menangis, biasa
Hari II: bermain kucing dan tikus ,
lah khas anak-anak. Setiap selesai
burung, sangkar dan hujan badai
menggunakan piring dan gelas di
Hari kedua, tak kalah asyik dengan serta pijat-pijatan dalam lingkaran.
sekolah, anak-anak akan mencucinya
hari pertama. Kegiatan dimulai Itu semua adalah permainan yang
sendiri. Siswa baru pun kami
dengan berdoa dan bernyanyi lagu- sudah umum dan menjadi favorit
biasakan melakukan ini, dibantu
lagu tema alam di pendopo sekolah. anak-anak. Anak-anak senang sekali
oleh kakak-kakak kelasnya. Hal ini
Pak Galih, guru yang pintar berlari dan berkeringat. Semuanya
juga untuk membangun kemandirian
membuat lagu dengan gitar mendapat giliran menjadi kucing,
dan tanggung jawab sejak dini.
kebanggaannya, memimpin tikus, sarang atau burung.

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 4


Guru Belajar Menularkan Kegemaran Belajar
17 Agustus 2016

Oke, teman-teman…siap melakukan Tim Pasar. Semua anak tampak perlu diadakan kerja bakti
petualangan? seru Pak Galih. kelelahan namun tetap gembira. membersihkan sungai di sekolah.
Semua anak secara serempak Situasi yang mengharukan, anak- Tak hanya itu, anak-anak juga
berteriak, Siap! Masing-masing anak masih ingin melanjutkan mengusulkan perlunya
kelompok menyerukan yel-yel lalu aktivitas hari itu dengan membersihkan bagian lain dari
kami pun berangkat. sekolah. Pendapat-
pendapat mereka ternyata
Saya mendampingi tim Singa,
sama baiknyadari
yang mendapat bagian jalur
perencanaan kami, para
perkampungan. Timku
guru. Maka diputuskan di
beranggotakan 7 orang anak
hari ketiga PLS, kami akan
dan 2 guru pendamping.
melakukan 3B yaitu
Selain saya, ada Pak Damas
Bersih-Bersih Bersama.
yang menemani. Tim kami
ini cukup unik, selain semua Setelah refleksi, kami
anak adalah laki-laki, di tim mengakhirinya dengan
ini ada 2 siswa baru yang doa bersama. Kali ini
cukup menyedot perhatian Gandhi dari level 4 yang
kami, serta 3 anak memimpin. Kami semua
berkebutuhan khusus. mengamininya, lalu
Syukurlah perjalanan kami bertepuk tangan untuk
lancar, mulai dari rumah- hari yang pantas
rumah penduduk yang kami dirayakan.
lewati, rumah beberapa ketua
RT dan RW, poskamling di
setiap RT, warung sembako Hari III:
warga dan tempat jual beli
Hari ini kegiatan dipimpin
barang bekas. Kami beberapa
oleh Bu Rony, wali level 5.
kali berhenti di poskamling menggambar. Wah, betapa hebatnya Bu Rony memulai dengan bernyanyi
untuk minum, juga tak lupa foto semangat mereka. Waktu tersisa bersama. Pagi ini memang tak
bersama tentunya. Petualangan kami sekitar 40 menit, maka kami berikan secerah dua hari kemarin. Agak
semakin seru, karena Pak Damas waktu istirahat sambil menggambar mendung dan hujan kemarin sore
mengajak kami melewati sebuah selama 30 menit, setelah itu kami menyisakan sedikit genangan air di
gang kecil, yang belum pernah kami ber-refleksi bersama. depan pendopo. Sebetulnya rencana
lewati. Kami mencari dan
kami akan melakukan senam di
menemukan banyak hal baru sampai Pak Galih menguatkan konsep cinta
lapangan. Namun cuaca yang tidak
akhirnya kami berhasil tiba di keluarga, sesama dan lingkungan.
mendukung membuat kami tetap
sekolah melalui pintu belakang. Pak Galih memancing dengan
berada di dalam pendopo untuk
Perjalanan pergi dan pulang pertanyaan, Dari yang sudah kalian
melakukan permainan lain, yang tak
semestinya memang tidak melalui amati tadi ternyata sungai-sungai di
kalah seru.
jalur yang sama. luar sekolah lebih bersih daripada di
sekolah kita, apa yang bisa kita Bu Rony mengajak anak-anak
Kami merupakan tim kedua yang lakukan bersama? Anak-anak melakukan 2 jenis permainan angka
sampai di sekolah, tim pertama memberikan pendapatnya, hingga untuk melatih konsentrasi kembali.
adalah Tim Air dan yang terakhir sampai pada kesimpulan bahwa Bagi yang melakukan kesalahan, di

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 5


Guru Belajar 17 Agustus 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Bu Rony mengajak anak-anak Gunung Bromo. Nama-nama ini ke sungai, berbasah-basahan sambil
melakukan 2 jenis permainan angka adalah pilihan anak-anak sendiri. memunguti sampah yang ada.
untuk melatih konsentrasi kembali.
Kegiatan membuat papan nama Sampah-sampah yang berhasil
Bagi yang melakukan kesalahan,
kelas pun dimulai. Supaya tidak sepi, diambil anak-anak, lalu ditaruh di
maka di wajahnya akan ditempeli
saya memperdengarkan lagu-lagu pinggiran sungai, untuk kemudian
stiker supaya lebih seru dan lucu.
anak dari laptop untuk kami semua. kuangkut dengan gerobak dorong
Nah setelah rangkaian permainan
Asyik sekali setiap kelompok bekerja dan akan diproses oleh tukang kebun
berakhir, anak-anak yang di
sama untuk menyelesaikan papan sekolah. Sampah-sampah tersebut
wajahnya ada stiker, diberi
nama kelas masing-masing. berasal dari pemukiman di utara
konsekuensi untuk menyanyi
sekolah. Kami
bersama di depan
pernah meyusuri
teman-teman yang
aliran sungai,
lain.
ternyata masih
Selesai bermain, banyak warga
Pak Damas dan yang membuang
Pak Galih sampah
mengambil alih sembarangan,
untuk memandu mulai dari baju,
kegiatan membuat plastik, obat-
papan nama kelas. obatan, popok
Bahan yang bayi, nasi, kaleng
digunakan adalah dan barang-barang
karton tebal, anorganik lainnya,
kertas warna- yang jika dibiarkan
warni, majalah terus-menerus
dan brosur bekas. tentu akan
Waktu sudah menunjukkan pukul
Kami juga menyediakan gunting, lem membuat endapan di sungai,
10.00 tanda kegiatan harus
dan isolasi, sementara alat warna nantinya akan membuat air sungai
dihentikan untuk istirahat. Kami pun
disediakan sendiri oleh anak-anak. meluap apalagi di kala musim hujan.
menikmati pudding dan minum sari
Tak jarang luapan itu kami rasakan
Pak Galih membagi anak-anak ke tomat hangat. Yummy, ini cukup
di sekolah kami. Hmm semoga
dalam 5 kelompok. Untuk tema menghangatkan badan di hari yang
semakin hari semakin banyak warga
penamaan kelas, Pak Galih mengajak dingin.
yang sadar akan bahaya yang
berdiskusi. Ada usulan tema wayang,
Sampailah pada kegiatan yang mungkin terjadi jika perilaku mereka
gunung, alat musik tradisional, dan
dinantikan. Aku memanggil semua tidak diubah untuk lebih menjaga
tumbuhan. Ternyata tema gununglah
anak kembali ke pendopo untuk kondisi lingkungan tetap bersih dan
yang paling banyak dipilih. Maka
membagi kelompok 3B. Kelompok 1 sehat.
diputuskan di tahun ajaran ini, nama
bertugas membersihkan kamar
kelas menggunakan nama gunung- Waktu sudah semakin siang, maka
mandi, kelompok 2 membersihkan
gunung yang ada di Indonesia. Level anak-anak kupersilakan mandi dan
perpustakaan, kelompok 3
1 Gunung Merapi, level 2 Gunung berganti pakaian. MOS hari ketiga ini
membersihkan lapangan. Waktu
Krakatau, level 3 Gunung Kelud, diakhiri lebih cepat karena itu adalah
yang diberikan untuk tiap kelompok
level 4 Gunung Semeru dan level 5 hari Jumat, biasanya anak-anak laki-
adalah 30 menit. Setelah semua
laki akan melakukan ibadah Jumatan
selesai, maka anak-anak boleh terjun

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 6


Guru Belajar Menularkan Kegemaran Belajar
17 Agustus 2016

dapat melanjutkan pembuatan papan keseharian semua siswa dan guru di generasi pembaharu. Semoga dari
nama kelas. Jogja Green School, untuk PLS yang hanya 3 hari ini,
menjadikan bumi kita tempat yang meninggalkan kesan mendalam bagi
Pukul 12.00 siang, kami semua
nyaman untuk kita tinggali. diri kalian yang masih murni. Ayo
makan bersama. Kali ini menunya
kita jadi sahabat alam, penjaga bumi
adalah sup jagung, dengan lauk telur Setelah penguatan, Bu Devi
agar tetap tertawa di masa depan
dan tempe. Kami makan sampai memimpin kami semua berdoa, lalu
nanti.
kenyang. Anak-anak lalu boleh menyanyikan mars sekolah. Kami
bermain bebas sampai pukul 12.45. bertepuk tangan, semua anak
kemudian bersalaman dengan para
Setelah makan, Bu Devi kepala
guru dan segera berhamburan ke
sekolah kami, memberikan
luar kelas untuk bermain bebas.
penguatan dan merefleksikan
Anak-anak yang sudah dijemput
seluruh rangkaian kegiatan PLS
sampai tak ingin pulang dulu, karena
tahun ini dengan mengajak anak-
masih ingin merasakan kegembiraan
anak menyebutkan hal-hal
berkumpul bersama teman-teman di
menyenangkan yang sudah
sekolah.
dirasakan selama 3 hari yang dilalui.
Beliau juga menguatkan kami untuk ****
tetap menjaga kerukunan satu sama
Kegiatan PLS pun berakhir. Menjadi
lain misalnya sebagai kakak kelas,
sahabat alam merupakan misi
maka perlu membantu adik-adik
penyelamatan lingkungan. Mulai dari
baru di level 1 dengan memberi
hal-hal kecil, mulai dari sedini
contoh atau mengingatkan. Beliau Agita Yuri
mungkin, mulai dari diri sendiri.
memberikan apresiasi dan ucapan Guru SD Kelas 3
Anak-anak sudah mengalami hari-
selamat atas semangat dan kerja Jogja Green School, Jogjakarta
hari yang menyenangkan dengan batik_lover@yahoo.com
sama anak-anak maupun para guru
berbagai pengalaman dari melihat
selama PLS dan berharap mereka
langsung kondisi alam sekitar
bisa menyesuaikan diri dengan cepat
(EXPERIENTIAL and FUN). Mereka
karena sudah menjadi bagian dari
juga sudah diajak untuk
keluarga Jogja Green School.
merefleksikan semua yang mereka
Tak lupa Bu Devi kembali lihat, dengar dan rasakan. Mereka
mengingatkan bahwa selama MOS diajak untuk mengasah kepekaan Unduh
ini, anak-anak diajak untuk menjadi diri, untuk menjadi semakin peduli, Surat Kabar
sahabat alam, dimulai dari tindakan- terhadap diri sendiri, keluarga,
tindakan kecil sederhana, seperti sesama dan lingkungan
Guru Belajar
membawa tempat bekal dan minum (REFLECTIVE). Dengan refleksi,
Edisi 1 http://bit.ly/SKGuruBelajar1
sendiri setiap hari, membawa tas akan menguatkan mereka untuk Edisi 2 http://bit.ly/SKGuruBelajar2 

belanja sendiri, membuang sampah menetapkan aksi bersama, yang Edisi 3 http://bit.ly/SKGuruBelajar3
di tempatnya, memanfaatkan barang dapat dilakukan sebagai tindakan Edisi 4 http://bit.ly/SKGuruBelajar4
bekas dan menjaga alam sekitar. nyata, bukan sekedar mimpi indah
Upaya-upaya atau misi sahabat alam masa depan (ACTION). Simpan di media
tidak berhenti sampai di PLS saja, penyimpanan (flash disk) dan
Wahai anak-anak masa depan,
tetapi diharapkan menjadi bagikan ke rekan guru
kalianlah yang akan menjadi

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 7


Guru Belajar 17 Agustus 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Belajar dari Jepang


Belajar bisa dari mana saja, termasuk dari praktik dan pengalaman dari negara lain. Belajar
bukan semata meniru, tapi menemukan hal-hal baik yang sudah kita miliki untuk
dikembangkan menjadi lebih efektif. Silahkan simak Hari Pertama Sekolah di Jepang ini

Akhirnya, 6 April 2016 pun tiba. Sehari sebelumnya, bermunculan dari sisi kanan dan sisi kiri jalan serta
sambil melihat kertas daftar perbekalan hari pertama, lorong yang kami lalui menuju sekolah. Rata-rata
saya hilir mudik mengumpulkan barang-barang di mereka memakai warna netral seperti hitam, biru tua,
kamar apartemen kami yang mungil. Gilang berkali- abu-abu. Bahkan terdapat beberapa mama Jepang
kali bertanya, Ma, besok aku sekolah? , Iya, yang menggunakan kimono. Semua demi menghargai
kenapa? , Nggak apa-apa Ma. Sekilas, saya dan merayakan dengan suka cita sebuah event besar
menangkap gundah gulana dalam nada bicaranya. dalam hidup putra/i mereka. Semua mata memandang
Buru-buru saya alihkan ke pertanyaan, Sayang, besok kami dengan binar penuh tanya : orang mana, masuk
pakai kemeja batik yang kelas berapa, dan
mana? , sembari seterusnya.
menunjukkan dua batik Kebetulan, saya tiba di
baru miliknya. Yang Tokyo 6 bulan lebih
ada merah-merahnya, awal dari anak. Ia tiba
Ma. Sedikit ada nada di Tokyo pada
semangat muncul dalam pertengahan bulan
jawabannya karena Maret dan langsung
besok akan pakai baju masuk sekolah pada
baru. bulan April. Walaupun
Lepas membereskan begitu, saya tetap dag
perlengkapan untuk dig dug, semua serba
besok. Saya pertama kali bagi kami
mengajaknya bicara berdua. Tidak
tentang banyak hal. terbayang bagaimana
Saya awali dengan Bu Mirna dan Gilang di depan SDN 6 Fuchu perasaan Gilang.
bertanya bagaimana perasaannya saat itu, bagaimana Baginya, mungkin terasa overwhelming karena semua
pendapatnya tentang perlengkapan sekolahnya yang serba baru, apartemen baru, lingkungan baru, barang-
baru dan berbagai pertanyaan lain yang selalu barang baru sampai bahasa baru. Namun demikian,
berkaitan dengan dirinya. Setelah sesi itu selesai, ia ketika itu, nampaknya ia menikmati semua itu
tampak sedikit lega karena telah melepaskan beban Proses daftar ulang di meja registrasi dijaga oleh
perasaannya. Saya pun melanjutkan menceritakan kakak-kakak kelas dan mereka didampingi guru-guru
runtutan kegiatan yang akan kami lakukan bersama penanggung jawab, berjalan lancar. Seorang kakak
dan apa yang akan ia lakukan sendirian di ruang kelas. kelas yang sepertinya bertugas menjadi pengantar,
Responnya singkat, hanya, iya, Ma . Lalu kami pun mengajak kami masuk ke dalam sekolah dan
istirahat. menuntun Gilang. Ia menunjukkan kotak sepatu
Keesokan pagi, setelah sarapan, kami melangkah uwabaki (uwabaki adalah sepatu in door yang harus
menuju SDN 6 Fuchu yang berjarak hanya 10 menit dipakai tiap anak SD hingga SMA selama berkegiatan
dengan jalan kaki. Kami tidak sendirian, pada saat di area sekolah). Setelahnya, kami diminta naik ke
yang sama, orangtua bersama anak-anak, berpakaian lantai dua, ke ruang kelas 1.2 (Ichi Nen 2 Gumi), yaitu
lengkap dengan jas/blazer dan sepatu pantofel base class Gilang.

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 8


Guru Belajar 17 Agustus 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Sesampainya, Pengantar menunjukkan kotak tempat Pembelajaran yang kami rasakan dan pahami,
menaruh randoseru (ransel anak-anak SD yang sudah tergambar dalam kegiatan-kegiatan yang sebenarnya
mendunia) serta menunjukkannya ke tempat biasa saja dan tiap orangtua serta pendidik pasti
duduknya. Gilang nampak senang karena ia selalu mampu melakukannya. Bahkan tiap orangtua sudah
senyum-senyum sepanjang perjalanan naik ke lantai mempraktikkannya ke keluarga masing-masing namun
dua. Mungkin baginya, ini adalah petualangan menarik hanya berbeda teknik.
seperti di buku-buku cerita. Setelah prosesi Pertama, saya pahami dan saya terima sepenuhnya
pengantaran, Pengantar berkata bahwa saya sudah kondisi psikis si anak, terutama yang berkaitan dengan
bisa meninggalkan Gilang sendirian di kelas dan saya rasa aman dan nyaman yang akan mempengaruhi
sudah harus menuju MPH (Multi-Purpose Hall) kepercayaan dirinya dalam mengambil keputusan
bersama para orangtua lain. Sempat deg-deg an karena dalam aktivitas sehari penuh, di mana saya tidak bisa
was-was Gilang tidak mau saya tinggal. Namun saya bersamanya karena saya juga harus kuliah. Caranya
tarik nafas dan berkata dengan nada datar padanya adalah menahan diri untuk tidak berkomentar panjang
bahwa dia harus tinggal di kelas, menyimak semua lebar, kalau terpaksa berkomentar cukup dengan satu
instruksi dan memperhatikan sekitar serta menirunya kata atau satu aksi saja, menyeimbangkan porsi marah
agar tidak ketinggalan barisan. Setelahnya, saya dengan porsi menunjukkan apresiasi terhadap
bergegas menuju MPH. kemajuan sekecil apapun yang dilakukan anak dan
Di sana, saya mengambil posisi paling ujung di barisan lain-lain.
bangku kedua dari depan. Tujuannya agar tetap bisa Sebulan pertama, tidak mudah bagi kami berdua.
mengamati juga mengabadikan Gilang dari kejauhan Emosi kami naik turun seperti roller coaster. Situasi
sambil sembunyi-sembunyi agar ia tidak mendadak dan kondisi yang kurang kondusif serta kendala utama
berlari ke pelukan saya dan minta pulang. Tak lama sang anak dalam hal bahasa, makin membuat semua
kemudian seremoni dimulai. Siswa/i kelas 1 mulai yang sepele menjadi besar.
memasuki ruangan. Orangtua bersemangat
Pengalaman tak terlupakan adalah saya harus selalu
mengabadikan namun tidak lupa diri dengan tidak
mengantarnya ke sekolah selama dua minggu berturut-
terlalu menguasai medan sehingga orangtua lain tetap
turut, berlari-lari dari sekolahnya untuk mengambil
bisa mengabadikan anak-anak mereka. Sambutan
barang yang tertinggal di rumah kemudian lari lagi ke
kepala sekolah,perkenalan para walikelas satu,
sekolah untuk menitipkan pada guru duty,
sambutan ketua PTA dan lain-lain.
menungguinya di perempatan lampu merah tiap
Banyak pembelajaran yang saya dapatkan dari pulang sekolah, memeluk dan menunggui tangisnya
serangkaian kegiatan untuk menyambut acara yang sulit reda di depan teman-teman sekolahnya,
Penerimaan Murid Baru, di sini. Mulai dari persiapan kadang harus berintonasi tinggi ketika
untuk mengikuti seremoni (semua sudah ditulis dengan mengingatkannya tentang tata tertib di transportasi
rinci sehingga kita hanya perlu datang dan mengikuti umum maupun tata tertib di lampu merah, berkali-kali
acara), daftar barang-barang yang harus dibawa (mulai menjelaskan tentang cara baca-makna-fungsi marka
dari tisu kering, tisu basah sampai saputangan dan jalan, dan lain sebagainya.
pulpen/spidol permanen wajib dibawa), hingga ke
Jujur, saya adalah tipe orangtua protektif, keras dan
persiapan pakaian yang harus kami pakai saat
disiplin. Namun karena kami sudah nyaman dengan
seremoni (seperti yang nampak dalam foto, kami
kepribadian kami masing-masing, Alhamdulillah,
berdua berbatik. Mungkin lain kali perlu tambah
Gilang tidak tersinggung maupun patah semangat
cardigan atau sweater, mengingat suhu di awal musim
dengan semua proses dan metode yang saya terapkan.
semi masih sekitar 12-13 derajat Celsius).
Saya bilang padanya bahwa saya percaya dia bisa
Pembelajaran itu tentunya tidak melulu tentang hal-hal
melakukan semuanya dengan baik. Ia pun percaya
di luar kami, namun juga hal-hal tentang kami berdua
saya karena ia lihat sosok saya yang benar-benar
(rasa saling percaya, saling menyemangati, saling
konsekuen dalam hal memberi penghargaan maupun
mengingatkan dan lain-lain).
memberi konsekuensi padanya. Ia tak sia-siakan itu.

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 9


Guru Belajar Menularkan Kegemaran Belajar
17 Agustus 2016

Perlahan percaya dirinya terpupuk laptop, kipas angin, AC dan lalu saya akan merespon "iya
dan ia pun makin tegar melangkah. elektronik dapur seperti toaster, apanya?", "bawa pulang kotak
Di sini, rasa nyaman dan rasa kulkas dan microwave, sehingga makan siang," begitu balasnya.
saling percaya mulai tumbuh. kami bisa fokus satu sama lain. Di Atau, "kalau Gilang tidak mengerti
sela-sela kegiatan ngobrol, saya instruksi, lihat sekeliling, ikuti apa
Kedua, setiap pulang sekolah, saya
selipkan kalimat penyemangat yang dilakukan teman, sehingga
selalu menanyakan kabarnya,
seperti "Mama bangga pada Gilang Gilang tidak bengong".
tugasnya, pengalaman baru, dan
karena...", "Mama suka jika
lain sebagainya. Awalnya, Semua adalah sebagian kecil
Gilang...", "Mama sudah melihat
jawabannya singkat-singkat. gambaran kehidupan kami berdua
Gilang berhasil melakukan...,
Mungkin karena masih proses di sini. Suka duka terlewati

Foto diambil pada saat Hogoshakai atau Pertemuan Orangtua Murid dengan Walikelas di bulan
Juni, beberapa bulan setelah anak-anak mulai terbiasa dengan rutinitas di sekolah. Di meja
terdapat salahsatu hasta karya anak-anak dan orangtua duduk di kursi anak-anak mereka duduk.

penyesuaian ritme sehingga pertahankan ya," dan seterusnya. bersama-sama. Ketika kami
kelelahan fisik dan psikis yang Setelah dua minggu rutin antar menengok ke belakang sambil
dialaminya masih tinggi, saya tidak jemput, frekuensi saya turunkan bercerita tentang kisah-kisah yang
terlalu mengulik dan tidak menjadi dua kali seminggu untuk telah lalu, kami tersenyum
menasihatinya panjang lebar. antar jemput. Jika saya sedang bersama, tertawa bersama dan
Bahkan komentar pun cukup tidak mengantar, pagi, kami meledek bersama. Jangan salah,
sepatah dua patah kata seperti menyelipkan kata atau frase Gilang itu suka juga meledek saya
"oke", "that's good", "diteruskan ya", penyemangat seperti "hati-hati ya", dan memarahi saya. Kalau itu
dan lain-lain. Lambat laun, ia tidak "kyou mo ganbatte ne (tetap terjadi, saya biarkan saja dan
hanya menjelaskan dengan sepatah semangat juga ya hari ini)", "Mama mengiyakannya. Bahkan tak jarang
dua patah kata. Ia bahkan sayang Gilang," dan lain saya bereaksi seperti reaksi anak-
menjelaskan dalam bahasa Jepang sebagainya. Jika ada barang-barang anak kita, senyum malu-malu
sekaligus mempraktikkan adegan miliknya yang perlu dibawa pulang, karena ketahuan tidak konsekuen
demi adegan. saya selalu mengingatkan dan atau ketahuan melakukan
meminta ia mengulang kembali pelanggaran terhadap kesepakatan
Ketiga, saya memperbanyak waktu
kalimat saya dengan kalimatnya kami.
untuk ngobrol dan bercanda
sendiri, seperti "hari ini bawa
dengannya. Kebetulan tidak ada
pulang kotak makan siangnya ya,"
televisi di apartemen kami.
Gilang akan menjawab "iya Ma,"
Elektronik hanya Smartphone,

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 10


Guru Belajar 17 Agustus 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Merdeka Belajar, Merdeka Menulis


Edisi Keenam akan terbit bulan Merdekakan dalam menulis, agar 3. Emailkan file beserta foto diri
Oktober bertepatan dengan para pelajar kita mendapat dan foto aktivitas dengan
penyelenggaraan Temu Pendidik kesempatan lebih besar untuk subyek email #PraktikCerdas
Nusantara. Karena itu, kami merdeka belajar. Kirimkan tulisan "Nama Penulis" ke
mengundang rekan-rekan guru untuk Anda ke Surat Kabar Guru Belajar KampusGuru@Cikal.co.id
mengirimkan tulisan tentang agar bisa dipelajari oleh guru di paling lambat kami terima
Merdeka Belajar . Tulisan yang seluruh Nusantara. Cara tanggal 19 September 2016
menceritakan praktik baik guru mengirimkan tulisan:
dalam menciptakan suasana 1. Unduh panduan Penulisan
Karena tulisan di Surat Kabar ini
merdeka belajar. Topik besar itu #PraktikCerdas di http://bit.ly/
mempunyai format yang unik,
terbagi menjadi 6 sub topik yaitu MenulisKGB
silahkan baca juga Tips Menulis di
Menumbuhkan Kreativitas, Kearifan
2. Tuliskan sesuai panduan dan Surat Kabar Guru Belajar di http://
Lokal, Asesmen Otentik, Gemar
simpan dalam file dengan bit.ly/TipsMenulis1
Belajar, Literasi dan Integrasi, dan
nama #PraktikCerdas "Nama
Kurikulum Efektif.
Penulis"

Kami juga menerima tulisan Anda mengenai pengalaman mengajar atau


membuat kegiatan belajar di luar topik utama.
Silahan ikuti panduan penulisan yang telah dicantukan di bagian atas.

Tentang Surat Kabar Ini


Dewan Redaksi:
Guru Belajar adalah surat kabar dua bulanan yang
Najelaa Shihab
diterbitkan Komunitas Guru Belajar dengan misi Menularkan
Bukik Setiawan
Kegemaran Belajar. Apa pentingnya Surat Kabar ini? Ada
banyak #PraktikCerdas yang dilakukan banyak guru tidak Editor Tamu:
terpublikasikan. Akibatnya, #PraktikCerdas itu tidak dapat Lany Rh
dipelajari oleh guru yang lain. Dengan Surat Kabar ini Indah Nova Ida Manurung
harapannya, para guru bisa berbagi dan saling belajar Poppy Yuniarti
sebagai sesama praktisi pendidikan.
GuruBelajar.org
Tulisan yang diterbitkan di Surat Kabar Guru Belajar tidak Grup Facebook: Komunitas
mewakili pandangan redaksi. Guru Belajar

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 11


Guru Belajar 17 Agustus 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

berbagai konsep penting

Diferensiasi
pembelajaran seperti peran
guru, disiplin positif,
keragaman anak, teori
belajar, pembelajaran
Memahami Pelajar untuk Belajar inkuiri dan rencana
pelaksanaan pembelajaran.
Bermakna dan Menyenangkan
Tidak hanya berhenti di
konsep, buku ini pun
Penerbit: Literati & Kampus Guru Cikal menyajikan pengalaman
para guru dalam
Penulis: Najelaa Shihab & Komunitas Guru Belajar
menerapkan diferensiasi di
Editor: Bukik Setiawan dan Siti Nur Andini kelas mereka. Guru yang berbagi pengalaman pun
beragam, ada guru TK, SD dan SMP; ada guru
ISBN: 978-602-8740-52-4
Matematika, IPA, Seni hingga guru Agama. Dengan
Tebal: VI + 252 halaman menceritakan beragam pengalaman guru, buku ini
Dimensi: 14 x 21 cm membantu anda untuk lebih mengenal dan memahami
diferensiasi untuk merancang pembelajaran yang
Anda seorang guru? bermakna dan menyenangkan bagi pelajar anda.
Anda kebingungan mendesain pembelajaran yang Bagian paling akhir buku menceritakan pengakuan
bermakna dan menyenangkan? orangtua mengenai dampak positif diferensiasi terhadap
Anda belum tahu merancang pembelajaran untuk anaknya dan pengakuan para pelajar dalam mengikuti
beragam anak di kelas anda? pembelajaran menggunakan pendekatan diferensiasi.
Atau, anda ingin memperkaya strategi mengajar anda Karena apapun, pilihan pendekatan dan metode
agar lebih berdampak positif pada pelajar anda? pengajaran harus berdampak pada pelajar sebagai
subyek pendidikan.
Untuk sementara, buku belum tersedia di toko buku. Bila
Buku Diferensiasi ini adalah buku yang tepat untuk
ingin mendapatkannya, anda bisa membeli di
menjawab kebutuhan anda.
TokoBuku.com melalui tautan ini
Bagian pertama buku ini membahas mengenai konsep
diferensiasi sebagai cara pandang dalam merancang
pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. http://bit.ly/BukuDiferensiasi
Setelah itu dibahas keterkaitan diferensiasi dengan

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 12


Guru Belajar Menularkan Kegemaran Belajar
17 Agustus 2016

Hari Pertama Sekolah, Siapa Takut?


Misi pendidikan bukanlah misi individual. Begitu pula peran pendidik, tidak bisa diperankan
seorang diri. Menjadi pendidik adalah bekerja bersama-sama, guru, siswa dan orangtua

Tahun ajaran 2016/2017 adalah games; tetap saja saya blank sama selama bersekolah. Masing-masing
tahun pertama saya bergabung sekali ketika mencari ide bersama anak tersebut mulai menunjukkan
dengan Sekolah Alam Depok, panitia untuk menentukan tema. minat dan potensinya di sekolah,
sekaligus pertama kalinya saya namun orang tuanya masih terlalu
Diskusi berjalan agak alot karena
menjadi guru sekolah. Sebelum para mengkhawatirkan soal nilai dan
sulit mencapai kesepakatan terkait
siswa masuk sekolah, para guru kemampuan akademis/kognitif.
tema drama dan dresscode, entah
bersama staf dan kepala sekolah
karena jalan cerita yang agak Dalam salah satu adegan,
melakukan rapat kerja seminggu
kompleks, ataupun tema yang dimunculkanlah peran guru dan
sebelumnya.
diajukan sudah pernah digunakan sekolah dalam kondisi tersebut, di
Dalam forum tersebut pula, saya dan pada tahun-tahun sebelumnya. Saya mana guru sebagai orang tua kedua
beberapa guru baru lainnya sendiri memutar otak untuk memilih di sekolah juga mengamati
diamanahkan untuk menjadi bagian tema yang kostumnya sederhana dan perkembangan anak, dan
dari panitia penyambutan siswa di mudah disiapkan. mengkomunikasikannya kepada
hari pertama sekolah, dalam tulisan orang tua, agar dapat bersama-sama
Kemudian saya menyadari bahwa
ini selanjutnya akan disebut dengan mengenal anak dan membantu
menjadi pendidik di sekolah
acara First Day . Tujuannya tentu mengeluarkan potensi terbaik dari
bukanlah kerja sendiri, melainkan
saja untuk menyambut para siswa dirinya, bukan sekedar mentransfer
kerja jama ah, kerja bersama-sama.
kembali ke sekolah, mengenalkan pengetahuan ataupun memaksakan
Pendidik perlu bekerja bersama-
guru baru kepada para siswa, selain apa yang baik menurut pandangan
sama mengawal anak-anak
itu juga untuk menjalin komunikasi kita saja. Di adegan terakhir, kedua
menemukan dan mengembangkan
serta kerjasama antar sesama guru siswa tersebut diceritakan bertemu
potensi terbaiknya, jika hal itu
baru maupun dengan guru lama. kembali bertahun-tahun kemudian,
dilakukan sendiri tentunya akan
masing-masing telah mencapai cita-
Meskipun bukan sebagai ketua sangat melelahkan. Ternyata teman-
citanya berkat dukungan keluarga
panitia, namun tetap saja saya agak teman guru yang tidak terlibat
dan sahabat.
kaget dan khawatir ketika mendapat kepanitiaan pun dengan senang hati
tanggung jawab sebagai panitia acara membantu memilih tema, dan Kegiatan puncak dari acara First
tersebut. Saya baru pertama kali akhirnya terpilihlah tema Cita- Day adalah permainan mencari
menjadi guru sekolah, baru mulai citaku untuk baju seragam dan guru. Pada tahun sebelumnya,
belajar mengenal konsep pendidikan drama acara First Day 2016/2017 . permainan ini cenderung sederhana
di sekolah alam, tiba-tiba saya Setelah itu, ide-ide segera dan para siswa cukup mudah
diminta untuk merancang kegiatan bermunculan. Bahkan, saya menemukan guru kelasnya. Maka
yang menarik dan menyenangkan mengajukan diri untuk menuliskan untuk permainan kali ini saya dan
untuk 300 siswa. Walaupun ketua naskah dramanya. rekan-rekan mencoba untuk
panitia sudah menjabarkan membuatnya lebih menantang. Para
Saya merancang drama tentang dua
gambaran umum kegiatan yang akan siswa pertama-tama diberikan
orang anak yang bertemu dan
dilakukan, berupa drama bertema, potongan-potongan puzzle untuk
berkenalan di hari pertama sekolah
dresscode para guru sesuai tema menemukan teman satu
di Sekolah Alam Depok, dan
drama, perkenalan para guru, serta kelompoknya. Pada puzzle tersebut
kemudian menjadi sahabat karib

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 13


Guru Belajar 17 Agustus 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Suasana Hari Pertama Sekolah di


Sekolah Alam Depok

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 14


Guru Belajar 17 Agustus 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Pada puzzle tersebut juga terdapat Hari pertama sekolah memang hari
petunjuk yang mengarahkan mereka yang penting. Di sanalah kita
pada petunjuk-petunjuk lain yang menentukan semangat pembelajaran
disembunyikan di penjuru sekolah. setahun kedepan. Di sanalah para
Petunjuk-petunjuk tersebut ketika pendidik memulai hari-hari bersama
dipecahkan pada akhirnya akan siswa dan para orang tua. Di sanalah
menunjukkan mereka pada guru kita bergabung kembali dan bekerja
kelas mereka. Para siswa terlihat bersama demi masa depan. Di
begitu bersemangat berkeliling sanalah kita memulai perjalanan
mencari petunjuk di sekitar sekolah. dengan berbagai harapan. Semoga
Banyak dari mereka yang berusaha tahun ini akan menjadi tahun yang
memutar otak memecahkan maksud penuh dengan pembelajaran
dari petunjuk yang diberikan, ada menyenangkan; tidak hanya bagi
juga dapat dengan relatif cepat siswa, tapi juga bagi para guru dan
memecahkan petunjuknya dan orang tua. Nadhila Andanis Zafhira
menemukan gurunya. Hari itu, para Guru Sekolah Alam Depok
siswa bersenang-senang di hari nadhilaaz@gmail.com
pertama sekolah.

Komunitas Guru Belajar Komunitas Guru Belajar mempunyai kegiatan berkala


tiap 2 bulan yang disebut Temu Pendidik dan Temu
Guru Belajar adalah komunitas pendidik yang diinisiasi Pendidik Nusantara yang diadakan tiap tahun. Dalam
oleh Kampus Guru Cikal untuk berdiskusi dan berbagi Temu Pendidik, guru berbagi praktik cerdas pengajaran
praktik cerdas pengajaran dan pendidikan melalui dan pendidikan melalui presentasi bercerita.
Facebook dan Temu Pendidik. Praktik cerdas yang
sudah dikurasi akan dipublikasikan di situs
Apa kelebihan Temu Pendidik?
GuruBelajar.org, dalam bentuk surat kabar, buku atau
media pembelajaran. 1. Singkat

Temu Pendidik berdurasi maksimal 2 jam agar
Prinsip Nilai Kami mudah diselenggarakan dan diikuti semua guru.
1. Mewujudkan pelajar sepanjang hayat. Kami bercita- 2. Praktis

cita menumbuhkan pemahaman, pengetahuan, Temu Pendidik memfasilitasi guru berbagi
keterampilan dan sikap yang positif agar setiap pengalaman praktis dalam mengatasi tantangan di
insan terus mau dan mampu belajar. kelas/sekolah.
2. Memberdayakan semua pelaku dan peran. Kami 3. Konkret

sadar bahwa perubahan hanya akan terjadi pada Temu Pendidik memfasilitasi guru untuk
mereka yang merdeka, yang berada dalam membicarakan rencana konkret untuk dilakukan di
lingkungan yang mendukung setiap insan untuk kelasnya.
menjadi penggerak.
3. Menghargai keragaman. Kami yakin keunikan adalah
kekuatan, yang harus didorong dan dimaknai, Tertarik bergabung?
dihormati dan dirayakan. Daftarkan email anda di GuruBelajar.org
4. Berkolaborasi dengan terbuka. Kami sadar bahwa
kami bagian kecil dari jaringan perjuangan, yang Bergabung di
akan berdampak optimal hanya bila berbagi Grup FB Komunitas Guru Belajar
tanggungjawab dengan semua yang peduli.
5. Mempraktikkan standar terbaik. Kami bekerja keras Unduh buku Komunitas Guru Belajar:
untuk menjadi teladan dalam setiap aksi, selalu http://bit.ly/BukuKGB
menggunakan ilmu dan bukti dengan sepenuh hati.

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 15


Guru Belajar 17 Agustus 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Are you ready to see your class?


Setelah belajar dari pengalaman di negeri sendiri dan dari negeri matahari terbit, kali ini kita
akan terbang menuju Jerman, belajar tentang Hari pertama Sekolah. Simak pengalaman Guru
Yuniarti Santosa ini

Der erste Schultag begitu sebutan pada tahun sebelumnya di kelas 1. kebetulan atau tidak, setiap hari
hari pertama kembali ke sekolah di Saya merasa benar-benar beruntung pertama di sekolah, cuaca selalu
Jerman, sangat dinantikan oleh bisa mengikuti perkembangan bersahabat sehingga bisa dilakukan
semua orang. Setiap provinsi di mereka baik secara emosional di tempat terbuka. Setelah sepatah,
Jerman memiliki kalender sekolah maupun akademik. dua patah kata, direktur sekolah
yang berbeda. Sejak tahun 2010, memperkenalkan seluruh staff dan
Dua puluh menit sebelum jam 9
saya mengajar di sebuah sekolah guru kepada komunitas sekolah. Ini
pagi, pekarangan sekolah mulai
international di North Rhein- termasuk, kolega yang bekerja di
didatangi para orang tua dan murid-
Westphalia. Di provinsi ini, summer kantor untuk urusan administrasi,
murid. Ini seperti peraturan tidak
break dimulai pada awal juli dan kollega yang mempersiapkan
tertulis, dimana mereka tidak datang
anak-anak kembali ke sekolah akhir makanan (lunch) dan teman-teman
langsung ke kelas, namun menunggu
Agustus. Berhubung saat saya yang mengurus after school care.
di pekarangan sekolah. Seperti
menulis ini, saya masih dalam Untuk para orang tua dan murid-
biasa, setelah memastikan kelas
suasana liburan, saya akan berbagi murid baru, hal ini sangat penting
sudah rapi dan siap menerima
pengalaman tentang hari pertama di sehingga mereka tahu kemana
tamu , saya keluar dan menyapa
sekolah yang saya alami tahun lalu. mereka bisa bertanya. Murid-murid
para orang tua. Mata saya mencari
lama biasanya bertepuk tangan
Ada kegiatan apa saja sih di hari wajah-wajah familiar . Ada yang
setiap kali nama guru yang akan
pertama sekolah? Persiapan apa saja langsung memanggil dan memeluk
mengajar mereka disebut.
yang dilakukan sekolah? saya. Ada yang malu-malu.
Tentunya ada wajah-wajah baru Setelah acara perkenalan, tiap kelas
Seperti tahun-tahun sebelumnya,
(biasanya anak-anak baru di kelas 1 dipanggil untuk melakukan foto kelas
hari pertama sekolah hanyalah
dan Early Years) yang mengumpat bersama guru kelas. Saya
setengah hari. Ini artinya, hari
dibalik orang tua mereka. Saya sapa memastikan semua anak-anak saya
tersebut dimulai pada jam 9 dan
mereka satu per satu. Good nongol di foto. Orang tua sibuk
berakhir jam 12 siang. Seperti di
morning, how are you today? mengambil foto dari berbagai angles.
sekolah lain, para guru sudah masuk
Setelah berfoto-foto selama kurang
seminggu sebelum murid-murid Tepat pukul sembilan pagi, direktur
lebih 5 menit, murid-murid pamit
datang ke sekolah. Saya memastikan sekolah memulai hari pertama di
kepada orang tua mereka dan
kelas sudah rapi, bersih dan siap sekolah dengan beberapa kata
mengikuti saya ke kelas. Umumnya
untuk menerima tamu-tamu kecil singkat. Seluruh murid dan orang
para orang tua ikutan ke kelas.
yang akan menghabiskan sebagian tua (beberapa malah membawa
Apalagi untuk kelas satu dan Early
besar waktunya di kelas ini. Oiya, anggota keluarga lain seperti kakek,
Years, mereka mengikuti anak-
tahun lalu saya mengajar kelas 2. nenek, kakak/adik) mulai dari Early
anaknya bahkan mengikuti kegiatan
Saya telah mengenal anak-anaknya Years (TK) hingga IB Diploma
singkat di dalam kelas. Tetapi hal ini
beserta orang tua mereka. Ini (setingkat SMA) berkumpul di
tidak terjadi kepada saya pada hari
dikarenakan saya mengajar mereka pekarangan sekolah. Entah

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 16


Guru Belajar 17 Agustus 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Para orang tua sudah cukup Saya menggunakan meja bundar di Saya biarkan pertanyaan-pertanyaan
mengenal saya dan anak-anak kelas. Ada 3-4 anak berbagi tempat yang belum terjawab tertempel di
merasa sangat percaya diri dan di meja bundar tersebut. Saya papan supaya mereka bisa kembali
merasa sudah besar dan tidak perlu letakkan kertas post-it di tengah meja melihat pertanyaan dan mencari
dihantar ke kelas lagi. Padahal, ada dan meminta anak-anak untuk jawabannya bersama. Setelah itu,
lho orang tua yang masih berdiri di menulis jawaban mereka dikertas saya menjelaskan rutinitas yang
depan pintu kelas 4. tersebut. What do you wonder about harus dilakukan setiap datang ke
2nd grade? What do you wonder sekolah. Hampir semua murid di
Are you ready to see your class?
about your classroom? Saya kelas saya ingat apa yang harus
tanya saya ketika tiba di depan pintu
meminta mereka untuk mereka lakukan. Tidak terasa, waktu
kelas. YESS!! teriak mereka dengan
menempelkan jawaban mereka di sudah menunjukkan pukul 11.15.
sangat penuh entusiasme.
papan tulis. Setelah 5 menit, kita Saya mengajak anak-anak untuk
Setelah mereka meletakkan tas bersama-sama membaca jawaban bersiap-siap ke playground.
ransel mereka di cubbies dan ganti yang diberikan.
Berkumpul dan bermain di
sepatu merek dengan indoor shoes ,
playground adalah kegiatan terakhir
saya membuka pintu kelas. Mereka
pada hari pertama di sekolah. Anak-
langsung berbaur masuk ke dalam I wonder what we are going to learn
anak saling menyapa, berkenalan
kelas dan duduk di kursi yang telah in maths.
dan bermain bersama. Mereka
saya label dengan nama mereka. I wonder why we have plants in the
semua tampak ceria dan senang
Saya biarkan mereka bercengkrama classroom.
kembali ke sekolah lagi. Dan mereka
satu dengan yang lain. Saya biarkan I wonder if we are going to have art
semua siap memulai perjalanan di
mereka melihat kelas mereka. Mata in the class.
tahun ajaran baru.
mereka berputar melihat apa saja I wonder what our first unit is.
yang ada di kelas. Ada yang I wonder when we use Ipads/laptops.
berbeda? Apa yang ada di benak I wonder.....
mereka.
Setelah sharing their wonderings,
Setelah sekitar 5-7 menit, saya
satu per satu kita mulai mencari
memberikan tanda untuk fokus.
jawaban dari pertanyaan tersebut.
Sshhhh...Shhhh, ucap saya. Mereka
Tidak semua pertanyaan bisa
pun serentak menjawab,
dijawab pada hari itu. Nah, itu
Ssshhhh…..Ssshhhhh….. dan
merupakan aktivitas yang akan
mereka pun siap untuk
mereka lakukan pada minggu
mendengarkan. Welcome back to
pertama di sekolah. Di minggu
school! Welcome to PY 2! buka
pertama, kita sama bahas tentang
saya pagi itu.
peraturan di kelas. How do we
Setiap guru memiliki cara yang organize ourselves? How do we
berbeda untuk mengisi kegiatan hari organize our class? Why do we need Yuniarti Santosa
pertama ini. Ada yang menyiapkan to know how we organize our class/ PYP Teacher at an International
permainan untuk mengenal satu ourselves? Pertanyaan-pertanyaaan School in Germany.
sama lain, team building, dll. Saya demikian yang memancing murid-
memilih untuk menggali apa yang murid untuk refleksi dan berfikir
ada dipikiran anak-anak dan tindakan apa yang harus melakukan
memulai perjalanan dari sana. dan konsekuensinya.
Sesuai dengan filososi mengajar dan
belajar inquiry .

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 17


SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 18
Guru Belajar 17 Agustus 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Guru Belajar di Wamena


Siapa bilang liburan berarti libur belajar. Guru Lany menunjukkan petualangannya ke Wamena
justru petualangan belajar yang menyenangkan. Simak kisah serunya
Bulan Juli lalu saya berkesempatan Setelah merasa cukup mendapat sering tersendat. Belum lagi jika
mengunjungi Wamena untuk berbagi informasi, saya menawarkan sesi-sesi rekan-rekan saya sudah berangkat ke
bersama beberapa orang rekan berbagi dengan materi yang saya tempat pengabdiannya,
relawan pendidikan. Kedatangan susun menggunakan bahan dan keterjangkauan pada sumber-sumber
saya bertepatan dengan persiapan sumber yang tersedia dan dapat belajar akan semakin menciut.
mereka untuk bertugas di Wamena. dijangkau dengan mudah oleh rekan-
Beberapa buku yang saya cantumkan
rekan saya. Meskipun Wamena
Masing-masing rekan relawan yang sebagai bahan belajar sengaja saya
adalah kota yang sedang
terlibat dalam proses belajar bawa untuk ditinggalkan di sana,
berkembang, ketersediaan buku
memiliki latar belakang keterlibatan menambah buku-buku yang sudah
cukup terbatas dan sinyal internet
di bidang pendidikan yang berbeda.
Satu orang dengan latar belakang
pendidikan sastra sudah mengajar 3
tahun secara formal di tingkat
Sekolah Dasar; satu orang berlatar
pendidikan keguruan dengan
pengalaman mengajar tingkat SD
dan SMP secara informal; seorang
lagi berlatar belakang pendidikan
keagamaan dan pernah mengajar
bidang studi agama di beberapa
sekolah setingkat SMP. Yang sama di
antara mereka adalah semangat
untuk mengabdi demi memajukan
pendidikan di dáerah pedalaman.

Beberapa hari di awal proses berbagi


ini saya berbincang dengan mereka
tentang latar belakang, ketertarikan,
pengalaman, dan pandangan mereka
mengenai pendidikan. Saya merasa
perlu mengetahui hal-hal tersebut
untuk menyesuaikan cara saya
berbagi. Dalam pandangan saya,
sesuatu akan lebih mudah diterima
jika sesuai dengan kebutuhan.
Sekalipun masing-masing rekan saya
memiliki latar belakang mengajar,
namun pengalaman yang berbeda
akan memberikan pola pemahaman
yang berbeda pula.

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 19


Guru Belajar Menularkan Kegemaran Belajar
17 Agustus 2016

Kurikulum Pelatihan Relawan Guru Wamena


Materi Batasan Strategi Sumber belajar

1. Mengawali 1. KWL: what I Know. What I want to know, what I


pembelajaran dengan Learnt
Pembukaan latar belakang 2. Awal, menulis K dan W tentang belajar
Jurnal Belajar pengalaman pribadi 3. Menuliskan lesson learn (hasil belajar) di akhir
2. Menyimpan pendapat rangkaian sesi
sebagai agenda refleksi

1. Pemahaman – konsep 1. Contoh bentuk pembelajaran dengan metode 1. Inquiry based learning –
inquiry based learning inkuiri kemudian menyepakati salah satu topik workshop documentation
2. Strategi untuk pembahasan, kemudian membahas (format pdf)
3. Peran pendamping menggunakan alur inkuiri 2. Buku “Sokola Rimba”, Butet
Inquiry 4. Karakter yang 2. Menuliskan perbandingan metode inkuiri dengan Manurung
(kemampuan diharapkan terbentuk metode lain
mencari tahu) pada siswa 3. Telaah metode pembelajaran
4. Rekomendasi program (masuk ke dalam masing-
masing materi lain)
5. Diskusi

1. Pembelajaran tradisional 1. Brainstorm potensi budaya dan wilayah Wamena Artikel “Ketika Pelajar Menilai
(yang biasa terjadi) dan yang perlu dipelajari Diri Sendiri” dalam Surat Kabar
inkuiri 2. Ambil beberapa materi untuk dituliskan kegiatan/ Guru Belajar edisi 2
2. Kebutuhan belajar materi yang berhubungan dan bisa dilakukan
Belajar
3. Keterkaitan antar materi bersama anak-anak
terintegrasi
3. Brainstorm tentang 3 tema secara berpasangan
4. Model hot potato yaitu berputar dan isi masing-
masing materi bergantian
5. Diskusi

1. Gaya belajar 1. Buat lingkaran beririsan tentang sifat dan kegiatan 1. Buku “Totto-Chan”, Tetsuyo
2. Latar belakang kesukaan (karakter) masing-masing pendamping Kuroyanagi
pembelajar 2. Masing-masing pendamping memilih kekuatan 2. Buku ”Anak Bukan Kertas
3. Tujuan belajar kecerdasan masing-masing Kosong”, Bukik Setiawan
Diferensiasi 4. Minat 3. Ambil salah satu materi dari kelas sebelumnya, 3. Artikel “Ketika Pelajar
tuliskan bagaimana belajar materi tersebut Menilai Diri Sendiri” dalam
dengan karakter kecerdasan yang dipilih Surat Kabar Guru Belajar
4. Menceritakan apa yang ditulis edisi 2
5. Diskusi

Assesment Penilai Berbagi secara singkat mengenai bentuk-bentuk 1. “Ketika Pelajar Menilai Diri
(penilaian) 1. Peer assessment penilaian dan fungsinya. Sendiri” & “Asesmen Yang
2. Self-assessment Sangat Menyenangkan” di
3. Educator assessment Diskusi. Surat Kabar Guru Belajar
Edisi 2
Tujuan 2. Curriculum redesign –
1. Formatif workshop documentation
2. Summative

Literasi awal 1. Membaca & 1. Berbagi mengenai strategi yang pernah Buku “Sokola Rimba”, Butet
pemahaman dilakukan. Manurung
2. Mengintegrasikan 2. Diskusi
dengan program belajar
lainnya
3. Membuat anak tertarik
membaca meskipun
tidak menguasai cara
membaca

Kurikulum 1. Kurikulum tertulis 1. Mencapai pengertian masing-masing poin Curriculum redesign –


2. Kurikulum yang kurikulum workshop documentation
diajarkan 2. Merancang program kegiatan dengan (format pdf)
3. Kurikulum yang menggunakan pemahaman materi-materi
dievaluasi (dinilai) sebelumnya (PLANNING): menguraikan kegiatan
tema PRODUK SENI
3. Diskusi

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 20


Guru Belajar Menularkan Kegemaran Belajar
17 Agustus 2016

bertanya dan berdiskusi seluasnya


agar apa yang saya bawakan dapat
disesuaikan dengan latar belakang
dan kebutuhan masing-masing.

Materi yang saya bawakan meliputi


pembelajaran inkuiri, belajar
terintegrasi, diferensiasi, penilaian,
dan penyusunan kurikulum. Padat,
bukan? Namun demikian, saya
merasa rekan-rekan saya cukup
menikmati proses, terlihat dari
pertanyaan dan diskusi yang
mengiringi dalam setiap sesi.
Ekspresi mereka yang meskipun
Beberapa buku yang saya cantumkan latar belakang masing-masing serius juga menunjukkan bahwa
sebagai bahan belajar sengaja saya peserta belajar tentang materi yang mereka larut dalam proses belajar.
bawa untuk ditinggalkan di sana, akan dipelajari. Selain materi-materi tersebut saya
menambah buku-buku yang sudah menambahkan sesi diskusi literasi
Sesudahnya saya meminta mereka
ada di tempat mereka. Sementara untuk membicarakan tentang cara
menuliskan apa saja yang mereka
untuk bahan yang saya dapatkan mengajar membaca secara khusus.
ingin tahu tentang belajar dan proses
dari internet, saya berikan pada Menurut rekan-rekan saya,
belajar. Pertanyaan-pertanyaan
mereka dalam bentuk soft copy. kemampuan membaca yang cukup
mereka ini saya letakkan di bagian
Sebagian artikel yang ditulis rekan- rendah adalah hambatan terbesar
W dalam jurnal kami. W atau want
rekan guru se-Indonesia dalam Surat untuk mengembangkan pendidikan
to know berisi pertanyaan tentang
Kabar Guru Belajar juga saya jadikan di daerah mereka.
materi yang akan dipelajari.
sebagai sumber belajar. Jadi,
Kegiatan brainstorm di awal tersebut Secara implisit, dalam setiap sesi
tolonglah terus menuliskan
adalah bagian pertama yang saya saya berusaha menggunakan strategi
pengalaman rekan-rekan sekalian.
sebut sebagai jurnal belajar. Ada 3 berbeda. Antara lain model irisan
Saya mengawali pembelajaran diagram venn, membuat daftar,
bagian dalam jurnal tersebut, yaitu K
dengan mengajak rekan-rekan saya pemetaan, serta presentasi. Tidak
(knowledge/yang sudah diketahui),
untuk brainstorm mengenai semuanya adalah hal baru, beberapa
W (want to know/yang ingin
belajar . Masing-masing bisa strategi sebetulnya sudah cukup
diketahui), dan L (lesson learnt/yang
menuliskan tentang belajar secara dikenal namun dengan penerapan
sudah dipelajari). Bagian L kami
bebas. Mereka bisa menuliskan apa berbeda. Dengan demikian, rekan-
simpan untuk diisi di akhir
saja yang mereka ketahui, atau rekan saya mendapatkan contoh
keseluruhan proses sebagai refleksi
mereka alami, dan bahkan hal-hal cara belajar yang dapat digunakan
rekan-rekan relawan.
ideal yang mereka pahami tentang bersama anak didiknya kelak.
belajar. Saya kemudian Dalam sesi-sesi berikutnya, saya
mempersiapkan beberapa materi Diskusi yang dilakukan juga
menempatkan tulisan mereka pada
tentang belajar yang sebagian diusahakan betul-betul berasal dari
bagian K dalam jurnal belajar
besarnya lebih banyak berupa pengalaman dan kondisi nyata yang
kami.
pembuka. Keterbatasan waktu ada di sekitar, agar sebisanya
K atau knowledge berisi hal-hal yang menjawab permasalahan yang
membuat saya harus memadatkan
sudah diketahui oleh peserta belajar. dihadapi. Dalam diskusi, perhatian
cara penyampaian. Namun saya
Bagian ini penting untuk mengetahui rekan-rekan saya banyak berkisar
memberikan kesempatan untuk

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 21


Guru Belajar 17 Agustus 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

pada keterbatasan dan kondisi Saya menikmati betul proses


khusus anak didik yang akan berbagi bersama rekan-rekan
dihadapi nantinya. Dari sini relawan ini. Meskipun seperti biasa,
pembicaraan berkembang pada pada awalnya mereka
kemungkinan-kemungkinan yang mengharapkan saya memberi
bisa dimanfaatkan dan dilakukan. materi yang diartikan dengan
lebih banyak menyampaikan
Sepanjang proses belajar kami, saya
pelajaran . Nyatanya, pemaparan
menggunakan cerita-cerita
materi mungkin hanya 10-20% saja
pengalaman nyata di berbagai
dari keseluruhan proses.
tempat dan menunjukkan foto-foto
Selebihnya pembelajaran
proses pembelajaran yang saya
berkembang dari kegiatan yang
simpan secara digital. Lingkungan
aktif mereka lakukan, serta diskusi-
yang kami hadapi mungkin tidak
diskusi kami. Sementara saya lebih
sama, namun saya berharap rekan-
banyak menjadi pengamat dan siap
rekan saya dapat menemukan ide
untuk menggali dokumentasi
dan semangat dari apa yang
pengalaman-pengalaman saya dari
berusaha saya tunjukkan.
komputer jinjing untuk dibahas Lany Rh
Bagaimanapun, dalam belajar dan sesuai arah diskusi. Guru SD Yayasan Pendidikan
mengajar kita perlu percaya diri dan Jayawijaya, Kuala Kencana.
percaya pada kemampuan anak Penggerak Komunitas
didik. Strategi dan metode dapat Guru Belajar Timika.
selalu disesuaikan dengan kebutuhan lanyrh@gmail.com
dan keadaan sekitar.

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 22


Guru Belajar Menularkan Kegemaran Belajar
17 Agustus 2016

Ayo Main! Kolaborasi SD dan SMA


Apa jadinya bila Guru SMA memandu siswa-siswa SMA untuk berkolaborasi dengan siswa SD?
Lebih berharga dari piala, proses belajar bersama dan karya yang bikin bangga
Di sekolah tempat saya mengajar, fashion, fotografi, olahraga, teknologi evaluasi video. Siswa tampak
yaitu SMA 1 Sragi Kabupaten bisa mengisi acara Tutorial , siswa antusias sekali membuat sebuah
Pekalongan terdapat ekstrakurikuler yang bisa mengaji dengan tajwid karya. Bahkan hari libur pun, yang
sinematografi, dan saya ditunjuk yang baik mengisi acara Ayo Ngaji , harusnya bisa mereka gunakan
sebagai pembina ekstrakurikuler dan masih banyak yang lainnya. untuk liburan, malah siswa gunakan
tersebut. Dalam perjalanannya untuk membuat acara youtube. Salah
Acara-acara tersebut nantinya
ekstrakurikuler ini tidak hanya satu siswa ada yang pernah berucap
diproduksi oleh tim ekstrakurikuler
terfokus di bidang perfilman, lebih Kalau membuat acara youtube
sinematografi, dan diupload di
dari itu melebarkan sayap ke dunia waktu berasa cepet, seneng sekali.
youtube. Tujuannya agar mendapat
broadcasting dan entertaiment .
tanggapan dari masyarakat dan si Seiring berjalannya waktu, saya
Karena kebermanfaatan akan lebih
pengisi acara mampu belajar dari merasa acara-acara youtube yang
banyak. Selain berguna kepada
video tersebut. Setelah banyak video dibuat monoton, penonton youtube
peserta ekstrakurikuler yang akan
yang disebarkan, ternyata banyak semakin sedikit. Jika kondisi ini
mengembangkan ilmu
sekali antusias masyarakat yang dibiarkan, maka anggota
sinematografinya. Juga berguna
menonton acara youtube tim ekstrakurikuler sinematografi
kepada siswa lain, yang tidak
ekstrakurikuler sinematografi. semakin lama, semakin bosan. Oleh
mengikuti ekstrakurikuler.
Bahkan sampai ada acara yang karena itu perlu evaluasi dan
Siswa yang memiliki bakat tertentu dilihat oleh 15.000 view penonton. perbaikan acara yang diproduksi.
bisa menyalurkan dan Hal tersebut membuat bangga tim
Tiba-tiba di suatu siang ide muncul,
mengeksplorasi bakatnya di acara- produksi dan pengisi acara.
yaitu membuat acara baru Ayo
acara yang dibuat tim ekstrakurikuler
Pembuatan acara-acara youtube Main . Ayo Main adalah acara
sinematografi. Misalnya siswa yang
tersebut mampu mengalihkan youtube yang berisi tutorial
memiliki bakat bermusik bisa
perhatian siswa untuk tidak permainan tradisional. Hal tersebut
mengisi acara Music Cover , siswa
melakukan hal-hal negatif. Sepulang dilatarbelakangi oleh makin
yang memiliki kemauan di bidang
sekolah, berdiskusi mengenai acara jarangnya permainan tradisional
bahasa Inggris bisa mengisi acara
yang akan diproduksi. Lalu diketahui dan dimainkan oleh anak-
Learning Basic English (LBE) , siswa
memproduksi dari tahap shooting anak. Namun produksi acara ini
yang memiliki bakat tertentu seperti
hingga editing kemudian upload dan harus berbeda dari biasanya.

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 23


Guru Belajar Menularkan Kegemaran Belajar
17 Agustus 2016

Kemudian ide lain bermunculan, narasi akan mengajari anak SD cara dan perkenalan, acara dilanjutkan
yaitu mengajak kolaborasi anak-anak mengisi narasi sebuah acara oleh siswa SMA.
SD. Jadi anak-anak SD yang akan youtube. Jadi selain mengajarkan
Adakah yang ingin menjadi
menjadi talent (model) dalam permainan tradisional, anak-anak
kameramen seperti kakak? tanya
permainan tradisional tersebut. Nanti SMA mengajarkan teknologi kepada
Satrio, salah satu kameramen tim
anggota ekstra Sinematografi yang siswa SD.
ektrakurikuler Sinematografi
notabennya anak SMA sebagai tim
Untuk proses negosiasi dengan guru
produksi. Hampir sebagian besar anak laki-laki
SD pun saya pasrahkan kepada
menunjukkan jari.
Tahap berikutnya adalah mencari SD siswa. Hal tersebut agar siswa lebih
yang mau diajak berkolaborasi. tertempa mental dalam berhubungan Saya Kak... saya Kak... saya

Namun sebelum sampai ke tahap dengan orang yang sudah dewasa, Memang apa sih tugas kameramen
negosiasi dengan SD yang selain itu membantu siswa belajar itu tanya Satrio sambil menghampiri
bersangkutan. Saya pikir jika anak bernegosiasi. salah satu siswa SD.
SMA yang memproduksi sama saja
Setelah jadwal ditentukan saya Ehm... apa ya, yang ambil-ambil
dengan acara youtube yang
mendampingi anak-anak video ya Kak , jawab salah satu
terdahulu, hanya beda konsep acara.
ekstrakurikuler Sinematografi siswa SD.
Sayapun memutar otak, untuk
memproduksi acara Ayo Main di
mencari pembeda, mencari sesuatu Nah, benar sekali , sahut Satrio
SDN 01 Wonosari. Ketika sampai SD,
yang out of the box. Akhirnya siswa dibagi menjadi
anak-anak SD kelas 5 dan 6 sudah
Setelah dipikir panjang, akhirnya menunggu di depan kelas. Kami beberapa kelompok berdasarkan
konsep akhir acara Ayo Main disambut bak artis ibukota. Semua kemauannya. Yang ingin menjadi
ditemukan. Siswa-siswa merubungi kami yang datang presenter dan talent (artis/aktor)
ekstrakurikuler Sinematografi yang membawa alat-alat shooting seperti bersama Qasasy (salah satu siswa
sudah saya beri ilmu memproduksi tripod, kamera, perekam suara, SMA). Adapun yang berminat
acara youtube, akan menyalurkan lighting, slider. Alat-alat yang bagi menjadi kameramen bersama Satrio.
ilmunya kepada siswa SD. Siswa siswa SD asing. Qasasy dan Satrio mengajari siswa-
yang biasanya menjadi kameramen siswa SD layaknya guru mengajari
Sebelum proses shooting saya
akan mengajari anak SD yang murid. Terlihat sekali Satrio dan
mengumpulkan anak-anak SD dan
berminat menjadi kameramen, siswa Qasasy canggung, apalagi ketika ada
anggota ekstrakurikuler
yang sering menjadi presenter akan anak SD yang memberontak, yang
Sinematografi dalam satu kelas. Saya
mengajari anak SD menjadi tidak mau diatur, jalan kesana
perkenalkan satu persatu siswa SMA
presenter, siswa yang sering mengisi kemari. Dan itu membuat Qasasy
yang ikut. Setelah acara pembukaan

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 24


Guru Belajar 17 Agustus 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

dan Satrio kewalahan. Akhirnya banyak yang tahu mengenai


saya turun tangan mengajak permainan tersebut. Lagu Ular Naga
berbicara kepada siswa-siswa yang pun tidak tahu sama sekali, otomatis
sulit diatur. siswa SD mendapat permainan baru
yang bisa dimainkan dengan teman-
Kemudian proses shooting pun
temannya.
dimulai, siswa SD yang diajari Satrio
kamera, menjadi kameramen dengan Proyek kolaborasi ini kalau
didampingi oleh Satrio. Siswa yang diibaratkan seperti mendayung dua,
belajar menjadi presenter, menjadi tiga pulau terlampui. Sekali membuat
presenter dengan sesekali dipandu produksi acara youtube, banyak
oleh Qasasy. Begitu pula siswa SD manfaat yang didapatkan. Bagi anak
yang dipilih menjadi talent (model) SD menjadi mengetahui permainan
dalam tutorial pun menjalankan tradisional, dan mengetahui proses Rizqy Rahmat Hani, S.Pd.
tugasnya. Hari itu kami melakukan pembuatan acara youtube. Adapun Guru Bahasa & Sastra Indonesia
SMA 1 Sragi, Pekalongan.
shooting untuk 2 episode sekaligus, bagi anak SMA adalah belajar Penggerak Komunitas
yaitu episode permainan Boiboinan berbicara di depan umum, belajar Guru Belajar Pekalongan
dan Ular Naga. Ternyata banyak bernegosiasi, mengembangkan rizqyrahmat@gmail.com
anak SD sebelum kami menjelaskan ilmunya lewat berbagi ilmu.
mengenai permainan tersebut tidak

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 25


Guru Belajar 17 Agustus 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Safari Seminar Disiplin Positif


Menyikapi maraknya penggunaan kekerasan oleh guru, Kampus Guru Cikal berinisiatif
mengadakan Safari Seminar Disiplin Positif untuk memperkenalkan prinsip dan sejumlah teknik
menumbuhkan kedisiplinan pelajar tanpa kekerasan. Simak ceritanya
Dalam beberapa bulan terakhir, Penyelenggara Safari Seminar merasa bosan. Sepanjang waktu
ramai diperbincangkan mengenai Disiplin Positif Jabodetabek adalah proses belajar berlangsung dengan
kasus guru mencubit pelajar yang Madrasah Ibtidaiyah Al Husna - melibatkan semua peserta. Meski
dilaporkan ke pihak kepolisian. Bintaro, MAN 15 Jakarta - Jakarta begitu, beberapa kali proses belajar
Percakapan cenderung mengarah Timur, SMAN 13 Depok, Yayasan harus disesuaikan mengingat
pada pembenaran penggunaan Perguruan Annurmaniyah perbedaan jumlah dan kebutuhan
kekerasan untuk mendidik. Banyak Tangerang, Rumah Baca HOS peserta seminar.
yang bertanya bagaimana cara Tjokroaminoto Bekasi, PKBM Kak
Ditengah proses safari seminar
mendisiplinkan pelajar bila tidak Seto Bintaro, Kinderfield Permata
disiplin, isu kekerasan oleh guru
boleh menggunakan kekerasan? Harapan School - Jakarta Barat dan
masih saja terdengar (Baca tulisan
SD Yasporbi III Jakarta Selatan.
Setelah ditanyakan lebih lanjut, Kekerasan dan Disiplin Positif).
Penyelenggaranya beragam dan
ternyata banyak guru yang belum Meski begitu kami tetap semangat
cukup tersebar di berbagai area
mengetahui berbagai teknik karena yakin isu kekerasan hanya
Jabodetabek. Hanya Bogor yang
pengelolaan kelas. Kebanyakan dapat diselesaikan melalui
tidak terwakili.
teknik yang digunakan untuk pendidikan. Terlebih ada donatur
mendisiplinkan pelajar adalah Kampus Guru Cikal pun membentuk yang memberi dukungan untuk
perintah, larangan, hadiah & tim yang terdiri dari Imelda Hutape, mereplikasi Safari Seminar Disiplin
hukuman. Padahal kalau sebatas Bukik Setiawan, Indriyati Herutami, Positif di Jawa Timur.
teknik tersebut, besar kemungkinan Puti Hamid, Reza Oli, Anisa
Singkat cerita, undangan dan
guru akan kesulitan mengelola kelas, Mardatila, Puti Damayanti, Chusnul
pemilihan penyelenggara pun
terpancing emosinya dan kemudian Chotimah dan Baja Seto. Meski
dilakukan hingga jadwal Safari
menjurus pada tindakan kekerasan. setiap kali kesempatan hanya ada
Seminar Disiplin Positif di Jawa
Bukan salah para guru, karena dua pemandu, tapi anggota tim ada
Timur tersusun. Awalnya diskusi
pendidikan guru lebih banyak karena harus menyesuaikan
panjang melalui WA atau inbox
menitikberatkan konten jadwal mengajar setiap guru.
Facebook hingga mencapai suatu
dibandingkan pedagogi.
Meski menggunakan istilah seminar, kesepakatan bersama.
Kondisi tersebut yang mendorong bukan berarti ada narasumber yang
Sosialisasi Disiplin Positif, yang di
Kampus Guru Cikal berinisiatif terus berbicara sementara peserta
adakan di 6 daerah yaitu
mengadakan Safari Seminar Disiplin selalu mendengarkan. Penggunaan
Bojonegoro, Kediri, Malang, Jember,
Positif untuk mensosialisasikan istilah seminar lebih mengacu pada
Surabaya dan Sidoarjo, melibatkan
prinsip dan sejumlah teknik untuk tujuannya yaitu penyebaran ide
Komunitas Gusdurian Bojonegoro,
menumbuhkan kedisiplinan disiplin positif kepada sebanyak
Sekolah Alam Ramadhani, Program
berdasarkan kesadaran, bukan mungkin guru. Tantangannya adalah
Studi Psikologi FISIP Universitas
karena paksaan. Kami pun bagaimana dalam dua jam durasi
Brawijaya, Komunitas Guru Belajar
memposting undangan terbuka seminar, peserta bisa mengalami,
Jember, Komunitas Guru Belajar
kepada satuan pendidikan di menyaksikan dan dan mempelajari
Surabaya, SD Muhammadiyah 1
jabodetabek yang bersedia menjadi Disiplin Positif.
Sidoarjo dan SD Pembangunan Jaya
penyelenggara. Ternyata undangan
Dua jam seminar pun jadi padat Sidoarjo. Enam daerah, enam hari,
tersebut mendapat respon positif dan
karena peserta diajak bergerak satu semangat, guru belajar. Bila
terpilih 8 satuan pendidikan menjadi
melakukan simulasi, menyaksikan Anda berminat belajar Disiplin
penyelenggara dengan ketentuan
cuplikasin film, berdiskusi kelompok Positif, silahkan hubungi narahubung
seminar terbuka untuk guru secara
dan kelas, hingga tanya jawab. Tidak setiap daerah yang tercantum di
umum.
ada waktu buat melamun, apalagi poster kegiatan. Sampai jumpa!

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 26


Guru Belajar 17 Agustus 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Imelda Hutapea menjelaskan Disiplin Positif yang Setelah seminar, Tim Kampus Guru Cikal
meyakini bahwa setiap anak bisa berpikir & berbincang dengan Kepala Sekolah dan Wakil
mengembangkan perilaku positif. Kepala Sekolah.
Lokasi: MAN 15 Jakarta Lokasi: MAN 15 Jakarta

Riza Oli sedang memandu diskusi kelompok Bukik Setiawan dan Riza Oli sedang menjelaskan
para guru, berpindah dari satu kelompok ke mengenai kesepakatan kelas yang salah satu
kelompok lain. poinnya semua orang aktif terlibat.
Lokasi: SMAN 13 Depok Lokasi: SMAN 13 Depok

Belajar bukan ketika mengkonsumsi, tapi ketika Anisa Mardatila menyimak proses belajar yang
mengkonstruksi pengetahuan. Diskusi kelompok terjadi di kelompok. Karena guru bukan hanya
salah satu caranya. bicara, tapi juga mendengar.
Lokasi: SMA Annurmaniyah - Tangerang Lokasi: SMA Annurmaniyah - Tangerang

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 27


Guru Belajar 17 Agustus 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Indriyati Herutami sedang memandu presentasi Rumah baca yang dikeliling sawah tidak
kelompok tentang pengertian Disiplin Positif. menyurutkan semangat guru belajar Disiplin
Lokasi: Rumah Baca HOS Tjokroaminoto Positif.
Lokasi: Rumah Baca HOS Tjokroaminoto

Puti Hamid sedang berbagi pengalaman Foto bersama dengan puluhan guru yang
mempraktikkan disiplin positif di kelas yang bersemangat belajar Disiplin Positif. Tidak kalah
dipandunya. dengan anak muda *eh
Lokasi: Madrasah Ibtidaiyah Al Husna - Bintaro Lokasi: Madrasah Ibtidaiyah Al Husna - Bintaro

Siapa bilang yang belajar hanya guru yunior? Imelda Hutapea memandu pengalaman belajar
Guru senior pun semangat belajar Disiplin Positif. dengan pengelolaan suara, ritme dan alat bantu
Belajar tak kenal usia kan?! sederhana. Kelas besar pun bisa dikelola.
Lokasi: PKBM Kak Seto Lokasi: PKBM Kak Seto

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 28


Guru Belajar 17 Agustus 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Karena tugas pendidik BUKAN membuat jera pelajar dengan


menggunakan hukuman, tapi membantu pelajar mengembangkan
perilaku positif menggunakan dialog, refleksi dan konsekuensi.
Kampus Guru Cikal

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 29


Guru Belajar 17 Agustus 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Debat Publik Pendidikan | #Debat002

Pekerjaan Rumah
Setuju atau Tidak Setuju?
Meski pilihannya dua, tapi ternyata diskusi berkembang sehingga melahirkan 3 pandangan yang berbeda yaitu tidak
setuju PR, setuju PR dalam bentuk soal selama jumlahnya dibatasi dan setuju PR dalam bentuk proyek yang dikerjakan
anak atau bersama orangtua. Ketiga pandangan tersebut akan ditampilkan di tiga halaman terpisah dan berbeda warna.

Saya tidak setuju dengan PR. biarkan anak2 mencoba hal2 Tidak setuju ada PR. Alasannya:
lain (yang positif pastinya ) di luar jam sekolah. Ayu 1. Mata pelajaran di negara kita ini sudah begitu
Ekantari banyak..bahkan anak-anak SMA harus pulang jam 2
atau mungkin tiba di rumah jam 4 sore. Kapan waktu
Saya kurang setuju PR. Karena mereka terbebani dengan istrahat? Kapan waktu membantu org tua? Kapan
adanya PR jika kebanyakan PR hanya mengacu pada buku waktu bersosialisasi di lingkungan rumah dan
teks dan LKS saja. Tidak bisa mengembangkan cara masyarakat? Kapan waktu untuk mempersiapkan
berpikir siswa. Dan siswa pun ogah ogahan, masih banyak pelajaran besok?
prakteknya anak TK saja sudah dapat PR dan ada ujian, 2. Bukankah di kurikulum 13 setiap satu KD selesai maka
dan orang tua kadang msh belum terbuka bahwa yang di dilakukan penilaian. Artinya semua materi dan
perlukan anak kita adalah pendidikan budi pekerti, yang ketercapaian KD sudah dicapai lalu dilakukan
tidak memerlukan nilai, tetapi praktek untuk menciptakan penilaian. Hanya ketika hasil penilaian tidak mencapai
kebiasaan yang baik dan juga perlu keahlian anak untuk KKM maka perlu pengayaan dan penilaian melalui
menunjang kehidupannya kelak. Sri Mei Nurhayati penugasan.
3. Mengapa banyak peserta didik tidak siap belajar
ketika berada dalam kelas.? Karena mereka tidak
Tidak setuju PR. Di sekolah anak sudah berinteraksi sempat mempersiapakan diri di rumah untuk pelajaran
dengan materi sekolah. Di rumah, berilah ruang untuk berikutnya. Padahal seharusnya setiap akhir pelajaran
orang tua ikut mendidik anak dengan "kurikulum" masing harus disampaikan materi /topik yang akan dibahas
masing. Karena tiap anak, tiap keluarga berbeda. Tutut pertemuan selanjutnya agar mereka membaca dan
Widyatmini mempersiapkan diri sebelum masuk kelas.
4. Guru seharusnya kreatif memikirkan bagaimana
pembelajaran yang tidak membosankan atau
PR hanya beban untuk anak kecuali pr sangat urgen mengaktifkan siswa sehingga semua indikator dapat
diberikan.... Anak juga wajib mengembangkan diri di luar tercapai dengan baik di kelas.
jam sekolah... Bermain musik, olah raga, hobi yang
lainnya... Kita dulu juga waktu sekolah agak sebel kalo Wonder Khayra
diberi PR setumpuk. Karlin

Pekerjaan Rumah yang memicu minat belajar? Yes.


Pekerjaan Rumah, untuk mendorong anak belajar dan Pekerjaan Rumah yang hanya merubah anak menjadi
mengulang pelajaran yang telah di berikan, Okey. tukang kejar setoran? No.
Pekerjaan Rumah yang terlalu sulit dan sebenarnya tahu
anak tidak bakal bisa mengerjakan akhirnya yang Isnan Chodri
mengerjakan orang tuanya, tidak setuju. Lilik Machsunatin

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 30


Guru Belajar 17 Agustus 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Saya setuju PR untuk anak kelas 3 SD ke atas. Karena bagi Kalau menurut saya, untuk siswa SD boleh-boleh saja ada
saya tujuan utama PR adalah sebagai bahan review PR, tapi dibatasi. Tidak boleh setiap hari, satu minggu 2-3
pelajaran sekolah di rumah. Jadi pemberian PR dengan kali PR dan soalnya jangan terlalu banyak, 2-5 soal.
porsi yang tepat diharapkan dapat meningkatkan Mengapa? Karena sebenarnya meskipun tidak ada PR
kemampuan siswa, karena tidak semua materi pelajaran anak-anak tetap belajar di rumah. Sebagian besar di
dpt diserap oleh anak di sekolah. lingkungan kami, anak-ana di sore hari sekolah TPQ/TPA.
Malamnya mereka juga sekolah Madin. Selain itu, saat di
Alasan saya kenapa siswa kelas 1 - 2 tidak wajib mendapat rumah anak-anak bisa belajar membantu orang tuanya,
PR, karena siswa kelas 1 - 2 SD adalah dunia bermain dan belajar bergaul dengan lingkungan sekitarnya, belajar
belajar. Pada umumnya mereka masih belajar utk mengatur waktu istirahat, bermain, ataupun sholatnya.
membaca dan menulis. Ketika siswa kelas 1 - 2 SD Mereka juga butuh bermain dan kebersamaan dengan
diberikan PR biasanya 90% dikerjakan oleh orangtua keluarganya. Nona Wina.
siswa. Secara psikologis mereka masih belum mampu
bertanggung jawab penuh dengan tugas2 yang diberikan
Saya setuju ada PR untuk peserta didik. PR hendaknya
oleh sekolah. Huda Alexander Kawato
sesuai materi ajar, bentuk pr bisa bervariasi dan tidak
harus banyak jumlahnya tapi betul-betul membuat peserta
PR sebagai pengingat pelajaran apa saja yang sudah didik mau dengan sadar dan semangat mengerjakan.
dipelajari hari ini. Hanya PR yang diberi tidak perlu Dalam memberikan PR juga harus mempertimbangkan
banyak. Alasannya anak-anak mudah lupa sehingga bisa waktu pengerjaan dan PR dari masing-masing guru. Yang
diingatkan kembali waktu mengerjakan PR dan belajar utama juga, PR harus ditindaklanjuti oleh guru (dibahas,
bersama orangtua pastinya. Sophiena Helfrida Magdalena dinilai atau ada apresiasi) tidak hanya diparaf sehingga
Situmorang peserta didik merasa kecewa atau bahkan menyepelekan
PR. Francisca Murdwiati

PR perlu diberikan kepada siswa jika waktu pengerjaan


Berikan PR, kemampuan anak berbeda-beda. Yang
tugas di sekolah sempit, guna mendapatkan hasil yang
sewajarnya saja, tapi jika ada anak yang meminta PR lebih
maksimal. Guru perlu mengukur dan menyeleksi benar
dari yang guru berikan, misalnya, “Bu, saya ingin
apa saja tugas yang perlu menjadi PR siswa dan tugas
mengerjakan PR 5 halaman”. Karena anaknya yang minta,
yang harus diselesaikan di sekolah. Ayu Novita Pramesti
iyakan saja, besok tinggal kita cek hasil anak tersebut.
Catatan penting sebagai guru, bijaksanalah dalam
Sebenarnya PR bertujuan meningkatan/menambah menyikapi keinginan anak. Kemungkinan yang terjadi anak
pemahaman tentang kompetensi yang dipelajari dengan tersebut benar-benar mengerjakan 5 halaman, bahkan
cara tugas terstruktur (banyak dan batas waktu ditentukan bisa jadi besoknya lapor sama gurunya kalau tidak sempat
guru) dan tugas mandiri yang tidak terstruktur (banyak dan mengerjakan sama sekali dengan alasan versi masing-
waktu ditentukan siswa). Bagi siswa yang sdh paham masing. Itulah dunia anak-anak SD yang pernah saya
sesuai KD dan indikator tdk perlu PR. Siswa yang banyak alami. Saya bijaksana saja menyikapi hal ini, karena PR bisa
kesibukan di rumah, PR adalah beban. Misal siswa yang membuat pengetahuan mereka menjadi lebih baik dan
padat kegiatan Les, kursus,ekskul, pengajian atau yang berdampak positif. Erni Erawati
lain. Siswa yang membantu orang tua bekerja di rumah
juga menambah beban jika ada PR. Kadang guru
memberikan PR tidak diperiksa/dikoreksi sehingga makna Bagi saya PR itu esensial ketika memang diberikan dengan
PR sia-sia. Kalau ingin membiasakan anak belajar di porsi dan waktu yang tepat, di handle dengan gentle
rumah, orang tua cukup dampingi belajar, tumbuhkan touch dan serius oleh pendidik dan mendapatkan waktu
kegemaran belajar sebagai suatu yang dibutuhkan siswa untuk refleksi bisa lewat review atau dikasih PR ulang kalau
sendiri, bukan paksaan. Made Ariawan banyak salah. Karena PR itu kan buat review. Alhamdulillah
di sekolah saya, PR itu diatur wktunya dan rentang
waktunya 1 minggu ke PR lanjutannya. Qori Sierra Apritta

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 31


Guru Belajar 17 Agustus 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Saya setuju ada PR dengan beberapa pertimbangan:


1. Jumlahnya tidak terlalu banyak. Baik dari segi jumlah Saya setuju bila PR dijadikan sebagai projek, terutama
untuk siswa kelas 4 hingga jenjang SMU. Tapi untuk siswa
soal maupun pelajarannya. Nah disinilah diperlukan
TK Sampai SD kelas 1,2,3, sebaiknya PR tidak perlu
koordinasi antar guru.
2. PR bentuk soalnya dapat berupa Project yang di diberikan. Biarkan mereka bebas bereksplorasi. Yuni Ta
dalamnya harus ada keterkaitan antara orang tua,
siswa dan juga lingkungan sekitar.
3. PR bisa juga diberikan sebagai sarana latihan atau
tambahan bagi siswa yang dirasa perlu penambahan Saya setuju ada PR, dengan bentuk yang tepat. Karena
materi. ada beberapa hal yang sebaiknya dikerjakan di rumah,
4. PR diberikan jangan hanya sebagai prasyarat bersama orang tua atau siapapun yang tinggal dan
pelengkap tugas untuk mendapatkan nilai minimal berinteraksi dengan anak. Misalnya saja wawancara
yang harus dicapai. tentang kehidupan dan pendapat ortu, senior dalam
Mas Arifin keluarga, tetangga, teman bermain di rumah, atau bahkan
yang lebih besar tentang masyarakat sekitar.
Jadi, ada baiknya juga ada PR, ketika isinya mendekatkan
anak pada lingkungannya, dan bukan sekedar memberi
Untuk pelajar umur 3 - 9 tahun saya memerkenalkan latihan2 soal yang menjauhkan anak dari keseharian
'Permainan/Eksplorasi Rumah' (Home Play) dan untuk sebagai warga di rumah dan kampungnya. Lany Rh
pelajar umur 10 tahun ke atas saya paparkan kepada
konsep 'Proyek Rumah' (Home Project).

Ironis bahwa lema "kerja" di sini mengalami peyorasi yang Setuju ada pr dalam bentuk project yang bisa dikerjakan
sedemikian drastis, terutama dari segi psikologi dan segi di rumah bersama orangtua.
ekonomi. Tujuannya
1. Anak bisa lebih mengeksplorasi ide dan
Dari segi psikologi murid melihat jarak antara mereka dan keingintahuannya
orang tua biasanya karena alasan 'kerja', dari segi 2. Menumbuhkan kreativitas
ekonomi murid melihat bahwa untuk hidup orang harus 3. Menjalin komunikasi anak dan orangtua untuk sama
be'kerja'. Dari dua efek ini 'pekerjaan' diidentifikasi sama belajar
dengan aktifitas yang bersifat negatif/membebani. Jika 4. Anak dapat mempresentasikan hasil project nya di
demikian mau tidak mau konsep tersebut harus sekolah sehingga melatih kemampuan komunikasi,
berkembang, sebagaimana pendidikan dan pengajaran itu percaya diri, apresiasi terhadap hasil karya, dll..
sendiri bukan? Beberapa lema pengganti 'kerja' juga
diusulkan oleh bu Rosiani Putty, 'eksplorasi', Jadi bukan PR yang hanya berbentuk menjawab soal soal
'komunikasi' (dialog?), 'presentasi'. di buku cetak yaa. Rosiani Putty

Itu baru dari segi murid, di antara para penggiat-penggiat


usia produktif saya berasumsi dan berimajinasi kasar
bahwa lema 'kerja' memiliki efek-efek psikologis negatif
yang tidak sedikit. Adik Christians Hartono

There is no research to show that homework improves student


learning before high school, and it is minimal/questionable on that
level. Alfie Kohn

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 32


Guru Belajar 17 Agustus 2016

Menularkan Kegemaran Belajar

Berguru pada Lia & Aan*


Tugas guru itu bicara, bicara, dan bicara hingga semua materi pelajaran tuntas tersampaikan.
Tapi benarkah tugas guru hanya berbicara? Bila guru hanya berbicara, bagaimana para pelajar
bisa belajar mendengarkan?
Segelas kopi hitam, semangkok mie berturut-turut, Aan berhasil Pembicaraan sempat terhenti sejenak
goreng isi dua, singkong goreng plus mempertahankan statusnya sebagai ketika Daeng Lela, ibunya Aan
tiga bungkus kripik pisang khas anak bungsu, sebelum digantikan mengantarkan teh hangat pesanan
Malino menjadi teman berteduh adiknya dua tahun yang lalu. Nah, mereka. Tapi setelah itu kembali lagi
paling asyik di kantin sekolah. Hujan kantin yang saya singgahi ini dikelola ke dunia mereka yang begitu asyik.
amat deras, seperti dendam yang oleh orangtuanya. Justru di sinilah puncak
mesti dibalaskan. Tanpa jas hujan, kehebatannya. Tema boleh berganti
Apa yang menarik dari pembicaraan
menempuh perjalanan pulang 68 KM ke tema berikutnya, tapi tidak
kedua anak ini? Dialognya
dari Malino ke Pallangga bukan merubah standar penceritaan.
mengasyikkan, padu dan terdengar
pilihan yang bijak. Benarlah pepatah: Tentang ayunan yang belum sempat
gurih . Jika teori bercakap ,
sedia payung sebelum hujan. diperbaiki, tentang sepeda, tayangan
mewanti-wanti untuk menatap wajah
upin-ipin, bakso kesukaan sampai
Menunggu hujan reda, saya lawan bicara demi suksesnya suatu
pada teman main yang pernah
memperhatikan pembicaraan percakapan, percayalah, keduanya
jahat . Mereka mampu menertawai
sepasang anak diteras kantin. Usia sudah melakukan itu. Tawa
berbagai kekonyolan-kekonyolan
mereka sepantasan dengan putriku: kegembiraan terdengar begitu
yang pernah menimpa.
lima tahunan. Yang perempuan renyah. Jika Lia yang bercerita maka
dengan rambut terurai panjang, Aan akan menatap, fokus dan
namanya Aliah Madjid, akrab sesekali mengangguk memberikan
Guru & Active Listening
dipanggil Lia. Usianya tiga bulan keyakinan. Begitu juga sebaliknya,
lebih tua dari Zhifah. Status bungsu tumbuh kesamaan rasa. Saya Kenapa keduanya bisa terlibat dalam
dari tiga bersaudara masih menyaksikan bagaimanan Aan turun dialog yang tidak membosankan?
dipegangnya hingga catatan ini dari kursinya kemudian berdiri Tiga puluh tiga tahun silam, Borc &
dibuat. Lia sekeluarga menghuni menghadap Lia sambil menggerak- Fawcett[1] dalam Learning
salah satu rumah di kompleks gerakkan kedua tangannya, sesekali Counseling & Problem-Solving Skills,
asrama sekolah. Anak laki-laki menggoyangkan badannya kiri- pernah menuliskan tentang active
berambut pendek mendekati plontos kanan membantu meyakinkan listening , bahwa untuk menjadi
dipanggil Aan, usianya lima bulan maksud. seorang penolong yang handal maka
lebih muda dari Lia. Tiga tahun mesti memahami secara baik teknik

Pemandangan di Malino, tempat tulisan ini ditulis

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 33


Guru Belajar Menularkan Kegemaran Belajar
17 Agustus 2016

mendengarkan. Pada kasus Lia & gurunya, disertakan dalam cerita itu. keberlanjutan pembicaraan. Kedua,
Aan, ada tiga komponen utama yang Media sosial menjadi tempat yang ingin merasakan apa yang dialami
jalan seirama yakni doing, saying & paling bersahabat untuk bercerita oleh orang lain, dan ketiga adalah
observing. Naluri kanak-kanak apa saja. menunjukkan bahwa kita para guru
mengantar mereka mempraktekkan Dugaan saya yang kedua juga benar. tertarik dengan apa yang
ketiga komponen dengan baik sekali. Bahwa keterlibatan para guru dalam disampaikan oleh peserta didik. Jika
Ada gerak fisik ketika memberi menjawab kedaruratan peserta saja ketiga situasi ini dapat didalami
informasi, begitu juga pada saat didiknya di media sosial juga dengan baik, maka belajar dari
menerima umpan balik. Tatapan amatlah minim, terlepas apakah pengalaman, peserta didik akan
mata (eye contact), wajah serius seorang guru familiar dengan media membuka dirinya. Pengalamanku
menandakan minat yang besar, sosial. Bukan bermaksud mengatakan, bahwa jika saja anak-
bahkan menganggukkan kepala membongkar gagapnya sebagian anak itu sudah mau terbuka, maka
memberi dorongan minimal. guru mengikuti perkembangan sesungguhnya sebagian masalah
Hebatnya, satu sama lain tidak teknologi informasi, hanya saja, mereka sudah terentaskan.
mendominasi pembicaraan, tumbuh menjadi aneh ketika media sosial Apa yang lebih penting dari seorang
kepekaan, seakan sadar memberi lebih bersahabat, lebih bersahaja teman, kawan, karib ataupun
ruang pada orang lain memasuki atau katakanlah lebih ingin sahabat kecuali memberi
dirinya. mendengarkan dibanding kita para kesempatan untuk bercerita?
Apa sebenarnya yang ingin saya gurunya. Lalu siapa yang memberi Belajarlah dari Lia & Aan.
sampaikan? Ini terkait dengan umpan balik atas keresahan-
efektivitas fungsi guru sebagai keresahan yang bergerombol di
Malino, 15 Desember 2015.
penolong (helper). Guru adalah media sosial itu? Yang jelas bukan
penolong yang memediasi gurunya. Teman sebaya biasanya
tumbuhnya fungsi nalar, moral dan hadir menyisihkan sedikit waktu [1] Leslie E. Borck & Stephen B. Fawcett,
berbagai fungsi-fungsi yang lain. merespon setiap kegelisahan Learning Counseling & Problem-Solving
Keterampilan mendengarkan mutlak sahabatnya. Skills, The Haworth Press, 1982.

dimiliki oleh setiap guru. Bagaimana *Tulisan ini pernah dipublikasikan di


Terhadap kedua dugaan tersebut di
mungkin merasakan apa yang http://www.usmandjabbar.web.id/
atas, akar masalahnya bersumber
dialami peserta didik jika gurunya pada satu hal yakni kurangnya
tidak memiliki waktu yang cukup keterampilan kita para guru untuk
untuk mendengarkan. Bukankah mendengar. Pola belajar dan
peran teman sebaya lebih membelajarkan yang berlangsung di
mendominasi hanya karena mereka kelas terlanjur bercorak patriarkhi
menyediakan waktu yang cukup atau sebutlah bergaya kebapakan
untuk mendengarkan keluh-kesah yang lebih banyak menasehati atau
dan segenap kegelisahan memberi perintah. Bertahun-tahun
sahabatnya? Lalu di mana gurunya?. pola ini berjalan membentuk mindset
Survey kecil-kecilan pernah saya tersendiri: bukanlah mengajar jika
lakukan pada salah media sosial guru belum menceramahi.
yang paling banyak digunakan oleh Keterampilan mendengarkan ini
peserta didik di sekolah. Dugaan sederhana tapi memiliki peran
awal benar. Anak-anak itu lebih sentral dalam pembelajaran.
banyak menuliskan tentang apa yag Mengutip kembali Borc & Fawlett, Usman Djabbar Mappisona
dirasakan, apa yang dialami serta bahwa ada tiga situasi di mana Guru SMA
impian-impian masa depannya di kecakapan mendengarkan ini Penggerak Komunitas
media sosial. Bahkan tentang apa dibutuhkan. Pertama, ketika Guru Belajar Makassar
dan bagaimana penerimaan terhadap penolong (guru) ingin mendorong usmandja@gmail.com

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 34


Guru Belajar Menularkan Kegemaran Belajar
17 Agustus 2016

Kekerasan & Disiplin Positif*


Kekerasan di sekolah sudah pada tahap gawat darurat. Riset yang dilakukan Plan International
dan ICRW menunjukkan 84 persen pelajar di Indonesia pernah mengalami kekerasan (Kompas,
27/2/2015). Angka yang memprihatinkan ini seharusnya digunakan semua pihak untuk
merefleksikan perbaikan iklim relasi belajar dan mengajar di sekolah.
Sayangnya, banyak pihak justru Pembenaran yang seringkali muncul karena pelaku kehilangan cara
cenderung permisif terutama ketika adalah kekerasan terhadap anak oleh meregulasi emosi sehingga hilang
pelaku kekerasan adalah guru. Pada guru boleh dilakukan asal untuk kontrol diri ketika perilaku anak
kasus guru Bantaeng (5/2016), tujuan mendidik. Karena kekerasan tidak sesuai harapannya. Bentuk
umpatan anak setan diabaikan. diyakini dapat membentuk kekerasan tidak terbatas fisik, bisa
Pada kasus guru Sidoarjo, kedisiplinan siswa. Tapi benarkah diekspresikan dalam bentuk
menelanjangi dan mempermalukan kekerasan yang terjadi bertujuan kekerasan verbal dan psikologis,
murid dilupakan. Kasus terbaru di untuk mendidik? Bila bukan seperti sindiran dan sikap sinis,
Makassar, guru memukul murid dan menggunakan kekerasan, lalu apa mempermalukan dan menghina
kemudian dibalas oleh orangtua, solusi untuk menumbuhkan siswa di depan kelas, hingga
disensor menjadi pemukulan kedisiplinan siswa? hukuman fisik.
orangtua terhadap guru semata
Sebagai tindakan emosional,
(Media Indonesia, 11/08/2016).
kekerasan bukan metode
Masyarakat cenderung berpihak Kekerasan sebagai metode
pendidikan. Namun, mengapa
pada pelaku kekerasan dan pendidikan.
kalangan pendidik membenarkan
menyerang murid yang pada Bila kekerasan dianggap metode kekerasan boleh digunakan selama
dasarnya adalah korban kekerasan. pendidikan, apakah para calon guru bertujuan mendidik? Asumsi yang
Upaya orangtua melaporkan mendapatkan mata kuliah yang seringkali tidak disadari dibalik
kekerasan anak disalahkan, tapi mengajarkan metode kekerasan? penggunaan kekerasan adalah
ketika orangtua main hakim sendiri Logikanya, bila kekerasan menjadi anggapan bahwa anak bisa dipaksa.
justru jadi salah. metode pendidikan, maka guru Pemaksaan anak untuk melakukan
Ironisnya, sikap permisif pada sudah dipersiapkan sebagai suatu aktivitas tertentu dianggap
kekerasan terhadap anak juga pelaksana metode tersebut. Di benar. Pemaksaan dianggap metode
ditunjukkan Menteri Muhadjir negara yang melegalkan kekerasan/ membentuk perilaku anak.
Effendy yang baru saja dilantik. hukuman fisik, seperti Singapura,
Dalam sistem relasi kekuasaan
Menteri Muhadjir Effendy justru aturan & prosedur penggunaan
di kebanyakan sekolah, anak adalah
menyatakan bahwa untuk mencetak kekerasan dibuat ketat serta guru-
pihak yang paling inferior, tidak
generasi yang kuat, pendidikannya kepala sekolah dilatih secara khusus.
mempunyai kuasa. Sekolah diatur
harus keras. Pernyataan itu Namun sejauh pengamatan penulis,
berdasarkan kebijakan top-down dari
dikemukakan pertama di rubrik tidak ada mata kuliah atau pelatihan
pemerintah, kewenangan
Sudut Istana TVRI (28 Juli), diulang di Indonesia yang membekali guru
menentukan nasib siswa berada
kembali di Kompas (6/8/2016) dan untuk menggunakan kekerasan
pada kepala sekolah dan pendapat
terakhir pada acara peluncuran sebagai metode pendidikan.
para guru. Suara anak tidak penting
mobil Formula Hybrid (10/08/2016, Artinya kekerasan oleh guru di kelas dipertimbangkan dalam mengelola
Detik.com). Pernyataan itu selama ini bukan suatu tindakan proses belajar dan pengelolaan
menggambarkan sikap abai terhadap yang dipersiapkan dan sekolah. Keputusan apapun harus
kondisi gawat darurat kekerasan direncanakan. Bukan pula tindakan dipatuhi anak. Bila anak menolak,
anak. Alih-alih peduli dan memberi sengaja yang dipandu kesadaran maka sah dilakukan pemaksaan atau
pandangan yang pro anak, akan tujuan pendidikan. Tindakan ancaman.
Mendikbud justru seolah membuka kekerasan adalah tindakan hasil
ruang pembenaran bagi terjadinya Pemaksaan terhadap anak berangkat
endapan pengalaman
kekerasan oleh guru terhadap dari anggapan kuno bahwa anak
relasi emosional antara pendidik dan
pelajar. adalah kertas kosong, orang yang
siwa, tindakan kekerasan terjadi

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 35


Guru Belajar Menularkan Kegemaran Belajar
17 Agustus 2016

tidak tahu apa-apa. Anak adalah proses belajar yang efektif. Apapun menghindari hukuman atau ingin
obyek yang diisi kebenaran oleh konten dan cara mengajar yang mendapatkan hadiah. Keterpaksaan
orang dewasa. Mendengar dan patuh digunakan akan terhambat oleh semacam itu yang menurut beliau
adalah kewajiban yang berlaku situasi kelas yang tidak kondusif. merusak budi pekerti anak. Anak
hanya untuk anak. bertindak bukan karena kesadaran
Karena itu, penting bagi pemerintah
dari dalam diri, tapi semata tuntutan
Ironisnya, Ki Hadjar Dewantara memberi kesempatan pada guru
dari lingkungan eksternal. Dari
dalam bukunya justru mengkritik untuk belajar mengenai pengelolaan
pernyataan terlihat kesejajaran
pemaksaan sebagai ciri pendidikan kelas. Dalam konteks kekerasan,
pandangan disiplin positif dengan
kolonial. Jadi jangankan kekerasan, guru penting belajar mengenai
pandangan Bapak Pendidikan
pemaksaan terhadap anak pun disiplin positif, metode metode
Nasional kita. Anak menjadi subyek
seharusnya ditinggalkan dalam menumbuhkan kedisiplinan siswa
utama dalam pendidikan.
pendidikan nasional. Anak tanpa kekerasan. Metode yang
mempunyai kodratnya sendiri, berpijak pada keyakinan bahwa anak Semoga Menteri Pendidikan dan
sehingga pendidik tidak bisa bukan kertas kosong, tapi makhluk Kebudayaan sekarang pun
memaksa kodrat anak, hanya bisa pembelajar yang secara alami telah berpandangan serupa, subjek utama
menuntun tumbuh kembangnya. mempunyai kemauan dan pendidikan adalah anak sebagai titik
Anak bukan kertas kosong, lebih kemampuan belajar sejak lahir. navigasi awal diletakannya kebijakan
tepat diibaratkan sebagai selembar pendidikan yang menempatkan
Guru dan siswa diyakini sebagai dua
kertas yang telah ada gambaran martabat anak sebagai calon
pihak yang harus saling
buram yang seharusnya diperjelas pemimpin yang suaranya penting
mendengarkan, memahami dan
melalui pendidikan. untuk didengar negara.
menghargai untuk mengembangkan
kesepakatan dan proses belajar yang
bermakna bagi kedua belah pihak.
Memahami Disiplin Positif *Versi singkat tulisan ini diterbitkan
Dengan menguasai disiplin positif,
di Jawa Pos, Senin, 15 Agustus 2016
Ketika kasus guru pelaku kekerasan guru belajar memahami psikologi
dilaporkan ke polisi, banyak pro- anak dan menggunakan pemahaman
kontra penggunaan kekerasan di tersebut untuk membangun proses
berbagai grup media sosial guru. pengelolaan kelas yang efektif.
Pertanyaan yang sering diajukan
Berbeda dengan pendekatan
sebagian besar guru adalah
konvensional, disiplin positif
bagaimana menumbuhkan
menolak melakukan pemaksaan
kedisiplinan siswa bila tidak boleh
terhadap siswa baik melalui
menggunakan kekerasan atau
hukuman maupun pemberian
hukuman fisik? Rupanya dalam
ganjaran. Pemaksaan siswa hanya
pendidikan guru telah ada seruan
menghasilkan perilaku positif yang
tidak menggunakan kekerasan, tapi
semu. Siswa berperilaku positif
minim materi mengenai teknik
ketika ada guru dan orangtua, tapi
pengelolaan kelas tanpa kekerasan.
kehilangan kendali dan mudah
Setelah menjadi guru pun, sangat terkena godaan ketika jauh dari
langka, bahkan tidak ada, orangtua dan guru.
kesempatan mempelajari pedagogi,
Pemaksaan dan ganjaran adalah Bukik Setiawan.
khususnya teknik pengelolaan kelas.
wujud disiplin negatif, yang telah Dosen Kampus Guru Cikal dan
Hampir semua pelatihan lebih
menekankan pada penguasaan
diperingatkan dampak negatifnya Penulis Buku Anak Bukan Kertas
oleh Ki Hadjar Dewantara. Anak- Kosong
konten dan cara menyampaikannya.
anak berperilaku bukan karena
Padahal kelas yang tidak dikelola
kemauan sendiri tapi lebih karena
secara efektif akan menghambat

SURAT KABAR Guru Belajar ¦ 36

Anda mungkin juga menyukai