Anda di halaman 1dari 17

BULLYING

Tugas makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Bimbingan dan Konseling
Pendidikan”
Dosen Pengampu: Rizzika Ozaria M, Pd

Di susun oleh :
Sri Ziyah Lestari (1911192)
Syahri Ramadhani (1911203)
Sultan Abdillah (1911197)
Susan Alvenia (1911199)
Sopiya (1911190)
Sindy Agusriana (1911178)
Siti Rogayah (1911184)

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK
BANGKA BELITUNG
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberi nikmat sehat dan akhirnya bisa menyelesaikan
makalah ini dengan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang Pwta
perkembangan hasil belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya.

Dalam pembahasan makalah ini, kami bertujuan agar Mahasiswa lebih bijak menyikapi
kasus bullying,. Agar nantinya mahasiswa dapat mempelajari dan menerapkan cara memberikan
pembelajaran yang menarik yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pendidikan jika sudah
menjadi guru nanti.

Semoga apa yang akan kami bahas dalam makalah ini menjadi pengetahuan dan
pengalaman. Selain itu kami juga mohon maaf apabila makalah ini ada kesalahan dalam penulisan,
pemaparan materi dan lain sebagainya, yang kami tidak tahu letak kesalahan tersebut. Maka dari
itu kami harapkan kritik dan sarannya, karena dengan saran dan kritikannya, bisa memberikan
motivasi bagi kami agar menjadi lebih baik dalam pembuatan makalah berikutnya.

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak sebab peserta didik melakukan perilaku bullying. Penelitian ini membahas
tentang motif rasa aman peserta didik melakukan perilaku bullying di Sekolah. Beberapa
konsep perilaku sosial digunakan untuk menganalisis bagaimana praktek bullying terjadi,
apa saja motiv dan bagaimana praktek bullying itu dimaknai oleh pelaku. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku bullying, makna bullying bagi para
pelaku bully, serta faktor pendorong terjadinya perilaku bullying dilingkungan sekolah.
Kajian ini menggunakan metode studi literature. Hasil penelitian menunjukkan fakta
bahwa; pertama, sikap apatis dari lingkungan menyebabkan angka bullying semakin tinggi
di lingkungan sekolah. Kedua, keseluruhan pelaku bullying merupakan korban, sehingga
korban berubah menjadi seorang pelaku bullying. Ketiga, tujuan korban menjadi pelaku
bullying adalah untuk melindungi diri, serta untuk mendapatkan rasa aman dari
ligkungannya. Selain itu pelaku juga melakukan bully untuk tujuan membalaskan
dendamnya, hal ini karena pelaku pernah menjadi korban. Balas dendam tersebut berupa
peniruan dari perlaku yang diterimanya. Baik kali ini kita akan membahas bullying.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bullying?
2. Bagaimana bentuk-bentuk dari pembullyan?
3. Apa saja faktor-faktor dari perilaku bullying?
4. Apa saja dampak dari bullying?
5. Bagaimana cara menanggulangi peristiwa bullying?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian bullying
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari bullying
3. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor dari perilaku bullying
4. Untuk mengetahui dampak dari bullying
5. Untuk mengetahui cara menanggulangi peristiwa bullying

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bullying
Kata bullying berasal dari Bahasa Inggris, yaitu dari kata bull yang berarti banteng
yang senang menyeruduk kesana kemari. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) istilah bullying merupakan padanan kata dari bullying. Perundungan
berasal dari kata rundung yang memiliki arti menganggu, mengusik terus menerus;
menyusahkan (Perundungan berarti proses, cara, perbuatan merundung yang dapat
diartikan sebagai seseorang yang menggunakan kekuatan untuk menyakiti atau
mengintimidasi orang-orang yang lebih lemah dari pelaku bullying. Istilah bullying
merupakan suatu istilah yang masing terdengar asing bagi kebanyakan masyarakat di
Indonesia, walaupun pada kenyataannya perilaku tersebut telah terjadi dalam kurun waktu
yang lama dan terjadi di berbagai segi kehidupan termasuk juga dunia pendidikan. Padahal
tindakan bullying merupakan suatu fenomena yang tersebar di seluruh dunia.1Olweus
menyatakan bahwa di negara-negara Skandinavia bullying dikenal dengan istilah mobbing
(Norwegia dan Denmark), atau mobning (Swedia dan Finlandia). 2 Dalam bahasa Inggris
mob berarti sekelompok orang yang bersifat anonim yang terlibat atau bahkan melakukan
suatu pelecehan dan penekanan terhadap orang lain.Bullying merupakan suatu pola
perilaku yang bersifat negatif yang dilakukan secara berulang-ulang dan bertujuan negatif
pula. Perilaku tersebut mengarah langsung dari anak yang satu ke anak yang lain karena
adanya ketidakseimbangan kekuatan. Menurut Coloroso bullying / penindasan adalah
tindakan intimidasi yang dilakukan pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang lemah,
dilakukan dengan sengaja dan bertujuan untuk melukai korbannya baik secara fisik
maupun secara emosional. 3
Adapun bentuk-bentuk bullying menurut Koloroso diantaranya yaitu:
a) Bullying fisik

1
Sari, Pediatri.(2013). Gambaran Bullying dan hubungannya dengan masalah emosi dan perilaku pada anak
sekolah dasar. Jurnal ilmu kesehatan anak dan psikiatri. Vol.15 No.3. Oktober.2013.hal 175
2 Rizal, Syakina Ayesha. (2013) Hubungan Antara Bullying Terhadap Kepercayaan Diri Pada Siswa MAN Tlogo

Blitar. Skripsi. UIN Maliki Malang. hlm 29


3Coloroso, Barbara. Stop Bullying: Memutus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah hingga SMU.

Diterjemahkan oleh: Santi Indra Astuti.( Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2007). hlm 78

4
Penindasan atau tindakan untuk menyakiti orang lain yang disertai dengan adanya kontak
fisik.
b) Bullying verbal
Penindasan atau tindakan untuk menyakiti orang lain secara lisan atau dengan
menggunakan bahasa verbal.
c) Bullying psikis
Penindasan psikis merupakan pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui
pengucilan atau pengabaian dan mempermalukan. Senada dengan hal tersebut menurut
Rigby Ken, perilaku bullying dapat terjadi secara individual ataupun berkelompok yang
dilakukan seorang anak ataupun kelompok secara konsisten dimana tindakan tersebut
mengandung unsur melukai bagi anak yang jauh lebih lemah dibanding pelaku.4 Tindakan
tersebut dapat melukai secara fisik atau psikis anak atau kelompok lain karena pada
umumnya bullying dapat dilakukan secara fisik atau verbal yang berupa kata-kata kasar
bahkan dapat berupa hal lain di luar keduanya. Berdasarkan pendapat para ahli dan tokoh
diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian bullying adalah tindakan agresif yang memiliki
kemampuan dan kekuatan yang tidak seimbang terhadap kekuatan dan kemampuan yang
lebih lemah dan yang di lakukan secara terus menerus dengan tujuan menyakiti dari subjek
yang menjadi sasaran bullying.
Menurut Koloroso terdapat empat unsur karakteristik bullying, diantaranya
adalah:5
a) ketidakseimbangan kekuatan penindasan,
bisa saja orang yang lebih tua, lebih besar, dan lebih kuat. Sejumlah besar anak yang
berkumpul bersama-sama untuk menindas dapat menciptakan ketidakseimbangan.
Penindasan bukan merupakan perkelahian yang melibatkan dua pihak yang memiliki
kekuatan yang seimbang.
b) Niat untuk mencederai,
Penindasan menyebabkan timbulnya kepedihan emosional atau luka fisik dan bisa
keduanya. Pelaku akan merasa senang ketika melihat luka-luka tersebut.

4 Rigby, Ken. Bullying Among Young Children: A Guide for Teachers and Carers. (Australia: Australian
Government Attomey-Generals’s Department.2003), hlm 98
5 Coloroso, Balbara, op.cit.,hlm 80

5
c) Ancaman agresi lebih lanjut
Penindasan tidak dimaksudkan sebagai kejadian yang terjadi hanya sekali. Penindas
dan yang tertindas mengetahui bahwa tindakan penindasan itu bisa terjadi berulang-
ulang. Ketika tiga unsur diatas terjadi secara terus-menerus tanpa henti dan semakin
meningkat, maka unsur ke-empat akan muncul, yaitu:
d) Teror
Ketika teror yang dilancarkan oleh penindas tepat mengenai korbannya, maka teror
bukan hanya menjadi cara untuk mencapai tujuan penindas, melainkan teror itu
menjadi tujuan penindasan. Sekali teror tercipta, sang penindas dapat bertindak tanpa
merasa takut akan adanya pembalasan dari (korban tertindas).
B. Bentuk-bentuk Bullying
Bentuk-bentuk perilaku bullying yang terjadi mulai dari lingkungan pergaulan
hingga di lingkungan sekolah sangat beragam. Menurut Robison Kathy, bentuk-bentuk
perilaku bullying dapat dilakukan secara langsung yang berupa agresi fisik (memukul,
menendang), agresi verbal (ejekan, pendapat yang berbau ras atau seksual), dan agresi
nonverbal (gerakan tubuh yang menunjukkan ancaman). 6 Bullying tidak langsung dapat
secara fisik (mengajak seseorang untuk menyerang orang lain), verbal (menyebarkan
rumor), dan nonverbal (mengeluarkan seseorang dari kelompok atau kegiatan, penindasan
yang dilakukan di dunia maya). Baik anak laki-laki dan perempuan melakukan bullying
terhadap orang lain secara langsung dan tidak langsung, tetapi anak laki-laki lebih mungkin
untuk menggunakan jenis bullying fisik. Adapun bentuk-bentuk bullying Menurut
Koloroso terbagi menjadi beberapa aspek diantaranya, yaitu: 7
a. Bullying fisik
Penindasan atau tindakan untuk menyakiti orang lain yang disertai dengan adanya
kontak fisik. Penindasan ini merupakan jenis tindakan yang paling tampak dan paling
dapat diidentifikasi diantara bentuk-bentuk penindasan yang lain. Bentuk dari Bullying
secara fisik diantaranya menendang, mencubit, menampar, meludahi, memukul,
merusak barang, memalak, menggigit, memiting, dan memilim telinga.

6 Robison, kathy. Bullies and Victims: A Primer for Parents. (National Association of School Psychologists, 2010)
hlm 82
7 Coloroso, op.cit., hlm 81

6
b. Bullying verbal
Penindasan atau tindakan untuk menyakiti orang lain secara lisan atau dengan
menggunakan bahasa verbal. Bentuk dari bullying secara verbal diantaranya
memanggil dengan nama panggilan yang buruk, mengolok-olok, menyebarkan isu
buruk, mengancam, berkata kasar, dan mengkritik kejam.
c. Bullying psikis
Penindasan psikis merupakan pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui
pengucilan atau pengabaian dan mempermalukan. Jenis penindasan ini paling sulit
dideteksi dari luar.bentuk dari bullying secara psikis diantaranya pengucilan,
pengabaian, mempermalukan.

Menurut Wiyani mengatakan bahwa terdapat empat bentuk bullying, yaitu:

1) Lisan, seperti memberi julukan pada anak atau kelompok, menggoda, mencemooh,
mengejek, menghina, mengancam,
2) Fisik, seperti memukul, menendang, mendorong, menjegal, menampar, mencubit
3) Sosial, seperti mengucilkan dari pertemanan, mengabaikan, tidak mengajak
berteman, memberi isyarat yang tidak sopan
4) Psikologis, seperti menyebarkan desas-desus, “dirty looks‟ (pandangan yang
menunjukkan rasa tidak senang, kebencian atau kemarahan seperti memelototi,
melirik dengan sinis), menyembunyikan atau merusak barang, pesan jahat lewat
SMS dan email, penggunaan ponsel kamera untuk hal yang tidak patut.

Bentuk-bentuk bullying lain yang dilakukan oleh seorang atau kelompok meliputi:

1) Fisikal (memukul, menendang, mendorong, merusak benda-benda milik orang


lain),
2) Verbal (mengolok-olok nama panggilan, melecehkan dari segi penampilan,
mengancam, menakut-nakuti),
3) Sosial (menyebarkan gosip/rumor tentang orang lain, mempermalukan orang lain
di depan umum, mengucilkan dari pergaulan, menjebak seseorang agar dia
dianggap melakukan suatu tindakan yang sebenarnya tidak dilakukannya),

7
4) Cyber atau elektronik (melakukan penghinaan melalui jejaring sosial (facebook,
Friendster, twitter) ataupun SMS, menyebarluaskan foto tanpa seizin pemiliknya,
membongkar rahasia orang lain melalui internet ataupun SMS.8
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Bullying
Bullying terjadi tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja tetapi setiap bagian
yang ada di sekitar anak juga turut memberikan kontribusi baik langsung maupun tidak
langsung dalam munculnya perilaku tersebut. Menurut Andri Priyatna mengemukakan
bahwa faktor-faktor tersebut antara lain:9
a) Faktor dari Keluarga
Pola asuh dalam suatu keluarga mempunyai peran dalam pembentukan perilaku
anak terutama pada munculnya perilaku bullying. Keluarga yang menerapkan pola
asuh permisif membuat anak terbiasa untuk bebas melakukan segala sesuatu yang
diinginkannya. Anak pun juga menjadi manja, akan memaksakan keinginannya. Anak
juga tidak tahu letak kesalahannya ketika ia melakukan kesalahan sehingga segala
sesuatu yang dilakukannya dianggapnya sebagai suatu hal yang benar. Begitu pula
dengan pola asuh yang keras, yang cenderung mengekang kebebasan anak. Anak pun
terbiasa mendapatkan perlakuan kasar yang nantinya akan dipraktikkan dalam
pertemanannya bahkan anak akan menganggap hal tersebut sebagai hal yang wajar.
Anantasari menyatakan bahwa lingkungan keluarga si anak apabila cenderung
mengarah pada hal-hal negatif seperti sering terjadi kekerasan (memukul, menendang
meja dan lain-lain), sering memaki-maki dengan menggunakan kata kotor, sering
menonton acara televisi yang mana terdapat adegan-adegan kekerasan dapat berimbas
pada perilaku anak. Sifat anak yang cenderung meniru (imitation) akan melakukan hal
yang sama seperti apa yang dilihatnya. Selain itu anak akan membentuk kerangka pikir
bahwa perilaku yang sering dilihatnya merupakan hal yang wajar bahkan perlu untuk
dilakukan.10
b) Faktor dari Pergaulan

8Andri, Priyatna. Let’s End Bullying: Memahami, Mencegah & Mengatasi Bullying. (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2010), hlm 21
9 Ibid,.hlm 22
10 Anantasari. Menyikapi Perilaku Agresif Anak,( Yogyakarta: Kanisius,2006), hlm 76

8
Teman sepermainan yang sering melakukan tindakan kekerasan terhadap orang lain
akan berimbas kepada perkembangan si anak. Anak juga akan melakukan hal yang
sama dengan apa yang dilakukan oleh teman-temannya. Selain itu anak baik dari
kalangan sosial rendah hingga atas juga melakukan bullying dengan maksud untuk
mendapatkan pengakuan serta penghargaan dari teman-temannya. Selanjutnya,
menurut Faye Ong menjelaskan bahwa faktor yang berpengaruh pada terjadinya
perilaku bullying antara lain:11
(a) Dinamika keluarga (bagaimana anggota keluarga berhubungan satu sama lain)
mengajarkan hal-hal mendasar dan penting pertama kalinya dan hal tersebut
bersifat long term memory pada diri seorang anak. Sebuah keluarga yang
menggunakan gertakan atau kekerasan sebagai alat untuk mengkomunikasikan
suatu hal akan mengajarkan kepada seorang anak bahwa gertakan atau kekerasan
merupakan cara yang dapat diterima untuk berhubungan dengan orang lain dan
untuk mendapatkan apa yang dia inginkan atau butuhkan. Menurut University of
Georgia Profesor Arthur Horne, anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga dimana
anggota keluarga sering menggunakan ejekan, sarkasme, dan kecaman, atau
dimana mereka mengalami frustrasi berulang atau penolakan, atau dimana mereka
menjadi saksi kekerasan terhadap anggota keluarga lainnya menjadikan mereka
beranggapan bahwa tidak ada satu tempat pun yang aman bagi mereka sehingga
mereka akan melakukan kekerasan untuk bertahan hidup.
(b) Media gambar dan pesan dapat mempengaruhi cara seseorang mengartikan suatu
tindakan bullying. Bullying sering dipertontonkan dan digambarkan sebagai
perilaku lucu sehingga bullying dapat diterima sebagai hal yang wajar saja. Sebagai
contohnya sering kali tayangan televisi (film, reality show, talk show), siaran radio,
games, dimana di dalamnya terdapat unsurunsur kekerasan (memperlakukan
seseorang, ejekan, menendang, memukul) yang dianggap sebagai suatu hiburan
nantinya akan terakumulasi dalam pikiran anak yang dapat memicu anak untuk
melakukan bullying.
(c) Gambar tindak kekerasan yang terpasang di media dapat dilihat sebagai suatu
pembenaran untuk perilaku kekerasan dan kasar yang dilakukan di kehidupan

11 Faye Ong . Bullying at School.( The California Department of Education: CDE Press,2003), hlm 54

9
sehari-hari. Menurut Psikolog David Perry dari Florida Atlantic University
mengatakan bahwa “youths see images or popular role models in the media that
support the idea that success can be achieved by being aggressive”.
(d) Aturan dalam pertemanan sebaya secara aktif maupun pasif dapat meningkatkan
pemikiran dan pemahaman bahwa bullying "bukanlah suatu masalah yang
besar".Seorang anak yang menjadi pengamat dan hanya diam saja ketika ada
temannya yang melakukan bullying kepada teman yang lain tanpa disadari anak
tersebut membenarkan apa yang dilakukan oleh temannya. Selain itu, bagi
pengamat bullying cenderung menghindari situasi bullying guna melindungi
dirinya sendiri.
(e) Teknologi telah memungkinkan bagi pelaku bullying untuk melakukan bullying
kepada teman lainnya dengan menggunakan dunia maya. Dengan menggunakan
internet untuk berkomunikasi dan bersosialisasi, pelaku bullying dapat
menggunakan gambar menyakitkan, foto-foto pribadi korban yang digunakan
sebagai alat memperlakukan si korban, ancaman, dan katakata kotor yang dapat
diakses oleh semua orang.
(f) Iklim dan budaya sekolah turut berperan dalam timbul bahkan berkembangnya
perilaku bullying pada siswa. Iklim dan budaya yang cenderung acuh terhadap
perilaku bullying mulai dari yang sederhana akan memberikan celah untuk terus
berkembang menjadi perilaku bullying yang dapat mengarah pada tindak kriminal
yang dapat mengakar dan membudaya dalam sekolah tersebut.
Ponny Retno Astuti menyatakan bahwa sekolah yang biasanya terjadi kasus bullying
pada umumnya: 12
1) didalamnya terdapat perilaku diskriminatif baik di kalangan guru maupun siswa
2) kurangnya pengawasan dan bimbingan etika dari para guru dan petugas sekolah
3) terdapat kesenjangan besar antara siswa yang kaya dan miskin
4) adanya pola kedisiplinan yang sangat kaku ataupun yang terlalu lemah
5) bimbingan yang tidak layak dan peraturan yang tidak konsisten.
D. Dampak Bullying

12 Ponny Retno Astuti. Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekerasan pada Anak.( Jakarta: PT.
Grasindo, 2008), hlm 98

10
Jones dan Davis menyatakan bahwa tindakan berarti keseluruhan respons (reaksi)
yang mencerminkan pilihan perilaku dan mempunyai akibat (efek) terhadap
lingkungannya. Sementara efek diartikan sebagai perubahan nyata yang dihasilkan oleh
tindakan.13 Dalam keterkaitan antara stimulus dan respons yang mendorong seseorang
bertingkah laku, maka dampak bullying dapat dipandang sebagai hasil dari adanya stimulus
dan respons yang bekerja dalam diri seseorang. Dampak bullying adalah konsekuensi
psikologis sebagai hasil dari adanya stimulus dan respons yang bekerja dalam diri
seseorang oleh faktor internal maupun eksternal. Selain itu tanda-tanda lain yang harus
diwaspadai, antara lain Andri sering kehilangan benda-benda milik pribadi; 2) pulang ke
rumah dengan tanda-tanda luka seperti habis dipukul atau pakaian yang kotor tidak seperti
biasa; 3) lebih sering menghabiskan waktu dengan anak-anak yang lebih muda
(menunjukkan adanya rasa tak nyaman kalau harus bergaul dengan anakanak sebayanya).
4) tidak nyaman diwaktu-waktu: pergi sekolah, istirahat, atau pulang sekolah; 5) enggan
pada saat mau berangkat sekolah atau tampak sengaja ingin tiba di sekolah pada saat bel
masuk berbunyi dengan cara sengaja melambatkan diri; 6) senang menyendiri; 7) tidur
terlalu sedikit ataupun sebaliknya; 8) keluhan somatik seperti sakit kepala, sakit perut. 14
Dalam agama Islam bullying sangat di larang karena sangat merugikan orang lain. Dalam
al-qur’an juga sudah disebutkan dalam QS Al-Hujurat ayat 11:Artinya: “Hai orang-orang
yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan orang lain,
boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula suka sekumpulan
perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.
Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah
iman dan barang siapa yang tidak berbat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.
Dari ayat diatas sudah sangat jelas bahwa kita semua itu memiliki derajat yang sama di
mata Allah SWT, sehingga kita tidak boleh melakukan bullying karena belum tentu yang
direndahkan oleh kita itu lebih buruk dari kita. Ukuran tinggi derajat seseorang dalam
pandangan islam bukan ditentukan oleh nenek moyangnya, kebangsaannya, wana kulit,
bahasa dan jenis kelamin yang berbau rasialis. Kualitas dan tinggi derajat seseorang

13Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Lingkungan.( Jakarta: PT. Grasindo, 1995), hlm 64
14 Andri, Priyatna, op.cit.,hlm 56

11
ditentukan oleh ketaqwaannya yang ditunjukkan oleh prestasi kerjanya yang bermanfaat
bagi manusia
E. Cara Memerangi Peristiwa Bullying
Pertama. Membantu anak-anak mengetahui dan memahami bullying. Dengan
menambah pengetahuan anak-anak mengenai bullying, mereka dapat lebih mudah
mengenali saat bullying menimpa mereka atau orang-orang di dekat mereka. Selain itu
anak-anak juga perlu dibekali dengan pengetahuan untuk menghadapi bullying dan
bagaimana mencari pertolongan.hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pemahaman anak mengenai bullying, diantaranya:
1) Memberitahu pada anak bahwa bullying tidak baik dan tidak dapat dibenarkan
dengan alasan maupun tujuan apapun. Setiap orang layak diperlakukan dengan hormat,
apapun perbedaan yang mereka miliki.
2) Memberitahu pada anak mengenai dampak-dampak bullying bagi pihak-pihak yang
terlibat maupun bagi yang menjadi “saksi bisu”.
Kedua. Memberi saran mengenai cara-cara menghadapi bullying. Setelah diberikan
pemahaman mengenai bullying, anak-anak juga perlu dibekali pengetahuan dan
keterampilan ketika mereka menjadi sasaran dari bullying agar dapat menghadapinya
dengan aman tanpa menggunakan cara-cara yang agresif atau kekerasan, yang dapat
semakin memperburuk keadaan.Cara-cara yang dapat digunakan, misalnya dengan
mengabaikan pelaku, menjauhi pelaku, atau menyampaikan keberatan mereka terhadap
pelaku dengan terbuka dan percaya diri. Mereka juga dapat menghindari bullying dengan
berada di sekitar orang-orang dewasa, atau sekelompok anak-anak lain. Apabila anak
menjadi korban bullying dan cara-cara di atas sudah dilakukan namun tidak berhasil,
mereka sebaiknya didorong untuk menyampaikan masalah tersebut kepada orang-orang
dewasa yang mereka percayai, baik itu guru di sekolah maupun orangtua atau anggota
keluarga lainnya di rumah.
Ketiga. Membangun hubungan dan komunikasi dua arah dengan anak. Biasanya
pelaku bullying akan mengancam atau mempermalukan korban bila mereka mengadu
kepada orang lain, dan hal inilah yang biasanya membuat seorang korban bullying tidak
mau mengadukan kejadian yang menimpa mereka kepada orang lain. Oleh karena itu,
sangat penting untuk senantiasa membangun hubungan dan menjalin komunikasi dua arah

12
dengan anak, agar mereka dapat merasa aman dengan menceritakan masalah yang mereka
alami dengan orang-orang terdekat mereka, dan tidak terpengaruh oleh ancaman-ancaman
yang mereka terima dari para pelaku bullying. Dalam kehidupan masa kini yang serba
sibuk dan penuh aktivitas, semakin sulit bagi para orangtua dan anggota keluarga.
Keempat, mendorong mereka untuk tidak menjadi “saksi bisu” dalam kasus
bullying. Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan pada anak-anak sekolah dasar di
Kanada, sebagian besar kasus bullying dapat dihentikan dalam 10 detik setelah kejadian
tersebut berlangsung berkat campur tangan saksi anak-anak lain yang hadir saat kejadian
tersebut berlangsung- misalnya dengan membela korban bullying melalui kata-kata
ataupun secara fisik (memisahkan korban dengan pelaku). Anak-anak yang menyaksikan
kasus bullying juga dapat membantu dengan cara:
1) Menemani atau menjadi teman bagi korban bullying, misalnya dengan mengajak
bermain atau berkegiatan bersama.
2) Menjauhkan korban dari situasi-situasi yang memungkinkan ia mengalami bullying.
3) Mengajak korban bicara mengenai perlakuan yang ia terima, mendengarkan ia bercerita
dan mengungkapkan perasaannya.
4) Apabila dibutuhkan, membantu korban mengadukan permasalahannya kepada orang
dewasa yang dapat dipercaya.
Kelima. Membantu anak menemukan minat dan potensi mereka. Dengan mengetahui
minat dan potensi mereka, anak-anak akan terdorong untuk mengembangkan diri dan
bertemu serta berteman dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama. Hal ini akan
meningkatkan rasa percaya diri dan mendukung kehidupan sosial mereka sehingga
membantu melindungi mereka dari bullying.Terhadap anak-anak yang berisiko terkena
bullying atau menjadi korban bullying, lakukan langkah berikut ini :
1) Jangan membawa barang-barang mahal atau uang berlebihan. Merampas, merusak,
atau menyandera barang-barang korban adalah tindakan yang biasanya dilakukan
pelaku bullying. Oleh karena itu, sebisa mungkin jangan beri mereka kesempatan
membawa barang mahal atau uang yang berlebihan ke sekolah.
2) Jangan sendirian. Pelaku bullying melihat anak yang menyendiri sebagai “mangsa”
yang potensial. Oleh karena itu, jangan sendirian di dalam kelas, di lorong sekolah,
atau tempat-tempat sepi lainnya. Kalau memungkinkan, beradalah di tempat di mana

13
guru atau orang dewasa lainnya dapat melihat. Akan lebih baik lagi, jika anak tersebut
bersama-sama dengan teman, atau mencoba berteman dengan anak-anak penyendiri
lainnya.
3) Jangan cari gara-gara dengan pelaku bullying.
4) Jika anak tersebut suatu saat terperangkap dalam situasi bullying, kuncinya adalah
tampil percaya diri.
5) Jangan memperlihatkan diri seperti orang yan lemah atau ketakutan.
6) Harus berani melapor pada orang tua, guru, atau orang dewasa lainnya yang
dipercayainya. Ajaklah anak tersebut untuk berani bertindak dan mencoba

Keenam. Memberi teladan lewat sikap dan perilaku. Sebaik dan sebagus apapun
slogan, saran serta nasihat yang mereka dapatkan, anak akan kembali melihat pada
lingkungan mereka untuk melihat sikap dan perilaku seperti apa yang diterima oleh
masyarakat. Walaupun tidak terlihat demikian, anak-anak juga memerhatikan dan
merekam bagaimana orang dewasa mengelola stres dan konflik, serta bagaimana mereka
memperlakukan orang-orang lain di sekitar mereka. Apabila kita ingin ikut serta dalam
memerangi bullying, hal paling sederhana yang dapatkita lakukan adalah dengan tidak
melakukan bullying atau hal-hal lain yang mirip dengan bullying. Disadari maupun tidak,
orang dewasa juga dapat menjadi korban ataupun pelaku bullying, misalnya dengan
melakukan bullying di tempat kerja, ataupun melakukan kekerasan verbal terhadap orang-
orang di sekitar kita. Pencegahan buat anak yang menjadi korban bullying:

1) Bekali anak dengan kemampuan untuk membela dirinya sendiri, terutama ketika tidak
ada orang dewasa/ guru/ orang tua yang berada di dekatnya. Ini berguna untuk
pertahanan diri anak dalam segala situasi mengancam atau berbahaya, tidak saja dalam
kasus bullying. Pertahanan diri ini dapat berbentuk fisik dan psikis.Pertahanan diri
Fisik : bela diri, berenang, kemampuan motorik yang baik (bersepeda, berlari),
kesehatan yang prima. Pertahanan diri Psikis : rasa percaya diri, berani, berakal sehat,
kemampuan analisa sederhana, kemampuan melihat situasi (sederhana), kemampuan
menyelesaikan masalah.
2) Bekali anak dengan kemampuan menghadapi beragam situasi tidak menyenangkan
yang mungkin ia alami dalam kehidupannya. Untuk itu, selain kemampuan

14
mempertahankan diri secara psikis. Maka yang diperlukan adalah kemampuan anak
untuk bertoleransi terhadap beragam kejadian. Sesekali membiarkan (namun tetap
mendampingi) anak merasakan kekecewaan, akan melatih toleransi dirinya.
3) Walau anak sudah diajarkan untuk mempertahankan diri dan dibekali kemampuan agar
tidak menjadi korban tindak kekerasan, tetap beritahukan anak kemana ia dapat
melaporkan atau meminta pertolongan atas tindakan kekerasan yang ia alami (bukan
saja bullying). Terutama tindakan yang tidak dapat ia tangani atau tindakan yang terus
berlangsung walau sudah diupayakan untuk tidak terulang.
4) Upayakan anak mempunyai kemampuan sosialisasi yang baik dengan sebaya atau
dengan orang yang lebih tua. Dengan banyak berteman, diharapkan anak tidak terpilih
menjadi korban bullying karena :
a. Kemungkinan ia sendiri berteman dengan pelaku, tanpa sadar bahwa temannya
pelaku bullying pada teman lainnya.
b. Kemungkinan pelaku enggan memilih anak sebagai korban karena si anak memiliki
banyak teman yang mungkin sekali akan membela si anak.
c. Sosialisasi yang baik dengan orang yang lebih tua, guru atau pengasuh atau lainnya,
akan memudahkan anak ketika ia mengadukan tindakan kekerasan yang ia alami.
Penanganan buat anak yang menjadi pelaku Bullying:
(1) Segera ajak anak bicara mengenai apa yang ia lakukan. Jelaskan bahwa
tindakannya merugikan diri dan orang lain. Upayakan bantuan dari tenaga
ahlinya agar masalah tertangani dengan baik dan selesai dengan Cari penyebab
anak melakukan hal tersebut. Penyebab menjadi penentu penanganan. Anak
yang menjadi pelaku karena rasa rendah diri tentu akan ditangani secara
berbeda dengan pelaku yang disebabkan oleh dendam karena pernah menjadi
korban.Demikian juga bila pelaku disebabkan oleh agresifitasnya yang berbeda.
(2) Posisikan diri untuk menolong anak dan bukan menghakimi anak.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bullying merupakan padanan kata dari bullying. Perundungan berasal dari kata
rundung yang memiliki arti menganggu, mengusik terus menerus; menyusahkan
(Perundungan berarti proses, cara, perbuatan merundung yang dapat diartikan sebagai
seseorang yang menggunakan kekuatan untuk menyakiti atau mengintimidasi orang-orang
yang lebih lemah dari pelaku bullying. Bullying merupakan suatu pola perilaku yang
bersifat negatif yang dilakukan secara berulang-ulang dan bertujuan negatif pula. Perilaku
tersebut mengarah langsung dari anak yang satu ke anak yang lain karena adanya
ketidakseimbangan kekuatan. Bullying / penindasan adalah tindakan intimidasi yang
dilakukan pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang lemah, dilakukan dengan sengaja dan
bertujuan untuk melukai korbannya baik secara fisik
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami
menyarankan kepada teman-teman sesame mahasiswa untuk mencari informasi lain sebagai
tambahan dari apa yang telah kami uraikan di atas.

16
DAFTAR PUSTAKA

Pediatri, Sari .(2013). Gambaran Bullying dan hubungannya dengan masalah emosi dan
perilaku pada anak sekolah dasar. Jurnal ilmu kesehatan anak dan
psikiatri.Vol.15No.3.Oktober.2013
Syakina Ayesha, Rizal. 2013, Hubungan Antara Bullying Terhadap Kepercayaan Diri
Pada Siswa MAN Tlogo Blitar. Skripsi. UIN Maliki Malang.
Bardara, Coloroso, 2007. Stop Bullying: Memutus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah
hingga SMU. Diterjemahkan oleh: Santi Indra Astuti.( Jakarta: PT. Serambi Ilmu
Semesta.
Ken, Rigby, 2003. Bullying Among Young Children: A Guide for Teachers and Carers.
Australia: Australian Government Attomey-Generals’s Department.
Kathy, Robison, 2010, Bullies and Victims: A Primer for Parents. National Association of School
Psychologists.
Priyatna, Andri, 2010. Let’s End Bullying: Memahami, Mencegah & Mengatasi Bullying. Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo.
Astut Retno Ponny Ponny, 2008, Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekerasan
pada Anak. Jakarta: PT. Grasindo.
Sarlito Wirawan, Sarwono. 1995, Psikologi Lingkungan. Jakarta: PT. Grasindo.

17

Anda mungkin juga menyukai