Anda di halaman 1dari 60

Kenakalan Remaja Atau Kenakalan Orang Tua

Akhir-akhir ini fenomena kenakalan remaja makin meluas. Bahkan hal ini sudah terjadi
sejak dulu. Para pakar psikolog selalu mengupas masalah yang tak pernah habis-habisnya ini.
Kenakalan Remaja, seperti sebuah lingkaran hitam yang tak pernah putus. Sambung
menyambung dari waktu ke waktu, dari masa ke masa, dari tahun ke tahun dan bahkan dari hari
ke hari semakin rumit. Masalah kenalan remaja merupakan masalah yang kompleks terjadi di
berbagai kota di Indonesia. Sejalan dengan arus modernisasi dan teknologi yang semakin
berkembang, maka arus hubungan antar kota-kota besar dan daerah semkain lancar, cepat dan
mudah. Dunia teknologi yang semakin canggih, disamping memudahkan dalam mengetahui
berbagai informasi di berbagai media, disisi lain juga membawa suatu dampak negatif yang
cukup meluas diberbagai lapisan masyarakat.
Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani
proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-
kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan
perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja
merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-
kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa
lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap
kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri.
Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu.
Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman,
maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut.
Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik-konflik psikologis yang
menggantung harus diselesaikan, dan mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari
lingkungan sebelumnya. Pertanyaannya : tugas siapa itu semua ? Orang tua-kah ? Sedangkan
orang tua sudah terlalu pusing memikirkan masalah pekerjaan dan beban hidup lainnya.
Saudaranya-kah ? Mereka juga punya masalah sendiri, bahkan mungkin mereka juga memiliki
masalah yang sama. Pemerintah-kah ? Atau siapa ? Tidak gampang untuk menjawabnya. Tetapi,
memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan perkembangan anak-
anak kita dengan baik, akan banyak membantu mengurangi kenakalan remaja. Minimal tidak
menambah jumlah kasus yang ada.
Kenakalan remaja, merupakan salah si anak? atau orang tua? Karena ternyata banyak
orang tua yang tidak dapat berperan sebagai orang tua yang seharusnya. Mereka hanya
menyediakan materi dan sarana serta fasilitas bagi si anak tanpa memikirkan kebutuhan
batinnya. Orang tua juga sering menuntut banyak hal tetapi lupa untuk memberikan contoh yang
baik bagi si anak. Sebenarnya kita melupakan sesuatu ketika berbicara masalah kenakalan
remaja, yaitu hukum kausalitas. Sebab, dari kenakalan seorang remaja selalu dikristalkan menuju
faktor eksternal lingkungan yang jarang memerhatikan faktor terdekat dari lingkungan remaja
tersebut dalam hal ini orangtua. Kita selalu menilai bahwa banyak kasus kenakalan remaja terjadi
karena lingkungan pergaulan yang kurang baik, seperti pengaruh teman yang tidak benar,
pengaruh media massa, sampai pada lemahnya iman seseorang.
Ketika kita berbicara mengenai iman, kita mempersoalkan nilai dan biasanya melupakan
sesuatu, yaitu pengaruh orangtua. Didikan orangtua yang salah bisa saja menjadi faktor
sosiopsikologis utama dari timbulnya kenakalan pada diri seorang remaja. Apalagi jika kasus
negatif menyerang orangtua si remaja, seperti perselingkuhan, perceraian, dan pembagian harta
gono-gini. Mungkin kita perlu mengambil istilah baru, kenakalan orangtua.
Orang tua, sering lupa bahwa prilakunya berakibat pada anak-anaknya. Karena kehidupan
ini tidak lepas dari contek-menyontek prilaku yang pernah ada. Bisa juga karena ada pembiaran
terhadap perilaku yang mengarah pada kesalahan, sehingga yang salah menjadi kebiasaan. Para
orang tua jangan berharap anaknya menjadi baik, jika orang tuanya sendiri belum menjadi baik.
Sebenarnya nurani generasai ingin menghimbau “Jangan ajari kami selingkuh, jangan ajari
kami ngomong jorok, tidak jujur, malas belajar, malas beribadah, terlalu mencintai harta
belebihan dan lupa kepada Sang Pencipta, yaitu Allah.―
Tulisan ini mencoba mengajak merenung bagi kita para orangtua, bahwa kenakalan tak
selalu identik dengan remaja, tapi justru banyak kenakalan yang dilakukan oleh para orangtua (di
rumah, di masyarakat, dan di pemerintahan) yang akhirnya juga menjadi inspirasi remaja untuk
berbuat nakal. Menyedihkan memang!

Kenakalan orangtua dalam ikatan keluarga


Beberapa hal yang seringkali dilakukan oleh orang tua dalam lingkungan keluarga antara lain
seperti : Suka berkata-kata kasar, suka menghujat atau memaki, mengajari anak untuk melakukan
perlawanan ketika anak diganggu orang lain, suka menyakiti anak secara fisik dan psikis,
merokok seenaknya di depan anak-anak, dl (masalah akhlak). Mengabaikan pelaksanaan syariat,
sholat misalnya, banyak juga kita orang tua yang mengabaikan sholat, melalaikan sholat, bahkan
tidak pernah sholat, membiarkan anak-anak gadisnya tidak menutup aurat, membiarkan anak-
anaknya bergaul bebas (pacaran), membiarkan anak-anaknya minum-minuman keras, dll.

Kenakalan orangtua di masyarakat


Perilaku “nakal” yang biasanya dilakukan orang tua dalam lingkungan masyarakat seperti :
Menciptakan suasana yang tidak produktif (bapak-bapaknya), misalnya waktu pagi, siang dan
malam suka nongkrong sambil main gaple, atau main catur, walau tidak pakai uang, ini sama
saja artinya tidak menjaga kehormatan diri, apalagi kehormatan keluarganya (istri dan anak-
anaknya)? Sedangkan yang ibu-ibunya suka ngumpul sambil berghibah atau memfitnah,
menghambur-hamburkan uang dengan gaya hidup yang konsumtif yaitu belanja di mall atau
supermarket, bergaya hidup mewah.
Menyediakan sarana kemaksiatan, ini misalnya, jadi bandar narkoba, jadi bandar judi,
menyediakan tempat hiburan (diskotik).
Pendidik yang lalai, ini bisa kita lihat di sekolah atau di kampus, padahal lembaga
pendidikan adalah tempat yang aman untuk menimba ilmu pengetahuan atau belajar, tapi
kenyataannya banyak pendidik yang memberikan contoh yang tidak baik terhadap anak
didiknya, misalnya melakukan perbuatan asusila, menganiaya anak didiknya secara fisik,
menjual ilmu demi keuntungan materi atau sering melakukan dosa pendidikan.
Menjadi pemilik media massa (baik cetak maupun elektronik: koran, majalah, tabloid, radio,
televisi, dan juga internet), gambar dan tontonan yang merusak akhlak (pornografi, kekerasan,
dan seks bebas) yang berlindung atas nama bisnis.

Kenakalan orangtua di pemerintahan


Kenakalan orangtua di pemerintahan seperti : Suka korupsi, mengambil kebijakan menaikkan
biaya pendidikan, menaikkan harga BBM, mahalnya biaya kesehatan, suka membuat janji-janji
tapi lalu melupakannya, suka melakukan pungli atau suap menyuap.
Suka melanggengkan kemaksiatan, memberi izin untuk usaha prostitusi/lokalisasi, perjudian,
tempat diskotik, pabrik minuman keras, dengan dalih besar pemasukannya.
Menutup mata terhadap problem yang diakibatkan usaha prostitusi, perjudian, narkoba,
peredaran minuman keras, diskotik, dll.
Menerapkan aturan kehidupan yang tidak benar dan tidak baik, yakni Kapitalisme-Sekularisme
(termasuk juga Sosialisme-Komunisme).

Solusi dan introspeksi


Marilah kita uraikan satu persatu petuah atau nasihat-nasihat yang kita berikan sebagai
orangtua kepada anak-anak kita padahal kita melakukan dan tidak melakukannya :
Kita melarang anak kita berbicara kasar, padahal kita sering berkata-kata kasar pada anak kita.
Kita melarang anak kita tawuran atau ringan tangan, padahal kita sering menganiaya mereka
anak-anak kita secara fisik, kita suka berkelahi di depan anak-anak kita, suka adu jotos di forum
terhormat gedung lembaga legislatif ketika bersidang karena merasa tidak sepaham, yang di
saksikan anak-anak kita langsung lewat televisi.
Kita melarang anak kita berbohong atau jujur, padahal sudah berapa kebohongan yang kita
ciptakan kepada anak-anak kita.
Kita melarang anak kita mengkonsumsi narkoba, padahal kita sendiri adalah pemakai dan bandar
narkoba itu sendiri.
Kita melarang anak kita bergaul bebas atau pacaran, padahal kita sendiri juga melakukan hal
yang sama bergaul bebas baik dilingkungan masyarakat, maupun lingkungan kantor yang
terkenal dengan nama selingkuh.
Kita melarang anak-anak kita minum-minuman keras dan berjudi, padahal kita adalah bandar
judi dan pemilik pabrik menuman keras serta peminum dan penjudi.
Kita melarang anak kita merokok, padahal dirikita sudah sering membakar uang, dengan
merokok di depan mata mereka, dan kita juga menjual rokok dan pemilik pabrik rokok.
Kita marah ketika anak kita tidak sholat, atau beribadah, padahal kita suka melalaikan bahkan
tidak menunaikan kewajiban sholat.
Kita menghimbau agar anak-anak kita jangan mengkonsumsi tayangan yang pornografi, padahal
dirikita sering menonton tayangan, membaca, mengakses situs-situs porno tersebut, bahkan
kitalah yang memiliki media cetak, penulis naskah, membeli media-media pornografi tersebut.
Kita melarang anak-anak kita untuk menonton televisi terus menerus, padahal kita pengkonsumsi
paling utama siaran televisi sampai tidak tidur.
Kita sering menasehati anak-anak kita untuk tidak berghibah atau memfitnah oranglain, padahal
dirikitalah yang suka berghibah dan memfitnah itu.
Kita marah ketika tahu anak-anak kita sering nongkrong dan keluar malam, padahal kita juga
melakukan hal yang sama, terkadang waktu shubuh baru pulang ke rumah.
Kita menasehati anak kita agar rajin sekolah, tetapi kita juga malas bekerja, bahkan sering
mangkir dari kantor.
Kita mengeluhkan mengapa anak kita malas membaca, padahal kita juga sangat jarang memiliki
kebiasaan membaca.
Kita sering mengajari mereka anak-anak kita untuk tidak melawan kepada orangtuanya, padahal
kita dulunya juga suka melawan orangtua kita.
Kita marah ketika tahu anak kita suka mencuri, padahal kita sering mencuri uang negara, atau
sering mendapatkan rejeki yang tidak halal.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun ia masih
belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia sedang mencari pola hidup yang paling
sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metoda coba-coba walaupun melalui banyak
kesalahan. Kesalahan yang dilakukannya sering menimbulkan kekuatiran serta perasaan yang
tidak menyenangkan bagi lingkungannya, orangtuanya. Kesalahan yang diperbuat para remaja
hanya akan menyenangkan teman sebayanya. Hal ini karena mereka semua memang sama-sama
masih dalam masa mencari identitas. Kesalahan-kesalahan yang menimbulkan kekesalan
lingkungan inilah yang sering disebut sebagai kenakalan remaja.
Remaja merupakan aset masa depan suatu bangsa. Di samping hal-hal yang
menggembirakan dengan kegiatan remaja-remaja pada waktu yang akhir-akhir ini dan
pembinaan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi pelajar dan mahasiswa, kita melihat pula
arus kemorosotan moral yang semakin melanda di kalangan sebagian pemuda-pemuda kita, yang
lebih terkenal dengan sebutan kenakalan remaja. Dalam surat kabar-surat kabar sering kali kita
membaca berita tentang perkelahian pelajar, penyebaran narkotika, pemakaian obat bius,
minuman keras, penjambret yang dilakukan oleh anak-anak yang berusia belasan tahun,
meningkatnya kasus-kasus kehamilan di kalangan remaja putri dan lain sebagainya.
Hal tersebut adalah merupakan suatu masalah yang dihadapi masyarakat yang kini
semakin marak, Oleh karena itu masalah kenakalan remaja seyogyanya mendapatkan perhatian
yang serius dan terfokus untuk mengarahkan remaja ke arah yang lebih positif, yang titik
beratnya untuk terciptanya suatu sistem dalam menanggulangi kenakalan di kalangan remaja.

B. Pokok pembahasan
1. Apakah kenakalan remaja itu?
2. Apa penyebab kenakalan remaja?
3. Akibat-akibat kenakalan remaja?
4. Bagaimana solusi mengatasi kenakalan remaja?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian kenakalan remaja


Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap
ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga
penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali
mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat
terjadinya perubahan sosial. Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda
keremajaan, namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan
sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang pasti, konflik yang
dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi
kehidupan dalam diri mereka.
Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun.
Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup
matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transisi dan pencarian jati diri, yang
karenanya sering melakukan perbuatan-perbuatan yang dikenal dengan istilah kenakalan remaja.
Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum
pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-
orang di sekitarnya. Masalah kenakalan remaja mulai mendapat perhatian masyarakat secara
khusus sejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di
Illinois, Amerika Serikat.
Beberapa ahli mendefinisikan kenakalan remaja ini sebagai berikut:
1. Kartono, ilmuwan sosiologi, Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan
istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh
satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang
menyimpang.
2. Santrock "Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak
dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal”.
3.Bakolak inpres no: 6 / 1977 buku pedoman 8: Bahwa kenakalan remaja adalah kelainan
tingkah laku / tindakan remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta
ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat.
4. Menurut Paul Moedikdo,SH
Ø Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak
merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri,
menganiaya dan sebagainya.
Ø Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan
keonaran dalam masyarakat.
Ø Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial

2. Penyebab kenakalan remaja


para remaja yang masih dalam tarap pencarian jati diri sering sekali mengusik ketenangan
orang lain. Kenakalan-kenakalan ringan yang mengganggu ketentraman lingkungan sekitar
seperti sering keluar malam dan menghabiskan waktunya hanya untuk hura-hura seperti minum-
minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang, berkelahi, berjudi, dan lain-lainnya itu akan
merugikan dirinya sendiri, keluarga, dan orang lain yang ada disekitarnya.
Cukup banyak faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja. Berbagai
faktor yang ada tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal.
Berikut ini penjelasannya secara ringkas:
1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang datangnya dari dalam tubuh remaja sendiri. Faktor
internal ini jika mendapatkan contoh-contoh yang kurang mendidik dari tayangan televisi akan
menimbulkan niat remaja untuk meniru adegan-adegan yang disaksikan pada isi program televisi
tersebut. Khususnya menyangkut masalah pergaulan remaja di zaman sekarang yang makin
berani mengedepankan nilai-nilai budaya luar yang tidak sesuai dengan adat budaya bangsa.
Akhirnya keinginan meniru tersebut dilakukan hanya sekedar rasa iseng untuk mencari sensasi
dalam lingkungan pergaulan dimana mereka bergaul tanpa batas dan norma agar dipandang oleh
teman-temannya dan masyarakat sebagai remaja yang gaul dan tidak ketinggalan zaman.
Timbulnya minat atau kesenangan remaja yang memang gemar menonton acara televisi
tersebut dikarenakan kondisi remaja yang masih dalam tahap pubertas. Sehingga rasa ingin tahu
untuk mencontoh berbagai tayangan tersebut yang dinilai kurang memberikan nilai moral bagi
perkembangan remaja membuat mereka tertarik. Dan keinginan untuk mencari sensasipun timbul
dengan meniru tayangan-tayangan tesebut, akibat dari kurangnya pengontrolan diri yang
dikarenakan emosi jiwa remaja yang masih labil.
2. Faktor eksternal
adalah faktor yang datangnya dari luar tubuh remaja. Faktor ini dapat disebut sebagai faktor
lingkungan yang memberikan contoh atau teladan negatif serta didukung pula oleh lingkungan
yang memberikan kesempatan. Hal ini disebabkan karena pengaruh trend media televisi saat ini
yang banyak menampilkan adegan-adegan yang bersifat pornografi, kekerasan, hedonisme dan
hal-hal yang menyimpang dari nilai moral dan etika bangsa saat ini. sepertinya media televisi
telah memaksa remaja untuk larut dalam cerita-cerita yang mereka tampilkan seolah-olah
memang begitulah pergaulan remaja seharusnya saat ini. Yang telah banyak teradopsi oleh nilai-
nilai budaya luar yang kurang dapat mereka seleksi mana yang layak dan yang tidak layak untuk
ditiru.

Beberapa faktor kenakalan remaja yang berasal dari luar diri remaja yaiyu:
a. Kurangnya perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih sayang
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi
perkembangan anak. Sedangkan lingkungan sekitar dan sekolah ikut memberikan nuansa pada
perkembangan anak. Karena itu baik-buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar
memberikan pengaruh baik atau buruknya pertumbuhan kepribadian anak.
Keadaan lingkungan keluarga yang menjadi sebab timbulnya kenakalan remaja seperti keluarga
yang broken-home, rumah tangga yang berantakan disebabkan oleh kematian ayah atau ibunya,
keluarga yang diliputi konflik keras, ekonomi keluarga yang kurang, semua itu merupakan
sumber yang subur untuk memunculkan kenakalan remaja.
Dr. Kartini Kartono juga berpendapat bahwasannya faktor penyebab terjadinya kenakalan
remaja antara lain:
1. Anak kurang mendapatkan perhatian, kasih sayang dan tuntunan pendidikan orang tua,
terutama bimbingan ayah, karena ayah dan ibunya masing–masing sibuk mengurusi
permasalahan serta konflik batin sendiri
2. Kebutuhan fisik maupun psikis anak–anak remaja yang tidak terpenuhi, keinginan dan
harapan anak–anak tidak bisa tersalur dengan memuaskan, atau tidak mendapatkan
kompensasinya
3. Anak tidak pernah mendapatkan latihan fisik dan mental yang sangat diperlukan untuk hidup
normal, mereka tidak dibiasakan dengan disiplin dan kontrol-diri yang baik. Maka dengan
demikian perhatian dan kasih sayang dari orang tua merupakan suatu dorongan yang
berpengaruh dalam kejiwaan seorang remaja dalam membentuk kepribadian serta sikap remaja
sehari-hari.

b. Minimnya pemahaman tentang keagamaan


Dalam kehidupan berkeluarga, kurangnya pembinaan agama juga menjadi salah satu
faktor terjadinya kenakalan remaja. Dalam pembinaan moral, agama mempunyai peranan yang
sangat penting karena nilai-nilai moral yang datangnya dari agama tetap tidak berubah karena
perubahan waktu dan tempat.
Pembinaan moral ataupun agama bagi remaja melalui rumah tangga perlu dilakukan
sejak kecil sesuai dengan umurnya karena setiap anak yang dilahirkan belum mengerti mana
yang benar dan mana yang salah, juga belum mengerti mana batas-batas ketentuan moral dalam
lingkungannya. Karena itu pembinaan moral pada permulaannya dilakukan di rumah tangga
dengan latihan-latihan, nasehat-nasehat yang dipandang baik.
Maka pembinaan moral harus dimulai dari orang tua melalui teladan yang baik berupa
hal-hal yang mengarah kepada perbuatan positif, karena apa yang diperoleh dalam rumah tangga
remaja akan dibawa ke lingkungan masyarakat. Oleh karena itu pembinaan moral dan agama
dalam keluarga penting sekali bagi remaja untuk menyelamatkan mereka dari kenakalan dan
merupakan cara untuk mempersiapkan hari depan generasi yang akan datang, sebab kesalahan
dalam pembinaan moral akan berakibat negatif terhadap remaja itu sendiri.
Pemahaman tentang agama sebaiknya dilakukan semenjak kecil, yaitu melalui kedua
orang tua dengan cara memberikan pembinaan moral dan bimbingan tentang keagamaan, agar
nantinya setelah mereka remaja bisa memilah baik buruk perbuatan yang ingin mereka lakukan
sesuatu di setiap harinya.
Kondisi masyarakat sekarang yang sudah begitu mengagungkan ilmu pengetahuan
mengakibatkan kaidah-kaidah moral dan tata susila yang dipegang teguh oleh orang-orang
dahulu menjadi tertinggal di belakang. Dalam masyarakat yang telah terlalu jauh dari agama,
kemerosotan moral orang dewasa sudah lumrah terjadi. Kemerosotan moral, tingkah laku dan
perbuatan – perbuatan orang dewasa yang tidak baik menjadi contoh atau tauladan bagi anak-
anak dan remaja sehingga berdampak timbulnya kenakalan remaja.

c. Pengaruh dari lingkungan sekitar


Pengaruh budaya barat serta pergaulan dengan teman sebayanya yang sering
mempengaruhinya untuk mencoba dan akhirnya malah terjerumus ke dalamnya.
Lingkungan adalah faktor yang paling mempengaruhi perilaku dan watak remaja. Jika dia hidup
dan berkembang di lingkungan yang buruk, moralnya pun akan seperti itu adanya. Sebaliknya
jika ia berada di lingkungan yang baik maka ia akan menjadi baik pula.
Di dalam kehidupan bermasyarakat, remaja sering melakukan keonaran dan mengganggu
ketentraman masyarakat karena terpengaruh dengan budaya barat atau pergaulan dengan teman
sebayanya yang sering mempengaruhi untuk mencoba. Sebagaimana diketahui bahwa para
remaja umumnya sangat senang dengan gaya hidup yang baru tanpa melihat faktor negatifnya,
karena anggapan ketinggalan zaman jika tidak mengikutinya.

d. Tempat pendidikan
Tempat pendidikan, dalam hal ini yang lebih spesifiknya adalah berupa lembaga
pendidikan atau sekolah. Kenakalan remaja ini sering terjadi ketika anak berada di sekolah dan
jam pelajaran yang kosong. Belum lama ini bahkan kita telah melihat di media adanya kekerasan
antar pelajar yang terjadi di sekolahnya sendiri. Ini adalah bukti bahwa sekolah juga bertanggung
jawab atas kenakalan dan dekadensi moral yang terjadi di negeri ini.

3. Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kenakalan remaja


1. Bagi diri remaja itu sendiri
Akibat dari kenakalan yang dilakukan oleh remaja akan berdampak bagi dirinya sendiri
dan sangat merugikan baik fisik dan mental, walaupun perbuatan itu dapat memberikan suatu
kenikmatan akan tetapi itu semua hanya kenikmatan sesaat saja. Dampak bagi fisik yaitu
seringnya terserang berbagai penyakit karena gaya hidup yang tidak teratur. Sedangkan dampak
bagi mental yaitu kenakalan remaja tersebut akan mengantarnya kepada mental-mental yang
lembek, berfikir tidak stabil dan kepribadiannya akan terus menyimpang dari segi moral yang
pada akhirnya akan menyalahi aturan etika dan estetika. Dan hal itu kan terus berlangsung
selama remaja tersebut tidak memiliki orang yang membimbing dan mengarahkan.
2. Bagi keluarga
Anak merupakan penerus keluarga yang nantinya dapat menjadi tulang punggung
keluarga apabila orang tuanya tidak mampu lagi bekerja. Apabila remaja selaku anak dalam
keluarga berkelakuan menyimpang dari ajaran agama, akan berakibat terjadi ketidak harmonisan
di dalam kekuarga dan putusnya komunikasi antara orang tua dan anak. Tentunya hal ini sangat
tidak baik karena dapat mengakibatkan remaja sering keluar malam dan jarang pulang serta
menghabiskan waktunya bersama teman-temannya untuk bersenang-senang dengan jalan
minum-minuman keras atau mengkonsumsi narkoba. Pada akhirnya keluarga akan merasa malu
dan kecewa atas apa yang telah dilakukan oleh remaja. Padahal kesemuanya itu dilakukan remaja
hanya untuk melampiaskan rasa kekecewaannya terhadap apa yang terjadi dalam keluarganya.

3. Bagi lingkungan masyarakat


Apabila remaja berbuat kesalahan dalam kehidupan masyarakat, dampaknya akan buruk bagi
dirinya dan keluarga. Masyarakat akan menganggap bahwa remaja itu adalah tipe orang yang
sering membuat keonaran, mabuk-mabukan ataupun mengganggu ketentraman masyarakat.
Mereka dianggap anggota masyarakat yang memiliki moral rusak, dan pandangan masyarakat
tentang sikap remaja tersebut akan jelek. Untuk merubah semuanya menjadi normal kembali
membutuhkan waktu yang lama dan hati yang penuh keikhlasan.

4. Solusi mengatasi kenakalan remaja


Dari berbagai faktor dan permasalahan yang terjadi di kalangan remaja masa kini
sebagaimana telah disebutkan di atas, maka tentunya ada beberapa solusi yang tepat dalam
pembinaan dan perbaikan remaja masa kini. Kenakalan remaja dalam bentuk apapun mempunyai
akibat yang negatif baik bagi masyarakat umum maupun bagi diri remaja itu sendiri. Tindakan
penanggulangan kenakalan remaja dapat dibagi dalam:
1. Tindakan Preventif
Usaha pencegahan timbulnya kenakalan remaja secara umum dapat dilakukan melalui cara
berikut:
menjadi sebab
 Mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja
 Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para remaja.
 Kesulitan-kesulitan mana saja yang biasanya timbulnya pelampiasan dalam bentuk
kenakalan.
Usaha pembinaan remaja dapat dilakukan melalui:
1. Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan yang
dihadapinya.
2. Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan keterampilan
melainkan pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti dan etiket.
3. Menyediakan sarana-sarana dan menciptakan suasana yang optimal demi perkembangan
pribadi yang wajar.
4. Memberikan wejangan secara umum dengan harapan dapat bermanfaat.
5. Memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingkah laku baik dan merangsang hubungan
sosial yang baik.
6. Mengadakan kelompok diskusi dengan memberikan kesempatan mengemukakan pandangan
dan pendapat para remaja dan memberikan pengarahan yang positif.
7. Memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga maupun masyarakat di
mana banyak terjadi kenakalan remaja.

2. Tindakan Represif
Usaha menindak pelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat dilakukan dengan
mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran. Dengan adanya sanksi tegas
pelaku kenakalan remaja tersebut, diharapkan agar nantinya si pelaku tersebut “jera” dan tidak
berbuat hal yang menyimpang lagi. Oleh karena itu, tindak lanjut harus ditegakkan melalui
pidana atau hukuman secara langsung bagi yang melakukan kriminalitas tanpa pandang bulu.
Sebagai contoh, remaja harus mentaati peraturan dan tata cara yang berlaku dalam
keluarga. Disamping itu perlu adanya semacam hukuman yang dibuat oleh orangtua terhadap
pelanggaran tata tertib dan tata cara keluarga. Pelaksanaan tata tertib harus dilakukan dengan
konsisten. Setiap pelanggaran yang sama harus dikenakan sanksi yang sama. Sedangkan hak dan
kewajiban anggota keluarga mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan umur.

3. Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi


Tindakan ini dilakukan setelah tindakan pencegahan lainnya dilaksanakan dan dianggap
perlu mengubah tingkah laku pelanggar remaja itu dengan memberikan pendidikan lagi.
Pendidikan diulangi melalui pembinaan secara khusus yang sering ditangani oleh suatu lembaga
khusus maupun perorangan yang ahli dalam bidang ini.
Solusi internal bagi seorang remaja dalam mengendalikan kenakalan remaja antara lain:
1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi
dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur
orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang
berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3. Remaja menyalurkan energinya dalam berbagai kegiatan positif, seperti berolahraga,
melukis, mengikuti event perlombaan, dan penyaluran hobi.
4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan
dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman
sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masalah kenakalan remaja mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak
terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di Illinois, Amerika
Serikat. Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum
pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-
orang di sekitarnya.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja dapat dikelompokkan
menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa krisis identitas dan kontrol
diri yang lemah. Sedangkan faktor eksternal berupa kurangnya perhatian dari orang tua;
minimnya pemahaman tentang keagamaan; pengaruh dari lingkungan sekitar dan pengaruh
budaya barat serta pergaulan dengan teman sebaya; dan tempat pendidikan.
Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kenakalan remaja akan berdampak kepada diri remaja
itu sendiri, keluarga, dan lingkungan masyarakat.Solusi dalam menanggulangi kenakalan remaja
dapat dibagi ke dalam tindakan preventif, tindakan represif, dan tindakan kuratif dan
rehabilitasi.Segala usaha pengendalian kenakalan remaja harus ditujukan ke arah tercapainya
kepribadian remaja yang mantap, serasi dan dewasa. Remaja diharapkan akan menjadi orang
dewasa yang berpribadi kuat, sehat jasmani dan rohani, teguh dalam kepercayaan (iman) sebagai
anggota masyarakat, bangsa dan tanah air.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan untuk lebih menaruh perhatian
terhadap persoalan sosial, terutama kenakalan remaja. Hendaknya kita dapat mencegah dan
mengendalikan perilaku remaja sehingga tidak menimbulkan masalah sosial yang terjadi akibat
kenakalan-kenakalan remaja tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Wartam, “makalah tentang kenakalan remaja” 03/2013. dalam "http://pengantar-bahasa-


indonesia.blogspot.com/2013/03/contoh-makalah-tentang-kenakalan-remaja.html"

Anta, “makalah kenakalan remaja” 10/2010. dalam


"http://antathedreamer.blogspot.com/2011/10/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html"

Faras sulthana, “makalah kenakalan remaja” 05,2015. Dalam


"http://farasawy.blogspot.com/2015/05/contoh-makalah-kenakalan-remaja.html"

Miftam, “makalah mengenai kenakalan remaja” 12/2012. Dalam


"http://www.miftatnn.com/2012/12/makalah-mengenai-kenakalan-remaja.html"

Link Sumber : http://denawanto.blogspot.co.id/2016/06/makalah-tentang-kenakalan-


remaja.html?m=1#ixzz4xwQAliTv
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH LANJUTAN

Dalam aktifitas sekolah, siswa memerlukan bimbingan bukan hanya sekedar


pembelajaran. Rekan siswa untuk menjadi pembimbing yang lebih baik dan efektif adalah guru
kelas. Namun , tentu saja ini bertujuan agar mendapatkan hasil bimbingan yang benar bagi siswa.
Guru mata pelajaran harus mempunyai pengetahuan tentang pola, pelayan bimbingan dan
konseling disekolah . di maksudkan untuk membimbing anak kearah yang lebih optimal dan
tidak sembarangan.
Ada pertanyaan apakah bimbingan identik dengan pendidikan. Artinya , apabila
seseorang melakukan kegiatan mendidik , apakah itu berarti ia juga sedang membimbing;
sebaliknya, apabila seseorang melakukan aktifitas membimbing ( memberikan pelayanan
bimbingan ) , apakah itu berarti ia juga sedang mendidik .
Pelayanan bimbingan konseling bisa dilakukan dengan setting lembaga pendidikan ( sekolah
atau madrasah ) keluarga , masyarakat , organisasi , industry dan lain sebagainya.
Awalnya bimbingan dan konseling tidak diperuntukkan dalam bagi duania pendidikan . tetapi ,
daam perkembangannya ini diterapkan dalam dunia pendidikan .

A. Kebutuhan Siswa dan Bimbingan.


Kebutuhan seorang individu muncul karena pertumbuhan dan perkembangan psiko –
fisiknya . Dorongan merupakan faktor utama munculnya kebutuhan dan dorongan tersebut secara
alami ( asli ) maupun karena proses belajar yang akan mendorong seorang individu untuk
bertingkah laku dalam memenuhi kebutuhannya. Apa yang terpenting adalah upaya untuk
membantu memenuhi kebutuhan seorang invidu atau siswa yang banyak menghadapi masalah
yang disebabkan oleh kondisi yang amat berbeda antara masa anak-anak remaja.
Untuk itu , kebutuhan siswa akan bimbingan adalah sebagai berikut :
1. Mengenal dan memahami potensi , kekuatan , dan tugas-tugas perkembangan.
2. Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya.
3. Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan
tersebut.
4. Memahami dan mangatasi kesulitan – kesulitan sendiri.
5. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat
bekerja dan masyarakat.
6. Meyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya.
7. Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal.

B. Bidang Isi Bimbingan


Bidang isi bimbingan dirumuskan ke dalam tiga komponen utama, yaitu :
1. Layanan dasar bimbingan .
Ini adalah layanan bimbingan yang bertujuan untuk membantu siswa dalam
mengembangkan perilaku efektif dan meningkatkan keterampilan – keterampilan hidupnya.
2. Layanan responsif.
Ini adalah bimbingan yang bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan yang
dirasakan sangat penting oleh siswa pada saat ini . Layanan ini lebih bersifat preventif atau
mugkin kuratif . Isi layanan responsif adalah sebagai berikut :
 Bidang pendidikan
Topiknya adalah pemilihan program studi di SMA yang sesuai dengan bakat ,
minat dan kemampuan , dan pemilihan program studi lanjutan di perguruan tinggi.
 Bidang belajar.
Topiknya adalah cara belajar efektif dan cara mengatasi kesulitan belajar.
 Bidang sosial.
Topiknya adalah cara memilih teman yang baik, cara memelihara persahabatan
yang baik dan cara mengatasi konflik dengan teman.
 Bidang pribadi.
Topiknya adalah pembentukan identitas karier , pengenalan karakteristik , dan
lingkungan pekerjaan , serta pembentukan pola karier.
 Bidang disiplin.
Topiknya adalah pengenalan tata tertib sekolah dan pengembagan sikap serta
prilaku disiplin.
 Bidang narkotika.
Topiknya adalah pengenalan bahaya pengguna narkoba da n pencegahan terhadap
bahaya narkotika.
 Bidang prilaku sosial.
Topiknya adalah pengenalan bahaya prilaku seks bebas , cara berpacaran yang baik,
serta pencegahan prilaku seks bebas.

3. Layanan perencanaan individual.


Ini adalah upaya bimbingan yang bertujuan untuk membantu seluruh siswa dalam
membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan , karier dan kehidupan sosial
pribadinya. Tujuan utama dari layanan ini adalah membantu siswa untuk belajar memahami
perkembangannya sendiri, kemudian merencanakan dan mengimplementasikan rencana –
rencana hidupnya . Isi layanan perencanaan individual ini adalah sebagai berikut :
 Bidang pendidikan.
Topiknya adalah perencanaan belajar dan perencanaan studi lanjutan.
 Bidang karier.
Topiknya adalah perencanaan pekerjaan , perencanaan ,jabatan , perencanaan
kunjungan ke perusahaan – perusahaan dan perencanaan waktu luang untuk
kegiatan yang produktif .
 Bidang sosial pribadi .
Topiknya adalah perencanaan pengembangan konsep diri yang positif , serta
perencanaan pengembangan keterampilan-keterampilan sosial yang tepat.

C. Model Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Lanjutan


Model bimbingan di sekolah lanjutan adalah suatu konsep dasar bimbingan yang berasumsi
sebagai berikut :
1. Program bimbingan merupakan suatu keutuhan yang mencakup berbagai dimensi terkait dan
dilaksanakan secara terpadu.
2. Layanan bimbingan ditujukan untuk seluruh siswa dengan menggunakan berbagai strategi.
3. Bimbingan bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi siswa secara optimal , mencegah
timbulnya masalah dan menyelesaikan masalah siswa.
4. Model bimbingan ini berpandangan bahwa manusia merupakan satu kesatuan . Pengaruh
terhadap bagian dari seorang manusia akan mempengaruhi keseluruhannya. Setiap individu
mempunyai kebebasan untuk memilih apa yang diikuti dengan segala tangung jawab atas akibat
yang timbul dari pilihan itu.

Sumber :

Sulistyarini , Muhammad Jauhar. 2014. Dasar – Dasar Konseling. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Sukardi, Dewa Ketut . 1995 . Bimbingan dan Penyuluhan Belajar Di Sekolah. Surabaya : Usaha
Nasional.
Eksistensi Guru BK Dalam Implementasi Kurikulum 2013

Berbicara masalah eksistensi guru Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi


Kurikulum 2013 sebenarnya tugas dan kewenangannya sudah jelas dan diatur tersendiri di dalam
Permedikbud Nomor 81A Tahun 2013 pada Lampiran IV bagian VIII. Konsep Dan Strategi
Layanan Bimbingan Dan Konseling. Namun yang terjadi di lapangan penerapannya masih
banyak guru Bimbingan dan Konseling/ Konselor masih belum faham hakekat Bimbingan dan
Konseling dalam kaitannya dengan Implementasi Kurikulum 2013.
Untuk menyikapi hal tersebut maka pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan telah mengadakan berbagai macam upaya untuk mensosialisasikan Kurikulum baru
ini dengan biaya yang tidak sedikit. Harapannya agar semua pihak memahami betul tentang
perubahan kurikulum saat ini, terutama guru sebagai ujung tombak pelaksana di lapangan.
Demikian juga dengan guru Bimbingan dan Konseling / Konselor dalam Pelatihan Guru
sasaran Implementasi Kurikulum 2013 akan mendapat porsi yang sama seperti guru mata
pelajaran. Kegiatan ini telah berlangsung sejak awal bulan juni yang lalu dan berakhir tanggal
30 Juni 2013. Namun target Kemdikbud agar semua guru sasaran mendapatkan pelatihan tidak
semua terpenuhi, sehingga bagi guru-guru yang belum terpanggil untuk mengikuti pelatihan
akan diikutkan di tahap berikutnya dengan anggaran dari APBD Kabupaten / Kota masing-
masing.
Harapannya semua guru harus sudah mendapatkan pelatihan guru sasaran ini termasuk guru
Bimbingan dan Konseling / Konselor , sebab dalam Implementasi Kurikulum 2013 ini ada hal
baru yang harus di pahami oleh guru Bimbingan dan Konseling / Konselor sebagai bentuk
eksistensi keberadaan Bimbingan dan Konseling di sekolah.
Dalam Kurikulum 2013 Guru Bimbingan dan Konseling / Konselor mempunyai peran
yang sangat strategis dalam menentukan arah peminatan peserta didik mulai dari SD/MI,
SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK yang semunya merupakan tugas guru Bimbingan dan Konseling
/ Konselor. Tugas ini memerlukan pemahaman bahwa peminatan di SD/MI peserta didik
diarahkan untuk meminati seluruh mata pelajaran sebagai bekal melanjutkan pendidikan
selanjutnya, sedangkan peminatan di SMP/MTs peserta didik dimantapkan sehubungan dengan
pilihan arah peminatannya yang sesuai dengan bakat dan minatnya dengan memberikan
rekomendasi kepada guru Bimbingan dan Konseling SMA/MA/SMK, peminatan di
SMA/MA/SMK peserta didik ditetapkan sejak semester awal ditempatkan sesuai dengan arah
peminatannya dengan menggunakan berbagai macam pertimbangan salah satunya rekomendasi
dari guru Bimbingan dan Konseling/Konselor SMP/Mts.
Selain Rekomendasi serta penetapan pemintan peserta didik maka dalam memberikan
layanan ( layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran , layanan
penguasaan konten ) guru Bimbingan dan Konseling / Konselor harus memasukkan materi yang
berhubungan dengan arah peminatan peserta didik sebagai bekal bagi mereka untuk menentukan
arah pilihan studi lanjut atau minat karir .
Bagi guru Bimbingan dan Konseling / Konselor yang sudah mendapatkan Pelatihan
Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi Kurikulum 2013, diharapkan dapat menerapkan
hasil dari pelatihan tersebut sesuai dengan konsep terbaru layanan bimbingan dan konseling.
Sebab tanpa adanya kemauan untuk berbuat sesuatu maka pelatihan demi pelatihan yang kita
ikuti tidak akan berarti apa-apa, keberadaan kita di sekolah tergantung pada diri kita masing-
masing.
Perlu diketahui bahwa memasukkan unsur Bimbingan dan Konseling di dalam
Kurikulum 2013 bukan perkara mudah ini memerlukan perjuangan demi eksistensi Bimbingan
dan Konseling, dengan demikian agar perjuangan itu tidak sia-sia maka tugas kita adalah tetap
mempertahankannya dengan cara membuat dan melaksanakan semua program layanan yang kita
buat sesuai konsep yang sudah kita dapatkan dalam Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
sehingga keberadaan kita di sekolah masih tetap eksis, pada akhirnya kita benar-benar menjadi
guru Bimbingan dan Konseling / Konselor yang profesional, semoga.
artikel membolos sekolah

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Hampir di setiap sekolah dapat dijumpai program Bimbingan dan Konseling atau
disingkat (BK). Program Bimbingan dan Konseling lebih menyangkut atau mementingkan pada
upaya dalam hal memfasilitasi atau memberikan samacam fasilitas kepada para peserta didik
agar mampu mengembangkan potensi dirinya.Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa keberadaan
program Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah saat ini sangat dibutuhkan. Hal ini
menyangkut pada tugas dan perannya terhadap peserta didik. Selain itu juga, iklim dan
lingkungan yang “tidak sehat” membuat keberadaan program Bimbingan dan Konseling (BK)
menjadi sangat dibutuhkan dan mutlak ada. Misalnya saja kenakalan pada siswa yang merupakan
salah satu faktor penyebab lingkungan atau iklim menjadi rusak, yakni siswa merupakan aktor
utama dalam peristiwa tersebut.
Kenakalan siswa merupakan suatu bentuk perilaku siswa yang menyimpang dari aturan
sekolah. Kenakalan siswa banyak macamnya. Salah satunya ialah membolos atau masuk tidak
teratur. Membolos disebut kenakalan remaja karena membolos sudah merupakan perilaku yang
mencerminkan telah melanggar aturan sekolah.
Kata “BOLOS” sangat populer dikalangan pelajar. Dari beberapa survei, jumlah siswa
yang membolos pada jam efektif sekolah hanya sedikit dibandingkan dari jumlah siswa yang
tidak membolos, terlepas sekecil apapun dari jumlah tersebut harus menjadi perhatian bagi
institusi yang bernama sekolah, karena apabila disikapi dengan cuek bebek, tidak tertutup
kemungkinan yang kecil akan menjadi besar dan menjelma menjadi bola salju liar yang akan
terus menggelinding hingga jumlah siswa yang membolos sekolah akan terus meningkat.
Perilaku membolos sebenarnya bukan merupakan hal yang baru lagi bagi banyak pelajar.
Setidaknya bagi mereka yang pernah mengenyam pendidikan. Hal ini disebabkan kerena
perilaku membolos itu sendiri telah ada sejak dulu.
Tindakan membolos dikedepankan sebagai sebuah jawaban atas kejenuhan yang sering
dialami oleh banyak siswa terhadap kurikulum sekolah. Buntutnya memang akan menjadi
fenomena yang jelas - jelas akan mencoreng lembaga persekolahan itu sendiri. Tidak hanya di
kota - kota besar saja siswa yang terlihat sering membolos, bahkan sekolah yang letaknya di
daerah - daerah pun prilaku membolos sudah menjadi kegemaran.
Banyak siswa yang sering membolos bukan hanya di sekolah - sekolah tertentu saja tetapi
banyak sekolah mengalami hal yang sama. Hal ini disebabkan oleh faktor - faktor internal dan
faktor - faktor eksternal dari anak itu sendiri. Faktor eksternal yang kadang kala menjadikan
alasan membolos adalah mata pelajaran yang tidak diminati atau tidak disenangi. Bagi siswa
yang kebanyakan remaja dan penuh dengan jiwa yang mementingkan kebebasan dalam berfikir
dan beraktifitas, hal ini sangat mengganggu sekali. Sebab, masa remaja adalah masa yang penuh
gelora dan semangat kreatifitas. Menurut pandangan psikologis, usia seseorang antara 15 - 21
tahun adalah usia dalam masa pencarian jati diri. Tentu saja sistem pendidikan yang ketat tanpa
diimbangi dengan pola pengajaran yang sifatnya 'menyejukkan' membuat anak tidak lagi betah di
sekolah. Mereka yang tidak tahan itulah yang kemudian mencari pelarian dengan membolos,
walaupun secara tidak langsung hal seperti ini sebenarnya bukan merupakan suatu jawaban yang
baik. Hal ini dapat dibuktikan bahwa siswa yang suka membolos seringkali menjadi ikut serta
terlibat pada hal - hal yang cenderung merugikan. Namun anehnya lagi dan sungguh sangat
disayangkan, bahwa ketika fenomena membolos atau fenomena pelajar yang terlibat dan
terjerumus dalam penggunaan narkotika, pergaulan sex bebas hingga tawuran terkuak ke
permukaan, sekolah seakan - akan ingin lepas tangan dan seperti tidak tahu menahu. Terbukti,
pihak sekolah masih menganggap mereka yang terlibat hal - hal demikian ialah tergolong anak -
anak ‘nakal’ dengan beralasan bahwa anak - anak yang patuh (tidak nakal) lebih banyak
dibandingkan anak - anak yang suka membolos (anak - anak nakal). Hal seperti memang benar
adanya. Tetapi bukan berarti mereka yang taat dan patuh di sekolah menjadi terselamatkan.
Justru sebaliknya, tekanan pendidikan dengan kurikulum yang cukup ketat justru menciptakan
keresahan secara psikologis. Seperti yang terlihat bahwa pada akhir - akhir ini, siswa - siswi di
sekolah - sekolah sering mengalami hysteria massal. Hal itu dikarenakan oleh luapan emosi yang
sudah tak terkendali melalui alam bawah sadar dan biasanya kerap tingkah laku menjadi tidak
terkendali. Tumpuan kesalahan prilaku membolos kebanyakan di bebankan kepada anak didik
yang terlibat membolos. Ketika kasus demi kasus dapat terungkap, anak didiklah yang menjadi
beban kesalahan. Ini adalah sikap yang tidak mendukung yang justru hanya akan menambah
masalah. Sikap humanis dan saling introspeksi diri itu adalah hal yang mendukung untuk
menyelesaikan masalah prilaku membolos. Unsur - unsur yang ada di sekolah bisa saja menjadi
alasan untuk siswa agar bisa membolos. Seperti fenomena yang telah di paparkan di atas bukan
saja anak yang menjadi tumpuan dan beban kesalahan.
Betapa seriusnya perilaku membolos ini perlu mendapat perhatian penuh dari berbagai
pihak. Bukan saja hanya perhatian yang berasal dari pihak sekolah, melainkan juga perhatian
yang berasal dari orang tua, teman maupun pemerintah. Perilaku membolos sangat merugikan
dan bahkan bisa saja menjadi sumber masalah baru. Apabila hal ini terus menerus dibiarkan
berlalu, maka yang bertanggung jawab atas semua ini bukan saja dari siswa itu sendiri melainkan
dari pihak sekolah ataupun guru yang menjadi orang tua di sekolah juga akan ikut
menangungnya.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
1. Apa pengertian dari membolos ?
2. Apa saja faktor - faktor yang menjadi penyebab siswa membolos ?
3. Apakah akibat yang akan ditimbulkan oleh siswa yang suka membolos ?
4. Bagaimana peran program Bimbingan dan Konseling (BK) dalam hal
mengatasi siswa yang suka membolos ?
5. Peran dan Fungsi Bimbingan Konseling (BK) dalam Mengatasi Siswa yang
Suka Membolos ?
BAB II
PEMBAHASAN

Kehadiran yang tidak teratur merupakan problem besar di sekolah - sekolah saat ini.
Ketidakhadiran yang dimaksud di sini adalah ketidakhadiran yang disebabkan karena alasan
yang tidak jelas, bukan karena alasan sakit atau lainnya. Jika ketidakhadiran siswa dikarenakan
sakit atau ada kepentingan, dalam artian masih bisa memberikan alasan yang jelas, hal itu masih
bisa diterima. Tetapi jika alasannya tidak jelas mengapa ia tidak hadir atau tidak masuk sekolah,
hal ini perlu penanganan serius. Sebab, cepat atau lambat masalah ini akan berdampak buruk
baik untuk siswa itu sendiri maupun terhadap lingkungan sekolahnya.
Pergi ke sekolah bagi remaja merupakan suatu hak sekaligus kewajiban sebagai sarana
mengenyam pendidikan dalam rangka meningkatkan kehidupan yang lebih baik. Sayang,
kenyataannya banyak remaja yang enggan melakukannya tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Banyak yang akhirnya membolos. Perilaku yang dikenal dengan
istilah truancy ini dilakukan dengan cara, siswa tetap pergi dari rumah pada pagi hari dengan
berseragam, tetapi mereka tidak berada di sekolah. Perilaku ini umumnya ditemukan pada remaja
mulai tingkat pendidikan SMP. Salah satu penyebabnya terkait dengan masalah kenakalan
remaja secara umum. Perilaku tersebut tergolong perilaku yang tidak adaptif sehingga harus
ditangani secara serius. Penanganan dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui
penyebab munculnya perilaku membolos tersebut.
Sebelum kita memasuki pengertian dari membolos, faktor - faktor yang menjadi
penyebab siswa membolos, akibat yang akan ditimbulkan pada siswa yang suka membolos serta
peran dari progam Bimbingan dan Konseling (BK) dalam hal mengatasi siswa yang suka
membolos, tidak ada salahnya terlebih dahulu mengetahui apa itu bimbingan dan konseling.

1. Perilaku membolos
A. Pengertian Membolos
Membolos dapat diartikan sebagai perilaku siswa yang tidak masuk sekolah dengan
alasan yang tidak tepat, atau membolos juga dapat dikatakan sebagai ketidakhadiran siswa tanpa
adanya suatu alasan yang jelas. Membolos merupakan salah satu bentuk dari kenakalan siswa,
yang jika tidak segera diselesaikan atau dicari solusinnya dapat menimbulkan dampak yang lebih
parah. Oleh karena itu penanganan terhadap siswa yang suka membolos menjadi perhatian yang
sangat serius.
Penanganan tidak saja dilakukan oleh sekolah, tetapi pihak keluarga juga perlu
dilibatkan. Malah terkadang penyebab utama siswa membolos lebih sering berasal dari dalam
keluarga itu sendiri. Jadi komunikasi antara pihak sekolah dengan pihak keluarga menjadi sangat
penting dalam pemecahan masalah siswa tersebut.
B. Faktor - Faktor Penyebab Siswa Membolos
Penyebab siswa membolos dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa faktor -
faktor penyebab siswa membolos dapat dikelompokkan menjadi dua faktor, yakni faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa bisa berupa
karakter siswa yang memang suka membolos, sekolah hanya dijadikan tempat mangkal dari
rutinitas - rutinitas yang membosankan di rumah.
Sementara itu, faktor eksternal adalah faktor yang dipengaruhi dari luar siswa, misalnya
kebijakan sekolah yg tidak berdamai dengan kepentingan siswa, guru yang tidak profesional,
fasilitas penunjang sekolah misal laboratorium dan perpustakaan yang tidak memadai, bisa juga
kurikulum yang kurang bersahabat sehingga mempengaruhi proses belajar di sekolah.
Selain faktor internal dan faktor eksternal yang telah dikemukakan di atas, Faktor
pendukung munculnya perilaku membolos sekolah pada remaja juga dapat dikelompokkan
sebagai berikut.
a. Faktor Keluarga
Mungkin kita pernah mendengar (atau mungkin sering) ada siswa yang tidak
diperbolehkan masuk sekolah oleh orang tuanya. Untuk suatu alasan tertentu mungkin hal ini
dianggap paling efisien untuk mengatasi krisis atau permasalahan dalam keluarganya. Misalkan
kakaknya sakit, sementara kedua orang tuanya harus pergi bekerja mencari nafkah. Untuk
menemani kakaknya tersebut maka adiknya terpaksa tidak masuk sekolah. Untuk alasan tersebut
bolehlah sang adik tidak masuk sekolah. Tapi yang menjadi masalah terkadang anak tersebut
tidak membuat surat izin kepada pihak sekolah, sehingga piha sekolah tidak tahu duduk
permasalahannya. Yang mereka tahu si A membolos. Sementara dampaknya bagi anak tersebut
ialah ia harus kehilangan waktu belajarnya. Jika hal ini menjadi kebiasaan (membolos), lambat
laun siswa tersebut tidak peduli lagi dengan peraturan. Ia akan berbuat seenaknya, terserah mau
masuk atau tidak.
1) Orang tua yang tidak peduli terhadap pendidikan. Selain itu sikap orang tua terhadap
sekolah juga memberi pengaruh yang besar pada anak. Jika orang tua menganggap bahwa
sekolah itu tidak penting dan hanya membuang-buang waktu saja, atau juga jika mereka
menanamkan perasaan pada anak bahwa ia tidak akan berhasil, anak ini akan berkurang
semangatnya untuk masuk sekolah. Biasanya sikap orang tua yang menganggap bahwa
pendidikan itu tidak penting karena mereka sendiri orang yang kurang berpendidikan.
Akibatnya penghargaan terhadap pendidikan hanya dipandang sebelah mata. Bahkan
mereka menuntut agar anak-anaknya untuk bekerja saja mencari uang. Ironisnya mereka
juga menuntut agar anaknya memperoleh hasil yang lebih besar dari kemampuan anak
tersebut. Orang tua seperti ini tidak memiliki pandangan jauh ke depan, sebagai imbasnya
masa depan anaklah yang menjadi korban.
2) Membeda - bedakan anak. Ada orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan bagi anak
laki-laki lebih penting daripada anak perempuan. Anak laki - lakilah yang menjadi
tumpuan dan kebanggaan keluarga, sementara anak perempuan pada akhirnya akan
kawin dan hanya mengurusi masalah dapur, sehingga tidak memerlukan pendidikan yang
terlalu tinggi. Dalam hal ini, anak perempuan didorong untuk tidak masuk sekolah.
Mengurangi uang saku. Meskipun tidak semua anak menginginkan uang saku yang
banyak, namun tidak sedikit pula anak - anak yang merasa kurang percaya diri jika uang
saku mereka sedikit dibanding dengan teman-temannya. Sehingga akibatnya pada anak
tersebut ialah ia menjadi malas untuk masuk sekolah.
Di zaman modern seperti sekarang ini uang selalu dapat berbicara, tak terkecuali pada
bidang pendidikan. Banyak sekolah-sekolah yang mengharuskan siswa-siswanya untuk membeli
LKS, buku wajib, dan segala dan kebutuhan lain demi kepentingan proses belajar. Untuk barang-
barang tersebut kadang orang tua tidak mau mengeluarkan uang untuk membelinya. Maka siswa
yang tidak membeli akan malu pada siswa lain yang membeli. Dan siswa yang tidak membeli
akan malas untuk berangkat ke sekolah.
b. Kurangnya Kepercayaan Diri
Sering rasa kurang percaya diri menjadi penghambat segala aktifitas. Faktor utama
penghalang kesuksesan ialah kurangnya rasa percaya diri. Ia mematikan kreatifitas siswa.
Meskipun begitu banyak ide dan kecerdasan yang dimiliki siswa, tetapi jika tidak berani atau
merasa tidak mampu untuk melakukannya sama saja percuma. Perasaan diri tidak mampu dan
takut akan selalu gagal membuat siswa tidak percaya diri dengan segala yang dilakukannya. Ia
tidak ingin malu, merasa tidak berharga, serta dicemoohsebagai akibat dari kegagalan tersebut.
Perasaan rendah diri tidak selalu muncul pada setiap mata pelajaran. Terkadang ia merasa tidak
mampu dengan mata pelajaran matematika, tetapi ia mampu pada mata pelajaran biologi. Pada
mata pelajaran yang ia tidak suka, ia cenderung berusaha untuk menghindarinya, sehingga ia
akan pilih-pilih jika akan masuk sekolah. Sementara itu siswa tidak menyadari bahwa dengan
tidak masuk sekolah justru membuat dirinya ketinggalan materi pelajaran. Melarikan diri dari
masalah malah akan menambah masalah tersebut.
c. Perasaan yang Termarginalkan
Perasaan tersisihkan tentu tidak diinginkan semua orang. Tetapi kadang rasa itu muncul
tanpa kita inginkan. Seringkali anak dibuat merasa bahwa ia tidak diinginkan atau diterima di
kelasnya. Perasaan ini bisa berasal dari teman sekelas atau mungkin gurunya sendiri dengan
sindiran atau ucapan. Siswa yang ditolak oleh teman-teman sekelasnya, akan merasa lebih aman
berada di rumah. Ada siswa yang tidak masuk sekolah karena takut oleh ancaman temannya. Ada
juga yang diacuhkan oleh teman-temannya, ia tidak diajak bermain, atau mengobrol bersama.
Penolakan siswa terhadap siswa lain dapat disebabkan oleh faktor tertentu, misalnya faktor
SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan).
d. Faktor Personal
Faktor personal misalnya terkait dengan menurunnya motivasi atau hilangnya minat
akademik siswa, kondisi ketinggalan pelajaran, atau karena kenakalan remaja seperti konsumsi
alkohol dan minuman keras.
e. Faktor yang Berasal dari Sekolah
Tanpa disadari, pihak sekolah bisa jadi menyebabkan perilaku membolos pada remaja,
karena sekolah kurang memiliki kepedulian terhadap apa yang terjadi pada siswa. Awalnya
barangkali siswa membolos karena faktor personal atau permasalahan dalam keluarganya.
Kemudian masalah muncul karena sekolah tidak memberikan tindakan yang konsisten, kadang
menghukum kadang menghiraukannya. Ketidak konsistenan ini akan berakibat pada
kebingungan siswa dalam berperilaku sehingga tak jarang mereka mencoba - coba membolos
lagi. Jika penyebab banyaknya perilaku membolos adalah faktor tersebut, maka penanganan
dapat dilakukan dengan melakukan penegakan disiplin sekolah. Peraturan sekolah harus lebih
jelas dengan sangsi - sangsi yang dipaparkan secara eksplisit, termasuk peraturan mengenai
presensi siswa sehingga perilaku membolos dapat diminimalkan.
Selanjutnya, faktor lain yang perlu diperhatikan pihak sekolah adalah kegiatan belajar mengajar
yang berlangsung di sekolah. Dalam menghadapi siswa yang sering membolos, pendekatan
individual perlu dilakukan oleh pihak sekolah. Selain terkait dengan permasalahan pribadi dan
keluarga, kepada siswa perlu ditanyakan pandangan mereka terhadap kegiatan belajar di sekolah,
apakah siswa merasa tugas - tugas yang ada sangat mudah sehingga membosankan dan kurang
menantang atau sebaliknya sangat sulit sehingga membuat frustasi. Tugas pihak sekolah dalam
membantu menurunkan perilaku membolos adalah mengusahakan kondisi sekolah hingga
nyaman bagi siswa - siswanya. Kondisi ini meliputi proses belajar mengajar di kelas, proses
administratif serta informal di luar kelas.
Dalam seting sekolah, guru memiliki peran penting pada perilaku siswa, termasuk
perilaku membolos. Jika guru tidak memperhatikan siswanya dengan baik dan hanya berorientasi
pada selesainya penyampaian materi pelajaran di kelas, peluang perilaku membolos pada siswa
semakin besar karena siswa tidak merasakan menariknya pergi ke sekolah. Salah satu cara yang
dapat dilakukan guru untuk memperhatikan siswa sehingga mereka tertarik datang dan
merasakan manfaat sekolah adalah dengan melakukan pengenalan terhadap apa yang menjadi
minat tiap siswa, apa yang menyulitkan bagi mereka, serta bagaimana perkembangan mereka
selama dalam proses pembelajaran. Dengan perhatian seperti itu siswa akan terdorong untuk
lebih terbuka terhadap guru sehingga jika ada permasalahan, guru dapat segera membantu.
Dengan suasana seperti itu siswa akan tertarik pergi ke sekolah dan perilaku membolos yang
mengarah pada kenakalan remaja dapat dikurangi. Tentu saja, pendekatan dari pihak sekolah ini
hanya menjadi salah satu faktor saja. Faktor lainnya seperti faktor personal dan faktor keluarga
juga tak kalah penting dan memberi kontribusi besar dalam perilaku membolos, sehingga
pencarian mengenai penyebab yang pasti dari perilaku membolos perlu dilakukan terlebih dahulu
sebelum kita menetapkan pihak mana yang layak melakukan intervensi.
Sekolah merupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar. Di sana tempat siswa -
siswa belajar ilmu pengetahuan. Belajar akan lebih berhasil bila bahan yang dipelajari menarik
perhatian anak. Karena itu bahan harus dipilih yang sesuai dengan minat anak atau yang di
dalamnya nampak dengan jelas adanya tujuan yang sesuai dengan tujuan anak melakukan
aktivitas belajar. Jadi, suasana kelas sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Selain
itu, tujuan pembelajaran yang jelas juga akan memudahkan siswa dalam pemahamannys.
Sehingga siswa tidak akan bosan dan mudah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Jadi, dapat dikatakan bahwa faktor sekolah merupakan faktor yang berisiko
meningkatkan munculnya perilaku membolos pada remaja, yaitu antara lain kebijakan mengenai
pembolosan yang tidak konsisten, interaksi yang minim antara orang tua siswa dengan pihak
sekolah, guru-guru yang tidak suportif, atau tugas-tugas sekolah yang kurang menantang bagi
siswa.

C. Akibat yang Ditimbulkan oleh Siswa yang Membolos


Anak yang dapat ke sekolah tapi sering membolos, akan mengalami kegagalan dalam
pelajaran. Meskipun dalam teori guru harus bersedia membantu anak mengejar pelajaran yang
ketinggalan, tetapi dalam prakteknya hal ini sukar dilaksanakan. Kelas berjalan terus. Bahkan
meskipun ia hadir, ia tidak mengerti apa yang diajarkan oleh guru, karena ia tidak mempelajari
dasar - dasar dari mata pelajaran - mata pelajaran yang diperlukan untuk mengerti apa yang
diajarkan.
Selain mengalami kegagalan belajar, siswa tersebut juga akan mengalami marginalisasi
atau perasaan tersisihkan oleh teman-temannya. Hal ini kadang terjadi manakala siswa tersebut
sudah begitu “parah” keadaannya sehingga anggapan teman-temannya ia anak nakal dan perlu
menjaga jarak dengannya.
Hal yang tidak mungkin terlewatkan ketika siswa membolos ialah hilangnya rasa disiplin,
ketaatan terhadap peraturan sekolah berkurang. Bila diteruskan, siswa akan acuh tak acuh pada
urusan sekolahnya. Dan yang lebih parah siswa dapat dikeluarkan dari sekolah. Lalu karena tidak
masuk, secara otomatis ia tidak mengikuti pelajaran yang disampaikan guru. Akhirnya ia harus
belajar sendiri untuk mengejar ketertinggalannya. Masalah akan muncul manakala ia tidak
memahami materi bahasan. Sudah pasti ini juga akan berpengaruh pada nilai ulangannya.

2. Bimbingan dan Konseling


1. Pengertian Bimbingan Konseling (BK)
Bimbingan (guide / guidance) dapat disama artikan dengan mengarahkan, memandu
(guide). Jadi, bimbingan adalah kegiatan memandu atau mengarahkan siswa untuk menemukan
jati dirinya atau membantu siswa menemukan jalan keluar yang terbaik dalam hidupnya dengan
mempertimbangkan segi positif dan negatif bagi siswa itu sendiri.
Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkaikan bagaikan kata
majemuk. Hal itu mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan kadang - kadang dilanjutkan
dengan kegiatan konseling. Beberapa ahli menyatakan bahwa konseling merupakan inti
atau jantung hati dari kegiatan bimbingan. Ada pula yang menyatakan bahwa konseling
merupakan salah satu jenis layanan bimbingan. Dengan demikian dalam istilah bimbingan sudah
termasuk di dalamnya kegiatan konseling. Kelompok yang sesuai dengan pandangan di atas
menyatakan bahwa terminologilayanan bimbingan dan konseling dapat diganti dengan layanan
bimbingan saja.
Untuk memperjelas pengertian kedua istilah tersebut, berikut ini dikemukakan
pengertian bimbingan dan pengertian konseling.
2. Pengertian Bimbingan
Banyak ahli berusaha merumuskan pengertian bimbingan dan konseling. Dalam
merumuskan kedua istilah tersebut mereka memberikan tekanan pada aspek tertentu dari
kegiatan tersebut. Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan beberapa rumusan tentang
istilah bimbingan.
Menurut Jones (1963), Guidance is the help given by one person to another in making
choice and adjustments and in solving problems. Dalam pengertian tersebut terkandung maksud
bahwa tugas pembimbing hanyalah membantu agar individu yang dibimbing mampu membantu
dirinya sendiri, sedangkan keputusan terakhir tergantung kepada individu yang dibimbing(klien).
Ini senada dengan pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh Rachman natawidjaja (1978) :
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup
mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta
masyarakat. Dengan demikian, dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat
memberikan sumbangan yang berarti.
Selanjutnya Bimo Walgito (1982 : 11) menyarikan beberapa rumusan bimbingan yang
dikemukakan para ahli, sehingga mendapatkan rumusan sebagai berikut.
Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan
individu - individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan - kesulitan di dalam
kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu - individu itu dapat mencapai
kesejahteraan hidupnya. Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh banyak
ahli itu, dapat dikemukakan bahwa bimbingan merupakan ;
a) suatu proses yang berkesinambungan
b) suatu proses membantu individu
c) bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat
mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan
kemampuan/potensinya, dan
d) kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat memehami
keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan lingkungannya.
Untuk melaksanakan bimbingan tersebut diperlukan petugas yang telah memiliki keahlian
dan pengalaman khusus dalam bimbingan dan konseling.

D. Peran dan Fungsi Bimbingan Konseling (BK) dalam Mengatasi Siswa yang Suka Membolos
Bimbingan Konseling atau sering disebut sebagai BP dahulu sering kali menjadi momok
atau bahkan sesuatu yang dibenci oleh siswa karena lebih berfungsi sebagai pengadilan siswa
dari pada membimbing siswa. Jika ada siswa yang bermasalah melanggar aturan sekolah maka
langsung dipanggil guru BP untuk dilakukan pembinaan yang cenderung ke arah penghakiman.
Paradigma itu semestinya perlu sedikit diubah yaitu bahwa Bimbingan Konseling tidak hanya
mengurusi anak yang bermasalah melanggar aturan sekolah namun juga harus bisa berfungsi
sebagai teman bagi siswa dan pelajar hingga bisa menjadi tempat curhat. Bimbingan konseling
semestinya bisa memberikan rasa nyaman kepada siswa dengan dapat memberikan banyak solusi
terhadap masalah-masalah yang dihadapi siswa baik stres masalah pelajaran,
keluarga,pertemanan dan lain sebagainya. Perubahan paradigma ini diharapkan kenakalan
maupun stress dikalangan siswa bisa semakin dieliminir.
Kewajiban sekolah, selain mengajar (dalam arti hanya mengisi otak anak - anak dengan
berbagai ilmu pengetahuan), juga berusaha membentuk pribadi anak menjadi manusia yang
berwatak baik. Mengajar tidak sekedar transfer pengetahuan, tetapi lebih kepada usaha untuk
membentuk pribadi santun dan mampu berdiri sendiri. Sehingga jika terjadi suatu permasalahan
pada siswa, pendidik atau pihak sekolah juga turut memikirkannya, berusaha mencarikan jalan
keluar.
Dalam menghadapi anak tersebut peran BK sangatlah penting. Sebagai sarana untuk
mencari solusi, fungsi BK cukup efisien. Melalui pendekatan personal, harapannya siswa dapat
lebih terbuka dengan pemasalahannya, sehingga pembimbing dapat memahami dan mendapat
gambaran secara jelas apa yang sedang dihadapi siswa. Menghentikan sepenuhnya kebiasaan
membolos memang tidaklah mudah dan sangatlah minim kemungkinannya. Tetapi usaha untuk
meminimalisisir kebiasaan tidak baik tersebut tentu ada. Dan salah satu usaha dari pihak sekolah
ialah dengan program Bimbingan Konseling (BK). Kita mungkin pernah melihat atau bahkan
mengalami sendiri bagaimana rasanya dihukum karena membolos. Padahal menghukum
bukanlah satu-satunya jalan untuk membuat siswa jera dalam melakukan perbuatannya. Bisa jadi
hal tersebut malah menjadikan anak lebih bengal dan lebih susah ditangani. Sebab siswa remaja
merupakan masa kondisi emosi yang tidak labil, mudah tersinggung dan mudah sekali marah.
Ibaratnya tulang rusuk, jika dipaksakan untuk lurus maka ia akan patah. Oleh karena itu,
penanganannya harus hati - hati.

a. Tindakan yang dapat dilakukan·


1) Dengan Mengetahui Faktor - Faktor Penyebabnya
Dengan mengetahui faktor - faktor penyebabnya, pembimbing sedikit tahu bagaimana
kondisi permasalahan siswa. Langkah selanjutnya ialah melalui pendekatan supaya siswa yang
membolos mau menerima arahan dari pembimbing. Adapun jika siswa masih bersikap tertutup,
tidak mau menceritakan permasalahan mengapa ia membolos, maka pembimbing menggunakan
cara lain yaitu menanyakan pada teman dekatnya. Begitu semua informasi yang diperlukan telah
diperoleh, pembimbing langsung mengambil tindakan preventif dan pengobatan. Seperti yang
telah dikemukakan di atas, pencegahan tidak harus melalui hukuman. Memberi nasehat dan
arahan yang baik akan lebih mengena dari pada membentak dan memarahinya. Tidak teraturnya
anak masuk sekolah tidak sepenuhnya terletak pada siswa. Ada banyak sebab yang terletak di
luar kekuasaan anak, atau yang kurang dikuasai anak. Jadi kegiatan membolos siswa tidak
sepenuhnya kesalahan siswa. Ada faktor dari luar yang juga turut andil dalam pembolosan
tersebut. Oleh karena itu, tugas BK selain memberi arahan pada siswa juga mengkondisikan
lingkungan sekolahnya sebaik mungkin supaya siswa merasa betah berada di sekolah. Selain itu
pembimbing juga selalu menjalin komunikasi dengan keluarga siswa ada kesepakatan dalam
usaha mengatasi masalah anak.

2) Menerapkan Gerakan Disiplin


Gerakan disiplin ini difokuskan untuk memantau para pelajar yang membolos atau pergi
pada waktu jam-jam sekolah. Biasanya mereka barada di tempat keramaian atau di tempat
hiburan. Pelajar yang membolos selain merugikan dirinya sendiri juga berpotensi untuk
menimbulkan keresahan di masyarakat karena biasanya pelajar yang suko membolos mempunyai
tingkat kenakalan yang tinggi dan justru sering medekati kriminal seperti pengompasan pelajar
yang lebih kecil atau dibawahnya sampai dengan tawuran dan pesta miras. Sex bebas di kalangan
pelajar juga muncul dari fenomena bolos sekolah dimana orang tua sering kali tidak di rumah
karena harus bekerja dimanfaatkan untuk berbuat negatif. Fenomena bolos sekolah ini
sebenarnya tidak bisa dianggap remeh karena dari sinilah banyak hal tentang kerusakan moral
pelajar dimulai. Oleh karena itu perlu tindakan tegas dari para aparat Satpol PP untuk sering
melakukan operasi agar menjadi sebuah shock therapy yang mempunyai efek jera bagi para
pembolos dan juga ketegasan dari pihak sekolah untuk mencegah siswanya bolos sekolah.
Kalaupun siswa harus keluar sekolah pada jam sekolah haruslah seijin sekolah dengan
menggunakan surat ijin.
3) Sosialisasi Kepada Pengelola Hiburan
Pihak Dinas Pendidikan dibantu oleh Kesbanglinmas dan Satpol PP serta berkoordinasi
dengan Kepolisian harus terus mensosialisasikan kepada para pengelola hiburan seperti Play
Station untuk tidak menerima konsumen Pelajar pada jam sekolah. Kebanyakan pelajar yang
bolos sekolah ”bersembunyi” di sana. Setelah sosialisasi dirasa cukup mungkin dengan
penempelan stiker atau poster tentang larangan pelajar bermain di waktu jam sekolah maka
ditingkatkan menjadi taraf pemantauan. Jika dari pihak pengelola masih membiarkan para pelajar
bolos bermain di situ maka dapat diberi peringatan ,jika peringatan tidak diindahkan maka bisa
dilakukan penyegelan sementara atau bahkan penutupan paksa disesuaikan dengan aturan yang
berlaku.
Sesungguhnya yang paling dominan dalam mempengaruhi siswa membolos adalah
keberadaan guru. Guru yang ideal harus berfungsi sebagai Designer of Instruction. Sebagai
Designer, guru harus mampu membuat pembelajaran menarik dan tidak membosankan, tapi
seperti yang telah kita ketahui banyak guru yang tidak mampu sebagai peracik bahan - bahan
pengajaran yang kemudian dikemas dan di sajikan menarik kepada siswa, sehingga pada
gilirannya siswa merasa jenuh di kelas.
Dan tidak kalah pentingnya guru ideal adalah guru yang mampu menempatkan dirinya
sebagai Evaluator of Instruction, guru diharapkan sebagai penilai hasil ujian siswa dengan
mengedepankan kejujuran, transparansi dalam menilai siswanya. Tapi banyak sekali guru dengan
kesibukannya mencari tambahan ekonomi keluarga, melakukan penilaian dengan cara “ngaji
(mengarang biji)” nilai siswa dikarang karena tidak punya waktu banyak untuk menilai satu
persatu siswanya. Hal inilah bisa sebagai pemicu siswa membolos.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Keadaan dimana siswa tidak datang kesekolah untuk mengikuti pelajaran


sebagaimana mestinya pada jam yang telah ditetapkan atau suatu perbuatan mangkir, melarikan
diri dari aktifitas sekolah. Membolos merupakan salah satu kenakalan siswa yang dalam
penanganannya perlu perhatian yang serius. Memang tidak sepenuhnya kegiatan membolos
dapat dihilangkan, tetapi usaha untuk meminimalisir tetap ada. Untuk melaksanakan bimbingan
tersebut diperlukan petugas yang telah memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam
bimbingan dan konseling.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa transisi, dimana pada masa masa seperti ini sering terjadi
ketidakstabilan baik itu emosi maupun kejiwaan. Pada masa transisi ini juga remaja sedang
mencari jati diri sebagai seorang remaja. Namun sering kali dalam pencarian jati diri ini remaja
cendrung salah dalam bergaul sehingga banyak melakukan hal yang menyimpang dari norma-
norma yang berlaku di masayarakat. Seperti perkelahian dan minum-minuman keras, pencurian,
perampokan, perusakan/pembakaran, seks bebas bahkan narkoba. Perilaku menyimpang remaja
tersebut dapat dikatakan sebagai kenakalan remaja.
Tumbuh kembang remaja pada zaman sekarang sudah tidak bisa lagi dibanggakan.
Perilaku kenakalan remaja saat ini sulit diatasi. Baru-baru ini sering kita dengar berita ditelevisi
maupun di radio yang disebabkan oleh kenakalan remaja diantaranya kebiasaan merokok,
tawuran , pemerkosaan yang dilakukan oleh pelajar SMA , pemakain narkoba dan lain-lain.
Di kalangan remaja, sangat banyak kasus tentang penyalahgunaan narkoba. Berdasarkan hasil
survei Badan Narkoba Nasional (BNN) Tahun 2005 terhadap 13.710 responden di kalangan
pelajar dan mahasiswa menunjukkan penyalahgunaan narkoba usia termuda 7 tahun dan rata-rata
pada usia 10 tahun. Survai dari BNN ini memperkuat hasil penelitian Prof. Dr. Dadang Hawari
pada tahun 1991 yang menyatakan bahwa 97% pemakai narkoba yang ada selama tahun 2005,
28% pelakunya adalah remaja usia 17-24 tahun.
Hasil survei membuktikan bahwa mereka yang beresiko terjerumus dalam masalah
narkoba adalah anak yang terlahir dari keluarga yang memiliki sejarah kekerasan dalam rumah
tangga, dibesarkan dari keluarga yang broken home atau memiliki masalah perceraian, sedang
stres atau depresi, memiliki pribadi yang tidak stabil atau mudah terpengaruh, merasa tidak
memiliki teman atau salah dalam pergaulan. Dengan alasan tadi maka perlu pembekalan bagi
para orang tua agar mereka dapat turut serta mencegah anaknya terlibat penyalahgunaan
narkoba.Kehidupan remaja pada masa kini mulai memprihatinkan.
Dalam kurun waktu dua dasa warsa terakhir ini Indonesia telah menjadi salah satu negara
yang dijadikan pasar utama dari jaringan sindikat peredaran narkotika yang berdimensi
internasional untuk tujuan-tujuan komersial.3 Untuk jaringan peredaran narkotika di negara-
negara Asia, Indonesia diperhitungakan sebagai pasar (market-state) yang paling prospektif
secara komersial bagi sindikat internasioanl yang beroperasi di negara-negara sedang
berkembang.
Remaja yang seharusnya menjadi kader-kader penerus bangsa kini tidak bisa lagi menjadi
jaminan untuk kemajuan Bangsa dan Negara. Bahkan perilaku mereka cenderung
merosot.melihat latar belakang diatas maka kami mengangkat judul Makalah Kenakalan remaja (
tentang Narkoba ) yang terfokus pada pengetahuan tentang narkoba dan akibatnyan bagi remaja.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Narkoba
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN),jumlah kasus penyalahgunaan
Narkoba di Indonesia dari tahun 1998 – 2003 adalah 20.301 orang, di mana 70% diantaranya
berusia antara 15 -19 tahun. Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif
berbahaya lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara
oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan,
dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi ) fisik dan
psikologis. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun
1997)

B. Jenis Narkoba :
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantunganNarkotika sendiri dikelompokkan lagi menjadi:
 Golongan I: Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Heroin, Kokain, Ganja.
 Golongan II: Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir
dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh:
Morfin, Petidin.
 Golongan III: Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau tujuan pengebangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Codein.
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah: zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika terdiri
dari 4 golongan:
 Golongan I: Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh: Ekstasi.
 Golongan II: Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh: Amphetamine.
 Golongan III: Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Phenobarbital.
 Golongan IV: Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam
terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Diazepam, Nitrazepam (BK, DUM).

Zat Adiktif Lainnya


Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah bahan atau zat yang berpengaruh psikoaktif
diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi: Minuman Alkohol, mengandung etanol etil alkohol,
yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan
manusia sehari – hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika
atau Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3
golongan minuman beralkohol:
a. Golongan A: kadar etanol 1-5 % (Bir)
b. Golongan B: kadar etanol 5-20 % (Berbagai minuman anggur)
c. Golongan C: kadar etanol 20-45 % (Whisky, Vodca, Manson House, Johny Walker)
Inhalasi, gas yang dihirup dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa
organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai
pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah: Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.
Tembakau, pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat.
Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama
pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering
menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA dapat digolongkan
menjadi 3 golongan:
a. Golongan Depresan (Downer), adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas
fungsional tubuh. Jenis ini membuat pemakainya menjadi tenang dan bahkan membuat
tertidur bahkan tak sadarkan diri. Contohnya: Opioda (Morfin, Heroin, Codein), sedative
(penenang), Hipnotik (obat tidur) dan Tranquilizer (anti cemas).
b. Golongan Stimulan (Upper), adalah jenis NAPZA yang merangsang fungsi tubuh dan
meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini menbuat pemakainnya menjadi aktif, segar dan
bersemangat. Contoh: Amphetamine (Shabu, Ekstasi), Kokain.
c. Golongan Halusinogen, adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang
bersifat merubah perasaan, pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda
sehingga seluruh persaan dapat terganggu. Contoh: Kanabis (ganja).

Di dalam masyarakat NAPZA/NARKOBA yang sering disalahgunakan adalah:


1. Opiada, terdapat 3 golonagan besar:
a. Opioda alamiah (Opiat): Morfin, Opium, Codein.
b. Opioda semisintetik: Heroin / putauw, Hidromorfin.
c. Opioda sintetik: Metadon.
2. Kokain
Kokain berupa kristal putih, rasanya sedikit pahit dan lebih mudah larut
Nama jalanan: koka, coke, happy dust, chalie, srepet, snow / salju. Cara pemakainnya: membagi
setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus diatas permukaan kaca atau alas yang
permukaannya datar kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot seperti sedotan atau
dengan cara dibakar bersama dengan tembakau. Penggunaan dengan cara dihirup akan beresiko
kering dan luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam. Efek pemakain kokain: pemakai akan
merasa segar, kehilangan nafsu makan, menambah percaya diri, dan dapat menghilangkan rasa
sakit dan lelah.

3. Kanabis
Nama jalanan: cimeng, ganja, gelek, hasish, marijuana, grass, bhang. Berasal dari
tanaman kanabis sativa atau kanabis indica. Cara penggunaan: dihisap dengan cara dipadatkan
menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok. Efek rasa dari kanabis tergolong cepat,
pemakai cenderung merasa lebih santai, rasa gembira berlebihan (euphoria), sering
berfantasi/menghayal, aktif berkomunikasi, selera makan tinggi, sensitive, kering pada mulut dan
tenggorokan.

4. Amphetamine
Nama jalanan: seed, meth, crystal, whiz. Bentuknya ada yang berbentuk bubuk warna
putih dan keabuan dan juga tablet. Cara penggunaan: dengan cara dihirup. Sedangkan yang
berbentuk tablet diminum dengan air. Ada 2 jenis Amphetamine:
MDMA (methylene dioxy methamphetamine) Nama jalanan: Inex, xtc. Dikemas dalam bentuk
tablet dan capsul.Metamphetamine ice, nama jalanan: SHABU, SS, ice. Cara pengunaan dibakar
dengan mengunakan alumunium foil dan asapnya dihisap atau dibakar dengan menggunakan
botol kaca yang dirancang khusus (boong).

5. Lysergic Acid
Termasuk dalam golongan halusinogen. Nama jalanan: acid, trips, tabs, kertas. Bentuk:
biasa didapatkan dalam bentuk kertas berukuran kotak kecil sebesar seperempat perangko dalam
banyak warna dan gambar. Ada juga yang berbentuk pil dan kapsul. Cara penggunaan:
meletakan LSD pada permukaan lidah, dan bereaksi setelah 30 – 60 menit kemudian,
menghilang setelah 8-12 jam. Efek rasa: terjadi halusinasi tempat, warna, dan waktu sehingga
timbul obsesi yang sangat indah dan bahkan menyeramkan dan lama-lama menjadikan
penggunaanya paranoid.

6. Sedatif-hipnotik (benzodiazepin)
Termasuk golongan zat sedative (obat penenang) dan hipnotika (obat tidur). Nama
jalanan: Benzodiazepin: BK, Dum, Lexo, MG, Rohyp. Cara pemakaian: dengan diminum,
disuntikan, atau dimasukan lewat anus. Digunakan di bidang medis untuk pengobatan pada
pasien yang mengalami kecemasan, kejang, stress, serta sebagai obat tidur.

7. Solvent/Inhalasi
Adalah uap gas yang digunakan dengan cara dihirup. Contohnya: Aerosol, Lem, Isi korek
api gas, Tiner, Cairan untuk dry cleaning, Uap bensin. Biasanya digunakan dengan cara coba-
coba oleh anak di bawah umur, pada golongan yang kurang mampu. Efek yang ditimbulkan:
pusing, kepala berputar, halusinasi ringan, mual, muntah gangguan fungsi paru, jantung dan hati.

C. Dampak Penyalahgunaan Narkoba Terhadap Remaja


Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi
narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan
kematiaan

a. Dampak Pisikis:
1. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisaHilang h
2. kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
3. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
4. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
5. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri

b. Dampak Sosial:
1. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
2. Merepotkan dan menjadi beban keluarga
3. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram

c. Dampak Langsung bahaya Narkoba Bagi Jasmani / Tubuh Manusia


Gangguan pada jantung, Gangguan pada hemoprosik, Gangguan pada traktur urinarius,
Gangguan pada otak, Gangguan pada tulang, Gangguan pada pembuluh darah, Gangguan pada
endorin, Gangguan pada kulit, Gangguan pada sistem syaraf, Gangguan pada paru-paru,
Gangguan pada sistem pencernaan, Dapat terinfeksi penyakit menular berbahaya seperti HIV
AIDS, Hepatitis, Herpes, TBC, dll.

d. Dampak Langsung Narkoba Bagi Kejiwaan / Mental Manusia


1. Menyebabkan depresi mental.Menyebabkan gangguan jiwa berat atau psikotik.
2. Menyebabkan bunuh diri
3. Menyebabkan melakukan tindak kejehatan, kekerasan dan pengrusakan.

Efek depresi bisa ditimbulkan akibat kecaman keluarga, teman dan masyarakat atau,kegagalan
dalam mencoba berhenti memakai narkoba. Namun orang normal yang depresi dapat menjadi
pemakai narkoba karena mereka berpikir bahwa narkoba dapat mengatasi dan melupakan
masalah dirinya, akan tetapi semua itu tidak benar.

e. Dampak Fisik
Selain ketergantungan sel-sel tubuh, organ-organ vital dalam tubuh seperti liver, jantung,
paru-paru, ginjal,dan otak juga mengalami kerusakan akibat penggunaan jangka panjang
narkoba. Banyak sekali pecandu narkoba yang berakhiran dengan katup jantung yang bocor,
paru-paru yang bolong, gagal ginjal, serta liver yang rusak. Belum lagi kerusakan fisik yang
muncul akibat infeksi virus {Hepatitis C dan HIV/AIDS} yang sangat umum terjadi di kalangan
pengguna jarum suntik.
Walaupun begitu, setiap kehidupan memiliki dua sisi mata uang. Di balik dampak
negatif, narkotika juga memberikan dampak yang positif. Jika digunakan sebagaimana mestinya,
terutama untuk menyelamatkan jiwa manusia dan membantu dalam pengobatan, narkotika
memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.

Berikut dampak positif narkotika:


1. Opioid
Opioid atau opium digunakan selama berabad-abad sebagai penghilang rasa sakit dan untuk
mencegah batuk dan diare.

2. Kokain
Daun tanaman Erythroxylon coca biasanya dikunyah-kunyah untuk mendapatkan efek stimulan,
seperti untuk meningkatkan daya tahan dan stamina serta mengurangi rasa lelah.

3. Ganja (ganja/cimeng)
Orang-orang terdahulu menggunakan tanaman ganja untuk bahan pembuat kantung karena serat
yang dihasilkannya sangat kuat. Biji ganja juga digunakan sebagai bahan pembuat minyak.
D. Cara Penanggulangan Narkoba Pada Remaja
Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Preventif
a. Pendidikan Agama sejak dini
b. Pembinaan kehidupan rumah tangga yang harmonis dengan penuh perhatian dan kasih
sayang.
c. Menjalin komunikasi yang konstruktif antara orang tua dan anak
d. Orang tua memberikan teladan yang baik kepada anak-anak.
e. Anak-anak diberikan pengetahuan sedini mungkin tentang narkoba, jenis, dan dampak
negatifnya

2. Tindakkan Hukum
Dukungan semua pihak dalam pemberlakuan Undang-Undang dan peraturan disertai
tindakkan nyata demi keselamatan generasi muda penerus dan pewaris bangsa. Sayangnya
KUHP belum mengatur tentang penyalah gunaan narkoba, kecuali UU No :5/1997 tentang
Psikotropika dan UU no: 22/1997 tentang Narkotika. Tapi kenapa hingga saat ini penyalah
gunaan narkoba semakin meraja lela ? Mungkin kedua Undang-Undang tersebut perlu di tinjau
kembali relevansinya atau menerbitkan kembali Undang-Undang yang baru yang mengatur
tentang penyalahgunaan narkoba ini.

3. Rehabilitasi
Didirikan pusat-pusat rehabilitasi berupa rumah sakit atau ruang rumah sakit secara
khusus untuk mereka yang telah menderita ketergantungan. Sehubungan dengan hal itu, ada
beberapa alternative penanggulangan yang dapat kami tawarkan :
a. Mengingat penyalah gunaan narkoba adalah masalah global, maka penanggulangannya
harus dilakukan melalui kerja sama international.
b. Penanggulangan secara nasional, yang teramat penting adalah pelaksanaan Hukum yang
tidak pandang bulu, tidak pilih kasih. Kemudian menanggulangi masalah narkoba harus
dilakukan secara terintegrasi antara aparat keamanan (Polisi, TNI AD, AL, AU ) hakim,
jaksa, imigrasi, diknas, semua dinas/instansi mulai dari pusat hingga ke daerah-daerah.
Adanya ide tes urine dikalangan Pemda Kalteng adalah suatu ide yang bagus dan perlu
segera dilaksanakan. Barang siapa terindikasi mengkomsumsi narkoba harus ditindak
sesuai peraturan DIsiplin Pegawai Negri Sipil dan peraturan yang mengatur tentang
pemberhentian Pegawai Negri Sipil seperti tertuang dalam buku pembinaan Pegawai
Negri Sipil. Kemudian dikalangan Dinas Pendidikan Nasional juga harus berani
melakukan test urine kepada para siswa SLTP-SLTA, dan barang siapa terindikasi positif
narkoba agar dikeluarkan dari sekolah dan disalurkan ke pusat rehabilitasi. Di sekolah-
sekolah agar dilakukan razia tanpa pemberitahuan sebelumnya terhadap para siswa yang
dapat dilakukan oleh guru-guru setiap minggu. Demikian juga dikalangan mahasiswa di
perguruan tinggi.
c. Khusus untuk penanggulangan narkoba di sekolah agar kerja sama yang baik antara orang
tua dan guru diaktifkan. Artinya guru bertugas mengawasi para siswa selama jam belajar
di sekolah dan orang tua bertugas mengawasi anak-anak mereka di rumah dan di luar
rumah. Temuan para guru dan orang tua agar dikomunikasikan dengan baik dan
dipecahkan bersama, dan dicari upaya preventif penanggulangan narkoba ini dikalangan
siswa SLTP dan SLTA.
d. Polisi dan aparat terkait agar secara rutin melakukan razia mendadak terhadap berbagai
diskotik, karaoke dan tempat-tempat lain yang mencurigakan sebagai tempat transaksi
narkoba. Demikian juga merazia para penumpang pesawat, kapal laut dan kendaraan
darat yang masuk, baik secara rutin maupun secara insidental.
e. Pihak Departemen Kesehatan bekerjasama dengan POLRI untuk menerbitkan sebuah
booklet yang berisikan tentang berbagai hal yang terkait dengan narkoba. Misalnya
apakah narkoba itu, apa saja yang digolongkan kedalam narkoba, bahayanya, kenapa
orang mengkomsumsi narkoba, tanda- tanda yang harus diketahui pada orang- orang
pemakai narkoba cara melakukan upaya preventif terhadap narkoba. Disamping itu
melakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan berbagai instansi
tentang bahaya dan dampak negative dari narkoba. Mantan pemakai narkoba yang sudah
sadar perlu dilibatkan dalam kegiatan penyuluhan seperti itu agar masyarakat langsung
tahu latar belakang dan akibat mengkomsumsi narkoba.
f. Kerja sama dengan tokoh-tokoh agama perlu dieffektifkan kembali untuk membina iman
dan rohani para umatnya agar dalam setiap kotbah para tokoh agama selalu mengingatkan
tentang bahaya narkoba.
g. Seperti di Australia, misalnya pemerintah sudah memiliki komitmen untuk memerangi
narkoba. Karena sasaran narkoba adalah anak-anak usia 12-20 tahun, maka solusi yang
ditawarkan adalah komunikasi yang harmonis dan terbuka antara orang tua dan anak-
anak mereka. Booklet tentang narkoba tersebut dibagi-bagikan secara gratis kepada
semua orang dan dikirin lewat pos kealamat-alamat rumah, aparteman, hotel, sekolah-
sekolah dan lain-lain. Sehubungan dengan kasus ini, maka keluarga adalah kunci utama
yang sangat menentukan terlibat atau tidaknya anak-anak pada narkoba. Oleh sebab itu
komunikasi antara orang tua dan anak-anak harus diefektifkan dan dibudayakan.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kebiasaan menggunakan narkoba di kalangan remaja amat membahayakan baik ditinjau


dari segi pendidikan maupun kesehatan serta sosial ekonomi. Dipandang dari segi pendidikan
sudah jelas bahwa hal ini akan mengganggu pelajarannya, sedangkan dari segi kesehatan akibat
kebiasaan menggunakan narkoba akan menyebabkan berbagai penyakit. Melalui sikap
kepedulian, pencegahan berbagai tindak kriminal, kenakalan remaja, keamanan, kedamaian,
keharmonisan, akan mudah diciptakan. Dengan sikap kepedulian ini, maka motto bahwa,
”Pencegahan lebih baik dari mengobati”, akan benar-benar terbukti dalam kasus pemakaian obat-
obat terlarang.
Pada tahap awal kehidupan manusia agen sosialisasi pertama adalah keluarga. Oleh
karena itu, orang tua merupakan orang penting (significant other) dalam sosialisasi. Guna
mencegah terjerumusnya para penerus bangsa tersebut ke dunia Narkoba, maka campur tangan
dan tanggung jawab orang tua memegang peranan penting di sini. Karena baik atau buruknya
perilaku anak sangat bergantung bagaimana orang tua menjadi teladan bagi putra-putrinya

DAFTAR PUSTAKA

 Effendi, Luqman, 2008. Modul Dasar-Dasar Sosiologi dan Sosiologi KesehatanI. Jakarta:
PSKM FKK UMJ.
 Kartono, Kartini, 1992. Patologi II Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali.
 Mangku, Made Pastika, Mudji Waluyo, Arief Sumarwoto, dan Ulani Yunus, 2007.
pecegahan Narkoba Sejak Usia Dini. Jakarta: Badan Narkotika Nasional Republik
Indonesia.
 Shadily, Hassan, 1993. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT RINEKA
CIPTA.
 Soekanto, Suryono, 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persuda
 Sofyan, Ahmadi, 2007. Narkoba Mengincar Anak Anda Panduan bagi Orang tua, Guru,
dan Badan Narkotika dalam Penanggulangan Bahaya Narkoba di Kalangan Remaja.
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
 Sudarman, Momon, 2008. Sosiologi Untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
 Syani, Abdul, 1995. Sosiologi dan Perubahan Masyarakat. PT DUNIA PUSTAKA JAYA

MAKALAH PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Fenomena merokok di kalangan ramaja usia sekolah bukan pemandangan asing lagi.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, sebelum
tahun 1995 prevalensi remaja terhadap rokok hanya tujuh persen. Pada 2010 naik menjadi 19
persen. 54,1 persen orang di atas usia 15 tahun merokok dan 43,3 persen dari jumlah keseluruhan
perokok mulai merokok pada rentang usia 14-19 tahun. Jumlah perokok usia remaja di Indonesia
terus meningkat. Secara keseluruhan, Indonesia menempati peringkat lima di dunia sebagai
jumlah perokok terbanyak di bawah China, AS, Jepang, dan Rusia.
Merokok merupakan salah satu masalah yang sulit dipecahkan. Apalagi sudah menjadi
masalah nasional, dan bahkan internasional. Hal ini menjadi sulit, karena berkaitan dengan
banyak faktor yang saling memicu, sehingga seolah- olah sudah menjadi lingkaran setan. Di
tinjau dari segi kesehatan, merokok harus dihentikan karena menyebabkan kanker dan
penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan kematian, oleh karena itu merokok harus
dihentikan sebagai usaha pencegahan sedini mungkin. Terlebih diketahui bahwa sebagian besar
perokok adalah remaja sehingga perlu adanya pencegahan dini yang dimulai dari pihak sekolah.
Para perokok merasakan nikmatnya merokok begitu nyata, sampai dirasa memberikan rasa
menyenangkan dan menyegarkan sehingga setiap harinya harus menyisihkan uang untuk
merokok. Kelompok lain, khususnya remaja pria, mereka menganggap bahwa merokok adalah
merupakan ciri kejantanan yang membanggakan, sehingga mereka yang tidak merokok malah
justru diejek. Padahal mereka sadar bahwa merokok dapat membahayakan kesehatan bahkan
menimbulkan banyak penyakit serius.
Berkaitan dengan fenomena di atas, maka perlu adanya penelitian mengenai perilaku
merokok pada remaja agar bisa menambah wawasan tentang perilaku merokok dan cara
menanggulanginya sehingga dapat mencegah timbulnya perilaku merokok pada remaja.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bersifat kualitatif dengan pendekatan psikologi
perkembangan. Penelitian ini dilakukan di SMK Insan Cendekia, Turi, Sleman. Dipilihnya
subyek penelitian tersebut dengan pertimbangan pernah didapati beberapa siswa sekolah tersebut
sedang merokok disekitar lingkungan sekolah. Alasan lain yaitu karena sekolah tersebut
merupakan sekolah yang baru berdiri 4 tahun (2007) maka bagaimana upaya yang dapat
dilakukan oleh sekolah agar menjadikan siswanya terbebas dari merokok.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan problematika di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa faktor-faktor penyebab perilaku merokok?
2. Mengapa remaja rentan terhadap perilaku merokok?
3. Bagaimana perilaku merokok di kalangan remaja saat ini?
4. Bagaimana mencegah perilaku merokok pada remaja usia sekolah?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sebab-sebab Perilaku Merokok


1. Pengertian Perilaku Merokok
Rokok dibuat dari bahan dasar tembakau. Daun tembakau (nicotiana tabacum) mengandung
nikotin dan berbagai senyawa kimia lainnya yang berefek racun. Nikotin yang terdapat pada
daun tembakau merupakan zat beracun yang dalam dosis 60 mg saja dapat berakibat fatal.
Menurut kamus Bahasa Indonesia (2008), merokok didefinisikan sebagai menghisap rokok,
sedangkan rokok itu sendiri diartikan gulungan tembakau (kira-kira sebesar kelingking) yg
dibungkus (daun nipah, kertas, dsb). Armstrong berpendapat bahwa merokok adalah menghisap
asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar. Pendapat
lain dari Levy menyatakan bahwa perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang
berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh
orang-orang disekitarnya.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok adalah suatu
kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya
keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya.
2. Faktor Penyebab Perilaku Merokok
Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi kesehatan, tetapi masih banyak
orang yang melakukannya. Bahkan orang mulai merokok ketika mereka masih remaja. Asal
mulanya, orang yang mengisap rokok merasa tidak nyaman, misalnya kepala pening, mulut
kering dan bau. Akan tetapi lama kelamaan jika diteruskan berkali-kali dan dibiasakan maka
perokok akan merasa nikmat dan enak. Setelah itu menjadi ketagihan, kecanduan, dan
tergantung, baik secara fisik maupun psikis.
Ada berbagai alasan yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjawab mengapa seseorang
merokok. Menurut Levy setiap individu mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda dan
biasanya disesuaikan dengan tujuan mereka merokok. Pendapat tersebut didukung oleh Smet
yang menyatakan bahwa seseorang merokok karena faktor-faktor sosio cultural seperti kebiasaan
budaya, kelas sosial, gengsi, dan tingkat pendidikan.
Secara umum menurut Kurt Lewin, bahwa perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan
dan individu, artinya perilaku merokok selain disebabkan oleh faktor dalam diri, juga disebabkan
olah faktor lingkungan.
Adapun faktor dari individu yaitu :
1. Faktor Biologis
Banyak Penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok merupakan salah satu bahan kimia
yang berperan penting pada ketergantungan
merokok.
2. Faktor Psikologis
Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa kantuk,
mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan,
juga dapat memberikan kesan modern dan berwibawa, sehingga bagi individu yang sering
bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit untuk dihindari.
3. Faktor Demografis
Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok pada usia dewasa semakin
banyak akan tetapi pengaruh jenis kelamin zaman sekarang sudah tidak terlalu berperan karena
baik pria maupun wanita sekarang sudah merokok.
Faktor lingkungan yaitu :
1. Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan dan perhatian individu pada
perokok.
2. Faktor Sosial-Kultural
Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, penghasilan dan gengsi pekerjaan akan
mempengaruhi perilaku merokok pada individu.
3. Faktor Sosial Politik
Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah politik yang bersifat
melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok dan usaha melancarkan kampanye-kampanye
promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku merokok. Merokok menjadi masalah yang
bertambah besar di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

3. Remaja Rentan Terhadap Perilaku Merokok


Pada umumnya remaja memiiki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity). Karena didorong
oleh rasa ingin tahu yang tinggi remaja cenderung ingin berpetualang menjelajah segala sesuatu
dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya. Selain itu didorong juga oleh
keinginan seperti orang dewasa, menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering
dilakukan oleh orang dewasa. Akibatnya tidak jarang secara sembunyi-sembunyi remaja pria
mencoba merokok karena sering meihat orang dewasa melakukannya. Seolah-olah dalam hati
kecilnya berkata bahwa remaja ingin membuktikan bahwa seebenarnya dirinya mampu berbuat
seperti yang dilakukan orang dewasa. Seringkali remaja melakukan perbuatan-perbuatan
menurut normanya sendiri karena terlalu banyak menyaksikan ketidakkonsistenan di masyarakat
yang dilakukan oleh orang dewasa atau orang tua antara apa-apa yang sering dikataan dalam
berbagai forum dengan kenyataan nyata dilapangan. Kata-kata moral didengungkan dimana-
mana tetapi kemaksiatan juga disaksikan dimana-mana oleh remaja.

4. Dampak Perilaku Merokok


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO Pada 1998) melakukan penelitian tentang tembakau dan
rokok melontarkan 6 hal:
1. Rokok adalah pintu pertama kematian
2. Rokok merupakan pembunuh nomor 3 setelah jantung dan kanker
3. 1 batang rokok menyebabkan umur seseorang memendek 12 menit
4. Didunia 10 orang perhari mati karena rokok
5. Di Indonesia 57.000 orang mati karena merokok
6. Menurut para ahli seorang perokok atau yang menghisap asap rokok secara sengaja atau tidak
sengaja akan mudah terserang penyakit, terutama pernafasan, jantung, paru-paru, kanker,
pembuluh darah, impotensi, gangguan kehamilan, dan janin.
Seorang yang kecanduan rokok jika dihentikan akan mengalami gejala ketagihan rokok antara
lain:
1. Perasaan tidak pada mulut (kecuten)
2. Emosional
3. Cemas dan gelisah
4. Konsentrasi terganggu
5. Kepala nyeri
6. Mengantuk
7. Pening
8. Gangguan pencernaan
B. Perilaku Merokok di Kalangan Remaja Saat Ini
Berdasarkan penelitian melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan pengolahan data angket
terhadap 40 siswa SMK Insan Cendekia, yaitu 15 siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan kelas
X dan XI pada hari Kamis tanggal 6 Desember 2011, berikut ini adalah hasilnya:
1. Siswa yang Merokok
Berdasarkan wawancara secara langsung dan data yang diperoleh dari angket dengan siswa/siswi
SMK Insan Cendekia diketahui bahwa terdapat 21 siswa atau 52,5% yang pernah merokok,
sedangkan yang belum pernah merokok sebanyak 19 orang atau 47,5%. Hasil itu dapat
digambarkan dalam diagram sebagai berikut:

Dari angket ditemukan bahwa tidak hanya siswa laki-laki yang pernah merokok tetapi juga siswa
perempuan. Sejumlah 21 siswa yang merokok, terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 6 siswa
perempuan.
Peneliti mendapati dua alasan pertama kali mereka merokok, yaitu sebagian besar alasan mereka
karena penasaran atau sekedar ingin coba-coba dan satu orang karena depresi. Seperti pengakuan
dari Fauzul, siswa yang diwawancarai, mengaku merokok pertama kali karena coba-coba. “saya
merokok karena ingin coba-coba saja, lagian juga kata temen ga ngrokok ga gaul”. Dia merokok
hanya satu tahun karena memiliki motivasi untuk berhenti merokok. Setelah peneliti tanya apa
motivasinya, dia menjawab dengan senyum ringan “ya, motivasinya karena cewek”. Akhirnya
sampai sekarang dia tidak merokok lagi.
Peneliti mengkategorikan siswa menjadi 3 yaitu: Perokok pasif, perokok aktif, perokok pecandu.
Perokok pasif adalah orang yang tidak merokok tapi terpaksa ikut menghirup asap rokok karena
tidak bisa menghindar lagi. Adapun indikator dari perokok pasif:
1. Belum pernah merokok.
2. Merasa terganggu dengan lingkungan perokok.
3. Mengetahui bahaya merokok.
Perokok aktif adalah orang yang merokok tetapi tidak merasa rokok menjadi kebutuhan. Adapun
indikator dari perokok aktif:
1. Merokok tidak menjadi kebutuhan.
2. Tahan jika tidak merokok dalam sehari.
3. Dapat menahan diri jika tidak mempunyai rokok.
Perokok pecandu adalah orang yang merokok karena kecanduan dan sudah menjadi kebutuhan.
Adapun indikator dari perokok pecandu:
1. Merokok merupakan kebutuhan.
2. Setiap hari pasti merokok.
3. Jika kehabisan rokok, maka tidak tahan sampai memperolehnya.
Berdasarkan indikator di atas, maka siswa dikategorikan dalam diagram berikut ini.

Dapat dilihat dalam diagram bahwa perokok pasif sebanyak 47,5%, perokok aktif sebanyak 35%
dan perokok pecandu sebanyak 17,5%.
Salah satu perokok pasif adalah Dian. Dia mengaku tidak pernah merokok karena merokok dapat
merusak kesehatan. Dia mengatakan “Merokok kan merusak kesehatan, seperti merusak paru-
paru, dan banyak sih, merugikan orang lain juga”. Dia merasa terganggu apabila disekitarnya ada
yang merokok. Sama halnya dengan Dian, yaitu Ilya. Ilya juga tidak merokok karena mengetahui
sebab-akibat merokok. Meskipun dia sering diejek temannya karena tidak merokok, dia tetap
bisa mengontrol diri untuk tidak merokok.
Sedangkan siswa yang dikategorikan dalam perokok aktif adalah Juhari dan Fauzul. Juhari
pertama kali merokok karena coba-coba. Dia hanya merokok jika ditawari temannya sebagai rasa
menghargai. Pernyataan dia “Awalnya dulu nggak ngrokok, tapi lihat temen-temen pada ngrokok
ya jadi ikut-ikutan gimana rasanya ngrokok”. Fauzul sama dengan Juhari, yaitu merokok karena
mencoba-coba. Dia sempat mengatakan “nggak ngrokok nggak gaul”, meskipun saat ini dia telah
berhenti merokok.
Salah satu perokok pecandu adalah Anto. Dia setiap hari merokok. Bahkan dalam satu hari
minimal menghabiskan 6 batang rokok. Dia merasa lemas badannya dan sulit berkonsentrasi jika
menahan diri untuk tidak merokok. “Kalau nggak ngrokok rasanya lemes, nggak kuat ngapa-
ngapain” ujar dia. Dia menambahkan “Kalau di pelajaran ya menjadi kurang konsen”. Merokok
sudah menjadi kebiasaan rutinnya. “Kalau ngrokok sih udah biasa” kata Anto.

2. Menikmati Merokok
Ada sebagian siswa yang menikmati rokok, tetapi ada sebagian pula yang tidak menikmati
rokok. Dari 52,5% siswa yang merokok, hanya sedikit yang mengaku merokok itu
menyenangkan dan menyegarkan, yaitu hanya sekitar 24%, selebihnya tidak merasa merokok itu
menyenangkan dan menyegarkan.
Jika digambarkan dalam diagram maka tergambar sebagai berikut:

Berdasarkan wawancara dengan siswa secara mendalam, didapati satu siswa yang merasa
merokok itu menyenangkan dan menyegarkan, yaitu Anto. Dia mengatakan bahwa dengan
merokok dia bisa lebih fresh dan bisa berkonsentrasi.

3. Merokok Ketika Marah


Dalam pertanyaan angket “Apakah Anda merokok ketika merasa marah?” mendapatkan hasil
29% yang merokok ketika merasa marah dan selebihnya ketika tidak merasa marah.
Dalam diagram dapat digambarkan:

Sebagian remaja merokok ketika merasa marah. Hal ini menunjukkan merokok merupakan jalan
atau penenang bagi sebagian perokok yang mengalami rasa marah. Dengan kata lain, merokok
dapat mengurangi rasa marah bagi mereka.
4. Merokok Menambah Percaya Diri dan Mudah Bergaul
Merokok dapat menambah percaya diri dan mudah bergaul, seperti kata dari siswa yang merokok
yaitu Fauzul, “nggak ngrokok nggak gaul”. Ilya juga sering diejek temannya kalau nggak
ngrokok itu nggak gaul. Namun meskipun demikian Ilya tetap tidak merokok. “nggak gaul kalau
nggak ngrokok itu cuma masalah gengsi, kalau saya sih nggak papa nggak gaul” kata Ilya.
Kalimat nggak ngrokok nggak gaul benar adanya bagi sepertiga siswa yang merokok. Dari hasil
angket, terdapat 33% yang setuju bahwa merokok dapat menambah percaya diri dan mudah
bergaul. Dalam diagram digambarkan sebagai berikut:

Memang hanya sepertiga dari perokok yang setuju dengan merokok dapat menambah percaya
diri dan mudah bergaul. Dengan realita ini menunjukkan adanya hubungan antara merokok
dengan percaya diri dan pergaulan sekalipun prosentasenya tidak terlalu besar.
5. Mengetahui Bahaya Rokok
Dari angket didapati bahwa semua siswa yang pernah merokok ingin berhenti dari berperilaku
merokok. Hal ini karena rokok berbahaya bagi kesehatan. Dari 40 siswa, semuanya mengaku
mengetahui bahaya rokok. Ironisnya mereka tahu kalau merokok tidak hanya membahayakan
diri perokok itu saja, tetapi juga membahayakan orang lain.
Ilya, siswa dari SMK Insan Cendekia mengatakan bahwa dirinya tidak merokok karena
mengetahui bahaya dari merokok. “Saya nggak ngorok karena tahu sebab-akibatnya. Menurut
pengalaman teman-teman saya, merokok bikin nafasnya sesak, dan juga akibatnya sudah tertulis
dibungkusnya itu ,” ujarnya. Selain itu dia menambahkan bahwa merokok itu tidak hanya
merugikan diri sendiri tetapi juga merugikan orang lain yang disekitarnya.
Semua siswa mengetahui bahaya merokok tetapi masih saja ada yang merokok. Hal ini
membuktikan bahwa perilaku merokok dipengaruhi oleh individu dan lingkungan. Secara
individu, mereka tahu merokok itu berbahaya. Namun karena remaja merupakan masa yang
labil, mudah terpengaruh, dan masa pencarian identitas maka tetap saja perilaku merokok
dilakukan. Besarnya rasa ingin penasaran dan ingin mencoba-coba sering mendorong remaja
untuk melakukan hal yang baru, termasuk yang belum pernah merokok ingin merasakan
bagaimana merokok itu. Lingkungan teman yang merokok kadang juga memancing diri mereka
untuk merokok juga. Selain itu, nikotin dalam rokok juga menyebabkan kecanduan sehingga
sulit untuk berhenti merokok meskipun ada keinginan untuk berhenti. Mengetahui bahaya
merokok saja tidak cukup untuk menghindarkan diri dari merokok.

C. Pencegahan Perilaku Merokok di Kalangan Remaja


Diperlukan tindakan dan pengarahan untuk mengatasi perilaku merokok pada remaja khususnya
di SMK Insan Cendekia. Disinilah peran guru dibutuhkan, terlebih bagi guru BK dan guru agama
agar ada pencegahan terhadap perilaku merokok sehingga dapat meminimalisir jumlah pelaku
merokok.
Ina Dwiyati, S.Psi, guru BK sekaligus menjabat kepala SMK Insan Cendekia, mengatakan
bahwa merokok menjadi masalah tersendiri bagi sekolah. Larangan merokok sudah menjadi
aturan sekolah tetapi masih tetap ada yang merokok karena pada usia remaja rasa penasaran dan
teman kelompok sangat mempengaruhi. Kata beliau “Sudah menjadi sifat usia SMK yang
cenderung trend atau teman-teman yang lain”.
Menurut beliau, siswa yang merokok dapat diketahui melalui ciri-cirinya. Jika bertemu secara
face to face tercium dari aromanya, bibirnya terlihat hitam, dan dari giginya ada zat yang
menempel di giginya.
Perilaku merokok perlu penanganan khusus. Dari pihak sekolah, setiap awal tahun pasti
menekankan aturan sekolah khususnya pelarangan tentang merokok. Pihak sekolah juga
mendatangkan narasumber dari dinas kesehatan untuk memberikan penyuluhan atau sosialisasi
tentang kesehatan, khususnya bahaya merokok. Selain itu, sekolah bekerja sama dengan
puskesmas setempat untuk mengadakan pemeriksaan fisik secara menyeluruh sehingga
mengetahui siswa yang merokok. Namun, beliau menambahkan kalau cara ini belum efektif
karena siswa hanya sadar beberapa saat setelah penyuluhan. Terlebih sekolah hanya bisa
mengontrol pada saat jam belajar di sekolah saja, setelah jam itu sekolah tidak dapat mengontrol.
Sekolah juga menerapkan reward and punishment, bagi siswa yang didapati merokok
dilingkungan sekolah akan mendapatkan hukuman yang berupa poin kesalahan.
Ridwan, guru agama di SMK Insan Cendekia mengaku sering mendapati siswa yang merokok.
Meskipun sudah jelas bahwa ada aturan dilarang merokok tetapi siswa tetap merokok dengan
sembunyi-sembunyi. Menurut beliau, siswa yang merokok dapat diketaui ciri-cirinya, yaitu:
biasanya tubuhnya kekuru-kuruan, sering sakit, cepat emosi, mudah tersinggung, dan biasanya
malas-malasan.
Tindakan dari guru agama mengatasi perilaku merokok remaja, dilakukan dengan memberikan
peringatan-peringatan agar siswa benar-benar tau bahaya dari merokok sehingga dapat
meninggalkan rokok. Peringatan diberikan satu sampai lima kali. Apabila tidak jera maka
diberikan hukuman seperti membersihkan wc dan lingkungan sekolah. Bagi siswa yang di
tinggal asrama sekolah didapati merokok, maka tidak akan diberi makan sampai benar-benar jera
merokok.
Menurut peneliti tindakan yang dilakukan sekolah cukup efektif. Peneliti menambahkan tindakan
yang perlu dilakukan untuk mencegah perilaku merokok di kalangan remaja yaitu perlunya
kerjasama antara pihak sekolah dan orangtua untuk mengawasi dan mengarahkan tingkahlaku
remaja. Salahsatu kebutuhan khas remaja adalah kebutuhan akan kasih sayang. Perhatian
orangtua terhadap anak merupakan salahsatu bentuk kasih sayangnya terhadap anak. Sebaiknya
orangtua mengetahui keadaan emosi anak, terutama ketika anak mengalami depresi sehingga
tidak sampai melampiaskannya pada perilaku merokok.
Pengawasan terhadap pergaulan remaja oleh orang tua dan sekolah akan memberikan hasil yang
maksimal dalam mengatasi perilaku merokok pada remaja. Orang tua seharusnya mengawasi
lingkungan bermain anak dan bagaimana teman-teman sebayanya. Karena, saat remaja
bergantung pada kelompok teman sebayanya, remaja butuh untuk diterima dan diakui oleh
kelompoknya. Apabila berteman dengan kelompok orang yang merokok, maka dengan mudah
anak akan merokok juga.
Ditambah perlu adanya keteladanan terutama dari para orangtua dan guru. Karena remaja
mempunyai karakteristik ingin mencoba apa yang dilakukan oleh orang dewasa, seolah-olah
ingin membuktikan apa yang dilakukan orang dewasa dapat pula dilakukan oleh remaja.
Selain itu penyuluhan tentang bahaya merokok sebaiknya tidak hanya fokus ke jangka panjang
saja seperti dapat menyebabkan penyakit serius, tetapi juga harus fokus ke jangka pendek seperti
merokok sama dengan membakar uang, calon pacar tidak suka bau dan mengapa mau dibodohi
iklan. Ditambah lagi, siswa harus selalu mengingat slogan “matikan rokokmu sebelum rokok
mematikanmu”.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian
menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap
oleh orang-orang disekitarnya. Perilaku merokok banyak menghinggapi para remaja karena
remaja memiliki rasa penasaran atau rasa ingin mencoba-coba yang cenderung tinggi, termasuk
ingin mencoba merasakan rokok.
Faktor penyebab timbulnya merokok yaitu faktor individu dan faktor lingkungan. Faktor
individu meliputi: faktor biologis, faktor psikologis dan faktor faktor demografis. Sedangkan
faktor lingkungan meliputi : faktor lingkungan sosial, faktor sosial-kultural dan faktor sosial
politik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMK Insan Cendekia diketahui bahwa dari 40 siswa
terdapat 21 siswa atau 52,5% yang pernah merokok, dan 19 orang atau 47,5% yang belum
pernah merokok. Hasil itu menunjukkan adanya perilaku merokok masih relative besar meskipun
di SMK Insan Cendekia perbedaannya tidak terlalu jauh.
Untuk menanggulangi perilaku merokok diperlukan tindakan dan pengarahan yang dilakukan
oleh sekolah, khususnya guru BK dan guru agama. Tindakan penyuluhan tentang bahaya
merokok yang dilakukan sekolah dengan dinas kesehatan merupakan upaya awal dalam
menanggulangi perilaku merokok. Tindakan penyuluhan seharusnya melingkupi dampak jangka
panjang dan dampak jangka pendek. Bagi siswa yang merokok perlu diberi peringatan. Apabila
belum jera, perlu diberikan tindakan hukuman seperti membersihkan wc atau lingkungan
sekolah. Selain itu, sekolah juga harus bekerja sama dengan orangtua siswa dalam melakukan
pengawasan terhadap siswa sehingga pengawasan menjadi lebih efektif dan siswa tidak salah
mengambil tindakan dalam pergaulannya. Hal yang penting juga bahwa orangtua dan guru harus
memberikan teladan kepada siswa untuk meninggalkan perilaku merokok karena merokok dapat
merugikan diri sendiri dan orang lain.

B. DAFTAR PUSTAKA

Dharmayati. 2011. Jumlah Perokok Remaja Meningkat. Online: www.yudiblablabla-


pergaulanremaja.blogspot.com. (diakses pada tanggal 8 Desember 2011 pukul 08.58 WIB).
Hakim, M. Arif. Bahaya Narkoba Alkohol Cara Islam Mencegah, Mengatasi, dan Melawan.
Bandung: Nuansa.
Mahanani, Fauzan A. 2011. Hubungan Antara Sikap Terhadap Merokok Dengan Kebiasaan
Merokok Pada Remaja. Online: www.fauzan.smkdarunnajah.sch.id. (diakses pada tanggal 8
Desember 2011 pukul 08.58 WIB).
Nasution, Indri Kemala. 2007. Perilaku Merokok pada Remaja, Medan: USU Repository.
Wicaksono, Adi. 2011. Jumlah Perokok di Indonesia Terbanyak Kelima di Dunia. Online:
www.news.okezone.com. (diakses pada tanggal 8 Desember 2011 pukul 08.58 WIB).
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2006. Psikologi Remaja perkembangan peserta didik.
Jakarta:Bumi Aksara.
Bk karier

BAB I
PENDAHULUAN
1. LatarBelakang
Pembangunan telah dilaksanakan dalam segenap aspek kehidupan BangsaIndonesia,
namun keadaaan ketenagakerjaan di Indonesia, pada saat ini tidaklah menggembirakan, yang
berarti kemampuan pasar kerja untuk menyerap tenaga kerjarata-rata kecil, sebagai akibat
terjadi penumpukan tenaga kerja, dimana-mana gejala pengangguran semakin nyata, hal ini
menyebabkan timbulnya kegelisahan dikalangan anak-anak muda yang sebenarnya sudah
memasuki masa produktif
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal diharapkan mampu memberikan
bimbingan dan pelatihan guna menyiapkan anak didiknya untuk dapat menjadi anggota
masyarakat yang mampu dan bertanggung jawab, di samping menjadi anggota yang aktif
dan tenaga kerja yang tangguh. Anak didik memandang sekolah sebagai tempat untuk
mendapatkan sumber bekal yang dapat membuka dunia bagi mereka, orang tua
memandang sekolah sebagai tempat bagi anaknya untuk mengembangkan kemampuan
menjadi sosok yang trampil dan mampu sehingga siap memasuki tenaga kerja yang trampil,
pemerintah berharap agar sekolah mampu mempersiapkan anak-anak untuk
menjadi warga negara yang cakap.
Dalam usaha menyiapkan siswa agar dapat memenuhi harapan orang tua,
masyarakat dan pemerintah mempersiapkan siswa agar dapat menjadi anggota masyarakat yang
mempunyai ketrampilan sehingga merupakan tenaga kerja yang terampil maka sekolah
mengusahakan suatu usaha yang nyata untuk memberikan layanan bimbingan. Bimbingan
merupakan usaha bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan
pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan (Widiatmojo, 2000: 1).
Dalam melaksanakan tugasnya layanan bimbingan dan konseling, meliputi empat
bidang bimbingan yaitu bidang bimbingan pribadi, bidang bimbingan sosial, bidang
bimbingan belajar dan bidang bimbingan karier, sembilan layanan yaitu layanan
orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan penguasaan kontent,
layanan kohseling perorangan, konseling kelompok, layanan bimbingan kelompok,
konsultasi dan mediasi yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa dan kelas, serta
lima kegiatan pendukung yaitu kunjungan rumah, konferensi kasus, himpunan data, aplikasi
instrumen dan alih tangan kasus (Rodjikin, 2000: 3- 4 ). Untuk membantu anak dalam
mengembangkan diri secara optimal sehingga dapat) merencanakan pencapaian pekerjaan
sebagai landasan karier yang seslla dengan kemampuan, bimbingan karier sebagai salah satu
bidang layanan bimbingan konseling sangat dibutuhkan. Karena bimbingan karier merupakan
bimbinganyang mencakup kegiatan bimbingan kepada siswa dari memilih, menyiapkan diri,
mencari dan menyesuaikan diri terhadap karier (Aryatmi Siswohardjono, 1990: 457). Dengan
layanan bimbingan karier yang sudah diberikan diharapkan siswa dapat memahami karakteristik
dirinya dalam hal minat, nilai-nilai, kecakapan dan ciri-ciri kepribadian serta
dapat rnengidentifikasikan bidang pekerjaan yang luas, yang mungkin lebih cocok bagi rnereka
selanjutnya diharapkan siswa dapat menemukan karier dan melaksanakan karier yang efektif
serta memberikan kelayakan hidup.
Bimbingan karier merupakan salah satu aspek bimbingan perkembangan, sehingga
sangat diperlukan sepanjang perkembangan anak, lebih baik jika bimbingan itu diberikan ke
anak sejak rnasa kanak-kanak bahkan sebelun masuk sekolah, yang diteruskan di masa
sekolah dasar, di sekolah lanjutan dan di perguruan tinggi, bahkan mungkin masih
diperlukan sewaktu seseorang sudah memasuki dunia kerja, dengan harapan bahwa dengan
bimbingan yang diberikan akan membantu dalam penyesuaian diri dengan sifat dan situasi
kerja.
2. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah pengertian Bimbingan Karir ( menurut beberapa ahli )?
2. Apa saja prinsip-prinsip Bimbingan Karir di sekolah?
3. Bagaimanakah tujuan Bimbingan Karir ( menurut beberapa ahli )?
4. Apa sajakah Fungsi Bimbingan Karir ( menurut beberapa ahli )?
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
1. Pengertian Bimbingan Karir
Sebelum kita mempelajari pengertian bimbingan karir, sebelumnya akan diuraikan
terlebih dahulu menegenai pengertian “Bimbingan” dan “Karir”. Bimbingan merupakan
terjemahan dari guidance, Prayitno, dkk. (2003) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling
adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar
mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan
belajar, dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung,
berdasarkan norma-norma yang berlaku. Menurut United States Office of Education (Arifin,
2003) memberikan rumusan bimbingan sebagai kegiatan yang terorganisir untuk memberikan
bantuan secara sistematis kepada peserta didik dalam membuat penyesuaian diri terhadap
berbagai bentuk problema yang dihadapinya, misalnya problema kependidikan, jabatan,
kesehatan, sosial dan pribadi. Dalam pelaksanaannya, bimbingan harus mengarahkan
kegiatannya agar peserta didik mengetahui tentang diri pribadinya sebagai individu maupun
sebagai anggota masyarakat.
Sedangkan kata Karir diambil dari bahasa Inggris, yaitu career. Veron G. Zunker, career
refers to the activities associated with an individual’s lifetime of work (karier menunjukan pada
aktifitas yang dihubungkan dengan pekerjaan vang mewarnai kehidupan seseorang). Merujuk
pada pengertian karir, tidaklah mengherankan jika bimbingan pekerjaan yang ada di indonesia
lebih dikenal dengan birnbingan karier, karena diharapkan orang yang dibimbing dapat
menjadikan pekerjaanya kelak bukan hanya pekerjaan yang
menghasilkan uang saja, tetapi juga bisa dihayati dan mewarnai gaya hidupnya.
Hornbr (1957) Bimbingan Karir adalah bantuan atau pertolongan dari individu/ kelompok
satu dengan individu/ kelompokyang lainnya untuk mengatasi permasalahan-permasalahn di
dalam kehidupan yang meliputi pekerjaan atau profesi. seseorang akan bekerja dengan senang
hati jikalau pekerjaan tersebut sesuai dengan keadaan dirinya, sesuai dengan kemarnpuannya,
dan sesuai dengan minatnya. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa prinsip dasar agar
seseorang dapat bekerja dengan baik, dengan senang, dengan tekun, diperlukan
adanya kesesuaian antara tunrutan dari pekerjaan atau jabatan itu dengan apa yang ada dalam
individu yang bersangkutan.
Donald D. Super (1975) mengartikan bimbingan karir sebagai suatu proses membantu
pribadi untuk mengembangkan penerimaan kesatuan dan gambaran diri serta peranannya
dalam duria kerja. Menurut batasan ini, ada dua hal penting, pertama proses
membantu individu untuk memahami dan menerima diri sendiri, dan kedua memahami dan
menyesuaikan diri dalam dunia kerja.
Ruslan A.Gani: 11 Bimbingan karir adalah suatu proses bantuan, layanan dan pendekatan
terhadap individu (siswa/ remaja), agar individu yang bersangkutan dapat mengenal dirinya,
memahami dirinya, dan mengenal dunia kerja merencankan masa depan dengan bentuk
kehidupan yang diharapkan untuk menentukan pililian dan mengambil suatu keputusan bahwa
keputusannya tersebut adalah paling tepat sesuai dengan keadaan dirinya dihubungkan dengan
persyaratan-persyaratan dan tuntutan pekerjaan/ karir yang dipilihnya.
Menumt Herr bimbingan karir adalah suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program yang
sistematik, proses, teknik, atau layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu
memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan
dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta mengembangkan ketrampilan-ketrampilan
mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola
perkembangan karirnya (Marsudi, 2003:1 13).
Aryatmi Siswohardjono (1990:457) mengemukakan bimbingan karier adalah bimbingan
yang mencakup kegiatan bimbingan kepada siswa atau orang dari memilih, menyiapkan diri,
mencari, dan menyesuaikan diri terhadap karier.
Widada (1990:31) menjelaskan bahwa bimbingan karier merupakan suatu proses bantuan yang
ditujukan kepada individu untuk mengembangkan serta menerima tentang dirinya secara terpadu
dan memadai tentang perananya dalam dunia kerja untuk menguji gagasan-gagasannya serta
memadukannya dengan kenyataan yang menimbulkan kepuasan bagi individu yang
bersangkutan dan kemanfaatan bagi masyarakat.
Mohammad Thayeb Manhinru (1992:19) mendefinisikan bimbingan karier
adalah layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan berbuat atas dasar
pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan
waktu luang serta mengembangkan ketrampilan-ketrampilan mengambil keputusan sehingga
yang bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola perkembangan kariernya.
Sears dalam Mohammad Thayeb Manhiru (199219) mendefinisikan bimbingan karier
sebagai aktivitas-aktivitas dan program-program yang membantu individu
rnengasimilasikan dan mengintegrasikan pengetahuan, pengalaman dan apresiasi-apresiasi
yang berkaitan dengan:
1. Pengenalan diri, yang meliputi hubungan seseorang dengan cirri-ciri dan persepsi-
persepsinya sendiri, serta hubungannya dengan orang lain dan lingkungan.
2. Pemahaman, pengenalan terhadap kerja masyarakat dan faktor yang mempengaruhi
perubahanya, termasuk sikap-sikap dan disiplin kerja.
3. Kesadaran akan waktu luang yang bisa berperan dalam kehidupan seseorang.
4. Pemahaman akan perlunya dan banyaknya faktor yang harus dipertimbangkan
dalam perencanaan karier.
5. Pemahaman terhadap informasi dan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan untuk
mencapai pemenuhan diri dalam pekerjaan dan waktu luang.
6. Mempelajari dan menerapkan proses pengambilan dan keputlrsan karier.
Widiadmojo (2000:3) mengemukakan definisi bimbingan karier adalah kegiatan
birnbingan yang bertujuan ultuk mengenal, memahami, dan mengembangkan potensi diri dalam
mempersiapkan masa depan bagi dirinya. Lebih lanjut dijelaskan pelayanan bimbingan karier
diberikan agar siswa mengenal konsep diri yang berkaitan dengan minat, bakat, dan
kemampuannya serta mengenal jabatan karier yang ada. Berdasarkan beberapa definisi yang
telah diuraikan di atas maka dapat diperoleh pengertian bahwa bimbingan karier adalah
kegiatan birnbingan yang diberikan kepada siswa untuk memilih, menyiapkan diri, mencari, dan
menyesuaikan diri terhadap karier yang sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuannya
sehingga dapat mengernbangkan dirinya secara optimal sehingga dapat menemukan karier dan
melaksanakan karier yang efektif dan memberi kepuasan dan kelayakan.
2. Prinsip-Prinsip Bimbingan karier di Sekolah
Agar bimbingan karier di sekolah dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan, maka beberapa pandangan tentang prinsip-prinsip bimbingan perlu
diperhatikan oleh para pembimbing pada khususnya dan administrator sekolah pada umumnya,
terutama dalam penyusunan program pelaksanaan layanan bimbingan karier di sekolah.
Secara umum prinsip-prinsip bimbingan karier di Sekolah, adalah sebagai berikut:
1. Seluruh siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan dirinya
dalam pencapaian kariernya secara tepat. Tidak ada perkecualian, baik itu yang kaya
maupun yang miskin, dan faktor-faktor lainnya.
2. Setiap siswa harus memahami bahwa karier itu adalah sebagai suatu jalan hidup, dan
pendidikan adalah sebagai persiapan dalam hidup.
3. Siswa hendaknya dibantu dalam mengembangkan pemahaman yang cukup
memadahi terhadap diri sendiri dan kaitannya dengan perkernbangan sosial pribadi
dan perencanaan pendidikan karier.
4. Siswa secara keseluruhan hendaknya dibantu untuk memperoleh pemahaman tentang
hubungan antara pendidikannya dan kariernya.
5. Setiap siswa hendaknya memilih kesempatan untuk menguji konsep, berbagai
peranan dan ketrampilannya guna mengembangkan nilai-nilai dan norma-nonna
yang memiliki aplikasi bagi karier di masa depannya.
6. Program bimbingan karier di sekolah hendaknya berpusat di kelas, dengan koordinasi
oleh pembimbing, disertai partisipasi orang tua dan kontribusi masyarakat.
Dari beberapa prinsip yang terdapat dalam bimbingan karier tersebut dapat disimpulkan
bahwa, bimbingan karier dalam pelaksanaannya memiliki pedoman yang umum dan jelas dalam
memberikan pelayanan kepada siswanya dalam mendeteksi diri, memberikan layanan tentang
karakteristik dunia kerja sehingga mampu menciptakan kemandirian siswa dalam menentukan
arah pilih karier yang sesuai dengan keadaan dirinya, agar mampu mencapai kebahagiaan hidup
dimasa depan kariernya.

3. Tujuan Bimbingan Karir di Sekolah


Banyak ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai tujuan dari Bimbingan Karir,
menurut Dewa Ketut Sukardi tujuan dari Bimbingan Karir secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu tujuan umum dan Khusus.
Secara umum tujuan diselenggarakannya Bimbingan Karier di sekolah ialah membantu
siswa dalam pemahaman dirinya dan lingkungannya, dalam pengambilan keputusan,
perencanaan,dan pengarahan kegiatan-kegiatan yang menuju kepada karier dan cara hidup yang
akan memberikan rasa kepuasan karena sesuai, serasi, dan seimbang dengan dirinya dan
lingkungannya.
Sedangkan, tujuan khusus dari diselenggarakannya bimbingan karier adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pemahaman diri siswa.
2. Meningkatkan pengetahuan siswa tentang dunia kerja.
3. Membina sikap yang serasi terhadap partisipasi dalam dunia kerja dan terhadap usaha
dalam mempersiapkan diri dari suatu jabatan.
4. Meningkatkan kemahiran berpikir agar mampu mengambil keputusan tentang jabatan dan
melaksanakan keputusan itu.
5. Mengembangkan nilai-nilai sehuburgan dengan gaya hidup yang dicita- citakan,
termasuk jabatan. Menopang kemampuan berkomusikasi dan bekerja sarna.
Peters dan Shetzer (1974:267) mengemukakan bahwa tujuan bimbingan karir adalah
membantu siswa dengan cara yang sistematis dan terlibat dalam perkembangan karir. Guru
pembimbing hendaknya dapat membantu siswa merencanakan karimya sesuai dengan
kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya.
Popon Syarif Arifin (dalam Aryatmi Siswohardjono, 1990:457) mengemukakan bahwa
bimbingan karier bertujuan untuk membantu anak dalam rnengembangkan dirinya secara optimal
sehingga dapat merencanakan pencapaian pekerjaan sebagai landasan kariernya yang
sesuai dengan kernampuannya.
Moh. Surya (1988.14) menyatakan bahwa tujuan bimbingan karir adalah
membantu individu memperoleh kompetensi yang diperlukan agar dapat menentukan peralanan
hidupnya dan mengembangkan karir kearah yang dipilihnya secara optimal. Dari penjelasan-
penjelasan tersebut, secara essensial bimbingan karir merupakan salah satu
proses layanan yang bertujuan membantu siswa dalam proses pemahaman diri, pemahaman
nilai-nilai, pengenalan lingkungan, hambatan dan cara mengatasinya serta perencanaan masa
depan. Masa depan harus direncanakan disongsong bukan di tunggu. Awal masa depan itu
adalah “di sini dan sekarang”. Persiapan untuk menyongsong masa depan dilakukan melalui
prosedur-prosedur tertentu baik melaui pendidikan informal, formal maupun non formal.
Melalui pendidikan di sekolah siswa dibekali dengan berbagai
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap-sikap tertentu. Bekal yang diperoleh siswa di
sekolah bertujuan uttuk mempersiapkan mereka memasuki dunia kerja.
Selain yang telah dikemukakan diatas secara rinci tujuan dari bimbingan karir
tersebut ialah membantu para siswa agar :
1. Dapat memahami dan menilai dirinya sendiri, terutama yang berkaitan dengan potensi yang
ada dalam dirinya mengenai kemampuan, minat, bakat, sikap dan cita- citanya yang darinya
peserta didik dapat mengidentifikasi bidang studi dan karir yang sesuai dengan dirinya.
2. Peserta didik memperoleh pemahaman tentang berbagai hal terkait dengan dunia (karir-studi)
yang akan dimasukinya seperti tingkat kekuasan karir yang ditawarkan, deskripsi tugas dalam
berbagai bidang pekerjaan, pengaruh perkembangan teknologi
terhadap bidang kerja tertentu, kontribusi yang dapat diberikan dalam bidang
pekerjaan tertentu pada masyarakat, dan tuntutan kemampuan kerja dalam bidang-bidang
pekerjaan tertentu di masa depan.
3. Mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan potensi yang ada dalam
dirinya, mengetahui jenis-jenis pendidikan dan latihan yang diperlukan bagi suatu
bidang tertentu, memahami hubungan usaha dirinya yang sekarang dengan masa depan.
4. Menemukan hambatan-hambatan yang mungkin timbul yang disebabkan oleh dirinya sendiri
dan faktor lingkungan, serta mencari jalan untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
5. Para siswa dapat merencanakan masa depannya serta menemukan karir dan kehidupan yang
serasi, yang sesuai (Depdikbub, Petunjuk Pelaksanaan bimbingan Karir,1985).
6. Peserta didik mampu mengidentifikasi berbagai bidang pendidikan yang tersedia yang relevan
dengan berbagai bidang pekerjaan. Dengan demikian peserta didik memperoleh dan dapat
menerapkan pengetahuan dan keterampilan (skill) yang dituntut oleh peran-
peran kerja tertentu.
7. Peserta didik mampu mengambil keputusan karir bagi dirinya sendiri, merencanakan langkah-
langkah konkrit untuk mewujudkan perencanaan karir yang realistik bagi dirinya.
Perencanaan karir yang realistik akan meminimalkan factor dan dampak negatif dan
memaksirnalkan faktor dan dampak positif dari proses pemilihan karir.
8. Mampu menyesuaikan diri dalam mengimplementasikan pilihannya dan berfungsi optimal
dalam karir (studi dan kerja), carney, l987 dan Reihant, 1979 (dalam Fajar Santoadi, 2007).
Dari uraian diatas nampak bahwa bimbingan karir merupakan usaha untuk
mengetahui dan memahami diri memahami apa yang ada dalam diri sendiri dengan baik dan
diarahkan untuk membantu siswa dalam perencanaan dan pengarahan kegiatan serta dalam
pengambilan keputusan yang membentuk pola karir tertentu dan pola hidup yang akan
memberikan kepuasan bagi dirinya dan lingkungannya.

4. Fungsi Bimbingan Karier di Sekolah


Layanan birnbingan karier sangat penting beberapa frrngsi. Menurut Popon Syarif
Arifin yang bagi siswa karena mempunyai dikutip Aryatmi Siswohardjono
(1990), fungsi bimbingan karier adalah sebagi berikut:
1. Fungsi persiapan
contoh; Guru pembimbing memberikan informasi tentang jenis-jenis pekerjaan atau informasi
mengenai perguruan tinggi/ studi lanjut yang dapat didapatkan oleh siswa.
2. Fungsi pencegahan
Contoh; Guru pembimbing dapat memberikan bantuan agar siswa tidak kesulitan di dalarn
memahami tentang bakat, minat, kemampuan dan tentang dirinya sendiri yang
berkaitan dengan pekerjaan sehingga dapat mencegah siswa salah dalam menentukan langkah-
langkah dalam menemukan karier yang dikehendaki.

3. Fungsi penempatan dan penyaluran


Contoh; Guru pembimbing akan membantu dalam penempatan para siswa pada bidang atau jenis
pendidikan, misalnya dalam hal penjurusan atau pelatihan dan pekerjaan sehingga mereka dapat
mengambil keputusan sendiri secara bijaksana.
4. Fungsi penyesuaian
Contoh; Guru pembimbing membantu siswa dalam menyesuaikan diri dengan jenis-jenis
pekerjaan yang ada di lingkungan sekitamya.
5. Fungsi pengembangan
Contoh; Guru pembimbing membantu siswa dalam mengembangkan
seluruh pribadinya secara terarah dan mantab pada minat kerja.
Dengan Layanan Bimbingan Karir yang sudah diberikan diharapkan siswa dapat memahami
karakteristik dirinya dalam hal minat, nilai-nilai, kecakapan dan cirri-ciri kepribadian serta dapat
mengidentifikasikan bidang pekerjaan yang luas, yang mugkin lebih cocok bagi mereka,
selanjutnya diharapka siswa dapat menemukan karir dan melaksanakan karir yang efektif serta
memberikan kelayakan hidup.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Bimbingan karier adalah kegiatan birnbingan yang diberikan kepada siswa untuk
memilih, menyiapkan diri, mencari, dan menyesuaikan diri terhadap karier yang sesuai dengan
minat, bakat, dan kemampuannya sehingga dapat mengernbangkan dirinya secara optimal
sehingga dapat menemukan karier dan melaksanakan karier yang efektif dan memberi kepuasan
dan kelayakan.
Secara umum tujuan diselenggarakannya Bimbingan Karier di sekolah ialah membantu
siswa dalam pemahaman dirinya dan lingkungannya, dalam pengambilan keputusan,
perencanaan,dan pengarahan kegiatan-kegiatan yang menuju kepada karier dan cara hidup yang
akan memberikan rasa kepuasan karena sesuai, serasi, dan seimbang dengan dirinya dan
lingkungannya. Sedangkan, tujuan khusus dari diselenggarakannya bimbingan karier adalah:
1. Meningkatkan pemahaman diri siswa.
2. Meningkatkan pengetahuan siswa tentang dunia kerja.
3. Membina sikap yang serasi terhadap partisipasi dalam dunia kerja dan terhadap usaha
dalam mempersiapkan diri dari suatu jabatan.
4. Meningkatkan kemahiran berpikir agar mampu mengambil keputusan tentang jabatan dan
melaksanakan keputusan itu.
5. Mengembangkan nilai-nilai sehuburgan dengan gaya hidup yang dicita- citakan,
termasuk jabatan. Menopang kemampuan berkomusikasi dan bekerja sarna.
Sedangkan fungsi bimbingan karier adalah sebagi berikut:
1. Fungsi persiapan
2. Fungsi pencegahan
3. Fungsi penempatan dan penyaluran
4. Fungsi penyesuaian
5. Fungsi pengembangan
DAFTAR PUSTAKA

Karneli, Yeni. 1998. Bimbingan Karir Sebagai Upaya Membantu Kesiapan Siswa Dalam
Memasuki Dunia Kerja. Tersedia di http//id. Shavoong.com// Diakses pada pukul 13.35
WIB tanggal 1 Oktober 2011.

Siswohardjono, Aryatmi. 1990. Perspektif Bimbingan Konseling dan Penerapanya di


Berbagai Institusi. Semarang: Satya Wacana

Sukardi, Dewa Ketut. 1987. Bimbingan Karir di Sekolah-Sekolah. Jakarta: Balai Pustaka

Winkel, W.S. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jkarta: PT Gramedia

Zunker, Vernon G. 1981. Career, Counseling, Applied Consept of Life Planning. Belmont:
Wadsworth Inc

Anda mungkin juga menyukai