By Hanung Bramantyo
Film besutan Hanung Bramantyo dengan naskah yang ditulis oleh Titien Wattimena ini
perkampungan di Kota Semarang. Film ini secara garis besar menggambarkan kehidupan
beberapa keluarga dengan keyakinan dan agama yang berbeda. Dengan kondisi masyarakat yang
begitu beragam membuat keadaan di lingkungan tersebut tidak terlepas dari banyak konflik dan
masalah.
Mengenai kontroversi yang meliputi peredaran film ini tentang muatannya yang terlalu
liberal sebab pesan-pesan pluralisme yang dibawa di dalamnya, telah mendatangkan berbagai
macam reaksi dan tanggapan, khususnya dari kalangan ormas keagamaan. Juga ramai orang yang
berpendapat bahwa film ini menyudutkan kelompok agama tertentu. Menurut saya, ini sangatlah
subjektif. Film ini sendiri memang menceritakan keburukan-keburukan dari beberapa penganut
keyakinan tertentu dengan menggambarkan tokoh menggunakan pakaian atau atribut yang lekat
kaitannya dengan kelompok agama tertentu. Tentu hal itu menimbulkan framing pada penonton
bahwa sifat-sifat buruk yang dilakukan oleh tokoh di dalam film sering dilakukan oleh suatu
kelompok agama tertentu. Memang fenomena-fenomena yang coba diceritakan Hanung dalam
film ini sering kali atau pernah terjadi di tengah-tengah lingkungan kita, akan tetapi itu tidak bisa
kita gunakan untuk menggeneralisir bahwa semua orang yang beragama A akan berperilaku
seperti itu. Namun, esensi dari film ini yang dapat saya tangkap, bahwa kita ini semua hanyalah
manusia, terlepas dari apa yang kita yakini, pakaian apa yang kita gunakan, manusia memang
akan selalu dapat berbuat baik ataupun buruk. Hal ini ditunjukkan dari beberapa tokoh dari
ketiga agama yang coba direpresentasikan dalam film ini, yakni Islam, Katholik, dan Budha ada
Salah satu pesan kuat yang ingin disampaikan Hanung melewati film ini adalah toleransi,
hal ini dapat dilihat dari beberapa adegan di dalam film Tanda Tanya ini. Misalnya seperti saat
Tan Kat Sun (Hengky Solaiman) yang menitipkan pesan pada anaknya untuk membentangkan
tirai pada jendela dan pintu masuk restoran ketika bulan Ramadhan tiba, sebagai bentuk
menghormati mereka yang sedang berpuasa. Tan Kat Sun yang diperankan oleh Henky Solaiman
bagi saya adalah tokoh yang sangat baik dalam bersikap toleran. Apa yang dilakukan oleh Tan
Kat Sun sangatlah rendah hati dan berlapang dada. Sebab, meskipun ia dan keluarganya
seringkali mendapatkan diskriminasi berdasarkan etnis mereka, akan tetapi itu tak membuat Tan
Kat Sun membenci dan mendendam. Ia juga tak menganggap semua orang yang memiliki
asosiasi dengan kelompok orang yang pernah mendiskriminasinya sebagai orang yang memiliki
Film yang sarat akan makna tentang toleransi dan persatuan dalam masyarakat ini
memiliki beberapa adegan yang iconic dan berkesan bagi saya. Salah satunya adalah ketika
tokoh Surya sedang resah dan kebingungan apakah ia harus mengambil pekerjaan memerankan
tokoh Yesus pada malam paskah atau tidak. Surya sangat bingung apakah pilihan yang nanti ia
buat dapat mendatangkan kebaikan atau malah keburukan padanya. Pasalnya yang menjadi
taruhan bagi Surya kala itu adalah keimanannya atau uang di sakunya. Setelah berkonsultasi
dengan Pak Ustadz, Surya akhirnya mendapatkan keyakinan bahwa selama hatinya masih teguh
beriman pada Allah, dengan pakaian apapun yang ia pakai keyakinannya tak akan berubah. Juga
setelah memerankan perannya sebagai Yesus, ditampilkan adegan di mana Surya sedang
menangis memohon ampun pada Allah atas apa yang telah ia lakukan, khawatir bahwa yang ia
Mungkin dari adegan tersebut jugalah banyak mendatangkan kontroversi pada film ini,
sebab saya juga menilai pada adegan itu sarat sekali akan nilai-nilai pluralisme. Pluralisme dalam
pandangan Islam bermakna sebagai paham bahwa semua agama itu memiliki sesembahan yang
sama, artinya Tuhan yang umat Islam sembah adalah Tuhan yang sama dengan yang disembah
oleh umat lain juga, tentu saja ini bertentangan dengan konsep Tauhid dalam agama islam dan
mengundang perdebatan dari kalangan ormas keagamaan Islam. Selain itu juga adegan serupa
terdapat pada saat Rika membaca buku yang kurang lebih menyatakan bahwa semua agama
ibarat jalan setapak yang berbeda tetapi menuju tujuan yang sama, yaitu Tuhan. Ini juga
mencerminkan nilai pluralisme yang coba dibawa oleh film ini, menyatakan bahwa setiap agama
Dari apa yang ditampilkan pada film ini, saya berkesimpulan bahwa Hanung Bramantyo
sebagai sutradara dan Titien Wattimena sebagai penulis mencoba untuk menyampaikan pesan-
pesan toleransi walaupun agak sedikit kelewatan dengan menyebut semua agama menyembah
Tuhan yang sama. Adapun makna dari judul film ini menunjukkan bahwa film Tanda Tanya
mengajak penonton untuk merenung dan ikut memikirkan tentang “apa itu kebeneran sejati? Apa
tolok ukur kebenaran itu?” sebab dalam film ini banyak ditampilkan tokoh yang mengalami
gejolak batin dalam menentukan pilihan mereka. Mereka kebingungan apakah pilihan mereka
sudah menjadi pilihan terbaik bagi hidup mereka atau malah mendatangkan petaka di waktu