Anda di halaman 1dari 149

MODUL

Mata Kuliah : Konsep Dasar IPS


SKS : 2 SKS
Program Studi : Pendidikan Geografi

OLEH:
Ika Listiqowati, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI /JURUSAN PENDIDIKAN IPS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
Kata Pengantar

Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena atas rahmat
dan maka penulis bisa menyelesaikan sebuah karya tulis berupa Modul Konsep Dasar IPS

Modul ini dibuat dengan berbagai referensi dan dalam jangka waktu tertentu
sehingga menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Kami selaku
penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak terkait yang telah membantu kami dalam
menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan buku ajar ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada Modul ini.
Oleh karna itu kami berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kemajuan buku ajar ini.

Terima kasih, dan semoga buku ajar ini bisa memberikan ilmu dan wawasan bagi
kita semua

Palu, Agustus 2019

Penulis
Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini membahas materi hakikat dan karakteristik mata
kuliah Konsep Dasar IPS, Sejarah Perkembangan IPS, Konsep Dasar
Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Antropologi, Politik dan
Pemerintahan, Psikologi Sosial, Serta Model-Model Pembelajaran
IPS yang kreatif, Inovatif, dan Menyenangkan serta Merancang dan
Menerapkan Keterampilan Dasar IPS.

Kompetensi Umum : Setelah mempelajari mata kuliah ini diharapkan mahasiswa


memiliki kompetensi/kemampuan untuk memahami, menjelaskan
dan merancang mulai dari hakikat dan karakteristik mata kuliah
Konsep Dasar IPS hingga Merancang Pembelajaran dengan
Menerapkan Keterampilan Dasar IPS.

Kompetensi Khusus :

1. Pendahuluan dan menjelaskan hakikat dan karakteristik mata


kuliah Konsep Dasar IPS.
2. Menjelaskan sejarah perkembangan IPS
3. Menjelaskan Ruang Lingkup dan Cakupan IPS.
4. Menjelaskan Konsep Dasar Sejarah, Geografi dan Ekonomi.
5. Menjelaskan Konsep Dasar Sosiologi dan Antropologi.
6. Menjelaskan Konsep Dasar Politik dan Pemerintahan serta
perubahan sosial.
7. Merancang Model-model Pembelajaran IPS yang kreatif,
Inovatif dan menyenangkaan.
8. Merancang dan menerapkan keterampilan dasar IPS.
MODUL 1 : Pendahuluan dan menjelaskan hakikat dan karakteristik mata kuliah
Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

1. Hakikat Mata Kuliah Konsep Dasar IPS


a. Pengertian IPS
Ruang lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah kehidupan manusia di
masyarakat atau manusia dalam konteks sosial. Ditinjau dari aspek-aspeknya, ruang
lingkup tersebut meliputi hubungan sosial, ekonomi, psikologi sosial, budaya, sejarah,
geografi dan aspek politik. Dari ruang lingkup kelompoknya, meliputi keluarga, rukun
tetangga, rukun kampung, warga desa, organisasi masyarakat, sampai ke tingkat
bangsa. Ditinjau dari ruangnya, meliputi tingkat lokal, regional sampai tingkat global.
Sedangkan dari proses interaksi sosialnya, meliputi interaksi dalam bidang kebudayaan,
politik, dan ekonomi (Nursid Sumaatmadja 2005 : 1.23)
Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang lain menurut Sapriya (2005:13),
bahwa IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata
pelajaran yang terintegrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta
mata pelajaran lainnya. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran atau mata
kuliah yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya mengintegrasikan bidang
ilmu-ilmu sosial dan humaniora.”
Definisi IPS yang telah lama dirumuskan oleh National Council for the Sosial
Studies (NCSS) sebagaimana dikemukakan Ellis (1998 : 2)

“Sosial studies is the integrated study of the sosial science and humanities to
promote civic competence. Within the school program, social studies provides
coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology,
archaeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science,
psychology, religion, and sociology, as well appropriate content from the
humanities, mathematics, and natural science. The primary purpose of social studies
is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions
for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an
interdependent world.”

Dari definisi Ilmu Pengetahuan Sosial dari NCSS tersebut menjelaskan bahwa
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah studi terintegrasi dari ilmu sosial dan humaniora untuk
meningkatkan kompetensi warga negara. Dalam program sekolah, ilmu pengetahuan
sosial memberikan koordinasi, studi yang sistematis menggambarkan pada disiplin ilmu
seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik,
psikologi, agama, dan sosiologi, serta konten yang sesuai dengan humaniora,
matematika, dan ilmu pengetahuan alam. Tujuan utama ilmu pengetahuan sosial adalah
untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan
dan memberi alasan untuk kepentingan masyarakat sebagai warga negara yang baik,
dari beragam budaya, demokratis sosial di dunia yang saling tergantung.

b. Konsep Dasar IPS


Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Indonesia menurut Etin Solihatin dan
Raharjo (2008 : 15-21) antara lain :
(1) Interaksi
interaksi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, sehingga manusia
harus mampu melakukan interaksi dengan pihak lain”. Jadi interaksi adalah
hubungan timbal balik antar pribadi, kelompok maupun pribadi dengan
kelompok hal ini diperlukan karena manusia memiliki naluri untuk berinteraksi,
berhubungan, dan bergaul dengan sesamanya sejak dilahirkan sampai sepanjang
hidupnya.
(2) Saling Ketergantungan
Setiap orang dapat dipastikan memerlukan orang lain, meskipun hanya
untuk berinteraksi sejenak. Oleh karena itu, manusia harus menghargai manusia
lainnya, sebab baik secara langsung atau tidak langsung seseorang akan
memerlukan bantuan dari orang lain. Manusia tidak dapat hidup sendiri secara
layak. Untuk memenuhi kebutuhannya manusia bergantung pada orang lain.
(3) Kesinambungan dan Perubahan (Continuity and Cahange)
Sejumlah nilai, simbol, dan kebiasaan yang lahir dari satu generasi
senantiasa dipelihara dan disosialisasikan kepada generasi berikutnya. Meskipun
terjadi pembaruan dan perubahan, tetapi inti dan muatan nilai, simbol, dan
kebiasaannya pada umumnya tetap diteruskan secara berkesinambungan.
Kesinambungan ini terjadi dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Individu, kelompok, dan masyarakat mengalami perubahan. Tidak ada yang
berhenti berproses. Kebudayaan, masyarakat pun berubah, kecil atau besar.
(4) Keragaman/Kesamaan/perbedaan
Jika diperhatikan disekitar kehidupan kita, maka akan tampak bahwa setiap
orang memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Hal ini merupakan keunikan setiap
orang. Oleh karena itu, keunikan harus dihargai sebagai sesuatu yang datang
secara kodrati dan alami. Terjadinya keragaman, perbedaan, dan kesamaan
adalah karena setiap individu menginginkan keberadaan dirinya (eksistensinya).
Dengan demikian, semakin banyak jumlah manusia maka semakin beraneka-
ragam perangainya, dan pada akhirnya akan semakin banyak perbedaan yang
muncul di masyarakat. Hal yang penting dalam mengantisipasi keanekaragaman
dan perbedaan adalah penghargaan terhadap keaneka ragaman dan perbedaan itu
sendiri
(5) Konflik dan Konsensus
Konflik dan konsensus merupakan dua kegiatan laksana pedang bermata dua.
Satu sisi lain akan mengikuti. Di dalam masyarakat senantiasa ada konflik yang
ditimbulkan oleh berbagai sebab. Konsensus dapat muncul setelah adanya
konflik atau bahkan sebaliknya karena satu pihak dengan pihak tertentu
melakukan konsendus, maka pihak ketiga justru menimbulkan konflik.
Fenomena ini terjadi setiap saat dengan skala dan kualitas yang berbeda-beda
(6) Pola (Pattern)
“Pola dapat diartikan suatu corak, model, atau bentuk yang sama yang
ditiru, yang terulang, dan bersifat repetitif. Setiap pribadi maupun masyarakat
memiliki pola hidup tersendiri. Pola hidup yang dijalani selama bertahun-tahun
akan melahirkan karakteristik tertentu. Misalnya masyarakat yang tinggal di tepi
pantai akan memiliki pola hidup yang relatif keras. Hal ini terbentuk karena pola
lingkungannya mempengaruhi pertumbuhan masyarakat disekitarnya.
(7) Tempat (Lokasi)
Setiap mahluk, baik biotik maupun abiotik (hidup maupun tak hidup
peristiwa alam dan peristiwa sosial, termasuk peristiwa sejarah tidak hanya
terjadi dalam waktu tetapi juga pada tempat (ruang) tertentu.
(8) Kekuasaan (Power)
“Kekuasaan (Power) adalah kemampuan membuat orang lain melakukan
sesuatu sesuai dengan yang dikehendaki. Kekuasaan memiliki tiga elemen
utama, yaitu pengaruh (influence), wewenang (authority), dan kekuatan (force)”.
Seseorang dapat memiliki salah satu dari unsur tersebut atau bahkan dapat
memiliki kegiatan sekaligus. Seseorang yang memiliki pengaruh dapat dituruti
oleh orang lain, tetapi sesungguhnya ia tidak memiliki kekuasaan. Demikian
pula seseorang yang memiliki wewenang, seperti tidak berkuasa, seperti KTP
tetapi tidak memiliki kekuasaan untuk memaksa seseorang membuat KTP.
Demikian pula halnya dengan kekuatan, seseorang mungkin memiliki tubuh
yang kuat, tetapi tidak memiliki wewenang untuk memerintah orang lain. Oleh
karena itu, kekuasaan barulah sempurna apabila ia memiliki ketiga unsur
tersebut.
(9) Nilai Kepercayaan
“Nilai, simbul, dan lambang adalah sesuatu yang berharga dan memiliki
karakteristik tertentu. Nilai (value) merupakan keyakinan yang dipegang dan
dilaksanakan dari generasi ke generasi secara turun temurun dipelihara”. Dengan
demikian, nilai adalah sesuatu yang menjadi ciri atau karakteristik suatu
masyarakat. Jika suatu masyarakat tidak meiliki nilai maka masyarakat tersebut
tidak akan berharga di mata orang lain. Nilai inilah yang mengangkat derajat
seseorang, kelompok atau masyarakat, bahkan suatu bangsa.
(10) Keadilan dan Pemerataan
Keadilan dan pemerataan merupakan dua permasalahan yang tidak akan
pernah hilang dari pandangan setiap orang. Keadilan merupakan dambaan setiap
orang. Adil berarti menempatkan seseatu pada tempatnya. Adil adalah sebuah
cita-cita, sehingga bila telah sampai pada satu titik yang dianggap adil maka pasti
akan tetap terasa kekurangan. Hal ini karena adil bersifat cintinum, artinya ada
adil yang dimaknakan secara hakiki dan ada adil yang diartikan sebagai sesuatu
hak.
(11) Kelangkaan (Scarcity)
Apabila permintaan bertambah dan jumlah barang terbatas maka harga akan
naik. Sebaliknya, apabila permintaan berkurang dan jumlah barang melimpah
maka harga akan turun. Pernyataan di atas adalah bagian dari teori ekonomi.
Untuk mengatasi stabilitas harga diperlukan pemantauan terhadap jumlah barang
di pasar. Jika terjadi kelangkaan atau keterbatasan jumlah barang dan pada waktu
yang sama permintaan bertambah, maka secara otomatis harga akan naik. Jika
hal ini tidak dikendalikan maka pembeli akan merasa tidak puas dan tidak
diperlakukan secara adil, kemudian pembeli dapat saja bertindak di luar
kebiasaannya. Oleh karena itu, sekali pun era globalisasi dan liberalisasi akan
menjadi fenomena kehidupan sehari-hari, permasalahan kelangkaan barang tetap
harus menjadi perhatian semua pihak
(12) Kekhususan (Specialization)
Dalam tingkat ilmu pengetahuan ada yang dikelompokkan pada
generalization. Generalisasi terdiri dari sejumlah konsep, dan konsep terdiri dari
sejumlah fakta, sedangkan fakta terdiri dari sejumlah data. Dalam
perkembangan hidup dewasa ini pola hidup telah lebih mengarah pada hal-hal
yang khusus (spesifik). Perilaku hidup kolektif dewasa ini relatif ditinggalkan,
terutama pada kehidupan di kota-kota besar. Namun demikian, pola hidup
kolekif masih terasa di daerah-daerah atau desa-desa. Seiring dengan perubahan
pola hidup tersebut maka muncullah kebutuhan yang spesifik (khas) sehingga
dewasa ini dibutuhkan dokter, tidak hanya saja dokter umum tetapi juga dokter
spesialis, seperti dokter spesialis mata, kulit dan kelamin, dan sebagainya.
(13) Budaya (Culture)
Budaya adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh manusia’. Jadi budaya
adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh manusia baik berupa pengetahuan,
kepercayaan, seni moral, hukum, kebiasaan yang terjadi secara turun temurun
dalam masyarakat. Budaya selayaknya kepercayaan (belief) harus
dipertahankan, jika budaya itu merupakan hal yang baik. Sebaliknya, budaya
yang menyimpang dan bertentangan dengan perkembangan zaman haruslah
dilupakan. Kita tidak harus mempertahankan budaya lama yang memang sudah
tidak cocok lagi.
(14) Nasionalisme
Nasionalisme merupakan sense atau rasa cinta yang ada pada setipa warga
Negara terhadap negaranya. Aktualisasi dari rasa cinta bermacam-macam, ada
yang menjadi pahlawan karena karena gugur di medan juang dalam
mempertahankan kemerdekaan, ada pula yang melakukannya dengan cara tidak
mau menggunakan produk dari luar negeri. Namun inti dari dari perilaku tersebut
adalah rasa nasionalisme, yaitu rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa.
c. Tujuan dan Fungsi IPS
(1) Tujuan IPS
Pembelajaran IPS bertujuan membentuk warga Negara yang berkemampuan sosial
dan yakin akan kehidupannya sendiri ditengah-tengah kekuatan fisik dan sosial,
yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung
jawab. Melalui pembelajaran IPS akan mengantarkan siswa belajar dan memahami
lingkungan sosial disekitarnya dengan cara mempelajari untuk mengembangkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang akan mendukung terbentuknya pribadi
yang cakap dalam kehidupannya kelak. Untuk merealisasikan tujuan tersebut,
pembelajaran IPS tidak hanya terbatas pada aspek-aspek pengetahuan (kognitif)
dan keterampilan (psikomotor) saja, melainkan meliputi juga aspek akhlak (afektif)
dalam menghayati serta menyadari kehidupan yang penuh dengan tantangan,
masalah, hambatan dan persaingan. Melalui pendidikan IPS, anak dibina dan
dikembangkan kemampuan intelektualnya, emosional, dan spiritualnya menjadi
warga Negara yang berketerampilan dan berkepedulian sosial serta bertanggunga
jawab sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
(2) Fungsi IPS
IPS sebagai pendidikan, bukan hanya semata-mata membekali anak didik
dengan pengetahuan yang membebani mereka, melainkan membekali mereka
dengan pengetahuan sosial yang berguna yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Selanjutnya pendidikan IPS ini berfungsi mengembangkan
keterampilan, terutama keterampilan sosial dan keterampilan intelektual.
Keterampilan sosial, yaitu keterampilan melakukan sesuatu yang berhubungan
dengan kepentingan hidup bermasyarakat, seperti bekerja sama, bergotong royong,
menolong orang lain yang memerlukan, dan melakukan tindakan secara cepat
dalam memecahkan persoalan di masyarakat. Sedangkan keterampilan intelektual,
yaitu keterampilan berfikir, kecakapan dan kecepatan memanfaatkan pikiran, cepat
tanggap dalam menghadapi permasalahan sosial di masyarakat. Hal lain dari
fungsi IPS sebagai pendidikan, yaitu mengembangkan perhatian dan kepedulian
sosial anak didik terhadap kehidupan di masyarakat dan bermasyarakat. Dengan
pengetahuan sosial yang berguna, keterampilan sosial dan intelektual serta
perhatian dan kepedulian sosial, dapat diharapkan terbinanya sumber daya manusia
(SDM) Indonesia yang akan datang berpengetahuan, terampil, cendekia dan
mempunyai tanggung jawab sosial yang tinggi yang mapu merealisasikan tujuan
nasional menciptakan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila serta
Undang-Undang Dasar 1945.
2. Karakteristik Mata Kuliah Konsep Dasar IPS
Tujuan utama setiap pembelajaran Ilmu Sosial adalah membentuk warga negara
yang baik (god citizenship), Demikian juga dengan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
sebagai suatu program pendidikan juga memiliki tujuan yang sama, yakni membentuk
warga negara yang baik. Namun dalam proses penyajiannya IPS mempunyai
karakteritik tersendiri, dalam arti tidak sama dengan karakteristik ilmu-ilmu sosial yang
ada walaupun demikian keberadaan ilmu-ilmu sosial tidak dapat dipisahkan dari IPS
karena konsep-konsep ilmu-ilmu sosial merupakan sumber utama bagi pengembangan
materi pembelajaran program IPS. Ruang lingkup IPS adalah kehidupan sosial manusia
di masyarakat. Maka masyarakat inilah yang menjadi sumber utama IPS. Materi IPS
dapat dipelajari dan menjadi bahan pembelajaran, tidak hanya kehidupan nyata sesaat di
masyarakat, melainkan juga meliputi cerita-cerita, novel, kisah-kisah tokoh terkenal
yang dapat kita baca, serta dapat juga dibaca oleh peserta didik. Oleh karena itu bahan
bacaan seperti buku, surat kabar, majalah, makalah dan lain sebagainya, juga menjadi
sumber materi IPS dan sumber pembelajaran IPS. Dengan begitu peristiwa kehidupan
sosial ditempat yang lain yang tidak dapat secara langsung kita saksikan dan kita amati,
melalui sumber tadi, dapat kita ketahui, bahkan dapat kita analisis.
Sebagai program pendidikan IPS yang layak harus mampu memberikan berbagai
pengertian yang mendasar, melatih berbagai keterampilan, serta mengembangkan sikap
moral yang dibutuhkan agar peserta didik menjadi warga masyarakat yang berguna,
baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Karakteristik IPS mencakup tiga aspek
kajian, yaitu : (1) Setiap Pengertian pendidikan IPS harus dimiliki oleh peserta didik,
diantaranya : Bidang utama lingkungan keluarga, sosial, dan alam sekitar, Saling
ketergantungan antara individu dengan individu lainnya, dan Bersosialisasi dan
bekerjasama dalam melestarikan lingkungan. (2) Setiap keterampilan pendidikan IPS
harus dipelajari lagi oleh peserta didik, diantaranya : Berpikir logis, kreatif, cepat,
Mengamati dan mampu memecahkan masalah, dan Berpartisipasi dalam forum diskusi.
(3) Setiap sikap moral pendidikan IPS harus dipelajari lagi oleh peserta didik,
diantaranya: Menghargai HAM orang lain, Bertanggung jawab, bekerja sama, dan
Selalu optimis jangan pesimis. Ciri-ciri pengembangan pendekatan IPS, diantaranya :
(1) Separated Subjek : Proses belajar mengajarnya dalam bentuk, tempat, waktu dan
bahan pelajarannya yang terpisah. (2) Corelation of subjects : Proses belajar
mengajarnya saling berkaitan antara subjek yang satu dengan subjek yang lainnya. (3)
Integration of Fusion : Proses belajar mengajarnya kurang profesional, sehingga hasil
pembelajaran yang diperoleh kurang memuaskan tidak sesuai dengan rencana yang
telah dibuat. Cabang-cabang ilmu sosial meliputi berbagai hal, diantaranya : (1)
Ekonomi, ilmu yang mempelajari tentang kebutuhan sumber daya manusia (SDM). (2)
Politik, ilmu yang mempelajari tentang kenegaraan. (3) Ekologi, ilmu yang
memepelajari tentang manusia berhubungan langsung dengan lingkungan alam. (4)
Sosiologi, ilmu yang mempelajari tentang kehidupan manusia dari berbagai komponen.
(5) Antropologi, ilmu yang mempelajari tentang manusia dan hasil keterampilannya.
(6) Psikologi Social, ilmu yang mempelajari tentang karakteristik manusia
bermasyarakat, dan (7) Geografi, ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam.
MODUL 2 : Menjelaskan sejarah perkembangan IPS

1. Sejarah Perkembangn IPS Secara Umum


IPS adalah terjemahan dari Social Studies. Untuk mengetahui sejarah
perkembangan IPS ini, tentu kita harus melihat sejarah perkembangan Social Studies
yang berkembang di Amerika Serikat (AS). Perkembangan pemikiran ini dapat dilihat
diberbagai karya akademis yang dipublikasikan oleh national council for the social
studies (NCSS) sejak pertemuan oraganisasi tersebut pada tahun 1935 hingga sekarang,
Abdul Aziz Wahab (2011:2.3)
Definisi tentang “social studies” menurut Edgar Bruce Wesley pada tahun 1937
dikutib dari yaitu “the social studiesare the social sciences simplifed for pedagogical
purposes”. Social studies adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan
pendidikan. Pengertian ini, kemudian dibakukan bahwa “social studies”, meliputi
aspek-aspek ilmu sejarah, ilmu ekonomi, ilmu politik, ilmu geografi, dan filsafat yang
dalam praktiknya dipilih untuk tujuan pembelajaran di sekolah dan di perguruan tinggi.
Bila dianalisis dengan cermat, di dalam pengertian awal “social studies” tersebut diatas
terkandung hal-hal sebagai berikut.
1. Social Studies merupakan turunan dari Ilmu-ilmu Sosial
2. Disiplin ini dikembangkan untuk memenuhi tujuan pendidikan/pembelajaran baik
pada tingkat persekolahan maupun perguruan tinggi.
3. Aspek-aspek dari masing-masing ilmu disiplin ilmu sosial itu perlu diseleksi sesuai
dengan tujuan tersebut.

Antara tahun 1940-1950 NCSS mendapat serangan yang berkisar pada pertanyaan
meski tidaknya social studies menanamkan nilai dan sikap demokratis kepada para
pemuda. Pada tahun 1960-an gerakan akademis tersebut dikenal sebagai gerakan the
new social studies (social studies gaya baru). Namun demikian sampai tahun 1970-an
ternyata gagasan untuk mendapatkan the new social studies ini belum menjadi
kenyataan. Isu yang terus menerpa social studies sampai saat ini adalah mengenai perlu
tidaknya indokrinasi, tujuan pembelajaran yang saling bertentangan, dan pertikaian
mengenai isi pembelajaran. Pada tahun 1940-1960, ditegaskan oleh Barr, dkk. (1977
:36), yaitu terjadinya tarik menarik antara dua visi social studies. Disatu pihak, adanya
gerakan untuk mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu sosial untuk tujuan gerakan
untuk mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu sosial untuk tujuan citizenship
education, yang terus bergulir sampai mencapai tahap yang lebih canggih. Di lain
pihak, terus bergulirnya gerakan pemisahan berbagai disiplin ilmu sosial yang
cenderung memperlemah konsepsi social studies education. Abdul Aziz Wahab
(2011:2.3)

Pada tahun 1955 terjadi terobosan yang besar, demikian diungkapkan oleh Barr,
dkk. (1977 :37) berupa inovasi Maurice Hunt dan Lawrence Metcalf yang mencoba
melihat cara baru dalam pengintegrasian pengetahuan dan keterampilan ilmu sosial
untuk tujuan, citizenship education. Dikemukakan bahwa program social studies
disekolah seyogianya diorganisasikan bukan dalam bentuk pembelajaran ilmu sosial
yang terpisah-pisah, tetapi diorientasikan kepada closed areas atau masalah-masalah
yang tabu dalam masyarakat. Seperti isu tentang seks, patriotisme, ras yang biasanya
penuh dengan prasangka, ketidaktahuan, mitos, dan kontroversi, untuk diubah ke arah
yang bersifat refleksi rasional.
Pada dasawarsa 1970-an, demikian direkam Barr, dkk (1877 :46) terjadi
pertumbuhan social studies yang serupa dengan perkembangannya sebelumnya dengan
hasilnya yang hampir semua proyek kurikulum menitiberatkan pada inquiry process,
desicion making, value quesion and student oriented problems. Namun demikian, hasil
studi mengenai kurikulum dan pembelajaran social studies tersebut tenyata sangat
mengejutkan.
Definsi social studies dan pengidentifikasian : social studies atas tiga tradisi
pedagogis tersebut diatas dapat dianggap sebagai pilar utama dari “social studies” pada
dasawarsa 1970-an. Dalam definisi tersebut tersirat dan tersurat beberapa hal ,
pertama, social studies merupakan suatu sistem pengetahuan terpadu, kedua, misi
utama social studies adalah pendidikan kewarganegaraan dalam suatu masyarakat yang
demokratis; ketiga, sumber utama konten social studies adalah social science dan
humanities; keempat , dalam upaya penyiapan warga negara yang demokratis terbuka
kemungkinan perbedaan dalam orientasi, visi, tujuan, dan metode pembelajaran.
Pada dasawarsa 1980-an perkembangan social studies ditandai oleh lahirnay dua
pilar akademis : laporan pertama menghasilkan definisi, tujuan, lingkup, urutan meteri
mulai dari kindergarten sampai dengan kelas XII (High School ), rincian democratic
belief and values, dan rincian skill in the social studies curriculum .
Di dalam dokumen tersebut (NCSS, 1994 : 3) diadopsi pengertian social studies
sebagai berikut : Secara esensial terkandung visi, misi, dan strategi pendidikan social
studies yang mengkokohkan kristalisasi pemikiran yang lebih solid dan kohesif dai
pakar dan praktis yang tergabung dalam NCSS yang secara sosial akademik sangat
berpengaruh di Amerika Serikat, yang juga biasanya memberi dampak yang sangat
signifikan terhadap pemikiran dan praktis dalam bidang itu di negara lain. Sebagai
rambu-rambu dalam rangka mewujudkan visi, misi, strategi baru social studies tersebut,
NCSS menggariskan hal-hal sebagai berikut :
 Pertama, program social studies mempunyai tujuan pokok yang ditegaskan
kembali bahwa civic competence itu bukanlah hanya menjadi tanggung jawab
dari social studies.
 Kedua, program social studies dalam dunia pendidikan persekolahan, mulai dari
pendidikan taman kanak-kanak sampai dengan pendidikan menegah, ditandai
oleh keterpaduan.
 Ketiga, program social studies dititikberatkan pada upaya membantu siswa
dalam construct a knowledge base and attitudes drawn from academic disiplines
as specialized ways of viewing reality .
 Keempat, program social studies mencerminkan “the changing nature of
knowledge, fosteringentirely new and highly integrated approaches to resolving
issues of significance to humanity “.
Dikutib dari Abdul Aziz Wahab (2011:2.3-2.11)

2. Sejarah Perkembangan IPS Di Indonesia


Untuk menelusuri perkembangan pemikiran atau konsep pendidikan IPS di
Indonesia secara Historis Epistemologis terasa sangat sukar karena ada dua alasan.
Pertama, di indonesia belum ada lembaga profesional bidang pendidikan IPS seperti
NCSS. Pengaruhnya lembaga serupa yang dimiliki indonesia yakni HISPISI (himpunan
sarjana pendidikan IPS indonesia) usianya masih sangat muda dan produtivitas
akademisnya masih sangat terbatas, sebatas pertemuan tahunan dan komunikasi antara
anggotanya secara insidental. Kedua, perkembangan kurikulum dan pembelajaran IPS
sebagai ontologi ilmu pendidikan (disiplin) IPS sampai saat ini sangat tergantung pada
pemikiran individual atau kelompok pakar yang ditugasi secara insidental untuk
mengembangkan perangkat kurikulum IPS melalui Pusat Pengembangan Kurikulum
dan Sarjana Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang Diknas)dan
Pusat Kurikulum (Puskur).
Istilah IPS menurut laporan Seminar Nasional Civic Education, 1972 :2, dalam
Winatapura, 1978 ; 42) ada 3 istilah yang muncul dan digunakan secara bertukar pakai
yakni : 1. Pengetahuan sosial, 2 Studi sosial dan 3. Ilmu pengetahuan sosial. Ketiga
istilah ini diartikan sebagai suatu studi masalah-masalah sosial yang dipilih dan
dikmbangkan dengan menggunakan pendekatan intersipliner dan bertujuan agar
masalah-masalah sosial itu dapat dipahami oleh siswa. Konsep IPS untuk pertama
kalinya masuk kedalam dunia persekolahan terjadi pada tahun 1972-1973 yakni dalam
kurikulum proyek perintis sekolah pembangunan (PPSP) IKIP bandung. Kurikulum
PPSP tersebut dapat dianggap sebagai pilar kedua dalam perkembangan pemikiran
tentang pendidikan IPS, yakni masuknya kesepakatan akademis tentang IPS ke dalam
kurikulum sekolah. Pada tahap ini konsep pendidikan IPS diwujudkan dalam 3 bentuk
yakni :

1. Pendidikan IPS , terintegrasi dengan nama Pendidikan Kewargaan Negara/Studi


Sosial.
2. Pendidikan IPS terpisah, dimana istilah IPS hanya digunakan sebagai konsep
payung untuk mata pelajaran Geografi, Sejarah, dan Ekonomi.
3. Pendidikan Kewargaan Negara sebagai suatu bentuk pendidikan IPS khusus, yang
dalam konsep tradisi social studies termaksuk “citizenship transmission” (Barr,dkk
; 1978).
Dalam kurikulum 1994 mata pelajaran PPKn merupakan mata pelajaran sosial
khusus yang wajib di ikuti semua siswa dalam setiap jenjang pendidikan
(SD,SLTP,dan SMU). Sedang mata pelajaran IPS diwujudkan dalam :

1. Pendidikan IPS terpadu di SD kelas III sampai dengan VI


2. Pendidikan IPS terkonfederasi di SLTP yang mencakup materi Geografi,
Sejarah, dan ekonomi koperasi
3. Pendidikan IPS terpisah, yang mirip dengan tradisi “social studies” taught as
social science menurut (Barr,dkk ; 1978).
Di SMU bidang pendidikan IPS terpisah terdiri atas mata pelajaran Sejarah
Nasional dan Sejarah Umum dikelas I dan II, ekonomi dan geografi di kelas I dan II ;
sosiologi dikelas II; sejarah dikelas III program IPS . Bila disimak dari perkembangan
pemikiran IPS yang terwujudkan dalam kurikulum samapai dasawarsa 1990-an ini
pendidikan IPS di indonesia mempunyai dua konsep pendidikan IPS mempunyai dua
konsep pendidikan IPS, yakni pertama, pendidikan IPS yang diajarkan dalam tradisi
citizenship transmission dalam bentuk mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dan Sejarah Nasional ; kedua, pendidikan IPS yang diajarkan dalam
tradisi social siences dalam bentuk pendidikan IPS terpisah di SMU, yang
terkonfederasi di SLTP dan yang terintegrasi di SD.

Pendidikan ilmu (pengetahuan) sosial, Achmad Sanusi (1998) dalam konteks


pembahasannya yang sangat mendasar mengenai pendidikan IPS di IKIP,
menyinggung sedikit tentang pembelajaran IPS di sekolah. Sanusi (1998 :222-227)
melihat pengajaran IPS di sekolah cenderung menitikberatkan pada penguasaan
hapalan, proses pembelajaran yang terpusat pada guru, terjadinya banyak miskonsepsi
; situasi kesal yang membosankan siswa,; ketidaklebihan unggulan guru sentralistik ;
pencapaian tujuan kognitif yang mengulit bawang”, rendahnya rasa percaya diri siswa
akibat dari amat lunaknya isi pelajaran, kontradiksi materi dengan kenyataan,
dominannya latihan berpikir taraf rendah, guru tidak tangguh, persepsi negatif dan
prasangka buruk dari masyarakat terhadap kedudukan dan peran ilmu sosial dalam
pembangunan masyarakat.

Oleh karena itu, PIPS untuk tingkat perguruan tinggi pendidikan guru IPS,
direkonseptualisasikan sebagai pendidikan disiplin ilmu, sehingga menjadi pendidikan
disiplin Ilmu Pengetahuan Sosial disingkat PDIPS. Dengan demikian kelihatannya
HISPISI akan memegang dua konsep yakni konsep PIPS untuk dunia persekolahan,
dan konsep PDIPS untuk perguruan tinggi pendidikan guru IPS yang masih perlu
dikembangkan adalah logika internal atau struktur dari kedua sistem pengetahuan
tersebut.

Dilihat dari perkembangan pemikran yang berkembang di indonesia sampai saat


ini pendidikan IPS terpilah dalam dua arah yakni pertama, PIPS untuk dunia
persekolahan yang pada dasarnya merupakan penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial
dan humaniora, yang diorganisasikan secara psikopedagogis untuk tujuan pendidikan
persekolahan; dan kedua, PDIPS untuk perguruan tinggi pendidkan guru IPS yang
pada dasarnya merupakan penyeleksian dan pengorganisasian secara ilmiah dan meta
psikopedagogis dari ilmu-ilmu sosial, humaniora dan disiplin lain yang relevan untuk
tujuan pendidikan profesional guru IPS.

PIPS adalah salah satu konten dalam PDIPS. PIPS untuk dunia persekolahan
terpilah menjadi du versi atau tradisi akademik pedagogis, yakni pertama, PIPS dalam
tradisi citizenship transmission dalam bentuk mata pelajaran pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dan sejarah indonesia ; dan kedua, PIPS dalam tradisi social siences
dalam bentuk mata pelajaran IPS Terpadu untuk SD, dan mata pelajaran IPS
terkonfederasi untuk SLTP, dan IPS terpisah-pisah untuk SMU. Abdul Aziz Wahab
(2011:2.17-2.31)
MODUL 3 : Menjelaskan Ruang Lingkup dan Cakupan IPS.
1. Ruang lingkup dan cakupan konsep dasar IPS.
Padahal antara IPS dengan IIS memiliki perbedaan yang mendasar. Namun, antara
IPS dengan IIS keduanya tidak bisa dipisahkan karena secara tradisional antara IPS dan
IIS memang sudah saling berhubungan. Pendekatan disiplin Ilmu-Ilmu Sosial (IIS)
hendaknya tidak diterapkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di
sekolah, IPS dapat kita manipulasi menjadi suatu isu, pertanyaan, atau permasalahan
yang berperspektif interdisiplin.
Studi sosial (social studies) bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin
bidang akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala
dan masalah sosial. Dalam kerangka kerja pengkajian studi sosial menggunakan
bidang-bidang keilmuan yang termaksuk bidang-bidang ilmu sosial. Achmad Sanusi
(1971 :18) memberikan penjelasan tentang studi sosial sebagai berikut :
Kerangka kerja studi sosial tidak menekankan pada bidang teoritis, namun lebih
kepada bidang-bidang praktis dalam mempelajari gejala dan masalah-masalah sosial
yang terdapat di lingkungan masyarakat. Studi sosial tidak terlalu akademis-teoritis,
namun merupakan satu pengetahuan praktis yang dapat diajarkan pada tingkat
persekolahan, yaitu mulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi.
Pendekatan yang digunakan studi sosial sangat berbeda dengan pendekatan yang
biasa digunakan dalam Ilmu Sosial. Pendekatan Studi Sosial bersifat interdisiplin atau
bersifat multidisipliner dengan menggunakan berbagai bidang keilmuan. Sedangkan
pendekatan yang digunakan dalam Ilmu Sosial (Social Sciences) bersifat disipliner dari
bidang ilmunya masing-masing. Demikian pula pada tingkat dan taraf yang lebih
rendah pendekatan Studi Sosial lebih bersifat multidimensional, yaitu meninjau satu
gejala atau masalah sosial dari berbagai dimensi atau aspek kehidupan.
Tugas studi sosial sebagai suatu bidang studi mulai dari tingkat sekolah dasar
sampai ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dengan tujuan membina warga
masyarakat yang mampu menyelaraskan kehidupannya berdasarkan kekuatan-kekuatan
fisik dan sosial, serta membantu melahirkan kemampuan memecahkan masalah-
masalah sosial yang dihadapinya. Jadi, baik materi maupun metode pembelajaran
penyajiannya harus sesuai dengan misi yang diembannya.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang kita kenal di indonesia bukan ilmu Sosial.
Oleh karena itu, proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada berbagai
tingkat Penddidikan Tinggi, juga pada tingkat persekolahan mulai dari tingkat sekolah
dasar dan sekolah lanjutan pertama maupun lanjutan atas, tidak menekankan pada aspek
teoritis keilmuannya, melainkan lebih menekankan kepada segi praktis mempelajari,
menelaah serta mengkaji gejala dan masalah sosial, dengan mempertimbangkan bobot
dan tingkat kemamuan peserta didik pada tiap jenjang yang berbeda.
Terdapat sejumlah perbedaan antara Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai bidang
studi dengan disiplin Ilmu-Ilmu Sosial ( social sciences), antara lain : pertama, IPS itu
bukanlah suatu disiplin ilmu seperti halnya Ilmu Sosial, tetapi IPS lebih tepat dilihat
sebagai bidang kajian, yaitu suatu kajian terhadap masalah-masalah kemasyarakatan.
Kedua, pendekatan yang dilakukan dalam IPS menggunakan pendekatan multidisiplin
atau interdisiplin, tidak seperti halnya Ilmu Sosial yang menggunakan pendekatan
disiplin Ilmu atau monodisiplin. Ketiga, IPS sengaja dirancang untuk kepentingan
pendidikan oleh karena itu keberadaan IPS lebih memfokuskan pada dunia
persekolahan, tidak seperti Ilmu Sosial keberadaannya bisa di dunia persekolahan,
perguruan tinggi atau dipelajari di masyarakat umum sekalipun. Keempat, IPS di
sampping menggunakan Ilmu-Ilmu Sosial sebagai bahan pengembangan materi
pembelajaran dilengkapi dengan mempertimbangkan aspek psikologis-pedagogis. Oleh
karenanya dalam penyajian IPS sangat peduli dengan pertimbangan-pertimbangan di
atas karena bagaimanapun latar belakang, kemampuan, lingkungan, serta
perkembangan peserta didik harus diperhatikan.
Secara mendasar, pengajaran IPS berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan
manusia yang melibatkan segala tingkah laku dalam memenuhi aspek kebutuhan
hidupnya IPSS juga berkaitan dengan bagaiman cara manusia menggunakan usaha
memenuhi kebutuhan materinya, memenuhi kebutuhan budayanya, kebutuhan jiwanya,
pemanfaatan sumber daya yang terdapat di permukaan bumi, mengartur kesejahteraan
dan pemerintahanya, untuk mengatur dan mempertahankan kehidupan masyarakat
manusia. Pada prinsipnya hakikat yang dipelajari IPS adalah bagiamna mempelajari-
menelaah-mengkaji sistem kehidupan manusia dipermukaan bumi.
Berkaitan dengan ruang lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai suatu
bidang studi, sama halnya dengan yang menjadi ruang lingkup ilmu Sosial, yaitu
manusia dalam kontes sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat. Tegasnya,
ruang lingkup Ilmu Sosial sama dengan ruang lingkup IPS.
Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupannya dalam konteks
sosial demikian banyak dan luasnya maka pembelajaran IPS bagi kebutuhan setiap
jenjang pendidkan harus dilakukan pembatasan-pembatasan sesuai dengan kemapuan
peserta didik pada tingkat masing-masing. Misalnya ruang lingkup pembelajaran IPS di
tingkat sekolah dasar dibatasi hanya sampai pada gejala dan masalah sosial yang
mampu dijangkau pada geografi dan sejarah. Itu pun diutamakan pada gejala dan
masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada pada lingkungan hidup para siswa
sekolah dan radius ruang lingkup tersebut setahap demi setahap dikembangkan sejalan
dengan kematangan berpikir siswa.
Misalnya, dimulai dan ruang lingkup gejala dan masalah kehidupan yang ada
disekitar tempat tinggal dan sekolah, kemudian berkembang ke tingkat desa,
kecamatan, kebupaten, provinsi, negara, dan akhirnya negara tetangga dan dunia pada
umumnya, terutama yang berkaitan dengan hubungan kerja sama ekonomi,sosial,dan
budaya di wilayah-wilayah yang bersangkutan.
Pada tingkat sekolah lanjutan ruang lingkup dan bobotnya diperluas kepada
masalah-masalah lingkungan,penerapan teknologi pada berbagai sektor kehidupan,
transportasi, komuniksi, pengangguran, kelaparan, kemiskinan, sumber daya.
2. Karakteristik cakupan konsep Sejarah, Geografi dan Ekonomi, Sosiologi dan
Antropologi serta Politik dan Pemerintahan Serta Psikologi Sosial.
a. Sejarah

Sejarah adalah gambaran tentang peristiwa-peristiwa masa lampau yang dialami


manusia, disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu, diberi tafsiran dan analisis kritis
sehingga mudah dimengerti dan dipahami. Sejarah sebagai bidang ilmu sosial, memiliki
konsep dasar yang menjadi karakter dirinya, dan dapat dibina pada diri kita masing-
masing, terutama pada diri peserta didik. Konsep-konsep dasar itu, antara lain berikut
ini :

a. Waktu
b. Dokumen
c. Alur peristiwa
d. Kronologi
e. Peta
f. Tahap-tahap perabadan
g. Ruang
h. Evolusi
i. Revolusi
Dalam alur peristiwa yang menelaah sejarah kebudayaan secara evolusi, kita juga
dapat mengungkapkan tahap-tahap perabadan sebagai perkembangan teknologi dan
kemampuan masyarakat manusia dari waktu ke waktu. Konsep-konsep dasar tersebut
tadi, jalin-menjalin dalam peristiwa dan pengalaman masa lampau sebagai suatu
deskripsi serta alur sejarah. Berdasarkan analisis atau kronologi tresebut dari masa
lampau sampai sat ini, anda akan mampu memprediksi suatu peristiwa, pengalaman
atau proses kehidupan manusia di hari-hari mendatang. Paling tidak anda dapat
memperhitngkan kecenderungan berupa konsep megatrends dan jhon Naisbitt dan
future shocks dari A Toffler yang terkenal, tidak lain adalah analisis sejarah yang
kemudian memprediksi peristiwa yang akan datang. Jika ada pihak yang beranggapan
bahwa mempelajari sejarah itu merupakan suatu kajian yang statis, hal itu tidaklah
sepenuhnya benar, jusru analisis sejarah itu suatu analisis yang dinamis.
b. Geografi
Geografi itu berhubungan erat dengan pengalaman nyata tiap orang sehari-hari.
Geografi itu tidak hanya terbatas pada apa yang terlihat dari luar, melainkan juga,
meliputi sebab akibat mengapa yang nampak pada kenyataannya itu demikian adanya..
geografi juga berhubungan dengan ilmu kealaman, hal-hal atau fenomena alam
mempengaruhi kehidupan manusia dan kebalikannya bagaimana tindakan manusia
memodifikasi, mengubah serta mengadaptasinya. Geografi adalah ilmu yang
mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang
lingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan. Berdasarkan definisi ini, jelas
bahwa yang menjadi objek studi geografi adalah geosfer yaitu permukaan bumi yang
merupakan bagian dari bumi yang terdiri atas atmosfer (lapisan udara), listofer (lapisan
batuan, kulit bumi), hidrosfer (lapisan air, perairan), dan biosfer (lapisan kehidupan).
Getrude whipple mengungkapkan 5 konsep dasar yaitu sebagai berikut :
1. Bumi sebagai planet
2. Variasi cara hidup
3. Variasi wilayah-wilayah alamiah
4. Makna wilayah (region) bagi manusia
5. Pentingnya lokasi dalam memahami peristiwa dunia
Henry J. Warman mengemukakan 15 konsep dasar sebagai berikut :
1. Konsep kewilayahan atau konsep regional
2. Konsep lapisan kehidupan atau konsep biosfer
3. Konsep manusia sebagai faktor ekologi yang dominan
4. Konsep globalisme atau konsep bumi sebagai planet
5. Konsep interaksi ke ruangan
6. Konsep hubungan areal (wilayah)
7. Konsep persamaan area (wilayah)
8. Konsep perbedaan areal (wilayah)
9. Konsep keunikan areal (wilayah)
10. Konsep persebaran areal (wilauah0
11. Konsep lokasi relatif
12. Konsep keunggulan komparatif
13. Konsep perubahan yang terus menerus atau perubahan abadi
14. Konsep sumber daya dibatasi sama budaya
15. Konsep bumi yang bundar di atas kertas yang datar atau konsep peta.
Maka kita selaku guru IPS mengajarkan pengertian yang seluas-luasnya tentang
sesuatu secara bertahap berkesinambungan, sampai terjadi pola pengertian dalam benak
kita dan juga dalam benak peserta didik tentang sesuatu terjadi secara terurai mulai dari
keadaannya yang konkret mudah ditangkap oleh peserta didik sampai ke tahap abstrak
yang mencirikan konsep tersebut.
c. Ekonomi dan Koperasi
Ekonomi sebagai salah satu bidang ilmu sosila akan dikaitkan dengan koperasi
yang menurut undang-undang menjadi soko guru perekonomian indonesia. Tentu saja
pembahasan kita tentang ekonomi sebagai bidang ilmu dengan konsep-konsep dasarnya,
menjadi sorotan utama.
Ekonomi adalah suatu studi tentang tata cara bagaimana manusia
mengorganisasikan sumber daya alam, kemampuan budaya, dan tenaga kerja menopang
dan meningkatkan kesejahteraan materialnya. Sementara itu, dengan cukup panjang,
Gerarado P.Sicat dan H.W.Arndt dalam Abdul Aziz Wahab (3.21-3.22) mengemukakan :
Ilmu ekonomi adalah suatu studi ilmiah yang mengkaji bagaimana orang perorangan dan
kelompok-kelompok masyarakat menentukan pilihan. Manusia mempunyai keinginan
yang tidak terbatas.
Tiga bahasan ilmu ekonomi tadi, dapat ditarik garis persamaan yaitu bahwa ilmu
ekonomi merupakan suatu studi, ilmiah mengenai bagaimana cara manusia memenuhi
kebutuhan materi. selanjutnya disekitar manusia itu terdapat sumber daya yang mampu
memenuhi kebutuhan tadi, namun persediaan dan penyediaannya terbatas, bahkan ada
yang sifatnya langkah.
Tugas anda selaku guru IPS dan kita semua selaku guru, bagaimana memberikan
pengertian, penghayatan serta kesadaran kepada peserta didik tentang kecenderungan
masalah ekonomi jika tiap orang tidak membatasi diri keutuhan sampai batas minimum
menjamin kesejahteraan. Bagaimana mengembangkan upaya menahan diri dan hidup
yang berlebih-lebihan, padahal kemampuan sumber daya ada dalam keterbatasan.
UUD 1945 pada pasal 33 yang terdiri atas 5 ayat yaitu sebagai berikut :
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas kekeluargaan
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemampuan rakyat.
4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi,
dengan prinsip keberssamaan, efisiensi keadilan, keberlanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum
koperasi dengan berlandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.

Koperasi adalah kegiatan ekonomi bersama dari para anggotanya, berdasarkan


kekeluargaan, kerakyatan, demi keuntungan bersama dan tidak mengutamakan
keuntungan ekonomi semata-mata, melainkan juga memperhatikan keuntungan sosial.
Namun demikian, sebagai suatu bentuk kegiatan usaha, memerlukan penanganan
pengelolaan yang profesional.

Konsep dasar ekonomi sebagai berikut :

1. Kalangan sumber daya


2. Keterbatasan yang tidak terbatas
3. Kebutuhan yang tidak terbatas
4. Komsumsi-produksi-distribusi
5. Penawaran-permintaan
6. Kekeluargaan
7. Keuntungan ekonomi
8. Keuntungan sosial
9. Alternatif pemanfaatan sumber daya
10. Sumber daya alternatif’
11. Sumber daya yang terbarukan
12. Sumber daya yang tidak terbarukan
13. Modal
14. Tenaga kerja
15. Pemuasan kebutuhan
16. Surplus-minus-keseimbangan
17. Efektif-efisien produktif
18. Hal-hal lain yang dapat digali sendiri lebih jauh.

d. Sosiologi
Kita dapat mengamati dan menghayati sendiri, bahwa sejak lahir telah
berhubungan dengan orang atau pihak lain, paling tidak dengan ibu dan anggota keluarga
lainnya. Pada perkembangan dan pertumbuhan individu itu selanjutnya hubungan dengan
pihak lain itu tidak lagi hanya terbatas dalam keluarga, melainkan telah menjangkau
teman sepermainan, para tetangga, dan demikian seterusnya. Hubungannya pun tidak
sepihak melainkan timbal balik atau dengan perkataan lain, terjadi interaksi antara
seorang individu dengan pihak lain. Oleh karena itu, interaksi tadi, kita konsepkan
sebagai interaksi sosial.
Menurut Brown &Brown (1980 : 35) Interaksi sosial adalah sosiologi. Sosiologi
secara kasar dapat diidentifikasikan sebagai studi ilmiah tentang interaksi umat manusia.
Sedangkan Frank H. Hankins (Fairchild, H.P, dkk : 1982 : 302 ) mengemukakan :
Sosiologi adalah studi ilmiah tentang fenomena yang timbul dan hubungan
kelompok umat manusia. Studi tentang manusia dan lingkungan insaninya dalam
hubungan satu sama lain. Aliran sosiologi yang berbeda menentukan penekanan yang
bervariasi berkenaan dengan faktor-faktor yang berhubungan, sebagian menekankan
hubungan pada hubungan di antara mereka sendiri seperti interaksi, asosiasi, dan
seterusnya, sedangkan aliran yang lain menekankan pada umat manusia dalam
hubungan sosialnya. Memfokuskan perhatian kepada hubungan sosial dalam berbagai
peranan dan fungsinya. Sesuai denagn sifat manusia yang dinamis, sudah pasti interaksi
sosialnya juga mengalami perkembangan dan perubahan. Dalam proses sosial tersebut,
terutama bagi manusia yang lebih belia, terjadi proses yang dikonsepkan sebagai
sosialisasi. Konsep dasar sosialisasi sebagai berikut :
1. Interaksi sosial
2. Sosialisasi
3. Kelompok sosial
4. Perlapisan sosial
5. Proses sosial
6. Perubahan sosial
7. Mobilisasi sosial
8. Mordenisasi
9. Patologi sosial
10. Konsep-konsep lain yang dapat digali sendiri dari kenyataan dan proses kehidupan
sehari baru.
Interaksi sosial selalu di alami oleh tiap individu dan selalu terjadi di masyarakat.
Manusia sebagai anggota masyarakat, dilandasi oleh berbagai kebutuhan, selalu
melakukan interaksi, baik interaksi edukatif, interaksi ekonomi,maupun interaksi
budaya dan interaksi politik. Semua interaksi tersebut termaksuk interaksi sosial. Hasil
interaksi sosial berbagai pihak biasanya menelorkan konsensus sosial. Konsensus
sosial atau kesepakatan sosial ini juga termaksuk konsep dasar sosiologi.

Inteaksi antara seseorang dengan yang lainnya terjadi dalam kelompok, apakah
itu keluarga, teman sepermainan ataupun para tetangga. Kelompok itu atau lebih tepat
kelompok sosial tempat terjadinya interaksi antar individu , tidak lain adalah
kumpulan manusia yang paling tidak terdiri atas dua orang namun biasanya lebih dari
itu, telah saling mengenal dalam waktu yang relatif lama, ada kaitan rasa senasib,
diikat oleh nilai dan norma yang sama, seta memiliki rasa persatuan. Kelompok sosial
ini merupakan dasar yang penting dalam studi sosiologi, secara formal, masyararkat
manusia itu terikat da;lam wadah kelompok sosial itu.

Lapisan-lapisan sosial yang ditunjukan oleh pengelompok anggotanya


berdasarkan ikatan persamaan tertentu, seperti pendidikan, ekonomi, mata
pencaharian,suku bangsa. Sebagai contoh, didalam kelompok sosial itu terdapat
orang-orang berpindidikan rendah, menegah, dan tinggi atau contoh yang lain, yaitu
adanya pengelompokkan orang miskin,orang yang berkecukupan dan orang kaya.
Perlapisan sosial merupakan salah satu konsep dasaryang penting dalam sosiologi.
Dalam kelompok sosial baik kelompok yang relatif kecil seperti keluarga maupun
kelompok besar seperti suku bangsa terjadi proses sosial yang dialami oleh per orang
atau oleh kelompok secara keseluruhan. Selama mausia hidup dan mempunyai
vitalitas dan dinamika, proses sosial ini tidak akan pernah berhenti. Masyarakat cepat
atau lambat, selalu beranjak dari tingkat terbelakang ketingkat berkembang menjadi
modern. Sebagai akibat terjadinya proses sosial maka terjadi pada perubahan sosial
yaitu perubahan yang dialami berbagai aspek kehidupan dan lebih didukung serta
dialami oleh sebagian besar anggota masyarakat yang bersangkutan. Proses sosial dan
perubahan sosial merupakan konsep dasar sosiologi yang dapat dialami serta dihayati
oleh kita dimasyarakat dan waktu ke waktu. Apabila proses sosial dan perubahan
sosial itu mengarah kepada kemajuan masyarakat tersebut mengalami proses
mordenisasi, proses makin meningkatnya sikap dan kemampuan mental dari dari
irasional menjadi rasional, dari bolos kehemat, dari bodoh ke pintar, dari tidak
terampil menjadi terampil, dan demikian seterusnya juga merupakan konsep dasar
sosiologi yang tidak boleh kita abaikan. Konsep ini sangat bermakna dalam menelaah
kemajuan suatu kelompok.

Sebagai akibat proses sosial, perubahan sosial dan mordenisasi baik secara
perorangan maupun kelompok, terjadi perubahan status dan lapisan bawah ke lapisan
menegah dan bahkan sampai ke lapisan atas. Atau juga terjadi perubahan status dan
petani menjadi pedagang atau menjadi pegawai negeri. Perubahan status baik yang
dialami oleh perorangan maupun oleh kelompok, dikonsepkan sebagai mobilitas
sosial. Jika status tersebut dan lapisan bawah ke lapisan menengah sampai ke lapisan
atas atau sebaliknya dikonsepkan sebagai mobilitas vertikal. Sedangkan perubahan
status yang sifatnya setara seperti petani menjadi pedagang,kemudian menjadi
nelayan, dan demikian seterusnya, mobilitas sosial yang demikian dikonsepkan
sebagai mobilitas horizontal. Di dalam kehidupan masyarakat, konsep dasar mobilitas
sosial ini dapat kita amati dan kita hayati proses berlangsung serta kejadiannya.

Manusia dan masyarakat yang dinamis, tidak selalu ada dalam keseimbangan dan
keserasian. Dalam kehidupan sosial itu terdapat hal-hal yang dianggap penyakit-
penyakit masyarakat yang demikian yang merupakan masalah sosial, dikonsepkan
sebagai patologi sosial.
e. Antropologi
Antropologi adalah suatu studi tentang manusia dan kerjanya. Kerjanya yang
diartikan sebagai kerja dalam arti kegiatan pikiran dan pemikiran yang berati dan
kebudayaan . Antropologi di sini berarti antropologi budaya yang berarti studi atau ilmu
yang mempelajari manusia dengan perilaku sosial atau dengan kebudayaannya.diantara
manusia dengan makhluk hidup yang lain, khususnya dengan binatang terdapat
perbedaan yang mendasar. Perbedaan tersebut terletak pada akal pikiran yang
berkembang dan dapat dikembangkan. Manusia dan binatang sama-sama dikaruniai
otak, namun otak manusia dilengkapi oleh kemampuan yang berkembang dan dapat
dikembangkan, sedangkan otak binatang tidak demikian. Oleh karena itu mausia
dengan akal pikirannya inilah mampu menghasilkan kebudayaan yang beraneka ragam.
Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan
dengan budidan atau akal. Berkaitan dengan budaya ini, anda dapat menyimak beberapa
konsep dari pakar antropologi antara lain:
Konsep yang dikemukana oleh Ellwood bahwa kebudayaan adalah itu hanya
menjadi milik otentik manusia.adapun konsep-konsep dasar itu meliputi :
1. Kebudayaan
2. Tradisi
3. Pengetahuan
4. Ilmu
5. Teknologi
6. Norma
7. Lembaga
8. Seni
9. Bahasa
10. Lambang
11. Banyak hal seta fenomena yang dapat kita sendiri mengenalinya.
Kebiasaan yang dikonsepkan sebagai tradisiini karena telah berlangsung turun-
temurun , sukar untuk terlepas dari masyarakat. Namun demikian, pengaruh komunikasi
dan informasi yang terus-menerus melanda kehidupan masyarakat, tradisi tadi
mengalami pergeseran. Tata upacara tertentu di masyarakat yang semula bernilai ritual
kepercayaan, pada saat ini tata upacara itu masih dilakukan, namun nilainya tidak tetap
sebagai suatu bentuk ritual, melainkan hanya dalam upaya untuk mempertahankan
silaturahmi, bahkan hanya sebagai hiburan. namun pulang mudi pada hari lebaran atau
tahun baru sampai saat ini masih menjadi tradisi untuk kelompok masyarakat tertentu.

Jika pengetahuan merupakan kumulasi dari pengalaman dan hal-hal yang kita
ketahui, sedangkan ilmu merupakan pengetahuanyang telah dipelajari, ruang lingkup
telaahannya dan metode yang di kembangkan serta penerapan ilmu dalam kehidupan
untuk memanfaatkan sumber daya bagi kepentingan manusia, itulah yang kita sebut
teknologi.

Konsep lain yang memegang peranan kunci dalam kehidupan masyarakat dan
budaya adalah nilai serta norma. Dalam pikiran manusia sebagai anggota masyarakat
melekat apa yang dikatakan baik atau buruk, sopan atau tidak sopan , cocok atau tidak
cocok tepat dan tidak tepat, benar dan salah dan seterusnya.

Sedangkan norma lebih mengarah pada ukuran dan aturan kehidupan yang berlaku
di masyarakat. Oleh karena itu, kita dapat mengajukan pertanyaan “ bagaimanakah
norma yang berlaku dalam kelompok masyarakat disini?”. hal ini merupakan norma
yang berlaku dalam suatu pertemuan atau juga dalam kelas. Pada waktu bertanya kita
harus berperilaku sopan. Kesopanan tersebut merupakan nilai dalam bertanya.

Pranata adalah sistem norma atau aturan-aturan yang mengenai suatu aktivitas
masyarakat yang khusus, sedangkan lembaga atau institut adalah badan atau organisasi
yang melaksanakan aktivitas itu.

Rangkaian kalimat tertulis ataupun lisan,melainkan pengertiannya lebih jauh


daripada hanya sekedar kalimat belaka. Bahasa sebagai suatu konsep meliputi
pengertian sebagai bahasa anak, bahasa remaja, bahasa orang dewasa, bahasa orang
awam, bahasa bisnis, bahasa isyarat, dan lainnya.

Kedudukan sebagai alat pengungkap perasaan, pikiran, dan komunikasi dengan


pihak atau orang lain. Bahasa merupakan alat untuk saling mengerti sehingga mampun
mengembangkan hidup dan kehidupan ketingkat atau taraf yang lebih sejahtera.
Lambang-lambang tersebut bukan hanya sekedar untuk main-main namun memiliki
makna yang mendalam bagi bangsa tersebut dan ia akan berusaha mempertahankan
sekuat tenaga demi tegaknya lambang-lambang tersebut dalam bermasyarakat dan
bernegara.
f. Politik dan Pemerintahan
Menurut midred dan parten dalam Abdul Aziz Wahab (20011: 3.38) , Ilmu politik
adalah teori, kiat dan praktik memerintah. Menurut Brown & Brown dalam Abdul
Aziz Wahab (20011: 3.39), Ilmu politik adalah proses dilaksanakannya kekuasaan
mencapai tujuan-tujuan tertentu. Menurut J.Barents Ilmu politik adalah ilmu yang
mempelajari kehidupan negara yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat;
ilmu politik mempelajari negara-negara itu melakukan tugas-tugasnya. Ilmu politik
adalah ilmu sosial yang khusus mempelajari sifat dan tujuan dari negara sejauh mana
negara merupakan organisasi kekuasaan, berserta sifat dan tujuan dari gejala-gejala
kekuasaan lain yang tidak resmi, yang mempengaruhi negara.
Pemerintahan adalah semua aparat dan proses yang melaksanakan penyelenggaraan
aktivitas negara. Pemerintahan adalah organisasi penjeelmaan suatu negara,
pemerintahan adalah negara dalam penampilan praktiknya, pemerintahan sebagai
suatu proses merupakan pelaksanaan fungsi negara dalam segala aspeknya.
Konsep-konsep dasar itu meliputi :
1. Kekuasaan
2. Negara
3. Undang-Undang
4. kabinet
5. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
6. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
7. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
8. Mahkamah Agung
9. Kepemimpinan
10. Demokrasi
11. Wilayah
12. Kedaulatan rakyat
13. Otoriiter
14. Monarki
15. Republik
Konsep dasar yang berkaitan dengan ilmu politik adalah kekuasan. Menurut
Miriam Budiardjo dalam Abdul Aziz Wahab (20011: 3.41) kekuasaan adalah
kemampuan seseorang atau kelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah lakunya
seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu menjadi
sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yng mempunyai kekuasan itu.

g. PSIKOLOGI SOSIAL
Interaksi sosial manusia di nasyarakat, baik itu antarindividu, antara individu
dengan kelompok, atau antarkelompok , tidak dapat dilepaskan dan fenomena kejiwaan
yang timbul dari orang perorangan dan dalam kelompok.
Objek yang dipelajari dalam psikologi sosial meliputi perilaku manusia dalam
konteks sosial yang terungkap pada perhatian, minat, kemauan, sikap mental, reaksi
emosional, harga diri, kecerdasan, penghayatan, kesadaran, dan demikian seterusnya.
Psikologi sosial dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang peristiwa antarpersonal. Titik
berat perhatian kajiannya itu tertuju pada perilaku manusia dalam hubungan sosialnya.
Dari pernyataan dan kenyataan yang dapat kita amati serta kita hayati antara psikologi
sosial dengan sosiologi sangat erat kaitannya kalau tidak dapat dikatakan sebagai ilmu
yang dwitunggal.
Kondisi yang emosional selalu menyertai proses yang kita sebut interaksi sosial.
Selanjutnya dorongan untuk berinteraksi sosial juga tidak hanya dipengaruhi oleh
kondisi proses kejiwaan saja, melainkan dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan.
Lingkungan-lingkungan tadi sangat berpengaruh terhadap kebanggaan, harga diri, sikap
mental, dorongan berprestasi, etos kerja, semangat hidup, kesadaran seseorang, ataupun
kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Betapa bermaknanya keluarga sebgai
lingkungan sosial terhadap dorongan berprestasi seorang anggotanya. Demikian pula
peranan lingkungan sosial lainnya seperti teman sepermainan, teman sejawat dalam
pekerjaan atas dorongan kepada seseorang untuk tetap hidup bersemangat, berprestasi,
dan akhirnya mencapai keberhasilan. Proses dan dinamika kejiwaan yang demikian itu,
wajib mendapatkan perhatian, dalam upaya meningkatkan kualitas SDM di hari-hari
mendatang.
Konsep dasar psikologi sosial sebagai berikut :
1. Emosi terhadap objek sosial
2. Perhatian
3. Minat
4. Kemauan
5. Motivasi
6. Kecerdasan dalam menanggapi persoalan sosial
7. Penghayatan
8. Kesadaran
9. Harga diri
10. Sikap mental
11. Kepribadian
Setiap individu yang normal, memiliki potensi psikologis yang berkembang dan
dapat dikembangkan. Kadar potensi tadi bervariasi antara seseorang dengan yang
lainnya bergantung pada kondisi kesehatan, baik mental psikologisnya.
MODUL 4 : Menjelaskan Konsep Dasar Sejarah, Geografi dan Ekonomi.
1. Penjajahan Indonesia dan akibatnya.
a. Latar belakang timbulnya penjajahan di Indonesia
Timbulnya penjajahan di Indonesia secara garis besar disebabkan oleh dua faktor
yakni faktor internal yaitu kondisi politik, ekonomi, dan sosial budaya yang
membangkitkan bangsa lain memasuki Indonesia untuk berdagang yang kemudian
berusaha menguasai perdagangan dengan memonopoli perdagangan. Sedangkan, faktor
eksternal yaitu kondisi yang terjadi di negara-negara Barat sehingga mereka
mengadakan ekspansi ke seluruh dunia. Secara terperinci faktor-faktor tersebut
dikemukakan sebagai berikut:
a) Faktor Ekstern
Yang dimaksud faktor ekstern adalah kondisi yang terjadi di Eropa sehingga
memungkinkan terjadinya penjajahan di Indonesia karena di dorong oleh faktor-
faktor di bawah ini :
1) Berkembangnya keyakinan akan kebenaran ajaran Copernicus yang menyatakan
bahwa dunia ini tidak datar, melainkan bulat seperti bola.
2) Berlangsungnya zaman Renaissance di Eropa sekitar tahun 1500. Di Eropa
berkembang zaman kebebasan yaitu lahirnya kembali jiwa bebas dari berbagai
kekangan yang membelenggu kehidupan mereka. Jiwa bebas ini telah mendorong
semangat mnengembangkan ilmu pengetahuan sehingga dapat menghasilkan
beberapa penemuan baru yang berguna untuk kepentingan penjajahan seberang
lautan.
3) Berkembangnya kekuasaan Islam di daerah Afrika Utara dan pantai Timur Laut
Tengah yang pada tahun 1453 berhasil merebut pusat perdagangan dan ibukota
kerajaan Romawi yakni Constantinopel.
4) Semangat Reconquesta atau semangat perang salib yaitu semangat untuk
menaklukkan bangsa-bangsa yang pernah mangalahkan mereka yaitu orang-
orang Islam.
5) Ambisi untuk mencuri daerah-daerah baru dalam rangka mengemban tugas
mencari kekayaan, kejayaan, dan penyebaran agama Nasrani (Gold, Glory,dan
Gospel)
6) Adanya perjanjian Tordesislas (7 Juni 1494)
 Terjadinya perjanjian ini akibat dari Paus Alexander VI di Roma yang
memberikan peluang kepada spanyol dan Portugis untuk meluaskan
ekspansinya dengan mengeluarkan keputusan suci yang disebut Bull of
Demarcation.
 Isi perjanjian bahwa garis batas kekuasaan Spanyol dan Portugis ialah garis
meridian yang melalui sebuah titik berjarak 370 mil di sebelah barat kepulauan
Tanjung Verde.
 Dampak dari isi perjanjian : Timbulnya imperialisme dan kolonialisme Barat
di seluruh dunia, Portugis berhasil menguasai pusat-pusat perdagangan
sekaligus wilayah bagian timur, Spanyol menguasai sepenuhnya seluruh
Amerika Latin, Hawai, dan Philipina.
b) Faktor Intern
Yaitu kondisi di dalam wilayah Indonesia yang memungkinkan bangsa Asing
menjajah Indonesia.
1) Kontak hubungan perdagangan, seperti lazimnya pedagang yang pada awalnya
tidak mempunyai prasangka yang negatif terhadap tamunya yang datang ke
Indonesia untuk membeli rempah-rempah. Tetapi lama-kelamaan kebaikan bangsa
Indonesia ini dimanfaatkan untuk dapat dikuasai pusat perdagangannya dengan
jalan mengadu domba (memihak salah satunya) selanjutnya meminta imbalan
yakni hak monopoli perdagangan.
2) Penghasil rempah-rempah terbesar, karena hal ini Indonesia menjadi tempat tujuan
utama bagi para saudagar Eropa dan setelah tiba di Indonesia lambat laun
dimungkinkanbangsa Barat untuk menguasai pusat perdagangan tersebut.
3) Belum adanya rasa persatuan antar kerajaan yang satu dengan kerajaan yang lain,
justru sebaliknya mudah terpancing konflik dan dimanfaatkan oleh kaum penjajah.
Pada dasarnya setiap penjajah mempunyai karakteristik yang sama yakni
memperdaya orang-orang pribumi untuk diadu domba dengan dengan maksud agar
masyarakat pribumi terpecah belah untuk selanjutnya dikuasai. Namun dilihat secara
spesifik bangsa-bangsa yang pernah menjajah Indonesia mempunyai karakteristik
khusus ditinjau dari latar belakang dan misi masing-masing bangsa. Untuk lebih
jelasnya diuraikan secara singkat karateristik mereka masing-masing.
b. Karakteristik penjajahan Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda dan Jepang.
1) Karateristik Penjajahan Portugis
Faktor penyebab Portugis mengadakan ekspansi ke arah Timur disebabkan
oleh perjanjian Tordesilas oleh Paus Alexander VI di Roma. Mereka arungi
samudra yang menuju ke arah Timur, mula-mula ditemukan Tanjung Harapan oleh
Bartolomeus Diaz kemudian Vasco da Gama sampai Kalikut, India, dan Alfonso de
Albuquerque sampai di Malaka. Setelah Portugis berhasil menguasai Asia
Tenggara khususnya Selat Malaka (1511), dari sinilah Portugis mengirimkan
angkatan perangnya ke Maluku dipimpin oleh Antonio d’Abreu. Mereka dapat
memanfaatkan persaingan yang terjadi diantara penguasa setempat untuk
memperkuat kedudukannya. Misalnya ketika orang Portugis datang di Maluku,
Hitu dan Seram sedang berselisih dan Portugis memihak Hitu. Di tempat lain
kedatangan Portugis di Ternate diterima baik oleh penguasa setempat karena
Portugis dianggap sekutu dalam menghadapi kerajaan lainnya separti Tidore, maka
sebagai imbalan Portugis menuntut hak monopoli perdagangan cengkeh. Akibat
nafsu serakah Portugis dengan memaksa sistem monopoli menyebabkan timbulnya
perlawanan dimana-mana di seluruh nusantara, khususnya di pusat-pusat
kekuasaan Islam. Kerajaan Islam yang berhadapan langsung dengan Portugis ialah
Demak, Ternate, dan Aceh.
2) Karakteristik Penjajahan Spanyol
Spanyol menjajah Indonesia hanya sementara karena mereka lebih
memfokuskan kekuasaannya di Philipina, walaupun hanya sementara namun
termasuk bangsa yang pernah menduduki Indonesia. Sesuai dengan hasil
perjajnjian Tordesislas bahwa Spanyol mendapat bangian wilayah Barat,
rombongan kapal Spanyol bertolak dari negerinya menuju ke arah Barat di bawah
pimpinan Magelhaen. Setelah melintasi Samudra Atlantik, mereka tiba di Amerika
Selatan. Setelah melintasi Samudra Pasifik, tiba di Philipina. Magelhaen sendiri
tewas dalam perang dengan penduduk pulau Cebu di Philipina, tetapi
rombongannya meneruskan perjalanan ke Maluku dan tiba di Tidore tahun 1521.
Waktu itu Tidore dipimpin oleh Sultan Al-Mansur, rombongan Spanyol ini
disambut baik oleh Sultan Tidore dengan ramah tamah. Hal ini disebabkan Tidore
sedang berselisih dengan Ternate, maka Tidore mencari dukungan seperti halnya
Ternate didukung Portugis. Namun akhirnya kedua bangsa ini mengadakan
kesepakatan dan hasil kesepakatan Portugis memperoleh Maluku, sedangkan
Spanyol memperoleh Filipina, maka mundurlah Spanyol dari Maluku dan
memutuskan perhatiannya di Philipina.
3) Karakteristik Penjajahan Inggris
Pelayaran orang-orang Inggris ke kawasan Asia Tenggara dan dunia timur
pada umumnya tertinggal jika dibandingkan dengan pelayaran orang-orang
Portugis. Hal ini disebabkan perhatian orang Inggris lebih dicurahkan ke benua
Amerika disamping belum mengetahui betul jalan menuju ke timur yang melewati
Tanjung Harapan. Pada waktu itu ada dua pendapat tentang sikap yang harus
diputuskan oleh Inggris dalam menghadapi Portugis. Pendapat pertama meminta
membantu Portugis, dengan imbalan mendapat hak monopoli dari Portugis.
Sedangkan pendapat ke dua, agar Inggris segera merebut hak monopoli
perdagangan dari Portugis dan segera menggunakan jalur perdagangan laut melalui
Tanjung Harapan. Namun, pendapat kedua yang lebih kuat. Berita tentang
berhasilnya Cornelis de Houtman sampai di Banten menggugah pelaut-pelaut
Inggris untuk mengadakan pelayaran kembali ke dunia timur. Sesampainya di
wilayah nusantara, Inggris diperlakukan sebagai lawan oleh Belanda padahal di
Eropa, Belanda adalah sekutu Inggris. Sejak tahun 1610 hubungan antara Inggris
dengan Belanda semakin memburuk. Nampak kekuatan Belanda lebih unggul
dibandingkan dengan kekuatan Inggris. Usaha menyelesaikan perselisihan antara
VOC dan EIC dengan jalan perdamaian ternyata gagal. Walaupun Inggris berusaha
menjelaskan kepada Belanda bahwa kedatangan di Maluku lebih dahulu daripada
Belanda sehingga lebih berhak untuk mendapatkan sistem monopoli perdagangan,
Belanda mengemukakan alasan bahwa mereka mendapatkan hak monopoli
perdagangan ini setelah mengeluarkan biaya cukup besar dalam persaingan
melawan Portugis dan Spayol.
4) Karakteristik Penjajahan Belanda
Motivasi kehadiran Belanda ke Indonesia semata-mata didorong oleh upaya
mencari sendiri rempah-rempah ke Indonesia sehingga awal kedatangannya tidak
dianggap membahayakan kedudukan penguasa-penguasa pribumi. Ekspedisi
pertama tahun 1596 dipimpin oleh Cornelis de Houtman berhasil mendarat di
Banten, Jawa Barat. Pada tanggal 20 Maret 1602 dibentuklah kongsi dagang
Belanda yang diberi nama VOC. Tujuannya adalah mencari kuntungan sebesar-
besarnya dengan jalan melawan persaingan baik dari dalam maupun dari luar
negeri. Perkembangan VOC selanjutnya identik dengan imperialisme barat lainnya
yang memaksakan monopoli perdagangan sehingga menyulut perlawanan dimana-
mana. Akhirnya VOC harus memikul beban yang sangat berat yaitu melawan
saingannya seperti Inggris dan Perancis yang semakin kuat. Sementara itu di tubuh
VOC sendiri semakin keropos akibat korupsi sehingga pada tanggal 31 Desember
1799 VOC dibubarkan.
5) Karakteristik Penjajahan Jepang
Kehadiaran Jepang ke Indonesia dimulai dengan jalan membuka kota-kota
pelabuhan untuk kontak perdagangan dengan bangsa barat yang dampaknya sangat
baik untuk kemajuan Jepang sendiri. Moderenisasi Jepang diawali dengan Gerakan
Restorasi Meiji atau usaha pemulihan kepada kekuasaan kepada Tenno Meiji. Masa
pemerintahan Meiji Tenno (1867-1912) merupakan masa permbaharuan dan
kemajuan negeri Jepang yang menakjubkan di berbagai bidang, sehingga
menyejajarkan Jepang dengan bangsa barat.Setelah Perang Dunia I adalah tahap
permulaan masa generasi baru di Jepang, yang mempengaruhi kebijaksanaan
politik Jepang. Salah satunya adalah Baron Tanaka yang mengajukan dokumen
rahasia (Tanaka memorial) kepada kaisar yang berisikan suatu doktrin bahwa
bangsa Jepang memikul suatu tugas suci, untuk memimpin bangsa-bangsa di Asia
timur. Kedatangan Jepang di Indonesia tidak medapat perlawanan bahkan disambut
dengan senang hati sebagai saudara tua yang akan membebaskan rakyat Indonesia
dari penindasan dan penjajah bangsa barat.
c. Akibat dari penjajahan dari berbagai kehidupan
Kali ini akan dibahas secara singkat mengenai kondisi bangsa Indonesia akibat
penjajahan. Penjajahan yang dilakukan oleh bangsa Portugis, Spanyol, Inggris,
Belanda dan Jepang sangat berpengaruh terhadap kehidupan bangsa Indonesia
diberbagai bidang kehidupan, khususnya penderitaan akibat penjajahan Belanda yang
hampir 350 tahun lamanya dan penjajahan Jepang kurang lebih 3,5 tahun
mengakibatkan hal-hal antara lain sebagai berikut :
1) Kehidupan Bangsa Indonesia di Bidang Politik
Misalnya zaman penjajahan Belanda sistem politk Adu Domba (Devide et
Impera) yang digunakan pemerintah kolonial Belanda mampu memperlemah,
memperdaya bangsa Indonesia, dan bahkan dapat menghapus kekuasaan pribumi.
Beberapa kerajaan besar yang berkuasa di berbagai daerah di Indonesia satu demi
satu dapat dikuasai oleh Belanda. Kedudukan para bupati dianggap sebagai
pegawai negeri yang digaji oleh pemerintah kolonial Belanda. Kewibawaan para
bupati telah jatuh di mata rakyat Indonesia, bahkan jabatan para bupati
dimanfaatkan untuk menekan dan memeras rakyat Indonesia. Perilaku para
penguasa pribumi selalu diawasi secara ketat sehingga mereka sulit untuk
melakukan tindakan yang menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan. Dengan
demikian, rakyat Indonesia saat itu tidak memiliki pemimpin yang dapat
diharapkan untuk menyalurkan aspirasi dan justru kehidupan berpolitik menjadi
buntu.
2) Kehidupan Bangsa Indonesia di Bidang Ekonomi
Salah satu contoh dampak penjajahan pada kehidupan di bidang ekonomi
adalah misalnya di zaman penjajahan Belanda adanya penderitaan akibat politik
pemerasan yang dilakukan kolonial Belanda terhadap rakyat Indonesia telah
mencapai puncaknya pada masa pelaksanaan sistem Tanam Paksa (Cultuurstelsel)
dan sistem Ekonomi Liberal (Politik Pintu Terbuka). Keuntungan dari pelaksanaan
sistem Tanam Paksa dan Politik Pintu Terbuka tersebut tidak ada satu pun yang
digunakan untuk kepentingan Indonesia, namun digunakan Belanda untuk
membangun negerinya di Eropa dan untuk membayar utang luar negeri
pemerintah kolonial Belanda. Dengan demikian, kehidupan ekonomi rakyat
Indonesia pada zaman penjajahan Belanda sungguh memprihatinkan sehingga
banyak rakyat yang hidup dalam kemiskinan dan mati kelaparan.
3) Kehidupan Bangsa Indonesia di Bidang Sosial
Kehidupan sosial yang dialami oleh rakyat Indonesia pada masa penjajahan
antara lain diskriminasi ras dan intimidasi yang diterapkan penjajah. Diksriminasi
dan intimidasi itu didasarkan pada golongan dalam kehidupan masyarakat dan
suku bangsa. Misalnya penduduk berkulit putih dan kolonial Belanda termasuk ke
dalam golongan dengan status sosial yang lebih tinggi dan memiliki hak-hak
istimewa, sedangkan rakyat pribumi termasuk ke dalam golongan rendah yang
lebih banyak dibebani oleh kewajiban-kewajiban dan tidak diberikan hak sebagai
layaknya warga negara yang dilindungi oleh hukum. Kemudian, tidak semua anak
pribumi memiliki kesempatan untuk memperoleh pendidikan seperti yang
diperoleh anak-anak kolonial Belanda. Demikian pula, dalam lingkungan
pemerintahan, tidak semua jabatan tersedia untuk orang-orang pribumi. Dengan
demikian, adanya diskriminasi ras dan segala bentuk intimidasi, baik secara
langsung maupun tidak langsung telah menimbulkan kesenjangan antara orang-
orang Belanda dan rakyat pribumi.
4) Kehidupan Bangsa Indonesia di Bidang Kebudayaan
Kebudayaan barat (Eropa) yang dibawa masuk ke Indonesia oleh bangsa
Belanda mulai dikenal bangsa Indonesia sejak abad ke-15. Budaya-budaya barat
tersebut diterapkan ke dalam lingkungan kehidupan tradisional rakyat Indonesia,
seperti cara bergaul, gaya hidup, cara berpakaian, bahasa, dan sistem pendidikan.
Tidak semua budaya barat yang masuk ke Indonesia dapat diterima oleh rakyat
Indonesia, karena adanya tata cara yang berlawanan dengan nilai budaya bangsa
Indonesia yang telah diwariskan secara turun-temurun. Contoh budaya barat yang
berlawanan dengan nilai luhur antara lain mabuk-mabukan, pergaulan bebas,
pemerasan, dan penindasan.
2. Karakteristik dan dinamika perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai
kemerdekaan.
a. Faktor pendorong timbulnya kebangkitan nasional
1) Faktor ekstern. Berikut ini faktor-faktor ekstern yang memberi dorongan dan energi
terhadap lahirnya pergerakan nasional di Indonesia.
a) Kemenangan Jepang atas Rusia. Perjalanan sejarah dunia menunjukkan bahwa
ketika pada tahun 1904-1905 terjadi peperangan antara Jepang melawan Rusia,
ternyata yang keluar sebagai pemenang dalam peperangan itu adalah Jepang. Hal
ini memberikan semangat juang terhadap para pelopor pergerakan nasional di
Indonesia.
b) Partai Kongres India. Dalam melawan Inggris di India, kaum pergerakan nasional
di India membentuk All India National Congress (Partai Kongres India), atas
inisiatif seorang Inggris Allan Octavian Hume pada tahun 1885. Di bawah
kepemimpinan Mahatma Gandhi, partai ini kemudian menetapkan garis perjuangan
yang meliputi Swadesi, Ahimsa, Satyagraha, dan Hartal. Keempat ajaran Ghandi
ini, terutama Satyagraha mengandung makna yang memberi banyak inspirasi
terhadap perjuangan di Indonesia.
c) Perjuangan Nasional rakyat Filipina 1989 Filipina merupakan jajahan Spanyol
yang berlangsung sejak 1571 – 1898. Dalam perjalanan sejarah Filipina muncul
sosok tokoh yang bernama Jose Rizal yang merintis pergerakan nasional dengan
mendirikan Liga Filipina. Pada tahun 1892 Jose Rizal melakukan perlawanan
bawah tanah terhadap penindasan Spanyol. Tujuan yang ingin dicapai adalah
bagaimana membangkitkan nasionalisme Filipina dalam menghadapi penjajahan
Spanyol. Dalam perjuangannya Jose Rizal dihukum mati pada tanggal 30
Desember 1896, setelah gagal dalam pemberontakan Katipunan. Sikap patriotisme
dan nasionalisme yang ditunjukkan Jose Rizal membangkitkan semangat rela
berkorban dan cinta tanah air bagi para cendekiawan di Indonesia.
d) Gerakan Nasionalisme Cina. Dinasti Manchu (Dinasti Ching) memerintah di
Cina sejak tahun 1644 sampai 1912. Dinasti ini dianggap dinasti asing oleh bangsa
Cina karena dinasti ini bukan keturunan bangsa Cina. Masuknya pengaruh Barat
menyebabkan munculnya gerakan rakyat yang menuduh bahwa Dinasti Manchu
sudah lemah dan bekerja sama dengan imperialis Barat. Oleh karena itu muncul
gerakan rakyat Cina untuk menentang penguasa asing yaitu para imperialis Barat
dan Dinansti Manchu yang juga dianggap penguasa asing. Munculnya gerakan
nasionalisme Cina diawali dengan terjadinya pemberontakan Tai Ping (1850 –
1864) dan kemudian disusul oleh pemberontakan Boxer. Gerakan ini ternyata
berimbas semangatnya di tanah air Indonesia.
e) Gerakan Turki Muda. Gerakan nasionalisme di Turki pada tahun 1908 dipimpin
oleh Mustafa Kemal Pasha. Gerakannya dinamakan Gerakan Turki Muda. Ia
menuntut adanya pembaruan dan modernisasi di segala sektor kehidupan
masyarakatnya. Gerakan Turki Muda memberikan pengaruh politis bagi
pergerakan bangsa Indonesia sebab mengarah pada pembaruan-pembaruan dan
modernisasi.
2) Faktor Intern
a) Sejarah Masa Lampau yang Gemilang. Indonesia sebagai bangsa telah
mengalami zaman nasional pada masa kebesaran Majapahit dan Sriwijaya. Kedua
kerajaan tersebut, terutama Majapahit memainkan peranan sebagai negara
nasional yang wilayahnya meliputi hampir seluruh Nusantara. Kebesaran ini
membawa pikiran dan angan-angan bangsa Indonesia untuk senantiasa dapat
menikmati kebesaran itu. Hal ini dapat menggugah perasaan nasionalisme
golongan terpelajar pada dekade awal abad XX.
b) Penderitaan Rakyat Akibat Penjajahan. Bangsa Indonesia mengalami masa
penjajahan yang panjang dan menyakitkan sejak masa Portugis. Politik devide et
impera, monopoli perdagangan, sistem tanam paksa, dan kerja rodi merupakan
bencana bagi rakyat Indonesia. Penderitaan itu menjadikan rakyat Indonesia
muncul kesadaran nasionalnya dan mulai memahami perlunya menggalang
persatuan. Atas prakarsa para kaum intelektual, persatuan itu dapat diwujudkan
dalam bentuk perjuangan yang bersifat modern. Perjuangan tidak lagi
menggunakan kekuatan senjata tetapi dengan menggunakan organisasi-organisasi
pemuda.
c) Pengaruh Perkembangan Pendidikan Barat di Indonesia. Perkembangan
sistem pendidikan pada masa Hindia Belanda tidak dapat dipisahkan dari politik
etis. Ini berarti bahwa terjadinya perubahan di negeri jajahan (Indonesia) banyak
dipengaruhi oleh keadaan yang terjadi di negeri Belanda. Tekanan datang dari
Partai Sosial Demokrat yang di dalamnya ada van Deventer. Pada tahun 1899,
Mr. Courad Theodore van Deventer melancarkan kritikan-kritikan yang tajam
terhadap pemerintah penjajahan Belanda. Kritikan itu ditulis dan dimuat dalam
jurnal Belanda, de Gids dengan judul Een eereschuld yang berarti hutang budi
atau hutang kehormatan. Dalam tulisan tersebut dijelaskan bahwa kekosongan kas
negeri Belanda telah dapat diisi kembali berkat pengorbanan orang-orang
Indonesia. Oleh karena itu, Belanda telah berhutang budi kepada rakyat
Indonesia. Untuk itu harus dibayar dengan peningkatan kesejahteraan melalui
gagasannya yang dikenal dengan Trilogi van Deventer. Apakah kalian masih
ingat dengan isi Trilogi van Deventer? Politik yang diperjuangkan dalam rangka
mengadakan kesejahteraan rakyat dikenal dengan nama politik etis. Untuk
mendukung pelaksanaan politik etis, pemerintah Belanda mencanangkan Politik
Asosiasi dengan semboyan unifikasi. Politik Asosiasi berkaitan dengan sikap
damai dan menciptakan hubungan harmonis antara Barat (Belanda) dan Timur
(rakyat pribumi). Dalam bidang pendidikan, tujuan Belanda semula adalah untuk
mendapatkan tenaga kerja atau pegawai murahan dan mandor-mandor yang dapat
membaca dengan gaji yang murah. Untuk kepentingan tersebut Belanda
mendirikan sekolah-sekolah untuk rakyat pribumi. Dengan demikian, jelaslah
bahwa pelaksanaan politik etis tidak terlepas dari kepentingan pemerintah
Belanda. Sistem pengajaran kolonial dibagi dalam dua jenis yaitu pengajaran
pendidikan umum dan pengajaran kejuruan. Keduanya diselenggarakan untuk
tingkat menengah ke atas. Berikut ini contoh-contoh sekolah yang didirikan pada
zaman kolonial Belanda.
d) Pengaruh Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia. Perkembangan
pendidikan di Indonesia juga banyak diwarnai oleh pendidikan yang dikelola
umat Islam. Ada tiga macam jenis pendidikan Islam di Indonesia yaitu pendidikan
di surau atau langgar, pesantren, dan madrasah. Walaupun dasar pendidikan dan
pengajarannya berlandaskan ilmu pengetahuan agama Islam, mata pelajaran
umum lainnya juga mulai disentuh. Usaha pemerintah kolonial Belanda untuk
memecah belah dan Kristenisasi tidak mampu meruntuhkan moral dan iman para
santri. Tokoh-tokoh pergerakan nasional dan pejuang muslim pun bermunculan
dari lingkungan ini. Banyak dari mereka menjadi penggerak dan tulang punggung
perjuangan kemerdekaan. Rakyat Indonesia yang mayoritas adalah kaum muslim
ternyata merupakan salah satu unsur penting untuk menumbuhkan semangat
nasionalisme Indonesia. Para pemimpin nasional yang bercorak Islam akan sangat
mudah untuk memobilisasi kekuatan Islam dalam membangun kekuatan bangsa.
e) Pengaruh Perkembangan Pendidikan Kebangsaan di Indonesia.
Berkembangnya sistem pendidikan Barat melahirkan golongan terpelajar. Adanya
diskriminasi dalam pendidikan kolonial dan tidak adanya kesempatan bagi
penduduk pribumi untuk mengenyam pendidikan, mendorong kaum terpelajar
untuk mendirikan sekolah untuk kaum pribumi. Sekolah ini juga dikenal sebagai
sekolah kebangsaan sebab bertujuan untuk menanamkan rasa nasionalisme di
kalangan rakyat dan mencetak generasi penerus yang terpelajar dan sadar akan
nasib bangsanya. Selain itu sekolah tersebut terbuka bagi semua masyarakat
pribumi dan tidak membedakan dari kalangan mana pun. Tokoh-tokoh pribumi
yang mendirikan sekolah kebangsaan antara lain Ki Hajar Dewantara mendirikan
Taman Siswa, Douwes Dekker mendirikan Ksatrian School, dan Moh. Syafei
mendirikan perguruan Indonesische Nederlandsche School Kayu Tanam (INS
Kayu Tanam).
b. Karakteristik perjuangan bangsa Indonesia pada masa perdagangan nasional

Pergerakan nasional adalah suatu bentuk perlawanan terhadap kaum penjajah


yang dilaksanakan tidak dengan menggunakan kekuatan bersenjata, tetapi
menggunakan organisasi yang bergerak di bidang sosial, budaya, ekonomi dan politik.
Demikian halnya dengan pergerakan nasional yang terjadi di Indonesia. Pada awalnya,
berdirinya organisasi tidak ditujukan untuk perlawanan terhadap kaum penjajah, tetapi
organisasi-organisasi tersebut pada dasarnya didirikan dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan rakyat yang mengalami penderitaan akibat penjajahan, namun pada
akhirnya bertujuan untuk mewujudkan kemerdekaan. Hal ini pula yang menjadi faktor
awal berdirinya berbagai macam organisasi pergerakan nasional di Indonesia. Berikut
ini adalah organisasi yang berperan dalam mencapai tujuan tersebut, antara lain :
1) Budi Utomo (BU). Budi utomo adalah suatu organisasi yang didirikan oleh
kalangan terpelajar di sekolah kedokteran yang berasal dari priyayi Jawa yang
"baru" atau priyayi rendahan. Kelompok ini merupakan kelompok pertama
pembentuk suatu organisasi yang benar-benar modern. Dr. Wahidin Sudirohusodo
adalah tokoh yang membidani lahirnya Budi Utomo melalui kegiatannnya
menghimpun dana beasiswa untuk memberikan pendidikan Barat kepada golongan
priyayi Jawa. Bersama rekanrekannya dia mendirikan Budi Utomo (BU) di Jakarta
pada 20 Mei 1908. Budi utomo sejak awal berdiri sudah menetapkan bahwa
bidang perhatian organisasi ini pada upaya peningkatan pendidikan dan
memajukan pendidikan masyarakat dengan memberi kesempatan dan beasiswa
bagi rakyat Indonesia untuk menempuh pendidikan. Hanya saja ruang lingkup
yang menjadi obyek pengembangan pendidikan ini pada awalnya hanya meliputi
penduduk Jawa dan Madura. Segi keanggotaan Budi Utomo mempunyai sifat-sifat
sebagai : (1) bersifat lokal, sebab anggotanya hanya terbatas pada orang jawa dan
madura, kemudian berkembang ke Bali. (2) bersifat moderat dan aristokratis, tidak
bertindak radikal dalam memperjuangkan tujuannya. Hal ini dimaklumi karena
sebagian besar anggotanya adalah pegawai negeri dan juga dari lapisan ningrat.
Budi Utomo adalah organisasi modern pertama dalam pergerakan nasional
Indonesia yang bertujuan untuk memajukan masyarakat pribumi dan usianya
paling lama, Budi Utomo merupakan organisasi perintis jalan untuk pertumbuhan
organisasi-organisasi politik lainnya. Budi Utomo merupakan fase pertama dari
nasionalisme Indonesia, menjadi inspirasi bangkitnya faham-faham kebangsaan
Indonesia.
2) Sarekat Islam (SI). Sarekat Islam (SI) pada awalnya bernama Sarekat Dagang
Islam (SDI), yaitu perkumpulan bagi pedagang Islam yang didirikan tahun 1911 di
Solo, oleh H. Samanhudi. Organisasi ini mempunyai tujuan memajukan
perdagangan Indonesia di bawah panji Islam, serta agar para pedagang Islam dapat
bersaing dengan pedagang Barat maupun Timur Asing. Sarekat Dagang Islam
mengalami perkembangan cukup pesat, hal ini terjadi karena: 1. Pedagang
keturunan Tionghoa melakukan monopoli bahan-bahan batik, ditambah pula
dengan tingkah laku mereka yang tidak mengenakkan pada pedagang pribumi; 2.
Penyebaran agama Kristen yang merupakan tantangan bagi para penganut Islam;
3. Adat lama yang bertentangan dengan ajaran Islam yang terus dipertahankan di
daerah Jawa, makin lama makin dirasakan sebagai penghinaan terhadap umat
Islam. Faktor lain yang mempengaruhi pesatnya pertumbuhan perkumpulan
pedagang Islam tumbuh pesat terutama setelah Tjokroaminoto masuk dan
kemudian menjadi pemimpin Sarekat Dagang Islam. SDI berganti namanya
menjadi Sarekat Islam (SI) pada tahun 1912. SI mempunyai tujuan
mengembangkan perekonomian guna mencapai kemajuan rakyat yang nyata
dengan jalan persaudaraan, persatuan, dan tolong menolong di antara kaum
muslimin. Keanggotaannya terbuka untuk setiap lapisan masyarakat yang
beragama Islam.
3) Indische Partiij. Indische Partiij merupakan organisasi yang didirikan oleh orang
Indo dan anggotanya juga kebanyakan orang Indo, yaitu campuran orang Indo
dengan Pribumi. Didirikan oleh Dr. Ernest Francois Eugene Douwes Dekker pada
25 Desember 1912. Dr. Ernest Francois Eugene Douwes Dekker adalah seorang
keluarga jauh Edward Douwes Dekker (Multatuli). Dia kemudian bekerja sama
dengan dua orang, Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat. Ketiga tokoh
ini dikenal dengan sebutan Tiga Serangkai. Indische Partiij menyatakan bahwa
nasionalisme merupakan hal paling penting dan oleh karena itu harus
diperjuangkan. Partai ini juga dengan tegas menyatakan harus dicapainya
kemerdekaan Indonesia dari pemerintah kolonial Belanda. Dalam perjuangannya,
partai ini bersikap radikal terutama dalam menghadapi sistem kolonial Belanda.
Indische Partiij menuntut dihapusnya eksploitasi rakyat dan oleh karena itu
mereka beranggapan bahwa penghapusan eksploitasi dapat dicapai apabila Hindia
Belanda memperoleh kemerdekaan sistem politik dan pemerintahan yang
demokratis.
4) Partai Nasional Indonesia (PNI). Partai Nasional Indonesia didirikan oleh kaum
terpelajar, yang dipelopori oleh Soekarno. Berdiranya PNI, tidak terlepas dari
pengaruh dilarangnya PKI oleh pemerintah kolonial. Kaum terpelajar dan
intelektual serta tokoh-tokoh perjuangan lainnya berusaha memikirkan strategi
yang harus dijalankan untuk mencegah agar organisasi-organisasi baru tidak
terperangkap pada kendala yang sama. Untuk itu mereka berkesimpulan bahwa
kekerasan dan radikalisme bukan jalan perjuangan yang baik dalam menghadapi
pemerintah kolonial. Golongan terpelajar yang berada dalam Algemene Studie
Club Bandung pada 4 Juli 1927 mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) di
Bandung. Organisasi yang dipimpin oleh Ir. Soekarno. PNI didirikan dengan
tujuan untuk menampung orang-orang yang merasa aspirasinya tidak terwakili
dalam organisasi-organisasi politik yang ada saat itu. Tujuan PNI adalah untuk
mencapai Indonesia merdeka dengan asas perjuangan berdiri di atas kaki sendiri,
nonkooperasi, dan marhaenisme.
Sebagai sebuah organisasi yang baru, PNI cepat berkembang dan menarik
perhatian banyak pihak. Hal ini disebabkan karena adanya propaganda-propaganda
yang dilakukan Ir.Soekarno dengan mengusung tema antara lain: karakter yang
buruk dari penjajah, konflik antara pengusaha dan petani, "front sawo matang
melawan front kulit putih," menghilangkan ketergantungan dan menegakkan
kemandirian, serta perlunya pembentukan negara dalam negara. Propaganda-
propaganda Ir. Soekarno yang menarik dukungan masyarakat telah
mengkhawatirkan pemerintah kolonial Belanda. Gubernur Jenderal Belanda dalam
pembukaan sidang Volksraad pada 15 Mei 1928 memberi peringatan kepada
pemimpin PNI untuk menahan diri dalam ucapan dan propagandanya. Karena
tidak dihiraukan, pemerintah kolonial Belanda segera mengadakan penangkapan
terhadap para pemimpin PNI, seperti Ir. Soekarno, Maskun, Gatot Mangkupraja,
dan Supriadinata. Penangkapan itu terjadi pada 24 Desember 1929. Mereka
kemudian diajukan ke depan pengadilan Landraad di Bandung. Pengadilan Ir.
Soekarno dan rekannya dihadiri oleh banyak kalangan, baik dari tokoh-tokoh
pergerakan di luar maupun di dalam kota Bandung. Pidato pembelaan Soekarno
dikenal dengan Indonesia Menggugat yang di dalamnya berisi antara lain
pandangan Soekarno mengenai pergerakan nasional, pentingnya kemerdekaan
bagi bangsa Indoensia, dan dihapuskannya pemeritah kolonial.
Pengadilan tersebut menjatuhkan hukuman 4 tahun penjara untuk Soekarno, 2
tahun untuk Gatot Mangkuraja, 1 tahun 8 bulan untuk Maskun dan 1 tahun 3 bulan
untuk Supriadinata dengan tuduhan melakukan perbuatan yang mengganggu
ketertiban umum dan menentang kekuasaan pemerintah. Dipenjarakannya tokoh-
tokoh penting PNI menimbulkan pemikiran untuk membubarkan PNI, demi
keselamatan para anggota, 1933. Sementara itu, Mr. Sartono, melalui kongres luar
biasa mendirikan partai baru bernama Partai Indonesia (Partindo) dengan Sartono
sebagai ketuanya. Sedangkan Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir mendirikan
partai baru yaitu PNI Pendidikan (PNI Baru).
5) Perhimpunan Indonesia. Perhimpunan Indonesia adalah salah satu organisasi
pergerakan nasional yang berdiri di negeri Belanda. Perhimpunan Indonesia
didirikan oleh mahasiswa Indonesia serta orang-orang Belanda yang menaruh
perhatian pada nasib Hindia Belanda yang tinggal di Negeri Belanda.
Perhimpunan Hindia atau Indische Vereeniging (IV) berdiri pada tahun 1908, yang
dibentuk sebagai sebuah perhimpunan yang bersifat sosial. Organisasi ini
merupakan ajang pertemuan dan komunikasi antar mahasiswa Indonesia yang
belajar di negeri Belanda. Namun, setelah kedatangan pemimpin Indische Partiij di
Belanda, IV berkembang pesat dan memusatkan kegiatannya pada bidang
politik.Tokoh-tokoh organisasi yang berpandangan maju tersebut mencetuskan
untuk pertama kali konsep Hindia Bebas dari Belanda dan terbentuknya negara
Hindia yang diperintah oleh rakyatnya sendiri. Program kegiatannya antara lain
bekerja di Indonesia dan membentuk Indonesische Verbond van Studeerenden
(Persatuan Mahasiswa Indonesia). Hal terpenting dari penggabungan ini adalah
dengan digantinya "Indische" dengan "Indonesische." Hal ini merupakan pertama
kalinya dalam sejarah pergerakan nasional Indonesia dikenalkan istilah
"Indonesische" atau "Indonesia" dalam kegiatan akademik dan politik. Pada tahun
1923, Iwa Kusumasumatri sebagai ketua, sejak saat itu sifat perjuangan politik
organisasi semakin kuat. Dalam rapat umum 1923 organisasi ini menyepakati tiga
asas pokok organisasi yaitu: (a) Indonesia menentukan nasib sendiri; (b) untuk itu
Indonesia harus mengandalkan kekuatan dan kemauan sendiri; (c) untuk melawan
pemerintah kolonial Belanda, bangsa Indonesia harus bersatu.
Untuk menunjukkan sikap nasionalismenya, para pengurus organisasi ini
kemudian mengubah nama majalah Hindia Putera dengan Indonesia Merdeka.
Pada edisi pertama majalah Indonesia Merdeka diungkapkan bahwa penjajahan
Indonesia oleh Belanda dan penjajahan Belanda oleh Spanyol memiliki banyak
persamaan. Selain itu diungkapkan pula alasan tidak disebutnya negara Hindia
Belanda karena hampir sama dengan orang Belanda yang tidak mau menyebut
negaranya dengan Nederland-Spanyol
6) Gabungan Politik Indonesia (Gapi). Sebelum Gapi dibentuk, tokoh-tokoh
pergerakan nasional masih mencari jalan lain agar perjuangan mereka mencapai
kemerdekaan segera dapat diraih. Ternyata jalan perjuangan kooperatif dan
nonkooperatif masih menghadapi jalan buntu. Tindakan Belanda yang menutup
jalan gerakan non kooperatif dan mengharuskan gerakan yang kooperatif untuk
selalu meminta izin terhadap Belanda, telah membuat kesal bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, melalui Volksraad, partai-partai mengeluarkan petisi pada 15 Juli
1936. Petisi yang dikenal sebagai Petisi Sutarjo tersebut berisi usulan kepada
pemerintah Belanda untuk mengadakan konferensi membahas tentang status
politik Hindia Belanda di Indonesia. Ia menuntut kejelasan status politik Belanda
pada 10 tahun mendatang. Selain itu, petisi ini juga bertujuan untuk mendorong
rakyat memajukan negerinya dengan rencana yang mantap dan matang di bidang
politik, ekonomi, dan sosial. Petisi tersebut ditandatangani oleh Sutardjo, I.J.
Kasimo, Sam Ratulangi, Datuk Tumenggung dan Kwo Kwat Tiong. Petisi
Sutardjo ditolak oleh pemerintah kolonial Belanda. Hal ini tentu saja membuat
para tokoh pergerakan dan pendukungnya merasa sangat kecewa. Apalagi setelah
petisi tersebut tidak jelas kedudukannya selama dua tahun, apakah ditolak atau
diterima. Meskipun begitu, kejadian tersebut telah mendorong semangat baru
bangsa Indonesia untuk mencari jalan lain dalam pergerakan nasional.
7) Gerakan dan Organisasi Pemuda. Organisasi pemuda yang didirikan pada awal
abad ke-20 meliputi organisasi-organisasi yang didukung oleh para pemuda di
daerah. Salah satu di antaranya adalah Perkumpulan Pasundan. Perkumpulan ini
didirikan pada 1914 dengan tujuan mempertinggi derajat kesopanan, kecerdasan,
memperluas kesempatan kerja, dan penghidupan kegiatan masyarakat.
Pemimpinnya adalah R. Kosasih Surakusumah, R.Otto Kusuma, dan R.A.A.
Jatiningrat. Organisasi Pasundan merupakan organisasi semacam Budi Utomo bagi
orang Sunda.
Pada masa sesudah sekitar 1909, di seluruh Indonesia banyak bermunculan
organisasi-organisasi baru di kalangan elite terpelajar yang sebagian besar
didasarkan atas identitas-identitas kesukuan. Misalnya Sarekat Ambon (1920),
bertujuan untuk melindungi kepentingan orang-orang Ambon. Organisasi ini
bersifat radikal, ingin berparlemen dan meminta pemerintahan sendiri.
Perkumpulan yang lain adalah Jong Java (1918) yang keanggotaannya khusus
untuk orang-orang Jawa. Organisasi lainnya yang berusaha menampung para
pemuda dan mahasiswa adalah Sarekat Sumatera (Sumatranen Bond, 1918) yang
merupakan kelompok mahasiswa Sumatra, Jong Minahasa (Pemuda Minahasa,
1918), yaitu organisasi untuk orang-orang Minahasa, dan Timorsch Verbond atau
Persekutuan orang-orang Timor (1921) yang didirikan oleh orang-orang Timor
dari Pulau Roti dan Sawu untuk melindungi kepentingan-kepentingan rakyat
Timor. Pada 1923 dibentuk pula Kaum Betawi di bawah pimpinan M.Husni
Thamrin yang berusaha memajukan hak-hak warga Betawi. Organisasi ini
bertujuan memajukan perdagangan, pertukaran pengajar. MH. Thamrin kemudian
menjadi anggota Volksraad dan Ketua Fraksi Nasional. Pendirian organisasi
kepemudaan di atas tidak hanya mencerminkan adanya kegairahan baru untuk
berorganisasi pada zaman pergerakan nasional, namun juga mencerminkan
kuatnya identitas-identitas kesukuan dan kemasyarakatan yang terus berlangsung.
Unsur-unsur etnosentrismenya juga masih ada dengan mengisolasi diri, tetapi
regionalisme itu juga perlahan dapat menciptakan nasionalisme. Regionalisme itu
selalu dimanfaatkan oleh pemerintah kolonial untuk memecah belah dengan
melakukan infiltrasi. Perkumpulan pemuda didirikan untuk mencapai
kemerdekaan bangsa Indonesia. Perkumpulan pemuda pertama adalah Tri Koro
Dharmo (Tiga Tujuan Mulia) yang berdiri pada 7 Maret 1915 di gedung
perkumpulan Budi Utomo. Tri Koro Dharmo bertujuan untuk mengadakan suatu
tempat latihan untuk calon-calon pemuda nasional. Cinta tanah air menjadi
dorongan bagi berdirinya organisasi ini. Organisasi ini kemudian diganti namanya
menjadi Jong Java yang orientasinya lebih luas dari sekedar organisasi daerah,
serta berorientasi pada pergerakan rakyat. Setelah berkembangnya rasa
nasionalisme pada akhir Perang Dunia I, kegiatan Jong Java beralih ke politik.
Dalam kongresnya pada 1926 di Solo, organisasi ini memiliki anggaran dasar yang
menyebutkan ingin menghidupkan rasa persatuan dengan seluruh bangsa
Indonesia dan bekerja sama dengan semua organisasi pemuda yang ada guna
membentuk kesatuan Indonesia. Organisasi Jong Java dan yang lainnya
dibubarkan dan diganti dengan Indonesia Muda yang bertujuan Indonesia
merdeka.
Di Sumatra, lahir Jong Sumatra Bond pada 9 Desember 1927 dengan tujuan
memperkokoh ikatan sesama murid Sumatera dan mengembangkan kebudayaan
Sumatra. Organisasi ini dipimpin oleh M.Yamin. Kehadiran organisasi ini segera
diikuti dengan berdirinya Jong Minahasa dan Jong Celebes.
Pada Kongres Pemuda I, Mei 1926, untuk pertama kalinya beberapa organisasi
pemuda berhasil dikumpulkan dalam sebuah kongres. Kongres yang dipimpin oleh
M. Tabrani ini dihadiri Jong Java, Jong Sumatra, Jong Ambon, Jong Minahasa,
Jong Batak, Jong Islamieten Bond, dan Perkumpulan Pemuda Theosofi. Walaupun
tidak berhasil membuat fusi, mereka telah sepakat tentang paham persatuan. Baru
pada 28 Oktober 1928 pada Kongres Pemuda II di gedung Indonesische Club
Kramat No. 106 Jakarta, dapat dipadukan semua organisasi pemuda menjadi satu
kekuatan nasional. Kesepakatan tersebut diikuti dengan ikrar satu nusa, satu
bangsa, dan satu bahasa yang terkenal dengan Sumpah Pemuda, yang isinya:1.
Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu tanah air
Indonesia. 2. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu
bangsa Indonesia. 3. Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan
bahasa Indonesia.
Kongres berhasil menetapkan Sumpah Pemuda yang nantinya dijadikan
landasan perjuangan Indonesia merdeka. Pada malam penutupan, untuk pertama
kali diperdengarkan lagu Indonesia Raya oleh WR. Supratman. Selanjutnya, PNI,
PPPI, Indonesia Muda, dan seluruh perkumpulan pemuda mengaku Indonesia
Raya sebagai lagu kebangsaan.
3. Karakteristik dan dinamika perjuangan bangsa Indonesia dalam mepertahankan
kemerdekaan.
a. Perjuangan bangsa Indonesia Pasca Proklamasi.
Semenjak Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus
1945 maka secara hukum tidak lagi berkuasa di Indonesia. Hal ini mengakibatkan
Indonesia berada dalam keadaan vacum of power (tidak ada pemerintah yang
berkuasa) dan waktu itu dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh bangsa Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya.
Pada tanggal 29 September 1945 akhirnya Sekutu mendarat di Indonesia yang
bertugas melucuti tentara Jepang. Semula rakyat Indonesia menyambut dengan senang
hati kedatangan Sekutu, karena mereka mengumandangkan perdamaian. Akan tetapi,
setelah diketahui bahwa Netherlands Indies Civil Administration (NICA) di bawah
pimpinan Van der Plass dan Van Mook ikut di dalamnya, sikap rakyat Indonesia
menjadi curiga dan bermusuhan. NICA adalah organisasi yang didirkan orang-orang
Belanda yang melarikan diri ke Australia setelah Belanda menyerah pada Jepang.
Organisasi ini semula didirikan dan berpusat di Australia. Keadaan bertambah buruk
karena NICA mempersenjatai kembali KNIL setelah dilepas oleh Sekutu dari tawanan
Jepang. Adanya keinginan Belanda berkuasa di Indonesia menimbulkan pertentangan,
bahkan diman-mana terjadi pertempuran melawan NICA dan Sekutu seperti,
Surabaya, Magelang, Ambarawa, Medan, Bandung dan daerah lainnya.
Setelah mengalami perlawanan yang hebat dimana-mana, panglima Inggris
berkesimpulan bahwa sengketa Indonesia-Belanda tidak mungkin diselesaikan dengan
kekuatan senjata. Inggris mengusahakan mempertemukan Belanda dengan Indonesian
agar berunding mnyelesaikan persengketaan. Usaha itu ditempuh setelah terbentuk
kabinet Syahrir bulan Nopember 1945. Dan baru terealisir bulan Februari 46.
Dalam bulan november 1946 diselenggarakan perundingan antara pihak Indonesia
dan Belanda di Linggajati. Persetujuan Linggajati yang ditandatangani pada tanggal
25 Maret 1947, itu berisi antara lain :
1) Pemerintah RI dan Pemerintah Belanda bersama-sama menyelenggarakan
berdirinya sebuah negara yang berbentuk federasi dengan nama
RepublikInonesia Serikat (RIS).
2) Pemerintah RIS dan Pemerintah Belanda akan bekerjasama dalam sebuah
perserikatan negara yang bernama Uni Indonesia- Belanda.
Sesudah persetujuan Linggajati ditandatangani, hubungan RI-Belanda semakin
memburuk. Oleh pihak Kolonis Belanda, Persetujun Linggajati memang hanya
dianggap sebagai alat untuk memungkinkan mereka mendatangkan pasukan-pasukan
yang lebih banyak dari negerinya. Setelah mereka merasa cukup kuat, mereka beralih
kepada maksud semula, yaitu menghancurkan Republik Indonesia dengan kekuatan
senjata. Untuk memperoleh dalih guna menyerang RI, mereka mengajukan tuntutan
yang bukan-bukan seperti :
1) Supaya dibentuk pemerintah federal sementara yang akan berkukasa diselulruh
Indonesia sampai pembentukan RIS yang berarti RI ditiadakan.
2) Pembentukan gandamerie (pasukan keamanan) bersama yang juga akan masuk
ke daerah Republik.
Dengan sendirinya Republik tidak mungkin menerima usul itu. Dengan
penolakan RI itu, pada tanggal 21 juli 1947 melancarkan Aksi Militer I kedalam
wilayah kekuasaan RI. Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan agresi
militemya secara serentak terhadap kedudukan RI di seluruh daerah de facto Republik.
Serangan Belanda yang mendadak dengan persenjataan yang mutakhir dengan mudah
menerobos garis-garis pertahanan TNI yang linier dengan persenjataan terbatas dan
sederhana. Kedudukan-kedudukan Republik di Sumatera Ctara. Sumatra Tengah,
Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa, Timur serentak di serang. Kapal-
kapal terbangnya menyerang dan membom landasan-landasan terbang serta daerah-
daerah penting dan tempat-tempat yang dianggap sebagai pusat pertahanan militer. Di
Jawa Barat Belanda mengarahkan dua divisi dan dengan cepat berhasil menduduki
kota-kota penting. Pada hari kedua Cirebon jatuh ke tangan Belanda dan dalam waktu
kira-kira satu setengah bulan, kecuali karasidenan Banten. semua kota-kota di Jawa
Barat termasuk Garut dan Tasikmalaya mereka duduki.
Persetujuan Renville Atas permintaan India dan Australia, pada 31 Juli 1947
masalah agresi militer yang dilancarkan Belanda dimasukkan ke dalam agenda Dewan
Keamanan PBB, yang kemudian mengeluarkan Resolusi No. 27 tanggal 1 Agstus
1947, yang isinya menyerukan agar konflik bersenjata dihentikan. Dewan Keamanan
PBB de facto mengakui eksistensi Republik Indonesia. Dewan keamanan PBB
membentuk komisi yang dikenal sebagai KTN (Komisi Tiga Negara) dengan anggota-
anggotanya Wakil Austalia. Belanda dan Amerika Serikat. Yang tugasnya adalah
membantu mencari penyelesaian sengketa RI-Belanda. Di bawah pengawasan KTN,
pada tanggal 6 Desember 1947 mulailah diadakan perundingan antara RI-Belanda
bertempat di atas kapal perang Amerika Serikat VSS Renville yang berlabuh di Tanjung
Priek. Perundingan berjalan sangat lambat namun pada tanggal 17 Januari 1948
tercapailah kesepakatan dan naskah persetujuan Renville di tandatangani. Isi dari
perundingan renvile tersebut adalah : 1. Belanda hanya mengakui Jawa tengah,
Yogyakarta, dan Sumatera sebagai bagian wilayah Republik Indonesia, 2. Disetujuinya
sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan daerah pendudukan
Belanda ,3. TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah
pendudukan di Jawa Barat dan Jawa Timur Indonesia. Akibat dari persetujuan wilayah
Republik Indonesia menjadi semakin sempit.
Agresi Milner Belanda II k terjadi pada 19 Desember 1948 yang diawali dengan
serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu, serta penangkapan
Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya. Jatuhnya ibu kota
negara ini menyebabkan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia di
Sumatra yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara. Pada hari pertama Agresi
Militer Belanda II, mereka menerjunkan pasukannya di Pangkalan Udara Maguwo dan
dari sana menuju ke Ibukota RI di Yogyakarta. Kabinet mengadakan sidang kilat.
Dalam sidang itu diambil keputusan bahwa pimpinan negara tetap tinggal dalam kota
agar dekat dengan Komisi Tiga Negara (KTN) sehingga kontak-kontak diplomatik
dapat diadakan.
Pada tanggal 22 Desember 1948, KTN mengawatkan kepada dewan keamanan
laporan yang isinya menyalahkan Belanda sebagai aggressor dan yang melanggar
perjanjian. Pada tanggal 27 Desember 1948, Presiden Sukarno, Sultan Sjahrir dan H.
Agus Salim ditawan di Brastagi. sedangkan Wakil Presiden Hatta di Bangka. Juga
beberapa pimpinanpimpinan lainn a lath mengalami hal yang serupa (ditawan di
Sumatra).
Pada tanggal 29 Desember 1948, pasukan gerilya menyerang pasukan Belanda
di seluruh kota yogyakarta (serangan pertama). Pada tanggal 31 Desember 1948.
Presiden Sukarno, Syahrir, dan H. Agus Salim oleh Belanda dipindahkan
pengasinganya ke Prapat. Sebagai hasil diplomasi republik maka di New Delhi dari
tanggal 20 sampai 23 Januari 1949 berlangsung koprensi Asia yang dihadiri oleh 21
Negara Asia dan Australia. Resolusi konprensi Asia tersebut tentang senaketa
Indonesia-Belanda ini, berpengaruh besar kepada resolusi Dewan Keamanan PBB
berikutnya. Mr. A. A. Maramis, Mentri Keuangan Republik yang sedang berada di New
Delhi, di tunjuk sebagai Mentri Luar Negeri dalam Pemerintah Darurat Republik
Indonesia (PDRI). Pada tanggal 24 Januari 1949, Resolusi konprensi New Delhi dikirim
kepada Dewan Keamanan PBB, yang menuntut antara lain :
1) Pembebasan para pemimpin (pembesar) Republik Indonesia
2) Penarikan mundur Belanda dari Yogyakarta dan penarikan berangsuirangsur
tentara Belanda dari daerah-daerah yang diduduki sejak 19 Desember 1948.
Pada tanggal 26 Januari 1949 Mr. Sjafrudin Prawiranegara memberi instruksi
kepada Mr. Maramis, supaya mengusahakan dewan keamanan untuk mengirimkan
peninjau militer KTN ke daerah-daerah yang masih dikuasai oleh Republik Sumatra.
Sejak tanggal 31 Januari 1949, perlawanan terhadap Belanda makin hari makin meluas
dan menghebat, terutama di seluruh pulau Jawa dan Sumatra. Pada akhir bulan Januari
dan permulaan Februari 1949, pasukan republik sudah kembali ke kantong-kantong
mereka semula (daerah-daerah asal), dan terus melakukan perang gerilya.
b. Karakteristik perjuangan bangsa Indonesia pada masa RIS sampai dengan
awal pelaksanaan demokrasi terpimpin.
1) Peristiwa kudeta Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Bandung
APRA adalah Pemberontakan yang terjadi pada tanggal 23 Januari 1950 di Kota
Bandung yang dipimpin oleh Kapten KNIL yang bernama Kapten Raymond
Westerling, dengan maksud untuk mempertahankan bentuk negera federal di
indonesia dan mempunyai tentara yang berdiri sendiri pada negara-negara bagian
Republik Indonesia Serikat ini. Pada hari Kamis tanggal 5 Januari 1950, Westerling
mengirim surat kepada pemerintah RIS yang isinya adalah suatu ultimatum. Ia
menuntut agar Pemerintah RIS menghargai negara-negara bagian, terutama Negara
Pasundan serta Pemerintah RIS harus mengakui APRA sebagai tentara Pasundan.
Pemerintah RIS harus memberikan jawaban positif dalm waktu 7 hari dan apabila
ditolak, maka akan timbul perang besar. Pada 23 Januari 1950, Westerling
melancarkan kudetanya. Westerling dan anak buahnya menembak mati setiap anggota
TNI yang mereka temukan di jalan. Setelah puas melakukan pembantaian di Bandung,
Westerling pergi mengunjungi Sultan Hamid II (Menteri Negara pada Kabinet RIS),
dari pembicaraan tersebut, muncul rencana untuk menculik Hamengkubuwono
IX(Mntri Prthanan Keamanan), Sekjen Pertahanan Mr. Ali Budiarjo, dan kolonel
Simpatupang(pejabat staf angkatan perang). Operasi penumpasan dan pengejaran
terhadap gerombolan APRA yang sedang melakukan gerakan mundur segera
dilakukan oleh TNI. Dalam suatu pertempuran di daerah Pacet pada tanggal 24 Januari
1950, pasukan TNI berhasil menghancurkan sisa gerombolan APRA.
Di kota Bandung juga ditiadakan pembersihan dan penahanan terhadap mereka yang
terlibat, termasuk beberapa orang tokoh Negara Pasundan. Setelah melarikan diri dari
Bandung, Westerling masih melanjutkan petualangannya di Jakarta. la merencanakan
suatu gerakan untuk menangkap semua Menteri RIS yang sedang menghadiri sidang
kabinet, dan membunuh Menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengkubuwono IX,
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Mr. A. Budiardjo, dan Pejabat Kepala
Staf Angkatan Perang Kolonel T.B. Simatupang. Gerakan terse-but dapat digagalkan
dan kemudian diketahui bahwa otaknya adalah Sultan Hamid II, yang juga menjadi
anggota Kabinet RIS sebagai Menteri tanpa portofolio. Sultan Hamid II dapat segera
ditangkap, sedangkan Westerling sempat melarikan diri ke luar negeri dengan
menumpang pesawat Catalina milik Angkatan Laut Belanda.
2) Pemberontakan Andi Aziz
Andi Azis adalah seorang mantan Letnan KNIL dan sudah masuk TNI dengan
pangkat Kapten, dia ikut berontak bahkan memimpinnya. Pada tanggal 5 April 1950
di Makassar timbul pemberontakan yang dilakukan oleh kesatuan-kesatuan bekas
KNIL di bawah pimpinan Kapten Andi Azis. Adapun berbagai tuntutan Andi Azis
terhadap pemerintah RIS sebagai berikut.1) Andi Azis menuntut agar pasukan-
pasukan APRIS bekas KNIL saja yang bertanggung jawab atas keamanan di daerah
NIT. 2) Andi Azis menentang dan menghalangi masuknya pasukan APRIS dari TNI
yang sedang dikirim dari Jawa Tengah di bawah pimpinan Mayor Worang. 3) Andi
Azis menyatakan bahwa Negara Indonesia Timur harus dipertahankan supaya tetap
berdiri. Untuk menumpas pemberontakan Andi Azis pemerintah RIS melakukan
berbagai upaya, di antaranya adalah: 1) Setelah ultimatum kepada Andi Azis untuk
menghadap ke Jakarta guna mempertanggungjawabkan perbuatannya tidak dipenuhi
maka pemerintah mengirim pasukan untuk menumpas pemberontakan tersebut. 2)
Pemerintah mengirimkan pasukan ekspedisi di bawah pimpinan Kolonel Alex
Kawilarang dan terdiri dari berbagai kesatuan dari ketiga angkatan dan kepolisian.
Selanjutnya APRIS segera bergerak dan menguasai kota Makassar dan sekitarnya.
Pada bulan April 1950 Andi Azis menyerahkan diri akan tetapi pertempuran-
pertempuran antara pasukan APRIS dan pasukan KNIL masih berlangsung pada bulan
Mei dan Agustus 1950.
3) Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
RMS dipimpin oleh Mr. Dr. Christian Robert Steven Soumokil (mantan jaksa agung
NIT) merupakan sebuah gerakan sparatisme yang bertujuan bukan hanya ingin
memisahkan diri dari NIT melainkan untuk membentuk Negara sendiri terpisah dari
RIS. Soumokil awalnya sudah terlibat dalam pemberontakan Andi Aziz akan tetapi
dia dapat melarikan diri ke Maluku. Soumokil juga dapat memindahkan pasukan
KNIL dan pasukan Baret Hijau dari Makasar ke Ambon. Sebelum
diproklamasikannya “RMS” terlebih dahulu telah dilakukan propaganda pemisahan
diri dari NKRI yang dilakukan oleh gubernur Sembilan Serangkai yang beranggotakan
KNIL dan Partai Timur Besar. Sementara menjelang proklamasi RMS, Soumokil telah
berhasil menghimpun kekuatan di lingkungan Maluku Tengah. Sementara itu, orang-
orang yang menyatakan dukungannya terhadap NKRI diancam dan dipenjarakan.
Akhirnya pada tanggal 25 April 1950 di Ambon diproklamasikan Republik Maluku
Selatan (RMS) oleh Mr. Dr. Ch. R.S. Soumokil.
Pemerintah berusaha mengatasi masalah ini secara damai yaitu dengan
mengirimkan misi damai yang dipimpin oleh tokoh asli Maluku, yaitu dr. Leimena.
Namun misi ini ditolak oleh Soumokil. Misi damai yang dikirim selanjutnya terdiri
dari para politikus, pendeta, dokter, wartawan pun tidak dapat bertemu dengan
pengikut Soumokil.Karena upaya damai mengalami jalan buntu maka pemerintah
melakukan operasi militer untuk menumpas gerakan RMS yaitu Gerakan Operasi
Militer (GOM)III yang dipimpin oleh Kolonel A.E. Kawilarang, Panglima Tentara
dan Teritorium Indonesia Timur. Operasi berlangsung dari tanggal 14 Juli 1950,
berhasil menguasai pos-pos penting di Pulau Buru, 19 Juli 1950 pasukan APRIS
berhasil menguasai Pulau Seram. Pada tanggal 28 September 1950 Ambon bagian
utara berhasil dikuasai. 3 November 1950 benteng Nieuw Victoria berhasil dikuasai.
Dengan jatuhnya Ambon maka perlawanan RMS dapat dipatahkan dan sisa-sisa
kekuatan RMS banyak yang melarikan diri ke Pulau Seram dan dalam beberapa tahun
membuat serangkaian kekacauan.
4) Peristiwa DI/TII
Negara Islam Indonesia (disingkat NII; juga dikenal dengan nama Darul Islam
atau DI) yang artinya adalah "Rumah Islam" adalah gerakan politik yang
diproklamasikan pada 7 Agustus 1949 oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di
Desa Cisampah, Kecamatan Ciawiligar, Kawedanan Cisayong, Tasikmalaya, Jawa
Barat. Gerakan ini bertujuan menjadikan Republik Indonesia sebagai negara teokrasi
dengan agama Islam sebagai dasar negara. Dalam proklamasinya bahwa "Hukum
yang berlaku dalam Negara Islam Indonesia adalah Hukum Islam. Dalam
perkembangannya, DI menyebar hingga di beberapa wilayah, terutama Jawa Barat
(berikut dengan daerah yang berbatasan di Jawa Tengah), Sulawesi Selatan, Aceh dan
Kalimantan. Setelah Kartosoewirjo ditangkap TNI dan dieksekusi pada 1962, gerakan
ini menjadi terpecah, namun tetap eksis secara diam-diam meskipun dianggap sebagai
organisasi ilegal oleh pemerintah Indonesia.
5) PRRI dan PERMESTA
Pemberontakan PRRI/Permesta didahului dengan pembentukan dewan-dewan di
beberapa daerah di Sumatera, antara lain Dewan Banteng di Sumatera Barat oleh
Letnan Kolonel Achmad Husein (20 Desember 1956) ; Dewan Gajah di Medan oleh
Kolonel Maludin Simbolon (22 Desember 1956) dan Dewan Manguni di Manado oleh
Letnan Kolonel Ventje Sumuai (18 Februari 1957).Tahun 1958 didirikan organisasi
yang bernama Gerakan Perjuangan Menyelamatkan Negara Republik Indonesia yang
diketuai oleh Letnan Kolonel Achamad Husein. Gerakan Husein ini akhirnya
mendirikan PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) yang berkedudukan di
Bukittinggi dengan Syafruddin Prawiranegara sebagai pejabat presiden. Permesta
(Perjuangan Rakyat Semesta) pada hari berikutnya mendukung dan bergabung dengan
PRRI sehingga gerakan bersama itu disebut PRRI/Permesta. Permesta yang berpusat di
Manado tokohnya adalah Letnan Kolonel Vantje Sumual, Mayor Gerungan, Mayor
Runturambi, Letnan Kolonel D.J. Samba, dan Letnan Kolonel Saleh Lahade.
Untuk menumpas pemberontakan PRRI/Permesta dilaksanakan operasi gabungan
yang terdiri atas unsur-unsur darat, laut, udara, dan kepolisian. Serangkaian operasi
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Operasi Tegas dengan sasaran Riau dipimpin oleh Letkol Kaharudin Nasution.
Tujuan mengamankan instansi dan berhasil menguasai kota. Pekanbaru pada
tanggal 12 Maret 1958.
b) Operasi 17 Agustus dengan sasaran Sumatera Barat dipimpin oleh Kolonel Ahmad
Yani berhasil menguasai kota Padang pada tanggal 17 April 1958 dan menguasai
Bukittinggi 21 Mei 1958.
c) Operasi Saptamarga dengan sasaran Sumatera Utara dipimpin oleh Brigjen
Jatikusumo.
d) Operasi Sadar dengan sasaran Sumatera Selatan dipimpin oleh Letkol Dr. Ibnu
Sutowo.
e) Sedangkan untuk menumpas pemberontakan Permesta dilancarkan operasi
gabungan dengan nama Merdeka di bawah pimpinan Letkol Rukminto
Hendraningrat, yang terdiri dari :

 Operasi Saptamarga I dengan sasaran Sulawesi Utara bagian Tengah, dipimpin

oleh Letkol Sumarsono.


 Operasi Saptamarga II dengan sasaran Sulawesi Utara bagian Selatan, dipimpin

oleh Letkol Agus Prasmono.


 Operasi Saptamarga III dengan sasaran Kepulauan Sebelah Utara Manado,

dipimpin oleh Letkol Magenda.


 Operasi Saptamarga IV dengan sasaran Sulawesi Utara, dipimpin oleh Letkol

Rukminto Hendraningrat
6) Pemilihan Umum Indonesia 1955
Pemilu Tahun 1955 adalah pemilihan umum pertama di Indonesia dan
diadakan pada tahun 1955. Pemilu ini sering dikatakan sebagai pemilu Indonesia
yang paling demokratis. Pemilu tahun 1955 ini dilaksanakan saat keamanan negara
masih kurang kondusif; beberapa daerah dirundung kekacauan oleh DI/TII (Darul
Islam/Tentara Islam Indonesia) khususnya pimpinan Kartosuwiryo. Dalam keadaan
seperti ini, anggota angkatan bersenjata dan polisi juga memilih. Mereka yang
bertugas di daerah rawan digilir datang ke tempat pemilihan. Pemilu akhirnya pun
berlangsung aman. Pemilu ini bertujuan untuk memilih anggota-anggota MPR dan
Konstituante. Jumlah kursi MPR yang diperebutkan berjumlah 260, sedangkan kursi
Konstituante berjumlah 520 (dua kali lipat kursi MPR) ditambah 14 wakil golongan
minoritas yang diangkat pemerintah. Pemilu ini dipersiapkan di bawah pemerintahan
Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo. Namun, Ali Sastroamidjojo mengundurkan diri
dan pada saat pemungutan suara, kepala pemerintahan telah dipegang oleh Perdana
Menteri Burhanuddin Harahap.Lima besar dalam Pemilu ini adalah Partai Nasional
Indonesia mendapatkan 57 kursi MPR dan 119 kursi Konstituante (22,3 persen),
Masyumi 57 kursi MPR dan 112 kursi Konstituante (20,9 persen), Nahdlatul Ulama
45 kursi MPR dan 91 kursi Konstituante (18,4 persen), Partai Komunis Indonesia 39
kursi MPR dan 80 kursi Konstituante (16,4 persen), dan Partai Syarikat Islam
Indonesia (2,89 persen). Partai-partai lainnya, mendapat kursi di bawah 10. Seperti
PSII (8), Parkindo (8), Partai Katolik (6), Partai Sosialis Indonesia (5). Dua partai
mendapat 4 kursi (IPKI dan Perti). Enam partai mendapat 2 kursi (PRN, Partai
Buruh, GPPS, PRI, PPPRI, dan Murba). Sisanya, 12 partai, mendapat 1 kursi
(Baperki, PIR Wongsonegoro, PIR Hazairin, Gerina, Permai, Partai Persatuan
Dayak, PPTI, AKUI, PRD (bukan PRD modern), ACOMA dan R. Soedjono
Prawirosoedarso).
4. Pengertian dan kajian geografi.
a. Pengertian Geografi
Pelajaran geografi yang diajarkan di sekolah terkesan sebagai ilmu yang hanya
dihafalkan oleh para siswa seperti menghafalkan nama-nama dalam geografi nama
negara, kota, sungai, gunung dan nama-nama tempat laindi muka bumi. Sebagian orang
juga beranggapan bahwa geografi adalah segala aktifitas dan perbuatan yang
berhubungan dengan peta. Orang berpendapat demikian karena orang yang mempelajari
geografi harus mampu membuat peta, membaca peta dan harus berkerjasama dengan
pihak-pihak yang berwenang dalam pembuatan peta. Menurut Broek dalam Abdul Aziz
Wahab (2011: 5.4) mengemukakan bahwa hakikat geografi ada 6, yakni sebagai
berikut ini :
1) Geografi sebagai ilmu pengetahuan biofisik. Pada akhir abad ke 19 ketika ilmu
pengetahuan seperti geologi, meteorologi, dan botani sudah mengalami
perkembangan yang sedemikian pesat maka ahli geografi terpengaruh dan tertarik
mengikuti metodemetode disiplin ilmu tersebut. Kelemahan setelah geografi masuk
ke dalam ilmu pengetahuan alam murni, di mana mampu merumuskan hukum sebab
akibat terhadap gejala-gejala dan proses-proses fisik di muka bumi secara general,
tetapi tidak memasukkan unsur manusia.
2) Geografi sebagai relasi hubungan timbal balik manusia dengan alam. Contoh
kongkritnya yaitu iklim tropis menghalangi kemajuan kebudayaan masyarakat
setempat, sementara iklim sedang merangsang perkembangan kebudayaan
masyarakat yang mendiaminya.
3) Geografi sebagai ilmu ekologi manusia. Keanekaragaman di kalangan pengikut
paham determinisme environmentalis mendefinisikan geografi sebagai studi
pengetahuan yang mempelajari hubungan manusia dengan tempat tinggalnya.
4) Geografi sebagai studi tentang lahan. Paham ini bertentangan dengan pendapat
kaum environmentalisme yang mengatakan bahwa lingkungan alam lebih bersifat
pasif dan masyarakat manusia lebih berperan aktif.
5) Geografi sebagai studi penyebaran gejala di permukaan bumi. Geografi dapat
didefinisikan sebagai studi penyebaran/distribusi gejala di permukaan bumi, yaitu di
mana letak sesuatu benda itu berada, apakah itu batu-batuan, tumbuh-tumbuhan,
rumah, penduduk, atau segala sesuatu yang ada di permukaan bumi.
6) Geografi sebagai teori keruangan bumi. Dalam hal ini, gagasan yang
mengumumkan bahwa geografi akan dimasukkan dalam ilmu pengetahuan alam
menimbulkan kekhawatiran di kalangan ahli geografi, yakni akan membatasi
cakrawala geografi pada abstraksi ilmu pengetahuan relasi keruangan saja dalam
artian akan menghilangkan atau mengabaikan ruang dan waktu yang merupakan
unsur poko dalam geografi.
b. Kajian Materi Geografi
Kajian materi suatu ilmu kadang-kadang dipelajari oleh ilmu-ilmu yang lain
(objek material). Sebagai contoh antara geografi sosial dengan sosiologi, sama-sama
mempelajari kelompok manusia pada suatu tempat. Antara geomorfologi dengan
geografi fisik mempelajari bentuk lahan. Antara geografi ekonomi dengan ekonomi
yang sama-sama membahas kebutuhan manusia di dalam suatu lokasi tertentu. Objek
kajian goegrafi sangat luas, antara lain (objek material) mencakup aspek fisik, aspek
manusia serta aspek hubungan manusia dengan lingkungan.
5. Pendekatan Materi Geografi
Pendekatan ilmu geografi cenderung kabur dan menghilang “jati diri”nya karena
menurut beberapa tokoh geografi terlena dan tertarik memasuki ilmu-ilmu yang lain yang
berfungsi sebagai penunjang. Mreka alam memecahkan persoalan geografi cenderung
menggunakan topikal. Para ahli geografi menyadari untuk menggunakan pendekatan
geografi yang sama dan berfungsi sebagai pembeda dengan ilmu-ilmu yangt lain.
Pendekatan tersebut antara lain pendekatan keruangan, pendekatan ekologikal dan
pendekatan kompleks wilayah.
a. Pendekatan Keruangan.
Setiap tempat di permukaan bumi mempunyai ciri-ciri yang kgusus di mana dapat
dibedakan antara tempat yang satu dengan tempat yang lain. Oleh karena itu konsep
tempat dinamakan wilayah (region) Dalam geografi ada dua pengertian wilayah, yaitu
wilayah formal (formal region), dan wilayah fungsional (fungtional region). Wilayah
formal dapat dibedakan dalam dua pengertian, yaitu : pertama pengertian internasional.
Kedua pengertian nasional. Sedangkan pengertian fungsional adalah bagian dari
permukaan bumi, di mana terdapat beberapa keadaan alam yang berlawanan
memungkinkan timbulnya bermacam-macam kegiatan yang saling mengisi dalam
kegiatan penduduknya. Konsep tempat dalam pengertian wilayah dapat digunakan
sebagai pendekatan geografi, klasifikasainya adalah sebagai berikut :
1) Uniform Region. Suatu wilayah dijadikan sumber dasar telaah geografi disebabkan
adanya keseragaman atau kesamaan dalam kriteria tertentu.
2) Nodal Region. Suatu wilayah yang diatur oleh beberapa pusat kegiatan yang
dihubungkan melalui garis melingkar.
3) Generic Region. Wilayah yang diklasifikasikan berdasarkan jenisnya sehingga
fungsi wilayah yang bersangkutan diabaikan.
4) Specific Region. Wilayah berdasarkan kekhususannya sehingga merupakan daerah
tunggal yang mempunyai ciri-ciri tersendiri.
Jadi fungsi tempat bagi manusia adalah sebagai ruang hidup. Ruang dalam hal ini
ditafsirkan menurut tiga pendekatan, yakni pendekatan ekologis, ruang sebagai milleu
(yang berisi sumber alam). Pendekatan spatial (keruangan), ruang sebagai space yakni
ajang kegiatan manusia. Pendekatan regional sebagai region. yakni daerah atau
kesatuan politis. Untuk menganalisis pola-pola geografi diperlukan :
1) Memahami peta, proyeksi, skala dan bagaimana foto itu direkam.
2) Mengetahui metode statistik yang digunakan untuk memilah-milahkan faktor yang
dipakai untuk menjelaskan pola-pola geografi yang diamati.
3) Memahami teknik-teknk penilaian yang mampu menjelaskan perubahanperubahan
pola-pola geografis yang dinamis.
Beberapa contoh fungsi peta sebagai berikut:
1) Untuk memberikan informasi pokok dari aspek keruangan tentang karakter dari
suatu daerah.
2) Sebagai suatu alat menganalisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan.
3) Sebagai alat untuk menjelaskan penemuan-penemuan penelitian yang dilakukan.
4) Sebagai alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan.
Klasifikasi peta menurut penggunaannya, skala, dan kenampakan dari peta dapat
dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu : pertama peta topografi memberikan gambaran
umum mengenai permukaan lahan (termasuk peta perencanaan dan peta geografi).
Kedua chart dan peta jalan disusun dengan tujuan sebagai alat bantu dalam navigasi
(untuk navigasi dan orientasi). Ketiga peta-peta tematik pada akhir-akhir ini semakin
penting dalam kaitannya dengan menunjukkan tema-tema tertentu (menampilkan satu
tema khusus atau lebih). Untuk membaca peta, kita perlu memahami skala dari peta
yang dapat diartikan sebagai perbandingan jarak antara dua titik sembarang di peta
dengan jarak horisontal kedua titik itu di permukaan bumi. Adapun macammacam
skala adalah sebagai berikut: Skala angka atau skala pecahan, Skala yang dinyatakan
dengan kalimat dan Skala grafis (Graphical scale line).
b. Pendekatan kelingkungan
Pendekatan ini lebih menekankan keterkaitan antara fenomena geosfer tertentu
dengan variabel lingkungan yang ada bukan eksistensi keruangan. Pengertian analisis
ekologi hendaknya tidak diartikan secara sempit, sebagai suatu bentuk hubungan antara
makhluk hidup dengan “natural environmen” saja, tetapi harus dikaitkan dengan
(1)”phenomenal environment” yang di dalamnya terdapat “natural environment” dan
“phycical relic of human actions”. (2) “Behavioural environment”yang meliputi ide-ide
dan nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan. Pembagiaan geografi menurut
Kirk dibedakan menjadi: 1. Lingkungan fenomena/gejala fisik, 2. Lingkungan tingkah
laku. Dan 3. Persepsi dan aspirasi penduduk terhadap bencana alam Gunung Merapi.
c. Pendekatan Kompleks Wilayah dan Presentasi Peta.
Kombinasi antara analisis keruangan dan analisis ekologi disebut analisis kompleks
wilayah. Pada analisis ini, wilayah-wilayah akan dihampiri dengan pengertian areal
differentiation, yaitu suatu anggapan bahwa interaksi antar wilayah akan berkembang
karena pada hakikatnya suatu wilayah berbeda dengan wilayah yang lain. Oleh karena itu
terdapat permintaan dan penawaran antar wilayah tersebut. Dalam konteks pemahaman
tentang wilayah manusia telah mengembangkan beberapa metode dan keterampilan
tertentu. Beberapa metode komunikasi adalah bahasa tulis menulis (literacy), bahasa lisan
(articulasi), dan penggunaan angka-angka (numeracy). Sedangkan yang digunakan untuk
komunikasi menggunakan cara grafis disebut graphicacy. Graphycacy terdiri dari berbagai
teknik, mulai dari penggunaan fotografi, sampai ke peta, grafik dan diagram. Semua cara
grafis tersebut mempunyai satu hal yang umum yang membedakan dengan metode lain
yaitu penggunaan bentuk dua dimensi untuk menyampaikan dan menyajikan konsep-
konsep dan ide-ide. Peta menggunakan simbol-simbol dua dimensi untuk mencerminkan
fenomena geografikal atau dengan sesuatu cara yang sistematis, dan hal ini memerlukan
kecakapan untuk membuat dan membacanya. Untuk mencerminkan berbagai data atau
fenomena geografi ke dalam suatu peta, hal yang perlu diperhatikan adalah peta dasar,
simbol, penulisan nama-nama geografi. Simbol adalah suatu gambar atau tanda yang
mempunyai makna atau arti. Menurut bentuknya simbol dekelompokkan menjadi simbol
titik, simbol garis dan simbol bidang. Sedangkan wujud simbol dalam kaitannya dengan
unsur yang digambarkan dapat dibedakan abstrak, setengah abstrak dan nyata atau
piktorial.
6. Materi pelajaran geografi di SD/MI Paket A
a. Mata Pelajaran Geografi di SD/MI.
1) Kedudukan Geografi dalam IPS. Geografi merupakan salah satu mata pelajaran dari
cabang IPS. Sumbangan terbesar geografi adalah “tempat” atau “bumi sebagai tempat
tinggal manusia”. Di mana manusia dengan lingkungannya berinteraksi dan
memnentuk karakteristik tempat tertentu berbeda dengan lainnya. Dengan demikian
geografi adalah ilmu pengetahuan “sintesis” bukan ilmu pengetahuan “sistematik”,
seperti sejarah, sosiologi, ekonomi dan antropologi.
2) Tujuan Pembelajaran. Ilmu pengetahuan sosial di SD, MI, dan Paket A mempunyai
tujuan sebagai berikut: a. Mengembangkan pengetahuan dasar kesosiologian,
kegeografian, keekonomian, kesejarahan dan kewarganegaraan. b. Mengembangkan
kemampuan berpikir, inkuiri, pemecahan masalah, dan keterampilan sosial. c.
Membangun komitmen dan kesadaran tentang nilai-nilai kemanusiaan. d.
Meningkatkan kemampuan berkompetensi dan berkerjasama dalam masyarakat yang
majemuk, baik dalam skala nasional maupun skala internasional. Ada tiga esensi
kompetensi dasar pengajaran geografi, yaitu: a. Kemampuan membuat peta dan
membaca peta. b. Penilaian terhadap penyusunan pengelompokan fakta baik yang
bersifat keseimbangan terhadap konsep kerumahtanggaan dan latar belakang
kelahirannya dan keanekaragaman lingkungan alam utama dari aktivitas manusia di
dunia. c. Kemampuan memahami hubungan aktivitas manusia dengan lingkungan
sekitarnya. 3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS Geografi. 4. Kompetensi Dasar
Geografi dalam IPS SD/MI/Paket A.
b. Mata Pelajaran Geografi di SD/MI
Pengertian Geografi. Geografi merupakan pengkajian tentang aspek ruang dan tempat
pada berbagai skala di bumi.Mata pelajaran geografi mengembangkan pemahaman siswa
terhadap organisasi spesial masyarakat, tempat-tempat dan lingkungan pada muka bumi.
Pengertian geografi yang diajarkan baik di tingkat SD/MI Paket A termasuk dalam
kelompok hakikat geografi sebagai studi keruangan bumi.
7. Permasalahan Ekonomi
a. Pengertian Ilmu Ekonomi
Menurut etimologi atau asal usul katanya, istilah ekonomi berasal dari bahasa
Yunani,yaitu oikonomia merupakan kata majemuk (perpaduan) 2 kata, yaitu oikos
artinya rumah dan nomos artinya aturan. Jadi secara etimologi, ekonomi berarti aturan
rumah tangga atau ilmu yang mengatur rumah tangga. Sedangkan menurut pengertian
sehari-hari ekonomi adalah kegiatan manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan.
Para ekonom memberikan batasan yang berbeda-beda tentang pengertian ilmu ekonomi.
Berikut ini adalah definisi atau batasan ilmu ekonomi yang paling sering digunakan.
Ilmu ekonomi adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tingkah laku manusia
dalam hidup bermasyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk mencapai
kemakmuran.
b. Kelangkaan / Keterbatasan
Terbatasnya atau langkanya alat pemuas kebutuhan yang dihadapkan pada
kebutuhan manusia yang tidak terbatas merupakan pokok permasalahan dari semua
masalah ekonomi. Dari kenyataan itulah yang mendorong munculnya ilmu ekonomi.
Kebutuhan manusia bermacam-macam dan selalu bertambah. Apabila kebutuhan yang
satu terpenuhi muncul kebutuhan yang lain. Sedangkan di sisi lain, alat pemuas
kebutuhan manusia berupa barang dan jasa jumlahnya sangat terbatas dan langka.
Kelangkaan dan keterbatasan alat pemuas mengakibatkan hidup manusia selalu serba
kurang.
c. Kebutuhan Manusia
1) Kebutuhan Manusia. Selama manusia hidup, kebutuhan selalu bertambah dan tidak
terbatas, walaupun setiap manusia kebutuhannya berbeda-beda. Perbedaan tingkat
kebutuhan disebabkan oleh: a. Status sosial. Misal buruh tani dengan pemilik tanah,
pekerja pabrik dengan guru. b. Tingkat pendidikan. Misal kebutuhan orang yang
berpendidikan rendah berbeda dengan orang yang berpendidikan tinggi. c. Kemajuan
kebudayaan. Misal kebutuhan orang zaman dulu berbeda dengan kebutuhan zaman
sekarang.
2) Macam-macam Kebutuhan. Kebutuhan adalah keinginan yang timbul dalam diri
manusia dan masyarakat dalam bentuk tuntunan untuk memperoleh pemenuhannya.
Kebutuhan ekonomi adalah kebutuhan akan barang-barang keperluan hidup yang
dapat dinilai dengan uang. Kebutuhan ekonomi pada prinsipnya mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut: a. Setiap orang kebutuhannya berbeda misalnya menurut golongan,
suku, agam dan kelompok masyarakat. b. Tidak sama sepanjang waktu dan generasi
akan berbeda. c. Jumlah dan mutunya akan selalu berkembang. d. Kebutuhan dapat
saling melengkapi atau bahkan saling berlawanan.
Kebutuhan menurut kepentingannya, kebutuhan dapat dibedakan atas
kebutuhan primer, sekunder dan tersier. a. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang
harus dipenuhi karena untuk mempertahankan hidupnya, misalnya makan dan minum,
pakaian, rumah. b. Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang harus dipenuhi supaya
dapat hidup lebih baik sebagai makhluk yang berbudaya. Misalnya pakaian yang
bagus, buku-buku bacaan, sepatu, radio. c. Kebutuhan tersier atau kebutuhan mewah
adalah kebutuhan tingkat lanjut setelah kebutuhan sekunder. Misalnya mobil, rumah
mewah. Menurut tujuannya barang-barang ekonomi diklasifikasikan menjadi : a.
Brang konsumen adalah barang-barang yang dapat memenuhi kebutuhan secara
langsung (makanan, pakaian, sepatu,dll) b. Barang produksi adalah barang-barang
yang merupakan alat pembantu dalam proses produksi (mesin, mobil, batu bara,
tenaga listrik, dll).
Menurut sifat pemakaiannya, dapat diklasifikasikan menjadi :a. Barang
substitusi adalah barang-barang yang dapat saling menggantikan pemakaiannya
(mentega dengan minyak, beras dengan jagung, dll). b. Barang komplementer adalah
barang-barang yang pemakaiannya harus bersama-sama (gula dengan kopi, mobil
dengan bensin, dll)
Menurut sifatnya, barang ekonomi diklasifikasikan menjadi : a. Barang konkret
adalah barang-barang yang dapat dilihat (meja, rumah, beras). b. Barang abstrak atau
yang biasa disebut jasa dan pelayanan adalah sesuatu yang tidak dapat dilihat , tetapi
dapat memenuhi kebutuhan (nasihat dokter, hiburan, nasihat hukum). Perbedaan
pokok antara barang dan jasa adalah : a. Barang adalah segala sesuatu yang berwujud,
sedangkan jasa adalah segala sesuatu yang tidak berwujud. b. Untuk barang ada
tenggang waktu antara produksi dan konsumsi, sedangkan untuk jasa tidak ada.
Kebutuhan manusia menurut sifatnya dikelom pokkan menjadi dua macam,
yaitu : a. Kebutuhan jasmani atau kebutuhan lahir adalah kebutuhan manusia yang
semata-mata ditujukan untuk memberi kepuasan kepada badan atau jasmani (bersifat
material). Misal makanan, pakian, rumah, dll). b. Kebutuhan rohani atau batin adalah
kebutuhan manusi yang pemenuhannya ditujukan untuk memberikan kepuasan
batiniah (bersifat imaterial). Misalnya seni, pendidikan, agama, dll.
c. Alat Pemuas Kebutuhan Manusia
1) Pengertian alat pemuas kebutuhan. Alat pemuas kebutuhan manusia ada yang
berwujud dan ada yang tidak berwujud. Ada yang habis sekali pakai dan ada yang
dapat dipakai secara berulang-ulang sehingga habisnya lama. Jadi yang menjadi alat
pemuas kebutuhan manusia itu adalah barang dan jasa.
2) Nilai ekonomi dan nilai kegunaan barang. Nilai ekonomi / nilai kegunaan barang
antara lain didasarkan pada : a. Kegunaan bentuk (utility of form). Artinya suatu
barang memiliki nilai ekonomi/nilai kegunaan karena bentuknya yang sesuai dengan
kebutuhan. Contoh bambu menjadi anyaman bilik, tanah liat menjadi
gerabah/keramik. b. Kegunaan tempat (utility of place). Artinya suatu barang memiliki
nilai guna tinggi karena tempatnya yang tepat. Contoh pasir dan batu di kota lebih
berguna dari pada di sungai. c. Kegunaan waktu (utility of time). Suatu barang akan
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi apabila digunakan pada waktu yang tepat.
Contoh payung berguna pada musim penghujan, baju hangat pada musim dingin. d.
Kegunaan pemilikan (utility of ownership). Suatu barang lebih memiliki nilai ekonomi
karena tepat pemiliknya. Contoh SIM, KTP hanya berguna bagi pemiliknya.,
stetoskop hanya berguna bagi dokter. e. Kegunaan mutu (utility of quality) Suatu
barang akan memiliki nilai ekonomi yang lebih baik karena mutu dan kualitasnya.
Contoh Tekstil dengan alat modern lebih bermutu dan harganya lebih tinggi daripada
hasil tenun biasa. f. Kegunaan unsur (utility ofelement) Suatu barang lebih memiliki
nilai ekonomi karena unsur yang terkandung di dalamnya. Contoh obat paten lebih
mahal karena unsur yang terkandung lebih baik daripada obat generik.
3) Kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi dikelompokkan menjadi 3, yaitu : a. Kegiatan
produksi. Adalah setiap kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa atau menambah
daya guna atau nilai barang untuk memenuhi kebutuhan manusia. b. Kegiatan distribusi.
Adalah setiap kegiatan menyalurkan barang-barang hasil produksi yang berupa barang
dan jasa dari produsen kepada pihak yang membutuhkan atau konsumen. c. Kegiatan
konsumsi. Adalah kegiatan memakai, menggunakan atau menghabiskan barang dan jasa
hasil produksi secara langsung untuk memenuhi kebutuhan.
4) Tindakan ekonomi. Dalam tindakan ekonomi dimaksudkan agar kita bisa mengatur dan
mengendalikan sehingga pendapatan yang diterima dapat memenuhi semua kebutuhan
sesuai dengan derajad kepuasan masing-masing.
5) Perbuatan pilihan (alternatif) Pendapatan adalah terbatas sehingga setiap orang tidak
dapat memenuhi segala kebutuhannya tanpa harus memikirkan kebutuhan mana yang
harus diutamakan.
6) Motif ekonomi. Adalah keinginan atau alasan yang mendorong manusia untuk
melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar motif ekonomi dapat digolongkan
menjadi 4 macam : a. Memenuhi kebutuhan untuk mencapai kemakmuran b.
Memperoleh kekuasaan. c. Memperoleh penghargaan. d. Motif kemanusiaan (sosial).
7) Prinsip ekonomi. Prinsip ekonomi diartikan sebagai asas yang menjadikan dasar
/pegangan dalam setiapmelakukan kegiatan / tindakan ekonomi. Dalam aktifitas usaha,
prinsip ekonomi dikenal dengan istilah efisiensi dan efektifitas (berdaya guna dan
berhasil guna). Efisiensi artinya selalu berpikir untung rugi di mana hasil harus lebih
besar dari pengorbanan, dan efektif artinya apa yang dilakukan harus
berguna/bermanfaat dengan tujuan tertentu. Penerapan prinsip ekonomi dalam kegiatan
produksi bertujuan sebagai berikut : a. Menekan biaya produksi. b. Meningkatkan hasil
produksi. c. Meningkatkan mutu hasil produksi. d. Memperoleh laba yang optimal. e.
Menjaga kelangsungan usaha. Penerapan prinsip ekonomi dalam kegiatan distribusi
bertujuan. a. Menekan pemborosan dana, waktu, ruang dan tenaga kerja. b.
Menyalurkan barang kepada konsumen tepat waktu. c. Memperoleh laba yang optimal.
d. Memperhtikan kelangsungan usaha. Prinsip ekonomi dalam kegiatan konsumsi
bertujuan: a. Mendapatkan barang-barang konsumsi jenis dan jumlahnya dapat
memenuhi kebutuhan maksimal. b. Memperoleh barang dengan harga murah dan
kualitasnya bagus. c. Dengan dana yang terbatas dapat diperoleh barang kebutuhan
yang dapat memenuhi kebutuhan yang optimal.
8) Kegiatan produksi. Produksi adalah kegiatan manusia untuk menciptakan/menambah
daya guna atau nilai barang (to ended value). Proses produksi dapat dilakukan apabila
adanya sumberdaya. Terdapat sumber daya, yaitu: a. Sumber daya alam (SDA) adalah
seluruh bahan/materi yang disediakan oleh alam dan dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan manusia. b. Suber daya manusia (SDM) adalah segala daya dan upaya
manusia lahir maupun batin yang dilakukan guna memenuhi kebutuhan hidupnya
meliputi penggunaan tenaga fisik, pikiran, keahlian, perasaan dan teknologi.
9) Faktor-faktor produksi. Faktor produksi adalah hal-hal yang harus ada agar proses
produksi dapat berjalan. Faktor produksi alam dan tenaga kerja disebut faktor produksi
asli, sedangkan faktor produksi modal dan keahlian disebut faktor produksi turunan.
8. Bentuk-bentuk badan usaha
a. Jenis Perusahaan Menurut Lapangan Usahanya. Menurut lapangan usahanya, jenis
perusahaan dibedakan menjadi 5 macam. Yaitu: 1. Perusahaan ekstraktif, adalah
perusahaan yang melakukan kegiatan dengan melepaskan benda dan ikatan alam, jadi
mengambil benda yang telah disediakan oleh alam. 2. Perusahaan agraris adalah
perusahaan yang melakukan usaha atau kegiatan dengan memanfaatkan tanah atas
kesuburannya. 3. Perusahaan industri adalah perusahaan yang kegiatan usahanya
bergerak di bidang pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi. 4.
Perusahaan perdagangan adalah perusahaan yang kegiatan usahanya bergerak di bidang
jual beli barang, membeli dari produsen dan menjual ke konsumen. 5. Perusahaan jasa
adalah perusahaan yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pemberian pelayanan
kepada konsumen dengan tujuan memperoleh pendapatan berupa imbalan jasa.
b. Perusahaan Menurut Tanggung Jawab Pemiliknya. Berdasarkan tanggungjawab
pemiliknya dibedakan menjadi 5 macam, yaitu:
1) Perusahaan perseorangan Perusahaan perseorangan (Po) adalah perusahaan yang
didirikan , dimiliki, dipimpin, dan dipertanggungjawabkan oleh perseorangan.
2) Firma atau kongsi Firma (Fa) adalah persekutuan yang terdiri dari dua orang atau
lebih yang menjalankan perusahaan dengan menggunakan nama bersama,
masingmasing anggota firma (firmant) ikut aktif menjalankan perusahaan dan
bertanggungjawab penuh terhadap semua utang piutang perusahaan atau
tanggungjawab tak terbatas.
3) Persekutuan komanditer (CV) Persekutuan komanditer atau CV adalah persekutuan
firma yang mempunyai sekutu yang hanya menyertakan modal saja yang disebut
sekutu komanditer atau sekutu pasif yaitu sekutu yang tidak ikut campur dalam
pengurusan atau penguasaan persekutuan.
4) Perseroan terbatas Adalah suatu badan hukum yang mempunyai kekayaan, hak,
serta kewajiban sendiri, terpisah dari yang mendirikan dan terpisah pula dari yang
memiliki. Jenis-jenis perseroan terbatas (PT) antara lain adalah : a. PT terbuka
adalah PT yang menjual belikan sahamnya dengan bebas di bursa saham (bursa
efek) sehingga setiap orang dapat menjadi pemiliknya. Bentuk saham PT terbuka
adalah saham atas sewa atau saham atas tunjuk, artinya siapa saja yang
menunjukkan atau membawa saham adalah pemiliknya. b. PT tertutup adalah PT
yang saham-sahamnya hanya dimiliki oleh pihak-pihak tertentu saja dan tidak
setiap orang dapat memiliki, yang dapat memiliki misalnya anggota keluarga,
anggota organisasi. c. PT kosong adalah PT yang sudah tidak ada aktivitasnya ,
tetapi badan usahanya masih ada atau belum dibubarkan. d. PT perseorangan
adalah PT yang seluruh saham dimiliki oleh perseorangan sehingga menjadi
pemilik tunggal. Badan perlengkapan perseroan terbatas. PT merupakan organisasi
sehingga PT harus memiliki alat perlengkapan yang mempunyai wewenang
mengangkat untuk bertindak atas nama PT. Alat perlengkapan PT sebaga berikut:
Rapat umum pemegang saham (RUPS), Pengurus atau direksi yang terdiri dari
orang-orang yang diberi kuasa oleh RUPS untuk memimpin jalannya perusahaan.
Dewan komisaris.
5) Perusahaan negara Perusahaan negara adalah semua perusahaan dalam bentuk
apapun dan bergerak pada bidang apa saja yang sebagian besar modal atau
seluruhnya merupakan kekayaan negara, kecuali dengan ketentuan lain berdasarkan
undang-undang. Beberapa bentuk perusahaan negara baik milik pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah yaitu perseroan, perusahaan umum (perum),
perusahaan jawatan (perjan), perusahaan daerah (PD).
6) Koperasi. Koperasi (Inggris : cooperation, Belanda : cooperative, artinya bersama).
adalah suatu bentuk badan usaha yang bergerak di bidang ekonomi merupakan
badan usaha yang didirikan oleh beberapa orang atau beberapa badan hukum
koperasi sebagai anggota yang berkerjasama atas dasar suka rela dengan tujuan
memenuhi kebutuhan barang dan jasa untuk meningkatkan kesejahteraan anggota.
a. Modal koperasi Permodalan terdiri dari : Modal sendiri adalah modal yang
berasal dari anggota (pasal 41 ayat (2) UU No. 25 Tahun 1992) Modal pinjaman
adalah modal yang berasal dari pinjaman baik dari anggota, koperasi lain, bank,
penjualan surat berharga dan sumber lain yang sah. b. Jenis-jenis koperasi
Berdasarkan aktifitas dan kepentingan anggotanya koperasi dibedakan menjadi 3
macam, yaitu: Koperasi produksi, Koperasi konsumsi, Koperasi jasa. Menurut
tingkatannya koperasi digolongkan menjadi 4 yaitu : Koperasi primer, Koperasi
pusat, Koperasi gabungan, Koperasi induk.
Dikutip dari Abdul Aziz Wahab (2011: 5.3-6.25)
MODUL 5 : Menjelaskan Konsep Dasar Sosiologi dan Antropologi.

1. Konsep Individu, Kelompok Masyarakat desa masyarakat kota dan


permasalahannya.
a. Konsep Individu
Individu dalam hal ini merupakan konsep sosiologik yang berarti bahwa
konsep individu tidak boleh diartikan sama dengan konsep sosial, individu
menunjuk pada subjek yang melakukan sesuatu, yang mempunyai pikiran,
kehendak, kebebasan, memberi arti (meaning) pada sesuatu, maupun menilai
tindakan dan hasil tindakannya sendiri (aktor). Seseorang lahir atau dilahirkan
sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan anatar aspek jasmaninya
dan rohaninya. Ia lahir sebagai individu. Seseorang lahir sebagai suatu sistem yang
terdiri atas subsistem jasmani dan sub sistem rohani. Secara biologis ia lahir dengan
kelengkapan fisik yang tidak ada bedanya dengan mahluk hewani, dalam hal ini
mahluk hewani tingkat tinggi. Namun secara psikologis ia sangat berbeda dengan
mahluk hewani mana pun. Manusia dilengkapi dengan potensi-potensi psikologis
yang berkembang dan dapat dikembangkan. Disinilah letak keunikan manusia.
Akan tetapi manusia baru dapat dikatakan sebagai manusia yang sebenarnya apa
bila dia ada dalam masyarakat.
Aristoteles menyatakan bahwa manusia adalah zoon politicon, yaitu
makhluk yang selalu hidup bermasyarakat. Sedangkan ibnu khaldun menyatakan
bahwa manusia itu harus hidup dimayarakat. Maka jelas bahwa manusia selain
sebagai mahluk individu tetapi juga sebagai mahluk sosial, dimana manusia tidak
dapat hidup sendiri tetapi akan selalu membutuhkan bantuan orang lain. Manusia
selaku individu dan anggota masyarakat, memiliki hak asasi untuk berbuat,
bertindak, dan berperilaku sesuai dengan kehendak serta kebebasannya. Namun
demikian, ia juga terikat oleh norma, nilai, peraturan, dan ukum yang berlaku
dalam masyarakat, bahakan juga oleh ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam
agama yang menjadi keyakinannya. Setiap perbuatan dan perilaku yang dilakukan
individu akan berdampak pada dirinya sendiri dan berdampak terhadap masyarakat
luas. Oleh karena itu, kesadaran akan tanggung jawab wajib ditanamkan dan dibina
kepada tiap individu mulai dari usia dini.
Manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat,
dituntut memiliki jiwa “kewiraan” yang meliputi unsur-unsur keberanian,
kejujuran, disiplin, dan tanggung jawab. Tanpa adanya sifat-sifat demikian,
individu dalam kehidupan sosial akan terpencil, terisolasi dan tersisihkan. Ia akan
sukar berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Padahal, komunikasi ini
merupakan sarana yang amat bermakna bagi pengembangan potensi diri. Proses
sosialisasi, internalisasi, aktualisasi dan inkulturasi yang berlangsung dalam
kelompok mulai dari lingkungan keluarga sampai pada kelompok yang paling
besar dan luas menjadi tempat pengembangan individu menjadi pribadi yang
mantab dan bertanggung jawab.

b. Kelompok Masyarakat desa, kota dan permasalahannya.


Antara desa dengan kota jika dilihat sepintas hanya mengenai perbedaan
geografis saja, namun jika dilihat secara mendasar tidaklah demikian, Bahwa antara
kota dengan desa memiliki perbedaan yang sangat unik dan kompleks. Baik dilihat
dari segi jumlah penduduknya, sosial ekonominya, kebudayaan, tata nilai dan
normanya.
Kota adalah pusat pendomisian yang bertingkat-tingkat sesuai dengan
administrasi negara yang bersangkutan. Kota merupakan pusat dari kegiatan
kebudayaan, sosial, ekonomi, dan komunikasi. Sehingga dengan adanya komunikasi
dan transportasi yang baik, maka kota merupakan jringan ekonomi yang baik.
Pertambahan penduduk dan kemajuan teknologi merupakan hal yang sangat
besar pengaruhnya terhadap perkembangan masyarakat. Semakin padat penduduk
kota, maka semakin berkurang kebebasan individu, semakin tajam persaingan antar
manusia sehingga akan mendorong terciptanya organisasi-organisasi kolektif demi
terjaminnya kebutuhan hidup serta dan pembelaan kepentingan mereka. Masyarakat
yang hidup di kota, walaupun jumlahnya padat dan hidup berdekatan satu dengan
yang lain, namun hubungan diantara mereka terjadi sepintas kilas saja, kurang akrap
dan dingin. Terdapat perasaan enggan, gengsi, dan takut menjiwai setiap anggotanya
dalam menjalin hubungan bertetangga. Semua tali hubungan dijalin dengan formal
dan kaku. Sifat kerukunan dan gotong royong telah menipis. Masyarakat lebih
mengarah pada perhitungan rugi laba, cenderung meterialistis dan individualistis. Di
dalam hidup bertetangga saling bersaing, yang diukur secara materi yang
dimilikinya. Jika ada yang materi berlebih dianggap korupsi dan sebaliknya jika ada
yang kekurangan dan hidup miskin dibiarkan saja tidak ada pertolongan. Maka dari
itu hidup di kota tidaklah tenteram, rasa suka dan duka dipikul sendiri, kebaikan
terkadang bukanlah ketulusan tetapi karena ada maksud yang terselubung
didalamnya.
Sistem perekonomian di kota tidak terpusat pada satu jenis saja, tetapi sangat
bervariasi. Di kota juga terdapat berbagai macam industri sehingga barang barang
yang tersedia di pasar sangat banyak dan beragam. Selain itu kesempatan kerja di
kota lebih banyak terbuka. Kegiatan perekonomian di kota beraneka ragam yang
kemudian menghasilkan sistem pelapisan sosial dari anggota masyarakat yang
bersangkutan. Bagi yang memiliki keahlian dan keterampilan yang bagus akan
mempunyai tingkat upah yang tinggi dan menempati sistem pelapisan sosial yang
tinggi pula. Sedangkan yang tidak memiliki keterampilan dan keahlian jumlah upah
yang diterima pun sedikin, maka mereka akan menempati sistem pelapisan sosiala
yang rendah.
Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan ciri-ciri masyarakat kota adalah
sebagai berikut :
(1) Heterogenitas sosial, Kota merupakan melting pot bagi aneka suku ataupun ras,
sehingga masing-masing suku berusa di atas kelompok yang lain. Maka dari itu
sering terjadi usaha memperkuat kelompoknya untuk melebihi kelompok yang
lain. Misalnya mengelompokkkan dan mengorganisisr anggota kelompoknya
secara rapi, memelihara jumlah anak yang banyak bagi kelompok minoritas dan
sebagainya.
(2) Hubungan sekunder, Dalam masyarakat kota pergaulan dengan sesama anggota
serba terbatas pada bidang hidup tertentu, misalnya teman kerja, teman seagama.
Jadi pergaulan yang mendalam, secara kekeluargaan dan saling mengisi
kebutuhan sulit untuk dilakukan.
(3) Toleransi sosial, Pada masyarakat kota orang tidak memperdulikan tingkah laku
sesamanya secara mendasar dan pribadi, sebab masing-masing anggota
mempunyai kesibukan sendiri. Sehingga kontrol sosial pada masyarakat kota
dapat dikatakan lemah sekali. Walaupun ada kontrol sosial tetapi sifatnya non
pribadi. Selama tingkah laku dari orang yang bersangkutan tidak merugikan
umum atau tidak bertentangan dengan norma yang ada, masih dapat diterima
dan ditolerir.
(4) Kontrol sekunder, Anggota masyarakat kota secara fisik tinggal berdekatan,
tetapi secara pribadi atau sosial berjauhan. Dimana bila ada anggota masyarakat
yang susah, sakit atau senang, maka anggota masyarakat yang lain tidak mau
mengerti. Urusan orang lain biarlah diurus sendiri, sedangkan ia sibuk mengurus
tugasnya.
(5) Mobilitas sosial, Di kota mudah sekali terjadi perubahan maupun perpindahan
status, tugas maupun tempat tinggal. Di kota besar perpindahan tempat tinggal
menunjukkan frekuensi yang sangat tinggi. Seseorang yang tinggal di suatu
rumah, kemudian menjual dan membeli lagi terjadi dalam proses yang gampang
dan lancar.
(6) Individual, Akibat hungan sekunder maupun kontrol sekunder, maka kehidupan
masyarakat di kota menjadi individual, apa yang mereka inginkan dan rasakan
harus mereka rencana dan rasakan sendiri. Bantuan dan kerja sama dari anggota
masyarakat yang lain sulit untuk diharapkan.
(7) Ikatan suka rela, Walaupun hubungan sosial bersifat sekunder, tetapi dalam
organisasi tertentu yang mereka sukai seperti kesenian, olah raga, politik, dan
lain sebagainya secara suka rela ia menggabungkan diri dan berkorban.
(8) Segregasi keruangan, Akibat dari heterogenitas sosial dan kopetisi ruang, terjadi
pola sosial yang berdasarkan pada sosial ekonomi, ras, agama, suku bangsa dan
sebagainya. Maka terjadi pemisahan tempat tinggal dalam kelompok-kelompok
tertentu, contohnya di kota sering dijumpai kampung cina, kampung jawa,
kampung arab dan sebagainya.
Masyarakat pedesaan, kurang lebih 81,2% dari wilayah Indonesia bertempat
tinggal di desa. Partisipasi masyarakat perdesaan sangat diperlukan bagi
pembangunan. Setiap pembangunan desa dimaksudkan untuk membantu, memacu
masyarakat desa membangun sarana dan prasarana desa yang diperlukan. Desa
adalah suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dengan
lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu ialah suatu wujud atau penampakan di muka
bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi, sosial ekonomi, politik dan
kultural yang saling berinteraksi antar unsur tersebut dan juga dalam hubungannya
dengan daerah yang lain. Unsur-unsur desa anatara lain adalah : (1) daerah, dalam
arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak, beserta penggunaannya, termasuk
juga unsur lokasi, luas, dan batas yang merupakan lingkungan geografis setempat.
(2) Penduduk, adalah hal yang meliputi jumlah, pertambahan kepadatan, persebaran
dan mata pencaharian penduduk desa setempat. (3) Tata kehidupan. Dalam hal ini
pola tata pergaulan dan ikatan pergaulan warga desa. Ketiga unsur desa ini tidak
lepas satu sama lain, artinya tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan.
Ciri-ciri masyarakat pedesaan anatara lain adalah :
(1) Homogenitas sosial, Bahwa masyarakat desa umumnya terdiri dari satu kerabat
saja, sehingga pola hidup tingkah laku maupun kebudayaan sama/homogen.
Oleh karena itu di desa biasanya aman dan tenteram. Hal ini karena pola pikir,
pola penyikap dan pola pandangan yang sama dari setiap warganya dalam
menghadapi suatu permasalahan.
(2) Hubungan primer, pada masyarakat desa hubungan kekeluargaan dan
kekerabatan dilakukan dengan akrab, semua kegiatan dilakukan secara
musyawarah. Mulai dari masalah umum sampai masalah pribadi. Anggota
masyarakat yang satu dengan yang lain mengenal secara intim. Pada masyarakat
desa masalah kebersamaan dan gotong royong diutamakan.
(3) Kontrol sosial yang ketat, Karena di desa hubungan dalam masyarakat dilakukan
secara intim, maka setiap anggota masyarakat desa mengetahui masalah yang
dihdapi anggota yang lain. Bahkan ikut mengurus terlalu jauh masalah dan
kepentingan dari para anggota masyarakt yang lain. Kekurangan dari salah satu
anggota adalah merupakan kewajiban dari anggota yang lain untuk menyoroti
dan membenahinya.
(4) Gotong royong, nilai gotong royong pada masyarakat pedesaan tumbuh dengan
subur dan membudaya. Semua masalah kehidupan dilaksanakan secara gotong
royong, baik dalam arti gotong royong murni maupun gotong royong timbal
balik. Gotong royong murni dan suka rela misalnya : membersihkan kampung,
mendirikan rumah dan lain-lain.
(5) Ikatan Sosia, Setiap anggota masyarakat desa diikat dengan nilai-nilai adat dan
kebudayaan secara kuat. Bagi anggota yang tidak memenuhi norma dan kaidah
yang sudah disepakati, akan dihukum dan dikeluarkan dari ikatan sosial dengan
cara mengucilkan/memencilkan. Oleh karena itu setiap anggota harus patuh dan
taat melaksanakan aturan yang ditentukan.
(6) Magis religius, Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi masyarakat
desa sangat mendalam. Bahkan setiap kehidupan sehari-hari dijiwai dan
diarahkan kepadaNya.
(7) Pola kehidupan, Masyarakat desa bermata pencaharian dibidang agraris, baik
pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan. Pada umumnya setiap anggota
hanya mampu melaksanakan salah satu bidang kehidupan saja. Misalnya para
petani, bahwa pertanian merupakan satu-satunya pekerjaan yang harus ia tekuni
dengan baik.
2. Interaksi Sosial, Pranata dan Struktur Sosial Masyarakat.
a. Interaksi sosial
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial yang juga dapat disebut
sebagai proses sosial karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya
aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis
yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antar kelompok-kelompok
manusia maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Jika dua
orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur,
berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi. Walaupun orang-orang yaang bertemu
muka tersebut tidak saling berbicara atau tidak saling menukar tanda-tanda,
interaksi sosial telah terjadi, karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain
yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupunpun syaraf orang-
orang yang bersangkutan, yang disebabkan oleh misalnya bau keringat, minyak
wangi, suara berjalan dan sebagainya. Semua itu menimbulkan kesan di dalam
pikiran seseorang, yang kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukan.
Berlangsungnya interaksi sosial didasarkan pada berbagai faktor antara lain,
faktor imitas, sugesti, identifikasi dan simpati. Faktor Imitasi, imitasi berasal dari
kata imitation, yang berarti peniruan. Meskipun manusia memiliki pola dasar
masing-masing yang uni (individualis), tetap saja dalam diri manusia ada keinginan
untuk meniru seperti orang lain atau kelompok. Dengan demikian, imitasi
merupakan proses seseorang mencontoh orang lain atau kelompok. Faktor imitasi
akan memunculkan dampak positif dan negatif. Dampak positif kalau yang
diimitasinya itu berupa kaidah-kaidah (norma) dan perilaku yang baik. Sebaliknya
imitasi ini akan berdampak negatif kalau yang ditiru itu berupa perilaku yang tidak
baik. Selain itu imitasi juga bisa melemahkan daya kreasi seseorang. Saat ini banyak
remaja yang meniru (mengimitasi) cara berpakaian, model rambut, dari artis-artis
terkenal dari korea. Faktor Sugesti, Sugesti artinya pengaruh yang dapat
menggerakan hati orang. Faktor sugesti ini akan terjadi apabila kalau orang yang
memberi sugesti memiliki wibawa/terpandang atau otoriter atau juga sugesti itu
terjadi jika pandangan itu didukung oleh sebagian orang (mayoritas). Faktor
Identifikasi Identifikasi merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-
keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Faktor
identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi karena kepribadian seseorang
dapat terbentuk atas dasar proses identifikasi ini. Proses ini dapat berlangsung
dengan sendirinya, sehingga pandangan dan sikap orang lain bisa masuk ke dalam
jiwanya. Faktor Simpati, Simpati merupakan suatu proses ketika seseorang merasa
tertarik kepada orang lain. Simpati akan muncul melalui perasaan yang memegang
peranan sangat penting. Faktor simpati yang utama adalah ingin mengerti dan ingin
bekerjasama dengan orang lain.
b. Pranata Sosial
Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia melakukan berbagai kegiatan untuk
memenuhi berbagai kebutuhannya. Kebutuhan manusia sangat banyak dan beragam,
oleh karena itu manusia akan membentuk suatu kelompok sosial. Setiap kelompok
sosial tersebut mempunyai norma dan sistem tata kelakuan yang berbeda, yang
harus dipenuhi oleh setiap anggotanya, maka terciptalah aturan-aturan yang
mengatur anggota kelompok masyarakat tersebut. Jadi pranata sosial adalah suatu
sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat
dianggap penting. Dengan kata lain, pranata sosial adalah sistem hubungan sosial
yang terorganisir yang yang mengejawantahkan nilai-nilai serta prosedur umum
yang mengatur dan memenuhi kegiatan pokok warga masyarakat. karena itu
dijelaskan tiga fungsi pranata sosial sebagai berikut:
1) Berfungsi sebagai Pedoman, Pedoman adalah petunjuk arah yang dapat dilalui
sehingga manusia tidak tesesat. Fungsi pranata sosial sebagai pedoman hidup
sangat penting karena menjadi penentu kaberhasilan manusia dalam
melaksanakan kehidupan. Kegiatan apapun yang dilakukan oleh manusia
hendaknya tetap mengikuti pedoman yang berlaku dalam masyarakat. Misalnya
dalam kehidupan ekonomi, pendidikan, budaya, politik, dan keluarga, semuanya
memiliki pranata tersendiri. Melanggar aturan berarti telah melanggar pranata
dalam masyarakat maka sudah memilih jalan menuju kegagalan dalam hidup.
Maka fungsi pranata sosial sebagai pedoman bermakna mengarahkan perilaku
masyarakat sehingga tidak terjadi benturan kepentingan terutama dalam
memenuhi kebutuhan hidup.
2) Sebagai Penjaga Keutuhan Masyarakat. Hal ini memberikan pemahaman bahwa
apabila masyarakat tidak memenuhi atau tidak menjalankan kehidupan sosial
sesuai pranata yang ada, maka keutuhan masyarakat akan terganggu. Misalnya
dalam pranata keluarga seorang kakak tidak boleh kawin dengan adik
kandungnya sendiri. Jika ini dilanggar, akan menimbulkan kekacauan dalam
masyarakat. Demikian pula dalam bidang yang lain misalnya dari aspek
kehidupan ekonomi dan politik, tidak ada larangan untuk menjadi kaya, akan
tetapi cara untuk menjadi kaya harus tetap mengikuti pranata yang berlaku
dalam masyarakat. Jika pranata yang berlaku dilanggar maka keadilan dalam
masyarakat terganggu karena kejujuran sudah tidak ada. Jika keadilan dan
kejujuran sudah tidak ada, maka yang akan terjadi adalah perpecahan dalam
masyarakat. Itulah sebabnya ditegaskan bahwa pranata sosial berfungsi sebagai
penjaga keutuhan masyarakat.
3) Sebagai Pegangan dalam Mengadakan Sistem Sosial. Dapat dikatakan bahwa
pranata sosial sesungguhnya merupakan hukum. Akan tetapi sifatnya tidak
tertulis. Meskipun demikian pranata sosial memiliki sangsi sosial, misalnya jika
melanggar pranata sosial dianggap orang tidak baik, dijauhi dan dikucilkan dari
pergaulan masyarakat.
Peraturan dalam masyarakat dapat dikatakan sebagai suatu pranata sosial apa
bila memiliki ciri-ciri umum, sebagai berikut :
1) Memiliki Simbol. Setiap hari kehidupan manusia memiliki simbol, contoh
sederhana adalah Ketika melihat cincin perkawinan, maka simbol tersebut
berkaitan dengan pranata perkawinan. Akan tetapi yang perlu dipahami adalah
bahwa sebuah simbol tertentu memiliki makna yang berbeda karena digunakan
oleh masyarakat pada tempat dan waktu yang berbeda. Misalnya bendera warna
putih di daerah Kulon Progo, Yogyakarta melambangkan ada lelayu (salah satu
warga meninggal), sementara di daerah lain misalnya Tangerang, lambang
adaanya lelayu adalah dengan warna kuning dan bukan bendera warna putih.
2) Memiliki Usia lebih Panjang. Masyarakat pendukung dan yang menjalankan
pranata sosial adalah pencipta pranata sosial. Jika masyarakat pendukung
pranata sosial sudah tidak ada yang terjadi adalah pranata sosial tetap bertahan,
misalnya tarian dan kesenian dari Bali tetap bertahan meskipun penciptanya
sudah tidak ada. Kita semua dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan pranata
sosial. Pranata tersebut tetap akan bertahan meskipun penciptanya sudah tidak
ada. Dalam tinjauan sejarah pranata sosial dapat bertahan karena diwariskan
dari generasi ke generasi. Proses pewarisan pranata sosial terkadang tidak
disadari oleh masyarakat pendukung pranata sosial.
3) Memiliki Nilai-nilai Sendiri. Pranata sosial sangat beragam dan setiap pranata
sosial memiliki nilai-nilai tersendiri sesuai bidang kehidupan dimana pranata
sosial tersebut dilaksanakan. Misalnya dalam bidang pendidikan diyakini
bahwa salah satu faktor yang menentukan seseorang mampu bersaing di pasar
kerja tergantung pada tingkat pendidikan yang dimiliki. Semakin tinggi dan
berkualitas tingkat pendidikan yang dimiliki, maka semakin terbuka peluang
masuk ke dunia kerja. Contoh lain pranata sosial dalam bidang pendidikan yang
mencerminkan adanya nilai-nilai adalah kejujuran. Ketika siswa mengikuti
ujian semester, maka siswa berjiwa sportif, jujur, percaya diri sendiri sehingga
tidak berperilaku curang.
4) Memiliki Tata Tertib Sendiri. Pranata sosial memiliki tata tertib atau aturan
tersendiri yang harus dipatuhi oleh masyarakat pendukungnya. Misalnya dalam
keluarga, seorang kakak tidak boleh kawin dengan adik kandungnya. Ini
merupakan pranata keluarga yang berlaku universal. Mengabaikan pranata ini
berarti menghancurkan kehidupan keluarga. Oleh karena itu aturan atau tata
tertib keluarga merupakan pranata yang selalu dipenuhi bersama.
5) Memiliki Perlengkapan Sendiri. Pranata sosial mempunyai alat-alat penunjang
untuk mencapai tujuannya. Tujuan yang ingin dicapai dalam pranata sosial
terganung pada jenis pranata sosial. Contoh gergaji Jepang di buat sedemikian
rupa sehingga alat tersebut akan memotong apabila ditarik. Sebaliknya gergaji
Indonesia baru memotong apabila didorong. Contoh lain adalah traktor dalam
pranata ekonomi digunakan untuk membajak sawah agar siap ditanami, kitab
suci dalam pranata agama digunakan sebagai pedoman untuk mencapai
keberhasilan hidup di dunia dan akhirat.
Seperti telah ditegaskan sebelumnya bahwa pranata sosial sangat beragam
dan tersebar pada semua aspek kehidupan masyarakat. Keragaman pranata sosial
sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dalam suatu masyarakat, maka semakin
kompleks kebudayaan dalam suatu masyarakat, maka semakin kompleks pula
pranata sosial yang dimiliki dan demikian pula sebaliknya. Uuntuk memberikan
pemahaman yang lebih luas mengenai jenis-jenis pranata sosial, maka dapat dikaji
lebih lanjut empat pranata sosial sebagai berikut:
1) Pranata Keluarga. Keluarga merupakan lembaga sosial terkecil yang paling
utama dalam kehidupan masyarakat. Ditinjau dari aspek sejarah, semua
lembaga sosial lain muncul dan berkembang dari keluarga. Keluarga yang
terdiri atas ayah, ibu, dan anak disebut keluarga inti atau keluarga sempit
sedangkan semua pihak yang masih mempunyai hubungan darah atau
keturunan dalam keluarga disebut keluarga luas. Keluarga mempunyai ciri
antara lain: mempunyai sifat dasar emosional, dibentuk melalui pernikahan,
memiliki keturunan dan tempat tinggal. Selain itu, kelauarga juga mempunyai
fungsi antara lain: fungsi biologis atau reproduksi, perlindungan, ekonomi,
sosialisasi, pemeliharaan, penentuan status, dan edukatif. Berdasarkan uraian di
atas, maka di dalam kehidupan keluarga terdapat berbagai pranata berupa nilai-
nilai dan norma-norma yang harus dipatuhi setiap anggota keluarga. Dengan
adanya norma-norma maka keluarga dapat bertahan melanjutkan kehidupannya.
Beberapa norma atau pranata yang berkaitan dengan kehidupan keluarga, antara
lain pranata perkawinan, pranata mendidik anak, pranata dalam mengatur
reproduksi, pranata dalam mengatur masalah ekonomi, pranata dalam
melindungi dan merawat keluarga yang sudah umur (jompo), pranata dalam
komunikasi dengan keluarga yang lebih tua dan muda termasuk pranata dalam
menjaga keluarga agar tidak menyimpang dalam kehidupan sosial.
2) Pranata Ekonomi. Pada awalnya masyarakat hidup secara nomaden. Pada saat
itu kebutuhan hidup belum banyak sehingga masih mampu memenuhi sendiri
seluruh kebutuhan hidupnya. Seiring dengan berjalannya waktu dan
perkembangan masyarakat, maka kebutuhan semakin berkembang sehingga
manusia harus bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Setelah itu
proses barter mulai dilakukan. Pranata ekonomi mucul ketika kehidupan
manusia semakin kompleks. Sudah tidak ada lagi yang mampu memenuhi
sendiri kebutuhannya yang tidak terbatas. Wujud konkrit pranata ekonomi,
antara lain: tidak boleh melakukan manipulasi mutu barang, tidak boleh
menimbun barang, tidak boleh mempermainkan harga, mempromosikan barang
dengan cara tidak merugikan pihak lain, memproduksi barang yang halal dan
higienis, memprioritaskan kebutuhan yang betul-betul mendesak. Oleh karena
itu, pranata ekonomi berfungsi sebagai pengatur hubungan antar pelaku
ekonomi, mengatur distribusi barang dan jasa, serta mengakibatkan
produktivitas barang dan jasa.
3) Pranata Politik. Pada umunya kegiatan politik sangat menonjol pada saat
menjelang pemilhan umum. Pratai-partai politik sibuk kampanye memberikan
janji-janji kepada rakyat. Aspek lain yang menarik berkaitan dengan politik
adalah bahwa berbicara tentang politik, maka yang sering terbayang adalah
kekuasaan. Padahal kekuasaan hanya salah sau aspek dari politik karena politik
sesungguhnya mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Politik juga
berhubungan dengan kerjasama antar partai dan kebijakan-kebijakan publik
untuk mencapai tujuan negara yakni mensejahterakan rakyat. Dalam rangka
memperoleh kekuasaan untuk mensejahterakan rakyat atau melaksanakan
kerjasama politk, maka perlu pranata politik. Jika pranata politik tidak ada
maka kekacauan antar lembaga dan partai akan muncul. Penindasan akan
terjadi dan akhirnya yang kuat menguasai yang lemah. Pranata politik
memberikan rambu-rambu tentang bagaimana kekuasaan dikelola dengan baik,
bagaimana mensejahterakan rakyat dengan melihat partisipasi rakyat itu sendiri
dan bagaimana membangun kultur demokrasi yang sehat sehingga kehidupan
masyarakat semakin tertib dan teratur.
4) Pranata Agama. Agama berkaitan dengan hal-hal pokok antara lain,
kepercayaan, simbol-simbol agama, praktek beragama, umat beragama, dan
pengalaman keagamaan. Agama sangat dibutuhkan manusia sebagai petunjuk
dalam hubungan vertikal (hubungan dengan sang pencipta) dan hubungan
horizontal (hubungan dnegan manusia dan makhluk lain). Contoh hubungan
vertikal adalah adab atau tata krama dalam berdoa kepada Tuhan sedangkan
contoh hubungan horizontal adalah menyantuni fakir miskin.
c. Struktur Sosial Masyarakat
Dalam Sosiologi, struktur sosial diartikan sebagai pola yang mapan dari
organisasi internal setiap kelompok sosial. Dalam rumusan ini telah tercakup
pengertian mengenai karakter atau pola dari semua hubungan yang ada antara
anggota dalam suatu kelompok maupun antar kelompok. Konsep struktur sosial
menggambarkan pola hubungan antar individu dalam kelompok atau antar
kelompok, untuk menjelaskannya sering dikaitkan dengan konsep-konsep norma,
status, peran, dan lembaga. Struktur sosial sangat erat kaitannya dengan kebudayaan
dimana antara kebudayaan dan struktur dalam suatu masyarakat terjadi keadaan
saling mendukung dan membenarkan. Ini berarti bahwa apabila terjadi perubahan
dalam kebudayaan juga diikuti oleh perubahan dalam struktur. Demikian pula
sebaliknya. Bentuk-bentuk struktur sosial dalam masyarakat dibagi menjadi dua
yaitu :
1) Struktur sosial vertikal (stratifikasi sosial /pelapisan sosial) menggambarkan
kelompok-kelompok sosial dalam susunan yang bersifat hierarkis dan berjenjang,
sehingga dalam dimensi struktur ini terlihat adanya kelompok masyarakat yang
berkedudukan tinggi, sedang, dan rendah. Atau, bisa lebih bervariasi dari sekedar
tiga lapisan ini. Stratifikasi sosial terbentuk dari hasil kebiasaan manusia
berhubungan antara satu dengan yang lain secara teratur dan tersusun, baik secara
perorangan maupun kelompok. Akan tetapi, apapun dan bagaimanapun wujudnya
kehidupan bersama membutuhkan penataan atau organisasi. Dalam rangka
penataan kehidupan bersama inilah akhirnya terbentuk stratifikasi sosial.
Proses Terbentuknya Stratifikasi Sosial. Dilihat dari cara terbentuknya,
stratifikasi sosial di masyarakat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a) Terjadi
dengan sendirinya sesuai dengan pertumbuhan masyarakat yang bersangkutan.
Faktor-faktor dasar terbentuknya stratifikasi sosial yang terjadi dengan sendirinya
antara lain: kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian keanggotaan di dalam
masyarakat, dan pemilikan harta. Tiap masyarakat memiliki alasan yang berbeda
sebagai dasar pembentukan stratifikasi sosial. Misalnya, pada masyarakat yang
hidup dengan berburu binatang yang dijadikan dasar adalah kepandaian berburu
hewan, sedangkan pada masyarakat yang telah hidup menetap dan bercocok
tanam, kerabat dari para pembuka tanah asli dianggap sebagai golongan yang
menduduki lapisan atas.b) Sengaja disusun untuk mengejar tujuan tertentu.
Stratifikasi sosial ini biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan yang
resmi. Misalnya, yang terjadi di dalam perkumpulan-perkumpulan formal seperti:
pemerintahan negara, perusahaan-perusahaan, partai politik, angkatan bersenjata,
asosiasi atau perkumpulan profesi.
Ukuran atau kriteria yang biasanya dipakai untuk menggolongkan anggota
masyarakat ke dalam stratifikasi sosial tersebut adalah:
a) Ukuran kekayaan; barang siapa memiliki kekayaan paling banyak, akan
menempati pelapisan teratas. Kekayaan tersebut misalnya dapat dilihat dari
bentuk rumah, mobil pribadi, cara berpakaian serta jenis bahan yang dipakai,
kebiasaan atau cara berbelanja
b) Ukuran kekuasaan; barang siapa yang memiliki kekuasaan atau mempunyai
wewenang terbesar akan menempati pelapisan yang tinggi dalam stratifikasi
sosial masyarakat yang bersangkutan
c) Ukuran kehormatan; orang yang dihormati dan disegani akan berada dalam
stratifikasi atas dan ini biasanya terdapat pada masyarakat yang masih
tradisional. Misalnya, orang tua yang dianggap berjasa dalam masyarakat atau
kelompoknya. Ukuran kehormatan biasanya lepas dari ukuran-ukuran
kekayaan dan kekuasaan.
d) Ukuran ilmu pengetahuan; digunakan sebagai salah satu faktor atau dasar
pembentukan pelapisan sosial di dalam masyarakat yang menghargai ilmu
pengetahun.
Keempat ukuran itu tidak bersifat limitif, artinya masih ada ukuran lain
yang dapat dipergunakan dalam kriteria penggolongan stratifikasi sosial dalam
masyarakat, namun ukuran di ataslah yang paling banyak digunakan sebagai
dasar pembentukan stratifikasi sosial.
Stratifikasi sosial di masyarakat bentuknya berbeda-beda dan sangat banyak
variasinya. Bentuk itu akan dipengaruhi oleh kriteria atau faktor apa yang
dijadikan dasar. Berikut ini akan diuraikan beberapa bentuk stratifikasi sosial
menurut kriteria yang dijadikan dasar pelapisan.
Stratifikasi Sosial Berdasarkan pada Kriteria Ekonomi. Stratifikasi atas
dasar ini mengarah pada pengelompokan masyarakat berdasarkan kekayaan,
sehingga ada lapisan yang terdiri dari orang-orang kaya, lapisan orang- orang
menengah, dan lapisan orang-orang miskin. Orang-orang yang termasuk golongan
kaya “konglomerat” terdapat di lapisan atas, dan sebaliknya, orang-orang miskin
berada di lapisan bawah.
Stratifikasi Sosial Berdasarkan pada Kriteria Sosial. Jenis stratifikasi ini
mengarah pada pengelompokan masyarakat menurut nilai status. Tinggi
rendahnya status seseorang ditentukan oleh tingkat penghormatan atau
prestisenya di masyarakat. Biasanya seseorang tidak hanya memiliki satu
kedudukan saja karena ia terlibat tidak hanya dengan satu pola hubungan sosial,
melainkan dengan beberapa pola hubungan sekaligus.
Stratifikasi Sosial Berdasarkan pada Kriteria Politik. Kriteria ini
mengelompokkan warga masyarakatnya menurut kekuasaan dan wewenang.
Gejala yang tampak dalam masyarakat, misalnya: ada penguasa dan yang
dikuasai, serta ada pemimpin dan ada yang dipimpin. Jadi, semakin tinggi
wewenang dan kekuasaan seseorang, maka semakin tinggi status sosialnya dan
berada di lapisan atas, demikian pula sebaliknya.
2) Struktur sosial horizontal (diferensiasi sosial), hal ini menggambarkan kelompok-
kelompok sosial tidak dilihat dari tinggi rendahnya kedudukan kelompok itu satu
sama lain, melainkan lebih tertuju kepada variasi atau kekayaan pengelompokkan
yang ada dalam suatu masyarakat. Sehingga dari dimensi struktur horizontal ini
yang di lihat adalah kekayaan atau kompleksitas pengelompokkannya, bukan saja
secara kuantitatif (jumlah) tetapi juga kualitatif (mutu/ kualitas). Perwujudannya
adalah penggolongan penduduk atas dasar ras, etnis, agama, gender, bahasa, dan
sebagainya. Diferensiasi sosial menunjukkan adanya keanekaragaman dalam
masyarakat. Suatu masyarakat yang didalamnya terdiri atas berbagai macam
unsur, menunjukkan perbedaan tidak bertingkat (horizontal) yang sering disebut
sebagai masyarakat majemuk. Jadi, dalam diferensiasi sosial tidak membahas
adanya perbedaan tingkatan atau kelas-kelas sosial, seperti kelompok suku bangsa
Jawa tidak lebih tinggi dari kelompok suku bangsa lainnya di Indonesia.
Demikian pula tidak membedakan bahasa Jawa lebih tinggi dari bahasa daerah
Nusantara lainnya dan sebaliknya. Ada empat macam bentuk diferensiasi sosial
yang akan dikaji antara lain:
a) Diferensiasi Sosial berdasarkan perbedaan ras. Istilah ras diartikan sebagai
penggolongan bangsa berdasarkan ciri-ciri fisik rumpun bangsa didunia.
Penggolongan ras didasarkan pada ciri-ciri lahir atau morfolis seseorang. Ciri
morfologis ini merupakan ciri yang tampak atau dinamakan juga genotipe. Ras
bukanlah pengklasifikasian manusia berdasarkan budaya atau komunitas
tempat berkembang biak melainkan atas dasar ciri biologis. Ilmu yang
mempelajari ciri-ciri morfologis manusia untuk kepentingan klasifikasi ras ini
dikenal dengan anthrophometri.
b) Diferensiasi Sosial berdasarkan perbedaan etnis. Selain kemajemukan
berdasarkan ras, warga masyarakat Indonesia juga terdiri dari bermacam-
macam suku bangsa. Penentuan seseorang menjadi suatu anggota suku bangsa
tertentu adalah faktor kelahiran atau keturunan. Apabila seorang anak berasal
dari keturunan suku bangsa Sunda maka secara otomatis anak itu
berkedudukan sebagai orang Sunda. Sistem diferensiasi sosial berdasarkan
suku bangsa bersifat tertutup, artinya mobilitas sosial atau perpindahan
antargolongan suku bangsa tidak mungkin. Misalnya, tidak mungkin
seseorang dapat pindah golongan dari anggota suku bangsa Betawi menjadi
anggota suku Bangsa Sunda, Jawa, Minang, dan sebaliknya. Hal yang
memungkinkan seseorang dapat melakukan mobilitas adalah melalui
amalgamasi (perkawinan campuran), artinya dua orang yang berbeda suku
bangsa melakukan perkawinan, maka keturunannya kelak dapat menjadi
anggota kedua belah pihak atau bergantung pada sistem kekerabatan yang
berlaku pada suku bangsa tersebut.
c) Diferensiasi Sosial berdasarkan perbedaan agama. Diferensiasi sosial
berdasarkan perbedaan agama terwujud dalam kenyataan sosial bahwa
masyarakat terdiri atas orang-orang yang menganut suatu agama tertentu
termasuk dalam suatu komunitas atau golongan yang disebut umat. Oleh
karena itu, dalam masyarakat kemudian dijumpai sebutan umat Islam, umat
Kristen, umat Hindu ataupun umat Budha. Sebutan tersebut menunjukkan
adanya penggolongan penduduk atau warga masyarakat berdasarkan agama
yang dianut. Selain agama-agama di atas, sebagian kecil masyarakat Indonesia
menganut Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Paham Kepercayaan
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa ini bukan merupakan agama, tetapi
merupakan kebudayaan atau budaya spiritual yang umumnya diwariskan dari
kebudayaan nenek moyang.
d) Diferensiasi Sosial berdasarkan perbedaan gender. Di dalam kehidupan di
dunia ini ada dua jenis manusia, yaitu jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Dalam kehidupan sosial, kenyataan adanya perbedaan antara laki-laki dan
perempuan akan mengarah pada pembedaan fungsi, hak-hak dan
kewajibannya. Pada umumnya orang beranggapan istilah jender sama dengan
jenis kelamin, tetapi sesungguhnya tidaklah demikian. Perbedaan antara laki-
laki dan perempuan akan mencakup tentang perbedaan seks dan perbedaan
jender. Perbedaan secara seks adalah perbedaan secara biologis, yaitu
karakteristik seks primer, seperti: alat kelamin dan karakteristik seks sekunder
yang akan muncul kemudian, seperti bentuk tubuh atau bentuk suara.
Sedangkan perbedaan jender adalah cara berperilaku bagi pria dan wanita
yang sudah ditentukan oleh kebudayaan atau kodratnya yang kemudian
menjadi bagian dari kepribadiannya.
3. Peran dan Status Individu dalam Kehidupan Bermasyarakat.
Sebagai makhluk sosial seorang individu tidak dapat berdiri sendiri, saling
membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya, dan saling beinteraksi di dalam
kehidupan bermasyarakat. Wahana dimana seorang individu mengalami proses
sosialisasi yang pertama kali adalah pada lingkungan keluarga, maka peran keluarga
sangat penting artinya dalam pembentukan individu menjadi pribadi yang baik.
Sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat, keluarga mempunyai
peran penting dalam masyarakat tertentu, oleh karena itu dalam proses pengembangan
individu menjadi seorang yang berpribadi hendaknya diarahkan sesuai dengan struktur
masyarakat yang ada, sehingga seorang individu menjadi seorang yang dewasa yang
mampu mengendalikan diri dan mampu bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Masyarakat adalah kelompok manusia yang saling berinteraksi yang memiliki prasarana
untuk kegiatan tersebut dan adanya saling keterikatan untuk mencapai tujuan bersama.
Masyarakat adalah tempat kita bisa melihat dengan jelas proyeksi individu sebagai
bagian keluarga, keluarga sebagai tempat terprosesnya, dan masyarakat adalah tempat
kita melihat hasil dari proyeksi tersebut.
Individu yang berada dalam masyarakat tertentu berarti ia berada pada suatu
konteks budaya tertentu. Setiap individu dalam masyarakat mempunyai peran dan
kedudukan yang berbeda. Peran adalah pola perilaku yang diharapkan dari seseorang
yang mempunyai posisi tertentu. Sedangkan kedudukan adalah posisi seseorang dalam
kelompok. Mengingat setiap individu mempunyai kepentingan yang beragam, maka
setiap individu mempunyai kepentingan yang beragam, maka setiap individu dapat
berstatus dan berperan di beberapa kelompok sesuai dengan kepentingan itu. Setiap
individu harus berperilaku atau berperan sesuai dengan kedudukannya agar ia dapat
diterima dan diakui keberadaanya. Karena setiap organisasi mempunyai aturan sendiri,
maka sanksi yang diberikan oleh setiap organisasi kepada anggota yang melanggar pun
berbeda pula. Sanksi ini bertujuan menjaga keutuhan, keseimbangan, kestabilan
kelompoknya sehingga tujuan kelompok dapat tercapai. Pentingnya peranan adalah
karena dia mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang pada batas-
batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan oang lain. Orang yang
bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku sendiri dengan perilaku orang-orang
sekelompoknya. Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat merupakan
hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Peranan diatur oleh
norma-norma yang berlaku. Misalnya norma kesopanan menghendaki agar seorang
laki-laki berjalan dengan seorang wanita maka ia harus berjalan di sebelah luar.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang mempunyai peran dan tugas yang
berbeda. Tugas seorang dosen berbeda dengan bidan, petani, pedagang atau tukang
becak. Tetapi masing-masing saling membutuhkan dan saling bekerja sama untuk
mencapi tujuan yang sama yaitu memenuhi kebutuhan dalam rangka mencapi
kesejahteraan. Maka peran dan kedudukan sangat penting untuk menjaga keseimbangan
dan integritas sosial. Kedudukan atau status seseorang dalam masyarakat ada dua
macam yaitu antara lain :
a) Ascribed Status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa
memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan dan diperoleh tanpa
melalui perjuangan atau usaha sendiri. Biasanya diperoleh melalui kelahiran, seperti
anak yang bergelar raden, otomatis anaknya juga bergelar raden. Seorang anak
menjadi raja karena ayahnya adalah raja.
b) Achieved Status, yaitu kedudukan yang diperoleh melalui usaha atau perjuangan
yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran. Akan tetapi
bersifat terbuka bagi siapa saja, tergantung dari kemampuan masing-masing dalam
mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Contohnya, seseorang yang kaya dan
menjadi bos di sebuah perusahaan karena memang ia rajin dan ulet. Status
seseorang menjadi pegawai negeri karena ia rajin belajar dan berprestasi akhirnya
lulus tes CPNS. Status ini bersifat terbuka artinya setiap orang dapat mencapainya
karena kemampuan dan usaha masing-masing individu dalam beprestasi.
4. Dinamika Budaya Indonesia
Manusia adalah mahluk yang berakal, dengan akalnya itu ia menghasilkan
berbagai alat dan cara untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Segala cara dan alat
yang lahir atas akal manusia itu disebut kebudayaan. Tidak ada manusia yang dapat
hidup tanpa bantuan budaya, dan tidak ada budaya tanpa penciptaan oleh manusia.
Budaya adalah ciptaan manusia tapi, budaya menguasai kehidupan manusia. Karena itu
kebudayaan disebut superorganik. Manusia disuatu tempat ditambah dengan
kebudayaan maka menjadi masyarakat.
Secara etimologis kata kebudayaan adalah berasal dari bahasa Sansekerta
“budhayah”, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Jadi secara
sederhana kebudayaan adalah hal-hal yang berkenaan dengan kemampuan budi atau
akal. Dalam bahasa inggris kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata colere
yang artinya mengolah atau mengerjakan, berarti upaya manusia dalam mengolah atau
memanfaatkan alam. Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan,
serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehldupan bermasyarakat, yang dijadlkan
miliknya dengan belajar (Koentjaraningrat. 1980:180). Maka dapat diperoleh pengertian
kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi
sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan
kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang
berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
Budaya akan terus berkembang seiring dengan perubahan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan didukung oleh kemampuan manusia untuk belajar dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Hal ini akan menjadikannya sebagai suatu pola
hidup menyeluruh dan bersifat kompleks yang terbentuk dari berbagai unsur antara lain
: agama, kemasyarakatan, adat istiadat, bahasa, teknologi, kesenian serta pengetahuan.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk karena masyarakatnya terdiri
atas berbagai kelompok masyarakat dengan ciri khas kesukuan yang beraneka ragam
dengan beragam budaya dengan latar belakang yang berbeda. Keragaman budaya
Indonesia tersebar di ribuan pulau terbentang dari Sabang sampai Merauke. Adanya
keaneka ragaman masyarakat, sesungguhnya merupakan potensi konflik, karena nilai-
nilai budaya yang dilatar belakangi sosio kultural, yang berbeda akan menjadi
pendorong munculnya perasaan kesukuan yang berlebihan yang dapat memicu nilai
negatif berupa etnocentrisme yang menganggap remeh suku dan kebudayaan lain. Hal
ini mengakibatkan timbulnya perilaku ekslusif berupa kecenderungan memisahkan diri
dari masyarakat bahkan mendominasi masyarakat lainnya. Masalah lain yang harus
dihindari adalah pandangan diskriminatif berupa sikap membeda-bedakan perlakuan
sesama anggota masyarakat akibat berbedan latar belakang agama dan suku bangsa.
Keragaman budaya di Indonesia merupakan sebuah potensi yang harus
dikembangkan dan dimanfaatkan agar dapat menjadi kekuatan untuk menghadapi
tantangan dimasa depan. Masalah yang sering di hadapi saat ini saat ini adalah salah
satunya melemahnya budaya lokal sebagai bagian dari masyarakat. Hal ini
dikhawatirkan akan menurunnya kebanggaan nasional yang dapat menimbulkan
disintegrasi sosial. Keragaman budaya sebagai kekuatan khasanah budaya merupakan
suatu keunggulan dan modal membangun bangsa Indonesia yang multikultural, karena
memiliki gambaran budaya yang lengkap dan bervariasi. Sebagai contoh dalam bidang
seni, Indonesia sangat berlimpah karya, kreasi dan keunikan dari keragaman kultur
masing-masing etnis baik dalam bentuk seni sastra, seni pertunjukan, seni
suara/instrumental, seni tari dan seni lainnya.
Nilai-nilai budaya yang tertanam di dalam masyarakat Indonesia merupakan sebuah
kekuatan yang luar biasa dan perlu dimanfaatkan dengan baik antara lain: (1)
dibandingkan dengan negara lain di dunia, keragaman budaya Indonesia sangat
bervariasi, unik, dan lengkap karena dipengaruhi oleh keadaan alam dengan kondisi
geografis, flora dan fauna yang berbeda antara wilayah Indonesia bagian Barat, Tengah
dan Timur. (2) keunikan dan kekhasan budaya lokal mulai dari sistem kekerabatan, etika
pergaulan, pakaian adat, rumah adat, tari tradisional, alat musik tradisional, senjata
tradisional, bahasa dan dialek, instrumen dan lagu daerah, pengetahuan pengobatan dan
pengetahuan kuliner.(3) merupakan hal yang menarik pandangan bangsa lain yang ingin
mempelajari, mencoba, menikmati bahkan memiliki hasil budaya lokal di Indonesia.
Seiring dengan globalisasi dan modernisasi perkembangan budaya indonesia
mengalami pasang surut. Indonesia memiliki banyak warisan budaya dari nenek moyang,
tetapi akibat globalisasi dan modernisasi rasa cinta terhadap budaya semakin berkurang,
buktinya masyarakat luar negeri lebih mengenal budaya indonesia dibandingkan
masyarakat indonesia. Sebagai contoh adalah batik hasil dari budaya Indonesia, tetapi
batik lebih diminati oleh masyarakat luar negeri. Akibat dari kurangnya rasa cinta
terhadap budaya dalam negeri mengakibatkan beberapa bagian dari budaya indonesia di
klaim oleh bangsa lain. Berikut, data dari budaya yang di klaim oleh negara lain:
1. batik dari jawa oleh Adidas
2. Naskah kuno dari riau oleh pemerintah malaysia
3. Naskah kuno dari sumatera barat oleh pemerintah malaysia
4. Naskah kuno dari sulawesi selatan oleh pemerintah malaysia
5. Naskah kuno dari sulawesi tenggara oleh pemerintah malaysia
6. rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia
7. Sambal bajak dari jawa tengah oleh oknum WN belanda
8. Sambal petai dari riau oleh oknum WN belanda
9. tempe dari jawa oleh beberapa perusahaan asing
10. lagu rasa sayange dari maluku oleh pemerintah malaysia
11. Tari reog ponorogo dari jawa timur oleh pemerintah malaysia
12. Lagu soleram dari riau oleh pemerintah malaysia
13. Lagu injit-injit semut dari jambi oleh pemerintah malaysia
14. Alat musik gamelan dari jawa oleh pemerintah malaysia
15. Tari kuda lumping dari jawa timur oleh pemerintah malaysia
16. tari piring dari sumatera barat oleh pemerintah malaysia
17. Lagu kakak tua dari maluku oleh pemerintah malaysia
18. Lagu anak kambing saya dari nusa tenggara oleh pemerintah malaysia
19. Kursi taman dengan ornamen ukir khas jepara jawa tengah oleh oknum WN
perancis
20. Pigura dengan ornamen ukir khas jepara dari jawa tengan oleh oknum WN inggris
21. Motif batik perang dari yogyakarta oleh pemerintah malaysia
22. Desain kerajinan perak desak suwarti dari bali oleh oknum WN amerika
23. Produk berbahan rempah-rempah dan tanaman obat asli indonesia oleh shiseido
Co. Ltd
24. Badik tumbuk lada oleh pemerintah malaysia
25. kopi gayo dari aceh oleh perusahaan multinasional (MNC) belanda
26. kopi toraja dari sulawesi selatan oleh perusahaan jepang
27. Musik indang sungai garinggiang dari sumatera barat oleh malaysia
28. Kain ulos oleh malaysia
29. alat musik angklung oleh pemerintah malaysia
30.Lagu jali-jali oleh pemerintah malaysia
31. tari pendet dari bali oleh pemerintah malaysia
(http://lorentfebrian.wordpress.com/perkembangan-budaya-di-indonesia)

5. Upaya Pelestarian Budaya Asli


Bangsa Indonesia terdiri dari beragam suku bangsa dan unsur kebudayaan yang
semua sebagaimana tersirat dalam Bhineka Tunggal Ika yang artinya “ walaupun
berbeda-beda tetap satu jua “ Kebudayaan lama atau yang sering disebut kebudayaan
asli bangsa indonesia dimana kebudayaan ini belum terjamah oleh kebudayaan asing
merupakan suatu harus tetap kita pertahankan karena ini meryupakan suatu
kebanggaan atau kekayaan bangsa kita, oleh karena itu supay kebudayaan – kebudayaan
asli bangsa indonesia ini tetap ada marilah kita jaga bersama, adapun cara memelihara
kebudayaan asli bangsa indonesia adalah sebagai berikut :
a. Melalui Media Massa. Media massa mempunyai tugas dan kewajiban–selain menjadi
sarana dan prasarana komunikasi–untuk mengakomodasi segala jenis isi dunia dan
peristiwa-peristiwa di dunia ini melalui pemberitaan atau publikasinya dalam aneka
wujud (berita, artikel, laporan penelitian, dan lain sebagainya)–dari yang kurang
menarik sampai yang sangat menarik, dari yang tidak menyenangkan sampai yang
sangat menyenangkan tanpa ada batasan kurun waktu. Oleh karenanya, dalam
komunikasi melalui media massa, media massa dan manusia mempunyai hubungan
saling ketergantungan dan saling membutuhkan karena masing-masing saling
mempunyai kepentingan, masing-masing saling memerlukan. Media massa
membutuhkan berita dan informasi untuk publikasinya baik untuk kepentingan media
itu sendiri maupun untuk kepentingan orang atau institusi lainnya; di lain pihak,
manusia membutuhkan adanya pemberitaan, publikasi untuk kepentingan-kepentingan
tertentu.
Televisi sebagai media publik mempunyai daya tarik yang kuat tidak perlu
dijelaskan lagi, kalau radio mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur-unsur
kata-kata, musik dan sound effect, maka televisi selain ketiga unsur tersebut, juga
memiliki unsur visual berupa gambar. Dan gambar ini bukan gambar mati, melainkan
gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada penonton. Daya
tarik ini selain melebihi radio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat
dinikmati di rumah dengan aman dan nyaman, sedang televisi itu selain menyajikan
film juga programa yang lain seperti seni tradisional. Sesuai fungsinya, media massa
(termasuk televisi), selain menghibur, ada tiga fungsi lainnya yang cukup penting.
Harold Laswell dan Charles Wright (1959) membagi menjadi empat fungsi media (tiga
dicetuskan oleh Laswell dan yang ke empat oleh Wright). Keempat fungsi media
tersebut adalah : (1) Pengawasan (Surveillance). (2) Korelasi (Correlation), (3)
Penyampaian Warisan Sosial (Transmission of the Social Heritage), (4) Hiburan
(Entertainment)
b. Pementasan-Pementasan. Walau tidak mudah upaya-upaya pelestarian budaya kita
harus tetap gencar dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah pementasan-
pementasan seni budaya tradisional di berbagai pusat kebudayaan atau tempat umum
yang dilakukan secara berkesinambungan. Upaya pelestarian itu akan berjalan sukses
apabila didukung oleh berbagai pihak termasuk pemerintah dan adanya sosialisasi luas
dari media massa termasuk televisi. Maka cepat atau lambat, budaya tradisional
kembali akan bergairah
c. Melibatkan peran pemerintah. Mengembalikan peran aparat pemerintah sebagai
pengayom dan pelindung, dan bukan sebaliknya justru menghancurkannya demi
kekuasaan dan pembangunan yang berorientasi pada dana-dana proyek atau dana-dana
untuk pembangunan dalam bidang ekonomi saja. Dan tugas utama yang harus dibenahi
adalah bagaimana mempertahankan, melestarikan, menjaga, serta mewarisi budaya
lokal dengan sebaik-baiknya agar dapat memperkokoh budaya bangsa yang akan
megharumkan nama Indonesia. Dan juga supaya budaya asli negara kita tidak diklaim
oleh negara lain.
d. Menyelenggarakan mata pelajaran muatan local. Dengan adanya Sekolah
Selenggarakan Mata Pelajaran Muatan dan ekstrakurikuler wajib berbasis pelestarian
seni budaya setempat, dapat menimbulkan rasa cinta dan bangga memiliki kebudayaan
tersebut, dengan demikian para genarasi muda dapat mengetahui kebudayaan –
kebudayaan yang ada di Indonesia.
(http://www.jurnalskripsi.net)
MODUL 6 : Menjelaskan Konsep Dasar Politik dan Pemerintahan serta perubahan
sosial.
1. Konsep dasar politik dan pemerintahan
a. Tata Aturan Perundangan di Indonesia.
1) Indonesia merupakan Negara hukum
Rumusan Negara hukum yang dikemukakan para ahli berbeda-beda, hal ini
disebabkan perbedaan asas Negara hokum yang dianut maupun karena kondisi
masyarakat dan zaman pada waktu perumusan Negara hokum itu ditampilkan. Menurut
B. R. Saragih Negara hukum adalah Negara dimana tindakan pemerintah maupun
rakyatnya didasarkan atas hukum untuk mencegah adanya tindakan sewenang-wenang
dari pihak pemerintah (penguasa) dan tindakan rakyat yang dilakukan menurut
kehendaknya sendiri.
Untuk mencegah kesewenang-wenangan penguasa, dan mencegah rakyat bertindak
main hakim sendiri. Tindakan penguasa dikatakan sewenang-wenang jika tindakannya
itu melampau batas-batas kewenangannya yang telah ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan.
Demikian pula rakyat tidak memiliki kewenangan untuk menghukum sendiri
terhadap orang yang melakukan pelanggaran hokum misalnya, seseorang atau
sekelompok orang melakukan penganiayaan atau membunuh pencurian tertangkap.
Perbuatan orang tersebut merupakan pelanggaran hokum yang akan menapat sanksi
berupa hukuman penjara. Mengapa rakyat tidak boleh menghukum sendiri ? oleh
karena yang berwenang menjatuhkan hukuman adalah hakim di pengadilan.
1. Negara Indonesia adalah Negara hukum {pasal 1 ayat (3)
2. Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hokum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dalam tidak ada kecualinya
{pasal 27 ayat (1)}
3. Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD
{(pasal 4 ayat (1)}

Berdasarkan ketentuan tersbut, jelas bahwa Negara kita merupakan Negara


hokum yang berarti segala tindakan pemerintah dan rakyat harus berdasarkan hukum.
Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan, dalam menjalankan tugasnya tidak boleh
bertindak sewenang-wenang atau menyimpang dari peraturan perundang-undangan
yang berlaku dalam Negara. Di dalam UUD 1945 dan Peraturan Perundang undangan
yang adadi bawahnya telah diatur dengan tegas tentang batas-batas tugas yang harus
dijalankan oleh lembaga-lembaga Negara.
Unsur-unsur Negara hukum menurut Stahl:
1. Adanya jaminan hak asasi manusia;
2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan;
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan;
4. Adanya peradilan administrasi
Sedangkan unsur Negara hokum menurut Dicey:
1. Supremasi aturan hokum:
2. Kedudukan yang sama di depan hokum: dan
3. Terjadinya HAM dalam UU atau UUD.
2) Hierarki Peraturan Perundang-undangan
Di Negara kita, perauturan perundang-undangan yang tertinggi adalah UUD 1945.
Dalam kedudukannya sebagai peraturan perundang-undangan yang tertinggi, UUD
1945 dikatakan sebagai hokum dasar, yaitu hokum dasar tertulis. Dikatakan huku dasar
tertulis karena disampingnya ada hokum dasar yang tidak tertulis yang biasa disebut
konvensi. Apa yang dimaksud konvensi? Menurut Kaellan (2001) konvensi adalah
aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan Negara.
Meskipun tidak tertulis. Salah satu contoh konvensi ketatanegaraan di Negara kita,
yaitu pidato kenegaraan presiden RI setiap tanggal 16 agustus di depan sidang DPR.
Seperti kita ketahui bahwa di Negara kita pernah berlaku beberapa produk hokum,
yang mengatur tata urutan perundang undangan, yaitu ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966 mengenai: “Memorandum DPR-GR tentang Sumber tertib Hukum
Republik Indonesia”. Kemudian, di era reformasi, MPR telah mengeluarkan produknya
yang berupa ketetapan MPR No III/MPR/2000 tentang “Sumber Huum dan Tata
Urutan Peraturan Perundang-undangan”. Tata urutan peraturan perundang-undangan
yang sekarang berlaku diatur dalam pasal 7 UU No. 10 tahun 2004, sebagai berikut:
a. Jenis dan hirarki peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut:
1. UUD NKRI 1945
2. UU/Perpu
3. Peraturan Pemerintah
4. Peraturan Daerah
5. Peraturan Presiden
b. Peraturan Daerah sebagaimaa dimaksud pada ayat (1) huruf e, meliputi:
1. A
2. B
3. Peraturan Desa/Peraturan yang setingkat dbuat oleh badan perwakilan desa atau
nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya.
c. Ketentuan mengenai tata cara pembuatan peraturan desa/peraturan yang setingkat
diatur oleh peraturan daerah kab.kota yang bersangkutan.
d. Jenis peraturan perundang-undanganselain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hokum mengikat sepanjang
diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
e. Kekuatan hukum peraturan perundang-undangan adalah sesuai dengan hierarki
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Jenis peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam UU No. 10 Thn
2004 di atas merupakan suatu tata urutan atau tata susunan yang bersifat hierarkis yang
berarti urutan tersebut bersifat berjenjang dan tidak isa dipindah tempatkan. Dengan
kata lain peraturan perundang-undangan yang ada di bawah tidak boleh dan tidak
dibenarkan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebuh tinggi (di
atasnya), tata urutan yang berjenjang tersebut oleh Han Kelsen disebut Sufen Teorie
atau teori berjenjang.
Kelsen dalam teorinya itu menyatakan bahwa tertib hokum merupakan suatu
system of norms yang berlapis dan berjenjang-jenjang dalam suatu susunan (hierarki)
yang berbentuk seperti tangga-tangga pyramid. Pada tiap-tiap tangga terdapat kaidah-
kaidah ataur norms, dan di puncak pyramid terdapat suatu norma atau kaidah yang
tertinggi yang tidak dapat ditelusuri lebih lanjut yang disebut norma dasar
(Grundnorm) Grundnorm ini tidak berdasar dan tidak bersumber pada norma yang
lebih tinggi lagi sehingga grundnorm ini berlaku sebagai prosedur dalam arti mesti
diterima dengan tidak perlu diperdebatkan lagi (bersifat aksiomatis). Di Negara kita,
norma tertinggi tersebut, yaitu pancasila, yang tercantum dalam pembukaan UUD
1945. Selanjutnya, Nawiaski megembangkan teori berjenjang dengan
mengelompokkan 4 norma hokum.
a. Staatsfundamental norm, yang oleh Notonagoro diartikan pokok kaidah Negara
fundamental/basic norm: staatfundamental norm merupakan norma yang tertinggi
yang tidak dapat ditelusuri lebih lanjut sumbernya dalam tata urutan perundang-
undangan di Negara kita yang di kategorikan sebagai staatsfundamental norm
adalah pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya memuat pancasila.
b. Staatgrundgesetze, yaitu aturan-aturan dasar Negara atau aturan-aturan Negara
yang masih bersifat pokok, masih bersifat umum dan belum mengandung suatu
sanksi serta merupakan landasan bagi peraturan perundang-unangan lainnya yaitu
berlaku dalam Negara itu.
c. Vormelle gesetze, yaitu merupakan UU dalam arti formal yang sudah ada sanksi
dan pemaksa.
d. Verordnungen dan Autonome Satzungen, yaitu peraturan pelaksanaan dan
peraturan-peraturan otonom yang sifatnya delegasian.
3) Undang-Undang Dasar 1945
Dalam tata peraturan perundang-undangan di Negara Indonesia, UUD 1945
mempunyai kedudukan yang istimewa dibandingkan dengan UU lainnya, hal ini
dikarenakan:
a. UUD dibentuk menurut suatu cara yang istimewa yang berbeda dengan
pembentukan UU lainnya.
b. UUD dibuat secara istimewa untuk itu dianggap sebagai sesuatu yang luhur.
c. UUD adalah piagam yang menyataka cita-cita bangsa Indonesia dan merupakan
dasar organisas kenegaraan suatu bangsa.
d. UUD memuat garis besar tentang dasar dan tujuan Negara.
4) Undang-undang/Perpu
a. Undang-undang
UU merupakan peraturan yang dibentuk untuk mengatur lebih lanjut
ketentua UUD 1945 dan melaksanakan perintah UU lainnya. Lembaga yang
memegang kekuasaan yang membentuk UU adalah DPR dan presiden berhak
mengajukan rancangan UU kepada DPR.
Pada pasal 8 UU No.10 Tahun 2004 ditegaskan bahwa materi muatan yang
harusa diatur dengan UU berisi hal-hal yang:
1. Mengatur lebih lanjut ketentuan UUD 1945, yang meliputi
- HAM
- Hak dan kewajiban warga Negara
- Pelaksanaan dan penegakan kedaulatan Negara serta pembagian kekuasaan
Negara,
- Wilayah Negara dan pembagian daerah
- Kewarganegaraan dan kependudukan
- Keuangan Negara
2. Diperintahkan oleh suatu UU untuk di atur dengan UU.
b. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
Materi muatan perpu sama dengan materi muatan UU. Perpu dibentuk oleh
presiden tanpa terlebih dulu meminta persetujuan DPR, hal ini dikarenakn perpu
dibuat dalam keadaan darurat dalam arti persoalan yang muncul harus segera
ditindak lanjuti. Namun perpu harus tetap diajukan ke DPR untuk mendapatka
persetujuan. Sebagai lembaga legislatif, DPR harus menerima atau menolak perpu
yang diajukan presiden tersebut, konsekuensinya jika perpu tersebut ditolak maka
harus dicabut, dengan kata lain dinyatakan tidak berlaku lagi.
Kriteria untuk dikeluarkannya Peraturan Pemerintah adalah:
1. PP tidak dapat dibentuk tanpa adanya UU induknya
2. PP tidak dapat mencantumkan sanksi pidana, jika UU induknya tidak
mencantumkan sanks pidana.
3. PP tidak dapat memperluas atau mengurangi ketentuan UU induknya.
4. PP dapat dibentuk meskipun UU yang bersangkutan tidak menyebutkan secara
tegas, asal PP tersebut untuk melaksanakan UU.
5. Tidak ada PP untuk melaksanaka UUD 1945 atau TAP MPR.
c. Peraturan Presiden
Peraturan presiden adalah peratura yang dibuat oleh presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan Negara sebagai atribus dari pasal 4 ayat (1) UUD
1945. Materi muatan peraturan Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh UU
atau materi untuk melaksanakan Peraturan Pemrintah.
d. Peraturan Daerah
Peraturan daerah adalah peraturan yang dibentuk oleh pemerintah daerah
(DPRD bersama Pemerintah Daerah) Provinsi atau daerah Kabupaten dan/atau
daerah kota. Materi muatan peraturan daerah adalah adalah seluruh materi muatan
dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan
menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi. Jika peraturan daerah tersebut dibuat sesuai
dengan dengan kebutuhan daerah maka dimungkinkan perda yang berlaku di suatu
daerah Kab/Kota belum tentu cocokdiberlakukan di daerah Kab/Kota lain.
2. Prinsip-prinsip dasar pemerintahan
a. Prinsip-prinsip penyelenggaraan negara.
Untuk menjalankan sebuah organisasi besar seperti Negara diperlukan prinsip-
prinsip tertentu agar paar penyelenggara Negara dapat menjalankan roda pemerintahan
Negara sesuai dengan amanah yang diberikan rakyat, menurut pandangan Jimly
Asshidiqie (2006) terdapat Sembilan prinsip penyelenggaraan Negara, yaitu prinsip
Ketuhanan Yang Maha Esa, cita Negara hokum atau nomokrasi, paham kedaulatan
rakyat atau demokrasi, demokrasi langsung atau demokrasi perwakilan, pemisahan
kekuasaan dan Check and Balances, Sistem Pemerintahan presidensial, persatuan dan
keragaman dalam Negara kesatuan, demokrasi ekonomi dan demokrasi pasar.
1) Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa
Sekalipun Negara kita bukan Negara yang dijalankan berdasarkan agama,
namun setiap manusia Indonesia sebagai rakyat dan warga Negara Indonesia diakui
sebagai insane beragama berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam
Ketuhanan YME tersebut merupakan pandangan dasar primer dan bersifat primer
yang secara substansial menjiwai keseluruhan wawasan kenegaraan bangsa
Indonesia.
2) Prinsip Cita Negara Hukum dan The Rul of Law
Dalam UUD 1945 ditegasan bahwa Indonesia adalah Negara hukum.
Pengakuan sebagai Negara hokum di dalamnya terkandung pengertian adanya
pengakuan terhadap supremasi hukum dan konstitusi, dianutnya prinsip pemisahan
dan pembatasan kekuasaan menurut system konstitusional yang dianut dalm UUD,
adanya prinsip peradilan yang bebas dan tidak memihak, serta menjamin keadilan
bagi setiap orang termasuk terhdap penyalahgunaan wewenang oleh pihak yang
berkuasa.
Dalam paham Negara hukum, hukumlah yang memegang komando
tertinggi dalam penyelenggaraan Negara. Artinya, yang sesungguhnya memimpin
dalam penyelenggaraan Negara itu adalah hokum itu sendiri selesai dengan prinsip
The Rule of Law, and Not of Man, yang sejalan dengan pengertian nomokrasi, yaitu
kekuasaan yang dijalankan oleh hokum. Dalam Negara hukum yang demokratis,
hukum tidak boleh dibuat, ditetapkan, ditafsirkan dan ditetapkan dengan tangan
besi berdasarkan kekuasaan belaka (Machsstaat), tetapi hokum harus dibuat
dengan memperhatikan dan mendasarkan pada demokrasi, yaitu aspirasi dan
kepentinga rakyat.
3) Prinsip Paham Kedaulatan Rakyat
Pemilik kekuasaan tertinggi yang sesungguhnya dalam Negara kita adalah
rakyat sehingga kekuasaan Negara hendaknya diselenggarakan bersama-sama oleh
rakyat. Demokrasi bukan hanya menyangkut pelembagaan gagasan-gagasan luhur
tentang kehidupan Negara yang ideal, melainkan juga merupakan persoalan tradisi
dan busaya politik yang egaliter dalam realitas pergaulan hidup yang berkeragaman
dengan saling menghargai perbedaan satu sama lain. Sebagai guru tentu Anda
mengemban amanah untuk menanamkan sikap dan prilaku dan demokrasi siswa
baik di sekolah maupun di rumah dari lingkungan masyarakat, sebab sikap dan
prilaku demokrasi tidak bisa diwariskan tetapi mesti ditanamkan dan dibiasakan
sejak dini.
4) Prinsip Demokrasi Langsung dan Demokrasi Perwakilan
Kedua jenis demokrasi tersebut diharapkan dalam penyelenggaraan Negara
di Negara kita. Demokrasi perwakilan dijalankan oleh lembaga perwakilan rakyat,
yaitu DPR, DPD dan DPRD di daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota untuk
mewakili rakyat dalam menjalankan fungsi legislas, fungsi pengawasan dan fungsi
anggaran, serta menjalakan kewenangan lain yang berkaitan atau menyangkut
kepentingan rakyat yang diwakilinya. Sedangkan demokrasi langsung dilakukan
melalui pemilihan umum, dan pemilihan pasangan Presiden dan wakil Presiden.
Selain itu, kedaultatan rakyat dapat pula disalurkan setiap saat melalui pelaksanaan
hak atas kebebasan berpendapat, kebebasan berorganisasi/berserikat, dan
kebebasan pers sesuai dengan peraturan yang berlaku.
5) Prinsip-prinsip Pemisahaan Kekuasaan dan Sistem Check and Balances
Sebelum perubahan UUD 1945, di Negara kita menganut prinsip
pembagian kekuasaan (distribution of power) yang bertumpu pada supremasi MPR
sebagai lembaga tertinggi Negara dan pemegang kedaulatan rakyat sepenuhnya.
Namun setelah perubahan UUD 1945, MPR bukanlah pemegang kedaulatan rakyat
sepenuhnya dan bukan pula lembaga tertinggi Negara karena kedudukan MPR
sejajar dengan lembaga tertinggi lainnya, seperti DPR, Presiden, MK, MA, dan
BPK.
Menurut UUD !($% kedaulatan rakyat dibagikan secara horizontal dengan acar
memisahkannya (separation of power) menjadi kekuasaan-kekuasaan yang
dijalankan lembaga-lembaga negara yang sederajat dan saling mengandalkan satu
sama lain berdasarkan prinsip saling mengawasi dan mengimbangi (check and
balances).
6) Prinsip Sistem Pemerintahan Presidensial
System oemerintahan presidensial mengandung makna bahwa yang
memegang kekuasaan menjalankan pemerintahan berada di tangan presiden
(contrentation of power and responsibility upn the President), dalam system ini
presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen, tetapi bertanggung jawab
secara langsung terhadap rakyat yang sudah memilihnya. Salah satu keuntungan
system presidensial ini adalah lebih mnejamin stabilitas pemerintahan.
Pertama, dalam system pemerintahan presidensial ini Presiden dan wakil
Presiden merupakan suatu institusi penyelenggaraan kekuasaan eksekutif Negara
tertinggi di bawah UUD. Kedua, Presiden dan wakil Presiden dipilih oleh rakyat
secara langsung dank arena itu secara politik tidak bertangggung jawab kepada
MPR atau parlemen melainkan bertanggung jawab langsung kepada rakyat telah
memilihnya. Ketiga, presiden dan/atau wakil presiden dapat dimintakan
pertanggungjawabannya secara hokum apabila melakukan pelanggaran hokum dan
konstitusi. Keempat, dalam hal terjadi kekosongan jabatan Presiden dan wakil
Presiden, pengisiannya dapat dilakukan melalui pemilihan dalam siding MPR.
Kelima, para menteri merupakan pembantu presiden dan wakil presiden. Menteri
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dan wakil Presiden, dank arena itu
bertanggungjawab kepada Presiden bukan ke Parlemen. Keenam, masa jabatan
Presiden dan wakil Presiden dibatasi hanya lima tahun dan dpaat dipilih kembali
dalam jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan.
7) Prinsip Persatuan dan Keragaman
Di Negara kita yang memiliki berbagai keragaman suku bangsa, agama dan
budaya dibutuhkan prinsip persatuan dengan bersatu seerat-eratnya dalam
keragaman tersebut. Keragaman itu merupakan suatu kekayaan yang mesti
dipersatukan, tetapi tidak boleh diseragamkan yang mengarah pada menafikan
(tidak mengakui) keragaman NKRI merupakan Negara persatuan dalam arti
sebagai Negara yang warga negaranya erat bersatu, yang mengatasi segala paham
perseorangan atau golongan, yang mnejamin persamaan kedudukan dalam hokum
dan pemerintahan tanpa kecuali.
8) Prinsip Demokrasi Ekonomi dan Ekonomi Pasar Sosal
Paham demokrasi ekonomi dan ekonomi pasar social di Negara kita
tercermin dalam Bab XIV yang meliputi pasal 33 dan 34 UUD 1945 tentang
perekonomian nasional dan kesejahteraan social.
9) Prinsip Citra Masyarakat Madani
Prinsip ini memandang bahwa: ketiga wilayah (domain), yaitu Negara,
masyarakat dan pasar harus sama-sama dikembangkan keberadaannya dalam
hubungan yang fungsional, sinergis dan seimbang. Institusi Negara dibentuk bukan
untuk mengambil alih fungsi-fungsi yang secara alamiah dapat dikerjakan sendiri
secara lebih efektif dan efisen oleh institusi masyarakat, melainkan justru untuk
maki mendorong tumbuh dan berkembangnya peradaban bangsa Indonesia sesuai
dengan cita-cita masyarakat madani yang maju, mandiri seejahtera, demokratis dan
berkeadilan.
3. Hak dan kewajiban warga negara menurut UUD 1945 sebagai wujud
berkehidupan bermasyarakat dan bernegara
a) Hak warga negara Indonesia
a. Hak Atas kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
Dalam Pasal 27 ayat 1 yang berbuny “segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum
dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Pasal ini merupakan pengakuan
dan jaminan hak yang sama semua warga negara dalam hukum dan pemerintahan.
b. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
Pasal 27 ayat 2 “tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.”. Pasal ini merupakan pengakuan bahwa setiap warga
negara telah memenuhi persyaratan tertentu tanpa memandang suku, ras, dan agama
berhak memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
c. Hak atas kemerdekaan berserikat dan berkumpul diatur dalam pasal 28 yang
berbunyi “kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. Ini merupakan
pengakuan dan jaminan hak kemerdekaan untuk menyatakan pikiran atau pendapat
dan hak mendirikan perkumpulan dan berserikat..
d. Hak atas kebebasan memeluk beragama dan beribadat diatur dalam pasal 29 ayat 2
“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk aagamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.” Pasal
ini memberikan kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah sesuai
kepercayaannya.
e. Hak ikut serta dalam upaya pembelaan negara dan pertahanan dan keamanan diatur
dalam undang-undang 1945 pasal 27 ayat 3 “ Setiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal ini merupakan pengakuan dan
jaminan hak dan sekaligus jaminan terhadap setiap warga negara untuk ikut serta
dalam usaha membela negara.
f. Hak mendapat pengajaran terdapat pada pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi “
tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.” Pasal ini merupakan
pengakuan terhadap setiap warga negara untuk mendapat pengajaran.
g. Hak dipelihara oleh negara, tercantum dalam pasal 34 UUD 1945 berbunyi “ Fakir
miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara”/. Pasal ini merupakan
hak khusus bagi fakir miskin dan anak-anak terlantar untuk dipelihara oleh negara.
b) Kewajiban warga negara Indonesia
1. Kewajiban menjunjung hukum dan pemerintahan, dalam pasal 27 ayat 1 disebutkan
bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya. Berdasarkan pasal ini, setiap warga negara wajib untuk mentaati
peraturan tanpa kecuali.
2. Kewajiban dalam ikut serta dalam upaya membela negara, dalam pasal 27 ayat 3
disebutkan ikut serta dalam upaya pembelaan negara merupakan kewajiban
disamping hak setiap warga negara.
Hak dan kewajiban yang dimiliki warga negara mempunyai hubungan erat dengan
hukum dimana hak dan kewajiban yang melekat pada seseorang itu muncul karena
ditentukan atau diciptakan oleh hukum. Tatanan yang diatur atau diciptakan hukum baru
akan menjadi kenyataan apabila kepada subjek hukum diberi hak dan dibebani kewajiban.
Setiap hubungan hukum yang diciptan oleh hukum selalu mempunyai dua segi, yaitu di
satuu pihak dan dilain pihak kewajiban.
4. Informasi dan perubahan sikap dan perubahan sosial
a. Informasi dan Pembentukan Sikap
Informasi merupakan stimulus bagi pembentukan sikap seseorang dalam
kehidupannya. Orang dalam kehidupan sehari-hari selalu mendapatkan informasi dan
informasi ini dapat digunakan sebagai stimulus dalam pembentukan sikap bagi tiap-tiap
orang. Informasi dapat disampaikan melalui berbagai media seperti media cetak dan media
elektronik. Media cetak contohnya surat kabar, tabloid, majalah, Koran, dsb. Sedangkan
media elektronik misalnya radio, internet, televisi, telepon, telegraf, dan sebagainya.
Semua informasi yang terdapat dalam media tersebut dapat mengubah sikap seseorang.
Informasi yang diperoleh seseorang atau sekelompok orang dapat membentuk atau
menentukan sikap seseorang atau kelompoknya. Informasi yang menyebabkan
terbentuknya sikap adalah yang berhubungan dengan sikap-sikap lain.
Contoh aplikasi dalam kehidupan:
Seorang petani yang tergolong dalam kelopok tani di suatu desa memperoleh
informasi dari penyuluh pertanian bahwa usaha tani harus bervariasi, tidak hanya
menanam padi, tetapi harus divariasikan dengan yang lain seperti menanam palawija atau
biasa disebut dengan sistem diversifikasi. Mereka menerima dan mengubah pola taninya
karena adanya kesepahaman antara informasi dari penyuluh dengan para petani yaitu
dengan menanam palawija dengan padi. Sawah dibuat untuk menanam padi di bagian
bawah dan di bagian tanah yang atas ditanami palawija. Setelah panen, diperolah hasil padi
dan palawija. Perubahan perilaku petani karena informasi yang disampaikan oleh penyuluh
pertanian.
Anak baru gede yang malas belajar, jarang membaca buku. Suatu ketika melihat
tabloid surat kabar tentang peluang kerja dan tantangannya di masa dating di Negara
Amarta, lalu hatinya tergugah, takut dirinya tidak lulus. Jika tidak lulus, dia akan malu
pada dirinya, keluarga dan kelasnya. Melihat juga siswa SMA yang lulus ujian mereka
pawai keliling kota merayakan kelulusannya dan alangkah bahagia hati mereka. Dia
berusaha untuk belajar, membaca buka, bertanya kepada teman bahkan ikkut bimbingan
belajar agar mempermudah dalam ujian nanti dan harapannya dapat lulus ujian atau lulus
tes perguruan tinggi.

b. Proses pembentukan sikap oleh informasi disebabkan karena adanya sinkronisasi


antara informasi dan sikap sebelumnya.
Dalam mengubah sikap yang baru seseorang atau kelompok maka informan atau pemberi
informasi diharuskan menggunakan infomasi yang sinkron dengan sikap sebelumnya.
1) Fakta obyektif.
Terbantuknya sikap oleh informasi terutama disebabkan karena adanya respons yang
sejalan dengan komponen kognisi atau pengetahuan sebalumnya. Ketidakbenaran fakta
objek sikap, akan menimbulkan sikap negative pada seseorang atau kelompok.
2) Sumber fakta
Di samping kebenaran fakta, darimana fakta atau infomasi itu diperolah juga penting
dengan respons kognisi. Menurut para ahli psikologi social sumber fakta dapat
diklasifikasikan pada 3 jenis yaitu :
a) Otoritas sebagai sumber fakta. Pada umumnya sulit diperoleh fakta yang penting
langsung dari sumbernya hal ini karena diperlukan waktu, keterampilan, biaya,
keahlian dalam memperolah fakta. Data diperoleh dari berbagai sumber, seperti
para ahli, orang tua anak, guru atau warga masyarakat dengan cara tertentu.
b) Penciptaan, penemuan dan distorsi fakta. Ketidakseimbangan antara sistem kognisi
seserang cenderung untuk mengubah arah harmoni atau keserasian dan kesesuaian.
Kurangnya fakta yang relevan dan adanya fakta yang bertentangan menyebabkan
seseorang menciptakan, menemukan atau menubah fakta, tetapi menunjang dan
identik dengan sikap yang telah ada.
c) Penampilan dan realita. Adanya otoritas yang kurang dipercaya, menyebabkan
orang yang menerima informasi lebih mempercayai apa yang dilihat atau diamati
tentang penampilan dari pihak yang punya otoritas.
Ada beberapa bagian penting dalam perkembangan sikap seseorang dalam
kelompok yaitu sebagai berikut:
a) Nilai-nilai kelompok. Nilai kelompok memainkan peranan penting dalam
perkembangan dan organisasi sikap individu, ilai kelompok itu dapat menjadi 2
bagian yaitu : 1) Nilai sentral adalah nilai kesepakatan, komitmen yaitu nilai yang
mengikat anggota kelompok seperti visi dan misi suatu organisasi doktrin dalam
kelompok. Dalam partai politik terdapat doktrin partai yang ditaati olah setiap
anggotanya bahkan menjadi pematri dalam perbedaan pandangan antar anggota. 2)
Nilai berlainan yaitu perbedaan pendapat harus dimafhum dan disadari sebagai
dinamika organisasi secara demokratis dijunjung tinggi selama tidak mengganggu
keharmonisan organisasi. Oleh karena itu, harus memiliki toleransi terhadap
perbedaan satu sama lain.
b) Norma-norma kelompok. Perkembangan sikap ditentukan oleh norma kelompok
yakni norma kelompok yang dikembangkan lewat kebudayaan yang beraneka
ragam dalam masyarakat. Nilai kelompok tidak hanya menentukan perbuatan mana
yang benar salah tetapi emnentukan sikap mana yang baik dan buruk.
c) Pengaruh kelompok terhadap pembentukan sikap. Para ahli perkembangan sikap
menyadari bahwa pembentukan sikap individu dipengaruhi oleh:
 Membership group yaitu anggota kelompok primer yang berusaha memberikan
keseragaman dan kesamaan sikap individu. Membina kesamaan tidakan
kelompok terhadap seseorang dalam berbagai kegiatan. Diantaranya dengan
cara memaksakan untuk menyesuaikan diri, memberikan kesempatan memilih
sikap kelompok, menampakkan informasi dari seorang anggota kelompok pada
anggota kelompok yang lainnya, seorang anggota kelompok yang baru dapat
diterima apabila dia dapat menerima sikap dari kelompok.
 Reference group yaitu pembentukan sikap seseorang dengan cara
pengidentifikasian dirinya pada kelompok dan menggunakannya sebagai
acuan.
c. Sikap Individu Mencerminkan Kepribadian
Pembentukan sikap akan membantu membina kepribadian seseorang. Ekstrovert yaitu
kepribadian yang sering kali muncul dalam diri manusia ada yang secara terbuka, atraktif,
banyak omong dan banyak tingkah. Introvert yaitu kepribadian orang yang diam dan tidak
banyak bicara dalam pergaulannya. Kepribadian dibentuk oleh beberapa komponen sikap
seseorang, yaitu :
1) Sikap keagamaan. Seseorang yang beragama dengan baik maka akan membentuk sikap
kepribadian yang baik, lembut, halus da hati-hati dlam berbicara, bertindak dan
berperilakunya. Dia selalu memperhatikan bukan hanya pada dirinya, tetapi selalu
memperhatika orang lain, keluarga dan masyarakatnya. Ketaatan pada Tuhan
diimplementasikan pada ketaatan dan kedisiplinan dalam kehidupannya bersama-sama
dengan warga masyarakat lainnya.
2) Sikap sukuisme. Suku dan keturunan akan membentuk sikap dan kepribadian
seseorang, sepert tata cara berbicara, makan minum, berpakaian, bekerja hingga akan
membedakan antara dia dan yang lainnya atara suku satu, bangsa satu dengan bangsa
lainnya. Keramah tamahan, kesopanan dan keluwesan sera kebaranian dan tanggung
jawab yang sering kali dimunculkan dan menggambarkan kepribadian seseorang dari
kelompok suku tertentu, atau bangas tertentu di dunia. Di Indonesia karena suku bangsa
banyak sehingga menjadi labih kaya dan bervariasi budaya dalam kehidupan sehari-
hari. Pendirian kelompok atas dasar kesukuan atau berbagai suku sekaligus menjalin
individu dalam bentuk pola yang lebih luas dan lebar akan dapat membentuk
kepribadian seseorang dan kelompoknya.
3) Sikap politik. Sikap politik membina kepribadian seseorang dalam menguasai diri dan
orang lain dengan menggunakan cara tertentu dalam kelompok untuk mencapai suatu
tujuan. Poal hubungan dan keterkaitan dengan tujuan yang mengekspresikan sesuatu
sikap. Kebijakan, siasat, kepentingan kelompok merupakan dasar utama dalam sikap
seseorang.
4) Sikap Internasional. Sikap internasional dipengaruhi oleh wawasan kognitif, dinamika
kehidupan seseorang yang membentuk kepribadiannya. Seseorang senang dan tidak
senang pada Negara lain ditentukan oleh pengetahuan dan wawasannya tentang Negara
itu. Hubungan antara satu Negara dengan Negara lain, memberikan warna tentang
Negara itu, tata cara hubungan politik, ekonomi, social budaya yang saling
menguntungkan kedua Negara.

Sumber : http://walgi.blogdetik.com/2013/05/02/informasi-perubahan-sikap-dan-
perubahan-sosial/

d. Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan
di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya
nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam
masyarakat. Setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan. Perubahan
bagi masyarakat yang bersangkutan maupun bagi orang luar yang menelaahnya, dapat
berupa perubahan-perubahan yang tidak menarikdalam arti kurang mencolok. Ada pula
perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada pula perubahan-
perubahan yang lambat sekali, tetapi ada pula yang berjalan cepat. Perubahan dapat
berkaitan dengan : nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku, organisasi, lembaga
kemasyarakatan, lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang dan lain-lain.
e. Bentuk Perubahan Sosial
1) Perubahan Lambat dan perubahan cepat. Perubahan secara lambat memerlukan
waktu yang lama dan biasanya merupakan rentetan perubahan kecil yang saling
mengikuti dengan lambat. Perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau
kehendak tertentu. Masyarakat hanya berusaha menyesuaikan dengan keperluan,
keadaan, dan kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
Perubahan ini terjadi melalui tahapan-tahapan dari yang sederhana menjadi maju.
Misalnya kehidupan masyarakat suku Kubu di Sumatra. Mereka mengalami
perubahan secara lambat, terutama dalam tempat tinggal dan mata pencaharian hidup.
Sampai saat ini suku Kubu masih menjalankan aktivitas lamanya, yaitu berburu dan
meramu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Perubahan cepat, perubahan yang
terjadi ada yang direncanakan terlebih dahulu dan ada yang tidak direncanakan. Selain
itu ada yang dijalankan tanpa kekerasan dan dengan kekerasan. Dalam perubahan
cepat, kemungkinan timbulnya sifat anarki dan tindakan kekerasan sangat besar
terjadi. Adapun ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relative karena revolusi
pun dapat memakan waktu lama. Pada umumnya, suatu perubahan dianggap sebagai
perubahan cepat karena mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat, seperti
sistem kekeluargaan, politik, ekonomi, dan hubungan antarmanusia. Suatu revolusi
dapat juga berlangsung dengan didahului suatu pemberontakan. Misalnya revolusi
bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya.
2) Perubahan Kecil dan perubahan besar. Perubahan kecil adalah perubahan-
perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa
pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Misalnya perubahan mode pakaian,
bentuk rumah, dan mainan anak yang tidak akan membawa pengaruh yang berarti bagi
masyarakat dalam keseluruhannya. Perubahan besar adalah suatu perubahan yang
berpengaruh terhadap masyarakat dan lembaga-lembaganya, seperti dalam system
kerja, sistem hak milik tanah, hubungan kekeluargaan, dan stratifikasi masyarakat.
Contohnya adalah adanya industrialisasi. Industrialisasi telah mengubah masyarakat
agraris menjadi masyarakat industri. Perubahan itu memberikan pengaruh dalam
kehidupan masyarakat, seperti terlihat dalam hubungan antarsesama. Pada masyarakat
agraris, hubungan antarsesama terlihat sangat akrab dan menunjukkan adanya
kebersamaan. Namun pada masyarakat industri hal itu mengalami perubahan, di mana
hubungan lebih didasarkan pada pertimbangan untung rugi.
3) Perubahan yang Dikehendaki dan yang tidak dikehendaki. Perubahan bentuk ini
merupakan perubahan-perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan
terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan dalam
masyarakat. Pihak-pihak itu disebut sebagai agent of change, yaitu seseorang atau
sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin dalam
perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan. Misalnya pejabat pemerintah,
tokoh masyarakat, atau mahasiswa. Adapun cara yang dapat digunakan untuk
memengaruhi masyarakat adalah dengan rekayasa sosial (social engineering), yaitu
dengan sistem yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu. Cara ini sering pula
dinamakan perencanaan sosial (social planning). Contohnya adalah pembangunan
berbagai sarana dan prasarana, seperti kawasan industri, bendungan, jalan, dan lain-
lai. Perubahan yang tidak dikehendaki terjadi di luar jangkauan pengawasan
masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak
diharapkan oleh masyarakat. Misalnya rusaknya berbagai fasilitas umum, serta banyak
orang yang kehilangan rumah, keluarga, dan sanak saudara. Pada umumnya sangat
sulit untuk meramalkan tentang terjadinya perubahan yang tidak dikehendaki ini.
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses perubahan sosial
Terdapat faktor-faktor yang mendorong jalannya perubahan yang terjadi. Faktor
tersebut antara lain :
1) Adanya kontak dengan kebudayaan masyarakat lain. Salah satu proses yang
menyangkut hal ini adalah misalnya diffusion. Difusi adalah suatu proses penyebaran
unsur-unsur kebudayaan dari seseorang kepada orang lain, dan dari satu masyarakat ke
masyarakat lain. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah diterima
oleh masyarakat misalnya, dapat diteruskan dan disebarluaskan pada masyarakat lain,
sampai masyarakat tersebut dapat menikmati kegunaan dari hasil-hasil peradaban bagi
kemajuan manusia. Maka proses semacam itu merupakan pendorong bagi pertumbuhan
suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaan-kebudayaan umat manusia.
2) Adanya sikap terbuka nterhadap karya serta keinginan orang lain untuk maju.
Sikap menghargai karya orang lain dan keinginan-keinginan untuk maju merupakan
salah satu pendorong bagi jalannya perubahan-perubahan. Apabila sikap tersebut telah
melembaga, maka masyarakat akan memberikan pendorong bagi usaha-usaha untuk
mengadakan penemuanpenemuan baru. Pemberian hadiah nobel dan yang sejenisnya
misalnya, merupakan pendorong bagi individu-individu maupun kelompok-kelompok
lainnya untuk menciptakan karya-karya yang baru lagi.
3) Adanya Sistem pendidikan formal yang maju. Sistem pendidikan yang baik yang
didukung oleh kurikulum adaptif maupun fleksibel misalnya, akan mampu mendorong
terjadinya perubahan-perubahan sosial budaya. Pendidikan formal, misalnya di sekolah,
mengajarkan kepada anak didik berbagai macam pengetahuan dan kemampuan yang
dibutuhkan oleh para siswa. Di samping itu, pendidikan juga memberikan suatu nilai-
nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-
hal baru dan juga bagaimana cara berpikir secara ilmiah. Namun jika dikelola secara
baik dan maju, pendidikan bukan hanya sekedar dapat mengajarkan pengetahuan,
kemampuan ilmiah, skill, serta nilai-nilai tertentu yang dibutuhkan siswa, namun lebih
dari itu juga mendidik anak agar dapat berpikir secara obyektif. Dengan kemampuan
penalaran seperti itu, pendidikan formal akan dapat membekali siswa kemampuan
menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
jamannya atau tidak. Nah, di sinilah kira-kira peranan atau faktor pendorong bagi
pendidikan formal yang maju untuk berlangsungnya perubahanperubahan dalam
masyarakat.
4) Sikap berorientasi ke masa depan. Adanya prinsip bahwa setiap manusia harus
berorientasi ke masa depan, menjadikan manusia tersebut selalu berjiwa (bersikap)
optimistis. Perasaan dan sikap optimistis, adalah sikap dan perasaan yang selalu percaya
akan diperolehnya hasil yang lebih baik, atau mengharapkan adanya hari esok yang
lebih baik dari hari sekarang. Sementara jika di kalangan masyarakat telah tertanam
jiwa dan sikap optimistis semacam itu maka akan menjadikan masyarakat tersebut
selalu bersikap ingin maju, berhasil, lebih baik, dan lain-lain. Adanya jiwa dan sikap
optimistik, serta keinginan yang kuat untuk maju itupula sehingga proses-proses
perubahan yang sedang terjadi dalam masyarakat itu dapat tetap berlangsung.
5) Sistem lapisan masyarakat yang bersifat terbuka (open stratification). Sistem
stratifikasi sosial yang terbuka memungkinkan adanya gerak vertikal yang luas yang
berarti memberi kesempatan bagi individu-individu untuk maju berdasar
kemampuannya. Dalam keadaan demikian, seseorang mungkin akan mengadakan
identifikasi dengan warga-warga yang mempunyai status yang lebih tinggi.
Dengan demikian, seseorang merasa dirinya berkedudukan sama dengan orang atau
golongan lain yang dianggapnya lebih tinggi dengan harapan agar mereka diperlakukan
sama dengan golongan tersebut. Identifikasi terjadi di dalam hubungan superordinat-
subordinat. Pada golongan yang lebih rendah kedudukannya, sering terdapat perasaan
tidak puas terhadap kedudukan sosial yang dimilikinya. Keadaan tersebut dalam
sosiologi dinamakan “status-anxiety”. “Status-anxiety” tersebut menyebabkan
seseorang berusaha untuk menaikkan kedudukan sosialnya.
6) Adanya komposisi penduduk yang heterogen. Pada kelompok-kelompok masyarakat
yang terdiri dari berbagai latar belakang seperti kebudayaan, ras (etnik), bahasa,
ideologi, status sosial, dan lain-lain, atau yang lebih populer dinamakan “masyarakat
heterogen”, lebih mempermudah bagi terjadinya pertentangan-pertentangan ataupun
kegoncangan-kegoncangan. Hal semacam ini juga merupakan salah satu pendorong
bagi terjadinya perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat.
7) Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya.
Nasib manusia memang sudah ditentukan oleh Tuhan, namun adalah menjadi tugas dan
kewajiban manusia untuk senantiasa berikhtiar dan berusaha guna memperbaiki taraf
kehidupannya. Lagipula, menurut ajaran agama juga ditekankan bahwa Tuhan tidak
akan mengubah nasib sesuatu umat (termasuk individu) selama umat (individu) tersebut
tidak berusaha untuk mengubahnya. Dengan demikian tugas manusia adalah berusaha,
lalu berdoa, sedangkan hasil akhir adalah Tuhan yang menentukannya. Adanya nilai-
nilai hidup serta keyakinan yang semacam itu menyebabkan kehidupan manusia
menjadi dinamik, dan adanya dinamisasi kehidupan inilah sehingga perubahan-
perubahan sosial budaya dapat berlangsung.
8) Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu. Munculnya
ketidakpuasan masyarakat terhadap bidangbidang kehidupan tertentu, misalnya adanya
pelaksanaan pembangunan yang hanya menguntungkan golongan tertentu, pembagian
hasil pembangunan yang tidak merata, semakin melebarnya jurang pemisah antara si
kaya dan si miskin, dan lain-lain, dapat menyebabkan terjadinya kekecewaan dalam
masyarakat. Bahkan jika dibiarkan sampai berlarut-larut, hal semacam itu dapat
mengakibatkan terjadinya demo ataupun protes-protes yang semakin meluas, atau
bahkan kerusuhan-kerusuhan, dan revolusi. Dengan demikian adanya ketidakpuasan
masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu dapat mendorong bagi
bergulirnya perubahanperubahan sosial budaya.
Selain sejumlah faktor-faktor di atas, terjadinya perubahan sosial dapat pula
didorong atau dipercepat karena adanya faktor-faktor intern (dari mayarakat yang
mengalami perubahan) seperti: Adanya sikap masyarakat yang selalu terbuka terhadap
setiap perubahan, Berkembangnya pola pemikiran yang positif terhadap hal-hal yang
baru, Adanya sikap masyarakat yang selalu menyukai sesuatu yang baru, Adanya
pengalaman yang luas dari masyarakat yang bersangkutan.dikutib dari Soerjono
Soekamto. (2010 : 259-286)
g. Perubahan Sikap
Perubahan sikap seseorang akan terjadi sepanjang hidupnya. Perubahan sikap bisa terjadi
dalam jenis dan kecenderungan perbuatan, model kognitif, serta kesanggupan untuk
berubah. Jenis perubahan sikap seseorang menurut para ahli bervariasi, demikian juga
kesanggupan serta pengaruh informasi terhadap perubahan sikap itu.
1) Jenis perubahan sikap. Jenis perubahan sikap seseorang bisa berupa :
a) Incongruent change yaitu perubahan sikap yang bertentangan seperti ditandai
dengan valensi yang berlawanan dengan sikap semula. Misalnya tadinya tidak
setuju menjadi setuju, tadinya tidak mendukung menjadi mendukung, positif
menjadi negative dan sebagainya.
b) Congruent change perubahan sikap yang ditandai dengan arah perubahan velensi
yang sejalan dengan sikap semula. Sikap yang menguatkan sikap semula. Berubah
lebih yakin yang tadinya kurang yakin.
2) Kesanggupan berubahnya seseorang. Kesanggupan berubahnya sikap tergantung pada
karakteristik sistem sikap, kepribadian dan afiliasi kelompok. Adapau karakteristik
sistem sikap adalah :
a) Extremeness. Sikap yang ekstrem lebih sukar untuk berubah dibandingkan dengan
sikap yang kurang ekstrem.
b) Multiplexity. Kesanggupan berubahnya sikap seseorang bervariasi bergantung pada
multiplexity sitem sikap seseorang.
c) Consistency. Sistem sikap seseorang yang konsisten menghasilkan sikap yang
stabil
d) Interconnectedness. Saling keterkaitan antara sikap yang satu dengan sikap yang
lain dalam suatu master. Mudah tidaknya mengalami perubahan bergantung kadar
keterkaitan ini.
e) Consonance. Kerapatan hubungan yang baik dapat mempermudah berubahnya
sikap seseorang.
f) Strength and number of wants served. Berubahnya sikap seseorang tergantung pada
kekuatan keinginan dan banyaknya keinginan.
Kesanggupan berubahnya sikap bergantung pada kepribadian seseorang yaitu
a) Intelegensi. Intelegensi orang yang rendah lebih mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar jika dibandingkan dengan seseorang yang intelegensinya tinggi
b) General Persuasibility. Kesiapan untuk menerima pengaruh social tanpa
memperdulikan komunikatornya, topic, isi, media, dan keadaan komunikasinya.
c) Self defensiveness. Sikap yang kokoh pada sikapnya yang menopang harga dirinya
sehingga sangat sulit untuk berubah.
d) Cognitive needs and styles. Orang yang selalu ingin menuntut pemahaman ang
jelas akan bereaksi keras terhadap informasi baru yang bertentangan dengannya.
Sumber : http://walgi.blogdetik.com/2013/05/02/informasi-perubahan-sikap-dan-
perubahan-sosial/
c. Kontrol Sosial/Pengendalian Sosial
Norma-norma yang terdapat dalam masayarakat tidak selalu dipatuhi oleh anggota
masyarakat akibatnya terjadi penyimpangan sosial yang menimbulkan kekacauan dalam
masyarakat, oleh karena itu diperlukan pengendalian sosial. Pengendalian sosial
merupakan proses yang bertujuan agar anggota masyarakat mematuhi norma dan nilai-
nilai sosial yang ada dalam masyarakat. Masyarakat merupakan suatu keseluruhan yang
sistematis, dimana dalam masyarakat ada bermacam-macamstruktur sosial yang
memerlukan keserasian. Salah satu cara untuk mencapai keserasian tersebut adalah dengan
menetapkan norma dan nilai sosial. Pengendalian sosial dapat menciptakan masyarakat
yang teratur, setiap anggota masyarakat menjalankan peran sesuai dengan harapan
masyarakat. Mereka dapat melaksanakan kewajibannya dengan baik dan menikmati
haknya.
a. Sifat-sifat Pengendalian Sosial
Berdasarkan sifatnya, pengendalian sosial dapat dikelompokkan menjadi
pengendalian sosial yang bersifat preventif dan represif. Pengendalian sosial yang
bersifat preventif adalah pengendalian sosial yang dilakukan sebelum terjadinya
pelanggaran. Tujuannya adalah mencegah pelenggaran agar tidak terjadi. Pengendalian
sosial yang bersifat preventif antara laian dapat dilakukan melalui proses sosialisasi.
Dalam proses sosialisasi, nasihat, anjuran, larangan, atau perintah dapat disampaikan
sehingga membentuk kebiasaan sesuai dengan peran yang diharapkan.
Pengendalian sosial yang bersifat represif adalah pengendalian sosial yang
bertujuan untuk memulihkan keadaan seperti sebelum pelanggaran itu terjadi.
Pengendalian ini dilakukan setelah terjadi suatu tindakan penyimpangan sosial.
Pengendalian sosial yang bersifat represif biasanya diikuti dengan penjatuhan sanksi
bagi pelaku penyimpangan sosial.
b. Cara Pengendalian Sosial
Di dalam masyarakat, Pengendalian sosial dapat dilakukan dengan cara persuasif
dan koersif. Pengendalian sosial dengan cara persuasive tidak dilakukan melalui cara
kekerasan, tetapi melalui ajakan atau bimbingan agar orang dapat bertindak sesuai
dengan norma yang berlaku di dalam masyarakat. Pengendalian sosial bersifat koersif
merupakan pengendalian sosial yang menekankan kekerasan atau ancaman dengan
kekuatan fisik. Pengendalian sosial ini dilakukan agar pelaku tidak mengulangi lagi
perbuatannya yang menyimpang. Misalnya, ditempat-tempat tertentu ada larangan bagi
pedagang kaki lima untuk berjualan. Tujuannya adalah untuk menjaga ketertiban dan
kebersihan. Akan tetapi, banyak pedagang kaki lima yang melanggar aturan tersebut.
Pelanggaran terhadap aturan ini membuat petugas mengambil tindakan dengan
mengusir mereka secara paksa.
c. Upaya pengendalian sosial
Dalam masyarakat, pengendalian sosial dapat diselenggarakan dengan berbagai
upaya, seperti agama, pendidikan, desas desus atau gossip, teguran, dan hukuman.
Agama memberikan pedoman hidup sehari-hari kepada penganutnya. Penganut suatu
agama berusaha untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan yang tellah
digariskan dalam ajaran agama. Usaha ini akanmenghindarkan dari perilaku-perilaku
menyimpang, seperti mengejek orang, menipu, dan mencuri.
Pendidikan merupakan pengendalian sosial yang telah melembaga, baik
dilingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Sebagai agen sosialisasi dan
pengendalian sosial, pendidikan memberikan pedoman kepada kita dalam menentukan
bentuk-bentuk tingkah laku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima dalam
masyarakat.
Desas desus atau gosip merupakan berita yang disebarkan secara cepat, baik
melalui media massa maupun mulut ke mulut. Desas desus sering disebut dengan
istilah kabar angin atau kabar burung. Kebenaran berita desas desus masih diragukan
karena tidak selalu berdasarkan fakta atau kenyataan. Rasa malu yang ditimbulkan oleh
desas-desus membuat pelaku penyimpangan sosial sadar akan perbuatannya. Ia
kembali berperilaku sesuai dengan norma-norma masyarakat. Ia lebih berhati-hati
dalam bertindak dan berusaha untuk tidak mengulangi perbuatannya.
Teguran atau peringatan diberikan kepada orang yang melakukan penyimpangan
sosial. Tujuannya agar pelaku penyimpangan sosial sesegera mungkin menyadari
kesalahannya. Teguran dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan. Jika pelaku
penyimpangan sosial tidak mengindahkan teguran demi teguran yang disampaikan, ia
akan dikenakan sanksi disiplin.
Hukuman adalah pengendalian sosial berbentuk sanksi. Hukuman berfungsi untuk
memperkuat tata kelakuan. Ancaman hukuman yang sah memaksa orang untuk
menghindari penyimpangan sosial. Misalnya dalam sebuah rumah tangga, ada tindak
kekerasan yang dilakukan majikanterhadap pembantunya. Tindakan ini merupakan
penyimpangan sosial. Tindakan ini dapat diajukan ke pengadilan dan dikenai sanksi
hokum. Tujuannya adalah agar peristiwa seperti ini tidak terulang lagi.
MODUL 7 : Merancang Model-model Pembelajaran IPS yang kreatif, Inovatif dan
menyenangkaan.
1. Hakikat dan Peranan Model Pembelajaran Konsep dasar IPS
Tujuan pendidikan IPS adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
menguasai disiplin ilmu-ilmu sosial untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi.
Ada tiga aspek yang harus dituju dalam pengembangan pendidikan IPS, yaitu aspek
intelektual, kehidupan sosial, dan kehidupan individual. Dalam rangka mewujudkan tiga
tujuan dari IPS terdapat tiga kajian utama yaitu : (1) Pengembangan kemampuan berfikir
siswa, Pengembangan kemampuan intelektual adalah pengembangan kemampuan siswa
dalam berpikir tentang ilmu-ilmu sosial dan masalah-masalah kemasyarakatan. (2)
Pengembangan Nilai dan Etika Sosial. Nilai sebagai sesuatu yang menjadi kriteria suatu
tindakan, pendapat atau hasil kerja itu bagus/positif atau tidak bagus/negatif. Etika adalah
penyelidikan filsafat tentang bidang moral, ialah bidang yang mengenai kewajiban-
kewajiban manusia serta tentang yang baik dan yang buruk. (3) Pengembangan Tanggung
Jawab dan Partisipasi Sosial, yakni mengembangkan tujuan IPS dalam membentuk warga
negara yang baik, ialah warga negara yang berpartisipasi aktif dalam kehidupan
bermasyarakat. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan dari pendidikan IPS kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan murid harus berkualitas dan menyenangkan.
Dimana pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang memungkinkan guru dapat
mengajar dan siswa dapat menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru secara
sistematik dan saling mempengaruhi dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
tujuan yang diinginkan pada suatu lingkungan belajar. Dalam hal ini pemegang kunci
pokok pembelajaran adalah guru (pengajar), akan tetapi pembelajaran menuntut keaktifan
kedua belah pihak yang sama-sama menjadi subjek pembelajaran.
Dalam rangka meningkatkan keaktifan guru dan siswa, maka pada kegiatan
pembelajaran harus menggunakan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model
pembelajaran yang cocok digunakan dalam pembelajaran IPS SD adalah model
pembelajaran inkuiri (inquiry approach). Pendekatan inkuiri adalah salah satu cara untuk
mengatasi masalah kebosanan siswa dalam belajar di kelas karena proses belajar lebih
terpusat kepada siswa (student-centred instuction) sebab Inquiri adalah salah satu cara
berlajar yang bersifat kritis, analitis, argumental (ilmiah) dengan menggunakan langkah-
langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang menyakinkan, karena didukung oleh data.
Tujuan/kegunaan inquiri ialah mengembangkan sikap keterampilan siswa,
mengembangkan kemampuan berfikir para siswa, kemampuan berfikir tersebut diproses di
dalam situasi yang benar-benar dihayati dalam berbagai ragam alternatif, membina dan
mengembangkan sikap penasaran dan cara berfikir objektif, mandiri, kritis dan analitis.
a. Struktur kelompok inkuiri
Pengajaraan inkuiri dibentuk atas dasar diskoveri, sebab seorang siswa harus
menggunakan kemampuannya berdiskoveri dan kemampuan lainnya. Dalam inkuiri,
seseorang bertindak sebagai seorang ilmuwan, melakukan eksperimen, dan mampu
melakukan proses mental berinkuiri, adalah sebagai berikut : a. Mengajukan pertanyaan-
pertanyaan tentang gejala alami, b, merumuskan masalah-masalah, c. Merumuskan
hipotesis-hipotesis, d. merancang pendekatan investigatif yang meliputi eksperiman, e.
Melaksanakan ekperimen, f. Mensintesiskan pengetahuan, g. Memiliki sikap ilmiah, antara
lain objektif, ingin tahu, keterbukaan, menginginkan dan menghormati model-model
teoritis, serta bertanggung jawab. Inkuiri berorientasi diskoveri menunjuk pada situasi –
situasi akademik dimana kelompok-kelompok kecil siswa yang terdiri antara 4-5 orang
berupaya menemukan jawaban-jawaban atas topik-topik inkuiri. Dalam situasi-situasi
tersebut, para siswa dapat menemukan konsep atau rincian informasi. Asumsi-asumsi yang
mendasari model inkuiri adalah :
a) Kemampuan berfikir kritis dan berfikir deduktif yang diperlukan berkaitan dengan
pengumpulan data yang bertalian dengan kelompok hipotesis.
b) Keuntungan bagi siswa dari pengalaman kelompok dimana mereka berkomunikasi,
berbagi tanggung jawab, dan bersama-sama mencari pengetahuan.
c) Kegiatan-kegiatan belajar disajikan dengan semangat berbagai inkuiri dan diskover
menambah motivasi dan memajukan paertisipasi.
Penggunaan model inkuirindilakukan dengan langkah-langkah, sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi dan merumuskan situasi yang menjadi fokus inkuiri secara jelas.
2. Mengajujan suatu pertanyaan tentang fakta.
3. Memformulasikan hipotesis atau beberapa hipotesis untuk menjawab pertanyaan
pada langkah ke dua.
4. Mengumpulkan informasi yang relefan dengan hipotesis dan menguji setiap
hipotesis dengan data yang terkumpul.
5. Merumuskan jawaban atas pertanyaan sesungguhnya dan menyatakan jawaban
sebagai proposisi tentang fakta. Jawaban itu mungkin merupakan sintesis anatara
hipotesis yang diajukan dan hasil-hasil dari hipotesis yang diuji dengan informasi
yang terkumpul.
Proses inkuiri menuntut guru bertindak sebagai fasilatator, nara sumber dan
penyuluh kelompok. Para siswa didorong untuk mencari pengetahuan sendiri, bukan
dijejali dengan pengetahuan. Strategi instruksional dapat berhasil bila guru
memperhatikan kriteria sebagai berikut :
1. Mendefinisikan secara jelas topik inkuiri yang dianggap bermanfaat bagi siswa.
2. Membentuk kelompok-kelompok dengan memperhatikan keseimbangan aspek
akademik dan aspek sosial.
3. Menjelaskan tugas dan menyediakan balikan kepada kelompok dengan cara
responsif dan tepat waktu.
4. Intervensi untuk meyakinkan terjadinya interaksi antara pribadi secara sehat dan
terdapat dalam kemajuan pelaksanaan tugas.
5. Melakukan evaluasi dengan berbagai cara untuk menilai kemajuan kelompok dan
hasil yang dicapai.
Pelaksanaan strategi inkuiri kelompok di dalam suatu kelas dilaksanakan oleh kelompok-
kelompok dimana dalam kelompok tersebut setiap anggota melakukan peran tertentu,
yakni sebagai berikut :
1. Pemimpin kelompok bertanggung jawab memulai diskusi, menyiapkan kelompok
untuk mengerjakan tugas dan melengkapi tugas-tugas, bertemu dengan guru untuk
mendiskusikan kemajuan dan kebutuhan kelompoknya, mendeskripsikan informasi
dari guru kepaa kelompok, dan menyampaikan informasi kepada kelas atau
kelompok lainnya.
2. Pencatat (recorder) membuat dan memelihara catatan, karya tulis, dan materi
tulisan kelompok, baik yang dibuat pada waktu diskusi maupun membagikannya
kepada anggota kelompok, serta membuat daftar centang dan daftar hadir para
anggota kelompok.
3. Pemantau diskusi (discussion monitor) berupaya memastikan bahwa diskusi
berlangsung lancar dan semua pendapat disampaikan dan dibahas dalam diskusi.
Pemantauan diperlukan agar diskusi berlangsung secara terbuka dan mendapat
dukungan.
4. Pendorong (promter), memelihara mental diskusi para anggota dengan teknik
menggunakan dafatar centang partisipasi terhadap semua anggota kelompok.
Mendorong tiap anggota kelompok agar memberikan kontribusi dan mencoba
menggambarkan penjelasan yang lebih rinci dari para anggota kelompok.
5. Pembuat rangkuman (summarizer), selama berlangsungnya diskusi dan pada waktu
menarik kesimpulan pada setiap pertemuan inkuiri, perangkum merangkum butir-
butir pokok yang muncul dan merangkum tugas-tugas spesifik baik yang lengkap
maupun yang belum lengkap, mengundang pertanyaan-pertanyaan dari kelompok
untuk mengklarifikasikan kedudukan kemajuan dan tujuan-tujuan kelompok.
6. Pengacara (advocate) bertugas melakukan dan memberikan pendapat bandingan
terhadap argumen yang disampaikan dalam diskusi terhadap pendapat yang
diajukan oleh kelompok lainnya.

Penilaian terhadap diskusi


Inkuiri berorientasi diskoveri
Keterangan : 1, 2 dan 3 adalah respon-respon positif, 1 adalah respon paling positif, 4
respon netral, 5, 6 dan 7 adalah respon-respon negatif, 7 adalah repon paling negatif.
Tugas Lingkungan Penilaian
No Aspek yang dinilai 1 2 3 4 5 6 7
1 Definisi yang jelas fokus inkuiri
2 Pertanyaan faktual dinyatakan secara jelas
3 Analisis objektif tiap hipotesis dengan penyajian bukti
4 Analisis objektif tiap hipotesis dengan penyajian logis
5 Hipotesis akhir refleksi hasil-hasil pengujian hipotesis
dan pengumpulan informasi
Lingkungan interpersonal
No Aspek yang dinilai Penilaian
1 Kerja sama lawan persaingan
2 Tingkat kebebasan mengeluarkan pendapat
3 Keluesan untuk mengatur dan keteraturan
4 Kepemimpinan efektif tiap orang mengerjakan tugas tertentu
5 Penggunaan optimal sumber-sumber anggota
Komentar :
b.Inkuiri Berdasarkan Kebijakan (Polici-based inquiri)
Inkuiri berdasarkan kebijakan adalah suatu bentuk inkuiri yang lebih proaktif yang
berkenaan dengan adanya posisi-posisi kebijakan, yakni pernyataan “apa yang harus”,
yang berorientasi pada tindakan hal mana bertentangan dengan proposisi fakta pernyataan
tentang “apa” Perbedaannnya dengan inkuiri berorientasi pada discoveri adalah hakikat
inkuiri dan tujuan yang hendak dicapai. Yang menjadi fokus dan tujuan adalah masalah-
masalah sosial dan kebijakan yang berkaitan dan yang ditargetkan.
Dengan diskusi dan pemecahan berbagai masalah sosial, para siswa akan memiliki
pengalaman kelompok terutama caraa mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah-
masalah sosial berdasarkan kebijakan nasional.
Tujuan utama strategi pembelajaran ini adalah mengajar para siswa bersikap reflektif
terhadap masalah-masalah sosial yang bermakna. Pendekatan ini dilandasi oleh asumsi
bahwa :
2) Tujuan utama pendidikan harus menjadi ulangan reflektif terhadap nilai-nilai dan
isu-isu penting dewasa ini.
3) Ilmu sosial harus dipelajari dalam pelajaran tentang upaya untuk mengembangkan
solusi-solusi masalah-masalah yang bererti dan,
4) Situasi-situasi inkuiri memungkinkan siswa mengembangkan kesadaran dan
memfasilitasi tentang peran dan fungsi kelompok serta teknik-teknik pembuatan
keputusan.
Model inkuiri ini dilaksanakan oleh kelompok dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Membentuk kelompok-kelompok inkuiri. Masing-masing kelompok dibentuk
berdasarkan rentang intelektual dan keterampilan-keterampilan sosial.
2. Memperkenalkan topik-topik inkuiri kepada semua kelompok. Tiap kelompok
diharapkan memahami dan berminat mempelajarinya.
3. Membentuk proporsi tentang kebijakan yang bertalian dengan topik, yakni
pernyataan apa yang harus dikerjakan. Mungkin terdapat satu atau dua solusi yang
diusulkan terhadap masalah pokok.
4. Merumuskan semua istilah yang terkandung dalam proposisi kebijakan.
5. Menyelidik validitas logis dan konsistensi internal pada proposisi dan unsur-unsur
penunjangnya.
6. Mengumpulkan evidensi (bukti) untuk menunjang unsur-unsur/isi proposisi.
7. Menganalisis solusi-solusi yang diusulkan dan mencari posisi kelompok.
8. Memulai proses kelompok.
Selama berlangsungnya proses ini, kelompok-kelompok menyelenggarakan diskusi
kelompok membahas materi yang berkenaan dengan topik kelompok, masing-masing
individu terlibat dan berupaya menghimpun bukti-bukti yang dapat menunjang
pemecahan masalah kelompok. Proses tersebut diorganisasikan dan dipantau oleh
kelompok sendiri. Tiap individu bertanggung jawab memajukan kelompknya.
Ada tiga komponen yang dianggap esensi bagi keberhasilan pelaksanaan strategi
inkuiri, yaitu :
i. Fungsi-fungsi kepemimpinan spesifik yang harus dilakukan dalam kelompok.
ii. Peran-peran khusus bagi setiap anggota kelompok harus ditugaskan, dan
iii. Suasana emosional yang efektif dan bermakna harus dibangunkan dan dipelihara.
Untuk itu, para siswa selain harus memahami maksud dan prosedur proses inkuiri,
mereka juga harus familier dan terlibat langsung ke dalam ketiga komponen tersebut.
Setiap langkah dalam proses inkuiri hendaknya berlangsung secara efektif, karena itu para
siswa harus mengetahui cara untuk mencapai gerakan ke arah pembuatan keputusan
kelompok. Ada tujuh fungsi yang musti dilakukan di dalam setiap kelompok yang berhasil.
Fungsi-fungsi tersebut dapat ditugaskan kepada pemimpin kelompok, namun sebaiknya
ditugaskan kepada keseluruhan anggota kelompok dan setiap anggota mendapat peran
khusus dan melaksanakan tugas sesuai dengan fungsi-fungsi khusus tersebut, sehingga tiap
orang merasa memiliki dan bertanggung jawab melaksanakannya. Guru menjelaskan
fungsi-fungsi tersebut pada waktu pertemuan inkuiri pendahuluan, dan selanjutnya para
siswa mendiskusikannya mengenai pentingnya peranan masing-masing bagi tujuan akhir
kelompok.
Fungsi-fungsi dalam kelompok inkuiri sebagai berikut :
1. Membuat garis besar fokus inkuiri, yang meliputi materi yang diusulkan dan proposisi
tentatif yang bertalian dengan topik.
2. Memulai diskusi.
3. Mendorong partisipasi aktif semua anggota secara jelas dan seimbang.
4. Menjamin kelangsungan diskusi pada arah yang benar.
5. Membuat rangkuman secara okasional sepanjang pelaksanaan diskusi.
6. Menjaga agar diskusi tidak terjerumus pada satu sudut saja.
7. Menguji informasi yang disampaikan dan digunakan pemikiran rasional.
Fungsi-fungsi tersebut harus dibagi antara anggota kelompok, tergantung pada
berbagai kekuatan yang ada di dalam kelompok itu. Pemimpin kelompok perlu
kemampuan untuk melaksanakan dan menunjang semua fungsi.
Perlu diciptakan suasana emosional yang menyenangkan dan efektif, yang memungkinkan
kerja sama para anggotanya, bukan suasana persaingan. Setiap siswa dapat menyampaikan
pendapatnya secara bebas dan terbuka, bersikap luwes dalam berbagai situasi. Untuk itu
diperlukan seorang pemimpin yang efektif dan mampu memberdayakan sumber-sumber
anggota kelompoknya. Hal ini berarti kelompok-kelompok harus terlibat dalam prosedur
inkuiri, para siswa terlibat dalam proses inkuiri melaksanakan fungsi dan peranannya
dalam kondisi emosional yang mantab dan luwes, serta tersedia kesempatan untuk menilai
proses kelompok baik lingkungan tugas maupun lingkungan interpersonal.
Peran guru dalam pelaksanaan strategi inkuiri adalah sebagai konselor, pembina
dan pengarah. Guru harus senantiasa memberikan bantuan kepada kelompok dalam
melaksanakan interaksi, mengungkapkan argumentasi, mengungkapkan bukti, dan
mengarahkan diskusi. Guru tidak melakukan atau memimpin kelompok dalam pertemuan-
pertemuan inkuiri, kecuali pada waktu pertemuan pendahuluan. Dia berkeliling dari
kelompok satu ke kelompok lainnya untuk mengamati kemajuan kelompok dan suasana
emosional pada pertemuan-pertemuan tersebut, bila perlu memberikan umpan balikan
sesuai dengan situasi pertemuan itu.
Penilaian diskusi inkuiri berdasarkan kebijakan
Keterangan : 1, 2 dan 3 adalah respon-respon positif, 1 adalah respon paling positif, 4
respon netral, 5, 6 dan 7 adalah respon-respon negatif, 7 adalah repon paling negatif.
Lingkungan Tugas Penilaian
No Aspek yang dinilai 1 2 3 4 5 6 7
1 Definisi masalah yang jelas
2 Penyelidikan secara sistematis dan logis tentang
masalah
3 Analisis objek masalah dengan penyajian bukti
4 Diagnosis yang kuat terhadap masalah melalui pemikiran
5 solusi bersifat alternatif
6 Solusi derajat keterkaitan dengan temuan permulaan
7 Ssolusi refleksi potensi kelompok
Lingkungan Interpersonal Penilaian
No Aspek yang dinilai 1 2 3 4 5 6 7
1 Kerja sama sebagai lawan persaingan
2 Derajat kebebasan berbicara dan mengajukan pendapat
3 Keluwesan untuk mengatur dan keteraturan
4 Kepemimpinan efektif, tiap anggota melakukan tugas
tertentu
5 Pemberdataan optimal sumber-sumber anggota
Komentar :

Daftar centang ini perlu dilaksanakan oleh guru agar menguasai prosedur pelaksanaan
strategi inkuiri dan dapat menilai orang lain, apakah dia telah melaksanakan strategi inkuiri
secara tepat dan cermat.
2. Model-Model Pembelajaran Konsep Dasar IPS
Model pembelajaran adalah satuan cara, yang berisi prosedur, langkah teknis yang
harus dilakukan dalam mendekati sasaran proses dan hasil belajar hingga mencapai
efektifitasnya, menurut kesesuaian dengan setting waktu, tempat dan subjek ajarnya. Atau
pola yang diikuti untuk merancang pembelajaran. Berikut ini model-model pembelajaran
yang cocok digunakan dalam pembelajaran IPS :
a. Model pembelajaran investigasi kelompok
Tujuan dan asumsi pada model pembelajaran ini adalah bahwa siswa-siswi
berpartisipasi dalam perkembangan sistem sosial, dan melalui pengalaman, secara
gradual siswa belajar bagaimana menerapkan metode ilmiah untuk meningkatkan
masyarakat manusia. Pusat perhatian pada model ini adalah penciptaan kelompok
demokratik dengan membatasi pada persoalan-persoalan masalah sosial yang berarti.
Pada model ini kelas dianalogikan sebagai masyarakat yang besar, yang di
dalamnya ada tatanan sosial dan budaya kelas dan siwa-siswa memperdulikan dan
memperhatikan pada cara hidup di tempat ini, dengan standar-standar dan harapan-
harapan yang kuat untuk dicapai. Terdapat tiga konsep dasar dalam model pembelajaran
ini, yaitu : 1) inkuiri distimulasi dengan cara mengkonfrontasikan masalah dan
pengetahuan yang dihasilkan melalui inkuiri. Proses sosial dapat meningkatkan
kepribadian siswa. Inkuiri terjadi terhadap masalah-masalah sosial yang dihadapkan dan
direksi dan dipecahkan oleh siswa. 2) Pengetahuan, perkembangan pengetahuan adalah
tujuan inkuiri yang diambil hikmahnya dari pengalaman masa lalu pada pengalaman
masa kini. 3) Dinamika kelompok belajar. Kelompok belajar yang dibentuk idealnya
10-15 siswa sebagai kelompok yang kompak sehingga mereka merasakan sebagai
angggota kelompok yang solit. Dengan kelompok tersebut siswa dapat intensif
berkomunikasi, membangun, menghargai nilai-nilai sosial bersama, dan menghasilkan
pengetahuan berdasarkan investigasi yang dilakukan bersama.
Langkah-langkah pada model pembelajaran investigasi kelompok adalah sebagai
berikut :
1. Siswa dihadapkan pada situasi yang problematis.
2. Siswa mereaksi/mencari pemecahan pada situasi yang problematis itu
3. Siswa merumuskan masalah dan tujuan studi/investigasi dalam kelompok.
4. Siswa melakukan investigasi secara independent.
5. Siswa menganalisis proses dan kemajuan investigasi.
6. Melakukan aktivitas secara berulang.
Sistem pendukung
Sistem yang dibangun berdasarkan atas proses yang demokratis dan pengambilan
keputusan secara kelompok, dengan struktur hukum eksternal. Problematika yang
dihadirkan hendaknya problem yang sesungguhnya. Perubahan-perubahan secara otentik
adalah esensial. Suasana pembelajaran yang dibangun adalah suasana yang negosiasi yang
rasional.
Prinsip reaksi
Guru berperan membantu secara terarah pada proses-proses dalam kelompok (misalnya
membantu siswa dalam merumuskan rencana, tindakan, dan mengelola kelompok. Mereka
berfungsi sebagai konselor akademik.
Sistem pendukung
Lingkungan harus dapat merespon berbagai permintaan siswa. Siswa dan guru harus dapat
bekerja seirama terhadap apa dan kapan yang mereka butuhkan.
Efek langsung dan tindak langsung pembelajaran
Dampak langsung pembelajaran ini adalah : pandangan pengetahuan secara
konstruksionis, disiplin inkuiri dan pengaturan dan proses kelompok yang efektif. Dampak
tidak langsungnya adalah penghargaan bagi martabat bagi semua dan komitmen pada
pluralisme, kemerdekaan sebagai pebelajar, dan kkomitmen pada inkuiri sosial
b. Model Pembelajaran bermain peran (role playing)
Pada model bermain peran (joice dan weil, 1986) siswa mengekplorasi problem-
problem relasi manusia dalam situasi masalah yang sedang berlangsung kemudian
mendiskusikannya. Secara bersama-sama siswa dapat menggali perasaan, sikap, nilai-nilai
dan strategi pemecahan masalah. Bermain peran adalah sebuah model pembelajaran yang
berakar pada dimensi pendidikan personal maupun sosial. Model ini akan membantu siswa
secara individual menemukan makna personal dalam dunia sosialnya dan memecahkan
dilema sosial dengan bantuan kelompok sosial. Dalam dimensi sosial, sangat
memungkinkan siswa secara individual bekerja secara bersama-sama dalam menganalisis
situasi sosial, khususnya masalah-masalah interpersonal, dan mengembangkan cara-cara
secara demikratis mengatasi situasi yang demikian.
Tujuan dan asumsi
Esensi bermain peran adalah melibatkan partisipan dan pengamat pada situasi
problem nyata dan harapan pemahaman dan pemecahan masalah tersebut dengan
melibatkan siswa. Proses bermain peran diharapkan merupakan contoh perilaku manusia
dalam kehidupannya dengan tujuan untuk : (1) menggali perasaan, (2) memperoleh
inspirasi terhadap sikap, nilai-nilai dan persepsi, (3) mengembangkan sikap dan kecakapan
memecahkan masalah, dan (4) menggali inti pelajaran dengan berbagai cara. Bermain
peran juga dapat memberdayakan pengalamanberdasarkan situasi belajar yang terjadi di
sini dan sekarang menjadi isi pelajaran. Selain itu juga dapat menganalogikan secara
otentik tentang problem kehidupan, dapat mengarahkan gagasan dan emosi siswa menuju
kesadaran yang tinggi melalui kelompok, proses-proses psikologis termasuk sistem
keyakinan diri, nilai dan sikap diri, dapat ditingkatkan dengan cara analisis perilaku
spontan saat bermain peran.
Langkah-langkah
1. Persiapan kelompok, meliputi : identifikasi masalah, mengekplisitkan masalah,
menggali issue utama, dan penjelasan bermain peran.
2. Pemilihan partisipan, meliputi : analisis peran, dan memilih pemain peran.
3. Seting tahapan bermain : seting aturan main, penegasan peran, menemukan
masalah-masalah dari dalam yang mungkin terjadi pada situasi masalah.
4. Menyiapkan pengamat : menentukan apa yang harus dicari dalam pengamatan,
menandai lembar/tugas observasi.
5. Memerankan meliputi : memulai bermain peran, mengendalikan bermain peran,
dan menghentikan bermain peran.
6. Diskusi dan evaluasi meliputi : membahas permainan peran, peristiwanya,
posisinya, dan realisasinya dan diskusi fokus utama pengembangan bermain peran
berikutnya.
7. Memainkan, meliputi : memainkan peran yang sudah diperbaiki, saran-saran untuk
tahap berikutnya.
8. Diskusi dan evaluasi meliputi : membahas permainan peran, peristiwanya,
posisinya, dan realisasinya dan diskusi fokus utama pengembangan bermain peran
berikutnya.
Sistem sosial
Model terstruktur secara netral, guru bertanggung jawab melakukan inisiasi
tahapan dan mengarahkan siswa melalui berbagai aktifitas dalam permainan. Isi diskusi
dan permainan lebih cenderung ditentukan oleh siswa sendiri.
Prinsip reaksi
Menerima seluruh respon siswa walaupun tidak termasuk tindakan-tindakan yang
evaluasi. Membantu siswa menggali berbagai sisi situasi masalah dan membandingkan
dengan pandangan-pandangan alternatif, meningkatkan kesadaran siswa pada pandangan
dan perasaan mereka sendiri melalui refleksi, uaraian kata-kata, dan kesimpulan dari
tanggapan-tanggapannya. Menggunakan konsep peran dan menekankan bahwa ada
perbedaan cara untuk memainkan peran, tekankan bahwa ada berbagai cara untuk
mengatasi masalah.
Sistem pendukung
Bermain peran adalah pengalaman berdasarkan model dan memerlukan dukungan materi
minimal dari luar pencetus masalah
Efek pembelajaran
Analisis terhadap nilai-nilai dan perilaku personal, strategi pemecahan masalah
yang bersifat personal, dan empati.
c. Model pembelajaran inkuiri yurisprudensia (Jurisprudential inquiri) :
Pembelajaran untuk berfikir tentang kebijakan sosial
Tujua dan asumsi
Model ini berdasarkan konsepsi pada masyarakat banyak yang berbeda pandangan, dan
prioritas-prioritas diantara orang-orang yang ada, juga di dalam nilai-nilai sosial yang
kemudian melegitimasi konflik diantara mereka. Dalam memecahkan isu-isu yang
kompleks, kontroversial, dalam konteks untuk menghasilkan tatanan sosial yang
diperlukan warga negara, dimana diantara mereka dapat melakukan berbicara dan
bernegosiasi antara yang satu dengan yang lain dengan sukses.
Ruang lingkup masalah
Masalah-masalah yang dapat dikaji melalui pembelajaran inkuiri yurisprudensial
diantaranya adalah : konflik etnik, dan rasial, konflik idiologis dan agama, keamanan
individual, konflik diantara kelompok-kelompok ekonomi, masalah-masalah kesehatan,
pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat dan keamanan negara.
Langkah-langkah pembelajaran
1. Guru mengenalkan materi dan mereview fakta-fakta.
2. Identifikasi isu, siswa mensintesiskan fakta-fakta dengan isu-isu kebijakan publik,
siswa memilih salah satu isu kebijakan untuk diskusi, siswa mengidentifikasi nilai-
nilai dan konflik nilai, siswa mengakui adanya batasan fakta-fakta dan pertanyaan-
pertanyaan yang mendasari pembelajaran.
3. Mengambil posos, siswa mengartikulasikan posisi. Pernyataan siswa berdasarkan
pada bentuk-bentuk nilai sosial atau akibat dari keputusan.
4. Menggali bentuk-bentuk pendirian pada argumentasi, menegaskan nilai yang
dilanggar secara faktual, mengemukakan akibat-akibat posisi faktual, menjelaskan
konflik nilai dengan analogi dan seperangkat prioritas. Menegaskan satu diantara
nialai yang lain dan mendemonstrasikan kesenjangan pada pelanggaran pada nilai
yang kedua.
5. Menghaluskan dan pengkualifikasian pendirian : siswa menyatakan pendiriannya
dan memberikan alasan-alasan pada pendiriannya, dan mengujinya dengan
sejumlah situasi yang mirip, siswa memenuhi pendirian
6. Menguji asumsi faktual dibalik pendirian yang diambilnya. Identifikasi asumsi-
asumsi faktual, dan menetukan jika ada relefansinya, menetukan perkiraan-
perkiraan akibat dan menguji faliditas faktualnya ( apakah itu akan benar-benar
terjadi ?)
Sistem sosial
Model ini cukup untuk mencapai struktur berfikir tingkat tingg, dengan, guru berperan
menentukan dan mengendalikan diskusi, dalam suasana keterbukaan, dan berlaku
kesetaraan secara intelektual.
Prinsip reaksi
Memelihara semangat iklim intelektualitas dimana seluruh pandangan siswa dihargai,
hindari penilaian pendapat siswa secara langsung. Perhatikan bahwa seluruh isu tergali
sepenuhnya. Periksa substansi berfikir siswa melalui pertanyaan yang relefan, secara
umum dan khusus, definisi secara jelas, dan keberlanjutan.
Peliharalah gaya-gaya dialektik : menggunakan dialok konfrontatif, pertanyaan
siswa, mengguanakan asumsi dan analogo-analogi untuk mengkontradiksikan pernyataan-
pernyataan yang lebih bersifat umum.
Sistem pendukung
Sumber dokumen yang terfokus pada situasi masalah yang diperlukan
Efek pembelajaran
Efek langsung model ini adalah : kerangka analisis isu-isu sosial, kemampuan untuk
mengannggap (menghargai) peran orang lain, dan kemampuan dalam dialog sosial.
Sedangkan efek tidak langsungnya adalah empati/pluralisme, fakta tentang masalah-
masalah sosial dan kemampuan terlibat dan berharap pada tindakan sosial
d. Social Science inquiri : Model untuk studi perilaku manusia pada permukaan
bumi
Orientasi model
Model inkuiri untuk ilmu sosial ini, sebagaimana dikemukakan dalam (Bruce Joice, 1986)
secara sederhana orientasinya adalah pada kepekaan guru dan siswa pada domain masalah-
masalah sosial. Masalah-masalah sosial diangkat dari situasi kehidupan riil, dari refleksi
membaca, dari konflik sosial yang ada dalam kelas itu sendiri, atau dari sejumlah
sumberlain. Kriteria yang sangat penting pada model ini adalah bahwa semua peduli pada
masalah yang diangkat, masalah yang dipelajari benar-benar merupakan masalah yang
sesungguhnya.
Hipotesis
Tahap kedua dari inkuiri adalah menyusun hipotesis yang mengekspresikan secara jelas
berbagai kemungkinan sebab akibat berbagai penjelasan terhadap solusi fenomena,
kebijakan, dan penjelasan yang diajukan. Hipotesis akan memandu inkuiri, dimana siswa
akan berusaha memverivikasi elemen-elemen dari masalah, mengkaji apakah solusi terkait
dengan masalah yang diajukan, dan apakah solusi itu dapat benar-benar dapat
memecahkan masalah.
Pendefinisian
Tahap ini merupakan hipotesis yang dijelaskan dan didefinisikan, sehingga semua siswa
dalam kelompok dapat berkomunikasi membicarakan situasi masalah, dan bahasa yang
mereka gunakan dalam kaitannya dengan situasi masalah menjadi jelas dan diletakkan
berdasarkan pengalaman yang dapat diverivikasi.
Eksplorasi
Pada fase ini hipotesis diperluas dalam bentuk publikasinya, asumsinya, dan deduksi yang
dapat dibuat darinya. Dalam hal ini ada pembatasan, pengujian fasilitas logis, dan
konsistensi internal.
Pembuktian
Dalam hal ini fakta dan bukti-bukti yang dikumpulkan diperluakan untuk mendukung
hipotesis pada tema kondisi-kondisi yang dihipotesiskan dan didefinisikan.
Generalisasi
Tahap terakhir dalam inkuiri adalah membuat generalisasi yang merupakan ekspresi
pemecahan masalah. Lebih dari itu, misalnya, masalah kejujuran yang perlu didekati dan
didefinisikan secara hati-hati, berkaitan dengan benar bukti-bukti, dan dipisahkan dengan
masalah yang cukup kompleks, maka tidak akan ditemukan solusi umum yang paling
mungkin. Jika dua atau tiga hipotesis yang mirip dapat dipertahankan pada kesimpulan
dari investigasi, hipotesis-hipotesis itu dapat dipertahankan bersama dengan alternatif
keuntungan dan kerugian yang diidentifikasi dengan secermat mungkin.
Model pembelajaran
Langkah-langkah :
Sebagaimana diuraikan diatas, langkah-langkah pembelajaran pada sosial science inquiri
adalah : orientasi kepekaan terhadap masalah dilematis dan pengembangan gagasan umum
tentang masalah yang diangkat sebagai pijakan inkuiri hipotesis pengembangan hipotesis
yang dapat memandu inkuiri dan pengujian pendefinisian penjelasan dan pendefinisian
istilah-istilah pada hipotesis, eksplorasi pengujian hipotesis dalam bentuk faliditas logis
dan konsistensi internal berdasarkan pada pengujian, pembuktian pengumpulan dan
rekonsiliasi fakta-fakta dengan tema-tema pada hipotesis untuk diuji, dan generalisasi
ekspresi pemecahan atau pernyataan tentang masalah.
Sistem Sosial
Sistem sosial hendaknya terstrutur secara moderat. Guru memprakarsai inkuiri dan
membiarkan jalannya inkuiri bergerak dari tahap ke tahap, siswa tergantung pada
kemampuan inkuirinya hendak mengambil tanggung jawab utama pada inkuiri itu sendiri
dan melakukan inkuiri dalam berbagai tahap jika mereka dapat melakukannya. Tatanan
inkuiri hendaknya mengundang siswa untuk mendiskusikan secara bebas dan terbuka
diantara siswa dalam kedudukan yang setara.
Sistem Pendukung
Sistem yang diperlukan pada model ini adalah : guru hendaknya yakin bahwa dalam
perkembangan yang bebas, pendekatan problem solving pada kehidupan, sumber-sumber
kepustakaan yang terbuka, dan akses pada pandangan ahli dan sumber lain dari luar
sekolah itu sendiri, Lingkungan yang sangat kaya informasi diperlukan untuk dapat
melakukan inkuiri secara jujur.
Efek langsung dan efek penyerta
Efek langsung adalah pada isu sosial, komitmen pada perkembangan kewarganegaraan,
sedangkan efek penyertanya adalah penghargaan pada martabat, aksi sosial, dan toleransi
pada dialog.
3. Model Desain Perangkat Pembelajaran Partisipasi Sosial
a. Pengembangan Keterampilan Partisipasi Sosial

Pengembangan keterampilan partisipasi sosial sebagai salah satu dimensi


keterampilan yang sangat dianjurkan untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS.
Sebagaimana diketahui bahwa seditnya ada 4 keterampilan yang di anjurkan dalam belajar
IPS, ialah keterampilan dalam meneliti, keterampilan berpikir, keterampilan partisipasi
sosial dan keterampilan berkomunikasi sosial. Kemampuan dalam menerapkan strategi
pengembangan keterampilan sosial dalam IPS sangatlah penting. Untuk memiliki
kemampuan dalam menerapkan strategi pengembangan partisipasi sosial, perlu
pengembangan kepekaan sosial. Kemampuan ini sangat penting bagi semua mahasiswa
calon guru profesional, khususnya dalam mempersiapkan anak didik agar mereka dapat
menjadi warga negara yang cerdas, demokratis, dan dapat berpartisipasi di lingkungannya
untuk ikut memecahkan masalah-masalah kemasyarakatan. Selain itu, dengan cara
mengembangkan keterampilan partisipasi sosial diharapkan proses belajar mengajar IPS
tidak lagi membosankan.

b. Pengembangan Kepekaan Sosial


Sebenarnya masalah kepekaan (sensitivity) ini bukan hanya terbatas pada masalah
sosial melainkan perlu dikembangkan pula pada masalah-masalah lain seperti IPA,
Budaya, Seni, dan masalah lainnya sehingga para siswa pun akan punya rasa kepekaan
pula terhadap bidang studi tersebut. Dengan kata lain, setiap siswa seyogianya memiliki
kepekaan dalam segala aspek kehidupan sehingga akan mengantarkan siswa itu sendiri
menjadi manusia yang dewasa sesuai dengan karakteristik yang ada dalam IPS.
Secara harfiah, istilah “kepekaan” (sensitivity) berasal dari kata peka (sensitivity)
yang berati mudah merasa atau mudah terangsang atau suatu kondisi seseorang yang
mudah beraksi terhadap suatu keadaan. Apabila dikaitkan dengan kondisi sosial
(kemasyarakatan) maka istilahnya menjadi kepekaan sosial (social sensitivity) ialah
kondisi seseorang yang mudah bereaksi terhadap masalah-masalah sosial/kemasyarakatan.
Terdapat sejumlah masalah kemasyarakatan yang diharapkan akan menjadi bagian
perhatian setiap siswa dan atau warga negara dan masyarakat sehingga perlu
dikembangkan sejak mereka berada di bangku sekolah.
Pengertian kepekaan sosial seperti ada kaitannya dengan dengan istilah kesadaran
sosial (social awareness) ialah kemampuan siswa menjadi paham (informed about) dan
peka (sensitive) terhadap aspek-aspek politik, sosial, dan ekonomi di masyarakatnya.
Campbell (1988) menganjurkan agar setiap guru dapat mengembangkan kesadaran sosial
bagi para siswanya sejak dini, yakni pada tingkat pendidikan dasar. Pengembangan dan
pemeliharaan kesaran sosial sangatlah penting karena secara ekonomi pendidikan
dirancang untuk mendukung pembangunan masyarakat yang produktif. Sedangkan dari
sudut konsep demokratis, sekolah sebagai salah satu agen perubahan hendaknya membantu
para siswa untuk berpartisipasi dengan cara memahami masyarakatnya, mengkritik, dan
memberi sumbangan terhadap perubahan sosial. Namun di akui bahwa tidak semua siswa
peduli dan memiliki kesadaran terhadap persoalan-persoalan kemasyarakatan dan politik.
Dalam konteks pendidkan di persekolahan inilah setiap guru hendaknya mendorong para
siswanya, melalui pengembangan strategi pembelajaran, agar menjadi siswa dan atau
warga masyarakat yang punya kepekaan sosial terlebih dalam era globalisasi dan
perubahan sosial yang begitu cepat.
Secara teoritis, kepekaan sosial maupun kesadaran sosial akan terjadi apabila
adanya pengalaman individu pada masa lampau. Pengalaman belajar individu pada
hakekatnya adalah hasil dari interaksi antar pribadi individu dengan lingkungannya.
Bandura (1977) mengemukakan dalam teori belajar sosial “Social Learning Theoris”
bahwa seseorang mengontrol lingkungan menggunakan pengalaman tindakannya pada
masa lalu. Perilaku seseorang tidaklah ditentukan hanya oleh lingkungan atau otonomi
individu semata. Menurut teori belajar sosial, misalnya Bandura menyatakan bahwa anak-
anak akan merubah perilakunya dalam situasi karena terdapat kebutuhan untuk melakukan
sesuatu dan cukup motivasi untuk melakukannya. Perubahan akan terjadi karena adanya
kesadaran terhadap akibat dari tindakan melakukan perubahan tersebut.
Dengan berdasarkan pada teori belajar sosial dari Bandura ini maka dapat
disimpulkan bahwa kesadaran sosial maupun kepekaan sosial dapat dikembangkan,
dipelajari atau dibelajarkan kepada para siswa. Bagaimana cara mengembangkan kepekaan
sosial untuk mengantisipasi, mempersiapkan, dan sekaligus mengadakan perubahan sosial?
Sebagaimana telah dinyatakan di atas bahwa kepekaan sosial adalah kondisi
seseorang yang mudah merasa, teransang dan bereaksi terhadap hal-hal kemasyarakatan.
Agar kondisi ini dapat terjadi pada siswa maka dalam proses pembelajaran perlu
diperkenalkan konsep-konsep, norma, prinsip, nilai maupun masalah-masalah sosial yang
erat dengan kehidupan para siswa. Terdapat sejumlah masalah-masalah sosial yang perlu
ada pemecahan segera, seperti kemiskinan, kebodohan, pengangguran, kejahatan, korupsi,
kolusi, suap, pungli, dan sebagainya.
Bagaimana acaranya agar para siswa memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah
tersebut sebagai persiapan untuk memasuki dunia kehidupan masyarakat yang
sebenanrnya? Inilah pertanyaan yang perlu dan akan di bahas dalam kegiatan belajar ini.
Namun sebagai jawaban sementara dapatlah dinyatakan bahwa para siswa perlu
dibelajarkan dan dilatih kepekaannya sejak mereka berada di lembaga persekolahan.
Asumsi dasar sesuai dengan teori belajar dari Bandura (1997) menyatakan bahwa
perilaku individu yang berbeda-beda dapat dipelajari melalui proses pengkondisian kelas,
pengkondisian peran perilaku (simulasi) dan belajar melalui pengamatan. Misalnya
seorang anak laki-laki berperilaku sebagai laki-laki sedangkan anak perempuan
berperilaku sebagai perempuan karena orang tuanya menunjukkan perilaku seperti tersebut
dan dapat pula mereka belajar dari pengamatan melalui perilaku teman-temannya atau
melihat siaran program TV. Singkatnya, kepekaan dan kesadaran pun bukan hal yang tidak
mungkin untuk dipelajari dan dibelajarkan.
Tentu masih ingat bahwa kepekaan sosial itu tidak muncul dari lingungan semata
atau dari individu secara otonom. Kepekaan sosial muncul karena ada pengalaman
individu dari waktu sebelumnya. Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan oleh guru
adalah mengklarifikasi pengalaman tersebut dan mengembangkannya dikelas melalui
rekontruksi dengan melibatkan siswa dalam aktivitas sosial dan proses pembelajaran.
Dengan kata lain, kepekaan sosial akan dapat terjadi apabila setiap guru dalam proses
belajar mengajar selalu melibatkan semua siswa dalam aktivitas pembelajaran di kelas
maupun di luar sekolah secara terencana dan terprogram.

Jarolimek dan parker (1993) mengemukakan sejumlah aktivitas dalam


pembelajaran IPS di kelas yang melibatkan siswa agar mereka memiliki kepekaan sosial
seperti melalui pendidikan seni, drama, musik, bahkan olahraga. Aktivitas kelas yang
melibatkan siswa ini pada gilirannya akan memberi kontribusi terhadap pencapaian tujuan
IPS antara lain menarik perhatian siswa, mengembangkan sejumlah kemampuan berpikir,
memberikan arah, dan tujuan belajar, membantu menerapkan temuan hasil penelitian,
merencanakan kegiatan, berbagi rasa, berkerja dan menilai, serta kemampuan lain yang
dapat melatih kepekaan sosial.

Pada hakikatnya setiap anak menyukai benda mainan atau benda model suatu
bangunan. Misalnya banyak banyak anak ketika bermain di pantai, membuat rumah-
rumahan atau istana; mereka membuat model pesawat, perahu, mobil dan benda idola
lainnya. Aktivitas yang melibatkan aspek sensor motorik seperti ini sangat mendukung
dalam mengembangkan kreativitas anak-anak. Aktivitas ini memberi kesempatan yang
luas untuk berkreasi, berpikir, berbuat sesuai dengan keinginannyadan berkerja
menggunakan alat yang ada. Model aktivitas seperti ini akan lebih berhasil guna apabila
dilakukan dalam proses pembelajaran secara terprogram dan terencana khususnya didalam
kelas IPS.

Ada sejumlah kriteria yang dapat menjadi masukan dan pertimbangan guru IPS
dalam memilih aktivitas untuk pembelajaran di kelas, antara lain kegiatan itu hendaknya ;

1. Bermanfaat untuk mencapai tujuan IPS


2. Dapat mengungkap, memperkarya, dan memperluas wawasan dan arti konsep
penting
3. Menuntut siswa berpikir dan merencanakan sesuatu secara saksama
4. Sesuai dengan kemampuan siswa
5. Waktu dan tenaga yang di habiskan dapat di imbangi oleh hasil belajar yang
diperoleh dan
6. Bahan-bahan yang diperlukan tersedia.

Berdasarkan kriteria ini, guru dan siswa dapat merundingkan kegiatan apa yang
akan dilakukan di dalam kelas IPS tersebut.

Untuk memperoleh hasil dari aktivitas yang memiliki kriteria di atas ada sejumlah
langkah yang hendaknya dilakukan bersama-sama antara guru dan siswa seperti

1. Membahas tujuan kegiatan termaksuk alasannya sehingga semua siswa memahami


betul apa yang akan dicapai
2. Merencanakan metode atau langkah-langkah kegiatan
3. Merencanakan cara kerja termaksuk tata tertib selama berkerja yang harus di patuhi
dan
4. Menyediakanwaktu yang cukup untuk membuat rencana pembelajaran, tugas yang
akan dilakukan siswa, dan model penilaian.

Dengan adanya aturan yang disepakati bersama, maka setiap siswa akan merasa
terlibat dalam penyelenggaraan kegiatan, bertanggung jawab dan menjaga serta
menghormati aturan tesebut. Hal ini penting agar kegiatan dapat dilakukan secara tertib
dan tujuan dapat tercapai sesuai target yang telah ditetapkan.

Menurut ahli social studies, jarolimek dan paker (1993), kegiatan musik
memberikan kontribusi yang cukup penting bagi pembelajaran IPS. Melalui bahasa musik
yang bersifat universal, siswa dapat memperluas komunikasi dengan orang – orang yang
berlain ras dan budaya dari bangsa lain, baik pada masa lampau maupun masa kini.
Bermacam jenis nyanyian dan msik ada hubungannya dengan sejarah perjuangandan
budaya bangsa kita. Seperti apa jenis musik dan nyanyian berkaitan dengan kondisi
masyarakat yang ada pada masa itu. Misalnya, lagu “ Halo – halo Bandung “ terkesan
mengandung semangat yang membara karena diciptakan untuk melukiskan dan
membangkitkan semangat masyarakat bandung pada masa itu. Ekspresi musik merupakan
pengalaman emosional dari rasa seseorang sehingga musik dapat memberikan inspirasi
bagi semangat patriotisme, cinta tanah air, loyalitas, dan kesetiaan kepada bangsa dan
negara. Oleh karena itu, pemerintah kita seringkali menggunakan musik dan nyanyian
dalam membangun semangat solidaritas sebagai bangsa.

Demikian pula, guru IPS dapat memanfaatkan musik dalam proses


pembelajarannya sebagai media untuk membangkitkan kepekaan siswa. Hal ini dapat
dilakukan melalui beberapa proses seperti menyanyikan lagu, mengekspresikan irama
dalam lagu tersebut, mendengarkan musik dan nyanyian, dan menciptakan lagu dengan
alat musik. Melalui cara demikian, para siswa akan semakin peka dalam menghadapi
masalah-masalah sosial.

Pemanfaatan musik dan nyanyian dalam proses pembelajaran di kelas selama ini,
pada umumnya dilakukan melalui mata pelajaran seni suara dan atau musik. Masih sangat
langka mata pelajaran lain memanfaatkan nyanyian dan musik sebagai media dalam
pembelajarannya. Padahal, nyanyian dan musik merupakan media yang sangat ampuh
untuk melatih kepekaan siswa terhadap masalah-masalah sosial yang ada di sekelilingnya.
Jarolimek dan parker (1993), mengemukakan bahan pembelajaran IPS yang cukup efektif
dalam mengungkapkan dan atau melatih perasaan siswa meliputi: nyanyian, ekspresi yang
beriman (membaca puisi, sajak), dan mendengar musik atau mengapresiasi.

Hal-hal yang harus dilakukan oleh guru IPS dalam pembelajaran antara lain adalah
: Pertama, dalam memanfaatkan lagu atau nyanyian dalam pembelajaran, guru IPS sudah
selayaknya berusaha mencari jenis nyanyian yang dapat melatih kepekaan siswa terhadap
apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan ketika merebut dan mempertahankan
kemerdekaan Negara RI. Nampaknya, tidaklah cukup mengajarkan sejarah perjuangan itu
hanya dengan ceramah. Lagu-lagu perjuangan perlu dinyayikan sehingga guru perlu
memiliki lagu yang relevan dengan materi atau peristiwa sejarah tersebut. Tentu saja guru
IPS perlu pula menghayati setiap lagu-lagu perjuangan, misalnya lagu “sepasang mata
bola”, “Lagu syukur”,”lagu maju tak gentar”, dan lain-lain. Kapan dan dalam suasana apa
lagu-lagu tersebut di senandungkan?

Nyanyian merupakan sutu pengalaman yang dapat memperluas apresiasi


siswa dimanapun. oleh karena itu, apabila guru sedang membahas tentang kehidupan suatu
masyarakat di suatu daerah (sulawesi selatan, misalnya) maka guru mengajak siswa untuk
menyanyikan lagu yang berasal dari daerah tersebut (lagu “angin Mamiri’, misalnya).
Dengan demikian, siswa akan lebih banyak kesempatan untuk belajar tentang budaya
melalui nyanyian.
Kedua, pengungkapan perasaan secara berirama atau dengan gerak tarian. Dengan
cara ini guru IPS berusaha untuk menghilangkan rasa ketegangan siswa karena kehidupan
kelas yang terlalu formal, kaku, dan mungkin tidak ramah. Para siswa diberi kesempatan
untuk mengungkapkan perasaan, unek-unek, atau keinginannyadengan cara menampilkan
karyanya berupa puisi yang langsung dibacakan di depan kelas. Mereka di beri kebebasan
untuk berekspresi bahkan bila memungkinkan dengan menarikan tarian daerahnya.

Ketiga, mendengarkan musik dan nyanyian atau mengapresiasi merupakan peran


siswa sebagai konsumen. Peran ini tetap penting karena akan melatih perasaan siswa
sendiri. Bimbo pernah menyatakan bahwa sejak kecil, anak-anak perlu diperkenalkan
dengan seni agar perasaan atau emosinya dapat tumbuh dan terlatih. Mendengarkan musik
merupakan pengalaman imajinatif dari anak. Guru dapat membantu mereka dalam
mempelajari jiwa musik dan nyanyaian. Bagaimana keterkaitan antara jenis musik dan
nyanyian dengan budaya dan kondisi masyarakat dimana musik itu ada atau diciptakan.

Selain melalui nyanyian, musik, dan sekaligus mendengarkan atau mengapresiasi,


ada cara lain melatih kepekaan sosial para siswa, ialah melalui seni lukis. Cara demikian,
secara luas dilakukan oleh beberapa guru IPS di sekolah sesuai dengan topik yang sedang
dibahas oleh guru bersama siswa. Atau ketika para siswa diajak belajar keluar kelas,
seperti mengadakan perjalanan ketempat pertanian, pelabuhan udara, kebun binatang,
kantor pos, pegunungan, dan tempat lainnya yang memberikan inspirasi untuk
menuangkan perasaannya pada kanvas. Misalnya siswa dapat melukiskan kondisi
lingkungan hidup yang telah tercemar oleh polusi. Selanjutnya, ia lukis dan pajang di
kelas atau di laboratorium IPS yang ada di sekolah.

Dengan perantaraan media cat dan kanvas, para siswa mungkin dapat membuat
simbol dari pengalamannya, mengungkapkan buah pikiran, atau mengkomunikasikan
perasaan yang tidak dapat disampaikan melalui bahasa lisan. Bagi anak yang berada di
tingkat pendidikan dasar, gambar atau lukisan dapat mengungkapkan cerita secara lengkap
sesuai dengan pengetahuan yang ada pada anak tersebut.

Ada dua bentuk ungkapan perasaan yang digunakan dalam IPS, yakni bersifat
pribadi dan fungsional. Ungkapan yang bersifat pribadi adalah bentuk ungkapan yang
berupa ide dan memberikan kepuasan pribadi. Karya seni ini tidak dinilai dalam bentuk
hasil melainkan bentuk kepuasan dari pengalaman yang diperoleh oleh siswa. Sedangkan
yang kedua, ungkapan yang bersifat fungsional merupakan bentuk pengungkapan perasaan
yang menekankan pula pada aspek hasil sebagai akibat dari proses aktivitas.

c. Pengembangan Partisipasi Sosial

Belajar IPS tidak cukup hanya dalam bentuk hafalan atau hanya melatih daya ingat
sehingga ada kesan siswa disamakan dengan robot yang harus menuruti keinginan dan
perintah guru. Belajar IPS hendaknya dapat memberdayakan siswa sehingga segala potensi
dan kemampuannya, baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan dapat berkembang .
semua kemampuannya ini dapat diwujudkan dalam proses pembelajaran melalui aktivitas
pelatihan partisipasi dalam kehidupan kemasyarakatan. Jarolimek dan parker (1993)
mengemukakan bahwa ujian yang sesungguhnya dalam belajar IPS terjadi ketika siswa
berada di luar sekolah, yakni hidup di masyarakat. Apabila sekolah memberikan wawasan
baru kepada siswa, meningkatkan keterampilan atau kesadaran dan kepekaan yang tinggi
tentang masalah-maslah kemasyarakatan, amaka sejak dalam proses pembelajaran di
sekolah, para siswa perlu diperkenalkan bagaimana berperilaku di luar sekolah, baik
sebagai anak-anak maupun sebgai orang dewasa. Dengan kata lain, tujuan IPS hendaknya
di uji dengan cara peserta didik menerapkan konsep yang perlu diperoleh di kelas untuk
dipraktikan dalam realitas kehidupan masyarakat.

Agar dapat aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, para siswa tidak harus serba tahu
semua isu-isu atau persoalan kemasyarakatan. Namun, apa yang perlu dilakukan oleh
siswa, paling tidak adalah dapat atau sebaliknya terlibat dalam setiap kegiatan untuk
menjembatani kesenjangan antara apa yang dipelajari disekolah dengan dunia nyata tempat
para siswa itu berada. Mereka hendaknya dapat mempraktikan keterampilan dan
menerapkan pengetahuannya serta mempersiapkan mereka agar menjadi orang yang cerdas
dan bertindak secara bertanggung jawab dalam urusan kemasyarakatan dimana mereka
berada dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.

Model pembelajaran partisipasi sosial sangat di anjurkan untuk di terapkan oleh


Guru IPS, khususnya dalam mengajarkan konsep yang memerlukan keterampilan. Selain
itu, konsep yang diajarkan di kelas memiliki banyak kegunaan praktis bagi siswa.
Meskipun demikian, pembelajaran partisipasi sosial ini hendaknya didukung oleh guru
yang memiliki mobilitas yang cukup tinggi dalam kancah realita kehidupan atau memiliki
relasi dengan masyarakat atau orang tua siswa. Dengan kata lain, sekolah akan menjadi
media dalam membantu komunikasi antara siswa dengan pihak masyarakat.
Untuk menjawab mengapa perlu mengembangkan proses pembelajaran partisipasi
sosial, terlebih dahulu perlu ada perubahan terhadap pendapat yang menyatakan bahwa ‘
sekolah hanyalah bertugas sebagai lembaga yang mempersiapkan para siswa agar menjadi
warga negara yang baikdan berguna”. Pendapat ini mengandung kekeliruan karena ada
konotasi bahwa siswa bukanlah warga negara. Padahal pada kenyataannya, siswa juga
adalah warga negara yang memiliki tanggung jawab moral,mempunyai hak dan kewajiban,
mempunyai kedudukan yang sama di depan hukum berpatisipasi sesuai dengan kemapuan
dan statusnya. Oleh karena itu, sekolah hendaknya dapat melakukan pembinaan dan
melatih siswanya menjadi warga negara yang baik..

Warga negara atau warga masyarakat bukan hanya terdiri atas orang-orang dewasa
semata. Para remaja dan pemuda merupakan bagian yang cukup penting. Sebagai anggota
masyarakat atau warga negara. Mereka adalah harapan masa depan bahkan yang akan
menggantikan orang dewasa. Akan seperti apa nasib bangsa di masa depan banyak
ditentukan oleh kondisi, kemampuan, aktivitas, dan partisipasi meraka saat ini. Oleh
karena itu sejak saat ini mereka perlu diikut sertakan dalam kegiatan kemasyarakatan
sesuai dengan fungsinya.

Kosasih Djahiri (1979) dalam sapriya mengemukakan bahwa bahwa anak muda perlu
turut serta dalam realita kehidupan bukan hanya sebagai penonton melainkan langsung
sebagai pelaku. Namun sebelum dan selama dalam proses partisipasi itu para remaja perlu
dibina dan dibimbing sehingga tidak akan terjadi suatu Gab (kesenjangan) yang lebar
anatara generasi baru dan lama. Lebih lanjut Kosasih Djahiri (1979) mengemukakan
beberapa keuntungan dalam hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kegiatan
partispasi sosial sebagai berikut :
1. Bahwa kegiatan kemasyarakatan yang melibatkan siswa memiliki kegunaan timbal
balik bagi bagi siswa maupun bagi masyarakat setempat.
2. Bahwa kegiatan tersebut akan mendapat bantuan atau dukungan pihak lain
sepanjang kegiatan itu bersifat positif.
3. Bahwa kegiatan tersebut akan merangsang membantu dan mengembangkan intilek
tual etika dan moral siswa.
4. Bahwa kegiatan partisipasi sosial akan membentuk siswa memiliki kematangan dan
kemampuan untuk bekerja dalam masyarakat
5. Agar kegiatan itu berhasilguna maka program pembelajaran disusun secara
sistematis dan terorganisir sehingga sesuai dengan tingkat pengetahuan dan
perkembangan siswa.
4. Implementasi Perangkat Pembelajaran Partisipasi Sosial dalam Meningkatkan
Pemahaman Lebih Dalam Terhadap Konsep Dasar IPS.
Implementasi penggunaan perangkat pembelajaran partisipasi sosial adalah sebuah
strategi yang langsung terpusat pada peserta didik yang mana nantinya siswa tersebut akan
dibawa dalam persoalan maupun berpartisipasi mencari jawaban atas masalah-masalah
sosial yang terjadi dalam lingkungan masayarakat. Sehingga pengimplementasian
perangkat pembelajaran partisispasi sosial bisa melatih para siswa untuk belajar
berpartsipasi dalam memecahkan masalah sosial. Adapun dalam implemebtasi perangkat
pembelajaran partisipasi sosial ini terdapat beberapa langkah atau tahapan pembelajaran.
Adapun tahapan-tahapan tersebut seperti berikut ini :
a. Penetapan tujuan instruksional, sebagai langkah pertama adalah mengidentifikasi
tujuan instruksional, penetapan tujuan instruksional dilakukan oleh guru berdasarkan
SK/KD dan memadukannya dengan keadaan riil dan kondisi siswa serta
lingkungannya.
b. Pembelajaran konsep, setelah merumuskan tujuan maka kegiatan selanjutnya guru
melakukan pembelajaran atau menyampaikan isi pembelajaran yang meliputi konsep
atau pengetahuan, sikap dan nilai.
c. Penetuan topik/masalah untuk proyek partisipasi, Pada tahap penentuan topik atau
masalah ini, perumusan masalah dapat dilakukan oleh guru atau bersama-sama antara
guru dengan siswa ataupun oleh siswa secara kelompok menurut minatnya masing-
masing. Dianjurkan apabila masalah itu dirumuskan oleh siswa sebaiknya dilakukan
secara kelompok.
d. Pembuatan skenario pilihan partisipasi, Penyususnan skenario dilakukan oleh guru
atau oleh siswa dengan bantuan guru. Pembahasan tentang bagaimana skenario itu
dilakukan langkah demi langkah dibicarakan secara bersama-sama.
e. Diskusi kelas, diskudi kelas dilakukan untuk membahas rancangan proyek setiap
kelompok. Pada saat ini setiap siswa mempunyai kebebasan untuk menyampaikan
pendapat dan argumen ketika menanggapi setiap proyek termasuk skenario untuk
penyempurnaan. Peran guru pada tahap ini adalah mengarahkaan dan memberi
penjelasan terhadap pertanyaan siswa.
f. Latihan dan persiapan proyek partisipasi, Pada saat latihan atau tahap persiapan
untuk partisipasi, setiap pimpinan kelompok dan anggota kelompok masing-masing
melatih peranannya serta melakukan persiapan seperlunya. Peran guru pada tahap ini
adalah melakukan pengarahan bantuan dan bimbingan pada proses simulasi.
g. Pelaksanaan proyek partisipasi, Pada saat kegiatan atau pelaksanaan proyek
partisipasi, siswa melkukan kegiatannya sedangkan guru tetap melakukan pembinaan,
memberi bantuan, dan mendorong para siswa.
h. Membuat laporan kerja, Setelah selesai melakukan kegiatan, partisipasi setiap siswa
secara individual atau secara kelompok membuat laporan pengalamannya secara
tertulis. Untuk mempermudah siswa membuat laporan, maka guru membantu
membuat kerangka umum (sitematika) laporan.
i. Diskusi kelas, Setelah para siswa membuat laporan, maka selanjutnya laporan itu di
bawa ke kelas untuk didiskusikan. Setiap siswa atau melalui ketua kelompoknya
melaporkan pengalamannya dan siswa lain memanfaatkan, menanggapi dan
mengomentari isi laporan tersebut. Peran guru adalah melakukan pembinaan dan
membantu memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bila terjadi kemacetan
pembicaraan.
j. Penyimpulan proyek, pada tahap akhir kegiatan guru dan atau bersama siswa
membuat kesimpulan serta rekomendasi yang akan menjadi masukan bagi sekolah,
masyarakat atau pihak pemerintah (pengambil kebijakan)
Dari semua pemikiran diatas, tampak bahwa belajar dalam IPS tidak cukup hanya dengan
cara menekuni buku dan tinggal di dalam kelas. Belajar IPS memerlukan tindakan nyata
(real action) baik ketika menerpkan teori ataupun dalam rangka melakukan percobaan di
masyarakat. Partisipasi di masyarakat secara langsung akan menghasilkan pengalaman
yang sangat berguna, khususnya bagi calonguru yang perlu menelaah dan mendalami
tentang karakteristik kehidupan masyarakat tempat mereka bekerja.
Dari model pembelajaran diatas, dapat disimpulkan bahwa seseorang siswa yang turut
serta berpatisipasi sebagai warga negara dituntut menggunakan segala kemampuannya :
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dipelajari di sekolah, di kelas IPS, di
masyarakat, di keluarga sebagai dasar untuk berpartisipasi. Mengaitkan kelas dengan
masyarakat memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk mempelajari kemampuan
dasar dalam berpartisipasi. Welton dan Mallan (1988) dalam sapriya ...menyarankan
bahwa untuk belajar berpartisipasi di dalam masyarakat, maka para siswa dalam kelas IPS
perlu dibelajarkan sejumlah keterampilan sebagai berikut :
1. Bekerja dalam kelompok secara efektif, meliputi belajar mengorganisir,
merencanakan, mengambil keputusan, dan mengambil tindakan.
2. Membentuk koalisi kepentingan dengan kelompok lain.
3. Melakukan ajakan, berkompromi dan melakukan bargaining
4. Bersikap sabar dan tekun dalam bekerja untuk mencapai tujuan.
5. Berusaha memperbanyak pengalaman dalam situasi budaya yang berbeda-beda.
Menurut Kosasih Djahari (1979) bentuk kegiatan kemasyarakat anatara lain
sebagai berikut : (1) kegiatan sosial politik, (2) proyek kemasyarakatan, (3) proyek sosial,
(4) studi kemasyarakatan, (5) permagangan, dan (6) program model. Bentuk kegiatan
manakah yang akan diterapkan oleh guru, tentu saja harus sejalan dengan kondisi siswa
dan masyarakat setempat. Guru dapat memilih dan menyesuaikan kegiatan tersebut sesuai
dengan karakteristik siswa.
Partisipasi siswa dalam kegiatan politik bukan berarti bahwa para siswa harus
diterjunkan dalam kegiatan partai politik atau kegiatan pemerintah dan kenegaraan.
Partisipasi siswa ini berarti siswa diterjunkan dalam kancah kehidupan nyata dimasyarakat
baik di bidang sosial budaya, ekonomi dan politik untuk turut memengaruhi dan
bertanggung jawab. Mereka dapat berpartisipasi dalam membantu pemerintah
berkampanye mensukseskan pembangunan, keluarga berencana, membantu masyarakat
korban banjir, bencana alam, polisi sekolah, dan sebagainya.
Kegiatan siswa dalam proyek kemasyarakatan adalah partisipasi siswa secara suka
rela dalam proyek yang sedang digarap oleh masyarakat. Kegiatan dalam rangka
pembelajaran ini hendaknya dirancang dahulu oleh guru bersama masyarakat. Maka anatar
sekolah dan masyarakat perlu dijalin hubungan yang erat. Bentuk kegiatannya dapat
bersifat insidental seperti pertolongan korban bencana alam, kecelakaan dan kerja bakti.
Kegiatan siswa dalam proyek kemasyarakatan adalah partisipasi siswa secara
sukarela dalam proyek yang sedang digarap oleh masyarakat. Kegiatan dalam rangka
pembelajaran ini hendaknya dirancang terlebih dahulu bersama masyarakat. Maka antara
masyarakat dengan sekolah harus terjalin hubungan yang erat. Bentuk kegiatannya dapat
berupa yang insidental seperti pertolongan korban banjir, kebakaran, gempa bumi,
kecelakaan lalulintas, kerja bakti dan sebagainya.
Partisipasi siswa dalam proyek sosial (relawan) ebih diarahkan pada partisipasi
siswa dalam usaha pelayanan sosial, seperti PMI, panti asuhan, yatim piatu dan lain
sebagaainya. Tujuan partisipasi dalam bidang ini disamping penerapan ilmu/ teori, juga
memberi kesempatan kepada siswa untuk langsung mengalami praktik hidup saling
menolong atau membantu serta menghayati dan merasakan apa yang sedang diderita oleh
orang lain. (tenggang rasa). Sehingga para siswa secara otomatis akan memiliki empati.
Peran guru dalam kegiatan ini adalah bekerja sama dengan sekolah dan masyarakat dalam
mempersiapkan lokasi serta waktu dan tempat bagi siswa melaksanakan proyek.
Partisipasi siswa dalam studi kemasyarakatan adalah kegiatan siswa dalam
mempraktekkan keterampilan sosial yang telah dipelajari di dalam kelas IPS. Melalui
kegiatan ini para siswa diajak untuk mengenal masalah-masalah sosial dan mencoba
memecahkannya melalui pola pikir ilmiah.
Kegiatan magang sebagai proses pembelajaran dengan partisipasi sosial hendaknya
dilakukan oleh siswa yang berada pada jenjang yang lebih tinggi, misalnya SD kela 6 atau
SLTP kelas 3 atau siswa SMU. Hal ini perlu diperhatikan karena magang memerlukan
kesiapan siswa, baik dalam pengetahuan maupun keterampilan. Misalnya pada saat
liburan, siswa ikut bekerja bersama petani ikan dalam memelihara ikannya. Mereka ikut
membantu pekerjaan tersebut dengan aktif hingga pada akhir kegiatan, siswa menjadi
terampil memelihara ikan. Untuk melaksanakan proses ini, tetu saja peran guru lebih
banyak pada tahap persiapan, khususnya melakukan kerja sama dengan petani ikan dalam
menentukan lokasi maupun waktu serta berbagai prosedur lain yang bersifat teknis.
Partisispasi siswa melalui program model berarti siswa dihadapkan pada model-
model yang telah ada untuk ditelaah atau melakukan studi lebih lanjut. Dalam hal ini
model diartikan suatu yang dapat memberikan gambaran atau visualisasi dari sesuatu.
Model dapat berupa benda, skema, gambar, bentuk lain yang mewakili benda yang
sebenarnya. (Dikutip dari Sapriya, 2009: 176-190),
MODUL 8 : Merancang dan menerapkan keterampilan dasar IPS.
1. Keterampilan Dasar IPS melalui Perangkat Partisipasi Sosial
Pengembangan partisipasi sosial siswa melalui program model berarti siswa
dihadapkan pada model-model yang telah ada untuk ditelaah atau melakukan studi lebih
lanjut. Dalam hal ini model diartikan suatu yang dapat memberikan gambaran atau
visualisasi dari sesuatu. Model dapat berupa benda, skema, gambar, bentuk lain yang
mewakili benda yang sebenarnya. Misalnya dalam kegiatan pembelajaran ini siswa
dibawa atau ditempatkan ke dalam lingkungan desa binaan atau percontohan.
Selanjutnya siswa diminta untuk membuat desain tentang model desa yang telah
dikunjunginya secara berkelompok. Bentuk tugasnya dapat ditentukan oleh guru,
apakah dalam bentuk gambar atau karangan.
Semua kegiatan tersebut adalah kegiatan partisipasi siswa dalam masyarakat yang
sesungguhnya. Kegiatan tersebut tentu saja dapat diterapkan atau dicobakan oleh guru
setelah disesuaikan dengan waktu dan kondisi serta kurikulum sekolah.
Pelaksanaannnya tentu tidak perlu setiap minggu atau setiap pertemuan, tetapi menutut
kepentingan siswa dengan tujuan memberi pengalaman langsung kepada siswa dan
membelajarkan siswa hidup bermasyarakat.
Sebagai persiapan ke arah partisipasi sosial yang sesungguhnya bila kondisi tidak
memungkinkan maka kegiatan partisipasi sosial dapat dilakukan melalui simulasi dan
permainan. Permainan dalah hal ini adalah suatu proses pemmbelajaran dimana siswa
belajar mengenal aturan, berkompetisi dan sekaligus menjadi pemain yang mungkin
suatu saat akan menjadi pihak yang menang atau pihak yang kalah. Mereka harus
memahami dan menyadari bahwa dalam suatu permainan ada yang menang dan ada
yang kalah. Sedangkan simulasi memberikan gambaran tentang realitas, namun dapat
menghindari unsur-unsur yang berbahasa bagi peserta. Misalnya orang yaang
melakukan simulasi dalam menerbangkan pesawat (sebagai pilot) latihan menyetir
mobil, kesalahan tidak akan mengakibatkan pesawat jatuh atau mobil kecelakaan.
Demikian pula simulasi dalam pembelajaran, kesalahan dalam mengambil keputusamn
tidak akan mengakibatkan mala petaka bagi siswa.
Keuntungan simulasi dan permainan dalam pembelajaran pernah dikemukakan oleh
Jarolimek dan Parker (Dikutip dari Sapriya, 2009: 191), sebagai berikut :
a) Simulasi dan permainan memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar. Mereka
lebih senang berpartisipasi dalam kegiatan tanpa harus diperiksa oleh guru.
b) Simulasi dan permainan telah digunakan dan berhasil dalam pembelajaran di luar
kelas. Keberhasilan ini pernah dicapai dalam kegiatan militer, bisnis dan industri.
Demikian pula dalam kedokteran, ilmu politik, dan manajemen. Karena telah
berhasil di luar kelas maka simulasi dan permainan memungkinkan berhasil dalam
proses pembelajaran di sekolah.
c) Simulasi dan permainan sangat efektif bila diterapkan untuk mengungkapkan sikap
dan perasaan siswa atau hal-hal yang tersembunyi yang ada dalam diri seseorang.
Masalah nilai dan moral yang dapat tercermin dalam sikap seseorang merupakan
bidang yang sulit diungkap, berbeda dengan kawasan kognitif. Namun dengan
simulasi dan permainan, masalah nilai (afektif) dan moral dapat terungkap secara
efektif.
2. Mengujicobakan Perangkat Pembelajaran Partisipasi Sosial

Bagan Pembelajaran partisipasi sosial.......

Ibu eda kembangkan


Agar pembelajaran pengembangan partisipasi sosial dapat dapat berjalan dengan baik,
maka perlu disusun program dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Langkah-langkah pembelajaran Pengembangan Partisipasi Sosial

Penetapan Tujuan Instruksional

Pembelajaran Konsep

Penentuan Pilihan Topik/Masalah


untuk Proyek Pengembangan Partisipasi

Pembuatan Skenario Pilihan


Partisipasi

Diskusi Kelas

Latihan dan Persiapan Proyrk


Partisipasi

Pelaksanaan Proyrk Partisipasib

Membuat Laporan Kerja


/Reporting

Didkusi Kelas

Penyimpulan Proyek
Adapun penjelasan dari langkah-langkah pembelajaran pengembangan Partisipasi sosial
adalah sebagai berikut :
1) Penetapan tujuan instruksional, sebagai langkah pertama adalah
mengidentifikasi tujuan instruksional, penetapan tujuan instruksional dilakukan
oleh guru berdasarkan SK/KD dan memadukannya dengan keadaan riil dan kondisi
siswa serta lingkungannya.
2) Pembelajaran konsep, setelah merumuskan tujuan maka kegiatan selanjutnya
guru melakukan pembelajaran atau menyampaikan isi pembelajaran yang meliputi
konsep atau pengetahuan, sikap dan nilai.
3) Penetuan topik/masalah untuk proyek partisipasi, Pada tahap penentuan topik
atau masalah ini, perumusan masalah dapat dilakukan oleh guru atau bersama-sama
antara guru dengan siswa ataupun oleh siswa secara kelompok menurut minatnya
masing-masing. Dianjurkan apabila masalah itu dirumuskan oleh siswa sebaiknya
dilakukan secara kelompok.
4) Pembuatan skenario pilihan partisipasi, Penyususnan skenario dilakukan oleh
guru atau oleh siswa dengan bantuan guru. Pembahasan tentang bagaimana
skenario itu dilakukan langkah demi langkah dibicarakan secara bersama-sama.
5) Diskusi kelas, diskudi kelas dilakukan untuk membahas rancangan proyek setiap
kelompok. Pada saat ini setiap siswa mempunyai kebebasan untuk menyampaikan
pendapat dan argumen ketika menanggapi setiap proyek termasuk skenario untuk
penyempurnaan. Peran guru pada tahap ini adalah mengarahkaan dan memberi
penjelasan terhadap pertanyaan siswa.
6) Latihan dan persiapan proyek partisipasi, Pada saat latihan atau tahap persiapan
untuk partisipasi, setiap pimpinan kelompok dan anggota kelompok masing-masing
melatih peranannya serta melakukan persiapan seperlunya. Peran guru pada tahap
ini adalah melakukan pengarahan bantuan dan bimbingan pada proses simulasi.
7) Pelaksanaan proyek partisipasi, Pada saat kegiatan atau pelaksanaan proyek
partisipasi, siswa melkukan kegiatannya sedangkan guru tetap melakukan
pembinaan, memberi bantuan, dan mendorong para siswa.
8) Membuat laporan kerja, Setelah selesai melakukan kegiatan, partisipasi setiap
siswa secara individual atau secara kelompok membuat laporan pengalamannya
secara tertulis. Untuk mempermudah siswa membuat laporan, maka guru
membantu membuat kerangka umum (sitematika) laporan.
9) Diskusi kelas, Setelah para siswa membuat laporan, maka selanjutnya laporan itu
di bawa ke kelas untuk didiskusikan. Setiap siswa atau melalui ketua kelompoknya
melaporkan pengalamannya dan siswa lain memanfaatkan, menanggapi dan
mengomentari isi laporan tersebut. Peran guru adalah melakukan pembinaan dan
membantu memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bila terjadi kemacetan
pembicaraan.
10) Penyimpulan proyek, pada tahap akhir kegiatan guru dan atau bersama siswa
membuat kesimpulan serta rekomendasi yang akan menjadi masukan bagi sekolah,
masyarakat atau pihak pemerintah (pengambil kebijakan)

3. Evaluasi Mahasiswa Melalui Perangkat Pembelajaran Partisipasi Sosial.

a. Pengertian Evaluasi Pembelajaran Partisipasi Sosial

Penilaian pencapaian kompetensi dasar siswa dilakukan berdasarkan indikator.


Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun
lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil partisipasi, proyek dan atau
produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Penilaian merupakan serangkaian
kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil
belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

Evaluasi merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan


menafsirkandata tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan

Dalam melaksanakan penilaian hendaknya ada beberapa hal yang perlu


diperhatikan antara lain, sebagai berikut :

1. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi


2. Penilaian menggunakan acuan kriteria yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan
siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dan bukan untuk menentukan posisi
seseorang terhadap kelompoknya.
3. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan
dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan
kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui
kesulitan siswa.
4. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa
perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi siswa yang
pencapaian kompetensinya dibawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi
siswa yang telah memenuhi kriteria ketuntasan
5. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam
proses pembelajaran.

Pada pembelajaran pengembangan partisipasi sosial peran evaluasi tidak berbeda


dengan pembelajaran konvensional. Evaluasi pembelajaran pengembangan partisipasi
sosial diarahkan pada evaluasi dampak instruksional (instructional effects) dan dampak
pengiring (nurturant effects), seperti halnya kemampuan berkerja sama, menghargai
pendapat orang lain, peka terhadap lingkungan sekitar, dan partisipasi sosial.
Dengan demikian, dari segi pentahapan, evaluasi dapat dilakukan baik pada tahap
perencanaan maupun pada tahap pelaksanaan. Sedangkan dari segi sasaran, evaluasi
difokuskan pada proses maupun produk pembelajaran. Evaluasi proses belajar adalah
upaya pemberian nilai terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan
siswa, sedangkan evaluasi hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil
belajar yang dicapai dengan menggunakan kriteria tertentu. Evalusi proses menggunakan
instrumen nontes, sedangkan evaluasi hasil dapat menggunakan instrumen tes maupun non
tes. Hasil belajar tersebut pada hakikatnya merupakan pencapaian kompetensi-kompetensi
yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan
dakam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi tersebut dapat dikenali melalui
sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan diamati. Penilaian proses
dan hasil belajar itu saling berkaitan satu dengan lainnya, hasil belajar merupakan akibat
dari suatu proses belajar.
Cakupan evaluasi pembelajaran terpadu dapat disusun dalam matriks sebagai berikut :
Matriks Evaluasi Pembelajaran Pengembangan Partisipasi Sosial

Tahapan Perencanaan Pelaksanaan


Sasaran (planning) (Action)
(target)
Proses Bagaimana siswa berpartisipasi Begaimana aktivitas dinamika
dalam menentukan tema-tema terkait. interaksi, kemampuan berpikir
siswa, kemampuan bekerja sama
kepekaan sosial siswa, dan
partisipasinya dalam menghadapi
suatu permasalahan.
Hasil Bagaimana reaksi siswa terhadap Perubahan/ perkembangan
rencana yang telah disusun : perilaku apa yang terjadi pada
 Aspek kognisi intelektual siswa.
 Aspek sosial
 Aspek pribadi dan lainnya sebagai
dampak instruksional
(instructional effects) maupun
dampak pengiring (nurturant
effects)
 Aspek-aspek lain.

Berdasarkan cakupan evaluasi tersebut, terlihat bahwa evaluasi pembelajaran


terpadu bersifat multidimensional, berlangsung dalam konteks yang alami, kolaboratif dan
beorientasi pada perkembangan intelektual siswa serta lingkungan budaya. Pada
pembelajaran pengembangan partisipasi sosial penekanan evaluasi terletak pada proses
maupun hasil. Karena aspek perilaku yang menjadi sasaran evaluasi banyak ragamnya,
maka diperlukan teknik dan alat evaluasi yang beragam pula. Kegiatan evaluasi dimulai
dengan pengamatan langsung yang bersifat informal sampai kepada tes formal yang valid
dan reliable.

b. Metode, Teknik dan Bentuk Evaluasi


1) Metode, Metode yang dapat dipergunakan dalam mengevaluasi proses dan hasil
pembelajaran pengembangan partisipasi sosial meliputi observasi, dokumentasi
berkala, dialog siswa-guru, evaluasi diri siswa-guru (self assement) tes dan ujian.
(a) Observasi dan Dokumnetasi Berkala. Salah satu kegiatan penting dalam proses
pembelajaran pengembangan partisipasi sosial adalah pengamatan (observasi).
Jadi, dalam pembelajaran ini, pengamatan merupakan komponen dasar dalam
evaluasi. Observasi dapat dilakukan dengan berkerja sama dengan siswa.
Dengan demikian, tampak bahwa evaluasi sebagai bagian integral dari interaksi
sosial. Dalam kegiatan ini guru berusaha memahami tugas atau situasi dari sudut
pandang siswa, dan sementara itu evaluasi didi semakin kuat pada diri siswa.
Observasi dan dokumentasi berkala dapat juga dilakuakn dengan cara guru
merekam semua kejadian pada proses pembelajaran, misalnya untuk satu unit
tema atau beberapa unit selama satu periode (satu cawu, satu semester, atau satu
tahun). Catatan ini berisi rekaman sekilas tentang kesan yang tampak bermakna
selama pembelajaran berlangsung. Catatan ini dapat pula dilengkapi dengan
hasil rekaman guru pada lembaran pengamatan untuk kelompok kecil.

Contoh lembar observasi


a) Daftar Cek Keterampilan Intelektual & Sosial
Jenis kemampuan Ya Belum Berkembang
Intelektual
- Keterbukaan
- Kreativitas
- Rasa ingin tahu
Sosial
- Kemampuan kerja sama
- Kemandirian (percaya diri dan
kontrol diri)
- Kepekaan terhadap oran lain
- Kepedulian terhadap orang lain
- Kepercayaan diri
- Partisipasi dalam mengatasi masalah
b) Skala Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran IPS
Pelaksanaan kegiatan

Keterangan : 1, 2 dan 3 adalah respon-respon positif, 1 adalah respon paling positif, 4


respon netral, 5, 6 dan 7 adalah respon-respon negatif, 7 adalah repon paling negatif.
Nama (kelompok/individu) : ................................................

No Aspek Yang Dinilai Skor Ket


1 2 3 4 5 6 7
1 Ketaatan kepada perencanaan :
a. Pemberian informasi
b. Penggunaan sumber
c. Penggunaan bahan dan
alat
d. Penggunaan waktu
2 Pengelolaan pembelajaran, baik
di kelas maupun di luar kelas :
a. Antusiasme
b. Memotivasi kerja
kelompok
c. Memotivasi individu
d. Kepekaan sosial
e. Parisipasi dalam
pemecahan masalah
3 Keberanian
a. Simultanius
b. Bertindak
c. Berkomunikasi
4 Proses pembelajaran
a. Kejelasan
b. Perhatian siswa
c. Partisipasi siswa
d. Kreativitas siswa
e. Interaksi
f. Kerja sama antara siswa
5 Produk (dirinci aspek-aspek
hasil belajar yang ingin dinilai
sesuai dengan taksonomi
Bloom)
c) Dialog Siswa-Guru
Cara ini dapat dibatasi untuk masalah khusus. Dialog siswa guru dapat juga
dilakukan dalam kelompok kecil, dan direkam secara penuh. Dalam hal ini siswa
dapat diberi tugas untuk merangkum hasil diskusi tersebut.
d) Evaluasi Diri Siswa-Guru
Dalam mengevaluasi pembelajaran pengembangan partisipasi sosial, evaluasi
diri juga dapat dipakai. Siswa dapat menyusun sendiri pertanyaan kemudian
menjawabnya sendiri. Selanjutnya guru dapat juga melakukan evaluasi diri untuk
perbaikan dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran.
e) Tes Dan Ujian
Pada pembelajaran pengembangan partisipasi sosial tes dan ujian dilakukan baik
untuk satu tema pembelajaran maupun untuk beberapa tema, hal ini untuk menilai
kemampuan kognitif siswa. Namun Perlu juga diketahui, bahwa tes formal tidak atau
belum memberikan informasi yang cukup tentang bagaimana seorang anak sebagai
individu berpikir dan menguasai konsep-konsep, bagaimana mereka dalam
melakukan belajar sendiri, dan bagaimana mereka menggunakan kemampuan
intelegensinya, serta bagamana mereka dapat mengembangkan kepekaan sosial, dan
bagaimana mereka melakukan pengembangan partisipasi sosial pada diri mereka.
2) Teknik, Bentuk Dan Instrumen Evaluasi
Selain metode, dalam evaluasi yang dikembangkan mencakup teknik, bentuk
dan instrumen yang digunakan terdapat pada lampiran. Model penilaian ini
disesuaikan dengan penilaian di dalam kelas dan dimluar kelas pada standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Objek penilaian terhadap proses dan hasil
belajarsiswa.
1) Teknik penilaian
Teknik penilaian merupakan cara yang digunakan dalam melaksanakan penilaian
tersebut. Teknik-teknik yang dapat diterapkan untuk jenis tagihan tes meliputi: (1)
kuis dan (2) tes harian.
Untuk jenis tagihan nontes, teknik-teknik penilaian yang dapat diterapkan antara
lain :
(1) Observasi, (2) angket, (3) wawancara, (4) tugas, (5) proyek, dan (6) portopolio.
2) Bentuk instrumen
Bentuk instrumen merupakan alat yang digunakan dalam melakukan penilaian/
pengukuran/evaluasi terhadap pencapaian kompetensi peserta didik. Bentuk-bentuk
instrumen yang dikelompokkan menurut jenis tagihan dan teknik penilaian adalah :
 Tes : isian, benar-salah, menjodohkan, pilihan ganda, uraian, dan unjuk
kerja
 Nontes : panduan observasi, kuesioner, panduan wawancara, dan rubrik.
3) Instrumen
Instrumen merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
ketercapaian kompetensi.
Apabila penilaian menggunakan teknik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja,
dan tugas rumah yang berupa proyek, harus disertai rubrik penilaian.
Jenis penilaian pengembangan partisipasi sosial terdiri atas tes dan bukan
tes. Sistem penilaian dengan menggunakan tes merupakan sistem penilaian
konvensional. Sistem ini kurang dapat menggambarkan kemampuan peserta
didik secara menyeluruh, sebab hasil belajar digambarkan dalam bentuk angka
yang gambaran maknanya sangat abstrak. Oleh karena itu, untuk melengkapi
gambaran kemanjuan belajar secara menyeluruh maka dilengkapi dengan
nontes, seperti terlihat pada gambar di bawah.

PENILAIAN

Pengetahuan,
Nontes keterampilan, sikap
Tes
dan nilai,
kepekaan,
partisispasi

Tes Lisan Tes tertulis Tes perbuatan

 Skala sikap
 Daftar periksa
 Kuesioner
 Catatan anekdot Tes tertulis/uraian Tes tertulis/objektif
 Portofolio  Tes  Pilihan ganda
 Catatan sekolah tertutup/terbatas/  Benar salah
terstruktur  Menjodohkan
 Bebas terbuka
 Isian singkat
 Isian panjang
 Isian khusus
Gambar. Model Evaluasi Pembelajaran Pengembangan Partisipasi sosial

Penilaian nontes dapat dilakukan dengan menganalisis masalah dan memaparkan


pemecahannya (problem solving). Dalam pemaparan ini dapat ditekankan pentingnya
penggunaan kosa kata yang tepat, sistematiak penyajian dan pengetahuan lain untuk
memecahkan masalah tersebut

Melalui observasi dan inferensi, perkembangan kemampuan berpikir kritis, kreatif


serta keterampilan berinkuri, kepekaan sosial, dan partisispasi sosial siswa dapat dievalusi.
Sebagai contoh, siswa ditugaskan mengamati dua sampai tiga fenomena, kemudian
disuruh menarik kesimpulan. Respon-respon mereka dievaluasi dari segi kecermatan
observasi, dan bobot inferensi yang mendukung observasi tersebut.

Dalam kelas pembelajaran pengembangan partisipasi sosial, siswa sibuk, aktif dan
terlibat. Guru hendaknya sadar akan aksi dan reaksi siswa, dan selalu membuat catatan
yang kemudian akan dianalisis. Hasil analisis ini juga dapat dipakai sebagai bahan
pertimbangan dalam menilai proses pembelajaran pengembangan partisispasi sosial. Oleh
karena itu, dalam pembelajaran pengembangan partisipasi sosial perlu dirancang instrumen
yang sesuai untuk mengevaluasi proses dan hasil dari pembelajaran tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Wahab, dkk (2011) Konsep Dasar IPS. Jakarta : Universitas Terbuka

Asep Herry Hernawan, dkk. (2011) Pembelajaran Terpadu di SD. Jakarta : Universitas
Terbuka

Ellis, A.K. (1998). Teaching and learning elementary social studies .Boston : Allyn &
Bacon A Viacom Company.

Elly M. Setiadi, dkk (2011). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Kencana Prenada Media
Group

Etin Solihatin & Raharjo (2008) Cooperatif Learning Analisis Model Pembelajaran IPS.
Jakarta : Bumi Aksara

H.Hartomo & Arnicun Aziz. (2004). Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Bumi Aksara

Koentjaraningrat (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta

Nursid Sumaatmadja, dkk (2005). Konsep Dasar IPS. Jakarta : Universitas Terbuka

Nursid Sumaatmadja. (2010). Manusia dalam Konteks Sosial, Budaya dan Lingkungan
Hidup. Bandung : Alfabeta

Oemar Hamalik. (2001) Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara

Sapriya (2009). Pendidikan IPS. Bandung : Remaja Rosdakarya

Sa’dun Akbar & Hadi Sriwiyana. (2011) Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial. Yogyakarta : Cipta Media

Soerjono Soekamto. (2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Soleman B. Taneko. Struktur dan Proses Sosial: Suatu Pengantar Sosiologi


Pembangunan. Jakarta: Rajawali. 1984.

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya


dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Bumi Aksara

Winataputra, U. S. (2008). Materi dan Pembelajaran IPS di SD. Jakarta : Universitas


Terbuka.

Winataputra, U. S. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai