OLEH:
Ika Listiqowati, S.Pd., M.Pd
Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena atas rahmat
dan maka penulis bisa menyelesaikan sebuah karya tulis berupa Modul Konsep Dasar IPS
Modul ini dibuat dengan berbagai referensi dan dalam jangka waktu tertentu
sehingga menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Kami selaku
penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak terkait yang telah membantu kami dalam
menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan buku ajar ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada Modul ini.
Oleh karna itu kami berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kemajuan buku ajar ini.
Terima kasih, dan semoga buku ajar ini bisa memberikan ilmu dan wawasan bagi
kita semua
Penulis
Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini membahas materi hakikat dan karakteristik mata
kuliah Konsep Dasar IPS, Sejarah Perkembangan IPS, Konsep Dasar
Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Antropologi, Politik dan
Pemerintahan, Psikologi Sosial, Serta Model-Model Pembelajaran
IPS yang kreatif, Inovatif, dan Menyenangkan serta Merancang dan
Menerapkan Keterampilan Dasar IPS.
Kompetensi Khusus :
“Sosial studies is the integrated study of the sosial science and humanities to
promote civic competence. Within the school program, social studies provides
coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology,
archaeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science,
psychology, religion, and sociology, as well appropriate content from the
humanities, mathematics, and natural science. The primary purpose of social studies
is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions
for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an
interdependent world.”
Dari definisi Ilmu Pengetahuan Sosial dari NCSS tersebut menjelaskan bahwa
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah studi terintegrasi dari ilmu sosial dan humaniora untuk
meningkatkan kompetensi warga negara. Dalam program sekolah, ilmu pengetahuan
sosial memberikan koordinasi, studi yang sistematis menggambarkan pada disiplin ilmu
seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik,
psikologi, agama, dan sosiologi, serta konten yang sesuai dengan humaniora,
matematika, dan ilmu pengetahuan alam. Tujuan utama ilmu pengetahuan sosial adalah
untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan
dan memberi alasan untuk kepentingan masyarakat sebagai warga negara yang baik,
dari beragam budaya, demokratis sosial di dunia yang saling tergantung.
Antara tahun 1940-1950 NCSS mendapat serangan yang berkisar pada pertanyaan
meski tidaknya social studies menanamkan nilai dan sikap demokratis kepada para
pemuda. Pada tahun 1960-an gerakan akademis tersebut dikenal sebagai gerakan the
new social studies (social studies gaya baru). Namun demikian sampai tahun 1970-an
ternyata gagasan untuk mendapatkan the new social studies ini belum menjadi
kenyataan. Isu yang terus menerpa social studies sampai saat ini adalah mengenai perlu
tidaknya indokrinasi, tujuan pembelajaran yang saling bertentangan, dan pertikaian
mengenai isi pembelajaran. Pada tahun 1940-1960, ditegaskan oleh Barr, dkk. (1977
:36), yaitu terjadinya tarik menarik antara dua visi social studies. Disatu pihak, adanya
gerakan untuk mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu sosial untuk tujuan gerakan
untuk mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu sosial untuk tujuan citizenship
education, yang terus bergulir sampai mencapai tahap yang lebih canggih. Di lain
pihak, terus bergulirnya gerakan pemisahan berbagai disiplin ilmu sosial yang
cenderung memperlemah konsepsi social studies education. Abdul Aziz Wahab
(2011:2.3)
Pada tahun 1955 terjadi terobosan yang besar, demikian diungkapkan oleh Barr,
dkk. (1977 :37) berupa inovasi Maurice Hunt dan Lawrence Metcalf yang mencoba
melihat cara baru dalam pengintegrasian pengetahuan dan keterampilan ilmu sosial
untuk tujuan, citizenship education. Dikemukakan bahwa program social studies
disekolah seyogianya diorganisasikan bukan dalam bentuk pembelajaran ilmu sosial
yang terpisah-pisah, tetapi diorientasikan kepada closed areas atau masalah-masalah
yang tabu dalam masyarakat. Seperti isu tentang seks, patriotisme, ras yang biasanya
penuh dengan prasangka, ketidaktahuan, mitos, dan kontroversi, untuk diubah ke arah
yang bersifat refleksi rasional.
Pada dasawarsa 1970-an, demikian direkam Barr, dkk (1877 :46) terjadi
pertumbuhan social studies yang serupa dengan perkembangannya sebelumnya dengan
hasilnya yang hampir semua proyek kurikulum menitiberatkan pada inquiry process,
desicion making, value quesion and student oriented problems. Namun demikian, hasil
studi mengenai kurikulum dan pembelajaran social studies tersebut tenyata sangat
mengejutkan.
Definsi social studies dan pengidentifikasian : social studies atas tiga tradisi
pedagogis tersebut diatas dapat dianggap sebagai pilar utama dari “social studies” pada
dasawarsa 1970-an. Dalam definisi tersebut tersirat dan tersurat beberapa hal ,
pertama, social studies merupakan suatu sistem pengetahuan terpadu, kedua, misi
utama social studies adalah pendidikan kewarganegaraan dalam suatu masyarakat yang
demokratis; ketiga, sumber utama konten social studies adalah social science dan
humanities; keempat , dalam upaya penyiapan warga negara yang demokratis terbuka
kemungkinan perbedaan dalam orientasi, visi, tujuan, dan metode pembelajaran.
Pada dasawarsa 1980-an perkembangan social studies ditandai oleh lahirnay dua
pilar akademis : laporan pertama menghasilkan definisi, tujuan, lingkup, urutan meteri
mulai dari kindergarten sampai dengan kelas XII (High School ), rincian democratic
belief and values, dan rincian skill in the social studies curriculum .
Di dalam dokumen tersebut (NCSS, 1994 : 3) diadopsi pengertian social studies
sebagai berikut : Secara esensial terkandung visi, misi, dan strategi pendidikan social
studies yang mengkokohkan kristalisasi pemikiran yang lebih solid dan kohesif dai
pakar dan praktis yang tergabung dalam NCSS yang secara sosial akademik sangat
berpengaruh di Amerika Serikat, yang juga biasanya memberi dampak yang sangat
signifikan terhadap pemikiran dan praktis dalam bidang itu di negara lain. Sebagai
rambu-rambu dalam rangka mewujudkan visi, misi, strategi baru social studies tersebut,
NCSS menggariskan hal-hal sebagai berikut :
Pertama, program social studies mempunyai tujuan pokok yang ditegaskan
kembali bahwa civic competence itu bukanlah hanya menjadi tanggung jawab
dari social studies.
Kedua, program social studies dalam dunia pendidikan persekolahan, mulai dari
pendidikan taman kanak-kanak sampai dengan pendidikan menegah, ditandai
oleh keterpaduan.
Ketiga, program social studies dititikberatkan pada upaya membantu siswa
dalam construct a knowledge base and attitudes drawn from academic disiplines
as specialized ways of viewing reality .
Keempat, program social studies mencerminkan “the changing nature of
knowledge, fosteringentirely new and highly integrated approaches to resolving
issues of significance to humanity “.
Dikutib dari Abdul Aziz Wahab (2011:2.3-2.11)
Oleh karena itu, PIPS untuk tingkat perguruan tinggi pendidikan guru IPS,
direkonseptualisasikan sebagai pendidikan disiplin ilmu, sehingga menjadi pendidikan
disiplin Ilmu Pengetahuan Sosial disingkat PDIPS. Dengan demikian kelihatannya
HISPISI akan memegang dua konsep yakni konsep PIPS untuk dunia persekolahan,
dan konsep PDIPS untuk perguruan tinggi pendidikan guru IPS yang masih perlu
dikembangkan adalah logika internal atau struktur dari kedua sistem pengetahuan
tersebut.
PIPS adalah salah satu konten dalam PDIPS. PIPS untuk dunia persekolahan
terpilah menjadi du versi atau tradisi akademik pedagogis, yakni pertama, PIPS dalam
tradisi citizenship transmission dalam bentuk mata pelajaran pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dan sejarah indonesia ; dan kedua, PIPS dalam tradisi social siences
dalam bentuk mata pelajaran IPS Terpadu untuk SD, dan mata pelajaran IPS
terkonfederasi untuk SLTP, dan IPS terpisah-pisah untuk SMU. Abdul Aziz Wahab
(2011:2.17-2.31)
MODUL 3 : Menjelaskan Ruang Lingkup dan Cakupan IPS.
1. Ruang lingkup dan cakupan konsep dasar IPS.
Padahal antara IPS dengan IIS memiliki perbedaan yang mendasar. Namun, antara
IPS dengan IIS keduanya tidak bisa dipisahkan karena secara tradisional antara IPS dan
IIS memang sudah saling berhubungan. Pendekatan disiplin Ilmu-Ilmu Sosial (IIS)
hendaknya tidak diterapkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di
sekolah, IPS dapat kita manipulasi menjadi suatu isu, pertanyaan, atau permasalahan
yang berperspektif interdisiplin.
Studi sosial (social studies) bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin
bidang akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala
dan masalah sosial. Dalam kerangka kerja pengkajian studi sosial menggunakan
bidang-bidang keilmuan yang termaksuk bidang-bidang ilmu sosial. Achmad Sanusi
(1971 :18) memberikan penjelasan tentang studi sosial sebagai berikut :
Kerangka kerja studi sosial tidak menekankan pada bidang teoritis, namun lebih
kepada bidang-bidang praktis dalam mempelajari gejala dan masalah-masalah sosial
yang terdapat di lingkungan masyarakat. Studi sosial tidak terlalu akademis-teoritis,
namun merupakan satu pengetahuan praktis yang dapat diajarkan pada tingkat
persekolahan, yaitu mulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi.
Pendekatan yang digunakan studi sosial sangat berbeda dengan pendekatan yang
biasa digunakan dalam Ilmu Sosial. Pendekatan Studi Sosial bersifat interdisiplin atau
bersifat multidisipliner dengan menggunakan berbagai bidang keilmuan. Sedangkan
pendekatan yang digunakan dalam Ilmu Sosial (Social Sciences) bersifat disipliner dari
bidang ilmunya masing-masing. Demikian pula pada tingkat dan taraf yang lebih
rendah pendekatan Studi Sosial lebih bersifat multidimensional, yaitu meninjau satu
gejala atau masalah sosial dari berbagai dimensi atau aspek kehidupan.
Tugas studi sosial sebagai suatu bidang studi mulai dari tingkat sekolah dasar
sampai ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dengan tujuan membina warga
masyarakat yang mampu menyelaraskan kehidupannya berdasarkan kekuatan-kekuatan
fisik dan sosial, serta membantu melahirkan kemampuan memecahkan masalah-
masalah sosial yang dihadapinya. Jadi, baik materi maupun metode pembelajaran
penyajiannya harus sesuai dengan misi yang diembannya.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang kita kenal di indonesia bukan ilmu Sosial.
Oleh karena itu, proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada berbagai
tingkat Penddidikan Tinggi, juga pada tingkat persekolahan mulai dari tingkat sekolah
dasar dan sekolah lanjutan pertama maupun lanjutan atas, tidak menekankan pada aspek
teoritis keilmuannya, melainkan lebih menekankan kepada segi praktis mempelajari,
menelaah serta mengkaji gejala dan masalah sosial, dengan mempertimbangkan bobot
dan tingkat kemamuan peserta didik pada tiap jenjang yang berbeda.
Terdapat sejumlah perbedaan antara Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai bidang
studi dengan disiplin Ilmu-Ilmu Sosial ( social sciences), antara lain : pertama, IPS itu
bukanlah suatu disiplin ilmu seperti halnya Ilmu Sosial, tetapi IPS lebih tepat dilihat
sebagai bidang kajian, yaitu suatu kajian terhadap masalah-masalah kemasyarakatan.
Kedua, pendekatan yang dilakukan dalam IPS menggunakan pendekatan multidisiplin
atau interdisiplin, tidak seperti halnya Ilmu Sosial yang menggunakan pendekatan
disiplin Ilmu atau monodisiplin. Ketiga, IPS sengaja dirancang untuk kepentingan
pendidikan oleh karena itu keberadaan IPS lebih memfokuskan pada dunia
persekolahan, tidak seperti Ilmu Sosial keberadaannya bisa di dunia persekolahan,
perguruan tinggi atau dipelajari di masyarakat umum sekalipun. Keempat, IPS di
sampping menggunakan Ilmu-Ilmu Sosial sebagai bahan pengembangan materi
pembelajaran dilengkapi dengan mempertimbangkan aspek psikologis-pedagogis. Oleh
karenanya dalam penyajian IPS sangat peduli dengan pertimbangan-pertimbangan di
atas karena bagaimanapun latar belakang, kemampuan, lingkungan, serta
perkembangan peserta didik harus diperhatikan.
Secara mendasar, pengajaran IPS berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan
manusia yang melibatkan segala tingkah laku dalam memenuhi aspek kebutuhan
hidupnya IPSS juga berkaitan dengan bagaiman cara manusia menggunakan usaha
memenuhi kebutuhan materinya, memenuhi kebutuhan budayanya, kebutuhan jiwanya,
pemanfaatan sumber daya yang terdapat di permukaan bumi, mengartur kesejahteraan
dan pemerintahanya, untuk mengatur dan mempertahankan kehidupan masyarakat
manusia. Pada prinsipnya hakikat yang dipelajari IPS adalah bagiamna mempelajari-
menelaah-mengkaji sistem kehidupan manusia dipermukaan bumi.
Berkaitan dengan ruang lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai suatu
bidang studi, sama halnya dengan yang menjadi ruang lingkup ilmu Sosial, yaitu
manusia dalam kontes sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat. Tegasnya,
ruang lingkup Ilmu Sosial sama dengan ruang lingkup IPS.
Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupannya dalam konteks
sosial demikian banyak dan luasnya maka pembelajaran IPS bagi kebutuhan setiap
jenjang pendidkan harus dilakukan pembatasan-pembatasan sesuai dengan kemapuan
peserta didik pada tingkat masing-masing. Misalnya ruang lingkup pembelajaran IPS di
tingkat sekolah dasar dibatasi hanya sampai pada gejala dan masalah sosial yang
mampu dijangkau pada geografi dan sejarah. Itu pun diutamakan pada gejala dan
masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada pada lingkungan hidup para siswa
sekolah dan radius ruang lingkup tersebut setahap demi setahap dikembangkan sejalan
dengan kematangan berpikir siswa.
Misalnya, dimulai dan ruang lingkup gejala dan masalah kehidupan yang ada
disekitar tempat tinggal dan sekolah, kemudian berkembang ke tingkat desa,
kecamatan, kebupaten, provinsi, negara, dan akhirnya negara tetangga dan dunia pada
umumnya, terutama yang berkaitan dengan hubungan kerja sama ekonomi,sosial,dan
budaya di wilayah-wilayah yang bersangkutan.
Pada tingkat sekolah lanjutan ruang lingkup dan bobotnya diperluas kepada
masalah-masalah lingkungan,penerapan teknologi pada berbagai sektor kehidupan,
transportasi, komuniksi, pengangguran, kelaparan, kemiskinan, sumber daya.
2. Karakteristik cakupan konsep Sejarah, Geografi dan Ekonomi, Sosiologi dan
Antropologi serta Politik dan Pemerintahan Serta Psikologi Sosial.
a. Sejarah
a. Waktu
b. Dokumen
c. Alur peristiwa
d. Kronologi
e. Peta
f. Tahap-tahap perabadan
g. Ruang
h. Evolusi
i. Revolusi
Dalam alur peristiwa yang menelaah sejarah kebudayaan secara evolusi, kita juga
dapat mengungkapkan tahap-tahap perabadan sebagai perkembangan teknologi dan
kemampuan masyarakat manusia dari waktu ke waktu. Konsep-konsep dasar tersebut
tadi, jalin-menjalin dalam peristiwa dan pengalaman masa lampau sebagai suatu
deskripsi serta alur sejarah. Berdasarkan analisis atau kronologi tresebut dari masa
lampau sampai sat ini, anda akan mampu memprediksi suatu peristiwa, pengalaman
atau proses kehidupan manusia di hari-hari mendatang. Paling tidak anda dapat
memperhitngkan kecenderungan berupa konsep megatrends dan jhon Naisbitt dan
future shocks dari A Toffler yang terkenal, tidak lain adalah analisis sejarah yang
kemudian memprediksi peristiwa yang akan datang. Jika ada pihak yang beranggapan
bahwa mempelajari sejarah itu merupakan suatu kajian yang statis, hal itu tidaklah
sepenuhnya benar, jusru analisis sejarah itu suatu analisis yang dinamis.
b. Geografi
Geografi itu berhubungan erat dengan pengalaman nyata tiap orang sehari-hari.
Geografi itu tidak hanya terbatas pada apa yang terlihat dari luar, melainkan juga,
meliputi sebab akibat mengapa yang nampak pada kenyataannya itu demikian adanya..
geografi juga berhubungan dengan ilmu kealaman, hal-hal atau fenomena alam
mempengaruhi kehidupan manusia dan kebalikannya bagaimana tindakan manusia
memodifikasi, mengubah serta mengadaptasinya. Geografi adalah ilmu yang
mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang
lingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan. Berdasarkan definisi ini, jelas
bahwa yang menjadi objek studi geografi adalah geosfer yaitu permukaan bumi yang
merupakan bagian dari bumi yang terdiri atas atmosfer (lapisan udara), listofer (lapisan
batuan, kulit bumi), hidrosfer (lapisan air, perairan), dan biosfer (lapisan kehidupan).
Getrude whipple mengungkapkan 5 konsep dasar yaitu sebagai berikut :
1. Bumi sebagai planet
2. Variasi cara hidup
3. Variasi wilayah-wilayah alamiah
4. Makna wilayah (region) bagi manusia
5. Pentingnya lokasi dalam memahami peristiwa dunia
Henry J. Warman mengemukakan 15 konsep dasar sebagai berikut :
1. Konsep kewilayahan atau konsep regional
2. Konsep lapisan kehidupan atau konsep biosfer
3. Konsep manusia sebagai faktor ekologi yang dominan
4. Konsep globalisme atau konsep bumi sebagai planet
5. Konsep interaksi ke ruangan
6. Konsep hubungan areal (wilayah)
7. Konsep persamaan area (wilayah)
8. Konsep perbedaan areal (wilayah)
9. Konsep keunikan areal (wilayah)
10. Konsep persebaran areal (wilauah0
11. Konsep lokasi relatif
12. Konsep keunggulan komparatif
13. Konsep perubahan yang terus menerus atau perubahan abadi
14. Konsep sumber daya dibatasi sama budaya
15. Konsep bumi yang bundar di atas kertas yang datar atau konsep peta.
Maka kita selaku guru IPS mengajarkan pengertian yang seluas-luasnya tentang
sesuatu secara bertahap berkesinambungan, sampai terjadi pola pengertian dalam benak
kita dan juga dalam benak peserta didik tentang sesuatu terjadi secara terurai mulai dari
keadaannya yang konkret mudah ditangkap oleh peserta didik sampai ke tahap abstrak
yang mencirikan konsep tersebut.
c. Ekonomi dan Koperasi
Ekonomi sebagai salah satu bidang ilmu sosila akan dikaitkan dengan koperasi
yang menurut undang-undang menjadi soko guru perekonomian indonesia. Tentu saja
pembahasan kita tentang ekonomi sebagai bidang ilmu dengan konsep-konsep dasarnya,
menjadi sorotan utama.
Ekonomi adalah suatu studi tentang tata cara bagaimana manusia
mengorganisasikan sumber daya alam, kemampuan budaya, dan tenaga kerja menopang
dan meningkatkan kesejahteraan materialnya. Sementara itu, dengan cukup panjang,
Gerarado P.Sicat dan H.W.Arndt dalam Abdul Aziz Wahab (3.21-3.22) mengemukakan :
Ilmu ekonomi adalah suatu studi ilmiah yang mengkaji bagaimana orang perorangan dan
kelompok-kelompok masyarakat menentukan pilihan. Manusia mempunyai keinginan
yang tidak terbatas.
Tiga bahasan ilmu ekonomi tadi, dapat ditarik garis persamaan yaitu bahwa ilmu
ekonomi merupakan suatu studi, ilmiah mengenai bagaimana cara manusia memenuhi
kebutuhan materi. selanjutnya disekitar manusia itu terdapat sumber daya yang mampu
memenuhi kebutuhan tadi, namun persediaan dan penyediaannya terbatas, bahkan ada
yang sifatnya langkah.
Tugas anda selaku guru IPS dan kita semua selaku guru, bagaimana memberikan
pengertian, penghayatan serta kesadaran kepada peserta didik tentang kecenderungan
masalah ekonomi jika tiap orang tidak membatasi diri keutuhan sampai batas minimum
menjamin kesejahteraan. Bagaimana mengembangkan upaya menahan diri dan hidup
yang berlebih-lebihan, padahal kemampuan sumber daya ada dalam keterbatasan.
UUD 1945 pada pasal 33 yang terdiri atas 5 ayat yaitu sebagai berikut :
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas kekeluargaan
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemampuan rakyat.
4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi,
dengan prinsip keberssamaan, efisiensi keadilan, keberlanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum
koperasi dengan berlandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.
d. Sosiologi
Kita dapat mengamati dan menghayati sendiri, bahwa sejak lahir telah
berhubungan dengan orang atau pihak lain, paling tidak dengan ibu dan anggota keluarga
lainnya. Pada perkembangan dan pertumbuhan individu itu selanjutnya hubungan dengan
pihak lain itu tidak lagi hanya terbatas dalam keluarga, melainkan telah menjangkau
teman sepermainan, para tetangga, dan demikian seterusnya. Hubungannya pun tidak
sepihak melainkan timbal balik atau dengan perkataan lain, terjadi interaksi antara
seorang individu dengan pihak lain. Oleh karena itu, interaksi tadi, kita konsepkan
sebagai interaksi sosial.
Menurut Brown &Brown (1980 : 35) Interaksi sosial adalah sosiologi. Sosiologi
secara kasar dapat diidentifikasikan sebagai studi ilmiah tentang interaksi umat manusia.
Sedangkan Frank H. Hankins (Fairchild, H.P, dkk : 1982 : 302 ) mengemukakan :
Sosiologi adalah studi ilmiah tentang fenomena yang timbul dan hubungan
kelompok umat manusia. Studi tentang manusia dan lingkungan insaninya dalam
hubungan satu sama lain. Aliran sosiologi yang berbeda menentukan penekanan yang
bervariasi berkenaan dengan faktor-faktor yang berhubungan, sebagian menekankan
hubungan pada hubungan di antara mereka sendiri seperti interaksi, asosiasi, dan
seterusnya, sedangkan aliran yang lain menekankan pada umat manusia dalam
hubungan sosialnya. Memfokuskan perhatian kepada hubungan sosial dalam berbagai
peranan dan fungsinya. Sesuai denagn sifat manusia yang dinamis, sudah pasti interaksi
sosialnya juga mengalami perkembangan dan perubahan. Dalam proses sosial tersebut,
terutama bagi manusia yang lebih belia, terjadi proses yang dikonsepkan sebagai
sosialisasi. Konsep dasar sosialisasi sebagai berikut :
1. Interaksi sosial
2. Sosialisasi
3. Kelompok sosial
4. Perlapisan sosial
5. Proses sosial
6. Perubahan sosial
7. Mobilisasi sosial
8. Mordenisasi
9. Patologi sosial
10. Konsep-konsep lain yang dapat digali sendiri dari kenyataan dan proses kehidupan
sehari baru.
Interaksi sosial selalu di alami oleh tiap individu dan selalu terjadi di masyarakat.
Manusia sebagai anggota masyarakat, dilandasi oleh berbagai kebutuhan, selalu
melakukan interaksi, baik interaksi edukatif, interaksi ekonomi,maupun interaksi
budaya dan interaksi politik. Semua interaksi tersebut termaksuk interaksi sosial. Hasil
interaksi sosial berbagai pihak biasanya menelorkan konsensus sosial. Konsensus
sosial atau kesepakatan sosial ini juga termaksuk konsep dasar sosiologi.
Inteaksi antara seseorang dengan yang lainnya terjadi dalam kelompok, apakah
itu keluarga, teman sepermainan ataupun para tetangga. Kelompok itu atau lebih tepat
kelompok sosial tempat terjadinya interaksi antar individu , tidak lain adalah
kumpulan manusia yang paling tidak terdiri atas dua orang namun biasanya lebih dari
itu, telah saling mengenal dalam waktu yang relatif lama, ada kaitan rasa senasib,
diikat oleh nilai dan norma yang sama, seta memiliki rasa persatuan. Kelompok sosial
ini merupakan dasar yang penting dalam studi sosiologi, secara formal, masyararkat
manusia itu terikat da;lam wadah kelompok sosial itu.
Sebagai akibat proses sosial, perubahan sosial dan mordenisasi baik secara
perorangan maupun kelompok, terjadi perubahan status dan lapisan bawah ke lapisan
menegah dan bahkan sampai ke lapisan atas. Atau juga terjadi perubahan status dan
petani menjadi pedagang atau menjadi pegawai negeri. Perubahan status baik yang
dialami oleh perorangan maupun oleh kelompok, dikonsepkan sebagai mobilitas
sosial. Jika status tersebut dan lapisan bawah ke lapisan menengah sampai ke lapisan
atas atau sebaliknya dikonsepkan sebagai mobilitas vertikal. Sedangkan perubahan
status yang sifatnya setara seperti petani menjadi pedagang,kemudian menjadi
nelayan, dan demikian seterusnya, mobilitas sosial yang demikian dikonsepkan
sebagai mobilitas horizontal. Di dalam kehidupan masyarakat, konsep dasar mobilitas
sosial ini dapat kita amati dan kita hayati proses berlangsung serta kejadiannya.
Manusia dan masyarakat yang dinamis, tidak selalu ada dalam keseimbangan dan
keserasian. Dalam kehidupan sosial itu terdapat hal-hal yang dianggap penyakit-
penyakit masyarakat yang demikian yang merupakan masalah sosial, dikonsepkan
sebagai patologi sosial.
e. Antropologi
Antropologi adalah suatu studi tentang manusia dan kerjanya. Kerjanya yang
diartikan sebagai kerja dalam arti kegiatan pikiran dan pemikiran yang berati dan
kebudayaan . Antropologi di sini berarti antropologi budaya yang berarti studi atau ilmu
yang mempelajari manusia dengan perilaku sosial atau dengan kebudayaannya.diantara
manusia dengan makhluk hidup yang lain, khususnya dengan binatang terdapat
perbedaan yang mendasar. Perbedaan tersebut terletak pada akal pikiran yang
berkembang dan dapat dikembangkan. Manusia dan binatang sama-sama dikaruniai
otak, namun otak manusia dilengkapi oleh kemampuan yang berkembang dan dapat
dikembangkan, sedangkan otak binatang tidak demikian. Oleh karena itu mausia
dengan akal pikirannya inilah mampu menghasilkan kebudayaan yang beraneka ragam.
Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan
dengan budidan atau akal. Berkaitan dengan budaya ini, anda dapat menyimak beberapa
konsep dari pakar antropologi antara lain:
Konsep yang dikemukana oleh Ellwood bahwa kebudayaan adalah itu hanya
menjadi milik otentik manusia.adapun konsep-konsep dasar itu meliputi :
1. Kebudayaan
2. Tradisi
3. Pengetahuan
4. Ilmu
5. Teknologi
6. Norma
7. Lembaga
8. Seni
9. Bahasa
10. Lambang
11. Banyak hal seta fenomena yang dapat kita sendiri mengenalinya.
Kebiasaan yang dikonsepkan sebagai tradisiini karena telah berlangsung turun-
temurun , sukar untuk terlepas dari masyarakat. Namun demikian, pengaruh komunikasi
dan informasi yang terus-menerus melanda kehidupan masyarakat, tradisi tadi
mengalami pergeseran. Tata upacara tertentu di masyarakat yang semula bernilai ritual
kepercayaan, pada saat ini tata upacara itu masih dilakukan, namun nilainya tidak tetap
sebagai suatu bentuk ritual, melainkan hanya dalam upaya untuk mempertahankan
silaturahmi, bahkan hanya sebagai hiburan. namun pulang mudi pada hari lebaran atau
tahun baru sampai saat ini masih menjadi tradisi untuk kelompok masyarakat tertentu.
Jika pengetahuan merupakan kumulasi dari pengalaman dan hal-hal yang kita
ketahui, sedangkan ilmu merupakan pengetahuanyang telah dipelajari, ruang lingkup
telaahannya dan metode yang di kembangkan serta penerapan ilmu dalam kehidupan
untuk memanfaatkan sumber daya bagi kepentingan manusia, itulah yang kita sebut
teknologi.
Konsep lain yang memegang peranan kunci dalam kehidupan masyarakat dan
budaya adalah nilai serta norma. Dalam pikiran manusia sebagai anggota masyarakat
melekat apa yang dikatakan baik atau buruk, sopan atau tidak sopan , cocok atau tidak
cocok tepat dan tidak tepat, benar dan salah dan seterusnya.
Sedangkan norma lebih mengarah pada ukuran dan aturan kehidupan yang berlaku
di masyarakat. Oleh karena itu, kita dapat mengajukan pertanyaan “ bagaimanakah
norma yang berlaku dalam kelompok masyarakat disini?”. hal ini merupakan norma
yang berlaku dalam suatu pertemuan atau juga dalam kelas. Pada waktu bertanya kita
harus berperilaku sopan. Kesopanan tersebut merupakan nilai dalam bertanya.
Pranata adalah sistem norma atau aturan-aturan yang mengenai suatu aktivitas
masyarakat yang khusus, sedangkan lembaga atau institut adalah badan atau organisasi
yang melaksanakan aktivitas itu.
g. PSIKOLOGI SOSIAL
Interaksi sosial manusia di nasyarakat, baik itu antarindividu, antara individu
dengan kelompok, atau antarkelompok , tidak dapat dilepaskan dan fenomena kejiwaan
yang timbul dari orang perorangan dan dalam kelompok.
Objek yang dipelajari dalam psikologi sosial meliputi perilaku manusia dalam
konteks sosial yang terungkap pada perhatian, minat, kemauan, sikap mental, reaksi
emosional, harga diri, kecerdasan, penghayatan, kesadaran, dan demikian seterusnya.
Psikologi sosial dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang peristiwa antarpersonal. Titik
berat perhatian kajiannya itu tertuju pada perilaku manusia dalam hubungan sosialnya.
Dari pernyataan dan kenyataan yang dapat kita amati serta kita hayati antara psikologi
sosial dengan sosiologi sangat erat kaitannya kalau tidak dapat dikatakan sebagai ilmu
yang dwitunggal.
Kondisi yang emosional selalu menyertai proses yang kita sebut interaksi sosial.
Selanjutnya dorongan untuk berinteraksi sosial juga tidak hanya dipengaruhi oleh
kondisi proses kejiwaan saja, melainkan dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan.
Lingkungan-lingkungan tadi sangat berpengaruh terhadap kebanggaan, harga diri, sikap
mental, dorongan berprestasi, etos kerja, semangat hidup, kesadaran seseorang, ataupun
kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Betapa bermaknanya keluarga sebgai
lingkungan sosial terhadap dorongan berprestasi seorang anggotanya. Demikian pula
peranan lingkungan sosial lainnya seperti teman sepermainan, teman sejawat dalam
pekerjaan atas dorongan kepada seseorang untuk tetap hidup bersemangat, berprestasi,
dan akhirnya mencapai keberhasilan. Proses dan dinamika kejiwaan yang demikian itu,
wajib mendapatkan perhatian, dalam upaya meningkatkan kualitas SDM di hari-hari
mendatang.
Konsep dasar psikologi sosial sebagai berikut :
1. Emosi terhadap objek sosial
2. Perhatian
3. Minat
4. Kemauan
5. Motivasi
6. Kecerdasan dalam menanggapi persoalan sosial
7. Penghayatan
8. Kesadaran
9. Harga diri
10. Sikap mental
11. Kepribadian
Setiap individu yang normal, memiliki potensi psikologis yang berkembang dan
dapat dikembangkan. Kadar potensi tadi bervariasi antara seseorang dengan yang
lainnya bergantung pada kondisi kesehatan, baik mental psikologisnya.
MODUL 4 : Menjelaskan Konsep Dasar Sejarah, Geografi dan Ekonomi.
1. Penjajahan Indonesia dan akibatnya.
a. Latar belakang timbulnya penjajahan di Indonesia
Timbulnya penjajahan di Indonesia secara garis besar disebabkan oleh dua faktor
yakni faktor internal yaitu kondisi politik, ekonomi, dan sosial budaya yang
membangkitkan bangsa lain memasuki Indonesia untuk berdagang yang kemudian
berusaha menguasai perdagangan dengan memonopoli perdagangan. Sedangkan, faktor
eksternal yaitu kondisi yang terjadi di negara-negara Barat sehingga mereka
mengadakan ekspansi ke seluruh dunia. Secara terperinci faktor-faktor tersebut
dikemukakan sebagai berikut:
a) Faktor Ekstern
Yang dimaksud faktor ekstern adalah kondisi yang terjadi di Eropa sehingga
memungkinkan terjadinya penjajahan di Indonesia karena di dorong oleh faktor-
faktor di bawah ini :
1) Berkembangnya keyakinan akan kebenaran ajaran Copernicus yang menyatakan
bahwa dunia ini tidak datar, melainkan bulat seperti bola.
2) Berlangsungnya zaman Renaissance di Eropa sekitar tahun 1500. Di Eropa
berkembang zaman kebebasan yaitu lahirnya kembali jiwa bebas dari berbagai
kekangan yang membelenggu kehidupan mereka. Jiwa bebas ini telah mendorong
semangat mnengembangkan ilmu pengetahuan sehingga dapat menghasilkan
beberapa penemuan baru yang berguna untuk kepentingan penjajahan seberang
lautan.
3) Berkembangnya kekuasaan Islam di daerah Afrika Utara dan pantai Timur Laut
Tengah yang pada tahun 1453 berhasil merebut pusat perdagangan dan ibukota
kerajaan Romawi yakni Constantinopel.
4) Semangat Reconquesta atau semangat perang salib yaitu semangat untuk
menaklukkan bangsa-bangsa yang pernah mangalahkan mereka yaitu orang-
orang Islam.
5) Ambisi untuk mencuri daerah-daerah baru dalam rangka mengemban tugas
mencari kekayaan, kejayaan, dan penyebaran agama Nasrani (Gold, Glory,dan
Gospel)
6) Adanya perjanjian Tordesislas (7 Juni 1494)
Terjadinya perjanjian ini akibat dari Paus Alexander VI di Roma yang
memberikan peluang kepada spanyol dan Portugis untuk meluaskan
ekspansinya dengan mengeluarkan keputusan suci yang disebut Bull of
Demarcation.
Isi perjanjian bahwa garis batas kekuasaan Spanyol dan Portugis ialah garis
meridian yang melalui sebuah titik berjarak 370 mil di sebelah barat kepulauan
Tanjung Verde.
Dampak dari isi perjanjian : Timbulnya imperialisme dan kolonialisme Barat
di seluruh dunia, Portugis berhasil menguasai pusat-pusat perdagangan
sekaligus wilayah bagian timur, Spanyol menguasai sepenuhnya seluruh
Amerika Latin, Hawai, dan Philipina.
b) Faktor Intern
Yaitu kondisi di dalam wilayah Indonesia yang memungkinkan bangsa Asing
menjajah Indonesia.
1) Kontak hubungan perdagangan, seperti lazimnya pedagang yang pada awalnya
tidak mempunyai prasangka yang negatif terhadap tamunya yang datang ke
Indonesia untuk membeli rempah-rempah. Tetapi lama-kelamaan kebaikan bangsa
Indonesia ini dimanfaatkan untuk dapat dikuasai pusat perdagangannya dengan
jalan mengadu domba (memihak salah satunya) selanjutnya meminta imbalan
yakni hak monopoli perdagangan.
2) Penghasil rempah-rempah terbesar, karena hal ini Indonesia menjadi tempat tujuan
utama bagi para saudagar Eropa dan setelah tiba di Indonesia lambat laun
dimungkinkanbangsa Barat untuk menguasai pusat perdagangan tersebut.
3) Belum adanya rasa persatuan antar kerajaan yang satu dengan kerajaan yang lain,
justru sebaliknya mudah terpancing konflik dan dimanfaatkan oleh kaum penjajah.
Pada dasarnya setiap penjajah mempunyai karakteristik yang sama yakni
memperdaya orang-orang pribumi untuk diadu domba dengan dengan maksud agar
masyarakat pribumi terpecah belah untuk selanjutnya dikuasai. Namun dilihat secara
spesifik bangsa-bangsa yang pernah menjajah Indonesia mempunyai karakteristik
khusus ditinjau dari latar belakang dan misi masing-masing bangsa. Untuk lebih
jelasnya diuraikan secara singkat karateristik mereka masing-masing.
b. Karakteristik penjajahan Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda dan Jepang.
1) Karateristik Penjajahan Portugis
Faktor penyebab Portugis mengadakan ekspansi ke arah Timur disebabkan
oleh perjanjian Tordesilas oleh Paus Alexander VI di Roma. Mereka arungi
samudra yang menuju ke arah Timur, mula-mula ditemukan Tanjung Harapan oleh
Bartolomeus Diaz kemudian Vasco da Gama sampai Kalikut, India, dan Alfonso de
Albuquerque sampai di Malaka. Setelah Portugis berhasil menguasai Asia
Tenggara khususnya Selat Malaka (1511), dari sinilah Portugis mengirimkan
angkatan perangnya ke Maluku dipimpin oleh Antonio d’Abreu. Mereka dapat
memanfaatkan persaingan yang terjadi diantara penguasa setempat untuk
memperkuat kedudukannya. Misalnya ketika orang Portugis datang di Maluku,
Hitu dan Seram sedang berselisih dan Portugis memihak Hitu. Di tempat lain
kedatangan Portugis di Ternate diterima baik oleh penguasa setempat karena
Portugis dianggap sekutu dalam menghadapi kerajaan lainnya separti Tidore, maka
sebagai imbalan Portugis menuntut hak monopoli perdagangan cengkeh. Akibat
nafsu serakah Portugis dengan memaksa sistem monopoli menyebabkan timbulnya
perlawanan dimana-mana di seluruh nusantara, khususnya di pusat-pusat
kekuasaan Islam. Kerajaan Islam yang berhadapan langsung dengan Portugis ialah
Demak, Ternate, dan Aceh.
2) Karakteristik Penjajahan Spanyol
Spanyol menjajah Indonesia hanya sementara karena mereka lebih
memfokuskan kekuasaannya di Philipina, walaupun hanya sementara namun
termasuk bangsa yang pernah menduduki Indonesia. Sesuai dengan hasil
perjajnjian Tordesislas bahwa Spanyol mendapat bangian wilayah Barat,
rombongan kapal Spanyol bertolak dari negerinya menuju ke arah Barat di bawah
pimpinan Magelhaen. Setelah melintasi Samudra Atlantik, mereka tiba di Amerika
Selatan. Setelah melintasi Samudra Pasifik, tiba di Philipina. Magelhaen sendiri
tewas dalam perang dengan penduduk pulau Cebu di Philipina, tetapi
rombongannya meneruskan perjalanan ke Maluku dan tiba di Tidore tahun 1521.
Waktu itu Tidore dipimpin oleh Sultan Al-Mansur, rombongan Spanyol ini
disambut baik oleh Sultan Tidore dengan ramah tamah. Hal ini disebabkan Tidore
sedang berselisih dengan Ternate, maka Tidore mencari dukungan seperti halnya
Ternate didukung Portugis. Namun akhirnya kedua bangsa ini mengadakan
kesepakatan dan hasil kesepakatan Portugis memperoleh Maluku, sedangkan
Spanyol memperoleh Filipina, maka mundurlah Spanyol dari Maluku dan
memutuskan perhatiannya di Philipina.
3) Karakteristik Penjajahan Inggris
Pelayaran orang-orang Inggris ke kawasan Asia Tenggara dan dunia timur
pada umumnya tertinggal jika dibandingkan dengan pelayaran orang-orang
Portugis. Hal ini disebabkan perhatian orang Inggris lebih dicurahkan ke benua
Amerika disamping belum mengetahui betul jalan menuju ke timur yang melewati
Tanjung Harapan. Pada waktu itu ada dua pendapat tentang sikap yang harus
diputuskan oleh Inggris dalam menghadapi Portugis. Pendapat pertama meminta
membantu Portugis, dengan imbalan mendapat hak monopoli dari Portugis.
Sedangkan pendapat ke dua, agar Inggris segera merebut hak monopoli
perdagangan dari Portugis dan segera menggunakan jalur perdagangan laut melalui
Tanjung Harapan. Namun, pendapat kedua yang lebih kuat. Berita tentang
berhasilnya Cornelis de Houtman sampai di Banten menggugah pelaut-pelaut
Inggris untuk mengadakan pelayaran kembali ke dunia timur. Sesampainya di
wilayah nusantara, Inggris diperlakukan sebagai lawan oleh Belanda padahal di
Eropa, Belanda adalah sekutu Inggris. Sejak tahun 1610 hubungan antara Inggris
dengan Belanda semakin memburuk. Nampak kekuatan Belanda lebih unggul
dibandingkan dengan kekuatan Inggris. Usaha menyelesaikan perselisihan antara
VOC dan EIC dengan jalan perdamaian ternyata gagal. Walaupun Inggris berusaha
menjelaskan kepada Belanda bahwa kedatangan di Maluku lebih dahulu daripada
Belanda sehingga lebih berhak untuk mendapatkan sistem monopoli perdagangan,
Belanda mengemukakan alasan bahwa mereka mendapatkan hak monopoli
perdagangan ini setelah mengeluarkan biaya cukup besar dalam persaingan
melawan Portugis dan Spayol.
4) Karakteristik Penjajahan Belanda
Motivasi kehadiran Belanda ke Indonesia semata-mata didorong oleh upaya
mencari sendiri rempah-rempah ke Indonesia sehingga awal kedatangannya tidak
dianggap membahayakan kedudukan penguasa-penguasa pribumi. Ekspedisi
pertama tahun 1596 dipimpin oleh Cornelis de Houtman berhasil mendarat di
Banten, Jawa Barat. Pada tanggal 20 Maret 1602 dibentuklah kongsi dagang
Belanda yang diberi nama VOC. Tujuannya adalah mencari kuntungan sebesar-
besarnya dengan jalan melawan persaingan baik dari dalam maupun dari luar
negeri. Perkembangan VOC selanjutnya identik dengan imperialisme barat lainnya
yang memaksakan monopoli perdagangan sehingga menyulut perlawanan dimana-
mana. Akhirnya VOC harus memikul beban yang sangat berat yaitu melawan
saingannya seperti Inggris dan Perancis yang semakin kuat. Sementara itu di tubuh
VOC sendiri semakin keropos akibat korupsi sehingga pada tanggal 31 Desember
1799 VOC dibubarkan.
5) Karakteristik Penjajahan Jepang
Kehadiaran Jepang ke Indonesia dimulai dengan jalan membuka kota-kota
pelabuhan untuk kontak perdagangan dengan bangsa barat yang dampaknya sangat
baik untuk kemajuan Jepang sendiri. Moderenisasi Jepang diawali dengan Gerakan
Restorasi Meiji atau usaha pemulihan kepada kekuasaan kepada Tenno Meiji. Masa
pemerintahan Meiji Tenno (1867-1912) merupakan masa permbaharuan dan
kemajuan negeri Jepang yang menakjubkan di berbagai bidang, sehingga
menyejajarkan Jepang dengan bangsa barat.Setelah Perang Dunia I adalah tahap
permulaan masa generasi baru di Jepang, yang mempengaruhi kebijaksanaan
politik Jepang. Salah satunya adalah Baron Tanaka yang mengajukan dokumen
rahasia (Tanaka memorial) kepada kaisar yang berisikan suatu doktrin bahwa
bangsa Jepang memikul suatu tugas suci, untuk memimpin bangsa-bangsa di Asia
timur. Kedatangan Jepang di Indonesia tidak medapat perlawanan bahkan disambut
dengan senang hati sebagai saudara tua yang akan membebaskan rakyat Indonesia
dari penindasan dan penjajah bangsa barat.
c. Akibat dari penjajahan dari berbagai kehidupan
Kali ini akan dibahas secara singkat mengenai kondisi bangsa Indonesia akibat
penjajahan. Penjajahan yang dilakukan oleh bangsa Portugis, Spanyol, Inggris,
Belanda dan Jepang sangat berpengaruh terhadap kehidupan bangsa Indonesia
diberbagai bidang kehidupan, khususnya penderitaan akibat penjajahan Belanda yang
hampir 350 tahun lamanya dan penjajahan Jepang kurang lebih 3,5 tahun
mengakibatkan hal-hal antara lain sebagai berikut :
1) Kehidupan Bangsa Indonesia di Bidang Politik
Misalnya zaman penjajahan Belanda sistem politk Adu Domba (Devide et
Impera) yang digunakan pemerintah kolonial Belanda mampu memperlemah,
memperdaya bangsa Indonesia, dan bahkan dapat menghapus kekuasaan pribumi.
Beberapa kerajaan besar yang berkuasa di berbagai daerah di Indonesia satu demi
satu dapat dikuasai oleh Belanda. Kedudukan para bupati dianggap sebagai
pegawai negeri yang digaji oleh pemerintah kolonial Belanda. Kewibawaan para
bupati telah jatuh di mata rakyat Indonesia, bahkan jabatan para bupati
dimanfaatkan untuk menekan dan memeras rakyat Indonesia. Perilaku para
penguasa pribumi selalu diawasi secara ketat sehingga mereka sulit untuk
melakukan tindakan yang menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan. Dengan
demikian, rakyat Indonesia saat itu tidak memiliki pemimpin yang dapat
diharapkan untuk menyalurkan aspirasi dan justru kehidupan berpolitik menjadi
buntu.
2) Kehidupan Bangsa Indonesia di Bidang Ekonomi
Salah satu contoh dampak penjajahan pada kehidupan di bidang ekonomi
adalah misalnya di zaman penjajahan Belanda adanya penderitaan akibat politik
pemerasan yang dilakukan kolonial Belanda terhadap rakyat Indonesia telah
mencapai puncaknya pada masa pelaksanaan sistem Tanam Paksa (Cultuurstelsel)
dan sistem Ekonomi Liberal (Politik Pintu Terbuka). Keuntungan dari pelaksanaan
sistem Tanam Paksa dan Politik Pintu Terbuka tersebut tidak ada satu pun yang
digunakan untuk kepentingan Indonesia, namun digunakan Belanda untuk
membangun negerinya di Eropa dan untuk membayar utang luar negeri
pemerintah kolonial Belanda. Dengan demikian, kehidupan ekonomi rakyat
Indonesia pada zaman penjajahan Belanda sungguh memprihatinkan sehingga
banyak rakyat yang hidup dalam kemiskinan dan mati kelaparan.
3) Kehidupan Bangsa Indonesia di Bidang Sosial
Kehidupan sosial yang dialami oleh rakyat Indonesia pada masa penjajahan
antara lain diskriminasi ras dan intimidasi yang diterapkan penjajah. Diksriminasi
dan intimidasi itu didasarkan pada golongan dalam kehidupan masyarakat dan
suku bangsa. Misalnya penduduk berkulit putih dan kolonial Belanda termasuk ke
dalam golongan dengan status sosial yang lebih tinggi dan memiliki hak-hak
istimewa, sedangkan rakyat pribumi termasuk ke dalam golongan rendah yang
lebih banyak dibebani oleh kewajiban-kewajiban dan tidak diberikan hak sebagai
layaknya warga negara yang dilindungi oleh hukum. Kemudian, tidak semua anak
pribumi memiliki kesempatan untuk memperoleh pendidikan seperti yang
diperoleh anak-anak kolonial Belanda. Demikian pula, dalam lingkungan
pemerintahan, tidak semua jabatan tersedia untuk orang-orang pribumi. Dengan
demikian, adanya diskriminasi ras dan segala bentuk intimidasi, baik secara
langsung maupun tidak langsung telah menimbulkan kesenjangan antara orang-
orang Belanda dan rakyat pribumi.
4) Kehidupan Bangsa Indonesia di Bidang Kebudayaan
Kebudayaan barat (Eropa) yang dibawa masuk ke Indonesia oleh bangsa
Belanda mulai dikenal bangsa Indonesia sejak abad ke-15. Budaya-budaya barat
tersebut diterapkan ke dalam lingkungan kehidupan tradisional rakyat Indonesia,
seperti cara bergaul, gaya hidup, cara berpakaian, bahasa, dan sistem pendidikan.
Tidak semua budaya barat yang masuk ke Indonesia dapat diterima oleh rakyat
Indonesia, karena adanya tata cara yang berlawanan dengan nilai budaya bangsa
Indonesia yang telah diwariskan secara turun-temurun. Contoh budaya barat yang
berlawanan dengan nilai luhur antara lain mabuk-mabukan, pergaulan bebas,
pemerasan, dan penindasan.
2. Karakteristik dan dinamika perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai
kemerdekaan.
a. Faktor pendorong timbulnya kebangkitan nasional
1) Faktor ekstern. Berikut ini faktor-faktor ekstern yang memberi dorongan dan energi
terhadap lahirnya pergerakan nasional di Indonesia.
a) Kemenangan Jepang atas Rusia. Perjalanan sejarah dunia menunjukkan bahwa
ketika pada tahun 1904-1905 terjadi peperangan antara Jepang melawan Rusia,
ternyata yang keluar sebagai pemenang dalam peperangan itu adalah Jepang. Hal
ini memberikan semangat juang terhadap para pelopor pergerakan nasional di
Indonesia.
b) Partai Kongres India. Dalam melawan Inggris di India, kaum pergerakan nasional
di India membentuk All India National Congress (Partai Kongres India), atas
inisiatif seorang Inggris Allan Octavian Hume pada tahun 1885. Di bawah
kepemimpinan Mahatma Gandhi, partai ini kemudian menetapkan garis perjuangan
yang meliputi Swadesi, Ahimsa, Satyagraha, dan Hartal. Keempat ajaran Ghandi
ini, terutama Satyagraha mengandung makna yang memberi banyak inspirasi
terhadap perjuangan di Indonesia.
c) Perjuangan Nasional rakyat Filipina 1989 Filipina merupakan jajahan Spanyol
yang berlangsung sejak 1571 – 1898. Dalam perjalanan sejarah Filipina muncul
sosok tokoh yang bernama Jose Rizal yang merintis pergerakan nasional dengan
mendirikan Liga Filipina. Pada tahun 1892 Jose Rizal melakukan perlawanan
bawah tanah terhadap penindasan Spanyol. Tujuan yang ingin dicapai adalah
bagaimana membangkitkan nasionalisme Filipina dalam menghadapi penjajahan
Spanyol. Dalam perjuangannya Jose Rizal dihukum mati pada tanggal 30
Desember 1896, setelah gagal dalam pemberontakan Katipunan. Sikap patriotisme
dan nasionalisme yang ditunjukkan Jose Rizal membangkitkan semangat rela
berkorban dan cinta tanah air bagi para cendekiawan di Indonesia.
d) Gerakan Nasionalisme Cina. Dinasti Manchu (Dinasti Ching) memerintah di
Cina sejak tahun 1644 sampai 1912. Dinasti ini dianggap dinasti asing oleh bangsa
Cina karena dinasti ini bukan keturunan bangsa Cina. Masuknya pengaruh Barat
menyebabkan munculnya gerakan rakyat yang menuduh bahwa Dinasti Manchu
sudah lemah dan bekerja sama dengan imperialis Barat. Oleh karena itu muncul
gerakan rakyat Cina untuk menentang penguasa asing yaitu para imperialis Barat
dan Dinansti Manchu yang juga dianggap penguasa asing. Munculnya gerakan
nasionalisme Cina diawali dengan terjadinya pemberontakan Tai Ping (1850 –
1864) dan kemudian disusul oleh pemberontakan Boxer. Gerakan ini ternyata
berimbas semangatnya di tanah air Indonesia.
e) Gerakan Turki Muda. Gerakan nasionalisme di Turki pada tahun 1908 dipimpin
oleh Mustafa Kemal Pasha. Gerakannya dinamakan Gerakan Turki Muda. Ia
menuntut adanya pembaruan dan modernisasi di segala sektor kehidupan
masyarakatnya. Gerakan Turki Muda memberikan pengaruh politis bagi
pergerakan bangsa Indonesia sebab mengarah pada pembaruan-pembaruan dan
modernisasi.
2) Faktor Intern
a) Sejarah Masa Lampau yang Gemilang. Indonesia sebagai bangsa telah
mengalami zaman nasional pada masa kebesaran Majapahit dan Sriwijaya. Kedua
kerajaan tersebut, terutama Majapahit memainkan peranan sebagai negara
nasional yang wilayahnya meliputi hampir seluruh Nusantara. Kebesaran ini
membawa pikiran dan angan-angan bangsa Indonesia untuk senantiasa dapat
menikmati kebesaran itu. Hal ini dapat menggugah perasaan nasionalisme
golongan terpelajar pada dekade awal abad XX.
b) Penderitaan Rakyat Akibat Penjajahan. Bangsa Indonesia mengalami masa
penjajahan yang panjang dan menyakitkan sejak masa Portugis. Politik devide et
impera, monopoli perdagangan, sistem tanam paksa, dan kerja rodi merupakan
bencana bagi rakyat Indonesia. Penderitaan itu menjadikan rakyat Indonesia
muncul kesadaran nasionalnya dan mulai memahami perlunya menggalang
persatuan. Atas prakarsa para kaum intelektual, persatuan itu dapat diwujudkan
dalam bentuk perjuangan yang bersifat modern. Perjuangan tidak lagi
menggunakan kekuatan senjata tetapi dengan menggunakan organisasi-organisasi
pemuda.
c) Pengaruh Perkembangan Pendidikan Barat di Indonesia. Perkembangan
sistem pendidikan pada masa Hindia Belanda tidak dapat dipisahkan dari politik
etis. Ini berarti bahwa terjadinya perubahan di negeri jajahan (Indonesia) banyak
dipengaruhi oleh keadaan yang terjadi di negeri Belanda. Tekanan datang dari
Partai Sosial Demokrat yang di dalamnya ada van Deventer. Pada tahun 1899,
Mr. Courad Theodore van Deventer melancarkan kritikan-kritikan yang tajam
terhadap pemerintah penjajahan Belanda. Kritikan itu ditulis dan dimuat dalam
jurnal Belanda, de Gids dengan judul Een eereschuld yang berarti hutang budi
atau hutang kehormatan. Dalam tulisan tersebut dijelaskan bahwa kekosongan kas
negeri Belanda telah dapat diisi kembali berkat pengorbanan orang-orang
Indonesia. Oleh karena itu, Belanda telah berhutang budi kepada rakyat
Indonesia. Untuk itu harus dibayar dengan peningkatan kesejahteraan melalui
gagasannya yang dikenal dengan Trilogi van Deventer. Apakah kalian masih
ingat dengan isi Trilogi van Deventer? Politik yang diperjuangkan dalam rangka
mengadakan kesejahteraan rakyat dikenal dengan nama politik etis. Untuk
mendukung pelaksanaan politik etis, pemerintah Belanda mencanangkan Politik
Asosiasi dengan semboyan unifikasi. Politik Asosiasi berkaitan dengan sikap
damai dan menciptakan hubungan harmonis antara Barat (Belanda) dan Timur
(rakyat pribumi). Dalam bidang pendidikan, tujuan Belanda semula adalah untuk
mendapatkan tenaga kerja atau pegawai murahan dan mandor-mandor yang dapat
membaca dengan gaji yang murah. Untuk kepentingan tersebut Belanda
mendirikan sekolah-sekolah untuk rakyat pribumi. Dengan demikian, jelaslah
bahwa pelaksanaan politik etis tidak terlepas dari kepentingan pemerintah
Belanda. Sistem pengajaran kolonial dibagi dalam dua jenis yaitu pengajaran
pendidikan umum dan pengajaran kejuruan. Keduanya diselenggarakan untuk
tingkat menengah ke atas. Berikut ini contoh-contoh sekolah yang didirikan pada
zaman kolonial Belanda.
d) Pengaruh Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia. Perkembangan
pendidikan di Indonesia juga banyak diwarnai oleh pendidikan yang dikelola
umat Islam. Ada tiga macam jenis pendidikan Islam di Indonesia yaitu pendidikan
di surau atau langgar, pesantren, dan madrasah. Walaupun dasar pendidikan dan
pengajarannya berlandaskan ilmu pengetahuan agama Islam, mata pelajaran
umum lainnya juga mulai disentuh. Usaha pemerintah kolonial Belanda untuk
memecah belah dan Kristenisasi tidak mampu meruntuhkan moral dan iman para
santri. Tokoh-tokoh pergerakan nasional dan pejuang muslim pun bermunculan
dari lingkungan ini. Banyak dari mereka menjadi penggerak dan tulang punggung
perjuangan kemerdekaan. Rakyat Indonesia yang mayoritas adalah kaum muslim
ternyata merupakan salah satu unsur penting untuk menumbuhkan semangat
nasionalisme Indonesia. Para pemimpin nasional yang bercorak Islam akan sangat
mudah untuk memobilisasi kekuatan Islam dalam membangun kekuatan bangsa.
e) Pengaruh Perkembangan Pendidikan Kebangsaan di Indonesia.
Berkembangnya sistem pendidikan Barat melahirkan golongan terpelajar. Adanya
diskriminasi dalam pendidikan kolonial dan tidak adanya kesempatan bagi
penduduk pribumi untuk mengenyam pendidikan, mendorong kaum terpelajar
untuk mendirikan sekolah untuk kaum pribumi. Sekolah ini juga dikenal sebagai
sekolah kebangsaan sebab bertujuan untuk menanamkan rasa nasionalisme di
kalangan rakyat dan mencetak generasi penerus yang terpelajar dan sadar akan
nasib bangsanya. Selain itu sekolah tersebut terbuka bagi semua masyarakat
pribumi dan tidak membedakan dari kalangan mana pun. Tokoh-tokoh pribumi
yang mendirikan sekolah kebangsaan antara lain Ki Hajar Dewantara mendirikan
Taman Siswa, Douwes Dekker mendirikan Ksatrian School, dan Moh. Syafei
mendirikan perguruan Indonesische Nederlandsche School Kayu Tanam (INS
Kayu Tanam).
b. Karakteristik perjuangan bangsa Indonesia pada masa perdagangan nasional
Rukminto Hendraningrat
6) Pemilihan Umum Indonesia 1955
Pemilu Tahun 1955 adalah pemilihan umum pertama di Indonesia dan
diadakan pada tahun 1955. Pemilu ini sering dikatakan sebagai pemilu Indonesia
yang paling demokratis. Pemilu tahun 1955 ini dilaksanakan saat keamanan negara
masih kurang kondusif; beberapa daerah dirundung kekacauan oleh DI/TII (Darul
Islam/Tentara Islam Indonesia) khususnya pimpinan Kartosuwiryo. Dalam keadaan
seperti ini, anggota angkatan bersenjata dan polisi juga memilih. Mereka yang
bertugas di daerah rawan digilir datang ke tempat pemilihan. Pemilu akhirnya pun
berlangsung aman. Pemilu ini bertujuan untuk memilih anggota-anggota MPR dan
Konstituante. Jumlah kursi MPR yang diperebutkan berjumlah 260, sedangkan kursi
Konstituante berjumlah 520 (dua kali lipat kursi MPR) ditambah 14 wakil golongan
minoritas yang diangkat pemerintah. Pemilu ini dipersiapkan di bawah pemerintahan
Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo. Namun, Ali Sastroamidjojo mengundurkan diri
dan pada saat pemungutan suara, kepala pemerintahan telah dipegang oleh Perdana
Menteri Burhanuddin Harahap.Lima besar dalam Pemilu ini adalah Partai Nasional
Indonesia mendapatkan 57 kursi MPR dan 119 kursi Konstituante (22,3 persen),
Masyumi 57 kursi MPR dan 112 kursi Konstituante (20,9 persen), Nahdlatul Ulama
45 kursi MPR dan 91 kursi Konstituante (18,4 persen), Partai Komunis Indonesia 39
kursi MPR dan 80 kursi Konstituante (16,4 persen), dan Partai Syarikat Islam
Indonesia (2,89 persen). Partai-partai lainnya, mendapat kursi di bawah 10. Seperti
PSII (8), Parkindo (8), Partai Katolik (6), Partai Sosialis Indonesia (5). Dua partai
mendapat 4 kursi (IPKI dan Perti). Enam partai mendapat 2 kursi (PRN, Partai
Buruh, GPPS, PRI, PPPRI, dan Murba). Sisanya, 12 partai, mendapat 1 kursi
(Baperki, PIR Wongsonegoro, PIR Hazairin, Gerina, Permai, Partai Persatuan
Dayak, PPTI, AKUI, PRD (bukan PRD modern), ACOMA dan R. Soedjono
Prawirosoedarso).
4. Pengertian dan kajian geografi.
a. Pengertian Geografi
Pelajaran geografi yang diajarkan di sekolah terkesan sebagai ilmu yang hanya
dihafalkan oleh para siswa seperti menghafalkan nama-nama dalam geografi nama
negara, kota, sungai, gunung dan nama-nama tempat laindi muka bumi. Sebagian orang
juga beranggapan bahwa geografi adalah segala aktifitas dan perbuatan yang
berhubungan dengan peta. Orang berpendapat demikian karena orang yang mempelajari
geografi harus mampu membuat peta, membaca peta dan harus berkerjasama dengan
pihak-pihak yang berwenang dalam pembuatan peta. Menurut Broek dalam Abdul Aziz
Wahab (2011: 5.4) mengemukakan bahwa hakikat geografi ada 6, yakni sebagai
berikut ini :
1) Geografi sebagai ilmu pengetahuan biofisik. Pada akhir abad ke 19 ketika ilmu
pengetahuan seperti geologi, meteorologi, dan botani sudah mengalami
perkembangan yang sedemikian pesat maka ahli geografi terpengaruh dan tertarik
mengikuti metodemetode disiplin ilmu tersebut. Kelemahan setelah geografi masuk
ke dalam ilmu pengetahuan alam murni, di mana mampu merumuskan hukum sebab
akibat terhadap gejala-gejala dan proses-proses fisik di muka bumi secara general,
tetapi tidak memasukkan unsur manusia.
2) Geografi sebagai relasi hubungan timbal balik manusia dengan alam. Contoh
kongkritnya yaitu iklim tropis menghalangi kemajuan kebudayaan masyarakat
setempat, sementara iklim sedang merangsang perkembangan kebudayaan
masyarakat yang mendiaminya.
3) Geografi sebagai ilmu ekologi manusia. Keanekaragaman di kalangan pengikut
paham determinisme environmentalis mendefinisikan geografi sebagai studi
pengetahuan yang mempelajari hubungan manusia dengan tempat tinggalnya.
4) Geografi sebagai studi tentang lahan. Paham ini bertentangan dengan pendapat
kaum environmentalisme yang mengatakan bahwa lingkungan alam lebih bersifat
pasif dan masyarakat manusia lebih berperan aktif.
5) Geografi sebagai studi penyebaran gejala di permukaan bumi. Geografi dapat
didefinisikan sebagai studi penyebaran/distribusi gejala di permukaan bumi, yaitu di
mana letak sesuatu benda itu berada, apakah itu batu-batuan, tumbuh-tumbuhan,
rumah, penduduk, atau segala sesuatu yang ada di permukaan bumi.
6) Geografi sebagai teori keruangan bumi. Dalam hal ini, gagasan yang
mengumumkan bahwa geografi akan dimasukkan dalam ilmu pengetahuan alam
menimbulkan kekhawatiran di kalangan ahli geografi, yakni akan membatasi
cakrawala geografi pada abstraksi ilmu pengetahuan relasi keruangan saja dalam
artian akan menghilangkan atau mengabaikan ruang dan waktu yang merupakan
unsur poko dalam geografi.
b. Kajian Materi Geografi
Kajian materi suatu ilmu kadang-kadang dipelajari oleh ilmu-ilmu yang lain
(objek material). Sebagai contoh antara geografi sosial dengan sosiologi, sama-sama
mempelajari kelompok manusia pada suatu tempat. Antara geomorfologi dengan
geografi fisik mempelajari bentuk lahan. Antara geografi ekonomi dengan ekonomi
yang sama-sama membahas kebutuhan manusia di dalam suatu lokasi tertentu. Objek
kajian goegrafi sangat luas, antara lain (objek material) mencakup aspek fisik, aspek
manusia serta aspek hubungan manusia dengan lingkungan.
5. Pendekatan Materi Geografi
Pendekatan ilmu geografi cenderung kabur dan menghilang “jati diri”nya karena
menurut beberapa tokoh geografi terlena dan tertarik memasuki ilmu-ilmu yang lain yang
berfungsi sebagai penunjang. Mreka alam memecahkan persoalan geografi cenderung
menggunakan topikal. Para ahli geografi menyadari untuk menggunakan pendekatan
geografi yang sama dan berfungsi sebagai pembeda dengan ilmu-ilmu yangt lain.
Pendekatan tersebut antara lain pendekatan keruangan, pendekatan ekologikal dan
pendekatan kompleks wilayah.
a. Pendekatan Keruangan.
Setiap tempat di permukaan bumi mempunyai ciri-ciri yang kgusus di mana dapat
dibedakan antara tempat yang satu dengan tempat yang lain. Oleh karena itu konsep
tempat dinamakan wilayah (region) Dalam geografi ada dua pengertian wilayah, yaitu
wilayah formal (formal region), dan wilayah fungsional (fungtional region). Wilayah
formal dapat dibedakan dalam dua pengertian, yaitu : pertama pengertian internasional.
Kedua pengertian nasional. Sedangkan pengertian fungsional adalah bagian dari
permukaan bumi, di mana terdapat beberapa keadaan alam yang berlawanan
memungkinkan timbulnya bermacam-macam kegiatan yang saling mengisi dalam
kegiatan penduduknya. Konsep tempat dalam pengertian wilayah dapat digunakan
sebagai pendekatan geografi, klasifikasainya adalah sebagai berikut :
1) Uniform Region. Suatu wilayah dijadikan sumber dasar telaah geografi disebabkan
adanya keseragaman atau kesamaan dalam kriteria tertentu.
2) Nodal Region. Suatu wilayah yang diatur oleh beberapa pusat kegiatan yang
dihubungkan melalui garis melingkar.
3) Generic Region. Wilayah yang diklasifikasikan berdasarkan jenisnya sehingga
fungsi wilayah yang bersangkutan diabaikan.
4) Specific Region. Wilayah berdasarkan kekhususannya sehingga merupakan daerah
tunggal yang mempunyai ciri-ciri tersendiri.
Jadi fungsi tempat bagi manusia adalah sebagai ruang hidup. Ruang dalam hal ini
ditafsirkan menurut tiga pendekatan, yakni pendekatan ekologis, ruang sebagai milleu
(yang berisi sumber alam). Pendekatan spatial (keruangan), ruang sebagai space yakni
ajang kegiatan manusia. Pendekatan regional sebagai region. yakni daerah atau
kesatuan politis. Untuk menganalisis pola-pola geografi diperlukan :
1) Memahami peta, proyeksi, skala dan bagaimana foto itu direkam.
2) Mengetahui metode statistik yang digunakan untuk memilah-milahkan faktor yang
dipakai untuk menjelaskan pola-pola geografi yang diamati.
3) Memahami teknik-teknk penilaian yang mampu menjelaskan perubahanperubahan
pola-pola geografis yang dinamis.
Beberapa contoh fungsi peta sebagai berikut:
1) Untuk memberikan informasi pokok dari aspek keruangan tentang karakter dari
suatu daerah.
2) Sebagai suatu alat menganalisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan.
3) Sebagai alat untuk menjelaskan penemuan-penemuan penelitian yang dilakukan.
4) Sebagai alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan.
Klasifikasi peta menurut penggunaannya, skala, dan kenampakan dari peta dapat
dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu : pertama peta topografi memberikan gambaran
umum mengenai permukaan lahan (termasuk peta perencanaan dan peta geografi).
Kedua chart dan peta jalan disusun dengan tujuan sebagai alat bantu dalam navigasi
(untuk navigasi dan orientasi). Ketiga peta-peta tematik pada akhir-akhir ini semakin
penting dalam kaitannya dengan menunjukkan tema-tema tertentu (menampilkan satu
tema khusus atau lebih). Untuk membaca peta, kita perlu memahami skala dari peta
yang dapat diartikan sebagai perbandingan jarak antara dua titik sembarang di peta
dengan jarak horisontal kedua titik itu di permukaan bumi. Adapun macammacam
skala adalah sebagai berikut: Skala angka atau skala pecahan, Skala yang dinyatakan
dengan kalimat dan Skala grafis (Graphical scale line).
b. Pendekatan kelingkungan
Pendekatan ini lebih menekankan keterkaitan antara fenomena geosfer tertentu
dengan variabel lingkungan yang ada bukan eksistensi keruangan. Pengertian analisis
ekologi hendaknya tidak diartikan secara sempit, sebagai suatu bentuk hubungan antara
makhluk hidup dengan “natural environmen” saja, tetapi harus dikaitkan dengan
(1)”phenomenal environment” yang di dalamnya terdapat “natural environment” dan
“phycical relic of human actions”. (2) “Behavioural environment”yang meliputi ide-ide
dan nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan. Pembagiaan geografi menurut
Kirk dibedakan menjadi: 1. Lingkungan fenomena/gejala fisik, 2. Lingkungan tingkah
laku. Dan 3. Persepsi dan aspirasi penduduk terhadap bencana alam Gunung Merapi.
c. Pendekatan Kompleks Wilayah dan Presentasi Peta.
Kombinasi antara analisis keruangan dan analisis ekologi disebut analisis kompleks
wilayah. Pada analisis ini, wilayah-wilayah akan dihampiri dengan pengertian areal
differentiation, yaitu suatu anggapan bahwa interaksi antar wilayah akan berkembang
karena pada hakikatnya suatu wilayah berbeda dengan wilayah yang lain. Oleh karena itu
terdapat permintaan dan penawaran antar wilayah tersebut. Dalam konteks pemahaman
tentang wilayah manusia telah mengembangkan beberapa metode dan keterampilan
tertentu. Beberapa metode komunikasi adalah bahasa tulis menulis (literacy), bahasa lisan
(articulasi), dan penggunaan angka-angka (numeracy). Sedangkan yang digunakan untuk
komunikasi menggunakan cara grafis disebut graphicacy. Graphycacy terdiri dari berbagai
teknik, mulai dari penggunaan fotografi, sampai ke peta, grafik dan diagram. Semua cara
grafis tersebut mempunyai satu hal yang umum yang membedakan dengan metode lain
yaitu penggunaan bentuk dua dimensi untuk menyampaikan dan menyajikan konsep-
konsep dan ide-ide. Peta menggunakan simbol-simbol dua dimensi untuk mencerminkan
fenomena geografikal atau dengan sesuatu cara yang sistematis, dan hal ini memerlukan
kecakapan untuk membuat dan membacanya. Untuk mencerminkan berbagai data atau
fenomena geografi ke dalam suatu peta, hal yang perlu diperhatikan adalah peta dasar,
simbol, penulisan nama-nama geografi. Simbol adalah suatu gambar atau tanda yang
mempunyai makna atau arti. Menurut bentuknya simbol dekelompokkan menjadi simbol
titik, simbol garis dan simbol bidang. Sedangkan wujud simbol dalam kaitannya dengan
unsur yang digambarkan dapat dibedakan abstrak, setengah abstrak dan nyata atau
piktorial.
6. Materi pelajaran geografi di SD/MI Paket A
a. Mata Pelajaran Geografi di SD/MI.
1) Kedudukan Geografi dalam IPS. Geografi merupakan salah satu mata pelajaran dari
cabang IPS. Sumbangan terbesar geografi adalah “tempat” atau “bumi sebagai tempat
tinggal manusia”. Di mana manusia dengan lingkungannya berinteraksi dan
memnentuk karakteristik tempat tertentu berbeda dengan lainnya. Dengan demikian
geografi adalah ilmu pengetahuan “sintesis” bukan ilmu pengetahuan “sistematik”,
seperti sejarah, sosiologi, ekonomi dan antropologi.
2) Tujuan Pembelajaran. Ilmu pengetahuan sosial di SD, MI, dan Paket A mempunyai
tujuan sebagai berikut: a. Mengembangkan pengetahuan dasar kesosiologian,
kegeografian, keekonomian, kesejarahan dan kewarganegaraan. b. Mengembangkan
kemampuan berpikir, inkuiri, pemecahan masalah, dan keterampilan sosial. c.
Membangun komitmen dan kesadaran tentang nilai-nilai kemanusiaan. d.
Meningkatkan kemampuan berkompetensi dan berkerjasama dalam masyarakat yang
majemuk, baik dalam skala nasional maupun skala internasional. Ada tiga esensi
kompetensi dasar pengajaran geografi, yaitu: a. Kemampuan membuat peta dan
membaca peta. b. Penilaian terhadap penyusunan pengelompokan fakta baik yang
bersifat keseimbangan terhadap konsep kerumahtanggaan dan latar belakang
kelahirannya dan keanekaragaman lingkungan alam utama dari aktivitas manusia di
dunia. c. Kemampuan memahami hubungan aktivitas manusia dengan lingkungan
sekitarnya. 3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS Geografi. 4. Kompetensi Dasar
Geografi dalam IPS SD/MI/Paket A.
b. Mata Pelajaran Geografi di SD/MI
Pengertian Geografi. Geografi merupakan pengkajian tentang aspek ruang dan tempat
pada berbagai skala di bumi.Mata pelajaran geografi mengembangkan pemahaman siswa
terhadap organisasi spesial masyarakat, tempat-tempat dan lingkungan pada muka bumi.
Pengertian geografi yang diajarkan baik di tingkat SD/MI Paket A termasuk dalam
kelompok hakikat geografi sebagai studi keruangan bumi.
7. Permasalahan Ekonomi
a. Pengertian Ilmu Ekonomi
Menurut etimologi atau asal usul katanya, istilah ekonomi berasal dari bahasa
Yunani,yaitu oikonomia merupakan kata majemuk (perpaduan) 2 kata, yaitu oikos
artinya rumah dan nomos artinya aturan. Jadi secara etimologi, ekonomi berarti aturan
rumah tangga atau ilmu yang mengatur rumah tangga. Sedangkan menurut pengertian
sehari-hari ekonomi adalah kegiatan manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan.
Para ekonom memberikan batasan yang berbeda-beda tentang pengertian ilmu ekonomi.
Berikut ini adalah definisi atau batasan ilmu ekonomi yang paling sering digunakan.
Ilmu ekonomi adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tingkah laku manusia
dalam hidup bermasyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk mencapai
kemakmuran.
b. Kelangkaan / Keterbatasan
Terbatasnya atau langkanya alat pemuas kebutuhan yang dihadapkan pada
kebutuhan manusia yang tidak terbatas merupakan pokok permasalahan dari semua
masalah ekonomi. Dari kenyataan itulah yang mendorong munculnya ilmu ekonomi.
Kebutuhan manusia bermacam-macam dan selalu bertambah. Apabila kebutuhan yang
satu terpenuhi muncul kebutuhan yang lain. Sedangkan di sisi lain, alat pemuas
kebutuhan manusia berupa barang dan jasa jumlahnya sangat terbatas dan langka.
Kelangkaan dan keterbatasan alat pemuas mengakibatkan hidup manusia selalu serba
kurang.
c. Kebutuhan Manusia
1) Kebutuhan Manusia. Selama manusia hidup, kebutuhan selalu bertambah dan tidak
terbatas, walaupun setiap manusia kebutuhannya berbeda-beda. Perbedaan tingkat
kebutuhan disebabkan oleh: a. Status sosial. Misal buruh tani dengan pemilik tanah,
pekerja pabrik dengan guru. b. Tingkat pendidikan. Misal kebutuhan orang yang
berpendidikan rendah berbeda dengan orang yang berpendidikan tinggi. c. Kemajuan
kebudayaan. Misal kebutuhan orang zaman dulu berbeda dengan kebutuhan zaman
sekarang.
2) Macam-macam Kebutuhan. Kebutuhan adalah keinginan yang timbul dalam diri
manusia dan masyarakat dalam bentuk tuntunan untuk memperoleh pemenuhannya.
Kebutuhan ekonomi adalah kebutuhan akan barang-barang keperluan hidup yang
dapat dinilai dengan uang. Kebutuhan ekonomi pada prinsipnya mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut: a. Setiap orang kebutuhannya berbeda misalnya menurut golongan,
suku, agam dan kelompok masyarakat. b. Tidak sama sepanjang waktu dan generasi
akan berbeda. c. Jumlah dan mutunya akan selalu berkembang. d. Kebutuhan dapat
saling melengkapi atau bahkan saling berlawanan.
Kebutuhan menurut kepentingannya, kebutuhan dapat dibedakan atas
kebutuhan primer, sekunder dan tersier. a. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang
harus dipenuhi karena untuk mempertahankan hidupnya, misalnya makan dan minum,
pakaian, rumah. b. Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang harus dipenuhi supaya
dapat hidup lebih baik sebagai makhluk yang berbudaya. Misalnya pakaian yang
bagus, buku-buku bacaan, sepatu, radio. c. Kebutuhan tersier atau kebutuhan mewah
adalah kebutuhan tingkat lanjut setelah kebutuhan sekunder. Misalnya mobil, rumah
mewah. Menurut tujuannya barang-barang ekonomi diklasifikasikan menjadi : a.
Brang konsumen adalah barang-barang yang dapat memenuhi kebutuhan secara
langsung (makanan, pakaian, sepatu,dll) b. Barang produksi adalah barang-barang
yang merupakan alat pembantu dalam proses produksi (mesin, mobil, batu bara,
tenaga listrik, dll).
Menurut sifat pemakaiannya, dapat diklasifikasikan menjadi :a. Barang
substitusi adalah barang-barang yang dapat saling menggantikan pemakaiannya
(mentega dengan minyak, beras dengan jagung, dll). b. Barang komplementer adalah
barang-barang yang pemakaiannya harus bersama-sama (gula dengan kopi, mobil
dengan bensin, dll)
Menurut sifatnya, barang ekonomi diklasifikasikan menjadi : a. Barang konkret
adalah barang-barang yang dapat dilihat (meja, rumah, beras). b. Barang abstrak atau
yang biasa disebut jasa dan pelayanan adalah sesuatu yang tidak dapat dilihat , tetapi
dapat memenuhi kebutuhan (nasihat dokter, hiburan, nasihat hukum). Perbedaan
pokok antara barang dan jasa adalah : a. Barang adalah segala sesuatu yang berwujud,
sedangkan jasa adalah segala sesuatu yang tidak berwujud. b. Untuk barang ada
tenggang waktu antara produksi dan konsumsi, sedangkan untuk jasa tidak ada.
Kebutuhan manusia menurut sifatnya dikelom pokkan menjadi dua macam,
yaitu : a. Kebutuhan jasmani atau kebutuhan lahir adalah kebutuhan manusia yang
semata-mata ditujukan untuk memberi kepuasan kepada badan atau jasmani (bersifat
material). Misal makanan, pakian, rumah, dll). b. Kebutuhan rohani atau batin adalah
kebutuhan manusi yang pemenuhannya ditujukan untuk memberikan kepuasan
batiniah (bersifat imaterial). Misalnya seni, pendidikan, agama, dll.
c. Alat Pemuas Kebutuhan Manusia
1) Pengertian alat pemuas kebutuhan. Alat pemuas kebutuhan manusia ada yang
berwujud dan ada yang tidak berwujud. Ada yang habis sekali pakai dan ada yang
dapat dipakai secara berulang-ulang sehingga habisnya lama. Jadi yang menjadi alat
pemuas kebutuhan manusia itu adalah barang dan jasa.
2) Nilai ekonomi dan nilai kegunaan barang. Nilai ekonomi / nilai kegunaan barang
antara lain didasarkan pada : a. Kegunaan bentuk (utility of form). Artinya suatu
barang memiliki nilai ekonomi/nilai kegunaan karena bentuknya yang sesuai dengan
kebutuhan. Contoh bambu menjadi anyaman bilik, tanah liat menjadi
gerabah/keramik. b. Kegunaan tempat (utility of place). Artinya suatu barang memiliki
nilai guna tinggi karena tempatnya yang tepat. Contoh pasir dan batu di kota lebih
berguna dari pada di sungai. c. Kegunaan waktu (utility of time). Suatu barang akan
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi apabila digunakan pada waktu yang tepat.
Contoh payung berguna pada musim penghujan, baju hangat pada musim dingin. d.
Kegunaan pemilikan (utility of ownership). Suatu barang lebih memiliki nilai ekonomi
karena tepat pemiliknya. Contoh SIM, KTP hanya berguna bagi pemiliknya.,
stetoskop hanya berguna bagi dokter. e. Kegunaan mutu (utility of quality) Suatu
barang akan memiliki nilai ekonomi yang lebih baik karena mutu dan kualitasnya.
Contoh Tekstil dengan alat modern lebih bermutu dan harganya lebih tinggi daripada
hasil tenun biasa. f. Kegunaan unsur (utility ofelement) Suatu barang lebih memiliki
nilai ekonomi karena unsur yang terkandung di dalamnya. Contoh obat paten lebih
mahal karena unsur yang terkandung lebih baik daripada obat generik.
3) Kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi dikelompokkan menjadi 3, yaitu : a. Kegiatan
produksi. Adalah setiap kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa atau menambah
daya guna atau nilai barang untuk memenuhi kebutuhan manusia. b. Kegiatan distribusi.
Adalah setiap kegiatan menyalurkan barang-barang hasil produksi yang berupa barang
dan jasa dari produsen kepada pihak yang membutuhkan atau konsumen. c. Kegiatan
konsumsi. Adalah kegiatan memakai, menggunakan atau menghabiskan barang dan jasa
hasil produksi secara langsung untuk memenuhi kebutuhan.
4) Tindakan ekonomi. Dalam tindakan ekonomi dimaksudkan agar kita bisa mengatur dan
mengendalikan sehingga pendapatan yang diterima dapat memenuhi semua kebutuhan
sesuai dengan derajad kepuasan masing-masing.
5) Perbuatan pilihan (alternatif) Pendapatan adalah terbatas sehingga setiap orang tidak
dapat memenuhi segala kebutuhannya tanpa harus memikirkan kebutuhan mana yang
harus diutamakan.
6) Motif ekonomi. Adalah keinginan atau alasan yang mendorong manusia untuk
melakukan kegiatan ekonomi. Secara garis besar motif ekonomi dapat digolongkan
menjadi 4 macam : a. Memenuhi kebutuhan untuk mencapai kemakmuran b.
Memperoleh kekuasaan. c. Memperoleh penghargaan. d. Motif kemanusiaan (sosial).
7) Prinsip ekonomi. Prinsip ekonomi diartikan sebagai asas yang menjadikan dasar
/pegangan dalam setiapmelakukan kegiatan / tindakan ekonomi. Dalam aktifitas usaha,
prinsip ekonomi dikenal dengan istilah efisiensi dan efektifitas (berdaya guna dan
berhasil guna). Efisiensi artinya selalu berpikir untung rugi di mana hasil harus lebih
besar dari pengorbanan, dan efektif artinya apa yang dilakukan harus
berguna/bermanfaat dengan tujuan tertentu. Penerapan prinsip ekonomi dalam kegiatan
produksi bertujuan sebagai berikut : a. Menekan biaya produksi. b. Meningkatkan hasil
produksi. c. Meningkatkan mutu hasil produksi. d. Memperoleh laba yang optimal. e.
Menjaga kelangsungan usaha. Penerapan prinsip ekonomi dalam kegiatan distribusi
bertujuan. a. Menekan pemborosan dana, waktu, ruang dan tenaga kerja. b.
Menyalurkan barang kepada konsumen tepat waktu. c. Memperoleh laba yang optimal.
d. Memperhtikan kelangsungan usaha. Prinsip ekonomi dalam kegiatan konsumsi
bertujuan: a. Mendapatkan barang-barang konsumsi jenis dan jumlahnya dapat
memenuhi kebutuhan maksimal. b. Memperoleh barang dengan harga murah dan
kualitasnya bagus. c. Dengan dana yang terbatas dapat diperoleh barang kebutuhan
yang dapat memenuhi kebutuhan yang optimal.
8) Kegiatan produksi. Produksi adalah kegiatan manusia untuk menciptakan/menambah
daya guna atau nilai barang (to ended value). Proses produksi dapat dilakukan apabila
adanya sumberdaya. Terdapat sumber daya, yaitu: a. Sumber daya alam (SDA) adalah
seluruh bahan/materi yang disediakan oleh alam dan dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan manusia. b. Suber daya manusia (SDM) adalah segala daya dan upaya
manusia lahir maupun batin yang dilakukan guna memenuhi kebutuhan hidupnya
meliputi penggunaan tenaga fisik, pikiran, keahlian, perasaan dan teknologi.
9) Faktor-faktor produksi. Faktor produksi adalah hal-hal yang harus ada agar proses
produksi dapat berjalan. Faktor produksi alam dan tenaga kerja disebut faktor produksi
asli, sedangkan faktor produksi modal dan keahlian disebut faktor produksi turunan.
8. Bentuk-bentuk badan usaha
a. Jenis Perusahaan Menurut Lapangan Usahanya. Menurut lapangan usahanya, jenis
perusahaan dibedakan menjadi 5 macam. Yaitu: 1. Perusahaan ekstraktif, adalah
perusahaan yang melakukan kegiatan dengan melepaskan benda dan ikatan alam, jadi
mengambil benda yang telah disediakan oleh alam. 2. Perusahaan agraris adalah
perusahaan yang melakukan usaha atau kegiatan dengan memanfaatkan tanah atas
kesuburannya. 3. Perusahaan industri adalah perusahaan yang kegiatan usahanya
bergerak di bidang pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi. 4.
Perusahaan perdagangan adalah perusahaan yang kegiatan usahanya bergerak di bidang
jual beli barang, membeli dari produsen dan menjual ke konsumen. 5. Perusahaan jasa
adalah perusahaan yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pemberian pelayanan
kepada konsumen dengan tujuan memperoleh pendapatan berupa imbalan jasa.
b. Perusahaan Menurut Tanggung Jawab Pemiliknya. Berdasarkan tanggungjawab
pemiliknya dibedakan menjadi 5 macam, yaitu:
1) Perusahaan perseorangan Perusahaan perseorangan (Po) adalah perusahaan yang
didirikan , dimiliki, dipimpin, dan dipertanggungjawabkan oleh perseorangan.
2) Firma atau kongsi Firma (Fa) adalah persekutuan yang terdiri dari dua orang atau
lebih yang menjalankan perusahaan dengan menggunakan nama bersama,
masingmasing anggota firma (firmant) ikut aktif menjalankan perusahaan dan
bertanggungjawab penuh terhadap semua utang piutang perusahaan atau
tanggungjawab tak terbatas.
3) Persekutuan komanditer (CV) Persekutuan komanditer atau CV adalah persekutuan
firma yang mempunyai sekutu yang hanya menyertakan modal saja yang disebut
sekutu komanditer atau sekutu pasif yaitu sekutu yang tidak ikut campur dalam
pengurusan atau penguasaan persekutuan.
4) Perseroan terbatas Adalah suatu badan hukum yang mempunyai kekayaan, hak,
serta kewajiban sendiri, terpisah dari yang mendirikan dan terpisah pula dari yang
memiliki. Jenis-jenis perseroan terbatas (PT) antara lain adalah : a. PT terbuka
adalah PT yang menjual belikan sahamnya dengan bebas di bursa saham (bursa
efek) sehingga setiap orang dapat menjadi pemiliknya. Bentuk saham PT terbuka
adalah saham atas sewa atau saham atas tunjuk, artinya siapa saja yang
menunjukkan atau membawa saham adalah pemiliknya. b. PT tertutup adalah PT
yang saham-sahamnya hanya dimiliki oleh pihak-pihak tertentu saja dan tidak
setiap orang dapat memiliki, yang dapat memiliki misalnya anggota keluarga,
anggota organisasi. c. PT kosong adalah PT yang sudah tidak ada aktivitasnya ,
tetapi badan usahanya masih ada atau belum dibubarkan. d. PT perseorangan
adalah PT yang seluruh saham dimiliki oleh perseorangan sehingga menjadi
pemilik tunggal. Badan perlengkapan perseroan terbatas. PT merupakan organisasi
sehingga PT harus memiliki alat perlengkapan yang mempunyai wewenang
mengangkat untuk bertindak atas nama PT. Alat perlengkapan PT sebaga berikut:
Rapat umum pemegang saham (RUPS), Pengurus atau direksi yang terdiri dari
orang-orang yang diberi kuasa oleh RUPS untuk memimpin jalannya perusahaan.
Dewan komisaris.
5) Perusahaan negara Perusahaan negara adalah semua perusahaan dalam bentuk
apapun dan bergerak pada bidang apa saja yang sebagian besar modal atau
seluruhnya merupakan kekayaan negara, kecuali dengan ketentuan lain berdasarkan
undang-undang. Beberapa bentuk perusahaan negara baik milik pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah yaitu perseroan, perusahaan umum (perum),
perusahaan jawatan (perjan), perusahaan daerah (PD).
6) Koperasi. Koperasi (Inggris : cooperation, Belanda : cooperative, artinya bersama).
adalah suatu bentuk badan usaha yang bergerak di bidang ekonomi merupakan
badan usaha yang didirikan oleh beberapa orang atau beberapa badan hukum
koperasi sebagai anggota yang berkerjasama atas dasar suka rela dengan tujuan
memenuhi kebutuhan barang dan jasa untuk meningkatkan kesejahteraan anggota.
a. Modal koperasi Permodalan terdiri dari : Modal sendiri adalah modal yang
berasal dari anggota (pasal 41 ayat (2) UU No. 25 Tahun 1992) Modal pinjaman
adalah modal yang berasal dari pinjaman baik dari anggota, koperasi lain, bank,
penjualan surat berharga dan sumber lain yang sah. b. Jenis-jenis koperasi
Berdasarkan aktifitas dan kepentingan anggotanya koperasi dibedakan menjadi 3
macam, yaitu: Koperasi produksi, Koperasi konsumsi, Koperasi jasa. Menurut
tingkatannya koperasi digolongkan menjadi 4 yaitu : Koperasi primer, Koperasi
pusat, Koperasi gabungan, Koperasi induk.
Dikutip dari Abdul Aziz Wahab (2011: 5.3-6.25)
MODUL 5 : Menjelaskan Konsep Dasar Sosiologi dan Antropologi.
Sumber : http://walgi.blogdetik.com/2013/05/02/informasi-perubahan-sikap-dan-
perubahan-sosial/
d. Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan
di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya
nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam
masyarakat. Setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan. Perubahan
bagi masyarakat yang bersangkutan maupun bagi orang luar yang menelaahnya, dapat
berupa perubahan-perubahan yang tidak menarikdalam arti kurang mencolok. Ada pula
perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada pula perubahan-
perubahan yang lambat sekali, tetapi ada pula yang berjalan cepat. Perubahan dapat
berkaitan dengan : nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku, organisasi, lembaga
kemasyarakatan, lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang dan lain-lain.
e. Bentuk Perubahan Sosial
1) Perubahan Lambat dan perubahan cepat. Perubahan secara lambat memerlukan
waktu yang lama dan biasanya merupakan rentetan perubahan kecil yang saling
mengikuti dengan lambat. Perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau
kehendak tertentu. Masyarakat hanya berusaha menyesuaikan dengan keperluan,
keadaan, dan kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
Perubahan ini terjadi melalui tahapan-tahapan dari yang sederhana menjadi maju.
Misalnya kehidupan masyarakat suku Kubu di Sumatra. Mereka mengalami
perubahan secara lambat, terutama dalam tempat tinggal dan mata pencaharian hidup.
Sampai saat ini suku Kubu masih menjalankan aktivitas lamanya, yaitu berburu dan
meramu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Perubahan cepat, perubahan yang
terjadi ada yang direncanakan terlebih dahulu dan ada yang tidak direncanakan. Selain
itu ada yang dijalankan tanpa kekerasan dan dengan kekerasan. Dalam perubahan
cepat, kemungkinan timbulnya sifat anarki dan tindakan kekerasan sangat besar
terjadi. Adapun ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relative karena revolusi
pun dapat memakan waktu lama. Pada umumnya, suatu perubahan dianggap sebagai
perubahan cepat karena mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat, seperti
sistem kekeluargaan, politik, ekonomi, dan hubungan antarmanusia. Suatu revolusi
dapat juga berlangsung dengan didahului suatu pemberontakan. Misalnya revolusi
bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya.
2) Perubahan Kecil dan perubahan besar. Perubahan kecil adalah perubahan-
perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa
pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Misalnya perubahan mode pakaian,
bentuk rumah, dan mainan anak yang tidak akan membawa pengaruh yang berarti bagi
masyarakat dalam keseluruhannya. Perubahan besar adalah suatu perubahan yang
berpengaruh terhadap masyarakat dan lembaga-lembaganya, seperti dalam system
kerja, sistem hak milik tanah, hubungan kekeluargaan, dan stratifikasi masyarakat.
Contohnya adalah adanya industrialisasi. Industrialisasi telah mengubah masyarakat
agraris menjadi masyarakat industri. Perubahan itu memberikan pengaruh dalam
kehidupan masyarakat, seperti terlihat dalam hubungan antarsesama. Pada masyarakat
agraris, hubungan antarsesama terlihat sangat akrab dan menunjukkan adanya
kebersamaan. Namun pada masyarakat industri hal itu mengalami perubahan, di mana
hubungan lebih didasarkan pada pertimbangan untung rugi.
3) Perubahan yang Dikehendaki dan yang tidak dikehendaki. Perubahan bentuk ini
merupakan perubahan-perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan
terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan dalam
masyarakat. Pihak-pihak itu disebut sebagai agent of change, yaitu seseorang atau
sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin dalam
perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan. Misalnya pejabat pemerintah,
tokoh masyarakat, atau mahasiswa. Adapun cara yang dapat digunakan untuk
memengaruhi masyarakat adalah dengan rekayasa sosial (social engineering), yaitu
dengan sistem yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu. Cara ini sering pula
dinamakan perencanaan sosial (social planning). Contohnya adalah pembangunan
berbagai sarana dan prasarana, seperti kawasan industri, bendungan, jalan, dan lain-
lai. Perubahan yang tidak dikehendaki terjadi di luar jangkauan pengawasan
masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak
diharapkan oleh masyarakat. Misalnya rusaknya berbagai fasilitas umum, serta banyak
orang yang kehilangan rumah, keluarga, dan sanak saudara. Pada umumnya sangat
sulit untuk meramalkan tentang terjadinya perubahan yang tidak dikehendaki ini.
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses perubahan sosial
Terdapat faktor-faktor yang mendorong jalannya perubahan yang terjadi. Faktor
tersebut antara lain :
1) Adanya kontak dengan kebudayaan masyarakat lain. Salah satu proses yang
menyangkut hal ini adalah misalnya diffusion. Difusi adalah suatu proses penyebaran
unsur-unsur kebudayaan dari seseorang kepada orang lain, dan dari satu masyarakat ke
masyarakat lain. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah diterima
oleh masyarakat misalnya, dapat diteruskan dan disebarluaskan pada masyarakat lain,
sampai masyarakat tersebut dapat menikmati kegunaan dari hasil-hasil peradaban bagi
kemajuan manusia. Maka proses semacam itu merupakan pendorong bagi pertumbuhan
suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaan-kebudayaan umat manusia.
2) Adanya sikap terbuka nterhadap karya serta keinginan orang lain untuk maju.
Sikap menghargai karya orang lain dan keinginan-keinginan untuk maju merupakan
salah satu pendorong bagi jalannya perubahan-perubahan. Apabila sikap tersebut telah
melembaga, maka masyarakat akan memberikan pendorong bagi usaha-usaha untuk
mengadakan penemuanpenemuan baru. Pemberian hadiah nobel dan yang sejenisnya
misalnya, merupakan pendorong bagi individu-individu maupun kelompok-kelompok
lainnya untuk menciptakan karya-karya yang baru lagi.
3) Adanya Sistem pendidikan formal yang maju. Sistem pendidikan yang baik yang
didukung oleh kurikulum adaptif maupun fleksibel misalnya, akan mampu mendorong
terjadinya perubahan-perubahan sosial budaya. Pendidikan formal, misalnya di sekolah,
mengajarkan kepada anak didik berbagai macam pengetahuan dan kemampuan yang
dibutuhkan oleh para siswa. Di samping itu, pendidikan juga memberikan suatu nilai-
nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-
hal baru dan juga bagaimana cara berpikir secara ilmiah. Namun jika dikelola secara
baik dan maju, pendidikan bukan hanya sekedar dapat mengajarkan pengetahuan,
kemampuan ilmiah, skill, serta nilai-nilai tertentu yang dibutuhkan siswa, namun lebih
dari itu juga mendidik anak agar dapat berpikir secara obyektif. Dengan kemampuan
penalaran seperti itu, pendidikan formal akan dapat membekali siswa kemampuan
menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
jamannya atau tidak. Nah, di sinilah kira-kira peranan atau faktor pendorong bagi
pendidikan formal yang maju untuk berlangsungnya perubahanperubahan dalam
masyarakat.
4) Sikap berorientasi ke masa depan. Adanya prinsip bahwa setiap manusia harus
berorientasi ke masa depan, menjadikan manusia tersebut selalu berjiwa (bersikap)
optimistis. Perasaan dan sikap optimistis, adalah sikap dan perasaan yang selalu percaya
akan diperolehnya hasil yang lebih baik, atau mengharapkan adanya hari esok yang
lebih baik dari hari sekarang. Sementara jika di kalangan masyarakat telah tertanam
jiwa dan sikap optimistis semacam itu maka akan menjadikan masyarakat tersebut
selalu bersikap ingin maju, berhasil, lebih baik, dan lain-lain. Adanya jiwa dan sikap
optimistik, serta keinginan yang kuat untuk maju itupula sehingga proses-proses
perubahan yang sedang terjadi dalam masyarakat itu dapat tetap berlangsung.
5) Sistem lapisan masyarakat yang bersifat terbuka (open stratification). Sistem
stratifikasi sosial yang terbuka memungkinkan adanya gerak vertikal yang luas yang
berarti memberi kesempatan bagi individu-individu untuk maju berdasar
kemampuannya. Dalam keadaan demikian, seseorang mungkin akan mengadakan
identifikasi dengan warga-warga yang mempunyai status yang lebih tinggi.
Dengan demikian, seseorang merasa dirinya berkedudukan sama dengan orang atau
golongan lain yang dianggapnya lebih tinggi dengan harapan agar mereka diperlakukan
sama dengan golongan tersebut. Identifikasi terjadi di dalam hubungan superordinat-
subordinat. Pada golongan yang lebih rendah kedudukannya, sering terdapat perasaan
tidak puas terhadap kedudukan sosial yang dimilikinya. Keadaan tersebut dalam
sosiologi dinamakan “status-anxiety”. “Status-anxiety” tersebut menyebabkan
seseorang berusaha untuk menaikkan kedudukan sosialnya.
6) Adanya komposisi penduduk yang heterogen. Pada kelompok-kelompok masyarakat
yang terdiri dari berbagai latar belakang seperti kebudayaan, ras (etnik), bahasa,
ideologi, status sosial, dan lain-lain, atau yang lebih populer dinamakan “masyarakat
heterogen”, lebih mempermudah bagi terjadinya pertentangan-pertentangan ataupun
kegoncangan-kegoncangan. Hal semacam ini juga merupakan salah satu pendorong
bagi terjadinya perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat.
7) Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya.
Nasib manusia memang sudah ditentukan oleh Tuhan, namun adalah menjadi tugas dan
kewajiban manusia untuk senantiasa berikhtiar dan berusaha guna memperbaiki taraf
kehidupannya. Lagipula, menurut ajaran agama juga ditekankan bahwa Tuhan tidak
akan mengubah nasib sesuatu umat (termasuk individu) selama umat (individu) tersebut
tidak berusaha untuk mengubahnya. Dengan demikian tugas manusia adalah berusaha,
lalu berdoa, sedangkan hasil akhir adalah Tuhan yang menentukannya. Adanya nilai-
nilai hidup serta keyakinan yang semacam itu menyebabkan kehidupan manusia
menjadi dinamik, dan adanya dinamisasi kehidupan inilah sehingga perubahan-
perubahan sosial budaya dapat berlangsung.
8) Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu. Munculnya
ketidakpuasan masyarakat terhadap bidangbidang kehidupan tertentu, misalnya adanya
pelaksanaan pembangunan yang hanya menguntungkan golongan tertentu, pembagian
hasil pembangunan yang tidak merata, semakin melebarnya jurang pemisah antara si
kaya dan si miskin, dan lain-lain, dapat menyebabkan terjadinya kekecewaan dalam
masyarakat. Bahkan jika dibiarkan sampai berlarut-larut, hal semacam itu dapat
mengakibatkan terjadinya demo ataupun protes-protes yang semakin meluas, atau
bahkan kerusuhan-kerusuhan, dan revolusi. Dengan demikian adanya ketidakpuasan
masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu dapat mendorong bagi
bergulirnya perubahanperubahan sosial budaya.
Selain sejumlah faktor-faktor di atas, terjadinya perubahan sosial dapat pula
didorong atau dipercepat karena adanya faktor-faktor intern (dari mayarakat yang
mengalami perubahan) seperti: Adanya sikap masyarakat yang selalu terbuka terhadap
setiap perubahan, Berkembangnya pola pemikiran yang positif terhadap hal-hal yang
baru, Adanya sikap masyarakat yang selalu menyukai sesuatu yang baru, Adanya
pengalaman yang luas dari masyarakat yang bersangkutan.dikutib dari Soerjono
Soekamto. (2010 : 259-286)
g. Perubahan Sikap
Perubahan sikap seseorang akan terjadi sepanjang hidupnya. Perubahan sikap bisa terjadi
dalam jenis dan kecenderungan perbuatan, model kognitif, serta kesanggupan untuk
berubah. Jenis perubahan sikap seseorang menurut para ahli bervariasi, demikian juga
kesanggupan serta pengaruh informasi terhadap perubahan sikap itu.
1) Jenis perubahan sikap. Jenis perubahan sikap seseorang bisa berupa :
a) Incongruent change yaitu perubahan sikap yang bertentangan seperti ditandai
dengan valensi yang berlawanan dengan sikap semula. Misalnya tadinya tidak
setuju menjadi setuju, tadinya tidak mendukung menjadi mendukung, positif
menjadi negative dan sebagainya.
b) Congruent change perubahan sikap yang ditandai dengan arah perubahan velensi
yang sejalan dengan sikap semula. Sikap yang menguatkan sikap semula. Berubah
lebih yakin yang tadinya kurang yakin.
2) Kesanggupan berubahnya seseorang. Kesanggupan berubahnya sikap tergantung pada
karakteristik sistem sikap, kepribadian dan afiliasi kelompok. Adapau karakteristik
sistem sikap adalah :
a) Extremeness. Sikap yang ekstrem lebih sukar untuk berubah dibandingkan dengan
sikap yang kurang ekstrem.
b) Multiplexity. Kesanggupan berubahnya sikap seseorang bervariasi bergantung pada
multiplexity sitem sikap seseorang.
c) Consistency. Sistem sikap seseorang yang konsisten menghasilkan sikap yang
stabil
d) Interconnectedness. Saling keterkaitan antara sikap yang satu dengan sikap yang
lain dalam suatu master. Mudah tidaknya mengalami perubahan bergantung kadar
keterkaitan ini.
e) Consonance. Kerapatan hubungan yang baik dapat mempermudah berubahnya
sikap seseorang.
f) Strength and number of wants served. Berubahnya sikap seseorang tergantung pada
kekuatan keinginan dan banyaknya keinginan.
Kesanggupan berubahnya sikap bergantung pada kepribadian seseorang yaitu
a) Intelegensi. Intelegensi orang yang rendah lebih mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar jika dibandingkan dengan seseorang yang intelegensinya tinggi
b) General Persuasibility. Kesiapan untuk menerima pengaruh social tanpa
memperdulikan komunikatornya, topic, isi, media, dan keadaan komunikasinya.
c) Self defensiveness. Sikap yang kokoh pada sikapnya yang menopang harga dirinya
sehingga sangat sulit untuk berubah.
d) Cognitive needs and styles. Orang yang selalu ingin menuntut pemahaman ang
jelas akan bereaksi keras terhadap informasi baru yang bertentangan dengannya.
Sumber : http://walgi.blogdetik.com/2013/05/02/informasi-perubahan-sikap-dan-
perubahan-sosial/
c. Kontrol Sosial/Pengendalian Sosial
Norma-norma yang terdapat dalam masayarakat tidak selalu dipatuhi oleh anggota
masyarakat akibatnya terjadi penyimpangan sosial yang menimbulkan kekacauan dalam
masyarakat, oleh karena itu diperlukan pengendalian sosial. Pengendalian sosial
merupakan proses yang bertujuan agar anggota masyarakat mematuhi norma dan nilai-
nilai sosial yang ada dalam masyarakat. Masyarakat merupakan suatu keseluruhan yang
sistematis, dimana dalam masyarakat ada bermacam-macamstruktur sosial yang
memerlukan keserasian. Salah satu cara untuk mencapai keserasian tersebut adalah dengan
menetapkan norma dan nilai sosial. Pengendalian sosial dapat menciptakan masyarakat
yang teratur, setiap anggota masyarakat menjalankan peran sesuai dengan harapan
masyarakat. Mereka dapat melaksanakan kewajibannya dengan baik dan menikmati
haknya.
a. Sifat-sifat Pengendalian Sosial
Berdasarkan sifatnya, pengendalian sosial dapat dikelompokkan menjadi
pengendalian sosial yang bersifat preventif dan represif. Pengendalian sosial yang
bersifat preventif adalah pengendalian sosial yang dilakukan sebelum terjadinya
pelanggaran. Tujuannya adalah mencegah pelenggaran agar tidak terjadi. Pengendalian
sosial yang bersifat preventif antara laian dapat dilakukan melalui proses sosialisasi.
Dalam proses sosialisasi, nasihat, anjuran, larangan, atau perintah dapat disampaikan
sehingga membentuk kebiasaan sesuai dengan peran yang diharapkan.
Pengendalian sosial yang bersifat represif adalah pengendalian sosial yang
bertujuan untuk memulihkan keadaan seperti sebelum pelanggaran itu terjadi.
Pengendalian ini dilakukan setelah terjadi suatu tindakan penyimpangan sosial.
Pengendalian sosial yang bersifat represif biasanya diikuti dengan penjatuhan sanksi
bagi pelaku penyimpangan sosial.
b. Cara Pengendalian Sosial
Di dalam masyarakat, Pengendalian sosial dapat dilakukan dengan cara persuasif
dan koersif. Pengendalian sosial dengan cara persuasive tidak dilakukan melalui cara
kekerasan, tetapi melalui ajakan atau bimbingan agar orang dapat bertindak sesuai
dengan norma yang berlaku di dalam masyarakat. Pengendalian sosial bersifat koersif
merupakan pengendalian sosial yang menekankan kekerasan atau ancaman dengan
kekuatan fisik. Pengendalian sosial ini dilakukan agar pelaku tidak mengulangi lagi
perbuatannya yang menyimpang. Misalnya, ditempat-tempat tertentu ada larangan bagi
pedagang kaki lima untuk berjualan. Tujuannya adalah untuk menjaga ketertiban dan
kebersihan. Akan tetapi, banyak pedagang kaki lima yang melanggar aturan tersebut.
Pelanggaran terhadap aturan ini membuat petugas mengambil tindakan dengan
mengusir mereka secara paksa.
c. Upaya pengendalian sosial
Dalam masyarakat, pengendalian sosial dapat diselenggarakan dengan berbagai
upaya, seperti agama, pendidikan, desas desus atau gossip, teguran, dan hukuman.
Agama memberikan pedoman hidup sehari-hari kepada penganutnya. Penganut suatu
agama berusaha untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan yang tellah
digariskan dalam ajaran agama. Usaha ini akanmenghindarkan dari perilaku-perilaku
menyimpang, seperti mengejek orang, menipu, dan mencuri.
Pendidikan merupakan pengendalian sosial yang telah melembaga, baik
dilingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Sebagai agen sosialisasi dan
pengendalian sosial, pendidikan memberikan pedoman kepada kita dalam menentukan
bentuk-bentuk tingkah laku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima dalam
masyarakat.
Desas desus atau gosip merupakan berita yang disebarkan secara cepat, baik
melalui media massa maupun mulut ke mulut. Desas desus sering disebut dengan
istilah kabar angin atau kabar burung. Kebenaran berita desas desus masih diragukan
karena tidak selalu berdasarkan fakta atau kenyataan. Rasa malu yang ditimbulkan oleh
desas-desus membuat pelaku penyimpangan sosial sadar akan perbuatannya. Ia
kembali berperilaku sesuai dengan norma-norma masyarakat. Ia lebih berhati-hati
dalam bertindak dan berusaha untuk tidak mengulangi perbuatannya.
Teguran atau peringatan diberikan kepada orang yang melakukan penyimpangan
sosial. Tujuannya agar pelaku penyimpangan sosial sesegera mungkin menyadari
kesalahannya. Teguran dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan. Jika pelaku
penyimpangan sosial tidak mengindahkan teguran demi teguran yang disampaikan, ia
akan dikenakan sanksi disiplin.
Hukuman adalah pengendalian sosial berbentuk sanksi. Hukuman berfungsi untuk
memperkuat tata kelakuan. Ancaman hukuman yang sah memaksa orang untuk
menghindari penyimpangan sosial. Misalnya dalam sebuah rumah tangga, ada tindak
kekerasan yang dilakukan majikanterhadap pembantunya. Tindakan ini merupakan
penyimpangan sosial. Tindakan ini dapat diajukan ke pengadilan dan dikenai sanksi
hokum. Tujuannya adalah agar peristiwa seperti ini tidak terulang lagi.
MODUL 7 : Merancang Model-model Pembelajaran IPS yang kreatif, Inovatif dan
menyenangkaan.
1. Hakikat dan Peranan Model Pembelajaran Konsep dasar IPS
Tujuan pendidikan IPS adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
menguasai disiplin ilmu-ilmu sosial untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi.
Ada tiga aspek yang harus dituju dalam pengembangan pendidikan IPS, yaitu aspek
intelektual, kehidupan sosial, dan kehidupan individual. Dalam rangka mewujudkan tiga
tujuan dari IPS terdapat tiga kajian utama yaitu : (1) Pengembangan kemampuan berfikir
siswa, Pengembangan kemampuan intelektual adalah pengembangan kemampuan siswa
dalam berpikir tentang ilmu-ilmu sosial dan masalah-masalah kemasyarakatan. (2)
Pengembangan Nilai dan Etika Sosial. Nilai sebagai sesuatu yang menjadi kriteria suatu
tindakan, pendapat atau hasil kerja itu bagus/positif atau tidak bagus/negatif. Etika adalah
penyelidikan filsafat tentang bidang moral, ialah bidang yang mengenai kewajiban-
kewajiban manusia serta tentang yang baik dan yang buruk. (3) Pengembangan Tanggung
Jawab dan Partisipasi Sosial, yakni mengembangkan tujuan IPS dalam membentuk warga
negara yang baik, ialah warga negara yang berpartisipasi aktif dalam kehidupan
bermasyarakat. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan dari pendidikan IPS kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan murid harus berkualitas dan menyenangkan.
Dimana pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang memungkinkan guru dapat
mengajar dan siswa dapat menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru secara
sistematik dan saling mempengaruhi dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
tujuan yang diinginkan pada suatu lingkungan belajar. Dalam hal ini pemegang kunci
pokok pembelajaran adalah guru (pengajar), akan tetapi pembelajaran menuntut keaktifan
kedua belah pihak yang sama-sama menjadi subjek pembelajaran.
Dalam rangka meningkatkan keaktifan guru dan siswa, maka pada kegiatan
pembelajaran harus menggunakan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model
pembelajaran yang cocok digunakan dalam pembelajaran IPS SD adalah model
pembelajaran inkuiri (inquiry approach). Pendekatan inkuiri adalah salah satu cara untuk
mengatasi masalah kebosanan siswa dalam belajar di kelas karena proses belajar lebih
terpusat kepada siswa (student-centred instuction) sebab Inquiri adalah salah satu cara
berlajar yang bersifat kritis, analitis, argumental (ilmiah) dengan menggunakan langkah-
langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang menyakinkan, karena didukung oleh data.
Tujuan/kegunaan inquiri ialah mengembangkan sikap keterampilan siswa,
mengembangkan kemampuan berfikir para siswa, kemampuan berfikir tersebut diproses di
dalam situasi yang benar-benar dihayati dalam berbagai ragam alternatif, membina dan
mengembangkan sikap penasaran dan cara berfikir objektif, mandiri, kritis dan analitis.
a. Struktur kelompok inkuiri
Pengajaraan inkuiri dibentuk atas dasar diskoveri, sebab seorang siswa harus
menggunakan kemampuannya berdiskoveri dan kemampuan lainnya. Dalam inkuiri,
seseorang bertindak sebagai seorang ilmuwan, melakukan eksperimen, dan mampu
melakukan proses mental berinkuiri, adalah sebagai berikut : a. Mengajukan pertanyaan-
pertanyaan tentang gejala alami, b, merumuskan masalah-masalah, c. Merumuskan
hipotesis-hipotesis, d. merancang pendekatan investigatif yang meliputi eksperiman, e.
Melaksanakan ekperimen, f. Mensintesiskan pengetahuan, g. Memiliki sikap ilmiah, antara
lain objektif, ingin tahu, keterbukaan, menginginkan dan menghormati model-model
teoritis, serta bertanggung jawab. Inkuiri berorientasi diskoveri menunjuk pada situasi –
situasi akademik dimana kelompok-kelompok kecil siswa yang terdiri antara 4-5 orang
berupaya menemukan jawaban-jawaban atas topik-topik inkuiri. Dalam situasi-situasi
tersebut, para siswa dapat menemukan konsep atau rincian informasi. Asumsi-asumsi yang
mendasari model inkuiri adalah :
a) Kemampuan berfikir kritis dan berfikir deduktif yang diperlukan berkaitan dengan
pengumpulan data yang bertalian dengan kelompok hipotesis.
b) Keuntungan bagi siswa dari pengalaman kelompok dimana mereka berkomunikasi,
berbagi tanggung jawab, dan bersama-sama mencari pengetahuan.
c) Kegiatan-kegiatan belajar disajikan dengan semangat berbagai inkuiri dan diskover
menambah motivasi dan memajukan paertisipasi.
Penggunaan model inkuirindilakukan dengan langkah-langkah, sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi dan merumuskan situasi yang menjadi fokus inkuiri secara jelas.
2. Mengajujan suatu pertanyaan tentang fakta.
3. Memformulasikan hipotesis atau beberapa hipotesis untuk menjawab pertanyaan
pada langkah ke dua.
4. Mengumpulkan informasi yang relefan dengan hipotesis dan menguji setiap
hipotesis dengan data yang terkumpul.
5. Merumuskan jawaban atas pertanyaan sesungguhnya dan menyatakan jawaban
sebagai proposisi tentang fakta. Jawaban itu mungkin merupakan sintesis anatara
hipotesis yang diajukan dan hasil-hasil dari hipotesis yang diuji dengan informasi
yang terkumpul.
Proses inkuiri menuntut guru bertindak sebagai fasilatator, nara sumber dan
penyuluh kelompok. Para siswa didorong untuk mencari pengetahuan sendiri, bukan
dijejali dengan pengetahuan. Strategi instruksional dapat berhasil bila guru
memperhatikan kriteria sebagai berikut :
1. Mendefinisikan secara jelas topik inkuiri yang dianggap bermanfaat bagi siswa.
2. Membentuk kelompok-kelompok dengan memperhatikan keseimbangan aspek
akademik dan aspek sosial.
3. Menjelaskan tugas dan menyediakan balikan kepada kelompok dengan cara
responsif dan tepat waktu.
4. Intervensi untuk meyakinkan terjadinya interaksi antara pribadi secara sehat dan
terdapat dalam kemajuan pelaksanaan tugas.
5. Melakukan evaluasi dengan berbagai cara untuk menilai kemajuan kelompok dan
hasil yang dicapai.
Pelaksanaan strategi inkuiri kelompok di dalam suatu kelas dilaksanakan oleh kelompok-
kelompok dimana dalam kelompok tersebut setiap anggota melakukan peran tertentu,
yakni sebagai berikut :
1. Pemimpin kelompok bertanggung jawab memulai diskusi, menyiapkan kelompok
untuk mengerjakan tugas dan melengkapi tugas-tugas, bertemu dengan guru untuk
mendiskusikan kemajuan dan kebutuhan kelompoknya, mendeskripsikan informasi
dari guru kepaa kelompok, dan menyampaikan informasi kepada kelas atau
kelompok lainnya.
2. Pencatat (recorder) membuat dan memelihara catatan, karya tulis, dan materi
tulisan kelompok, baik yang dibuat pada waktu diskusi maupun membagikannya
kepada anggota kelompok, serta membuat daftar centang dan daftar hadir para
anggota kelompok.
3. Pemantau diskusi (discussion monitor) berupaya memastikan bahwa diskusi
berlangsung lancar dan semua pendapat disampaikan dan dibahas dalam diskusi.
Pemantauan diperlukan agar diskusi berlangsung secara terbuka dan mendapat
dukungan.
4. Pendorong (promter), memelihara mental diskusi para anggota dengan teknik
menggunakan dafatar centang partisipasi terhadap semua anggota kelompok.
Mendorong tiap anggota kelompok agar memberikan kontribusi dan mencoba
menggambarkan penjelasan yang lebih rinci dari para anggota kelompok.
5. Pembuat rangkuman (summarizer), selama berlangsungnya diskusi dan pada waktu
menarik kesimpulan pada setiap pertemuan inkuiri, perangkum merangkum butir-
butir pokok yang muncul dan merangkum tugas-tugas spesifik baik yang lengkap
maupun yang belum lengkap, mengundang pertanyaan-pertanyaan dari kelompok
untuk mengklarifikasikan kedudukan kemajuan dan tujuan-tujuan kelompok.
6. Pengacara (advocate) bertugas melakukan dan memberikan pendapat bandingan
terhadap argumen yang disampaikan dalam diskusi terhadap pendapat yang
diajukan oleh kelompok lainnya.
Daftar centang ini perlu dilaksanakan oleh guru agar menguasai prosedur pelaksanaan
strategi inkuiri dan dapat menilai orang lain, apakah dia telah melaksanakan strategi inkuiri
secara tepat dan cermat.
2. Model-Model Pembelajaran Konsep Dasar IPS
Model pembelajaran adalah satuan cara, yang berisi prosedur, langkah teknis yang
harus dilakukan dalam mendekati sasaran proses dan hasil belajar hingga mencapai
efektifitasnya, menurut kesesuaian dengan setting waktu, tempat dan subjek ajarnya. Atau
pola yang diikuti untuk merancang pembelajaran. Berikut ini model-model pembelajaran
yang cocok digunakan dalam pembelajaran IPS :
a. Model pembelajaran investigasi kelompok
Tujuan dan asumsi pada model pembelajaran ini adalah bahwa siswa-siswi
berpartisipasi dalam perkembangan sistem sosial, dan melalui pengalaman, secara
gradual siswa belajar bagaimana menerapkan metode ilmiah untuk meningkatkan
masyarakat manusia. Pusat perhatian pada model ini adalah penciptaan kelompok
demokratik dengan membatasi pada persoalan-persoalan masalah sosial yang berarti.
Pada model ini kelas dianalogikan sebagai masyarakat yang besar, yang di
dalamnya ada tatanan sosial dan budaya kelas dan siwa-siswa memperdulikan dan
memperhatikan pada cara hidup di tempat ini, dengan standar-standar dan harapan-
harapan yang kuat untuk dicapai. Terdapat tiga konsep dasar dalam model pembelajaran
ini, yaitu : 1) inkuiri distimulasi dengan cara mengkonfrontasikan masalah dan
pengetahuan yang dihasilkan melalui inkuiri. Proses sosial dapat meningkatkan
kepribadian siswa. Inkuiri terjadi terhadap masalah-masalah sosial yang dihadapkan dan
direksi dan dipecahkan oleh siswa. 2) Pengetahuan, perkembangan pengetahuan adalah
tujuan inkuiri yang diambil hikmahnya dari pengalaman masa lalu pada pengalaman
masa kini. 3) Dinamika kelompok belajar. Kelompok belajar yang dibentuk idealnya
10-15 siswa sebagai kelompok yang kompak sehingga mereka merasakan sebagai
angggota kelompok yang solit. Dengan kelompok tersebut siswa dapat intensif
berkomunikasi, membangun, menghargai nilai-nilai sosial bersama, dan menghasilkan
pengetahuan berdasarkan investigasi yang dilakukan bersama.
Langkah-langkah pada model pembelajaran investigasi kelompok adalah sebagai
berikut :
1. Siswa dihadapkan pada situasi yang problematis.
2. Siswa mereaksi/mencari pemecahan pada situasi yang problematis itu
3. Siswa merumuskan masalah dan tujuan studi/investigasi dalam kelompok.
4. Siswa melakukan investigasi secara independent.
5. Siswa menganalisis proses dan kemajuan investigasi.
6. Melakukan aktivitas secara berulang.
Sistem pendukung
Sistem yang dibangun berdasarkan atas proses yang demokratis dan pengambilan
keputusan secara kelompok, dengan struktur hukum eksternal. Problematika yang
dihadirkan hendaknya problem yang sesungguhnya. Perubahan-perubahan secara otentik
adalah esensial. Suasana pembelajaran yang dibangun adalah suasana yang negosiasi yang
rasional.
Prinsip reaksi
Guru berperan membantu secara terarah pada proses-proses dalam kelompok (misalnya
membantu siswa dalam merumuskan rencana, tindakan, dan mengelola kelompok. Mereka
berfungsi sebagai konselor akademik.
Sistem pendukung
Lingkungan harus dapat merespon berbagai permintaan siswa. Siswa dan guru harus dapat
bekerja seirama terhadap apa dan kapan yang mereka butuhkan.
Efek langsung dan tindak langsung pembelajaran
Dampak langsung pembelajaran ini adalah : pandangan pengetahuan secara
konstruksionis, disiplin inkuiri dan pengaturan dan proses kelompok yang efektif. Dampak
tidak langsungnya adalah penghargaan bagi martabat bagi semua dan komitmen pada
pluralisme, kemerdekaan sebagai pebelajar, dan kkomitmen pada inkuiri sosial
b. Model Pembelajaran bermain peran (role playing)
Pada model bermain peran (joice dan weil, 1986) siswa mengekplorasi problem-
problem relasi manusia dalam situasi masalah yang sedang berlangsung kemudian
mendiskusikannya. Secara bersama-sama siswa dapat menggali perasaan, sikap, nilai-nilai
dan strategi pemecahan masalah. Bermain peran adalah sebuah model pembelajaran yang
berakar pada dimensi pendidikan personal maupun sosial. Model ini akan membantu siswa
secara individual menemukan makna personal dalam dunia sosialnya dan memecahkan
dilema sosial dengan bantuan kelompok sosial. Dalam dimensi sosial, sangat
memungkinkan siswa secara individual bekerja secara bersama-sama dalam menganalisis
situasi sosial, khususnya masalah-masalah interpersonal, dan mengembangkan cara-cara
secara demikratis mengatasi situasi yang demikian.
Tujuan dan asumsi
Esensi bermain peran adalah melibatkan partisipan dan pengamat pada situasi
problem nyata dan harapan pemahaman dan pemecahan masalah tersebut dengan
melibatkan siswa. Proses bermain peran diharapkan merupakan contoh perilaku manusia
dalam kehidupannya dengan tujuan untuk : (1) menggali perasaan, (2) memperoleh
inspirasi terhadap sikap, nilai-nilai dan persepsi, (3) mengembangkan sikap dan kecakapan
memecahkan masalah, dan (4) menggali inti pelajaran dengan berbagai cara. Bermain
peran juga dapat memberdayakan pengalamanberdasarkan situasi belajar yang terjadi di
sini dan sekarang menjadi isi pelajaran. Selain itu juga dapat menganalogikan secara
otentik tentang problem kehidupan, dapat mengarahkan gagasan dan emosi siswa menuju
kesadaran yang tinggi melalui kelompok, proses-proses psikologis termasuk sistem
keyakinan diri, nilai dan sikap diri, dapat ditingkatkan dengan cara analisis perilaku
spontan saat bermain peran.
Langkah-langkah
1. Persiapan kelompok, meliputi : identifikasi masalah, mengekplisitkan masalah,
menggali issue utama, dan penjelasan bermain peran.
2. Pemilihan partisipan, meliputi : analisis peran, dan memilih pemain peran.
3. Seting tahapan bermain : seting aturan main, penegasan peran, menemukan
masalah-masalah dari dalam yang mungkin terjadi pada situasi masalah.
4. Menyiapkan pengamat : menentukan apa yang harus dicari dalam pengamatan,
menandai lembar/tugas observasi.
5. Memerankan meliputi : memulai bermain peran, mengendalikan bermain peran,
dan menghentikan bermain peran.
6. Diskusi dan evaluasi meliputi : membahas permainan peran, peristiwanya,
posisinya, dan realisasinya dan diskusi fokus utama pengembangan bermain peran
berikutnya.
7. Memainkan, meliputi : memainkan peran yang sudah diperbaiki, saran-saran untuk
tahap berikutnya.
8. Diskusi dan evaluasi meliputi : membahas permainan peran, peristiwanya,
posisinya, dan realisasinya dan diskusi fokus utama pengembangan bermain peran
berikutnya.
Sistem sosial
Model terstruktur secara netral, guru bertanggung jawab melakukan inisiasi
tahapan dan mengarahkan siswa melalui berbagai aktifitas dalam permainan. Isi diskusi
dan permainan lebih cenderung ditentukan oleh siswa sendiri.
Prinsip reaksi
Menerima seluruh respon siswa walaupun tidak termasuk tindakan-tindakan yang
evaluasi. Membantu siswa menggali berbagai sisi situasi masalah dan membandingkan
dengan pandangan-pandangan alternatif, meningkatkan kesadaran siswa pada pandangan
dan perasaan mereka sendiri melalui refleksi, uaraian kata-kata, dan kesimpulan dari
tanggapan-tanggapannya. Menggunakan konsep peran dan menekankan bahwa ada
perbedaan cara untuk memainkan peran, tekankan bahwa ada berbagai cara untuk
mengatasi masalah.
Sistem pendukung
Bermain peran adalah pengalaman berdasarkan model dan memerlukan dukungan materi
minimal dari luar pencetus masalah
Efek pembelajaran
Analisis terhadap nilai-nilai dan perilaku personal, strategi pemecahan masalah
yang bersifat personal, dan empati.
c. Model pembelajaran inkuiri yurisprudensia (Jurisprudential inquiri) :
Pembelajaran untuk berfikir tentang kebijakan sosial
Tujua dan asumsi
Model ini berdasarkan konsepsi pada masyarakat banyak yang berbeda pandangan, dan
prioritas-prioritas diantara orang-orang yang ada, juga di dalam nilai-nilai sosial yang
kemudian melegitimasi konflik diantara mereka. Dalam memecahkan isu-isu yang
kompleks, kontroversial, dalam konteks untuk menghasilkan tatanan sosial yang
diperlukan warga negara, dimana diantara mereka dapat melakukan berbicara dan
bernegosiasi antara yang satu dengan yang lain dengan sukses.
Ruang lingkup masalah
Masalah-masalah yang dapat dikaji melalui pembelajaran inkuiri yurisprudensial
diantaranya adalah : konflik etnik, dan rasial, konflik idiologis dan agama, keamanan
individual, konflik diantara kelompok-kelompok ekonomi, masalah-masalah kesehatan,
pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat dan keamanan negara.
Langkah-langkah pembelajaran
1. Guru mengenalkan materi dan mereview fakta-fakta.
2. Identifikasi isu, siswa mensintesiskan fakta-fakta dengan isu-isu kebijakan publik,
siswa memilih salah satu isu kebijakan untuk diskusi, siswa mengidentifikasi nilai-
nilai dan konflik nilai, siswa mengakui adanya batasan fakta-fakta dan pertanyaan-
pertanyaan yang mendasari pembelajaran.
3. Mengambil posos, siswa mengartikulasikan posisi. Pernyataan siswa berdasarkan
pada bentuk-bentuk nilai sosial atau akibat dari keputusan.
4. Menggali bentuk-bentuk pendirian pada argumentasi, menegaskan nilai yang
dilanggar secara faktual, mengemukakan akibat-akibat posisi faktual, menjelaskan
konflik nilai dengan analogi dan seperangkat prioritas. Menegaskan satu diantara
nialai yang lain dan mendemonstrasikan kesenjangan pada pelanggaran pada nilai
yang kedua.
5. Menghaluskan dan pengkualifikasian pendirian : siswa menyatakan pendiriannya
dan memberikan alasan-alasan pada pendiriannya, dan mengujinya dengan
sejumlah situasi yang mirip, siswa memenuhi pendirian
6. Menguji asumsi faktual dibalik pendirian yang diambilnya. Identifikasi asumsi-
asumsi faktual, dan menetukan jika ada relefansinya, menetukan perkiraan-
perkiraan akibat dan menguji faliditas faktualnya ( apakah itu akan benar-benar
terjadi ?)
Sistem sosial
Model ini cukup untuk mencapai struktur berfikir tingkat tingg, dengan, guru berperan
menentukan dan mengendalikan diskusi, dalam suasana keterbukaan, dan berlaku
kesetaraan secara intelektual.
Prinsip reaksi
Memelihara semangat iklim intelektualitas dimana seluruh pandangan siswa dihargai,
hindari penilaian pendapat siswa secara langsung. Perhatikan bahwa seluruh isu tergali
sepenuhnya. Periksa substansi berfikir siswa melalui pertanyaan yang relefan, secara
umum dan khusus, definisi secara jelas, dan keberlanjutan.
Peliharalah gaya-gaya dialektik : menggunakan dialok konfrontatif, pertanyaan
siswa, mengguanakan asumsi dan analogo-analogi untuk mengkontradiksikan pernyataan-
pernyataan yang lebih bersifat umum.
Sistem pendukung
Sumber dokumen yang terfokus pada situasi masalah yang diperlukan
Efek pembelajaran
Efek langsung model ini adalah : kerangka analisis isu-isu sosial, kemampuan untuk
mengannggap (menghargai) peran orang lain, dan kemampuan dalam dialog sosial.
Sedangkan efek tidak langsungnya adalah empati/pluralisme, fakta tentang masalah-
masalah sosial dan kemampuan terlibat dan berharap pada tindakan sosial
d. Social Science inquiri : Model untuk studi perilaku manusia pada permukaan
bumi
Orientasi model
Model inkuiri untuk ilmu sosial ini, sebagaimana dikemukakan dalam (Bruce Joice, 1986)
secara sederhana orientasinya adalah pada kepekaan guru dan siswa pada domain masalah-
masalah sosial. Masalah-masalah sosial diangkat dari situasi kehidupan riil, dari refleksi
membaca, dari konflik sosial yang ada dalam kelas itu sendiri, atau dari sejumlah
sumberlain. Kriteria yang sangat penting pada model ini adalah bahwa semua peduli pada
masalah yang diangkat, masalah yang dipelajari benar-benar merupakan masalah yang
sesungguhnya.
Hipotesis
Tahap kedua dari inkuiri adalah menyusun hipotesis yang mengekspresikan secara jelas
berbagai kemungkinan sebab akibat berbagai penjelasan terhadap solusi fenomena,
kebijakan, dan penjelasan yang diajukan. Hipotesis akan memandu inkuiri, dimana siswa
akan berusaha memverivikasi elemen-elemen dari masalah, mengkaji apakah solusi terkait
dengan masalah yang diajukan, dan apakah solusi itu dapat benar-benar dapat
memecahkan masalah.
Pendefinisian
Tahap ini merupakan hipotesis yang dijelaskan dan didefinisikan, sehingga semua siswa
dalam kelompok dapat berkomunikasi membicarakan situasi masalah, dan bahasa yang
mereka gunakan dalam kaitannya dengan situasi masalah menjadi jelas dan diletakkan
berdasarkan pengalaman yang dapat diverivikasi.
Eksplorasi
Pada fase ini hipotesis diperluas dalam bentuk publikasinya, asumsinya, dan deduksi yang
dapat dibuat darinya. Dalam hal ini ada pembatasan, pengujian fasilitas logis, dan
konsistensi internal.
Pembuktian
Dalam hal ini fakta dan bukti-bukti yang dikumpulkan diperluakan untuk mendukung
hipotesis pada tema kondisi-kondisi yang dihipotesiskan dan didefinisikan.
Generalisasi
Tahap terakhir dalam inkuiri adalah membuat generalisasi yang merupakan ekspresi
pemecahan masalah. Lebih dari itu, misalnya, masalah kejujuran yang perlu didekati dan
didefinisikan secara hati-hati, berkaitan dengan benar bukti-bukti, dan dipisahkan dengan
masalah yang cukup kompleks, maka tidak akan ditemukan solusi umum yang paling
mungkin. Jika dua atau tiga hipotesis yang mirip dapat dipertahankan pada kesimpulan
dari investigasi, hipotesis-hipotesis itu dapat dipertahankan bersama dengan alternatif
keuntungan dan kerugian yang diidentifikasi dengan secermat mungkin.
Model pembelajaran
Langkah-langkah :
Sebagaimana diuraikan diatas, langkah-langkah pembelajaran pada sosial science inquiri
adalah : orientasi kepekaan terhadap masalah dilematis dan pengembangan gagasan umum
tentang masalah yang diangkat sebagai pijakan inkuiri hipotesis pengembangan hipotesis
yang dapat memandu inkuiri dan pengujian pendefinisian penjelasan dan pendefinisian
istilah-istilah pada hipotesis, eksplorasi pengujian hipotesis dalam bentuk faliditas logis
dan konsistensi internal berdasarkan pada pengujian, pembuktian pengumpulan dan
rekonsiliasi fakta-fakta dengan tema-tema pada hipotesis untuk diuji, dan generalisasi
ekspresi pemecahan atau pernyataan tentang masalah.
Sistem Sosial
Sistem sosial hendaknya terstrutur secara moderat. Guru memprakarsai inkuiri dan
membiarkan jalannya inkuiri bergerak dari tahap ke tahap, siswa tergantung pada
kemampuan inkuirinya hendak mengambil tanggung jawab utama pada inkuiri itu sendiri
dan melakukan inkuiri dalam berbagai tahap jika mereka dapat melakukannya. Tatanan
inkuiri hendaknya mengundang siswa untuk mendiskusikan secara bebas dan terbuka
diantara siswa dalam kedudukan yang setara.
Sistem Pendukung
Sistem yang diperlukan pada model ini adalah : guru hendaknya yakin bahwa dalam
perkembangan yang bebas, pendekatan problem solving pada kehidupan, sumber-sumber
kepustakaan yang terbuka, dan akses pada pandangan ahli dan sumber lain dari luar
sekolah itu sendiri, Lingkungan yang sangat kaya informasi diperlukan untuk dapat
melakukan inkuiri secara jujur.
Efek langsung dan efek penyerta
Efek langsung adalah pada isu sosial, komitmen pada perkembangan kewarganegaraan,
sedangkan efek penyertanya adalah penghargaan pada martabat, aksi sosial, dan toleransi
pada dialog.
3. Model Desain Perangkat Pembelajaran Partisipasi Sosial
a. Pengembangan Keterampilan Partisipasi Sosial
Pada hakikatnya setiap anak menyukai benda mainan atau benda model suatu
bangunan. Misalnya banyak banyak anak ketika bermain di pantai, membuat rumah-
rumahan atau istana; mereka membuat model pesawat, perahu, mobil dan benda idola
lainnya. Aktivitas yang melibatkan aspek sensor motorik seperti ini sangat mendukung
dalam mengembangkan kreativitas anak-anak. Aktivitas ini memberi kesempatan yang
luas untuk berkreasi, berpikir, berbuat sesuai dengan keinginannyadan berkerja
menggunakan alat yang ada. Model aktivitas seperti ini akan lebih berhasil guna apabila
dilakukan dalam proses pembelajaran secara terprogram dan terencana khususnya didalam
kelas IPS.
Ada sejumlah kriteria yang dapat menjadi masukan dan pertimbangan guru IPS
dalam memilih aktivitas untuk pembelajaran di kelas, antara lain kegiatan itu hendaknya ;
Berdasarkan kriteria ini, guru dan siswa dapat merundingkan kegiatan apa yang
akan dilakukan di dalam kelas IPS tersebut.
Untuk memperoleh hasil dari aktivitas yang memiliki kriteria di atas ada sejumlah
langkah yang hendaknya dilakukan bersama-sama antara guru dan siswa seperti
Dengan adanya aturan yang disepakati bersama, maka setiap siswa akan merasa
terlibat dalam penyelenggaraan kegiatan, bertanggung jawab dan menjaga serta
menghormati aturan tesebut. Hal ini penting agar kegiatan dapat dilakukan secara tertib
dan tujuan dapat tercapai sesuai target yang telah ditetapkan.
Menurut ahli social studies, jarolimek dan paker (1993), kegiatan musik
memberikan kontribusi yang cukup penting bagi pembelajaran IPS. Melalui bahasa musik
yang bersifat universal, siswa dapat memperluas komunikasi dengan orang – orang yang
berlain ras dan budaya dari bangsa lain, baik pada masa lampau maupun masa kini.
Bermacam jenis nyanyian dan msik ada hubungannya dengan sejarah perjuangandan
budaya bangsa kita. Seperti apa jenis musik dan nyanyian berkaitan dengan kondisi
masyarakat yang ada pada masa itu. Misalnya, lagu “ Halo – halo Bandung “ terkesan
mengandung semangat yang membara karena diciptakan untuk melukiskan dan
membangkitkan semangat masyarakat bandung pada masa itu. Ekspresi musik merupakan
pengalaman emosional dari rasa seseorang sehingga musik dapat memberikan inspirasi
bagi semangat patriotisme, cinta tanah air, loyalitas, dan kesetiaan kepada bangsa dan
negara. Oleh karena itu, pemerintah kita seringkali menggunakan musik dan nyanyian
dalam membangun semangat solidaritas sebagai bangsa.
Pemanfaatan musik dan nyanyian dalam proses pembelajaran di kelas selama ini,
pada umumnya dilakukan melalui mata pelajaran seni suara dan atau musik. Masih sangat
langka mata pelajaran lain memanfaatkan nyanyian dan musik sebagai media dalam
pembelajarannya. Padahal, nyanyian dan musik merupakan media yang sangat ampuh
untuk melatih kepekaan siswa terhadap masalah-masalah sosial yang ada di sekelilingnya.
Jarolimek dan parker (1993), mengemukakan bahan pembelajaran IPS yang cukup efektif
dalam mengungkapkan dan atau melatih perasaan siswa meliputi: nyanyian, ekspresi yang
beriman (membaca puisi, sajak), dan mendengar musik atau mengapresiasi.
Hal-hal yang harus dilakukan oleh guru IPS dalam pembelajaran antara lain adalah
: Pertama, dalam memanfaatkan lagu atau nyanyian dalam pembelajaran, guru IPS sudah
selayaknya berusaha mencari jenis nyanyian yang dapat melatih kepekaan siswa terhadap
apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan ketika merebut dan mempertahankan
kemerdekaan Negara RI. Nampaknya, tidaklah cukup mengajarkan sejarah perjuangan itu
hanya dengan ceramah. Lagu-lagu perjuangan perlu dinyayikan sehingga guru perlu
memiliki lagu yang relevan dengan materi atau peristiwa sejarah tersebut. Tentu saja guru
IPS perlu pula menghayati setiap lagu-lagu perjuangan, misalnya lagu “sepasang mata
bola”, “Lagu syukur”,”lagu maju tak gentar”, dan lain-lain. Kapan dan dalam suasana apa
lagu-lagu tersebut di senandungkan?
Dengan perantaraan media cat dan kanvas, para siswa mungkin dapat membuat
simbol dari pengalamannya, mengungkapkan buah pikiran, atau mengkomunikasikan
perasaan yang tidak dapat disampaikan melalui bahasa lisan. Bagi anak yang berada di
tingkat pendidikan dasar, gambar atau lukisan dapat mengungkapkan cerita secara lengkap
sesuai dengan pengetahuan yang ada pada anak tersebut.
Ada dua bentuk ungkapan perasaan yang digunakan dalam IPS, yakni bersifat
pribadi dan fungsional. Ungkapan yang bersifat pribadi adalah bentuk ungkapan yang
berupa ide dan memberikan kepuasan pribadi. Karya seni ini tidak dinilai dalam bentuk
hasil melainkan bentuk kepuasan dari pengalaman yang diperoleh oleh siswa. Sedangkan
yang kedua, ungkapan yang bersifat fungsional merupakan bentuk pengungkapan perasaan
yang menekankan pula pada aspek hasil sebagai akibat dari proses aktivitas.
Belajar IPS tidak cukup hanya dalam bentuk hafalan atau hanya melatih daya ingat
sehingga ada kesan siswa disamakan dengan robot yang harus menuruti keinginan dan
perintah guru. Belajar IPS hendaknya dapat memberdayakan siswa sehingga segala potensi
dan kemampuannya, baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan dapat berkembang .
semua kemampuannya ini dapat diwujudkan dalam proses pembelajaran melalui aktivitas
pelatihan partisipasi dalam kehidupan kemasyarakatan. Jarolimek dan parker (1993)
mengemukakan bahwa ujian yang sesungguhnya dalam belajar IPS terjadi ketika siswa
berada di luar sekolah, yakni hidup di masyarakat. Apabila sekolah memberikan wawasan
baru kepada siswa, meningkatkan keterampilan atau kesadaran dan kepekaan yang tinggi
tentang masalah-maslah kemasyarakatan, amaka sejak dalam proses pembelajaran di
sekolah, para siswa perlu diperkenalkan bagaimana berperilaku di luar sekolah, baik
sebagai anak-anak maupun sebgai orang dewasa. Dengan kata lain, tujuan IPS hendaknya
di uji dengan cara peserta didik menerapkan konsep yang perlu diperoleh di kelas untuk
dipraktikan dalam realitas kehidupan masyarakat.
Agar dapat aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, para siswa tidak harus serba tahu
semua isu-isu atau persoalan kemasyarakatan. Namun, apa yang perlu dilakukan oleh
siswa, paling tidak adalah dapat atau sebaliknya terlibat dalam setiap kegiatan untuk
menjembatani kesenjangan antara apa yang dipelajari disekolah dengan dunia nyata tempat
para siswa itu berada. Mereka hendaknya dapat mempraktikan keterampilan dan
menerapkan pengetahuannya serta mempersiapkan mereka agar menjadi orang yang cerdas
dan bertindak secara bertanggung jawab dalam urusan kemasyarakatan dimana mereka
berada dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.
Warga negara atau warga masyarakat bukan hanya terdiri atas orang-orang dewasa
semata. Para remaja dan pemuda merupakan bagian yang cukup penting. Sebagai anggota
masyarakat atau warga negara. Mereka adalah harapan masa depan bahkan yang akan
menggantikan orang dewasa. Akan seperti apa nasib bangsa di masa depan banyak
ditentukan oleh kondisi, kemampuan, aktivitas, dan partisipasi meraka saat ini. Oleh
karena itu sejak saat ini mereka perlu diikut sertakan dalam kegiatan kemasyarakatan
sesuai dengan fungsinya.
Kosasih Djahiri (1979) dalam sapriya mengemukakan bahwa bahwa anak muda perlu
turut serta dalam realita kehidupan bukan hanya sebagai penonton melainkan langsung
sebagai pelaku. Namun sebelum dan selama dalam proses partisipasi itu para remaja perlu
dibina dan dibimbing sehingga tidak akan terjadi suatu Gab (kesenjangan) yang lebar
anatara generasi baru dan lama. Lebih lanjut Kosasih Djahiri (1979) mengemukakan
beberapa keuntungan dalam hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kegiatan
partispasi sosial sebagai berikut :
1. Bahwa kegiatan kemasyarakatan yang melibatkan siswa memiliki kegunaan timbal
balik bagi bagi siswa maupun bagi masyarakat setempat.
2. Bahwa kegiatan tersebut akan mendapat bantuan atau dukungan pihak lain
sepanjang kegiatan itu bersifat positif.
3. Bahwa kegiatan tersebut akan merangsang membantu dan mengembangkan intilek
tual etika dan moral siswa.
4. Bahwa kegiatan partisipasi sosial akan membentuk siswa memiliki kematangan dan
kemampuan untuk bekerja dalam masyarakat
5. Agar kegiatan itu berhasilguna maka program pembelajaran disusun secara
sistematis dan terorganisir sehingga sesuai dengan tingkat pengetahuan dan
perkembangan siswa.
4. Implementasi Perangkat Pembelajaran Partisipasi Sosial dalam Meningkatkan
Pemahaman Lebih Dalam Terhadap Konsep Dasar IPS.
Implementasi penggunaan perangkat pembelajaran partisipasi sosial adalah sebuah
strategi yang langsung terpusat pada peserta didik yang mana nantinya siswa tersebut akan
dibawa dalam persoalan maupun berpartisipasi mencari jawaban atas masalah-masalah
sosial yang terjadi dalam lingkungan masayarakat. Sehingga pengimplementasian
perangkat pembelajaran partisispasi sosial bisa melatih para siswa untuk belajar
berpartsipasi dalam memecahkan masalah sosial. Adapun dalam implemebtasi perangkat
pembelajaran partisipasi sosial ini terdapat beberapa langkah atau tahapan pembelajaran.
Adapun tahapan-tahapan tersebut seperti berikut ini :
a. Penetapan tujuan instruksional, sebagai langkah pertama adalah mengidentifikasi
tujuan instruksional, penetapan tujuan instruksional dilakukan oleh guru berdasarkan
SK/KD dan memadukannya dengan keadaan riil dan kondisi siswa serta
lingkungannya.
b. Pembelajaran konsep, setelah merumuskan tujuan maka kegiatan selanjutnya guru
melakukan pembelajaran atau menyampaikan isi pembelajaran yang meliputi konsep
atau pengetahuan, sikap dan nilai.
c. Penetuan topik/masalah untuk proyek partisipasi, Pada tahap penentuan topik atau
masalah ini, perumusan masalah dapat dilakukan oleh guru atau bersama-sama antara
guru dengan siswa ataupun oleh siswa secara kelompok menurut minatnya masing-
masing. Dianjurkan apabila masalah itu dirumuskan oleh siswa sebaiknya dilakukan
secara kelompok.
d. Pembuatan skenario pilihan partisipasi, Penyususnan skenario dilakukan oleh guru
atau oleh siswa dengan bantuan guru. Pembahasan tentang bagaimana skenario itu
dilakukan langkah demi langkah dibicarakan secara bersama-sama.
e. Diskusi kelas, diskudi kelas dilakukan untuk membahas rancangan proyek setiap
kelompok. Pada saat ini setiap siswa mempunyai kebebasan untuk menyampaikan
pendapat dan argumen ketika menanggapi setiap proyek termasuk skenario untuk
penyempurnaan. Peran guru pada tahap ini adalah mengarahkaan dan memberi
penjelasan terhadap pertanyaan siswa.
f. Latihan dan persiapan proyek partisipasi, Pada saat latihan atau tahap persiapan
untuk partisipasi, setiap pimpinan kelompok dan anggota kelompok masing-masing
melatih peranannya serta melakukan persiapan seperlunya. Peran guru pada tahap ini
adalah melakukan pengarahan bantuan dan bimbingan pada proses simulasi.
g. Pelaksanaan proyek partisipasi, Pada saat kegiatan atau pelaksanaan proyek
partisipasi, siswa melkukan kegiatannya sedangkan guru tetap melakukan pembinaan,
memberi bantuan, dan mendorong para siswa.
h. Membuat laporan kerja, Setelah selesai melakukan kegiatan, partisipasi setiap siswa
secara individual atau secara kelompok membuat laporan pengalamannya secara
tertulis. Untuk mempermudah siswa membuat laporan, maka guru membantu
membuat kerangka umum (sitematika) laporan.
i. Diskusi kelas, Setelah para siswa membuat laporan, maka selanjutnya laporan itu di
bawa ke kelas untuk didiskusikan. Setiap siswa atau melalui ketua kelompoknya
melaporkan pengalamannya dan siswa lain memanfaatkan, menanggapi dan
mengomentari isi laporan tersebut. Peran guru adalah melakukan pembinaan dan
membantu memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bila terjadi kemacetan
pembicaraan.
j. Penyimpulan proyek, pada tahap akhir kegiatan guru dan atau bersama siswa
membuat kesimpulan serta rekomendasi yang akan menjadi masukan bagi sekolah,
masyarakat atau pihak pemerintah (pengambil kebijakan)
Dari semua pemikiran diatas, tampak bahwa belajar dalam IPS tidak cukup hanya dengan
cara menekuni buku dan tinggal di dalam kelas. Belajar IPS memerlukan tindakan nyata
(real action) baik ketika menerpkan teori ataupun dalam rangka melakukan percobaan di
masyarakat. Partisipasi di masyarakat secara langsung akan menghasilkan pengalaman
yang sangat berguna, khususnya bagi calonguru yang perlu menelaah dan mendalami
tentang karakteristik kehidupan masyarakat tempat mereka bekerja.
Dari model pembelajaran diatas, dapat disimpulkan bahwa seseorang siswa yang turut
serta berpatisipasi sebagai warga negara dituntut menggunakan segala kemampuannya :
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dipelajari di sekolah, di kelas IPS, di
masyarakat, di keluarga sebagai dasar untuk berpartisipasi. Mengaitkan kelas dengan
masyarakat memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk mempelajari kemampuan
dasar dalam berpartisipasi. Welton dan Mallan (1988) dalam sapriya ...menyarankan
bahwa untuk belajar berpartisipasi di dalam masyarakat, maka para siswa dalam kelas IPS
perlu dibelajarkan sejumlah keterampilan sebagai berikut :
1. Bekerja dalam kelompok secara efektif, meliputi belajar mengorganisir,
merencanakan, mengambil keputusan, dan mengambil tindakan.
2. Membentuk koalisi kepentingan dengan kelompok lain.
3. Melakukan ajakan, berkompromi dan melakukan bargaining
4. Bersikap sabar dan tekun dalam bekerja untuk mencapai tujuan.
5. Berusaha memperbanyak pengalaman dalam situasi budaya yang berbeda-beda.
Menurut Kosasih Djahari (1979) bentuk kegiatan kemasyarakat anatara lain
sebagai berikut : (1) kegiatan sosial politik, (2) proyek kemasyarakatan, (3) proyek sosial,
(4) studi kemasyarakatan, (5) permagangan, dan (6) program model. Bentuk kegiatan
manakah yang akan diterapkan oleh guru, tentu saja harus sejalan dengan kondisi siswa
dan masyarakat setempat. Guru dapat memilih dan menyesuaikan kegiatan tersebut sesuai
dengan karakteristik siswa.
Partisipasi siswa dalam kegiatan politik bukan berarti bahwa para siswa harus
diterjunkan dalam kegiatan partai politik atau kegiatan pemerintah dan kenegaraan.
Partisipasi siswa ini berarti siswa diterjunkan dalam kancah kehidupan nyata dimasyarakat
baik di bidang sosial budaya, ekonomi dan politik untuk turut memengaruhi dan
bertanggung jawab. Mereka dapat berpartisipasi dalam membantu pemerintah
berkampanye mensukseskan pembangunan, keluarga berencana, membantu masyarakat
korban banjir, bencana alam, polisi sekolah, dan sebagainya.
Kegiatan siswa dalam proyek kemasyarakatan adalah partisipasi siswa secara suka
rela dalam proyek yang sedang digarap oleh masyarakat. Kegiatan dalam rangka
pembelajaran ini hendaknya dirancang dahulu oleh guru bersama masyarakat. Maka anatar
sekolah dan masyarakat perlu dijalin hubungan yang erat. Bentuk kegiatannya dapat
bersifat insidental seperti pertolongan korban bencana alam, kecelakaan dan kerja bakti.
Kegiatan siswa dalam proyek kemasyarakatan adalah partisipasi siswa secara
sukarela dalam proyek yang sedang digarap oleh masyarakat. Kegiatan dalam rangka
pembelajaran ini hendaknya dirancang terlebih dahulu bersama masyarakat. Maka antara
masyarakat dengan sekolah harus terjalin hubungan yang erat. Bentuk kegiatannya dapat
berupa yang insidental seperti pertolongan korban banjir, kebakaran, gempa bumi,
kecelakaan lalulintas, kerja bakti dan sebagainya.
Partisipasi siswa dalam proyek sosial (relawan) ebih diarahkan pada partisipasi
siswa dalam usaha pelayanan sosial, seperti PMI, panti asuhan, yatim piatu dan lain
sebagaainya. Tujuan partisipasi dalam bidang ini disamping penerapan ilmu/ teori, juga
memberi kesempatan kepada siswa untuk langsung mengalami praktik hidup saling
menolong atau membantu serta menghayati dan merasakan apa yang sedang diderita oleh
orang lain. (tenggang rasa). Sehingga para siswa secara otomatis akan memiliki empati.
Peran guru dalam kegiatan ini adalah bekerja sama dengan sekolah dan masyarakat dalam
mempersiapkan lokasi serta waktu dan tempat bagi siswa melaksanakan proyek.
Partisipasi siswa dalam studi kemasyarakatan adalah kegiatan siswa dalam
mempraktekkan keterampilan sosial yang telah dipelajari di dalam kelas IPS. Melalui
kegiatan ini para siswa diajak untuk mengenal masalah-masalah sosial dan mencoba
memecahkannya melalui pola pikir ilmiah.
Kegiatan magang sebagai proses pembelajaran dengan partisipasi sosial hendaknya
dilakukan oleh siswa yang berada pada jenjang yang lebih tinggi, misalnya SD kela 6 atau
SLTP kelas 3 atau siswa SMU. Hal ini perlu diperhatikan karena magang memerlukan
kesiapan siswa, baik dalam pengetahuan maupun keterampilan. Misalnya pada saat
liburan, siswa ikut bekerja bersama petani ikan dalam memelihara ikannya. Mereka ikut
membantu pekerjaan tersebut dengan aktif hingga pada akhir kegiatan, siswa menjadi
terampil memelihara ikan. Untuk melaksanakan proses ini, tetu saja peran guru lebih
banyak pada tahap persiapan, khususnya melakukan kerja sama dengan petani ikan dalam
menentukan lokasi maupun waktu serta berbagai prosedur lain yang bersifat teknis.
Partisispasi siswa melalui program model berarti siswa dihadapkan pada model-
model yang telah ada untuk ditelaah atau melakukan studi lebih lanjut. Dalam hal ini
model diartikan suatu yang dapat memberikan gambaran atau visualisasi dari sesuatu.
Model dapat berupa benda, skema, gambar, bentuk lain yang mewakili benda yang
sebenarnya. (Dikutip dari Sapriya, 2009: 176-190),
MODUL 8 : Merancang dan menerapkan keterampilan dasar IPS.
1. Keterampilan Dasar IPS melalui Perangkat Partisipasi Sosial
Pengembangan partisipasi sosial siswa melalui program model berarti siswa
dihadapkan pada model-model yang telah ada untuk ditelaah atau melakukan studi lebih
lanjut. Dalam hal ini model diartikan suatu yang dapat memberikan gambaran atau
visualisasi dari sesuatu. Model dapat berupa benda, skema, gambar, bentuk lain yang
mewakili benda yang sebenarnya. Misalnya dalam kegiatan pembelajaran ini siswa
dibawa atau ditempatkan ke dalam lingkungan desa binaan atau percontohan.
Selanjutnya siswa diminta untuk membuat desain tentang model desa yang telah
dikunjunginya secara berkelompok. Bentuk tugasnya dapat ditentukan oleh guru,
apakah dalam bentuk gambar atau karangan.
Semua kegiatan tersebut adalah kegiatan partisipasi siswa dalam masyarakat yang
sesungguhnya. Kegiatan tersebut tentu saja dapat diterapkan atau dicobakan oleh guru
setelah disesuaikan dengan waktu dan kondisi serta kurikulum sekolah.
Pelaksanaannnya tentu tidak perlu setiap minggu atau setiap pertemuan, tetapi menutut
kepentingan siswa dengan tujuan memberi pengalaman langsung kepada siswa dan
membelajarkan siswa hidup bermasyarakat.
Sebagai persiapan ke arah partisipasi sosial yang sesungguhnya bila kondisi tidak
memungkinkan maka kegiatan partisipasi sosial dapat dilakukan melalui simulasi dan
permainan. Permainan dalah hal ini adalah suatu proses pemmbelajaran dimana siswa
belajar mengenal aturan, berkompetisi dan sekaligus menjadi pemain yang mungkin
suatu saat akan menjadi pihak yang menang atau pihak yang kalah. Mereka harus
memahami dan menyadari bahwa dalam suatu permainan ada yang menang dan ada
yang kalah. Sedangkan simulasi memberikan gambaran tentang realitas, namun dapat
menghindari unsur-unsur yang berbahasa bagi peserta. Misalnya orang yaang
melakukan simulasi dalam menerbangkan pesawat (sebagai pilot) latihan menyetir
mobil, kesalahan tidak akan mengakibatkan pesawat jatuh atau mobil kecelakaan.
Demikian pula simulasi dalam pembelajaran, kesalahan dalam mengambil keputusamn
tidak akan mengakibatkan mala petaka bagi siswa.
Keuntungan simulasi dan permainan dalam pembelajaran pernah dikemukakan oleh
Jarolimek dan Parker (Dikutip dari Sapriya, 2009: 191), sebagai berikut :
a) Simulasi dan permainan memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar. Mereka
lebih senang berpartisipasi dalam kegiatan tanpa harus diperiksa oleh guru.
b) Simulasi dan permainan telah digunakan dan berhasil dalam pembelajaran di luar
kelas. Keberhasilan ini pernah dicapai dalam kegiatan militer, bisnis dan industri.
Demikian pula dalam kedokteran, ilmu politik, dan manajemen. Karena telah
berhasil di luar kelas maka simulasi dan permainan memungkinkan berhasil dalam
proses pembelajaran di sekolah.
c) Simulasi dan permainan sangat efektif bila diterapkan untuk mengungkapkan sikap
dan perasaan siswa atau hal-hal yang tersembunyi yang ada dalam diri seseorang.
Masalah nilai dan moral yang dapat tercermin dalam sikap seseorang merupakan
bidang yang sulit diungkap, berbeda dengan kawasan kognitif. Namun dengan
simulasi dan permainan, masalah nilai (afektif) dan moral dapat terungkap secara
efektif.
2. Mengujicobakan Perangkat Pembelajaran Partisipasi Sosial
Pembelajaran Konsep
Diskusi Kelas
Didkusi Kelas
Penyimpulan Proyek
Adapun penjelasan dari langkah-langkah pembelajaran pengembangan Partisipasi sosial
adalah sebagai berikut :
1) Penetapan tujuan instruksional, sebagai langkah pertama adalah
mengidentifikasi tujuan instruksional, penetapan tujuan instruksional dilakukan
oleh guru berdasarkan SK/KD dan memadukannya dengan keadaan riil dan kondisi
siswa serta lingkungannya.
2) Pembelajaran konsep, setelah merumuskan tujuan maka kegiatan selanjutnya
guru melakukan pembelajaran atau menyampaikan isi pembelajaran yang meliputi
konsep atau pengetahuan, sikap dan nilai.
3) Penetuan topik/masalah untuk proyek partisipasi, Pada tahap penentuan topik
atau masalah ini, perumusan masalah dapat dilakukan oleh guru atau bersama-sama
antara guru dengan siswa ataupun oleh siswa secara kelompok menurut minatnya
masing-masing. Dianjurkan apabila masalah itu dirumuskan oleh siswa sebaiknya
dilakukan secara kelompok.
4) Pembuatan skenario pilihan partisipasi, Penyususnan skenario dilakukan oleh
guru atau oleh siswa dengan bantuan guru. Pembahasan tentang bagaimana
skenario itu dilakukan langkah demi langkah dibicarakan secara bersama-sama.
5) Diskusi kelas, diskudi kelas dilakukan untuk membahas rancangan proyek setiap
kelompok. Pada saat ini setiap siswa mempunyai kebebasan untuk menyampaikan
pendapat dan argumen ketika menanggapi setiap proyek termasuk skenario untuk
penyempurnaan. Peran guru pada tahap ini adalah mengarahkaan dan memberi
penjelasan terhadap pertanyaan siswa.
6) Latihan dan persiapan proyek partisipasi, Pada saat latihan atau tahap persiapan
untuk partisipasi, setiap pimpinan kelompok dan anggota kelompok masing-masing
melatih peranannya serta melakukan persiapan seperlunya. Peran guru pada tahap
ini adalah melakukan pengarahan bantuan dan bimbingan pada proses simulasi.
7) Pelaksanaan proyek partisipasi, Pada saat kegiatan atau pelaksanaan proyek
partisipasi, siswa melkukan kegiatannya sedangkan guru tetap melakukan
pembinaan, memberi bantuan, dan mendorong para siswa.
8) Membuat laporan kerja, Setelah selesai melakukan kegiatan, partisipasi setiap
siswa secara individual atau secara kelompok membuat laporan pengalamannya
secara tertulis. Untuk mempermudah siswa membuat laporan, maka guru
membantu membuat kerangka umum (sitematika) laporan.
9) Diskusi kelas, Setelah para siswa membuat laporan, maka selanjutnya laporan itu
di bawa ke kelas untuk didiskusikan. Setiap siswa atau melalui ketua kelompoknya
melaporkan pengalamannya dan siswa lain memanfaatkan, menanggapi dan
mengomentari isi laporan tersebut. Peran guru adalah melakukan pembinaan dan
membantu memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bila terjadi kemacetan
pembicaraan.
10) Penyimpulan proyek, pada tahap akhir kegiatan guru dan atau bersama siswa
membuat kesimpulan serta rekomendasi yang akan menjadi masukan bagi sekolah,
masyarakat atau pihak pemerintah (pengambil kebijakan)
PENILAIAN
Pengetahuan,
Nontes keterampilan, sikap
Tes
dan nilai,
kepekaan,
partisispasi
Skala sikap
Daftar periksa
Kuesioner
Catatan anekdot Tes tertulis/uraian Tes tertulis/objektif
Portofolio Tes Pilihan ganda
Catatan sekolah tertutup/terbatas/ Benar salah
terstruktur Menjodohkan
Bebas terbuka
Isian singkat
Isian panjang
Isian khusus
Gambar. Model Evaluasi Pembelajaran Pengembangan Partisipasi sosial
Dalam kelas pembelajaran pengembangan partisipasi sosial, siswa sibuk, aktif dan
terlibat. Guru hendaknya sadar akan aksi dan reaksi siswa, dan selalu membuat catatan
yang kemudian akan dianalisis. Hasil analisis ini juga dapat dipakai sebagai bahan
pertimbangan dalam menilai proses pembelajaran pengembangan partisispasi sosial. Oleh
karena itu, dalam pembelajaran pengembangan partisipasi sosial perlu dirancang instrumen
yang sesuai untuk mengevaluasi proses dan hasil dari pembelajaran tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Wahab, dkk (2011) Konsep Dasar IPS. Jakarta : Universitas Terbuka
Asep Herry Hernawan, dkk. (2011) Pembelajaran Terpadu di SD. Jakarta : Universitas
Terbuka
Ellis, A.K. (1998). Teaching and learning elementary social studies .Boston : Allyn &
Bacon A Viacom Company.
Elly M. Setiadi, dkk (2011). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Kencana Prenada Media
Group
Etin Solihatin & Raharjo (2008) Cooperatif Learning Analisis Model Pembelajaran IPS.
Jakarta : Bumi Aksara
H.Hartomo & Arnicun Aziz. (2004). Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Bumi Aksara
Nursid Sumaatmadja, dkk (2005). Konsep Dasar IPS. Jakarta : Universitas Terbuka
Nursid Sumaatmadja. (2010). Manusia dalam Konteks Sosial, Budaya dan Lingkungan
Hidup. Bandung : Alfabeta
Sa’dun Akbar & Hadi Sriwiyana. (2011) Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial. Yogyakarta : Cipta Media
Soerjono Soekamto. (2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada