Oleh:
KELOMPOK 2
Nama : 1. Rini Amelia (20175022)
2. Prima Nora Ananda (20175012)
3. Nurul Azmi (20175009)
4. Silmi Hidayatullah (20175018)
Program Studi : Pendidikan Fisika
Dosen Pembimbing : 1. Prof. Dr. Hj. Festiyed, M.S.
2. Dr. Fatni Mufit, S.Pd., M.Si.
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
“Pendekatan Asesmen dan Asesmen Literasi”. Shalawat beserta salam untuk
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari kejahiliyahan
kepada peradaban yang berilmu pengetahuan dan berakhlak mulia.
Dalam penulisan makalah ini penulis berharap dapat memberikan manfaat
yang bersifat membangun untuk kita semua terutama dalam matakuliah
Pengembangan Asesmen Pembelajaran Fisika. Untuk itu pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu. Prof. Dr. Festiyed, M.S. dan Ibu
Dr. Fatni Mufit, S. Pd, M.Si. selaku dosen Pengembangan Asesmen Pembelajaran
Fisika.
Semoga bantuan, dorongan, pemikiran, nasehat dan ilmu yang diberikan
kepada penulis menjadi amal ibadah dan mendapat imbalan pahala dari Allah
SWT. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca dalam
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................3
D. Manfaat Penulisan..........................................................................................3
E. Landasan Agama............................................................................................4
F. Landasan Yuridis............................................................................................6
BAB II LANDASAN TEORITIS........................................................................11
A. Pendekatan Assessment.................................................................................11
1. Assessment of Learning....................................................................................11
3. Assessment as Learning....................................................................................15
B. Assessment Literacy......................................................................................17
1. Pengertian Assessment Literacy........................................................................17
ii
BAB IV PERTANYAAN DAN JAWABAN......................................................39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................50
iii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan yaitu dengan menyempurnakan
kurikulum yang sudah ada. Upaya itu berhasil jika ada perubahan pola kegiatan
pembelajaran, dari yang berpusat pada guru kepada yang berpusat pada siswa, serta
orientasi penilaian dari yang berorientasi diskriminasi siswa kepada yang berorientasi
diferensiasi siswa. Keseluruhan perubahan itu akan menentukan hasil pendidikan.
Asesmen merupakan komponen penting dari proses pembelajaran dan telah
ditetapkan standar nasional tentang tuntutan bahwa guru harus memiliki kemampuan
dalam mengevaluasi siswa. Meskipun seorang guru telah memiliki pengetahuan dan
keterampilan mengajar, pengetahuan tentang evaluasi merupakan syarat dalam
mengindikasi pembelajaran yang efektif. Kemampuan guru dalam menilai belajar
siswa akan memiliki dampak besar pada seberapa baik siswa berhasil. Penilaian kelas
dilakukan secara teratur, bila dilakukan menggunakan praktek-praktek yang sehat,
memiliki hasil positif pada prestasi siswa. Guru yang mampu melakukan penilaian
(assessment literates) adalah guru yang memahami prinsip dasar penilaian.
Pemahaman akan makna penilaian yang baik saja tidaklah cukup. Guru juga harus
memahami bagaimana penilaian menghubungkan kualitas pembelajaran dengan
upaya untuk mempertahankan alternatif penilaian yang seimbang. Guru harus patuh
dan berupaya memenuhi standar yang ditetapkan, dan saling membantu jika penilaian
yang dilakukan gagal memenuhi standar ini.
Agar penilaian bisa terlaksana dengan maksimal maka perlu dilakukan
pendekatan asesemen. Yang terdiri atas asesmen of, for dan as learning. Ketiga
pendekatan ini memiliki fungsi dan proses yang berbeda-beda, sesuai dengan
tingkatannya. Asesmen of dilakukan di akhir pembelajaran, sementara asesmen for
dilaksanakan selama proses pembelajaran.
1
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi peningkatan mutu pendidikan
ialah dengan melakukan assessment literacy dengan baik. Assessment literacy
merupakan pengetahuan guru tentang penilaian, mengidentifikasi pertanyaan dan
menarik kesimpulan berdasarkan fakta dan membuat keputusan dari perubahan yang
terjadi pada peserta didik. Guru yang mampu melakukan penilaian dengan baik
memahami makna kualitas penilaian secara menyeluruh dan memahami bahwa guru
tidak pernah dibenarkan untuk melakukan penilaian yang tidak baik. Kemampuan
melakukan penilaian adalah tujuan utama dalam penilaian kelas. Keberhasilan
penilaian sangat tergantung pada pengetahuan dan keterampilan guru tersebut agar
mampu memilih dan mengembangkan jenis assessment dalam mengukur kompetensi
siswa.
Kenyataannya, masih banyak guru yang belum melakukan assessment literacy
itu dengan baik, sehingga tujuan penilaian terhadap peserta didik tidak memenuhi
standar atau tidak terlaksana dengan baik. Penilaian ini seharusnya menjadi proses
penting karena hasilnya dapat digunakan untuk merencanakan pengajaran, memandu
belajar siswa, menentukan tingkat/urutan, membuat perbedaan, menentukan untuk
pendidikan lanjut, pengembangan teori pendidikan, merumuskan kebijakan,
mengalokasikan sumberdaya, dan mengevaluasi kurikulum (National Research
Council, 1996). Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu adanya pembahasan
mengenai Assessment Literacy secara mendalam. Pada makalah ini akan dibahas
mengenai pendekatan asesmen, prinsip-prinsip Assessment Literacy yang baik, jenis-
jenis Assessment Literacy, serta perubahan asesmen dan konsekuensinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan assessment of learning, assessment for learning, dan
assessment as learning?
2
2. Bagaimana perbedaan antara assessment of learning, assessment for learning,
dan assessment as learning?
3. Apa yang dimaksud dengan assessment literacy?
4. Apa prinsip dan standar assessment literacy?
5. Apa saja jenis-jenis assessment literacy?
6. Bagaimana perubahan assessment dan konsekuensinya?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penulisan makalah ini
sebagai berikut.
D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, maka manfaat penulisan makalah
ini sebagai berikut.
1. Bagi pembaca, dapat menambah wawasan tentang pendekatan assessment dan
assessment literacy.
2. Bagi pendidik, dapat menambah wawasan lebih luas tentang pendekatan
assessment dan assessment literacy.
3. Bagi mahasiswa, dapat dijadikan referensi dalam membahas tentang pendekatan
assessment dan assessment literacy.
3
4. Bagi penulis, sebagai modal dasar pengembangan diri terhadap pokok bahasan
penilaian serta untuk memenuhi syarat untuk menyelesaikan tugas pribadi mata
kuliah Pengembangan Asesmen Pembelajaran Fisika.
E. Landasan Agama
Pada dasarnya konsep belajar itu selalu menunjukkan kepada suatu proses
perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman
tertentu. Setiap apa yang kita lakukan sepatutnya selalu melakukan instropeksi diri
sebagai penilaian atas diri sendiri karena Allah SWT menyuruh kita untuk melakukan
itu agar menjadi pribadi yang dekat dengan-Nya. Sebagaimana dijelaskan dalam surat
At-Taubah ayat 105.
ٱلش ٰ َه َد ِة ِ ۡم ۡٱلغَي
َّ ب َو ِ ِى ٰ َعل
ٰ َس ُت َردُّونَ ِإل ۖ م ۡؤ ِم ُن
َ ونَ َو ُ ه َو ۡٱل ُ ملَك ُۡم َو َر
سو ُل ُۥ َ ملُو ْا َف
َ سيَ َرى ٱللَّ ُه َع ۡ ُل
َ ٱع ِ َوق
َ ُنت ۡم تَ ۡع
١٠٥ َملُون َ َِف ُي َن ِب ُّئ كُم ب
ُ ما ك
Artinya : “Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.
Dari ayat diatas dijelaskan bahwa setiap apa yang kita lakukan maka akan
diminta pertanggung jawabannya oleh Allah SWT sebagai hasil penilaian dari atas
apa-apa yang telah dikerjakan selama hidup. Dari ayat ini dapat kita lihat bahwa
komponen penilaian atau asesmen sangatlah penting sehingga menjadi satu kesatuan
yang tak terpisahkan dari kegiatan yang dilakukan.
Selain ayat diatas, penjelasan tentang setiap perbuatan manusia akan dinilai dan
dihisab juga dijelaskan oleh surat At-Taubah ayat 121.
ن َما َ م ٱللَّ ُه َأ ۡح
َ س ُ ب لَ ُه ۡم لِيَ ۡج ِزيَ ُه @َ ص ِغي َر ٗة َواَل َكبِي َر ٗة َواَل يَ ۡقطَ ُع
َ ِون َوا ِديًا ِإاَّل ُكت َ َواَل ُين ِف ُقونَ نَ َفق َٗة
َ َكا ُنو ْا َي ۡع
١٢١ َملُون
4
Artinya : “Dan mereka tiada menafkahkan suatu nafkah yang kecil dan tidak (pula)
yang besar dan tidak melintasi suatu lembah, melainkan dituliskan bagi
mereka (amal saleh pula) karena Allah akan memberi balasan kepada
mereka yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.
Ayat diatas menjelaskan jika berusaha dengan baik maka hasilnya pun akan
diperoleh yang baik, begitu sebaliknya. Artinya jika dalam proses pembelajaran kita
berusaha dengan sungguh-sungguh maka tentunya hasil yang diperoleh juga baik.
Tidak hanya ayat diatas penjelasan tentang apa yang dikerjakan akan dinilai oleh
Allah SWT juga dipaparkan oleh surat Hud ayat 123.
ٍ @ك بِ ٰ َغ ِف
@ل ِ ۚ @ ۡٱع ُب ۡد ُه َوتَ َوك َّۡل َعلَي
َ ُّه َو َما َرب ج ُع ٱَأۡل ۡم ُر ُكل ُّ ُۥ
ۡ ه َف َ ه ُي ۡر ِ ت َوٱَأۡل ۡر
ِ ۡض َوِإلَي ِ م ٰ َو
َ ٰ ٱلس
َّ ب ِ ََّولِل
ُ ۡه غَي
َ ما تَ ۡع
١٢٣ َملُون َّ َع
Artinya : “Dan kepunyaan Allahlah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan
kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah
Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai
dari apa yang kamu kerjakan”.
Ayat diatas menjelaskan bahwasanya setiap tindakan yang kita lakukan tidak
akan luput dari penilaian Allah SWT. Selain ayat diatas, surat Ghafir ayat 17 juga
menyatakan hal senada.
ِ يع ۡٱل َ ۚ ۡم ۡٱليَو ۚۡ سب
َ ت اَل ظ ُۡل َ ۡۡٱليَو
١٧ ِساب
َ ح َ م ِإنَّ ٱللَّ َه
ُ س ِر َ َ ما َك ۢ ل نَ ۡف
َ ِسِ ب ُّ ى ُك
ٰ م ُت ۡج َز
Artinya : “Pada hari ini, setiap jiwa diberi balasan dengan apa yang dikerjakannya.
Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sungguh, Allah sangat cepat
perhitungan-Nya”.
Semakin diperkuat oleh Surat Yunus ayat 41.
َ ما تَ ۡع
َملُون ٓ ل َوَأنَ ۠ا بَ ِر
َّ ء ِ ّمٞ ي َ مٓا َأ ۡع
ُ م ُ م ُلك ُۡۖم َأ
َّ نتم بَ ِر ُٔٓيونَ ِم َ ملِي َولَك ُۡم َع
َ ك َف ُقل لِ ّي َع
َ َوِإن َكذ َُّبو
٤١
Artinya : “Jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah:
“bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung
5
jawab terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun tidak bertanggung
jawab terhadap apa yang kamu kerjakan”.
Tiap-tiap manusia bertanggung jawab terhadap amal perbuatan atau pilihannya.
Tidak ada satu orang pun yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan atau pilihan
orang lain. Pilihan beriman atau tidak beriman memiliki akibat yang berbeda. Pilihan
tidak beriman akan mendapat balasan yang sesuai. Begitu juga pilihan beriman dan
berpegang teguh terhadap Al-Qur’an tentu akan memperoleh balasan yang sesuai.
Tidak mungkin kebaikan akan mendapat balasan yang buruk dari-Nya. Kebaikan
akan mendapat balasan yang baik, sedangkan pilihan tidak beriman dan tetap dalam
kekafiran tentu akan mendapat balasan yang buruk. Seseorang yang beriman tidak
akan bertanggung jawab terhadap perbuatan orang lain yang tidak beriman. Orang
yang tidak beriman juga tidak bertanggung jawab terhadap pilihan orang-orang yang
beriman. Tiap-tiap manusia akan bertanggung jawab terhadap perbuatannya masing-
masing. Kesimpulannya adalah bahwa setiap tindakan yang kita lakukan akan dinilai
oleh Allah SWT dan dipertanggung jawaban dihadapan-Nya kelak.
F. Landasan Yuridis
Assessment literacy adalah kemampuan untuk mengartikan penilaian tentang apa
yang siswa tahu dan apa yang bisa dilakukan siswa, bagaimana cara
menginterpretasikan hasil asesmen tersebut, dan mengaplikasikan hasil tersebut untuk
mengembangkan pembelajaran siswa dan keefektifan program. Adapun landasan
yuridis mengenai asesmen literasi yaitu:
Penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Permendikbud Nomor 23 Tahun
2020 tentang standar penilaian pendidikan menyatakan bahwa penilaian adalah proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar
peserta didik. Penilaian hasil pendidikan dasar dan pendidikan menengah terdiri atas:
(1) penilaian hasil belajar oleh pendidik, (2) penilaian hasil belajar oleh peserta didik,
6
(3) penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Penilaian hasil belajar meliputi aspek
sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Penilaian dilakukan secara keseluruhan dan berkelanjutan. Penilaian oleh
pendidik bukan merupakan bagian terpisah dari proses pembelajaran, sehingga proses
penilaian dilakukan sepanjang rentang proses pembelajaran. Menurut (Festiyed,
2017) menyatakan bahwa pembelajaran dalam kurikulum 2013 harus dilakukan
dalam pola yang terintegrasi agar standar kompetensi tercapai. Standar Penilaian
Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme,
prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai
dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan
pendidikan menengah. Apabila peserta didik telah mencapai standar, maka dapat
dinyatakan lulus dalam mata pelajaran tertentu, tetapi bila belum mencapai standar,
maka harus mnegikuti pengajaran remidi sampai dapat mencapai standar kompetensi
minimal yang dipersyaratkan.
Menurut PP Nomor 19 tahun 2017 pasal 3 ayat 4 tentang guru menjelaskan
kompetensi pedagogik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan
guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya
meliputi:
1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;
2. Pemahaman terhadap peserta didik;
3. Pengembangan kurikulum atau silabus;
4. Perancangan pembelajaran;
5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
6. Pemanfaatan teknologi pembelajaran;
7. Evaluasi hasil belajar; dan
8. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
7
Berdasarkan PP Nomor 19 tahun 2017 pasal 3 ayat 4 tentang guru kita ketahui
bahwa guru harus memiliki wawasan kependidikan, memahami peserta didik,
mengembangkan silabus maksudnya mengembangkan silabus agar sesuai dengan
kondisi yang ada disekolah, perancangan pembelajaran maksudnya bahwa guru
merancang suatu pembelajaran melalui RPP dan bantu menggunakan bahan ajar yang
mendukung pelajaran yang akan diajarkan (bahan ajar cetak). Kemudian pelaksanaan
pembelajaran yang mendidik dan dialogis maksudnya pelaksanaan pembelajaran
yang mendidik dengan atau menggunakan bahan ajar cetak sebagai media
penyampaian pelajaran. Pemanfaatan teknologi pembelajaran maksudnya guru
menggunakan teknologi sebagai alat untuk membuat bahan ajar cetak. Mengevaluasi
hasil belajar melalui ulangan atau ujian.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Pasal 1 Ayat
1). Dalam sistem pendidikan nasional diatur tentang standar nasional pendidikan
yang terdiri dari 8 standar yaitu standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian
pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala (Pasal 35 Ayat 1).
Standar penilaian pendidikan menjadi hal penting dalam proses pembelajaran.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2016 Pasal 3 mengatur bahwa penilaian hasil belajar siswa pada pendidikan dasar dan
pendidikan menengah meliputi tiga aspek yaitu penilaian sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 pasal 13 juga mengatur tentang
prosedur penilaian proses belajar dan hasil belajar oleh guru, satuan pendidikan dan
8
pemerintah. Prosedur penilaian proses belajar dan hasil belajar oleh gurudilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menetapkan tujuan penilaian dengan mengacu pada RPP yang telah disusun;
2. Menyusun kisi-kisi penilaian;
3. Membuat instrumen penilaian berikut pedoman penilaian;
4. Melakukan analisis kualitas instrumen;
5. Melakukan penilaian;
6. Mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian;
7. Melaporkan hasil penilaian; dan
8. Memanfaatkan laporan hasil penilaian.
Prosedur penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan dengan
mengkoordinasikan kegiatan dengan urutan:
1. Menetapkan KKM;
2. Menyusun kisi-kisi penilaian mata pelajaran;
3. Menyusun instrumen penilaian dan pedoman penskorannya;
4. Melakukan analisis kualitas instrumen;
5. Melakukan penilaian;
6. Mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian;
7. Melaporkan hasil penilaian; dan
8. Memanfaatkan laporan hasil penilaian.
Prosedur penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan dengan langkah-
langkah:
1. Menyusun kisi-kisi penilaian;
2. Menyusun instrumen penilaian dan pedoman penskorannya;
3. Melakukan analisis kualitas instrumen;
4. Melakukan penilaian;
5. Mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian;
9
6. Melaporkan hasil penilaian; dan
7. Memanfaatkan laporan hasil penilaian.
Permendikbud No 66 Tahun 2013 Bab II bagian E tentang Laporan hasil
penilaian oleh guru berbentuk :
1. Nilai dan/atau deskripsi pencapaian kompetensi, untuk hasil penilaian
kompetensi pengetahuan dan keterampilan termasuk penilaian hasil pembelajaran
tematik-terpadu.
2. Deskripsi sikap, untuk hasl penilaian kompetensi skap spiritual dan sikap sosial.
Sedangkan penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dan pemerintah
diperkuat dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 4 tahun 2018 yang mengatur tentang penilaian hasil belajar oleh Satuan
Pendidikan yang dilaksanakan melalui USBN dan US. Sedangkan penilaian hasil
belajar oleh Pemerintah dilaksanakan melalui UN.
10
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pendekatan Assessment
Penilaian bukan sekedar untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa.
Penilaian dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam proses belajar. Selama ini,
seringkali penilaian senderung dilakukan hanya untuk mengukur hasil belajar siswa,
sehingga penilaian diposisikan seolah-olah sebagai kegiatan yang terpisah dari proses
pembelajaran.
Penilaian seharusnya dilaksanakan melalui tiga pendekatan, yaitu Assessment of
Learning (Penilaian akhir pembelajaran), Assessment for Learning (Penilaian untuk
pembelajaran), Assessment as Learning (Penilaian sebagai pembelajaran). Dapat
dilihat pada Gambar 1.
11
1. Assessment of Learning
Assessment of Learning merupakan penilaian yang dilaksanakan setelah proses
pembelajaran selesai. Proses pembelajaran selesai tidak selalu terjadi di akhir tahun
atau di akhir peserta didik menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu. Setiap
pendidik melakukan penilaian yang dimaksudkan untuk memberikan pengakuan
terhadap pencapaian hasil belajar setelah proses pembelajaran selesai, berarti
pendidik tersebut melakukan assessment of learning. Ujian Nasional, ujian
sekolah/madrasah, dan berbagai bentuk penilaian sumatif merupakan assessment of
learning (penilaian hasil belajar).
2. Assessment for Learning
Assessment for learning dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan
biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar
mengajar. Dengan assessment for learning pendidik dapat memberikan umpan balik
terhadap proses belajar peserta didik, memantau kemajuan, dan menentukan
kemajuan belajarnya. Assessment for learning juga dapat dimanfaatkan oleh pendidik
untuk meningkatkan performan dalam memfasilitasi peserta didik. Berbagai bentuk
penilaian formatif, misalnya tugas, presentasi, proyek, termasuk kuis merupakan
contoh-contoh assessment for learning (penilaian untuk proses belajar).
Asesmen untuk pembelajaran (assessment for learning) adalah proses untuk
mencari dan menginterpretasi bukti yang dapat digunakan oleh siswa dan guru untuk
memutuskan posisi siswa dalam pembelajaran, kemana tujuan yang akan dicapai
berikutnya dan bagaimana jalan terbaik untuk mencapainya.
Hal ini sesuai dengan pengertian asesmen yaitu penilaian. Sedangkan asesmen
dalam pendidikan memiliki pengertian kegiatan mengumpulkan, menganalisis, dan
menginterpretasi data atau informasi tentang peserta didik dan lingkungannya untuk
memperoleh gambaran tentang kondisi individu dan lingkungannya sebagai bahan
untuk memahami individu dan pengembangan program layanan bimbingan dan
konseling yang sesuai dengan kebutuhan
12
Istilah Assessment for Learning (AfL) tidak populer bagi kalangan pendidik di
Indonesia karena kebanyakan guru berpikir bahwa asesmen hanyalah bagian
pelengkap dari suatu proses belajar. Guru melakukan asesmen ketika akan melakukan
penilaian untuk siswa pada bagian akhir dari program pengajaran, biasanya dilakukan
melalui ujian tengah semester dan ujian akhir semester.
Padahal salah satu bagian vital dari proses pendidikan adalah asesmen guna
mengetahui bagaimana kualitas pembelajaran siswa. Satu hal yang juga perlu diingat
bahwa asesmen merupakan jalan untuk mengajar secara lebih efektif dengan
mengetahui secara pasti apa yang diketahui siswa dan apa yang belum diketahui
siswa.
Asesmen untuk pembelajaran (assessment for learning) didasarkan pada ide
bahwa siswa akan memperbaiki pembelajaran mereka jika mereka memahami tujuan
pembelajarannya. Elemen-elemen kunci dari assessment for learning adalah:
Penggunaan metode bertanya yang efektif
Umpan balik terhadap pekerjaan yang diakses
Tujuan pembelajaran yang dirumuskan bersama antara guru dan siswa
Peer and self-assessment
Penggunaan asesmen untuk merencanakan pembelajaran
Dengan demikian guru tidak hanya memberikan skor atau nilai, tetapi juga
memberikan komentar terhadap tugas atau pekerjaan yang telah dikerjakan siswa.
Komentar yang diberikan guru hendaknya dapat menuntun siswa bagaimana cara
memperbaiki pekerjaannya.
Assessment for learning tidak hanya menyangkut bagaimana kualitas pekerjaan
siswa, tetapi juga mengenai cara guru menggunakan asesmen. Guru harusnya
menggunakan asesmen untuk merencanakan pelajaran, mengidentifikasi kebutuhan
siswa dalam pembelajaran dan mengajarkan kembali materi-materi yang belum
dipahami dengan baik oleh siswa.
13
Agar efektif, assessment for learning hendaknya menjadi bagian sentral dalam
proses pembelajaran di kelas. Hal ini dapat dimulai dengan merumuskan tujuan
pembelajaran bersama-sama antara guru dan siswa. Dengan demikian, siswa
menyadari tujuan belajarnya pada suatu materi pelajaran. Kriteria asesmen juga harus
jelas bukan hanya bagi guru, tetapi juga bagi siswa. Siswa perlu untuk mengetahui
apa yang dinilai guru ketika mengakses pekerjaan siswa dan apa dasar yang menjadi
pertimbangan guru untuk menentukan keputusan terhadap pekerjaan siswa yang
diakses tersebut. Hal ini sesuai dengan siklus asesmen seperti tampak pada Gambar 2.
3. Assessment as Learning
Assessment as learning mempunyai fungsi yang mirip dengan assessment for
learning, yaitu berfungsi sebagai formatif dan dilaksanakan selama proses
pembelajaran berlangsung. Perbedaannya, assessment as learning melibatkan peserta
didik secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut. Peserta didik diberi pengalaman
untuk belajar menjadi penilai bagi dirinya sendiri. Penilaian diri (self assessment) dan
penilaian antar teman merupakan contoh assessment as learning. Dalam assessment
as learning peserta didik juga dapat dilibatkan dalam merumuskan prosedur
penilaian, kriteria, maupun rubrik/pedoman penilaian sehingga mereka mengetahui
dengan pasti apa yang harus dilakukan agar memperoleh capaian belajar yang
maksimal.
Pada assessment as learning ini, guru bertugas membantu siswa: (1) memahami
tujuan, (2) mengerjakan tugas terstruktur, (2) melakukan asesmen diri, (3) melakukan
asesmen teman sejawat, dan (4) menemukan umpan balik untuk perbaikan
pembelajaran. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan Gambar 3 berikut ini.
15
Gambar 3. Siklus Assessment as Learning
Selama ini assessment of learning paling dominan dilakukan oleh pendidik
dibandingkan assessment for learning dan assessment as learning. Penilaian
pencapaian hasil belajar seharusnya lebih mengutamakan assessment as learning dan
assessment for learning dibandingkan assessment of learning.
Penilaian sebagai pembelajaran (assessment as learning) yaitu
proses penilaian yang dilakukan pendidik yang memungkinkan peserta didik melihat
capaian dan kemajuan belajarnya untuk menentukan target belajar. Assessment as
learning adalah proses mengembangkan dan mensupport metakognitif siswa. Siswa
diikut sertakan dalam aktivfitas proses penilaian yang dimana mereka memonitor diri
mereka sendiri. Peserta didik diberi pengalaman untuk belajar menjadi penilai bagi
dirinya sendiri. Penilaian diri (self assessment) dan penilaian antar teman merupakan
contoh assessment as learning. Dalam assessment as learning peserta didik juga dapat
dilibatkan dalam merumuskan prosedur penilaian, kriteria, maupun rubrik/pedoman
16
penilaian sehingga mereka mengetahui dengan pasti apa yang harus dilakukan agar
memperoleh capaian belajar yang maksimal.
Langkah-langkah yang diperlukan guru dalam melakukan fungsi penilaian
assessment as learning dengan 5M sebagai berikut (Ulumudin, 2020):
1. Mengoreksi hasil penilaiannya kepada siswa secara menyeluruh. Maksud dari
pengoreksian yang menyeluruh yakni mengoreksi dengan cara memberikan
benar salah, bila siswa salah ditambahkan dengan pemberian jawaban yang
benar, disertai penjelasan, dan jika diperlukan ditambahkan dengan materi atau
konsep tambahan lain untuk menguatkan
2. Menghargai hasil pekerjaan siswa walaupun siswa mempunyai nilai yang kecil.
Guru tetap harus memberi penghargaan, mengutamakan pada proses, bukan
pada hasil (umpan balik positif).
3. Membimbing siswa tentang langkah apa yang harus dilakukan untuk
meningkatkan hasil belajarnya
4. Memotivasi siswa untuk bertindak berdasarkan hasil penilaian
5. Mengembangkan kemampuan siswa untuk dapat memantau, mengoreksi, dan
mengatur pembelajarannya sendiri, sehingga siswa dapat berkembang menjadi
pembelajar yang mandiri.
Penilaian diri tidak hanya digunakan untuk menilai sikap tetapi juga dapat
digunakan untuk menilai sikap terhadap pengetahuan dan keterampilan serta kesulitan
belajar peserta didik.
B. Assessment Literacy
1. Pengertian Assessment Literacy
Asesmen merupakan proses yang mencakup semua metode yang biasa digunakan
untuk mengetahui keberhasilan belajar peserta didik dengan cara menilai untuk kerja
individu peserta didik atau kelompok. Asesmen adalah proses pengumpulan
17
informasi dalam pembelajaran peserta didik untuk menentukan keputusan terkait
pendidikan (National Task Force, 2015). Secara umum asesmen dapat diartikan
sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat
digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang peserta didik, baik yang
menyangkut kurikulum, program pembelajaran, iklim sekolah maupun kebijakan
sekolah. Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan, disimpulkan bahwa asesmen
ialah proses untuk mendapatkan informasi dalam pembelajaran yang digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan terhadap peserta didik dengan menggunakan
berbagai metode. Dalam asesmen juga terdapat literasi yang memungkinkan guru
dapat memahami asesmen dengan baik.
Secara harfiah literasi berasal dari kata Literacy yang berarti melek
huruf/gerakan pemberantasan buta huruf. (Taylor, 2012) mengatakan bahwa literasi
merupakan kondisi atau kualitas yang melek huruf. Sedangkan menurut Programme
for International Student Assessment (PISA, 2006), literasi adalah kemampuan
menggunakan pengetahuan untuk mengidentifikasi permasalahan dan menarik
kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat
keputusan. Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan, disimpulkan bahwa
literasi merupakan kualitas atau kemampuan yang melek huruf yang menggunakan
pengetahuan untuk mengidentifikasi permasalahan dan menaruk kesimpulan
berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan.
Assessment literacy merupakan kemampuan dalam memahami prinsip-prinsip
dasar asesmen yang berkualitas, dan bertindak sesuai tujuan pembelajaran yang
dirancang dengan mengupayakan penggunaan yang seimbang berbagai asesmen
alternatif. Menurut (Michigan Assessment Consortium, 2015), “Assessment literacy
is the set of beliefs, knowledge and practices about assessment that lead a teacher,
administrator, policymaker or student to use assessment to improve student learning
and achievement”. Menurut Organization for Economic Cooperation and
18
Development (OECD, 2003) asesmen literasi didefinisikan sebagai kapasitas untuk
menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik
kesimpulan berdasarkan fakta untuk memahami dan membuat keputusan dari
perubahan yang terjadi karena aktivitas manusia.
Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan, disimpulkan bahwa assessment
literacy merupakan pengetahuan tentang penilaian, mengidentifikasi pertanyaan dan
menarik kesimpulan berdasarkan fakta dan membuat keputusan dari perubahan yang
terjadi pada peserta didik. Orang yang mampu melakukan penilaian dan memahami
prinsip dasar penilaian disebut assessment literates. Assessment literacy juga
mencakup pengetahuan tentang seberapa sering asesmen dilakukan, apa yang harus
diases, dan bagaimana mempersiapkan peserta didik untuk diases.
19
Guru berperan mengarahkan penilaian untuk menentukan apa yang harus
dipelajari oleh siswa dan apa yang siswa rasakan berkaitan dengan penilaian
yang dilakukan. Dalam berbagai konteks pendidikan, hasil penilaian tingkat
kotamadya/kabupaten, provinsi, nasional seolah-olah dianggap sebagai satu-
satunya hasil penilaian yang menentukan. Penilaian ini bahkan tidak dapat
disamakan dengan dengan penilaian kelas yang dilakukan oleh guru, berkaitan
dengan dampaknya terhadap keadaan siswa. Gurulah yang menentukan
bagaimana bentuk interaksi yang dilakukan dengan siswanya, rata-rata
sebanyak satu kali setiap dua atau tiga menit (mengajukan pertanyaan dan
menginterpretasikan jawaban, mengamati kinerja siswa, memeriksa pekerjaan
rumah, menggunakan tes dan kuis). Umumnya, penilaian dalam kelas
berlangsung secara terus menerus.Dengan demikian, jelas bahwa penilaian
kelas adalah penilaian yang paling mudah dilakukan oleh guru. Tidak perlu
diragukan lagi, guru adalah pengendali sistem penilaian yang menentukan
keefektifan sekolah.
c. Siswa sebagai Pengguna yang Harus Diperhatikan
Siswa adalah pihak yang paling memanfaatkan hasil penilaian. Melalui
penilaian kelas, mereka dapat mempelajari kinerjanya serta mempelajari
standar kualitas kinerjanya dari guru. Tidak seorang pun, selain siswa, yang
dapat memanfaatkan menggunakan hasil penilaian kelas yang dilakukan oleh
guru untuk menetapkan apa yang dapat mereka harapkan dari diri mereka
sendiri. Siswa dapat memperkirakan peluang keberhasilannya berdasarkan
kinerja yang ditunjukkan oleh hasil penilaian sebelumnya. Tidak ada satu
keputusan lain yang dapat memberikan pengaruh lebih besar pada
keberhasilan siswa.
d. Sasaran yang Jelas dan Sesuai
20
Kita tidak dapat menilai hasil pendidikan secara efektif jika kita tidak
mengetahui dan memahami apa sebenarnya nilai keluaran tersebut. Ada
berbagai jenis keluaran dari sistem pendidikan kita, mulai dari penguasaan
materi sampai kemampuan menyelesaikan masalah yang kompleks.
e. Penilaian yang Baik
Penilaian yang baik merupakan suatu keharusan dalam setiap konteks
penilaian. Lima standard yang harus dipenuhi untuk mencapai penilaian yang
baik meliputi: sasaran pencapaian yang jelas, maksud/tujuan yang jelas,
metode yang sesuai, kinerja contoh yang layak, pembatasan, dan adanya
upaya untuk mencegah kesalahan pengukuran.
f. Perhatian Terhadap Dampak Antarpersonal
Kita harus selalu berusaha melaksanakan penilaian yang baik,
mengkomunikasikan hasilnya secara hati-hati dan pribadi, dan mengantisipasi
hasilnya sehingga dapat mempersiapkan diri untuk memberikan dukungan
terhadap siswa yang pencapaiannya rendah. Semakin muda siswa, semakin
penting adanya bimbingan bagi mereka.
g. Penilaian sebagai Pembelajaran
Penilaian dan pengajaran dapat menjadi suatu kesatuan. Potensi terbesar
yang tersimpan dalam penilaian kelas adalah kemampuannya untuk
menjadikan siswa sebagai mitra penuh dalam proses penilaian. Siswa yang
mampu mendalami sasaran pencapaian secara menyeluruh mampu secara
percaya diri melakukan evaluasi, baik terhadap hasil kerjanya sendiri maupun
hasil kerja temannya.Tantangan yang kita hadapi dalam penilaian kelas adalah
memastikan bahwa siswa memiliki seluruh informasi yang diperlukannya,
dalam bentuk yang mudah dipahami, pada waktu yang tepat sehingga dapat
digunakan secara efektif.
21
Asesmen yang baik hendaknya memenuhi standar spesifik asesmen berkualitas
yang terdiri dari (a) target yang jelas dan tepat; (b) tujuan asesmen yang jelas; (c)
metode yang sesuai dengan target dan tujuan; (d) penentuan sampel yang tepat; dan
(e) pencegahan atau minimalisir terhadap bias dan eror dalam menilai.Sejalan dengan
uraian yang dikemukakan, asesmen dikatakan baik jika memenuhi pesyaratan tes:
a. Validitas; (Arikunto, 2008) A test is valid is measure what it purpose to
measure atau dapat artikan sebuah tes dikatakan disebut valid, jika dapat tepat
mengukur apa yang hendak diukur.
b. Reliabilitas; Tes yang reliabel (dapat dipercaya), jika memberikan hasil yang
tetap apabila diteskan berkali-kali. (Arikunto, 2008) A reliable measure in one
that provides consistent and stable indication of the characteristic being
investigated.
c. Objektivitas; Tes yang baik harus bersifat objektif, tidak ada unsur pribadi
(subjektivitas) yang mempengaruhi. (Arikunto, 2008) faktor yang
mempengaruhi subjektivitas.
d. Bentuk tes; Tes yang berbentuk uraian akan memberikan peluang untuk
memberikan penilaian subjektif, oleh karena itu dalam mengvaluasi tes perlu
rentangan derajat skor dalam item soal uraian.
e. Penilai; Subjektivitas penilai akan dapat mempengerahi secara leluasa terutama
dalam bentuk tes uraian, seperti faktor kesan terhadap siswa, tulisan, bahasa,
kelelahan dsb, untuk menghindari hal tersebut maka penilai dalam melakukan
evaluasi pertama secara kontinuitas (terus menerus) dalam arti bisa dilakukan
lebih dari 2 kali dan komprehensip yakni menyeluruh isi materi, aspek berpikir
dan teknik tes yang diguakan.
f. Praktibilitas (Practicability); Tes dikatakan memiliki praktibilitas yang tinggi,
apabila bersifat praktis dan mudah pengadminstrasian termasuk mudah
dilaksanakan, mudah pemeriksaan dan dilengkapi petunjuk yang jelas.
22
g. Ekonomis; Tes yang baik tidak terlalu membutuhkan biaya yang terlalu mahal,
tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
Assessment literacy yang baik adalah asesmen yang membantu kita mengerti
persoalan yang lebih besar, menyusun tujuan-tujuan penting, mengumpulkan
berbagai macam fakta, dan mengikutsertakan dalam diskusi bagaimana membantu
siswa menjadi pembaca, penulis, pendengar dan pembicara yang lebih baik.
b. Standar Assessment Literacy
Adapun standar assessment literacy dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Disposisi, yaitu standar yang membahas tentang apa yang seharusnya dipercayai
oleh masing-masing individu dalam penilaian.
b. Pengetahuan, yaitu standar yang menentukan kosakata, proses, dan praktik
tertentu yang harus dipahami oleh masing-masing individu.
c. Kinerja, yaitu standar yang membahas tentang keterampilan dan kompetensi
yang harus dimantapkan oleh masing-masing individu.
23
3) Nilai hasil dari Penilaian Acuan Normatif tidak mencerminkan tingkat
kemampuan dan penguasaan peserta didik tentang materi pengajaran yang
diteskan, tetapi hanya menunjuk kedudukan peserta didik (peringkatnya) dalam
komunitasnya (kelompoknya).
4) Memiliki kecenderungan untuk menggunakan rentangan tingkat penguasaan
seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari yang sangat istimewa sampai
dengan yang mengalami kesulitan yang serius
5) Memberikan skor yang menggambarkan penguasaan kelompok
b. Criterion Referenced Test (Acuan Patokan)
Dalam pengukuran ini peserta didik dikomperasikan dengan kriteria yang telah
ditentukan terlebih dahulu dalam tujuan instruksional, bukan dengan penampilan
peserta didik yang lain. Keberhasilan dalam prosedur acuan patokan tergantung pada
penguasaaan materi atas kriteria yang telah dijabarkan dalam item-item pertanyaan
guna mendukung tujuan instruksional. Jadi, tes acuan patokan terikat dengan tolok
ukur untuk prestasi peserta didik. Karakteristiknya:
1) Merupakan tipe pengukuran yang berfokus pada penentuan domain tugas- belajar
dengan tingkat kesulitan sejumlah item sesuai dengan tugas pembelajaran.
2) Menekankan penggambaran tugas apa yang telah dipelajari oleh para peserta
didik. Item kesulitan sesuai dengan tugas pembelajaran, tanpa menhilangkan item
atau soal yang memiliki tingkat kesulitan rendah.
3) Lebih banyak digunakan, khususnya untuk kelas dengan tugas pembelajaran
dengan konsep atau penguasaan materi belajar.
c. Curriculum Based Assessment (Asesmen Berdasarkan Kurikulum)
Asesmen berdasarkan kurikulum adalah metode sistematis untuk menilai
keterampilan dasar akademik peserta didik dalam membaca, matematika, ejaan dan
ekspresi tertulis. Hasil dari asesmen ini nantinya akan membuat keputusan
instruksional dan memonitor kemajuan peserta didik dalam bidang akademis tertentu.
24
Pengukuran sering menggunakan "indikator" kinerja peserta didik dengan
menggunakan bahan yang tersedia di kelas.
d. Performance Based Assessment (Asesmen Berdasarkan Kinerja)
Asesmen berdasarkan kinerja merujuk pada jenis-jenis tugas dan situasi yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendemonstasikan pemahaman
mereka dan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan disposisi yang mereka
miliki dalam berbagai konteks.
25
mengukur keterampilan, analisis, dan pemecahan masalah oleh peserta didik. Salah
satu asesmen yang digunakan ialah authentic assessment (asesmen autentik).
Penilaian autentik mengacu pada penilaian dimana siswa diminta untuk
melakukan tugas secara nyata yang menunjukkan penerapan bermakna dari apa yang
telah mereka pelajari. Tujuan dari penilaian autentik ini ialah:
a. Untuk mengukur kemahiran siswa dengan meminta mereka melakukan tugas
nyata;
b. Untuk memberi siswa banyak cara untuk belajar dan menunjukkan yang terbaik
dari apa yang telah mereka pelajari;
c. Untuk membimbing instruksi;
d. Untuk memberikan umpan balik dan membantu siswa mengelola pembelajaran
mereka sendiri;
e. Untuk juga mengevaluasi kompetensi siswa
Penilaian autentik memberikan bukti langsung tentang pembelajaran/
kompetensi; demonstrasi langsung pengetahuan dan keterampilan dengan melakukan
tugas yang relevan. Peran guru pada penilaian ini ialah mendefinisikan hasil
pembelajaran, mengajar, melaksanakan penilaian utama. Sedangkan peran peserta
didik dalam penilaian autentik ini ialah menilai diri sendiri dan teman. Artinya dalam
penilaian autentik ini, peserta didik terlibat dalam pembelajaran dan penilaian.
Berdasarkan National Science Education Standard in the United States
(National Research Council, 1996) perubahan fokus yang terjadi pada standar
penilaian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perubahan Fokus yang Terjadi Pada Standar Penilaian
Hal yang Dikurangi Hal yang Diutamakan
Menilai yang mudah diukur Menilai yang paling berharga
Menilai pengetahuan yang memiliki ciri Menilai pengetahuan yang kaya dan
yang jelas berstruktur baik
Menilai pengetahuan yang bersifat Menilai pemahaman dan pemikiran
ilmiah ilmiah
26
Hal yang Dikurangi Hal yang Diutamakan
Menilai untuk mempelajari apa yang Menilai untuk mempelajari apa yang
tidak dipahami peserta didik dipahami peserta didik
Hanya melakukan penilaian atas Menilai pencapaian dan peluang untuk
pencapaian belajar
Penilaian akhir dilakukan oleh guru Peserta didik terlibat dalam penilaian
yang sedang berlangsung atas hasil
kerjanya dan hasil kerja temannya
Pengembangan penilaian eksternal Guru terlibat dalam pengembangan
hanya oleh ahli penilaian eksternal
27
BAB III
PEMBAHASAN
A. Matriks Perbedaan 3 Pendekatan Assessment
Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa pendekatan assessment itu terbagi atas tiga macam. Ketiga pendekatan
assessment tersebut diantaranya yaitu assessment of learning, assessment for learning, dan assessment as learning. Perbedaan ketiga
pendekatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perbedaan Tiga Jenis Pendekatan Assesment
Assessment
Of Learning For Learning As Learning
Dilakukan oleh siswa (diri sendiri atau
Dilakukan oleh guru Dilakukan oleh guru
teman sejawat)
Untuk menentukan instruksi apa Untuk menentukan tingkat prestasi
Untuk menentukan apa yang dilakukan
yang dilakukan selanjutnya siswa dari ekspetasi seluruhnya pada
selanjutnya dalam belajar ku
(strategi, perbedaan) pemberian poin disetiap waktu
Untuk menyiapkan deskripsi
umpan balik pada siswa (apa Untuk menyiapkan deskripsi umpan
mereka mengerjakan dengan baik, Sebagai bukti pada pengambilan balik pada teman sejawat dan dirinya
apa membutuhkan perbaikan, dan keputusan secara professional sendiri (penilaian teman sejawat dan
bagaimana diri sendiri)
memperbaikinya)
Tujuannya adalah untuk menjadikan
refleksi, belajar
memonitoring diri sendir
28
B. Matriks Pengertian, Prinsip, Standar, dan Jenis Assessment Literacy
Dalam memahami Assessment Literacy harus dipahami pengertian, prinsip, standar, dan jenis dari Assessment
Literacy. Pengertian, prinsip, standar, dan jenis dari Assessment Literacy dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengertian, Prinsip, Standar, dan Jenis dari Assessment Literacy
Assessment Literacy
Pengertian Prinsip Standar Jenis
Assessment literacy Ada tujuh prinsip-prinsip 1. Disposisi Ada empat jenis assessment
merupakan pengetahuan Assessment Literacy yang 2. Pengetahuan literacy yaitu:
tentang penilaian, baik, yaitu: 3. Kinerja 1. Norm Referenced Test (acuan
mengidentifikasi 1. Pemikiran yang jelas normatif) digunakan untuk
pertanyaan dan menarik dan komunikasi efektif memeriksa kinerja peserta
kesimpulan berdasarkan 2. Guru yang memegang didik terhadap kemampuan
fakta dan membuat peranan lainnya untuk melihat
keputusan dari 3. Siswa sebagai kedudukan peserta didik dalam
perubahan yang terjadi pengguna yang harus komunitasnya
pada peserta didik diperhatikan 2. Criterion Referenced Test
4. Sasaran yang jelas dan (acuan patokandigunakan
sesuai untuk tolak ukur prestasi
5. Penilaian yang baik peserta didik
6. Perhatian terhadap 3. Curriculum Based Assessment
dampak antarpersonal (asesmen berdasarkan
7. Penilaian sebagai kurikulum) digunakan untuk
pembelajaran memonitor kemajuan peserta
didik dalam bidang akademis
tertentu
4. Performance Based
assessment (asesmen
berdasarkan kinerja)
29
Assessment Literacy
Pengertian Prinsip Standar Jenis
digunakan untuk memberikan
kesempatan kepada
30
Modern Perubahan Penting Dalam
Pembeda Tradisional
(Authentic Assessment) Pandangan Asesmen
siswa telah mempelajari siswa dengan meminta mereka asesmen berskala besar dan
materi ajar; melakukan tugas nyata; diangkat dari asesmen berbasis
2. untuk menentukan apakah 2. untuk memberi siswa banyak kelas
siswa berhasil dalam cara untuk belajar dan 3. Asesmen berperan paling baik
memperoleh pengetahuan menunjukkan yang terbaik dari ketika siswa memahami dengan
atau tidak; apa yang telah mereka pelajari; baik target pencapaian hasil
3. untuk menetukan nilai 3. untuk membimbing instruksi; belajar sebelum penilaian
untuk peserta didik; 4. untuk memberikan umpan balik dilakukan
4. untuk menentukan dan membantu siswa mengelola 4. Penggunaan asesmen dapat
peringkat dan pembelajaran mereka sendiri; menggunakan berbagai metode,
membandingkannya 5. untuk juga mengevaluasi bukan hanya tes PG saja.
dengan standar atau peserta kompetensi siswa
didik lainnya
Mendefinisikan hasil pembelajaran,
Peranan
Mengajar mengajar, melaksanakan penilaian
Guru
utama
Peranan
Peserta Dinilai Menilai diri sendiri dan teman
Didik
31
D. Matriks Perbedaan Assessment Of, For dan As
Fungsi
No penilaia Tujuan Jenis Penilaian Waktu
n
Penilaian pada Dalam
proses pembelajaran pembelajaran
Akhir
Meningkatkan Self assessment
pembelajaran
pengetahuan
assessment Penilaian harian
1. meteakognis Setiap KD/ tema
as learning (PH)
i
siswa Penilaian Tengah Pertengahan
Semester PTS) semseter
Setiap
Penilaian Akhir
enam
Semester (PAS)
bulan
3
Penilaian harian
Setiap KD/ tema
(PH)
Melihat
assessment capaian Penilaian Tengah Pertengahan
of learning hasil belajar Semester (PTS) semseter
siswa
Penilaian Akhir Setiap
Semester (PAS) enam
32
bulan
33
E. Contoh Instrumen Penilaian Assessment Of, As, For Learning dan
Assessment Literacy.
Contoh Asessment of Learning
Penilaian harian (PH)
Bentuk Soal Uraian
a. Jumlah soal = 4 butir soal
b. Bobot soal = 25 setiap soal
c. Skor Ideal = 100
Soal:
1) Kuat arus di dalam sepotong kawat penghantar adalah 10 A. Berapa menit
waktu yang diperlukan oleh muatan sebesar 9.600 C untuk mengalir melalui
penampang tersebut?
Jawab :
______________________________________________________________
__________________________________________________________
2) Sepotong kawat dihubungkan pada beda potensial 12 V. Jika kuat arus yang
melalui kawat tersebut 4 A, berapakah hambatan kawat tersebut?
Jawab :
______________________________________________________________
__________________________________________________________
3) Mula-mula hambatan sebuah kawat nikelin adalah 5 ohm. Berapakah
hambatannya jika panjang dan diameter kawat nikelin tersebut diperbesar dua
kali semula?
Jawab :
______________________________________________________________
__________________________________________________________
4) Perhatikan gambar rangkaian listrik berikut!
34
Kuat arus listrik total yang mengalir pada rangkaian adalah...
Jawab :
____________________________________________________________________
____________________________________________________
35
Contoh Assessment For Learning
(Penilaian Proyek)
Tugas :
Selesaikan tugas berikut bersama kelompokmu di rumah.
Buatlah sepasang lubang didekat dasar sebuah wadah berisi air. Perhatikan ir
yang memancar keluar dari lubang akibat tekanan air. Setelah itu jatuhkan wadah
dari ketinggian tertentu. Apa yang terjadi pada pancaran air selama wadah jatuh?
Apa yang terjadi jika wadah dipercepat keatas?
1) Buat laporan kegiatan dikertas folio
2) Presentasikan produk kelompokmu dikelas
Skor
No Aspek
1 2 3 4 5
1 Perencanaan :
a. Persiapan
b. Kelengkapan
alat dan bahan
2 Pelaksanaan :
a. Sistematika
36
penulisan
b. Keakuratan
sumber data
c. Kuantitas
sumber data
d. Analisis data
3 Laporan proyek :
a. Penarikan
kesimpulan
b. Hasil proyek
c. Presentasi
Total skor
Rubrik penilaian :
1 = Tidak Baik
2 = Kurang Baik
3 = Cukup Baik
4 = Baik
5 = Sangat Baik
Nilai = x 100
37
Contoh Penilaian Assesment As Learning
Contoh Lembar Penilaian Diri menggunakan daftar cek (checklist) pada
waktu kegiatan kelompok
Nama : ...............................................
Kelas/Semester : ..................../..........................
Petunjuk:
Petunjuk
1. Amati perilaku 2 orang temanmu selama mengikuti kegiatan kelompok.
2. Isilah kolom yang tersedia dengan tanda cek (√) jika temanmu menunjukkan
perilaku yang sesuai dengan pernyataan untuk indikator yang kamu amati atau
tanda strip (-) jika temanmu tidak menunjukkan perilaku tersebut.
3. Serahkan hasil pengamatan kepada bapak/ibu pendidik.
38
Nama Penilai : ………………………………….
Kelas/Semester : ………………………………….
39
BAB IV
PERTANYAAN DAN JAWABAN
40
assessment for learning, dan assessment as learning? Jelaskan berdasarkan
pendapat penyaji!
Jawaban :
Penggunaan asesmen dalam pembelajaran di kelas masih belum seimbang.
Penggunaan asesmen masih didominasi oleh assessment of learning tanpa
diimbangi oleh assessment for learning dan assessment as learning. Hal ini dapat
dilihat bahwa sebagian besar guru memahami asesmen untuk mengukur hasil
belajar, hampir semua guru menggunakan tes untuk mengukur hasil belajar,
hampir semua guru tidak menggunakan hasil asesmen untuk perbaikan proses
pembelajaran guru dan siswa, hampir semua guru tidak melibatkan siswa dalam
setiap tahapan proses asesmen, baik dalam menentukan tujuan belajar dan
kriteria sukses, penentuan tugas pembelajaran, pemantauan hasil, dan umpan
balik untuk perbaikan pembelajaran.
Saat ini, hampir di ruang kelas penilaian dalam lingkungan tradisional.
Penilaian sumatif pembelajaran, terfokus tentang mengukur pembelajaran setelah
fakta dan digunakan untuk mengkategorikan siswa dan melaporkan penilaian
kepada orang lain. Beberapa guru menggunakan penilaian untuk pembelajaran
dengan membangun prosesor diagnostik,penilaian formatif dan umpan balik pada
tahapan program dan memberi siswa kesempatan kedua untuk meningkatkan
kemampuan mereka. Dalam kenyataanya penilaian sistematis sebagai
pembelajaran hampir tidak ada.
44
2. Mengapa guru memegang peranan penting dalam prinsip assessment
literacy?
Jawaban:
Guru berperan mengarahkan penilaian untuk menentukan apa yang harus
dipelajari oleh siswa dan apa yang siswa rasakan berkaitan dengan penilaian
yang dilakukan. Dalam berbagai konteks pendidikan, hasil penilaian tingkat
kotamadya/kabupaten, provinsi, nasional seolah-olah dianggap sebagai satu-
satunya hasil penilaian yang menentukan. Penilaian ini bahkan tidak dapat
disamakan dengan dengan penilaian kelas yang dilakukan oleh guru, berkaitan
dengan dampaknya terhadap keadaan siswa. Gurulah yang menentukan
bagaimana bentuk interaksi yang dilakukan dengan siswanya, rata-rata sebanyak
satu kali setiap dua atau tiga menit (mengajukan pertanyaan dan
menginterpretasikan jawaban, mengamati kinerja siswa, memeriksa pekerjaan
rumah, menggunakan tes dan kuis). Umumnya, penilaian dalam kelas
berlangsung secara terus menerus. Dengan demikian, jelas bahwa penilaian kelas
adalah penilaian yang paling mudah dilakukan oleh guru. Tidak perlu diragukan
lagi, guru adalah pengendali sistem penilaian yang menentukan keefektifan
sekolah.
45
3. Menurut penyaji dan forum. Bagaimana tingkat literacy assessment
pendidik saat sekarang ini? Apakah calon pendidik perlu diukur tingkat
literacy assessment? Jika perlu diukur, bagaimana melakukan pengukuran
tingkat literacy assessment calon pendidik?
Jawaban:
Terdapat perubahan assessment dan konsekuensi dalam setiap perubahan
kurikulum, setiap pendidik tentunya harus mengetahui perubahan assessment
agar tercapainya tujuan penilaian. Dalam kondisi nyata di lapangan masih
terdapat pendidik yang sulit memahami perubahan literacy asessemnt. Hal itu
tentunya membuat penilaian tidak selesai tepat waktunya dan membuat tidak
tercapainya tujuan penilaian.
Perlu adanya pengukuran tingkat literacy assessment bagi calon pendidik,
yang dapat dilakukan pada mahasiswa dalam jenjang universitas. Calon pendidik
hendaknya berusaha untuk terus membekali diri dengan meningkatkan
pengetahuan asesmen, keterampilan asesmen maupun teknik asesmen dengan
mengkaji kembali teori-teori mengenai asesmen dan memperbanyak literatur
yang digunakan untuk referensi. Pengukuran tingkat literacy assessment dapat
dilakukan berupa tes terhadap mahasiswa. Adupun mata kuliah yang menunjang
literacy assesment yaitu evaluasi pembelajaran.
Annisa N. (20175019)
1. Bagaimana cara membuat Assessment Literacy ini benar-benar jadi
kenyataan bagi setiap guru?
Jawaban:
Menurut saya, banyak terjadi masalah yang menjadi penghabat guru terutama
bagi guru di kabupaten atau daerah yang jauh dari kota. Guru memiliki sedikit
atau tidak ada pelatihan tentang penggunaan penilaian untuk membimbing
instruksi mereka. Agar Assessment Literacy ini dapat terwujud bagi setiap guru,
ada beberapa solusi yang diharapkan ini dapat membantu terwujudnya
Assessment Literacy yakni sebagai berikut.
Menerapkan pengembangan profesional yang berfokus pada penilaian.
Manfaatkan komunitas pembelajaran profesional (PLC). Guru bisa memulai
membentuk jika sekolah atau daerah guru tidak memilikinya. Komunikasi
bisa terjadi secara langsung atau online (atau keduanya). Komunitas ini dapat
memberi guru sumber pendidikan, ide, dan dukungan yang berkelanjutan dan
akan membantu guru baru belajar dari para professional.
46
Identifikasi dan dukung pemimpin guru. Ketika seorang pendidik menjadi ahli
dalam menggunakan data penilaian, manfaatkan sumber daya yang berharga
itu, tunjuklah ia sebagai pemimpin guru yang dapat membagikan
pengetahuannya dan mengembangkan program untuk mendukung orang lain.
Struktur waktu belajar tim. Memberi guru waktu untuk bekerja dalam tim dan
belajar satu sama lain dapat menjadi cara yang efektif untuk mendukung
pembelajaran profesional dan memperdalam pengetahuan guru tentang
penggunaan yang tepat dan keterbatasan data penilaian
2. Dari tiga pendekatan asesmen yang telah dijelaskan, Jenis asesmen yang
manakah yang efektif digunakan dalam pembelajaran? Jelaskan!
Jawaban:
Menurut saya, semua jenis pendekatan asesmen tersebut sangat penting
dilakukan secara seimbang. Tetapi selama ini assessment of learning paling
dominan dilakukan oleh pendidik dibandingkan assessment for learning dan
assessment as learning. Penilaian pencapaian hasil belajar seharusnya lebih
mengutamakan assessment as learning dan assessment for learning
dibandingkan assessment of learning. Karena, Assessment for or as learning
dapat memperbaiki hasil belajar siswa dan menjadikan pembelajaran lebih efektif
dan efisien.
3. Apa perbedaan ketiga pendekatan assessment yang telah penyaji paparkan?
Jelaskan!
Jawaban:
Perbedaan antara assessment of learning, assessment for learning, dan
assessment as learning dapat dilihat pada Tabel berikut.
Assessment
48
Nurul Hasanah Daniyah Putri (20175010)
1. Mengapa pendidik memegang peranan penting dalam prinsip assessment
literacy ?
Jawaban:
Karena pendidik sebagai fasilitator dan sebagai evaluator memiliki peran penting
pada proses pembelajaran, sehingga pendidik dituntut dalam mengarahkan
peserta didik tentang apa yang ia pelajari dan dipahami. Dengan demikian, jelas
bahwa penilaian kelas adalah penilaian yang paling mudah dilakukan oleh
pendidik. Tidak perlu diragukan lagi, pendidik adalah pengendali sistem
penilaian yang menentukan keefektifan sekolah.
2. Dari tiga pendekatan asesmen yang telah dijelaskan, Jenis asesmen yang
manakah yang efektif digunakan dalam pembelajaran? Jelaskan!
Jawaban:
Menurut saya, semua jenis pendekatan asesmen tersebut sangat penting
dilakukan secara seimbang. Tetapi selama ini assessment of learning paling
dominan dilakukan oleh pendidik dibandingkan assessment for learning dan
assessment as learning. Penilaian pencapaian hasil belajar seharusnya lebih
mengutamakan assessment as learning dan assessment for learning
dibandingkan assessment of learning. Karena, Assessment for or as learning
dapat memperbaiki hasil belajar siswa dan menjadikan pembelajaran lebih efektif
dan efisien.
3. Mengapa pendidik perlu melakukan assesmen literacy penting dalam proses
pembelajaran?
Jawaban:
Karena assessment literacy merupakan pengetahuan tentang penilaian,
mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta dan
membuat keputusan dari perubahan yang terjadi pada peserta didik. Orang yang
49
mampu melakukan penilaian dan memahami prinsip dasar penilaian disebut
assessment literates. Assessment literacy juga mencakup pengetahuan tentang
seberapa sering asesmen dilakukan, apa yang harus diases, dan bagaimana
mempersiapkan peserta didik untuk diases. Sehingga peserta peserta didik dapat
lebih memahami dan mengimplementasikan materi pelajaran.
4. Apa saja standar dari assemen literacy?
Jawaban:
Asesmen yang baik hendaknya memenuhi standar spesifik asesmen berkualitas
yang terdiri dari :
a. target yang jelas dan tepat
b. tujuan asesmen yang jelas
c. metode yang sesuai dengan target dan tujuan
d. penentuan sampel yang tepat.
e. pencegahan atau minimalisir terhadap bias dan eror dalam menilai.
50
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur`an dan Terjemahan. Depag. PT. Syaamil Cipta Media.
Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi).
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Asrizal, Hufri, & Festiyed. (2015). Development Of Authentic Assessment For
Supporting The Inquiry Learning Model In Basic Electronics 1 Course. The
International Conference on Mathematics, Science, Education and
Technology. Padang: Faculty of Matematics and Science State University of
Padang
Balitbang Depdiknas. (2006). Panduan Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta:
Depdiknas.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar penilaian. Jakarta: BSNP.
Davies, S., (2010). The Essesntial Guide to Secondary Teaching. Harlow: Pearson
Festiyed. (2009). Evaluasi Pembelajaran Fisika. Padang: Sukabina Press.
Festiyed. (2012). Penilaian Proses Pembelajaran Fisika. UNP.
Festiyed. (2017). Evaluasi Pembelajaran Fisika. Padang : Sukabina Press.
Festiyed et al. (2018). Implementastion Authentic Task to Enhance Problem Solving
and Self-Management for Physics College Student. 335.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Permendikbud No. 65 Tentang Standar
Proses. Jakarta: Indonesia.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Permendikbud No. 73 Tahun 2013
tentang Penerapan kerangka kualifikasi Nasional Indonesia bidang
Pendidikan Tinggi. Jakarta: Indonesia.
Michigan Assessment Consortium. (2015). Assessment Literacy Standard.
MichiganAssessmentConsortium.org.
Mufit, Fatni, dkk. (2015). Pengaruh LKS Berorientasi Pendekatan Saintifik Dalam
Metode Quantum Learning Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X
SMA Negeri 2 Padang. Jurnal Physic of Eduaction. Vol. 6, Hal. 25-32.
National Research Council. (1996). National Science Education Standards.America:
National Academy Press.
National Task Force. (2015). Assessment Literacy Defined. Creative Commons
Attribution 4.0 International License.
51
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 Bab II bagian
E tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 4 tahun
2018 tentang penilaian hasil belajar
Permendikbud No. 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. (2014). Permendikbud No. 4 Tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi.
Jakarta: Indonesia.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2014).
Permendikbud No.49 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan
Tinggi. Jakarta: Indonesia.
Stiggins, R J. (1994). Student-Centered Class Room Assessment. NewYork:
Macmillan Publishing Company.
Sudiyanto, Kartowagiran, B., & Muhyadi. 2015. Pengembangan Model Assessment
As Learning Pembelajaran Akuntansi Di SMK. Jurnal Penelitian dan Evaluasi
Pendidikan, Vol. 19, No. 2. Hal. 189-201. p-ISSN: 1410-4725, e-ISSN: 2338-
6061. Doi: http://journal.uny.ac.id/index.php/jpep
Taylor, Lynda. (2012). Developing Assessment Literacy. Britania Raya: University of
Bedforshire.
Utari, D. T. (2014). Pelaksanaan Penilaian Autentik (Autentic Assement) Oleh Guru
Mata Pelajaran IPA Di SMP Negeri Se-Kecamatan Karanganyar (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
William, D. (2009). Assessment for Learning: Why, What, and How? London:
Institute of Education.
52
24