Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

“Prosedur Assessment Pembelajaran”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Evaluasi Pendidikan IPA

Dosen Pengampu:

Ike Lusi Meilina, M.Pd.

Oleh Kelompok 01:

1. Ita Yusdalena (126208211016)


2. Lailatun Nadhifah (126208211017)
3. Yasmin Nur Mahfudho (126208212067)
4. Chayyina Malthufa (126208212062)
5. Tiara Ayu Ardita (126208213103)

TADRIS BIOLOGI 4B
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
Tahun Ajaran 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan
karunia yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun yang
menjadi judul makalah yaitu “Prosedur Assessment Pembelajaran” Kami menyadari bahwa
makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terimakasih

1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M. Ag. selaku Rektor UIN Tulungagung.


2. Ibu Prof. Dr. Hj Binti Maunah, M, Pdi selaku dosen FTIK UIN Tulungagung.
3. Ibu Dr. Eni Setyowati S. Pd, MM selaku ketua jurusan Tadris Biologi UIN Tulungagung.
4. Ibu Ike Lusi Meilina, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Evaluasi Pendidikan IPA
yang telah memberikan pengarahan kepada penulis sehingga makalah ini dapat selesai
dengan baik.
5. Teman-teman yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam pembuatan makalah
ini.

Akhir kata, kami ucapkan mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dan kekurangan
dalam penulisan makalah ini. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Semoga penulisan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Tulungagung, 15 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4

A. Latar belakang ........................................................................................................ 4


B. Rumusan masalah .................................................................................................. 5
C. Tujuan .................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 6

A. Pengertian asessment ............................................................................................. 6


B. Prosedur asessment ................................................................................................ 7
C. Tujuan asessment ................................................................................................... 12
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi assessment ...................................................... 15
E. Prinsip-prinsip assessment ..................................................................................... 19
F. Teknik-teknik assessment ....................................................................................... 21

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 28

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 28
B. Saran ...................................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 29

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peserta didik memilik gaya belajar yang unik dan mungkin berbeda satu sama lain.
Oleh karena itu, untuk mengadakan asesmen terhadap hasil belajar, maka pendidik harus
menerapkan teknik asesmen yang bervariasi dan berlangsung secara berkesinambungan
sehingga memungkinkannya untuk memperoleh umpan balik (feedback) yang
menguntungkan seluruh peserta didik. Dalam pembelejaran sains yang lebih berpusat pada
peserta didik atau lebih bersifat kontruktivistik diperlukan penerapan asesmen yang
bervariasi untuk merekam kemampuan peserta didik.
Asesmen merupakan pengumpulan bukti yang dilakukan secara sengaja, sistematis,
dan berkelanjutan serta digunakan untuk menilai kompetensi siswa atau metode dan proses
yang digunakan untuk mengumpulkan umpan balik tentang seberapa baik siswa belajar.
Dapat dilakukan di awal, di akhir (sesudah) maupun saat pembelajaran sedang
berlangsung. Asesmen dapat berupa tes atau non tes. Asesmen berupa nontes misalnya
penggunaan metode, observasi, wawancara, monitoring tingkah laku. Hasilnya dapat
digunakan untuk pengambilan keputusan. Proses yang mencakup yaitu memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mendemonstrasikan kompetensinya, mengumpulkan dan
mencatat bukti-bukti demonstrasi kompetensi-kompetensi siswa dan menggunakan bukti-
bukti untuk membuat penilaian secara menyeluruh demonstrasi atau kinerja dalam
kompetensi-kompetensi tersebut.
Asesmen bertujuan untuk memberikan umpan balik mengenai kemajuan belajar
siswa untuk siswa, orang tua, dan guru serta meningkatkan belajar (pembelajaran) dan
perkembangan siswa.
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar mengajar yang di dalamnya
terdapat interaksi positif antara guru dengan siswa dengan menggunakan segala potensi
dan sumber yang ada untuk menciptakan kondisi belajar yang aktif dan menyenangkan.
Pembelajaran dikondisikan agar mampu mendorong kreatifitas anak secara keseluruhan,
membuat siswa aktif, mencapai tujuan pembelajaran secara efektiv dan berlangsung dalam
kondisi menyenangkan. Pembelajaran yang baik sudah tentu harus memiliki tujuan, banyak

4
tujuan pembelajaran telah dirumuskan oleh para ahli. Semuanya menuju idealisasi
pembelajaran. Guru yang professional harus mampu mewujudkan atau paling tidak
mendekati praktik pembelajaran yang ideal. Tujuan pembelajaran yang ideal adalah agar
murid mampu mewujudkan perilaku belajar yang efektif.
Ketepatan penilaian (asesmen) yang dilakukan sekolah, terutama yang berkaitan
dengan penilaian pencapaian hasil belajar siswa. Penilaian tersebut mempengaruhi
pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang diterapkan guru dalam proses
pembelajaran. Hasil belajar dari proses belajar tidak hanya dinilai oleh test, tetapi juga
harus dinilai oleh alat-alat nontest atau bukan test. Teknik ini berguna untuk mengukur
keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar yang tidak dapat diukur dengan alat tes.
Penggunaan teknik ini dalam evaluasi pembelajaran terutama karena banyak aspek
kemampuan siswa yang sulit diukur secara kuantitatif dan mencakup objektifitas. Sasaran
teknik ini adalah perbuatan, ucapan, kegiatan, pengalaman, tingkah laku, riwayat hidup,
dan lain-lain. Di samping itu, penilaian dilakukan tidak hanya untuk mengungkapkan hasil
belajar ranah kognitif, tetapi juga diharapkan mampu mengungkapkan hasil belajar siswa
dalam lingkup ranah afektif dan psikomotor.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Assessment?
2. Apa saja prosedur dari Assessment?
3. Apa tujuan dari Assessment?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Assessment?
5. Apa saja prinsip-prinsip Assessment?
6. Apa saja teknik-teknik dari Assessment?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi/pengertian dari Assessment
2. Untuk mengetahui prosedur dari Assessment
3. Untuk mengetahui tujuan dari Assessment
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Assessment
5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Assessment
6. Untuk mengetahui teknik-teknik dari Assessment

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Assessment
Assesmen berasal dari serapan bahasa inggris yaitu assessment yang berarti
penilaian. Dimana dalam proses pembelajaran, asesmen sering dalakukan guru untuk
memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses
dan hasil yang telah di capai peserta didik. Artinya, asesmen tidak hanya ditunjukan pada
penguasaan salah satu bidang tertentu saja, tetapi bersifat menyeluruh yang mencangkup
aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan lain-lain. Sementara itu, Murray Print
(1993:195) menjelaskan bahwa asesmen memiliki ruang lingkup yang lebih luas dari pada
pengukuran yang melibatkan interpretasi dan representasi data pengukuran. Sedangkan
Menurut Poerwanti, dkk. (2008: 3) secara umum, assesmen dapat diartikan sebagai proses
untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar
pengambilan keputusan tentang siswa baik yang menyangkut kurikulumnya, program
pembelajarannya, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah. Keputusan tentang
siswa ini termasuk bagaimana guru mengelola pembelajaran di kelas, bagaimana guru
menempatkan siswa pada program-program pembelajaran yang berbeda, tingkatan tugas-
tugas untuk siswa yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing,
bimbingan dan penyuluhan, dan saran untuk studi lanjut.
Sementara menurut Robert M. Smith (2002) dalam Mawardi (2011) suatu penilaian
yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan
kekuatan yang mana hasil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang
dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran. Sedangkan
Akhmad (2008) menyebutkan bahwa assesmen atau penilaian adalah penerapan berbagai
cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh
mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan)
peserta didik.
Dalam hubungannya dengan proses dan hasil belajar, asesmen dapat didefinisikan
sebagai suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk
mengiterpretasikan sekumpulan informasi dalam bentuk apapun tentang proses dan hasil

6
belajar peserta didik dalam rangka untuk melakukan evaluasi terhadap pencapaian
kompetensi peserta didik.1
B. Prosedur Assessment
Proses asesmen tidak bisa dipisahkan dengan proses pembelajaran. Bahkan proses
asesmen itu sendiri harus sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga hasil akhir dari
asesmen akan mendorong lahirnya berbagai keputusan dan kebijakan yang akan
meningkatkan kualitas pembelajaran. Oleh karena itulah seorang guru harus benar-benar
memahami sejumlah langkah pokok yang harus dilakukan agar tujuan dilakukannya
asesmen bisa tercapai.
Adapun prosedur dalam penyusunan asessmen adalah sebagai berikut:
1. Menyusun Rencana Asesmen atau Evaluasi Hasil Belajar
Dalam merencanakan asesmen atau evaluasi hasil belajar, perlu dilakukan
setidaknya enam hal, yaitu:
a. Merumuskan tujuan dilakukannya asesmen atau evaluasi, termasuk merumuskan
tujuan terpenting dari diadakannya asesmen. Hal ini perlu dilakukan agar arah
proses asesmen jelas.
b. Menetapkan aspek-aspek yang akan dinilai, apakah aspek kognitif, afektif, atau
psikomotor.
c. Memilih dan menentukan teknik yang akan digunakan guru bisa menentukan
apakah akan menggunakan teknik tes ataukah non tes. Dari sejumlah teknik tes atau
non tes yang ada, guru juga masih harus menentukan mana yang akan digunakan
dengan memperhatikan ciri-ciri dari masing-masing teknik serta memahami
beberapa kelebihan dan kekurangannya.
d. Menyusun instrumen yang akan dipergunakan untuk menilai proses dan hasil
belajar para peserta didik. Sejumlah instrumen yang mungkin digunakan adalah
butir-butir soal tes (test item), daftar cek (check list), rating scale, panduan
wawancara, dan lain-lain. Tentunya di dalam memilih instrumen yang akan
digunakan harus menyesuaikan dengan satu atau lebih tujuan yang telah ditentukan.

1
Poerwanti, E. Evaluasi pembelajaran, Modul Akta mengajar. UMM Press. 2001

7
Termasuk di dalam langkah ini adalah membuat petunjuk yang akan dicantumkan
pada lembar asesmen, yang meliputi:
• Tujuan diadakannya asesmen
• Waktu yang disediakan untuk menyelesaikan
• Dasar yang digunakan untuk memberikan jawaban (misalnya memilih jawaban
yang benar ataukah yang terbaik?
• Prosedur menulis jawaban (tanda silang, melingkari, dsb.)
• Akibat yang diterima jika guessing (menebak).
e. Menentukan metode penskoran jawaban siswa. Dengan kata lain guru harus
memutuskan tolok ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan pegangan atau
patokan dalam menginterpretasi data hasil evaluasi. Misalnya saja, apakah akan
menggunakan Penilaian Beracuan Patokan (PAP) ataukah menggunakan Penilaian
Beracuan Kelompok atau Norma (PAN).
f. Menentukan frekuensi dan durasi kegiatan asesmen atau evaluasi (kapan, berapa
kali, dan berapa lama).
g. Mereviuw tugas-tugas asesmen. Setelah menyusun tugas asesmen, guru bisa
meminta bantuan pihak lain untuk mencermatinya sebelum mencantumkannya
pada instrumen asesmen. Dengan meminta bantuan pihak lain guna untuk
mengetahui apakah kalimat Anda bisa dipahami orang lain, apakah struktur kalimat
yang kita gunakan sudah tepat, apakah tidak terjadi pengulangan, dan seterusnya.
2. Menghimpun Data
Dalam kegiatan ini Anda sebagai guru bisa memilih teknik tes dengan
menggunakan tes atau memilih teknik non tes dengan melakukan pengamatan,
wawancara atau angket dengan menggunakan instrumen-instrumen tertentu berupa
rating scale, check list, interview guide atau angket.
Ketika melakukan asesmen prestasi peserta didik, para guru harus memahami
situasi dan kondisi lingkungan fisik dan psikologis. Lingkungan fisik harus tenang dan
nyaman. Selama proses asesmen berlangsung, guru juga harus memonitor jalannya
asesmen dan membantu agar semuanya berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.

8
3. Melakukan Verifikasi Data
Verifikasi data perlu dilakukan agar kita dapat memisahkan data yang “baik” (yakni
data yang akan memperjelas gambaran mengenai peserta didik yang sedang dievaluasi)
dari data yang “kurang baik” (yaitu data yang akan mengaburkan gambaran mengenai
peserta didik).
4. Mengolah dan Menganalisis Data
Tujuan dari langkah ini adalah memberikan makna terhadap data yang telah
dihimpun. Agar data yang terhimpun tersebut bisa dimaknai, kita bisa menggunakan
teknik statistik dan/atau teknik non statistik, berdasarkan pada mempertimbangkan
jenis data.
5. Melakukan Penafsiran atau Interpretasi dan Menarik Kesimpulan
Kegiatan ini pada dasarnya merupakan proses verbalisasi terhadap makna yang
terkandung pada data yang telah diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan sejumlah
kesimpulan. Kesimpulan-kesimpulan yang dibuat tentu saja harus mengacu pada
sejumlah tujuan yang telah ditentukan di awal.
6. Menyimpan Instrumen Asesmen dan Hasil Asesmen
Langkah keenam ini memang perlu disampaikan di sini untuk mengingatkan para
guru, sebab dengan demikian mereka dapat menghemat sebagian waktunya untuk ha-
hal yang lebih baik. Dengan disimpannya instrumen dan ringkasan dan jawaban siswa,
termasuk berbagai catatan tentang upaya memperbaiki instrumen, sewaktu-waktu
dibutuhkan untuk memperbaiki instrumen tes pada tahun berikutnya maka tidak akan
membutuhkan waktu yang lama. Tentu saja, perubahan disana-sini perlu dilakukan
karena isi dan struktur unit pelajaran yang dipelajari siswa juga telah berubah.
7. Menindaklanjuti Hasil Evaluasi
Berdasarkan data yang telah dihimpun, diolah, dianalisis, dan disimpulkan maka
sebagai guru atau evaluator bisa mengambil keputusan atau merumuskan kebijakan
sebagai tindak lanjut konkret dari kegiatan penilaian. Dengan demikian, seluruh
kegiatan penilaian yang telah dilakukan akan membawa banyak manfaat karena terjadi
berbagai perubahan dan atau perbaikan. Sementara itu, senada dengan apa yang
dijelaskan di atas, Badan Standar Nasional Pendidikan Departemen Pendidikan

9
Nasional (2006) menyatakan bahwa dalam prosedur penilaian, guru seharusnya
menggunakan langkah-langkah sistematis sebagai berikut.
a. Perumusan Indikator Pencapaian Hasil Belajar
Rumusan indikator pencapaian tidak ada di dalam standar isi (SI). Oleh
karena itu, pada saat mengembangkan silabus yang akan ditindaklanjuti dengan
kegiatan penilaian, guru diharuskan merumuskan indikator pencapaian
keberhasilan penguasaan kompetensi dasar (KD) dengan kriteria:
• Sesuai tingkat perkembangan berpikir peserta didik
• Berkaitan dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
• Memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari (life skills) harus
dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik secara utuh (meliputi
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor)
• Memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan
• Dapat diukur/dapat dikuantifikasikan/dapat diamati
• Menggunakan kata kerja operasional.
b. Penyusunan Kisi-kisi
Kisi-kisi penilaian adalah bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan
perencanaan pembelajaran dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Di dalam silabus, harus jelas keterkaitan antara SK, KD, materi
pokok/materi pembelajaran, alokasi waktu, sumber belajar di satu sisi, dengan
indikator pencapaian KD yang bersangkutan beserta teknik penilaian dan bentuk
instrumen yang digunakan. Di bawah ini ada contoh format kisi-kisi penilaian
menurut Badan Standar Nasional Pendidikan. Berikut ini adalah contoh kisi-kisi
penilaian yang sudah menyatu dengan RPP.

Format kisi-kisi penilaian yang menyatu dengan RPP

Contoh : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Sekolah : ..................................

Mata Pelajaran : ..............................

Kelas/Semester : .............................

10
Alokasi Waktu : … jam pelajaran (.xpertemuan)

A. SK: ...............................................................................

B. KD: ................................................................................

C. Materi Pembelajaran : ..................................

D. Model/Metode Pembelajaran : ...............................

E. Skenario/Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan 1: .............................................

Pertemuan 2: ............................................. dst.

F. Sumber Belajar

G. Penilaian

Seringkali terjadi para guru menggunakan pola asesmen tertentu, tanpa


melakukan pertimbangan secara serius kenapa dia melakukan asesmen dan kenapa
dia memilih pola asesmen tertentu. Umumnya guru menguji siswa agar dapat
memperoleh skor yang diyakininya menunjukkan tingkat performa akademik
siswa. Dan memang, kebutuhan untuk memberikan nilai terhadap siswa itulah
yang menjadi pendorong utama bagi para guru untuk melakukan asessmen
terhadap siswa.

Sebenarnya ada sejumlah alasan yang cukup penting yang bisa mendorong
seorang guru untuk menyusun dan menggunakan berbagai instrumen asesmen.
Misalnya, guru dapat menggunakan hasil asesmen pada saat mengajar untuk
mengidentifikasi aspek-aspek kesulitan siswa (misalnya materi atau kecakapan
tertentu) di dalam pembelajaran sehingga guru tersebut bisa memberikan
pembelajaran tambahan secara lebih efektif. Fungsi lain dari asesmen
pembelajaran adalah membantu guru lebih memahami apa yang sebenarnya
menjadi sasaran akhir pembelajaran, karena prosedur asesmen yang disusun
dengan benar akan mengoperasionalkan sasaran pembelajaran secara konkrit.

11
C. Tujuan Assessment

Ada beberapa tujuan asesmen dari penilaian kelas yaitu:

1. Dengan melakukan asesmen berbasis kelas ini pendidik dapat mengetahui seberapa
jauh siswa dapat mencapai tingkat pencapai kompetensi yang dipersyaratkan, baik
selama mengikuti pembelajaran dan setelah proses pembelajaran berlangsung
2. Saat melaksanakan asesmen, anda sebagai pendidik juga akan bisa langsung
memberikan umpan balik kepada peserta didik, sehingga tidak perlu lagi menunda atau
menunggu ulangan semeseter untuk bisa mengetahui kekuatan dan kelemahannya
dalam proses pencapaian kompetensi
3. Dalam asesmen berbasis kelas ini. Anda juga secara terus menerus dapat melakukan
pemantauan kemajuan belajar yang dicapai setiap peserta didik, sekaligus anda dapat
mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik sehingga secara tepat dapat
menentukan siswa mana yang perlu pengayaan dan siswa yang perlu pembelajaran
remedial untuk mencapai kompetensi yang dipersyaratkan
4. Hasil pemantauan kemajuan proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan terus
menerus tersebut juga akan dapat dipakai sebagai umpan balik bagi anda untuk
memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan,
sesuai dengan kebutuhan materi dan juga kebutuhan siswa
5. Hasil-hasil pemantauan tersebut, kemudian dapat anda jadikan sebagai landasan untuk
memilih alternative jenis dan model penilaian mana yang tepat untuk digunakan pada
materi tertentu pada mata pelajaran tertentu, yang sudah barang tentu akan berbeda,
anda sebaga pendidik yang tahu persis pertimbangan pemilihannya
6. Hasil dari asesmen ini dapat pula memberikan infomrasi kepada orang tua dan komite
sekolah tentang efektivitas pendidikan, tidak perlu menunggu akhir semester atau akhir
tahun. Komunikasi antara pendidik, orang tua dan komuter harus dijalin dan dilakukan
terus menerus sesuai kebutuhan.
Tujuan Assissment menurut para ahli yaitu:
• Menurut Robb, tujuan Asesment yaitu:
1. Untuk menyaring dan mengidentifikasi anak
2. Untuk membuat keputusan tentang penempatan anak

12
3. Untuk merancang individualisasi pendidikan
4. Untuk memonitor kemajuan anak secara individu
5. Untuk mengevaluasi kefektifan program.
• Menurut Sunardi & Sunaryo (2006) Tujuan asesment yaitu:
1. Memperoleh data yang relevan, objektif, akurat dan komprehensif tentang
kondisi anak saat ini
2. Mengetahui profil anak secara utuh terutama permasalahan dan hambatan
belajar yang dihadapi, potensi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan khususnya,
serta daya dukung lingkungan yang dibutuhkan anak
3. Menentukan layanan yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan-
kebutuhan khususnya dan memonitor kemampuannya.2
• Menurut Salvia dan Yesseldyke seperti dikutif Lerner (1988: 54)
Asesmen dilakukan untuk lima keperluan yaitu:
1. Penyaringan (screening)
2. Pengalihtanganan (referal)
3. Klasifikasi (classification)
4. Perencanaan Pembelajaran (instructional planning)
5. Pemantauan kemjuan belajar anak (monitoring pupil progress).3
Berdasarkan hasil kajian dari teori-teori diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
“Asesmen dilakukan untuk mengetahui keadaan anak pada saat tertentu (Waktu dilakukan
asesmen) baik potensi-potensinya maupun kelemahan-kelemahan yang dimiliki anak
sebagai bahan untuk menyusun suatu program pembelajaran sehingga dapat melakukan
layanan / intervensi secara tepat.”
Popham juga menyatakan bahwa asesmen bertujuan antara lain untuk:
1. Mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar
2. Memonitor kemajuan siswa

2
Sunardi & Sunaryo. (2006). Intervensi Dini Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Jurusan PLB
FIP UPI.
3
Lerner, Janet W. (1988). Learning Disabilities : Theories, Diagnosis, and Teching Strategies.
New Jersey : Houghton Mifflin Company.

13
3. Menentukan jenjang kemampuan siswa
4. Menentukan efektivitas pembelajaran
5. Mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran.4
Sementara menurut Diknas (2006) tujuan dari asesmen adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi selama mengikuti pembelajaran
dan setelah proses pembelajaran berlangsung
2. Untuk memberikan umpan balik kepada peserta didik, untuk bisa mengetahui
kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi
3. Untuk memantau kemajuan belajar dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami
peserta didiksehingga secara dapat dilakukan pengayaan danremedial
4. Untuk memberikan umpan balik bagi pendidik dalammemperbaiki metode,
pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan
5. Untuk memberikan pilihan alternatif penilaian kepada guru
6. Untuk memberikan informasi kepada orang tua dankomite sekolah tentang efektivitas
pendidikan.5
Menurut BOMSTEIN dan KAZDIN (1985), tujuan asesment yaitu:

1. Mengidentifikasi masalah dan menyeleksi target intervensi


2. Memilih dan mendesain program treatmen
3. Mengukur dampak treatmen yg diberikan secara terus menerus
4. Mengevaluasi hasil-hasil umum dan ketepatan dari terapi
Tujuan assesment (permendikbud 104 th 2014) yaitu:
1. Mengetahui tingkat penguasaan kompetensi dalam sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang sudah dan belum dikuasai seorang/sekelompok peserta didik untuk
ditingkatkan dalam pembelajaran remedial dan program pengayaan
2. Menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi belajar peserta didik dalam kurun
waktu tertentu, yaitu harian, tengah semesteran, satu semesteran, satu tahunan, dan
masa studi satuan pendidikan

4
Popham, W. J. (1995). Classroom assessment. Boston: Allyn and Bacon.
5
Poerwanti, E. (2001). Evaluasi pembelajaran, Modul Akta mengajar. UMM Press. Arikunto, S.
(2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

14
3. Menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan
kompetensi bagi mereka yang diidentifikasi sebagai peserta didik yang lambat atau
cepat dalam belajar dan pencapaian hasil belajar
4. Memperbaiki proses pembelajaran pada pertemuan semester berikutnya

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Assessment


1. Faktor Internal
1) Faktor Jasmani
a. Faktor kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang
terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang semangat, mudah pusing,
ngantuk, jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan
kelainan-kelainan fungsi alat indera serta tubuhnya.
b. Cacat Tubuh
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Jika hal ini terjadi
hendaknya belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu
agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.
2) Faktor Psikologis
a. Intelegensi
Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi
yang sama siswa yang mempunyai inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil
dari pada yang mempunyai tingkat inteligensi yang rendah
b. Perhatian
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus
mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran
tidak menjadi perhatian siswa maka timbulah kebosanan, sehingga tidak lagi
suka belajar.
c. Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang
dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan
sebaik-baiknya,karena tidak ada daya tarik baginya.

15
d. Bakat
Bakat dapat mempengaruhi belajar, jika bahan pelajarannya dipelajari siswa
sesuai dengan bakatnya,maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang
belajar dan pasti selanjutnya akan lebih giat lagi dalam belajarnya tersebut.
e. Motif
Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong
siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk
berfikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan
yang berhubungan dengan belajar.
f. Kematangan
Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus
menerus, untuk itu diperlukan dengan latihan dan pelajaran. Belajarnya akan
lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemudia baru untuk memiliki
kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.
g. Kesiapan
Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa
belajar dan ia sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan baik.6

2. Faktor Eksternal

1) Faktor Keluarga

a. Cara Orang Tua Mendidik


Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruh terhadap belajar
anaknya.Karena orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan
anaknya,misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya,tidak
memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-
kebutuhan anaknya dalam belajarnya,tidak menyediakan atau melengkapi alat
belajarnya,tidak memperhatikan apakah anakanya belajar atau tidak,tidak ingin
mengetahui bagaimanakah kemajuan belajar anaknya,kesulitan-kesulitan yang

6
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta

16
di alami dalam belajar dan lain-lain,dapat menyebabkan anak tidak atau kurang
berhasil dalam belajarnya.
b. Relasi Antar Anggota Keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dan
anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga
yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak.
c. Suasana Rumah
Suasana rumah juga merupakan factor yang penting yang tidak termasuk
factor yang sengaja, jika suasana rumah yang gaduh atau ramai tidak akan
memberi ketenangan kepada anaknya yang sedang belajar, akibatnya belajar
tidak berkonsentrasi.
d. Keadaan Ekonomi Keluarga
Jika anak yang hidup dalam keluarga yang miskin,kebutuhan pokok anak
kurang terpenuhi,akibatnya kesehatan anak terganggu,sehingga belajar anak
juga terganggu,selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder
dengan temannya yang lain,hal ini pasti akan menganggu belajar
anak.Sebaliknya keluarga yang kaya raya,orang tua sering mempunyai
kecenderungan untuk memanjakan anak.Anak hanya bersenang-senang dan
berfoya-foya,akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatiannya pada
belajar.Hal tersebut juga dapat menganggu belajar anak.
e. Pengertian Orang Tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang
belajar jangan di ganggu dengan tugas-tugas dirumah.Terkadang anak
mengalami lemah semangat ,orang tua wajib memberi pengertian dan
mendorongnya,membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak
disekolah.
f. Latar Belakang Kebudayaan
Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar
mendorong semangat anak untuk belajar.
2) Faktor Sekolah
a. Metode Mengajar

17
Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa
yang tidak baikpula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi
misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran
sehingga guru tersebut menyajikanya tidak jelas atas sikap guru terhadap siswa
dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik,sehingga siswa kurang
senang terhadap pelajaran atau gurunya.Akibatnya siswa malas untuk belajar.

b. Kurikulum
Kurikulum yang tidak baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat,
diatas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa.
Guru perlu mendalami siswa dengan baik,harus mempunyai perencanaan yang
mendetail,agar dapat melayani siswa belajar secara individual.Kurikulum
sekarang belum dapat memberikan pedoman perencanaan yang demikian.
c. Relasi Guru dengan Siswa
Didalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai
gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa
berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya,jika
siswa membenci gurunya ia segan mempelajari mata pelajaran yang
diberikannya.Akibatnya pelajarannya tidak maju.
d. Disiplin Sekolah
Dengan disiplin siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin dalam belajar
baik disekolah, dirumah dan di perpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah guru
beserta staf yang lain disiplin pula.
e. Metode Belajar
Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Terkadang siswa
belajar tidak teratur, atau terus menerus, karena besok akan tes. Dengan belajar
demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit.
Maka perlu belajar secara teratur setiap hari.
3) Faktor Masyarakat
a. Kegiatan Siswa Dalam Msyarakat

18
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap
perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan
masyarakat yang terlalu banyak ia tidak bisa dapat mengatur waktunya,
akibantnya belajarnya akan terganggu.
b. Teman Bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam
jiwanya dari kita yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh
baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang buruk akan
mempengaruhi bersifar buruk juga terhadap siswa akibatnya belajar siswa dapat
terganggu.7

E. Prinsip-Prinsip Assessment
Prinsip adalah sesuatu yang harus dijadikan pedoman. Prinsip asesmen berbasis
kelas adalah patokan yang harus dipedomi Ketika anda sebagi guru melakukan asesmen
hasil dan proses belajar. Terdapat 6 prinsip dasar asesmen hasil belajar yang harus
dipedomani (Depdiknas,2004 & 2006) yaitu:
a. Prinsip Validasi
Validitas dalam asesmen mempunyai pengertian bahwa dalam melakukan
penilaian harus “menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat penilaian yang
digunakan sesuai denga napa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan ala yang
sesuai untuk mengukur kompetensi”.8
b. Prinsip Reabilitas
Pengertian reabilitas berkaitan dengan konsistensi hasil penilaian. Penilaian yang
reliable memungkinkan perbandingan yang reliable, menjamin konsistensi, dan
keterpercayaan. Atau lebih singkatnya asesmen harus reliable artinya asesmen harus
konsisten dalam mengukur kemampuan siswa. Asesmen harus memberikan hasil yang
dapat diandalkan dan akurat. Contohnya, dalam menguji kompetensi siswa dalam

7
Brookhart, Susan M. and Anthony, Nitko J. 2007. Educational Assesment of Student .
Fifthedition. New Jersey: Meril Prentice Hall.
8
Nitko, A. J.2018. Educational assessment of stundets. Prentice Hall.

19
melakukan eksperimen di laboratorium. Sepuluh siswa melakukan eksperimen dan
masing-masing menulis laporannya. Penilaian ini reliable jika guru dapat
membandingkan taraf penguasaan 10 siswa itu dengan kompetensi eksperimen yang
dituntut dalam kurikulum. Penilaian ini reliable jika 30 siswa yang sama mengulangi
eksperimen yang sama dalam kondisi yang sama dan hasilnya ternyata sama. Kondisi
yang sama misalnya:9
• Tidak ada siswa yang sakit
• Penerangan/pencahayaan dalam lab sama
• Suhu udara dalam lab sama
• Alat yang digunakan sama
Penilaian tersebut tidak reliable jika ada kondisi yang berubah, misalnya ada 3
siswa yang sakit tetapi dipaksa melakukan eksperimen yang sama dan ternyata
hasilnya berbeda.
c. Terfokus Pada Kompetensi
Adanya perubahan kurikulum juga memunculkan konsekuensi yang juga akan
menuntut perubahan dalam system penilaiannya. Dalam pelaksanaan kurikulum
berbasis kompetensi, penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian
kemampuan), bukan pada penguasaan materi (pengetahuan). Untuk bisa mencapai itu
penilaian harus dilakukan secara berkesinambungan, dimana peniliana dilakukan
secara terencana, bertahap dan terus menerus untuk memperoleh gambaran
pencapaian kompetensi peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
d. Prinsip Komprehensif
Prinsip komperhensif berarti bahwa evaluasi harus mencakup semua tujuan
pembelajaran yang ditetapkan, bukan hanya aspek – aspek tertentu saja. Dengan
melibatkan semua tujuan pembelajaran, evaluasi dapat memberikan gambaran yang
lengkap tentang sejauh mana siswa telah mencapai hasil yang di harapkan. Dalam
prinsip komperhensif, juga harus melibatkan berbagai sumber data, termasuk
observasi guru, catatan kelas, tugas-tugas siswa dan tes formal. Karena prinsip

9
Brookhart, S. M. 2018. How to create and use rubrics for formative assessment and grading.
(ASCD)

20
komperhensif memastikan bahwa evaluasi memberikan gambaran yang akurat tentang
kemajuan siswa dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan
kemampuan mereka secara menyeluruh.
e. Prinsip Objektivitas
Obyektif dalam konteks penilaian di kelas adalah bahwa proses penilaian yang
di lakukan harus meminimalkan pengaruh-pengaruh atau pertimbangan subjektif dari
penilaian. Dalam impelmentasinya penilaian tersebut harus adil, terencana,
berkesinambungan, menggunakan Bahasa yang dapat di pahami siswa, dan
menerapkan kriteria yang jelas dalam pembuatan keputusan atau pemberian angka
(skor).
f. Prinsip Mendidik
Prinsip ini sangat perlu dipahami bahwa penilaian dilakukan bukan untuk
mendiskriminasi siswa (lulus atau tidak lulus) atau menghukum siswa, tetapi untuk
mendiferensiasi siswa (sejauh mana seorang siswa membuat kemajuan atau posisi
masing-masing siswa dalam rentang cakupan pencapaian suatu kompetensi). Jadi,
penilaian mendidik artinya proses penilaian hasil belajar harus mampu memberikan
sumbangan positif pada peningkatan pencapaian hasil belajar peserta didik, dimana
hasil penilaian harus dapat memberikan umpan balik dan motivasi kepada peserta
didik untuk lebih giat belajar.10

F. Teknik-Teknik Assessment
Dilihat dari tekniknya, asesmen proses dan hasil belajar dibedakan menjadi dua macam
yaitu dengan Teknik Tes dan Non Tes. Namun, pada umumnya pengajar lebih banyak
menggunakan tes sebagai alat ukur dengan rasional bahwa tingkat obyektivitas evaluasi
lebih terjamin, hal ini tidak sepenuhnya benar. Teknik mengumpulkan sebuah informasi
pada prinsipnya adalah cara asesmen kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian
standar kompetensi dan kompetensi dasar.

10
Brookhart, Susan M. and Anthony, Nitko J. 2007. Educational Assessment of Student. Op. cit
hlm.6. Fifth edition. New Jersey: Meril Prentice Hall.

21
2. Teknis Tes
Teknik tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan oleh orang yang dites, dan
berdasarkan hasil menunaikan tugas-tugas tersebut, akan dapat ditarik kesimpulan
tentang aspek tertentu pada orang tersebut. Tes sebagai alat ukur sangat banyak
macamnya dan luas penggunaannya.
3. Teknik Non Tes
Teknik non tes dapat dilakukan dengan observasi baik secara langsung ataupun tak
langsung, angket ataupun wawancara. Dapat pula dilakukan dengan Sosiometri, teknik
non tes digunakan sebagai pelengkap dan digunakan sebagai pertimbangan tambahan
dalam pengambilan keputusan penentuan kualitas hasil belajar, teknik ini dapat bersifat
lebih menyeluruh pada semua aspek kehidupan anak. Dalam KBK teknik nontes
disarankan untuk banyak digunakan.11
Menurut Sumarno (2011) ada tujuh ragam teknik yang dapat digunakan, yaitu
penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian
produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
1. Penilaian Unjuk Kerja
Unjuk kerja (Performance assessment atau performance- based assessment) atau
teknik tes perbuatan merupakan jenis penilaian yang memberikan kesempatan kepada
para siswa untuk mendemonstrasikan pengetahuan, dan keterampilan yang mereka
miliki dalam berbagai konteks. Seperti berbicara, berpidato, membaca puisi, dan
berdiskusi; kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam kelompok;
partisipasi peserta didik dalam diskusi; ketrampilan menari; ketrampilan memainkan
alat musik; kemampuan berolah raga; ketrampilan menggunakan peralatan
laboratorium; praktek sholat, bermain peran, bernyanyi, dan ketrampilan
mengoperasikan suatu alat.
Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk
menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.

11
Brookhart, Susan M. and Anthony, Nitko J. 2007. Educational Assesment of Student. Fifth
edition. New Jersey: Meril Prentice Hall.hlm 5

22
2. Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.
3. Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
4. Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat
diamati.
Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan pengamatan. Langkah
Penilaian Kinerja:
1. Mengidentifikasi langkah penting yang mempengaruhi output
2. Menuliskan prilaku kemampuan spesifik
3. Membuat kriteria kemampuan yang akan diukur
4. Mendefinisikan kriteria kemampuan
5. Mengurutkan kriteria kemampuan
6. Membandingkan dengan kriteria sebelumnya.
Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk
menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu.Untuk menilai kemampuan
lompat jauh peserta didik, misalnya dilakukanpengamatan atau observasi yang
beragam, seperti teknik mengambilawalan, teknik tumpuan, sikap/posisi tubuh saat di
udara, dan teknik mendarat.
2. Penilaian Sikap
Penilaian sikap merupakan penilaian terhadap sikap peserta didik. Secara umum objek
sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran sebagai
berikut:
a. Sikap Terhadap Materi Pembelajaran
Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran. Dengan
sikap positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar,
akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran
yang diajarkan.
b. Sikap Terhadap Guru/Pengajar
Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap guru. Peserta didik yang
tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-hal
yang diajarkan. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif

23
terhadap guru/pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh
guru tersebut.
c. Sikap Terhadap Proses Pembelajaran
Peserta didik juga perlu memiliki sikap positif terhadap proses
pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran mencakup suasana
pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan.
Proses pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenangkan dapat
menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, sehingga dapat mencapai hasil
belajar yang maksimal.
Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan materi
pelajaran.Misalnya, masalah lingkupan hidup (materi Biologi atau Geografi).
Peserta didik perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif
terhadap kasus lingkungan tertentu (kegiatan pelestarian/kasus perusakan
lingkungan hidup). Misalnya, peserta didik memiliki sikap positif terhadap
program perlindungan satwa liar.
3. Penilaian Tertulis
Penilaian tertulis merupakan penilaian dimana soal dan jawaban yang diberikan
kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
a. Soal dengan memilih jawaban, mencakup: pilihan ganda, dua pilihan (salah-
benar), dan menjodohkan.
b. Soal dengan mensuplai jawaban, mencakup: isian atau melengkapi, uraian
terbatas, dan uraian.
Penyusunan instrumen penilaian tertulis perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
a. Materi, misalnya kesesuaian soal dengan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi pada kurikulum tingkat satuan pendidikan.
b. Konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.
c. Bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang
menimbulkan penafsiran ganda.
d. Kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisan soal yang baku dari
berbagai bentuk soal pilihan.

24
4. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan
mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuanmenginformasikan
peserta didik pada mata pelajaran tertentu secarajelas. Ada 3 hal yang perlu
dipertimbangkan dalam penilaian proyek,yaitu:
a. Kemampuan Pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan
mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
b. Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan dalam pembelajaran.
c. Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap
proyek peserta didik.
5. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu
produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat
produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, hasil karya seni (patung, lukisan,
gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Pengembangan
produk meliputi 3 tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian, yaitu:
a. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan siswa membuat rencana, mengumpulkan gagasan, dan
kemudian membuat desain (rancangan) produk apa yang akan dibuat. Guru
memberi saran-saran untuk melengkapi gagasan atau meyempurnakan desain. Pada
akhir tahap ini guru melakukan penilaian tentang kemampuan siswa merencanakan,
menggali, dan mengembangkan gagasan, serta mendesain produk.
b. Tahap pembuatan produk (proses)

25
Pada tahap ini siswa memilih dan menggunakan bahan, alat, dan teknik yang
sesuai dengan desain yang telah disusun. Dalam proses pembuatan dimungkinkan
siswa membutuhkan bantuan berupa saran-saran dari guru. Pada akhir tahap ini
guru melakukan penilaian tentang kemampuan siswa menyeleksi dan
menggunakan bahan, alat, dan teknik.
c. Tahap Penialaian Produk (Appraisal)
Pada tahap ini siswa menyajikan produk atau memamerkannya kepada
komunitas sekolah disertai uraian tertulis mengenai seluk- beluk produk tersebut,
seperti maksud, ciri-ciri, proses perancangan dan pembuatan, dll. Pada akhir tahap
ini guru melakukan penilaian tentang kemampuan siswa membuat produk sesuai
kegunaan dan memenuhi kriteria yang telah disepakati.
6. Penilaian Portofolio
Menurut Popham (1994) dalam Sumarno (2011) penilaian portofolio merupakan
penilaian secara berkesinambungan dengan metode pengumpulan informasi atau data
secara sistematik atas hasil pekerjaan peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Dalam
sistem penilaian portofolio guru membuat file untuk masing-masing peserta didik yang
berisi kumpulan sistematis atas hasil prestasi belajar mereka selam mengikuti proses
pendidikan.
Dalam file portofolio guru mengumpulkan bukti fisik dan catatan prestasi siswa,
seperti hasil ulangan, hasil tugas mandiri, serta hasil praktikum. Selain prestasi
akademik isi file juga dapat dielaborasi dengan lembar catatan prestasi non-akademik,
yakni rekaman profile peserta didik meliputi aspek kerajinan, kerapihan, ketertiban,
kejujuran, kemampuan bekerjasama, sikap, solidaritas, toleransi, kedisiplinan, prestasi
olah raga, kesenian, kepramukaan dan lain-lain.
Data yang terkumpul dari waktu ke waktu ini kemudian digunakan oleh guru untuk
menilai dan melihat perkembangan kemampuan prestasi akademik siswa dalam
periode tersebut. File portofolio. sekaligus akan memberikan umpan balik (feed back)
baik kepada gurumaupun kepada peserta didik. Bagi guru, file yang berisi prestasi
siswaini akan memberikan masukan (input) untuk penilaian proses, terutamadalam
memperbaiki strategi, metode, dan manajemen pembelajaran dikelas. Melalui analisa
file portofolio, guru dapat mengetahui potensi,karakter, kelebihan, dan kekurangan

26
siswa. Bagi siswa, file ini dapat menjadi dasar pijakan untuk mengoreksi dan
memperbaiki kelemahan, serta kekurangannya dalam proses pembelajaran maupun
penguasaannya tentang suatu pokok bahasan atau materi pelajaran tertentu.
7. Penilaian Diri
Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, di mana subjek
yang ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status, proses
dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.
Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian, yang
berkaitan dengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses
pembelajaran di kelas, berkaitan dengan kompetensi kognitif, misalnya: peserta didik
dapat diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir
sebagai hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu, berdasarkan kriteria atau acuan
yang telah disiapkan. Berkaitan dengan kompetensi afektif, misalnya, peserta didik
dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap
suatu objek sikap tertentu. Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan
penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan
kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta untuk menilai kecakapan atau
keterampilan yang telah dikuasainya sebagai hasil belajar berdasarkan kriteria atau
acuan yang telah disiapkan.12

12
Alim, Sumarno. 2011. Pemanfaatan ICT Dalam Proses Merancang Dan Mengimplementasikan
Model Pembelajaran Inovatif Designed Student Centred Instructional. FT – UNESA. Surabaya.

27
BAB IIl

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahwa dapat disimpulkan assesment pembelajaran merupakan suatu metode dan
proses yang digunakan untuk mengumpulkan umpan balik tentang seberapa baik siswa
belajar. Asesment pembelajaran juga mempunyai teknik-teknik berupa teknik tes dan
teknik non tes. Dalam assessment pembelajaran mempunyai suatu faktor-faktor yang
mempengaruhinya berupa factor interen yang meliputi faktor jasmani, faktor psikologis,
faktor kelelahan dan faktor ekstern yang juga meliputi faktor keluarga, faktor masyarakat.
Asesment pembelajaran terdapat suatu prinsip-prinsip yang berupa prinsip validitas,
prinsip realiabilitas, terfokus pada kompetensi, prinsip komprehensif, prinsip objektifitas,
prinsip mendidik.
B. Saran
Dalam belajar dan pembelajaran setiap guru profesional harus mempunyai asesmen
pembelajaran terhadap siswa. Dan di dalam melaksanakan asesmen atau penilaian dalam
pembelajaran sebaiknya menggunakan teknik yang disesuaikan dengan tujuan
diadakannya asesmen pembelajaran. Maksudnya teknik yang digunakan harus sesuai
dengan sasaran pembelajaran dan harus benar-benar memenuhi kebutuhan peserta didik
dan juga guru.

28
DAFTAR PUSTAKA

Poerwanti, E. Evaluasi pembelajaran, Modul Akta mengajar. UMM Press. 2001

Lerner, Janet W. (1988). Learning Disabilities : Theories, Diagnosis, and Teching Strategies. New
Jersey : Houghton Mifflin Company.

Popham, W. J. (1995). Classroom assessment. Boston: Allyn and Bacon.


Poerwanti, E. (2001). Evaluasi pembelajaran, Modul Akta mengajar. UMM Press. Arikunto, S.
(2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sunardi & Sunaryo. (2006). Intervensi Dini Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Jurusan PLB
FIP UPI.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Brookhart, Susan M. and Anthony, Nitko J. 2007. Educational Assesment of Student. Fifthedition.
New Jersey: Meril Prentice Hall.

Nitko, A. J.2018. Educational assessment of stundets. Prentice Hall.


Brookhart, S. M. 2018. How to create and use rubrics for formative assessment and grading.
(ASCD)
Brookhart, Susan M. and Anthony, Nitko J. 2007. Educational Assessment of Student. Op. cit
hlm.6. Fifth edition. New Jersey: Meril Prentice Hall.
Conner, Colin. (1991). Assessment and Testing in the Primary School. Hampshire: The Falmer
Press.
Johnson, David W. (2002). Meaningful Assessment A Manageable and Cooperative
Process. Boston: Allyn and Bacon.
Nitko, A.J. and S.M. Brookhart. (2007). Educational Assessment of Students. Fifth Edition. New
Jersey: Pearson. Asesmen pembelajaran di SD 3 - 37

29

Anda mungkin juga menyukai