Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

OBJEK/SASARAN EVALUASI PENDIDIKAN

Dipresentasikan untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah


Evaluasi Pendidikan

Oleh :
NURMINA MUNAWAROH
80200221097
SULIA
80200221098

Dosen Pemandu:

Dr. Andi Ika Prasasti Abrar S.Si.,M.Pd


Dr. H. Muh. Nur Akbar Rasyid, M.Pd.,M.Ed.,Ph.D

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim…
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya. Sehinnga, kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Objek/Sasaran Evaluasi Pendidikan”. Sholawat serta
salam tak lupa juga kita limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Dengan rasa kesungguhan, penyusun makalah ini dihadapkan pada
pengetahuan dan kemampuan serta waktu yang sangat terbatas, sehingga kami sadar
bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Dan terima kasih
kami ucapkan terkhusus kepada Ibu Dr. Andi Ika Prasasti Abrar S.Si.,M.Pd. selaku
dosen 1 yang telah membantu dan membimbing dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini maasih jauh dari
kata sempurna, untuk itu kami dengan senang hati menerima segala saran dan
masukkan yang bersifat membangun. Harapan kami semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk orang lain dan untuk menambah ilmu pengetahuan.

Morowali, 23 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL.................................................................................................................. i
DATAR ISI .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. Pengertian Evaluasi Pendidikan................................................................ 3-4
B. Objek Evaluasi Pendidikan ....................................................................... 4-10
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 11
A. Kesimpulan................................................................................................ 11
B. Saran.......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jika kita perhatikan dunia pendidikan, kita akan mengetahui bahwa setiap jenis
atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode
pendidikan, selalu mengadakan evaluasi. Artinya pada waktu-waktu tertentu
selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang
telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik.
Demikian pula dalam satu kali proses pembelajaran, guru hendaknya menjadi
seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui
apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi
pelajaran yang diajarkan sudah tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat
dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.
Istilah evaluasi sering juga diidentikkan dengan measurement, yakni pengukuran
untuk mengetahui keadaan terhadap sesuatu. Evaluasi dalam arti pengukuran
biasanya dilakukan dengan memakai ukuran-ukuran tertentu misalnya, meter
mengukur tinggi, thermometer untuk mengukur suhu, gram untuk mengukur
berat, membaca Al-quran luar kepala untuk mengukur kemampuan menghafal
Al-quran dan lain-lain.1 Di samping evaluasi dalam arti pengukuran, ditemukan
ada pula kata lain yang searti dan relatif lebih masyhur dalam pendidikan yakni
tes, ujian, dan ulangan. Kegiatan evaluasi, memiliki arti penting dalam dunia
pendidikan. Dalam hal ini, ada tiga alasan tentang pentingnya evaluasi
pendidikan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Pertama, berkepentingan
untuk perumusan prosedur pelaksanaan proses belajar mengajar, sehingga
nantinya akan diketahui apakah tujuan pendidikan sudah tercapai dengan baik.
Kedua, kegiatan evaluasi terhadap hasil belajar merupakan salah satu ciri dari
pendidik profesional. Ketiga, evaluasi merupakan manejemen kontrol dalam
1
Robert L. Thorndike dan Elisabeth P. Hagen Measurement and Aevaluation in Psychology and
Education Fourth Edition (Newy York: John Wiley and Sons, t.th), h. 3.

1
proses belajar mengajar.2 Karena evaluasi pendidikan memiliki arti penting,
maka kelihatan adanya hubungan interpendensi antara tujuan pendidikan, dan
proses belajar-mengajar, di mana tujuan tersebut akan dapat tercapai secara
maksimal bilamana evaluasi yang dilakukan sesuai dengan prosedur.
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus
menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke
waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik
(feed back) terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan
titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar
selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terus dapat
ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis dapat merumuskan masalah sebagi berikut:
1. Apakah evaluasi pendidikan?
2. Apa saja objek/sasaran evaluasi pendidikan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui evaluasi pendidikan.
2. Untuk mengetahui objek/sasaran evaluasi pendidikan.

2
Julian C. Stanley dan Kenneth D Hopkins, Educational and Psyicological
Measurement and Evaluation (New Delhi: Prentive Hal Private Limited, 1978), h. 6.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi Pendidikan


Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation
yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily:
1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “the
process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging
decision alternatives,” Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan,
memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu
alternatif keputusan. Sedangkan, Rooijackers Ad mendefinisikan evaluasi
sebagai “setiap usaha atau proses dalam menentukan nilai”. Secara khusus
evaluasi atau penilaian juga diartikan sebagai proses pemberian nilai berdasarkan
data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan. Dan
menurut Anne Anastasi (1978) mengartikan evaluasi sebagai “a systematic
process of determining the extent to which instructional objective are achieved
by pupils”. Evaluasi bukan sekadar menilai suatu aktivitas secara spontan dan
insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara
terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tuiuan yang jelas.
Evaluasi pendidikan memberikan manfaat baik bagi siswa/peserta pendidikan,
pengajar maupun manajemen. Dengan adanya evaluasi, peserta didik dapat
mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah digapai selama mengikuti
pendidikan. Pada kondisi dimana siswa mendapatkan nilai yang mernuaskan
maka akan memberikan dampak berupa suatu stimulus, motivator agar siswa
dapat lebih meningkatkan prestasi. Pada kondisi dimana hasil yang dicapai tidlak
mernuaskan maka siswa akan berusaha memperbaiki kegiatan belajar, namun
demikian sangat diperlukan pemberian stimulus positif dari guru/pengajar agar
siswa tidak putus asa. Dari sisi pendidik, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai
umpan balik untuk menetapkan upaya-upaya meningkatkan kualitas pendidikan.

3
Evaluasi adalah suatu proses yang terus menerus, bukan hanya pada akhir
pengajaran, tetapi dimulai sebelum dilaksanakannya pengajaran sampai dengan
berakhirnya pengajaran, yaitu dilakukan baik di kelas, di sekolah secara umum,
maupun bersifat nasional, meskipun evaluasi tersebut mempunyai kelebihan-
kelebihan dan kelemahan-kelemahan. Proses evaluasi senatiasa diarahkan ke
tujuan tertentu, yakni untuk mendapatkan jawaban-jawaban tentang bagaimana
memperbaiki pengajaran.
B. Objek Evaluasi Pendidikan
Objek atau sasaran evaluasi pendidikan adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan kegiatan atau proses pendidikan, yang dijadikan titik pusat perhatian atau
pengamatan, karena pihak penilai evaluator ingin memperoleh informasi tentang
kegiatan atau proses pendidikan tersebut. Salah satu cara untuk mengenal atau
mengetahui objek dari evaluasi pendidikan adalah dengan jalan memahaminya
dari tiga sisi, “yaitu dari segi input, transformasi, dan output, dimana input
dianggap sebagai bahan mentah yang akan diolah”, transformasi dianggap
sebagai “dapur tempat mengolah bahan mentah” dan output dianggap sebagai
“hasil pengolahan yang dilakukan dapur dan siap untuk dipakai” Anas Sudijono,
2001:25.
Objek evaluasi biasa disebut juga dengan sasaran evaluasi. Yaitu segala sesuatu
yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan informasi
tentang sesuatu tersebut. Obyek evaluasi pendidikan dilihat dari aspek inputnya,
maka objek dari evaluasi pendidikan itu sendiri meliputi tiga aspek, yaitu:
1. Evaluasi dalam Aspek Kognitif (Kemampuan)
Istilah kognitif berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti
mengetahui. Dalam arti yang luas cognition ialah perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif
yang dalam Bahasa Indonesia disebut “kognisi” adalah salah satu domain
atau wilayah ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental

4
yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengilahan informasi,
pemecahan masalah, kesengajaaan. Atau dengan kata lain, aspek kognitif
yang merupakan bagian dari cognitive sciences itu adalah sebuah disiplin
psikologi yang khusus membidangi penelitian dan pembahasan mengenai
segala hal yang berhubungan dengan cognitive person, yakni ranah cipta pada
setiap manusia, seperti proses penerimaan, pengolahan, penyimpanan, dan
perolehan kembali informasi dari sistem memori (akal) manusia.3
Kognitif memiliki enam taraf yang meliputi pengetahuan (taraf yang paling
rendah) sampai evaluasi (taraf yang paling tinggi). 4 Pertama, pengetahuan
(knowledge) yang mencakup ingatan. Dalam rangka penilaian, tes ingatan
hampir tidak menuntut lebih daripada mengingat kembali. Kedua,
pemahaman (comprehension) yang memerlukan kemampuan menangkap
makna dari sesuatu konsep. Ketiga, penerapan (aplikasi), yakni kesanggupan
menerapkan abstraksi dalam suatu situasi kongkrit. Keempat, analisis yakni
kesanggupan mengurai suatu integritas menjadi unsur-unusr atau bagian-
bagian yang mempunyai arti. Kelima, sintesis, yakni menekankan suatu
kesanggupan menyatukan unsur-unsur menjadi satu integritas. Keenam,
evaluasi, yakni kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu
berdasarkan kriteria yang dipakainya.
Evaluasi atau penilaian yang dilakukan untuk menilai proses dan hasil belajar
siswa dalam aspek kognitif adalah mencakup semua materi unsur pokok
pendidikan.5 Sekurang-kurangnya ada dua macam kecakapan kognitif siswa
yang amat perlu dikembangkan segera khususnya guru, yakni pertama,
strategi belajar memahami isi materi pelajaran, dan kedua starategi
menyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap

3
Robert L. Thorndike dan Elisabeth P. Hagen, op. cit., h. 336-337.
4
W. James Popham dan Evi L. Baker, Teknik Mengajar secara Sistematis (Cet. I; Jakarta: Rineka
Cipta, 1992), h. 29.
5
Mappanganro, op. cit., 117.

5
pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut.6 Tanpa
adanya pengembangan dua macam kecakapan kognitif ini, agaknya siswa
sulit diharapkan mampu mengembangan ranah afektif dan psikomotor nya
sendiri.
Preferensi kognitif yang pertama pada umumnya timbul karena dorongan luar
(motif eksrinsik) yang mengakibatkan siswa menganggap belajar hanya
sebagai alat pencegah ketidaklulusan atau ketidaknaikan. Aspirasi yang
dimilikinya pun bukan ingin menguasai materi secara men-dalam, melainkan
sekedar asal lulus atau naik kelas semata. Sebaliknya, prefensi kognitif yang
kedua biasanya timbul karena dorongan dalam diri siswa sendiri (motif
intrinsik), dalam arti siswa tersebut memang tertarik dan membutuhkan
materi-materi pelajaran yang disajikan gurunya. Tugas guru dalam hal ini
ialah menggunakan pendekatan metode yang memungkinkan para siswa
menggunakan strategi belajar yang berorientasi pada pemahaman yang
mendalam terhadap isi materi pelajaran. Seiring dengan upaya ini, guru juga
diharapkan mampu menjauhkan para siswa dari strategi dan preferensi akan
yang hanya mengarah ke aspirasi asal naik atau lulus.7
Evaluasi keberhasilan belajar siswa dalam aspek kognitif (ranah cipta) ini,
dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis maupun lisan
dan perbuatan. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa karena
semakin membengkaknya jumlah siswa di sekolah-sekolah, tes lisan dan
perbuatan saat ini semakin jarang digunakan. Salah satu contoh tes
kemampuan yang bisa dilakukan adalah Kemampuan calon peserta didik
yang akan mengikuti program pendidikan sebagai taruna Akademi Angkatan
Laut tentu harus dibedakan dengan kemampuan calon peserta didik yang
akan mengikuti program pendidikan pada sebuah perguruan tinggi agama

6
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Cet. II; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003), h.51.
7
John W. M. Rothney, Evaluation of Learning dalam Charles E. Skinner, Educational Psychology
(New Delhi: Prencite-Hall Inc, 1984), h. 686.

6
islam. Adapun alat yang biasa digunakan dalam rangka mengevaluasi
kemampuan peserta didik itu adalah tes kemampuan (attitude tes).
2. Evaluasi dalam Aspek Afektif (Sikap)
Sikap, pada dasarnya adalah merupakan bagian dari tingkah laku manusia,
sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memencar keluar. Namun
karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol dan sangat
dibutuhkan dalam pergaulan, maka diperoleh informasi mengenai sikap
seseorang adalah penting sekali. Karena itu maka aspek sikap tersebut perlu
dinilai atau dievaluasi terlebih dahulu bagi para calon peserta didik sebelum
mengikuti program pendidikan tertentu.
Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan membuahkan
kecakapan kognitif, tetapi juga menghasilkan kecakapan ranah afektif.
Evaluasi dalam ranah afektif ini, lebih ditekankan pada unsur pokok akhlak.8
Seorang guru agama yang piawai dalam mengembangkan kecakapan
kognitif, akan berdampak positif terhadap ranah afektif siswa. Peningkatan
kecakapan afektif ini, antara lain berupa kesadaran beragama yang mantap.
Misalnya saja, apabila seorang siswa diajak kawannya untuk berbuat tidak
senonoh seperti melakukan seks bebas, dan atau meminum minuman keras, ia
akan serta merta menolak dan bahkan berusaha mencegah perbuatan asusila
itu dengan segenap daya dan upayanya.
Mengenai afektif ini, terdiri atas lima taraf, yakni :
a. Memperhatikan, dimana taraf ini berkenaan dnegan kepekaan pelajar
terhadap rangsangan fenomena yang datang dari luar;
b. Merespon, di mana pada taraf ini pelajar sudah lebih dari sekedar
memperhatikan fenomena. Ia sudah memiliki motivasi yang cukup;
c. Menghayati nilai, di mana pada taraf ini pelajar sudah menghayati dan
menerima nilai;

8
H. Mappanganro, loc cit.

7
d. Mengorganisasikan, dimana pada taraf ini pelajar mengembangkan nilai-
nilai ke dalam suatu sistem organisasi;
e. Menginternalisasi diri, dan inilah taraf tertinggi, di mana pelajar telah
mendarahdaging serta mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah
lakunya.
Salah satu bentuk evaluasi afektif yang popular adalah “tes skala likert”yang
tujuannya untuk mengindentifikasi kecenderungan sikap siswa. Bentuk skala
ini menampung pendapat yang mencerminkan sikap sangat setuju, ragu-ragu,
tidak setuju dan sangat tidak setuju. Rentang skala ini diberi skor 1 sampai 5,
atau 1 sampai 7 bergantung kebutuhan dengan catatan skor-skor itu dapat
mencerminkan sikap-sikap mulai sangat “ya” sampai sangat “tidak”.
Cara lain menyusun instrumen skala sikap dan atau akhlak siswa dapat juga
ditempuh dengan menggunakan skala ciptaan Osgood yang disebut semantic
differential. Hal lain yang perlu diingat adalah bahwa guru yang hendak
menggunakan skala sikap ialah bahwa dalam evaluasi ranah rasa yang dicari
bukan sekedar benar dan salah, melainkan sikap atau kecenderungan setuju
atau tidak setuju.9 Untuk lebih memperjelas uraian ini, penulis sajikan sebuah
contoh sikap terhadap penyalahgunaan narkoba sebagai berikut:

TABEL TENTANG
SIKAP SISWA TERHADAP
PENYALAHGUNAAN NARKOBA
Skala Sikap
Pernyataan
Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju
1. Penyalahgunan narkoba
apapun alasannya tidak 1 2 3 4 5
dapat dibenarkan/haram (D)
2. Penyalahgunaan narkoba
tidak hanya merusak
1 2 3 4 5
jasmani saja, tapi juga
merusak rohani (P)

9
Robert L. Thorndike dan Elisabeth P. Hagen, op. cit., h. 440-441

8
3. Menghindari
penyalahgunaan narkoba
1 2 3 4 5
adalah hukum nya wajib
(K)
4. Masyarakat membenci
penyalahgunaan narkoba 1 2 3 4 5
(W)

Catatan :
D = Doktrin
K = Komitmen
P = Penghayatan
W = Wawasan
Tugas siswa yang dievaluasi adalah memilih alternatif sikap sesuai dengan
keadaan dirinya, sebagaimana pernyataan dalam tabel di atas, kemudian
siswa tersebut memberi tanda cek (√) pada ruang bernomor yang dengan
kecenderungan sikapnya.
3. Evaluasi dalam Aspek Psikomotorik (Kepribadian)
Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri seseorang, yang
menampakkan bentuknya dari tingkah lakunya. Sebalum mengikuti program
pendidikan tertentu, para calon peserta didik perlu terlebih dahulu dievaluasi
kepribadiannya masing-masing, sebab baik burukya kepribadian mereka
secara psikologis akan dapat mempengaruhi keberhasilan mereka dalam
mengikuti program tertentu. Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui atau
mengungkap kepribadian seseoarng adalah dengan jalan menggunakan tes
kepribadian (personality test).
Keberhasilan pengembangan ranah kognitif juga akan berdampak positif
terhadap perkembangan ranah psikomotorik. Kecakapan psikomotorik adalah
sagala amal jasmaniah yang kongkrit dan muda diamati baik kuantitasnya
maupun kualitasnya, karena sifatnya yang terbuka. Jadi kecakapan
psikomotorik siswa adalah merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan

9
kesadaran serta sikap mentalnya. Dalam pendidikan Islam, penilaian terhadap
aspek psikomotorik terutama ditekankan pada unsur pokok ibadah, misalnya
shalat, kemampuan baca tulis Alquran, dan semisalnya.10 Evaluasi dalam
aspek psikomotrik ini, dapat dibedakan atas lima taraf, sebagai berikut :
a. Persepsi, yakni mencakup kemampuan menafsirkan rangsangan, peka
terhadap rangsangan, dan mendiskripminasikan rangsangan;
b. Kesiapan, yakni mencakup tiga aspek, yaitu intelektual, fisis, dan
emosional;
c. Gerakan terbimbing, yakni kemampuankemampian yang merupakan
bagian dari keterampilan yang lebih kompleks;
d. Gerakan terbiasa, yakni terampil melakukan suatu perbuatan; dan
e. Gerakan kompleks, yakni melakukan perbuatan motoris yang kompleks
dengan lancar, luwes, gesit, atau lincah.11
Cara yang dipandang tepat untuk mengevaluasi keberhasilan belajar yang
berdimensi rana psikomotor (ranah karsa) adalah observasi. Observasi dalam
hal ini, dapat diartikan sebagai sejenis tes mengenai peristiwa, tingkah laku,
atau fenomena lain, dengan pengamatan langsung.

10
Mappanganro, loc. cit.
11
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (cet. IV; Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
h. 17-18.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Objek atau sasaran evaluasi pendidikan ialah segala sesuatu yang
berhubungandengan kegiatan pendidikan yang dijadikan sebagai pusat perhatian
untukdievaluasi. Apapun yang ditentukan oleh evaluator atau penilai
untukdievaluasi, itulah yang disebut dengan objek evaluasi, maka obyek
evaluasisangat penting dalam pendidikan karena mencakup aspek input yang
meliputikemampuan, kepribadian, sikap dan inteligensi.
Berdasarkan pada permasalahan yang telah ditetapkan dan kaitannya dengan
uraian-uraian yang telah dijelaskan, maka dapat dirumuskan kesimpulan bahwa
untuk mengevaluasi keberhasilan dalam proses belajar mengajar, maka yang
terpenting untuk dinilai adalah aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek
psikomotorik. Ketiga aspek ini, saling terkait antara satu dengan yang lainnya
dan ia tidak berdiri sendiri.
1. Aspek kognitif adalah ranah cipta siswa dimana evaluasi yang dilakukan
adalah untuk menilai proses dan hasil belajarnya yang mencakup semua
materi unsur pokok pendidikan.
2. Aspek afektif adalah ranah rasa siswa dimana evaluasi dalam ranah afektif
ini, lebih ditekankan pada unsur pokok akhlak.
3. Aspek psikomotorik adalah ranah karsa siswa, dimana evaluasi dalam ranah
psikomotorik terutama ditekankan pada unsur realisasi amal siswa, misalnya
misalnya ibadah shalat.
Karena aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik tidak berdiri sendiri, maka
untuk menghasilan nilai yang maksimal terhadap ketiganya diperlukan penilaian
berbasis sekolah berdasarkan kurikulum yang berbasis komptensi. Dalam
pencapaian tujuan ini, maka siswa diharuskan memiliki kemauan keras dan para

11
guru harus memiliki keahlian sesuai bidangnya, terutama keahlian membuat soal
menurut bentuknya, sehingga penilaian itu muncul penuh kejujuran dan
kepatutan. Dengan demikian, kurilum berbasis kompetensi harus diterapkan di
sekolah, sehingga pelaksanaan evaluasi pendidikan dapat efektif, efisien, dan
berhasil guna.
B. Saran
Ketika kegiatan evaluasi pembelajaran telah dilaksanakan,hendaknya segera
ditindak lanjuti apa saja yang menjadi kekurangan dari proses pembelajaran.
Sehingga guru bisa mengetahui pembelajaran mana yang tidak bisa dicapai oleh
peserta didik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Robert L. Thorndike dan Elisabeth P. Hagen Measurement and Aevaluation in


Psychology and Education Fourth Edition (Newy York: John Wiley and Sons,
t.th), h. 3.
Julian C. Stanley dan Kenneth D Hopkins, Educational and Psyicological
Measurement and Evaluation (New Delhi: Prentive Hal Private Limited,
1978), h. 6.
Robert L. Thorndike dan Elisabeth P. Hagen, op. cit., h. 336-337
W. James Popham dan Evi L. Baker, Teknik Mengajar secara Sistematis (Cet. I;
Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 29. 
Mappanganro, op. cit., 117.
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Cet. II; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003),
h.51.
John W. M. Rothney, Evaluation of Learning dalam Charles E. Skinner, Educational
Psychology (New Delhi: Prencite-Hall Inc, 1984), h. 686.
H. Mappanganro, loc cit.
Robert L. Thorndike dan Elisabeth P. Hagen, op. cit., h. 440-441.
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (cet. IV; Jakarta: Rineka
Cipta, 2003), h. 17-18.
https://www.anekamakalah.com/2012/09/makalah-objek-evaluasi-pendidikan.html
https://text-id.123dok.com/document/4zp2l210y-objek-sasaran-evaluasi-
pendidikan.html
Akib, d, Muh, Sasaran Atau Obyek Evaluasi Pendidikan Dan Penilaian Berbasis
Sekolah (dosen Stai ddi pinrang),2013, Jurnal Al-Hakima, Vol. XIV, Nomor 1

Anda mungkin juga menyukai