Anda di halaman 1dari 28

Asasmen Pemahaman Individu

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik Dosen Pengampu :
Irene Maya Simon, M.Pd.

Oleh

Agung Rivansyah (190311615274)


Eka Uswatun Hasanah (190311615276)
Esti Suryaningtyas (190311615268)
Husna Hamidah (190311615288)
Ni Kadek Enbiyella (190311615344)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
MARET 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
Karena atas segala rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas Perkembangan Peserta Didik.
Makalah ini dapat digunakan sebagai wahana untuk menambah pengetahuan,
sebagai teman belajar, dan sebagai referensi tambahan dalam belajar Materi
assessment pemahaman individu peserta didik.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada semua yang telah membantu
dalam mempersiapkan, melaksanakan, dan menyelesaikan penulisan makalah ini.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini, namun tidak
mustahil apabila dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat
dijadikan masukan dalam penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang
assessment pemahaman individu peserta didik, Amin.

Malang, 03 Maret 2020

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................ 1
Daftar Isi...................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................4
1.3 Tujuan...........................................................................................................4
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................5
2.1 Manfaat Asesmen dalam Proses Perkembangan Peserta
Didik…………………………………………................………………. 5
2.2 Assesmen Teknik Tes.....……………………….................……………..6
2.2.1 Tes Prestasi……….......................……….......................................6
2.2.2 Tes Psikologi…………………….……………………...................8
2.3 Fungsi dan Manfaat Teknik Tes..............................................................14
2.4 Jenis – jenis Teknik Non-tes....................................................................14
2.4.1 Daftar Cek Masalah........................................................................15
2.4.2 Alat Ungkap Masalah Umum (UAM-U)........................................15
2.4.3 Alat Ungkap Masalah Belajar (AUM PTSDL)...............................16
2.4.4 Wawancara......................................................................................16
2.4.5 Sosiometri.......................................................................................17
2.4.6 Observasi.........................................................................................18
2.4.7 Angket (Kuesioner).........................................................................18
2.4.8 Inventori Tugas Perkembangan (ITP).............................................19
2.5 Fungsi dan Manfaat Teknik Non-tes..................................................20
BAB III STUDI KASUS......................................................................................21
BAB IV PENUTUP..............................................................................................27
4.1Kesimpulan...........................................................................................27
4.2Saran......................................,...............................................................27

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 28

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai calon seorang guru atau pendidik kita harus mempunyai
pengetahuan, kreatifitas, juga wawasan yang luas untuk memahami peserta
didiknya. Untuk itu sebagai calon seorang guru kita harus mengetahui
asesmen pemahaman individu untuk mengetahui tingkat kemampuan dan
perkembangan peserta didik.
Asesmen dalam pembelajaran adalah suatu proses atau upaya untuk
mendapatkan informasi mengenai perkembangan peserta didik selama masa
pembelajaran dan memberi gambaran bagi guru untuk memberikan nilai dan
memperbaiki hasil belajar peserta didik. Adapun jenis-jenis asesmen dalam
pembelajaran yakni teknik tes dan teknik non-tes.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana manfaat assesmen dalam proses perkembangan peserta didik?
2. Apa saja jenis-jenis teknik tes?
3. Bagaimana fungsi dan manfaat teknik tes?
4. Apa saja jenis-jenis teknik non-tes?
5. Bagaimana fungsi dan manfaat teknik non-tes?

1.3 Tujuan
1. Agar mengetahui apa saja manfaat asesmen dalam perkembangan peserta
didik.
2. Agar mengetahui jenis-jenis, manfaat, dan fungsi teknik tes dalam
asesmen.
3. Agar mengetahui jenis-jenis, manfaat, dan fungsi teknik non-tes dalam
asesmen.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Manfaat Asesmen dalam Proses Perkembangan Peserta Didik


Menurut James A. Mc. Lounghlin dan Rena B. Lewis, asesmen merupakan
proses sistematika dalam mengumpulkan data seorang anak yang berfungsi
untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu,
sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan.
Berdasarkan informasi tersebut guru dapat menyusun program pembelajaran
yang bersifat realitas sesuai dengan kenyataan objektif. Sedangkan menurut
Robert M. Smith (2002), asesmen merupakan suatu penilaian yang
komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan
kekuatan yang mana hasil keputusan dapat digunakan untuk layanan
pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu
rancangan pembelajaran. Jadi, asesmen adalah salah satu kegiatan
pengukuran. Dalam konteks proses perkembangan peserta didik, asesmen
yaitu mengukur suatu proses peserta didik yang harus dilakukan oleh
pendidik sebelum, selama dan setelah proses tersebut dilaksanakan / berlaku.

Tujuan asemen adalah untuk melihat kondisi anak saat itu. Dalam rangka
menyusun suatu program pembelajaran yang tepat seingga dapat melakukan
layanan pembelajaran secara tepat. Menurut Robb, tujuan asesemen yaitu,
untuk menyaring dan mengidentifikasi anak, untuk membuat keputusan
tentang penempatan anak, untuk merancang individualisasi pendidikan, untuk
memonitor kemajuan anak secara individu, dan untuk mengevaluasi
keefektifan program.
Guna mencapai tujuan tersebut, maka pendidik harus mendapatkan
kesempatan untuk:
1. Mengenal dan memahami peserta didik, kekuatan dan tugas-tugas
perkembangannya.
2. Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di
lingkungannya.

5
3. Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya
secara optimal
Jadi, dapat disimpulkan bahwa manfaat asesmen dalam proses
perkembangan peserta didik adalah untuk mengetahui keadaan anak pada saat
tertentu, baik potensi-potensinya maupun kelemahan-kelemahan yang dimiliki
anak sebagai bahan untuk menyusun suatu program pembelajaran sehingga dapat
melakukan layanan atau intervensi secara tepat.

2.2 Assesmen Teknik Tes


Cronbach (1960) menyatakan tes merupakan prosedur sistematis untuk
membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih, dan pada tahun (1970-1997)
beliau menyempurnakan pengertian tes sebagai prosedu rsistematis yang
digunakan untuk mengobservasi dan menggambarkan tingkah laku dengan
menggunakan bantuan skala angka atau kategori tertentu. Melalui teknik tes,
dapat diperoleh informasi yang dapat menggambarkan kemampuan siswa
(Stiggins, 1994). Tes merupakan salah satu upaya pengukuran terencana yang
digunakan oleh guru untuk mencoba menciptakan kesempatan bagi siswa dalam
memperlihatkan kemampuan mereka yang berkaitan dengan tujuan yang telah
ditentukan (Calongesi, 1995). Tes terdiri dari sejumlah soal yang harus dikerjakan
siswa. Setiap soal dalam tes menghadapkan siswa pada suatu tugas dan
menyediakan kondisi bagi siswa untuk menanggapi tugas atau soal tersebut.
Adapun jenis-jenis assessment teknik tes sebagai berikut:
2.2.1 Tes Prestasi
Dalam proses pendidikan dan pengajaran setiap saat akan selalu ada situasi
yang memerlukan pengambilan keputusan,hal ini akan begitu Nampak di sistem
pendidikan formal. Diantara keputusan pendidikan itu dapat berupa keputusan
didaktik yang diperlukan guna memenuhi kebutuhan pengajaran seperti misalnya
keputusan yang menyangkut ketepatan kurikulum yang berlaku. Keputusan
pendidikan dapat berupa keputusan administratif guna memenuhi kebutuhan
administrasi seperti misalnya keputusan mengenai nilai yang hendak diberikan
pada subjek atau keputusan mengenai kelulusan. Keputusan pendidikan dapat

6
berupa keputusan bimbingan penyuluhan/konseling guna memberikan bimbingan
dalam penjurusan dan penentuan karir.

Tes prestasi adalah ukuran tingkat perolehan atau pembelajaran seseorang


dalam suatu subjek atau tugas. Sebagai instrument pengukuran, tes prestasi
sifatnya lebih langsung daripada tes lainnya. Hasil tes tersebut memberi para
siswa suatu gagasan yang baik mengenai apa yang telah mereka pelajari dalam
suatu bidang tertentu dibandingkan dengan apa yang telah dipelajari orang lain.
Tes tersebut member tipe informasi yang mereka butuhkan untuk membuat
keputusan penting pada pendidikan dan karir. Jika seorang siswa mempunyai
kemampuan, minat, atau disposisi kepribadian yang cocok untuk bidang karir
yang dipilih, tetapi kurang memiliki pengetahuan atau keahlian, dia dapat
membuat langkah positif untuk membetulkan ketidak efisienan tersebut.

Berbagai macam keputusan pendidikan itu menempatkan tes prestasi


belajar dalam beberapa fungsi,antara lain:

1. Fungsi Penempatan: penggunaan hasil tes prestasi belajar untuk


klasifikasi individu kedalam bidang jurusan yang sesuai dewngan
kemampuan yang telah diperlihatkan pada hasil belajar yang lalu.
2. Fungsi Formatif: penggunaan tes prestasi belajar untuk melihat
sejauhmana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam
suatu program pelajaran.
3. Fungsi Diagnostik: dilakukan tes prestasi apabila hasil yang tes
bersangkutan digunakan untuk mengdiagnosis kesukaran dalam
belajar,mendeteksi kelemahan siswa agar segera diperbaiki.
4. Fungsi Sumatif: penggunaan hasil tes prestasi untuk memperoleh
informasi mengenai penguasaan pelajaran yang telah direncanakan
sebelumnya dalam suaty program belajar. Ini adalah tes akhir dalam
suatu program dan hasilnya dipakai untuk menentukan kelulusan
siswa dalam program itu,dan apakah siswa itu dapat melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi.

7
Gronlund(1977) dalam bukunya merumuskan beberapa prinsip dalas
dalam pengukuran prestasi sebagai berikut:

1. Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara
jelas sesuai dengan tujuan instruksional.
2. Tes prestasi harus mengukur satu sampel yang representative dari hasil
belajar dan dari materi yang dicakup oleh program instruksional atau
pengajaran.
3. Tes prestasi harus berisi aitem-aitem dengan tipe yang paling cocok
guna mengukur hasil prestasi belajar yang di inginkan.
4. Tes prestasi belajar harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai
dengan tujuan pengunaan hasilnya.
5. Relibilialitas tes prestasi harus di usahakan setinggi mungkin dan hasil
ukurnya harus ditafsirkan dengan hati-hati.
6. Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar para
anak didik.

2.2.2 Tes Psikologi


Anastasi (1961) dalam bukunya Psychological Testing mengatakan bahwa
tes psikologi pada dasarnya merupakan ukurang yang objektif dan telah distandar
disir mengenai sesuatu perilaku. Tes psikologi memiliki beberapa macamfungsi,
diantaranya yaitu :
a. Fungsi Prediksi
Sebagai alat yang berfungsi memprediksi, tes psikologi bertujuan
untuk memprediksi potensi yang dimiliki siswa dalam kaitannya dengan
pencapaian hasil belajar di masa yang akan datang. Contoh tes psikologi
dalam kaitannya dengan fungsi prediksi adalah penggunaan tes psikologi
untuk memprediksi keberhasilan siswa dalam belajar pada suatu jurusan
tertentu.
b. Fungsi Diagnosis
Sebagai alat yang berfungsi mendiagnosis, tes psikologi akan
memberikan gambaran mengenai penyebab, karakteristik, gejala, maupun
tanda-tanda yang mengarah pada suatu gangguan, masalah atau penyakit

8
yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Sebagai contoh,
seorang siswa yang mengalami kesulitan belajar diberikan tes psikologi
guna mencari penyebab yang membuat siswa mengalami kesulitan belajar
tersebut. Dari hasil tes psikologi tersebut akan diketahui beberapa faktor
penyebabnya, misalnya ada kemungkinan siswa sedang mengalami
masalah dalam keluarga, masalah penyesuaian diri, atau mungkin memang
ada gangguan pada saraf yang selanjutnya akan diberi rekomendasi untuk
melakukan pemeriksaan medis kepada orang yang ahli di bidangnya.
c. Fungsi Monitoring
Sebagaialat monitoring, tes psikologi akan membantu dalam
melihat seberapa jauh perkembangan dan kemajuan siswa mulai dari siswa
tersebut diterima di sekolah, mengikuti pelajaran, maupun beraktivitas dan
berkreasi di sekolah. Jika memang siswa tidak mengalami perkembangan
atau kemajuan maka perlu ada bimbingan dan penanganan khusus bagi
siswa tersebut.
d. Fungsi Evaluasi
Sebagai alat evaluasi, tes psikologi melanjutkan fungsi monitoring,
yakni apabila dari hasil tes terdahulu siswa yang dinyatakan bermasalah
akan dikenai bimbingan atau penanganan. Setelah bimbingan dan
penanganan tersebut, tentunya akan diketahui efektivitas dari pemberian
bimbingan dan penanganan itu. Di sinilah manfaat tes psikologi digunakan
untuk melihat perkembangan siswa setelah diberi bimbingan dan
penanganan.

Khususnya dalam bidang pendidikan, data hasil tes psikologi biasanya


dimanfaatkan untuk seleksi calon anak didik penjurusan atau pemilihan program
studi perencanaan studi anak didik pada tingkat yang lebih tinggi, program
bimbingan karir, penanganan pada kasus-kasus tertentu yang sering terjadi dalam
dunia pendidikan, seperti siswa yang mengalami kesulitan belajar, anak berbakat,
kesulitan dalam penyesuian diri, gangguan dalam konsentrasi, disleksia, dan
sebagainya.

9
Pembahasan tentang anak berbakat hampir sama dengan anak yang
memiliki inteligensi abnormal, baik sangat tinggi (superior) maupun yang sangat
rendah (inferior) sama-sama menimbulkan masalah bila ditinjau dari dunia
pendidikan. Pentingnya makna perbedaan individual, khususnya dalam hal ini
perbedaan inteligensi, membawa kesadaran dalam dunia pendidikan akan
perlunya perlakuankhususterhadap anak didik yang tergolong memiliki tingkat
inteligensi tidak biasa. Anak yang memiliki inteligensi begitu rendah sehingga
kemampuan belajarnya sangat terbatas memerlukan program khusus yang
memungkinkan mereka belajar dengan beban dan kecepatan yang sesuai dengan
keterbatasan mereka.
Pada sisi lain, anak yang memiliki kemampuan superior pun memerlukan
program khusus yang memungkinkan mereka mengembangkan segenap potensi
berlebih yang mereka punyai sehingga dapat mencapai prestasi yang optimal dan
tidak menimbulkan problem psikologis lain. Oleh karena itu, peran tes psikologis
pada kasus anak-anak yang memiliki inteligensi abnormal ini memiliki efek yang
positif dalam menyalurkan sedini mungkin ke sekolah-sekolah yang khusus
tersedia untuk golongan anak-anak ini, agar mendapatkan penanganan yang tepat.
Bagi peserta didik dan juga pihak sekolah, hasil tes psikologi dapat
membantu dalam memprediksi keberhasilan atau ke tingkat keberhasilan tertentu,
yaitu memungkinkan seorang peserta didik memiliki harapan dalam bidang studi
tertentu, penjurusan dalam peminatan. Kemudian seorang psikolog sekolah atau
konselor sekolah akan menyampaikan hasil tes psikologi ini kepada peserta didik
dan menjelaskan kepadanya fungsi dan peranan dari tes yang telah dijalaninya dan
dapat mengambil keputusan yang bermakna dan layak serta sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
Tes psikologi dalam bidang pendidikan dapat dibagi menjadi 3 golongan
besar, yaitu (Gunarsa, 1986;37)
a. Tes Intelegensi Umum
Menurut Wechsler (dalam Anastasi, 1997), inteligensi adalah
kemampuan bertindak dengan menetapkan suatu tujuan, untuk berpikir
secara rasional, dan untuk berhubungan dengan lingkungan di sekitarnya
secara memuaskan. Sedangkan menurut Sadli (1986;17), inteligensi adalah

10
keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara
terarah, serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. Makin
tinggi tingkat kecerdasan seseorang, makin mungkin ia melakukan suatu
tugas yang banyak menuntut unsure rasio atau akal. Juga semakin
memungkinkan seseorang tersebut melaksanakan tugas-tugas yang
kompleks sifatnya.Secara keseluruhan inteligensi adalah kecerdasan dasar
pada setiap individu yang bersifat umum untuk memperoleh suatu
kecakapan dengan tindakan yang terarahdanbertujuan.
Keluarga dan lingkungan (sekolah, masyarakat) sangat penting
dalam pengembangan inteligensi, halini disebabkan karena :
1. Perkembangan inteligensi sangat dipengaruhi oleh rangsangan-
rangsangan yang dating dari lingkungan serta faktor pengalaman,
pendidikan dan latihan.
2. Faktor kesehatan atau keturunan orangtua dapat mempengaruhi potensi
inteligen si anak.
3. Rangsangan perlu diberikan pada waktu anak siap belajar sesuatu, agar
inteligensi anak berkembang dengan baik, sejak umur balita, seorang
anak perlu diberi berbagai rangsangan terarah.
Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan seorang peserta didik
di dalam pendidikannya ditentukan oleh faktor internal maupun eksternal
dari peserta didik tersebut. Faktor internal diantaranya, yaitu inteligensi,
bakat, motivasi serta kepribadiannya. Faktor-faktor tersebut saling
berkaitan dan mempengaruhi satu dengan lainnya. Inteligensi akan
berfungsi secara optimal bila didukung oleh faktor bakat, motivasi yang
kuat dan sesuai serta memiliki ciri-ciridankepribadian.
Faktor motivasi bukanlah sesuatu yang statis, melainkan dapat
diubah dan ditingkatkan intensitasnya dengan bantuan dari lingkungan
sekitarnya, yaitu oleh orangtua, guru, teman-teman sebaya, psikolog,
dokter atau pekerja sosial, dan sebagainya. Untuk meningkatkan hasrat
berprestasi dalam pendidikan, maka salah satu cara adalah meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap para orangtua dan guru untuk

11
menciptakan lingkungan yang kondusif dalam meningkatkan prestasi anak
di rumah maupun di sekolah.
Sadli (1986;18) juga menjelaskan bahwa tes inteligensi dapat
dimanfaatkan untuk membantu kelancaran pendidikan. Tes inteligensi
umum dapat digunakan untuk tujuan-tujuan seleksi dan diagnostik. Dalam
keadaan-keadaan tertentu tes kepribadian sangat diperlukan untuk
menentukan langkah-langkah yang tepat dalam usaha mengatasi
hambatan-hambatan belajar yang tidak semata-mata disebabkan oleh
faktor kecerdasan.
b. Tes Bakat
Bakat adalah faktor bawaan yang berupa potensi, yang
aktualisasinya membutuhkan interaksi dengan faktor-faktor dalam
lingkungan (Sadli, 1986;18).Bakat sebenarnya adalah “aptitude”. Bakat
sebagai aptitude biasanya diartikan sebagai kemampuan bawaan yang
merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu dikembangkan atau
dilatih. Bakat sebagai suatu kondisi pada diri individu yang dengan suatu
latihan khusus memungkinkan mencapai suatu kecakapan, pengetahuan
dan keterampilan khusus. Kemampuan bawaan (keturunan) ini agar dapat
berkembang secara optimal perlu adanya pengembangan dan latihan
tertentudan juga banyak dipengaruhi oleh faktor keluarga dan lingkungan
dan nilai-nilai (Sukardi & Kusmawati, 2009; 107).
Tes bakat bisa didefinisikan sebagai sifat yang mencirikan
kemampuan individu melakukan performa di wilayah tertentu atau
mencapai pembelajaran yang dibutuhkan bagi perporma di wilayah
tertentu. Ini mengasumsikan suatu kemampuan inheren atau bawaan yang
bisa dikembangkan hingg amaksimum lewat pembelajaran atau
pengalaman tertentu. Secara teoritis, tes bakat adalah untuk mengukur
potensi seseorang mencapai aktivitas tertentu, akan kemampuannya belajar
mencapai aktivitas tersebut.
Tes bakat dapat dibagi ke dalam dua golongan yang luas, dikenal
sebagai tes bakat umum dan tes bakat khusus. Tes bakat umum dirancang
untuk mengungkap bakat dalam jangkauan yang lebih luas, terutama sekali

12
ini penting dalam kaitan tugas-tugas atau pekerjaan sekolah. Tes bakat
dalam bidang khusus termasuk diantaranya tes bakat musik, bakat seni,
bakat mekanikal, dan sebagainya.
Tes bakat bertujuan membantu merencanakan dan membuat
keputusan mengenai pilihan pendidikan dan pekerjaan. Dari hasil tes bakat
diperoleh gambaran mengenai seseorang di dalam berbagai bidang
kemampuan. Hasil tes keseluruhannya dipergunakan sebagai informasi
yang berguna, bukan sebagai pembuat keputusan, karena bagaimanapun
keputusan tetap merupakan tugas individu sendiri. Tes bakat tidak dapat
menentukan dengan mutlak pekerjaanatau karir apa yang harus dijalani,
dan juga tidak memberikan jawaban atas pertanyaan yang sangat khusus.
c. Tes Kepribadian
Tes kepribadian adalah seperangkat alat tes yang disusun untuk
mendeskripsikan bagaimana kecenderungan seseorang bertingkah laku.
Tes kepribadian sebenarnya adalah deskripsi kualitatif dari kepribadian,
bukannya deskripsi kuantitatif (angka-angka), karena sebenarnya
kepribadian tidak dapat diukur, tetapi hanya dapat dideskripsikan. Untuk
membantu menjelaskan kepribadian, alat tes kepribadian menggunakan
bantuan angka-angka dan kemudian hasilnya diinterpretasikan /
dideskripsikan ke dalam kualitatif. Angka yang didapatkan seseorang pada
tes kepribadian bukanlah angka sesungguhnyaMisalnya, jika si X
mendapatkan angka 9 dari tes kepribadian dan si Y mendapatkan angka 6,
hal ini bukan berarti kepribadian si X lebih tinggi dari kepribadian si Y.
Angka disini hanyalah sebagai alat bantu untuk mendeskripsikan
kepribadian, misalnya si X lebih teliti dalam pekerjaannya dibandingkan
dengansi Y.
Kepribadian setiap individu adalah unik, sehingga tidak bisa
dibandingkan dengan orang lain dalam pendeskripsiannya. Kepribadian
tidak mengandung unsur nilai “baik buruk, tinggi rendah, dan lain-lain”.
Untuk mempermudah pengukuran dalam psikologi, disusunlah suatu
kriteria kepribadian dalam bentuk pengelompokan. Saat ini, dalam

13
psikologi dikenal pengelompokan kepribadian yang terkenal dengan DSM
(Diagnostic and Statistical Manusal of Mental Disorders).
Tes kepribadian ini bertujuan untuk mengungkap kecenderungan
kepribadian seseorang. Tes ini bisa berbentuk tes proyektif maupun non
proyektif. Tes proyektif biasanya membutuhkan media khusus untuk
memproyeksikan dorongan, perasaan, maupun sentimen. Media tersebut
bisa berupa bercak tinta, kartu/gambar maupun kalimat. Contoh tes
kepribadian adalah tes grafis, TAT/CAT/SAT, tes Rorschach, EPPS dan
sebagainya.

2.3 Fungsi dan Manfaat Teknik Tes


Secara umum, Prof. Drs. Anas Sudijono membagi fungsi tes menjadi dua macam,
yaitu :
1. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hal ini yang diukur
adalah tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai peserta
didik setelah menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu
tertentu.
2. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran. Dengan tes akan
diketahui seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan dapat
dicapai.
Selain itu fungsi lain dari tes, yaitu :
1. Tes berfungsi sebagai motivator dalam pembelajaran.
2. Tes dapat berfungsi dalam upaya perbaikan kualitas pembelajaran.
3. Tes dapat berfungsi untuk menentukan keberhasilan siswa untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

2.4 Jenis-jenis Teknik Non-Tes

Assessment teknik non tes paling banyak digunakan oleh konselorkarena


prosedurperancangan, pengadministrasian, pengolahan, analisis, dan
penafsirannya relatif lebihsederhana sehingga mudah untuk dipelajari dan
dipahami. Adapun jenis-jenis assessment tekniknon tes sebagai berikut:

14
2.4.1 Daftar Cek Masalah (DCM)
Daftar cek masalah (DCM) merupakan daftar cek yang khusus
disusun untuk merangsang atau memancing pengutaran masalah-masalah
atau problem-problem yang pernah atau sering dialami seseorang
individu.Sedangkan menurut Anwar Sutoyo, daftar cek masalah adalah
daftar yang berisi sejumlah kemungkinan masalah yang pernah atau
sedang dihadapi oleh individu atau sekelompok individu.
DCM ini berfungsi untuk memudahkan individu mengemukakan
masalah yang pernah dan sedang dialami, mensistematisasi jenis masalah
yang ada pada konseli agar memudahkan analisis dan sintesis dengan
cara/alat lain, menyarankan suatu prioritas program pelayanan bimbingan
dan konseling sesuai dengan masalah konseli.

2.4.2 Alat Ungkap Masalah Umum(AUM-U)


AUM umum merupakan alat ungkap masalah umum, yang
dibentuk 5 format: format 1 untuk mahasiswa, format 2 untuk SLTA,
format 3 untuk SLTP, format 4 untuk SD, format 5 untuk masyarakat.
Untuk mendukung efektivitas layanan bimbingan dan konseling di
sekolah, frekuensi pengadministrasian sebaiknya dilakukan pada semester
pertama dimana hasilnya dapat digunakan sebagai dasar penyusunan
program layanan yang sesuai dengan kebutuhan konseli. Sedangkan untuk
melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan layanan pada semester satu,
maka pada semesterberikutnya dapat dilakukan lagi pengisian AUM
umum sehingga dapat diketahui apakah masalah sudah terentaskan. Bila
pada pelaksanaan, memiliki banyak kendala maka sebaiknya pengisian
AUM umum minimal dilakukan satu tahun sekali.
Adapun AUM umum ini dikelompokkan ke dalam 10 bidang
masalah yaitu: jasmani dan kesehatan, diri pribadi, hubungan sosial,
ekonomi dan keuangan, karir dan pekerjaan, pendidikan dan pelajaran,
agama, nilai dan moral, hubungan muda-mudi dan perkawinan, keadaan
dan hubungan dalam keluarga,danwaktu senggang.

15
2.4.3 Alat Ungkap Masalah Belajar (AUM PTSDL)
Alat ungkap masalah belajar di Indonesia yang telah digunakan
selama 30 tahun terakhir adalah adaptasi dari Survey Of Study Habits and
Attitude (SSHA) yang dikembangkan W.F. Brown dan W.H. Holtzman
versi 1953. Instrument ini terdiri dari 3 (tiga) bentuk, yaitu untuk SLTP,
SLTA, & PT dengan jumlah item 75 butir. SSHA memuat 3 (tiga) bidang
masalah, meliputi metode belajar, motivasi belajar, dan sikap-sikap
tertentu terhadap kegiatan sekolah/kampus. Kemudian pada tahun 1965,
SSHA disadur dan divalidasi di Bandung oleh Prayitno, selanjutnya pada
tahun 1982, SSHA 1965 dikembangkan di Padang oleh Marjohan dengan
jumlah item 100, dengan nama Pengungkapan Sikap dan Kebiasaan
Belajar (PSKB).
Pengembangan AUM PTSDL disusun dengan memperhatikan
format dan kandungan isi SSHA dan PSKB serta pengalaman pemakaian
terjemahan atau adaptasinya, serta keinginan untuk menyusun sendiri
instrument sejenis yang lebih sesuai dengan kondisi Indonesia. AUM
PTSDL sebagai alat ungkap masalah sederhana dan mudah digunakan
untuk mengkomunikasikan mutu dan masalah konseli kepada personil
yang membantu (konselor).

2.4.4 Wawancara (interview)


Suatu teknik memahami individu dengan cara melakukan
komunikasi langsung (face to face relation) antara pewawancara
(interviewer) dengan yang diwawancarai (interviewee) untuk memperoleh
keterangan atau informasi tentang individu.
Wawancara (interview) berfungsi untuk menentukan latar belakang
atau faktor penyebab terjadinya masalah yang dialami oleh konseli.
Wawancara ini sebenarnya merupakan bagian dari wawancara konseling
yang utuh yaitu mulai dari identifikasi masalah, diagnosis, prognosis,
treatment, evaluasi, dan follow up.
Selain itu, wawancara juga berfungsi sebagai untuk memahami
berbagai potensi, sikap, perasaan, pikiran, pengalaman, harapan dan

16
masalah konseli, serta memahami potensi dan kondisi lingkungan baik
lingkungan pendidikan, masyarakat maupun lingkungan kerjanya secara
mendalam.
Interview bisa difungsikan sebagai metode primer, metode
pelengkap dan sebagai kriterium. Bila interview dijadikan sebagai satu-
satu alat pengumpul data, maka metode ini berfungsi sebagai metode
primer. Sebaliknya jika ia difungsikan sebagai alat untuk mengumpulkan
data yang tidak bisa dilakukan dengan metode lain, maka posisinya pada
kasus ini adalah sebagai metode pelengkap. Namun demikian, pada saat-
saat tertentu, metode interview juga digunakan untuk menguji kebenaran
dan kemantapan data yang telah diperoleh dengan cara lain, seperti metode
tes, kuesioner dan sebagainya. Dalam kasus seperti ini metode interview
itu difungsikan sebagai batu pengukur atau kriterium.

2.4.5 Sosiometri
Sosiometri merupakan suatu metode atau teknik untuk memahami
individu terutama untuk memperoleh data tentang jaringan hubungan
sosial antarindividu dalam suatu kelompok, berdasarkan preferensi pribadi
antara anggota-anggota kelompok.
Sosiometri merupakan metode pengumpulan data tentang pola
struktur hubungan antara individu-individu dalam suatu kelompok.
Pengembangannya didasarkan pada pemikiran bahwa kelompok
mempunyai struktur yang terdiri dari hubungan-hubungan interpersonal
yang kompleks. Posisi setiap individu dan hubungan-hubungan yang
terjadi dalam struktur kelompoknya dapat diukur secara kuantitatif dan
kualitatif. Hasil sosiometri merupakan gambaran jumlah skor yang
diperoleh setiap orang, pola hubungan, intensitas hubungan, dan posisi
individu dalam kelompoknya.
Sosiometri ini berfungsi untuk menemukan dan mencatat relasi
aktif tentang struktur kelompok, yaitu pola saling tertarik dan saling
menolak.

17
2.5.6 Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan (secara indrawi) yang
direncanakan, sistematis, dan hasilnya dicatat serta dimaknai
(diinterpretasikan) dalam rangka memperoleh pemahaman tentang subjek
yang diamati.
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
secara sistematis dan sengaja, melalui pengamatan dan pencatatan
terhadap gejala-gejala yang diselidiki. Observasi memiliki nilai :
memberikan informasi yang tidak mungkin didapatkan melalaui teknik
lain; memberi tambahan informasi yang sudah didapat melalui teknik lain;
dapat menjaring tingkah laku nyata bila sebelumnya tidak diketahui;
pengamatan secara selektif; serta pengamatan mendorong perkembangan
subjek pengamatan.
Konselor harus memiliki kriteria spesifik untuk melakukan
observasi. Hal ini menjadi dasar untuk mengidentifikasi kriteria spesifik
yang akan mengarahkan pada kita apa yang akan diamati. Observasi harus
dilakukan pada beberapa periode waktu, semakin lama dan semakin sering
dilakukan, akan memantapkan reliabilitas hasil pengamatan. Objek
pengamatan harus diamati pada situasi berbeda dan situasi natural. Saat
pengamatan, pengamat tidak boleh hanya fokus pada konseli dengan
mengabaikan berbagai kondisi interaksi dan faktor-faktor lain yang
mempengaruhi tingkah lakunya.

2.4.6 Angket (Kuesioner)


Angket merupakan salah satu alat pengumpul data dalam
assessment non tes, berupa serangkaian pertanyaan atau pernyataan yang
diajukan pada responden. Winkel mendefinisikan angket sebagai suatu
daftar atau kumpulan pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis
juga.
Angket disusun dengan tujuan untuk menghimpun sejumlah
informasi yang relevan dengan keperluan bimbingan dan konseling,
seperti identitas pribadi konseli, keterangan tentang keluarga, riwayat

18
kesehatan, riwayat pendidikan, kebiasaan belajar di rumah, hobi atau
informasi lainnya. Data yang diperoleh berfungsi untuk mengumpulkan
informasisebagaibahandasar dalam penyusunan program, menjamin
validitas informasi yang diperoleh dengan metode lain, evaluasi program
bimbingan dan konseling, dan untuk mengambil sampling/sikap/pendapat
dari responden.
Jika konselor memilih angket sebagai alat assessment, maka
penentuan responden perlu mendapat perhatian, sebab bila salah, maka
informasi yang dibutuhkan dapat saja tidak diperoleh secara maksimal.

2.4.8 Inventori Tugas Perkembangan (ITP)


Inventori adalah metode untuk memahami individu dengan cara
memberikan sejumlah pernyataan yang harus dijawab/dipilih responden
sesuai dengan keadaan dirinya. Jawaban responden tersebut selanjutnya
ditafsirkan (dipahami) oleh pengumpul data tentang keadaan responden,
dan responden memahami keadaan dirinya sendiri.
Inventori tugas perkembangan (ITP) merupakan instrument yang
digunakan untuk memahami tingkat perkembangan individu. Instrument
ini dikembangkan oleh Tim Pengembang dari Universitas Pendidikan
Indonesia (Sunaryo Kartadinata, dkk). Penyusunannya dimaksudkan untuk
menunjang kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Inventori tugas
perkembangan (ITP) disusun dalam bentuk empat buku inventori, masing-
masing untuk memahami perkembangan individu di tingkat SD, SLTP,
SLTA dan Perguruan Tinggi.
Dengan mengetahui tingkat perkembangan individu, diharapkan
konselor memiliki kedasaran bahwa program dan layanan bimbingan dan
konseling di sekolah harus berdasarkan pada kebutuhan dan
perkembangan individu. Pengembangan instrument mengacu pada teori
perkembangan diri dari Loevinger yang terdiri dari tujuh tingkatan.
Tingkatan tersebut dimulai dari pra-sosial, yaitu tingkatan dimana
individu belum mampu membedakan diri dengan lingkungan. Tingkatan
terakhir, integrated, merupakan tingkat yang jarang dicapai oleh

19
kebanyakan orang. Oleh karena itu, bangun tingkatan perkembangan
dalam inventori tugas perkembangan (ITP) terdiri dari tujuh tingkatan
yaitu: (1) tingkat impulsif, (2)tingkat perlindungan diri, (3) tingkat
konformistik, (4) tingkat sadar diri, (5) tingkat seksama, (6) tingkat
individualistik, (7) tahap otonomi.

2.5 Fungsi dan Manfaat Teknik Non-tes


a. Fungsi Teknik Non-tes, antara lain :
1. Alat untuk mengetahui ketercapaian tujuan instruksional.
2. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar, dalam hal tujuan
instruksional, kegiatansiswa, strategi mengajar guru, dan lain-lain.
3. Dalam menyusun laporan pengajuan belajar siswa kepada orang
tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan
kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk
nilai-nilai prestasi yang didapatinya.
4. Dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek kognitif tetapi juga
afektif dan psikomotorik
5. Dapat memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada
pihak lain, karena diperolah langsung dari proses belajar siswa baik di
kelas, laboratorium, lapangan, dan lain lain,

b. Manfaat Teknik Non-tes, antara lain :


1. Mengetahui kemajuan dan kesulitan belajar siswa
2. Mendapatkan informasi mengenai keadaan objek penelitian

20
BAB III

Studi Kasus

Peserta Didik Kelas X Tidak Naik Kelas

Subjek kasus dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X di salah
satu SMA Indonesia. Peserta didik ini memiliki karakteristik sering bolos pada
saat jam pelajaran, acuh tak acuh dengan tugas, sering tidur pada saat jam
pelajaran, dan jarang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hal tersebut
berdasarkan hasil observasi, wawancara dengan wali kelas dan guru-guru mata
pelajaran selama Program Praktek Lapangan (PPL). Untuk memperoleh data yang
lengkap, maka diperlukan teknik pengumpul data yang tepat dalam pengumpulan
informasi mengenai kasus peserta didik yang tidak naik kelas. Teknik pengumpul
data yang di gunakan yaitu wawancara, observasi, dokumentasi, dan kunjungan
rumah. Alat pengumpul data yang sesuai untuk menunjang teknik-teknik tersebut
di antaranya yaitu panduan wawancara, panduan observasi, absen, buku kasus dan
raport. Panduan wawancara yaitu alat yang digunakan penelitian dalam
menunjang teknik wawancara dan home visit. Panduan observasi yaitu alat yang
digunakan untuk menunjang teknik observasi. Sedangkan absen, buku kasus dan
raport adalah alat yang digunakan penelitian dalam menunjang teknik dokumen.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian

a. Identifikasi masalah

1) Latar belakang keluarga

Latar belakang keluarga Subyek kasus merupakan anak kedua dari empat
bersaudara, kakak pertamanya kuliah di Untan, adik ketiganya kelas 5 SD, dan
adik keempatnya masih TK. Ayah YS bekerja sebagai Blukar dan ibunya 9
bekerja sebagai ibu rumah tangga sekaligus membuka warung yang terletak di
depan Kampus STMIK.

21
2) Hubungan subyek kasus dengan guru

Hubungan subjek kasus dengan guru-gurunya yaitu lumayan baik, sopan,


dan bisa menghargai serta hormat dengan guru.

3) Keadaan belajar subjek

Tidak mempunyai jadwal belajar dirumah. Karena ia sibuk menjaga parkir


jadi sekolahnya kurang diurusnya.

4) Kegiatan subjek kasus dirumah

Membantu ibunya mencuci, dan lipat pakaian, YS pulang sekolah menjaga


parkir sampai jam 1 atau 2 malam baru pulang.

5) Informasi dari sumber lain Wawancara dengan wali kelas

Wawancara dengan guru mata pelajaran, wawancara dengan teman


sekelas subyek kasus, dan wawancara dengan orang tua subyek kasus.

b. Diagnosis

Diagnosis merupakan langkah untuk mencari faktor penyebab dari


masalah yang sedang dihadapi subyek kasus. Berdasarkan hasil pengamatan dan
wawancara yang diperoleh dari hasil identifikasi, maka dapat disimpulkan bahwa
yang menjadi faktor penyebab subyek ini tidak naik kelas yaitu :

1) Faktor internal yang menyebabkan subyek tidak naik kelas yaitu :

a) Sering tidur selama jam pelajaran berlangsung

b) Tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru

c) Bolos pada saat jam pelajaran

d) Nilai raport tidak tuntas lebih dari 4 mata pelajaran

e) Tidak masuk sekolah lebih dari 12 kali selama setahun

2) Faktor eksternal yang menyebabkan subyek tidak naik kelas, yaitu :

22
a) Jaga parkir sampai jam 1 atau 2 malam.

b) Membantu ayahnya blukarkan motor.

c. Treatment

Pada tahap ini dilaksanakan alternatif bantuan sebagaimana dirumuskan


dalam prognosis, maka dalam treatment akan diambil tindakan dengan langkah-
langkah sebagai berikut :

1) Dengan menggunakan teknik direktif, pembimbing memberikan pandangan


bahwa istirahat sangatlah penting dan tidur tept waktu juga penting apalagi bagi
siswa yang paginya harus sekolah. Pola tidur sangat berpengaruh dalam belajar.

2) Dengan menggunakan teknik didaktik, pembimbing mengarahkan subyek


kasus untuk berpikir rasional bahwa selama ini iya tidak naik kelas karena iya
sering tidur pada saat jam pelajaran berlangsung.

3) Dengan menggunakan teknik asertif, subyek kasus diajak bermain peran


dengan teman-temannya di kelas.

4) Subyek kasus diberikan tugas oleh pembimbing setiap pergi ke sekolah untuk
membawa air minum supaya dapat mengurangi rasa ngantuk.

5) Membuat jadwal belajar pribadi

6) Latihan memenejemen waktu.

e. Evaluasi

Untuk melihat sejauh mana keberhasilan bantuan yang diberikan terhadap


subjek kasus, maka peneliti melakukan evaluasi terhadap perilaku subyek kasus
yaitu :

1) Wawancara dengan guru mata pelajaran Berdasarkan hasil evaluasi dengan


guru mata pelajaran, ternyata subyek banyak mengalami perubahan. Perubahan
yang dimaksud yaitu subyek kasus sudah tidak lagi tidur selama jam pelajaran
berlangsung.

23
2) Wawancara dengan wali kelas Berdasarkan hasil evaluasi dengan wali kelas,
ternyata subyek kasus banyak mengalami perubahan. Perubahan yang dimaksud
yaitu subyek kasus sudah tidak pernah lagi tidur selama jam pelajaran
berlangsung.

3) Wawancara dengan subyek kasus Berdasarkan hasil evaluasi dengan subyek


kasus, ternyata subyek kasus sekarang merasa banyak mengalami perubahan.
Perubahan yang dimaksud yaitu subyek kasus sudah rajin masuk sekolah.Selain
itu juga, subyek kasus sekarang merasa lebih bersemangat untuk pergi kesekolah.

f. Tindak lanjut

Dari hasil evaluasi untuk diperoleh hasil yang optimal, maka dilakukan
tindakan yaitu bekerjasama dengan masing-masing pihak yang terkait dengan
individu, guna untuk tetap mempertahankan perubahan yang sudah subyek kasus
dapatkan yaitu :

1) Subyek kasus Selanjutnya subyek kasus akan menjalankan dengan baik semua
alternatif bantuan yang sudah diberikan oleh peneliti. Subyek kasus juga akan
mengusahakan ada waktu untuk ia istirahat supaya ia bisa bersemangat dalam
belajar dan tidak tidur selama jam pelajaran berlangsung.

2) Wali kelas Bekerjasama dengan wali kelas guna untuk selalu memonitor
perubahan dan perkembangan subyek kasus agar bisa tetap bertahan. Dan
memberikan dorongan serta pujian kepada konseli.

3) Guru matapelajaran Kerjasama dengan guru matapelajaran guna untuk tetap


memonitor perubahan dan perkembangan dari subyek kasus agar bisa tetap
bertahan. Libatkan konseli dalam proses belajar, baik dalam diskusi kelompok
maupun dalam sesi Tanya jawab.

4) Orang tua subyek kasus Kerjasama dengan orang tua subyek kasus guna untuk
tetap memonitor perubahan dan perkembangan subyek kasus supaya bisa tetap
bertahan. Memberi pujian dan hadiah kepada konseli agar perubahan dan
perkembangan tetap bertahan dan menambahkan semangat konseli dalam belajar
dan semangat masuk sekolah.

24
B. Pembahasan

Pada kasus ini yang peneliti lakukan sehingga penelitian ini bisa berhasil
yaitu dengan menggunakan teknik direktif pembimbing memberikan pandangan
bahwa istirahat sangatlah penting dan tidur tepat waktu juga penting apalagi bagi
siswa yang paginya harus sekolah. Pola tidur sangat berpengaruh dalam belajar,
jika kamu tidak mengatur pola tidurmu maka dapat mengganggu konsentrasi
dalam kamu belajar di kelas. Jika selama proses belajar mengajar kamu tidur
terus, selain matapelajaran yang diajarkan kamu tidak mengerti, kamu juga akan
merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Oleh sebab
itu, maka penting menjaga pola tidur. Pandangan ini bertujuan untuk mengubah
pola pikir subyek kasus supaya ia mengerti tidur tidak tepat waktu sangat
berpengaruh dengan konsentrasi belajar di kelas, dan dengan ini agar subyek
kasus meninggalkan kebiasaan buruk seperti sering tidur larut malam, dan
membiasakan diri untuk menjaga pola tidur. Ke dua dengan menggunakan teknik
didaktik pembimbing mengarahkan subyek kasus untuk berpikir rasional bahwa
selama ini iya tidak naik kelas karena iya sering tidur pada saat jam pelajaran
berlangsung. Sering tidur disebabkan oleh subyek kasus menjaga parkir di malam
hari sehingga pola tidurnya tidak teratur dan ini yang menjadi penghambat subyek
kasus tidak naik kelas. Selain itu pembimbing mengajarkan kepada subyek kasus
bahwa ia bisa naik kelas dan tidak tidur lagi jika subyek kasus berusaha untuk
keluar dari keadaan ini dengan berhenti menjaga parkir, dan tetap menjaga pola
tidur dan fokus untuk belajar. Ke tiga dengan menggunakan teknik asertif subyek
kasus diajak bermain peran dengan teman-temannya di kelas. Subyek kasus
diarahkan untuk membayangkan situasi misalnya subyek kasus diolok-olok oleh
teman-temannya dan dijuluki raja tidur dikelas karena tingkah lakukannya yang
sering tidur dengan berulang-ulang kali sehingga subyek kasus merasa malu. Ke
empat subyek kasus diberikan tugas oleh pembimbing setiap pergi kesekolah
untuk membawa air minum supaya dapat mengurangi rasa ngantuk. Membuat
jadwal belajar pribadi dan latihan memenejemen waktu.

C. Kesimpulan studi kasus

25
Berdasarkan kasus tersebut, asesmen perlu dilakukan
terhadap siswa guna mengetahui sejauh mana masalah yang dihadapi dan
cara untuk mengatasinya. Menurut teori yang telah dipaparkan, anak
tersebut dapat ditangani dengan menggunakan teknik tes maupun teknik
non tes. Adapun salah satu teknik tes yang bisa dilakukan adalah tes
psikologi. Tes Psikologi akan memberikan gambaran mengenai penyebab,
karakteristik, gejala, maupun tanda-tanda yang mengarah pada suatu
gangguan, masalah atau penyakit yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar siswa. Pada kasus ini, setelah tahu bahwa siswa mempunyai
masalah yang membuat ia tidak naik kelas, peran guru disini sangatlah
penting. Demi meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu, tes psikologi
dapat dipandang melalui perekonomian sang anak. Tes hasil belajar juga
bisa dalam kasus ini karena bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa
dalam periode tertentu.
Adapun salah satu teknik non tes yang dapat dilakukan adalah
teknik ITP. ITP adalah metode untuk memahami individu dengan cara
memberikan sejumlah pernyataan yang harus dijawab/dipilih siswa sesuai
dengan keadaan dirinya. Jawaban siswa tersebut selanjutnya dipahami
oleh pengumpul data tentang keadaan siswa, dan siswa memahami
keadaan dirinya sendiri guna meningkatkan perkembangan belajar siswa.
Selain tes ITP, tes Daftar cek masalah (DCM) juga bisa dilakukan. Karena
tes ini bertujuan untuk memudahkan siswa mengemukakan masalah yang
pernah dan sedang dialami agar memudahkan analisis dan sintesis dengan
cara/alat lain.

26
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Demikianlah makalah yang kami buat, dapat disimpulkan bahwa asesmen
dalam pembelajaran adalah suatu proses atau upaya untuk mendapatkan
informasi mengenai perkembangan peserta didik selama masa pembelajaran
dan memberi gambaran bagi guru untuk memberikan nilai dan memperbaiki
hasil belajar peserta didik. Manfaat asesmen dalam proses perkembangan
peserta didik adalah untuk mengetahui keadaan anak pada saat tertentu, baik
potensi-potensinya maupun kelemahan-kelemahan yang dimiliki anak sebagai
bahan untuk menyusun suatu program pembelajaran sehingga dapat
melakukan layanan atau intervensi secara tepat. Adapun jenis-jenis asesmen
dalam pembelajaran yakni teknik tes dan teknik non-tes.
Implikasi asesmen pemahaman individu bagi calon seorang guru atau
pendidik adalah mengetahui dan memahami perbedaan-perbedaan dalam diri
peserta didik untuk merancang pembelajaran dengan metode, model, dan
pendekatan yang sesuai. Dengan demikian, tujuan-tujuan pembelajaran dapat
tercapai tanpa harus memberikan tekanan kepada peserta didik, dan dengan
adanya pemahaman guru tentang perbedaan individual dalam diri peserta
didik dapat menumbuhkan perasaan nyaman untuk belajar di sekolah.

4.2 Saran
Saat makalah ini dibuat seharusnya mahasiswa mencari referensi- referensi
yang dibutuhkan untuk membuat makalah ini seperti buku, jurnal, maupun
sumber lainnya. Sehingga, dalam makalah ini terdapat banyak sumber-
sumber informasi dari berbagai sumber informasi.

27
DAFTAR PUSTAKA

Daulay, N. 2014. Implementasi Psikologi Dalam Bidang Pendidikan. Jurnal


Tarbiyah, Vol. 21 No. 2

Kuncoro, Muhammad W. 2012. Evaluasi Kualitas Psikologi Kepribadian 1. Jurnal


Universitas Mercu Buana Vol. 3 No.4

Rahardjo, Susilo & Gudnanto. 2013. Pemahaman Individu. Jakarta : Kencana

Sutoyo, Anwar. 2014. Pemahaman Individu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Wulan, Anna R. 2017. Pengertian dan Esensi Konsep Evaluasi, Asesmen, Tes,
dan Pengkuran. FMIPA: Universitas Pendidikan Indonesia

28

Anda mungkin juga menyukai