Anda di halaman 1dari 16

PENERAPAN ASESMEN AUTENTIK DALAM PEMBELAJARAN

MENULIS
Untuk Memenuhi Tugas UAS Keterampilan Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Dwiana Asih Miranti, M.Pd.

Disusun Oleh:
Yuliana
21330000775
2SDA1

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
2022

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................1
PEMBAHASAN....................................................................................................1
A. Konsep Dasar Asesmen..................................................................................1
1. Pengertian Asemen.........................................................................................1
2. Pengetian Asesmen Autentik.........................................................................2
3. Tujuan Dilakukan Asesmen Dalam Pembelajaran Menulis.......................2
4. Keunggulan dan Kelemahan Asesmen Autentik.........................................3
B. Pembelajaran Menulis......................................................................................4
1. Hakikat Pembelajaran Menulis......................................................................4
2. Karakteristik Pembelajaran Menul.................................................................6
3. Metode Pembelajaran Menulis......................................................................7
4. Prinsip Pembelajaran Menulis.....................................................................10
C. Pelaksanaan Penerapan Asesmen Autentik Dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

ii
BAB I

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Asesmen

1. Pengertian Asemen
Secara umum, asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk
mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan
untuk dasar pengambilan keputusan tentang siswa baik yang
menyangkut kurikulum, program pembelajarannya, iklim sekolah
maupun kebijakan-kebijakan sekolah. Keputusan tentang siswa ini
termasuk bagaimana guru menempatkan siswa pada program-
program pembelajaran yang berbeda, tingkatkan tugas-tugas untuk
siswa yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-
masing, bimbingan dan penyuluhan dan saran untuk studi lanjut.
Keputusan tentang kurikulum dan program sekolah termasuk
pengambilan keputusan tentang efektifitas program dan langkah-
langkah untuk meningkatkan kemampuan siswa dengan pengajaran
remidi (remedial teaching) keputusan untuk kebijakan pendidikan
meliputi: kebijakan di tingkat sekolah, kabupaten maupun nasional.
Pembahasan tentang kompetensi untuk melakukan asesmen tentang
siswa akan meliputi bagaimana guru mengkoleksi semua informasi
untuk membantu siswa dalam mencapai target pembelajaran dengan
berbagai teknik asesmen, baik teknik yang bersifat formal maupun
nonformal, seperti teknik paper and pencil test, unjuk kerja sisiwa
dalam menyelesaikan pekerjaan rumah, tugas-tugas di laboratorium
maupun keaktifan diskusi selama proses pembelajaran. Semua
informasi tersebut dianalisis untuk kepentingan laporan kemajuan
siswa.1
Asesmen secara sederhana dapat diartikan sbagai proses
pengukuran dan non pengukuran untuk memperoleh data karakteristik
peserta didik dengan aturan tertentu. Dalam pelaksanaan asesmen
pembelajaran, guru akan dihadapkan pada 3 (tiga) istilah yang sering
dikacaukan pengetiannya, atau bahkan sering pula digunakan secara
bersama yaitu istilah pengukuran, penilaian dan test.

1
Poerwanti, Endang. "Konsep dasar asesmen pembelajaran." PT. Remaja
Rosdakarya (2015).

1
2. Pengetian Asesmen Autentik
Asesmen autentik adalah satu metode evaluasi dimana siswa
menampilkan tugas-tugas nyata untuk mendemonstrasikan kesesuaian
antara pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Satu asesmen
autentik umumnya terdiri atas tugas yang harus diselesaikan siswa
dan rubric untuk pedoman asesmen tugas tersebut. Dengan kata lain,
asesmen autentik menilai secara langsung keberhasilan siswa pada
pengetahuan dan keterampilan tertentu (Mueller, 2007).
Asesmen autentik adalah satu metode evaluasi yang
mengharuskan siswa mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki sesuai tugas-tugas dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Asesmen dapat bermakna pengukuran, pengujian atau evaluasi,
sedangkan autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid atau
reliable. Asesmen autentik adalah pengukuran atau proses dan hasil
belajar peserta didik untuk ranah sikap (afektif) , keterampilan
(psikomotor) dan pengetahuan (kognitif). 2
3. Tujuan Dilakukan Asesmen Dalam Pembelajaran Menulis
Asesmen atau penelitian dilaksanakan mempunyai beberapa
tujuan. Sebagaimana dikemukakan oleh Arikunto (1995: 9) bahwa
fungi dan tujuan penilaian meliputi, (1) penilaian berfungsi selektif, (2)
penilaian berfungsi diagnostik, (3) penilaian berfungsi sebagai
penempatan dan (4) penilaian berfungsi sebagai pengukur
keberhasilan. Tidak berbeda dengan pendapatdi atas, Nana Sudjana
(1990: 3) mengemukakan bahwa fungsi dan tujuan
assesmen/penilaian adalah sebagai berikut, (1) mendeskripsikan
kecakapan belajar siswa, (2) mengetahui keberhasilan proses
pendidikan dan pengajaran, (3) menentukan tindak lanjut hasil
penilaian, (4) memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah
kepada stakeholders, (5) sebagai dasar umpan baik bagi perbaikan
proses belajar mengajar.
Mendeskripsikan kecakapan belajar siswa, maksudnya adalah
asesmen atau penilaian untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan
kecakapan siswa dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran
yang ditempuhnya. Dengan pendeskripsian kecakapan siswa dapat
diketahui pula posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan siswa
lainnya.
Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran
disekolah, yakni untuk mengetahui seberapa jauh keefektifannya
dalam mengubah tingkah laku para siswa kea rah tercapainya tujuan
kurikulum atau tujuan pendidikan yang ditetapkan. Keberhasilan
2
Bundu, Patta. Asesmen autentik dalam pembelajaran. Deepublish, 2017.

2
pendidikan dan pengajaran penting artinya sebagai upaya
memanusiakan manusia atau membudayakan manusia., dalam hal ini
para siswa agar menjadi manusia yang berkualitas dalam aspek
intelektual, sosial, emosional, moral dan keterampilan.
Menentukan tindak lanjut hasil penelitian, yakni melakukan
perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan
pengajaran serta strategi pelaksanaannya. Kegagalan siswa dalam
mencapai prestasi belajar tidak dipandang sebagai kekurangan pada
diri siswa semata-mata, tetapi bisa disebabkan oleh program
pengajaran, atau kesalahan strategi pembelajaran atau dapat juga
disebabkan kurang tepatnya dalam memilih alat bantu pembelajaran.
Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak
sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang
dimaksud meliputi pihak pemerintah, masyarakat dan oranng tua
siswa. Dalam mempertanggungjawabkan hasil-hasil yang dicapai
sekolah memberikan laporan berbagai kekuatan dan kelemahan
pelaksanaan sistem pendidikan dan pengajaran serta kendala yang
dihadapi.
Umpan balik bagi perbaikan proses pembelajaran yaitu
perbaikan dalam hal melakukan proes pembelajaran, strategi
pembelajaran, ataupun perencanaan pembelajaran. 3
4. Keunggulan dan Kelemahan Asesmen Autentik
Asesmen autentik sangat bermanfaat kepada semua siswa,
tetapi secara khusus membantu kebutuhan khusus siswa sebab sanat
sesuai dengan keterampilan sosial dan perilaku yang diperlukan baik
di dalam maupun di luar sekolah. Siswa belajar bagaimana
bekerjasama dengan orang lain selama proyek berlangsung. Misalnya,
pada waktu melaksanakan praktikum, siswa harus mempraktikkan
karakter positif (jujur, bekerjasama) dalam merampungkan kegiatan
praktikum. Asesmen autentik mengintegrasikan keterampilan berpikir
tingkat tinggi (higher-order thinking skill) karena siswa harus
mengaplikasikan pengetahuannya secara kreatif untuk menyelesaikan
masalah. Hal ini membantu siswa membantu siswa menghubungkan
apa yang terjadi di luar sekolah dan membangun kepercayaan diri
ketika dapat berkontribusi dalam masyarakat.
Namun demikian, seperti halnya semua bentuk asesmen yang
lain, tetap terdapat beberapa keterbatasan/kelemahan. Autentik
asesmen kurang berfungsi dengan baik jika guru akan mengakses
3
Wahyudi. Asesmen Pembelajaran Berbasis Portofolio Di Sekola, Jurnal
Visi Ilmu Pendidikan, 292-293.

3
keterampilan dalam skala yang luas. Meskipun sebagian besar guru
menggunakan rubric pada waktu pemberian skor, tipe asesmen ini
tetap lebih subyektif dan memerlukan waktu lebih lama dibandingkan
dengan jenis tes tipe “pencil and paper test”.

Secara lebih rinci dapat dilihat pada table berikut ini:

Keunggulan Kelemahan
Fokus pada keterampilan Intensitas waktu untuk mengelola,
menganalisis dan memonitor dan kordinasi
pengitegrasian pengetahuan
Mengembangkan kreativitas Sulit dihubungkan dengan standar
yang sudah dibakukan
Mereflesikan keterampilan dunia Agak sukar menyiapkan pola
nyata dengan pengetahuan pengskoran yang konsisten
Mendorong kerja secara Bias pada pemberian skor yang
kolaboratif subyektif
Mengembangkan keterampilan Secara alam yang unik mungkin
tidak
Menulis dan presentase lisan Terbiasa bagi siswa
Asesmen secara langsung, Kemungkinan kurang praktis untuk
kegiatan pembelajaran dan peserta tes yang sangat banyak
tujuan belajar

B. Pembelajaran Menulis

1. Hakikat Pembelajaran Menulis


Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan
berbahasa yang harus dipelajari siswa. Keterampilan ini tidaklah
mudah dilakukan. Dibutuhkan proses belajar dan latian untuk
mengasah bakat dan keterampilan menulis yang sudah ada
sebelumnya. Dengan berdasar pada betapa pentingnya keterampilan
menulis ini, para ahli banyak mendefinisikan keterampilan atau
kegiatan menulis ini sesuai dengan pendapatnya masing-masing.
Berikut ini akan dituliskan beberapa pengertian menulis menurut para
ahli.4

4
Saputra, Edi. "Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia." Jurnal Al
Irsyad 21 (2014).

4
a. Pengertian Menulis
Menurut Djuharie (2005: 120), menulis merupakan suatu
keterampilan yang dapat dibina dan dilatihkan. Hal ini senada dengan
pendapat Ebo (2005: 1), bahwa setiap orang bisa menulis. Artinya,
kegiatan menulis itu dapat dilakukan oleh setiap orang dengan cara
dibina dan dilatihkan.
Selanjutnya, pengertian menulis, Pranoto (2004: 9)
berpendapat, bahwa menulis berarti menuangkan buah pikiran
kedalam bentuk tulisan atau menceritakan sesuatu kepada orang lain
melalui tulisan. Menulis juga dapat diartikan sebagai ungkapan atau
ekspresi perasaan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dengan kata
lain, melalui proses menulis kita dapat berkomunikasi secara tidak
langsung.
Batasan menulis menurut Tarigan 91994: 21), yang
menurunkan atau menuliskan lambing-lambang grafik,
menggambarkan suatu bahsa yang dipahami oleh seseorang,
sehingga orang lain dapat membaca lambing-lambang grafik tersebut
kalau mereka memahami bahasa dan gambar grafik itu. Gambar atau
lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak
menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa. Menulis merupakan
suatu respresentari bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.
Hal ini merupakan perbedaan utama antara lukisan dan tulisan, antara
melukis dan menulis.
Menurut Gere (1985), menulis dalam arti komunikasi ialah
menyampaikan pengetahuan atau informasi tentang subyek. Menulis
berarti mendukung ide. Byrne (1988), mengatakan bahwa menulis
tidak hanya membuat satu kalimat atau hanya beberapa hal yang tidak
berhubungan, tetapi menghasilkan serangkaian hal yang teratur, yang
berhubungan satu dengan yang lain, dan dalam gaya tertentu.
Rangkaian kalimat itu bisa pendek, mungkin hanya dua atau tiga
kalimat, tetapi kalimat itu diletakkan secara teratur dan berhubungan
satu dengan yang lain dan berbentuk kesatuan yang masuk akal.
Crimmon (1984), berpendapat bahwa menulis adalah kerja keras,
tetapi juga merupakan kesempatan untuk menyampaikan sesuatu
tentang diri sendiri mengkomunikasikan gagasan kepada orang lain,
bahkan dapat mempelajari sesuatu yang belum diketahui.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diketahui bahwa hasil
kegiatan menulis adalah sebuah tulisan. Hasil sebuah tulisan pada
dasarnya adalah untuk menyampaikan pikiran, pendapat, atau
gagasan yang muncul. Mengingat fungsi utama kegiatan menulis
merupakan sarana komunikasi secara tidak langsung, maka penting
bagi para peserta didik untuk mempelajari keterampilan menulis.
Selain dapat meningkatkan kecakapan berpendapat, menulis juga

5
dapat melatih siswa menuangkan ide pikirannya dengan lebih mudah.
Dapat disimpulkan menulis adalah kegiatan yang produktif dan
ekspresif dengan cara mengungkapkan gagasan yang ada dalam
pikiran kita ke dalam bentuk tulisan.
b. Tujuan Menulis
Banyak tulisan yang memberikan inspirasi kepada kita. Misalnya novel,
puisi, cerita pendek, naskah film, surat, artikel, laporan,resensi dan
esai. Semua hasil tulisan ini berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Tetapi semuanya sama dalam satu hal, yaitu merupakan hasil tulisan.
Biasanya berbagai tulisan memiliki tujuan sebagai berikut:
 Menghibur
 Menyampaikan informasi
 Membujuk
 Mendidik

2. Karakteristik Pembelajaran Menulis


Setiap guru keterampilan menulis harus sudah memahami
karakteristik keterampilan menulis karena sangat menentukan dalam
ketetapan penyusunan perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian
keterampilan menulis. Sudah dapat dipastikan tanpa memahami
karakteristik keterampilan guru yang bersangkutan tak mungkin
menyusun perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran
menulis yang akurat, bervariasi dan menarik. Ada empat karakteristik
keterampilan menulis yang sangat menonjol, yakni:
a. Keterampilan menulis merupakan kemampuan yang komplek
b. Keterampilan menulis condong kearah skill atau praktik
c. Keterampilan menulis bersifat mekanistik
d. Penguasaan keterampilan menulis harus melalui kegiatan yang
bertahap atau akumulatif.
Keterampilan menulis menuntut kemampuan yang kompleks.
Penulisan sebuah karangan yang sederhana sekalipun menuntut
kepada penulisnya kemampuan memahami apa yang hendak ditulis
dan bagaimana cara menulisnya. Persoalan pertama menyangkut isi
karangan dan persoalan kedua menyangkut pemakaian bahasa serta
bentuk atau struktur karangan. Pembelajaran keterampilan menulis
yang tidak memperhatikan kedua hal tersebut di atas pasti akan
mengalami ketidakberesan atau kegagalan.

Keterampilan menulis lebih condong ke arah praktik ketimbang


teori. Ini tidak berarti pembahasan teori menulis ditabukan dalam

6
pengajaran menulis. Pertimbangan antar praktek dan teori sebaiknya
lebih banyak praktek dari teori.
Keterampilan menulis bersifat mekanistik. Ini berarti bahwa
penguasaan keterampilan menulis tersebut harus melalui latihan atau
praktik. Dengan perkataan lain semakin banyak seseorang melakukan
kegiatan menulis semakin terampil menulis yang bersangkutan.
Karakteristik keterampilan menulis seperti ini menuntut pembelajaran
menulis yang memungkinkan siswa banyak latihan, praktik, atau
mengalami berbagai pengalaman kegiatan menulis.
Di Samping kegiatan menulis harus bervariasi juga sistematis,
bertahap, dan akumulatif. Berlatih menulis yang tidak terarah apalagi
kurang diawasi guru membuat kegiatan siswa tidak terarah bahkan
sering membingungkan siswa. Mereka tidak tahu apakah mereka
sudah bekerja benar, atau mereka tidak tahu membuat kesalahan
yang berulang. Latihan mengarang terkendali disertai diskusi di mana
sangat diperlukan dalam memahami dan menguasai keterampilan
menulis.
3. Metode Pembelajaran Menulis
a. Metode Langsung
Metode pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk
mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan procedural dan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat
dipelajari selangkah demi selangkah. Metode tersebut didasari
anggapan bahwa pada umumnya pengetahuan dibagi dua, yakni
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural. Deklaratif berarti
pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.
Dalam metode langsung, terdapat lima fase yang sangat
penting. Guru mengawali dengan penjelasan tentang tujuan dan latar
belakang pembelajaran serta mempersiapkan siswa untuk menerima
penjelasan guru. Hal itu disebut fase persiapan dan motivasi. Fase
berikutnya adalah fase demonstrasi, pembimbingan, pengecekan dan
pelatihan lanjutan.

Pada metode langsung bisa dikembangkan dengan teknik


pembelajaran menulis dari gambar atau menulis objek langsung dan
atau perbandingan objek langsung. Teknik menulis dari gambar atau
menulis objek langsung bertujuan agar siswa dapat menulis dengan
cepat berdasarkan gambar yang dilihat. Misalnya, guru menunjukkan
gambar kebakaran yang melanda sebuah desa atau melihat langsung
kejadian kebakaran sebuah desa, Dari gambar tersebut siswa dapat
membuat tulisan secara runtut dan logis berdasarkan gambar.

7
b. Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan metode komunikatif harus mencakup
semua keterampilan berbahasa. Setiap tujuan diorganisasikan ke
dalam pembelajaran. Setiap pembelajaran dispesifikkan kedalam
tujuan kongkret yang merupakan produk akhir. Sebuah produk di sini
dimaksudkan sebagai sebuah informasi yang dapat dipahami, ditulis,
diusahakan, atau disajikan ke dalam non linguistik. Sepucuk surat
adalah sebuah produk. Demikian pula sebuah perintah, pesan, laporan
atau peta juga merupakan produk yang dapat dilihat dan diamati.
Dengan begitu, produk-produk tersebut dihasilkan melalui
penyelesaian tugas yang berhasil.
Metode komunikatif dapat dilakukan dengan teknik menulis
berita. Siswa menulis berita tentang yang meraka lakukan dalam
sebuah aktivitas berdasarkan prinsip-prinsip sebuah berita (5W dan
1H) alur yang dibutuhkan adalah kertas kerja. Kegiatan ini dapat
dilaksanakan perseorangan maupun kelompok.

c. Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu
proses. Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang
studi. Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang
studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak diintegrasikan dengan
berbicara dan menulis. Menulis diintegrasikan dengan membaca dan
berbicara. Materi kebahasaan diintegrasikan dengan keterampilan
bahasa. Sedangkan antarbidang studi merupakan pengintegrasian
bahan dari beberapa bidang studi. Misalnya; antarabahasa Indonesia
dengan matematika atau dengan bidang studi lainnya.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, integratif interbidang
studi lebih banyak digunakan. Saat mengajarkan kalimat, guru tidak
secara langsung menyodorkan materi kalimat ke siswa tetapi diawali
dengan membaca atau yang lainnya. Perpindahannya diatur secara
tipis. Bahkan, guru yang pandai mengintegrasikan penyampaian materi
dapat menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi.
Integratif sangat diharapkan oleh Kurikulum Bahasa Indonesia
Berbasis Kompetensi. Pengintegrasiannya diaplikasikan sesuai
dengan kompetensi dasar yang perlu dimiliki siswa. Materi tidak
dipisah-pisahkan. Materi ajar justru merupakan kesatuan yang perlu
dikemas secara menarik. Metode inregratif dapat dilaksanakan dalam
pembelajaran mambaca dengan memberi catatan bacaan. Siswa
dapat membuat catatan yang diangap penting atau kalimat kunci
sebuah bacaan. Dalam melakukan kegiatan membaca sekaligus siswa
menulis.

8
d. Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran
diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan.
Yang perlu dipahami adalah tema bukanlah tujuan tetapi alat yang
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus
diolah dan disajikan secara kontekstualitas, kontemporer, kongkret dan
konseptual.
Tema yang telah ditentukan harus diolah sesuai sesuai dengan
perkembangan dan lingkungan siswa. Budaya, social dan religiusitas
mereka menjadi perhatian. Begitu pula isi tema yang disajikan secara
kontemporer sehingga siswa senang. Apa yang terjadi sekarang di
lingkungan siswa juga harus terbahas dan terdiskusikan di kelas.
Kemudian, tema tidak disajikan secara abstrak tetapi diberikan secara
kongkret. Semua siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan
logika yang dipunyainya. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau
dari analisis ke konsep kebahasaan, penggunaan dan pemahaman.
e. Metode Konstruktivistik
Asumsi sentral metode konstruktivistik adalah belajar itu
mnemukan. Artinya, meskipun guru menyampaikan sesuatu kepada
siswa, mereka melakukan proses mental atau kerja otak atas informasi
itu agar informasi tersebut masuk ke dalam pemahaman mereka.
Konstuktivistik dimulai dari masalah (sering muncul dari siswa sendiri)
dan selanjutnya membantu siswa menyelesaikan dan menemukan
langkah-langkah pemecahan masalah tersebut.
Metode konstruktivistik didasarkan pada teori belajar kognitif
yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran
generatif strategi bertanya, inkuiri, atau menemukan dan keterampilan
metakognitif lainnya (belajar bagaimana seharusnya belajar).
f. Metode Konstlektual
Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang
membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia
nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa agar menghubungkan
pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai
anggota keluarga dan masyarakat (Ardina, 2001). Pembelajaran
dengan menggunakan metode ini akan memudah dalam pembelajaran
menulis. Anak dimotivasi agar mampu menulis.

Menurut Nur (2001) pengajaran kontekstual memungkinkan


siswa menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengatahuan dan
keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam

9
sekolah dan di luar sekolah agar siswa dapat memecahkan masalah
dunia nyata atau masalah yang disimulasikan. Sebenarnya siswa
dalam belajar tidak berada di awan tetapi berada di bumi yang selalu
menyatu dengan tempat belajar, waktu, situasi, dan suasana alam dan
masyarakatnya. Untuk itu, metode yang dianggap tepat untuk
mengembangkan pembelajaran adalah metode kontekstual
(Contextual Teaching and Aktif). Adapun metode ini dapat diterapkan
dalam salah satu pembelajaran menulis deskripsi. Siswa dapat belajar
dalam situasi dunia nyata tidak dalam dunia awang-awang.
4. Prinsip Pembelajaran Menulis
Dalam rangka mewujudkan pembelajaran menulis yang
harmonis, bermutu dan bermartabat, harus diketahui terlebih dahulu
prinsip-prinsip pembelajaran menulis. Diharapkan prinsip-prinsip ini
akan menjadi pedoman bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran
menulis sehingga mencapai tujuan yang dicita-citakan. Prinsip-prinsip
pembelajaran menulis tersebut dikemukakan Brown (2001) sebagai
berikut.
a. Pembelajaran menulis harus merupakan pelaksanaan praktik
menulis yang baik. Dalam hal ini guruharus membiasakan siswa
menulis dengan mempertimbangkan tujuan, memperhatikan
pembaca, menyediakan waktu yang cukup untuk menulis,
menerapkan teknik dan strategi menulis yang tepat dan
melaksanakan menulis sesuai dengan tahapan penulisan.
b. Pembelajaran menulis harus dilaksanakan dengan
menyeimbangkan antara proses dan produk.
c. Pembelajaran menulis harus memperhitungkan latar belakang
budaya literasi siswa.
d. Pembelajaran menulis harus senantiasa dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan whole language khususnya
menggabungkan antara membaca dan menulis.
e. Pembelajaran menulis harus dilaksanakan sengan menerapkan
kegiatan menulis otentik seoptimal mungkin. Menulis otentik
adalah menulis yang bermakna bagi siswa sekaligus dibutuhkan
siswa dalam kehidupannya sehari-hari.
f. Pembelajaran menulis harus dilaksanakan dalam tiga tahapan
yakni tahap pramenulis, tahap menulis dan tahap pascamenulis.
g. Gunakan strategi yang tepat untuk mengoreksi kesalahan siswa
dalam menulis.
h. Pembelajaran menulis harus dilakukan dengan terlebih dahulu
menjelaskan aturan penulisan misalnya jenis tulisan, konvensi
tulisan dan retorika menulis yang bagaimana yang harus
digunakan siswa selama tugas menulis.
Berdasarkan beberapa prinsip yang dikemukakan Brown di
atas, jelaslah bahwa pembelajaran menulis harus dilakukan guru

10
dengan sebaik mungkin dan seoptimal mungkin. Pembelajaran
menulis haruslah menekankan proses menulis yang sesungguhnya
sehingga pembelajaran menulis tidak hanya sekadar menekankan
pada produk menulis. Pembelajaran menulis pun harus dilakukan
guru dengan mengaitkannya dengan keterampilan berbahasa yang
lain khususnya membaca. Tulisan yang dibuat siswa haruslah
tulisan otentik yang bermakna dan bermanfaat bagi siswa. Strategi
pembelajaran interaktif, kolaboratif, dan kooperatif merupakan
strategi yang memungkinkan siswa menulis secara tepat.
Selanjutnya guru harus pula memberikan pengetahuan yang
memadai tentang jenis tulisan, konvensi penulisan, retorika dalam
menulis sehingga siswa mampu menulis sesuai dengan tujuan.
Terakhir peran guru dalam memberikan umpan balik pada siswa
sangat diperlukan. Guna melaksanakan peran ini guru harus
memanfaatkan penilaian otentik atau penilaian formatif dalam
pembelajaran menulis.
Berdasarkan beberapa prinsip yang dikemukakan Brown di
atas, jelaslah bahwa pembelajaran menulis harus dilakukan guru
dengan sebaik mungkin dan seoptimal mungkin. Pembelajaran
menulis haruslah menekankan proses menulis yang sesungguhnya
sehingga pembelajaran menulis tidak hanya sekadar menekankan
pada produk menulis. Pembelajaran menulis pun harus dilakukan
guru dengan mengaitkannya dengan keterampilan berbahasa yang
lain khususnya membaca. Tulisan yang dibuat siswa haruslah
tulisan otentik yang bermakna dan bermanfaat bagi siswa. Strategi
pembelajaran interaktif, kolaboratif, dan kooperatif merupakan
strategi yang memungkinkan siswa menulis secara tepat.
Selanjutnya guru harus pula memberikan pengetahuan yang
memadai tentang jenis tulisan, konvensi penulisan, retorika dalam
menulis sehingga siswa mampu menulis sesuai dengan tujuan.
Terakhir peran guru dalam memberikan umpan balik pada siswa
sangat diperlukan. Guna melaksanakan peran ini guru harus
memanfaatkan penilaian otentik atau penilaian formatif dalam
pembelajaran menulis.

Selain beberapa prinsip di atas, masih terdapat beberapa


prinsip lain lain pembelajaran menulis. Beberapa prinsip tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Pembelajaran menulis hendaknya menerapkan pola tulis, pikir,
kontrol, agar siswa terbiasa menulis dan mau menulis.
2. Pembelajaran menulis hendaknya memiliki tujuan jangka panjang
agar siswa kreatif menulis.

11
3. Pembelajaran menulis hendaknya diikuti dengan penyediaan
sarana publikasi tulisan sehingga siswa lebih termotivasi menulis.
4. Pembelajaran menulis hendaknya disertai bentuk penilaian formatif
yang tepat sehingga guru dapat secara tepat sasaran memperbaiki
kelemahan siswa dalam menulis.
5. Pembelajaran menulis hendaknya menekankan kreativitas siswa
dalam menulis meliputi kemampuannya menulis secara orisinal,
lancar, luwes dan bermanfaat.
6. Pembelajaran menulis hendaknya dilengkapi dengan pemanfaatan
teknologi dalam menulis.
Bertemali dengan prinsip-prinsip pembelajaran menulis di atas,
guru harus benar-benar meningkatkan kompetensinya dalam hal
menulis. Kompetensi yang dimaksud adalah kemampuannya menulis
secara langsung dan pengetahuannya tentang teori menulis. Selain itu,
guru harus secara kreatif menciptakan proses pembelajaran menulis
yang mendorong motivasi intrinsik siswa berkembang sehingga siswa
terpacu untuk mau dan bisa menulis. Yang tak kalah penting adalah
guru harus menerapkan proses pembelajaran menulis secara tepat
berbasis proses menulis yang sesungguhnya.
C. Pelaksanaan Penerapan Asesmen Autentik Dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Seorang guru dapat mengetahui kemampuan yang telah
dikuasai oleh peserta didiknya melalui metode dan materi yang
diterapkannya. Harus mengetahui kompetensi dasar apa saja yang
telah dikuasai oleh peserta didik dan segera mengambil tindakan
perbaikan ketika terjadi penilaian. Guru dapat melaksanakan penilaian
tergantung pada uru itu sendiri, apakah mau setiap hari, setiap minggu
atau setiap bulan sesuai dengan RPP yang telah dibuat.
Langkah-langkah penerapan asesmen autentik yang dilakukan
guru antara lain menentukan standar, menentukan model penelitian
autentik, menentukan kriteria, membut rubrik, mensosialisasikan
kepada peserta didik, melaksanakan penilaian dan memberikan skor
dan nilai. Persiapan penilaian yang dilakukan guru berupa penentuan
KD, indikator, model penelitian dan pembuatan rubrik sudah jauh-jauh
hari dilakukan sebelum melaksanakan penilaian. Akan tetapi, sebelum
pelaksanaan proses pembelajaran dan penilaian guru mempersiapkan
kembali rubrik yang akan digunakan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan penerapan asesmen


autentik dalam pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan

12
pedoman dari silabus dan RPP, kompetensi penilaian autentik meliputi
kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap dan kompetensi
keterampilan. 5

5
Ayuni, Farah dkk. (2022). Penerapan Asesmen Autentik Materi Menulis
Teks Anekdot Kelas X SMA. Jurnal onoma: Pendidikan, Bahasa
dan Sastra, 8(1), 424-423.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ayuni, Farah dkk. (2022). Penerapan Asesmen Autentik Materi Menulis


Teks Anekdot Kelas X SMA. Jurnal onoma: Pendidikan, Bahasa
dan Sastra, 8(1), 424-423.

Bundu, Patta. Asesmen autentik dalam pembelajaran. Deepublish, 2017.

Poerwanti, Endang. "Konsep dasar asesmen pembelajaran." PT. Remaja


Rosdakarya (2015).

Saputra, Edi. "Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia." Jurnal Al


Irsyad 21 (2014).

Wahyudi. Asesmen Pembelajaran Berbasis Portofolio Di Sekola, Jurnal


Visi Ilmu Pendidikan, 292-293.

14

Anda mungkin juga menyukai