Anda di halaman 1dari 13

PENILAIAN AUTENTIK

EVALUASI PEMBELAJARAN
Dosen Pembimbing : Dr.Soeprijanto,M.Pd

Oleh :

Septiana Tri Syahputri (1501617052)

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019
PENILAIAN AUTENTIK DALAM KURIKULUM 2013

SEPTIANA TRI SYAHPUTRI


Universitas Negeri Jakarta, Jakarta
septianaputri234@gmail.com

Abstrak

Penilaian merupakan bagian integral dari pembelajaran. Seperti


semua pembelajaran, penilaian menolong siswa untuk menjadi lebih
berpengetahuan, kritis, kompeten dan responsif. Melalui penilaian,
guru dapat mengembangkan kompetensi atau talenta yang dimiliki
oleh setiap siswa. Adapun kompetensi yang diharapkan dan dikuasai
oleh siswa setelah proses belajar mengajar adalah kompetensi sikap,
keterampilan dan pengetahuan. Salah satu penekanan dalam kurikulum
2013 adalah penilaian autentik, dimana penilaian yang dilakukan tidak
hanya hasil akhirnya saja tetapi juga proses selama pembelajaran
berlangsung. Oleh karena itu guru harus mengetahui mekanisme,
prosedur dan instrumen penilaian hasil belajar siswa sesuai dengan
kompetensi yang ingin diukur. Kompetensi yang diukur melalui
penilaian autentik menggambarkan tuntutan kompetensi yang ada di
standar kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi
Dasar (KD).

Kata Kunci: penilaian, penilaian autentik, instrumen penilaian.


PENDAHULUAN
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar
oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau
proses, kemajuan belajar dan perbaikan hasil belajar siswa secara
berkelanjutan yang digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi
siswa, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan
memperbaiki proses pembelajaran.
Fokus penilaian dalam kurikulum 2013 adalah keberhasilan
belajar siswa dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan,
meliputi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Pencapaian kompetensi
siswa benar-benar terukur dan empiris, oleh karena itu harus ada
rumusan yang jelas tentang kriteria kompeten tersebut. Berikut adalah
kriteria kompeten yang harus dicapai oleh siswa, antara lain:
1. Siswa mampu memahami konsep yang mendasari standar
kompetensi yang harus dikuasai.
2. Siswa mampu melakukan pekerjaan sesuai dengan standar
kompetensi yang harus dicapai dengan prosedur yang benar
dan hasil yang baik.
3. Siswa mampu mengaplikasikan kemampuannya dalam kehidupan
sehari-hari. Siswa dapat dikatakan kompeten setelah dilakukan
penilaian dengan instrumen yang benar-benar kompeten secara nyata
dan relative permanen/tetap, sehingga informasi yang diberikan
benar-benar akurat. Pencapaian kompetensi siswa adalah sesuatu
yang terukur, operasional dan siswa mengalami secara pribadi di
dalam proses pembelajaran tersebut.

Namun pada kenyataan di lapangan, penilaian hasil belajar yang


dilakukan oleh guru hanya dari segi pengetahuan saja. Guru mengukur
keberhasilan belajar siswa dengan tes tertulis, untuk mengukur sejauh mana
siswa memahami materi yang sudah diajarkan oleh guru. penilaian hanya
terfokuskan pada kompetensi pengetahuan siswa, sedangkan sikap dan
keterampilan siswa selama proses pembelajaran berlansung tidak dinilai.
Sehingga terlihat, pencapaian kompetensi pengetahuan dari siswa adalah
paling utama.
Jika kita melihat kepada kurikulum 2013, penilaian yang digunakan
adalah penilaian autentik. Penilaian yang dilakukan mencakup kompetensi
sikap, keterampilan dan pengetahuan selama proses pembelajaran
berlangsung. Guru harus merancang instrumen penilaian sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai dari mata pelajaran dan dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.

PEMBAHASAN
Penilaian
Penilaian merupakan bagian integral dari sebuah pembelajaran. Dalam
setiap pembelajaran, penilaian berfungsi untuk mengukur sejauh mana
siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Penilaian di dalam pembelajaran membantu guru dalam mengevaluasi
keefektifan kurikulum, strategi mengajar dan kegiatan belajar yang
mencakup kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa. Menurut
Arifin (2013:4), penilaian adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis
dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan
hasil belajar siswa dalam rangka membuat keputusan-keputusan
berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu. Penilaian bukan hanya
sebatas nilai saja, namun melalui penilaian guru dapat merayakan
pencapaian dan mendukung siswa dalam menghadapi tantangan belajar.
Ada tiga tipe penilaian siswa yang berbeda dan memiliki sasaran masing-
masing, yaitu:
1. Penilaian atas pembelajaran (atau penilaian sumatif), merangkum
pencapaian siswa pada akhir tahun ajaran. Penilaian ini memonitor
seberapa baik siswa telah belajar apa yang diajarkan guru dan dilaporkan
sebagai sebuah angka atau huruf.
2. Penilaian bagi pembelajaran (atau penilaian formatif),
memberikan tanggapan deskriptif utuk meningkatkan
pembelajaran dan proses pembelajaran. Penilaian ini menolong
siswa mengklarifikasi makna dan mengatasi hambatan
pembelajaran. Penilaian ini dapat menciptakan kepercayaan diri
siswa mengenai kemampuan mereka untuk belajar dan menantang
siswa meneruskan serta meningkatkan pembelajaran mereka.
3. Penilaian sebagai pembelajaran, siswa belajar dari menilai
kemajuan mereka sendiri. Siswa mempraktekkan penilaian diri
sendiri terhadap pembelajaran mereka, pengetahuan, keterampilan,
kreativitas dan sifat mereka. Siswa juga belajar menentukan tujuan
yang bermakna dan realistis.

(Brummelen, 2011:150).
Ketiga tipe penilaian ini tidak selalu berbeda, oleh karena itu
penilaian yang tepat mencoba mencari tahu seberapa baik siswa telah
mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Karena tidak semua
hasil pembelajaran dapat diukur secara penuh, kecuali guru dapat
melihat siswa mengaplikasikan apa yang sudah dipelajarinya dalam
kehidupan nyata yang relevan.

Penilaian dipandang sebagai salah satu faktor yang penting


dalam menentukan keberhasilan proses dan hasil belajar, sehingga
guru dapat meningkatkan mutu pembelajaran siswa. Guru juga harus
mengetahui tujuan dari penilaian siswa, antara lain untuk:
1. Mendorong dan meningkatkan pembelajaran siswa
a. Menilai sejauh mana siswa mencapai hasil belajar yang
diharapkan, mencari dan mengevaluasi hasil yang tidak
diharapkan.
b. Mengenali pencapaian dan mendiagnosa kesulitan belajar
agar siswa belajar mengembangkan kekuatan dan
mengatasi kelemahan mereka.
c. Mempertajam pengajaran dan pengalaman belajar lain
untuk meningkatkan baik pembelajaran individual maupun
kelas.
d. Menolong siswa mengembangkan dan mempraktekkan
penilaian diri dan pemahaman diri mengenai pembelajaran
mereka.
e. Menolong siswa menentukan tujuan pembelajaran yang
bermakna dan realistis serta menerima tanggung jawab
atas pembelajaran mereka sendiri.

2. Mengkomunikasikan informasi bermakna kepada siswa, orang


tua dan otoritas sekolah mengenai pembelajaran siswa.
a. Memberikan tanggapan yang realistis dan bermanfaat
mengenai prestasi, kemampuan, perilaku, sikap dan sifat.
b. Menempatkan guru, siswa dan orang tua/wali dalam posisi
saling berhubungan satu sama lain mengenai kemajuan
siswa sejalan dengan waktu.
c. Memberikan bimbingan bagi pilihan pendidikan dan pekerjaan.
d. Melaporkan prestasi belajar kepada otoritas sekolah dan
pemerintah.
(Brummelen, 2011:151-152).
Ringkasan tujuan-tujuan penilaian siswa di atas yang pertama menekankan
pada penilaian bagi dan sebagai pembelajaran, yaitu penilaian terhadap
perkembangan proses pembelajaran siswa dalam mencapai kompetensi
pengetahuan, sikap dan keterampilan di dalam kegiatan belajar mengajaran.
Sedangkan yang kedua menekankan kepada penilaian atas pembelajaran, yaitu
penilaian terhadap hasil akhir siswa setelah mengikuti kegiatan belajar
mengajar.
Penilaian Autentik
Salah satu penekanan di dalam kurikulum 2013 adalah penilaian
autentik. Seperti yang kita ketahui penilaian adalah proses pengumpulan
berbagai data yang memberikan gambaran mengenai perkembangan siswa
setelah siswa mengalami proses pembelajaran. Penilaian autentik adalah
kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya
dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang
disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi
(SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)
(Kunandar,2013:35-36).
Pada penilaian autentik, siswa diminta untuk menerapkan konsep atau
teori dalam keadaan sebenarnya sesuai dengan kemampuan atau keterampilan
yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan keseimbangan
antara penilaian kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan yang
disesuaikan dengan perkembangan karakteristik siswa sesuai dengan
jenjangnya. Contohnya untuk PAUD, TK dan SD, lebih banyak porsinya pada
soft skill (misalnya kemampuan yang perlu dilatih dan diukur, antara lain:
mengamati, motivasi berprestasi, kemauan kerja keras, disiplin, berkomunikasi,
tata krama, dll) daripada penilaian hard skill (pengukuran penguasaan
pengetahuan dan keterampilan).
Berikut adalah ciri-ciri penilaian autentik:
1. Mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau
produk.
2. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
3. Menggunakan berbagai cara dan sumber.
4. Tes hanya salah satu alat pengumpulan data penilaian.
5. Tugas-tugas yang diberikan mencerminkan bagian-bagian kehidupan nyata
setiap hari.
6. Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian,bukan
keluasannya (kuantitas).
Sedangkan karakteristik penilaian autentik, adalah sebagai berikut:
a. Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, pencapaian kompetensi
terhadap satu kompetensi dasar (formatif) maupun pencapaian terhadap standar
kompetensi atau kompetensi inti dalam satu semester (sumatif).
b. Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta,
menekankan pencapaian kompetensi keterampilan (skill) dan kinerja
(performance), bukan kompetensi yang sifatnya hafalan dan ingatan.
c. Berkesinambungan dan terintegrasi, merupakan satu kesatuan secara utuh
sebagai alat untuk mengumpulkan informasi terhadap pencapaian
kompetensi siswa.
d. Dapat digunakan sebagai feed back, dapat digunakan sebagai umpan
balik terhadap pencapaian kompetensi siswa secara komprehensif.

Berdasarkan ciri-ciri dan karakteristik penilaian autentik di atas,


maka proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
proses pembelajaran dan mencerminkan masalah dunia nyata/sehari-hari.
Sehingga dalam merancang penilaian autentik, perlu memperhatikan
prinsip-prinsip, sebagai berikut: penilaian harus menggunakan berbagai
ukuran, metode dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi
pengalaman belajar; penilaian harus bersifat holistik mencakup semua
aspek dari tujuan pembelajaran (sikap, keterampilan dan pengetahuan).
Instrumen Penilaian
Menurut Permendikbud, Strandar Penilaian Pendidikan adalah
kriteria mengenai mekanisme, prosedur dan instrumen penilaian hasil
belajar siswa. Penilaian hasil belajar siswa mencakup kompetensi
sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dilakukan secara seimbang,
untuk mengetahui bahwa setiap siswa sudah sesuai dengan standar
yang ditetapkan. Muatan di dalam penilaian antara lain, ruang lingkup
materi, kompetensi mata pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi
program dan proses. Adapun teknik dan instrumen penilaian, sebagai
berikut:
A. Penilaian kompetensi sikap.
1. Observasi, dilakukan secara berkesinambungan baik secara
langsung maupun tidak langsung perilaku siswa.
2. Penilaian diri, meminta siswa mengemukakan kelebihan dan
kekurangan dirinya dalam pencapaian kompetensi.
3. Penilaian antarsiswa, siswa saling menilai terkait dengan
pencapaian kompetensi.
4. Jurnal, merupakan catatan guru baik di dalam maupun di luar
kelas, mengenai kekuatan dan kelemahan siswa.

B. Penilaian kompetensi keterampilan.


1. Penilaian kerja, siswa mendemonstrasikan suatu kompetensi
tertentu dengan praktek, proyek dan portofolio.
2. Tes praktek, penilaian yang menuntut respons berupa perilaku
yang sesuai dengan tuntutan kompetensi.
3. Projek, tugas belajar yang meliputi kegiatan perancangan,
pelaksanaan dan pelaporan baik tertulis maupun lisan dalam waktu
tertentu.
4. Portofolio, berupa kumpulan seluruh karya siswa yang bersifat
reflektif-integratif, dapat berbentuk tindakan nyata yang
mencerminkan kepedulian siswa terhadap lingkungannya.
C. Penilaian kompetensi pengetahuan.
1. Tes tulis, berupa PG, isian, jawaban singkat, benar-salah,
menjodohkan dan uraian.
2. Tes lisan, berupa daftar pertanyaan.
3. Penugasan, berupa pekerjaan rumah dan proyek yang dapat
dikerjakan individual maupun kelompok sesuai dengan karakteristik
tugas.
Berdasarkan penjabaran di atas, instrumen penilaian harus memenuhi
persyaratan: mempresentasikan kompetensi yang ada dinilai, susunan
penilaian memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen
yang digunakan, dan penggunaan Bahasa yang baik dan benar serta
komunikatif sesuai dengan perkembangan siswa.
Prinsip yang paling penting dari penilaian autentik adalah dalam
pembelajaran tidak hanya menilai apa saja yang sudah diketahui oleh siswa,
tetapi juga menilai apa yang dapat dilakukan oleh siswa setelah
pembelajaran selesai. Sehingga kualitas hasil belajar dan kerja siswa dalam
menyelesaikan tugas dapat terukur. Maka dari itu dapat ditarik kesimpulan
dalam melakukan penilaian autentik ada tiga hal yang harus diperhatikan,
yakni:
a. Autentik dari instrumen yang digunakan, menggunakan instrumen yang
bervariasi yang disesuaikan dengan karakteristik atau tuntutan
kompetensi yang ada dikurikulum.
b. Autentik dari aspek yang diukur, menilai aspek-aspek hasil belajar
secara komprehensif meliputi kompetensi sikap, keterampilan dan
pengetahuan.
c. Autentik dari aspek kondisi siswa, menilai input (kondisi awal siswa),
proses (kinerja dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar), dan
output (hasil pencapaian kompetensi, baik sikap, keterampilan maupun
pengetahuan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar).
Melalui kurikulum 2013 penilaian autentik menjadi penekanan dalam melakukan
penilaian hasil belajar siswa yang memperhatikan seluruh minat, potensi dan
prestasi siswa secara menyeluruh. Penilaian juga dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan agar dapat menggambarkan kemampuan para siswa yang
dievaluasi. Sangat penting untuk melibatkan siswa dalam penilaian, sehingga
siswa secara sadar dapat mengenali perkembangan pencapaian hasil pembelajaran
mereka.

KESIMPULAN
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang
memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi siswa menjadi
manusia Indonesia berkualitas. Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu
pada Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian
Pendidikan. Standar penilaian bertujuan untuk menjamin: 1) perencanaan
penilaian siswa sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan
berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, 2) pelaksanaan penilaian siswa
secara professional, terbuka, edukatif, efektif, efisien dan sesuai dengan
konteks sosial budaya, dan 3) pelaporan hasil penilaian siswa secara
objektif, akuntabel dan informatif.
Dalam menyusun rencana pembelajaran, guru perlu memperhatikan
instrumen penilaian yang digunakan harus memantau proses, kemajuan
dan perbaikan hasil belajar siswa secara berkesinambungan. Karena
penilaian memiliki makna yang penting, baik bagi siswa, guru maupun
sekolah. Adapun makna penilaian bagi setiap pihak adalah:
1. Bagi siswa, untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil
mengikuti pelajaran; kompetensi apa saja yang sudah tercapai selama
siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar.
2. Bagi guru, untuk mengetahui siswa yang berhak melanjutkan
pelajarannya karena sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal
(KKM); untuk mengetahui apakah materi pelajaran yang diajarkan
sudah sesuai bagi siswa, sehingga tidak membutuhkan perubahan;
untuk mengetahui apakah strategi, metode dan pendekatan yang
digunakan sudah sesuai.
3. Bagi sekolah, untuk mengetahui penilaian yang diadakan oleh guru
sudah sesuai dengan kondisi belajar dan kultur akademik sekolah;
informasi penilaian yang diperoleh menjadi acuan apakah sekolah
sudah memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP); informasi
penilaian dapat menjadi bahan acuan bagi sekolah untuk menyusun
program pendidikan untuk masa yang akan datang lebih baik.
(Widoyoko, 2013)
Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan terencana
dan baik mulai dari penentuan instrumen, penyusunan instrumen,
telaah instrumen, pelaksanaan penilaian, analisis hasil penilaian dan
program tindak lanjut hasil penilaian. Ketika hal ini dilakukan maka
guru dapat meningkatkan mutu hasil belajar siswa dalam pencapaian
kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan secara maksimal
setelah siswa selesai mengikuti proses belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. “Prinsip, Teknik, Prosedur”. Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2013.
Brummelen, Harro Van. Berjalan dengan Tuhan di dalam kelas.
“Pendekatan Kristiani untuk Pembelajaran.” Edisi ketiga. Jawa Timur:
ACSI, 2011.
Kunandar. Penilaian Autentik. “Penilaian hasil belajar peserta didik
berdasarkan kurikulum 2013.” Suatu pendekatan praktis. Jakarta:
Rajagrafindo, 2013.
Rusman. Model-model Pembelajaran. “Mengembangkan profesionalisme
guru.” Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Siregar, Eveline dan Nara, Hartini. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia, 2010.
Sukardi. Evaluasi Pendidikan. “Prinsip dan Operasionalnya”. Jakarta:
Bumi Aksara, 2011.
Widoyoko, S. E. Putro. Evaluasi program pembelajaran. “Panduan
praktis bagi pendidik dan calon pendidik.” Yogyakarta: Pustaka pelajar,
2013.

Anda mungkin juga menyukai