Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Asesmen Alternative dalam Pembelajaran IPA
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Hj. Nuryani Rustaman, M.Pd.
Oleh:
Fadil Fitra Kamil (1802957)
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan kasih-Nyalah makalah ini dapat penulis selesaikan. Ada pun makalah ini
disusun, untuk dapat memenuhi tugas mata kuliah Asesmen Alternative dalam
Pembelajaran IPA. Makalah ini diberi judul “Komunikasi Personal Task dan Rubrik”.
Penulis berharap dengan disusunnya makalah ini dapat bermanfaat mengetahui
pengetahuan tentang komunikasi personal task dan rubrik serta dampaknya bagi
pendidikan dalam kehidupan .
Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, karena itu kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Prof. Dr. Hj. Nuryani Rustaman, M.Pd selaku dosen "Asesmen alternatif dalam
pembelajaran IPA" yang telah membimbing penulis, serta pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
BAB II ....................................................................................................................................................... 3
2.9 Tugas (Tasks) dan Kriteria Penilaian atau Rubrik (Rubrics) ................................................... 16
KESIMPULAN ......................................................................................................................................... 23
PERTANYAAN DISKUSI........................................................................................................................... 24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam visi dijelaskan oleh National Science Education Standards , penilaian adalah
mekanisme umpan balik utama dalam sistem pendidikan sains. Sebagai contoh, data
penilaian memberikan para siswa dengan umpan balik tentang seberapa baik mereka
memenuhi harapan guru dan orang tua mereka, guru dengan umpan balik tentang seberapa
baik siswa belajar, umpan balik tentang efektivitas guru dan program mereka, dan pembuat
kebijakan dengan umpan balik tentang seberapa baik kebijakan bekerja. Umpan balik
menyebabkan perubahan dalam sistem pendidikan sains dengan merangsang perubahan
kebijakan, membimbing pengembangan profesi guru, dan mendorong siswa untuk
meningkatkan pemahaman mereka.
1
kriteria yang disepakati terlebih dahulu, yang disebut rubrik. Dengan demikian maka asesmen
kinerja yang utama ialah tugas (tasks) dan rubrik (rubrics) sebagai kriteria penilaian.
Asesmen komunikasi personal merupakan salah satu contoh dari asesmen alternatif.
Asesmen komunikasi personal digunakan untuk memperoleh informasi penting tentang
prestasi siswa dengan cara berkomunikasi dengan siswa. Dalam hal ini, prestasi siswa tidak
hanya meliputi prestasi belajar semata tetapi juga prestasi siswa dalam proses pembelajaran.
Dalam personal communication asesmen (penilaian komunikasi diri atau pribadi), aspek-
aspek perilaku yang dinilai meliputi aspek kelakuan, aspek kerajinan, aspek kebersihan,
aspek kerapian, dan aspek kedisiplinan.
1.3 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa hal yang spesifik mengenai alasan yang tidak menerima komunikasi
personal sebagai asesmen juga menganggap enteng sebagai sumber informasi dan sebagai
strategi pengajaran antara lain:
3
Masalah lupa, bahwa kemungkinan kekeliruan pikiran manusia sebagai alat
pencatat. Kadang hal-hal yang disimpan dalam otak berubah sejalan dengan
waktu karena alasan.
4
1. Dapat menempa keterkaitan yang jelas dan lengkap antara strategi bertanya
dan fokus pembelajaran. Meski proses pembelajaran sedang berjalan, beberapa
pertanyaan dapat diberikan untuk membantu guru memonitor dan menyesuaikan
1. Bahasa yang sama. Guru dan siswa harus mempunyai bahasa yang sama. Etnis dan
kultur dapat berbeda antara guru dan siswa, guru dapat membuat makna dalam
bahasa dan kultur siswanya. Jika tidak, maka terjadi kesalahan pengukuran.
2. Kefasihan verbal yang memadai. Bahaya salah pengukuran terletak dua arah. Jika
siswa tidak fasih, guru dapat salah interpretasi dan menarik inferensi yang salah, dan
jika siswa ”terlalu fasih”, guru dapat dibodohi siswa.
5
3. Karakteristik personal yang sesuai. Siswa yang pemalu tidak dapat menunjukkan
performa yang baik dalam konteks asesmen ini, dengan mengabaikan pencapaian
mereka sebenarnya. Sebaliknya siswa yang agresif dapat mengecoh guru akan aspek
pencapaian yang sebenarnya. Hal tersebut akan berlaku untuk asesor yang tidak
mempersiapkan diri dengan hati-hati, dan mereka yang tidak dapat tetap fokus.
4. Waktu yang cukup. Harus tersedia waktu yang cukup untuk melakukan bentuk
asesmen ini. Ketika terget ruang lingkupnya sempit dan hanya sedikit siswa yang
diases, waktu mungkin tidak menjadi faktor, satu atau dua pertanyaan bisa cukup
untuk memberikan gambaran cepat mengenai pencapaian. Tetapi, ketika target
melebar dan jumlah siswa meningkat, dua dimensi menjadi lebih penting
a. Pertama, harus ada waktu yang cukup yang memungkinkan guru untuk
berinteraksi dengan setiap siswa yang akan dinilai pencapaiannya.
b. Kedua, harus ada cukup waktu untuk guru mengambil sampel pencapaian
yang memadai untuk setiap siswa. Jika waktu tidak tersedia, lebih baik untuk
mengganti dengan strategi lain yang tidak membutuhkan kontak satu-satu
secara intens.
5. Lingkungan yang aman. Komunikasi personal akan bekerja paling baik ketika siswa
merasa mereka belajar dalam lingkungan yang aman.
7. Alat untuk menyimpan record yang akurat. Karena tidak ada hasil kasat mata,
catatan asesmen dapat hilang. Jika melibatkan banyak siswa, target kompleks, dan
persyaratan akan penyimpanan yang luas, guru harus membuat catatan yang lebih
baik misalnya dengan tertulis atau rekaman tape.
Proses pelaksanaan di kelas, ada tiga tahapan yang dilakukan yaitu tahap persiapan,
diskusi dan proses asesmen, dan umpan balik. Dalam tahap persiapan dilakukan
pembuatan indikator kegiatan dan skornya. Tahap ini dapat dilakukan dengan curah
pendapat tentang perilaku positif yang memberikan sumbangan pada diskusi kelas yang
produktif. Misalnya hasil curah pendapat tersebut adalah:
6
1. Membuat konstribusi yang berkualitas tinggi yang sesuai dengan topic
4. Mengklarifikasi pertanyaan
2. Tidak berpartisipasi
Seperti halnya pada perilaku produktif, siswa diminta menentukan prioritas diantara
perilaku kontraproduktif serta memberi skor dengan nilai poin minus dua (-2) dan minus satu
(-1).
Diskusi dan Proses asesmen. Pada tahap ini siswa dibagi dalam dua kelompok
secara random dan diberi nama, misalnya satu kelompok diberi nama “innie”, yang lain
diberi nama “outie”. Para siswa duduk dalam lingkaran, outies duduk di sisi kanan innie
partnernya, lembar skor di pegang. Innies membaca sepenggal pada topic kontroversial
(mungkin editorial suratkabar pada isu politik) dan mendiskusikannya diantara mereka
7
sendiri. Setiap waktu partnernya menunjukkan satu dari perilaku yang didaftar pada lembar
skor, outies mencatatnya (tally). Nantinya hasil catatan dihitung untuk menemukan
frekuensi kemunculan berbagai target, hasilnya dikalikan dengan point untuk mengasilkan
skor. Innies dan outies kemudian berganti peran.
Umpan balik – melalui komunikasi personal. Setelah diskusi, para partner bertemu
untuk berbagi dan mendiskusikan hasil. Tugasnya adalah membicarakan satu sama lain
tentang kualitas dan pengaruh konstribusinya kepada interaksi kelompok. Mereka
mengindentifikasi perilaku positif dan pola produktif sebagai cara untuk
meningkatkan/perbaikan. Partner diminta memberikan contoh-contoh khusus dari sesuatu
hal-hal yang tampaknya untuk kerja baik dan tidak. Jika terjadi misinterpretasi, peserta
diberi kesempatan untuk menjelaskan apa mereka lakukan. Pendeknya, partner
memberikan umpan balik pada hasil, tidak hanya sebagai skor, tetapi sebagai komunikasi
personal mengenai asesmen dan hasilnya.
8
Tabel 2.3.1 Target Komukasi Personal
Skill dan Dapat dilakukan dengan tepat jika guru memiliki kemampuan “melakukan
dan menciptakan” sehingga dapat mengukur kemampuan siswa hanya dengan
produk. meminta siswa berbicara melalui kinerja hipotetik.
Perlu diingat bahwa, bicara bukanlah melakukan.
Menurut Rowe dalam Stiggins (1994) ada beberapa keuntungan dalam penggunaan
asesmen jenis ini diantaranya
10
a. Kedua partisipan harus terbuka, jujur dan berkeinginan untuk
mengamati aspek nyata dan penting dari pembelajaran
b. Pertanyaan interview harus terfokus pada target pencapaian dan tujuan
akan pertemuan
c. Pertanyaan dipikirkan dan direncanakan dengan baik di awal
d. Merencanakan waktu yang cukup untuk melakukan interiviu atau
konferensi keseluruhan.
e. Memastikan untuk memasukkan interviu dengan ringkasan pelajaran yang
telah dipelajari dan implikasinya dalam bagaimana guru dan siswa akan
bekerja sama di masa depan.
11
g. Jika informasi pencapaian berasal dari partisipasi diskusi maka
dibutuhkan nilai dan catatan tertulis
Dalam tradisi pendidikan Eropa dan praktek asesmen sekarang, ujian lisan
masih memainkan peranan kuat. Guru merencanakan dan memiliki latihan untuk
siswa yang merefleksikan dan memberikan respon lisan. Guru mendengarkan dan
menginterpretasi respon tersebut dan mengevaluasi mutu dan menarik inferensi
mengenai level pencapaian.
Keuntungan dari ujian lisan adalah memberikan peningkatan kompleksitas dari
outcome pendidikan, kompleksitas, dan biaya dari penyusunan asesmen performa
yang lebih meyakinkan.
Berikut ini beberapa hal kunci yang harus diperhatikan agar asesmen berhasil :
Guru dapat menemukan informasi berguna mengenai pencapaian siswa dengan bicara
dengan orang lain (siswa lain, guru lain, staf sekolah lain, orangtua, dan saudara)
mengenai pencapaian siswa dalam bentuk pertanyaan. Tetapi, bentuk seperti ini
harus digunakan sangat hati-hati untuk menghasilkan informasi kualitatif.
Beberapa kunci keberhasilan :
12
metoda asesmen yang jelas, mengambil sampel dengan tepat, dan
mengendalikan bias mereka. Tanyalah mereka yang berada dalam posisi
mengetahui akan pencapaian siswa anda.
b. Dalam konteks dimana keputusan kritis ada dalam kesetimbangan, ambil
informasi lebih dari 1 orang, untuk menjaga dari bias.
Penilaian yang dalam bahasa inggris yaitu Evaluation atau Assesment. Pada akhir
suatu program dalam dunia pendidikan biasanya diadakan penilaian. Hal ini dilakukan tidak
lain untuk mengetahui seberapa siswa/peserta didik memahami pelajaran yang sudah
diberikan.
13
adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria
tertentu (Sudjana, 2012).
Sejalan dengan Nana Sudjana, Gronlund & Linn mendefinisikan penilaian sebagai
suatu proses yang sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, dan
menginterpretasi informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang siswa atau sekelompok
siswa menccapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, baik aspek pengetahuan,
sikap maupun keterampilan (Suprananto, 2012).
Dalam dunia pendidikan seperti pada lembaga sekolah tingkat SD, SMP, dan SMA.
Pada umumnya, sebagian guru terbiasa menilai kemampuan siswa menggunakan tes tulis.
Padahal sebaik apapun tes tulis yang digunakan untuk menilaian kemampuan siswa, tidak
akan mampu menilai seluruh kompetensi yang dimiliki oleh siswa. Penilaian yang seperti ini
biasa disebut penilaian tradisional. Dimana penilaian yang dilakukan oleh guru
menggunakan intrumen tes tulis atau sejenisnya.
Seperti yang dikatakan oleh Wiggins (1993) menegaskan bahwa metode penilaian
tradisional untuk mengukur prestasi, seperti tes pilihan ganda, benar/salah, menjodohkan,
dan lain-lain telah gagal mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya. Tes semacam
ini telah gagal memperoleh gambaran yang utuh mengenai sikap, keterampilan, dan
pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau
masyarakat (Sigit, 2014).
Dari berbagai kekurangan yang ada pada penilaian tradisional, maka dunia
pendidikan memerlukan jenis penilaian yang mampu menilai kompetensi siwa dari berbagai
aspek. Dalam hal ini adalah penilaian autentik. Autentik adalah keadaan yang sebenanya,
keadaan dimana siswa dinilai berdasarkan kompetensi yang benar-benar dimiliki oleh siswa.
Dibalik penilaian tradisional dan penilaian otentik ada suatu keyakinan bahwa misi
utama sekolah membantu warga negara produktif. Esensi dari keduaa pandangan tersebut
berbeda. Berikut akan disampaikan perbedaannya yang esensi.
Menurut pandangan Penilaian Tradisional (biasa) untuk menjadi warga yang poduktif
seseorang harus memiliki sejumlah pengetahuan dan keterampilan tertentu. Oleh sebab itu,
sekolah harus membekali siswa sejumlah keterampilan dan pengetahuan tersebut. Untuk
menetapkan berhasil tidaknya, sekolah seyogianya mengetes para siswanya apakah mereka
menguasai pengetahuan dan keterampilan tersebut. Jadi, dalam Penilaian Tradisional
“sejumlah pengetahuan ditetapkan terlebih dahulu”. Dengan demikian, jadilahpengetahuan
tersebutsesuaidengan kurikulum yang perlu dicapai atau disampaikan. Akibatnya penilaian
(asesmen) dikembangkan dan dilaksanakan untuk menentukan apakah terjadi pencapaian
kurikulum tersebut atau tidak.
Sebaliknya penilaian otentik berangkat dari alasan dan praksis sebagai berikut. Salah
satu misi sekolah adalah mengembangkan warga negara produktif. Untuk menjadi seorang
warga negara produktif, seseorang harus menampilkan sejumlah task yang bermakna di
dunia sesungguhnya. Akibatnya, sekolah harus membantu para siswanya menjadi mahir
dalam menampilkan tugas-tugas bermakna yang menyerupai tantangan dunia sesungguhnya
untuk melihat apakah siswa-siswa tersebut mampu melakukannya.
15
2.8 Model Penilaian Autentik dan Penilaian Tradisional
Assesmen tradisional (AT) ni mengacu pada forced choice ukuran tes pilihan ganda,
fill-in-the-blank, true-false, menjodohkan dan semacamnya yang telah digunakan dalam
pendidikan umumnya. Tes ini memungkinkan distandarisasi atau dikreasi oleh guru. mereka
dapat mengatur setingkat lokal, nasional atau secara internasional. Latar belakang assesmen
autentik dan tradisional adalah adalah suatu kepercayaan bahwa misi utama sekolah adalah
untuk membantu mengembangkan warga negara yang produktif. Itu adalah intisari dari misi
yang seringkali kita baca. Dari permulaan umum ini, muncul dua perspektif pada penilaian
yang berbeda atau menyimpang.
Baron’s (Marzano, 1993) mengemukakan lima kriteria task untuk penilaian otentik,
yaitu: 1) tugas tersebut bermakna baik bagi siswa maupun bagi guru; 2) tugas disusun
bersama atau melibatkan siswa; 3) tugas tersebut menuntut siswa menemukan dan
menganalisis informasi sama baiknya dengan menarik kesimpulan tentang hal
tersebut; 4) tugas tersebut meminta siswa untuk mengkomunikasikan hasil dengan
jelas; 5) tugas tersebut mengharuskan siswa untuk bekerja atau melakukan.
16
Anonymous (2005) mengemukakan dua hal yang perlu dipilih dalam menyiapkan
tugas dalam penilaian otentik, yaitu keterampilan (skills) dan kemampuan (abilities).
Selanjutnya anonymous mengungkapkan lima dimensi yang perlu dipertimbangkan
pada saat menyiapkan task yang otentik pada pembelajaran sains. Pertama, length
atau lama waktu pengerjaan tugas. Kedua, jumlah tugas terstruktur yang perlu dilalui
siswa. Ketiga, partisipasi individu, kelompok atau kombinasi keduanya. Keempat,
fokus evaluasi: pada produk atau pada proses. Kelima, keragaman cara-cara
komunatif yang dapat digunakan siswa untuk menunjukan kinerjanya.
17
digunakan untuk menilai dimensi, sedangkan standar ditentukan untuk setiap kategori
kinerja.
STANDA
R
TUGAS-TUGAS OTENTIK
KRITERI
A
RUBR
IK
di kelas kita sendiri. Mungkin juga kita sudah siap dengan sejumlah standar tertulis,
yang pertama-tama dan langkah-langkah penting dalam prosedurnya. Dalam suatu
tugas kita perlu menyatakan kriteria terlebih dahulu untuk menilai kinerja siswa
18
berkenaan dengan tugas tersebut. Dengan kata lain kita mengem- bangkan sebuah
rubrik untuk tugas tersebut.
2.11.1 Langkah-langkah Menciptakan Penilaian Otentik
1. Mengidentifikasi standar
Seperti tujuan umum (goal), standar merupakan pernyataan yang harus diketahui
dan dapat dilakukan siswa, tetapi ruang lingkupnya lebih sempit dan lebih
mudah dicapai daripada tujuan umum. Biasanya standar merupakan satu
pernyataan singkat yang harus diketahui atau mampu dilakukan siswa pada poin
tertentu. Agar operasional, rumusan standar hendaknya dapat diobservasi dan
dapat diukur. Contoh: siswa mampu menjumlah dua digit angka dengan benar;
menjelaskan proses fotosintesis; mengidentifikasi sebab dan akibat perang
mikroba; menggunakan pinhole camera untuk menciptakan “kertas” positif dan
“kertas” negatif. Jadi, standar harus ditulis dengan jelas, operasional, tidak
ambigu dan tidak rancu, tidak terlalu luas atau terlalu sempit, mengarahkan
pembelajaran dan melakukan penilaian.
Dalam memilih tugas otentik, pertama-tama kita perlu mengkaji standar yang
kita buat, dan mengkaji kenyataan (dunia) sesungguhnya. Misalnya daripada
meminta siswa menyelesaikan soal pecahan, lebih baik kita siapkan tugas
memecahkan masalah pembagian martabak untuk suatu keluarga beranak
tujuh agar setiap anggota keluarga mempunyai bagian yang sama.
Kriteria tidak lain adalah indikator-indikator dari kinerja yang baik pada
sebuah tugas. Apabila terdapat sejumlah indikator, sebaiknya diperhatikan
apakah indikator-indikator tersebut sekuensial (memerlukan urutan) atau
tidak.
a. Contoh-contoh kriteria
19
- Mengatur posisi lensa obyektif (perbesaran rendah) tepat di atas
lubang dengan obyek tersebut dengan jarak kira-kira setengah
sentimeter di atasnya;
- Menempatkan salah satu mata (dengan kedua mata terbuka) pada
lensa okuler sambil memutar pengatur kasar ke belakang;
- Mengatur penempatan obyek sambil tetap melihat di bawah mikroskop;
- Memutar revolver yang merupakan tempat melekatnya lensa
obyektif sehingga lensa obyek berukuran lebih tinggi tepat di atas
obyek yang sedang diamati;
- Memutar pengatur halus perlahan-lahan dengan mata tetap
mengamati melalui lensa okuler;
- Memperlihatkan obyek yang sudah ditemukan (atau menggambar
obyek yang ditemukan).
Contoh sejumlah indikator tidak dalam ururtan (dalam matematika):
- ketepatan kalkulasi;
- ketepatan pengukuran pada model skala;
- label-label pada model skala;
- organisasi kalkulus;
- kerapihan menggambar;
- kejelasan keterangan/eksplanasi.
21
atau mencek apakah rubrik tersebut dapat dikelola dengan mudah. Bayangkan
penampilan atau kinerja siswa ketika sedang melakukannya.
22
BAB III
KESIMPULAN
23
PERTANYAAN DISKUSI
1. Toni Hidayat
Jawab: Perbedaan gradasi atau interval skala pada rubric bergantung kepada tujuan
seorang peneliti. Terkadang seorang peneliti ingin responden memilih arah suatu pilihan
misalnya ke arah setuju ataupun tidak setuju, meskipun tersedia pilihan sangat atau
sangat tidak setuju. Sebagian besar rubric yang menggunakan ini merupakan jenis rubric
yang kontennya berupa pemilihan faktor-faktor masalah tertentu
2. Mutia Vernanda
Jawab: Rubrik holistic biasanya digunakan apabila kesalahan pada bagian dari proses
masih dapat ditolerir, asalkan kualitas keseluruhannya cukup tinggi. Penggunaan rubric
holistic mungkin tidak sesuai bagi suatu tugas penampilan yang mengharuskan
mahasiswa untuk menciptakan respons tertentu, atau tidak terdapat jawaban benar secara
pasti. Fokus dari suatu skor yang menggunakan rubrik holistik ialah terhadap kualitas
secara keseluruhan, kemahiran atau pemahaman terhadap isi dan ketrampilan spesifik,
jadi meliputi asesmen yang bertaraf unidimensi. Penggunaan rubrik holistic dapat
menghasilkan proses scoring yang lebih cepat dibanding rubrik analitik. Pada dasarnya
hal ini disebabkan oleh karena si penilai atau pemeriksa diharapkan untuk membaca ,
memeriksa produk atau penampilan mahasiswa hanya sekali dalam rangka memperoleh
kesan yang menyeluruh tentang hasil pekerjaan mahasiswa. Karena intinya ialah
asesmen keseluruhan penampilan, maka rubrik holistik digunakan secara khas, meskipun
tidak eksklusif apabila tujuan asesmen penampilan itu bersifat sumatif. Pada umumnya,
hanya dapat diberikan kepada mahasiswa umpan balik yang sangat terbatas sebagai hasil
penskoran tugas penampilan menggunakan cara ini.
Rubrik Analitik biasanya dipilih apabila dinginkan tipe respons yang cukup terfokus,
yaitu untuk tugas penampilan yang mungkin mempunyai 1 atau 2 jawaban, dan
kreativitas tidak terlalu esensial dalam jawaban mahasiswa. Lagipula, pada mulanya
rubric analitik terdiri atas beberapa skor, yang diikuti dengan penjumlahan untuk skor
24
akhir. Penggunaannya mewakili asesmen pada tingkatan multidimensi. Seperti telah
dikatakan semula bahwa penggunaan rubric analitik dapat mengakibatkan proses
penskoran itu sangat lambat, sebagai akibat dari pengukuran berbagai ketrampilan atau
karakteristik yang sangat berbeda, yang masing-masing memerlukan pemeriksaan
berulang kali. Baik pengkonstruksiannya maupun pada penggunaannya memerlukan
waktu yang lama. Ketentuan umumnya ialah bahwa pemeriksaan pekerjaan seseorang itu
memerlukan waktu tersendiri untuk setiap tugas penampilan yang spesifik atau criteria
penskoran. Namun demikian, keuntungan penggunaan rubric analitik itu sangat berarti.
Derajat umpanbalik yang diberikan kepada mahasiswa (dan dosen) sangatlah bermakna.
Mahasiswa menerima umpanbalik spesifik terhadap setiap kriteria penskoran individual
dari penampilannya, dan hal ini tidak terjadi pada penggunaan rubrik holistic.
25