Anda di halaman 1dari 12

Pancasakti Science Education Journal

PSEJ Volume 6 Nomor 1, April 2021, (Hal. 10 -21)


http://scienceedujournal.org/index.php/psej
DOI 10.24905/psej.v6i1.111

Submitted: 10/04/2021, Accepted: 30/04/2021, Published: 30/04/2021

Profil Capaian Kompetensi Literasi Sains Siswa SMP Negeri Kota Tegal
Menggunakan PISA

1
Dina Rohmi Afina , 2 Muriani Nur Hayati, 3Muhammad Aji Fatkhurrohman
1, 2,3
Prodi Pendidikan IPA, FKIP Universitas Pancasakti Tegal, Indonesia

Korespondensi. E-mail: murianinh@upstegal.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui capaian kompetensi literasi sains dan ada tidaknya perbedaan
kompetensi literasi sains antara sekolah peringkat atas, menengah, dan bawah. Kompetensi literasi sains
diukur menggunakan tes PISA 2009 dan 2015. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif.
Teknik sampling yang digunakan adalah multistage random sampling berdasarkan peringkat UNBK 2018.
Sampel yang digunakan sebanyak 340 siswa kelas VIII dari 9 sekolah yang mewakili peringkat atas,
menengah, dan bawah. Penelitian menghasilkan kompetensi literasi sains peserta didik tingkat SMP Negeri
Kota Tegal dalam kategori sangat rendah, yaitu memperoleh rata-rata sebesar (40.62+0.97)%. Capaian
kompetensi literasi sains pada kompetensi menjelaskan fenomena ilmiah mencapai skor (45.77+1.09)%;
kompetensi mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah mencapai skor (27.50+1.36)%; dan
kompetensi menginterpretasi data dan bukti ilmiah mencapai skor (36.73+1.08)%. Berdasarkan peringkat
sekolah, tidak terdapat perbedaan skor kompetensi literasi sains antara kelompok sekolah peringkat atas,
peringkat menengah, dan peringkat bawah dengan nilai signifikan 0.06>0.05.

Kata Kunci: PISA, Kompetensi, SMP Negeri, Literasi Sains

Achievement Profile of Scientific Literacy Competencies Junior High School Tegal with PISA

Abstract
This study aims to determine the achievement of scientific literacy competencies and the presence or absence of
differences in scientific literacy competencies between upper, middle and lower ranking schools. Literacy competency
was measured using the 2009 dan 2015 PISA tests. This research was a quantitative descriptiva study. The sampling
technique used is multistage random sampling based on the 2018 CBT rank. The sample used was 340 8 th grade
students from 9 scholls representing the top, middle, and bottom ranks. The research resulted in the scientific literacy
competency of Junior High School Tegal ini the very low category, which obtained an average of (40.62+0.97)%. The
achievement of scientific literacy competence in explaining scientific phenomena reaches a score of (45.77+1.09)%; the
competence of evaluating and designing scientific investigations reaches a score of (27.50+1.36)%; and competence in
interpreting data and scientific evidence reaches a score of (36.73+1.08)%. Based on the school rankings, there is no
difference in the scores of scientific literacy competencies between the top, middle, and bottom school group with a
significant value of 0.06>0.05.

Keywords: PISA, Competency, Public Junior High School, Scientific Literacy


Pancasakti Science Education Journal, 6 (1), April 2021- (11)
Dina Rohmi Afina, Muriani Nur Hayati, M. Aji Fatkhurrohman

PENDAHULUAN rata-rata skor dari tahun sebelumnya. Prestasi


Pada saat ini dunia dihebohkan dengan belajar IPA menurut PISA tahun 2012,
keterampilan abad 21 yang ditandai dengan Indonesia memiliki rata-rata skor sebesar 382
perkembangan teknologi dan sains yang sangat (OECD, 2018). Pada tabel 1 disajikan
pesat. Oleh karena itu, manusia abad 21 peringkat literasi sains Indonesia pada PISA
dituntut memiliki literasi sains tinggi agar sejak tahun 2000-2015.
dapat berkompetisi di dunia yang semakin
modern dan dinamis. Manusia abad 21 Tabel 1. Peringkat Literasi Sains Indonesia pada
dituntut memiliki kemampuan berfikir kritis PISA Tahun 2000 - 2015
dan kreatif untuk menciptakan ide baru. Skor
Skor
Jumlah
Nofiana dan Julianto (2017, p.78) Tahun Rata-rata
Rata-rata Peringkat
Negara
Internasi Indonesia
menyebutkan agar manusia dapat bertahan Indonesia Peserta Tes
onal
dalam abad 21 maka setiap individu harus 2000 393 500 38 41
memiliki literasi sains untuk mengatasi 2003 395 500 38 40
masalah dan menghasilkan produk sains 2006 393 500 50 57
yang bermanfaat. 2009 383 500 60 65
2012 382 501 64 65
Literasi sains merupakan parameter
2015 403 493 62 70
maju mundurnya suatu negara di bidang Sumber: Wulandari dan Sholihin (2016) dan
pendidikan. Kemampuan literasi sains setiap OECD (2018)
negara berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh
kurikulum. Kurikulum suatu negara akan Rendahnya peringkat Indonesia pada
mempengaruhi hasil evaluasi. Alat evaluasi PISA dapat dilihat dari kompetensi literasi
pendidikan internasional salah satunya PISA. sains. Kompetensi yang diujikan dalam tes
PISA (Programme for International Student PISA 2015 terdiri dari kompetensi menjelaskan
Assesment) merupakan penilaian pendidikan fenomena ilmiah, kompetensi mengevaluasi
dunia yang bertujuan untuk memonitor hasil dan merancang penyelidikan ilmiah, dan
dari sistem pendidikan secara berkala tiap tiga kompetensi menginterpretasi data dan bukti
tahun sekali dalam mempengaruhi prestasi ilmiah. Berdasarkan temuan Mawardini,
siswa usia 15 tahun dalam membaca, Permanasari, dan Sanjaya (2015, p.52)
matematika, dan sains. Penyelenggaranya menyebutkan bahwa salah satu faktor
adalah negara-negara yang bergabung dalam rendahnya capaian literasi sains siswa adalah
Organization for Economic Cooperation and belum mampu menafsirkan data dan informasi
Development (OECD). OECD meluncurkan serta menarik kesimpulan.
PISA pada tahun 1997, tetapi pelaksanaan Hasil beberapa penelitian menyimpulkan
dimulai tahun 2000 (OECD, 2017). tingkat literasi sains siswa Indonesia masih
. Indonesia tergabung dalam OECD dan sangat rendah. Pantiwati dan Husamah (2016),
mengikuti evaluasi PISA sejak evaluasi dalam temuannya menyebutkan aspek
tersebut dilaksanakan, yaitu tahun 2000, 2003, pengetahuan konsep peserta didik di Kota
2006, 2009, 2012, dan 2015. Namun, hasil Malang yaitu sebesar 96,1%. Dikuatkan lagi
yang diperoleh masih sangat rendah. Studi dengan Odja dan Payu (2014, p.46)
PISA tahun 2015, menyatakan prestasi belajar kemampuan literasi sains peserta didik paling
IPA Indonesia masih berada diperingkat 10 banyak pada kategori nominal sebesar 54% -
besar terbawah, yaitu 62 dari 70 negara. Studi 95 %. Temuan Mawardini, Permanasari, dan
PISA 2015 menunjukkan bahwa prestasi Sanjaya (2015, p.49) menunjukkan bahwa
belajar IPA di Indonesia dengan rata-rata skor rerata capaian literasi sains peserta didik secara
403, sedangkan rata-rata internasional sebesar keseluruhan sebesar 69% termasuk kategori
493. Namun demikian, terjadi peningkatan cukup. Selaras dengan penelitian Sari dan
Copyright ©2021, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 6 (1), April 2021- (12)
Dina Rohmi Afina, Muriani Nur Hayati, M. Aji Fatkhurrohman

Nurwahyunani (2016, p.349) menyebutkan Tabel 2. Hasil Nilai IPA dan Rerata Nilai UN
bahwa capaian literasi sains SMP N se-Kota SMP/MTs/SMPT Negeri dan Swasta Kota
Semarang mempunyai rata-rata nilai sebesar Tegal di Tingkat Provinsi Jawa Tengah
36,05 dengan persentase sebesar 65,85 %
Jumlah Kota Nilai Rerata
(kriteria sedang). Capaian literasi sains PISA Thn Peringkat
& Kabupaten IPA Nilai UN
tertinggi pada soal level 1 dan terendah pada 2016 12 35 55,58 58,27
soal level 6. Hal ini menunjukkan peserta didik 2017 11 35 56,15 57,48
tidak mampu menerapkan pengetahuan ilmiah 2018 12 35 52,38 56,91
dalam berbagai situasi yang kompleks. Sumber: Kemendikbud
Berdasarkan tiga aspek literasi sains (konten, (https://puspendik.kemdikbud.go.id/hasil-un/)
proses, dan konteks) capaian literasi sains
peserta didik tingkat SMP menurut Nofiana Berdasarkan data-data yang telah
dan Julianto (2017, p.84) masih dalam kategori disajikan, belum ada penelitian profil
rendah, yaitu konten (53,80%), proses kompetensi literasi sains di SMP Negeri Kota
(44,038%), dan konteks (35,088%). Tegal berdasarkan peringkat sekolah. Oleh
Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk
mengindikasikan bahwa pembelajaran IPA di memverifikasi data kebenaran dan sebagai
lapangan belum memenuhi hakikat IPA secara bahan evaluasi pelaksanaan pembelajaran di
optimal. Oleh karena itu Kemendikbud tiap SMP Negeri Kota Tegal serta untuk
tahunnya menyelenggarakan Ujian Nasional mengetahui profil kompetensi literasi sains
(UN) sebagai alat pemantau mutu pendidikan peserta didik SMP Negeri Kota Tegal
yang sudah dicapai atau dapat disebut sebagai berdasarkan peringkat sekolah.
alat evaluasi pendidikan di Indonesia (Saputra,
2018). Pada tahun 2014, penyelenggaraan UN METODE
tertulis dikembangkan menjadi Ujian Nasioanl Penelitian ini merupakan penelitian
Berbasis Komputer (UNBK). deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang
Penyelenggaraan UNBK pertama kali diperoleh dari sampel populasi kemudian
dilaksanakan pada tahun 2014, tetapi baru dianalisis dengan metode statistik dan
empat sekolah di Kota Tegal yang dapat dideskripsikan hasil analisis tersebut.
menerapkan UNBK pada tahun 2016, yaitu Populasi dalam penelitian ini adalah
tiga SMK dan satu SMA. Pada tahun 2017 seluruh peserta didik kelas VIII SMP Negeri
beberapa SMP di Kota Tegal telah Kota Tegal tahun ajaran 2018/2019. Sampel
menerapkan UNBK, dan tahun 2018 sudah ditentukan menggunakan teknik multistage
semua SMP Kota Tegal menerapkan UNBK. random sampling, yakni pengambilan sampel
Mirisnya hasil UNBK tingkat
bertingkat berdasarkan suatu daerah,
SMP/MTs/SMPT Negeri dan Swasta di Kota
kemudian diambil secara acak tiap daerah
Tegal sejak tahun 2017 hingga 2018
tersebut. Penentuan sampel berdasarkan
mengalami penurunan, yaitu ranking 11
peringkat UNBK tahun 2018.
menjadi 12 dari 35 kota dan kabupaten se-
Berikut tahapan pengambilan sampel dengan
Jawa Tengah. Namun demikian, awal
teknik multistage random sampling pada
pelaksanaan UNBK tingkat SMP, Kota Tegal
meraih peringkat 11 dari 35 kota dan penelitian ini.
kabupaten se-Jawa Tengah. Hal ini meningkat
dari pada tahun 2016 yang menempati urutan
ke 12 se-Jawa Tengah (Tabel 2).

Copyright ©2021, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 6 (1), April 2021- (13)
Dina Rohmi Afina, Muriani Nur Hayati, M. Aji Fatkhurrohman

butir, pilihan ya/tidak sebanyak 6 butir, isian


singkat sebanyak 3 butir, dan uraian sebanyak
7 butir. Pada soal tersebut terbagi atas tiga
kompetensi yang diuji yaitu 56% kompetensi
menjelaskan fenomena ilmiah, 14%
kompetensi mengevaluasi dan merancang
penyelidikan ilmiah, dan 30% kompetensi
menginterpretasi data dan bukti ilmiah. Data
yang diperoleh dikumpulkan dalam bentuk
skor kompetensi literasi sains sesuai pedoman
penskoran PISA.

Gambar 1 Tahapan Pengambilan Sampel


Keterangan:
1. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di
Kota tegal terdiri dari SMP berstatus negeri
dan SMP berstatus swasta. Sampel daerah
yang diambil adalah SMP Negeri Kota Tegal
2. SMP Negeri Kota Tegal terdiri dari 18
sekolah. Kemudian diambil sembilan SMP
Negeri Kota Tegal sebagai cluster (gugus).
Pengambilan cluster berdasarkan peringkat Gambar 2 Prosedur Penelitian
UNBK 2018. Peringkat 1 - 6 diambil sebanyak
3 sekolah, peringkat 7 - 12 diambil sebanyak 3 Teknik analisis untuk mengetahui
sekolah, dan peringkat 13 - 18 diambil capaian skor kompetensi literasi sains peserta
sebanyak 3 sekolah. didik dilakukan dengan cara penskoran secara
3. Setelah diperoleh sembilan SMP manual berdasarkan kunci jawaban yang
Negeri Kota Tegal sebagai cluster (gugus), diperoleh dari PISA. Jawaban peserta didik
tahap selanjutnya adalah penarikan unit diberi skor sesuai dengan aturan penskoran
sampling sebesar 20% dari jumlah peserta didik dalam PISA. Selanjutnya, skor literasi sains
kelas VIII. dihitung dengan rumus persentase berikut.

Instrumen tes yang digunakan dalam


R
penelitian ini adalah menggunakan soal PISA NP = X 100
SM
tahun 2009 dan 2015 menyesuaikan dengan
(Purwanto, 2013)
KD yang ada di kelas VII dan VIII. Soal yang
Keterangan:
digunakan berjumlah 30 butir yang terdiri dari
NP = nilai persen
beberapa bentuk soal yakni pilihan ganda 14
R = jumlah skor soal yang benar
Copyright ©2021, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 6 (1), April 2021- (14)
Dina Rohmi Afina, Muriani Nur Hayati, M. Aji Fatkhurrohman

SM = skor maksimum yang tes (peringkat atas, peringkat menengah, dan


Selanjutnya, hasil yang diperoleh peringkat bawah) menggunakan uji one way
diinterpretasikan dengan tabel kriteria berikut. annova apabila data beridistribusi normal dan
homogen atau uji kruskal wallis apabila salah
Tabel 3 Kriteria Interpretasi Skor Literasi Sains satu atau seluruh sebaran data tidak
Interval (%) Kriteria berdistribusi normal.
86 – 100 Sangat Tinggi
76 – 85 Tinggi HASIL DAN PEMBAHASAN
60 – 75 Sedang Penelitian ini dilaksanakan di 9 SMP
55 – 59 Rendah Negeri di Kota Tegal, menggunakan instrumen
<54 Sangat Rendah
literasi sains sesuai standar PISA. Adapun
Sumber: Purwanto (2013) hasil penelitian diolah dengan SPSS , denga
hasil sebagai berikut.
Teknik analisis untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan capaian skor kompetensi lierasi
sains siswa antara tiga kelompok sekolah

Tabel 4 Kompetensi Literasi Sains Siswa

Mengevaluasi dan
Menginterpretasi
Menjelaskan Merancang
Data dan Bukti Total
Fenomena Ilmiah Penyelidikan
Sekolah Ilmiah
Ilmiah
Skor Skor Skor Skor
Kr Kr Kr Kr
x+ sem x+ sem x+ sem x+ sem
SMPN 7 Tegal 48.89 + 2.48 SR 26.94 + 4.07 SR 33.33 + 2.79 SR 41.30 + 2.39 SR
SMPN 10 Tegal 45.98 + 3.46 SR 30.18 + 3.95 SR 42.01 + 3.19 SR 42.68 + 2.96 SR
SMPN 3 Tegal 55.26 + 4.02 R 36.36 + 4.97 SR 44.78 + 3.12 SR 49.60 + 3.43 SR
SMPN 14 Tegal 44.32 + 3.33 SR 24.71 + 4.17 SR 36.05+ 3.14 SR 39.22 +3.03 SR
SMPN 9 Tegal 44.57 + 3.35 SR 32.69 + 3.91 SR 35.90+ 3.09 SR 40.38 + 2.83 SR
SMPN 15 Tegal 46.01 + 2.83 SR 24.70 + 3.23 SR 34.66 + 3.20 SR 39.76 + 2.60 SR
SMPN 5 Tegal 41.76 + 2.97 SR 21.43 + 3.57 SR 36.03 + 3.23 SR 37.33 + 2.56 SR
SMPN 13 Tegal 46.19 + 4.15 SR 29.63 + 4.48 SR 38.89 + 3.61 SR 41.79 + 3.40 SR
SMPN 12 Tegal 39.08 + 2.92 SR 22.14 + 4.04 SR 30.63 + 3.72 SR 34.29 + 2.74 SR
Total 45.77 + 1.09 SR 27.50 + 1.36 SR 36.73 + 1.08 SR 40.62 + 0.97 SR
Sumber: Diolah dari data primer dengan IBM SPSS Statistics 22

Keterangan
x = rata-rata
sem = standard error of mean
Kr = Kriteria
R = Rendah
SR = Sangat Rendah

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa tes, pada tabel 5 diketahui bahwa semua
kompetensi literasi sains peserta didik SMP kompetensi yang diujikan dalam kriteria sangat
Negeri Kota Tegal kelas VIII berada di kategori rendah, dimana kompetensi menjelaskan
sangat rendah yaitu (40.62 + 0.97)%. fenomena ilmiah (45.77+1.09)%, kompetensi
Berdasarkan kompetensi yang diujikan dalam mengevaluasi dan merancang penyelidikan
Copyright ©2021, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 6 (1), April 2021- (15)
Dina Rohmi Afina, Muriani Nur Hayati, M. Aji Fatkhurrohman

ilmiah sebesar (27.50+1.36)%, dan kompetensi (36.73+1.08)%.


menginterpretasi data dan bukti ilmiah sebesar
Tabel 5 Kompetensi Literasi Sains Berdasarkan Peringkat Sekolah
Skor
Kategori Peringkat
Kr
Sekolah
( x+ sem)
Peringkat Atas 44.08+1.68 SR
Peringkat Menengah 39.77+1.62 SR
Peringkat Bawah 37.47+1.66 SR
Tabel 6 Hasil Uji Normalitas
Variabel Kategori Sekolah Sig.
Peringkat Atas 0.014
Peringkat
Skor 0.006
Menengah
Peringkat Bawah 0.076

Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai membaca dan memahami isi bacaaan. Isi
signifikan sekolah peringkat atas, menengah, bacaan dalam soal yang diujikan dalam
dan bawah tidak semua lebih dari 0.05. Maka penelitian ini disajikan soal yang berwacana
dari itu, data ini merupakan data tidak
dan beberapa butir soal dalam bentuk grafik.
terdistribusi normal. Selanjutnya, analisis yang
dilakukan adalah uji Kurskal Wallis. Sehingga dibutuhkan kemampuan bernalar bagi
Tabel 7 Hasil Uji Kurskal Wallis peserta didik untuk memahaminya.
Skor Peserta didik di Indonesia masih
Chi-Square 5.621 menggunakan asesmen yang terbatas dengan
df 2 materi atau konten IPA. Diana, Rachmatolloh,
Asymp. Sig. 0.060 dan Rahmawati (2015) melakukan penelitian
untuk mengetahui capaian literasi sains
Berdasarkan tabel 8dapat diketahui menggunakan instrumen SLA (Scientific
bahwa nilai signifikan 0.06>0.05, menunjukkan Literacy Assesment), yakni pengembangan
bahwa tidak ada perbedaan rata-rata antara indikator yang terdapat dalam PISA.
kelompok sekolah peringkat atas, menengah. Menurutnya, asesmen IPA di sekolah lebih
Berdasarkan data penelitian yang terbatas dan ketat dengan materi / konten IPA.
diperoleh menunjukkan bahwa kompetensi Sementara, sasaran dalam SLA juga PISA lebih
literasi sains peserta didik tingkat SMP Negeri pada penerapan cara berfikir ilmiah (reasoning)
Kota Tegal dalam kategori “sangat rendah”, dalam kehidupan riil sehari-hari. Yenni, dkk.
yaitu memperoleh rata-rata sebesar (2017) menyebutkan salah satu yang
(40.62+0.97)%. Hal ini dikarenakan peserta menyebabkan tingkat literasi sains siswa
didik belum terbiasa menggunakan penilaian Indonesia rendah adalah bahan ajar yang
yang mengungkapkan kemampuan berpikir digunakan lebih menekankan pada isi daripada
tingkat tinggi (Hayati, 2017) dan belum terbiasa dimensi proses dan konteks. Menurutnya,
menyelesaikan soal yang berhubungan dengan bahan ajar yang digunakan setidaknya dapat
keterampilan proses sains (Odja dan Payu, meningkatkan literasi sains siswa.
2014). Menurut Diana, Rachmatulloh, dan Selain faktor tersebut, rendahnya capaian
Rahmawati (2015) dalam menyelesaikan soal- kompetensi literasi sains siswa juga
soal literasi sains yang termuat dalam PISA, dikarenakan oleh penggunaan teknik hafalan
peserta didik memerlukan kecermatan dalam pembelajaran lebih dominan daripada
terampil mengaplikasikan pengetahuan yang

Copyright ©2021, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 6 (1), April 2021- (16)
Dina Rohmi Afina, Muriani Nur Hayati, M. Aji Fatkhurrohman

dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari. faktor pola asuh orang tua dan latar belakang
Seperti yang dikemukakan oleh Pantiwati dan keluarga.
Husamah (2016), diantara lima dimensi Capaian literasi sains juga dapat ditinjau
kognitif literasi sains yang diuji, sebesar 96,1 % dari aspek kompetensi literasi sains. Aspek
aspek pengetahuan konsep peserta didik paling kompetensi literasi sains yang diujikan pada
tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa literasi penelitian ini yaitu kompetensi menjelaskan
sains peserta didik di Indonesia baru mampu fenomena ilmiah; mengevaluasi dan merancang
mengingat pengetahuan ilmiah berdasarkan penyelidikan ilmiah; dan menginterpretasi data
fakta sederhana. dan bukti ilmiah yang terdistribusi dalam soal
Menurut Fatkhurrohman (2017) PISA yang diujikan pada sampel.
mengungkapkan peserta didik Indonesia belum Diantara ketiga aspek kompetensi literasi
mampu untuk mengkomunikasikan dan sains tersebut, aspek menjelaskan fenomena
mengaitkan antar topik sains, serta menerapkan ilmiah merupakan aspek paling tinggi yang
konsep-konsep kompleks dan abstrak. Selaras dimiliki siswa SMP Negeri Kota Tegal sebesar
dengan Nofiana dan Julianto (2017), (45.77 + 1.09)% (Tabel 5). Hal ini dikarenakan
kecenderungan guru memberikan materi tanpa pada aspek ini, siswa baru mengingat dan
mengkaitkannya dengan kehidupan sehari-hari mengenali suatu fenomena ilmiah. Menurut
merupakan salah satu alasan peserta didik OECD (2017), pada aspek ini, menuntut siswa
masih menggunakan teknik hafalan. Adanya untuk mampu mengenali, menawarkan dan
tuntutan bagi guru untuk menyelesaikan materi mengevaluasi penjelasan berbagai hal yang
bahan ajar sesuai target kurikulum memaksa alami dan fenomena teknologi. Pada PISA
peserta didik harus menerima semua konsep 2015 aspek ini menunjukkan kemampuan siswa
IPA, dimana belum sepenuhnya dipahami. untuk mengingat dan menerapkan pengetahuan
Sehingga menjadikan banyak konsep IPA tidak ilmiah yang sesuai; mampu mengidentifikasi,
dipahami secara benar (miskonsepsi) atau menggunakan, dan menghasilkan model dan
hanya sekadar dihafalkan yang pada akhirnya representatif yang jelas; membangun
konsep tersebut mudah dilupakan. Bahkan representatif sederhana; membuat prediksi yang
menurut Pantiwati dan Husamah (2016), sesuai; menawarkan hipotesis penjelasan;
banyak siswa yang menghafal, tetapi tidak menjelaskan implikasi potensial dari
mampu memberikan penjelasan terhadap pengetahuan ilmiah bagi masyarakat; serta
langkah-langkah yang dilakukan dan tidak menggambarkan atau menafsirkan fenomena
yakin dengan upaya reasoning mereka. dan memperkirakan kemungkinan perubahan
Setyawati dan Nursyahida (2017) yang akan terjadi. Rubini, dkk (2016)
membagi beberapa faktor penyebab rendahnya mengemukakan bahwa kompetensi
capaian literasi sains siswa kedalam 6 poin menjelaskan fenomena ilmiah dapat dilatih
secara garis besar, yakni (1) materi yang dipilih, melalui proses argumentasi dalam debat. Proses
(2) pembelajaran yang diberikan guru di kelas, argumentasi akan menumbuhkan keterbukaan
(3) lingkungan kelas, (4) dukungan lingkungan diri, sebagai syarat untuk memperoleh
keluarga, (5) kemampuan siswa itu sendiri, (6) penalaran yang tinggi.
kesiapan dalam pelaksanaan. Rendahnya Aspek kemampuan siswa dalam
capaian literasi sains siswa SMP Negeri Kota menjelaskan fenomena ilmiah terdistribusi ke
Tegal disebabkan karena kondisi kelas dalam 17 butir soal tes PISA yang diujikan.
membuat siswa hilang berkonsentrasi dalam Butir soal tersebut diantaranya pada nomor 3
belajar, kurangnya kesiapan siswa dalam dengan topik ozon; nomor 6 dengan topik
mengerjakan soal PISA dan motivasi hujan asam; nomor 9, 10, dan 11 dengan topik
belajarnya yang mudah hilang dikarenakan latihan fisik; nomor 12 dan 13 dengan topik
keanekaragaman hayati; nomor 14 dengan

Copyright ©2021, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 6 (1), April 2021- (17)
Dina Rohmi Afina, Muriani Nur Hayati, M. Aji Fatkhurrohman

topik gigi berlubang; nomor 17 dan 18 dengan mengevaluasi dan merancang penyelidikan
topik kandungan tembakau dalam rokok; ilmiah diperlukan untuk mengevaluasi laporan
nomor 20, 21, dan 22 dengan topik operasi temuan imiah dan investigasi secara kritis.
besar; nomor 23 dengan topik Mary Montagu; PISA 2015 menjelaskan bahwa kompetensi ini
nomor 24 dengan topik bus; nomor 26 dengan menunjukkan kemampuan siswa untuk
topik jagung; serta nomor 28 dengan topik kerja mengidentifikasi dan membedakan pertanyaan
panas. Diantara tersebut soal nomor 28 adalah yang bisa diselidiki secara ilmiah,
soal dengan capaian skor terendah dan soal mengusulkan dan mengevaluasi cara
nomor 3 adalah soal dengan capaian skor mengeksplorasi pertanyaan yang diberikan
tertinggi.
secara imiah, dan mampu menjelaskan dan
mengevaluasi bagaimana para ilmuwan
memastikan keandalan data, objektivitas, dan
generalisasi penjelasan (OECD, 2017). Terlihat
pada tabel 5 menunjukkan bahwa capaian
kompetensi siswa untuk mengevaluasi dan
merancang penyelidikan ilmiah memiliki skor
terendah dalam kompetensi yang diujikan. Hal
ini diduga karena pembelajaran IPA di kelas
masih sekadar transfer pengetahuan dari guru
kepada siswa. Diana, Rachmatulloh, dan
Rahmawati (2015) menjelaskan bahwa
pembelajaran IPA terlalu dibebani konten
sehingga yang seharusnya 90% pembelajaran
Gambar 3 Capaian Skor Tertinggi dan Terendah dalam bentuk praktikum, malah diberikan
Kompetensi Menjelaskan Fenomena Ilmiah dalam bentuk hafalan. Selain itu, Nofiana dan
Julianto (2017) juga menguatkan dalam
Pada gambar 3 dapat diketahui bahwa temuannya bahwa pendidikan sains di
siswa belum mampu memperkirakan Indonesia lebih menekankan pada abstract
kemungkinan perubahan yang akan terjadi. conceptualization dan kurang
Nomor 3 merupakan soal dengan capaian skor mengembangkan active experimentation,
tertinggi pada aspek kemampuan menjelaskan padahal seharusnya keduanya seimbang secara
fenomena ilmiah, sedangkan nomor 28 adalah proporsional.
soal dengan capaian skor terendah. Hal ini Aspek kompetensi mengevaluasi dan
diduga karena pada nomor 3 siswa hanya merancang penyelidikan ilmiah terdistribusi ke
menjawab satu penyakit yang berhubungan dalam 4 soal yakni nomor soal 8 dengan topik
dengan kulit, sedangkan soal nomor 28 siswa hujan asam; nomor soal 19 dengan topik
memberikan jawaban dengan membutuhkan kandungan tembakau dalam rokok; serta
keterampilan proses sains agar mampu nomor soal 25 dan 27 dengan topik jagung.
memprediksikan fenomena yang akan terjadi. Pada aspek ini, item soal nomor 8 memiliki
Aspek kompetensi kedua yakni capaian skor terendah dan nomor 27 memiliki
kemampuan siswa untuk mengevaluasi dan capaian skor tertinggi. Capaian skor soal
merancang penyelidikan ilmiah. Capaian nomor 8 dan 27 dapat dilihat pada gambar 4.
kompetensi literasi sains siswa pada pada Berdasarkan tabel 24, dapat diketahui
aspek ini berada pada (27.50 + 1.36)% dalam bahwa item soal nomor 8 merupakan kategori
kategori “sangat rendah”. Kompetensi bentuk tes terbuka, sedangkan item soal nomor

Copyright ©2021, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 6 (1), April 2021- (18)
Dina Rohmi Afina, Muriani Nur Hayati, M. Aji Fatkhurrohman

27 merupakan bentuk tes tertutup. Capaian dalam teks yang berkaitan dengan sains;
skor tertinggi pada soal nomor 27 diduga membedakan antara argumen yang didasarkan
karena bentuk tes pilihan ganda memberikan pada bukti ilmiah dan teori serta didasarkan
peluang bagi siswa dalam menerka jawaban. pada pertimbangan lain; dan mengevaluasi
Sehingga dapat dikatakan memungkinkan argumen ilmiah dan bukti dari berbagai
siswa menjawab dengan untung-untungan. sumber seperti surat kabar, jurnal maupun
Sedangkan, capaian skor terendah ada pada internet (OECD, 2017). Implementasi bukti
item soal nomor 8. Hal ini diduga karena siswa ilmiah merupakan salat satu keterampilan
belum pernah melakukan praktikum hujan yang mengharuskan siswa untuk menafsirkan
asam. temuan sebagai bukti menarik kesimpulan.
Selain itu, kompetensi ini juga mengharuskan
siswa untuk memberikan bukti dan
kesimpulan, diagram atau lainnya. Oleh
karena itu, siswa harus menggambarkan
korelasi antara bukti dan kesimpulan (Yenni,
dkk, 2016).
Pada tabel 5menunjukkan bahwa
siswahanya mencapai aspek kompetensi
menginterpretasi data dan bukti ilmiah sebesar
(36.73 + 1.08)% dan dalam kategori sangat
rendah. Hal ini diduga siswa belum mampu
menarik kesimpulan yang tepat dari sebuah
data. Seperti yang dijelaskan oleh Mawardini,
Permanasari, dan Sanjaya (2015) dalam
penelitiannya bahwa salah satu faktor
kemungkinan capaian literasi sains siswa
rendah adalah siswa belum mampu
menafsirkan data dan informasi (tabel, grafik)
serta menarik kesimpulan. Menurut Diana,
Gambar 4 Capaian Skor Tertinggi dan Rachmatulloh, dan Rahmawati (2015) hal ini
Terendah Kompetensi Mengevaluasi dan dikarenakan sebagian besar siswa belum
Merancang Penyelidikan Ilmiah memahami konten sains dalam memecahkan
masalah serta kurangnya latihan soal
Selanjutnya aspek kompetensi literasi berhubungan dengan penarikan kesimpulan.
sains ketiga yang diujikan dalam penelitian ini Aspek kompetensi menginterpretasi data
adalah menafsirkan data dan bukti secara dan bukti ilmiah terdistribusi ke dalam soal
ilmiah. Aspek ketiga ini menuntut siswa untuk bernomor 1 dan 2 dengan topik ozon; nomor 4
menganalisis dan mengevaluasi data, klaim, dan 5 dengan topik efek rumah kaca; nomor 7
dan argumen dalam berbagai representasi dan dengan topik hujan asam; nomor 15 dengan
menarik kesimpulan ilmiah yang tepat. topik gigi berlubang; nomor 16 dengan topik
Kompetensi ini menunjukkan kemampuan resiko kesehatan; nomor 29 dengan topik kerja
untuk mengubah data dari satu representasi ke panas; serta nomor 30 dengan topik gangguan
yang lain; menganalisis dan menafsirkan data koloni lebah. Diantara 9 soal tersebut, item
dan menarik kesimpulan yang tepat; soal nomor 1 merupakan item skor terendah
mengidentifikasi asumsi, bukti, dan alasan

Copyright ©2021, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 6 (1), April 2021- (19)
Dina Rohmi Afina, Muriani Nur Hayati, M. Aji Fatkhurrohman

dan item soal nomor 2 merupakan item skor pemikiran dengan disertai kemampuan
tertinggi. memecahkan masalah.
Selanjutnya, sembilan sampel sekolah
yang berasal dari tiga sekolah peringkat atas,
tiga sekolah peringkat menengah, dan tiga
sekolah peringkat bawah dianalis untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata
skor kompetensi literasi sains dari tiga
kelompok sekolah tersebut (peringkat atas,
menengah, dan bawah). Data diuji normalitas
terlebih dahulu, kemudian diperoleh nilai
signifikan 0.014<0.05 untuk sekolah peringkat
atas, 0.006<0.05 untuk sekolah peringkat
menengah, dan 0.076>0.05 untuk sekolah
peringkat bawah. Berdasarkan hasil nilai
signifikan tersebut, dapat disimpulkan data
tidak terdistribusi normal. Sehingga uji yang
selanjutnya digunakan adalah uji Kruskal
Wallis.
Kemudian, data tersebut dianalisis
menggunakan uji Kurskal Wallis
menghasilkan nilai signifikan 0.06>0.05, yang
menunjukkan tidak terdapat perbedaan skor
rata-rata antara kelompok sekolah peringkat
atas, peringkat menengah, dan peringkat
bawah. Artinya skor yang diperoleh kelompok
sekolah peringkat atas, peringkat menengah,
dan peringkat bawah adalah sama. Hal ini
disebabkan karena siswa kelas VIII tahun
pelajaran 2018/2019 saat PPDB (Penerimaan
Peserta Didik Baru) melalui sistem zonasi,
bukan sistem ranking nilai ujian. Sistem zonasi
Gambar 5 Capaian Skor Tertinggi dan digunakan Pemerintah sebagai sistem seleksi
Terendah Kompetensi Menginterpretasi Data dan siswa baru yang bertujuan untuk melakukan
Bukti Ilmiah pemerataan kualitas pendidikan. Selain itu,
Pada gambar 5, capaian skor terendah kompetensi literasi sains siswa SMP Negeri
terdapat pada item soal nomor 1, yang Kota Tegal hampir seluruhnya sama
merupakan bentuk soal uraian. Bentuk tes dikarenakan metode yang digunakan guru
uraian dikategorikan dalam bentuk tes terbuka, masih dengan sistem hafalan, tanpa
dimana siswa dituntut untuk memiliki menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan
kemampuan mengorganisasikan dan dan ketidakyakinan mereka terhadap upaya
merefleksikan kemampuan berfikir. Gambar 5 reasoning mereka, serta sangat kurangnya
menunjukkan bahwa siswa belum dapat kegiatan eksperimen dalam pembelajaran
memiliki keterampilan mengintegrasikan buah sains. Selain itu, baik guru maupun siswa
merasa terbebani dengan banyaknya konten

Copyright ©2021, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 6 (1), April 2021- (20)
Dina Rohmi Afina, Muriani Nur Hayati, M. Aji Fatkhurrohman

IPA yang harus diselesaikan dalam satu sains secara keseluruhan (proses, produk,
semester, sedangkan waktu yang dibutuhkan sikap, dan penerapan).
tidak cukup untuk menyelesaikan
materi/konten IPA yang diharuskan selesai DAFTAR PUSTAKA
tersebut. Akibat kurangnya waktu yang Diana, S., Rachmatulloh, A., & Rahmawati,
dibutuhkan, banyak siswa yang hanya E. S. (2015). High School Students’
menghafalkan konsep tanpa memahami secara Scientific Literacy Profile Based on
Scientific Literacy Assessments (SLA)
benar (miskonsepsi) atau sekadar dihafalkan
Instruments. In Proceeding Biology
yang pada akhirnya mudah dilupakan Education Conference: Biology, Science,
Enviromental, and Learning (Vol. 12, No.
SIMPULAN 1, pp. 285-291).
Berdasarkan hasil penelitian dan Erdoğan, R. (2004). Investigation of the preservice
science teachers' views on nature of
analisis data dari penelitian ini, dapat
science (Master's thesis).
disimpulkan bahwa capaian kompetensi Fatkhurrohman, M. A., & Astuti, R. K.
literasi sains siswa kelas VIII SMP Negeri (2017). Pengembangan Modul Fisika
Kota Tgal tahaun ajaran 2018/2019 dalam Dasar I Berbasis Literasi Sains. PSEJ
kategori sngat rendah dengan skor keseluruhan (Pancasakti Science Education
Journal), 2(2), 163-171.
(40.62+0.97)%. Capaian kompetensi literasi
Hayati, M. N. (2017). THE USE OF
sains pada kompetensi menjelaskan fenomena SCIENCE LITERACY TAXONOMY
ilmiah sebesar (45.77+1.09)%; pada TO MEASURE CHEMISTRY
kompetensi mengevaluasi dan merancang LITERACY OF THE SCIENCE
penyelidikan ilmiah sebesar (27.50+1.36)%; TEACHER CANDIDATES. Unnes
Science Education Journal, 6(1).
dan pada kompetensi menginterpretasi sata
Kemendikbud.
dan bukti ilmiah sebesar (36.73+1.08)%. https://puspendik.kemdikbud.go.id/hasi
Kesimpulan berikutnya, berdasarkan peringkat l-un/ (15 Maret 2019)
sekolah, tidak terdapat perbedaan skor Styawati, R. D., & Nursyahida, F. (2017).
kompetensi literasi sains antara kelompok Profil Kemampuan Literasi Matematika
Siswa Berkemampuan Matematis
sekolah peringkat atas, peringkat menengah,
Rendah Dalam Menyelesaikan Soal
dan peringkat bawah. Artinya skor yang Berbentuk PISA. AKSIOMA: Jurnal
diperoleh kelompok sekolah peringkat atas, Matematika dan Pendidikan
peringkat menengah, dan peringkat bawah Matematika, 8(2), 33-42.
adalah sama dengan nilai signifikan 0.06>0.05. KHUSNIAH, D. (2017). STUDI
PERKEMBANGAN KOMPETENSI
SOSIAL DAN KOMPETENSI
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, KEPRIBADIAN MELALUI PROGRAM
peneliti menyarankan: 1) pada penelitian KULIAH KERJA NYATA (KKN) PADA
selanjutnya yang menggunakan soal PISA MAHASISWA CALON GURU PAI UIN
yang diterjemahkan ke dalam Bahasa WALISONGO SEMARANG TAHUN
Indonesia hendaknya lebih menyederhanakan AKADEMIK 2016//2017 (Doctoral
dissertation, IAIN SALATIGA).
kalimat yang digunakan tanpa mengubah Mawardini, A., Permanasari, A., & Sanjaya,
makna dan maksud soal serta bacaan kasus Y. (2015, October). Profil literasi sains
lebih dikaitkan pada daerah sekitar subjek siswa smp pada pembelajaran ipa
penelitian sehingga peserta didik mampu lebih terpadu tema pencemaran lingkungan.
berpikir konkrit atas kasus yang ada pada soal; In PROSIDING SEMINAR NASIONAL
FISIKA (E-JOURNAL) (Vol. 4, pp.
2) ada guru sains untuk membenahi SNF2015-IV).
pembelajaran sains yang sesuai dengan hakikat

Copyright ©2021, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)
Pancasakti Science Education Journal, 6 (1), April 2021- (21)
Dina Rohmi Afina, Muriani Nur Hayati, M. Aji Fatkhurrohman

Miller, JD. 1889. Scientific Literacy. Purwanto, M. N. 2013. Prinsip-Prinsip dan


Educational Resources Information Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
Center. 1-21 Remaja Rodakarya.
National Research Council. (1996). National Rubini, B., Ardianto, D., Pursitasari, I. D., &
science education standards. National Permana, I. (2016). Identify scientific
Academies Press. literacy from the science teachers'
Nofiana, M. (2017). Profil Kemampuan perspective. Jurnal Pendidikan IPA
Literasi Sains Siswa SMP di Kota Indonesia, 5(2), 299-303.
Purwokerto Ditinjau dari Aspek Konten, Saputra, Yudha Nata. 2018. Manfaat Ujian
Proses, dan Konteks Sains. JSSH (Jurnal Nasional.
Sains Sosial dan Humaniora), 1(2), 77-84. https://www.researchgate.net/publicati
Odja, A. H., & Payu, C. S. (2014). Analisis on/329522519_Manfaat_Ujian_Nasional
kemampuan awal literasi sains siswa Sari, K. & Nurwahyunani, A. 2016. “Profil
pada konsep IPA. Prosiding seminar Literasi Sains Menurut PISA Siswa SMP
nasional kimia. Negeri Se-Kota Semarang”. Prosiding
OECD.2017. PISA 2015 Assessment and Seminar Nasional Universitas PGRI
Analytical Framework: Science, Semarang. 349 - 361. Online.
Reading, Mathematic, Financial Literacy http://prosiding.upgris.ac.id/index.php/
and Collaborative Problem Solving, lppm2016/lppm2016/paper/view/1273/
revised edition. Paris: OECD Publishing. 1243 (8 Oktober 2018)
Online. Yenni, R., Hernani, & Widodo, A. (2017,
http://dx.doi.org/10.1787/97892642818 May). The implementation of integrated
20-en(4 Februari 2019) science teaching materials based socio-
OECD. 2018. PISA 2015 Result in Focus. scientific issues to improve students
Paris: OECD Publishing. Online. scientific literacy for environmental
https://www.oecd.org/pisa/pisa-2015- pollution theme. In AIP Conference
results-in-focus.pdf (5 Februari 2019) Proceedings (Vol. 1848, No. 1, p. 060002).
Pantiwati, Y., & Husamah, H. (2016). Analisis AIP Publishing LLC.
kemampuan literasi sains siswa SMP
Kota Malang. Research Report.

Copyright ©2021, PSEJ, ISSN 2528 – 6714 (Print), ISSN 2541 – 0628 (Online)

Anda mungkin juga menyukai