Anda di halaman 1dari 21

PENILAIAN AUTENTIK (PENILAIAN PORTOFOLIO, PENILAIAN ANTAR

TEMAN, DAN PENILAIAN DIRI)


(Tugas Mata Kuliah Evaluasi dan Asesmen Pendidikan Fisika)

Disusun Oleh:
Haza Kurnia D 1923022008
Ayu Novitasari Pane 1923022009
Rika Dwi Kurniati 1923022010

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
PRAKATA

Dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT, karena atas kebesaran dan limpahan rahmat serta karunia yang diberika-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Evaluasi dan Asesmen
Pendidikan ini. Tugas dalam bentuk makalah ini diberi judul “penilaian autentik
(penilaian portofolio, penilaian antar teman dan penilaian diri)”. Tugas ini disusun
dan diajukan untuk memperoleh penilaian tugas pada mata kuliah Evaluasi dan
Asesmen Pendidikan di Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan,
karena keterbatasan yang dimiliki penulis.

Bandar Lampung, 27 Mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI .iii

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2

II. PEMBAHASAN
A. Penilaian Autentik 3
B. Penilaian Portofolio ................................................................................7
C. Penilaian Antar Teman ...........................................................................14
D. Penilaian Diri ..........................................................................................15

III. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Implementasi Kurikulum 2013 sangat berimplikasi pada model penilaian


pencapaian kompetensi peserta didik. Penilaian pencapaian kompetensi merupakan
proses sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi
informasi untuk menentukan sejauhmana peserta didik telah mencapai tujuan
pembelajaran. Penilaian pencapaian kompetensi oleh pendidik dilakukan untuk
memantau proses, kemajuan, perkembangan pencapaian kompetensi peserta didik
sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan
secara berkesinambungan. Penilaian juga dapat memberikan umpan balik kepada
pendidik agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses pembelajaran.

Penilaian oleh pendidik merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-
langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui
sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian kompetensi peserta didik,
pengolahan dan pemanfaatan informasi tentang pencapaian kompetensi peserta
didik. Penilaian tersebut dilakukan melalui berbagai teknik/cara, seperti penilaian
unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil
test), penilaian projek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil
kerja/karya peserta didik (portfolio), dan penilaian diri.

Penilaian pencapaian kompetensi baik formal maupun informal diadakan dalam


suasana yang menyenangkan, sehingga memungkinkan peserta didik menunjukkan
apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya. Pencapaian kompetensi seorang
peserta didik dalam periode waktu tertentu dibandingkan dengan hasil yang
dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya dan tidak dianjurkan untuk
dibandingkan dengan peserta didik lainnya.  Dengan demikian peserta didik tidak
merasa dihakimi oleh pendidik tetapi dibantu untuk mencapai kompetensi atau
indikator yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini yaitu:


1. Apa yang dimaksud penilaian autentik?
2. Apa yang dimaksud penilaian portofolio?
3. Apa yang dimaksud penilaian antar teman?
4. Apa yang dimaksud penilaian diri?

C. Tujuan Penulisan

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk:


1. Mengetahui definisi penilaian autentik.
2. Mengetahui penilaian portofolio.
3. Mengetahui penilaia antar teman.
4. Mengetahui penilaian diri.
II. PEMBAHASAN

A. Penilaian Otentik

Penilaian otentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna


secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan,
dan pengetahuan. Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian,
pengukuran, pengujian, atau evaluasi.  Sedangkan istilah otentik merupakan
sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Secara konseptual penilaian otentik
lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar
sekali pun. Ketika menerapkan penilaian otentik untuk mengetahui hasil dan
prestasi belajar peserta didik, pendidik menerapkan kriteria yang berkaitan dengan
konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar
pembelajaran.

Penilaian otentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam


pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.  Penilaian tersebut mampu
menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka
mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian
otentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual,
memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam
pengaturan yang lebih otentik.Penilaian otentik merupakan suatu bentuk tugas
yang menghendaki peserta didik untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara
bermakna, yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan.
Penilaian otentik juga menekankan kemampuan peserta didik untuk
mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna.
Kegiatan penilaian tidak sekedar menanyakan atau menyadap pengetahuan,
melainkan kinerja secara nyata dari pengetahuan yang telah dikuasai sehingga
penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk
menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output) pembelajaran.

Penilaian otentik bertujuan untuk mengukur berbagai keterampilan dalam berbagai


konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata di mana keterampilan-
keterampilan tersebut digunakan. Misalnya, penugasan kepada peserta didik untuk
menulis topik-topik tertentu sebagaimana halnya di kehidupan nyata, dan
berpartisipasi konkret dalam diskusi atau bedah buku, menulis untuk jurnal, surat,
atau mengedit tulisan sampai siap cetak. Jadi, penilaian model ini menekankan
pada pengukuran kinerja, doing something, melakukan sesuatu yang merupakan
penerapan dari ilmu pengetahuan yang telah dikuasai secara teoretis.Penilaian
otentik lebih menuntut pembelajar mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan,
dan strategi dengan mengkreasikan jawaban atau produk. Peserta didik tidak
sekedar diminta merespon jawaban seperti dalam tes tradisional, melainkan
dituntut untuk mampu mengkreasikan dan menghasilkan jawaban yang
dilatarbelakangi oleh pengetahuan teoretis.

Penilaian otentik dalam implementasi kurikulum 2013 mengacu kepada standar


penilaian yang terdiri dari: Penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian
diri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal
Pengetahuan melalui tes tulis, tes, lisan, dan penugasan. Keterampilan melalui
penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan
suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian
portofolio

Teknik-Teknik Penilaian Otentik

Kinerja

Penilaian unjuk kerja (Performance assessment atau performance-based


assessment) merupakan jenis penilaian yang memberikan kesempatan kepada para
siswa untuk mendemonstrasikan pengetahuan, dan keterampilan yang mereka
miliki dalam berbagai konteks. Seperti berbicara, berpidato, membaca puisi, dan
berdiskusi; kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam
kelompok; partisipasi peserta didik dalam diskusi; ketrampilan menari;
ketrampilan memainkan alat musik; kemampuan berolah raga; ketrampilan
menggunakan peralatan laboratorium; praktek sholat, bermain peran, bernyanyi,
dan ketrampilan mengoperasikan suatu alat.

Penilaian kinerja (performance assessment) secara sederhana dapat dinyatakan


sebagai penilaian terhadap kemampuan dan sikap siswa yang ditunjukkan melalui
suatu perbuatan. Menurut para ahli penilaian kinerja merupakan penilaian terhadap
perolehan, penerapan pengetahuan, dan keterampilan yang menunjukkan
kemampuan siswa dalam proses maupun produk. Penilaian tersebut mengacu
kepada standar tertentu.
Standar diperlukan dalam penilaian kinerja untuk mengidentifikasikan secara jelas
apa yang seharusnya siswa ketahui dan apa yang seharusnya siswa dapat lakukan.
Standar tersebut dikenal dengan istilah rubrik. Rubrik dapat dinyatakan sebagai
panduan pemberian skor yang menunjukkan sejumlah kriteria performance pada
proses atau hasil yang diharapkan. Rubrik terdiri atas gradasi mutu kinerja siswa
mulai dari kinerja yang paling buruk hingga kinerja yang paling baik disertai skor
untuk setiap gradasi mutu tersebut. Dengan mengacu pada rubrik inilah guru
memberikan nilai terhadap kinerja siswa.Selain dari rubrik, penilaian kinerja
terdiri atas komponen lainnya yaitu task (tugas-tugas). Task merupakan perangkat
tugas yang menuntut siswa untuk menunjukkan suatu performance (kinerja)
tertentu.

Penilaian kinerja dapat menilai proses dan produk pembelajaran. Pada


pembelajaran sains, penilaian kinerja lebih menekankan pada proses apabila
dibandingkan dengan hasil. Penilaian proses secara langsung tentu lebih baik
karena dapat memantau siswa secara otentik. Namun seringkali penilaian proses
secara langsung tersebut tidak dimungkinkan karena pengerjaan tugas siswa
memerlukan waktu lama sehingga siswa harus mengerjakannya di luar jam
pelajaran sekolah. Untuk mengatasi hal tersebut, penilaian terhadap proses dan
usaha siswa dapat dilakukan terhadap produk. Melalui produk yang dihasilkan
dapat dilihat kemampuan siswa dalam melakukan tahapan-tahapan penyelesaian.
Hal ini menyebabkan penilaian kinerja memiliki keunggulan untuk pembelajaran
sains jika dibandingkan dengan tes tradisional yang berorientasi pada pencapaian
hasil belajar.

Penilaian kinerja memiliki beberapa kekuatan yang apabila dibandingkan dengan


penilaian tradisional, yaitu:

1. Penilaian kinerja dapat mengukur kemampuan yang tidak dapat diukur


menggunakan alat penilaian lainnya.
2. Penggunaan penilaian kinerja sesuai dengan teori belajar modern.
3. Penggunaan penilaian kinerja memungkinkan hasil dalam pengajaran yang
lebih baik.
4. Dengan penilaian kinerja dapat mencapai pembelajaran bermakna dan
membantu memotivasi siswa.
5. Penilaian kinerja dapat menilai proses dan produk pembelajaran.
6. Penggunaan penilaian kinerja memperluas pendekatan untuk penilaian.

Kelemahan penilaian kinerja


1. Sukar untuk melakukan penyekoran penilaian kinerja dengan cara yang reliabel.
2. Penilaian kinerja menyediakan sampel yang terbatas dari domain isi, dan sukar
untuk membuat generalisasi tentang keterampilan dan pengetahuan proses
siswa.
3. Penilaian kinerja cukup memakan waktu dan sangat kompleks.
4. Pada kenyataannya ada hal-hal yang dapat membatasi penggunaan penilaian
kinerja, seperti persyaratan dan material peralatan yang dibutuhkan.

Perangkat penilaian kinerja dapat dikembangkan dengan melakukan uji coba


dalam pembelajaran. guru dapat menguji dan mengembangkan task-task (tugas)
dan rubrik penilaian kinerj agar cocok dengan kondisi di kelasnya serta sesuai
dengan kemampuan siswa. Hasil uji coba dapat dijadikan sebagai dasar perbaikan
perangkat penilaian kinerja agar menjadi lebih feasible (dapat dikerjakan), lengkap
dan aman dilakukan.

Metode-metode yang dapat digunakan untuk penilaian kinerja antara lain:


observasi, interviu, portofolio, penilaian essay, ujian praktik, paper, penilaian
proyek, kuisioner, daftar cek (check list), penilaian oleh teman (peer rating),
penilaian diskusi, dan penilaian jurnal kerja ilmiah siswa. Langkah-langkah yang
perlu ditempuh ketika menyusun penilaian kinerja antara lain: Menentukan
indikator kinerja yang akan dicapai siswa, Memilih fokus asesmen (menilai
proses/prosedur, produk, atau keduanya), Memilih tingkat realism yang sesuai
(menentukan seberapa besar tingkat keterkaitannya dengan kehidupan nyata),
Memilih metode observasi, pencatatan, dan penskoran, Menguji coba task dan
rubrik berdasarkan hasil uji coba untuk digunakan dalam pembelajaran berikutnya,
Pada praktiknya bentuk penilaian kinerja yang paling sering dilakukan adalah
dengan menggunakan daftar cek (ya – tidak) dan skala penilaian.

Daftar Cek

Pada penilaian kinerja menggunakan daftar cek (ya – tidak) peserta didik
mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh
guru. Jika tidak dapat diamati, siswa tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini
adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, atau
dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian tidak terdapat nilai
(kemampuan) tengah.

Skala Penilaian
Penilaian kinerja menggunakan skala rentang memungkinkan guru untuk memberi
nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai ini
dengan kategori nilai lebih dari dua. Skala rentang tersebut misalnya, sangat baik –
baik – cukup – kurang. Penilaian sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu penilai
agar faktor subyektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat.
Penilaian dengan skala penilaian yang baik pada dasarnya masih harus dilengkapi
dengan rubrik.

Proses dan Produk

Penilaian proses merupakan penilaian pembelajaran yang menekankan pada proses


belajar, aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pengertian terebut termasuk diantaranya keterlibatan fisik, mental dan
sosial peserta didik dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan. Indikator
pendekatan penilaian proses antara lain; kemampuan mengidentifikasi,
mengklasifikasikan, menghitung, mengukur, mengamati, mencari hubungan,
menafsirkan, menyimpulkan, mengkomunikasikan, menerapkan, mengekspresikan
diri dalam suatu kegiatan untuk menghasilkan suatu karya.

Penilaian produk dapat juga dikatakan penilaian terhadap proses pembuatan dan
kualitas suatu produk. Atau dengan kata lain asesmen produk merupakan ragam
penilaian untuk menilai kemampuan siswa dalam membuat produk tertentu, seperti
: teknologi tepat guna, karya seni, keramik, lukisan dan lain-lain. Asesmen produk
dapat digunakan untuk menilai proses maupun hasil belajar siswa.

Pengembangan produk meliputi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pembuatan
produk dan tahap penilaian produk.

Dengan demikian, penetapan kriteria harus disesuaikan degnan perkembangan usia


anak dan kriteria tidak bersifat kaku. Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa
penilaian proses dan produk dilakukan guru sebatas pengetahuan yang dimiliki
guru tentang seni lukis, karena latar belakang pendidikan bukan dari bidang seni
rupa. Sebagai guru kelas dan tidak pernah mendapat pelatihan tentang penilaian
seni lukis sehingga guru mengalmi kesulitan dalam menilai proes dan produk
karya seni lukis. Hal ini disebabkan karena tidak ada kriteria yang dapat dijadikan
sebagai pedoman dalam menilai proses dan produk karya seni lukis peserta didik
tersebut. Pengemangan produk meliputi tiga tahap yaitu:

1. Tahap persiapan, meliputi penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan,


menggali, dan mengembangkan gagasan dan mendesain produk
2. Tahap pembuatan produk (proses) meliputi kemampuan peserta didi dalam
menyeleksi dan menggunakan bahan, alat dan teknik.
3. Penilaian produk (appraisal) meliputu; penilaian produk yang dihasilkan peserta
didik sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

B. Penilaian Portofolio

Pengertian Portofolio

Arti asli portofolio adalah a hinged cover or flexible case for carrying loose
papers, pictures, or phamplets (semacam map, kotak, atau tas yang fleksibel untuk
dipakai membawa surat-surat [dokumen-dokumen] lepas, gambar-gambar, atau
pamfle-pamfet lepas). Jadi, portofolio berupa suatu koleksi hasil kerja seseorang
yang berupa kumpulan dokumen secara lepas. Dengan melihat koleksi itu,
seseorang dapat menelusuri riwayat perkembangan prestasi atau apa pun yang
telah dicapainya (Soewandi, 2005).

Di dunia perusahaan, portofolio diberi makna kumpulan dokumen yang dimiliki


perusahaan dan dipergunakan untuk menilai keberhasilan proses pencapaian tujuan
suatu program atau rencana produksi (Surapranata dan Hatta, 2004: 26). Di dunia
fotografer portofolio juga diberi makna kumpulan dokumen yang akan dipakai
untuk memperlihatkan prospektif pekerjaannya kepada pelanggan dengan
menunjukkan koleksi pekerjaan yang dimilikinya (Surapranata dan Hatta, 2004:
30). Di dunia kesehatan, portofolio berupa dokumen yang digunakan untuk
memantau perkembangan kesehatan seseorang. Di dunia pendidikan, secara umum
portofolio berarti juga kumpulan evidence (dokumen, bukti) yang berisi informasi
tentang kemampuan dan perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu
(Surapranata dan Hatta, 2004: 30).

Pengertian portofolio seperti itu diadopsi ke dalam sistem pendidikan, dan secara
khusus diadopsi menjadi salah satu alat penilaian, khususnya untuk menilai: (a)
proses belajar, (b) hasil belajar, atau (c) proses dan hasil belajar peserta didik
(Cole, Ryan, dan Kick, 1995 dalam Surapranata dan Hatta, 2004: 46; Depdiknas,
2004: 9). Akan tetapi yang perlu dipahami juga bahwa penilaian pembelajaran
dengan portofolio tidak boleh meniadakan penilaian dengan cara-cara lain,
misalnya, dengan tes, perbuatan, atau yang lain.

Selain itu, portofolio dapat digunakan untuk melihat perkembangan peserta didik
dari waktu ke waktu berdasarkan kumpulan hasil karya sebagai bukti dari suatu
kegiatan. Portofolio juga dapat dipandang sebagai suatu proses social pedagogis,
yaitu sebagai collection of learning experiences yang terdapat di dalam pikiran
peserta didik, baik yang berwujud pengetahuan (cognitive), keterampilan
(psycomotor), maupun sikap dan nilai (affective). Artinya, portofolio bukan hanya
berupa benda nyata, melainkan mencakup segala pengalaman bathiniah yang
terjadi pada diri siswa (Arifin, 2010:4).

Menurut para ahli, portofolio memiliki beberapa pengertian. Ada yang


memandang sebagai benda, dan ada pula yang memandang sebagai pendekatan.
Portofolio sebagai suatu wujud benda fisik, berarti bahwa portofolio itu
merupakan suatu kumpulan dokumentasi atau hasil pekerjaan seseorang (peserta
didik) yang disimpan dalam suatu bundel. Misalnya, bundelan hasil kerja siswa
mulai dari tes awal, tugas-tugas, catatan anekdot, piagam penghargaan, keterangan
melaksanakan tugas terstruktur, sampai kepada tes akhir. Portofolio ini merupakan
kumpulan karya terpilih dari seorang siswa atau sekelompok siswa.

Portofolio dipandang sebagai suatu pendekatan berti bahwa porotofolio adalah


suatu pendekatan penilaian yang bertujuan mengukur sejauhmana kemampuan
peserta didik dalam mengkonstruksi dan merefleksi suatu pekerjaan atau tugas
atau karya melalui pengumpulan (collection) bahan-bahan yang relevan dengan
tujuan dan keinginan yang dikonstruksi oleh peserta didik, sehingga hasil
konstruksi tersebut dapat dinilai dan dikomentari oleh guru dalam periode tertentu.

Kelebihan dan Kelemahan Portofolio

Kelebihan pendekatan portofolio adalah memberikan kesempatan kepada peserta


didik untuk lebih banyak terlibat dan siswa sendiri dapat dengan mudah
mengontrol sejauhmana perkembangan yang telah diperolehnya. Sehingga peserta
didik mampu melakukan self-assessment. Keterampilan menemukan kelebihan
dan kekurangannya sendiri, serta kemampuan untuk menggunakan kelebihan
tersebut dalam mengatasi kelemahannya merupakan modal dasar penting dalam
proses pembelajaran.

Miller (2009:290) secara rinci menyebutkan ada delapan kelebihan portofolio,


yaitu:

Karena portofolio terdiri dari produk pembelajaran di kelas, mereka dapat


diinstruksikan dengan pembelajaran.

1. Portofolio memberikan siswa kesempatan untuk memperlihatkan apa yang


mereka bisa lakukan.
2. Portofolio dapat mendorong siswa menjadi siswa yang reflektif dan
mengembangkan kemampuan dalam menilai kelebihan dan kekurangan kerja
mereka.
3. Portofolio dapat membantu siswa bertanggung jawab untuk menetapkan
tujuan dan mengevaluasi kemajuan.
4. Portofolio memberikan kesempatan kepada guru dan siswa untuk
berkolaborasi dan merefleksikan kemajuan siswa.
5. Portofolio dapat menjadi cara efektif untuk berkomunikasi dengan orang tua
dengan memperlihatkan contoh nyata dari pekerjaan siswa dan
memperlihatkan kemajuan siswa.
6. Portofolio dapat menyediakan sebuah mekanisme untuk membahas tentang
pembelajaran yang bersifat student-centered dan student-directed.
7. Portofolio dapat memberikan contoh konkrit kepada orang tua tentang
perkembangan siswa dari waktu ke waktu sekaligus keterampilan siswa saat
ini.

Selain mempunyai kelebihan, portofoilio juga mempunyai kelemahan. Sumarna


Surapranata dan Muhammad Hatta (2004: 73–74, 90–96), menyebutkan beberapa
kelemahan, antara lain, sebagai berikut.

Di beberapa negara banyak guru mengalami kesulitan karena adanya kebiasaan


guru yang memberikan tes dalam penilaian, dan kebiasaan ini mendarah daging.
(Nampaknya keadaan ini juga berlaku bagi sebagian besar guru-guru di Indonesia.
Tambahan lagi, kiranya masih juga diragukan apakah benar-benar mereka
memahami hakikat tes, cara menyusun tes yang benar, dan cara menilai hasil tes)

1. Guru memerlukan waktu ekstra untuk merencanakan dan melaksanakan


penilaian dengan portofolio.
2. Penilaian dengan portofolio kurang reliabel dibandingkan dengan penilaian-
penilaian yang menggunakan ulangan harian, ulangan umum maupun ujian
nasional yang menggunakan tes; apalagi penilaian sendiri oleh siswa (self-
assessment) seperti yang dianjurkan dalam portofolio.
3. Guru memiliki kecenderungan untuk memperhatikan hanya pencapaian akhir.
Jika hal ini terjadi, berarti penilaian proses tidak mendapatkan perhatian
sewajarnya.
4. Guru dan peserta didik biasanya terjebak dalam suasana hubungan top-down:
guru tahu segalanya dan peserta didik perlu diberi tahu. Jika demikian,
inisiatif dan kreativitas peserta didik tidak berkembang, padahal penilaian
dengan portofolio menghendaki adanya kedua hal itu.
5. Ada unsur skeptis, khususnya orang tua, karena selama ini keberhasilan
anaknya hanya didasarkan pada angka hasil tes akhir, peringkat, dan hal-hal
yang bersifat kuantitatif. Padahal penilaian dengan portofolio menghendaki
sebaliknya, yaitu penilaian bukan berupa angka. Bagi guru, penilaian bukan
berupa angka bukanlah pekerjaan mudah.
6. Penilaian dengan portofolio memerlukan tempat
penyimpanan evidence (dokumen) yang memadai, apalagi jika jumlah peserta
didik cukup besar.

Tujuan dan Fungsi Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio bertujuan sebagai alat formatif dan sumatif. Portofolio


sebagai alat formatif digunakan untuk memantau kemajuan peserta didik dari hari
ke hari dan untuk mendorong peserta didik dalam merefleksi pembelajaran
mereka sendiri. Penilaian portofolio ditujukan juga untuk penilaian sumatif pada
akhir semester atau akhir tahun pelajaran. Hasil penilaian portofolio sebagai alat
sumatif ini dapat digunakan untuk mengisi angka rapor peserta didik, yang
menunjukkan prestasi peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.

Di samping itu, tujuan penilaian portofolio adalah untuk memberikan informasi


kepada orang tua tentang peserta didik secara lengkap dengan dukungan data dan
dokumen yang akurat. Fakta yang paling penting dalam portofolio adalah
digunakannya penilaian tertulis (paper and pencil assessment), project,
produck, dan catatan kemampuan (records of performance). Supranata dan Hatta
(dalam Arifin, 2010:7) mengemukakan bahwa penilaian portofolio dapat
digunakan untuk mencapai beberapa tujuan yaitu:

1. Menghargai perkembangan yang dialami peserta didik.


2. Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung.
3. Memberi perhatian pada prestasi kerja peserta didik yang terbaik.
4. Merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan
eksperimentasi.
5. Meningkatkan efektifitas proses pengajaran.
6. Bertukar informasi dengan orang tua peserta didik dan guru lain.
7. Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri positif pada peserta
didik.
8. Meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri.
9. Membantu peserta didik dalam merumuskan tujuan.

Adapun fungsi penilaian portofolio adalah sebagai berikut:


1. Portofolio sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik,
tanggung jawab dalam belajar, perluasan dimensi belajar, dan pembaharuan
proses pembelajaran.
2. Portofolio sebagai alat pengajaran merupakan komponen kurikulum, karena
portofolio mengharuskan peserta didik untuk mengkoleksi dan menunjukkan
hasil kerja mereka.
3. Portofolio sebagai alat penilaian otentik (authentic assessment).
4. Portofolio sebagai sumber informasi bagi siswa untuk melakukan self-
assessment.

Kegunaan Penilaian Portofolio

Depdiknas (2003:123) mengemukakan bahwa pendekatan penilaian portofolio


dapat digunakan untuk:

1. Memperlihatkan perkembangan pemikiran atau pemahaman siswa pada


periode waktu tertentu.
2. Menunjukkan suatu pemahaman dari beberapa konsep, topik, dan isu yang
diberikan.
3. Mendemonstrasikan perbedaan bakat.
4. Mendemonstrasikan kemampuan untuk memproduksi atau mengkreasi suatu
pekerjaan barus secara orisinal.
5. Mendokumentasikan kegiatan selama periode waktu tertentu.
6. Mendokumentasikan kemampuan menampilkan suatu karya seni.
7. Mendokumentasikan kemampuan mengintegrasikan teori dan praktek.
8. Merefleksikan nilai-nilai individu atau pandangan dunia secara lebih luas.

Prinsip-prinsip Penilaian Portofolio

Dalam penilaian portofolio harus terjadi interaksi multi arah, yaitu dari guru ke
siswa, dari siswa ke guru, dan dari siswa ke siswa. Depdiknas (2003:124)
mengemukakan bahwa “Pelaksanaan penilaian portofolio hendaknya
memperhatikan prinsip-prinsip diantaranya mutual trust, confidentiality, joint
ownership, satisfaction, and relevance”.Mutual trust (saling mempercayai),
artinya bahwa jangan ada saling mencurigai antara guru dan siswa maupun siswa
dengan siswa. Confidentiality (kerahasiaan bersama), artinya bahwa semua hasil
pekerjaan peserta didik dan dokumen yang ada, baik perorangan maupun
kelompok, harus dijaga kerahasiaannya, tidak boleh diberikan atau diperlihatkan
kepada siapapun sebelum diadakan pameran. Joint ownership (milik bersama),
artinya bahwa semua hasil pekerjaan peserta didik dan dokumen yang ada harus
menjadi milik bersama antara guru dan peserta didik, karena itu harus dijaga
bersama, baik penyimpanannya maupun penempatannya.Satisfaction (kepuasan),
artinya bahwa semua dokumen dalam rangka pencapaian standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator harus dapat memuaskan semua pihak, baik guru
maupun siswa, karena dokumen tersebut merupakan bukti karya terbaik peserta
didik sebagai hasil pembinaan guru. Relevance (kesesuaian), artinya bahwa
dokumen yang ada harus sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.

Jenis Penilaian Portofolio

Apabila dilihat dari jumlah siswa, maka portofolio dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu portofolio perorangan dan portofolio kelompok. Menurut Cole, Ryan, &
Kick (dalam Arifin, 2010:9) portofolio dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
portofolio proses dan portofolio produk.

Portofolio proses

Portofolio proses menunjukkan tahapan belajar dan menyajikan catatan


perkembangan siswa dari waktu ke waktu. Portofolio proses menunjukkan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai standar kompetensi, kompetensi dasar,
dan sekumpulan indikator yang dituntut oleh kurikulum, serta menunjukkan
semua hasil dari awal sampai dengan akhir dalam kurun waktu tertentu.

Salah satu bentuk portofolio proses adalah portofolio kerja (working portfolio),
yaitu bentuk yang digunakan untuk memantau kemajuan dan menilai siswa dalam
mengelola kegiatan belajar siswa sendiri. Siswa mengumpulkan semua hasil kerja
termasuk coretan-coretan, buram, catatan, kumpulan untuk rangsangan, buram
setengah jadi, dan pekerjaan yang sudah selesai.

Portofolio produk

Portofolio produk yaitu bentuk penialaian portofolio yang hanya menekankan


pada penguasaan materi adri tugas yang dituntut dalam standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan sekumpulan indikator pencapaian hasil belajar, serta hanya
menunjukkan evidence yang paling baik, tanpa memperhatikan bagaimana dan
kapan evidence tersebut diperoleh.

Contoh portofolio produk adalah portofolio tampilan (show portfolio) dan


portofolio dokumentasi (documentary portfolio). Portofolio tampilan (show
portfolio) merupakan sekumpulan hasil karya siswa atau dokumen terseleksi yang
dipersiapkan untuk ditampilkan kepada umum. Portofolio dokumentasi
(documentary portfolio) menyediakan informasi baik proses maupun produk yang
dihasilkan oleh siswa.

Tahap-tahap Penilaian Portofolio

Menurut Anthoni J. Nitko (1996:281), ada enam tahap untuk menggunakan


sebuah system portofolio (six steps for crafing a portfolio system). Tahap pertama
akan merupakan dasar bagi penentuan tahap selanjutnya. Oleh sebab itu, jawablah
semua pertanyaan pada tahap pertama sebelum lanjut pada tahap berikutnya.
Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi tujuan dan fokus portofolio


2. Mengapa portofolio itu akan dilakukan?
3. Tujuan pembelajaran dan tujuan kurikulum (dalam hal ini kompetensi dasar)
apa yang akan dicapai?
4. Metoda penilaian yang bagaimana yang tepat untuk menilai tujuan tersebut?
5. Apakah portofolio akan difokuskan pada hasil pekerjaan yang baik,
pertumbuhan dan kemajuan belajar, atau keduanya?
6. Apakah portofolio akan digunakan untuk formatif, sumatif, atau keduanya?

C. Penilaian Antar Teman

Penilaian antarteman adalah penilaiann cara peserta didik saling menilai perilaku
temannya. Penilaian antar teman dapat mendorong: (a) obyektifitas peserta didik,
(b) empati, (c) mengapresiasi keragaman/ perbedaan, dan (d) refleksi diri. Di
samping itu penilaian antar teman dapat memberi informasi bagi guru mengenai
peserta didik yang berdasarkan hasil penilaian temannya, suka menyendiri dan
kurang bergaul.

Sebagaimana penilaian diri, hasil penilaian antar teman dapat digunakan sebagai
data konfirmasi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarteman.
Kriteria penyusunan instrumen penilaian antarteman sebagai berikut:
1. Sesuai dengan indikator yang akan diukur.
2. Indikator dapat diukur melalui pengamatan peserta didik.
3. Kriteria penilaian dirumuskan secara sederhana, namun jelas dan tidak
berpotensi munculnya penafsiran makna ganda/berbeda.
4. Menggunakan bahasa lugas yang dapat dipahami peserta didik. Menggunakan
format sederhana dan mudah digunakan oleh peserta didik.
5. Indikator menunjukkan sikap/perilaku peserta didik dalam situasi yang nyata
atau sebenarnya dan dapat diukur.

Penilaian antar teman dapat dilakukan pada saat peserta didik melakukan kegiatan
di dalam dan/atau di luar kelas. Misalnya pada kegiatan kelompok setiap peserta
didik diminta mengamati/menilai dua orang temannya, dan dia juga dinilai oleh
dua orang teman lainnya dalam kelompoknya.

D. Penilaian Diri

Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk
menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian
kompetensi yang dipelajarinya. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk
mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.

Penilaian konpetensi kognitif di kelas, misalnya: peserta didik diminta untuk


menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai hasil
belajar dari suatu matapelajaran tertentu. Penilaian dirinya didasarkan atas kriteria
atau acuan yang telah disiapkan. Penilaian kompetensi afektif, misalnya, peserta
didik dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya
terhadap suatu objek tertentu. Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan
penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan
penilaian kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta untuk menilai
kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria atau
acuan yang telah disiapkan. Untuk menentukan pencapaian kompetensi tertentu,
peniaian diri perlu digabung dengan teknik lain.

Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan


kepribadian seseorang.

Keuntungan penggunaan penilaian diri di kelas antara lain:


a. dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi
kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
b. peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka
melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya;
c. dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur,
karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.
Teknik Penilaian Diri
Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Oleh karena
itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-
langkah sebagai berikut.
a. Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
b. Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
c. Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda
cek, atau skala penilaian.
d. Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.
e. Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong peserta
didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif.
f. Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian
terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak.
III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah:


1. Penilaian otentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna
secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan. Istilah Assessment merupakan sinonim dari
penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi.  Sedangkan istilah otentik
merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Secara konseptual
penilaian otentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes
pilihan ganda terstandar sekali pun.
2. Penilaian porotofolio adalah suatu pendekatan penilaian yang bertujuan
mengukur sejauhmana kemampuan peserta didik dalam mengkonstruksi dan
merefleksi suatu pekerjaan atau tugas atau karya melalui pengumpulan
(collection) bahan-bahan yang relevan dengan tujuan dan keinginan yang
dikonstruksi oleh peserta didik, sehingga hasil konstruksi tersebut dapat
dinilai dan dikomentari oleh guru dalam periode tertentu.
3. Penilaian antarteman adalah penilaiann cara peserta didik saling menilai
perilaku temannya. Penilaian antar teman dapat mendorong: (a) obyektifitas
peserta didik, (b) empati, (c) mengapresiasi keragaman/ perbedaan, dan (d)
refleksi diri. Di samping itu penilaian antar teman dapat memberi informasi
bagi guru mengenai peserta didik yang berdasarkan hasil penilaian temannya,
suka menyendiri dan kurang bergaul.
4. Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta
untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat
pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Teknik penilaian diri dapat
digunakan untuk

B. Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan adalah:
Guru lebih teliti dalam memilih penilaian yang cocok untuk mengetahui serta
mengevaluasi siswa dalam membantu meningkatkan kemampuannya.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. 2010. Penilaian Portofolio: Konsep, Prinsip, Prosedur. Bandung: UPI.

Depdiknas. 2003. Peningkatan Kemampuan Guru dalam Penyusunan dan


Penggunaan Alat Evaluasi serta Pengembangan Sistem Penghargaan terhadap
Siswa. Jakarta: Direktorat PLP-Ditjen Dikdasmen.

Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004: Pedoman Khusus Pengembangan Portofolio


untuk Penilaian.

Dirjen Dikti. 2015. Buku Pedoman Sertifikasi Pendidik untuk Dosen (Serdos)


Terintegrasi, Buku 2 Penilaian Portofolio. Jakarta: Kemdikbud.

Miller, M. D, et. Al. 2009. Measurement and Assessment in Teaching. Tenth Edition.


New Jersey: Pearson.

Nitko, Anthony J. 1996. Educational Assessment of Studentd, Second Edition. New


Jersey: Englewood Cliffs.

Surapranata, S & Hatta, M. 2004. Penilaian Portofolio: Implementasi Kurikulum


2004. Bandung: PT. Rosda Karya.

Soewandi, A. M. S. 2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah Seminar Sehari


Sosialisasi KBK bagi Dosen-dosen FKIP. USD.

Sudaryono. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai