Anda di halaman 1dari 34

PENILAIAN AUTENTIK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


“PENGEMBANGAN IPA SEKOLAH DASAR”

Dosen Pembimbing : Dr. Sri Sulistyorini

DISUSUN OLEH KELOMPOK II :


1. DWI WIDIYANTO
2. FARIDA ZAKIYAH
3. SULIKHAH
4. WAHYUNI KURNIAWATI
5. YULITA AYU SURYANI

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
TAHUN 2019

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 1


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penilaian merupakan bagian yang tidak terpisah dari proses
pembelajaran dan dapat menentukan kualitas dari sebuah kegiatan
pembelajaran. Terkait dengan implementasi kurikulum, penilaian merupakan
bagian penting dari perangkat kurikulum yang dilakukan untuk mengukur dan
menilai tingkat pencapaian kompetensi. Penilaian juga seharusnya digunakan
untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam proses pembelajaran, serta
untuk melakukan diagnosis dan perbaikan proses pembelajaran. Sebuah proses
pembelajaran yang bermakna memerlukan sistem penilaian yang baik,
terencana, dan berkesinambungan.
Permasalahan yang dihadapi dalam upaya perbaikan penilaian proses
dan hasil belajar adalah dari kesulitan mengubah paradigma guru tentang
penilaian yang seharusnya dilakukan. Pada umumnya guru di Indonesia hanya
mengenal instrumen penilaian berupa tes dan menganggap bahwa penilaian
hanya perlu dilakukan setelah peserta didik menyelesaikan proses belajar. Tidak
mudah bagi guru untuk memberi penilaian, karena hubungan guru merasa
paling tahu. Guru telah terbiasa menggunakan angka saja, sehingga penilaian
secara kualitatif yang mencakup informasi tentang kelemahan dan kelebihan
peserta didik sangat sulit untuk dilakukan.
Penilaian yang baik pada umumnya terkait dengan aktivitas Proses
Belajar Mengajar, karena penilaian merupakan bagian integral dari Proses
Belajar Mengajar. Pada umumnya, Proses Belajar Mengajar (PBM) akan
berlangsung secara efektif apabila didukung oleh penilaian yang efektif pula.
Oleh sebab itu, kegiatan penilaian harus dijadikan sebagai sarana untuk
meningkatkan efektivitas Proses Belajar Mengajar.
Tahapan yang dilakukan oleh guru dalam rangkaian aktivitas PBM
meliputi penyusunan rencana mengajar (RPP), pelaksanaan pembelajaran,
penilaian, dan umpan balik.

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 2


Seorang pendidik yang professional selalu menggunakan umpan balik
untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukannya. Umpan balik
tersebut dapat diperoleh melalui proses penilaian, terutama menggunakan
penilaian autentik. Penilaian yang perlu dilakukan terkait dengan proses belajar
dan hasil belajar.
Berbicara tentang penilaian autentik sangat erat hubungannya dengan
kurikulum 2013 yang digunakan saat ini. Makalah ini akan membahas tentang
penilaian autentik. Dalam hal ini akan berfokus pada pembahasan tentang
penilaian autentik Kurikulum 2013 yang diimplementasikan dalam
pembelajaran IPA Sekolah Dasar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan di atas, maka
rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan penilaian autentik?


2. Bagaimana pengembangan instrumen penilaian autentik?
3. Bagaimana bentuk penilaian dalam Kurikulum 2013?
4. Bagaimana penerapan penilaian autentik pada muatan mata pelajaran IPA
Sekolah Dasar?

C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan pengertian penilaian autentik.
2. Mendeskripsikan tahapan pengembangan instrument penilaian autentik.
3. Mengidentifikasi bentuk penilaian dalam Kurikulum 2013.
4. Mendeskripsikan penerapan penilaian autentik pada muatan mata
pelajaran IPA Sekolah Dasar.

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 3


D. Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan
berbagai manfaat, antara lain:
1. Dapat dijadikan pedoman diskusi mata kuliah Pengembangan IPA Sekolah
Dasar.
2. Sumber informasi dan pengetahuan khususnya bagi penulis dan umumnya
bagi pembaca.

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 4


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penilaian Autentik


Istilah penilaian autentik diperkenalkan oleh Wiggins pada tahun 1990.
Wiggins menentang penilaian yang bersifat umum dilakukan di sekolah,
seperti: isian singkat, tes pilihan ganda, dan tes sejenis. Padahal di dunia nyata,
orang diuji dengan cara menunjukkan kemampuannya secara langsung atau
dengan menunjukkan produk yang telah dibuatnya. Sebagai contoh, orang akan
memperkerjakan seorang sopir yang mampu menyetir, daripada memilih
seorang sopir yang dapat mengisi tes tentang menyetir namun tidak mampu
menyetir. Penilaian yang tepat untuk menguji supir tersebut adalah dengan uji
praktik menyetir menggunakan kendaraan di jalan raya.
Penilaian seperti itu sesuai dengan kompetensi yang diuji dan
dinamakan penilaian autentik. Definisi penilaian autentik (authentic
assessment) dari beberapa referensi adalah sebagai berikut.
Tabel 2.1 Jenis Penilaian Autentik dan Pengertiannya
Wikipedia Istilah yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode
penilaian alternatif yang memungkinkan siswa dapat
mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyelesaikan
tugas-tugas dan menyelesaikan masalah.
Jonathan Suatu bentuk penilaian dengan meminta peserta didik untuk
Mueller menunjukkan tugas " dunia nyata" yang mendemonstrasikan
(2008) aplikasi yang bermakna pengetahuan dan keterampilan
penting.
Grant Bentuk penilaian yang melibatkan peserta didik dalam
Wiggins persoalan yang berguna atau pertanyaan penting Sehingga
(1993) peserta didik harus menggunakan pengetahuan untuk
menunjukkan kinerja secara efektif dan kreatif. Tugas yang
diberikan dapat berupa replika atau analogi dari permasalahan

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 5


yang dihadapi oleh orang dewasa dan konsumen, atau
profesional dalam bidangnya.
Richard J Penilaian kinerja dengan meminta peserta didik atau peserta
Stiggins ujian untuk mendemonstrasikan keterampilan dan
(1987) kompetensi khusus, yakni dengan mengaplikasikan
keterampilan dan kompetensi yang telah dikuasai.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa penilaian
autentik dapat berupa penilaian unjuk kerja (performance) berdasarkan
penguasaan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya oleh peserta didik.
Penilaian autentik mengarahkan peserta didik untuk menghasilkan ide,
mengintegrasikan pengetahuan, dan menyempurnakan tugas yang terkait
dengan kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia nyata. Didik dapat
menunjukkan apa yang telah dipelajarinya dan kompetensi apa yang telah
dikuasai nya setelah mengikuti proses pembelajaran. Kompetensi yang
ditunjukkan dapat berupa keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia nyata,
misalnya: berenang, menyetir, memasak, menyolder, merangkai peralatan,
membubut, memperbaiki mesin mobil yang rusak, atau berupa keterampilan
dasar yang dibutuhkan untuk hidup, misalnya: menelaah buku secara kritis,
membaca, berhitung, dan sebagainya. Tentu saja, unjuk kerja tersebut dapat
dilakukan secara baik jika peserta didik memahami pengetahuan yang
dibutuhkan terkait dengan keterampilan yang ditampilkan.
Penilaian autentik adalah jenis penilaian yang mengarahkan peserta didik
untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan
untuk menguasai permasalahan dan situasi yang dijumpai dalam dunia nyata.
Kompetensi tersebut merupakan kombinasi dari keterampilan yang dilandasi
oleh pengetahuan dan dilaksanakan dengan sikap yang sesuai. Seseorang belum
dapat dikatakan kompeten jika sikapnya dalam mendemonstrasikan
keterampilan tidak sesuai dengan yang seharusnya, misalnya: melayani
pelanggan dengan sikap cemberut.
Mueller menyatakan bahwa penilaian autentik merupakan penilaian
langsung (direct assessment) karena peserta didik langsung menunjukkan bukti

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 6


penguasaan kompetensi ketika dilakukan penilaian. Penilaian ini dibedakan
dengan penilaian menggunakan tes pilihan berganda (multiple choices items
test) yang menunjukkan hasil tidak langsung dari penguasaan kompetensi. Pada
beberapa kasus, penilaian menggunakan tes tertulis mungkin tidak berbanding
lurus dengan penguasaan suatu kompetensi. Sebagai contoh, seorang peserta
didik menunjukkan hasil yang memuaskan ketika menjawab tes pilihan
berganda tentang cara mengetik, namun peserta didik tersebut belum tentu
pandai mengetik. Jika guru ingin menilai kemampuan peserta didik dalam
mengetik menggunakan sepuluh jari, maka peserta didik harus diawasi ketika
menjalani ujian mengetik. Jadi, seorang peserta didik baru dapat dikatakan
kompeten dalam mengetik menggunakan sepuluh jari, jika pada proses
mengetik menggunakan sepuluh jari dengan kecepatan tertentu dan hasil
ketikan nya tidak ada yang keliru.
Penilaian menggunakan tes pilihan berganda atau uraian singkat, tidak
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menampilkan kompetensi
apa saja yang telah dikuasainya. Penilaian seperti itu pada umumnya dilakukan
berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan. “Penilaian tradisional” seperti itu
dikendalikan oleh materi yang dicakup dalam kurikulum. Penggunaan penilaian
tradisional didasarkan pada anggapan bahwa untuk membentuk sumber daya
manusia, maka pendidikan di sekolah harus menghasilkan lulusan yang
menguasai ilmu dan keterampilan. Oleh sebab itu, sekolah harus mengajarkan
ilmu dan keterampilan yang perlu diuji penguasaannya oleh peserta didik.
Pola pemikiran yang berbeda dengan makna sekolah terkait dengan
harapan bahwa lulusan hendaknya dapat melakukan tugas bermakna yang
dibutuhkan di dunia nyata. Hal ini membutuhkan cara penilaian yang berbeda
untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam melaksanakan tugas
bermakna yang dibutuhkan dalam kehidupan, yakni dengan menggunakan
penilaian autentik. Pada penilaian autentik, materi dalam kurikulum
dikendalikan oleh penilaian. Pada tahap awal, guru menetapkan tugas atau
kompetensi yang harus dikuasai, kemudian materi kurikulum dikembangkan
sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki tersebut.

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 7


Perbedaan antara penilaian tradisional dan penilaian autentik dideskripsikan
sebagai berikut.
Tabel 2.2 Perbedaan Penilaian Tradisional dan Penilaian Autentik
Penialain Tradisional Penilaian Autentik
Memilih respon Menunjukkan tugas/kinerja
Pengetahuan akademik Tugas dunia nyata
Mengukur aplikasi pengetahuan Memperkaya pengembangan
kompetensi yang bermakna
Mengingat/memahami Konstruksi/aplikasi
Strukturisasi oleh guru Strukturisasi oleh peserta didik
Bukti tidak langsung Bukti nyata secara langsung
Mengukur pengetahuan tentang “APA” Mengukur pengetahuan tentang
“BAGAIMANA”
Mendukung cara berpikir konvergen Mendukung cara berpikir divergen
untuk mengemukakan satu jawaban yang untuk mengemukakan beberapa pilihan
tepat jawaban
Penilaian tradisional pada umumnya hanya membutuhkan respon peserta
didik atas pertanyaan yang diajukan, jawaban atas pertanyaan telah
distrukturisasi oleh guru dan peserta didik diharapkan menjawab sesuai dengan
struktur tersebut. Sedangkan pada penilaian autentik, peserta didik
menunjukkan kinerja atau tugas untuk mendemonstrasikan kemampuannya,
serta mengkonstruksi sendiri apa yang harus ditampilkan dalam upaya
menunjukkan kemahirannya.
Perbedaan antara penilaian tradisional menggunakan tes standar dan
penilaian autentik telah dideskripsikan oleh Kohonen dalam Sani (2016) dengan
beberapa penyesuaian, sebagai berikut.
Tabel 2.3 Perbedaan antara Tes Standar dan Penilaian Autentik Menurut Kohonen
Tes Standar Penilaian Autentik
Penilaian terpisah dengan pembelajaran Penilaian terintegrasi dengan
pembelajaran
Peserta didik diperlakukan secara sama Setiap peserta didik diperlakukan secara
berbeda

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 8


Keputusan didasarkan atas satu set data Keputusan didasarkan atas berbagai
saja (skor tes) sumber data
Menekankan pada kelemahan/ Menekankan pada kemajuan/proses,
kegagalan, yakni apa yang tidak dapat yakni apa yang dapat dilakukan oleh
dilakukan oleh peserta didik peserta didik
Ujian pada suatu saat (one shot) Penilaian berkelanjutan
Mungkin bisa secara budaya dan sosial- Lebih adil secara budaya
ekonomi
Fokus pada satu jawaban yang benar Memungkinkan beberapa jawaban yang
berbeda
Membuat keputusan tanpa saran Menggunakan informasi untuk
peningkatan meningkatkan pembelajaran
Memberi tekanan pada guru untuk Memberikan kesempatan pada guru
mengajar pada topik yang diuji saja untuk mengembangkan kurikulum
bermakna
Fokus pada pengetahuan dan Menekankan pada hasil belajar dan
keterampilan tingkat rendah keterampilan berpikir tingkat tinggi
Melarang peserta didik untuk bekerja Mendorong pembelajaran kolaboratif
sama (dalam ujian) sehingga ada dan membandingkan capaian terhadap
perbandingan antarpeserta didik kemampuan awalnya
Peserta didik belajar untuk memperoleh Peserta didik belajar untuk
nilai yang baik kebutuhannya
Pada praktiknya, penilaian tradisional menggunakan tes tertulis berupa
pilihan berganda. Tes tertulis pilihan berganda tetap dibutuhkan karena cukup
efektif untuk menguji penguasaan Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang
peserta didik. Selain itu juga terdapat beberapa kelebihan dalam menggunakan
tes pilihan berganda ditinjau dari kemudahan pemeriksaan dan analisisnya.
Bahkan pada kasus tertentu, tes tertulis dari bentuk pilihan ganda juga lebih
efisien jika digunakan untuk kompetensi dasar serta didik. Namun pada kasus
yang lain, sebuah nilai tes tulis yang tinggi ternyata tidak berkorelasi terhadap
kompetensi peserta didik. Peserta didik yang mampu merancang dan melakukan
eksperimen sains belum tentu dapat menjawab pertanyaan tertulis tentang

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 9


keterampilan proses dalam sains. Demikian juga sebaliknya, seorang peserta
didik yang memiliki nilai yang tinggi dalam tes tertulis tentang keterampilan
proses sains, belum tentu dapat membuat rancangan eksperimen, melaksanakan
eksperimen, dan melaporkan hasil eksperimen.
Seorang peserta didik dikatakan kompeten jika menunjukkan
kemampuan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya pada sebuah
situasi atau permasalahan. Jadi, penilaian tentang ingatan atau pemahaman saja
tidak cukup untuk mengetahui kompetensi seorang peserta didik. Kategori
tingkat kognitif untuk penilaian autentik adalah: Aplikasi (C3), analisis (C4),
evaluasi (C5), dan kreasi (6). Umumnya penilaian tradisional menggunakan tes
pilihan berganda tidak dapat digunakan untuk mengukur kemampuan peserta
didik dalam berpikir kreatif.

Kreasi
Penilaian
Evaluasi
Analisis Autentik
Aplikasi
Memahami
Mengingat Penilaian Tradisional

Gambar 2.1 Tingkat Kognitif pada Penilaian Autentik dan Penilaian Tradisional
Jika digunakan penilaian autentik, kita akan menyadari kemajuan dan capaian
yang diperolehnya melalui perbandingan dengan kriteria penilaian yang telah
ditetapkan. Jadi, penilaian autentik tidak menggunakan penilaian acuan normal
(PAN), namun menggunakan acuan kriteria atau penilaian acuan patokan (PAP).
Cara memisahkan antara proses pembelajaran dengan proses penilaian. Pada
umumnya, penilaian tradisional dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar. Sedangkan, penilaian autentik mengintegrasikan proses penilaian dengan
kegiatan belajar mengajar. Misalnya, ketika peserta didik untuk menerapkan
pengetahuannya untuk menyelesaikan sebuah kasus, saya juga sedang belajar dan guru
dapat menjadi fasilitator dalam upaya menyelesaikan kasus tersebut. Beberapa
karakteristik penilaian autentik adalah sebagai berikut:
1. Berpusat pada peserta didik
2. Merupakan bagian terintegrasi dari proses belajar mengajar
3. Bersifat kontekstual dan bergantung pada konten pembelajaran

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 10


4. Merefleksikan kompleksitas belajar
5. Menggunakan metode/ prosedur yang bervariasi
6. Menginformasikan cara pembelajaran atau program pengembangan yang
seharusnya dilakukan
7. Bersifat kualitatif
Terkait dengan integrasi penilaian autentik dalam pembelajaran, beberapa
dampak yang mungkin diperoleh adalah sebagai berikut.
1. Cerita didik dalam belajar, termasuk menggunakan media atau peralatan yang
disukai oleh serta didik.
2. Penilaian autentik melibatkan peserta didik dalam mensintesis informasi dan
menggunakan kemampuan berpikir kritis
3. Penilaian autentik melibatkan peserta didik belajar sambil mengerjakan penilaian.
4. Mengetahui cara peserta didik berpikir, dan tidak hanya mengetahui apa yang
diingat oleh mereka.
5. Penilaian autentik menolong serta didik untuk memahami kemampuan akademik
mereka dan membantu guru untuk mengetahui cara terbaik dalam mengajar
mereka.
Wiggins (1998) menyarankan para guru untuk menggunakan metode atau
prosedur yang bervariasi dalam melakukan penilaian autentik. Hal ini disebabkan
karena setiap orang memiliki kekuatan dan kelemahan yang berbeda dalam belajar dan
menunjukkan kemahirannya. Seorang peserta didik dapat dinilai menggunakan
beberapa cara yang berbeda, misalnya diminta mendemonstrasikan keahliannya dan
diikuti dengan wawancara.
Berikut ini dideskripsikan beberapa cara penilaian autentik untuk pelajaran sains.
1. Penilaian dengan meminta pada peserta didik untuk mengerjakan instruksi atau
prosedur sains.
2. Penilaian yang memerlukan praktik.
3. Penilaian yang mengukur pemahaman peserta didik dalam berpikir secara
mendalam (HOTS).
4. Penilaian dengan melibatkan peserta didik dalam melakukan presentasi atau
penulisan laporan eksplorasi.
5. Penilaian yang meminta peserta didik untuk merancang ekspesrimen.

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 11


Penilaian autentik seharusnya fokus pada materi yang penting, ide-ide besar,
atau keterampilan/kecakapan khusus karena penolakan perlu dilakukan secara
mendalam, sehingga waktu pembelajaran tidak tersita untuk kegiatan penilaian.
Jadi, tidak semua materi atau kompetensi perlu dinilai sarah khusus. Peserta didik dapat
mendemonstrasikan berbagai cara yang berbeda untuk menunjukkan kemampuannya
sebagai hasil belajar. Penilaian seharusnya mudah dilakukan di kelas atau di
lingkungan sekolah, misalnya: untuk menilai sikap dan perilaku peserta didik dapat
menggunakan penilaian teman sejawat dan penilaian diri. Khusus untuk penilaian sikap
tersebut, guru juga dapat melakukan observasi, namun untuk kasus tertentu saja,
misalnya pada kelas rendah di sekolah dasar peserta didik belum dapat melakukan
penilaian teman sejawat dan penilaian diri. Perlu diperhatikan bahwa penilaian autentik
harus diupayakan untuk mengembangkan kekuatan dan penguasaan materi
pembelajaran pada siswa. Berdasarkan penjabaran tentang penilaian autentik tersebut,
ada beberapa karakteristik yang perlu dimiliki oleh penilaian autentik, yakni sebagai
berikut:
1. Fokus pada kompetensi penting atau kecakapan khusus.
2. Dilakukan secara mendalam untuk mengetahui kompetensi peserta didik.
3. Berdampak pada penguatan proses dan hasil belajar.
4. Memiliki kriteria penilaian yang telah diketahui oleh peserta didik.
5. Memberi kesempatan pada peserta didik untuk mendemonstrasikan
kemampuannya dengan berbagai cara.
B. Tahapan Pengembangan Instrumen Penilaian Autentik
Instrumen penilaian autentik harus dikembangkan berdasarkan tugas-
tugas yang diharapkan dapat ditampilkan oleh peserta didik. Tentu saja, perlu
ditetapkan terlebih dahulu standar yang “perlu” dikuasai peserta didik.
Selanjutnya guru menetapkan kriteria untuk menilai kinerja peserta didik, dan
mengembangkan rubrik yang akan digunakan untuk menilai kompetensi
peserta didik. Disusun secara prosedural, tahapan pengembangan instrumen
penilaian autentik pada umumnya adalah sebagai berikut.
Tabel 2.4 Tahapan Utama Tahapan Pengembangan Instrumen Autentik
Tahapan Pertanyaan Aktivitas

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 12


Identifikasi Apa yang harus diketahui dan Guru mengidentifikasi standar
standar dapat dilakukan oleh peserta yang harus dipenuhi oleh
didik? peserta didik, terutama dengan
mengacu pada kurikulum yang
digunakan
Pengembangan Tugas apa yang perlu Guru mengembangkan tugas
tugas autentik dilakukan agar peserta didik yang harus dilakukan oleh
dapat menunjukkan peserta didik dalam upaya
kompetensinya? mengetahui capaian peserta
didik atas standar yang telah
ditetapkan
Penetapan Bagaimana kriteria atau ciri- Guru mengidentifikasi
kriteria ciri yang menunjukkan bahwa karakteristik unjuk kerja
tugas dilaksanakan dengan (kriteria) yang menunjukkan
baik? pemenuhan tugas secara baik.
Indikator dikembangkan
berdasarkan standar yang telah
ditetapkan
Pengembangan Bedakan peserta didik yang Guru mengembangkan
rubrik terampil dan tidak terampil? beberapa kategori atau
tingkatan pemenuhan kriteria
atau indikator pencapaian
kompetensi, dan dijadikan
pedoman penskoran atau rubrik
untuk menilai pemenuhan
kompetensi
Tahap selanjutnya adalah menetapkan skor acuan atau patokan, serta
menyesuaikan pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai standar yang telah
ditetapkan. Pertanyaan yang dapat diajukan untuk tahapan tersebut lihat pada tabel
berikut.
Tabel 2.5 Tahapan Penetapan Skor Acuan atau Patokan

Skor patokan atau benchmark Apa yang diharapkan dari unjuk kerja siswa?

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 13


Penyesuaian pembelajaran Apa yang harus dilakukan oleh siswa untuk
meningkatkan kompetensinya?
Penjelasan mengenai tahapan utama dalam mengembangkan Instrumen
penilaian autentik adalah sebagai berikut.
1. Identifikasi Standar
Standar dikembangkan berdasarkan konten kurikulum. Sebuah standar
merupakan pernyataan yang diharapkan dapat dilakukan oleh peserta didik.
Standar pada penilaian autentik seharusnya dapat mengarahkan peserta didik untuk
belajar atau menunjukkan cara belajar. Standar pada penilaian autentik dapat
berupa indikator pencapaian sebuah kompetensi dasar. Contoh standar yang
dimaksud sebagai berikut, “peserta didik dapat melakukan penambahan dua
bilangan pecahan senama”
2. Pengembangan Tugas Autentik
Tugas autentik perlu dirancang agar peserta didik dapat mengkontruksi
respon tanpa dibatasi, dan memungkinkan mereka menunjukkan keterampilan
(skills) dan kemampuan (abilities) dalam melaksanakan unjuk kerja yang terkait
dengan standar yang diharapkan. Tugas tersebut seharusnya merupakan tugas yang
bermakna bagi peserta didik, terkait dengan permasalahan dunia nyata, dan
mewajibkan mereka untuk melakukan tugas. Sebagai contoh: dalam menguji
kemampuan peserta didik sekolah dasar dalam permasalahan pecahan, sebaiknya
disajikan persoalan tentang bagaimana membagi sebuah kue menjadi beberapa
Bagian.
3. Pengembangan Kriteria Atau Indikator Kinerja
Menilai pemenuhan sebuah tugas autentik harus ditetapkan agar penilaian
dapat dilakukan secara sesuai secara sistematik. Kriteria yang baik pada umumnya
memiliki karakteristik sebagai berikut: Dinyatakan secara jelas,, singkat, dapat
diamati, pernyataan perilaku, dan dapat dipahami.
Sebagai contoh, standar yang ditetapkan adalah: “mampu menyelesaikan sebuah
permasalahan”. Yang perlu dinilai untuk menguji kompetensi tersebut adalah:
a. Mendefinisikan masalah
b. Mengidentifikasi Strategi penyelesaian masalah
c. Mengusulkan solusi atau hipotesis
d. Mengevaluasi solusi yang potensial
e. Menerapkan solusi

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 14


4. Mengembangkan Rubrik
Setelah menetapkan kriteria, guru perlu mengembangkan rubrik sebagai
pedoman penskoran. Pedoman penskoran ini perlu memiliki deskriptor yang
menunjukkan tingkat kinerja dari masing-masing tingkatan unjuk kerja. Rubrik
yang digunakan dapat berupa rubrik analitik, rubrik holistik, kau perkembangan
untuk menilai pemenuhan kriteria tersebut.
5. Menilai Instrumen Penilaian Autentik
Guru harus dapat menilai apakah instrumen yang dikembangkan memang
merupakan Instrumen penilaian autentik dan berpusat pada peserta didik. Beberapa
pertanyaan yang dapat diajukan untuk menilai instrumen autentik dan proses
penilaian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Apakah instrumen penilaian mencakup penilaian keterampilan yang dibutuhkan
dalam kehidupan?
b. Apakah instrumen penilaian relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan
dalam dunia kerja?
c. Apakah instrumen penilaian dapat mengaktifkan keterlibatan peserta didik?
d. Apakah keterampilan yang dinilai dapat diobservasi dan diukur?
e. Apakah proses menelan disesuaikan dengan kebutuhan khusus peserta didik?
f. Apakah proses penilaian dapat mengembangkan kekuatan dan pengetahuan
peserta didik?
g. Apakah proses penilaian sesuai dengan tujuan individual peserta didik?
h. Apakah proses penilaian memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
berpikir kritis dan reflektif, serta terlibat dalam penyelesaian masalah?
Secara prinsip, penilaian harus valid dan reliabel. Penilaian yang valid
artinya penilaian yang dilakukan sesuai dengan yang seharusnya dinilai, sedangkan
penilaian yang reliabel artinya penilaian yang dilakukan konsisten. Penilaian yang
reliabel akan konsisten hasilnya walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda.
Guru juga perlu menguji validitas instrumen penilaian, terutama validitas konstruk,
validitas instruksional, dan validitas konsekuensi. Dua hal yang perlu diperhatikan
dalam penilaian autentik adalah: (1) Validitas konstruknya dan (2) dampaknya
terhadap pembelajaran peserta didik (validitas konsekuensi).
Beberapa faktor perlu diperhatikan untuk menjaga reliabilitas penilaian.
Kurangnya reliabilitas penilaian autentik dapat ditentukan oleh beberapa kondisi
sebagai berikut.

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 15


a. Atau kurangnya sampel perilaku yang dinilai, terbatasnya soal uraian yang
dapat dikerjakan akibat sedikitnya waktu yang dialokasikan untuk pelaksanaan
tes. Kondisi ini dapat terjadi jika waktu yang digunakan untuk menilai sangat
terbatas akibat beberapa keterbatasan.
b. Hanya sedikit observasi yang dapat dilakukan untuk menilai sikap atau
kemampuan melakukan praktik. Kesalahan penilaian dapat terjadi jika peserta
didik pada kondisi tersebut tidak dalam kondisi Prima atau sedang mengalami
masalah.
c. Tugas yang tidak jelas Sehingga peserta didik salah menafsirkan petunjuk
terkait dengan tugas yang seharusnya dilakukan. Hal ini merupakan penyebab
utama terjadinya penilaian yang tidak reliabel.
d. Sebaran yang tidak akurat misalnya guru hendak menilai kemampuan peserta
didik dalam berpikir kritis namun rubrik penilaian yang digunakan tidak
mencakup semua aspek berpikir kritis.

C. Penilaian dalam Kurikulum 2013


Pada subbab ini akan dijabarkan tentang penilaian Kurikulum 2013. Subbab ini akan
menjabarkan tentang konsep penilaian dalam Kurikulum 2013, karakteristik penilaian
dalam Kurikulum 2013, prinsip-prinsip penilaian dalam Kurikulum 2013, Kriteria
Ketuntasan Minimal, lingkup dan teknik penilaian dalam Kurikulum 2013.
1. Konsep Penilaian dalam Kurikulum 2013
Beberapa konsep yang digunakan dalam Kurikulum 2013 perlu dipahami
terlebih dahulu dalam upaya memahami konsep penilaian yang harus dilakukan.
Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten
sebagai perwujudan dari pengetahun, sikap, dan keterampilan yang dimiliki oleh
peserta didik. Sebuah standar perlu ditetapkan sebagai patokan atau acuan
pencapaian kompetensi yang akan digunakan dalam penilaian. Standar tersebut
dipelukan sebagai acuan mompetensi minimal yang harus dipenuhi oleh seorang
lulusan suatu instansi pendidikan. Penetapan standar dalam bentuk Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar (KD)
perlu dilakukan sebagai acuan dalam proses pendidikan.
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagaimana yang
telah ditetapkan dlama kurikulum. Kompetensi lulusan adalah kemampuan

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 16


bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari
pengetahuan, sikap, dan/atau keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik yang
telah menyelesaikan pendidikan pada satuan atau jenjang pendidikan tertentu.
Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi
utama dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari dan
dimiliki peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran
tertentu. Sedangkan Kompetensi Dasar (KD) adalah kemampuan bersikap,
berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan,
sikap, dan/atau keterampilan yang dimiliki peserta didik stelah pokok bahasan
tertentu.
Pada Kurikulum 2013, aspek yang dinilai tergantung pada Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar (KD).
SKL mencakup aspek sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), dan keterampilan
(skills). Kompetensi Inti mencakup aspek kompetensi sebagai berikut.
a. KI-1: aspek sikap peserta didik terhadap Tuhan
b. KI-2: aspek sikap peserta didik terhadap diri sendiri dan terhadap
lingkungannya
c. KI-3: aspek pengetahuan peserta didik
d. KI-4: aspek keterampilan peserta didik
Setiap KI mencakup beberapa rumusan KD yang berbeda untuk lingkup
materi pokok tertentu. Jadi, untuk suatu materi pokok tertentu akan ada empat KD
sebagai berikut.
a. KD pada KI-1: aspek sikap terhadap Tuhan
b. KD pada KI-2: aspek sikap terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungannya
c. KD pada KI-3: aspek pengetahuan
d. KD pada KI-4: aspek keterampilan
2. Karakteristik Penilaian dalam Kurikulum 2013
Penilaian dalam Kurikulum 2013 memiliki karakteristik sebagai berikut:
• Belajar Tuntas
Asumsi yang digunakan dalam belajar tuntas adalah peserta didik dapat
mencapai kompetensi yang ditentukan, asalkan peserta didik mendapat bantuan
yang tepat dan diberi waktu sesuai dengan yang dibutuhkan.
• Otentik

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 17


Memandang penilaian dan pembelajaran adalah merupakan dua hal yang saling
berkaitan. Penilaian otentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan
dunia sekolah. Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi
utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Penilaian otentik
tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih
menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik.
• Berkesinambungan
Penilaian berkesinambungan dimaksudkan sebagai penilaian yang dilakukan
secara terus menerus dan berkelanjutan selama pembelajaran berlangsung.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai
perkembangan hasil belajar peserta didik, memantau proses, kemajuan, dan
perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk penilaian proses, dan berbagai jenis
ulangan secara berkelanjutan (ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester).
• Menggunakan teknik penilaian yang bervariasi
Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio,
unjuk kerja, projek, pengamatan, dan penilaian diri.
• Berdasarkan acuan kriteria
Penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi
dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya ketuntasan belajar
minimal (KKM), yang ditetapkan oleh satuan pendidikan masing-masing
dengan mempertimbangkan karakteristik kompetensi dasar yang akan dicapai,
daya dukung (sarana dan guru), dan karakteristik peserta didik. KKM
diperlukan agar guru mengetahui kompetensi yang sudah dan belum dikuasai
secara tuntas.
3. Prinsip-prinsip Penilaian dalam Kurikulum 2013
Prinsip penilaian yang digunakan dalam Kurikulum 2013 telah ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Pendidikan tentang penilaian hasil belajar da dijabarkan sebgaai
berikut.
a. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan
yang diukur.
b. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,
tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 18


c. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
d. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang
tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
e. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
f. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup
semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang
sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
g. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku.
h. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan.
i. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
teknik, prosedur, maupun hasilnya.
4. Kriteria Ketuntasan Minimal
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar
yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang mengacu pada standar kompetensi
kelulusan, dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik, karakteristik
muatan pelajaran, dan kondisi Satuan Pendidikan. Penentuan KKM harus
mempertimbangkan setidaknya 3 aspek, yakni karakteristik peserta didik (intake),
karakteristik muatan/mata pelajaran (kompleksitas), dan kondisi satuan pendidikan
(pendidik dan daya dukung).
a. Aspek karakteristik materi/kompetensi yaitu memperhatikan kompleksitas KD
dengan mencermati kata kerja yang terdapat pada KD tersebut dan berdasarkan
data empiris dari pengalaman guru dalam membelajarkan KD tersebut pada
waktu sebelumnya. Semakin tinggi aspek kompleksitas materi/kompetensi,
semakin menantang guru untuk meningkatkan kompetensinya.
b. Aspek intake yaitu memperhatikan kualitas peserta didik yang dapat
diidentifikasi antara lain berdasarkan hasil ujian jenjang sebelumnya, hasil tes
awal yang dilakukan oleh sekolah, atau nilai rapor sebelumnya. Semakin tinggi
aspek intake, semakin tinggi pula nilai KKMnya.

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 19


c. Aspek guru dan daya dukung antara lain memperhatikan ketersediaan guru,
kesesuaian latar belakang pendidikan guru dengan mata pelajaran yang diampu,
kompetensi guru (misalnya hasil Uji Kompetensi Guru), rasio jumlah peserta
didik dalam satu kelas, sarana prasarana pembelajaran, dukungan dana, dan
kebijakan sekolah. Semakin tinggi aspek guru dan daya dukung, semakin tinggi
pula nilai KKMnya.
Dalam menetapkan KKM, satuan pendidikan harus merumuskannya
secara bersama-sama kepala sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya.
KKM bersifat dinamis, artinya memungkinkan mengalami perubahan sesuai
dengan perkembangan proses pembelajaran. KKM dituliskan dalam bentuk angka
(bilangan bulat) dengan rentang 0 – 100. Dengan demikian, penentuan KKM
muatan pelajaran merupakan kewenangan pendidik yang disetujui di tingkat
Satuan Pendidikan melalui rapat dewan guru. KKM dapat dibuat berbeda untuk
setiap mata pelajaran dan dapat juga dibuat sama untuk semua mata pelajaran pada
suatu sekolah. Apabila sekolah menentukan KKM yang berbeda untuk setiap mata
pelajaran, sekolah harus mempertimbangkan panjang interval setiap mata
pelajaran. KKM yang berbeda akan mengakibatkan interval predikat dan
penentuan predikat yang berbeda. Misalnya, muatan pelajaran dengan KKM 75
maka predikat C (Cukup) dimulai dari nilai 75, sedangkan KKM 60 maka predikat
C (Cukup) dimulai dari nilai 60.Hal ini berimplikasi antara lain pada format dan
pengisisan rapor. Apabila sekolah menentukan KKM yang sama untuk semua mata
pelajaran, misalnya dengan menjadikan KKM mata pelajaran paling rendah
sebagai KKM satuan pendidikan. Hal ini akan menyederhanakan penentuan
interval predikat serta format dan pengisian rapor.
5. Lingkup dan Teknik Penilaian dalam Kurikulum 2013
a. Lingkup
Lingkup penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup aspek sikap,
aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan, sedangkan lingkup penilaian hasil
belajar oleh satuan pendidikan mencakup aspek pengetahuan dan aspek
keterampilan.
b. Teknik Penilaian
1) Penialain Sikap
Penilaian sikap dimaksudkan sebagai penilaian terhadap perilaku peserta
didik dalam proses pembelajaran yang meliputi sikap spiritual dan sosial.

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 20


Penilaian sikap memiliki karakteristik yang berbeda dari penilaian
pengetahuan dan keterampilan sehingga teknik penilaian yang digunakan
juga berbeda. Dalam hal ini, penilaian sikap lebih ditujukan untuk membina
perilaku dalam rangka pembentukan karakter peserta didik.
(1) Sikap Spiritual
Kompetensi sikap spiritual (KI-1) yang akan diamati adalah menerima,
menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
(2) Sikap Sosial
Kompetensi sikap sosial (KI-2) yang akan diamati mencakup perilaku
antara lain: jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya
diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga, dan
negara.
Penilaian sikap terdiri atas penilaian utama dan penilaian penunjang.
Penilaian utama diperoleh dari hasil observasi harian yang ditulis di dalam
jurnal harian. Penilaian penunjang diperoleh dari penilaian diri dan penilaian
antarteman, hasilnya dapat dijadikan sebagai alat konfirmasi dari hasil
penilaian sikap oleh pendidik.
Teknik penilaian yang digunakan adalah observasi melalui wawancara,
catatan anekdot (anecdotal record), dan catatan kejadian tertentu (incidental
record) sebagai unsur penilaian utama.
Dalam pelaksanaan penilaian sikap, pendidik dapat merencanakan indikator
sikap yang akan diamati sesuai dengan karakteristik proses pembelajaran
yang akan dilakukan, misalnya perilaku kerjasama dalam diskusi kelompok
dan kerapihan dalam praktikum. Selain itu, penilaian sikap dapat dilakukan
tanpa perencanaan, misalnya perilaku yang muncul tidak terduga selama
proses pembelajaran dan di luar proses pembelajaran. Hasil pengamatan
perilaku tersebut dicatat dalam jurnal.
Penilaian sikap dilakukan oleh guru kelas, guru mata pelajaran agama dan
budi pekerti, guru PJOK, dan pembina ekstrakurikuler. Guru kelas
mengumpulkan data dari hasil penilaian sikap yang dilakukan oleh guru
mata pelajaran lainnya, kemudian merangkum menjadi deskripsi (bukan
angka atau skala).
Peserta didik yang berperilaku menonjol sangat baik diberi penghargaan,
sedangkan peserta didik yang berperilaku kurang baik diberi pembinaan.

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 21


Penilaian sikap spiritual dan sosial dilaporkan kepada orangtua dan
pemangku kepentingan sekurang-kurangnya dua kali dalam satu semester.
Hasil akhir penilaian sikap diolah menjadi deskripsi sikap yang dituliskan di
dalam rapor peserta didik. Dilaporkan juga pada saat ditemukan ada sikap
spiritual atau sikap sosial yang menonjol perlu diberi pembinaan.

Gambar 2.2 Skema Penilaian Sikap


2) Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan (KD dari KI-3) dilakukan dengan cara
mengukur penguasaan peserta didik yang mencakup dimensi
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognisi dalam
berbagai tingkatan proses berpikir.
Prosedur penilaian pengetahuan dimulai dari penyusunan
perencanaan, pengembangan instrumen penilaian, pelaksanaan
penilaian, pengolahan, dan pelaporan, serta pemanfaatan hasil
penilaian.
Hasil penilaian pencapaian pengetahuan dilaporkan dalam bentuk
angka, predikat, dan deskripsi. Angka menggunakan rentang nilai 0
sampai dengan 100. Predikat disajikan dalam huruf A, B, C, dan D.
Rentang predikat (interval) ini ditentukan oleh Satuan Pendidikan
dengan mempertimbangkan KKM.

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 22


Deskripsi dibuat dengan menggunakan kalimat yang bersifat
memotivasi dengan pilihan kata/frasa yang bernada positif. Teknik
penilaian pengetahuan menggunakan tes tertulis, lisan, dan
penugasan.
(1)Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang soal dan jawabannya secara tertulis,
antara lain berupa pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan,
dan uraian. Instrumen tes tertulis dikembangkan dengan mengikuti
langkah-langkah berikut.
 Melakukan analisis KD.
 Menyusun kisi-kisi soal sesuai dengan KD.
 Menulis soal berdasarkan kisi-kisi dan mengacu pada kaidah-
kaidah penulisan soal.
 Menyusun pedoman penskoran.
 Melakukan penskoran berdasarkan pedoman penskoran.
(2)Tes Lisan
Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan, perintah, kuis yang
diberikan pendidik secara lisan dan peserta didik merespon
pertanyaan tersebut secara lisan. Tes lisan bertujuan
menumbuhkan sikap berani berpendapat, mengecek penguasaan
pengetahuan untuk perbaikan pembelajaran, percaya diri, dan
kemampuan berkomunikasi secara efektif. Langkah-langkah
pelaksanaan tes lisan sebagai berikut.
 Melakukan analisis KD.
 Menyusun kisi-kisi soal sesuai dengan KD.
 Membuat pertanyaan atau perintah.
 Menyusun pedoman penilaian.
 Memberikan tindak lanjut hasil tes lisan.
(3)Penugasan
Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik untuk
mengukur pengetahuan dan memfasilitasi peserta didik

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 23


memperoleh atau meningkatkan pengetahuan. Tugas dapat
dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai karakteristik
tugas. Tugas tersebut dapat dilakukan di sekolah, di rumah, atau di
luar sekolah.

Gambar 2.3 Skema Penilaian Pengetahuan


3) Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan (KD dari KI-4) dilakukan dengan teknik penilain
kinerja, penilaian proyek, dan portofolio. Penilaian keterampilan
menggunakan angka dengan rentang skor 0 sampai dengan 100, predikat,
dan deskripsi.
(1) Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja (performance assessment) adalah penilaian yang
menuntut peserta didik untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan
pengetahuannya ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan
kriteria yang diinginkan. Pada penilaian kinerja, penekanannya dapat
dilakukan pada proses atau produk. Penilaian kinerja yang menekankan
pada produk disebut penilaian produk, misalnya poster, puisi, dan
kerajinan. Penilaian kinerja yang menekankan pada proses disebut
penilaian praktik, misalnya bermain sepak bola, memainkan alat musik,
menyanyi, melakukan pengamatan menggunakan mikroskop, menari,
bermain peran, dan membaca puisi.
(2) Penilaian Proyek

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 24


Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas
yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut
berupa rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengumpulan data,
pengolahan data, dan pelaporan. Pada penilaian proyek ada 4 (empat) hal
yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
 Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi,
mengelola waktu pengumpulan data, dan penulisan laporan yang
dilaksanakan secara kelompok.
 Relevansi
Kesesuaian tugas proyek dengan muatan pelajaran.
 Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karya
sendiri di bawah bimbingan pendidik.
 Inovasi dan kreativitas
Proyek yang dilakukan peserta didik mengandung unsur-unsur
kebaruan atau sesuatu yang berbeda dari biasanya.
(3) Penialain Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan dokumen hasil penilaian,
penghargaan, dan karya peserta didik dalam bidang tertentu yang
mencerminkan perkembangan (reflektif-integratif) dalam kurun waktu
tertentu. Pada akhir periode portofolio tersebut dinilai oleh pendidik
bersama-sama dengan peserta didik dan selanjutnya diserahkan kepada
pendidik pada kelas berikutnya dan dilaporkan kepada orangtua sebagai
bukti autentik perkembangan peserta didik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan panduan dalam
penggunaan penilaian portofolio di sekolah adalah sebagai berikut:
(a) karya asli peserta didik
(b) saling percaya antara pendidik dan peserta didik
(c) kerahasiaan bersama antara pendidik dan peserta didik
(d) milik bersama antara peserta didik dan pendidik
(e) kepuasan pada diri peserta didik
(f) kesesuaian dengan kompetensi dalam kurikulum
(g) penilaian proses dan hasil

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 25


(h) penilaian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran.
(i) bentuk portofolio
 File folder yang bisa digunakan untuk menyimpan berbagai
hasil karya terkait dengan produk seni (gambar, kerajinan
tangan, dan sebagainya).
 Album berisi foto, video, audio.
 Stopmap berisi tugas-tugas imla/dikte dan tulisan (karangan,
catatan) dan sebagainya.
 Buku siswa yang disusun berdasarkan Kurikulum 2013, juga
merupakan portofolio peserta didik SD.
Dalam menggunakan portofolio, pendidik beserta peserta didik perlu
memperhatikan hal-hal berikut:
(a) masing-masing peserta didik memiliki portofolio sendiri yang di
dalamnya memuat hasil belajar peserta didik;
(b) menentukan hasil kerja yang perlu dikumpulkan/disimpan;
(c) sewaktu-waktu peserta didik diharuskan membaca catatan
pendidik yang berisi komentar, masukan, dan tindakan lebih lanjut
yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka memperbaiki
hasil kerja dan sikap;
(d) peserta didik dengan kesadaran sendiri menindaklanjuti catatan
pendidik;
(e) catatan pendidik dan perbaikan hasil kerja yang dilakukan peserta
didik perlu diberi tanggal sehingga perkembangan kemajuan
belajar peserta didik dapat terlihat.

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 26


Gambar 2.4 Skema Penilaian Keterampilan

D. Penerapan Penilaian Autentik pada Muatan Mata Pelajaran IPA Sekolah


Dasar
Dalam American Librabry Association penilaian autentik didefinisikan sebagai
proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta
didik pada aktivitas yang relevan dalam pembelajaran. Beberapa jenis penilaian autentik
diantaranya adalah penilaian kinerja, proyek, portofolio dan tertulis.
Penerapan penilaian autentik pada muatan mata pelajaran IPA sekolah dasar dapat
dilihat dalam contoh berikut:
Kelas/Semester : IV (Empat)/1 (Satu)
Tema : 1. Indahnya Kebersamaan
Sub Tema : 1. Keberagaman Budaya Bangsaku
Pembelajaran :3
IPA
3.6 Menerapkan sifat-sifat bunyi dan keterkaitannya dengan indera
pendengaran.
4.6 Menyajikan laporan hasil percobaan tentang sifat-sifat bunyi.

Indikator
3.6.1 Menerapkan sifat-sifat bunyi merambat.
3.6.2 Membuktikan sifat-sifat bunyi merambat.
3.6.3 Menganalisis sifat-sifat bunyi merambat.
4.6.1 Melakukan percobaan tentang sifat-sifat bunyi merambat.
4.6.2 Menyajikan laporan hasil percobaan tentang sifat-sifat bunyi merambat.

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 27


Penilaian Sikap
Perubahan tingkah laku
Tanggung
Santun Peduli
No Nama Jawab
K C B SB K C B SB K C B SB
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 ...................

2 ...................

3 ……………..
……………..
4
……………..
5
……………..
dst

Keterangan:
K (Kurang) : 1, C (Cukup) : 2, B (Baik) : 3, SB (Sangat Baik) : 4
Penilaian sikap ini dapat dilakukan misalnya ketika peserta didik sedang berdiskusi.

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 28


Dari data penilaian hasil pengamatan, guru dapat membuat deskripsi sikap siswa selama
mengikuti kegiatan pembelajaran.

Contoh lembar Pengamatan Perilaku Ilmiah

No Aspek yang dinilai 3 2 1 Keterangan


1 Rasa ingin tahu (curiosity)
2 Ketelitian dan kehati-hatiandalam
melakukan percobaan
3 Ketekunan dan tanggungjawab dalam belajar
dan bekerja baik secara individu maupun
berkelompok
4 Keterampilan berkomunikasi pada saat
belajar

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 29


Penilaian Pengetahuan
Tes Tertulis
Di dalam pembelajaran IPA soal tes sebaiknya menerapkan Literasi sains. Literasi
sains merupakan unsur kecakapan hidup yang harus menjadi hasil kunci ( key
outcome) pendidikan anak hingga berusia 15 tahun ( Nuryani. 2004). Oleh karena
itu Literasi sains merupakan salah satu domain dalam PISA (Programme for
International Student Assessment). Disertakan literasi sains dalam PISA mengingat
pentingnya kemampuan ini untuk hidup di masa depan baik sebagai individu
maupun sbagai anggota masyarakat. Tes tertulis pada penilaian autentik dapat
berupa tes berbentuk uraian atau pilihan ganda seperti contoh pada PISA yang
umumnya meminta siswa menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi atau
HOTS.

Contoh Soal HOTS pada pembelajaran IPA adalah sebagai berikut:

Materi : Sifat Perambatan Bunyi

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 30


Indikator soal : Peserta didik dapat menganalisis sifat-sifat bunyi merambat
Ranah kognitif : Analisis (C4)
Soal :
Apakah bunyi yang dihasilkan dari setiap media sama? Mengapa?

Penilaian Keterampilan
Melakukan percobaan
Percobaan IPA dinilai menggunakan rubrik.
Perlu
Sangat Baik Baik Cukup
Kriteria Pendampingan
(4) (3) (2)
(1)
Penerapan Memperlihatkan Memperlihatkan Memperlihatkan Perlu
Konsep pemahaman pemahaman pemahaman bimbingan saat
konsep dengan konsep dengan konsep dengan menyampaikan
menunjukkan menunjukkan menunjukkan bukti dan
bukti bukti bukti yang pemahaman
pendukung dan pendukung terbatas dan inti
menyampaikan namun perlu penyampaian dari konsep
pemahaman inti bantuan saat pemahaman inti yang
dari konsep menyampaikan dari konsep dipelajari.
yang pemahaman inti tidak
sedang dari konsep jelas.
dipelajari yang
dengan benar. yang sedang
dipelajari
Komunikasi Hasil percobaan Hasil percobaan Hasil percobaan Hasil
disampaikan disampaikan disampaikan percobaan
dengan jelas, dengan jelas dengan jelas, disampaikan
obyektif dengan dan didukung namun hanya dengan kurang
didukung data sebagian data didukung jelas dan tanpa
penunjang. penunjang. sebagian kecil data
data penunjang. penunjang.
Prosedur Seluruh data Seluruh data Sebagian besar Sebagian kecil
dan dicatat, langkah dicatat, langkah data dicatat, data dicatat,
Strategi kegiatan kegiatan langkah langkah
dilakukan dilakukan kegiatan kegiatan
secara secara dan strategi tidak
sistematis dan sistematis, dilakukan sistematis
strategi yang namun masih secara dan strategi
digunakan membutuhkan sistematis yang dipilih
membuat bimbingan setelah tidak
percobaan dalam mendapat tepat.
berhasil. menemukan bantuan guru.
strategi agar
percobaan
berhasil.

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 31


Laporan hasil percobaan tentang sifat-sifat bunyi merambat dinilai
menggunakan rubrik.
Perlu
Sangat Baik Baik Cukup
Kriteria Pendampingan
(4) (3) (2)
(1)
Sifat-sifat Menjelaskan Menjelaskan Menjelaskan Belum dapat
bunyi semua sifat sebagian besar sebagian kecil menjelaskan
Merambat bunyi sifat bunyi sifat bunyi sifat-sifat bunyi
merambat merambat merambat merambat.
berdasarkan berdasarkan berdasarkan
hasil hasil hasil
percobaan percobaan percobaan
dengan benar. dengan benar. dengan benar.

Laporan Menyajikan Menyajikan Menyajikan Belum dapat


pengamatan laporan laporan laporan menyajikan
tentang sifat pengamatan pengamatan pengamatan laporan
bunyi tentang sifat tentang tentang pengamatan
merambat bunyi sebagian sebagian tentang sifat
merambat besar sifat kecil sifat bunyi merambat
berdasarkan bunyi bunyi berdasarkan
hasil merambat merambat hasil
percobaan berdasarkan berdasarkan percobaan.
dengan hasil hasil
sistematis. percobaan percobaan
cukup kurang
sistematis. sistematis.

Sikap Rasa Tampak Tampak cukup Tampak Tidak tampak


Ingin antusias antusias dan kurang antusias
Tahu dan dan terkadang antusias dan perlu
Berfikir mengajukan mengajukan dan tidak dimotivasi
Kritis banyak ide dan ide mengajukan untuk
pertanyaan dan pertanyaan ide mengajukan ide
selama selama dan pertanyaan dan pertanyaan.
kegiatan. kegiatan. selama
kegiatan.

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 32


BAB III
PENUTUP

Penilaian autentik adalah jenis penilaian yang mengarahkan peserta didik


untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk
menguasai permasalahan dan situasi yang dijumpai dalam dunia nyata. Kompetensi
tersebut merupakan kombinasi dari keterampilan yang dilandasi oleh pengetahuan
dan dilaksanakan dengan sikap yang sesuai. Seseorang belum dapat dikatakan
kompeten jika sikapnya dalam mendemonstrasikan keterampilan tidak sesuai
dengan yang seharusnya.
Pada Kurikulum 2013, aspek yang dinilai tergantung pada Standar Kompetensi
Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar (KD). SKL mencakup aspek
sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), dan keterampilan (skills).

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 33


DAFTAR PUSTAKA

Kemendikbud. 2016. Panduan Penilaian Untuk SD. Jakarta: Kemendikbud


Mueller, J. 2008. Authentic Assesment Toolkit. Diakses pada
http://jonathan.mueller.faculty.noctrl.edu/toolbox/index.htm
Sani, Ridwan Abdullah. Penilaian Autentik, 2016. Jakarta: Bumi Aksara
Stiggins, R. J. 1987. The Design and Development of Performance
Assessments. Educational Measurement: Issues and Practice, 6, 33-42
Wiggins, G. P. 1993. Assessing Student Performance. San Fransisco:
Jossey-Bass Publishers
Wiggins, G. P. 1998. Educative Assessment to Inform and Improve Student
Performance. San Fransisco: Jossey-Bass Publishers
https://www.slideshare.net/zulmen72/contoh-penerapan-penilaianautentik-
dalampembelajaran-ipa, diakses pada 2 Mei 2019
https://www.academia.edu/31887172/ANALISIS_PENILAIAN_DENGAN_KKO_BL
OOM_REVISI, diakses pada 2 Mei 2019
https://id.wikipedia.org/wiki/Penilaian_autentik, diakses pada 3 Mei 2019

Penilaian Autentik oleh Kelompok II Kelas E | 34

Anda mungkin juga menyukai