Anda di halaman 1dari 13

D1

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

RESPIRASI

Pelaksanaan Praktikum : Rabu, 13 April 2016

Disusun Oleh :

Ahmad Dary Alymahdy 081411431053


Jarwati 081411431050
Shifa Fauziyah 081411431051
Novi Prettysia 081411431054

Dosen Asistensi :

Dr. Junairiah

PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2016
I. TUJUAN
Membuktikan bahwa respirasi menghasilkan CO2
II. DASAR TEORI

Tumbuhan terutama tumbuhan tingkat tinggi, untuk memperoleh makanan sebagai


kebutuhan pokoknya agar tetap bertahan hidup, tumbuhan tersebut harus melakukan suatu
proses yang dinamakan proses sintesis karbohidrat yang terjadi di bagian daun satu tumbuhan
yang memiliki klorofil, dengan menggunakan cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan
sumber energi yang diperlukan tumbuhan untuk proses tersebut. Tanpa adanya cahaya
matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan proses fotosintesis, hal ini disebabkan
kloropil yang berada di dalam daun tidak dapat menggunakan cahaya matahari karena
kloropil hanya akan berfungsi bila ada cahaya matahari (Dwidjoseputro, 1986).
Fotosintesis juga terjadi proses metabolisme lain yang disebut respirasi. Respirasi
merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi senyawa
anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan
berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan
dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen
tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol,
asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi (Lovelles, 1997).
Bahan organik yang dioksidasi adalah glukosa (C6H12O6) maka persamaan reaksi dapat
dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6 O2 6 CO2 + 6H2O + Energi
Tergantung pada bahan yang digunakan, maka jumlah mol CO2 yang dilepaskan dan jumlah mol
O2 yang diperlukan tidak selalu sama. Diketahui nilai RQ untuk karbohidrat = 1, protein < 1 (=
0,8 – 0,9), lemak <1 (= 0,7) dan asam organik > 1 (1,33). Nilai RQ ini tergantung pada bahan
atau subtrat untuk respirasi dan sempuran tidaknya proses respirasi dan kondisi lainnya
(Krisdianto dkk, 2005).
Ditinjau dari kebutuhannya akan oksigen, respirasi dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu :
A. Respirasi Aerobik (aerob)
Respirasi aerob yaitu respirasi yang menggunakan oksigen oksigen bebas untuk
mendapatkan energi. Persamaan reaksi proses respirasi aerob secara sederhana dapat
dituliskan:
C6H12O6 + 6H2O ---> 6H2O + 6CO2 + 675 kal
Dalam kenyataan reaksi yang terjadi tidak sesederhana itu. Banyak tahapan yang terjadi dari
awal hingga terbentuknya energi. Reaksi-reaksi itu dapat dibedakan menjadi 3 tahapan yaitu
glikolosis, siklus krebs dan transport elektron (syamsuri, 1980).

B. Respirasi Anaerobik (Anaerob)


Respirasi anaerobik adalah reaksi pemecahan karbohidrat untuk mendapatkan
energi tanpa menggunakan oksigen. Respirasi anaerobik menggunakan senyawa tertentu
misalnya asam fosfoenol piruvat atau asetal dehida, sehingga pengikat hidrogen dan
membentuk asam laktat atau alcohol. Respirasi anaerobik terjadi pada jaringan yang
kekurangan oksigen, akan tumbuhan yang terendam air, biji – biji yang kulit tebal yang sulit
ditembus oksigen, sel – sel ragi dan bakteri anaerobik. Bahan baku respirasi anaerobik pada
peragian adalah glukosa. Selain glukosa, bahan baku seperti fruktosa, galaktosa dan malosa
juga dapat diubah menjadi alkohol. Hasil akhirnya adalah alcohol, karbon dioksida dan
energi. Glukosa tidak terurai lengkap menjadi air dan karbondioksida, energi yang dihasilkan
lebih kecil dibandingkan respirasi aerobik. Reaksinya :
ragi
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 ∆G⁰= 21Kal
Dari persamaan reaksi tersebut terlihat bahwa oksigen tidak diperlukan. Bahkan bakteri
anaerobik seperti klostidrium tetani (penyebab tetanus) tidak dapat hidup jika berhubungan
dengan udara bebas. Infeksi tetanus dapat terjadi jika luka tertutup sehingga member
kemungkinan bakteri tambah subur (Syamsuri, 1980).

III. ALAT DAN BAHAN


ALAT :
a. 2 botol kaca
b. Kain kasa
c. Pencatat waktu
d. Timbangan

BAHAN :

a. Kecambah kacang hijau


b. Air kapur
c. Tali

IV. PROSEDUR
a. 2 botol kaca diisi dengan air kapur sebanyak kurang lebih setengah volume
botol. Masing-masing botol diberi label.
b. Botol tersebut dibiarkan beberapa saat agar kapur mengendap di dasar botol
dan tidak terlarut. Apabila terlihat endapan dan larutan bagian atas tampak
bening maka percobaan siap dimulai.
c. Kecambah kacang hijau ditimbang terlebih dahulu sebanyak 20 gram,
kemudian dibungkus dengan kain kasa.
d. Bungkusan kecambah tersebut di masukkan ke dalam botol pertama yang telah
diisi air kapur dengan posisi digantung dengan menggunakan tali, sedangkan
botol ke-2 tanpa kecambah.
e. Kedua botol disimpan dalam tempat gelap selama 1 jam.
f. Setelah satu jam disimpan dalam tempat gelap, kedua botol diambil dan
diamati perubahan yang terjadi pada larutan air kapur dan kecambah.

B. Perubahan suhu akibat aktivitas respirasi tumbuhan


1) Siapka 5 tabung reaksi, beri tanda I,II dan III, IV, V pada masing-masing
tabung tersebut dengan menggunakan spidol atau kertas label
2) Pada masing-masing tabung tersebut diberikan kondisi sebagai berikut
I. Tabung reaksi kosong (kontrol)
II. Tabung reaksi diisi kecambah kacang hijau ± ¼ tabung
III. Tabung reaksi diisi kecambah kacang hijau ± ½ tabung
IV. Tabung reaksi diisi kecambah kacang hijau ± ¾ tabung
V. Tabung reaksi diisi kecambah kacang hijau 1 tabung penuh
3) Letakkan tabung-tabung reaksi tersebut pada rak dan pada masing-masing
tabung disisipkan thermometer. Lalu tutup mulut tabung dengan kertas
alumunium atau kapas dan masih menyisakan sebagian thermometer di luar
tabung
4) Biarkan selama 120 menit, lalu amati perubahan suhu yang terjadi dengan
kisaran 15 menit selama 2 jam. Catat suhunya dan gambarkan dalam grafik
hubunga antara jumlah kecambah, waktu dan suhu.
V. HASIL PENGAMATAN

Kisaran Waktu (menit)


Tabung
0 15 30 45 60
I 28oC 29 oC 29 oC 29 oC 29 oC
II 28 oC 30 oC 30 oC 30 oC 30 oC
III 28 oC 30 oC 31 oC 31 oC 31 oC
IV 28 oC 29 oC 30 oC 30 oC 30 oC
V 28 oC 29 oC 29 oC 29 oC 30 oC

Tabel 1. Tabel Perubahan Suhu (oC) terhadap kisaran waktu (menit)


respirasi kecambah

Tabel Perubahan Suhu terhadap kisaran waktu


respirasi kecambah
32
31
31 Tabung I
30
Tabung II
30
Tabung III
29
Tabung IV
29
Tabung V
28
28
0 15 30 45 60 75

VI. PEMBAHASAN
A. Respirasi aerob

Pada percobaan ini untuk membuktikan bahwa respirasi menghasilkan CO2


digunakan 2 botol yang masing-masing diisi dengan air dan kapur dengan volume
yang sama. Kapur berfungsi sebagai indikator terjadinya respirasi pada tumbuhan
dengan keluarnya gas CO2. Selanjutnya kecambah dibungkus dengan kasa lalu
dipasang diatas permukaan air kapur pada salah satu botol. Sedangkan botol
yang lain tanpa diberi kecambah. Digunakan kecambah kacang hijau karena bahan
tersebut sedang dalam tahap pertumbuhan sehingga aktivitas respirasi seluler
sangat tinggi. Kecambah kacang hijau dibungkus kasa agar dapat menutup mulut
tabung reaksi dan tetap dapat memperoleh O2 dari lingkungan melaui pori-pori
kasa. Kemudian masing-masing mulut botol ditutup dengan alumunium foil dan
dibiarkan di tempat gelap selama 1 jam .
Pada botol yang kosong tidak terjadi proses respirasi sehingga air pada botol
tampak lebih jernih hal ini dikarenakan kapur mengendap didasar air. Sedangkan
pada botol yang berisi dengan kecambah air pada botol tampak lebih keruh. Hal
ini disebabkan karena pada botol yang berisi kecambah mengalami proses
respirasi, yaitu menghasilkan karbon dioksida. Gas karbondioksida ini kemudian
dilepaskan dalam udara bebas yang ada dalam botol, selanjutnya gas karbon ini
akan bersiklus didalam botol bergerak menempati ruangan-ruangan dalam botol.
Dalam pergerakan ini menghasilkan efek terjadinya goncangan pada molekul-
molekul air akibat adanya tumbukan dengan gas karbon sehingga mengakibatkan
kapur dalam botol juga ikut bergerak. Yang tadinya mengendap akibat pengaruh
pergerakan ini kapur akan larut dalam air sehingga air menjadi lebih keruh.
Semakin lama maka kadar gas karbondioksida akan semakin tinggi sehingga
kekeruhan air pun akan semakin meningkat. Air kapur (Ca(OH)2) sebagai
indikator adanya molekul CO2 hasil respirasi. Persamaan reaksinya adalah :
Ca(OH)2 (aq) + 2CO2(g) è Ca(CO3)2 (s) + H2O(l)

Menurut Sasmitadiharja (1990) laju respirasi meningkat cepat hingga


mencapai puncak selama perkecambahan, kemudian menurun ketelah mencapai
usia matang (dewasa). Kecepatan laju respirasi selama tahun pertama
pertumbuhan dapat diduga berhubungan dengan kepentingan sintesis pembelahan
dan perkembangan sel dengan cepat. Umur tumbuhan yang mendekati dewasa
(maturity) mengalami penurunan pertumbuhan sehingga ativitas metabolisme
menurun.
Pada praktikum perubahan suhu akibat respirasi yaitu menggunakan 5 botol
tabung, yang dimana setiap tabung nya masing-masing diberi kondisi yang
berbeda, yaitu pada tabung I dibiarkan kosong karena sebagai kontrol, tabung II
diisi dengan kecambah kacang hijau sebanyaj 1/4 tabung, tabung III diisi dengan
kecambah kacamg hijau 1/2 tabung, tabung IV diisi dengan kecambah kacamg
hijau 3/4 tabung, dan tabung ke V diisi dengan kecambah kacang hijau 1tabung
penuh. Setelah itu pada setiap tabung diberi termometer untuk mengetahui suhu
nya, dan bagian mulut tabung di tutup dengan aluminium foil sehingga tidak ada
udara. Kemudian dilakukan pengamatan setiap 15 menit hingga 60 menit (1 jam).
Pada menit ke 0 tabung I hingga tabung V memiliki suhu yang sama yaitu 28°C.
Setelah
Hasil percobaan menunjukkan bahwa pada tabung reaksi no I suhunya tidak
mengalami perubahan apapun, hal ini dikarenakan pada tabung reaksi ini tidak
terjadi respirasi sehingga tidak menghasilkan panas yang berpengaruh ke
lingkungan. Sedangkan pada tabung reaksi no II, III, IV dan V terjadi perubahan
suhu yang ditunjukkan oleh thermometer hal ini dikarenakan pada tabung reaksi
yang berisi kecambah kacang hijau terjadi proses respirasi yang menghasilkan
panas, dimana panas tersebut di lepas ke lingkungan. Namun pada tabung
memiliki perbedaan suhu dimana suhu pada tabung reaksi no III (berisi kcambah
1/2 tabung) lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tabung reaksi yang lain, yaitu
31°c. Padahal semestinya suhu yang paling tinggi terdapat pada tabung V (berisi
kecambah 1 tabung). Hal ini dikarenakan banyaknya individu yang malakukan
respirasi berpengaruh terhadap hasil respirasi. Pada tabung yang berisi penuh
dengan kecambah hasil respirasinya semakin tinggi sehingga panas yang
dihasilkan dan dilepas pada lingkungan sangat tinggi pula.
Perbedaan dengan hasil praktikum ini karena beberapa faktor, misal nya
aluminuim foil yang di letakkan di mulut tabung sebagai penutup, tidak rapat
sehingga energi panas yang di hasilkan bisa keluar. Sehingga hasil pengamatan
yang di dapat dalam kelompok ini tidak sesuai. Kemudian semakin lama waktu
nya maka suhu akan semakin naik karena energi yang di hasilkan semakin banyak
pula.
VII. DISKUSI DAN KESIMPULAN
1. Mengapa proses respirasi dapat mempengaruhi keadaan suhu
lingkungan ?
Proses respirasi menghasilkan CO2 dan H2O. Respirasi merupakan
contoh proses pembongkaran (katabolisme) atau pembakaran zat sumber
energi di dalam sel-sel tubuh untuk memperoleh energi. Zat makanan sumber
tenaga yang paling utama adalah karbohidrat. Pembakaran membutuhkan
oksigen (O2) dan terjadi di dalam setiap sel yang hidup. Energi yang
diperoleh berupa energi kimia (ATP) yang digunakan untuk berbagai aktivitas
fisiologi dalam tubuh. Di samping itu, pembakaran menghasilkan pula zat sisa
berupa gas asam arang (CO2) dan air. Tumbuhan juga menyerap O2 untuk
pernafasannya, umumnya diserap melalui daun (stomata). Bila dalam
keadaan anaerob atau kurang oksigen, jaringan melakukan respirasi secara
anaerob. Pada respirasi aerob, terjadi pembakaran (oksidasi) zat gula
(glukosa) secara sempurna, sehingga menghasilkan energi jauh lebih besar (36
ATP) daripada respirasi anaerob (2 ATP saja). ATP ini yang akan digunakan
tumbuhan untuk aktivitas dan tumbuh yang menghasilkan panas. Juga hasil
respirasi adalah H2O yang menyebabkan suhu sekitar tumbuhan menjadi sejuk
pada siang hari.
2. Bagaimana mekanisme produk panas dari hasil respirasi ?
Proses respirasi terjadi melalui persamaan reaksi sebagai berikut :
C6H12O6 + 6O2 ----- 6CO2 + 6H2O ∆G° = 686 kkal
1 grammol glukosa dioksidasi oleh 6 grammol oksigen menghasilkan 6
grammol karbondioksida dan 6 grammol air. Sedangkan energi yang dilepas
adalah sebesar 686 kkal. Respirasi aerob merupakan respirasi yang
menggunakan oksigen bebas untuk mendapatkan energi.
Pada kenyataannya respirasi tidak terjadi begitu saja. Banyak tahapan yang
terjadi dari awal hingga terbentuknya energy ATP. Reaksi-reaksi itu dapat
dibedakan menjadi 3 tahapan yaitu glikolosis, siklus krebs dan transport
elektron.
3. Mengapa kecambah yang digunakan pada tiap tabung berbeda
jumlahnya? Apakah hal ini mempengaruhi hasil data
pengamatan?
Jumlah kecambah akan menentukan besarnya aktivitas respirasi. Hal
ini disebabkan karena masing – masing kecambah mengalami respirasi
sehingga akumulasi dari hasil respirasi tersebut akan menghasilkan panas
dengan suhu yang berbeda-beda. Semakin banyak kecambah maka semakin
banyak pula energi panas yang dikeluarkan oleh kecambah. Jelas hal ini akan
mempengaruhi data hasil pengamatan dengan perubahan suhu yang semakin
meningkat.
4. Apakah fungsi kertas aluminium atau kapas berkaitan dengan
perubahan suhu dalam percobaan ini?
Kertas aluminium atau kapas berfungsi sebagai penutup tabung reaksi
dan gelas untuk menjaga kestabilan suhu yang dihasilkan dalam peristiwa
respirasi. Penutupan gelas dan tabung oleh alumunium foil akan
mempertahankan gas yang dihasilkan dalam respirasi sehingga tidak terbuang
keluar. Selain itu, juga melindungi agar bahan tidak terkontaminasi benda luar.
KESIMPULAN
1. Respirasi menghasilkan CO2 yang ditandai dengan
keruhnya air kapur tersebut karena pergerakan molekul-
molekul
2. Semakin banyak jumlah organisme, maka aktivitas
respirasi semakin meningkat, sehingga suhu lingkungan
juga meningkat

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Champbell, N.A,dkk. 2002. Biologi. Edisi lima Jilid satu. Erlangga: Jakarta

Sasmitahardja, D. 1990. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit ITB Bandung:


Bandung
IX. LAMPIRAN

No. Gambar Keterangan


1 Botol berisi kecambah dan larutan
air kapur

2 Botol yang hanya berisi larutan air


kapur

3 Kedua botol diletakan di ruang gelap


(loker)

4 Botol setelah ± 1 jam di ruang gelap


5 Mengukur suhu tabung reaksi
kosong

6 Mengukur suhu kecambah dengan


volume ¼ botol

7 Mengukur suhu kecambah dengan


volume ½ botol

8 Mengukur suhu kecambah dengan


volume ¾ botol
9 Mengukur suhu kecambah dengan
volume 1 botol penuh

Anda mungkin juga menyukai