Anda di halaman 1dari 6

RESPIRASI AEROB PADA KECAMBAH

Syifa Aulia Gunadi, Pinta Pasaribu, Reni Indrayanti*, Adisyahputra


Program Studi Biologi. FMIPA UNJ. Jl. Rawamangun Muka Jakarta Timur
Corresponding author: *rindrayantii@unj.co.id

ABSTRAK

Respirasi merupakan proses terjadinya pertukaran reaksi kimia antara organisme dengan
lingkungannya. Respirasi pada tumbuhan dilakukan pada stomata, lentisel dan ruang antar sel.
Respirasi dibagi menjadi 2 macam antaralain, respirasi aerob dimana pada prosesnya memerlukan
bantuan oksigen untuk menguraikan gula dan respirasi anaerob tidak memerlukan bantuan
oksigen. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan secara kualitatif respirasi aerob yang terjadi
pada kecambah kacang hijau dengan mengamati banyaknya uap air yang dihasilkan saat proses
terjadinya respirasi. Percobaan dilakukan dengan memasukan kacang hijau kedalam mangkuk
plastic bertutup. Yang diberikan empat perlakukan berbeda yaitu, tidak direndam, direndam 8jam,
direndam 12jam dan direndam 24jam. Hasil praktikum menunjukan bahwa kecambah yang diberi
perlakuan direndam selama 24jam lebih banyak menghasilkan uap air dibandinkan dengan
perlakukan lain. Hal ini menunjukan bahwa lamanya perendaman pada kacang hijau berpengaruh
terhadap terjadinya proses respirasi karena kecambah melakukan respirasi dengan menyerap
oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.

Kata Kunci : Respirasi, kecambah, Aerob, Uap air

PENDAHULUAN

Respirasi merupakan proses terjadinya pertukaran reaksi kimia antara organisme dengan
lingkungannya. Makhluk hidup melakukan proses respirasi, terutama pada tumbuhan untuk
mengambil oksigen yang berasal dari udara kemudian membuangnya kembali dalam bentuk
karbondioksida. Proses respirasi yaitu proses terjadinya penguraian gula dan pelepasan energi dari
sel tumbuhan. Respirasi pada tumbuhan dilakukan pada stomata, lentisel dan ruang antar sel.
Respirasi dibagi menjadi 2 macam antaralain, respirasi aerob dimana pada prosesnya memerlukan
bantuan oksigen untuk menguraikan gula dan respirasi anaerob tidak memerlukan bantuan oksigen
(Nelistya., 2009).

Material yang digunakan untuk proses respirasi yaitu pati (C6H12O6) dan oksigen (O2).
Proses respirasi mendapatkan hasil berupa 6 molekul karbondioksida (6CO2) dan 6 molekul air
(6H2O). Proses pelepasan energi selama respirasi terjadi secara terkonstan, yaitu sedikit demi
sedikit, dan energi yang dihasilkan tidak dikeluarkan secara langsung, melainkan dalam bentuk
ATP yang kemudian akan digunakan untuk proses metabolisme sel. Proses respirasi aerob
dibedakan menjadi 3 tahap yaitu, glikolisis, siklus asam trikarboksilat (TCA), dan fosfolirasi
oksidatif (OXPHOS) (Toro, 2015).

Respirasi pada Glukosa, reaksi sederhananya:

C6H206 + 6 02 —> 6 H2O + 6 CO2 + Energi

Reaksi pembongkaran glukosa sampai menjadi H20 + CO2 + Energi, melalui tiga tahap: 1.
Glikolisis.2. Daur Krebs.3. Transpor elektron respirasi (Burhan, 1997).

Menurut Berney (2014), bakteri Mikrobakterium smegmatis dapat membatu proses


respirasi yang terjadi antara respirasi aerob dan anaerob. Pada prosesnya Bakteri Mikrobakterium
tersebut dapat berpindah antara siklus aerob dan siklus anaerob. Mikrobakterium smegmatis dalam
siklus hidupnya sangat bergantung pada oksigen, tetapi ia juga mampu mengadopsi hydrogen saat
tumbuhan kekurangan oksigen atau minim oksigen. Peristiwa ini sesuai dengan proses siklus
oksidasi pada respirasi aerob, yaitu terjadinya pelepasan hydrogen dari senyawa gula heksosa, dan
dalam peristiwa siklus oksidasi dimana terjadi penerimaan hydrogen dalam bentuk molekul air
oleh oksigen. Hasil yang didapatkan dari peristiwa oksidasi berupa perombakan ikatan karbon
yang mengakibatkan terbentuknya molekul-molekul karbon yang lebih kecil dan penguraian
hingga terbentuknya karbondioksida.

Menurut Haryanti (2015), Untuk melakukan aktifitas respirasi pada proses respirasi aerob
memerlukan cukup oksigen, jika tanaman yang diletakan pada tempat yang kekurangan oksigen
maka proses respirasi akan lambat atau tehambat sehingga terjadi keterlambatan dalam kinerja
enzim dalam perombakan karbohidrat menjadi ATP. Keterlambatan pembentukan ATP dapat
mengakibatkan keterlambatan pada beberapa proses yaitu seperti pengeluaran panas, sintesis
senyawa baru, dan pegambilan ion-ion dalam tanah. Respirasi aerob dan fotosintesis dibuktikan
dengan adanya penggenangan sebagai salah satu strategi untuk penghindaran (escape strategy)
untuk membantu dalam kebutuhan oksigen dan karbodioksida. Saat tanaman mengalami hipoksia,
maka akar adventif akan terbentuk sebagai upaya untuk mencari tekanan oksigen yang tinggi. akar
adventif akan mengurangi pengaruh buruk yang diakibatkan oleh genangan dengan memperluas
area perakaran di udara dan meningkatkan respirasi aerob serta mengoksidasi rizosfer.

Adapaun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan secara kualitatif respirasi
aerob yang terjadi pada kecambah

METODE

Tempat dan Waktu

Percobaan dilakukan pada tanggal 25 November 2020 di Perumahan Mutiara Bogor Raya
Blo G2 no 15, Kelrahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan untuk percobaan ini antara lain: Mangkuk plastic dengan tutup,
label. Bahan-bahan yang digunakan antara lain: air dan Kacang hijau.

Pelaksanaan Percobaan

Langkah pertama menyiapkan kacang hijau terlebih dahulu, lalu dilakukan empat
perlakukan berbeda, yaitu pertama kacang hijau langsung dimasukan terlebih dahulu kedalam
mangkuk tanpa diberi perlakuan dicuci tanpa direndam lalu mangkuk ditutup, kedua kacang hijau
terlebih dahulu dicuci dan direndam selama 8 jam kemudian dimasukan kedalam mangkuk
bertutup, ketiga kacang hijau dicuci dan direndam selama 12 jam kemudian dimasukan kedalam
mangkuk bertutup, keempat kacang hijau dicuci dan direndam selama 24 jam kemudian dimasukan
kedalam mangkuk bertutup.

Diamati uap air yang terbentuk 24 jam setelah gelas ditutup secara kualitatif (1 = tidak ada
uap air, 2 = uap air sedikit, 3 = uap air sedang, 4 = uap air banyak, 5 = uap air sangat banyak).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Pengaruh Jenis Perlakuan terhadap respirasi pada tumbuhan

Jenis
Gambar Nilai Uap Air
Perlakuan

(P1) Tidak 1 = Tidak terdapat


direndam uap air

(P2) Direndam
2 = Uap air sedikit
8 Jam

(P3) Direndam
3 = Uap air sedang
12 Jam

(P4) Direndam 5 = Uap air sangat


24 Jam banyak

Berdasarkan hasil pengamatan pada (Tabel 1) yang dilakukan, menghasilkan hasil yang
berbeda pada setiap perlakukan. Pada percobaan ini diberikan empat perlakukan pada kacang hijau
yang pertama pertama kacang hijau langsung dimasukan terlebih dahulu kedalam mangkuk tanpa
diberi perlakuan dicuci tanpa direndam lalu mangkuk ditutup, kedua kacang hijau terlebih dahulu
dicuci dan direndam selama 8 jam kemudian dimasukan kedalam mangkuk bertutup, ketiga kacang
hijau dicuci dan direndam selama 12 jam kemudian dimasukan kedalam mangkuk bertutup,
keempat kacang hijau dicuci dan direndam selama 24 jam kemudian dimasukan kedalam mangkuk
bertutup.

Dilihat dari tabel 1 pengamatan yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa pada pengamatan
P1 yaitu pada kacang hijau yang tidak direndam memiliki nilai 1 yang artinya tidak terdapat uap
air. Pada P2 direndam 8 jam memiliki nilai 2 yaitu terdapat sedikit uap air. Pada P3 direndam 12
jam memiliki nilai 3 yaitu terdapat uap air sedang. Dan pada P4 direndam 24jam memiliki nilai 5
yaitu terdapat banyak uap air. Hal tersebut lamanya perendaman mempengaruhi proses terjadinya
respirasi. Pada P1 tidak terdapat uap air yang artinya tidak mengalami proses respirasi. Karena
kecambah melakukan respirasi dengan menyerap oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.
Sesuai dengan teori yaitu, hasil yang didapatkan dari Proses respirasi meliputi energi, air,
karbondioksida, dan elektron. Apabila proses respirasi meningkat maka pengambilan oksigen yang
diperlukan juga akan meningkat pula dan pengeluaran karbondioksida serta energi, air yang berupa
panas (Chaidir dan Ahmad, 2015). Uap air yang dihasilkan karena terjadinya proses respirasi.

Proses Respirasi pada tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor antaralain adalah
ketersediaan substrat, suhu, oksigen, jenis dan umur tanaman. Respirasi sendiri merupakan
perubahan atau perombakan energi kimia dalam bentuk karbohidrat dan digunakan untuk
menjalankan proses-proses metabolisme. Tahapan proses respirasi tanaman yaitu pertama
glikolisis dimana tahap awal proses respirasi tumbuhan ditandai dengan terjadinya perombakan
glukosa menjadi asam piruvat. Selanjutnya yaitu tahap siklus krebs dimana terjadi perombakan
asam piruvat menjadi karbondioksida. Kemudian masuk ke tahap transfer energi atau disebut juga
fosforilasi oksidatif, yaitu terjadi transfer elektron dan juga hidrogen yang akan membentuk
molekul air (Sari dan Ratna, 2015).
KESIMPULAN

Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa respirasi pada
kecambah dapat dipengaruhi oleh lamanya perendaman karena kecambah lebih lama direndam
mengalami penggenangan, sehingga proses respirasi yang dibutuhkan semakin tinggi. Uap air
yang dihasilkan dari proses respirasi merupakan karbondioksida yang dikeluarkan. Laju respirasi
tertinggi berdasarkan data kualitatif yaitu pada kecambah yang diberikan perendaman selama
24jam. Hal ini membuktikan bahwa laju respirasi dipengaruhi oleh ketersedian substrat dan
ketersediaan oksigen.

DAFTAR PUSTAKA

Berney,M., C. Greening, and R. Conrad. 2014. An Obligately Aerobic Soil Bacterium Activates
Fermentative Hydrogen Production To Survive Reductive Stress During Hypoxia.
111(31): 1-6.

Burhan, walyati dkk. 1997. Buku Ajar Fisiologi Tumbuhan. DEPDIKBUD. Universitas Andalas :
Padang

Chaidir, L., A. Taofik. 2015. Eksplorasi, Identifikasi, dan Perbanyakan Tanaman Ciplukan
(Physalis angulata L.) dengan Menggunakan Metode Generatif dan Vegetatif. Edisi, 9(1):
82-103.

Haryanti, S., dan R. Budihastuti. 2015. Morfoanatomi, Berat Basah Kotiledon dan Ketebalan
Daun Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus vulgaris L.) pada Naungan yang Berbeda.
Anatomi dan Fisiolpgi. 23(1): 1-10

Nelistya, N. 2009. Mengenal Bagian-Bagian Tumbuhan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sari, Y. P., R. Kusuma. 2015. Modifikasi Konsentrasi pada Media Padat dan Cair untuk
Pertumbuhan Kalus Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia tuberose JACK.) Secara
Invitro. Ilmiah Ilmu Biologi, 1(1): 9-13.

Toro, G and M. Pinto. 2015. Plant Respiration Under Low Oxygen. Agriculture Research. 75 (1):
1-14.

Anda mungkin juga menyukai