Drosophila melanogaster biasa disebut lalat buah adalah jenis hewan insekta yang
memiliki ciri yang cukup unik. Hewan ini berukuran kecil sehingga agak sulit diamati dengan
menggunakan mata telanjang dan sangat mudah didapatkan pada sekeliling kita khususnya
pada buah-buahan yang sudah masak. Kebanyakan ahli menggunakan hewan ini sebagai
objek penelitian khususnya bidang genetika dan kedokteran. disamping mudah diperoleh,
lalat buah (Drosophila melanogaster) memiliki keistimewaan lain yaitu memiliki banyak
jenis, jumlah kromosmnya sedikit serta daur hidupnya singkat. Pada lalat buah (Drosophila
melanogaster), antara lalat jantan dan lalat betina terdapat perbedaan berupa ukuran tubuh
dan jumlah garis hitam pada abdomennya. Lalat jantan berukuran lebih kecil dari hewan
betina dan juga terdapat sebuah sisir kelamin pada ekstremitas anteriornya (Agus dan
Sjafaraenan, 2016).
Orang yang pertama yang menggunakan Lalat buah sebagai objek penelitian
Genetika adalah Thomas Hunt Morgan yang berhasil menemukan penemuan pautan seks.
Spesies lalat buah, Drosophila melanogaster, sejenis serangga biasa yang umumnya tidak
berbahaya yang merupakan pemakan jamur yang tumbuh pada buah. Lalat buah adalah
serangga yang mudah berkembang biak. Dari satu perkawinan saja dapat dihasilkan ratusan
keturunan, dan generasi yang baru dapat dikembangbiakkan setiap dua minggu. Karakteristik
ini menjadikan lalat buah menjadi organisme yang cocok sekali untuk kajian-kajian genetik
(Yatim, 1983).
Dalam melakukan praktikum genetika, kita semakin banyak menggunakan
Drosophila sebagai dahan pemodelan genetika. Siklus hidup dari Drosophila sangat penting
untuk diketahui karena denngan kita mengetahuinya kita dapat memberikan perlakuan yang
sesuai dalam perawatannya.selain itu, kita dapat mengetahui kondisi yang tepatbagi masing-
masing fase. Berdasarkan hal tersebut, sehingga praktikum ini dilakukan untuk bagaimana
cara pembuatan medium lalat buah, dan dapat mengetahui perbedaan antara jantan dan betina
serta siklus hidup dari Drosophila melanogaster (Agus dan Sjafaraenan, 2013).
Drosophila melanogaster, sejenis serangga biasa yang umumnya tidak berbahaya dan
merupakan pemakan jamur yang tumbuh pada buah. Lalat buah adalah serangga yang mudah
berkembangbiak. Dari satu perkawinan saja dapat dihasilkan ratusan keturunan, dan generasi
yang baru dapat dikembangkan setiap dua minggu. Karasteristik ini menunjukkan lalat buah
organisme yang cocok sekali untuk kajian-kajian genetik (Campbell, 2008).
Klasifikasi dari lalat buah (Drosophila melanogaster) (Aini, 2008):
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Sub ordo : Cyclorrhapha
Familia : Drosophilidae
Genus : Drosophila
Species : Drosophila melanogaster
Lalat buah memiliki sifat dimorfisme. Tubuh lalat buah jantan lebih kecil
dibandingkan betina dengan tanda-tanda secara makroskopis adanya warna gelap pada
ujung abdomen, pada kaki depannya dilengkapi dengan sisir kelamin yang terdiri dari gigi
hitam mengkilap. Banyak mutan-mutan yang dapat diamati dengan mata biasa, dalam artian
tidak memerlukan alat khusus. Drosophila melanogaster tipe liar mempunyai mata merah,
tipe sepia mempunyai mata coklat tua dan tipe ebony mempunyai tubuh berwarna hitam
mengkilap (Aini, 2008).
Ciri-ciri morfologi yang membedakan Drosophila jantan dan betina antara lain (Suryo,
2008) yaitu:
Betina Jantan
Ukuran tubuh lebih besar dari jantan Ukuran tubuh lebih kecil dari betina
Sayap lebih panjang dari sayap jantan Sayap lebih pendek dari pada betina
Tidak terdapat sisir kelamin (sex comb) Terdapat sisir kelamin (sex comb)
Ujung abdomen runcing Ujung abdomen tumpul dan lebih hitam
Keberadaan organisme di alam ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor dalam dan
faktor luar, termasuk lingkungan. Faktor luar meliputi faktor fisik, kimia dan biologis. Untuk
hewan, faktor fisik termasuk didalamnya adalah makanan mempunyai peranan lebih besar
dalam menentukan keberadaan hewan tertentu di suatu tempat dibandingkan dengan faktor
kimia. Suhu lingkungan sangat berpengaruh terhadap kehidupan lalat buah. Ciri-ciri yang
bersifat kuantitatif, panjang tubuh sangat sensitif terhadap perubahan faktor lingkungan
seperti fluktuasi suhu atau perubahan baik secara kuantitas maupun kualitas jenis makanan
(Aini, 2008).
Suhu lingkungan merupakan salah satu faktor abiotik yang berperan besar dalam
kehidupan serangga, termasuk Drosophila melanogaster. Suhu lingkungan berkaitan dengan
kelimpahan spesies dan distribusi serangga, serta berperan sebagai faktor penyeleksi variasi
genetik pada populasi alaminya. Drosophila melanogaster memiliki preferensi suhu tertentu
untuk bertahan hidup. Tingkat toleransi suhu tertinggi pada Drosophila melanogaster yang
dipaparkan secara konstan dilaporkan sebesar 30oC. Hasil-hasil penelitian yang lain
menunjukkan bahwa paparan suhu 29oC sudah bersifat stressful bagi Drosophila
melanogaster. Namun, paparan pada suhu yang lebih ekstrem dapat memberikan efek yang
lebih negatif pada sifat-sifat yang dipengaruhi, sehingga paparan pada suhu 30 oC akan
menunjukkan pengaruh yang lebih nyata. Suhu tinggi yang dipaparkan secara terus-menerus
dapat memengaruhi berbagai sifat pada seekor Drosophila melanogaster (Sukmawati, dkk.,
2016).
Pemeliharaan Drosophila sebaiknya berada dalam suhu ruang dimana temperatur
tidak dibawah 20oC atau diatas 25oC. Suhu tinggi atau diatas 30oC dapat mengakibatkan
sterilisasi atau kematian, dan pada temperatur rendah keberlangsungan hidup dari lalat ini
terganggu dan memanjangkan siklus hidup. Contohnya pada suhu 10oC untuk mencapai
tingkat larva dibutuhkan sekitar 57 hari dan pada suhu 15 oC sekitar 18 hari (Aini, 2008).
Produksi lalat buah secara berkesinambungan harus didukung dengan media
makanan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi drosophila melanogaster. Ketersediaan
sumber makanan sangat berpengaruh terhadap perkembangan populasi serangga. Makanan
merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan jumlah hewan yang hidup pada
habitatnya (Agustina, dkk., 2013).
Inti sel tubuh lalat buah hanya memiliki 8 buah kromosom saja, sehingga mudah sekali
diamati dan dihitung. Delapan buah kromosom tersebut dibedakan atas (Suryo, 1984) yaitu:
1. 6 buah kromosom (atau 3 pasang) yang pada lalat betina maupun jantan bentuknya
sama. Karena itu kromosom-kromosom ini disebut autosom (kromosom tubuh),
sisingkat dengan huruf A.
2. 2 buah kromosom (atau 1 pasang) disebut kromosom kelamin (seks kromosom), sebab
bentuknya ada yang berbeda pada lalat betina dan jantan.
Kromosom kelamin dibedakan:
1. Kromosom X yang berbentuk batang lurus. Lalat betina memiliki 2 kromosom X.
2. Kromosom Y yang sedikit membengkok pada salah satu ujungnya. Kromosom Y lebih
pendek dari pada kromosom X. Lalat jantan memiliki sebuah kromosom X dan Y. Lalat
betina normal memiliki kromosom Y. Lalat betina memiliki 2 kromosom kelamin
sejenis maka lalat betina dikatakan homogametik sedangkan jantan bersifat
heterogametik
Berhubungan dengan itu formula kromosom untuk lalat buah ialah sebagai berikut:
a. Lalat betina ialah 3 AAXX (= 3 pasang autosom + 1 pasang kromosom X)
b. Lalat jantan ialah 3 AAXY (= 3 pasangan autosom + sebuah kromosom X + sebuah
kromosom Y).
Dalam keadaan normal, lalat betina membentuk satu macam sel telur saja yang
bersifat haploid (3AX). Tetapi lalat jantan membentuk 2 macam spermatozoa yang haploid.
Ada spermatozoa yang membawa kromosom X (3AX) dan ada yang membawa kromosom
Y (3AY). Apabila sel telur itu dibuahi spermatozoon yang membawa kromosom X, terjadilah
lalat betina yang diploid (3AAXX). Tetapi bila sel telur itu dibuahi spermatozoa yang
membawa kromosom Y, terjadilah lalat jantan yang diploid (3AAXY). Kadang-kadang
diwaktu meosis selama pembentukan sel-sel kelamin, sepasang kromosom kelamin itu tidak
memisahkan diri, melainkan tetap berkumpul. Peristiwa ini disebut “nondisjunction”.
Andaikan terjadi nondisjunction selama oogenesis (pembentukan sel telur) akan terbentuk
dua macam sel telur, yaitu sebuah sel telur yang membawa dua kromosom X (3AXX) dan
sebuah sel telur tanpa kromosom X (3AO) (Suryo, 2008).
Adanya nondisjunction ini tentu saja mengakibatkan terjadinya berbagai macam
kelainan dan keturunan yaitu (Suryo, 2008):
1. Lalat betina super (AAXXX), yaitu apabila spermatozoa membawa kromosom
Xmembuahi sel telur yang mempunyai dua kromosom X. Lalat ini tidak sempurna
pertumbuhannya, steril, sangat lemah, dan hidup tidak lama.
2. Lalat AAXXY, yaitu apabila spermatozoa pembawa kromosomY membuahi sel
teluryang mempunyai 2 kromosom X. Lalat ini betina subur, tak ada bedanya dengan
lalat beyina biasa. Berarti kromosom Y pada drosphila tidak memberipengaruh pada
seks.
3. Lalat AAXO, yaitu apabila spermatozoa pembawa kromosom X membuahi sel
telurtanpa kromosom X. Lalat ini jantan dan steril
4. Lalat ginandromorf, ialah lalat yang tubuhnya separuh bersifat betina dan separuhnya
bersifat jantan. Untuklalat ini tidak dapat diberikan formulasi kromosomnya
5. Lalat interseks AAAXX, yaitu lalat yang merupakan campurann antara lalat betina dan
jantan, triploid (3n) untuk autosomnya dan memiliki 2 kromosom X, steril.
6. Lalat jantan super AAAXY, yaitu lalat jantan triploid untuk autosomnya, seperti
halnya dengan lalat betina super maka pertumbuhannya tidak sempurna, steril, sangat
lemah, dan hidup tidaklama.
7. Lalat dengan kromosom X melekat pada salah satu ujungnya (attached X cromosomes)
AAXXY .lalat ini memiliki fenotip seperti lalat betina normal,tetapi bila diperiksa
menggunakan mikroskop maka inti selnya mengandung sepasang kromosom X yang
saling melekat pada ujungnya ditambah dengan adanya kromosom Y.
TUJUAN PRAKTIKUM
METODOLOGI PRAKTIKUM
Hasil persilangan Drosophila melanogaster jantan bermata normal dan betina bermata
normal heterozigot.
Tabel 1. Hasil persilangan jantan bermata normal dan betina bermata normal
heterozigot
Drosophila melanogaster Drosophila melanogaster
bermata normal bermata putih
F1
350 160
(𝑑 − 1⁄2)²
2,85 8,03
𝐸
G1 𝑋 𝑊 𝑋 𝑊 , 𝑋 𝑊 𝑋 𝑤 , 𝑋 𝑊 𝑌, 𝑋 𝑤 𝑌 = 1 : 1 : 1 : 1
F1 Lalat buah betina normal : lalat buah jantan normal, lalat buah jantan bermata putih
2:1:1
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, kami melakukan Pengamatan dan Penyilangan Lalat
Buah (Drosophila melanogaster). Praktikum ini dilakukan secara langsung dirumah
masing-masing mahasiswa Biologi A 2018 dengan cara menyiapkan bahan dan alat yang
akan digunakan dalam praktikum ini.
1. Perbedaan pada Drosophila melanogaster jantan dengan betina adalah tubuh betina
berukuran lebih besar daripada jantan, ujung abdomen pada individu jantan berbentuk
membulat atau tumpul sedangkan pada betina rincing atau ramping. Ciri lainnya ialah
Ujung abdomen pada individu jantan memiliki pola akhiran berwarna hitam,
sedangkan pada betina tidak demikian. Drosophila melanogaster jantan memiliki
sisir kelamin, sedangkan betinanya tidak.
3. Hasil perhitungan Chi- square pada Drosophila melanogaster bermata normal 2,85
dan Drosophila melanogaster bermata putih 8,03. Dengan total Chi- square (X2)
adalah 10,88. Dengan derajat kebebasan 1 dan taraf signifikasi 5%. Nilai X2 tabel
3,84 yang menunjukan bahwa X2 hitung > X2 tabel. Jadi Ho ditolak, menunjukan
bahwa percobaan tidak sesuai dengan teori dan adanya penyimpangan.
DAFTAR PUSTAKA