Anda di halaman 1dari 11

I.

PENDAHULUAN

 Latar belakang

Genetika adalah cabang biologi yang berurusan dengan hereditas dan


variasi. Unit-unit herediter yang ditramsmisikan dari satu generasi ke generasi
berikutnya (dengan kata lain diwariskan) disebut gen. Gen terletak dalam
molekul-molekul panjang asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid,
DNA) yang ada di dalam semua sel. DNA, bersama dengan suatu matriks
protein, membentuk nucleoprotein dan terorganisasi menjadi struktur yang
disebut kromosom yang ditemukan di dalam nukleus atau daerah inti sel.
Sebuah gen mengandung kode informasi bagi produksi protein. Normalnya,
DNA adalah molekul yang stabil dengan kapasitas bereplikasi sendiri.
Terkadang, bias terjadi perubahan spontan pada suatu DNA. Perubahan itu,
disebut mutasi, dapat menyebabkan perubahan kode DNA yang mengakibatkan
produksi protein yang salah satu tidak lengkap (Stansfield, 2007).
Orang yang pertama yang menggunakan Lalat buah sebagai objek
penelitian Genetika adalah Thomas Hunt Morgan yang berhasil menemukan
penemuan pautan seks. Spesies lalat buah, Drosophila melanogaster, sejenis
serangga biasa yang umumnya tidak berbahaya yang merupakan pemakan
jamur yang tumbuh pada buah. Lalat buah adalah serangga yang mudah
berkembang biak. Dari satu perkawinan saja dapat dihasilkan ratusan
keturunan, dan generasi yang baru dapat dikembangbiakkan setiap dua minggu.
Karakteristik ini menjadikan lalat buah menjadi organisme yang cocok sekali
untuk kajian-kajian genetik (Yatim, 1983).
Dalam melakukan praktikum genetika, kita semakin banyak
menggunakan Drosophila sebagai dahan pemodelan genetika. Siklus hidup
dari Drosophila sangat penting untuk diketahui karena denngan kita
mengetahuinya kita dapat memberikan perlakuan yang sesuai dalam
perawatannya.selain itu, kita dapat mengetahui kondisi yang tepat bagi masing-
masing fase. Berdasarkan hal tersebut, sehingga praktikum ini dilakukan untuk
bagaimana cara pembuatan medium lalat buah, dan dapat mengetahui
perbedaan antara jantan dan betina serta siklus hidup dari Drosophila
melanogaster (Agus dan Sjafaraenan, 2013).

 Tujuan Praktikum
Mengetahui siklus hidup dari lalat buah (Drosophila melanogaster)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Drosophila melanogaster, sejenis serangga biasa yang umumnya tidak


berbahaya dan merupakan pemakan jamur yang tumbuh pada buah. Lalat buah
adalah serangga yang mudah berkembangbiak. Dari satu perkawinan saja dapat
dihasilkan ratusan keturunan, dan generasi yang baru dapat dikembangkan
setiap dua minggu. Karasteristik ini menunjukkan lalat buah organisme yang
cocok sekali untuk kajian-kajian genetik (Campbell, 2008).

Drosophila melanogaster merupakan jenis lalat buah yang dapat


ditemukan di buah-buahan busuk. Drosophila telah digunakan secara bertahun-
tahun dalam kajian genetika dan perilaku hewan.
Berikut merupakan klasifikasi dari Drosophila melanogaster :
Kingdom : Animalia
Phillum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Drosophilidae
Genus : Drosophila
Spesies : Drosphila melanogaster
Ciri-ciri morfologi yang membedakan Drosophila jantan dan betina
antara lain (Suryo, 2008) yaitu:
Betina Jantan
Ukuran tubuh lebih besar dari Ukuran tubuh lebih kecil dari betina
jantan
Sayap lebih panjang dari sayap Sayap lebih pendek dari pada betina
jantan
Tidak terdapat sisir kelamin (sex Terdapat sisir kelamin (sex comb)
comb)
Ujung abdomen runcing Ujung abdomen tumpul dan lebih hitam

Alasan digunakannya Drosophilla melanogaster sebagai bahan penelitian


adalah karena lalat ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain (Suryo,
2008):
1. Mudah diperoleh sehingga tidak menghambat penelitian
2. Mudah dipelihara pada media makanan yang sederhana, pada suhu
kamar dan didalam botol susus berukuran sedang.
3. Memiliki siklus hidup pendek (hanya kira-kira 2 minggu) sehingga
dalam waktu satu tahun dapat diperoleh 25 generasi
4. Mempunyai tanda-tanda kelamin sekunder yang mudah dibedakan.
5. Hanya mempunyai delapan kromosom saja, tiga pasang kromosom
autosom dan satu pasang kromosom seks.

Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu


dari telur – larva instar I – larva instar II – larva instar III – pupa – imago.
Perkembangan dimulai setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua periode.
Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada saat
larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam.
Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk makan. Periode
kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan
postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago
(fase seksual dengan perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada
perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa.

Tahap-tahap dari siklus hidup Dhrosophila melanogaster berikut ciri-


cirinya, antara lain :
Tahapan Ciri-Ciri Waktu

Telur Berbentuk bulat lonjong, ukuran sekitar ± 0.5 mm, ± 24 jam


berwarna putih susu, pada ujung anteriornya
terdapat dua tangkai kecil menyerupai sendok yang
berfungsi agar telur tidak tenggelam, biasanya
terdapat pada permukaan media.
Larva Berbentuk lonjong pipih, berwarna putih bening,
instar 1 berukuran ± 1 mm, bersegmen, berbentuk dan
bergerak seperti cacing, belum memiliki spirakel
anterior.
Larva Berbentuk lonjong pipih, berwarna putih, berukuran ± 2 hari
instar 2 ± 2 mm, bersegmen, berbentuk dan bergerak seperti
cacing, memiliki mulut dan gigi berwarna hitam
untuk makan, memiliki spirakel anterior.
Larva Berbentuk lonjong pipih, berwarna putih, berukuran ± 3 hari
instar 3 ± 3-4 mm, bersegmen, berbentuk dan bergerak
seperti cacing, memiliki mulut dan gigi berwarna
hitam lebih besar dan jelas terlihat dibanding larva
instar 2, memiliki spirakel anterior dan terdapat
beberapa tonjolan pada spirakel anteriornya.
Prapupa Terbentuk setelah larva instar 3 merayap pada ± 4 hari
dinding botol, tidak aktif, melekatkan diri;
berwarna putih; kutikula keras dan memendek;
tanpa kepala dan sayap
Pupa Tidak aktif dan melekatkan diri pada dinding botol, ± 5 hari
berwarna coklat, kutikula keras, memendek, dan
besegmen.
Imago Tubuh terbagi atas cephla, thorax, dan abdomen; ± 9 hari
bersayap transparan; memiliki mata majemuk
biasanya berwarna merah; dan ciri-ciri lainnya
menyerupai ciri lalat buah dewasa

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada siklus hidup


Drosophila melanogaster diantaranya sebagai berikut yaitu:
a. Suhu Lingkungan
Drosophila melanogaster mengalami siklus selama 8-11 hari dalam kondisi
ideal. Kondisi ideal yang dimaksud adalah suhu sekitar 25-28°C. Pada suhu ini
lalat akan mengalami satu putaran siklus secara optimal. Sedangkan pada suhu
rendah atau sekitar 180C, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan siklus
hidupnya relatif lebih lama dan lambat yaitu sekitar 18-20 hari. Pada suhu
30°C, lalat dewasa yang tumbuh akan steril.
b. Ketersediaan Media Makanan
Jumlah telur Drosophila melanogaster yang dikeluarkan akan menurun apabila
kekurangan makanan. Lalat buah dewasa yang kekurangan makanan akan
menghasilkan larva berukuran kecil. Larva ini mampu membentuk pupa
berukuran kecil, namun sering kali gagal berkembang menjadi individu
dewasa. Beberapa dapat menjadi dewasa yang hanya dapat menghasilkan
sedikit telur. Viabilitas dari telur-telur ini juga dipengaruhi oleh jenis dan
jumlah makanan yang dimakan oleh larva betina.
c. Tingkat Kepadatan Botol Pemeliharaan
Botol medium sebaiknya diisi dengan medium buah yang cukup dan tidak
terlalu padat. Selain itu, lalat buah yang dikembangbiakan di dalam botol pun
sebaiknya tidak terlalu banyak, cukup beberapa pasang saja. Pada Drosophila
melanogaster dengan kondisi ideal dimana tersedia cukup ruang (tidak terlalu
padat) individu dewasa dapat hidup sampai kurang lebih 40 hari. Namun
apabila kondisi botol medium terlalu padat akan menyebabkan menurunnya
produksi telur dan meningkatnya jumlah kematian pada individu dewasa.
d. Intensitas Cahaya
Drosophila melanogaster lebih menyukai cahaya remang-remang dan akan
mengalami pertumbuhan yang lambat selama berada di tempat yang gelap.

Inti sel tubuh lalat buah hanya memiliki 8 buah kromosom saja,
sehingga mudah sekali diamati dan dihitung. Delapan buah kromosom tersebut
dibedakan atas (Suryo, 2008) yaitu:
1. 6 buah kromosom (atau 3 pasang) yang pada lalat betina maupun jantan
bentuknya sama. Karena itu kromosom-kromosom ini disebut autosom
(kromosom tubuh), sisingkat dengan huruf A.
2. 2 buah kromosom (atau 1 pasang) disebut kromosom kelamin (seks
kromosom), sebab bentuknya ada yang berbeda pada lalat betina dan jantan.

Kromosom kelamin dibedakan atas :


1. Kromosom X yang berbentuk batang lurus. Lalat betina memiliki 2
kromosom X.
2. Kromosom Y yang sedikit membengkok pada salah satu ujungnya.
Kromosom Y lebih pendek dari pada kromosom X. Lalat jantan memiliki
sebuah kromosom X dan Y. Lalat betina normal memiliki kromosom Y. Lalat
betina memiliki 2 kromosom kelamin sejenis maka lalat betina dikatakan
homogametik sedangkan jantan bersifat heterogametik
Berhubungan dengan itu formula kromosom untuk lalat buah ialah sebagai
berikut:
a. Lalat betina ialah 3 AAXX (= 3 pasang autosom + 1 pasang kromosom
X)
b. Lalat jantan ialah 3 AAXY (= 3 pasangan autosom + sebuah kromosom
X + sebuah kromosom Y).
Dalam keadaan normal, lalat betina membentuk satu macam sel telur saja
yang bersifat haploid (3AX). Tetapi lalat jantan membentuk 2 macam
spermatozoa yang haploid. Ada spermatozoa yang membawa kromosom X
(3AX) dan ada yang membawa kromosom Y (3AY). Apabila sel telur itu
dibuahi spermatozoon yang membawa kromosom X, terjadilah lalat betina
yang diploid (3AAXX). Tetapi bila sel telur itu dibuahi spermatozoa yang
membawa kromosom Y, terjadilah lalat jantan yang diploid (3AAXY).
Kadang-kadang diwaktu meosis selama pembentukan sel-sel kelamin, sepasang
kromosom kelamin itu tidak memisahkan diri, melainkan tetap berkumpul.
Peristiwa ini disebut “nondisjunction”. Andaikan terjadi nondisjunction selama
oogenesis (pembentukan sel telur) akan terbentuk dua macam sel telur, yaitu
sebuah sel telur yang membawa dua kromosom X (3AXX) dan sebuah sel telur
tanpa kromosom X (3AO) (Suryo, 2008).
Adanya nondisjunction ini tentu saja mengakibatkan terjadinya berbagai
macam kelainan dan keturunan yaitu (Suryo, 2008):
1. Lalat betina super (AAXXX), yaitu apabila spermatozoa membawa
kromosom Xmembuahi sel telur yang mempunyai dua kromosom X. Lalat ini
tidak sempurna pertumbuhannya, steril, sangat lemah, dan hidup tidak lama.
2. Lalat AAXXY, yaitu apabila spermatozoa pembawa kromosomY
membuahi sel teluryang mempunyai 2 kromosom X. Lalat ini betina subur, tak
ada bedanya dengan lalat beyina biasa. Berarti kromosom Y pada drosphila
tidak memberipengaruh pada seks.
3. Lalat AAXO, yaitu apabila spermatozoa pembawa kromosom X
membuahi sel telurtanpa kromosom X. Lalat ini jantan dan steril
4. Lalat ginandromorf, ialah lalat yang tubuhnya separuh bersifat betina
dan separuhnya bersifat jantan. Untuklalat ini tidak dapat diberikan formulasi
kromosomnya
5. Lalat interseks AAAXX, yaitu lalat yang merupakan campurann
antara lalat betina dan jantan, triploid (3n) untuk autosomnya dan memiliki 2
kromosom X, steril.
6. Lalat jantan super AAAXY, yaitu lalat jantan triploid untuk
autosomnya, sperti halnya dengan lalat betina super maka pertumbuhannya
tidak sempurna, steril, sangat lemah, dan hidup tidaklama.
7. Lalat dengan kromosom X melekat pada salah satu ujungnya
(attached X cromosomes) AAXXY .lalat ini memiliki fenotip seperti lalat
betina normal,tetapi bila diperiksa menggunakan mikroskop maka inti selnya
mengandung sepasang kromosom X yang saling melekat pada ujungnya
ditambah dengan adanya kromosom Y.

Pada percobaan morgan mengenai drosphila melanogaster terdapat


seekor jantan dengan mata putih, dan tidak cemerlang yang menjadi ciri khas
spesies itu. Ketika jantan bermata putih ini dikawinkan dengan betina bermata
merah, semua keturunannya bermata merah. Ini suatu tanda bahwa jika sifat
mata putih itu ditentukan oleh sutau gen khusus, maka gen itu bersiifat resesif.
Ketika morgan melakukan persilangan morgan menemukan semua keturunan
yang bermata putih itu jantan. Tidak terdapat seekor betiina pun yang bermata
putih. Morgan menyimpulkan bahwa jika diasumsikan bahwa alela yang
bersangkutan terletakdikromosom X. Lalat betina mempunyai 2kromosom X
harus homozigot untuk mata putih agar sifat itu dapat dilihat. Sebaliknya lalat
jantan karena hanya memiliki satu kromosomX alela apapun yang terdapat
pada kromosom tersebut akan memperlihatkan sifat itu. Morgan menamakan
sifat menurun demikian itu terpaut X karena gen terletak pada kromosom X
(Kimball, 1990).
III. METODE PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan
2. Waktu dan Tempat
3. Prosedur Praktikum
4. Analisis Data

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hari Jam Hasil Pengamatan


ke-.../ pengamatan
tgl

Pagi Sore

Rabu, 8.00 16.00 Medium masih utuh, lalat buah masih utuh
13/9/202
3

Kamis, 8.00 16.00 Lalat buah masih utuh


14/9/202
3

Jumat, 8.00 16.00 Terlihat bintik – bintik putih pada medium


15/9/202
3

Sabtu, 8.00 16.00 Bintik-bintik putih bertambah


16/9/202
3

Minggu, 8.00 16.00 Bintik-bintik putih semakin banyak


17/9/202
3

Senin, 8.00 16.00 Terdapat ulat-ulat pada medium


18/9/202
3

Selasa, 8.00 16.00 Terdapat beberapa lalat buah pada medium


19/9/202
3

Rabu, 8.00 16.00 Terdapat lalat buah dan bintik-bintik putih


20/9/202
3

V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Rosana, dan Sjafaraenan. 2013. Penuntun Pratikum Genetika.


Universitas Hasanuddin.Makasar.

Campbell, et.al. (2008). Biologi Jilid 2 (edisi kedelapan). Jakarta :Erlangga

Elrod, S. L., dan W. D. Stansfield. 2006. Genetika. Edisi keempat. Penerbit


Erlangga. Jakarta. Hlm. 78 – 182.

Suryo. 2004. Genetika Strata 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Yatim, W. 1983. Genetika. Tarsito, Bandung

Anda mungkin juga menyukai