Anda di halaman 1dari 6

LALAT BUAH ( Drosophila melanogaster)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Genetika adalah cabang biologi yang berurusan dengan hereditas dan variasi. Unit-unit herediter yang
ditramsmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya (dengan kata lain diwariskan) disebut gen. Gen terletak
dalam molekul-molekul panjang asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid, DNA) yang ada di dalam semua
sel. DNA, bersama dengan suatu matriks protein, membentuk nucleoprotein dan terorganisasi menjadi struktur yang
disebut kromosom yang ditemukan di dalam nukleus atau daerah inti sel. Sebuah gen mengandung kode informasi
bagi produksi protein. Normalnya, DNA adalah molekul yang stabil dengan kapasitas bereplikasi sendiri. Terkadang,
bias terjadi perubahan spontan pada suatu DNA. Perubahan itu, disebut mutasi, dapat menyebabkan perubahan kode
DNA yang mengakibatkan produksi protein yang salah satu tidak lengka (Stansfield, 2007).
Orang yang pertama yang menggunakan Lalat buah sebagai objek penelitian Genetika adalah Thomas Hunt Morgan
yang berhasil menemukan penemuan pautan seks. Spesies lalat buah, Drosophila melanogaster, sejenis serangga
biasa yang umumnya tidak berbahaya yang merupakan pemakan jamur yang tumbuh pada buah. Lalat buah adalah
serangga yang mudah berkembang biak. Dari satu perkawinan saja dapat dihasilkan ratusan keturunan, dan generasi
yang baru dapat dikembangbiakkan setiap dua minggu. Karakteristik ini menjadikan lalat buah menjadi organisme
yang cocok sekali untuk kajian-kajian genetik (Yatim, 1983).
Dalam melakukan praktikum genetika, kita semakin banyak menggunakan Drosophila sebagai dahan pemodelan
genetika. Siklus hidup dari Drosophila sangat penting untuk diketahui karena denngan kita mengetahuinya kita dapat
memberikan perlakuan yang sesuai dalam perawatannya.selain itu, kita dapat mengetahui kondisi yang tepatbagi
masing-masing fase. Berdasarkan hal tersebut, sehingga praktikum ini dilakukan untuk bagaimana cara pembuatan
medium lalat buah, dan dapat mengetahui perbedaan antara jantan dan betina serta siklus hidup dari Drosophila
melanogaster (Agus dan Sjafaraenan, 2013).
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:
1.
Mengetahui komposisi yang baik untuk pertumbuhan lalat buah
2.
Membuat medium biakan lalat buah dalam skala laboratorium
3.
Mengetahui morfologi lalat buah Drosophila melanogaster
4.
Mengamati pertumbuhan lalat buah yang dikawinkan
5.
Mengetahui tahapan-tahapan dalam siklus hidup lalat buah
6.
Mengetahui pautan seks pada lalat buah.
1.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 21 Maret 2013, mulai pukul 14:30-18:30 WITA. Bertempat di
Laboratorium Biololgi Dasar Lantai 1, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Drosophila melanogaster, sejenis serangga biasa yang umumnya tidak berbahaya dan merupakan pemakan jamur
yang tumbuh pada buah. Lalat buah adalah serangga yang mudah berkembangbiak. Dari satu perkawinan saja dapat
dihasilkan ratusan keturunan, dan generasi yang baru dapat dikembangkan setiap dua minggu. Karasteristik ini
menunjukkan lalat buah organisme yang cocok sekali untuk kajian-kajian genetik (Campbell, 2008).
Drosophila melanogaster merupakan jenis lalat buah yang dapat ditemukan di buah-buahan busuk. Drosophila telah
digunakan secara bertahun-tahun dalam kajian genetika dan perilaku hewan.
Berikut merupakan klasifikasi dari Drosophila melanogaster (Teti, 2011):
Kingdom
: Animalia
Phillum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Diptera
Famili
: Drosophilidae
Genus
: Drosophila

Spesies
: Drosphila melanogaster
Selain itu, menurut Wheeleer (1981) Drosophila juga diklasifikasikan ke dalam sub ordo Cyclophorpha
(pengelompokan lalat yang pupanya terdapat kulit instar 3, mempunyai jaw hooks) dan termasuk ke dalam seri
Acaliptrata yaitu imago menetas dengan keluar dari bagian anterior pupa .
Adapun ciri umum lain dari Drosophila melanogaster diantaranya Eltra (2012):
1.
Warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang.
2.
Berukuran kecil, antara 3-5 mm.
3.
Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptus dekat dengan tubuhnya.
4.
Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan.
5.
Crossvein posterior umumnya lurus, tidak melengkung.
6.
Mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwana merah.
7.
Terdapat mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil dibanding mata majemuk.
8.
Thorax berbulu-bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen bersegmen lima dan bergaris hitam
9.
Sayap panjang, berwarna transparan, dan posisi bermula dari thorax.
ciri-ciri morfologi yang membedakan Drosophila jantan dan betina antara lain (Suryo, 2008) yaitu:
Betina
Jantan
Ukuran tubuh lebih besar dari jantan
Ukuran tubuh lebih kecil dari betina
Sayap lebih panjang dari sayap jantan
Sayap lebih pendek dari pada betina
Tidak terdapat sisir kelamin (sex comb)
Terdapat sisir kelamin (sex comb)
Ujung abdomen runcing
Ujung abdomen tumpul dan lebih hitam
Alasan digunakannya Drosophilla melanogaster sebagai bahan penelitian adalah karena lalat ini memiliki beberapa
keuntungan, antara lain (Suryo, 1984):
1.
Mudah diperoleh sehingga tidak menghambat penelitian
2.
Mudah dipelihara pada media makanan yang sederhana, pada suhu kamar dan didalam botol susus berukuran
sedang
3.
Memiliki siklus hidup pendek (hanya kira-kira 2 minggu) sehingga dalam waktu satu tahun dapat diperoleh 25
generasi
4.
Mempunyai tanda-tanda kelamin sekunder yang mudah dibedakan.
5.
Hanya mempunyai delapan kromosom saja, tiga pasang kromosom autosom dan satu pasang kromosom seks.
Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur larva instar I larva instar II
larva instar III pupa imago.Perkembangan dimulai setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua periode.
Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada saat larva muda menetas dari telur dan ini
terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam. Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk
makan. Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan postembrionik yang
dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase seksual dengan perkembangan pada sayap). Formasi
lainnya pada perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa (Silvia, 2003).
Tahap-tahap dari siklus hidup Dhrosophila melanogaster berikut ciri-cirinya, antara lain (Eltra, 2012) yaitu:
Tahapan
Ciri-Ciri
waktu
Telur
Berbentuk bulat lonjong, ukuran sekitar 0.5 mm, berwarna putih susu, pada ujung 24 jam
anteriornya terdapat dua tangkai kecil menyerupai sendok yang berfungsi agar telur
tidak tenggelam, biasanya terdapat pada permukaan media.
Larva instar Berbentuk lonjong pipih, berwarna putih bening, berukuran 1 mm, bersegmen,
1
berbentuk dan bergerak seperti cacing, belum memiliki spirakel anterior.
Larva instar Berbentuk lonjong pipih, berwarna putih, berukuran 2 mm, bersegmen, berbentuk 2 hari
2
dan bergerak seperti cacing, memiliki mulut dan gigi berwarna hitam untuk makan,
memiliki spirakel anterior.
Larva instar Berbentuk lonjong pipih, berwarna putih, berukuran 3-4 mm, bersegmen, berbentuk 3 hari
3
dan bergerak seperti cacing, memiliki mulut dan gigi berwarna hitam lebih besar dan
jelas terlihat dibanding larva instar 2, memiliki spirakel anterior dan terdapat beberapa
tonjolan pada spirakel anteriornya.
Prapupa
Terbentuk setelah larva instar 3 merayap pada dinding botol, tidak aktif, melekatkan 4 hari

Pupa
Imago

diri; berwarna putih; kutikula keras dan memendek; tanpa kepala dan sayap
Tidak aktif dan melekatkan diri pada dinding botol, berwarna coklat, kutikula keras, 5 hari
memendek, dan besegmen.
Tubuh terbagi atas cephla, thorax, dan abdomen; bersayap transparan; memiliki mata 9 hari
majemuk biasanya berwarna merah; dan ciri-ciri lainnya menyerupai ciri lalat buah
dewasa

faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada siklus hidupDrosophila melanogaster diantaranya sebagai
berikut (Bohari, 2011) yaitu:
a.
Suhu Lingkungan
Drosophila melanogaster mengalami siklus selama 8-11 hari dalam kondisi ideal. Kondisi ideal yang dimaksud
adalah suhu sekitar 25-28C. Pada suhu ini lalat akan mengalami satu putaran siklus secara optimal. Sedangkan pada
suhu rendah atau sekitar 180C, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan siklus hidupnya relatif lebih lama dan
lambat yaitu sekitar 18-20 hari. Pada suhu 30C, lalat dewasa yang tumbuh akan steril.
b.
Ketersediaan Media Makanan
Jumlah telur Drosophila melanogaster yang dikeluarkan akan menurun apabila kekurangan makanan. Lalat
buah dewasa yang kekurangan makanan akan menghasilkan larva berukuran kecil. Larva ini mampu membentuk
pupa berukuran kecil, namun sering kali gagal berkembang menjadi individu dewasa. Beberapa dapat menjadi
dewasa yang hanya dapat menghasilkan sedikit telur. Viabilitas dari telur-telur ini juga dipengaruhi oleh jenis dan
jumlah makanan yang dimakan oleh larva betina.
c. Tingkat Kepadatan Botol Pemeliharaan
Botol medium sebaiknya diisi dengan medium buah yang cukup dan tidak terlalu padat. Selain itu, lalat buah yang
dikembangbiakan di dalam botol pun sebaiknya tidak terlalu banyak, cukup beberapa pasang saja. Pada Drosophila
melanogaster dengan kondisi ideal dimana tersedia cukup ruang (tidak terlalu padat) individu dewasa dapat hidup
sampai kurang lebih 40 hari. Namun apabila kondisi botol medium terlalu padat akan menyebabkan menurunnya
produksi telur dan meningkatnya jumlah kematian pada individu dewasa.
d.
Intensitas Cahaya
Drosophila melanogaster lebih menyukai cahaya remang-remang dan akan mengalami pertumbuhan yang lambat
selama berada di tempat yang gelap
Inti sel tubuh lalat buah hanya memiliki 8 buah kromosom saja, sehingga mudah sekali diamati dan dihitung.
Delapan buah kromosom tersebut dibedakan atas (Suryo, 1984) yaitu:
1.
6 buah kromosom (atau 3 pasang) yang pada lalat betina maupun jantan bentuknya sama. Karena itu
kromosom-kromosom ini disebut autosom (kromosom tubuh), sisingkat dengan huruf A.
2.
2 buah kromosom (atau 1 pasang) disebut kromosom kelamin (seks kromosom), sebab bentuknya ada yang
berbeda pada lalat betina dan jantan.
Kromosom kelamin dibedakan atas suryo:
1.
Kromosom X yang berbentuk batang lurus. Lalat betina memiliki 2 kromosom X.
2.
Kromosom Y yang sedikit membengkok pada salah satu ujungnya. Kromosom Y lebih pendek dari pada
kromosom X. Lalat jantan memiliki sebuah kromosom X dan Y. Lalat betina normal memiliki kromosom Y. Lalat
betina memiliki 2 kromosom kelamin sejenis maka lalat betina dikatakan homogametik sedangkan jantan bersifat
heterogametik
Berhubungan dengan itu formula kromosom untuk lalat buah ialah sebagai berikut:
a.
Lalat betina ialah 3 AAXX (= 3 pasang autosom + 1 pasang kromosom X)
b.
Lalat jantan ialah 3 AAXY (= 3 pasangan autosom + sebuah kromosom X + sebuah kromosom Y).
Dalam keadaan normal, lalat betina membentuk satu macam sel telur saja yang bersifat haploid (3AX). Tetapi lalat
jantan membentuk 2 macam spermatozoa yang haploid. Ada spermatozoa yang membawa kromosom X (3AX) dan
ada yang membawa kromosom Y (3AY). Apabila sel telur itu dibuahi spermatozoon yang membawa kromosom X,
terjadilah lalat betina yang diploid (3AAXX). Tetapi bila sel telur itu dibuahi spermatozoa yang membawa
kromosom Y, terjadilah lalat jantan yang diploid (3AAXY). Kadang-kadang diwaktu meosis selama pembentukan
sel-sel kelamin, sepasang kromosom kelamin itu tidak memisahkan diri, melainkan tetap berkumpul. Peristiwa ini
disebut nondisjunction. Andaikan terjadi nondisjunction selama oogenesis (pembentukan sel telur) akan terbentuk

dua macam sel telur, yaitu sebuah sel telur yang membawa dua kromosom X (3AXX) dan sebuah sel telur tanpa
kromosom X (3AO) (Suryo, 2008).
Adanya nondisjunction ini tentu saja mengakibatkan terjadinya berbagai macam kelainan dan keturunan yaitu
(Suryo, 2008):
1. Lalat betina super (AAXXX), yaitu apabila spermatozoa membawa kromosom Xmembuahi sel telur yang
mempunyai dua kromosom X. Lalat ini tidak sempurna pertumbuhannya, steril, sangat lemah, dan hidup tidak lama.
2. Lalat AAXXY, yaitu apabila spermatozoa pembawa kromosomY membuahi sel teluryang mempunyai 2
kromosom X. Lalat ini betina subur, tak ada bedanya dengan lalat beyina biasa. Berarti kromosom Y pada drosphila
tidak memberipengaruh pada seks.
3. Lalat AAXO, yaitu apabila spermatozoa pembawa kromosom X membuahi sel telurtanpa kromosom X. Lalat ini
jantan dan steril
4. Lalat ginandromorf, ialah lalat yang tubuhnya separuh bersifat betina dan separuhnya bersifat jantan. Untuklalat
ini tidak dapat diberikan formulasi kromosomnya
5. Lalat interseks AAAXX, yaitu lalat yang merupakan campurann antara lalat betina dan jantan, triploid (3n)
untuk autosomnya dan memiliki 2 kromosom X, steril.
6. Lalat jantan super AAAXY, yaitu lalat jantan triploid untuk autosomnya, sperti halnya dengan lalat betina
super maka pertumbuhannya tidak sempurna, steril, sangat lemah, dan hidup tidaklama.
7. Lalat dengan kromosom X melekat pada salah satu ujungnya (attached X cromosomes) AAXXY .lalat ini
memiliki fenotip seperti lalat betina normal,tetapi bila diperiksa menggunakan mikroskop maka inti selnya
mengandung sepasang kromosom X yang saling melekat pada ujungnya ditambah dengan adanya kromosom Y.
Pada percobaan morgan mengenai drosphila melanogaster terdapat seekor jantan dengan mata putih, dan tidak
cemerlang yang menjadi ciri khas spesies itu. Ketika jantan bermata putih ini dikawinkan dengan betina bermata
merah, semua keturunannya bermata merah. Ini suatu tanda bahwa jika sifat mata putih itu ditentukan oleh sutau
gen khusus, maka gen itu bersiifat resesif. Ketikamorgan melakukan persilangan morgan menemukan semua
keturunan yang bermata putih itu jantan. Tidak terdapat seekor betiina pun yang bermata putih. Morgan
menyimpulkan bahwa jika diasumsikan bahwa alela yang bersangkutan terletakdikromosom X. Lalat betina
mempunyai 2kromosom X harus homozigot untuk mata putih agar sifat itu dapat dilihat. Sebaliknya lalat jantan
karena hanya memiliki satu kromosomX alela apapun yang terdapat pada kromosom tersebut akan memperlihatkan
sifat itu. Morgan menamakan sifat menurun demikian itu terpaut X karena gen terletak pada kromosom X (Kimball,
1990)

BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat dan Bahan
III.1. 1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah botol nescafe, panci kecil, baskom sedang, blender,
pisau, pengaduk, sendok, timbangan terigu, kompor minyak tanah, korek api, spons.
III.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu lalat buah Gula merah 150gram, pisang ambon 300
gram, agar-agar powder putih 14 gram, ragi, aquades 30 ml dan tisu.
III. 2 Cara Kerja
A. Morfologi Lalat buah Drosophila melanogaster
Cara kerja dari morfologi lalat buah yaitu:
1. Mikroskop disediakan beserta perlengkapannya, kemudian mikroskop tersebut diatur sampai menemukan titik
fokus yang paling baik
2. Lalat tersebut dibius dengan cara ditutupi dengan kapas yang telah diberi alkohol padapermukaan botol tempat
sediaan lalat tersebut
3. Kemudian lalat yangsudah dibius tersebut diambil dengan pingset,lalu lalattersebut diletakkan pada objek gelas
atau kaca preparat sebelum lalat tersebut bangun karena bius tersebut hanya bisa bertahan selama 2 menit.
4. Amati lalat dengan mikroskop dengan melihat morfologi lalat buah.

B. Pembuatan medium lalat buah Drosophila melanogaster


1. Alat dan bahan disiapkan sebelum dilakukan percobaan
2. Pisang ambon di potong kecil-kecil agar cepat dan mudah untuk dihaluskan
3. Gula merah dihancurkan agar mudah tercampur saat di masak.
4. Timbang bahan-bahan sesuai dengan takarannya pada timbangan yang disediakan
5. Pisang ambon yang telah di potong kecil-kecil kemudian di haluskan menggunakan blender
6. Air 30 ml dimasukkan dalam panci lalu di tambahkan agar-agar 14 gr kemudian dimasak sambil diaduk-aduk
7. Setelah beberapa menit, kemudian masukkan gula merah yang telah di haluskan, aduk sampai merata.
8. Kemudian Masukkan pisang ambon yang telah di haluskan, aduk hingga merata
9. Setelah di masak, adonan tersebut di masukkan kedalam botol nescafe yang telah di sterilkan menggunakan
alkohol.
10.Diamkan beberapa saat, setelah sedikit dingin masukkan tisu ke dalam botol
tersebut yang berfungsi untuk
menyerap air dan ditaburi ragi secukupnya.
11.Amati pertumbuhan lalat buah drosophila melanogaster dalam botol tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Hasil
IV.1.1 Morfologi Lalat Buah Drosophila Melanogaster
Gambar 1. Drosphila melanogaster jantan
BETINA
s
Gambar 2. Drosphila melanogaster betina
Keterangan :
1. Kepala (Caput)
2.
Betis ( Tibia)
3.
Perut ( Abdomen)
4. Kaki ( Peda)
5.
Sayap (Pteron)
6.
Ruas-ruas pada abdomen
7.
Sisir kelamin (Sex comb)
IV. 1. 2 Pembuatan medium Pertumbuhan Lalat Buah
Gambar 3. Medium pertumbuhan Drosphila melanogaster
IV. 1. 3 Siklus Hidup Lalat Buah Drosophila melanogaster
IV. 2 Pembahasan
Secara morfologi, lalat buah Drosophila melanogaster jantan dan betina dapat dibedakan dengan melihat
beberapa bagian pada tubuh lalat buah, diantaranya yaitu pada lalat buah betina memiliki ukuran yang lebih besar
dibandingkan dengan lalat buah jantan, ujung abdomen pada lalat buah betina runcing dan terdapat garis-garis
melintang berwarna hitam sedangkan pada jantan ujung abdomennya tumpul dan berwarna kehitam-hitaman dan
memiliki sedikit garis hitam melintang. Extremitas (kaki) depan pada lalat buah jantan memiliki sisir kelamin (seks
comb), tetapi pada lalat betina tidak terdapat seks comb.
Pada pembuatan medium percobaan lalat buah yaitu pertama-tama semua bahan yang akan digunakan
ditakar terlebih dahulu, dengan menggunakan formula yaitu gula merah sebanyak 150 gr, pisang ambon sebanyak
300 gr, agar-agar 7 gr, air 1 liter dan ragi secukupnya.
Manfaat dari bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan lalat buah ini yaitu pertama gula merah berfungsi
sebagai sumber glukosa, pisang ambon berfungsi menghasilkan aroma yang khas sehingga lalat tertarik, air
berfungsi untuk mencampurkan adonan, agar-agar berfungsi untuk penguat adonan, ragi berfungsi untuk
memberikan bau etanol pada lalat buah.

Dari hasil percobaan, terlihat adanya perbedaan antara botol medium yang kecil dengan yang ukuran yang
besar, dimana pada botol medium yang kecil populasi lalat buah sangat banyak, dibandingkan dengan botol besar.
Hal ini dikarenakan adanya kontaminasi jamur pada botol medium ini, sehingga pertumbuhannya hanya sampai pada
fase pupa saja (mati)
Drosophila melanogaster memiliki siklus hidup yang pendek, yaitu dimulai dari telur - larva instar 1 larva
instar II larva instar III pupa imago. Larva instar I umumnya muncul pada hari kedua yang berupa ulat kecil
yang mulai bergerak, umumnya ulat-ulat tersebut berada dipermukaan medium karena merupakan sumber makanan.
Fase selanjutnya larva instar II, yaitu ukuran larva lebih besar dan terlihat warna kehitam-hitaman pada bagian
anterior (mulut) larva.
Pada larva instar III, ukuran larva relatif besar dan warna hitam yang muncul lebih jelas, pergerakan larva
lebih aktif. Selanjutnya, pada fase prapupa yaitu sudah tidak ada lagi pergerakan dan pada tubuh larva muncul
selaput dan tubuhnya pendek. Dari prapupa selanjutnya menjadi pupa, kutikula menjadi keras seperti cangkang dan
berpigmen (agak kecoklatan) dan tidak bergerak. Selanjutnya, pupa akan menetas setelah 8 hari tegantung dari suhu
lingkungannya dan pada hari ke 10 terbentuklah lalat dewasa dengan sayap yang telah terbentang sempurna,
sehingga lalat bergerak aktif (terbang) di dalam medium.
Pada percobaan ini, tidak ditemukan adanya lalat buah yang bermata putih, semua lalat yang berada didalam
medium memiliki mata berwarna merah.

BAB V
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa:
1. Morfologi dari Drosophila melanogaster yaitu pada Drosophila jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil
dari betina, ujung abdomen pada lalat jantan tumpul sedangkan pada lalat betina runcing, dan pada lalat jantan
memiliki 3 ruas dibagian abdomennya dan memiliki sisir kelamin (Seks Comb) sedangkan pada lalat betina
memiliki 6 ruas dan tidak memiliki sisir kelamin.
2. Siklus hidup Drosophila melanogaster yaitu mengalami metamorfosis sempurna yang diawali dengan telurlarva-larva instar 1- larva instar II- larva instar III-prapupa-pupa-imago. Dari lalat dewasa hingga menghasilkan
imago membutuhkan waktu sekitar 12 hari.
V.2 Saran
Sebaiknya laboratorium genetika dapat menyediakan alat-alat laboratorium dengan lengkap sehingga
praktikum dapat berjalan lancar.

DAFTAR PUSTAKA
Agus, Rosana dan Sjafaraenan. 2013. Penuntun Praktikum Genetika Dasar.
Universitas Hasanuddin:
Makassar.
Bohari, Mega. 2011. Laporan genetika pemeliharaan lalat buah. http://megabohari.blogspot.com. diakses pada
tanggal 30 maret 2013
Pukul 21: 10 WITA.
Campbell, N. A.,J. B. Reece, and L. A. Urry. 2008. BIOLOGI Edisi kedelapan jilid 3. Erlangga: Jakarta.
Eltra, 2012. Laporan Praktikum Genetika Penggunaan Lalat Buah Sebagai
Organisme Percobaan
Genetika.http://eltra.blogspot.com. diakses pada
tanggal 30 Pukul 20: 15 WITA.
Kimball, J. W. 1990. Biologi Umum. Erlangga: Jakarta
Silvia, Triana. 2003. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsenterasi Formaldehida Terhadap Perkembangan Larva
Drosophila. Universitas Padjdjaran: Bandung
Stansfield, W. D dan S. L. Elrod. 2007. Genetika Edisi Keempat. Erlangga:
Jakarta.
Suryo. 1984. Genetika. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Suryo. 2008. Genetika. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Teti. 2011. Laporan Praktikum Drosophila. http://teti-sby.blogspot.com. diakses pada tanggal 27 Maret 2013 Pukul
11: 30 WITA.
Yatim, Wildan. 1983. Genetika Edisi ketiga. Tarsito: Bandung

Anda mungkin juga menyukai