Anda di halaman 1dari 8

PENETAPAN KADAR CO2 PADA JARINGAN

TUMBUHAN
Teguh Pamuji Aprio Silo Sudarso
F 051 11 043
Progam Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat.
ABSTRAK
Respirasi adalah salah satu proses penting pada setiap mahkluk hidup yang
menghasilkan suatu energi. Laju respirasi dapat menggambarkan tingkat kegiatan
metabolisme dalam suatu tanaman. Faktor yang mempengaruhi laju respirasi
antara lain adalah suhu, kadar oksigen dan CO2. Praktikum ini dilakukan untuk
mengetahui perbedaan laju respirasi kecambah Phaseolus radiatus pada dua suhu
yang berbeda. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menetapkan laju respirasi
kecambah kacang hijau berdasarkan kadar CO2 yang dikeluarkan.
Pada praktikum ini disediakan 4 buah botol selai yang diisi dengan NaOH.
Kacang hijau dibungkus terlebih dahulu dengan kain kasa lalu dimasukkan pada
tiap botol selai dengan keadaan menggantung dan botol selai dibungkus dengan
aluminium foil. Setelahnya dilakukan perlakuan yang berbeda dimana 3 botol
selai dimasukkan dalam oven dengan suhu 40C, 3 botol lainnya dibiarkan pada
suhu ruang selama 24 jam. Setelah itu NaOH pada tiga botol diambil 2 ml dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer dengan ditambah 3 tetes indikator PP dan
larutan BaCl2. Dan terakhir dititrasi dengan HCl hingga larutan berubah menjadi
merah muda. Selanjutnya dihitung kadar CO2.
Dalam oven (40C) rata-rata memerlukan volume HCl sebanyak 3,37 ml
dan kadar CO2 yang dikeluarkan berdasarkan perhitungan rumus yaitu sebesar
67,3 ml/L. Untuk perlakuan pada suhu ruang (25C) rata-rata memerlukan volume
HCl sebanyak 5,5 ml dan kadar CO 2 yang dikeluarkan sebesar 110 ml/L.
Berdasarkan data hasil pengamatan tersebut maka dapat diketahui bahwa laju
respirasi dipengaruhi oleh suhu, oksigen dan kadar CO2. Sehingga dari semua
faktor tersebut dapat disimpulkan laju respirasi tanaman pada suhu ruang lebih
tinggi daripada tanaman pada suhu oven.
Kata Kunci :. CO2, Oksigen, Phaseolus radiatus, Respirasi, Suhu, Suhu Oven,
Suhu Ruang.
PENDAHULUAN
Respirasi adalah salah satu proses penting pada setiap mahkluk hidup yang
menghasilkan suatu energi. Laju respirasi dapat menggambarkan tingkat kegiatan
metabolisme dalam suatu tanaman. Respirasi berasal dari kata latin yaitu respirare
yang berarti bernafas. Reaksi respirasi merupakan reaksi katabolisme yang

memecah molekul-molekul gula menjadi molekul anorganik berupa CO 2 dan H2O


(Salisbury & Ross, 1995).
Fotosintesis menyediakan molekul organik yang dibutuhkan oleh
tumbuhan dan mahluk hidup lainnya. Fotosintesis juga terjadi proses metabolisme
lain yang disebut respirasi. Respirasi merupakan proses katabolisme atau
penguraian senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai
proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara
aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan
dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob
dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain
karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi
(Lovelles, 1997).
Bahan organik yang dioksidasi adalah glukosa (C 6H12O6) maka persamaan
reaksi dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6 O2
6CO2 + 6H2O + Energi (Krisdianto, 2005).
Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawasenyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi . Respirasi dan metabolisme
karbon yang terkait di dalamnya melepas energi yang tersimpan di dalam senyawa
karbon dengan cara yang terkontrol untuk digunakan oleh sel. Pada waktu yang
bersamaan, respirasi menghasilkan banyak senyawa karbon yang dibutuhkan
sebagai prekursor untuk biosintesis senyawa organik lainnya. Respirasi aerob
merupakan proses yang umum terjadi dalam hampir semua organisme eukariot,
dan secara umum proses respirasi di dalam tumbuhan mirip dengan apa yang
dijumpai di dalam hewan dan eukoriot tingkat rendah, tetapi beberapa aspek
khusus dari respirasi tumbuhan membedakannya dari respirasi hewan. Respirasi
aerob adalah proses biologi yang memobilisasi dan mengoksidasi molekul organik
secara terkontrol. Selama respirasi, energi bebas dilepas dan disimpan sementara
dalam bentuk ATP yang siap digunakan untuk aktifitas sel dan perkembangan
tumbuhan (Tjitrosomo, 1987).
Proses respirasi diawali dengan adanya penangkapan O2 dari lingkungan.
Oksigen yang digunakan dalam respirasi masuk ke dalam setiap sel tumbuhan
dengan jalan difusi melalui ruang antar sel, dinding sel, sitoplasma dan membran
sel. Demikian juga halnya dengan CO2 yang dihasilkan respirasi akan berdifusi ke
luar sel dan masuk ke dalam ruang antar sel. Sedangkan untuk menghitung
respirasi dapat menggunakan koefisian respirasi (KR), yaitu perbandingan CO2
dengan O2 (Kamariyani, 1984).
Perbedaan antara jumlah CO2 yang dilepaskan dan jumlah O2 yang
digunakan biasa dikenal dengan Respiratory Ratio atau Respiratory Quotient dan
disingkat RQ. Nilai RQ ini tergantung pada bahan atau subtrat untuk respirasi dan
sempurna atau tidaknya proses respirasi tersebut dengan kondisi lainnya
(Simbolon, 1989).
Substrat respirasi meliputi senyawa karbohidrat, glukosa, fruktosa,
sukrosa, pati, lipid, asam-asam organik, dan protein. Proses respirasi yang

dominan terjadi pada bagian tumbuhan yang sedang aktif tumbuh dan melakukan
metabolisme, yaitu: tunas, biji yang berkecambah, ujung tunas, ujung akar, serta
kuncup bunga. Hubungan respirasi dengan lintasan metabolisme lain di dalam
tumbuhan dapat dilihat melalui glikolisis, lintasan pentosa fosfat, serta siklus
asam sitrat (Achmad, 2010).
Menurut Pendall et al. (2004), ketersediaan CO2, suhu, dan interaksinya
berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap siklus C di dalam tanah.
Ketersediaan CO2 secara langsung memacu proses respirasi sebagai bahan dasar.
Meningkatnya suhu secara langsung memacu proses dekomposisi dengan
mempercepat aktivitas enzim dan reaksi-reaksi kimia. Peningkatan CO2secara
tidak langsung mempengaruhi kecepatan dekomposisi.
Kecambah melakukan pernapasan untuk mendapatkan energi yang
dilakukan dengan melibatkan gas oksigen (O2) sebagai bahan yang diserap atau
diperlukan dan menghasilkan gas karbondioksida (CO2), air (H2O) dan sejumlah
energy (Putra, 2010).
Oksigen sangat penting dalam perkembangan kecambah, karena kecambah
melakukan respirasi aerob untuk memecahkan cadangan makanan dalam
endosperma yang kaya akan lemak. Cadangan makanan yang digunakan dalam
respirasi ini, berfungsi sebagai substrat yang dapat menghasilkan energi dalam
menyokong proses pembelahan sel dan metabolisme sel lainnya (tahap awal
pertumbuhan) (Achmad, 2010).
Faktor yang mempengaruhi laju respirasi ada dua, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal meliputi tingkat perkembangan, susunan kimia
jaringan, ukuran produk, pelapis alami dan jenis jaringan. Sedangkan faktor
eksternal meliputi suhu, gas etilen, ketersediaan O2 dan CO2. Laju respirasi
menentukan daya tahan produk yang disimpan sehingga produk yang laju
respirasinya rendah umumnya disimpan lebih lama dalam kondisi yang baik.
Respirasi pada tumbuhan ditandai oleh penurunan konsentrasi gas O2 dan
peningkatan konsentrasi CO2 dalam chamber (Wills et al., 1981).
Berbagai faktor lingkungan dapat mempengaruhi laju respirasi,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Ketersediaan substrat
Respirai bergantung pada ketersediaan substrat. Tumbuhan yang
kandungan pati, fruktan, atau gulanya rendah, melakukan respirasi pada laju yang
rendah. Tumbuhan yang banyak gula sering melakukan respirasi lebih cepat bila
gula disediakan. Bahkan laju respirasi daun sering lebih cepat setelah matahari
tenggelam, saat kandungan gula tinggi dibandingkan dengan ketika matahari
terbit, saat kandungan gulanya lebih rendah (Salisbury & Ross, 1995).
2. Ketersediaan oksigen
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya
pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara
organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara
tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang

dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang
tersedia di udara ( Yasa, 2009).
3. Suhu
Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan
faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap
kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing
spesies. Bagi sebagian besar bagian tumbuhan dan spesies tumbuhan, Q10
respirasi biasanya 2,0 sampai 2,5 pada suhu antara 5 dan 25C. Bila suhu
meningkat lebih jauh sampai 30 atau 35C, laju respirasi tetap meningkat, tapi
lebih lambat, jadi Q10 mulai menurun (Salisbury & Ross, 1995).
4. Jenis dan Umur Tumbuhan
Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme,
dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada
masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih
tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang
sedang dalam masa pertumbuhan (Yasa, 2009).
Pengukuran CO2 secara sederhana dapat dilakukan dengan metode titrasi
asam basa. CO2 yang dihasilkan ditangkap oleh KOH sehingga akan terbentuk
K2CO3 yang kemudian dititrasi dengan HCl dengan indikator penolptalein (pp)
dan metil oranye (mo), reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Perubahan warna menjadi tidak berwarna (dengan indikator pp)
K2CO3 + HCl KCl + KHCO32.
2. Perubahan warna kuning menjadi pink (dengan indikator mo)
KHCO3 + HCl KCl + H2O + CO2 (Handayani, 2009).
Dalam praktikum ini akan dilakukan untuk mengetahui perbedaan laju
respirasi kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) pada dua suhu yang
berbeda.. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menetapkan laju respirasi
kecambah kacang hijau berdasarkan kadar CO2 yang dikeluarkannya pada suhu
berbeda.
METODOLOGI
Praktikum ini berlangsung dari tanggal 20-21 Mei 2013 pukul 15.30
17.30 di Laboratorium Pendidikan Biologi Universitas Tanjungpura. Dalam
praktikum ini diperlukan alat erlenmeyer, gelas kimia, oven, neraca analitik, botol
selai, buret dan pipet tetes. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain yaitu
kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus), alumunium foil, NaOH 10 M, HCl 1
M, BaCl 0,2 M dan indikator penolphtalein.
Pertama, hal yang dilakukan adalah memasukkan NaOH 10 M sebanyak
10 ml ke dalam botol selai sebanyak 4 buah. Selanjutnya menimbang 5 gr
kecambah kacang hijau dan kemudian dibungkus dengan kain kasa lalu
dimasukkan ke dalam masing-masing botol selai dengan keadaan menggantung
( jangan terkena NaOH) selanjutnya membungkus botol dengan aluminium foil
dan menutupnya dengan tutup botol selai. Lalu kemudian memasukkan 2 botol
selai dalam oven dengan suhu 40 C dan meletakkan 2 botol lainnya pada suhu

ruang selama 24 jam. Kemudian setelah 24 jam diambil 2 ml NaOH pada masingmasing botol selai lalu memasukkannya ke dalam erlenmeyer dan kemudian
praktikan menambah 3 tetes indikator PP dan larutan BaCl2 0,2 M sebanyak 0,5
ml kedalamnya. Langkah selanjutnya praktikan menitrasi dengan HCl 1 M sampai
larutan berubah warna menjadi pink ( merah muda). Dan terakhir menghitung
kadar CO2 dengan rumus:
1000 X Volume titran HCl X Mr sampel(NaOH )
1000 X Volume sampel(NaOH )
HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. 1 kadar CO2 pada tanaman
Perlakuan
Diletakkan dalam suhu
ruang25`c

Rata rata
Dimasukkan dalam oven
suhu 40`c

Rata rata

Ulanga
n

V HCL
(ml)

Kadar CO2
(mg/L)

1 4,5
2 5,5
3 6,5
5,5

90
110
130
110

1 3,8
2 3,2
3 3,1
3,37

76
64
62
67,3

PEMBAHASAN
Untuk perlakuan dalam oven (40C) pada botol 1 memerlukan volume
HCl sebanyak 3,8 ml untuk mengubah larutan menjadi berwarna merah muda
sedangkan kadar CO2 yang dikeluarkan berdasarkan perhitungan rumus yaitu
sebesar 76 ml/L. Sedangkan pada botol 2 di suhu ruang memerlukan volume HCl
sebanyak 3,2 ml untuk mengubah warna larutan dan kadar CO2 yang dikeluarkan
sebesar 64 ml/L. Pada botol 3 memerlukan volume HCl sebanyak 3,1 ml untuk
mengubah warna larutan dan kadar CO2 yang dikeluarkan sebesar 62 ml/L.
Untuk perlakuan pada suhu ruang (25C) pada botol 1 memerlukan
volume HCl sebanyak 4,5 ml dan kadar CO2 yang dikeluarkan sebesar 90 ml/L.
Pada botol 2 yang ditaruh di oven memerlukan volume HCl sebanyak 5,5 ml dan
kadar CO2 yang dikeluarkan sebesar 110 ml/L. Pada botol 3 memerlukan volume
HCl sebanyak 6,5 ml untuk mengubah warna larutan dan kadar CO2 yang
dikeluarkan sebesar 130 ml/L.
Berdasarkan data hasil pengamatan tersebut maka dapat diketahui bahwa
laju respirasi dipengaruhi oleh suhu, oksigen dan kadar CO2. Bagi sebagian besar

bagian tumbuhan dan spesies tumbuhan, Q10 respirasi biasanya 2,0 sampai 2,5
pada suhu antara 5 dan 25C. Bila suhu meningkat lebih jauh sampai 30 atau
35C, laju respirasi tetap meningkat, tapi lebih lambat, jadi Q10 mulai menurun
(Salisbury, 1995).
Hal tersebut sesuai dengan hasil pengamatan yakni dalam pengamatan laju
respirasi kecambah kacang hijau lebih cepat pada suhu ruang (25C) karena
memang pada suhu tersebut laju respirasi berlangsung dengan cepat. Sedangkan
pada oven yang suhunya makin meningkat maka laju respirasi akan menjadi
menurun yang disebabkan oleh enzim yang mengalami denaturasi akibat
pemanasan. Hal tersebut akan memperlambat proses metabolisme yang terjadi.
Selain itu kecambah yang terletak dalam oven juga mengalami kesulitan
dalam menangkap oksigen karena berada dalam ruangan yang gelap dan tertutup.
Berbeda halnya dengan kecambah yang ditaruh di ruangan terbuka. Padahal
ketersediaan oksigen juga mempengaruhi laju respirasi. Oksigen sangat penting
dalam perkembangan kecambah, karena kecambah melakukan respirasi aerob
untuk memecahkan cadangan makanan dalam endosperma yang kaya akan lemak.
Cadangan makanan yang digunakan dalam respirasi ini, berfungsi sebagai substrat
yang dapat menghasilkan energi dalam menyokong proses pembelahan sel dan
metabolisme sel lainnya (tahap awal pertumbuhan) (Achmad, 2010).
Kadar CO2 pada pengamatan kecambah dalam oven dikeluarkan hanya
sedikit karena tidak diimbangi dengan persediaan oksigen, dan sebaliknya hal
terjadi pada kecambah yang diamati pada suhu ruang yang memiliki kadar CO2
lebih banyak.
SIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang telah dibahas sesuai teori dapat disimpulkan
bahwa laju respirasi suatu tumbuhan dipengaruhi faktor suhu yang berhubungan
dengan denaturasi enzim, persediaan oksigen untuk proses metabolisme tumbuhan
dan kadar CO2 yang dikeluarkan ketika tumbuhan berespirasi. Jika suhu terlalu
tinggi akan menyebabkan enzim pertumbuhan terdenaturasi sehingga
pertumbuhan terhambat. Oksigen sangat diperlukan dalam proses metabolisme.
Pada suhu ruang, oksigen mudah ditemukan dibanding di dalam oven yang
tertutup dan tidak ada cahaya. Karena oksigen sedikit pada oven menyebabkan
CO2 juga sedikit keluar dari tanaman. Sehingga dari semua faktor tersebut dapat
disimpulkan laju respirasi tanaman pada suhu ruang lebih tinggi daripada tanaman
pada suhu oven.
REFERENSI
Achmad, Balie. 2010. Penetapan Kuosien Respirasi Jaringan Tumbuhan.
http://arcturusarancione.wordpress.com/2010/06/28/penetapan-kuosienrespirasi-jaringan-tumbuhan/. (Diakses pada tanggal 10 Mei 2013).

Handayani, Etik Puji (2009) Carbon dioxide (CO2) and Methane (CH4) emission
on Oil Palm Peatland with various peat thickness and plant age, (Bogor)
1-15.
Kamariyani. 1984. Fisologi Pasca Panen. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Krisdianto, dkk. 2005. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Banjarbaru: FMIPA
Universitas Lambung Mangkurat.
Lovelles. A. R. 1997. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik.
Jakarta: PT Gramedia.
Pendall E, et al (2004) Research review. Below-ground process responses to
elevated CO2 and temperature: a discussion of observations, measurement
methods, and models, New Phytologist, 162: 311-322.
Putra, Issanto. 2010. Penetapan Kuosien Jaringan Tumbuhan.
http://4thena.wordpress.com/category/fisiologi-tumbuhan/. (Diakses pada
tanggal 10 Mei 2013).
Salisbury, Frank B. & Ross, Cleon W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung:
ITB.
Simbolon, Hubu. 1989. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Tjitrosomo.1987. Botani Umum 2. Bandung: Angkasa.
Wills RHH, Lee TH, Graham D, Glasson WBM, Hall EG (1981) Postharvest.
An Introduction to the Physiology and Handling of Fruits and
Vegetables. Kensington, N.S.W, Australia: New South Wales University
Press Limited.
Yasa, I Komang Jaya Santika. 2009. Respirasi Dipengaruhi oleh Beberapa Faktor.
http://www.idonbiu.com. ( Diakses pada tanggal 10 Mei 2013).
LAMPIRAN

1. PERHITUNGAN KADAR CO2 JARINGAN TUMBUHAN


Rumus KADAR CO2 =

1000 X Volume titran HCl X Mr sample(NaOH )


1000 X Volume sample(NaOH )

A. Suhu Ruang 25 C
1000 X 4,5 X 40
1. Ulangan I =
1000 X 2
2. Ulangan II =
3. Ulangan III =

B. Suhu Oven 40 C
1. Ulangan I =

1000 X 5,5 X 40
1000 X 2
1000 X 6,5 X 40
1000 X 2

1000 X 3,8 X 40
1000 X 2

= 90 ml/L
= 110 ml/L
= 130 ml/L

= 76 ml/L

2. Ulangan II =
3. Ulangan III =

1000 X 3,2 X 40
1000 X 2
1000 X 3,1 X 40
1000 X 2

= 64 ml/L
= 62 ml/L

Anda mungkin juga menyukai