Anda di halaman 1dari 5

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
ABSTRAK
Respirasi merupakan salah satu proses terpenting dalam makhluk hidup. Dalam proses ini
terbentuk energi bebas. ( ATP dan NADH ) yang diperlukan dalam sintesis sel dan senyawa-
senyawa intermediate yang merupakan substrat sinensis bagi senyawa-senyawa lain. Oleh karena
itu laju respirasi jaringan dapat memberikan gambaran tentang tingkat kegiatan metabolisme
dalam jaringan itu. Laju respirasi ditetapkan dengan mengukur banyaknya CO2 yang terbentuk dan
gas O2 yang diserap per satuan berat segar jaringan per satuan waktu. Adapun tujuannya yaitu
menghitung jumlah kadar CO2 yang dihasilkan oleh tumbuhan Phaseolus radiatus selama
melakukan respirasi dan mengetahui pengaruh suhu terhadap respirasi suatu tumbuhan Phaseolus
radiatus.
Kata kunci : Respirasi, Laju Respirasi, CO2, O2, Jumlah Kadar CO2,Phaseolus radiatus, Suhu,
Titran.

PENDAHULUAN
Hewan, manusia, dan tumbuhan merupakan makhluk hidup yang memiliki kehidupan masing-
masing. Dalam fisiologi ketiganya melakukan respirasi, dimana dilakukan suatu proses
pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O, dan energi.
Namun respirasi pada umumnya adalah reaksi redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi
CO2sedangkan O2 yang diserap sebagai oksidator yang mengalami reduksi menjadi H2O.
Kebanyakan hanya mengetahui proses respirasi pada hewan dan manusia saja. Ini dikarenakan
fisiologi pada hewan dan manusia cukup jelas sehingga proses respirasinya lebih mudah di amati.
Maka tujuan pada praktikum ini yaitu menghitung jumlah kadar CO2 yang dihasilkan oleh
tumbuhan Phaseolus radiatus selama melakukan respirasi dan mengetahui pengaruh suhu
terhadap respirasi suatu tumbuhan Phaseolus radiatus. Banyak sekali faktor-faktor dalam
penentuan kadar karbondioksida pada jaringan tumbuhan. Agar mudah memahaminya, ada pula
hal-hal yang perlu dibahas berupa tujuan penggunaan NaOH, indikator pp dan BaCl 2, dan
perbandingan hasil kadar CO2 yang dihasilkan antara tanaman yang disimpan pada suhu 40oC
dengan suhu ruang ( 25oC ), mana yang lebih besar kaitannya dengan teori yang ada.
Proses respirasi merupakan reaksi oksidasi-reduksi yaitu senyawa dioksidasi menjadi CO2 dan
O2 yang diserap direduksi menjadi H2O. Pati, fruktan, sukrosa, atau gula yang lainnya, lemak,
asam organik, bahkan protein dapat bertindak sebagai substrat respirasi ( Salisbury, 1995 ) .
Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi senyawa
anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan
berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan
dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen tidak
atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol, asetal dehida
atau asam asetat dan sedikit energi ( Lovelles, 1997 ) .
Respirasi dibedakan dalam tiga tingkat sebagai berikut :
1. Pemecahan polisakarida menjadi gula sederhana
2. Oksidasi gula menjadi asam piruvat
3. Transformasi piruvat dan asam-asam organik lainnya secara aerobik menjadi CO2, air dan
energi.
Bahwa besar kecilnya respirasi dapat diukur dengan menentukan jumlah substrat yang hilang,
O2 yang diserap, CO2 yang dikeluarkan, panas yang dihasilkan dan energi yang timbul (Pantastico,
1989 ) .
Proses sintesis karbohidrat dari bahan-bahan anorganik (CO2 dan H2O) pada tumbuhan berpigmen
dengan bantuan energi cahaya matahari disebut fotosintesis dengan persamaan reaksi kimia berikut
ini :
6 CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6 O2

( Nio Song Ai, 2012 ) .

Fotosintesis menyediakan molekul organik yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan mahluk hidup
lainnya. Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik
menjadi CO2, H2O dan energi . Respirasi dan metabolisme karbon yang terkait di dalamnya
melepas energi yang tersimpan di dalam senyawa karbon dengan cara yang terkontrol untuk
digunakan oleh sel. Pada waktu yang bersamaan, respirasi menghasilkan banyak senyawa karbon
yang dibutuhkan sebagai prekursor untuk biosintesis senyawa organik lainnya. Respirasi aerob
merupakan proses yang umum terjadi dalam hampir semua organisme eukariot, dan secara umum
proses respirasi di dalam tumbuhan mirip dengan apa yang dijumpai di dalam hewan dan eukoriot
tingkat rendah, tetapi beberapa aspek khusus dari respirasi tumbuhan membedakannya dari
respirasi hewan. Respirasi aerob adalah proses biologi yang memobilisasi dan mengoksidasi
molekul organik secara terkontrol. Selama respirasi, energi bebas dilepas dan disimpan sementara
dalam bentuk ATP yang siap digunakan untuk aktifitas sel dan perkembangan
tumbuhan (Tjitrosomo, 1987 ) .
Faktor yang mempengaruhi laju respirasi ada dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal meliputi tingkat perkembangan, susunan kimia jaringan, ukuran produk, pelapis alami dan
jenis jaringan. Sedangkan faktor eksternal meliputi suhu, gas etilen, ketersediaan O2 dan CO2. Laju
respirasi menentukan daya tahan produk yang disimpan sehingga produk yang laju respirasinya
rendah umumnya disimpan lebih lama dalam kondisi yang baik. Respirasi pada tumbuhan ditandai
oleh penurunan konsentrasi gas O2 dan peningkatan konsentrasi CO2 dalam chamber. Laju
respirasi dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu di antara 0-35° C kecepatan reaksi akan berlangsung
dua atau tiga kali lebih besar untuk tiap kenaikan suhu 10° C ( Wills, 1981 ) .
Penurunan suhu penyimpanan akan menurunkan laju respirasi tumbuhan karena penurunan suhu
dapat menurunkan kecepatan reaksi kimia yang terjadi di dalam jaringan tumbuhan. Laju
pernapasan adalah berat CO2 yang dihasilkan per satuan berat bahan pada selang waktu tertentu,
dengan dimensi satuannya mg CO2/kg.jam. Dengan pengukuran O2 dan CO2 dimungkinkan untuk
mengevaluasi sifat proses pernapasan ( Umbara, 2008 ) . Temperatur merupakan salah satu factor
yang dapat mempengaruhi produksi CO2 yang akan menyebabkan peningkatan produksi CO2,
sejalan dengan meningkatnya suhu. CO2 merupakan salah satu hasil atau produk dari
respirasi. Respirasi dan fotosintesis sangat berpengaruh dengan temperatur. Sedikit perubahan
temperatur akan mempengaruhi laju fotosintesis dan respirasi. Beberapa jenis tanaman mengalami
ini, temperatur akan mempengaruhi fotosintesis yang juga akan mempengaruhi laju respirasi atau
sebaliknya ( Atkin, 2007 ) . Kecambah melakukan pernapasan untuk mendapatkan energi yang
dilakukan dengan melibatkan gas oksigen (O2) sebagai bahan yang diserap atau diperlukan dan
menghasilkan gas karbondioksida (CO2), air (H2O) dan sejumlah energi ( Putra, 2010 ) . Oksigen
sangat penting dalam perkembangan kecambah, karena kecambah melakukan respirasi aerob
untuk memecahkan cadangan makanan dalam endosperma yang kaya akan lemak. Cadangan
makanan yang digunakan dalam respirasi ini, berfungsi sebagai substrat yang dapat menghasilkan
energi dalam menyokong proses pembelahan sel dan metabolisme sel lainnya (tahap awal
pertumbuhan) ( Achmad, 2010 ) . Efek ekosistem peningkatan tingkat CO2 di atmosfer akan
tergantung pada status gizi hutan tertentu. Hutan produksi meningkat akan terjadi di mana tanah
mengandung nitrogen yang memadai. Di daerah di mana nitrogen membatasi, kadar CO2 tinggi
tidak akan meningkatkan pertumbuhan pohon - meskipun fotosintesis dapat meningkat. Tanpa
nitrogen yang cukup, pohon-pohon tidak dapat menggunakan CO2 tambahan untuk pertumbuhan.
Karbon tambahan digunakan oleh organisme tanah dan respirasi ke atmosfer. Selain berkontribusi
terhadap penumpukan CO2 di atmosfer perubahan tersebut di foodweb tanah, yang mengontrol
ketersediaan hara bagi tanaman, bisa memiliki efek jangka panjang pada fungsi ekosistem. Tingkat
CO2meningkat, pertumbuhan tanaman. dan hasil pertanian akan meningkat sebagai akibat dari
peningkatan tingkat fotosintesis dan peningkatan efisiensi penggunaan air. Peningkatan kadar
peningkatan pertumbuhan tanaman CO2pada tumbuhan C3 seperti kapas (Gossypium hirsutum L.)
dan kedelai dengan meningkatkan luas daun dan fotosintesis per satuan luas daun, sedangkan pada
tanaman C4 seperti jagung (Zea mays L.) dan sorgum, peningkatan pertumbuhan adalah hasil
menurunkan konduktansi stomata dan peningkatan efisiensi penggunaan air ( Reeves, 1994 ) .

METODOLOGI
Praktikum mengenai penentuan kadar karbondioksida jaringan tumbuhan, dilaksanakan pada
tanggal 23-24 mei 2013 di laboratorium pendidikan biologi, fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan, universitas tanjungpura pontianak, pukul 07.30-selesai WIB.
Adapun alat dan bahan yang digunakan saat praktikum ini, yaitu Alat yang digunakan berupa botol
selai, pipet volume, bulp, kain kassa, aluminium foil, benang, neraca digital, buret, statif dan klem
buret, corong, pipet tetes, gelas ukur, gelas kimia, oven dan erlenmeyer. Sedangkan bahan yang
digunakan berupa kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus ), NaOH 10 N, indikator pp,
BaCl2 0,2 M, HCL 1 M .
Langkah kerja pada praktikum ini yaitu masukkan NaOH 10 N ke dalam enam botol selai seanyak
10 ml kedalam masing-masing botol. Kemudian pilih kecambah kacang hijau (Phaseolus
radiatus ) yang memiliki kualitas yang baik untuk ditimbang dan kemudian bungkus dengan kain
kassa kemudian masukkan kedalam botol selai yang berisi NaOH 10 N (kecambah kacang
hijau (Phaseolus radiatus ) tidak menyentuh larutan NaOH ) selanjutnya tutup botol dengan
aluminium foil. Keenam botol tersebut dibagi menjadi dua bagian dimana tiga diantaranya
dimasukkan kedalam oven dengan suhu 40oC, sementara tiga botol yang lainnya disimpan pada
suhu ruang ( 25oC ), biarkan selama 24 jam. Setelah 24 jam, ambil NaOH sebanyak 2 ml untuk
masing-masing botol dan masukkan ke dalam erlenmeyer. Kemudian tambahkan 2 tetes indikator
pp ke dalam erlenmeyer dan tambahkan larutan BaCl2 0,2 M sebanyak 0,5 ml kemudian titrasi
dengan HCL 1 M sampai warna larutan berubah menjadi merah muda. Hitung volume titran yang
digunakan kemudian tentukan kadar CO2 dengan menggunakan rumus berikut :

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Fungsi Penambahan PP. ( online ).
http://www.scribd.com/doc/51391404/Fungsi-penambahan-PP.
diakses tanggal 25 mei 2013.
Achmad. 2010. Penetapan Kuosien Respirasi Jaringan Tumbuhan. ( online )
http://arcturusarancione.wordpress.com/2010/06/28/penetapan-kuosien-respirasi-jaringan-
tumbuhan/. diakses tanggal 25 mei 2013.
Atkin. 2006. Respiration as a percentage of daily photosynthesis in whole plants is homeostatic at
moderate, but not high, growth temperatures. Journal compilation 368.
Lovelles. 1997. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah Tropik.Jakarta: PT Gramedia.
Nio Song Ai. 2012. Evolusi Fotosintesis Pada Tumbuhan. Jurnal Ilmiah Sains ( Vol 12 ) No.
1. nio_ai@yahoo.com.

Pantastico. 1986. Fisiologi Pasca Panen dan Pemanfaatan Buah - buahan dan Sayur-sayuran
Tropika dan Subtropika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Putra. 2010. Penetapan Kuosien Jaringan Tumbuhan.
( online ). http://4thena.wordpress.com/category/fisiologi-tumbuhan/. diakses tanggal
25 mei 2013.
Reeves. 1994. ELEVATED ATMOSPHERIC CARBON DIOXIDE EFFECTS ON SORGHUM AND SOYBEAN
NUTRIENT STATUS.). JOURNAL OF PLANT NUTRITION, 17(11), 1939-1954 (1994).

Salisbury. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB.


Tjitrosomo. 1987. Botani Umum 2. Bandung: Penerbit Angkasa.
Umbara. 2008. Pengembangan Teknik Modified Atmosphere Packaging untuk
Sayuran Campuran Terolah Minimal. ( online ).
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:VXsSje3QQaQJ:repository.ipb.ac.id/bit
stream/handle/123456789/13949/DANU%2520UMBARA%2520S_F2008.pdf?sequence%3D2+
kuosien+respirasi+tumbuhan+kecambah+pdf&hl=id&gl=id. diakses tanggal 25 mei 2013.

Wills. 1981. Postharvest. An Introduction to the Physiology and Handling of Fruits and
vegetables. New South Wales University Press Limited. Kensington, N.S.W. Australia.

Anda mungkin juga menyukai