Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
: Selfi Haris
NIM
: 1214040014
Kelas
:A
Kelompok
: II
Telah diperiksa oleh Asisten dan Koordinator Asisten, sehingga laporan ini
dinyatakan telah diterima.
Asisten
Djumarirmanto, S.Pd.
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap makhluk hidup baik manusia, hewan, maupun tumbuhan
melakukan proses pernapasan. Pernapasan dapat diartikan sebagai proses yang
dilakukan oleh organisme untuk menghasilkan energy dari hasil metabolisme.
Setiap organisme memiliki dan memerlukan oksigen untuk bernapas dengan kadar
yang berbeda-beda tergantung pada jenis maupun ukuran berat tubuhnya, atau
bahkan karena perbedaan habitatnya. Jumlah oksigen yang tersedia di dalam selsel tubuh makhluk hidup di dalam air misalnya, berbeda dengan jumlah oksigen
yang tersedia di dalam sel-sel organisme yang hidup di darat.
Respirasi merupakan proses oksidasi bahan makanan atau bahan organik
yang terjadi di dalam sel. Seperti yang kita ketahui, respirasi dapat dilakukan
secara Aerob maupun Anaerob. Dalam kondisi aerob, respirasi memerlukan
oksigen bebas dan melepaskan karbondioksida, sementara dalam kondisi anaerob,
tidak membutuhkan oksigen bebas. Respirasi bertujuan untuk menghasilkan
energy. Respirasi juga dapat dibedakan ke dalam dua macam yaitu respirasi
eksternal (luar) dan respirasi internal(dalam), di mana pada respirasi eksternal atau
disebut juga bernapas meliputi proses pengambilan oksigen dan pengeluaran
karbon dioksida beserta uap air, dan respirasi internal atau disebut juga pernapasan
seluler yang terjadi di dalam sel, yaitu pada sitoplasma dan mitokondria.
Terkait dengan itu maka diadakanlah praktikum yang berjudul
Respirasi dengan mengamati berbagai makhluk hidup yang dalam hal ini hewan
diwakili oleh Belalang dan Kecoa, sementara tumbuhan digunakan kecambah
kacang hijau sebagai sampel. Masing-masing dari sampel tersebut akan diamati
kecepatan respirasinya beserta factor-faktor yang mempengaruhi dan membedakan
kecepatan respirasi antara organisme yang satu dengan organisme yang lain.
B. Tujuan Praktikum
1. Membuktikan
bahwa
organisme
hidup
membutuhkan
oksigen
untuk
respirasinya.
2. Membandingkan kebutuhan oksigen beberapa organisme menurut jenis dan
ukuran tubuhnya.
C. Manfaat Praktikum
1. Dapat membuktikan bahwa dalam respirasinya organisme hidup membutuhkan
oksigen.
2. Dapat membandingkan kebutuhan oksigen beberapa organisme berdasarkan
jenis dan ukuran tubuhnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Respirasi adalah proses oksidasi bahan makanan atau bahan organik yang
terjadi di dalam sel yang dapat dilakukan secara aerob maupun anaerob. Dalam
kondisi
aerob,
respirasi
ini
memerlukan
oksigen
bebas
dan
melepaskan
karbondioksida serta energy. Apabila yang dioksidasi adalah gula, maka reaksi yang
terjadi adalah:
C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + energy
Jumlah CO2 yang dihasilkan dan jumlah O2 yang digunakan dalam respirasi aerob
tidak selalu sama. Hal ini tergantung pada jenis bahan yang digunakan. Perbandingan
antara jumlah CO2 yang dilepaskan dan jumlah O2 yang dibutuhkan disebut
Respiratory Quotient (RQ). Untuk karbohidrat, nilai RQ-nya = 1. Nilai RQ ini dapat
bervariasi tergantung pada bahan untuk respirasi, sempurna tidaknya respirasi dan
kondisi-kondisi lainnya (Hamka, 2012).
Jika karbohidrat seperti sukrosa, fruktan atau pati yang digunakan sebagai
substrat pada proses respirasi dan jika senyawa tersebut teroksidasi secara sempurna,
maka jumlah O2 yang digunakan akan persis sama dengan jumlah CO2 yang
dihasilkan. Biji dari tanaman serealia dan legume di mana pati merupakan cadangan
kerbohidrat utama juga menunjukkan nilai RQ mendekati 1,0. Tetapi jika bahan
makanan yang dominan bukan pati, misalnya lemak dan minyak, maka nilai RQ
dapat menjadi lebih rendah (Benyamin, 2010).
Apabila fotosintesis merupakan suatu proses penyusunan energy yang
diperoleh dari sumber cahaya dan disimpan sebagai zat kimia, maka respirasi
merupakan proses yang sebaliknya, yaitu proses pembongkaran energi yang
tersimpan untuk dimanfaatkan dalam proses-proses kehidupan. Respirasi atau
oksidasi glukosa secara lengkap adalah merupakan sumber energy yang utama untuk
kebanyakan sel. Pada waktu glukosa dipecah dalam suatu rangkaian reaksi enzimatis,
beberapa energy dibebaskan dalam bentuk ikatan fosfat brenergi tinggi (ATP) dan
sebagian lagi hilang sebagai panas. Proses utama respirasi adalah mobilisasi senyawa
organik dan oksidasi senyawa tersebut secara terkendali untuk membebaskan energy
bagi pemeliharaan dan perkembangan tumbuhan (Susilowati, 2000).
dan mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trakea memanjang dan bercabang-cabang menjadi
saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu,
pengangkutan O2 dan CO2 dalam sistem ini tidak membutuhkan bantuan sistem
transportasi atau darah. Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil
yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya. Selanjutnya dari stigma, udara masuk ke
pembuluh trakea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Pada serangga
bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya
pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur (Anonim, 2011).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
2. Dengan tata urutan kerja yang sama pada percobaan 1, melakukan percobaan
2 dengan menggunakan hewan sejenis dengan ukuran berat tubuh yang
berbeda.
Percobaan 3
1. Membersihkan respirometer sederhana yang telah digunakan.
2. Dengan tata urutan yang sama pada percobaan 1, melakukan percobaan 3
dengan menggunakan kecambah kacang hijau (yang dikuliti dan yang tidak
dikuliti).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Percobaan 1 Belalang Besar dan Belalang Kecil
N
o
Menit ke-n
Jenis Organisme
Belalang Besar
Eosin
0,16
Belalang Kecil
0,39
Belalang Besar
0,44
Belalang Kecil
0,68
Belalang Besar
0,67
Belalang Kecil
0,92
Belalang Besar
0,83
Belalang Kecil
1,00
Belalang Besar
1,00
Belalang Kecil
Menit ke-n
Jenis Organisme
Kecoa Besar
Eosin
0,55
Kecoa Kecil
0,24
Kecoa Besar
0,95
Kecoa Kecil
0,50
Kecoa Besar
1,00
Kecoa Kecil
0,75
Kecoa Besar
Kecoa Kecil
1,00
Kecoa Besar
Kecoa Kecil
Percobaan 3 Kecambah kacang hijau yang dikuliti dan yang tidak dikuliti
N
o
Menit ke-n
Jenis Organisme
Kecambah tidak dikuliti
Eosin
0,1
Kecambah dikuliti
0,005
0,16
Kecambah dikuliti
0,04
0,22
Kecambah dikuliti
0,15
0,28
Kecambah dikuliti
0,16
0,31
Kecambah dikuliti
0,20
B. Analisis Data
Percobaan 1 Belalang (Dissosteria caroline)
a. Belalang Besar
S1
1. V1 = t 1
V1=
0,16
1
V1 = 0,16 skala/menit
S2
2. V2 = t 2
V2 =
0,44
2
V2 = 0,22 skala/menit
3. V3 =
V3 =
S3
t3
0,67
3
V3 = 0,22 skala/menit
S4
4. V4 = t 4
V4 =
0,83
4
V4 = 0,20 skala/menit
S5
5. V5 = t 5
V5 =
1,00
5
V5 = 0,20 skala/menit
b. Belalang Kecil
S1
1. V1 = t 1
V1 =
0,39
1
V1 = 0,39 skala/menit
S2
2. V2 = t 2
V2 =
0,68
2
V2 = 0,34 skala/menit
S3
3. V3 = t 3
V3 =
0,92
3
V3 = 0,30 skala/menit
4. V4 =
V4 =
S4
t4
1,00
4
V4 = 0,25 skala/menit
Percobaan 2 (Blatta orventalis)
a. Kecoa Besar
S1
1. V1 = t 1
V1 =
0,55
1
V1 = 0,55 skala/menit
S2
2. V2 = t 2
V2 =
0,95
2
V2 = 0,47 skala/menit
S3
3. V3 = t 3
V3 =
1,00
3
V3 = 0,33 skala/menit
b. Kecoa Kecil
S1
1. V1 = t 1
V1 =
0,24
1
V1 = 0,24 skala/menit
S2
2. V2 = t 2
V2 =
0,50
2
V2 = 0,25 skala/menit
S3
3. V3 = t 3
V3 =
0,75
3
V3 = 0,25 skala/menit
S4
4. V4 = t 4
V4 =
1,00
4
V4 = 0,25 skala/menit
Percobaan 3 Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus sp)
a. Kecambah yang tidak dikuliti
S1
1. V1 = t 1
V1 =
0,1
1
V1 = 0,10 skala/menit
S2
2. V2 = t 2
V2 =
0,16
2
V2 = 0,08 skala/menit
S3
3. V3 = t 3
V3 =
0,22
3
V3 = 0,07 skala/menit
4. V4 =
V4 =
S4
t4
0,28
4
V4 = 0,07 skala/menit
S5
5. V5 = t 5
V5 =
0,31
5
V5 = 0,06 skala/menit
b. Kecambah yang dikuliti
S1
1. V1 = t 1
V1 =
0,005
1
V1 = 0,005 skala/menit
S2
2. V2 = t 2
V2 =
0,04
2
V2 = 0,02 skala/menit
S3
3. V3 = t 3
V3 =
0,15
3
V3 = 0,05 skala/menit
S4
4. V4 = t 4
V4 =
0,16
4
V4 = 0,04 skala/menit
5. V5 =
V5 =
S5
t5
0,20
5
V5 = 0,04 skala/menit
C. Analisis Grafik
1. Belalang Besar dan Belalang Kecil
1.2
1
0.8
0.6
Belalang Besar
Column1
0.4
0.2
0
Menit 1 Menit 2 Menit 3 Menit 4 Menit 5
1.2
1
0.8
Kecoa Besar
0.6
Series 3
0.4
0.2
0
Menit 1
Menit 2
Menit 3
Menit 4
Menit 5
Kecambah Kacang
Hijau yang Dibuka
Kulitnya
Series 3
0.1
0.05
0
Menit 1 Menit 2 Menit 3 Menit 4 Menit 5
1.2
1
0.8
Belalang Besar
0.6
Kecoa Besar
0.4
0.2
0
Menit 1 Menit 2 Menit 3 Menit 4 Menit 5
0.6
Series 3
0.4
0.2
0
Menit 1
Menit 2
Menit 3
Menit 4
Menit 5
D. Pembahasan
Pada praktikum tentang Respirasi ini kegiatan yang dilakukan adalah
mengamati kecapatan respirasi hewan dan tumbuhan sehingga digunakan beberapa
jenis hewan kecil yaitu belalang (Dissosteria carolina) dan kecoa (Blatta
orventalis) dengan masing-masing ukuran tubuh besar dan kecil, serta kecambah
kacang hijau (Phaseolus radiata) yang terdiri dari kecambah yang dikuliti (dibuka
kulitnya) dan kecambah yang tidak dibuka kulitnya. Pada praktikum ini dilakukan
3 percobaan dan diperoleh hasil:
Pada percobaan 1, yang diamati adalah belalang besar dengan belalang
kecil dan diperoleh data kecepatan respirasi belalang besar pada menit pertama
yaitu 0,16 skala/menit, pada menit kedua 0,22 skala/menit, menit ketiga yaitu 0,22
skala/menit, pada menit keempat 0,20 skala/menit dan pada menit kelima sebesar
0,20 skala/menit. Sedangkan kecepatan respirasi belalang kecil pada menit
pertama yaitu 0,39 skala/menit, pada menit kedua 0,34 skala/menit, menit ketiga
yaitu 0,30 skala/menit, menit keempat sebesar 0,25 skala/menit. Karena skala pada
eosin telah menunjukkan skala 1,0 pada menit ke-3 detik ke-43, maka pengamatan
untuk menit kelima tidak dilanjutkan lagi. Adapun hasil pengamatan yang
dilakukan, tidak sesuai dengan teori karena Praktikan melakukan kekeliruan dalam
prosedur kerja. Pada saat pengamatan diperoleh kecepatan respirasi belalang kecil
lebih cepat daripada belalang besar padahal seharusnya berdasarkan teori (Kartolo,
Dosen Universitas Negeri Malang), kecepatan respirasi belalang besar harusnya
lebih cepat, karena kecepatan respirasi dipengaruhi oleh ukuran dan berat tubuh
organisme. Semakin besar ukuran dan berat tubuh suatu organisme, semakin besar
pula kebutuhan oksigen untuk mendukung respirasi sel-sel dalam tubuh organisme
tersebut. Sehingga kecepatan respirasi organisme yang lebih besar ukurannya,
lebih cepat dibandingkan yang ukuran dan berat tubuhnya lebih kecil.
Pada percobaan 2, yang diamati adalah kecoa besar dengan kecoa kecil dan
diperoleh data kecepatan respirasi kecoa besar pada menit pertama yaitu 0,55
skala/menit, pada menit kedua 0,47 skala/menit, menit ketiga yaitu 0,33
skala/menit. Karena skala pada eosin telah menunjukkan skala 1,0 pada menit ke-2
detik ke-17, maka pengamatan pada kecoa besar untuk menit keempat dan kelima
tidak dilanjutkan lagi. Sedangkan kecepatan respirasi kecoa kecil pada menit
pertama yaitu 0,24 skala/menit, pada menit kedua 0,25 skala/menit, menit ketiga
yaitu 0,25 skala/menit, dan menit keempat sebesar 0,25 skala/menit. Hasil
pengamatan ini sesuai teori karena kecoa yang memilki berat dan ukuran tubuh
lebih besar juga lebih cepat respirasinya dibandingkan kecoa kecil.
Pada percobaan 3, yang diamati adalah kecambah kacang hijau yang tidak
dibuka kulitnya dengan yang dibuka kulitnya dan diperoleh data kecepatan
respirasi kecambah yang tidak dibuka kulitnya pada menit pertama yaitu 0,10
skala/menit, pada menit kedua 0,08 skala/menit, menit ketiga yaitu 0,07
skala/menit, pada menit keempat 0,07 skala/menit dan pada menit kelima sebesar
0,06 skala/menit. Sedangkan kecepatan respirasi kecambah yang dibuka kulitnya
pada menit pertama yaitu 0,005 skala/menit, pada menit kedua 0,02 skala/menit,
menit ketiga yaitu 0,05 skala/menit, menit keempat sebesar 0,04 skala/menit, dan
pada menit kelima sebesar 0,04 skala/menit.
Pada analisis grafik, diperbandingkan antara organisme yang jenisnya sama
tetapi ukuran tubuhnya berbeda, yaitu perbandingan antara belalang besar dengan
belalang kecil juga kecoa besar dengan kecoa kecil. Berdasarkan grafik diperoleh
bahwa kecepatan respirasi organisme yang ukurannya lebih besar, respirasinya
juga lebih cepat. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan respirasi bergantung pada
ukuran berat tubuh organisme. Semakin besar/berat suatu organisme maka
semakin banyak oksigen yang dibutuhkan dan semakin cepat proses respirasinya.
Selanjutnya adalah perbandingan antara dua organisme yang jenisnya berbeda
tetapi ukuran tubuhnya sama yaitu belalang besar dan kecoa besar. Berdasarkan
grafik diperoleh bahwa kecepatan respirasi kecoa besar lebih besar dibanding
belalang besar. Pada grafik selanjutnya yaitu perbandingan antara kecepatan
respirasi hewan dengan tumbuhan, dan diambil sampel kecoa kecil untuk hewan
dan kecambah yang dibuka kulitnya untuk tumbuhan. Diperoleh hasil bahwa
hewan memiliki kecepatan respirasi yang lebih besar dibandingkan tumbuhan. Hal
tersebut
disebabkan
karena
factor
aktivitas
tubuh.
Hewan
melakukan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa setiap organisme/makhluk hidup membutuhkan oksigen untuk
respirasinya. Adapun kemampuan setiap organisme untuk melakukan respirasi
dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu jenis organisme, ukuran berat tubuh dan
aktivitas organisme tersebut. Semakin berat tubuh suatu organisme, maka semakin
banyak oksigen yang dibutuhkan untuk respirasi sel-sel dalam tubuhnya, sehingga
semakin cepat proses respirasinya, dan semakin banyak aktivitas yang dilakukan
oleh organisme, semakin banyak energy yang dibutuhkan sehingga respirasi selnya
juga semakin cepat.
B. Saran
1. Untuk Praktikkan, sebaiknya melakukan pengamatan secara teliti dan sesuai
prosedur kerja agar tidak terjadi kesalahan dalam praktikum.
2. Untuk Asisten, sebaiknya mendampingi Praktikan selama praktikum
berlangsung agar Praktikan dapat menanyakan hal-hal yang kurang dipahami
dari segi teknis pelaksanaan praktikum.
3. Kepada laboran, diharapkan agar pihak laboran menyiapkan lebih dari satu
alat untuk praktikum, khususnya mengenai pengadaan respirometer, agar
proses pengamatan dapat berlangsung dengan baik dan tidak memakan
waktu yang lama.
DAFTAR PUSTAKA
digunakan
untuk
menyerap
masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi
dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang
dalam masa pertumbuhan.
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa sistem trakea yang
berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengangkut
dan mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trakea memanjang dan bercabang-cabang menjadi
saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu,
pengangkutan O2 dan CO2 dalam sistem ini tidak membutuhkan bantuan sistem
transportasi atau darah. Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil
yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya. Selanjutnya dari stigma, udara masuk ke
pembuluh trakea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Pada serangga
bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya
pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur.