Anda di halaman 1dari 25

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap Praktikum Biologi Dasar dengan judul Respirasi yang


disusun oleh:
Nama

: Selfi Haris

NIM

: 1214040014

Kelas

:A

Kelompok

: II

Telah diperiksa oleh Asisten dan Koordinator Asisten, sehingga laporan ini
dinyatakan telah diterima.

Makassar, Desember 2012


Koordinator Asisten

Asisten

Djumarirmanto, S.Pd.

Muh. Riswan Ramli, S.Pd.

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Drs. H.Hamka L, MS.


NIP. 196212311987021005

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap makhluk hidup baik manusia, hewan, maupun tumbuhan
melakukan proses pernapasan. Pernapasan dapat diartikan sebagai proses yang
dilakukan oleh organisme untuk menghasilkan energy dari hasil metabolisme.
Setiap organisme memiliki dan memerlukan oksigen untuk bernapas dengan kadar
yang berbeda-beda tergantung pada jenis maupun ukuran berat tubuhnya, atau
bahkan karena perbedaan habitatnya. Jumlah oksigen yang tersedia di dalam selsel tubuh makhluk hidup di dalam air misalnya, berbeda dengan jumlah oksigen
yang tersedia di dalam sel-sel organisme yang hidup di darat.
Respirasi merupakan proses oksidasi bahan makanan atau bahan organik
yang terjadi di dalam sel. Seperti yang kita ketahui, respirasi dapat dilakukan
secara Aerob maupun Anaerob. Dalam kondisi aerob, respirasi memerlukan
oksigen bebas dan melepaskan karbondioksida, sementara dalam kondisi anaerob,
tidak membutuhkan oksigen bebas. Respirasi bertujuan untuk menghasilkan
energy. Respirasi juga dapat dibedakan ke dalam dua macam yaitu respirasi
eksternal (luar) dan respirasi internal(dalam), di mana pada respirasi eksternal atau
disebut juga bernapas meliputi proses pengambilan oksigen dan pengeluaran
karbon dioksida beserta uap air, dan respirasi internal atau disebut juga pernapasan
seluler yang terjadi di dalam sel, yaitu pada sitoplasma dan mitokondria.
Terkait dengan itu maka diadakanlah praktikum yang berjudul
Respirasi dengan mengamati berbagai makhluk hidup yang dalam hal ini hewan
diwakili oleh Belalang dan Kecoa, sementara tumbuhan digunakan kecambah
kacang hijau sebagai sampel. Masing-masing dari sampel tersebut akan diamati
kecepatan respirasinya beserta factor-faktor yang mempengaruhi dan membedakan
kecepatan respirasi antara organisme yang satu dengan organisme yang lain.
B. Tujuan Praktikum

1. Membuktikan

bahwa

organisme

hidup

membutuhkan

oksigen

untuk

respirasinya.
2. Membandingkan kebutuhan oksigen beberapa organisme menurut jenis dan
ukuran tubuhnya.
C. Manfaat Praktikum
1. Dapat membuktikan bahwa dalam respirasinya organisme hidup membutuhkan
oksigen.
2. Dapat membandingkan kebutuhan oksigen beberapa organisme berdasarkan
jenis dan ukuran tubuhnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Respirasi adalah proses oksidasi bahan makanan atau bahan organik yang
terjadi di dalam sel yang dapat dilakukan secara aerob maupun anaerob. Dalam
kondisi

aerob,

respirasi

ini

memerlukan

oksigen

bebas

dan

melepaskan

karbondioksida serta energy. Apabila yang dioksidasi adalah gula, maka reaksi yang
terjadi adalah:
C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + energy
Jumlah CO2 yang dihasilkan dan jumlah O2 yang digunakan dalam respirasi aerob
tidak selalu sama. Hal ini tergantung pada jenis bahan yang digunakan. Perbandingan
antara jumlah CO2 yang dilepaskan dan jumlah O2 yang dibutuhkan disebut
Respiratory Quotient (RQ). Untuk karbohidrat, nilai RQ-nya = 1. Nilai RQ ini dapat
bervariasi tergantung pada bahan untuk respirasi, sempurna tidaknya respirasi dan
kondisi-kondisi lainnya (Hamka, 2012).
Jika karbohidrat seperti sukrosa, fruktan atau pati yang digunakan sebagai
substrat pada proses respirasi dan jika senyawa tersebut teroksidasi secara sempurna,
maka jumlah O2 yang digunakan akan persis sama dengan jumlah CO2 yang
dihasilkan. Biji dari tanaman serealia dan legume di mana pati merupakan cadangan
kerbohidrat utama juga menunjukkan nilai RQ mendekati 1,0. Tetapi jika bahan
makanan yang dominan bukan pati, misalnya lemak dan minyak, maka nilai RQ
dapat menjadi lebih rendah (Benyamin, 2010).
Apabila fotosintesis merupakan suatu proses penyusunan energy yang
diperoleh dari sumber cahaya dan disimpan sebagai zat kimia, maka respirasi
merupakan proses yang sebaliknya, yaitu proses pembongkaran energi yang
tersimpan untuk dimanfaatkan dalam proses-proses kehidupan. Respirasi atau
oksidasi glukosa secara lengkap adalah merupakan sumber energy yang utama untuk
kebanyakan sel. Pada waktu glukosa dipecah dalam suatu rangkaian reaksi enzimatis,
beberapa energy dibebaskan dalam bentuk ikatan fosfat brenergi tinggi (ATP) dan
sebagian lagi hilang sebagai panas. Proses utama respirasi adalah mobilisasi senyawa
organik dan oksidasi senyawa tersebut secara terkendali untuk membebaskan energy
bagi pemeliharaan dan perkembangan tumbuhan (Susilowati, 2000).

Menurut Benyamin (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi:


Ketersediaan Substrat. Laju respirasi tentu tergantung pada ketersediaan substrat,
yakni senyawa yang akan diurai melalui rangkaian. Tumbuhan yang mengandung
cadangan pati, fruktan, dan gula yang rendah akan menunjukkan laju respirasi yang
rendah pula. Ketersediaan Oksigen. Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju
respirasi, tetapi besarnya pengaruh tersebut berbeda antara spesies dan bahkan antara
organ pada tumbuhan yang sama. Suhu. Nilai untuk respirasi antara suhu 50C sampai
250C adalah antara 2,0 sampai 2,5. Berarti untuk kisaran suhu tersebut, laju respirasi
akan meningkat lebih dari dua kali lipat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10 0C.
Jika suhu ditingkatkan sampai sekitar 35 0C, laju respirasi tetap meningkat tetapi
dengan dengan nilai Q10 yang

lebih rendah. Penurunan nilai Q10 ini diduga

disebabkan karena penetrasi oksigen melalui kutikula atau peridermis tidak


mencukupi kebutuhan. Pada suhu yang lebih tinggi lagi laju respirasi akan mulai
menurun, hal ini disebabkan karena sebagian enzim-enzim yang berperan akan mulai
mengalami denaturasi. Tipe dan Umur Tumbuhan. Karena perbedaan morfologi
antara berbagai jenis tumbuhan, maka terjadi pula perbedaan laju respirasi antara
tumbuhan tersebut. Bakteri dan jamur umumnya menunjukkan laju respirasi yang
lebih tinggi dari tumbuhan tingkat tinggi, jika dihitung per satuan berat keringnya.
Perbedaan ini terutama disebabkan karena bakteri dan jamur mengandung sedikit
senyawa yang diakumulasi sebagai bahan cadangan makanan dan tidak mengandung
sel-sel kayu non-metabolik sebagaimana pada tumbuhan tingkat tinggi.
Jika kandungan oksigen lingkungan berkurang, beberapa golongan hewan
melakukan konformitas dan golongan lain mampu melakukan regulasi konsumsi
oksigen sehingga konsumsi oksigennya konstan. Jadi pada golongan regulator
penurunan suhu lingkungan (sampai batas tertentu) tidak menyebabkan berkurangnya
konsumsi oksigen. Hal ini dimungkinkan karena terjadi penyeimbangan dua factor
yaitu interaksi oksigen dari lingkungan dan ventilasi (Susilowati, 2000).
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa sistem trakea yang
berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengangkut

dan mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trakea memanjang dan bercabang-cabang menjadi
saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu,
pengangkutan O2 dan CO2 dalam sistem ini tidak membutuhkan bantuan sistem
transportasi atau darah. Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil
yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya. Selanjutnya dari stigma, udara masuk ke
pembuluh trakea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Pada serangga
bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya
pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur (Anonim, 2011).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Hari/ tanggal
: Rabu/ 5 Desember 2012
Waktu
: Pukul 07.30 s.d. 09.10 WITA
Tempat
: Laboratorium Biologi Lantai III Barat FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Respirometer sederhana (Simple Respirometer)
2. Pipet kecil
3. Stopwatch/jam tangan
4. Jarum suntik
b. Bahan
1. Vaselin
2. KOH Kristal
3. Larutan Eosin
4. Kecambah kacang hijau
5. Beberapa jenis hewan kecil ( tiap jenis minimal 2 ekor), misalnya belalang,
lipas.
C. Prosedur Kerja
Percobaan 1
1. Mengambil satu ekor belalang dan satu ekor lipas atau hewan-hewan lainnya
dengan ukuran berat tubuh sama/hampir sama.
2. Memasukkan belalang atau lipas ke dalam tabung respirometer.
3. Membungkus dengan kapas tipis 2 butir kristal KOH, kemudian
memasukkan/meletakkan di leher tabung respirometer.
4. Menutup tabung respirometer dengan penutupnya yang berhubungan dengan
pipa kaca berskala, kemudian meletakkan pada sandarannya.
5. Mengolesi Vaselin pada sambungan tabung respirometer dengan penutupnya
untuk mencegah kebocoran.
6. Menetesi larutan eosin pada ujung pipa berskala sampai masuk ke dalam
salurannya.
7. Mengamati pergeseran eosin sepanjang saluran pipa kaca berskala, kemudian
mencatat berapa jarak mulai dari skala 0 setiap 1 menit.melakukan
pengamatan sampai eosin tiba pada skala 1,0 atau eosin tidak bergeser lagi.
Pecobaan 2
1. Membersihkan respirometer sederhana yang telah digunakan.

2. Dengan tata urutan kerja yang sama pada percobaan 1, melakukan percobaan
2 dengan menggunakan hewan sejenis dengan ukuran berat tubuh yang
berbeda.
Percobaan 3
1. Membersihkan respirometer sederhana yang telah digunakan.
2. Dengan tata urutan yang sama pada percobaan 1, melakukan percobaan 3
dengan menggunakan kecambah kacang hijau (yang dikuliti dan yang tidak
dikuliti).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Percobaan 1 Belalang Besar dan Belalang Kecil
N
o

Menit ke-n

Jenis Organisme

Skala yang ditunjukkan

Belalang Besar

Eosin
0,16

Belalang Kecil

0,39

Belalang Besar

0,44

Belalang Kecil

0,68

Belalang Besar

0,67

Belalang Kecil

0,92

Belalang Besar

0,83

Belalang Kecil

1,00

Belalang Besar

1,00

Belalang Kecil

Percobaan 2 Kecoa Besar dan Kecoa Kecil


N
o

Menit ke-n

Jenis Organisme

Skala yang ditunjukkan

Kecoa Besar

Eosin
0,55

Kecoa Kecil

0,24

Kecoa Besar

0,95

Kecoa Kecil

0,50

Kecoa Besar

1,00

Kecoa Kecil

0,75

Kecoa Besar

Kecoa Kecil

1,00

Kecoa Besar

Kecoa Kecil

Percobaan 3 Kecambah kacang hijau yang dikuliti dan yang tidak dikuliti
N
o

Menit ke-n

Jenis Organisme
Kecambah tidak dikuliti

Eosin
0,1

Kecambah dikuliti

0,005

Kecambah tidak dikuliti

0,16

Kecambah dikuliti

0,04

Kecambah tidak dikuliti

0,22

Kecambah dikuliti

0,15

Kecambah tidak dikuliti

0,28

Kecambah dikuliti

0,16

Kecambah tidak dikuliti

0,31

Kecambah dikuliti

0,20

B. Analisis Data
Percobaan 1 Belalang (Dissosteria caroline)
a. Belalang Besar
S1
1. V1 = t 1
V1=

0,16
1

V1 = 0,16 skala/menit
S2
2. V2 = t 2
V2 =

Skala yang ditunjukkan

0,44
2

V2 = 0,22 skala/menit

3. V3 =
V3 =

S3
t3
0,67
3

V3 = 0,22 skala/menit
S4
4. V4 = t 4
V4 =

0,83
4

V4 = 0,20 skala/menit
S5
5. V5 = t 5
V5 =

1,00
5

V5 = 0,20 skala/menit
b. Belalang Kecil
S1
1. V1 = t 1
V1 =

0,39
1

V1 = 0,39 skala/menit
S2
2. V2 = t 2
V2 =

0,68
2

V2 = 0,34 skala/menit
S3
3. V3 = t 3
V3 =

0,92
3

V3 = 0,30 skala/menit

4. V4 =
V4 =

S4
t4
1,00
4

V4 = 0,25 skala/menit
Percobaan 2 (Blatta orventalis)
a. Kecoa Besar
S1
1. V1 = t 1
V1 =

0,55
1

V1 = 0,55 skala/menit
S2
2. V2 = t 2
V2 =

0,95
2

V2 = 0,47 skala/menit
S3
3. V3 = t 3
V3 =

1,00
3

V3 = 0,33 skala/menit
b. Kecoa Kecil
S1
1. V1 = t 1
V1 =

0,24
1

V1 = 0,24 skala/menit
S2
2. V2 = t 2

V2 =

0,50
2

V2 = 0,25 skala/menit
S3
3. V3 = t 3
V3 =

0,75
3

V3 = 0,25 skala/menit
S4
4. V4 = t 4
V4 =

1,00
4

V4 = 0,25 skala/menit
Percobaan 3 Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus sp)
a. Kecambah yang tidak dikuliti
S1
1. V1 = t 1
V1 =

0,1
1

V1 = 0,10 skala/menit
S2
2. V2 = t 2
V2 =

0,16
2

V2 = 0,08 skala/menit
S3
3. V3 = t 3
V3 =

0,22
3

V3 = 0,07 skala/menit

4. V4 =
V4 =

S4
t4
0,28
4

V4 = 0,07 skala/menit
S5
5. V5 = t 5
V5 =

0,31
5

V5 = 0,06 skala/menit
b. Kecambah yang dikuliti
S1
1. V1 = t 1
V1 =

0,005
1

V1 = 0,005 skala/menit
S2
2. V2 = t 2
V2 =

0,04
2

V2 = 0,02 skala/menit
S3
3. V3 = t 3
V3 =

0,15
3

V3 = 0,05 skala/menit
S4
4. V4 = t 4
V4 =

0,16
4

V4 = 0,04 skala/menit

5. V5 =
V5 =

S5
t5
0,20
5

V5 = 0,04 skala/menit
C. Analisis Grafik
1. Belalang Besar dan Belalang Kecil
1.2
1
0.8
0.6

Belalang Besar
Column1

0.4
0.2
0
Menit 1 Menit 2 Menit 3 Menit 4 Menit 5

2. Kecoa Besar dan Kecoa Kecil

1.2
1
0.8
Kecoa Besar

0.6

Series 3
0.4
0.2
0
Menit 1

Menit 2

Menit 3

Menit 4

Menit 5

3. Kecambah Kacang Hijau yang Dikuliti dan Tidak Dikuliti


0.35
0.3
0.25
0.2
0.15

Kecambah Kacang
Hijau yang Dibuka
Kulitnya
Series 3

0.1
0.05
0
Menit 1 Menit 2 Menit 3 Menit 4 Menit 5

4. Belalang Besar dan Kecoa Besar

1.2
1
0.8
Belalang Besar

0.6

Kecoa Besar
0.4
0.2
0
Menit 1 Menit 2 Menit 3 Menit 4 Menit 5

5. Kecoa Kecil dan Kecambah Kacang Hijau yang Dibuka Kulitnya


1.2
1
0.8
Kecoa Kecil

0.6

Series 3
0.4
0.2
0
Menit 1

Menit 2

Menit 3

Menit 4

Menit 5

D. Pembahasan
Pada praktikum tentang Respirasi ini kegiatan yang dilakukan adalah
mengamati kecapatan respirasi hewan dan tumbuhan sehingga digunakan beberapa

jenis hewan kecil yaitu belalang (Dissosteria carolina) dan kecoa (Blatta
orventalis) dengan masing-masing ukuran tubuh besar dan kecil, serta kecambah
kacang hijau (Phaseolus radiata) yang terdiri dari kecambah yang dikuliti (dibuka
kulitnya) dan kecambah yang tidak dibuka kulitnya. Pada praktikum ini dilakukan
3 percobaan dan diperoleh hasil:
Pada percobaan 1, yang diamati adalah belalang besar dengan belalang
kecil dan diperoleh data kecepatan respirasi belalang besar pada menit pertama
yaitu 0,16 skala/menit, pada menit kedua 0,22 skala/menit, menit ketiga yaitu 0,22
skala/menit, pada menit keempat 0,20 skala/menit dan pada menit kelima sebesar
0,20 skala/menit. Sedangkan kecepatan respirasi belalang kecil pada menit
pertama yaitu 0,39 skala/menit, pada menit kedua 0,34 skala/menit, menit ketiga
yaitu 0,30 skala/menit, menit keempat sebesar 0,25 skala/menit. Karena skala pada
eosin telah menunjukkan skala 1,0 pada menit ke-3 detik ke-43, maka pengamatan
untuk menit kelima tidak dilanjutkan lagi. Adapun hasil pengamatan yang
dilakukan, tidak sesuai dengan teori karena Praktikan melakukan kekeliruan dalam
prosedur kerja. Pada saat pengamatan diperoleh kecepatan respirasi belalang kecil
lebih cepat daripada belalang besar padahal seharusnya berdasarkan teori (Kartolo,
Dosen Universitas Negeri Malang), kecepatan respirasi belalang besar harusnya
lebih cepat, karena kecepatan respirasi dipengaruhi oleh ukuran dan berat tubuh
organisme. Semakin besar ukuran dan berat tubuh suatu organisme, semakin besar
pula kebutuhan oksigen untuk mendukung respirasi sel-sel dalam tubuh organisme
tersebut. Sehingga kecepatan respirasi organisme yang lebih besar ukurannya,
lebih cepat dibandingkan yang ukuran dan berat tubuhnya lebih kecil.
Pada percobaan 2, yang diamati adalah kecoa besar dengan kecoa kecil dan
diperoleh data kecepatan respirasi kecoa besar pada menit pertama yaitu 0,55
skala/menit, pada menit kedua 0,47 skala/menit, menit ketiga yaitu 0,33
skala/menit. Karena skala pada eosin telah menunjukkan skala 1,0 pada menit ke-2
detik ke-17, maka pengamatan pada kecoa besar untuk menit keempat dan kelima
tidak dilanjutkan lagi. Sedangkan kecepatan respirasi kecoa kecil pada menit

pertama yaitu 0,24 skala/menit, pada menit kedua 0,25 skala/menit, menit ketiga
yaitu 0,25 skala/menit, dan menit keempat sebesar 0,25 skala/menit. Hasil
pengamatan ini sesuai teori karena kecoa yang memilki berat dan ukuran tubuh
lebih besar juga lebih cepat respirasinya dibandingkan kecoa kecil.
Pada percobaan 3, yang diamati adalah kecambah kacang hijau yang tidak
dibuka kulitnya dengan yang dibuka kulitnya dan diperoleh data kecepatan
respirasi kecambah yang tidak dibuka kulitnya pada menit pertama yaitu 0,10
skala/menit, pada menit kedua 0,08 skala/menit, menit ketiga yaitu 0,07
skala/menit, pada menit keempat 0,07 skala/menit dan pada menit kelima sebesar
0,06 skala/menit. Sedangkan kecepatan respirasi kecambah yang dibuka kulitnya
pada menit pertama yaitu 0,005 skala/menit, pada menit kedua 0,02 skala/menit,
menit ketiga yaitu 0,05 skala/menit, menit keempat sebesar 0,04 skala/menit, dan
pada menit kelima sebesar 0,04 skala/menit.
Pada analisis grafik, diperbandingkan antara organisme yang jenisnya sama
tetapi ukuran tubuhnya berbeda, yaitu perbandingan antara belalang besar dengan
belalang kecil juga kecoa besar dengan kecoa kecil. Berdasarkan grafik diperoleh
bahwa kecepatan respirasi organisme yang ukurannya lebih besar, respirasinya
juga lebih cepat. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan respirasi bergantung pada
ukuran berat tubuh organisme. Semakin besar/berat suatu organisme maka
semakin banyak oksigen yang dibutuhkan dan semakin cepat proses respirasinya.
Selanjutnya adalah perbandingan antara dua organisme yang jenisnya berbeda
tetapi ukuran tubuhnya sama yaitu belalang besar dan kecoa besar. Berdasarkan
grafik diperoleh bahwa kecepatan respirasi kecoa besar lebih besar dibanding
belalang besar. Pada grafik selanjutnya yaitu perbandingan antara kecepatan
respirasi hewan dengan tumbuhan, dan diambil sampel kecoa kecil untuk hewan
dan kecambah yang dibuka kulitnya untuk tumbuhan. Diperoleh hasil bahwa
hewan memiliki kecepatan respirasi yang lebih besar dibandingkan tumbuhan. Hal
tersebut

disebabkan

karena

factor

aktivitas

tubuh.

Hewan

melakukan

gerak/aktivitas yang lebih banyak dibanding tumbuhan, sehingga semakin banyak


kebutuhan energinya dan respirasinya juga semakin cepat.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa setiap organisme/makhluk hidup membutuhkan oksigen untuk
respirasinya. Adapun kemampuan setiap organisme untuk melakukan respirasi
dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu jenis organisme, ukuran berat tubuh dan
aktivitas organisme tersebut. Semakin berat tubuh suatu organisme, maka semakin
banyak oksigen yang dibutuhkan untuk respirasi sel-sel dalam tubuhnya, sehingga
semakin cepat proses respirasinya, dan semakin banyak aktivitas yang dilakukan
oleh organisme, semakin banyak energy yang dibutuhkan sehingga respirasi selnya
juga semakin cepat.
B. Saran
1. Untuk Praktikkan, sebaiknya melakukan pengamatan secara teliti dan sesuai
prosedur kerja agar tidak terjadi kesalahan dalam praktikum.
2. Untuk Asisten, sebaiknya mendampingi Praktikan selama praktikum
berlangsung agar Praktikan dapat menanyakan hal-hal yang kurang dipahami
dari segi teknis pelaksanaan praktikum.
3. Kepada laboran, diharapkan agar pihak laboran menyiapkan lebih dari satu
alat untuk praktikum, khususnya mengenai pengadaan respirometer, agar
proses pengamatan dapat berlangsung dengan baik dan tidak memakan
waktu yang lama.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Respirasi Hewan dan Tumbuhan. http://naarina.blogspot.com/2011/02/praktikum-biologi-respirasi-hewan-dan.html.


Diakses tanggal 5 Desember 2012.
Hamka. 2012. Penuntun Praktikum Biologi Dasar. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA
UNM.
Lakitan, Benyamin. 2010. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Susilowati, dkk. 2000. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Malang: Universitas
Negeri Malang.

Pertanyaan dan Jawaban

1. Apa fungsi KOH yang dibungkus dengan kapas?


Jawab: Untuk mengikat CO2 yang dilepaskan oleh organisme dalam respirometer
saat melakukan respirasi. KOH

digunakan

untuk

menyerap

CO 2 yang dihembuskan oleh hewan atau tumbuhan yang berada di


dalam respirometer
2. Apa fungsi eosin pada percobaan ini? Dapatkah eosin tersebut diganti dengan
cairan yang lain? Jelaskan!
Jawab: Untuk menguji pergerakan kecepatan respirasi, dengan cara menunjukkan
skala yang dilewati oleh larutan eosin
3. Bagaimana mengetahui volume eosin yang digunakan organisme pada percobaan
diatas?
Jawab: Volume dapat diketahui dengan membandingkan jumlah rata-rata skala
dengan waktu yang digunakan.
4. Adakah perbedaan jumlah kebutuhan oksigen berdasarkan jenis organisme?
Jelaskan!
Jawab: Ada perbedaan jumlah kebutuhan oksigen terhadap organisme yang
berbeda, contohnya seperti pada percobaan diatas yang terlihat bahwa, kecoa
lebih cepat waktunya untuk larutan eosin mencapai skala 1,0 dibanding
dengan kecambah kacang hijau.
5. Adakah perbedaan jumlah kebutuhan oksigen berdasarkan ukuran organisme?
Jelaskan!
Jawab: Ada perbedaan jumlah kebutuhan oksigen berdasarkan ukuran oksigen.
Hal ini terlihat jelas pada hasil percobaan diatas, dimana terlihat bahwa,
kecoa besar lebih cepat waktunya untuk larutan eosin mencapai skala 1,0
dibanding dengan kecoa kecil.
http://na-arina.blogspot.com/2011/02/praktikum-biologi-respirasihewan-dan.html
Posted By: Arina Fauziah Ainani
27 Februari 2011

RESPIRASI HEWAN DAN TUMBUHAN


Bernafas artinya melakukan pertukaran gas, yaitu mengambil oksigen (O2) ke
dalam paru-paru yang disebut proses inspirasi dan mengeluarkan karbondioksida
(CO2) serta uap air (H2O) yang disebut proses ekspirasi. Sedangkan respirasi adalah
seluruh proses sejak pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik
menjadi CO2, H2O dan energi. Pertukaran gas O2 dan gas CO2 berlangsung melalui
proses difusi. Alat-alat pernafasan dapat berupa paru-paru, insang, trakea maupun
bentuk lain yang dapat melangsungkan pertukaran gas O2 dan gas CO2.
Respirasi dapat berlangsung dengan 2 cara, yaitu :
1. Respirasi Aerob (Oksidasi)
Proses ini merupakan pemecahan molekul dengan menggunakan oksigen, reaksi
umumnya sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + 675 kalori
Pada umumnya dalam keadaan normal manusia menggunakan cara ini.
2. Respirasi Anaerob
Proses ini merupakan pemecahan molekul tidak menggunakan oksigen. Reaksi
umumnya sebagai berikut:
C6H12O6 2C2H5OH + CO2 + 28 Kalori
Pada proses respirasi anaerob terjadi pemecahan molekul yang sempurna, karena
masih dihasilkan zat organik sehingga energinya belum terbebaskan semua. Pada
proses tersebut hanya terhenti sampai glikolisis dan terbentuk asam laktat, sehingga
energi yang dihasilkan sedikit dan dampaknya mengakibatkan kelelahan pada tubuh.
Proses ini umumnya terjadi pada organism tingkat rendah, yaitu pada ragi dan
bakteri. Pada organisme tingkat tinggi proses ini hanya berlangsung dalam keadaan
darurat, yaitu apabila persediaan oksigen kurang mencukupi. Ini terjadi ketika otot
bekerja terlalu keras dan berlebih.
Laju respirasi pada tumbuhan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain:
Ketersediaan substrat. Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang
penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang
rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebaliknya,
bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat.
Ketersediaan Oksigen. Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi,
namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan
berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan
oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen
yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang
tersedia di udara.
Suhu. Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor
Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan
suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies. Tipe dan
umur tumbuhan. Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme,
dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-

masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi
dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang
dalam masa pertumbuhan.
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa sistem trakea yang
berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengangkut
dan mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trakea memanjang dan bercabang-cabang menjadi
saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu,
pengangkutan O2 dan CO2 dalam sistem ini tidak membutuhkan bantuan sistem
transportasi atau darah. Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil
yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya. Selanjutnya dari stigma, udara masuk ke
pembuluh trakea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Pada serangga
bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya
pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur.

Anda mungkin juga menyukai