Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

PERCOBAAN III

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Dosen Pengampu : Rina Rahayu .M.Pd

DISUSUN OLEH

NAMA : INTANTI

NPM : 2010303027

KELAS : IPA 3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TIDAR
2021
LAPORAN SEMENTARA

PERCOBAAN III

“Sifat Koligatif Larutan”

1. Tujuan Praktikum
a. Menunjukkan sifat koligatif larutan yang terdiri dari penurunan
tekanan uap dan tekanan osmotik
2. Landasan Teori
A. Sifat Koligatif Larutan
Hukum Raoult merupakan dasar dari empat macam sifat larutan encer
yang disebut sifat koligatif. Kata koligatif berasal dari kara Latin colligare
yang berarti berkumpul bersama, karena sifat ini bergantung pada
pengaruh kebersamaan (kolektif) semua partikel dan tidak pada sifat dan
keadaan partikel. Sifat koligatif larutan ada empat macam yaitu penurunan
tekanan uap (ΔP), kenaikan titik didih (ΔTb), penurunan titik beku (ΔTf) dan
tekanan osmosis (π). Sifat kologatif dapat digunakan untuk menentukan
massa molekul relatif suatu zat. (Hiskia Achmad, 1996 : 35-36).
Pada praktikum ini, akan di uji cobakan 2 macam dari 4 sifat koligatif
larutan, yaitu penurunan tekanan uap dan tekanan osmosis.
1. Penurunan Tekanan Uap
Penguapan adalah proses lepasnya partikel-partikel cairan ke udara
di atasnya dan berubah menjadi fasa gas (uap). Banyaknya uap yang
terbentuk di atas permukaan zat cair dinamakan dengan tekanan uap.

Ketika partikel-partikel zat cair meninggalkan kelompoknya menjadi


uap, di saat yang bersamaan uap tersebut akan kembali menjadi zat
cair. Tekanan yang ditimbulkan pada saat terjadi kesetimbangan antara
jumlah partikel zat cair menjadi uap dan jumlah uap menjadi zat cair
disebut tekanan uap jenuh.

Tekanan uap jenuh yaitu tekanan uap larutan di saat terjadi


kesetimbangan antara jumlah partikel zat cair menjadi uap dan jumlah
uap menjadi zat cair dalam ruangan tertutup.
Apa yang terjadi dengan tekanan uap jika ke dalam suatu cairan
(misalnya, air) dimasukkan zat yang tidak mudah menguap (misalnya,
gula pasir)? Adanya zat terlarut nonvolatile (tidak mudah menguap) di
dalam suatu pelarut dapat menurunkan tekanan uap pelarut. Mengapa
demikian, adanya molekul-molekul zat terlarut di antara molekul-
molekul pelarut akan mengurangi kemampuan molekul-molekul pelarut
untuk berubah dari wujud cair ke wujud gas. Dalam larutan, molekul-
molekul zat terlarut tersebut, akan menghalangi molekul-molekul
pelarut terlepas dari larutan untuk menguap. Dengan demikian, jumlah
molekul pelarut yang berada dalam keadaan uap menjadi berkurang
sehingga mengakibatkan penurunan tekanan uap larutan (∆P).
Bila tekanan uap jenuh pelarut murni dinyatakan dengan P° ,
tekanan uap jenuh larutan dinyatakan dengan P, maka besarnya
penurunan tekanan uap jenuh dapat ditulis sebagai berikut.
∆ P=P°−P
Besarnya tekanan uap jenuh masing-masing komponen dalam
larutan dirumuskan dalam hukum Roult, yaitu tekanan uap larutan
yang dapat menguap sama dengan tekanan uap jenuh komponen
murni dikali dengan fraksi molnya pada suhu itu.
P=P ° × X P
Keterangan:
 P = tekanan uap jenuh larutan
 P° = tekanan uap jenuh pelarut murni
 Xp = fraksi mol pelarut

Berdasarkan besarnya persamaan penurunan tekanan uap jenuh


larutan (∆P), maka persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut:

∆ P=P° × X t

2. Tekanan Osmotik
Peristiwa osmosis akan berlangsung hingga dicapai suatu
kesetimbangan. Hal ini ditandai dengan berhentinya perubahan
volume larutan. Perbedaan volume dua larutan pada kesetimbangan
menghasilkan suatu tekanan yang disebut tekanan osmosis. Tekanan
osmosis dapat juga diartikan sebagai tekanan yang diberikan untuk
mencegah terjadinya peristiwa osmosis. Menurut van’t Hoff, tekanan
osmotik larutan-larutan encer dapat dihitung dengan rumus yang
serupa dengan persamaan gas ideal, yaitu:

PV =nRT atau πV =nRT

dengan mol/Volume menyatakan kemolaran larutan (M). maka


persamaan di atas dapat ditulis:
π=MRT
Keterangan :
 π = tekanan osmosis (atm)
 R = tetapan gas (0,082 atm L/mol K)
 T = suhu (K)
 M = molaritas (mol/L)
 V = volume larutan (L)

3. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah pengaruh penurunan tekanan uap pada ketinggian
larutan yang diuji-cobakan?
b. Bagaimanakah pengaruh tekanan osmotik pada benda yang
diujicobakan?
4. Hipotesis
a. Penurunan tekanan uap berpengaruh pada ketinggian larutan yang
diuji-cobakan.
b. Tekanan osmotik mempengaruhi benda yang di uji-cobakan,

5. Alat dan Bahan


a. Alat
Tabel 3.1 Daftar Alat Praktikum Sifat koligatif Larutan
No Nama Alat Spesifikasi Jumlah
a. Gelas air mineral 220 mL 4
b. Gelas kimia 250 mL 2

b. Bahan
Tabel 3.2 Daftar Bahan Praktikum Sifat koligatif Larutan
No Nama Bahan Spesifikasi Jumlah
a. Larutan garam 1m 350 mL
b. Wortel Segar, ukuran sedang 2 buah
c. Aquades - 100 mL

6. Cara Kerja
8.1 Penurunan Tekanan Uap
a. Siapkan 2 gelas air mineral 220 mL, kemudian gelas tersebut
diberi label A dan B.
b. Isi 100 mL akuades ke dalam gelas A.
c. Isi 100 mL larutan garam ke dalam gelas B.
d. Simpan kedua gelas dalam wadah tertutup selama 24 jam.
e. Ukur ketinggian larutan dalam kedua gelas.

8.2 Tekanan Osmosis


a. Siapkan 2 gelas air mineral 220 mL, kemudian gelas
tersebut diberi label A dan B.
b. Isi 100 mL akuades ke dalam gelas A.
c. Isi 100 mL larutan garam ke dalam gelas B.
d. Masukkan wortel yang masih segar dengan ukuran sama ke
dalam masing-masing gelas.
e. Simpan kedua gelas dalam tempat yang aman.
f. Amati yang terjadi setelah 24 jam.

7. Data Pengamatan
9.1 Penurunan Tekanan Uap
Tabel 3.3 Data Pengamatan Penurunan Tekanan Uap
No Pengamatan Hasil Pengamatan
a. Ketinggian aquades mula-mula 3,0 cm
b. Ketinggian aquades setelah 24 jam 2,7 cm
c. Ketinggian larutan garam mula-mula 3.0 cm
d. Ketinggian larutan garam setelah 24 jam 2,9 cm

9.2 Tekanan Osmosis


Tabel 3.4 Data Pengamatan Tekanan Osmosis
No Pengamatan Hasil Pengamatan
a. Wortel dalam aquades setelah 24 jam Wortel masih segar
keras/tidak lembek, dan
tidak mengkerut.
b. Wortel dalam larutan garam setelah 24 Wortel lentur, tidak
jam keras ,terdapat bercak
hitam pada wortel, dan
sedikit mengkerut

8. Analisis Data
a. Penurunan Tekanan Uap
Disediakan aquades (air murni) dan larutan garam sebanyak 100
ml, dituangkan dalam 2 gelas air mineral.
 Pada gelas A (aquades) tinggi cairan didalam gelas adalah
3,0 cm dan setelah 24 jam tinggi cairan aquades adalah 2,7
cm.
 Pada gelas B (larutan garam) tinggi larutan didalam gelas
adalah 3,0 cm, dan setelah 24 jam tinggi larutan garam
menjadi 2,9 cm.
b. Tekanan Osmosis
Disediakan aquades (air murni) dan larutan garam sebanyak 100
ml yang dituangkan dalam 2 gelas air mineral yang di beri label A dan
B, serta wortel sebagai bahan pengujinya.
 Pada gelas A (aquades) setelah didiamkan selama kurang
lebih 24 jam keadaan wortel tetap keras, warna tetap sama,
bagian permukaannya sedikit licin,tidak mengkerut, dan
meninggalkan aroma wortel yang pekat.
 Pada gelas B (larutan garam) setelah didiamkan selama
kurang lebih 24 jam, keadaan wortel tidak terlalu keras, sedikit
lentur,terdapat bercak hitam, sedikit mengkerut, dan aroma
wortel tidak terlalu pekat.

9. Pembahasan
a. Penurunan Tekanan Uap
Pada percobaan diatas cairan aquades digelas A menguap hingga
ketinggiannya berkurang sebanyak 0,3 cm, hal itu membuktikan
bahwa air menguap pada tempat tertutup. Pada hal ini gelas
disimpan dalam wadah tertutup, hal ini membuktikan bahwa air dapat
menguap pada suhu yang bukan merupakan titik didihnya, Jika air
ditempatkan dalam wadah tertutup pada suhu tertentu, maka pada
awalnya akan ada molekul-molekul air yang berubah dari fase cair
menjadi fase gas dengan laju penguapan tertentu, sesaat setelah
terbentuknya fase gas, ada molekul dari fase gas yang kembali
menjadi fase cair akibat dari penempatan di dalam wadah tertutup.
Pengembunan tersebut terjadi dengan laju pengembunan tertentu.
Hal ini terus berlangsung sampai suatu saat laju proses penguapan
sama dengan laju pengembunan. Kondisi inilah yang disebut sebagai
keadaan jenuh. Pada kondisi jenuh ini, secara makroskopik terlihat
bahwa jumlah uap sudah tidak berubah lagi, uap - uap tersebut
kemudian dapat menekan wadah dan besar tekanannya disebut dgn
tekanan uap jenuh.
Pada percobaan larutan garam pada gelas B, air menguap hingga
ketinggian air yang semula 3.0 cm menjadi 2,9 cm atau berkurang
sebanyak 0,1 cm, hal ini membuktikan bahwa jika air yang diuapkan
ditambahkan dengan zat terlarut (tidak mudah menguap) pada
tekanan dan suhu tertentu, maka air dalam larutan tersebut akan
menguap dan menyebabkan adanya tekanan uap pelarut. Tekanan
uap pelarut akan turun harganya bila ada pelarut yang ditambahkan
oleh zat pelarut. Penambahan zat pelarut ke dalam pelarut akan
menyebabkan penurunan tekanan uap.

b. Tekanan Osmosis
 Wortel yang dimasukkan kedalam larutan air (aquades) tidak
memiliki perubahan yang signifikan, yaitu tekstur wortel tetap
keras, permukaannya sedikit licin, warna tetap sama, aroma
wortel sangat pekat, dan wortel sedikit mengkerut.
 Wortel yang dimasukkan kedalam larutan garam memiliki
perubahan yang signifikan yaitu berupa wortel tidak terlalu
keras, sedikit lentur,terdapat bercak hitam, sedikit mengkerut,
dan aroma wortel tidak terlalu pekat. Hal ini dikarenakan air
yang berada dalam bahan memiliki konsentrasi lebih rendah
dari konsentrasi larutan diluarnya sehingga air yang berada
dalam wortel tersebut bergerak ke larutan di luarnya.
Dari percobaan pada wortel di atas diketahui bahwa zat-
zat pelarut akan menerobos masuk melalui dinding
semipermeabel. Artinya, pelarut akan berpindah dari konsentrasi
rendah (encer) ke konsentrasi yang lebih tinggi (kental) dengan
melewati dinding semipermeabel. Hal ini juga terjadi pada
percobaan Wortel air garam dengan Wortel air biasa yang
mengalami perubahan fisik. Akibat tekanan yang terjadi pada
wortel tersebut.
10. Simpulan dan Saran
a. Simpulan
 Dapat disimpulkan bahwa penurunan tekanan uap berpengaruh
pada ketinggian atau isi dari larutan atau dapat di jabarkan
bahwa Zat terlarut apabila dicampurkan dengan zat pelarut,
maka tekanan uap larutan tersebut akan semakin kecil, apabila
jumlah zat terlarut yang dilarutkan ke dalam zat pelarut sedikit
sedangkan jumlah zat pelarut tetap, maka uap yang dihasilkan
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah zat terlarut yang
banyak, hal ini dikarenakan molekul zat terlarut dan molekul zat
pelarut akan saling tarik menarik dalam larutan, sehingga
molekul zat terlarut akan menghalangi molekul zat pelarut
untuk bias mengalami penguapan, sedangkan penguapan zat
pelarut murni lebih banyak daripada zat pelarut yang dicampur
zat terlarut, karena tidak ada zat yang menghalangi molekul zat
pelarut untuk menguap.
 Tekanan osmosis berpengaruh dalam perubahan benda yang
di uji-cobakan atau dapat dijabarkan bahwa Osmosis
merupakan bergeraknya air dari larutan yang konsentrasinya
lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi. Dalam praktikum
yang telah saya lakukan, dapat disimpulkan bahwa wortel yang
dimasukkan ke dalam larutan garam mengalami perubahan
fisik yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan air yang berada
dalam bahan memiliki konsentrasi lebih rendah dari konsentrasi
larutan diluarnya sehingga air yang berada dalam wortel
tersebut bergerak ke larutan di luarnya
b. Saran
Dalam kedua percobaan tersebut disarankan agar lebih teliti dan
jeli dalam melakukan percobaan juga memvariasikan jenis percobaan
yang dilakukan agar jangkauan penelitian lebih luas.

11. Daftar Pustaka


1. Tim Dosen Kimia Dasar.2021. “Petunjuk Praktikum Kimia
Dasar.Modul”. 10 Maret 2021.

2. Intanti, Maitsaa Rihhadatul Aisy, Mita Salsabila Zahro.2021.”KIMIA


DASAR
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN DAN ASAM BASA”. 10 Maret 2021.

3. Kelompok V,2015,”Penerapan sifat koligatif larutan dalam kehidupan


sehari-hari”. Dikutip dari
https://www.slideshare.net/veranikiki/penerapan-sifat-koligatif-dalam-
kehidupan-sehari-hari. Maret 2021

12. Jawaban pertanyaan


a. Jelaskan mengapa volum aquades dan volum larutan garam setelah
24 jam berbeda?

b. Jelaskan mengapa hasil pengamatan wortel dalam aquades dan


wortel dalam larutan garam 1 m berbeda?

Jawaban :

a. Air dapat menguap pada suhu yang bukan merupakan titik didihnya,
Jika air ditempatkan dalam wadah tertutup pada suhu tertentu, maka
pada awalnya akan ada molekul-molekul air yang berubah dari fase
cair menjadi fase gas dengan laju penguapan tertentu. Sesaat setelah
terbentuknya fase gas, ada molekul dari fase gas yang kembali
menjadi fase cair akibat dari penempatan di dalam wadah tertutup.
Pengembunan tersebut terjadi dengan laju pengembunan tertentu.
Hal ini terus berlangsung sampai suatu saat laju proses penguapan
sama dengan laju pengembunan. Kondisi inilah yang disebut sebagai
keadaan jenuh. Pada kondisi jenuh ini, secara makroskopik terlihat
bahwa jumlah uap sudah tidak berubah lagi, uap - uap tersebut
kemudian dapat menekan wadah dan besar tekanannya disebut dgn
tekanan uap jenuh.
Di sisi lain, jika air yang diuapkan ditambahkan dengan zat terlarut
(tidak mudah menguap) pada tekanan dan suhu tertentu, maka air
dalam larutan tersebut akan menguap dan menyebabkan adanya
tekanan uap pelarut. Tekanan uap pelarut akan turun harganya bila
ada pelarut yang ditambahkan oleh zat pelarut. Penambahan zat
pelarut ke dalam pelarut akan menyebabkan penurunan tekanan uap.
Oleh karena itu setelah 24 jam volume air dan garam menjadi
berbeda.
b. Pada percobaan tersebut terjadi penurunan dan kenaikan massa
wortel. Terjadi penurunan massa pada wortel yang di rendam pada
larutan garam. Hal tersebut terjadi karena air pada bergerak ke luar
menuju larutan haram.  Larutan garam mempunyai konsentrasi yang
lebih tinggi dari pada wortel.  Hal tersebut menbuktikan bahwa
osmosis adalah proses perpindahan zat dari yang konsentrasinya
rendah menuju konsentrasi tinggi sehingga massa pada wortel
berkurang.  Perpindahan air pada yang bersifat hipotonis (konsentrasi
rendah) menuju larutan garam yang bersifat hipertonis (konsentrasi
tinggi). Sedangkan ke wortel yang di rendam pada air massanya akan
bertambah. Hal ini dikarenakan air memiliki konsentrasi yang lebih
rendah dari pada kandungan pada dan wortel sehingga   wortel yang
di rendam dalam air massa akan bertambah sebab konsentrasi pada 
dan wortel berpindah ke air.

13. Penerapan Konsep Sifat Koligatif Larutan Dalam Kehidupan Sehari-


Hari
a. Penerapan penurunan tekanan uap
1) Laut mati adalah contoh terjadinya penurunan tekanan uap pelarut
oleh zat terlarut yang tidak mudah menguap. Air berkadar garam
tinggi ini terletak di daerah gurun yang sangat panas dan kering,
serta tidak berhubungan dengan laut bebas sehingga konsentrasi
zat terlarutnya semakin tinggi
2) Pada saat berenang di laut mati kita tidak akan tenggelam karena
konsentrasi zat terlarutnya sangat tinggi. Hal ini tentu saja
dimanfaatkan sebagai sarana hiburan atau rekreasi bagi manusia.
Penerapan prinsip yang sama dengan laut mati dapat kita temui di
beberapa tempat wisata di Indonesia yang berupa kolam apung.
b. Penerapan dalam penurunan titik beku
1) Membuat cairan pendingin, cairan pendingin adalah larutan berair
yang memiliki titik beku jauh dibawah 0 ° C . Cairan pendingin
digunakan pada pabrik es, juga digunakan untuk membuat es
putar. Cairan pendingin dibuat dengan melarutkan berbagai jenis
garam ke dalam air.
2) Antibeku pada radiator mobil, di daerah beriklim dingin, ke dalam
air radiator biasanya ditambahkan etilen glikol karena pada daerah
beriklim dingin air di radiator mudah membeku. Jika keadaan ini
dibiarkan, maka radiator kendaraan akan cepat rusak. Dengan
penambahan etilen glikol ke dalam air radiator menurun, dengan
kata lain air tidak mudah membeku.
3) Antibeku untuk mencairkan salju, di daerah yang memiliki iklim
bersalju, setiap hujan salju terjadi, jalanan dipenuhi es salju. Hal
ini tentu saja membuat kendaraan sulit bergerak/melaju. Untuk
mengatasinya, jalanan ditaburi campuran garam NaCl dan CaCl2.
Penaburan garam tersebut dapat mencairkan salju. Semakin
banyak garam yang ditaburkan, akan semakin banyak pila salju
yang mencair.
c. Penerapan kenaikan titik beku
1) Pengukuran Massa Molar
Dalam perhitungan kenaikan titik didih akan bergantung pada
jumlah pelarut dan juga konsentrasi molal partikel terlarut. Secara
sederhana, kenaikan titik didih dapat digunakan untuk
menentukan massa molar zat terlarut dengan adanya variabel mol
pada rumusnya.
Untuk larutan elektrolit seperti larutan natrium klorida, maka
senyawa tersebut akan mengalami disosiasi pada saat pelarutan.
Hal ini akan menjadi lebih kompleks dalam pengukuran massa
molar suatu zat menggunakan kenaikan titik didih
Meskipun saat ini dalam penentuan massa molar zat telah
digunakan suatu alat atau instrumen yaitu spektrofotometer
massa, namun metode ini tetap dapat digunakan sebagai alternatif
yang murah.
2) Pemurnian Gula
Seperti yang kita ketahui bahwa gula terbuat dari suatu batang
tebu. Ketika tebu telah dipanen maka dari batang tebu tersebut
akan diekstrak cairan tebu yang kemudian akan digunakan dalam
pembuatan gula kristal untuk konsumsi.
Dalam pembuatan gula, terdapat tahap dimana cairan tebu
tersebut akan di didihkan. Suhu dimana cairan mendidih akan
bergantung dari konsentrasi gula dalam cairan tersebut. Dengan
mengetahui tingkat kenaikan titik didih ini maka itu akan
digunakan untuk memantau tingkat kejenuhan larutan sehingga
akan bermanfaat dalam proses kristalisasi untuk menghasilkan
kristal gula yang sempurna.
d. Penerapan tekanan osmosis
1) Mesin cuci darah, pasien penderita gagal ginjal harus menjalani
cuci darah. Terapi menggunakan metode dialysis, yaitu proses
perpindahan molekul seperti urea melalui membran
semipermiabel dan masuk ke cairan lain, kemudian dibuang.
Membran tak dapat ditembus oleh molekul besar seperti protein
sehingga akan tetap berada di dalam darah.
2) Pengawetan makanan, sebelum teknik pendinginan untuk
mengawetkan makanan ditemukan, garam dapur digunakan untuk
mengawetkan makanan. Garam dapat membunuh mikroba
penyebab makanan busuk yang berada di permukaan makanan.
LAMPIRAN

Sebelum 24 jam

Larutan aquades dan larutan garam

Wortel dalam larutan garam dan aquades


Sesudah 24 jam

Larutan garam dan aquades

Wortel dalam larutan garam dan aquades


Kondisi wortel setelah 24 jam

Wortel dalam larutan aquades


Wortel dalam larutan garam.

Anda mungkin juga menyukai