Anda di halaman 1dari 18

BAB 4: KINEMATIKA II :

GERAK BENDA TITIK DALAM [1] DAN [2] DIMENSI

Pada prinsipnya semua persoalan kinematika dapat ditangani dengan pembahasan


umum dalam bab III, namun ada baiknya kita melihat lika-liku beberapa gerak sederhana
yang sering dijumpai. Yang pertama akan kita bahas adalah dalam [1] dimensi, atau gerak
lurus, tanpa dan dengan percepatan. Salah satu contoh populer untuk gerak lurus adalah gerak
jatuh bebas. Kemudian kita perluas ke dalam gerak [2] dimensi. Contoh yang banyak dipakai
dalam hal ini adalah gerak peluru dan gerak melingkar.

4.1 Gerak Lurus Beraturan

Gerak lurus beraturan adalah gerak lurus tanpa percepatan. Bila kita pilih sumbu x
berimpit dengan lintasan benda, hanya ada satu komponen posisi dan satu komponen
kecepatan yang muncul, yaitu komponen x.

   
vd vc va vb

d c 0 a b x

Gambar 4.1 Gerak lurus sepanjang sumbu x

Dalam gambar 4.1. diperlihatkan empat buah benda yang bergerak sepanjang sumbu

x, letaknya dan kecepatannya. Posisi dan kecepatan benda A adalah ra  x a î dan v a  v a î ,
 
  
 
untuk benda B, rb  x b î dan v b  v b  î   v b î , untuk benda C, rc  x c  î   x c î dan

  
  
v c  v c  î   v c î , dan untuk benda D, r d  x d  î   x d î dan v d  v  î    v
d d î .

Kita lihat bahwa vektor satuan yang muncul hanyalah vektor î , karena itu tidak ada masalah
bila vektor ini tidak kita tuliskan, dengan pengertian bahwa vektor ini tersirat dalam besaran
vektor yang dipakai. Sebagai contoh, bila dituliskan xb = 3 m dan vb = -5 m/s, yang dimaksud
 
 
adalah rb  3î m dan v b  5î  5  î m/s, dan untuk xc = -4 m dan vc = 2 m/s, yang

  
dimaksud adalah rc  4î  4  î m dan v c  2î m/s. Jadi kita lihat bahwa x positif
menunjukkan bahwa posisi benda berada di sebelah kanan titik acuan, sedangkan x negatif di
sebelah kiri. Sedangkan v positif menunjukkan bahwa benda sedang bergerak ke kanan dan v
negatif benda bergerak ke kiri.

28
Untuk gerak lurus beraturan, percepatan sama dengan nol, sehingga rumus-rumus
(3.1) untuk gerak lurus beraturan menjadi
a=0
v = v0 = tetap
x = v0t + xo (4.1)
dengan v0 dan x0 berturut turut adalah kecepatan dan posisi benda pada saat t = 0.
Bila kita buat grafik ketiga besaran di atas terhadap waktu, akan kita peroleh grafik
yang khas bagi gerak lurus beraturan, gambar 4.2. Perhatikan bahwa kemiringan grafik posisi
yang konstan berkaitan dengan kecepatan yang tetap dari partikel. Demikian juga grafik
kecepatan yang horizontal (kemiringan = 0) berkaitan dengan percepatan yang sama dengan
nol.

ax vx x vx x

vo > 0

)α 0 tan α = vo < 0
vo < 0 t
α
tan α = vo > 0
0 t 0 t 0 t 0 t
(a) (b) (c) (d) (e)

Gambar 4.2 Grafik percepatan, kecepatan dan posisi gerak lurus beraturan. Grafik
b dan c adalah untuk kecepatan positif, sedangkan grafik d dan e
untuk kecepatan negatif. Kesimpulan apa yang dapat anda petik dari
sini ?

4.2 Gerak Lurus Berubah Beraturan

Di sini benda masih bergerak lurus, artinya vektor satuan yang muncul masih hanya
satu macam, karena itu dapat kita hilangkan dalam penulisan. Penyajian tanda (+) dan (-)
sama seperti dalam gerak lurus beraturan. Kecepatan benda tidak lagi tetap, tetapi berubah
secara beraturan, dengan kata lain percepatan benda tetap. Hubungan (3.10) untuk gerak lurus
berubah beraturan menjadi
ax = a0 = tetap
vx = a0t + v0
x = 1 2 a0t2 + v0t + x0 (4.2)

Dari persamaan-persamaan di atas dapat diperoleh hubungan berikut (buktinya


ditinggalkan untuk latihan) :

29
x – x0 = 1
2
(v0 + vx)t
v 2x  v 02  2a 0 x  x 0  (4.3)
Dalam sebuah hubungan di atas , a0, v0 dan x0 adalah tetapan yang menyatakan keadaan awal
gerak partikel ( pada t = 0 s).
Grafik yang khas untuk gerak lurus berubah beraturan diperlihatkan dalam gambar
4.3. diperlihatkan juga beberapa titik pada saat yang bersesuaian. Perhatikan bahwa hubungan
percepatan terhadap kecepatan di sini serupa dengan hubungan kecepatan terhadap posisi
dalam gerak lurus beraturan.

a x
v

(a) (b) (c)


0
t1 t2 t3 t
0 0
t1 t2 t3 t t1 t2 t3 t

a v x
0 t1 t2 t3 t
(d) (e) 0 (f)
t1 t2 t3 t

0
t1 t2 t3 t
Gambar 4.3 Grafik untuk gerak lurus berubah beraturan. Pasangan grafik a, b, c dan
pasangan d, e, f hanya berbeda dalam hal keadaan awalnya saja (a0, v0,
x0).

Dari gambar tampak bahwa pada titik ekstrim posisi (maksimum dan minimum),
kecepatannya sam dengan nol, yang dicapai oleh benda pada saat t2 = -v0/a0. Tampak pula
bahwa gerak benda simetrik terhadap harga ekstrim ini, artinya posisi dan laju pada selang t
sebelum dan sesudah t2 sama besar, hanya arah kecepatannya yang berlawanan.
Salah satu contoh gerak lurus berubah beraturan adalah gerak jatuh bebas, yaitu gerak
lurus berubah beraturan dengan percepatan yang ditimbulkan oleh tarikan bumi. Percepatan

ini disebut percepatan gravitasi g , besarnya sekitar 9,8 ms-2 dan berarah ke “bawah” (yaitu ke
pusat bumi). Sebetulnya besar percepatan ini bergantung kepada jarak benda dari pusat bumi,
dan juga bergantung kepada lintang tempat pengukuran, tetapi untuk gerak dekat permukaan
bumi praktis dapat dianggap konstan. Untuk memudahkan perhitungan, seringkali dalam
pemecahan soal-soal dianggap g  10 ms-2.

Untuk gerak ini, rumus (4.2) dan (4.3) tetap berlaku dengan menggantikan a dengan g.
Karena kebiasaan kita mengambil orientasi vertikal sebagai sumbu y dengan arah positif ke
atas, maka persamaan untuk gerak jatuh bebas dapat dituliskan sebagai

30
ay = -g
vy = -gt + v0 (4.4)
1
y = - gt2 + v0t + y0
2

dengan g  g  10 ms-2. Disini pun berlaku
1
y – y0 = (v0 + vy)t
2
v 2y  v 02  2gy  y 0  (4.5)

Contoh 4.1 :
Sebuah balon udara sedang bergerak ke atas dengan laju tetap
2 ms-1. Karena ada gangguan teknis, maka pada ketinggian
vo = 2 ms-1
40 m harus dilepaskan beban keluar balon. Tentukanlah : (a)
lamanya waktu untuk beban sampai di tanah, dihitung sejak yo = 40 m
beban dilepaskan, (b) kecepatan beban tepat pada saat
menyentuh tanah dan (c) ketinggian maksimum yang dicapai
oleh beban. Gambar 4.4

Jawab :
Karena semula beban pada waktu dilepaskan sama dengan balon, maka kecepatan beban pada
waktu dilepaskan sama dengan kecepatan balon, v0 = 2 ms-1.
Persamaan gerak beban adalah
1 2
y=- gt + v0t + y0 = -5t2 + 2t + 40
2
vy = -gt + v0 = -10t + 2
a. Beban tiba di tanah, artinya y = 0
0 = -5t2 + 2t + 40

2 22  4 540  2  28


t=   2,6 s atau 3 s
2 5  10

t1 = -3,6 s ditolak karena t harus positif (dihitung setelah beban dilepaskan). Jadi yang
berlaku adalah t2 = 3 s.
b. Kecepatan beban pada saat menyentuh tanah, yaitu kecepatan beban pada saat t = 3 s,
vy = -10(3) + 2 = -28 m/s.
Tanda negatif artinya beban sedang bergerak ke bawah.
c. Ketinggian maksimum beban dicapai ketika vy = 0, yaitu pada
vy = -10t + 2 = 0  t = 0,2 s
Pada saat ini ketinggian beban adalah

31
y = -5(-0,2)2 + 2(0,2) + 40 = 40,2 m
4.3 Pembahasan Gerak Lurus Secara Grafik

Dalam matematika turunan suatu fungsi diartikan sebagai kemiringan garis singgung
grafik fungsi tersebut. Bila grafik fungsi itu sedang naik, maka turunannya positif, bila sedang
turun, turunannya negatif dan bila sedang di titik ekstrim(maksimum dan minimum),
turunannya sama dengan nol. Hubungan percepatan, kecepatan dan posisi dalam gerak lurus
juga diberikan oleh turunan sebagai berikut :
dv x dx
ax  dan vx 
dt dt
Jadi dapat juga diartikan pula bahwa kecepatan adalah kemiringan garis singgung grafik
(bukan lintasan) posisi terhadap waktu, dan percepatan adalah kemiringan garis singgung
grafik kecepatan terhadap waktu.
Titik ekstrim
x
Titik balik
t

Gambar 4.5 Hubungan turunan antara posisi, kecepatan dan percepatan. Perhatikan
bahwa titik ekstrim menghasilkan harga nol bagi turunannya dan titik balik
kelengkungan menghasilkan harga ekstrim bagi turunannya.

Sebaliknya, dalam matematik integrasi diartikan sebagai luas daerah bawah grafik,
jadi hubungan integrasi antara percepatan, kecepatan dan posisi dalam gerak lurus dapat juga
dibaca dari luas daerah di bawah grafik yang sesuai
t
v t   v 0   a  d ,
t0
t
x t   x 0   v d .
t0

Perhatikan bahwa luas daerah berhubungan dengan selisih harga kecepatan atau selisih posisi
(perpindahan), bukan dengan harga kecepatan atau posisinya secara langsung.

32
a
v(t1) – v(t0)

t0 t1 t
v

x(t1) – x(t0)
I

t0 II t1 t

Gambar 4.6 Hubungan percepatan, kecepatan dan posisi sebagai


luas daerah di bawah grafik.

Bila grafik berada di bawah sumbu waktu, maka luas dianggap berharga negatif.
Untuk perpindahan, luas negatif berarti perpindahan ke kiri, sedangkan luas positif berarti
perpindahan ke kanan. Jadi dalam gambar 4.6 di atas, perpindahan total dari t0 ke t1 adalah
luas daerah I dikurangi dengan luas daerah II. Bila yang kita inginkan adalah panjang lintasan
yang ditempuh, maka lintasan ke kanan dan ke kiri sama-sama dihitung positif. Jadi untuk
gambar 4.6 di atas, panjang lintasan yang ditempuh dari t0 ke t1adalah luas daerah I ditambah
dengan luas daerah II.
Istilah lain yang sering menimbulkan kerancuan adalah istilah jarak yang ditempuh.
Ada yang mengartikan jarak sebagai perpindahan (jadi dapat berharga negatif), ada pula yang
mengartikan sebagai panjang lintasan yang ditempuh (jadi tidak pernah berharga negatif).
Untuk keseragaman, disarankan agar pemakaian istilah ini dihindari; gunakanlah perpindahan
atau panjang lintasan agar tidak menimbulkan kesangsian dalam penafsirannya.
Contoh 4.2 :
Grafik kecepatan terhadap waktu diberikan seperti pada gambar di bawah ini :
v(m/s)
10
α
1 2 3 4 5 6 7 8 t(s)

-10

a. Tentukan percepatan benda pada t = 0, t = 1 s, t = 3 s, t = 5 s.


b. Gambarkanlah sketsa grafik percepatan terhadap waktu
c. Tentukan percepatan rata-rata antara t = 0 dan t = 1 s; antara t = 0 dan t = 3 s; antara t = 0
dan t = 7 s; dan antara selang t = 3 s dan t = 7 s.

33
Jawab :
a. Kemiringan grafik pada t = 0 adalah tan   101  10

Jadi a(0) = 10 m/s2


Pada t = 1 s, tan α = -10 jadi a(1) = -10 m/s2
Pada t = 3 s, tan α = 0 jadi a(3) = 0
Pada t = 5 s, tan   110.5  6,67 jadi a(5) = 6,67 m/s2
b.
20
2
a(m/s )
10

1 2 3 4 5 6 7 8 t(s)

-10

v 1 v 0 
c. Untuk selang 0 ≤ t ≤ 1 : a  10
 0110  10 m/s2
v 3 v 0 
Untuk selang 0 ≤ t ≤ 3 : a  30
 1010
3
 6,67 m/s2
v 7  v 0 
Untuk selang 0 ≤ t ≤ 7 : a  7 0
 10710  0 m/s2
v 7  v 3
Untuk selang 3 ≤ t ≤ 7 : a  7 3
 10410  5 m/s2

Contoh 4.3 :
Untuk grafik yang sama seperti pada contoh di atas,
a. Tentukan perpindahan benda dalam selang 0 ≤ t ≤ 3, selang 0 ≤ t ≤ 2, selang 0 ≤ t ≤ 3, dan
selang 0 ≤ t ≤ 8.
b. Bila pada t = 0 benda berada pada x = 1 m, x(1), x(2), x(3) dan x(8).
c. Tentukanlah panjang lintasan yang ditempuh untuk masing-masing selang dalam
pertanyaan a).
v(m/s)
Jawab : 10
I V VI
1 II 2 3 4 5 6 7 8 t(s)
III
-10 IV

Luas daerah I : AI = (10)(1)/2 = 5 ; Luas daerah IV : AIV = -(10)(5)/2 = -2,5


Luas daerah II : AII = -(10)(1)/2 = -5 ; Luas daerah V : AV = (10)(1,5)/2 = 7,5
Luas daerah III : AIII = -(10)(2) = -20 ; Luas daerah VI : AVI = (10)(2) = 20
a. Untuk selang 0 ≤ t ≤ 1 : perpindahan = A1 = 5 m ke kanan

34
Untuk selang 0 ≤ t ≤ 2 : perpindahan = A1 + AII = 5 – 5 = 0 m
Untuk selang 0 ≤ t ≤ 3 : perpindahan = A1 + AII + 1 2 AIII = -10 m ke kiri
Untuk selang 0 ≤ t ≤ 8 : perpindahan = A1 + AII + AIII + Arv + Av + AVI = +5 m ke kanan
b. Bila x(0) = 1 m :
x(1) – x(0) = AI = 5  x(1) = 6 m
x(2) – x(0) = AI + AII = 0  x(2) = 1 m
x(3) – x(0) = AI + AII + 1
2 AIII = -10  x(3) = -9 m

x(8) –x(0) = AI + AII + AIII + AIV + AV = 5  x(8) = 6 m


c. Panjang lintasan yang ditempuh :
0 ≤ t ≤ 1 : s = AI = 5 m
0 ≤ t ≤ 2 : s = AI + A II = 5 + 5 = 10 m

0 ≤ t ≤ 3 : s = AI + A II  1 2 A III  20 m

0 ≤ t ≤ 8 : s = A I  A II  A III  A IV  A V  A VI  60 m

4.4 Gerak Peluru


Gerak peluru adalah gerak dalam dua dimensi, yaitu gerak dalam bidang, bukan gerak
lurus (Gambar 4.7).
v0y 
y v0
lintasan

y0 )α v0x vx(t)

 
r (t) vy(t) v( t )
x0 x
Gambar 4.7 Besaran-besaran dalam gerak peluru

Bila posisi benda pada setiap saat dinyatakan r t   xt î  yt  ĵ , maka gerak peluru ditandai
oleh gerak lurus beraturan untuk komponen x dan gerak lurus berubah beraturan (gerak jatuh
bebas) untuk komponen y. Persamaan gerak untuk masing-masing komponen dirangkumkan
dalam Tabel 4.1

35
Tabel 4.1 Persamaan gerak peluru
Komponen x (g.l.b.) Komponen y (g.l.b.b.)

ax = 0 ay = -g
v x  v 0x  v 0 cos  v y  v 0 y  gt  v 0 sin   gt
x  v 0x t  x 0 y   12 gt 2  v 0 y t  y 0
 v 0 cos t  x 0   12 gt 2  v 0 sin t  y 0

Besar dan arah kecepatan benda setiap saat diberikan oleh


v  v 2x  v 2y  v 02  2gy  y 0 
vy y  y 0 
tan   2  tan  (4.6)
vx x  x 0 
Pada kebanyakan gerak peluru, seringkali titik awal dipilih pada titik asal koordinat,
jadi x0 = y0 = 0.

Contoh 4.4 :
Sebuah meriam diarahkan pada sebuah sasaran di lereng bukit. Jarak horisontal sasaran dari
meriam adalah 800 m dan ketinggiannya 100 m. Laju peluru meninggalkan moncong meriam
adalah 100 ms-1. (a) Dengan sudut elevasi berapakah meriam harus diarahkan agar peluru
dapat mengenai sasaran ? (Ambil jawaban yang memberikan sudut yang lebih kecil). (b)
Berapa selang waktu yang dibutuhkan peluru untuk sampai ke tempat sasaran ? (c) Kapan dan
dimana peluru mencapai titik tertinggi pada lintasannya ?
Jawab :
Persamaan gerak peluru
x = 100 cos α t y = -5 t2 + 100 sin α t
vx = 100 cos α vy = -10t + 100 sin α

v0 sin α 
v0
y = 100 m


v0 cos α x = 800 m
Gambar 4.8. Lintasan peluru menuju ke sasaran
a. Supaya peluru mengenai sasaran, maka pada waktu x = 800 m, maka haruslah y = 100
m. Jadi

36
800 = 100 cos α t atau t = 8/cos α
100 = -5 (8/cos α)2 + 100 sin α (8/cos α)
320
  800 tan 
cos 2 
 320tan 2   1  800 tan 

320 tan 2   800 tan   420  0

800  8002  4320420 800  320


tan   
2320 640
1120 7
tan 1    1  60,3 0
640 4
480 3
tan  2     2  36,9 0
640 4
Karena α2 lebih kecil, kita pilih jawaban ini (atas permintaan soal)
b. Dari hasil (a), tan α2 = 3/4, jadi cos α2 = 4/5 dan t = 8/cos α =10 s.
c. Peluru mencapai titik tertinggi bilamana vy = 0, yaitu
100 sin  1000,6
0 = -10 t + 100 sin α  t   6 s
10 10
Koordinat peluru pada saat itu adalah
x = 100 t cos α = (100)(6)(0,8) = 480 m
y = -5t2 + 100 sin α t = (-5)(6)2 + (100)(0,6) = 180 m
Bentuk lintasa peluru secara umum dapat diperoleh dari tabel 4.1 dengan
mengeliminasi parameter t untuk mendapatkan hubungan antara y dan x. Hasilnya adalah
x  x0
tan 
v 0 cos 

x  x 0 
2
 x  x0 
y   g
1
  v 0 sin   y0 (4.7)
 v 0 cos   v 0 cos 
2

g
 x  x 0 2  tan x  x 0   y 0
2v 0 cos 
2

yang tidak lain daripada persamaan sebuah parabola. Bila titik asal diambil di x0 = 0, y0 = 0,
maka jarak dari x0 = 0 sampai ke titik lain yang ketinggiannya juga nol dikenal sebagai
jangkauan R.

37
y


x
R = jangkauan

Gambar 4.9. Jangkauan gerak peluru

Dari tabel 4.1 atau dari rumus (4.7) didapatkan bahwa


g  g 
0 R 2
 tan R   
 2v cos 2  R  tan   R
2v 0 cos 2   0 
Jadi
2v 2 cos 2  tan  v 02 sin 2 2v 0 x v 0 y
R 0   (4.8)
g g g
Tampak bahwa untuk laju awal yang sama, jangkauan peluru akan maksimum bila sin 2α = 1
atau α = 450

4.5 Gerak Melingkar


Contoh lain gerak dalam dua dimensi yang banyak kita jumpai adalah gerak
melingkar. Dari gambar 4.8 jelas bahwa posisi benda setiap saat dapat dituliskan sebagai

r t   R cos t î  R sin t  ĵ (4.9)
dengan θ(t) adalah sudut yang dibuat oleh vektor posisi benda dengan sumbu x; bila
dinyatakan dalam koordinat polar, vektor posisi ini dapat dituliskan sebagai

r  Rˆ (4.10)
Perhatikan bahwa dalam hal ini R adalah konstan, tetapi vektor satuannya merupakan fungsi
dari waktu (berubah-ubah terhadap waktu) y
v(t)


r s(t)
) θ(t)
x

Gambar 4.10 Gerak melingkar

Bahwa lintasannya berbentuk lingkaran dapat diperiksa dengan mengeliminasi


kebergantungan terhadap waktu untuk mendapatkan hubungan antara kedua komponennya
x(t)2 + y(t)2 = R2 (4.11)

38
Parameter lain yang sering digunakan adalah panjang busur s(t). Bila sudut θ(t) dinyatakan
dalam radian, maka
s(t) = θ(t) R (4.12)
Kecepatan benda setiap saat diberikan oleh

 d d
v t     R sin t  î  R cos t  ĵ
dr
dt dt dt
  R sin t î  R cos t  ĵt  (4.13)
dengan
d
t   θ, (4.14)
dt
adalah laju perubahan sudut θ, atau sering juga disebut sebagai kecepatan sudut. Dari (4.13)
tampak bahwa laju benda setiap saat diberikan oleh

v t   v t   v 2x  v 2y  t  R (4.15)

sedangkan arah kecepatannya menyinggung lingkaran. Dalam koordinat polar, kecepatan


benda dapat dituliskan sebagai

v t   t Rˆ (4.16)
Percepatan benda dapat diperoleh dengan mendiferensiasikan persamaan (4.13) terhadap
waktu,


a t  
dv
dt
 
 R cos t î  R sin t  ĵ 2 t  


  R sin t î  R cos t  ĵ ddt
 t  
 2 t r  v (4.17)

d
dengan t   (4.18)
dt
dikenal sebagai percepatan sudut. Perhatikan bahwa percepatan benda terdiri atas dua bagian,
bagian dalam arah radial menuju ke puat lingkaran (berlawanan dengan vektor posisi) disebut

percepatan sentripetal a sp , dan bagian yang menyinggung lingkaran (berimpit dengan

kecepatan) disebut percepatan tangensial a t ,

   v2 
a sp  2 r  2 Rr   r
R

 v
at   Rˆ (4.19)

39
Bila kita rangkumkan hasil-hasil diatas, maka gerak melingkar dalam koordinat polar
secara umum dapat dinyatakan dengan

r t   Rr̂

v t   Rˆ
   (4.20)
a t   a sp  a t  2 Rr̂  Rˆ

dengan kecepatan dan percepatan sudutnya didefinisikan sebagai


t   d / dt dan t   d / dt (4.21)
4.5.1 Gerak Melingkar Beraturan
Dalam hal khusus benda bergerak melingkar tanpa percepatan sudut, α = 0, maka
kecepatan sudut  konstan dan benda bergerak melingkar beraturan dengan laju tetap,
v   R . Bila waktu untuk menempuh satu putaran (perioda) kita nyatakan dengan T, maka
panjang lintasan yang ditempuh benda dalam waktu ini adalah s = vT = 2R. Jadi
2R 2
v atau  (4.22)
T T
Untuk gerak melingkar beraturan, percepatan yang ada hanyalah percepatan
sentripetal (karena α = 0, sehingga aT = αR = 0). Perubahan kecepatan yang ada hanyalah
perubahan arah. Jadi dapat kita simpulkan bahwa percepatan sentripetal adalah percepatan
yang mengubah arah kecepatan, tetapi tidak mengubah besar kecepatan. Arah percepatan ini
selalu tegak lurus pada kecepatan.
Contoh 4.5 :
Sebuah kereta api mainan bergerak melingkar beraturan di atas rel yang berjari-jari 50 cm
dengan perioda 1 menit.
a. Tentukan kecepatan sudut dan laju kereta api tersebut
b. Hitung sudut dan panjang lintasan yang ditempuh dalam 10 detik
c. Tentukan besar percepatan sentripetal yang ditimbulkan oleh rel pada kereta api
tersebut
Jawab :
2 2
a.     0,105 rad/s ; v  R  0,105 x 0,5  0,52m / s  5,2 cm / s
T 60
b.   t  0,105 x 10  1,05 rad
s  R  1,05 x 0,5  0,52 m  52 cm

c. a sp  2 R  0,105 0,5  5,5 x 10 3 m / s 2


2

40
4.5.2 Gerak Melingkar Berubah Beraturan
Bila benda bergerak melingkar berubah beraturan, maka berlaku hubungan yang serupa
dengan gerak lurus berubah beraturan, yaitu
  tetap
t   t  0
(4.23)
t  
1 2
t  0 t   0
2
2t    0   t 2   2 0 

Disini laju benda v(t) =  (t)R tidak lagi tetap, tetapi berubah terhadap waktu. Percepatan
tangensial aT = αR menimbulkan perubahan laju ini.
Contoh 4.6 :
Dengan sebuah alat kendali jarak jauh, kecepatan kereta api mainan dalam contoh di atas
dapat diatur. Bila tombol rem ditekan, maka kereta api akan berhenti setelah menempuh
panjang lintasan 40 cm.
a. Hitunglah sudut yang ditempuh kereta api mulai dari tombol rem ditekan sampai kereta
api berhenti.
b. Hitung pula percepatan sudut dan percepatan tangensial selama proses pengereman
berlangsung.
c. Tentukan pula waktu yang dibutuhkan sampai kereta api berhenti terhitung mulai tombol
rem ditekan.
Jawab :
S 40
a.     0,8 rad
R 50
b. Sebelum tombol rem ditekan 0  0,105 rad / s (dari contoh soal di atas), dan pada waktu

kereta api berhenti   0 . Jadi


2  2  02
2  02 0  0,1052
   6,9 x 10 3 rad / s 2
2 20,8
a r  R  6,9 x 10 3 0,5  3,45 x 10 3 m / s 2

c.   t  0

0   6,9 x 10 3 t  0,105
0,105
t  15,23 s
6,9 x 10 3

41
Soal-Soal Latihan Bab 4
1. Sebuah mobil bergerak lurus dengan laju konstan 60 km/jam dari kota A ke kota B.
Setengah jam kemudian sebuah motor berangkat dari kota A menuju kota B dengan laju
80 km/jam.
a. Tuliskan persamaan posisi untuk mobil dan motor sebagai fungsi waktu, terhitung
sejak mobil berangkat.
b. Gambarkan grafik posisi tehadap waktu untuk mobil dan motor (dalam satu sumbu
koordinat)
c. Tentukanlah kapan dan dimana mobil tersususl oleh motor dengan menggunakan
persamaan dalam pertanyaan a. Periksalah hasil ini dengan menggunakan grafik dalam
pertanyaan b.
d. Seandainya jarak dari kota A ke B adalah 240 km, dan motor berangkat dari B menuju
A, bagaimanakah jawab pertanyaan a dan b untuk keadaan ini. Tentukan juga kapan
dan dimana kedua kendaraan itu berpapasan
2. Pada suatu rally motor, seorang pe-rally mendaki bukit dengan laju v1 dan menuruni bukit
dengan laju v2. Bila bukit kita anggap simetris (artinya jalan mendaki dan menurun sama
panjang), tentukanlah laju rata-rata pe-rally dalam menempuh bukit tersebut.
3. Sebuah partikel bergerak dengan laju tetap 5 m/s selama 10 detik ke arah sumbu x negatif.
Partikel kemudian dipercepat dengan percepatan tetap selama 5 detik sampai mencapai
laju 3 m/s ke arah sumbu x positif.
a. Gambarkanlah grafik kecepatan terhadap waktu.
b. Hitunglah percepatan rata-rata dalam selang 10 s ≤ t ≤ 15 dan selang 0 ≤ t ≤ 15 s.
c. Dapatkan perpindahan pertikel dalam selang 0 ≤ t ≤ 15 s.
4. Kecepatan partikel sebagai fungsi waktu diberikan dalam grafik berikut :
v(m/s)

3
Pada t = 0 s, partikel berada pada x = 0 m.
a. Buatlah sketsa grafik percepatan terhadap

t(s)
waktu
2 4 6 8

-3

b. Buatlah perpindahan dan panjang lintasan yang ditempuh patrikel dalam selang 0 ≤ t ≤ 8s.
5. Sebutir peluru menembus balok setebal 10 cm. Peluru masuk dengan laju 400 m/s dan
keluar dari balok dengan laju 300 m/s. Bila dianggap perlambatan di dalam balok adalah
konstan,

42
a. Hitunglah perlambatan yang dialami peluru di dalam balok.
b. Hitung juga lamanya peluru berada di dalam balok.
6. Titik massa yang mula-mula melaju dengan kecepatan 10 m/s mengalami perlambatan
sehingga dapat berhenti dalam jarak 20 meter.
a. Hitunglah perlambatan yang dialami oleh titik massa tersebut.
b. Berapa waktu yang diperlukan sampai ia berhenti ?
7. Mobil yang mesinnya dikendalikan dengan komputer mengalami percepatan yang
berbanding lurus dengan waktu. Dalam 20 detik setelah mesin dihidupkan, mobil telah
mencapai laju 20 km/jam. Berapakah panjang lintasan yang ditempuh mobil dalam 1
menit ?
8. Sebuah benda dilepaskan dari ketinggian 5 km di atas permukaan bumi. Bila percepatan
gravitasi dianggap tetap g = 10 m/s2,
a. Pada ketinggian berapakah laju benda mencapai laju supersonik ? (Anggap laju suara
di udara 340 m/s dan diabaikan perlambatan akibat gesekan dengan udara).
b. dalam kenyataannya, selalu ada perlambatan yang diakibatkan oleh gesekan dengan
udara, sehingga akhirnya benda mencapai laju konstan yang dikenal sebagai laju
terminal. Seandainya perlambatan akibat gesekan ini mempunyai besar dua kali laju
benda (dalam arah yang berlawanan dengan kecepatan tentunya), tentukanlah
besarnya laju terminal ini.
c. Dalam waktu berapa lama setelah dilepaskan laju benda mencapai 99% dari laju
terminalnya ?
9. Seorang anak muda sedang mengebut dengan mobilnya dengan laju 30 m/s (yaitu 108
km/jam). Bila rem diinjak penuh, mobil akan mendapat perlambatan sebesar -10 m/s2.
Waktu reaksi anak tersebut adalah 0,2 s.(Waktu reaksi adalah selang waktu antara ia
berfikir untuk menginjak rem sampai kakinya betul-betul menginjak rem).
a. Berapakah jarak minimal yang harus dijaganya dengan kendaraan didepannya agar
tidak terjadi kecelakaan seandainya kendaraan didepannya berhenti mendadak ?
b. Andaikan lebar persimpangan jalan adalah 20 meter dan lampu kuning di
persimpangan tersebut berlangsung selama 2 detik. Bila ia berada pada jarak 55 meter
dari mulut persimpangan jalan ketika ia melihat lampu berubah menjadi kuning,
haruskah ia jalan terus atau haruskah ia mengerem mobilnya ?

43
c. Bila ia melihat lampu menjadi kuning pada saat ia berjarak 40 meter dari mulut
persimpangan jalan, apa yang harus dilakukannya ? Bagaimana pula bila jarak tersebut
bukan 40 m melainkan 48 m ?
10. Sebuah bola ditendang ke atas membentuk sudut 500 dengan tanah. Bola melambung dan
jatuh kembali ke tanah pada jarak 20 m dari tempatnya semula.
a. Tentukan laju awal bola
b. Tentukan lamanya bola melambung di udara
c. Tentukan ketinggian maksimum yang dicapai bola.
11. Sebuah pesawat pem-bom terbang horisontal dengan laju 275 m/s pada ketinggian 3000 m
dari tanah. Ketika pesawat berada tepat di atas titik A permukaan tanah, sebuah bom
dilepaskan.
a. Pada jarak berapa dari bom akan mengenai tanah ?
b. Dimanakah letak pesawat ketika bom tiba di tanah ?
c. Supaya bom jatuh di titik C yang berjarak 1000 m dari A, dengan sudut berapakah
bom harus dilepaskan ?
12. Seseorang dapat melemparkan bolavertikal ke atas sampai ketinggian 40 m. Bila ia
melemparkan bola tersebut agak miring, berapakah jangkauan maksimum yang dapat
dicapainya ?
13. Bulan mengelilingi bumi dengan perioda 27,3 hari. Bila jejari orbit bulan adalah 3,84 x
108 m (anggap orbitnya berbentuk lingkaran), hitunglah
14. Sebuah satelit mengitari bumi setiap 90 menit pada ketinggian 630 km. Berapa percepatan
sentripetal satelit tersebut bila diketahui jari-jari bumi adalah 6370 km ?
15. Piringan pedal sebuah sepeda memiliki jari-jari 15 cm, poros roda giginya berjari-jari 5
cm dan ban sepedanya berjari-jari 30 cm. Bila sepeda bergerak dengan laju 5 m/s,
tentukanlah
a. Laju sudut ban sepeda
b. Laju sudut roda gigi
c. Laju sudut piringan pedal
16. Sebuah titik di tepi roda yang berjari-jari 20 cm bergerak melingkar mengikuti persamaan
sudut
θ(t) = t3 - 3t2 + 9t + 12
a. Tentukanlah kecepatan sudut t  dan percepatan sudut α(t).

b. Pada saat berapakah percepatan linier a berarah radial ? Berapa besar percepatan ini ?

44
45

Anda mungkin juga menyukai