KIMIA DASAR I
PERCOBAAN VI
KECEPATAN REAKSI
NAMA : NURJANNAH
NIM : H031 18 1002
KELOMPOK : XI (SEBELAS)
HARI/TGL PERCOBAAN : RABU/24 OKTOBER 2018
ASISTEN : IRANDA
KECEPATAN REAKSI
NURJANNAH
H031 18 1002
IRANDA NURJANNAH
H311 15 026 H031 18 1002
BAB I
PENDAHULUAN
Kinetika kimia sebagai sains dimulai pada pertengahan abad ke-19, saat
mengikuti hukum pasti, tapi walaupun karyanya membuka jalan bagi hukum aksi
massa Waage dan Guldberg, hal itu menarik perhatian sampai akhirnya diambil oleh
Ostwald menjelang akhir abad ini, seperti yang dibahas oleh Laidler. Wilhelmy
menyadari bahwa kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi reaktan, tapi sebelum
reaksi kinetika kimia sangat luas dan penting dari bagian kimia secara keseluruhan,
ini juga disebut dinamika kimia. Kecepatan reaksi kimia bervariasi dengan kondisi
telah dipelajari selama bertahun-tahun. Korelasi tingkat reaksi dengan energi terkait
dengan molekul reaksi telah diberikan pertama kali oleh Arrhenius. Inversi gula tebu
di larutan dengan adanya ion hidrogen dipelajari oleh Wilhelmy dan Wilhelmy
kimia. Ada berbagai jenis bahan kimia reaksi dan juga teknik eksperimental yang
sehingga dapat diketahui lebih lanjut mengenai hubungan laju reaksi dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu suhu (temperatur) dan konsentrasi
pereaksi.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
3. menentukan orde reaksi untuk pengaruh konsentrasi Na2S2O3 dan untuk pengaruh
konsentrasi H2SO4.
kecepatan reaksi dengan menggunakan larutan Na2S2O3 dan H2SO4 yang diberi
Kemudian, mereaksikan Na2S2O3 dan H2SO4 dengan volume yang bervariasi lalu
TINJAUAN PUSTAKA
masing-masing atom. Laju berlangsungnya proses kimia dan energi energi yang
bertalian dengan proses ini secara mekanisme reaksi kimia dipelajari dalam
Kecepatan reaksi dari suatu reaksi tergantung pada jumlah tumbukan antara
molekul-molekul pereaksi yang terjadi tiap satuan waktu. Makin besar jumlah
tumbukan ini, maka semakin besar pula kecepatan reaksi. Salah satu cara untuk
kecepatan reaksi dan konsentrasi pada temperatur tetap disebut Hukum Kecepatan
utama target teori tingkat reaksi absolut. Dikembangkan pada 1889 dan didefinisikan
k = A exp (-EA
RT )
(2.1)
menyatakan laju konstan untuk reaksi kimia dalam hal ‘frekuensi faktor’ A dan EA
‘energi aktivasi’.
2.2 Orde Reaksi
a. Data eksperimen harus pada suhu tetap untuk mendapatkan harga k yang tetap.
[ V1] k1 A1 B1
( [ V2] ) =
k2
=( ) ( )
A2
m =
B2
n (2.2)
(Kristianingrum, 2003):
reaksi, sehingga suatu zat dalam bentuk serbuk dan bongkahan/kepingan akan
b. Konsentrasi
terjadinya tumbukan yang efektif, sehingga laju reaksinya akan semakin cepat.
reaksi dan hanya dapat terjadi bila molekul yang bertumbukan tersebut memiliki
c. Temperatur
Adanya katalis akan menurunkan energi aktivasi suatu reaksi, sehingga lebih
mudah dilampaui oleh molekul reaktan akibatnya reaksi menjadi lebih cepat.
Sejauh ini telah dipelajari bahwa laju reaksi sebanding dengan konsentrasi
reaktan dan bahwa konstanta proporsionalitas k disebut konstanta laju. Hukum laju
menyatakan hubungan tingkat reaksi terhadap laju konstan dan konsentrasi reaktan
aA + bB cC + dD
reaktan. Dalam persamaan laju dikenal istilah orde reaksi atau tingkat reaksi, yaitu
bilangan pangkat yang menyatakan hubungan konsentrasi zat dengan laju reaksi.
Harga orde reaksi hanya dapat ditentukan melalui eksperimen, sedangkan tahap
penentu laju reaksi adalah energi yang paling lambat (Kristianingrum, 2003):
Laju reaksi kimia pada kondisi volume konstan diberikan secara umum oleh
R = (- 1 / V) dn / dt (2.3)
R = - (d (n / V) / dt = -dC / dt (2.4)
di mana, V adalah volume reaksi, n adalah jumlah material pada waktu t, C adalah
METODE PERCOBAAN
handphone, kaki tiga, kawat kasa, rak tabung, gelas piala, pipet ukur, bulb,
Menyediakan 10 buah tabung reaksi dan mengisi lima buah tabung reaksi
lima buah tabung reaksi yang lain dengan volume yang bervariasi yaitu 5 mL, 4
Menyediakan 10 buah tabung reaksi dan mengisi lima buah tabung tersebut
dengan 5 mL Na2S2O3 0,1 M (konsentrasi tetap). Mengisi lima buah tabung reaksi
yang lain dengan 5 mL, 4 mL, 3 mL, 2 mL dan 1 mL H2SO4 0,1 M. Kemudian,
tabung reaksi tersebut dari 5 sediaan pertama ke dalam masing-masing sediaan kedua
dan bersamaan dengan bercampurnya kedua zat tersebut, langkah selanjutnya adalah
tabung reaksi dan mengisi 3 buah tabung reaksi dengan Na2S2O3 0,1 M dan mengisi 3
buah tabung reaksi yang lain dengan H2SO4 0,1 M. Kemudian, memasukkan
sepasang tabung ke dalam gelas piala yang berisi air dingin (air es) beberapa menit
sepasang tabung reaksi (1 buah yang berisi H 2SO4 dan 1 buah berisi Na2S2O3).
Mencampur isi tabung tersebut, dan bersamaan bercampurnya kedua zat tersebut,
mencatat waktu yang digunakan dan suhu reaksi. Hal yang sama dilakukan pada suhu
NO [Na2S2O3]
V (M/detik) Log Na2S2O3 Log V Y Regresi
. awal
1. 0,1 M 0,00227 -1 -2,6439 -2,6612
2. 0,08 M 0,00148 -1,0969 -2,8297 -2,8567
3. 0,06 M 0,00071 -1,2218 -3,1487 -3,1088
4. 0,04 M 0,00032 -1,3979 -3,4948 -3,4642
5. 0,02 M 9,009 × 10-5 -1,6989 -4,0453 -4,0717
[H2SO4] V
NO. Log H2SO4 Log V Y regresi
awal (M/detik)
1. 0,1 M 0,00208 -1 -2,6819 -2,6553
2. 0,08 M 0,00166 -1,0969 -2,7798 -2,7780
3. 0,06 M 0,00120 -1,2218 -2,9208 -2,9363
4. 0,04 M 0,00076 -1,3979 -3,1191 -3,1594
5. 0,02 M 0,00027 -1,6989 -3,5686 -3,5408
4.2 Reaksi
4.3 Grafik
-1
-1.5
Log konsentrasi
-2
Grafik -2.5
f(x) = 2.02 x − 0.64 Linear (Grafik)
-3
R² = 1
-3.5
-4
-4.5
Log V
Grafik
0
-1.8 -1.7 -1.6 -1.5 -1.4 -1.3 -1.2 -1.1 -1 -0.9
-0.5
-1
-1.5
Log konsentrasi
Grafik
-2
Linear (Grafik)
-2.5
f(x) = 1.27 x − 1.39
R² = 0.99 -3
-3.5
-4
Log V
f(x) = − 0 x + 0 0
R² = 0.81
0
0 Grafik
Ln V
Linear (Grafik)
0
0
-7 -6.5 -6 -5.5 -5 -4.5 -4 -3.5
-1/T
4.4 Pembahasan
faktor laju reaksi yang pertama adalah mengamati 10 buah tabung reaksi pada 5
tabung pertama di isi 5 mL H2SO4 0,1 M dengan konsentrasi tetap sedangkan pada 5
tabung berikutnya diisi dengan volume yang bervariasi (5 mL, 4 mL, 3 mL, 2 mL
dan 1 mL) larutan Na2S2O3 0,1 M, lalu diencekan dengan akuades sampai 5 mL.
dicampurkan larutan tersebut bereaksi dan menjadi keruh. Dilihat bahwa konsentrasi
0,1 M, 0,08 M, 0,06 M, 0,04 M dan 0,02 M waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi
makin lama dan kecepatan bereaksi berkurang. Hal ini menyatakan bahwa
laju reaksi semakin cepat. Laju reaksi untuk konsentrasi 0,1 M adalah 0,00227,
reaksi M/detik. Begitu pula dengan percobaan ke dua pengaruh konsentrasi H 2SO4
konsentrasi Na2S2O3 yang tetap. Percobaan ini juga membuktikan bahwa semakin
tinggi konsentrasi maka laju reaksi semakin cepat. Laju reaksi yang terjadi pada
konsentrasi 0,1 M, 0,08 M, 0,06 M, 0,04 M dan 0,02 M berturut-turut adalah sebesar
0,00208 M/detik, 0,00166 M/detik, 0,00120 M/detik, 0,00076 M/detik dan yang
terakhir 0,00027 M/detik. Jika konsentrasi suatu zat semakin besar maka laju
reaksinya makin cepat pula, begitupun sebaliknya. Pada larutan yang konsentrasinya
pekat, partikelnya lebih rapat dan untuk larutan yang encer partikelnya merenggang,
pengamatan pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi yaitu pada larutan Na2S2O3 dan
larutan H2SO4 dengan konsentrasi yang sama yaitu 0,1 M. Pada percobaan ke tiga
diambil 6 tabung reaksi, tiga tabung diisi 5 mL H2SO4 dan 3 tabung berikutnya diisi 5
mL Na2S2O3. Sepasang tabung reaksi yang berisi larutan Na2S2O3 dan larutan H2SO4
dimasukkan ke dalam gelas piala yang berisi dengan air dingin (13⁰C). Sepasang
tabung reaksi lagi yang berisi larutan Na2S2O3 dan larutan H2SO4 diletakkan pada
suhu kamar (27⁰C) dan sepasang tabung berikutnya yang berisi larutan Na2S2O3 dan
larutan H2SO4 dipanaskan (79⁰C). Tabung yang dimasukkan ke gelas piala yang
berisi air es membutuhkan waktu yang paling lama untuk bereaksi yaitu 42 detik.
Sedangkan tabung reaksi yang yang berada pada suhu kamar membutuhkan waktu 25
detik untuk bereaksi dan yang paling cepat bereaksi adalah tabung yang dipanaskan
membutuhkan waktu 3 detik untuk bereaksi. Jadi dapat dipahami bahwa suhu mampu
mempengaruh kecepatan reaksi sehingga dapat dinyatakan semakin tinggi suhu maka
waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi makin sedikit artinya reaksi berlangsung lebih
cepat, sebalikanya makin rendah suhu dalam suatu reaksi maka waktu yang
dibutuhkan untuk bereaksi juga lama yang artinya reaksi berlangsung lambat. Hal ini
membuktikan bahwa suhu mempengaruhi kecepatan reaksi. Jika suhu dalam suatu
reaksi naik berarti akan menambah energi, sehingga energi kinetik molekul-molekul
akan meningkat. Akibatnya molekul yang bereaksi menjadi lebih aktif mengadakan
tumbukan. Dengan kata lain, kenaikan suhu menyebabkan gerakan molekul makin
cepat sehingga kemungkinan tumbukan yang efektif makin banyak terjadi yang
5.1 Kesimpulan
reaksi semakin cepat. Sebaliknya semakin rendah konsentrasi maka laju reaksi
semakin lambat.
2. suhu mempengaruhi kecepatan reaksi, semakin tinggi suhu maka laju reaksi juga
semakin cepat. Sebaliknya semakin rendah suhu maka laju reaksi semakin lambat.
3. nilai orde reaksi pada larutan Na2S2O3 untuk nilai Ka1, Ka2, Ka3, Ka4 dan Ka5
berturut–turut adalah 0,137, 0,127, 0,126, 0,1134 dan 0,808. Sedangkan nilai orde
reaksi pada larutan H2SO4 untuk nilai Ka1, Ka2, Ka3, Ka4 dan Ka5 berturut–turut
5. 2 Saran
Saya harap agar percobaan selanjutnya, alat dan bahan bisa lebih dilengkapi
labotatorium.
waktu praktikum ditambah, agar praktikan dapat lebih mengerti tentang percobaan
yang dikerjakan.
DAFTAR PUSTAKA
Bowden dan Cornish, A., 2012, Fundamental of Enzyme Kinetics Fourth Edition,
Wiley-Black Well, Weinhem.
Chang, R., 2010, Chemistry 10th Edition, The Mc-Graw-Hill Companies, NewYork.
Edahwati, L., 2007, Kinetika Reaksi Pembuatan NaOH dari Soda Ash dan Ca(OH) 2,
Jurnal Penelitian Ilmu Teknik, 7(2): 55-53.
Hettema, H., 2012, The Unity of Chemistry and Physics: Absolute Reaction Rate
Theory, HYLE–International Journal for Philosophy of Chemistry,
18(2): 145-173.
Kristianingrum, S., 2003, Kinetika Kimia, Workshop Guru Bidang Studi Kimia,
Sidoarjo.
Mory, P., Chourey, V.R., dan Dwivedi, D., 2016, Kinetic and Mechanistic Studies of
Miceller Catalysed Oxidation of Iso-Butyric Acid In Perchloric Acid
Medium by Permanganate, International Journal of Advanced Research,
4(3): 1188-1200.
Lampiran 1. Bagan Kerja
1. Pengaruh Konsentrasi
hingga volume 5 mL
kedua.
- Dinyalakan stopwatch.
HASIL
NB: Diulangi langkah diatas dengan konsentrasi Na2S2O3 0,1 M dan H2SO4 0,1 M
dengan Na2S2O3 0,1 M dan 3 buah tabung reaksi yang lain dengan
H2SO4 0,1 M.
berisi air dingin (13 oC) beberapa menit sehingga suhunya merata.
dinyalakan stopwatch .
Hasil
3. Pengaruh Suhu
Lampiran 3. Perhitungan
1. Pengenceran
A. Pengenceran Na2S2O3
V1 × M1 = V2 × M2
5 ml × 0,1 M = 5 ml × M2
M2 = 0,1 M
V1 × M1 = V2 × M2
4 ml × 0,1 M = 5 ml × M2
M2 = 0,08 M
V1 × M1 = V2 × M2
3 ml × 0,1 M = 5 ml × M2
M2 = 0,06 M
V1 × M1 = V2 × M2
2 ml × 0,1 M = 5 ml × M2
M2 = 0,04 M
V1 × M1 = V2 × M2
1 ml × 0,1 M = 5 ml × M2
M2 = 0,02 M
B. Pengenceran H2SO4
V1 × M1 = V2 × M2
5 ml × 0,1 M = 5 ml × M2
M2 = 0,1 M
V1 × M1 = V2 × M2
4 ml × 0,1 M = 5 ml × M2
M2 = 0,08 M
V1 × M1 = V2 × M2
3 ml × 0,1 M = 5 ml × M2
M2 = 0,06 M
V1 × M1 = V2 × M2
2 ml × 0,1 M = 5 ml × M2
M2 = 0,04 M
V1 × M1 = V2 × M2
1 ml × 0,1 M = 5 ml × M2
M2 = 0,02 M
A. Na2S2O3
-d [ Na2 S2 O 3 ]
Vn =
dt
V awal
[Na2S2O3] akhir = [Na2S2O3] awal x
V akhir
5 mL
= 0,1 M x
10 mL
= 0,05 M
= 0,05 M - 0,1 M
= -0,05 M
-d [ Na 2 S2 O3 ]
V1 =
dt
- [-0,05] M
=
22 detik
= 0,00227 M/s
2. [Na2S2O3]awal = 0,08 M
V awal
[Na2S2O3]akhir = [Na2S2O3]awal x
V akhir
5 mL
= 0,08 M x
10 mL
= 0,04 M
d2 = [Na2S2O3]akhir - [Na2S2O3]awal
= 0,04 M - 0,08 M
= -0,04 M
-d [Na 2 S2 O 3 ]
V2 =
dt
- [-0,04] M
=
27 detik
= 0,00148 M/s
3. [Na2S2O3]awal = 0,06 M
V awal
[Na2S2O3]akhir = [Na2S2O3]awal x
V akhir
5 mL
= 0,06 M x
10 mL
= 0,03 M
d3 = [Na2S2O3]akhir - [Na2S2O3]awal
= 0,03 M - 0,06 M
= -0,03 M
-d [Na 2 S2 O3 ]
V3 =
dt
- [-0,03] M
=
42 detik
= 0,00071 M/s
4. [Na2S2O3]awal = 0,04 M
V awal
[Na2S2O3]akhir = [Na2S2O3]awal x
V akhir
5 mL
= 0,04 M x
10 mL
= 0,02 M
d4 = [Na2S2O3]akhir - [Na2S2O3]awal
= 0,02 M - 0,04 M
= -0,02 M
-d [Na 2 S2 O3 ]
V4 =
dt
- [-0,02] M
=
61 detik
= 0,00032 M/s
5. [Na2S2O3]awal = 0,02 M
V awal
[Na2S2O3]akhir = [Na2S2O3]awal x
V akhir
5 mL
= 0,02 M x
10 mL
= 0,01 M
d5 = [Na2S2O3]akhir - [Na2S2O3]awal
= 0,01 M - 0,02 M
= -0,01 M
-d [Na 2 S2 O3 ]
V5 =
dt
- [-0,01] M
=
111 detik
B. H2SO4
-d [H2 SO4 ]
Vn =
dt
V awal
[H2SO4] akhir = [H2SO4] awal x
V akhir
5 mL
= 0,1 M x
10 mL
= 0,05 M
= 0,05 M - 0,1 M
= -0,05 M
-d [ H 2 S O 4 ]
V1 =
dt
- [-0,05] M
=
24 detik
= 0,00208 M/s
2. [H2SO4]awal = 0,08 M
V awal
[ H2SO4]akhir = [H2SO4]awal x
V akhir
5 mL
= 0,08 M x
10 mL
= 0,04 M
d2 = [H2SO4]akhir - [H2SO4]awal
= 0,04 M - 0,08M
= -0,04 M
-d [ H 2 S O 4 ]
V2 =
dt
- [-0,04] M
=
24 detik
= 0,00166 M/s
3. [H2SO4]awal = 0,06 M
V awal
[ H2SO4]akhir = [H2SO4]awal x
V akhir
5 mL
= 0,06 M x
10 mL
= 0,03 M
d3 = [H2SO4]akhir - [H2SO4]awal
= 0,03 M - 0,06 M
= -0,03 M
-d [ H 2 S O 4 ]
V3 =
dt
- [-0,03] M
=
25 detik
= 0,00120 M/s
4. [H2SO4]awal = 0,04 M
V awal
[ H2SO4]akhir = [H2SO4]awal x
V akhir
5 mL
= 0,04 M x
10 mL
= 0,02 M
d4 = [H2SO4]akhir - [H2SO4]awal
= 0,02 M - 0,04 M
= -0,02 M
-d [ H 2 S O 4 ]
V4 =
dt
- [-0,02] M
=
26 detik
= 0,00076 M/s
5. [H2SO4]awal = 0,02 M
V awal
[ H2SO4]akhir = [H2SO4]awal x
V akhir
5 mL
= 0,02 M x
10 mL
= 0,01 M
d5 = [H2SO4]akhir - [H2SO4]awal
= 0,01 M - 0,02 M
= -0,01 M
-d [ H 2 S O 4 ]
V5 =
dt
- [-0,01] M
=
36 detik
= 0,00027 M/s
-d [H2 SO4 ]
Vn =
dt
V awal
[H2SO4] akhir = [H2SO4] awal x
V akhir
5 mL
= 0,1 M x
10 mL
= 0,05 M
= 0,05 M - 0,1 M
= -0,05 M
-d [ H 2 S O 4 ]
V1 =
dt
- [-0,05] M
=
42 detik
= 0,00119 M/s
-d [ H 2 S O 4 ]
V2 =
dt
- [-0,05] M
=
25 detik
= 0,002 M/s
-d [ H 2 S O 4 ]
V3 =
dt
- [-0,05] M
=
3 detik
= 0,0167 M/s