Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR I

PERCOBAAN VI
KECEPATAN REAKSI

NAMA : NURJANNAH
NIM : H031 18 1002
KELOMPOK : XI (SEBELAS)
HARI/TGL PERCOBAAN : RABU/24 OKTOBER 2018
ASISTEN : IRANDA

LABORATORIUM KIMIA DASAR


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
LAPORAN PRAKTIKUM

KECEPATAN REAKSI

Disusun dan diajukan oleh

NURJANNAH

H031 18 1002

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Makassar, 24 Oktober 2018


Asisten, Praktikan,

IRANDA NURJANNAH
H311 15 026 H031 18 1002
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kinetika kimia sebagai sains dimulai pada pertengahan abad ke-19, saat

Wilhelmy yang pertama kali memperkenalkan bahwa kecepatan reaksi kimia

mengikuti hukum pasti, tapi walaupun karyanya membuka jalan bagi hukum aksi

massa Waage dan Guldberg, hal itu menarik perhatian sampai akhirnya diambil oleh

Ostwald menjelang akhir abad ini, seperti yang dibahas oleh Laidler. Wilhelmy

menyadari bahwa kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi reaktan, tapi sebelum

mempertimbangkan beberapa contoh yang dibutuhkan pemeriksaan terhadap proses

reaksi kimia yang diklasifikasikan (Bowden dan Cornish, 2012).

Kinetika kimia telah digunakan sebagai alat untuk mengetahui mekanisme

reaksi kinetika kimia sangat luas dan penting dari bagian kimia secara keseluruhan,

ini juga disebut dinamika kimia. Kecepatan reaksi kimia bervariasi dengan kondisi

telah dipelajari selama bertahun-tahun. Korelasi tingkat reaksi dengan energi terkait

dengan molekul reaksi telah diberikan pertama kali oleh Arrhenius. Inversi gula tebu

di larutan dengan adanya ion hidrogen dipelajari oleh Wilhelmy dan Wilhelmy

adalah ilmuwan pertama yang menyelidiki pengukuran kuantitatif kecepatan reaksi

kimia. Ada berbagai jenis bahan kimia reaksi dan juga teknik eksperimental yang

digunakan dalam penyelidikan kinetika kimia (Mory dkk., 2016).

Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukanlah percobaan kecepatan reaksi,

sehingga dapat diketahui lebih lanjut mengenai hubungan laju reaksi dengan

faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu suhu (temperatur) dan konsentrasi

pereaksi.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah mengamati pengaruh konsentrasi terhadap

laju reaksi dan mengamati pengaruh suhu terhadap laju reaksi.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah:

1. mempelajari pengaruh konsentrasi pada kecepatan reaksi.

2. mempelajari pengaruh suhu pada kecepatan reaksi.

3. menentukan orde reaksi untuk pengaruh konsentrasi Na2S2O3 dan untuk pengaruh

konsentrasi H2SO4.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap

kecepatan reaksi dengan menggunakan larutan Na2S2O3 dan H2SO4 yang diberi

perlakuan berupa memanaskan larutan dalam tabung reaksi dengan spiritus.

Kemudian, mereaksikan Na2S2O3 dan H2SO4 dengan volume yang bervariasi lalu

menambahkan aquades hingga volume menjadi sama untuk mengetahui pengaruh

konsentrasi terhadap kecepatan reaksi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kecepatan Reaksi

Suatu reaksi kimia berlangsung karena atom-atom bersenyawa membentuk

molekul-molekul baru dengan cara pembentukan elektron oktet dalam

masing-masing atom. Laju berlangsungnya proses kimia dan energi energi yang

bertalian dengan proses ini secara mekanisme reaksi kimia dipelajari dalam

kinematika (Edahwati, 2007).

Kecepatan reaksi dari suatu reaksi tergantung pada jumlah tumbukan antara

molekul-molekul pereaksi yang terjadi tiap satuan waktu. Makin besar jumlah

tumbukan ini, maka semakin besar pula kecepatan reaksi. Salah satu cara untuk

memperbesar jumlah dari tumbukan adalah dengan menaikkan jumlah molekul

persatuan volume, sehingga kemungkinan terjadinya suatu tumbukan antara molekul

akan bertambah besar. Ungkapan matematik yang memberikan hubungan antara

kecepatan reaksi dan konsentrasi pada temperatur tetap disebut Hukum Kecepatan

Reaksi (Kristianingrum, 2003).

Laju reaksi dikemukakan oleh hukum Arrhenius, yang merupakan penjelas

utama target teori tingkat reaksi absolut. Dikembangkan pada 1889 dan didefinisikan

konstanta laju k (Hettema, 2012):

k = A exp (-EA
RT )
(2.1)

menyatakan laju konstan untuk reaksi kimia dalam hal ‘frekuensi faktor’ A dan EA

‘energi aktivasi’.
2.2 Orde Reaksi

Harga orde reaksi dapat bernilai 0, 1, 2, 3, bahkan dapat bernilai pecahan

yang sederhana. Langkah-langkah penetuan orde reaksi berdasarkan pada data

eksperimen, yaitu sebagai berikut (Kristianingrum, 2003):

a. Data eksperimen harus pada suhu tetap untuk mendapatkan harga k yang tetap.

b. Orde reaksi dicari dengan membandingkan persamaan laju reaksi:

[ V1] k1 A1 B1
( [ V2] ) =
k2
=( ) ( )
A2
m =
B2
n (2.2)

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Reaksi

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi adalah

(Kristianingrum, 2003):

a. Sifat dan keadaan zat

Luas permukaan zat-zat yang bereaksi sangat berpengaruh terhadap laju

reaksi, sehingga suatu zat dalam bentuk serbuk dan bongkahan/kepingan akan

memiliki laju reaksi yang berbeda.

b. Konsentrasi

Makin besar konsentrasi zat reaktan berarti besar kemungkinan untuk

terjadinya tumbukan yang efektif, sehingga laju reaksinya akan semakin cepat.

Tumbukan yang efektif adalah tumbukan antar molekul yang menghasilkan

reaksi dan hanya dapat terjadi bila molekul yang bertumbukan tersebut memiliki

energi aktivasi yang cukup.

c. Temperatur

Menaikkan suhu berarti menambahkan energi atau dengan kata lain

kenaikan suhu menyebabkan gerakan molekul makin cepat sehingga

kemungkinan tumbukan yang efektif makin banyak terjadi.


d. Katalisator

Merupakan zat yang mempercepat reaksi, tetapi tidak ikut bereaksi.

Adanya katalis akan menurunkan energi aktivasi suatu reaksi, sehingga lebih

mudah dilampaui oleh molekul reaktan akibatnya reaksi menjadi lebih cepat.

2.4 Hukum Laju Reaksi

Sejauh ini telah dipelajari bahwa laju reaksi sebanding dengan konsentrasi

reaktan dan bahwa konstanta proporsionalitas k disebut konstanta laju. Hukum laju

menyatakan hubungan tingkat reaksi terhadap laju konstan dan konsentrasi reaktan

dinaikkan ke beberapa kekuatan. Untuk reaksi umum (Chang, 2010):

aA + bB cC + dD

Hukum laju menunjukkan hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi

reaktan. Dalam persamaan laju dikenal istilah orde reaksi atau tingkat reaksi, yaitu

bilangan pangkat yang menyatakan hubungan konsentrasi zat dengan laju reaksi.

Harga orde reaksi hanya dapat ditentukan melalui eksperimen, sedangkan tahap

penentu laju reaksi adalah energi yang paling lambat (Kristianingrum, 2003):

1. Reaksi orde nol (Hukum laju : v = k[A]0)

2. Reaksi orde satu (Hukum laju : v = k[A])

3. Reaksi orde dua (Hukum laju : v = k[A]2)

Laju reaksi kimia pada kondisi volume konstan diberikan secara umum oleh

persamaan matematika berikut (Gargurevich, 2016):

R = (- 1 / V) dn / dt (2.3)

atau jika pada volume konstan saja,

R = - (d (n / V) / dt = -dC / dt (2.4)

di mana, V adalah volume reaksi, n adalah jumlah material pada waktu t, C adalah

konsentrasi material dan t adalah waktu reaksi.


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi,

handphone, kaki tiga, kawat kasa, rak tabung, gelas piala, pipet ukur, bulb,

termometer, gegep, korek dan pembakar spiritus.

3.2 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah H2SO4 0,1 M,

Na2S2O3 0,1 M, air es, tissue roll, akuades dan sabun.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3

Menyediakan 10 buah tabung reaksi dan mengisi lima buah tabung reaksi

tersebut dengan masing-masing 5 mL H2SO4 0,1 M (konsentrasi tetap). Mengisi

lima buah tabung reaksi yang lain dengan volume yang bervariasi yaitu 5 mL, 4

mL, 3 mL, 2 mL dan 1 mL Na2S2O3 0,1 M. Kemudian, mengencerkan larutan

tersebut hingga volume 5 mL dengan akuades. Selanjutnya yaitu mencampurkan isi

tabung reaksi dari 5 sediaan pertama ke dalam masing-masing sediaan kedua.

Kemudian bersamaan dengan bercampurnya kedua zat tersebut, langkah selanjutnya

adalah menjalankan handphone. Kemudian, mematikan handphone setelah terjadi

reaksi (keruh), hindari kekeruhan yang berlebihan. Selanjutnya mencatat waktu

yang digunakan untuk bereaksi dan menentukan nilai m, k dan membuat

persamaan kecepatan reaksinya.


3.3.2 Pengaruh Konsentrasi H2SO4

Menyediakan 10 buah tabung reaksi dan mengisi lima buah tabung tersebut

dengan 5 mL Na2S2O3 0,1 M (konsentrasi tetap). Mengisi lima buah tabung reaksi

yang lain dengan 5 mL, 4 mL, 3 mL, 2 mL dan 1 mL H2SO4 0,1 M. Kemudian,

mengencerkannya hingga volume 5 mL dengan akuades. Selanjutnya, mencampur isi

tabung reaksi tersebut dari 5 sediaan pertama ke dalam masing-masing sediaan kedua

dan bersamaan dengan bercampurnya kedua zat tersebut, langkah selanjutnya adalah

menjalankan handphone. Kemudian, mematikan handphone setelah ada reaksi

(keruh), hindari kekeruhan yang berlebihan. Selanjutnya mencatat waktu yang

digunakan dan menentukan nilai m, k dan membuat persamaan kecepatan reaksinya.

3.3.3 Pengendapan Suhu

Memilih salah satu konsentrasi H2SO4 dan Na2S2O3. Menyiapkan 6 buah

tabung reaksi dan mengisi 3 buah tabung reaksi dengan Na2S2O3 0,1 M dan mengisi 3

buah tabung reaksi yang lain dengan H2SO4 0,1 M. Kemudian, memasukkan

sepasang tabung ke dalam gelas piala yang berisi air dingin (air es) beberapa menit

sehingga suhunya merata termasuk suhu larutannya. Selanjutnya, mengambil

sepasang tabung reaksi (1 buah yang berisi H 2SO4 dan 1 buah berisi Na2S2O3).

Mencampur isi tabung tersebut, dan bersamaan bercampurnya kedua zat tersebut,

langkah selanjutnya adalah menjalankan handphone. Kemudian mematikan

handphone setelah terjadi reaksi pada percobaan pengaruh suhu. Selanjutnya,

mencatat waktu yang digunakan dan suhu reaksi. Hal yang sama dilakukan pada suhu

ruangan dan suhu panas.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan

4.1.1 Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3

Reaksi berlangsung pada suhu 27˚C

Tabel 4.1 Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3


Konsentrasi Konsentrasi Waktu
1/Waktu (detik)
Na2S2O3 (M) H2SO4 (M) (Detik)
0,1 0,1 22 0,0454
0,08 0,1 27 0,0370
0,06 0,1 42 0,0238
0,04 0,1 61 0,0163
0,02 0,1 111 0,0090

Tabel 4.2 Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3

NO [Na2S2O3]
V (M/detik) Log Na2S2O3 Log V Y Regresi
. awal
1. 0,1 M 0,00227 -1 -2,6439 -2,6612
2. 0,08 M 0,00148 -1,0969 -2,8297 -2,8567
3. 0,06 M 0,00071 -1,2218 -3,1487 -3,1088
4. 0,04 M 0,00032 -1,3979 -3,4948 -3,4642
5. 0,02 M 9,009 × 10-5 -1,6989 -4,0453 -4,0717

4.1.2 Pengaruh Konsentrasi H2SO4

Reaksi berlangsung pada suhu 27˚C

Tabel 4.3 Pengaruh Konsentrasi H2SO4


Konsentrasi Konsentrasi H2SO4 Waktu
1/Waktu (detik)
Na2S2O3 (M) (M) (Detik)
0,1 0,1 24 0,0416
0,1 0,08 24 0,0416
0,1 0,06 25 0,04
0,1 0,04 26 0,0384
0,1 0,02 36 0,0277
Tabel 4.4 Pengaruh Konsentrasi H2SO4

[H2SO4] V
NO. Log H2SO4 Log V Y regresi
awal (M/detik)
1. 0,1 M 0,00208 -1 -2,6819 -2,6553
2. 0,08 M 0,00166 -1,0969 -2,7798 -2,7780
3. 0,06 M 0,00120 -1,2218 -2,9208 -2,9363
4. 0,04 M 0,00076 -1,3979 -3,1191 -3,1594
5. 0,02 M 0,00027 -1,6989 -3,5686 -3,5408

4.1.3 Pengaruh Suhu

Tabel 4.5 Pengaruh Suhu


Konsentrasi H2SO4 Konsentrasi
Suhu (0C) Waktu (detik)
(M) Na2S2O3 (M)
0,1 0,1 79 3
0,1 0,1 27 25
0,1 0,1 13 42

Tabel 4.6 Pengaruh Suhu

No V (M/detik) T (0C) T (K) Ln V 1/T(K) Y Regresi


1 0,00119 3 276 -6,7338 3,623 x 10-3 3,2733 x 10-3

2 0,002 25 298 -6,2146 3,355 x 10-3 3,2214 x 10-3

3 0,0167 42 315 3,0092 x 10-3


-4,0923 3,174 x 10-3

4.2 Reaksi

Na2S2O3(aq) + H2SO4(aq) Na2SO4(aq) + H2S2O3(aq)

4.3 Grafik

4.3.1 Grafik Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3


Grafik
0
-1.8 -1.7 -1.6 -1.5 -1.4 -1.3 -1.2 -1.1 -1 -0.9
-0.5

-1

-1.5
Log konsentrasi

-2
Grafik -2.5
f(x) = 2.02 x − 0.64 Linear (Grafik)
-3
R² = 1
-3.5

-4

-4.5
Log V

Grafik 4.1 Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3

4.3.2 Grafik Pengaruh Konsentrasi H2SO4

Grafik
0
-1.8 -1.7 -1.6 -1.5 -1.4 -1.3 -1.2 -1.1 -1 -0.9
-0.5

-1

-1.5
Log konsentrasi

Grafik
-2
Linear (Grafik)

-2.5
f(x) = 1.27 x − 1.39
R² = 0.99 -3

-3.5

-4

Log V

Grafik 4.2 Pengaruh Konsentrasi H2SO4


4.3.3 Grafik Pengaruh Suhu
Grafik
0

f(x) = − 0 x + 0 0
R² = 0.81
0

0 Grafik
Ln V

Linear (Grafik)
0

0
-7 -6.5 -6 -5.5 -5 -4.5 -4 -3.5
-1/T

Grafik 4.3 Pengaruh Suhu

4.4 Pembahasan

Pada percobaan ini, untuk mengetahui pengaruh konsentrasi Na 2S2O3 dalam

faktor laju reaksi yang pertama adalah mengamati 10 buah tabung reaksi pada 5

tabung pertama di isi 5 mL H2SO4 0,1 M dengan konsentrasi tetap sedangkan pada 5

tabung berikutnya diisi dengan volume yang bervariasi (5 mL, 4 mL, 3 mL, 2 mL

dan 1 mL) larutan Na2S2O3 0,1 M, lalu diencekan dengan akuades sampai 5 mL.

Bersamaan dengan itu handphone dinyalakan sampai terjadi reaksi. Setelah

dicampurkan larutan tersebut bereaksi dan menjadi keruh. Dilihat bahwa konsentrasi

0,1 M, 0,08 M, 0,06 M, 0,04 M dan 0,02 M waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi

makin lama dan kecepatan bereaksi berkurang. Hal ini menyatakan bahwa

konsentrasi mempengaruhi kecepatan reaksi dimana semakin tinggi konsentrasi maka

laju reaksi semakin cepat. Laju reaksi untuk konsentrasi 0,1 M adalah 0,00227,

konsentrasi 0,08 M adalah 0,00148, konsentrasi 0,06 M adalah 0,00071, konsentrasi


0,04 M adalah 0,00032 dan konsentrasi 0,02 M adalah 9,009 × 10-5 dalam satuan laju

reaksi M/detik. Begitu pula dengan percobaan ke dua pengaruh konsentrasi H 2SO4

sama dengan konsentrasi Na2S2O3 tetapi konsentrasi H2SO4 bervariasi dan

konsentrasi Na2S2O3 yang tetap. Percobaan ini juga membuktikan bahwa semakin

tinggi konsentrasi maka laju reaksi semakin cepat. Laju reaksi yang terjadi pada

konsentrasi 0,1 M, 0,08 M, 0,06 M, 0,04 M dan 0,02 M berturut-turut adalah sebesar

0,00208 M/detik, 0,00166 M/detik, 0,00120 M/detik, 0,00076 M/detik dan yang

terakhir 0,00027 M/detik. Jika konsentrasi suatu zat semakin besar maka laju

reaksinya makin cepat pula, begitupun sebaliknya. Pada larutan yang konsentrasinya

pekat, partikelnya lebih rapat dan untuk larutan yang encer partikelnya merenggang,

sehingga lebih mudah mengalami tumbukan. Pada percobaan selanjutnya dilakukan

pengamatan pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi yaitu pada larutan Na2S2O3 dan

larutan H2SO4 dengan konsentrasi yang sama yaitu 0,1 M. Pada percobaan ke tiga

diambil 6 tabung reaksi, tiga tabung diisi 5 mL H2SO4 dan 3 tabung berikutnya diisi 5

mL Na2S2O3. Sepasang tabung reaksi yang berisi larutan Na2S2O3 dan larutan H2SO4

dimasukkan ke dalam gelas piala yang berisi dengan air dingin (13⁰C). Sepasang

tabung reaksi lagi yang berisi larutan Na2S2O3 dan larutan H2SO4 diletakkan pada

suhu kamar (27⁰C) dan sepasang tabung berikutnya yang berisi larutan Na2S2O3 dan

larutan H2SO4 dipanaskan (79⁰C). Tabung yang dimasukkan ke gelas piala yang

berisi air es membutuhkan waktu yang paling lama untuk bereaksi yaitu 42 detik.

Sedangkan tabung reaksi yang yang berada pada suhu kamar membutuhkan waktu 25

detik untuk bereaksi dan yang paling cepat bereaksi adalah tabung yang dipanaskan

membutuhkan waktu 3 detik untuk bereaksi. Jadi dapat dipahami bahwa suhu mampu

mempengaruh kecepatan reaksi sehingga dapat dinyatakan semakin tinggi suhu maka
waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi makin sedikit artinya reaksi berlangsung lebih

cepat, sebalikanya makin rendah suhu dalam suatu reaksi maka waktu yang

dibutuhkan untuk bereaksi juga lama yang artinya reaksi berlangsung lambat. Hal ini

membuktikan bahwa suhu mempengaruhi kecepatan reaksi. Jika suhu dalam suatu

reaksi naik berarti akan menambah energi, sehingga energi kinetik molekul-molekul

akan meningkat. Akibatnya molekul yang bereaksi menjadi lebih aktif mengadakan

tumbukan. Dengan kata lain, kenaikan suhu menyebabkan gerakan molekul makin

cepat sehingga kemungkinan tumbukan yang efektif makin banyak terjadi yang

menyebabkan laju reaksi semakin besar.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan

beberapa hal yaitu:

1. konsentrasi mempengaruhi kecepatan reaksi, semakin tinggi konsentrasi maka laju

reaksi semakin cepat. Sebaliknya semakin rendah konsentrasi maka laju reaksi

semakin lambat.

2. suhu mempengaruhi kecepatan reaksi, semakin tinggi suhu maka laju reaksi juga

semakin cepat. Sebaliknya semakin rendah suhu maka laju reaksi semakin lambat.

3. nilai orde reaksi pada larutan Na2S2O3 untuk nilai Ka1, Ka2, Ka3, Ka4 dan Ka5

berturut–turut adalah 0,137, 0,127, 0,126, 0,1134 dan 0,808. Sedangkan nilai orde

reaksi pada larutan H2SO4 untuk nilai Ka1, Ka2, Ka3, Ka4 dan Ka5 berturut–turut

0,164, 0,140, 0,067, 0,143 dan 0,059.

5. 2 Saran

5.2.1 Saran untuk Percobaan

Saya harap agar percobaan selanjutnya, alat dan bahan bisa lebih dilengkapi

lagi agar praktikan dapat dengan mudah dalam melakukan praktikum di

labotatorium.

5.2.2 Saran untuk Laboratrium

Sebaiknya kebersihan laboratorium harus lebih ditingkatkan, materi dan

waktu praktikum ditambah, agar praktikan dapat lebih mengerti tentang percobaan

yang dikerjakan.
DAFTAR PUSTAKA

Bowden dan Cornish, A., 2012, Fundamental of Enzyme Kinetics Fourth Edition,
Wiley-Black Well, Weinhem.

Chang, R., 2010, Chemistry 10th Edition, The Mc-Graw-Hill Companies, NewYork.

Edahwati, L., 2007, Kinetika Reaksi Pembuatan NaOH dari Soda Ash dan Ca(OH) 2,
Jurnal Penelitian Ilmu Teknik, 7(2): 55-53.

Gargurevich, I.A., 2016, Chemical Reaction Thermodynamics and Reaction Rate


Theory, Journal of Chemical Engineering & Process Technology, 2(7): 5.

Hettema, H., 2012, The Unity of Chemistry and Physics: Absolute Reaction Rate
Theory, HYLE–International Journal for Philosophy of Chemistry,
18(2): 145-173.

Kristianingrum, S., 2003, Kinetika Kimia, Workshop Guru Bidang Studi Kimia,
Sidoarjo.

Mory, P., Chourey, V.R., dan Dwivedi, D., 2016, Kinetic and Mechanistic Studies of
Miceller Catalysed Oxidation of Iso-Butyric Acid In Perchloric Acid
Medium by Permanganate, International Journal of Advanced Research,
4(3): 1188-1200.
Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Pengaruh Konsentrasi

H2SO4 0,1 M Na2S2O3 0,1 M

- Dimasukkan kedalam 5 - Dimasukkan kedalam 5 buah

buah tabung reaksi dengan tabung reaksi dengan volume

masing-masing 5 mL. yang bervariasi (5 mL, 4 mL,

3 mL, 2 mL, 1mL).

- Diencerkan dengan aquades.

hingga volume 5 mL

- Dicampurkan isi tabung reaksi tersebut dari 5

sediaan pertama ke dalam masing-masing sediaan

kedua.

- Dinyalakan stopwatch.

- Dihentikan setelah terjadi reaksi (keruh)

- Dicatat waktu yang digunakan, tentukan nilai m,

k dan buat persamaan kecepatan reaksinya.

HASIL

NB: Diulangi langkah diatas dengan konsentrasi Na2S2O3 0,1 M dan H2SO4 0,1 M

dengan volume bervariasi (5 mL, 4 mL, 3 mL, 2 mL, 1mL).


2. Pengaruh Suhu

H2SO4 0,1 M dan Na2S2O3 0,1 M


- Disiapkan 6 buah tabung reaksi dan 3 buah tabung reaksi diisi

dengan Na2S2O3 0,1 M dan 3 buah tabung reaksi yang lain dengan

H2SO4 0,1 M.

- Dimasukkan sepasang tabung reaksi ke dalam gelas piala yang

berisi air dingin (13 oC) beberapa menit sehingga suhunya merata.

- Diambil sepasang tabung reaksi untuk masing-masing larutan

kemudian dicampurkan isi tabung tersebut, dan bersamaan

dinyalakan stopwatch .

- Stopwatch dihentikan setelah terjadi reaksi.

- Dicatat waktu yang digunakan dan suhu reaksi.

Hasil

NB: Diulangi untuk suhu yang berbeda ( 27 oC dan 79 oC)


Lampiran 2. Dokumentasi Percobaan

1. Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3

Gambar 1. Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3

2. Pengaruh Konsentrasi H2SO4

Gambar 2. Pengaruh Konsentrasi H2SO4

3. Pengaruh Suhu

Gambar 3. Pengaruh Pada Suhu Ruang 27oC


Gambar 4. Pengaruh Pada Suhu 79oC

Gambar 5. Pengaruh Pada Suhu 13oC

Lampiran 3. Perhitungan
1. Pengenceran

A. Pengenceran Na2S2O3

V1 × M1 = V2 × M2

5 ml × 0,1 M = 5 ml × M2

M2 = 0,1 M

V1 × M1 = V2 × M2

4 ml × 0,1 M = 5 ml × M2

M2 = 0,08 M

V1 × M1 = V2 × M2

3 ml × 0,1 M = 5 ml × M2

M2 = 0,06 M

V1 × M1 = V2 × M2

2 ml × 0,1 M = 5 ml × M2

M2 = 0,04 M

V1 × M1 = V2 × M2

1 ml × 0,1 M = 5 ml × M2

M2 = 0,02 M

B. Pengenceran H2SO4

V1 × M1 = V2 × M2

5 ml × 0,1 M = 5 ml × M2
M2 = 0,1 M

V1 × M1 = V2 × M2

4 ml × 0,1 M = 5 ml × M2

M2 = 0,08 M

V1 × M1 = V2 × M2

3 ml × 0,1 M = 5 ml × M2

M2 = 0,06 M

V1 × M1 = V2 × M2

2 ml × 0,1 M = 5 ml × M2

M2 = 0,04 M

V1 × M1 = V2 × M2

1 ml × 0,1 M = 5 ml × M2

M2 = 0,02 M

2. Kecepatan Reaksi dengan Pengaruh Konsentrasi

A. Na2S2O3

-d [ Na2 S2 O 3 ]
Vn =
dt

1. [Na2S2O3] awal = 0,1 M

V awal
[Na2S2O3] akhir = [Na2S2O3] awal x
V akhir

5 mL
= 0,1 M x
10 mL
= 0,05 M

d1 = [Na2S2O3] akhir - [Na2S2O3] awal

= 0,05 M - 0,1 M

= -0,05 M

-d [ Na 2 S2 O3 ]
V1 =
dt

- [-0,05] M
=
22 detik

= 0,00227 M/s

2. [Na2S2O3]awal = 0,08 M

V awal
[Na2S2O3]akhir = [Na2S2O3]awal x
V akhir

5 mL
= 0,08 M x
10 mL

= 0,04 M

d2 = [Na2S2O3]akhir - [Na2S2O3]awal

= 0,04 M - 0,08 M

= -0,04 M

-d [Na 2 S2 O 3 ]
V2 =
dt

- [-0,04] M
=
27 detik

= 0,00148 M/s

3. [Na2S2O3]awal = 0,06 M

V awal
[Na2S2O3]akhir = [Na2S2O3]awal x
V akhir
5 mL
= 0,06 M x
10 mL

= 0,03 M

d3 = [Na2S2O3]akhir - [Na2S2O3]awal

= 0,03 M - 0,06 M

= -0,03 M

-d [Na 2 S2 O3 ]
V3 =
dt

- [-0,03] M
=
42 detik

= 0,00071 M/s

4. [Na2S2O3]awal = 0,04 M

V awal
[Na2S2O3]akhir = [Na2S2O3]awal x
V akhir

5 mL
= 0,04 M x
10 mL

= 0,02 M

d4 = [Na2S2O3]akhir - [Na2S2O3]awal

= 0,02 M - 0,04 M

= -0,02 M

-d [Na 2 S2 O3 ]
V4 =
dt

- [-0,02] M
=
61 detik

= 0,00032 M/s

5. [Na2S2O3]awal = 0,02 M
V awal
[Na2S2O3]akhir = [Na2S2O3]awal x
V akhir

5 mL
= 0,02 M x
10 mL

= 0,01 M

d5 = [Na2S2O3]akhir - [Na2S2O3]awal

= 0,01 M - 0,02 M

= -0,01 M

-d [Na 2 S2 O3 ]
V5 =
dt

- [-0,01] M
=
111 detik

= 9,009 x 10-5 M/s

B. H2SO4

-d [H2 SO4 ]
Vn =
dt

1. [H2SO4] awal = 0,1 M

V awal
[H2SO4] akhir = [H2SO4] awal x
V akhir

5 mL
= 0,1 M x
10 mL

= 0,05 M

d1 = [H2SO4] akhir - [H2SO4] awal

= 0,05 M - 0,1 M

= -0,05 M

-d [ H 2 S O 4 ]
V1 =
dt
- [-0,05] M
=
24 detik

= 0,00208 M/s

2. [H2SO4]awal = 0,08 M

V awal
[ H2SO4]akhir = [H2SO4]awal x
V akhir

5 mL
= 0,08 M x
10 mL

= 0,04 M

d2 = [H2SO4]akhir - [H2SO4]awal

= 0,04 M - 0,08M

= -0,04 M

-d [ H 2 S O 4 ]
V2 =
dt

- [-0,04] M
=
24 detik

= 0,00166 M/s

3. [H2SO4]awal = 0,06 M

V awal
[ H2SO4]akhir = [H2SO4]awal x
V akhir

5 mL
= 0,06 M x
10 mL

= 0,03 M

d3 = [H2SO4]akhir - [H2SO4]awal

= 0,03 M - 0,06 M

= -0,03 M

-d [ H 2 S O 4 ]
V3 =
dt
- [-0,03] M
=
25 detik

= 0,00120 M/s

4. [H2SO4]awal = 0,04 M

V awal
[ H2SO4]akhir = [H2SO4]awal x
V akhir

5 mL
= 0,04 M x
10 mL

= 0,02 M

d4 = [H2SO4]akhir - [H2SO4]awal

= 0,02 M - 0,04 M

= -0,02 M

-d [ H 2 S O 4 ]
V4 =
dt

- [-0,02] M
=
26 detik

= 0,00076 M/s

5. [H2SO4]awal = 0,02 M

V awal
[ H2SO4]akhir = [H2SO4]awal x
V akhir

5 mL
= 0,02 M x
10 mL

= 0,01 M

d5 = [H2SO4]akhir - [H2SO4]awal

= 0,01 M - 0,02 M

= -0,01 M

-d [ H 2 S O 4 ]
V5 =
dt
- [-0,01] M
=
36 detik

= 0,00027 M/s

C. Kecapatan Reaksi dengan Pengaruh Suhu

-d [H2 SO4 ]
Vn =
dt

[H2SO4] awal = 0,1 M

V awal
[H2SO4] akhir = [H2SO4] awal x
V akhir

5 mL
= 0,1 M x
10 mL

= 0,05 M

d = [H2SO4] akhir - [H2SO4] awal

= 0,05 M - 0,1 M

= -0,05 M

1. Suhu dingin (130C)

-d [ H 2 S O 4 ]
V1 =
dt

- [-0,05] M
=
42 detik

= 0,00119 M/s

2. Suhu kamar (270C)

-d [ H 2 S O 4 ]
V2 =
dt

- [-0,05] M
=
25 detik
= 0,002 M/s

3. Suhu Panas (790C)

-d [ H 2 S O 4 ]
V3 =
dt

- [-0,05] M
=
3 detik

= 0,0167 M/s

Anda mungkin juga menyukai