Kimia Dasar
KECEPATAN REAKSI
H021211051
KELOMPOK III B
IKATAN KIMIA
H021 21 1051
Asisten Praktikan
PENDAHULUAN
Kinetika kimia sebagai sains dimulai pada pertengahan abad ke-19. Pada
saat itu Wilhelmy yang pertama kali memperkenalkan bahwa kecepatan reaksi
kimia mengikuti hukum pasti, tapi walaupun karyanya membuka jalan bagi
hukum aksi massa Waage dan Guldberg. Hal tersebut menarik perhatian ilmuan
sampai akhirnya diambil oleh Ostwald menjelang akhir abad sekarang, Seperti
pereaksi menjadi hasil reaksi. Reaksi kimia ada yang berlangsung lambat dan ada
yang cepat. Pada umumnya, reaksi-reaksi yang terjadi pada senyawa anorganik
Pembahasan tentang kecepatan (laju) reaksi disebut kinetika kimia. Laju atau
suatu satuan waktu. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju
bagaimana hubungannya.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
waktu lamanya reaksi yang terjadi ketika pencampuran larutan H2SO4 dan
Na2S2O3 apabila salah satu konsentrasi larutan dibuat sama sedangkan larutan
menghitung waktu lamanya reaksi dengan konsentrasi yang sama antara H2SO4
TINJAUAN PUSTAKA
antara molekul-molekul pereaksi yang terjadi tiap satuan waktu. Makin besar
jumlah tumbukan ini, maka semakin besar pula kecepatan reaksi. Salah satu cara
hubungan antara kecepatan reaksi dan konsentrasi pada temperatur tetap disebut
utama target teori tingkat reaksi absolut. Dikembangkan pada 1889 dan
(2.1)
( )
menyatakan laju konstan untuk reaksi kimia dalam hal ‘frekuensi faktor’ A dan
konsentrasi reaktan. Dalam penurunan hukum laju dikenal istilah orde reaksi atau
tingkat reaksi, yaitu bilangan pangkat yang menyatakan hubungan konsentrasi zat
dengan laju reaksi. Harga ·orde reaksi hanya dapat ditentukan melalui
eksperimen,· sedangkan tahap penentu laju reaksi adalah reaksi yang paling
Kinetika kimia juga dikenal sebagai kinetika reaksi adalah studi tentang
laju reaksi kimia dan mekanisme reaksi kimia serta efek dari berbagai variabel,
termasuk dari penataan ulang atom, pembentukan zat perantara, dan lain-lain. Kita
perlu memahami kinetika kimia sehingga reaksi industri dapat dikendalikan, dan
mekanismenya juga harus dipahami. Kinetika kimia juga memberikan ide untuk
membuat prediksi tentang reaksi kimia yang penting untuk diketahui seperti yang
terjadi di antara gas-gas di atmosfer. Laju reaksi adalah pelajaran besar yang
consecitive.
2. molekul, tergantung pada jumlah molekul yang terlibat dalam reaksi terdiri
Orde suatu reaksi kimia Orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksponen
(dari) konsentrasi dalam persamaan laju. Jika laju suatu reaksi kimia berbanding
Maka reaksi itu dikatakan sebagai reaksi orde pertama. Jika orde itu
Atau berbanding lurus dengan pangkat satu konsentrasi dari dua pereaksi,
Maka reaksi itu disebut reaksi orde dua. Dapat juga disebut orde terhadap
masing-masing pereaksi. Misalnya, dalam persamaan terakhir itu, laju reaksi itu
adalah orde pertama dalam A dan orde pertama dalam B, atau orde dua secara
a. Data eksperimen harus pada suhu tetap untuk mendapatkan harga k yang
tetap.
1 2
Harga k = dan konsentrasi yang sarna dapat dicoret. Dengan demikian orde
Sejauh ini telah dipelajari bahwa laju reaksi sebanding dengan konsentrasi
laju menyatakan hubungan tingkat reaksi terhadap laju konstan dan konsentrasi
aA + bB cC + dD (2.6)
Laju reaksi kimia pada kondisi volume konstan diberikan secara umum
(7)
( )
(8)
( ( ))
di mana, V adalah volume reaksi, n adalah jumah material pada waktu t, C adalah
ikatan yang dimiliki oleh rea-ban dapat mempengaruhi laju reaksi. Selain itu, luas
sehingga suatu zar dalam benruk serbuk dan bongkahan/kepingan akan memiliki
b. Konsentrasi
tumbukan yang efektif, sehingga laju reaksinya akan semakin cepat. Tumbukan
yang efektif adalah tumbukan antar molekul yang menghasilkan reaksi, dan hanya
dapar terjadi bila molekul yang bertumbukan tersebut memiliki energi aktivasi
yang cukup. Energi aktivasi adalah energi minimum yang hanya dimiliki molekul
c. Temperatur
lebih aktif mengadakan turnbukan. Dengan kata lain, kenaikan suhu menyebabkan
d. Katalisator
Katalisator adalah zat yang mempercepat reaksi, tetapi tidak ikut bereaksi.
Adanya katalis akan menurunkan energi aktivasi (Ea) dari suatu reaksi, sehingga
lebih cepat.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, stopwatch,
kaki tiga, kawat kasa, rak tabung, gelas piala, pipet ukur, termometer dan
pembakar spiritus.
Disediakan 10 buah tabung reaksi pada rak tabung, 5 tabung reaksi diisi
dengan 5 mL H2SO4, 5 tabung reaksi lainnya diisi dengan 5 mL, 4 mL, 3 mL, 2
stopwatch jika telah terjadi reaksi (keruh). Diulangi percobaan tersebut, tetapi
konsentrasinya.
3.3.2 Pengaruh Suhu
Pada pengaruh suhu, disiapkan 6 buah tabung reaksi pada rak tabung.
Konsentrasi H2SO4 dan Na2S2O3. Dari 3 buah tabung reaksi diisi dengan Na2S2O3
dan 3 tabung reaksi diisi dengan H2SO4. Dimasukkan air dingin (air es) ke dalam
gelas piala. Dimasukkan sepasang tabung yang sudah diisi larutan tadi ke dalam
gelas piala sehingga suhunya merata beserta larutannya. Setelah suhunya merata
dicampurkan dan matikan stopwatch saat terjadi reaksi (keruh). Catat waktu yang
digunakan dan suhu reaksi. Diulangi dengan mengganti suhu untuk reaksi menjadi
cepat bereaksi terdapat pada larutan Na2S2O3 dengan konsentrasi 0,1 M karena
membutuhkan waktu selama 38,38 detik. Sedangkan yang paling lama bereaksi
waktu selama 255,21 detik. Dapat dipahami bahwa semakin besar konsentrasi
suatu larutan makan semakin cepat pula waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.
yang paling cepat bereaksi terdapat pada larutan H2SO4 dengan konsentrasi 0,1 M
karena membutuhkan waktu selama 38,38 detik. Sedangkan yang paling lama
konsentrasi suatu larutan makan semakin lama waktu dibutuhkan untuk bereaksi.
kecepatan reaksi juga semakin cepat. Sebaliknya, apabila suhu semakin rendah
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa yang paling cepat bereaksi
waktu selama 2,33 detik. Sedangkan yang paling lama bereaksi adalah sepasang
selama 152,48 detik. Berdasarkan hasil percobaan dapat dipahami bahwa suhu
suatu reaksi maka semakin cepat pula waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.
4.4 Grafik
-2
Log V
-4 Linear (Log V)
-6
Log V Na2S2O3
Na2S2O3, kecepatan reaksi akan semakin cepat. Hal ini dibuktikan dengan garis
menanjak yang dihasilkan oleh grafik setelah data dari hasil percobaan
-2 Log V
Linear (Log V)
-3
-4
Log V H2SO4
Berdasarkan grafik tersebut terlihat bahwa semakin besar konsentrasi
H2SO4, kecepatan reaksi akan semakin cepat. Hal ini dibuktikan dengan garis
menanjak yang dihasilkan oleh grafik setelah data dari hasil percobaan
0.5
0
-10 -8 -6 -4 -2 0
-0.5
1/T y = -0,1685x - 0,7471
R² = 0,5959
T Linear (T)
kecepatan reaksi di mana semakin tinggi suhu lingkungan suatu reaksi maka
semakin cepat pula waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi. Hal ini dibuktikan
dengan garis menanjak yang dihasilkan oleh grafik setelah data dari hasil
percobaan dimasukkan. Adapun nilai slope yaitu -0,1685, dan nilai intercept yaitu
-0,07471.
BAB V
5.1 Kesimpulan
suatu larutan atau zat, maka laju reaksinya pun akan semakin cepat.
2. suhu juga mempengaruhi suatu kecepatan reaksi, semakin besar suhu tempat
reaksi. Orde reaksi untuk pengaruh konsentrasi Na2S2O3 adalah 2 dan orde
4. energi aktivasi (EA) merupakan energi minimal agar terjadi suatu reaksi,
semua proses reaksi kimia harus melalui tahap ini, jika energi aktivasi tidak
terlampaui, maka reaksi kimia tidak akan terjadi. Energi aktivasi pada
percobaan pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi adalah 0,12 × 10-3 kJ/mol.
5.2 Saran
memperlihatkan lebih jelas hasil dari percobaan lebih di perlihatkan secara jelas
laporan.
5.2.2 Saran Untuk Asisten
Bowden dan Cornish, A., 2021, Fundamental of Enzyme Kinetics Fourth Edition,
Wiley-Black Well, Weinhem.
Hettema, H., 2012, The Unity of Chemistry and Physics: Absolute Reaction Rate
Theory, HYLE-International Journal of Philosophy of Chemistry,
18(2): 149-150.
Kristianingrum, S., 2003, Kinetika Kimia, Workshop Guru Bidang Studi Kimia,
Sidoarjo.
Patel, V., 2012, Chemicals Kinetics, Janeza Trdine, Rijeka.
Yuda, R.Z., Irdiansyah., dan Prihatiningtyas, I., 2017, Kinetic Study Of
Temperature Effect On Lime Peel Based Atsiri Oil Using Ethanol As
Solvent, Jurnal Chemurgy, 1(1) : 22-26.
Lampiran 1. Bagan Percobaan
5 ml H2SO4 0,1
volumenya 5 mL.
stopwatch.
reaksinya.
Hasil
Catatan: dengan cara yang sama diulangi percobaan di atas tetapi larutan Na2S2O3
konsentrasinya tetap, sedangkan yang divariasikan adalah konsentrasi
H2SO4.
2. Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan Reaksi
H2SO4 0,1 M
stopwatch.
Hasil
Catatan: dengan langkah yang sama ulangi perlakuan di atas pada suhu 28oC dan
80oC.
Lampiran 2. Perhitungan
1. Pengenceran
V1 × M1 = V2 × M2
4 mL × 0,1 M = 5 mL × M2
M2 = 0,08 M
V1 × M1 = V2 × M2
3 mL × 0,1 M = 5 mL × M2
M2 = 0,06 M
V1 × M1 = V2 × M2
2 mL × 0,1 M = 5 mL × M2
M2 = 0,04 M
V1 × M1 = V2 × M2
1 mL × 0,1 M = 5 mL × M2
M2 = 0,02 M
V1 × M1 = V2 × M2
4 mL × 0,1 M = 5 mL × M2
M2 = 0,08 M
V1 × M1 = V2 × M2
3 mL × 0,1 M = 5 mL × M2
M2 = 0,06 M
V1 × M1 = V2 × M2
2 mL × 0,1 M = 5 mL × M2
M2 = 0,04 M
V1 × M1 = V2 × M2
1 mL × 0,1 M = 5 mL × M2
M2 = 0,02 M
1. Kinetika Reaksi
1) [Na2S2O3]awal = 0,1 M
[Na2S2O3]akhir = [Na2S2O3]awal ×
= 0,1 M ×
= 0,05 M
d1 = [Na2S2O3]akhir − [Na2S2O3]awal
= 0,05 M − 0,1 M
= -0,05 M
V1 =
= 0,0013 M/s
2) [Na2S2O3]awal = 0,08 M
[Na2S2O3]akhir = [Na2S2O3]awal ×
= 0,08 M ×
= 0,04 M
d2 = [Na2S2O3]akhir − [Na2S2O3]awal
= 0,04 M − 0,08 M
= -0,04 M
V2 =
=
= 0,0007 M/s
3) [Na2S2O3]awal = 0,06 M
[Na2S2O3]akhir = [Na2S2O3]awal ×
= 0,06 M ×
= 0,03 M
d3 = [Na2S2O3]akhir − [Na2S2O3]awal
= 0,03 M − 0,06 M
= -0,03 M
V3 =
= 0,0004 M/s
4) [Na2S2O3]awal = 0,04 M
[Na2S2O3]akhir = [Na2S2O3]awal ×
= 0,04 M ×
= 0,02 M
d4 = [Na2S2O3]akhir − [Na2S2O3]awal
= 0,02 M − 0,04 M
= -0,02 M
V4 =
=
= 0,0002 M/s
5) [Na2S2O3]awal = 0,02 M
[Na2S2O3]akhir = [Na2S2O3]awal ×
= 0,02 M ×
= 0,01 M
d5 = [Na2S2O3]akhir − [Na2S2O3]awal
= 0,01 M − 0,02 M
= -0,01 M
V5 =
= 4,440×10-5 M/s
- Log Ka = -0,7369
- Ka = 0,2771
- Orde = 2,163 ≈ 2
1) [H2SO4]awal = 0,1 M
[H2SO4]akhir = [H2SO4]awal ×
= 0,1 M ×
= 0,05 M
d1 = [H2SO4]akhir − [H2SO4]awal
= 0,05 M − 0,1 M
= -0,05 M
V1 =
= 0,0013 M/s
2) [H2SO4]awal = 0,08 M
[H2SO4]akhir = [H2SO4]awal ×
= 0,08 M ×
= 0,04 M
d2 = [H2SO4]akhir − [H2SO4]awal
= 0,04 M − 0,08 M
= -0,04 M
V2 =
= 0,0009 M/s
3) [H2SO4]awal = 0,06 M
[H2SO4]akhir = [H2SO4]awal ×
= 0,06 M ×
= 0,03 M
d3 = [H2SO4]akhir − [H2SO4]awal
= 0,03 M − 0,06 M
= -0,03 M
V3 =
= 0,0006 M/s
4) [H2SO4]awal = 0,04 M
[H2SO4]akhir = [H2SO4]awal ×
= 0,04 M ×
= 0,02 M
d4 = [H2SO4]akhir − [H2SO4]awal
= 0,02 M − 0,04 M
= -0,02 M
V4 =
= 0,0004 M/s
5) [H2SO4]awal = 0,02 M
[H2SO4]akhir = [H2SO4]awal ×
= 0,02 M ×
= 0,01 M
d5 = [H2SO4]akhir − [H2SO4]awal
= 0,01 M − 0,02 M
= -0,01 M
V5 =
= 0,0002 M/s
- Log Ka = -1,664
- Ka = 0,2167
- Orde = 1,2478 ≈ 1
[H2SO4]awal = 0,1 M
[H2SO4]akhir = [H2SO4]awal ×
= 0,1 M ×
= 0,05 M
dn = [H2SO4]akhir − [H2SO4]awal
= 0,05 M − 0,1 M
= -0,05 M
V1 =
= 0,021459 M/s
V2 =
=
= 0,00130 M/s
V3 =
= 0,00032 M/s
- Log Ka = -0,7471
- Ka = 0,8857