Anda di halaman 1dari 38

Laporan Praktikum

Kimia Dasar

KECEPATAN REAKSI

SULIZZAH LATIFANNY ISMAIL

H021211051

KELOMPOK III B

LABORATORIUM KIMIA DASAR


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

IKATAN KIMIA

Disusun dan diajukan oleh :

SULIZZAH LATIFANNY ISMAIL

H021 21 1051

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Makassar, 23 Oktober 2021

Asisten Praktikan

YOLANDA GABRIELLA M. SULIZZAH LATIFANNY I


NIM. H031191045 NIM. H021211051
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kinetika kimia sebagai sains dimulai pada pertengahan abad ke-19. Pada

saat itu Wilhelmy yang pertama kali memperkenalkan bahwa kecepatan reaksi

kimia mengikuti hukum pasti, tapi walaupun karyanya membuka jalan bagi

hukum aksi massa Waage dan Guldberg. Hal tersebut menarik perhatian ilmuan

sampai akhirnya diambil oleh Ostwald menjelang akhir abad sekarang, Seperti

yang dibahas oleh Laidler, Wilhelmy menyadari bahwa kecepatan reaksi

tergantung pada konsentrasi reaktan, tapi sebelum mempertimbangkan beberapa

contoh yang dibutuhkan pemeriksaan terhadap proses reaksi kimia yang

diklasifikasikan (Bowden, 2012).

Reaksi kimia juga dapat diartikan sebagai sebuah proses berubahnya

pereaksi menjadi hasil reaksi. Reaksi kimia ada yang berlangsung lambat dan ada

yang cepat. Pada umumnya, reaksi-reaksi yang terjadi pada senyawa anorganik

biasanya berlangsung secara cepat sehingga sulit dipelajari mekanisme reaksi

yang terjadi. Sedangkan reaksi-reaksi pada senyawa organik berlangsung lambat.

Pembahasan tentang kecepatan (laju) reaksi disebut kinetika kimia. Laju atau

kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi ataupun produk dalan

suatu satuan waktu. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju

berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi atau laju bertambahnya konsentrasi

suatu produk (Yuda dkk., 2017).

Berdasarkan hal tersebut, mengenai pentingnya mempelajari kecepatan

reaksi dengan alasan tersebut, maka dilakukanlah percobaan kecepatan reaksi

untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi tersebut dan

bagaimana hubungannya.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Untuk mempelajari dan memahami kecepatan reaksi dengan mempelajari

faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Mempelajari pengaruh konsentrasi dan suhu pada kecepata

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan ini adalah melakukan praktikum untuk memahami

kecepatan reaksi dengan melakukan praktikum untuk mengamati dan menghitung

waktu lamanya reaksi yang terjadi ketika pencampuran larutan H2SO4 dan

Na2S2O3 apabila salah satu konsentrasi larutan dibuat sama sedangkan larutan

lainnya dibuat bervariasi. Sedangkan pada pengaruh suhu yaitu dengan

menghitung waktu lamanya reaksi dengan konsentrasi yang sama antara H2SO4

dan Na2S2O3 pada suhu yang bervariasi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecepatan Reaksi

Kecepatan reaksi dari suatu reaksi tergantung pada jumlah tumbukan

antara molekul-molekul pereaksi yang terjadi tiap satuan waktu. Makin besar

jumlah tumbukan ini, maka semakin besar pula kecepatan reaksi. Salah satu cara

untuk memperbesar jumlah dari tumbukan adalah dengan menaikkan jumlah

molekul persatuan volume, sehingga kemungkinan terjadinya suatu tumbukan

antara molekul akan bertambah besar. Ungkapan matematik yang memberikan

hubungan antara kecepatan reaksi dan konsentrasi pada temperatur tetap disebut

Hukum Kecepatan Reaksi (Kristianingrum, 2003).

Laju reaksi dikemukakan oleh hukum Arrhenius, yang merupakan penjelas

utama target teori tingkat reaksi absolut. Dikembangkan pada 1889 dan

didefinisikan konstanta laju k:

(2.1)
( )

menyatakan laju konstan untuk reaksi kimia dalam hal ‘frekuensi faktor’ A dan

EA ‘energi aktivasi’ (Hettema, 2012).

Hukum laju menunjukkan hubungan antara laju atau reaksi dengan

konsentrasi reaktan. Dalam penurunan hukum laju dikenal istilah orde reaksi atau

tingkat reaksi, yaitu bilangan pangkat yang menyatakan hubungan konsentrasi zat

dengan laju reaksi. Harga ·orde reaksi hanya dapat ditentukan melalui

eksperimen,· sedangkan tahap penentu laju reaksi adalah reaksi yang paling

lambat (Kristianingrum, 2003).


2.2 Kinetika

Kinetika kimia juga dikenal sebagai kinetika reaksi adalah studi tentang

laju reaksi kimia dan mekanisme reaksi kimia serta efek dari berbagai variabel,

termasuk dari penataan ulang atom, pembentukan zat perantara, dan lain-lain. Kita

perlu memahami kinetika kimia sehingga reaksi industri dapat dikendalikan, dan

mekanismenya juga harus dipahami. Kinetika kimia juga memberikan ide untuk

membuat prediksi tentang reaksi kimia yang penting untuk diketahui seperti yang

terjadi di antara gas-gas di atmosfer. Laju reaksi adalah pelajaran besar yang

mencakup banyak aspek termasuk aspek kimia fisik (Patel, 2012).

Menurut Gargurevich (2016) kinetika kimia memiliki beberapa fungsi

utama, yaitu sebagai berikut:

1. menentukan mekanisme reaksi yang terdiri dari reaksi erlementer.

2. megumpulkan data laju eksperimental.

3. menetapkan persamaan matematika yang berkorelasi dengan data laju kimia,

termasuk koefisien laju reaksi.

4. merancang reaktor kimia

5. menentukan keadaan operais, metode kontrol, dan peralatan tambahan

Lebih lanjut, menurut Gargurevich (2016) reaksi dapat diklasifikasikan

sesuai dengan beberapa kriteria, yaitu sebagai berikut:

1. mekanisme, yang terdiri dari irreversible, reversible, simultaneous, dan

consecitive.
2. molekul, tergantung pada jumlah molekul yang terlibat dalam reaksi terdiri

atas unimoleculer dan bimoleculer.

3. tatanan dan molekul adalah sama untuk reaksi erlementer yang

menggambarkan peristiwa molekuler.

2.3 Orde Reaksi

Orde suatu reaksi kimia Orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksponen

(dari) konsentrasi dalam persamaan laju. Jika laju suatu reaksi kimia berbanding

lurus dengan pangkat satu konsentrasi dari hanya satu pereaksi

Laju= k[A] (2.2)

Maka reaksi itu dikatakan sebagai reaksi orde pertama. Jika orde itu

berbanding lurus dengan pangkat dua suatu pereaksi:


2
Laju= k A (2.3)

Atau berbanding lurus dengan pangkat satu konsentrasi dari dua pereaksi,

Laju= k[A][B] (2.4)

Maka reaksi itu disebut reaksi orde dua. Dapat juga disebut orde terhadap

masing-masing pereaksi. Misalnya, dalam persamaan terakhir itu, laju reaksi itu

adalah orde pertama dalam A dan orde pertama dalam B, atau orde dua secara

keseluruhan (Yuda dkk., 2017).

Harga orde reaksi dapat bernilai 0, 1, 2, 3, bahkan dapat bernilai pecahan

yang sederhana. Langkah-langkah penetuan orde reaksi berdasarkan pada data

eksperimen, yaitu sebagai berikut

a. Data eksperimen harus pada suhu tetap untuk mendapatkan harga k yang

tetap.

b. Orde reaksi dicari dengan membandingkan persamaan laju reaksi:


(2.5)
( ) ( ) ( )

1 2
Harga k = dan konsentrasi yang sarna dapat dicoret. Dengan demikian orde

reaksi konsentrasi yang berubah dapat ditentukan (Kristianingrum, 2003).

Sejauh ini telah dipelajari bahwa laju reaksi sebanding dengan konsentrasi

reaktan dan bahwa konstanta proporsionalitas k disebut konstanta laju. Hukum

laju menyatakan hubungan tingkat reaksi terhadap laju konstan dan konsentrasi

reaktan dinaikkan ke beberapa kekuatan. Untuk reaksi umum (Chang, 2010) :

aA + bB cC + dD (2.6)

Laju reaksi kimia pada kondisi volume konstan diberikan secara umum

oleh persamaan matematika berikut:

(7)
( )

atau jika pada volume konstan saja,

(8)
( ( ))

di mana, V adalah volume reaksi, n adalah jumah material pada waktu t, C adalah

konsentrasi material dan t adalah waktu reaksi (Gargurevich, 2016).

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Menurut Kristianingrum (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi laju

reaksi adalah sebagai berikut:

a. Sifat dan Keadaan Zat


Dalam reaksi kimia terjadi pemutusan dan pembentukan ikatan, dimana jenis

ikatan yang dimiliki oleh rea-ban dapat mempengaruhi laju reaksi. Selain itu, luas

permukaan zat-zat yang Bereaksi sangat berpengaruh terhadap laju reaksi,

sehingga suatu zar dalam benruk serbuk dan bongkahan/kepingan akan memiliki

laju reaksi yang berbeda.

b. Konsentrasi

Makin besar konsentrasi zat reaktan berarti besar kemungkinan terjadinya

tumbukan yang efektif, sehingga laju reaksinya akan semakin cepat. Tumbukan

yang efektif adalah tumbukan antar molekul yang menghasilkan reaksi, dan hanya

dapar terjadi bila molekul yang bertumbukan tersebut memiliki energi aktivasi

yang cukup. Energi aktivasi adalah energi minimum yang hanya dimiliki molekul

agar tumbukannya menghasilkan reaksi.

c. Temperatur

Menaikkan suhu berarti menambahkan energi, sehingga energi kinetik molekul-

molekul akan meningkat. Akibatnya molekul-molekul yang bereaksi menjadi

lebih aktif mengadakan turnbukan. Dengan kata lain, kenaikan suhu menyebabkan

gerakan molekul makin cepat sehingga kemungkinan tumbukan yang efektif

makin banyak terjadi.

d. Katalisator

Katalisator adalah zat yang mempercepat reaksi, tetapi tidak ikut bereaksi.

Adanya katalis akan menurunkan energi aktivasi (Ea) dari suatu reaksi, sehingga

lebih mudah dilampaui oleh molekul-molekul reaktan akibatnya It;aKsi menjadi

lebih cepat.
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat Percobaan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, stopwatch,

kaki tiga, kawat kasa, rak tabung, gelas piala, pipet ukur, termometer dan

pembakar spiritus.

3.2 Bahan Percobaan

. Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah H2SO4 0,1 M,

Na2S2O3 0,1 M, dan akuades.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Pengaruh Konsentrasi

Disediakan 10 buah tabung reaksi pada rak tabung, 5 tabung reaksi diisi

dengan 5 mL H2SO4, 5 tabung reaksi lainnya diisi dengan 5 mL, 4 mL, 3 mL, 2

mL, 1 mL Na2S2O3 0,1 M. Diencerkan hingga volume 5 mL dengan

menggunakan akuades. Dicampurkan isi tabung dari 5 sediaan pertama dengan 5

sediaan kedua. Dinyalakan stopwatch ketika dicampurkan dan dihentikan

stopwatch jika telah terjadi reaksi (keruh). Diulangi percobaan tersebut, tetapi

untuk Na2S2O3 0,1 M konsentrasi tetap sedangkan H2SO4 yang divariasikan

konsentrasinya.
3.3.2 Pengaruh Suhu

Pada pengaruh suhu, disiapkan 6 buah tabung reaksi pada rak tabung.

Konsentrasi H2SO4 dan Na2S2O3. Dari 3 buah tabung reaksi diisi dengan Na2S2O3

dan 3 tabung reaksi diisi dengan H2SO4. Dimasukkan air dingin (air es) ke dalam

gelas piala. Dimasukkan sepasang tabung yang sudah diisi larutan tadi ke dalam

gelas piala sehingga suhunya merata beserta larutannya. Setelah suhunya merata

campurkan kedua jenis larutan tersebut. Nyalakan stopwatch saat larutan

dicampurkan dan matikan stopwatch saat terjadi reaksi (keruh). Catat waktu yang

digunakan dan suhu reaksi. Diulangi dengan mengganti suhu untuk reaksi menjadi

suhu ruangan dan suhu panas.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi

Menurut teori konsentrasi berpengaruh terhadap kecepatan reaksi, apabila

konsentrasi diperbesar maka kecepatan reaksi akan meningkat.

Tabel 1. Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3


[Na2S2O3] (M) [H2SO4] (M) Waktu (detik) 1/Waktu (detik)
0,1 0,1 38,38 0,0260
0,08 0,1 55,11 0,0181
0,06 0,1 67,38 0,0148
0,04 0,1 119,48 0,0083
0,02 0,1 255,21 0,0039

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pengaruh konsentrasi H2SO4

tetap sedangkan pengaruh konsentrasi Na2S2O3 bervariasi. Hasilnya yang paling

cepat bereaksi terdapat pada larutan Na2S2O3 dengan konsentrasi 0,1 M karena

membutuhkan waktu selama 38,38 detik. Sedangkan yang paling lama bereaksi

terdapat pada larutan Na2S2O3 dengan konsentrasi 0,02 M karena membutuhkan

waktu selama 255,21 detik. Dapat dipahami bahwa semakin besar konsentrasi

suatu larutan makan semakin cepat pula waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.

Maka hasil yang didapatkan sesuai dengan teori.

Tabel 2. Pengaruh Konsentrasi H2SO4


[H2SO4] (M) [Na2S2O3] (M) Waktu (detik) 1/Waktu (detik)
0,1 0,1 38,38 0,02605
0,08 0,1 43,49 0,02299
0,06 0,1 48,1 0,02079
0,04 0,1 52,24 0,01914
0,02 0,1 56,31 0,01775
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pengaruh konsentrasi

Na2S2O3 tetap sedangkan pengaruh konsentrasi H2SO4 yang bervariasi. Hasilnya

yang paling cepat bereaksi terdapat pada larutan H2SO4 dengan konsentrasi 0,1 M

karena membutuhkan waktu selama 38,38 detik. Sedangkan yang paling lama

bereaksi terdapat pada larutan H2SO4 dengan konsentrasi 0,02 M karena

membutuhkan waktu selama 56,31. Dapat dipahami bahwa semakin kecil

konsentrasi suatu larutan makan semakin lama waktu dibutuhkan untuk bereaksi.

Maka hasil yang didapatkan sesuai dengan teori.

4.2 Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi

Suhu mempengaruhi kecepatan reaksi, semakin tinggi suhu maka

kecepatan reaksi juga semakin cepat. Sebaliknya, apabila suhu semakin rendah

maka kecepatan reaksi juga semakin lambat.

Tabel 3. Pengaruh Suhu


[H2SO4] (M) [Na2S2O3] (M) Suhu (ºC) Waktu (detik)
0,1 0,1 80 2,33
0,1 0,1 28 38,38
0,1 0,1 12 152,48

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa yang paling cepat bereaksi

adalah larutan yang dipanaskan dengan suhu 80 ºC karena hanya membutuhkan

waktu selama 2,33 detik. Sedangkan yang paling lama bereaksi adalah sepasang

tabung pada saat didinginkan dengan suhu 12 ºC karena membuthkan waktu

selama 152,48 detik. Berdasarkan hasil percobaan dapat dipahami bahwa suhu

mampu mempengaruhi kecepatan reaksi di mana semakin tinggi suhu lingkungan

suatu reaksi maka semakin cepat pula waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.

Maka hasil yang didapatkan sesuai dengan teori.


4.3 Reaksi

4.4 Grafik

4.4.1 Grafik Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3

Grafik Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3


y = 2,163x - 0,7369
0 R² = 0,9985
-2 -1.5 -1 -0.5 0
Log [Na2S2O3]

-2
Log V
-4 Linear (Log V)

-6
Log V Na2S2O3

Berdasarkan grafik tersebut terlihat bahwa semakin besar konsentrasi

Na2S2O3, kecepatan reaksi akan semakin cepat. Hal ini dibuktikan dengan garis

menanjak yang dihasilkan oleh grafik setelah data dari hasil percobaan

dimasukkan. Dan nilai slope 2,163, intercept -0,7369.

4.4.2 Grafik Pengaruh Konsentrasi H2SO4

Grafik Pengaruh Konsentrasi H2SO4


0
-2 -1.5 -1 -0.5 0 y = 1,2478x - 1,6638
-1 R² = 0,997
Log [H2SO4]

-2 Log V
Linear (Log V)
-3

-4
Log V H2SO4
Berdasarkan grafik tersebut terlihat bahwa semakin besar konsentrasi

H2SO4, kecepatan reaksi akan semakin cepat. Hal ini dibuktikan dengan garis

menanjak yang dihasilkan oleh grafik setelah data dari hasil percobaan

dimasukkan. Dan nilai slope 1,2478, intercept -1,6638.

4.3.3 Grafik Pengaruh Suhu

Grafik Pengaruh Suhu


1
Ln V H2SO4

0.5

0
-10 -8 -6 -4 -2 0
-0.5
1/T y = -0,1685x - 0,7471
R² = 0,5959
T Linear (T)

Berdasarkan grafik tersebut terlihat bahwa suhu mampu mempengaruhi

kecepatan reaksi di mana semakin tinggi suhu lingkungan suatu reaksi maka

semakin cepat pula waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi. Hal ini dibuktikan

dengan garis menanjak yang dihasilkan oleh grafik setelah data dari hasil

percobaan dimasukkan. Adapun nilai slope yaitu -0,1685, dan nilai intercept yaitu

-0,07471.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

kecepatan reaksi memiliki 4 faktor-faktor yang memperngaruhinya, yaitu :

1. konsentrasi mempengaruhi suatu kecepatan reaksi, semakin besar konsentrasi

suatu larutan atau zat, maka laju reaksinya pun akan semakin cepat.

2. suhu juga mempengaruhi suatu kecepatan reaksi, semakin besar suhu tempat

berlangsungnya reaksi, maka laju reaksinya pun akan semakin cepat.

3. orde reaksi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan hukum laju

reaksi. Orde reaksi untuk pengaruh konsentrasi Na2S2O3 adalah 2 dan orde

reaksi untuk pengaruh konsentrasi NH2SO4 adalah 1.

4. energi aktivasi (EA) merupakan energi minimal agar terjadi suatu reaksi,

semua proses reaksi kimia harus melalui tahap ini, jika energi aktivasi tidak

terlampaui, maka reaksi kimia tidak akan terjadi. Energi aktivasi pada

percobaan pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi adalah 0,12 × 10-3 kJ/mol.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Praktikum

Saran untuk percobaan yaitu agar dalam video praktikumnya

memperlihatkan lebih jelas hasil dari percobaan lebih di perlihatkan secara jelas

agar praktikan mampu melampirkan hasil percobaan terseb ut kedalam pembuatan

laporan.
5.2.2 Saran Untuk Asisten

Agar lebih membimbing praktikan khususnya dalam pengerjaan laporan

praktikum agar praktikan dapat dengan mudah menyelesaikan laporan praktikum

tepat pada waktunya.


DAFTAR PUSTAKA

Bowden dan Cornish, A., 2021, Fundamental of Enzyme Kinetics Fourth Edition,
Wiley-Black Well, Weinhem.

Chang, R., 2010, Chemistry 10th Edition, The Mc-Graw-Hil Companies,


New York.

Gargurevich, I.A., 2016, Chemical Reaction Thermodynamics and Reaction Rate


Theory, Journal of Chemical Engineering & Process Technology, 2(7): 5-
6.

Hettema, H., 2012, The Unity of Chemistry and Physics: Absolute Reaction Rate
Theory, HYLE-International Journal of Philosophy of Chemistry,
18(2): 149-150.

Kristianingrum, S., 2003, Kinetika Kimia, Workshop Guru Bidang Studi Kimia,
Sidoarjo.
Patel, V., 2012, Chemicals Kinetics, Janeza Trdine, Rijeka.
Yuda, R.Z., Irdiansyah., dan Prihatiningtyas, I., 2017, Kinetic Study Of
Temperature Effect On Lime Peel Based Atsiri Oil Using Ethanol As
Solvent, Jurnal Chemurgy, 1(1) : 22-26.
Lampiran 1. Bagan Percobaan

1. Pengaruh Konsentrasi terhadap Kecepatan Reaksi

5 ml H2SO4 0,1

- Disiapkan 10 tabung reaksi.

- Diisi 5 tabung pertama dengan H2SO4 0,1 M 5 mL.

- Diisi 5 tabung kedua dengan Na2S2O3 0,1 M 5 mL, 4 mL,

3 mL, 2 mL dan 1 mL.

- Diisi masing-masing tabung Na2S2O3 dengan akuades hingga

volumenya 5 mL.

- Dicampurkan H2SO4 dan Na2S2O3 dan menjalankan

stopwatch.

- Dihentikan stopwatch saat larutan mulai keruh.

- Dicatat waktunya dan dicari nilai m, k dan buat persamaan

reaksinya.

Hasil

Catatan: dengan cara yang sama diulangi percobaan di atas tetapi larutan Na2S2O3
konsentrasinya tetap, sedangkan yang divariasikan adalah konsentrasi
H2SO4.
2. Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan Reaksi

H2SO4 0,1 M

- Disiapkan 6 tabung reaksi.

- Diisi 3 tabung pertama dengan Na2S2O3 0,1 M 2 mL.

- Diisi 3 tabung reaksi kedua dengan H2SO4 0,1 M 2 mL.

- Diletakkan sepasang tabung reaksi Na2S2O3 dan H2SO4 dalam

gelas piala berisi air es dengan suhu 12oC.

- Dicampurkan Na2S2O3 dengan H2SO4 dan jalankan

stopwatch.

- Dihentikan stopwatch saat larutan mulai keruh.

- Dicatat waktu dan suhu yang digunakan.

Hasil

Catatan: dengan langkah yang sama ulangi perlakuan di atas pada suhu 28oC dan
80oC.
Lampiran 2. Perhitungan

1. Pengenceran

1.1 Pengenceran Na2S2O3

1) Konsentrasi Na2S2O3 0,08 M

V1 × M1 = V2 × M2

4 mL × 0,1 M = 5 mL × M2

M2 = 0,08 M

2) Konsentrasi Na2S2O3 0,06 M

V1 × M1 = V2 × M2

3 mL × 0,1 M = 5 mL × M2

M2 = 0,06 M

3) Konsentrasi Na2S2O3 0,04 M

V1 × M1 = V2 × M2

2 mL × 0,1 M = 5 mL × M2

M2 = 0,04 M

4) Konsentrasi Na2S2O3 0,02 M

V1 × M1 = V2 × M2

1 mL × 0,1 M = 5 mL × M2

M2 = 0,02 M

1.2 Pengenceran H2SO4


1) Konsentrasi H2SO4 0,08 M

V1 × M1 = V2 × M2

4 mL × 0,1 M = 5 mL × M2

M2 = 0,08 M

2) Konsentrasi H2SO4 0,06 M

V1 × M1 = V2 × M2

3 mL × 0,1 M = 5 mL × M2

M2 = 0,06 M

3) Konsentrasi H2SO4 0,04 M

V1 × M1 = V2 × M2

2 mL × 0,1 M = 5 mL × M2

M2 = 0,04 M

4) Konsentrasi H2SO4 0,02 M

V1 × M1 = V2 × M2

1 mL × 0,1 M = 5 mL × M2

M2 = 0,02 M
1. Kinetika Reaksi

2.1 Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3

1) [Na2S2O3]awal = 0,1 M
[Na2S2O3]akhir = [Na2S2O3]awal ×

= 0,1 M ×

= 0,05 M

d1 = [Na2S2O3]akhir − [Na2S2O3]awal

= 0,05 M − 0,1 M

= -0,05 M

V1 =

= 0,0013 M/s

2) [Na2S2O3]awal = 0,08 M
[Na2S2O3]akhir = [Na2S2O3]awal ×

= 0,08 M ×

= 0,04 M

d2 = [Na2S2O3]akhir − [Na2S2O3]awal

= 0,04 M − 0,08 M

= -0,04 M

V2 =
=

= 0,0007 M/s

3) [Na2S2O3]awal = 0,06 M
[Na2S2O3]akhir = [Na2S2O3]awal ×

= 0,06 M ×

= 0,03 M

d3 = [Na2S2O3]akhir − [Na2S2O3]awal

= 0,03 M − 0,06 M

= -0,03 M

V3 =

= 0,0004 M/s

4) [Na2S2O3]awal = 0,04 M
[Na2S2O3]akhir = [Na2S2O3]awal ×

= 0,04 M ×

= 0,02 M

d4 = [Na2S2O3]akhir − [Na2S2O3]awal

= 0,02 M − 0,04 M

= -0,02 M

V4 =
=

= 0,0002 M/s

5) [Na2S2O3]awal = 0,02 M
[Na2S2O3]akhir = [Na2S2O3]awal ×

= 0,02 M ×

= 0,01 M

d5 = [Na2S2O3]akhir − [Na2S2O3]awal

= 0,01 M − 0,02 M

= -0,01 M

V5 =

= 4,440×10-5 M/s

Tabel 1. Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3


No. [Na2S2O3] V (M/s) Log [Na2S2O3] Log V

1. 0,1 M 0,0013 -1 -2,8861

2. 0,08 M 0,0007 -1,0969 -3,1549

3. 0,06 M 0,0004 -1,2218 -3,3979

4. 0,04 M 0,0002 -1,3979 -3,6989

5. 0,02 M 4,440×10-5 -1,6989 -4,3979

- Nilai slope = 2,163


- Nilai intercept = -0,7369

- Log Ka = -0,7369

- Ka = 0,2771

- Orde = 2,163 ≈ 2

2.2 Pengaruh Konsentrasi H2SO4

1) [H2SO4]awal = 0,1 M
[H2SO4]akhir = [H2SO4]awal ×

= 0,1 M ×

= 0,05 M

d1 = [H2SO4]akhir − [H2SO4]awal

= 0,05 M − 0,1 M

= -0,05 M

V1 =

= 0,0013 M/s

2) [H2SO4]awal = 0,08 M
[H2SO4]akhir = [H2SO4]awal ×

= 0,08 M ×

= 0,04 M

d2 = [H2SO4]akhir − [H2SO4]awal

= 0,04 M − 0,08 M

= -0,04 M
V2 =

= 0,0009 M/s

3) [H2SO4]awal = 0,06 M
[H2SO4]akhir = [H2SO4]awal ×

= 0,06 M ×

= 0,03 M

d3 = [H2SO4]akhir − [H2SO4]awal

= 0,03 M − 0,06 M

= -0,03 M

V3 =

= 0,0006 M/s

4) [H2SO4]awal = 0,04 M
[H2SO4]akhir = [H2SO4]awal ×

= 0,04 M ×

= 0,02 M

d4 = [H2SO4]akhir − [H2SO4]awal

= 0,02 M − 0,04 M

= -0,02 M
V4 =

= 0,0004 M/s

5) [H2SO4]awal = 0,02 M
[H2SO4]akhir = [H2SO4]awal ×

= 0,02 M ×

= 0,01 M

d5 = [H2SO4]akhir − [H2SO4]awal

= 0,01 M − 0,02 M

= -0,01 M

V5 =

= 0,0002 M/s

Tabel 2. Pengaruh Konsentrasi H2SO4


No. [H2SO4] V (M/s) Log [H2SO4] Log V

1. 0,1 M 0,0013 -1 -2,8861

2. 0,08 M 0,0009 -1,0969 -3,0458

3. 0,06 M 0,0006 -1,2218 -3,2218

4. 0,04 M 0,0004 -1,3979 -3,3979

5. 0,02 M 0,0002 -1,6989 -3,6989

- Nilai slope = 1,2478


- Nilai intercept = -1,664

- Log Ka = -1,664

- Ka = 0,2167

- Orde = 1,2478 ≈ 1

2.3 Pengaruh Suhu

[H2SO4]awal = 0,1 M

[H2SO4]akhir = [H2SO4]awal ×

= 0,1 M ×

= 0,05 M

dn = [H2SO4]akhir − [H2SO4]awal

= 0,05 M − 0,1 M

= -0,05 M

1) Suhu Panas (80ºC)

V1 =

= 0,021459 M/s

2) Suhu Ruang (28 ºC)

V2 =
=

= 0,00130 M/s

3) Suhu Dingin (12 ºC)

V3 =

= 0,00032 M/s

Tabel 3. Pengaruh Suhu


No. V (M/s) Suhu (ºC) ln V 1/T

1. 0,02145 80 -3,84203 0,0125

2. 0,00130 28 -6,64539 0,03571

3. 0,00032 12 -8,04718 0,08333

- Nilai slope = -0,1685

- Nilai intercept = -0,7471

- Log Ka = -0,7471

- Ka = 0,8857

- EA = -b × R = -(-0,1685) × 8,314 = 1,4 J/mol

= 1,4 × 10-3 kJ/mol


Lampiran 3. Referensi

Anda mungkin juga menyukai