Judul Percobaan:
Inversi Gula
II. Hari/Tanggal Percobaan:
Kamis/2 November 2023
III. Tujuan Percobaan:
Untuk menentukan orde reaksi dan reaksi inversi gula menggunakan
polarimeter
IV. Tinjauan pustaka
1. Laju reaksi
mA➔nBoC➔pD
Dalam persamaan laju reaksi, kita dapat menyusunnya sebagai
berikut:
v = k [A]^m [B]^n
Di mana:
v = laju reaksi (mol/detik)
k = konstanta tetapan laju reaksi (L/mol.dtk)
[A] = konsentrasi zat A (mol/L)
[B] = konsentrasi zat B (mol/L)
m = orde reaksi terhadap A
n = orde reaksi terhadap B
Laju reaksi adalah jumlah reaksi kimia yang terjadi per satuan
waktu. Laju reaksi adalah jumlah molar zat terlarut yang dihasilkan
per detik reaksi dalam suatu reaksi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi meliputi luas permukaan, suhu, katalis,
tekanan, sifat reaktan, dan konsentrasi Invalid source specified.
a. Suhu
Semakin tinggi suhu maka semakin besar laju reaksi karena
ketika zat dipanaskan, partikel-partikel zat menyerap energi kalor
yang meningkatkan energi kinetik. Seiring dengan meningkatnya
energi kinetik, molekul- molekul dalam zat tersebut bergerak lebih
cepat. Hal ini menyebabkan kompleks teraktivasi terbentuk lebih
cepat karena energi aktivasi dapat lebih mudah terlampaui. Sebagai
hasilnya, reaksi kimia berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih
tinggi.
b. Konsentrasi pereaksi
Pereaksi yang berbeda konsentrasinya dapat mempengaruhi
laju reaksi tertentu dengan cara yang berbeda. Percobaan
menunjukkan bahwa kelajuan reaksi kimia yang bersifat homogen
dan heterogentergantung pada konsentrasi pereaksi-pereaksi. Reaksi
homogen merupakan reaksi yang hanya terjadi dalam satu fasa.
Reaksiheterogen berjalan yang meliputi dari pada satu fasa.
Kenyataannyabahwareaksi hetrerogen berbanding dengan luas
permukaanantarafasa-fasa pereaksi. Kelajuan suatu reaksi homogen
bergantungpadakonsentrasi dari pereaksi-pereaksi dalam larutan.
Semakin meningkat konsentrasi, semakin banyak reaktan yang
tersedia untuk bertumbukan, sehingga meningkatkan kemungkinan
bertumbukan dan dengan demikian meningkatkan kecepatan reaksi.
Oleh karena itu, semakin tinggi konsentrasi, semakin cepat laju
reaksi.
c. Sifat pereaksi
Setiap zat memiliki sifat yang berbeda ketika bereaksi
dengan yang lain zat. Semakin reaktif jenis reaktan, semakin cepat
tingkat reaksinya.
d. Katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat laju reaksi
dengan menurunkan energi aktivasi sehingga kompleks teraktivasi
lebih mudah terbentuk, sehingga katalis dapat mempercepat laju
reaksi. Katalisasi merupakan proses yang secara permanen dapat
mempengaruhi kecepatan reaksi dengan membentuk senyawa-
senyawa, dan dapat terjadi melalui dua jalur yaitu katalis homogen
dan katalis heterogen. Katalis dianggap sebagai zat yang
meningkatkan kecepatan reaksi kimia tanpa mengalami perubahan
kimia.
e. Tekanan
Tekanan yang dimaksud disini adalah tekanan gas. Semakin
tinggitekanan reaktan maka reaksi akan semakin cepat berlangsung.
Hal inidisebabkan oleh penambahan tekanan dapat memperkecil
volume hingga membuat konsentrasinya semakin besar, dengan
demikian akan menyebabkanlaju reaksi berlangsung lebih cepat.
Konsentrasi memiliki peranan yang sangat penting dalam
laju reaksi, sebab semakin besarkonsentrasi pereaksi, maka
tumbukan yang terjadi semakin banyak, sehingga menyebabkan laju
reaksi semakincepat. Begitu juga, apabila semakin kecil konsentrasi
pereaksi, maka semakin kecil tumbukan yangterjadi antar partikel,
sehingga laju reaksi pun semakin kecil. Harga konsentrasi laju reaksi
akan menggambarkan laju reaksi. Koefisien K disebut konstanta laju
yang tidak bergantung pada konsentrasi (tetapi bergantung pada
temperature. Konstanta laju reaksi adalah sebanding atau
berbanding lurus dengan laju reaksi. Besarnya konstanta laju reaksi
tidak tergantung pada konsentrasi reaktan akan tetapi tergantung
pada temperatur sistem reaksi hukum laju adalah persamaan yang
menyatakan laju reaksi µ sebagai fungsi dari konsentrasi semua
spesies yang ada, termasuk produknya.
2. Orde reaksi
Orde reaksi yang terdapat dalam laju reaksi, menggambarkan
seberapa besar pengaruh konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi
kimia. Biasanya, orde reaksi bernilai 1 atau 2, namun dapat pula
bernilai pecahan atau nol. Apabila orde reaksi suatu reaktan bernilai
nol, maka konsentrasi reaktan tersebut tidak mempengaruhi laju
reaksi (Suwardi, 2009). Semakin besar nilai orde reaksi terhadap suatu
reaktan, semakin besar pula pengaruh konsentrasi reaktan tersebut
terhadap laju reaksi. Secara garis besar, beberapa macam orde reaksi
diuraikan sebagai berikut:
a) Reaksi orde nol
Orde nol adalah reaksi yang lajunya tidak bergantung pada
konsentrasi reaktan. Penambahan atau pengurangan konsentrasi
reaktan tidak mengubah laju reaksi. Untuk orde nol, n penentuan orde
reaksi dengan melalui grafik:
Gambar 1. Grafik orde nol
Persamaan laju reaksi:
v = k [𝐴]𝑜 = k
b) Reaksi orde 1
Orde satu yaitu reaksi yang lajunya bergantung pada konsentrasi
reaktan yang dipangkatkan satu. Untuk orde satu, n penentuan orde
reaksi dengan melalui grafik:
3. Inversi gula
Alat
Bahan
Aquades
Hasil Skala
2.
Larutan Gula 10%
Skala
Sudut Putar
Persamaan reaksi:
• C12H22O11(aq) + H2O(l) C6H12O6 + C6H12O6(aq)
Larutan gula 25
Sudut Putar
VII. Hasil Pengamatan
Pada Percobaan Inversi gula ini bertujuan untuk menentukan orde reaksi
dan reaksi inversi gula dengan menggunakan polarimeter. Dalam percobaan ini
dilakukan pengamatan terhadap reaksi inversi sukrosa (gula). Reaksi inversi adalah
reaksi hidrolisis irreversibel, dimana satu molekul sukrosa dan satu molekul air
menghasilkan satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa.
Gula merupakan zat optis aktif. bila cahaya yang terpolarisasi linier jatuh
pada bahan optis aktif, maka cahaya yang keluar bahan akan tetap terpolarisasi
linier dengan arah bidang getar terputar terhadap arah bidang getar semula. Sifat
optis aktif zat dispesifikasikan dengan sudut putar jenis. sudut putar bidang
polarisasi sebanding dengan sudut putar jenis diketahui dan sudut bidang polarisasi
dapat diukur, maka konsentrasi (kadar) zat optis aktif dapat ditentukan (hal ini
merupakan prinsip yang digunakan untuk menentukan zat optis.
Pada percobaan yang dilakukan ini digunakan alat polari meter untuk
mengukur perubahan rotasi optik yang terjadi. polarimeter adalah alat yang didesain
untuk mempolarisasikan cahaya yang kemudian mengatur sudut rotasi bidang
polarisai cahaya oleh suatu senyawa aktif optis yang prinsip kerjanya didasarkan
pada pemutaran bidang polarisasi. jadi polarimeter ini merupakan alat yang
didesain khusus untuk mempolarisasi cahaya oleh suatu senyawa optis aktif.
Senyawa optis aktif adalah senyawa yang dapat memutar bidang polarisasi. prinsip
kerja alat polarimeter adalah sebagai berikut, sinar yang datang dari sumbercahaya
(misalnya lampu natrium) akan dilewatkan melalui prisma terpolarisasi (polarizer),
kemudian diteruskan ke sel yang berisi larutan. Dan akhirnya menuju prisma
terpolarisasi kedua (analizer). Polarizer tidak dapat diputar-putar sedangkan
analizer dapat diatur atau di putar sesuai keinginan. Bila polarizer dan analizer
saling tegak lurus (bidang polarisasinya juga tegak lurus), maka sinar tidak ada yang
ditransmisikan melalui medium diantara prisma polarisasi. Pristiwa ini disebut
tidak optis aktif. Jika zat yang bersifat optis aktif ditempatkan pada sel dan
ditempatkan diantara prisma terpolarisasi maka sinar akan ditransmisikan.
Putaran optik adalah sudut yang dilalui analizer ketika diputar dari posisi
silang ke posisi baru yang intensitasnya semakin berkurang hingga nol. Untuk
menentukan posisi yang tepat sulit dilakukan, karena itu digunakan apa yang
disebut “setengah bayangan” (bayangan redup). Untuk mencapai kondisi ini,
polarizer diatur sedemikian rupa, sehingga setengah bidang polarisasi membentuk
sudut sekecil mungkin dengan setengah bidang polarisasi lainnya. Akibatnya
memberikan pemadaman pada kedua sisi lain, sedangkan ditengah terang. Bila
analyzer diputar terus setengah dari medan menjadi lebih terang dan yang lainnya
redup. Posisi putaran diantara terjadinya pemadaman dan terang tersebut, adalah
posisi yang tepat dimana pada saat itu intensitas kedua medan sama. Jika zat yang
bersifat optis aktif ditempatkan diantara polarizer dan analizer maka bidang
polarisasi akan berputar sehingga posisi menjadi berubah. Untuk mengembalikan
ke posisi semula, analizer dapat diputar sebesar sudut putaran dari sampel. Sudut
putar jenis ialah besarnya.
Tahap percobaan ini bertujuan untuk mengetahui besar titik nol pelarut.
Pelarut yang digunakan adalah aquades yang berupa cairan yang tidak berwarna.
Selanjutnya aquades dimasukkan kedalam tabung (kuvet) yang telah kering, pada
saat memasukkan kedalam tabung (kuvet) tidak boleh ada gelembung sedikitpun,
karena akan mempengaruhi pada penentuan sudut putar yang akan diamati. Lalu
tabung (kuvet) dimasukkan kembali kedalam bak polarimeter dan kemudian
mencari cahaya yang terang. Kemudian dibaca skalanya yang ditunjukkan pada
polarimeter, skala aquades menurut teori adalah 0,0° hingga 0,5°.
Pada pengamatan ini diketahui skala yang diamatai pada aquades yaitu
sebesar 0,5°
Sampel yang digunakan adalah gula karena gula merupakan zat optis aktif.
Bila cahaya terpolarisasi linier jatuh padabahan optis aktif, maka cahaya yang
keluar bahan akan tetap terpolarisasi linier dengan arah bidang getar terputar
terhadap arah bidang getar semula. Hal ini menunjukkan bahwa gula (sukrosa)
merupakan zat optik aktif yang dapat memutar bidang polarisasi cahaya ke arah
kanan. Sukrosa sebagai zat optis aktif, memutar bidang polarisasi cahaya ke kanan.
Tetapi bila dilakukan dalamair (hidrolisis), pemutaran ke kanan akan berkurang dan
akhirnya sedikit memutar bidang polarisasi cahaya ke kiri. Proses ini dikenal
sebagai inversi, yaitu reaksi hidrolisa sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
Fruktosa lebih kuat reverotatory daripada glukosa dextrororatory.
Dalam percobaan ini bertujuan untuk menentukan besarnya sudut putar
jenis sampel menggguanakan polarimeter. Hal pertama yang dilakukan yaitu
menyiapkan larutan gula 10% dengan cara mencampurkan 20 gram gula pasir
berupa kristal berwarna putih dengan 200 ml aquades yang berupa cairan tidak
berwarna. Campuran tersebut selanjutnya diaduk menggunakan pengaduk agar
homogen dan menghasilkan larutan berwarna kekuningan. Selanjutnya larutan
tersebut dimasukkan kedalan tabung (kuvet) dan dimasukkan kedalam bak
polarimeter. Pada saat memasukka larutan kedalam tabung (kuvet) diusahakan agar
tidak terdapat gelembung didalam tabung kuvet. Setelah dipastikan benar-benar
tidak terdapat gelembung maka tabung kuvet dimasukkan lagi kedalam bak
polarimeter. Persamaan rekasinya sebagai berikut:
Dalam percobaan ini bertujuan untuk menentukan sudut putar sampel dari
waktu ke waktu. Prosedur percobaan yang harus dilakukan sama dengan percobaan
sebelumnya, namun sampel yang digunakan yaitu larutangula 10% ditambah
dengan 10 mL HCl 2N. Persamaan reaksinya:
Skala yang
t(menit) t(sekon) diamati Sudut putar jenis
Berdasarkan data yang telah diperoleh dalam tabel diatas, maka untuk
menentukan orde reaksinya dapat menggunakan 2 metode, yang pertama metode
non grafik dan yang kedua adalah metode grafik. Untuk metode non grafik dicari
nilai k dan ditentukan standar deviasinya (SD), dimana SD yang lebih kecil adalah
orde reaksinya. sedangkan untuk metode grafik bisa dilihat dari nilai R square yang
paling mendekati 1.
1 a
k = ln
t a−x
1 a 1
k= ( − )
t a−x a
1 a 1
k= ( 2
− )
t 2(a − x) 2(a)2
t α blanko α sampel k1 k2 k3
3.35683E-
300 331 496.5 -0.00135155 06 228.2520833
- 1.27302E-
600 331 443 0.000485752 06 72.24
- 5.00504E-
900 331 389 0.000179401 07 23.2
-2.96767E- 8.80801E-
1200 331 343 05 08 3.37
-2.41964E- -
1500 331 295.5 7.5633E-05 07 7.413583333
-5.2617E- -
1800 331 252 0.000151494 07 12.79361111
-6.91964E- -
2100 331 223.5 0.000187003 07 14.19255952
-9.39957E- -
2400 331 189.5 0.000232387 07 15.34390625
-9.38669E- -
2700 331 180 0.000225615 07 14.28907407
-9.77078E- -
3000 331 168 0.000226051 07 13.55616667
-1.04586E- -
3300 331 154.5 0.000230886 06 12.98344697
-1.24152E- -
3600 331 133.5 0.000252227 06 12.74149306
-3.87569E- -1.15396E-
Standar Deviasi 05 07 18.64568686
Berdasarkan data tabel yang diperoleh didapatkan SD yang berbeda, pada
orde 1 adalah -3.87569E-05, orde 2 adalah -1.15396E-07, dan orde 3 adalah
18.64568686, jika dibandingkan maka Orde 1 merupakan SD yang paling kecil
sehingga dapat disimpulkan sesuai dengan perhitungan nilai k / metode non grafik
bahwa orde reaksi dari percobaan adalah orde pertama.
Orde 1
7
6
5
4
3
y = -0.0004x + 6.2839
2
R² = 0.9889
1
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
Orde 2
0.008
0.007
y = 2E-06x + 0.0012
0.006 R² = 0.9821
0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
Orde 3
120000
60000
40000
20000
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
-20000
IX. Kesimpulan
1. Didapatkan berdasarkan metode non grafik dan metode grafik reaksi inversi
gula merupakan reaksi orde 1, pada metode non grafik didapatkan SD orde 1
sebesar -3.87569E-05 yang paling kecil daripada orde 2 dan 3, sedangkan pada
metode grafik didapatkan R Square dari orde 1 sebesar 0,9889 yang paling
mendekati 1 daripada orde 2 dan 3.
DAFTAR PUSTAKA
Haryanti, & Mustaufik. (2020). Evaluasi Mutu Gula Kelapa Kristal (Gula Semut)
Di Kawasan Home Industri Gula Kelapa Kabupaten Banyumas. Jurnal
Agroteknologi, 5(01, 48-61.
Sonya, & Lydia. (2021). Analisis kandungan gula reduksi pada gula semut dari nira
aren yang dipengaruhi pH dan kadar air. BIOEDUKASI. (Jurnal Pendidikan
Biologi), 12(1), 101-108.
a. Jawaban Pertanyaan
1) Apa fungsi penambahan HCl
- Larutan HCl berfungsi sebagai katalis yang digunakan untuk
mempercepat reaksi inversi gula (perputaran kekiri) dan untuk
menghidrolisis sukrosa. Penambahan HCl berfungsi sebagai
pemberi suasana asam dan katalis yang dapat mempercepat
reak’hsik bbpt [phidrolisis atau terurainya sukrosa menjadi glukosa
dan fruktosa, dimana pada akhir reaksi akan terbentuk kembali
(tidak ikut bereaksi).
2) Berikan sedikitnya 3 contoh zat optis selain gula dan berapa sudut
putarnya berdasarkan kajian pustaka dan pengamatan anda?
- Komponen minyak atsiri seperti minyak kayu putih memiliki nilai
putaran optik berkisar antara 1,85° sampai dengan -2,55°. Kisaran
nilai putaran optik yang diperoleh dari minyak kayu putih ini
memenuhi standar nasional Indonesia untuk minyak kayu putih (SNI
06-3954-2006), asam tartarat = +14,1° dan maltose = +130,4°
(Khopkar, 2007)
3) Berapa sudut putar larutan sukrosa, larutan glukosa, dan larutan fruktosa
berdasarkan kajian pustaka anda?
- Sukrosa mempunyai sudut putar +66,5º, suatu rotasi positif.
Campuran produk antara glukosa, [α] = +52,7º dan fruktosa [α] = -
92,4°
b. Dokumentasi
Gambar Keterangan
Mempersiapkan alat
c.