Anda di halaman 1dari 29

I.

Judul Percobaan:
Inversi Gula
II. Hari/Tanggal Percobaan:
Kamis/2 November 2023
III. Tujuan Percobaan:
Untuk menentukan orde reaksi dan reaksi inversi gula menggunakan
polarimeter
IV. Tinjauan pustaka
1. Laju reaksi

Istilah "laju" atau "kecepatan" sering dibahas dalam


pembelajaran fisika. Konsep laju dalam reaksi kimia sebenarnya mirip
dengan konsep laju dalam pergerakan kendaraan. Dalam konteks
kimia, reaksi kimia melibatkan perubahan dari reaktan (pereaksi)
menjadi produk reaksi, yang direpresentasikan melalui persamaan
reaksi:

Pereaksi (reaktan) ➔ Hasil reaksi (produk)

Persamaan laju reaksi pertama kali diperkenalkan oleh


Gulberg dan Wooge dalam hukum Aksi Massa. Mereka menjelaskan
bahwa laju reaksi suatu sistem pada suhu tertentu berbanding lurus
dengan konsentrasi zat yang bereaksi, setelah konsentrasi tersebut
dinaikkan ke kuasa tertentu sesuai dengan koefisien dalam persamaan
reaksi yang bersangkutan. Pengukuran konsentrasi dalam reaksi dapat
dilakukan dengan metode fisika, seperti pengukuran daya hantar
listrik, tekanan, adsorbsi cahaya, dan sebagainya, atau dengan metode
kimia dengan menghentikan reaksi secara tiba-tiba (reaksi dibekukan)
setelah sejumlah waktu tertentu, dan kemudian menghitung
konsentrasinya melalui analisis kimia.

Laju reaksi akan mengalami penurunan seiring berjalannya


waktu, yang menunjukkan adanya hubungan antara konsentrasi zat
yang tersisa pada saat itu dengan laju reaksi. Ini adalah dasar dari
Hukum Laju Reaksi atau Persamaan Laju Reaksi, yang dalam bentuk
umumnya dapat dituliskan sebagai:

mA➔nBoC➔pD
Dalam persamaan laju reaksi, kita dapat menyusunnya sebagai
berikut:
v = k [A]^m [B]^n
Di mana:
v = laju reaksi (mol/detik)
k = konstanta tetapan laju reaksi (L/mol.dtk)
[A] = konsentrasi zat A (mol/L)
[B] = konsentrasi zat B (mol/L)
m = orde reaksi terhadap A
n = orde reaksi terhadap B
Laju reaksi adalah jumlah reaksi kimia yang terjadi per satuan
waktu. Laju reaksi adalah jumlah molar zat terlarut yang dihasilkan
per detik reaksi dalam suatu reaksi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi meliputi luas permukaan, suhu, katalis,
tekanan, sifat reaktan, dan konsentrasi Invalid source specified.
a. Suhu
Semakin tinggi suhu maka semakin besar laju reaksi karena
ketika zat dipanaskan, partikel-partikel zat menyerap energi kalor
yang meningkatkan energi kinetik. Seiring dengan meningkatnya
energi kinetik, molekul- molekul dalam zat tersebut bergerak lebih
cepat. Hal ini menyebabkan kompleks teraktivasi terbentuk lebih
cepat karena energi aktivasi dapat lebih mudah terlampaui. Sebagai
hasilnya, reaksi kimia berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih
tinggi.
b. Konsentrasi pereaksi
Pereaksi yang berbeda konsentrasinya dapat mempengaruhi
laju reaksi tertentu dengan cara yang berbeda. Percobaan
menunjukkan bahwa kelajuan reaksi kimia yang bersifat homogen
dan heterogentergantung pada konsentrasi pereaksi-pereaksi. Reaksi
homogen merupakan reaksi yang hanya terjadi dalam satu fasa.
Reaksiheterogen berjalan yang meliputi dari pada satu fasa.
Kenyataannyabahwareaksi hetrerogen berbanding dengan luas
permukaanantarafasa-fasa pereaksi. Kelajuan suatu reaksi homogen
bergantungpadakonsentrasi dari pereaksi-pereaksi dalam larutan.
Semakin meningkat konsentrasi, semakin banyak reaktan yang
tersedia untuk bertumbukan, sehingga meningkatkan kemungkinan
bertumbukan dan dengan demikian meningkatkan kecepatan reaksi.
Oleh karena itu, semakin tinggi konsentrasi, semakin cepat laju
reaksi.
c. Sifat pereaksi
Setiap zat memiliki sifat yang berbeda ketika bereaksi
dengan yang lain zat. Semakin reaktif jenis reaktan, semakin cepat
tingkat reaksinya.
d. Katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat laju reaksi
dengan menurunkan energi aktivasi sehingga kompleks teraktivasi
lebih mudah terbentuk, sehingga katalis dapat mempercepat laju
reaksi. Katalisasi merupakan proses yang secara permanen dapat
mempengaruhi kecepatan reaksi dengan membentuk senyawa-
senyawa, dan dapat terjadi melalui dua jalur yaitu katalis homogen
dan katalis heterogen. Katalis dianggap sebagai zat yang
meningkatkan kecepatan reaksi kimia tanpa mengalami perubahan
kimia.
e. Tekanan
Tekanan yang dimaksud disini adalah tekanan gas. Semakin
tinggitekanan reaktan maka reaksi akan semakin cepat berlangsung.
Hal inidisebabkan oleh penambahan tekanan dapat memperkecil
volume hingga membuat konsentrasinya semakin besar, dengan
demikian akan menyebabkanlaju reaksi berlangsung lebih cepat.
Konsentrasi memiliki peranan yang sangat penting dalam
laju reaksi, sebab semakin besarkonsentrasi pereaksi, maka
tumbukan yang terjadi semakin banyak, sehingga menyebabkan laju
reaksi semakincepat. Begitu juga, apabila semakin kecil konsentrasi
pereaksi, maka semakin kecil tumbukan yangterjadi antar partikel,
sehingga laju reaksi pun semakin kecil. Harga konsentrasi laju reaksi
akan menggambarkan laju reaksi. Koefisien K disebut konstanta laju
yang tidak bergantung pada konsentrasi (tetapi bergantung pada
temperature. Konstanta laju reaksi adalah sebanding atau
berbanding lurus dengan laju reaksi. Besarnya konstanta laju reaksi
tidak tergantung pada konsentrasi reaktan akan tetapi tergantung
pada temperatur sistem reaksi hukum laju adalah persamaan yang
menyatakan laju reaksi µ sebagai fungsi dari konsentrasi semua
spesies yang ada, termasuk produknya.
2. Orde reaksi
Orde reaksi yang terdapat dalam laju reaksi, menggambarkan
seberapa besar pengaruh konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi
kimia. Biasanya, orde reaksi bernilai 1 atau 2, namun dapat pula
bernilai pecahan atau nol. Apabila orde reaksi suatu reaktan bernilai
nol, maka konsentrasi reaktan tersebut tidak mempengaruhi laju
reaksi (Suwardi, 2009). Semakin besar nilai orde reaksi terhadap suatu
reaktan, semakin besar pula pengaruh konsentrasi reaktan tersebut
terhadap laju reaksi. Secara garis besar, beberapa macam orde reaksi
diuraikan sebagai berikut:
a) Reaksi orde nol
Orde nol adalah reaksi yang lajunya tidak bergantung pada
konsentrasi reaktan. Penambahan atau pengurangan konsentrasi
reaktan tidak mengubah laju reaksi. Untuk orde nol, n penentuan orde
reaksi dengan melalui grafik:
Gambar 1. Grafik orde nol
Persamaan laju reaksi:
v = k [𝐴]𝑜 = k

Jika suatu bilangan dipangkatkan nol, hasilnya adalah satu. Oleh


karena itu, persamaan laju reaksi menjadi r » k pada reaksi dengan
laju tetap yang memiliki orde reaksi nol. (Sutresna, 2007)

b) Reaksi orde 1
Orde satu yaitu reaksi yang lajunya bergantung pada konsentrasi
reaktan yang dipangkatkan satu. Untuk orde satu, n penentuan orde
reaksi dengan melalui grafik:

Gambar 2. Grafik orde satu


Persamaan laju reaksi:
v = k [𝐴]1 = k [𝐴]

Pada orde satu, persamaan laju reaksi dapat digambarkan


dalam bentuk lincar, sehingga setiap perubahan satu kali pada
konsentrasi akan menyebabkan kenaikan satu kali pada laju reaksi dan
setiap perubahan dua kali pada konsentrasi akan menyebabkan
kenaikan dua kali laju reaksi. (Sutresna, 2007)
c) Reaksi orde 2
Orde kedua adalah reaksi yang lajunya bergantung pada konsentrasi
satu reaktan yang dipangkatkan dua atau konsentrasi dua reaktan yang
berbeda dipangkatkan masing-masing. Untuk orde dua, n penentuan
orde reaksi dengan melalui grafik:

Gambar 3. Grafik orde dua


Persamaan laju reaksi:
v = k [𝐴]2

Pada orde dua, persamaan laju reaksi dapat digambarkan dalam


bentuk kuadrat, sehingga setiap perubahan konsentrasi akan
berpengaruh langsung terhadap laju reaksi. Saat konsentrasi naik satu
kali, laju reaksi juga akan naik satu kali, namun jika konsentrasi naik
dua kali, laju reaksi akan naik empat kali lipat. (Sutresna, 2007)

3. Inversi gula

Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen dan


oksigen yang terdapat Dalam alam. Karbohidrat sangat
beranekaragam sifatnya. Misalnya, sukrosa (gula pasir) dan kapas,
keduanya adalah karbohidrat. Salah satu perbedaan utama antara
pelbagai tipe karbohidrat ialah ukuran molekulnya. Gula merupakan
zat optis aktif. Bila cahaya terpolarisasi linier jatuh pada Bahan optis
aktif, maka cahaya yang keluar bahan akan tetap terpolarisasi linier
dengan arah bidang getar terputar terhadap arah bidang getar semula
Sifat optis aktif zat dispesifikasikan dengan sudut putar jenis.
(Haryanti & Mustaufik, 2020). Sudut putar Bidang polarisasi
sebanding dengan sudut putar jenis dan konsentrasi bila sudut putar
jenis diketahui dan sudut putar bidang polarisasi dapat diukur, maka
konsentrasi (kadar) zat optis aktif dapat ditentukan (hal ini merupakan
prinsip yang digunakan untuk menentukan kadar zat optis.

Gula inversi adalah campuran D-glukosa dan D- fruktosa yang


diperolehdengan hidrolisis asam atau enzimatik dari sukrosa. Enzim
yang mengkatalis hidrolisis sukrosa disebut invertase, bersifat
spesifik untuk ikatan βDfruktofuranosida dan terdapat dalam ragi dan
lebah (madu terutama terdiri dari gula inversi). Berdasarkan teori
bahwa mayoritas gula adalah fruktosa dan fruktosa membelokkan
cahaya ke kiri. Gula yang terdiri dari Sukrosa maupun Glukosa
memutar cahaya ke kanan. Sukrosa memiliki rotasi +66,5° (positif)
produk yang dihasilkan glukosa[α]= +52,7° dan fruktosa [α] = -92,4°
mempunyai rotasi netto negatif. Dengan mengetahui pembelokan
cahaya yang dihasilkan oleh larutan gula, dapat di analisa
jenis/komposisi gula yang ada dalam larutan tersebut. Sudut putar
jenis-jenis dapat dihitung:

[𝛼] = 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖/𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 (𝑑𝑚)𝑥


𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 (𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑙) Kinetika reaksi inversi gula merupakan reaksi orde
satu terhadap sukrosa. Dalam larutan gula yang netral (pH=5) reaksi
hidrolisa gula mempunyai waktu paruh 10 minggu. (Sonya & Lydia,
2021). Sedangkan didalam larutan asam, dengan adanya katalis ion
H+, waktu paruh tersebut lebih pendek. Hukum laju reaksi inversi
gula tersebut dapat diungkapkan sebagai berikut:

𝑅 = − 𝑑 (𝑔𝑢𝑙𝑎) / 𝑑𝑡 = 𝑘 (𝐻+)(𝐻2𝑂)(𝑔𝑢𝑙𝑎) Dengan metode


grafik, dapat dikemukakan sebagai berikut. Reaksi hidrolisis dari
percobaan: C11H22O11 + H2O → C6H12O6 + C6H12O6
4. Polarimeter

Polarimetri adalah suatu cara analisa yang didasarkan pada


pengukuran sudut putaran (optical rotation) cahaya terpolarisir
olehsenyawa yang transparan dan optis aktif apabila senyawa
tersebutdilewati sinar monokromatis yang terpolarisir tersebut.
Senyawa optisaktif adalah senyawa yang dapat memutar bidang
getarsinar terpolarisir. Zat yang optis ditandai dengan adanya atom
karbon asimetris atauatom C kiral dalam senyawa organik. Cahaya
monokromatik padadasarnya mempunyai bidang getar yang banyak
sekali. Bila dikhayalkan maka bidang getar tersebut akan tegak lurus
pada bidangdatar. Bidang getar yang banyak sekali ini secara mekanik
dapatdipisahkan menjadi dua bidang getar yang saling tegak lurus.
Yangdimaksud dengan cahaya terpolarisasi adalah senyawa
yangmempunyai satu arah getar dan arah getar tersebut tegak lurus
terhadaparah rambatnya. Prinsip dasar polarimetris ini adalah
pengukuran daya putar optis suatu zat yang menimbulkan terjadinya
putaran bidang getarsinar terpolarisir.

Pemutaran bidang getar sinar terpolarisir oleh senyawa optis


aktifada 2 macam, yaitu:
1. Dexro rotary (+), jika arah putarnya ke kanan atau sesuai putaran
jarum jam.
2. Levo rotary (-), jika arah putarnya ke kiri atau berlawanandengan
putaran jarum jam
5. Cara Kera Polarimeter

Cara penggunaan berikut adalah cara pada Zeiss Polarimeter,


tetapi secara Umum cara penggunaan polarimeter manapun adalah
sama. Untuk memulai penggunaan polarimeter pastikan tombol
power pada posisi on dan biarkan selama 5-10 menit agar lampu
natriumnya siap digunakan. Selalu mulai dengan menentukan
keadaan nol (zero point) dengan mengisi tabung sampel dengan
pelarut saja. Keadaan nol ini perlu untuk mengkoreksi pembacaan
atau pengamatan rotasi optik. Tabung sampel harus dibersihkan
sebelum digunakan agar larutan yang diisikan tidak terkontaminasi
zat lain. Pembacaan/pengamatan bergantung kepada tabung sampel
yang berisi larutan/pelarut dengan penuh. Perhatikan saat menutup
tabung sampel, harus dilakukan hati-hati agar di dalam tabung tidak
terdapat gelembung udara. Bila sebelum tabung diisi larutan didapat
keadaan terang, maka setelah tabung, Diisi larutan putarlah analisator
sampai didapat keadaan terang kembali. Sebaliknya bila awalnya
keadaan gelap harus kembali kekeadaan gelap. Catat besarnya rotasi
optik yang dapat terbaca pada skala. Tetapi jangan hanya besar rotasi
optiknya, arah rotasinya juga harus dicatat searah jarum jam atau
berlawanan arah jarum jam. Lakukan pembacaan berkali-kali sampai
diperoleh nilai yang dapat dirata-ratakan.
V. Alat dan Bahan

Alat

1. Gelas Kimia 100 mL 2 buah


2. Gelas ukur 25 mL 1 buah
3. Polarimeter dan komponennya 1 buah
4. Stopwatch 1 buah

Bahan

1. Larutan gula 10% 100 mL


2. Aquades Secukupnya
3. Larutan HCl 2N 10 mL
VI. Alur Percobaan
1.Penentuan Titik 0 pelarut

Aquades

-Dimasukkan ke dalam kuvet bak Polarimeter

Hasil Skala

2.
Larutan Gula 10%

-Dimasukkan ke dalam tabung sampel pada bak Polarimeter

Skala

-Diamati perbedaan skala antara pengukuran titik nol air dan


dan sudut putar larutan gula 10%
-Diamati perubahannya

Sudut Putar
Persamaan reaksi:
• C12H22O11(aq) + H2O(l) C6H12O6 + C6H12O6(aq)

3.Pengukuran sudut putar sampel tiap waktu

Larutan gula 25

-Dicampurkan HCL sebanyak 10 Ml (HCL 2 N)

-Dimasukkan kedalam tabung sampel pada bak polarimeter

-Diamati sudut putar dari waktu ke waktu 5,10,15,20,25,30

35,40,45,50,55 dan 60 menit

Sudut Putar
VII. Hasil Pengamatan

No. Hasil Pengamatan


Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Percb Sebelum Sesudah
1. Penentuan titik nol pelarut -Gula : -Skala Berdasarkan
butiran aquades : C12H22O4(aq) →C6H12O6(aq) + C6H12O6(aq) percobaan
berawrna 0,5° yang telah
Aquades kuning keruh -Skala dilakukan
-Larutan gula larutan gula diperoleh
: larutan 10% : 66,2° skala aquades
• Dimasukkan ke jernih sebesar 0,5°.
dalam kuvet berwarna Skala larutan
(s) + H2O(aq)
pada bak kekuningan gula 10%
polarimeter
-Aquades : → sebesar 66,2°.
larutan tidak Diperoleh data
berwarna Sukrosa skala putar
Skala campuran
larutan HCl
dan larutan
gula 10% tiap
5 menit :
1. menit ke 5 :
99,3°
(aq) + (aq) 2. Menit ke 10
: 88,6°
Glukosa Fruktosa 3. Menit ke 15
: 77,8°
4. Menit ke 20
(Fessenden & Fessenden 2, 1982) : 68,6°
5. Menit ke 25
2. Pengukuran sudut putar jarum -Larutan gula -Skala Sudut putar rotasi aquades : :59,1°
: larutan larutan gula 0,25-0,50 6. Menit ke 30
jernih : 66,2° (Sukaryono, : 50,4°
Larutan gula 10%
berwarna 2008) 7. Menit ke 35
kekuningan : 44,7°
• Dimasukkan ke dalam X gukosa : +52,7°
8. Menit ke 40
kuvet hingga penuh X Sukrosa : +66,5° : 37,9°
• Kuvet dimasukkan ke X Fruktosa : -92,4° 9. Menit ke 45
dalam bak polimeter : 36,0°
• Diukur sudut putarnya 10. Menit ke
50 : 33,6°
Skala 11. Menit ke
55 : 30,9°
12. menit ke
• Diamati perbedaan skala 60 : 26,7°
antara pengukuran titik Berdasarkan
nol air dan sudut putar nilai k,
larutan gula 10% diperoleh orde
• Diamati putarannya reaksi dari
inversi gula
adalah 1,
Hasil karena
memiliki jarak
antar kn yang
lebih kecil
daripada
perhitungan
Orde reaksi 2
dan 3
Berdasarkan
3. Pengukuran sudut putar tiap waktu -Larutan gula -Larutan grafik
: larutan gula 25 ml didapatkan
Larutan gula 10%
jernih + HCl 10 hadil orde 1,
kekuningan ml 2 N : karena R
• Dicampurkan HCl -HCl : larutan larutan square lebih
tidak berwarna mendekati 1
sebanyak 10 ml berwarna putih keruh daripada
(HCl 2N) -Skala pada grafik orde 2
• Dimasukkan ke polarimeter dan 3
dalam tabung setiap
sampel pada bak 1. menit ke
5 : 99,3°
polarimeter
2. Menit ke
• Diamati sudut 10 : 88,6°
putar dari waktu 3. Menit ke
ke waktu 15 : 77,8°
5,10,15,20,25,30, 4. Menit ke
35,40,45,50,55,60 20 : 68,6°
5. Menit ke
25 :59,1°
6. Menit ke
Sudut putar
30 : 50,4°
7. Menit ke
35 : 44,7°
8. Menit ke
40 : 37,9°
9. Menit ke
45 : 36,0°
10. Menit
ke 50 :
33,6°
11. Menit
ke 55 :
30,9°
12. menit
ke 60 :
26,7°
VIII. Analisis dan Pembahasan

Pada Percobaan Inversi gula ini bertujuan untuk menentukan orde reaksi
dan reaksi inversi gula dengan menggunakan polarimeter. Dalam percobaan ini
dilakukan pengamatan terhadap reaksi inversi sukrosa (gula). Reaksi inversi adalah
reaksi hidrolisis irreversibel, dimana satu molekul sukrosa dan satu molekul air
menghasilkan satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa.

Sukrosa adalah disakarida yang tersusun dari glukosa dan fruktosa.


Sehingga hidrolisis sukrosa akan menghasilkan D-Glukosa dan D-Fruktosa.
Sukrosa memiliki putaran optik yaitu +66°, jika dihidrolisis maka akan ada
campuran D-Glukosa dan D-Fruktosa di campuran yang sama, dan akan mengalami
perubahan putaran optik menjadi -22°. Hal ini disebabkan karena adanya
pencampuran anomer D-Glukosa yang mempunyai rotasi +52°, namun fruktosa
memiliki putaran optik sebesar -92°.

Gula merupakan zat optis aktif. bila cahaya yang terpolarisasi linier jatuh
pada bahan optis aktif, maka cahaya yang keluar bahan akan tetap terpolarisasi
linier dengan arah bidang getar terputar terhadap arah bidang getar semula. Sifat
optis aktif zat dispesifikasikan dengan sudut putar jenis. sudut putar bidang
polarisasi sebanding dengan sudut putar jenis diketahui dan sudut bidang polarisasi
dapat diukur, maka konsentrasi (kadar) zat optis aktif dapat ditentukan (hal ini
merupakan prinsip yang digunakan untuk menentukan zat optis.

Pada percobaan yang dilakukan ini digunakan alat polari meter untuk
mengukur perubahan rotasi optik yang terjadi. polarimeter adalah alat yang didesain
untuk mempolarisasikan cahaya yang kemudian mengatur sudut rotasi bidang
polarisai cahaya oleh suatu senyawa aktif optis yang prinsip kerjanya didasarkan
pada pemutaran bidang polarisasi. jadi polarimeter ini merupakan alat yang
didesain khusus untuk mempolarisasi cahaya oleh suatu senyawa optis aktif.
Senyawa optis aktif adalah senyawa yang dapat memutar bidang polarisasi. prinsip
kerja alat polarimeter adalah sebagai berikut, sinar yang datang dari sumbercahaya
(misalnya lampu natrium) akan dilewatkan melalui prisma terpolarisasi (polarizer),
kemudian diteruskan ke sel yang berisi larutan. Dan akhirnya menuju prisma
terpolarisasi kedua (analizer). Polarizer tidak dapat diputar-putar sedangkan
analizer dapat diatur atau di putar sesuai keinginan. Bila polarizer dan analizer
saling tegak lurus (bidang polarisasinya juga tegak lurus), maka sinar tidak ada yang
ditransmisikan melalui medium diantara prisma polarisasi. Pristiwa ini disebut
tidak optis aktif. Jika zat yang bersifat optis aktif ditempatkan pada sel dan
ditempatkan diantara prisma terpolarisasi maka sinar akan ditransmisikan.

Putaran optik adalah sudut yang dilalui analizer ketika diputar dari posisi
silang ke posisi baru yang intensitasnya semakin berkurang hingga nol. Untuk
menentukan posisi yang tepat sulit dilakukan, karena itu digunakan apa yang
disebut “setengah bayangan” (bayangan redup). Untuk mencapai kondisi ini,
polarizer diatur sedemikian rupa, sehingga setengah bidang polarisasi membentuk
sudut sekecil mungkin dengan setengah bidang polarisasi lainnya. Akibatnya
memberikan pemadaman pada kedua sisi lain, sedangkan ditengah terang. Bila
analyzer diputar terus setengah dari medan menjadi lebih terang dan yang lainnya
redup. Posisi putaran diantara terjadinya pemadaman dan terang tersebut, adalah
posisi yang tepat dimana pada saat itu intensitas kedua medan sama. Jika zat yang
bersifat optis aktif ditempatkan diantara polarizer dan analizer maka bidang
polarisasi akan berputar sehingga posisi menjadi berubah. Untuk mengembalikan
ke posisi semula, analizer dapat diputar sebesar sudut putaran dari sampel. Sudut
putar jenis ialah besarnya.

Percobaan pertama yaitu persiapan alat dengan menyiapkan polarimeter, hal


pertama yang harus dilakukan yaitu menyalakan alat polarimeter dan ditunggu
sekitar 10 menit agar lampu natrium siap untuk digunakan, langkah selanjutnya
yaitu mengeluarkan kuvet dari dalam bak polarimeter. tabung tersebut dicuci
dengan pelarut agar dapat memperkecil terjadinya galat atau kesalahan dalam
pengamatan dari percobaan yang akan dilakukan. Pelarut yang digunakan untuk
mencuci adalah pelarut yangdigunakan sebagai pelarut zat optis aktif yang akan
dianalisis. Setelah itudikeringkan

1. Penentuan Titik Nol Pelarut

Tahap percobaan ini bertujuan untuk mengetahui besar titik nol pelarut.
Pelarut yang digunakan adalah aquades yang berupa cairan yang tidak berwarna.
Selanjutnya aquades dimasukkan kedalam tabung (kuvet) yang telah kering, pada
saat memasukkan kedalam tabung (kuvet) tidak boleh ada gelembung sedikitpun,
karena akan mempengaruhi pada penentuan sudut putar yang akan diamati. Lalu
tabung (kuvet) dimasukkan kembali kedalam bak polarimeter dan kemudian
mencari cahaya yang terang. Kemudian dibaca skalanya yang ditunjukkan pada
polarimeter, skala aquades menurut teori adalah 0,0° hingga 0,5°.

Pembacaan skala dari polarimeter sama dengan pembacaan skala pada


jangka sorong. Pembacaan skala dilakukan pada saat cahayanya semua terang. Pada
saat pertama kali pada lensa muncul dua cahaya yang berbeda, yaitu sisi gelap dan
sisi terang. Dua cahaya tersebut disamakan dengan memutar tombol yang ada pada
alat kekanan atau kekiri, jika dilakukan pemutaran kekanan maka skala yang dilihat
adalah sebelah kanan dari alat, begitu pula sebaliknya. Hal tersebut bertujuan agar
cahaya pada kedua sisi yang aalnya gelap terang menjadi sama terang sehingga
dapat ditentukan nilai sudut putar larutan tersebut. Seperti gambar berikut ini:

Gelap Sama Terang


Terang

Pada pengamatan ini diketahui skala yang diamatai pada aquades yaitu
sebesar 0,5°

2. Penentuan Sudut Putar Sampel

Sampel yang digunakan adalah gula karena gula merupakan zat optis aktif.
Bila cahaya terpolarisasi linier jatuh padabahan optis aktif, maka cahaya yang
keluar bahan akan tetap terpolarisasi linier dengan arah bidang getar terputar
terhadap arah bidang getar semula. Hal ini menunjukkan bahwa gula (sukrosa)
merupakan zat optik aktif yang dapat memutar bidang polarisasi cahaya ke arah
kanan. Sukrosa sebagai zat optis aktif, memutar bidang polarisasi cahaya ke kanan.
Tetapi bila dilakukan dalamair (hidrolisis), pemutaran ke kanan akan berkurang dan
akhirnya sedikit memutar bidang polarisasi cahaya ke kiri. Proses ini dikenal
sebagai inversi, yaitu reaksi hidrolisa sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
Fruktosa lebih kuat reverotatory daripada glukosa dextrororatory.
Dalam percobaan ini bertujuan untuk menentukan besarnya sudut putar
jenis sampel menggguanakan polarimeter. Hal pertama yang dilakukan yaitu
menyiapkan larutan gula 10% dengan cara mencampurkan 20 gram gula pasir
berupa kristal berwarna putih dengan 200 ml aquades yang berupa cairan tidak
berwarna. Campuran tersebut selanjutnya diaduk menggunakan pengaduk agar
homogen dan menghasilkan larutan berwarna kekuningan. Selanjutnya larutan
tersebut dimasukkan kedalan tabung (kuvet) dan dimasukkan kedalam bak
polarimeter. Pada saat memasukka larutan kedalam tabung (kuvet) diusahakan agar
tidak terdapat gelembung didalam tabung kuvet. Setelah dipastikan benar-benar
tidak terdapat gelembung maka tabung kuvet dimasukkan lagi kedalam bak
polarimeter. Persamaan rekasinya sebagai berikut:

C12H22O11(aq) + H2O(aq) → C6H12O6(aq) + C6H12O6(aq)

Berdasarkan hasil pengamatan dari alat polarimeter didapatkan hasil skala


dari sampel (larutan gula 10%) yaitu sebesar 66,2°. kemudian Dihitung sudut putar
jenis menggunakan rumus dibawah ini:

Skala yang diamati


[∝] = gram
panjang tabung dalam dm × konsentrasi ( mol )

Dari Perhitungan tersebut didapatkan hasil sudut putar sukrosa (gula)


sebesar 331°.

3. Penentuan Sudut Putar Tiap Waktu

Dalam percobaan ini bertujuan untuk menentukan sudut putar sampel dari
waktu ke waktu. Prosedur percobaan yang harus dilakukan sama dengan percobaan
sebelumnya, namun sampel yang digunakan yaitu larutangula 10% ditambah
dengan 10 mL HCl 2N. Persamaan reaksinya:

C12H22O11(aq) → C6H12O6(aq) + C6H12O6(aq)

Pada penambahan HCl fungsinya adalah sebagai katalis yang dapat


mempercepat reaksi terurainya sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa, dimana pada
akhir reaksi akan terbentuk kembali. Terjadinya reaksi hidrolisis sukrosa menjadi
glukosa dan fruktosa ditandai dengan semakin turun nilai putaran optik dari waktu
ke waktu. Kemudian sampel dimasukkan dalam kuvet dan dan dimasukkan dalam
bak polarimeter untuk diidentifikasi sudut putarnya. Setelah itu, diukur sudut
putarnya dalam waktu (5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55, 60) menit.
Didapatkan besar sudut putarnya. . Dari data putaran yang diperoleh dari percobaan
kemudian dilakukan perhitungansudut putar jenis sampel yaitu dengan rumus :

Skala yang diamati


[∝] = gram
panjang tabung dalam dm × konsentrasi ( mol )

Berdasarkan perhitungan sudut putar jenis diatas didapatkan hasil tabel


sebagai berikut:

Skala yang
t(menit) t(sekon) diamati Sudut putar jenis

5 300 99,3 496,5

10 600 88,6 443

15 900 77,8 389

20 1200 68,6 343

25 1500 59,1 295,5

30 1800 50,4 252

35 2100 44,7 223,5

40 2400 37,9 189,5

45 2700 36,0 180

50 3000 33,6 168

55 3300 30,9 154,5

60 3600 26,7 133,5

Berdasarkan data yang telah diperoleh dalam tabel diatas, maka untuk
menentukan orde reaksinya dapat menggunakan 2 metode, yang pertama metode
non grafik dan yang kedua adalah metode grafik. Untuk metode non grafik dicari
nilai k dan ditentukan standar deviasinya (SD), dimana SD yang lebih kecil adalah
orde reaksinya. sedangkan untuk metode grafik bisa dilihat dari nilai R square yang
paling mendekati 1.

Untuk Orde Reaksi 1 dapat digunakan rumus k sebagai berikut:

1 a
k = ln
t a−x

Untuk Orde Reaksi 2 dapat digunakan rumus k sebagai berikut:

1 a 1
k= ( − )
t a−x a

Untuk Orde Reaksi 3 dapat digunakan rumus k sebagai berikut:

1 a 1
k= ( 2
− )
t 2(a − x) 2(a)2

Berdasarkan Rumus diatas didapatkan tabel data hasil k sebagai berikut

t α blanko α sampel k1 k2 k3
3.35683E-
300 331 496.5 -0.00135155 06 228.2520833
- 1.27302E-
600 331 443 0.000485752 06 72.24
- 5.00504E-
900 331 389 0.000179401 07 23.2
-2.96767E- 8.80801E-
1200 331 343 05 08 3.37
-2.41964E- -
1500 331 295.5 7.5633E-05 07 7.413583333
-5.2617E- -
1800 331 252 0.000151494 07 12.79361111
-6.91964E- -
2100 331 223.5 0.000187003 07 14.19255952
-9.39957E- -
2400 331 189.5 0.000232387 07 15.34390625
-9.38669E- -
2700 331 180 0.000225615 07 14.28907407
-9.77078E- -
3000 331 168 0.000226051 07 13.55616667
-1.04586E- -
3300 331 154.5 0.000230886 06 12.98344697
-1.24152E- -
3600 331 133.5 0.000252227 06 12.74149306
-3.87569E- -1.15396E-
Standar Deviasi 05 07 18.64568686
Berdasarkan data tabel yang diperoleh didapatkan SD yang berbeda, pada
orde 1 adalah -3.87569E-05, orde 2 adalah -1.15396E-07, dan orde 3 adalah
18.64568686, jika dibandingkan maka Orde 1 merupakan SD yang paling kecil
sehingga dapat disimpulkan sesuai dengan perhitungan nilai k / metode non grafik
bahwa orde reaksi dari percobaan adalah orde pertama.

Selanjutnya dapata digunakan metode grafik, metode grafik orde 1 yaitu


sumbu Y adalah ln(a-x) dengan sumbu x adalah waktu t (sekon), sedangkan orde 2
yaitu sumbu Y ada;ah 1/a-x dengan sumbu x adalah t (sekon), pada orde 3 sumbu
Y adalah 1/2(a-x)2 dengan sumbu X adalah t (sekon), sehingga dengan Tabel
dibawah ini:

t a-x ln(a-x) 1/a-x 1/2(a-x)^2


300 469.5 6.151668299 0.002129925 110215.125
600 443 6.09356977 0.002257336 98124.5
900 389 5.963579344 0.002570694 75660.5
1200 343 5.837730447 0.002915452 58824.5
1500 295.5 5.688668837 0.003384095 43660.125
1800 252 5.529429088 0.003968254 31752
2100 223.5 5.409411414 0.004474273 24976.125
2400 189.5 5.244389025 0.005277045 17955.125
2700 180 5.192956851 0.005555556 16200
3000 168 5.123963979 0.005952381 14112
3300 154.5 5.040194096 0.006472492 11935.125
3600 133.5 4.894101478 0.007490637 8911.125
Berdasarkan tabel diatas didapatkan Grafik sebagai berikut:

Orde 1
7
6
5
4
3
y = -0.0004x + 6.2839
2
R² = 0.9889
1
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

Orde 2
0.008
0.007
y = 2E-06x + 0.0012
0.006 R² = 0.9821
0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
Orde 3
120000

100000 y = -30.512x + 102192


R² = 0.879
80000

60000

40000

20000

0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
-20000

Berdasarkan metode grafik didapatkan nilai R square dari orde 1 adalah


0,9889, orde 2 adalah 0,9821, dan orde 3 adalah 0,879, sehingga dapat disimpulkan
bahwa percobaan yang telah dilakukan termasuk orde 1 karena berdasarkan grafik
nilai R square pada orde 1 paling mendekati 1.

IX. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan


sebagai berikut:

1. Didapatkan berdasarkan metode non grafik dan metode grafik reaksi inversi
gula merupakan reaksi orde 1, pada metode non grafik didapatkan SD orde 1
sebesar -3.87569E-05 yang paling kecil daripada orde 2 dan 3, sedangkan pada
metode grafik didapatkan R Square dari orde 1 sebesar 0,9889 yang paling
mendekati 1 daripada orde 2 dan 3.
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, R. &. (1986). Kimia Organik . Jakarta: Erlangga.

Gita, A. C. (2018). PENENTUAN NILAI PARAMETER KINETIKA ORDE


SATU PADA SINTESIS BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH. 72-
79.

Haryanti, & Mustaufik. (2020). Evaluasi Mutu Gula Kelapa Kristal (Gula Semut)
Di Kawasan Home Industri Gula Kelapa Kabupaten Banyumas. Jurnal
Agroteknologi, 5(01, 48-61.

Sonya, & Lydia. (2021). Analisis kandungan gula reduksi pada gula semut dari nira
aren yang dipengaruhi pH dan kadar air. BIOEDUKASI. (Jurnal Pendidikan
Biologi), 12(1), 101-108.

Sutresna, N. (2007). Cerdas Belajar Kimia. Jakarta: PT Grafindo Media Pratama.

Suwardi, &. d. (2009). Panduan Pembelajaran Kimia. Jakarta: Pusat Perbukuan


Departemen Pendidikan Nasional.

Syukri. (1999). Kimia Dasar. Bandung: ITB.


Lampiran

a. Jawaban Pertanyaan
1) Apa fungsi penambahan HCl
- Larutan HCl berfungsi sebagai katalis yang digunakan untuk
mempercepat reaksi inversi gula (perputaran kekiri) dan untuk
menghidrolisis sukrosa. Penambahan HCl berfungsi sebagai
pemberi suasana asam dan katalis yang dapat mempercepat
reak’hsik bbpt [phidrolisis atau terurainya sukrosa menjadi glukosa
dan fruktosa, dimana pada akhir reaksi akan terbentuk kembali
(tidak ikut bereaksi).
2) Berikan sedikitnya 3 contoh zat optis selain gula dan berapa sudut
putarnya berdasarkan kajian pustaka dan pengamatan anda?
- Komponen minyak atsiri seperti minyak kayu putih memiliki nilai
putaran optik berkisar antara 1,85° sampai dengan -2,55°. Kisaran
nilai putaran optik yang diperoleh dari minyak kayu putih ini
memenuhi standar nasional Indonesia untuk minyak kayu putih (SNI
06-3954-2006), asam tartarat = +14,1° dan maltose = +130,4°
(Khopkar, 2007)
3) Berapa sudut putar larutan sukrosa, larutan glukosa, dan larutan fruktosa
berdasarkan kajian pustaka anda?
- Sukrosa mempunyai sudut putar +66,5º, suatu rotasi positif.
Campuran produk antara glukosa, [α] = +52,7º dan fruktosa [α] = -
92,4°
b. Dokumentasi

Gambar Keterangan
Mempersiapkan alat

Menimbang gula sebanyak 20 gram

Aquades dimasukkan kedalam kuvet


dan di masukkan kedalam polarimeter
Gula dilarutkan dengan HCl

Larutan gula dimasukkan kedalam


kuvet dan dimasukkan kedalam
polarimeter

Mengamati sudut putar dari waktu ke


waktu

Sudut putar dari waktu ke waktu

c.

Anda mungkin juga menyukai