Anda di halaman 1dari 6

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Kimia Fisika II berjudul “Penentuan Orde


Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi” disusun oleh :
nama : Mukrimah Rustam
NIM : 1813041006
kelompok : B1 1
kelas : Pendidikan Kimia B
telah diperiksa dan dikonsultasikan oleh Asisten dan Koordinator Asisten maka
laporan ini diterima.

Makassar, November 2020


Koordinator Asisten Asisten

Nurul Annisa Fitri Sulfiah Nur


NIM. 1713141003 NIM. 1713142004

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Suriati Eka Putri, S.Si,. M.Si.


NIP. 19881012 2015410 002
A. JUDUL PERCOBAAN
Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi

B. TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:
1. Menunjukkan bahwa reaksi penyabunan etilasetat oleh ion hidroksida adalah
reaksi orde dua
2. Menentukan tetapan laju rekasi penyabunan etilasetat oleh ion hidroksida
dengan cara titrasi

C. LANDASAN TEORI
Kimia fisika merupakan bidang ilmu yang mempelajari aspek fisika dari
materi dan energi serta menanisme perubahannya. Kinetika merupakan suatu
bidang yang mempelajari tentang aspek proses perubahan suatu materi dalam
sebuah rekasi atau interaksi lain. Subjek dalam kajian kinetika kimia, khususnya
berkaitan dengan pengukuran dan penafsiran tingkat (orde) suatu reaksi kimia.
(Fatimah. 2017 : 2).
Reaksi orde dua, untuk reaksi jenis :
2A  produk atau A + B  Produk
berdasarkan reaksi diatas dapat kita lihat bahwasanya laju reaksinya adalah orde
satu pada masing-masing pereaksi, dan orde dua pada keseluhannya. Sehingga
diperoleh persamaan laju integral yaitu sebagai berikut:
1 1
− =kt
(a−x) a
persamaan tersebut belaku untuk reaksi orde dua yang konsentrasi pereaksinya
sama. Pada beberapa rekasi orde dua, konsentrasi salah satu perekasinya jauh
lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi pereaksi lainnya sehingga dianggap
tetap selama reaksi berlangsung (Cairns. 2008 : 200 – 201)
Laju reaksi secara kualitatif diungkapkan melalui besarna perubahan
reaktan atau produknya terhadap waktu. Dalam waktu tertentu, reaksi yang
manghasilkan produk yang banyak artinya reaksi tersebut berlangsung cepat,
sedangkan yang menghasilkan produk sedikit dapat diartikan sebagai reaksi yang
berlangsung lambat. Brkurangnya reaktan dan bertambahnya produk reaksi juga
dapat dimaknai sebagai laju penurunan reaktan (pereaksi) atau bisa juga laju
penambahan produk (hasil reaksi) (Rusman. 2019 : 2-3).
Laju reaksi adalah menyatakan banyaknya reaksi kimia yang berlangsung
per satuan waktu. Laju reaksi menyatakan molaritas zat terlarut dalam reaksi
yang dihasilkan tiap detik reaksi seperti pada persamaan dibawah ini:
aA+bB→cAB
maka, laju reaksinya dapat dihitung menggunakan Persamaan 2,3 dan 4 yaitu :
berkurangnya kosentrasi A tiap satuan waktu,
−∆ [ A ]
V A= (2)
∆t
berkurangnya kosentrasi B tiap satuan waktu,
−∆ [ B ]
V B= (3)
∆t
bertambahnya kosentrasi AB tiap satuan waktu,
+ ∆ [ AB ]
V= (4)
∆t
faktor- faktor yang berpengaruh pada laju reaksi yaitu : luas permukaan sentuh,
temperatur, katalis, molaritas, dan konsentrasi (Purnami. Dkk. 2015 : 53-54).
Tetapan Laju reaksi disebut juga koefisien laju atau laju reaksi jenis,
dengan lambing k (konstanta). Tetapan laju adalah tetapan perbandingan antara
laju reaksi dan hasi kali konsentrasi spesi yang mempengaruhi laju reaksi. Tetapan
laju juga merupakan perubahan konsentrasi pereaktan atau produk reaksi per
satuan waktu dalam suatu reaksi jika konsentrasi semua pereaksi sama dengan
satu. Dari data pengaruh suhu terhadap massa kerak, dapat ditentukan konstanta
kecepatan reaksi (Haryono. 2017 : 44).
Dalam menentukan laju reaksi, Menurut Rusman (2019 : 12-14) dapat
dilakukangan dengan beberapa metode yaitu sebagai berikut :
1. Metode perubahan tekanan, dimana kompenennya berada paa fase gas
sehingga dapat menghasilkan tekanan yang diamati dengan fungsi waktu.
2. Metode spekroskopi, yang dilakukan dengan mengamatiperubahan yang
diukur menggunakan absorbansi sinar tampak. Metode ini digunakan untuk
senyawa yang memiliki sifat mengabsorbsi spektrum tertentu.
3. Metode elektrokimia, dapat dilakukan pada perubahan reaksi dalam larutan
yang melibatkan perubahan ion atau muatan, sehingga kecepatan reaksi dapat
diamati melalui pengukuran konduktivitas dan pH.
4. Metode micellanious, yang termasuk dalam metode penentuan komposisi
dengan melalukann titrasi, spektropotometri, gas kromatografi dan magnetik
resonanasi.
Hidrolisis dasar ester (etil asetat) dengan soda kaustik, juga disebut
saponifikasi, adalah reaksi orde kedua yang tidak dapat diubah.mekanisme reaksi
saponifikasi yaitu sebagai berikut :
NaOH + CH3COOC2H5  CH3COONa + C2H5OH
laju penurunan A dan B dapat dituliskan menggunakan laju diferensial persamaan:
−dC A −dC B
−¿rA = = = KCACB (1)
dt dt
jika terintegrasi setelah penataan ulang, maka hasilnya adalah :
CA CA 0
¿ ( ) ( )
CB
=¿
CB0
+ ( C A 0−C B 0 ) k . t (2)

dimana subskrip A, B mengacu pada alkali (natrium hidroksida), ester (etil asetat),
k adalah konstanta laju reaksi (Citak & Arif. 2019 : 384).
Reaksi penyabunan antara etil asetat dengan ion indroksida yaitu sebagai
berikut:
CH3COOC2H5 + OH−  CH3COO− + C2H5OH
reaksi tersebut merupakan reaski orde kedua, sehingga hukum laju reaksinya
dapat dituliskan sebagai berikut:
−d [ ester ]
=k 1 [ ester ] ¿ (1)
dt
atau sebagai :
dx
=k 1 ( a−x ) ( b− x ) (2)
dt
Persamaan (1) dan persamaan (2) berlaku untuk keadaan reaksi yang tidak terlalu
dengan pada keadaan kesetimbangan. Persamaan (2) dapat diintegrasikan dengan
memperhatikan keadaan awal (Tim Dosen Kimia. 2020 : 1)
Titrasi konduktometri merupakan pengukuran daya yang diaplikasikan
pada titrasi asam basa, titrasi pengendapan maupun titrasi pengompleksan. Titrasi
dimaksud untuk memperoleh titik akhir titrasi tanpa menggunakan indikator,
tetapi dari kurva titrasi yang didasarkan pada perubahan daya hantar terhadap
penambahan volume penitrasi. Secara tidak langsung dari kerva titrasi dapat
ditentukan harga tetapan kesetimbangan keasaman, kelarutan dan pembentukan
kompleks. Sel daya hantar sering pula digunakan sebagai detektor pada
kromatografi ion (Mulyasuryani. 2018 : 5-6).
Penentuan jalannya reaksi diikuti degan cara penentuan konsentrasi ion
OH− pada waku tertentu yaitu dengan mengambil sejumlah lautan tertentu, yang
dimasukkan kedalam larutan yang mengandung asam berlebih.penetralan dari
basa yang dicampurkan dala reaksi asam akan menghetikan terjadinya proses
reaksi. Jumlah basa yang ada dalam campuran dapat diketahui dengan mentitrasi
sisa asam oleh larutan satandar basa. Larutan standar merupakan larutan yang
digunakan dalam proses titrasi dimana konsentrasi larutan tersebut tidak berubah-
ubah (Tim Dosen Kimia. 2020 : 2)
Salah satu contoh titrasi asam-basa yaitu titrasi natrium karbonat (Na2CO3)
dengan asam klorida (HCl). Ppada titrasi tersebut terjadi dua titik ekivalen yang
keduanya dapat dijadikan sebagai patokan untuk menentukan kadar karbonat
dengan menggunakan konsep yang berbeda. Penngamatan perubahan daya
hantardidasarkan pada perubahan moblitas ion-ion yang ada dalam larutan.
Adapun reaskidnya yaitu:
Na2CO3 + 2HCl  2 NaCl + H2CO3
dari reaksi diatas dapat kita lihat bahwa 2 mol HCl bereaksi dengan 1 mol
Na2CO3. Reaksi yang sebearnya berlangsung dalam dua tahap, yang pertama
Na2CO3 bereaksi membentuk NaHCO3, kedua NaHCO3 berekasi menghasilkan
H2CO3, perubahan daya hantar selama proses titrasi berlangsung ini dikarenakan
dalam lartan terdapat ion Na+ dan CO32-, yang merupakan hasil ionisasi Na2CO3,
sehingga daya hantarnya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
G= λNa C
¿
+¿
Na λ ¿
¿ ¿
C
CO −¿
3
CO¿ ¿
3 1000k

(Mulyasuryani. 2018 : 6).

DAFTAR PUSTAKA

Cairns, Donald. 2008. Inti Sari kimia Farmasi. Jakarta : EGC.

Citak, Alime., dan Arif Kivrak. 2019. Determination Of The Expression Rate Of
Ethyl Hydrolysis Reaction Depending On The Temperature. Journal Of
The Institute Of Science And Technology. Vol 9(1).

Fatimah, Is. 2017. Kimia Fisika. Yogyakarta : Deepublish.

Haryono. 2017. Analisa Kinetika Reaksi Pembentukan Kerak CaCO3-CaSO4


Dalam Pipa Beraliran Laminar Pada Suhu 300C Dan 400C Menggunakan
Persamaan Arrhenius. TRAKSI. Vol 17(2)

Mulyasuryani, Ani. 2018. Elektroanalitik Dasar dan Aplikasi. Yogyakarta :


Deepublish

Purnami., ING Wardana., dan Veronika K. 2015. Pengaruh Pengunaan Katalis


Terhadap Laju dan Efisiensi Pembentukan Hidrogen. Jurnal Rekayasa
Mesin. Vol 6(1).

Rusman. 2019. Kinetika Kimia. Aceh : Syiah Kuala University Press.

Tim Dosen Kimia. 2020. Penuntun Praktikum Kimia Fisik II. Makassar :
Universitas Negeri Makassar

Anda mungkin juga menyukai