Anda di halaman 1dari 28

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kimia Fisik II dengan judul “Hasil Kali Kelarutan”
disusun oleh :
nama : Sri Wulandari
NIM : 1813041028
kelas : Pendidikan Kimia B
kelompok : II (Dua)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka dinyatakan
diterima.

Makassar, November 2020


Koordinator Asisten Asisten

Nurul Annisa Fitri Nurul Annisa Fitri


NIM. 1713141003 NIM. 1713141003

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Suriati Eka Putri, S.Si, M.Si.


NIP. 19880305 201212 2 002
A. JUDUL PERCOBAAN
Hasil Kali Kelarutan

B. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan diharapkan mahasiswa dapat
menghitung kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut dan menghitung
panas kelarutan PbCl2 dengan menggunkan sifat kebergantungan Ksp.

C. TINJAUAN PUSTAKA
Kelarutan zat terlarut didefinisikan sebagai jumlah maksimum yang
larut dalam jumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu. setiap senyawa
memiliki batas atas kelarutan dan banyak senyawa yang kami tunjuk sebagai
tidak larut sebenarnya memiliki kelarutan terbatas. Jadi tidak ada batasan
yang jelas antara senyawa larut dan tidak larut. Sekarang pertimbangkan
jumlah zat terlarut yang larut dalam pelarut. Bila jumlahnya tertentu pelarut
mengandung jumlah maksimum zat terlarut terlarut, larutan dikatakan jenuh.
Jika kurang dari jumlah maksimum, larutannya tidak jenuh. Pada situasi
tertentu, kondisi tidak stabil mungkin ada, di mana sebenarnya ada lebih
banyak zat terlarut hadir dalam larutan daripada yang ditunjukkan
kelarutannya. Larutan semacam itu dikatakan jenuh. Larutan jenuh sering
melepaskan kelebihan zat terlarut jika berupa kristal "biji" kecil zat terlarut
ditambahkan atau jika larutan terguncang. Kelebihan zat terlarut membeku
dan terkumpul di dasar wadah sebagai endapan. Untuk misalnya, perhatikan
bahwa 205 g gula larut 100 g (100 mL) air menghasilkan air jenuh larutan
pada 20 ° C. Perhatikan juga bahwa PbSO4,Mg (OH) 2, dan AgCl memiliki
kelarutan yang sangat rendah dan dengan demikian biasanya dianggap tidak
larut (atau, lebih tepatnya, sedikit larut) ( Malone, 2010 :367-368 ).
Gambar 5.25

Persamaan 5.37 diplot pada Gambar 5.25. Ini menunjukkan bahwa


kelarutan B menurun secara eksponensial seiring dengan penurunan suhu dari
titik lelehnya. Ilustrasi juga menunjukkan bahwa zat terlarut dengan titik leleh
rendah dan entalpi leleh besar memiliki nilai rendah kelarutan pada suhu
normal. Namun, isi detail dari persamaan 5.37 jangan diperlakukan terlalu
kaku karena didasarkan pada perkiraan yang sangat dipertanyakan, seperti
idealitas larutan. Salah satu aspek dari karakter perkiraannya adalah gagal
untuk memprediksi bahwa zat terlarut akan memiliki kelarutan yang berbeda
dalam pelarut yang berbeda, karena tidak ada sifat pelarut yang muncul dalam
pernyataan ( Atkins, 2010: 172-173).
Karena pelabelan zat terlarut dan pelarut sewenang-wenang, kondisi
titik beku-depresi dan kelarutan pada dasarnya sama, dan kita bisa
menerapkan gagasan dan persamaan depresi titik beku ke kelarutan hanya
dengan mempertukarkan sebutan zat terlarut dan pelarut (Levine, 2009 :381).
Ditinjau dari segi termodinamika, kenaikan suhu akan menurunkan
rendemen. tetapi jika ditinjau dari segi kinetika, kenaikan suhu akan
menaikan kecepatan reaksi Pengadukan dilakukan untuk memperbesar
probobalitas interaksi molekul-molekul reaktan yang bereaksi.Jika interaksi
antar molekul reaktan semakin besar, maka kemungkinan terjadinya reaksi
semakin besar pula (Hasibuan, dkk., 2019: 12).

Gambar 12-5

Jelas bahwa sifat zat terlarut mempengaruhi kelarutannya dalam air.


Suhu juga merupakan faktor penting. Dari pengalaman praktikum,
kebanyakan dari kita tahu bahwa lebih banyak gula atau garam larut dalam air
panas daripada di dingin. Ini umumnya benar. Kebanyakan zat padat dan cair
lebih mudah larut dalam air pada suhu yang lebih tinggi. Pada Gambar 12-5,
kelarutan beberapa senyawa ionik digambarkan sebagai fungsi suhu. Catat itu
semua kecuali Li2SO4 lebih larut karena suhu meningkat. Informasi yang
ditunjukkan pada Gambar 12-5 memiliki implikasi laboratorium yang
penting. Padatan tidak murni dapat dimurnikan dengan proses yang disebut
rekristalisasi. Di dalam prosedur, larutan dijenuhkan dengan zat terlarut untuk
dimurnikan pada suhu tinggi, seperti titik didih larutan. Kotoran yang tidak
larut kemudian disaring dari larutan panas. Saat larutan dibiarkan dingin,
pelarut dapat bertahan semakin sedikit zat terlarut. Kelebihan zat terlarut
mengendap dari larutan saat mendingin (jika tidak menjadi jenuh). Padatan
ini, sekarang lebih murni, kemudian dapat disaring dari larutan dingin.
Kotoran yang larut, serta beberapa senyawa asli yang masih dalam larutan,
melewati filter. Misalnya, jika 100 g air jenuh dengan KBr pada titik didih
mendekati 100 ° C, mengandung 85 g KBr terlarut. Jika larutan didinginkan
hingga 0 ° C dalam penangas es, air sekarang hanya dapat mengandung 55 g
garam terlarut. Perbedaan (yaitu, 85 g 55 g 30 g) membentuk mengendapkan
(Malone, 2010 :369).

Kelarutan suatu zat adalah sama di semua pelarut yang membentuk


larutan ideal. Kelarutan suatu zat dalam larutan ideal bergantung pada sifat-
sifat substansinya saja. Titik leleh rendah T0 dan pelepasan panas rendah
keduanya meningkatkan kelarutan gambar 13.5 menunjukkan variasi
kelarutan x, sebagai fungsi suhu untuk dua zat dengan entropi fusi yang sama
tetapi titik leleh berbeda. Hukum kelarutan yang ideal sering kali salah jika
suhu yang diinginkan jauh di bawah titik leleh padatan, karena asumsi ∆H fus
tidak bergantung suhu tidak terlalu baik dalam keadaan ini. Hukum tidak
pernah akurat untuk larutan bahan ionik dalam air, karena larutan jenuhnya
jauh dari ideal dan jauh di bawah titik lelehnya. Sebagai tabel kelarutan
naftalena menunjukkan, pelarut berikatan hidrogen adalah pelarut yang
buruk untuk zat itu tidak dapat membentuk ikatan hidrogen (Castellan,
1983: 286-287).
Kelarutan PbCl2 lebih kecil dari MgCl2 ⋅6H2O. Hasil ini
menunjukkan bahwa garam PbCl2 mudah untuk dibuat mencapai kejenuhan
dan mengendap dari yang jenuh larutan. Satu titik invarian adalah H, di mana
H berada jenuh dengan garam MgCl2 ⋅ 6H2O dan PbCl2 dan pada w
(MgCl2) = 38,07%, w (PbCl2) = 7,23%. Kurva FH dan HG mewakili dua
kurva univarian ada satu garam yang jenuh (Ping, dkk., 2018:1177).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat

a) Gelas kimia 250 mL 1 buah


b) Gelas kimia 500 mL 1 buah
c) Kaki tiga dan kasa asbes 1 set
d) Gelas kimia 1000 mL 1 buah
e) Erlenmeyer 250 mL 3 buah
f) Buret 50 mL 2 buah
g) Tabung reaksi 10 buah
h) Rak tabung reaksi 1 buah
i) Statif dan klem 2 set
j) Botol semprot 1 buah
k) Pipet tetes 4 buah
l) Batang pengaduk 1 buah
m) Thermometer 110oC 4 buah
n) Penjepit tabung 4 buah
o) Lap kasar 1 buah
p) Lap halus 1 buah
2. Bahan

a) Aquadest (H2O)
b) Larutan Timbal Nitrat (Pb(NO3)2) 0,079 M
c) Larutan Kalium Klorida (KCl) 1,0 M
d) Label
e) Tissu

E. PROSEDUR KERJA
1. Penentuan Ksp
a. Larutan (Pb(NO3)2 0,079 M dan (KCl) 1,0 M ditempatkan pada 2 buah
buret yang berbeda.
b. Sebanyak 10 mL (Pb(NO3)2 0,079 M dimasukkan kedalam 4 buah
tabung reaksi berbeda.
c. Larutan KCl 1 M ditambahkan pada tiap tabung dengan volume
berturur-turut 0,50 mL; 1,00 mL; 1,50 mL; dan 2,00 mL.
d. Keempat tabung reaksi dikocok pada saat pencampuran dan setelah
pencampuran..
e. Keempat tabung reaksi dibiarkan selama 5 menit.
f. Endapan yang terbentuk diamati.
2. Ketelitian 0,1 mL
a. Sebanyak 10 mL (Pb(NO3)2 0,079 M dimasukkan kedalam 5 buah
tabung reaksi berbeda.
b. Larutan KCl 1 M ditambahkan pada tiap tabung dengan volume
berturur-turut 0,6 mL; 0,7 mL; 0,8 mL; 0,9 mL dan 1,0 mL
c. Endapan yang terbentuk diamati
3. Pengaruh Suhu
a. Sebanyak 10 mL (Pb(NO3)2 0,079 M dimasukkan kedalam 5 buah
tabung reaksi berbeda.
b. Larutan KCl 1 M ditambahkan pada tiap tabung dengan volume
berturur-turut 1,5 mL; 2,0 mL; 2,5 mL; 3,0 mL, dan 3,5 mL.
c. Campuran pada tabung reaksi ditempatkan pada gelas kimia berisi air
yang dididihkan.
d. Larutan diaduk secara perlahan dengan termometer sambil diamati
suhunya dengan menggunakan termometer.
e. Suhu dicatat ketika endapan tepat larut.

F. HASIL PENGAMATAN

Volume 0,079 Volume 1,0 M Pembentukan Endapan


NO M Pb(NO3)2 KCl (mL) (terbentuk/ tidak)

1. 10 0,5 Belum
2. 10 1,0 Sudah
3. 10 1,5 Sudah
4. 10 2,0 Sudah

1. Ketelitian Ksp

Volume 0,079 Volume 1,0 M Pembentukan Endapan


NO M Pb(NO3)2 KCl (mL) (terbentuk/ tidak)

1. 10 0,6 Belum
2. 10 0,7 Belum
3. 10 0,8 Belum
4. 10 0,9 Belum
5. 10 1,0 Sudah
2. Pengaruh Suhu

Volume Volume 1,0 Pembentukan


NO 0,079 M M Endapan Suhu oC
Pb(NO3)2 KCl (mL) (terbentuk/
tidak)
1. 10 1,5 Larut 67 oC
2. 10 2,0 Larut 71 oC
3. 10 2,5 Larut 73,5 oC
4. 10 3,0 Larut 83 oC
5. 10 3,5 Larut 84 oC

G. ANALISIS DATA
Percobaan 1 (Tabel 1)
1. Penentuan Q dari PbCl2 pada Suhu Kamar
a. Tabung 1
Diketahui= [Pb(NO3)2] = 0.079 M
V Pb(NO3)2 = 10 mL
[KCl] = 1,0 M
V KCl = 0,5 mL
Ditanyakan = Q ?
Penyeleasain =
P b2+ 0.79 mmol
[Pb2+] = = = 0.075 M
Vtotal 10.5 mL
C l- 0.5 mmol
[Cl-] = = = 0.048M
Vtotal 10.5 mL
Q = [Pb2+] [Cl-]2
= (0.075) (0.048)2
= 0.00017M3
= 1,7 x 10-4 M3< 2.4 x 10-4 M3
b. Tabung 2
Diketahui = [Pb(NO3)2] = 0.079 M
V Pb(NO3)2 = 10 mL
[KCl] =1M
V KCl = 1.0 mL
Ditanyakan = Q ?
Penyeleasain =
P b2+ 0.79 mmol
[Pb2+] = = = 0.072M
Vtotal 11 mL
C l- 1.0 mmol
[Cl-] = = = 0.091 M
Vtotal 11 mL
Q = [Pb2+] [Cl-]2
= (0.072) (0.091)2
= 0.00059M3
= 5,9 x 10-4 M3˃ 2.4 x 10-4 M3
c. Tabung 3
Diketahui = [Pb(NO3)2] = 0.079 M
V Pb(NO3)2 = 10 mL
[KCl] =1M
V KCl = 1.5 mL
Ditanyakan = Q ?
Penyelesaian =
P b2+ 0.79 mmol
[Pb2+] = = = 0.069 M
Vtotal 11.5 mL
C l- 1.5 mmol
-
[Cl ] = = = 0.130 M
Vtotal 11.5 mL
Q = [Pb2+] [Cl-]2
= (0.069) (0.130)2
= 0.0012M3
=1,2 x 10-3 M3˃2.4 x 10-4 M3
d. Tabung 4
Diketahui = [Pb(NO3)2] = 0.079 M
V Pb(NO3)2 = 10 mL
[KCl] =1M
V KCl = 2.0 mL
Ditanyakan = Q ?
Penyelesaian =
P b2+ 0.79 mmol
2+
[Pb ] = = = 0.066 M
Vtotal 12 mL
C l- 2.0 mmol
[Cl-] = = = 0.1667 M
Vtotal 12 mL
Q = [Pb2+] [Cl-]2
= (0.066) (0.1667)2
= 0.0018M3
= 1,8 x 10-3 M3˃2.4 x 10-4 M3

Percobaan 2 (Tabel 2)
2. Ketelitian 0,1 mL
a. Tabung 1
Diketahui = [Pb(NO3)2] = 0.079 M
V Pb(NO3)2 = 10 mL
[KCl] =1M
V KCl = 0.6 mL
Ditanyakan = Q ?
Penyelesai =
P b2+ 0.79 mmol
[Pb2+] = = = 0.0745 M
Vtotal 1 0 .6 mL
C l- 0 .6 mmol
[Cl-] = = = 0.0566 M
Vtotal 1 0 .6 mL
Q = [Pb2+] [Cl-]2
= (0.0745) (0.0566)2
= 0.000238 M3
= 2,38 x 10-4 M3< 2.4 x 10-4 M3
b. Tabung 2
Diketahui = [Pb(NO3)2] = 0.079 M
V Pb(NO3)2 = 10 mL
[KCl] = 1,0 M
V KCl = 0.7 mL
Ditanyakan = Q ?
Penyelesaian =
b2 +¿ 0.79 mmol
[Pb2+] =P ¿= = 0.0738 M
Vtotal 1 0 .7 mL

C l- 0 .7 mmol
[Cl-] = = = 0.0654 M
Vtotal 1 0 .7 mL
Q = [Pb2+] [Cl-]2
= (0.0738) (0.0654)2
= 0.000315 M3
= 3,15 x 10-4 M3 > 2.4 x 10-4 M3
c. Tabung 3
Diketahui= [Pb(NO3)2] = 0.079 M
V Pb(NO3)2 = 10 mL
[KCl] = 1,0 M
V KCl = 0.80 mL
Penyelesaian = Q ?
Ditanyakan =
P b2+ 0.79 mmol
[Pb2+] = = = 0.0731 M
Vtotal 1 0 .8 mL
C l- 0 .8 mmol
-
[Cl ] = = = 0.0740M
Vtotal 1 0 .8 mL
Q = [Pb2+] [Cl-]2
= (0.0731) (0.0740)2
= 0,0004 M3
=4 x 10-4 M3 > 2.4 x 10-4 M3
d. Tabung 4
Diketahui = [Pb(NO3)2] = 0.079 M
V Pb(NO3)2 = 10 mL
[KCl] = 1,0 M
V KCl = 0.9 mL
Ditanyakan = Q ?
Penyelesaian =
b2 +¿ 0.79 mmol
[Pb ]2+
=P ¿= = 0.0724 M
Vtotal 10.9 mL

C l- 0 .9 mmol
[Cl-] = = = 0.0826 M
Vtotal 1 0 .9 mL
Q = [Pb2+] [Cl-]2
= (0.0724) (0.0826)2
= 0.000493 M3
= 4,93 x 10-4 M3< 2.4 x 10-4 M3
e. Tabung 5
Diketahui = [Pb(NO3)2] = 0.079 M
V Pb(NO3)2 = 10 mL
[KCl] =1M
V KCl = 1.0 mL
Ditanyakan = Q ?
Penyeleasain =
P b2+ 0.79 mmol
[Pb ]2+
= = = 0.072M
Vtotal 11 mL
C l- 1.0 mmol
[Cl-] = = = 0.091 M
Vtotal 11 mL
Q = [Pb2+] [Cl-]2
= (0.072) (0.091)2
= 0.00059M3
= 5,9 x 10-4 M3˃ 2.4 x 10-4 M3
Percobaan 3 (Tabel 3)
1. Penentuan Ksp PbCl2 pada Suhu Tertentu
a. Campuran I
Diketahui = [Pb(NO3)2] = 0.079 M
V Pb(NO3)2 = 10 mL
[KCl] =1M
V KCl = 1.5 mL
T = 340 K
Ditanyakan = Ksp and ln Ksp ?
Penyelesaian =
Pb(NO3)2(aq) + 2 KCl(aq) PbCl2(s) +
2KNO3(aq)
M 0.79 mmol 1.50 mmol - -
Rx 0.79 mmol 1.58 mmol 0.79 mmol 1.58
mmol
R 0 mmol -0.08 mmol 0.79 mmol 1.58
mmol
n KCl -0.08 mmol
[Cl-] = = = -0.006956 M
V total 11.5 mL
PbCl2(s) ⇌ Pb2+(aq) + 2 Cl-(aq)
F s - -0.006956 M
Rx -s +s + 2s
R - s -0.006956 M + 2s
PbCl2(s) ⇌ Pb2+(aq) + 2 Cl-(aq)
(s) (s) (2s)2
n PbC l 2 0.79 mmol
S = = = 0.06869 M
V total 11.5 mL
Ksp = [Pb2+] [Cl-]2
= (s) (-0.006956 M + 2s)2
= (0.06869 M) (0.13042 M)2
= 1,16 × 10-3 M3

ln Ksp = ln (1.16 × 10-3)


= -6.759
T = 340 K
1 1
= = = 0.00294 K-1 = 2,94 x 10-3 K-1
T 340 K
b. Campuran II
Diketahui = [Pb(NO3)2] = 0.079 M
V Pb(NO3)2 = 10 mL
[KCl] =1M
V KCl = 2.0 mL
T = 344 K
Ditanyakan = Ksp dan ln Ksp ?
Penyelesaian =
Pb(NO3)2(aq) + 2 KCl(aq) PbCl2(s) +
2KNO3(aq)
M 0.79 mmol 2.00 mmol
Rx 0.79 mmol 1.58 mmol 0.79 mmol 1.58 mmol
R - 0.42 mmol 0.79 mmol 1.58 mmol
n KCl 0.42 mmol
[Cl-] = = = 0.035 M
V total 12 mL
PbCl2(s) ⇌ Pb2+(aq) + 2 Cl-(aq)
F s - 0.035 M
Rx -s +s + 2s
R - s 0.035 M + 2s
n PbC l 2 0.79 mmol
S = = = 0.0658 M
V total 12 mL
Ksp = [Pb2+] [Cl-]2
= (s) (0.035 M + 2s)2
= (0.0658 M) (0.1666 M)2
= 1.82 × 10-3 M3
ln Ksp = ln (1.82 × 10-3)
= - 6.308
T = 344 K
1 1
= = = 0.00291 K-1 = 2,91 x 10-3 K-1
T 344 K
c. Campuran III
Diketahui = [Pb(NO3)2] = 0.079 M
V Pb(NO3)2 = 10 mL
[KCl] =1M
V KCl = 2.5 mL
T = 346,5 K
Ditanyakan = Ksp dan ln Ksp ?
Penyelesaian =
Pb(NO3)2(aq) + 2 KCl(aq) PbCl2(s) + 2KNO3(aq)
M 0.79 mmol 2.50 mmol
Rx 0.79 mmol 1.58 mmol 0.79 mmol 1.58 mmol
R - 0.92 mmol 0.79 mmol 1.58 mmol
n KCl 0.92 mmol
[Cl-] = = = 0.0736 M
V total 12 ,5 mL
PbCl2(s) ⇌ Pb2+(aq) + 2 Cl-(aq)
F s - 0.0736 M
Rx -s +s + 2s
R - s 0.0736 M + 2s
n PbC l 2 0.79 mmol
S = = = 0.0632 M
V total 12,5 mL
Ksp= [Pb2+] [Cl-]2
= (s) (0.0736 M + 2s)2
= (0.0632 M) (0.2 M)2
= 2.52 × 10-3 M3
ln Ksp = ln (2.52 × 10-3)
= - 5.983
T = 346,5 K
1 1
= = = 0.00288 K-1 = 2,88 x 10-3 K-1
T 346,5 K
d. Campuran IV
Diketahui = [Pb(NO3)2] = 0.079 M
V Pb(NO3)2 = 10 mL
[KCl] =1M
V KCl = 3.0 mL
T = 356 K
Dutanyakan = Ksp and ln Ksp ?
Penyelesaian =
Pb(NO3)2(aq) + 2 KCl(aq) PbCl2(s) +
2KNO3(aq)
M 0.79 mmol 3.00 mmol
Rx 0.79 mmol 1.58 mmol 0.79 mmol 1.58
mmol
R - 1.42 mmol 0.79 mmol 1.58 mmol
n KCl 1.42 mmol
[Cl-] = = = 0.1092 M
V total 13 mL
PbCl2(s) ⇌ Pb2+(aq) + 2 Cl-(aq)
F s - 0.1092 M
Rx -s +s + 2s
R - s 0.1092 M + 2s
n PbC l 2 0.79 mmol
S = = = 0.0607 M
V total 13 mL

Ksp = [Pb2+] [Cl-]2


= (s) (0.1092 M + 2s)2
= (0.0607) (0.2306 M)2
= 3.22 × 10-3 M3
ln Ksp = ln (3.22 × 10-3)
= - 5.738
T = 356 K
1 1
= = = 0.00281 K-1 = 2,81 x 10-3 K-1
T 356 K
e. Campuran V
Diketahui = [Pb(NO3)2] = 0.079 M
V Pb(NO3)2 = 10 mL
[KCl] =1M
V KCl = 3.5 mL
T = 357 K
Ditanyakan = Ksp and ln Ksp ?
Penyelesaian =
Pb(NO3)2(aq) + 2 KCl(aq) PbCl2(s) + 2KNO3(aq)
M0.79 mmol 3.50 mmol - -
Rx 0.79 mmol 1.58 mmol 0.79 mmol
1.58mmol
R - 1.92 mmol 0.79 mmol 1.58 mmol
n KCl 1.92 mmol
[Cl-] = = = 0.1422 M
V total 13.5 mL
PbCl2(s) ⇌ Pb2+(aq) + 2 Cl-(aq)
F s - 0.1422 M
Rx -s +s + 2s
R - s 0.1422 M + 2s
n PbC l 2 0.79 mmol
S = = = 0.0585 M
V total 13.5 mL

Ksp = [Pb2+] [Cl-]2


= (s) (0.1422 M + 2s)2
= (0.0585) (0.2592 M)2
= 3.93 × 10-3 M3
ln Ksp = ln (3.93× 10-3)
= - 5.53
T = 357 K
1 1
= = = 0.00280 K-1 = 2,80 x 10-3 K-1
T 357 K
Grafik 1 hubungan antara T dan S

Hubungan antara T dan S

0.07
0.07 f(x) = − 0 x + 0.07
R² = 1
0.06
S

0.06
0.05
0 1 2 3 4 5 6 7 8
T

Grafik hubungan 1/T dan ln Ksp

Hubungan antara 1/T dan ln ksp

12
10
8
ln ksp

6
4
2
0 f(x) = 0
0 1 R² = 0 2 3 1/T4 5 6 7 8

2. Penentuan Ksp PbCl2 pada Suhu Kamar (25oC)


a. Tabel 3

ln Ksp =m ( T1 )+ c
= −5640,3 ( 2981 K )+10,38
= - 8,547
Ksp = e−8,547
= 1,94 x10-4
Q = Ksp sampel dalam suhu kamar, jadi nilai Q untuk Ksp pada suhu kamar
sebanyak 1,94 x10-4 dan jika nilainya dibandingkan dengan teori nilai Ksp (2,4
x 10-4) akan menunjukkan bahwa nilai Ksp yang diperoleh pada percobaan lebih
kecil dibanding teori (1,94 x10-4 < 2,4 x 10-4).

2. Penentuan % Rendemen
Diketahui = Ksp in 25oC from graph = 1,6 x10-18
Ditanyakan = %error..?
Penyelesaian:
KSP percobaan
% Rendemen= x 100 %
KSPteori
1,94 x 1 0− 4−2.4 x 10−4
= x 100 %
2.4 x 1 0−4
= -19,16 %
3. Penentuan ∆Ho dalam 25oC
y = mx + c
−∆ H 1
ln Ksp = +c
R T
−∆ H
m =
R
∆Ho = - (mR)
= - (-5640,3 x 0,8952)
= 5049,196
4. Perhitungan kelarutan PbCl2 dalam air
Ksp (M3) S (g/L) T (oC)

1,16 × 10−3 0.0687 67 oC


1,82 × 10−3 0.0658 71 oC
2,52 × 10−3 0.0632 73,5 oC
3,22 × 10−3 0.0607 83 oC
3,93 × 10−3 0,0585 84 oC
PbCl2(s) ⇌ Pb2+(aq) + 2 Cl-(aq)
s s (2s) 2
a. Ksp = 4s3
Ksp
s =

3

4
0,00116
=

3

4
= 0,0662 mol/L
PbCl2 = s x Mr PbCl2
= 0,0662 mol/L x 278.1 g/mol
= 18,41 g/L
b. Ksp = 4s3
Ksp
s =

3

4
0.00182
=

3

4
= 0,0769 mol/L
PbCl2 = s x Mr PbCl2
= 0,0769 mol/L x 278.1 g/mol
= 21,39 g/L
c. Ksp = 4s3
Ksp
s =

3

4
0,00252
=

3

4
= 0,0857 mol/L
PbCl2 = s x Mr PbCl2
= 0,0857 mol/L x 278.1 g/mol
= 23,84 g/L
d. Ksp = 4s3
Ksp
s =

3

4
0,00323
=

3

4
= 0,0931 mol/L
PbCl2 = s x Mr PbCl2
= 0,0931 mol/L x 278.1 g/mol
= 25,89 g/L
e. Ksp = 4s3
Ksp
s =

3

4
0.00393
=

3

4
= 0,0994 mol/L
PbCl2 = s x Mr PbCl2
= 0.0015 mol/L x 278.1 g/mol
= 27,64 g/L
Berdasarkan analisis data, diperoleh grafik:

HUBUNGAN SUHU DENGAN KELARUTAN


12
10
8
s (Kelarutan)

6
4
2
0
0 1 f(x) = 02 3 4 5 6 7 8
R² = 0 T (Suhu)
H. PEMBAHASAN
Kelarutan zat terlarut didefinisikan sebagai jumlah maksimum yang larut
dalam jumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu. setiap senyawa memiliki
batas atas kelarutan. Percobaan hasil kali kelarutan ini bertujuan agar dapat
menghitung kelarutan elektrolit yang bersifat larut dan dapat menghitung
panas kelarutan PbCl2 dengan menggunakan sifat kebergantungan Ksp pada
suhu. Kelarutan didefinisikan sebagai jumlah maksimum zat terlarut yang
akan melarut dalam sejumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu. Sedangkan
Ksp atau hasil kali kelarutan suatu senyawa ialah hasil kali konsentrasi molar
dari ion-ion penyusunnya, dimana masing-masing dipangkatkan dengan
koefisien stoikiometrinya di dalam persamaan kesetimbangan. Jika harga
Q>Ksp maka larutan dikatakan larutan lewat jenuh (terbentuk endapan); jika
harga Q=Ksp maka larutan dikatakan tepat jenuh (siap mengendap); dan jika
harga Q<Ksp maka larutan dikatakan larutan tidak jenuh (tidak ada endapan).
Dalam percobaan hasil kali kelarutan ini digunakan endapan hasil dari reaksi
antara Pb(NO3)2  dan KCl yaitu endapan PbCl2 sebagaimana reaksi berikut ini:

Pb(NO3)2  +  2KCl  ⇋  PbCl2  +          2KNO3


  (Timbal(II) Nitrat)(Kalium Klorida)    (Timbal (II) Klorida)     (Kalium Nitrat)
                                                                   (Endapan putih)

Endapan PbCl2 inilah yang merupakan endapan putih yang sedikit larut


dalam air, sehingga untuk melarutkannya diperlukan pemanasan yang
bertujuan untuk mempercepat pelarutan. Semakin banyak yang terbentuk maka
akan semakin tinggi suhu yang dibutuhkan untuk melarutkan endapan. Adapun
pengaruh volume KCl adalah semakin banyak KCl yang digunakan maka akan
semakin banyak endapan yang terbentuk, sehingga nilai Ksp semakin kecil.
            Pada percobaan ini, pertama memasukkan larutan Pb(NO 3)2 0,079 M
dan KCl 1,0 M ke buret 50 mL yang kemudian akan dimasukkan lagi ke dalam
tabung reaksi. Volume Pb(NO3)2 0,079 M dibuat tetap atau konstan yaitu 10
mL, sedangkan volume KCl dibuat bervariasi antara lain 0,5 mL, 1,00 mL, 1,5
mL dan 2,0 mL.

Hal ini bertujuan untuk mengetahui pada volume berapakah volume KCl
yang tepat digunakan untuk terbentuk endapan setelah 5 menit. Pada saat
larutan dicampur, larutan dikocok untuk mempercepat reaksi pembentukan
endapan tersebut karena pengocokan dapat menyebabkan tumbukan antar
partikel menjadi lebih sering dan cepat sehingga reaksi dapat lebih cepat
terjadi. Kemudian campuran ini didiamkan selama 5 menit untuk mengamati
larutan  pada volume KCl berapa yang terbentuk endapan setelah 5 menit.
Setelah 5 menit, pada campuran dengan volume KCl 0,5 mL, 1,0 mL, dan 1,5
mL terbentuk endapan dengan nilai Ksp = 2.4 x 10-4 M3. Berdasarkan
perhitungan nilai Q pada volume KCl 0,5 mL adalah 1,7 x 10-4 M3. Nilai Q
pada volume KCl 1,0 mL adalah 5,9 x 10-4 M3. Pada volume KCl 1,5 mL
adalah 1,2 x 10-3 M3. Dan pada volume KCl 2,0 sebesar 1,8 x 10-3 M3. Hal ini
berarti bahwa larutan lewat jenuh pada penambahan KCl dengan volume 1,0
mL.

Hasil yang diperoleh pada pengamatan sebelumnya digunakan sebagai


standar untuk melihat pembentukan endapan sampai ketelitian 0,1 mL.
prosedur percobaan ini sama dengan percobaan pertama. Percobaan ini
bertujuan untuk menganalisis lebih teliti pada volume berapa KCl yang
ditambahkan sehingga dapat membentuk endapan. Percobaan ini memiliki
prinsip yang sama dengan percobaan yang pertama namun berbeda ketelitian
pada penambahan KCl yaitu dimulai dari penambahan 0,1 mL; 0,2 mL; 0,3
mL; dan 0,4 mL. Dimana pada penambahan 0,1 mL memiliki nilai Q = 2,38 x
10-4 M3 pada penambahan 0,2 mL memiliki nilai Q= 3,15 x 10-4 M3, pada
penambahan 0,3 mL memiliki nilai Q= 4 x 10-4 M3, dan pada penambahan 0,4
mL memiliki nilai Q= 4,93 x 10-4 M3 dan nilai Ksp-nya adalah 5,9 x 10-4 M3.
Pada KCl volume penambahan 0,2 mL yaitu pada 0,7 mL Q lebih besar
dibandingkan dengan Ksp. Sehingga endapan baru terbentu pada volume KCl
0,7 mL.

Percobaan ketiga bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap


kelarutan. Prinsip kerjanya hampr sama dengan percobaan pertama dan kedua
yaitu dengan mencampurkan PbCl2 dengan KCl sehingga terbentuk endapan.
Pb(NO3)2  +  2KCl  ⇋  PbCl2  +          2KNO3
  (Timbal(II) Nitrat)(Kalium Klorida)    (Timbal (II) Klorida)     (Kalium Nitrat)
                                                                   (Endapan putih)
Endapan inilah yang kemudian ingin dilarutkan dengan bantuan kenaikan
suhu. Hal yang ingin diketahui adalah pada suhu berapa saja larutan dengan
penambahan KCl yang berbeda-beda dapat larut seluruhnya. Pertama
mencampurkan PbCl2 dengan KCl dimana volume KCl yang ditambahkan
bervariasi, yaitu 1,5 mL, 2,0 mL, 2,5 mL, 3,0 mL dan 3,5 mL. Endapan yang
terbentuk kemudian dipanaskan sambil diaduk. Proses pengadukan ini
berfungsi untuk mempercepat proses pelarutan endapan. Kemudian diukur
suhu pada saat endapan telah larut seluruhnya.

Dari percobaan diketahui bahwa semakin banyak KCl yang ditambahkan


maka semakin besar suhu yang dibutuhkan untuk melarutkan endapan. Jadi
semakin banyak endapan berbanding lurus dengan suhu. Seperti yang dapat
dilihat pada grafik semakin besar kelarutan maka suhu juga akan semakin besar
begitupula nilai Ksp yang semakin besar. Nilai Ksp untuk penambahan KCl 1,5
mL, 2,0 mL, 2,5 mL, 3,0 mL dan 3,5 mL masing-masing adalah 1,16 × 10−3
M3, 1,82 × 10−3 M3, 2,52 × 10−3 M3, 3,22 × 10−3 M3 3,93 × 10−3 M3 .

I. KESIMPULAN
Penambahan volume KCl yang semakin tinggi kedalam larutan
Pb(NO3)2 akan menghasilkan endapan yang tinggi pula sehingga suhu yang
diperlukan semakin besar. Hal ini berarti bahwa hasil kali kelarutan berbanding
lurus dengan kenaikan suhu.

J. SARAN
Sebaiknya saat melakukan pratikum, kondisi tempat kondusif sehingga
praktikum berjalan secara lancar, efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P. dan Julio, D.P. Phisycal Chemistry 9th Edition. Britania Raya: Oxford
University Press

Castellan, 1983. Physical Chemistry Third Edition. Canada: Addison-Wesley


Publishing Company, Inc

Hasibuan, R., dkk. 2019. Pengaruh Suhu Reaksi, Kecepatan Pengadukan Dan
Waktu Reaksi Pada Pembuatan Sabun Padat Dari Minyak Kelapa (Cocos
Nucifera L.). Jurnal Teknik Kimia USU. Vol. 8, No. 1.

Levine, I. N. 2010. Phisycal Chemistry 6th Edition. New York: McGraw-Hill.

Malone, L.J dan Theodore, O.D. Basic Concepts Of Chemistry Eighth Edition.
United State Of America: John Wiley & Sons, Inc

Ping, Z.X., dkk. 2018. Measurement of Mineral Solubilities in the Ternary


Systems NaCl–PbCl2–H2O and MgCl2–PbCl2–H2O at 373 K1.
Geochemistry International. Vol. 56, No. 12.
JAWABAN PERTANYAAN

1. Reaksi PbCl2 Pb2+ + 2Cl- bersifat endotermik atau eksotermik?


Jawab : Reaksi PbCl2 Pb2+ + 2Cl- bersifat endotermik karena K/T bernilai
positif, kenaikan suhu akan meningkatkan Ksp sehingga jika k bertambah
maka terjadi peningkatan tekanan produk dan penurunan reaksi. Selain itu,
hal tersebut juga dapat dilihat dari nilai zat yang bersifat/bernilai positif yang
dapat menunjukkan bahwa reaksi tersebut bersifat endotermik.

2. Nilai Ksp PbCl2 pada suhu 250C menurut literatur adalah 1,6 x 10-5, apakah
perbedaan nilai Ksp yang diperoleh pada percobaan ini dengan nilai Ksp literatur
disebabkan acak yang terdapat pada percobaan (random error)? Jika tidak,
mengapa?
Jawab :
Pada suhu 250C = 1,6x10-5 Ksp
y = -9950,2x+ 22,581
ln Ksp = -10,367
Ksp = e-10,367
= 3,145 x 10-5

Anda mungkin juga menyukai