Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

PENENTUAN TITIK BEKU LARUTAN

DISUSUN OLEH:

ESTERIN PLETI HAWLIA

HABIL REZAR

OKVIANTY CELICA

PETER LUEIS

URAI HANDEWI RAHMAWATI

ZULFIKRI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sifat-sifat koligatif larutan ialah sifat-sifat yang hanya ditentukan

oleh jumlah partikel dalam larutan dan tidak tergantung jenis partikelnya.

Titik beku larutan ialah temperatur pada saat larutan setimbang dengan

pelarut padatannya. Larutan akan membeku pada temperatur lebih rendah

dari pelarutnya. Hal ini disebabkan zat pelarutnya harus membeku terlebih

dahulu, baru zat terlarutnya. Jadi larutan akan membeku lebih lama dari

pada pelarut. Setiap larutan memiliki titik beku yang berbeda.

Seperti yang kita tahu bahwa titik beku pelarut murni berada pada

suhu 0oC, tapi dengan adanya zat terlarut misalnya saja kita tambahkan

gula ke dalam air tersebut maka titik beku larutan ini tidak akan sama

dengan 0oC lagi, melainkan akan turun menjadi dibawah 0oC, dan inilah

yang dimaksud sebagai “penurunan titik beku”.

Dalam percobaan ini akan diteliti tentang perubahan titik beku

pelarut murni yang telah ditambahkan zat terlarut lain kedalamnya dan

mencoba pembuktian bahwa titik beku larutanya akan lebih rendah

dibandingkan pelarut murninya.


B. Tujuan Praktikum
1.    Mengetahui pengaruh konsentrasi zat terlarut terhadap penurunan titik
beku suatu larutan.
2.    Mengetahui pengaruh zat terlarut elektrolit dan non elektrolit terhadap
penurunan titik beku suatu larutan.

C. Landasan Teori
1. Sifat Koligatif

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung

pada jenis zat terlarut tetapi hanya bergantung pada konsentrasi pertikel

zat terlarutnya. Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat

koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan nonelektrolit.

2. Titik Beku

titik beku merupakan sebuah kondisi dimana suhu suatu zat yang

terbentuk ketika tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap padatannya.

Sehingga mengakibatkan adanya perubahan bentuk zat yang awalnya cair

menjadi padat. Proses pembekuan ini dapat terjadi karena adanya

penurunan suhu, yang membuat jarak antar partikel semakin dekat dan

terjadi terjadi gaya tarik menarik antar molekul yang sangat kuat sehingga

membuat molekul-molekul berdekatan.


3. Penurunan Titik Beku

Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan

sehingga jarak antarpartikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya

bekerja gaya tarik menarik antarmolekul yang sangat kuat. Adanya

partikel-partikel dari zat terlarut akan mengakibatkan proses pergerakan

molekul-molekul pelarut terhalang, akibatnya untuk dapat lebih

mendekatkan jarak antar molekul diperlukan suhu yang lebih rendah.

Perbedaan suhu akibat adanya partikel-partikel zat terlarut disebut

penurunan titik beku (ΔTf).


BAB II

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Lokasi Praktikum

Tempat : Laboratorium SMA Negeri 1 Sambas

Tangga l : Kamis, 24 Oktober 2019

Waktu : Pukul 07.00-10.00 WIB.

B. Alat dan Bahan

1. Neraca 7. Gelas ukur

2. Termometer -10 oC s.d. 8. Pengaduk kaca

110 oC 9. Sendok

3. Tabung reaksi 10. Es

4. Gelas kimia 100 mL 11. Urea (CO(NH2)2)

5. Gelas kimia 250 mL 12. Garam dapur (NaCl)\

6. Gelas kimia plastik 400 13. Akuades

mL 14. Susu
C. Cara Kerja

Cara Kerja I

1. Menyiapkan campuran pembeku dengan cara menempatkan lebih

kurang 100 g es kecil-kecil, 20 g garam dapur (NaCl), dan 10 mL air

dalam gelas kimia 250 mL. Aduk dengan baik.

2. Menempatkan lebih kurang 5 mL susu dalam tabung reaksi besar dan

memasukkan termometer (yang dapat digunakan untuk mengukur

temperatur -10 oC s.d. 110 oC).

3. Menentukan titik beku susu dengan memasukkannya ke dalam

campuran pembeku yang sudah dibuat pada langkah ke-1. Kemudian

mencatat temperaturnya

4. Mengencerkan susu dengan air dengan mencampurkan 3 mL susu

dengan 3 mL akuades. Mengulangi eksperimen langkah ke-2 dan ke-3.

Kemudian menentukan titik beku yang baru dan mencatat

temperaturnya.

Cara kerja II

1. Melarutkan zat-zat berikut dalam 20 mL akuades dengan

menggunakan gelas kimia 100 mL; 1,20 g urea; 2,40 g urea; 1,17 g

NaCl; 2,34 g NaCl.

2. Membuat campuran pendingin dengan cara sebagai berikut,


Memasukkan butiran-butiran kecil es ke dalam gelas kimia plastik

sampai kira-kira tiga perempat bagian. Tambahkan 8 sendok garam

dapur dan aduk dengan pengaduk.

3. Menyiapkan 5 buah tabung reaksi. Ke dalam masing-masing tabung,

masukkan akuades; larutan 1,20 g urea; larutan 2,40 g urea; larutan

1,17 g NaCl; larutan 2,34 g NaCl yang telah dibuat pada langkah ke-1

setinggi kurang lebih 4 cm.

4. Memasukkan kelima tabung reaksi ke dalam gelas kimia yang berisi

campuran pendingin dan aduk campuran tersebut

5. Memasukkan pengaduk kaca ke dalam tabung reaksi berisi akuades

dan gerakkan pengaduk tersebut naik turun dalam air hingga air

membeku seluruhnya.

6. Mengeluarkan tabung dari campuran pendingin dan biarkan es dalam

tabung meleleh sebagian. Ganti pengaduk dengan termometer. Dengan

hati-hati , mengaduk campuran dalam tabung menggunakan

termometer secara naik turun. Membaca termometer dan mencatat

temperatur campuran es dan air.

7. Mengulangi langkah ke-5 sampai ke-6 dengan menggunakan larutan-

larutan yang telah dibuat pada langkah ke-1 sebagai pengganti

akuades. (Jika es dalam gelas kimia sudah banyak yang mencair, buat

lagi campuran pendingin seperti pada cara kerja 2).


BAB III

PEMBAHASAN

A. Tabel Hasil Pengamatan

1. Tabel Percobaan 1

No. Bahan Percobaan Titik Beku (oC)


1. Susu 3 mL -6
2. Susu 3 mL + akuades 3 mL -3

2. Tabel Percobaan 2

No Senyawa Massa Larutan Titik Perbedaan


Konsentras Titik
. Terlarut Zat Beku Titik
i (molal) Beku
Terlarut Air Beku (oC)
(oC)
(g) (oC)
1. Urea 1,20 1 -3 0 3
2. Urea 2,40 2 -6 0 6
3. NaCl 1,17 1 -5 0 5
4. NaCl 2,34 2 -9 0 9
B. Pembahasan

1. Percobaaan 1

Berdasarkan hasil percobaan 1 dapat diketahui bahwa titik

beku pada susu 3 mL akan lebih rendah daripada susu 3 mL yang

telah dicampur dengan 3 mL akuades. Pada susu sebelum dicampur

dengan akuades diperoleh titik beku sebesar -6 oC sedangkan pada

susu yang telah diencerkan tercatat titik bekunya sebesar -3 oC.

2. Percobaan 2

Dari data di atas dapat diketahui bahwa pada kemolalan


yang sama, larutan elektrolit NaCl (-5°C) memiliki titik beku yang
lebih rendah dibandingkan dengan larutan non elektrolit urea (-
3°C) . Hal ini dikarenakan, larutan elektrolit memiliki sifat
koligatif larutan, yaitu kenaikan titik didih dan penurunan titik
beku yang lebih besar dari pada larutan non elektrolit pada
konsentarsi yang sama. Selain itu, suatu zat elektrolit akan
mengalami disosiasi (penguraian) menjadi ion-ion (anion kation)
dalam larutan. Garam dapur (NaCl) merupakan zat elektrolit, dan
di dalam larutan NaCl akan mengalami ionisasi menjadi Na+ dan
Cl-. Sedangkan urea CO(NH2)2 merupakan zat elektrolit yang
dalam larutannya terdiri dari molekul-molekul urea dengan
konsentrasi tetap. Oleh karena larutan elektrolit mengalami
ionisasai, sehingga memiliki jumlah partikel yang lebih banyak
dari pada larutan non elektrolit, maka sifat koligatif NaCl berbeda
dengan sifat koligatif CO(NH2)2 .
Diketahui juga bahwa air memiliki titik beku terbesar dari semua
larutan. Ini dikarenakan sebagian partikel air dan sebagian partikel
– partikel terlarut membentuk ikatan baru. Penambahan zat terlarut
dalam pelarut akan mengakibatkan peningkatan konsentrasi yang
mengakibatkan semakin rendah titik bekunya.

C. Jawaban
1. Percobaan 1
a. Adakah perbedaan titik beku antara susu sebelum diencerkan
dam setelah diencerkan?
Jawab : Ada, titik beku susu sebelum diencerkan sebesar -6 0C
sedangkan titik beku susu setelah diencerkan sebesar -3 oC.
b. Kesimpulan apa yang telah kalian peroleh?
Jawab : Pada susu yang belum diencerkan memiliki konsentrasi
yang tinggi sehingga penurunan titik bekunya juga semakin
tinggi. Sebaliknya, susu yang telah diencerkan memiliki
konsentrasi yang lebih rendah, sehingga penurunan titik
bekunya sedikit
2. Percobaan 2
a. Perhatikan titik beku air (pelarut) dan titik beku larutan.
Bagaimana titik beku larutan jika dibandingkan dengan titik
beku pelarut (lebih tinggi, lebih rendah, atau sama)?
Jawab : Berdasarkan hasil percobaan, semua larutan baik Urea
maupun NaCl memiliki titik beku yang lebih rendah daripada
air (pelarut)
b. Bagaimana pengaruh konsentrasi (molalitas) urea terhadap
A. Titik beku larutan;
B. Penurunan titik beku?
Jawab : Berdasarkan hasil percobaan, diketahui bahwa

molalitas berpengaruh pada titik beku larutan dan penurunan

titik beku. Pada Urea 1 molal diperoleh titik beku sebesar -3 oC

dan penurunan titik bekunya sebesar 3 oC. Sedangkan pada


Urea 2 molal diperoleh titik beku sebesar -6 oC dan penurunan

titik bekunya 6 oC. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin

besar molalitas urea maka titik bekunya akan semakin rendah

dan penurunan titik bekunya semakin besar.

c. Bagaimana pengaruh konsentrasi (molalitas) natrium klorida


terhadap
A. Titik beku larutan;
B. Penurunan titik beku?
Jawab : Berdasarkan hasil percobaan, diketahui bahwa

molalitas berpengaruh pada titik beku larutan dan penurunan

titik beku. Pada NaCl 1 molal diperoleh titik beku sebesar -5 oC

dan penurunan titik bekunya sebesar 5 oC. Sedangkan pada

NaCl 2 molal diperoleh titik beku sebesar -9 oC dan penurunan

titik bekunya 9 oC. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin

besar molalitas NaCl maka titik bekunya akan semakin rendah

dan penurunan titik bekunya semakin besar.

d. Pada molalitas yang sama, bagaimana pengaruh natrium

klorida (elektrolit) dibanding dengan pengaruh urea

(nonelektrolit) terhadap

A. Titik beku larutan;


B. Penurunan titik beku?
Jawab : Berdasarkan hasil percobaan, pada molalitas yang
sama, titik beku NaCl lebih rendah daripada titik beku urea,
begitupun dengan penurunan titik bekunya. Penurunan titik
beku NaCl juga lebih besar daripada urea.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah kami laksanakan dapat ditarik
kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Titik beku larutan (yang dalam hal ini digunakan urea dan NaCl)
memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan titik
beku air (pelarut murni) karena di dalam larutan urea dan NaCl
terkandung zat terlarut berupa molekul-molekul urea dan molekul-
molekul NaCl yang menyebabkan terhalangnya molekul-molekul
air untuk membeku sehingga dibutuhkan suhu yang lebih rendah
untuk membekukan larutan urea dan NaCl.
2. Semakin besar molalitas larutan maka titik bekunya akan semakin
rendah dan penurunan titik bekunya semakin besar.
3. Penurunan titik beku larutan (∆Tf) berbanding lurus dengan
molalitas larutan.
4. Titik beku larutan elektrolit lebih rendah daripada larutan
nonelektrolit pada kemolalan yang sama dikarenakan larutan
elektrolit terurai sehingga jumlah partikelnya lebih banyak
dibandingkan larutan nonelektrolit.
5. Pada kemolalan yang sama, penurunan titik beku (∆Tf) larutan
elektrolit akan lebih besar dibandingkan dengan larutan
nonelektrolit.

DAFTAR PUSTAKA

http://getupbangkit.blogspot.com/2010/09/laporan-kimia-titik-beku-oleh-

bangkit.html

https://www.zenius.net/prologmateri/kimia/a/53/Sifat-Koligatif-Larutan

http://widyaannisap.blogspot.com/2013/09/praktikum-kimia-sifat-koligatif-

larutan.html

http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924923

https://materiipa.com/penurunan-titik-beku

Anda mungkin juga menyukai