Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK II

PENENTUAN TITIK BEKU LARUTAN

Nama : Rizka Fithriani Safira Sukma


NIM : 131810301049
Kelompok :5
Fakultas/ jurusan : MIPA / Kimia
Asisten : Putri Zakiyatul Fadhilah

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sifat-sifat koligatif larutan ialah sifat-sifat yang hanya ditentukan oleh jumlah
partikel dalam larutan dan tidak tergantung jenis partikelnya. Titik beku larutan ialah
temperatur pada saat larutan setimbang dengan pelarut padatannya. Larutan akan membeku
pada temperatur lebih rendah dari pelarutnya. Tujuan dari dilakukan praktikum ini adalah
menentukan besarnya tetapan penurunan titik beku asam asetat dan menentukan berat
molekul suatu zat non elektrolit. Praktikum ini dilakukan dengan cara mengukur suhu titik
beku larutan.
Percobaan penurunan titik beku pelarut asam asetat terhadap natrium asetat
bertujuan untuk mengetahui pengaruh adanya zat terlarut nonvolatile terhadap penurunan
titik beku pelarut. Selain itu, percobaan ini juga digunakan untuk menentukan besarnya
Berat Molekul zat terlarut. Metode yang digunakan adalah metode dengan variasi waktu
dan massa. Titik beku suatu cairan akan berubah jika tekanan uap berubah, biasanya
diakibatkan oleh masuknya suatu zat terlarut atau dengan kata lain, jika cairan tersebut
tidak murni, maka titik bekunya berubah (nilai titik beku akan berkurang).
Seperti yang kita tahu bahwa titik beku pelarut murni berada pada suhu 0 oC, tapi
dengan adanya zat terlarut misalnya saja kita tambahkan gula ke dalam air tersebut maka
titik beku larutan ini tidak akan sama dengan 0 oC lagi, melainkan akan turun menjadi
dibawah 0oC, dan inilah yang dimaksud sebagai “Penurunan Titik Beku”.

1.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini diantarnya adalah:
a. Menentukan tetapan penurunan titik beku molal pelarut
b. Menentukan berat molekul zat non volatile yang tidak diketahui.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)


2.1.1 Naftalen
Naftalen juga dikenal sebagai naftalen, tar kapur, tar putih, albokarbon, atau
naftene. Sifat fisik naftalen : rumus kimia C10H8, massa molar 128,17 g/mol, massa jenis
1.14 gcm-3, tidak dapat larut dalam air, alkohol, larut dalam eter dan benzen, titik cair
80,5°C, titik didih 128,17 g/mol, Berwarna putih kristal dan memiliki bau yang kuat.
Naftalen mudah menguap dan mudah terbakar. Naftalen merupakan hidrokarbon padat
berwarna putih, yang diperoleh dari penyulingan fraksional batu bara. Naftalen sebagian
besar diproduksi sebagai bahan baku pembuatan resin alkil untuk pembuatan plastik, seain
itu digunakan untuk zat warna dan bahan kimia lain. Penggunaan langsung adalah sebagai
pengusir ngengat. Kontak langsung dengan mata dapat ditangani dengan membasuh mata
dengan air mengalir dan mata tebuka terus menerus dalam waktu 15 menit. Kontak pada
kulit dapat segera dibasuh dengan air dingin sekurang-kurangnya 15 menit (Anonim,
2015).
2.1.2 Asam Asetat
Asam asetat atau C2H4O2 atau biasanya CH3COOH. Bahan ini bersifat iritan,
permeator dan korosif terhadap kulit dan mata pada konsentrasi yang tinggi. Bahan ini juga
berbahaya jika terkena kulit dan mata secara terus-menerus. Bahan ini tidak bersifat
mutagenic atau karsinogenik. Asam asetat biasanya berwujud cair, berbau dan berasa cuka
sangat kuat dan tajam serta tidak berwarna. Massa molekul relatifnya adalah 60,05 g/mol
dengan titik didih 181,1oC dan titik leleh 16,6oC. Penyimpanan ditempat yang sejuk dan
jauh dari api (Anonim, 2015).

O
H3C
OH
Gambar 2.1 Struktur Asam Asetat
2.1.3 NaCl
Natrium klorida, juga dikenal dengan garam dapur atau halit, adalah senyawa kimia
dengan rumus kimia NaCl. Senyawa ini adalah garam yang paling mempengaruhi salinitas
laut dan cairan ekstraseluler pada banyak organisme multiseluler. Massa molar 58.44
g/mol, tidak berwarna/berbentuk kristal putih, densitas 2.16 g/cm3 ,titik leleh 801°C (1074
K), titik didih 1465°C (1738 K), kelarutan dalam air 35.9 g/100 mL (25°C). Larutan ini
berbahaya pada kontak mata dan kulit. Kontak langsung dengan mata dapat ditangani
dengan membasuh mata dengan air mengalir dan mata tebuka terus menerus dalam waktu
15 menit. Pertolongan pada kontak kulit dapat segera dibasuh dengan air dingin sekurang-
kurangnya 15 menit. Pakaian atau sepatu yang terkena harus dikeluarkan dan dibersihkan
sebelum digunakan kembali. Terkena kulit segera basuh dengan air selama 15 menit
(Anonim, 2015).
2.1.4Akuades

Akuades atau air mempunyai rumus kimia H2O. Air tidak bersifat korosif, iritasi,
permeator atupun sensitif untuk mata, kulit atau menelan. Akuades juga tidak berbahaya
jika terhirup. Akuades tidak memiliki efek karsinogenik dan mutagenic. Bahan ini tidak
mudah terbakar ataupun meledak. Akuades merupakan senyawa netral yang memiliki pH
7, tidak berbau dan tidak berwarna serta tidak berasa. Air mempunyai titik didih 100oC dan
merupakan senyawa yang stabil
(Anonim, 2015). O
H H

Gambar 2.2 Struktur Air


2.2 Dasar Teori
Menurut Sukardjo (2004) sifat koligatif larutan merupakan sifat-sifat yang hanya
ditentukan oleh jumlah partikel dalam larutan dan tidak tergantung jenis partikelnya. Zat
terlarut tertentu jika ditambahkan kedalam suatu pelarut akan menimbukan perubahan fisik
pelarut tersebut besarnya sebanding dengan molalitas zat terlarut yang ditambahkan, sifat
fisik tersebut bisa berupa penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik
beku, dan tekanan osmosis. Perbedaan antara sifat fisik dari pelarut dan larutan pada
penurunan titik beku larutan dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 2.3 Perbedaan sifat fisik pelarut dan larutan
Gambar 1 memperlihatkan diagram fasa larutan yang mengalami pergeseran yang
menyebabkan terjadinya perbedaan dengan diagram fasa pelarut murninya. Larutan akan
membeku jika temperatur larutan tersebut lebuh rendah dari titik beku larutan murninya,
selisih antara titik beku larutan dengan titik beku larutan murninya disebut juga penurunan
titik beku (ΔTf). Zat terlarut jika merupakan zat non elektrolit, maka penurunan titik
bekunya sebanding dengan molalitas larutan (m). Penambahan zat terlarut tertentu pada
suatu pelarut akan mempengaruhi dari sifat koligatif lainnya karena keempat sifat koligatif
tersebut saling berkaitan. Titik beku adalah temperatur dimana fasa cair dari suatu larutan
setimbang dengan pelarut padatnya. Larutan mempunyai titik beku yang lebih rendah
daripada titik beku pelarutnya atau disebut juga dengan (ΔTf), alat yang digunakan untuk
mengukur titik beku lautan adalah Beckman (Sukardjo, 2004).
Suhu pada perpotongan garis tekanan tetap pada 1 atm dengan kurva peleburan
disebut titik beku. Titik didih adalah suhu perpotongan garis tekanan tetap pada 1 atm
dengan kurva penguapan. Penurunan titik beku dan peningkatan titik didih, sama halnya
seperti penurunan tekanan uap yang sebanding dengan konsentrasi fraksi molnya (Petruci,
1987).
Pembentukan suatu larutan tidak menimbulkan pengaruh terhadap sifat-sifat kimia
zat-zat penyusun larutan tersebut. Air suling (air murni) dan air sumur memperlihatkan
reaksi yang sama saja, misalnya direaksikan dengan logam natrium, tetapi sifat-sifat fisis
suatu zat yang sering berubah tatkala zat itu menjadi komponen larutan. Pada suhu 20oC
air murni pasti membeku, sedangkan air yang dicampur dengan etilen glikol (zat anti beku,
“antifreeze” untuk radiator kendaraan) akan tetap cair pada suhu rendah itu (Anshory,
1994).
Penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku pelarut dan titik beku larutan
dimana titik beku larutan lebih rendah dari titik beku pelarut. Titik beku pelarut murni
seperti yang kita tahu adalah 0oC. Penambahan zat terlarut misalnya saja gula yang
ditambahkan ke dalam air maka titik beku larutan ini tidak akan sama dengan 0oC
melainkan akan menjadi lebih rendah di bawah 0oC itulah penyebab terjadinya penurunan
titik beku yaitu oleh masuknya suatu zat terlarut atau dengan kata lain cairan tersebut
menjadi tidak murni, maka akibatnya titik bekunya berubah (nilai titik beku akan
berkurang) (Taufik, 2012).
Larutan dalam senyawa kimia diartikan sebagai suatu campuran homogen yang
terdispersi pada spesies kimia dalam skala molekular. Larutan biner merupakan larutan
yang terdiri atas dua unsur, sedangkan larutan tersier (terner) merupakan larutan yang
terdiri atas tiga unsur, dan kuartener terdiri atas empat unsur. Larutan mempunyai fase
yang berbeda-beda. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Fase ini mempengaruhi
sifat dari zat tersebut. Salah satunya sifat koligatif larutan. Ada dua sifat-sifat larutan.
Pertama, sifat larutan yang ditentukan dari jenis dan kepekatan (konsentrasi) zat terlarut.
Kedua, sifat larutan yang hanya tergantung pada konsentrasi zat terlarut saja tidak
tergantung pada jenis larutan. Sifat yang seperti ini disebut sifat koligatif larutan (Purba,
1987).
Suatu zat terlarut yang nonvolatile akan menurunkan titik beku zat pelarutnya. Hal
tersebut terjadi karena zat terlarut bersifat sukar menguap, maka pada suhu 0oC ternyata
belum membeku dan tekanan permukaannya lebih kecil dari 1 atm, sehingga larutan harus
dibekukan pada tekanan 1 atm dengan menurunkan suhu larutan. Penurunan titik beku
larutan dari titik beku pelarutnya disebut penurunan titik beku (Dogra, 1894).
Titik beku dan titik didih larutan tergantung pada kesetimbangan pelarut yang
berada dalam larutan dengan pelarut padatan atau uap pelarut murni. Kesetimbangan yang
lainnya adalah antara pelarut dalam larutan dengan pelarut murni. Pada saat kesetimbangan
itu terjadi, maka pula titik beku maupun titik didihnya tercapai (Wahyuni, 2013).
Setiap pelarut memiliki harga tetapan Kf tertentu. Tetapan Kf ini menyatakan
besarnya penurunan titik beku larutan 1 molal. Asam asetat ini memeiliki harga Kf sebesar
3,9 sedangkan titik bekunya 16,7°C (pada tekanan 1 atm) (Sachri dan Harun, 1982).
Tetapan Kf hanya bergantung pada jenis besarnya penurunan titik beku untuk
larutan 1 molal. Pada umumnya efek enurunan titik beku akan lebih besar daripada efek
kenaikan titik didih atau penurunan tekanan uap. Penurunan titik beku relatif lebih banyak
digunakan dalam penentuan berat molekul (Jupamahu, 1980).
Hukum Roult menyatakan bahwa tekanan uap suatu komponen dalam suatu larutan
senilai dengan tekanan uap suatu larutan dikali dengan fraksi mol komponen yang
menguap dalam larutan. Menurut Roult untuk menentukan titik beku larutan yang sangat
encer berlaku :
……………………..(1)

Harga Kf dapat diperoleh dari praktikum yang dilakukan yaitu dengan mengukur
besarnya penurunan titik beku pada bagian penambahan konsentasi zat yang larut.
Penurunan titik beku tergantung pada konsentrasi dari zat terlarut didalamnya. Semakin
turun titik beku larutan banyak partikel dalam larutan maka titik bekunya semakin rendah
sehingga perubahannya sebanding dengan perubahan konsentrasi dari larutan setelah
mengalami penambahan zat terlarutnya. Zat terlarut juga dapat mempengaruhi titik beku
suatu larutan selain jumlah partikel, (Harnanto, 2009).
Air murni pada tekanan 1 atm membeku pada temperatur 0°C. Besarnya penurunan
titik beku suatu larutan hanya ditentukan oleh jumlah partikel zat terlarut. Semakin banyak
partikel yang terdapat dalam zat terlarut maka semakin besar pula titik beku suatu larutan
(Anshory,1994).
Perubahan temperatur berbanding lurus dengan perubahan titik beku untuk
konsentrasi zat terlarut, penurunan tittik beku berkaitan dengan besarnya molalitas total
dari zat yang terlarut. Semakin besar molalitas total zat terlarut, maka semakin besar pula
penurunan titik beku larutannya. Hal ini sesuai dengan Hukum Roult (Reis,1999).
Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan, sehingga jarak
antarpartikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik menarik
antarmolekul yang sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat terlarut akan
mengakibatkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang, akibatnya untuk
dapat lebih mendekatkan jarak antarmolekul diperlukan suhu yang lebih rendah. Jadi titik
beku larutan akan lebih rendah daripada titik beku pelarut murninya. Perbedaan titik beku
akibat adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan titik beku (∆Tf). Penurunan
titik beku larutan sebanding dengan hasil kali molalitas larutan dengan tetapan penurunan
titik beku pelarut (Kf), dinyatakan dengan persamaan :
∆Tf = Kf m atau ∆Tf = Kf (n x 1000/p)………………(2)
Dimana :
∆Tf = penurunan titik beku
Kf = tetapan penurunan titik beku molal
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut
Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan penurunan
titik bekunya atau Tf = Tfo - ∆Tf (Pratiwi, 2013).
Penentuan Tf dan Tb, suhu harus mengalami perubahan (suhu tidak konstan) oleh
karena itu dipakai satuan konsentrasi molal yang tidak bergantung pada suhu. Satuan
konsentrasi molar tidak cocok dipakai karena perubuhan suhu akan mempengaruhi
keadaan volume. Harga ∆Kf dan ∆Kb merupakan tetapan yang hanya bergantung pada jenis
pelarut, setiap pelarut memiliki harga ∆Kf dan ∆Kb msing-masing diperoleh dari hasil
suatu eksperimen yaitu dengan cara mengukur Tf dan Tb dari larutan tersebut tetap; molal
dalam pelarut yang bersangkutan diatas (Bird, 1987).
BAB 3. METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Pengaduk
- Gelas beker 100 cc
- Gelas beker
- Pipet volume
3.1.2 Bahan
- Asam cuka glasial
- Aquades
- Es
- Garam
- Naftalen
- Zat x
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Persiapan

Akuades

- diisi tabung gelas E dengan campuran air, es dan garam secukupnya.


- diisi tabung D dengan air secukupnya.
- diambil pelarut sebanyak 20 ml dan dimasukan ke dalam tabung
gelas B (pelarut yang dipakai asam cuka glasial).

Hasil
3.2.2 Penentuan tetapan penurunan titik beku molal
CH3COOH
.

- dimasukkan 20 ml bahan ke dalam tabung B sambil didinginkan,


- dicatat suhu pada termometer A tiap-tiap menit. Jika suhu sudah
kelihatan tetap maka amati pelarut, sudah membeku atau belum.
- diulangi percobaan tahap A dan B sekali lagi dan tentukan titik beku
pelarut murni Tof.
- dibiarkan Pelarut mencair kembali, kemudian dimasukan naftalen
sebanyak 1 gram (Bm=128) sebagai zat pelarut.

Hasil

3.2.3 Penentuan Berat Molekul Zat X

Zat X

- ditambahkan 2 gram zat x ke dalam Larutan dari percobaan 3.2.2


- dibiarkan mencair kembali
- diamati Tf nya dan diperhitungkan Tf nya
- dihitung BM zat X
Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Penentuan Tetapan Penurunan Titik Beku Asam Cuka Glasial


a. Penentuan Titik Beku Asam Cuka (Tof).
Pengukuran Hasil
Volume asam cuka glasial 20 mL

Berat jenis asam cuka 1,049 g/mL

Titik beku asam cuka (Tof) 15 oC

b. Penentuan Titik Beku Larutan + Naftalen (Bm= 128) (Tf).

Pengukuran Hasil
Berat naftalen 1 gram

Titik beku pelarut setelah ditambah naftalren (Tf) 14,5 K

Penurunan titik beku larutan naftalen (ΔTf) 0,5 K

4.1.2 Penentuan Berat Molekul zat x (NaCl)


Pengukuran Hasil

Volume asam cuka glasial 20 mL

Berat zat X (W1) 2 gram

Titik beku pelarut setelah ditambah zat X 11oC

Penurunan titik beku larutan zat X 4K

4.1.3 Tetapan Penurunan Titik Beku Molar Pelarut (Kf) dan Berat Molekul Zat X
(Kf) larutan (asam cuka+ naftalen+ zat X) Berat Molekul Zat X
𝑔
1,34 g.K.mol-1 32,15
𝑚𝑜𝑙
4.2 Pembahasan

Titik beku adalah temperatur tetap dimana suatu zat tepat mengalami perubahan
wujud dari cair ke padat. Setiap zat yang mengalami pembekuan memiliki tekanan 1 atm.
Keberadaan partikel-partikel zat pelarut mengalami proses pengaturan molekul-molekul
dalam pembentukan susunan kristal padat, sehingga diperlukan suhu yang lebih rendah
untuk mencapai susunan kristal padat dari fasa cairnya. Hal ini lah yang menyebabkan
terjadinya penurunan titik beku suatu larutan yang keadaannya ditambahkan zat terlarut.
Faktor- faktor yang mempengaruhi kelarutan diantaranya tekanan, temperatur, dan luas
penampang. Semakin tinggi tekanan dan temperatur maka semakin cepat suatu larutan
untuk bereaksi.

Praktikum kali ini adalah Penentuan Titik Beku larutan yang mempunyai tujuan
untuk menghitung tetapan penurunan titik beku molal pelarut serta menghitung berat
molekul zat x yang tidak diketahui dengan menggunakan data-data titik beku yang
diperoleh. Hal pertama yang dilakukan adalah menyusun rangkaian alat yang berupa gelas
beaker dengan ukuran terbesar dibagian terluar, gelas beaker tersebut ditambah dengan air,
es dan garam. Garam disini berfungsi untuk membuat es yang terdapat dalam beaker tidak
cepat mencair. Didalam beaker tersebut ditambahkan beaker yang ukurannya lebih kecil.
Beaker tersebut diisi dengan air secukupnya. Didalam gelas beaker yang diisi air
dimasukkan satu lagi gelas beaker dengan CH3COOH didalamnya. CH3COOH disini
berfungsi sebagai pelarut. CH3COOH yangtelah dimasukkan didalam gelas beaker
kemudian diukur titik bekunya dengan menggunakan elektroda suhu yang disambungkan
dengan computer untuk mengukur titik bekunya setiap saat. Titik beku CH3COOH ini
adalah titik beku pelarut murni (Tof). Titik beku pada monitor diamati, jika sudah mulai
konstan dilihat keadaan dari asam asetat apakah sudah membeku atau belum. Ketika suhu
kosntan dan larutan membeku maka dicatat titik bekunya. Titik beku pelarut murni yang
diperoleh pada percobaan ini adalah 15oC. berikut adalah kurva yang didapat dari
pengukuran titik beku asam asetat.
Asam Cuka 1
35
30 y = -0.0285x + 21.653
R² = 0.4269
25
Suhu (oC)

20
15 Series1
10 Linear (Series1)
5
0
0 100 200 300 400 500
Waktu (t)

Asam Cuka 2
30

25 y = -0.0117x + 14.07
R² = 0.1095
20
Suhu (oC)

15
Series1
10
Linear (Series1)
5

0
0 100 200 300 400 500
Waktu (t)

Pengukuran dilakukan dengan dua kali pengulangan. Larutan ditunggu sampai


mencair kembali sebelum diulang. Hasil pengulangan tidak memberikan banyak perbedaan
untuk asam asetat, hanya saja seperti terlihat pada kurva di atas, percobaan pertama lebih
linear dari pengulangannya dilihat dari nilai R2.

Hal yang dilakukan selanjutnya adalah menambahkan naftalen sebagai zat terlarut
dalam asam asetat. Naftalen adalah zat non volatil yang berfungsi menurunkan energi
bebas dari pelarut sehingga kemampuan pelarut untuk berubah menjadi fase uapnya akan
menurun pula, oleh karena itu tekanan uap pelarut dalam larutan akan lebih rendah bila
dibandingkan dengan tekanan uap pelarut yang sama dalam keadaan murni. Penurunan
tekanan uap sebanding dengan penurunan titik beku. Sehingga jika tekanan uapnya turun
maka perubahan titik beku juga akan turun, begitu pun sebaliknya. Titik beku mengalami
penurunan setelah ditambahkan naftalen dapat dibuktikan melalui data yang diperoleh dari
hasil percobaan. Berikut hasil plot grafik dari asam cuka yang telah ditambah naftalen
sebanyak 1 gram.

Penambahan Naftalen 1
30

25
y = -0.0083x + 14.766
20 R² = 0.3162
Suhu (oC)

15
Series1
10
Linear (Series1)
5

0
0 100 200 300 400 500
Waktu (t)

Penambahan Naftalen 2
25

20 y = -0.0157x + 15.03
R² = 0.4455
Suhu (oC)

15

10 Series1
Linear (Series1)
5

0
0 100 200 300
Waktu (t)

Hasil plotting grafik dari penambahan naftalen juga lebih baik daripada pengukuran
asam cuka. Kurva yang dihasilkan lebih linear dan nilainya semakin turun sesuai dengan
yang ada di literatur. Penambahan naftalen juga diukur dengan pengulangan dengan
metode yang sama seperti pada pengukuran asam asetat yang sebelumnya. Pengukuran
titik beku asam aseta dan naftalen akan menghasilkan ∆Tf yang kemudian akan digunakan
untuk menghitung harga Kf. Nilai Kf yang diperoleh selanjutnya akan digunakan untuk
menghitung berat molekul zat X.

Penyebab terjadinya penurunan titik beku yaitu oleh masuknya suatu zat terlarut
atau dengan kata lain cairan tersebut menjadi tidak murni, maka akibatnya titik bekunya
berubah (berkurang). Perbedaan titik beku akibat adanya partikel-partikel zat terlarut
disebut penurunan titik beku (∆Tf). Penurunan titik beku larutan sebanding dengan hasil
kali molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut (Kf). Larutan yang
mengandung zat terlarut tak volatil dapat menurunkan titik beku pelarut. Semakin tinggi
konsentrasi zat terlarut yang ditambahkan dalam suatu larutan maka semakin besar pula
penurunan titik bekunya.

Selanjutnya, asam asetat dan naftalen tersebut dicairkan kembali untuk


digunakan dalam pengukuran berat molekul zat X. zat X yang digunakan pada praktikum
kali ini adalah NaCl Kristal. Asam asetat + naftalen yang sudah mencair ditambah dengan
NaCl sebanyak 2 gram dan dilarutkan sampai benar-benar homogen. Larutan yang sudah
homogeny kemudian ukur kembali titik bekunya seperti pada prosedur sebelumnya. Titik
beku rat-rata yang diperoleh pada zat X ini adalah 11oC. Berikut adalah grafik yang
dihasilkan dari penambahan zat X.

Penambahan Zat X 1
25

20 y = -0.0243x + 13.974
R² = 0.4183
Suhu (oC)

15

10 Series1
Linear (Series1)
5

0
0 100 200 300
Waktu (t)
Penambahan Zat X 2
30

25
y = -0.0338x + 16.546
20 R² = 0.5269
Suhu (oC)

15
Series1
10
Linear (Series1)
5

0
0 50 100 150 200 250
Waktu (t)

Harga Kf yang diperoleh pada praktikum ini jauh lebih kecil dari apa yang
disebutkan dalam teori. Teori menyebutkan bahwa harga Kf dari asam asetat adalah 3,9
sedangkan pada praktikum ini diperoleh harga Kf pertama sebesar 8,05 dan Kf kedua
adalah 9,39. Dari hasil Kf tersebut diperoleh berat molekul zat X sebesar 18,31 g/mol.
Kesalahan ini kemungkinan terjadi karena kondisi lingkungan yang kurang baik, baik itu
dari wadah tempat zat yang dimasukkan maupun dari alat yang digunakan. Selain itu,
penggunaan garam dapur, massa garam yang digunakan tidak boleh terlalu banyak dan
juga tidak terlalu sedikit, sebab akan mempengaruhi proses penurunann titik beku dan hasil
yang didapat kemungkinan kurang akurat. Namun apabila garam yag digunakaan terlalu
sedikit, penurunan titik beku tidak mencapai suhu yang akurat, dan pada larutan gula yang
di uji , pembentukkan kristal yang terjadi tidak sempurna. Oleh karena itu para pratikum di
tuntut ketelitian dan keterampulannya dalalam melakukan percobaan tersebut.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil percobaan dan pengamatan di atas yaitu :
1. Semakin banyak waktu yang diberikan maka semakin rendah titik beku yang
dihasilkan.
2. Dari perhitungan yang telah dilakukan Kf yang diperoleh adalah 8,05 dan 9,39 g/mol
K dan berat molekul zat X yang diperoleh adalah 18,31 gram/mol.

5.2 Saran

Saran untuk praktikum ini adalah agar praktikan benar-benar hati-hati dalam
melakukan praktikum dengan ketelian yang sangat baik sehingga hasil yang diperoleh akan
sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu sebelum praktikum dilakukan alat dan bahan
harus dicek terlebih dahulu agar praktikum dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. MSDS Akuades. [Serial Online].


http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924923. Diakses tanggal 20 Maret
2015.

Anonim. 2015. MSDS Asam Asetat. [Serial Online].


http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927321. Diakses 1 April 2015.

Anonim. 2014. Sodium Chlroride. [serial online].http://www.sciencelab.com/msds/php?


msdsld= 9337896. Diakses tanggal 20 September 2015.
Anonim. 2015. Naphtalene. [Serial Online]. http://www.sciencelab.com/msds-
naphtalene/). Diakses tanggal 20 september 2015.

Anshory, Irfan. 1994. Kimia. Jakarta: Erlangga.

Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Dogra SK dan S Dogra. 1894. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta: UI Press.

Harnanto, Ari. 2009. Kimia 3. Jakarta: Pusat perbukuan Pendidikan Nasional.

Jupamahu, M.S. 1980. Kimia Fisika 1. Bandung: Departemen Kimia ITB.

Petrucci, Ralph M., 1987. Kimia Dasar Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Pratiwi, Widya Anisa. 2013. http://widyaannisap.blogspot.com/2013/09/praktikum-kimia-


sifat-koligatif-larutan.html. diakses tanggal 20 September 2015.

Purba, Michael. 1987. Kimia Untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.

Reis. 1999. Sifat-sifat Gas dan Zat Cair. Jakarta: Gramedia.

Sachri, Soebandi dan Harun. 1982. Buku Tabel Ilmu Fisika dan Kimia. Bandung:
Binacipta.

Sukardjo. 2004. Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Taufik, M. 2012. http://taufik-kldp.blogspot.com/2012/10/penurunan-titik-beku-


larutan.html. diakses 20 September 2015.
Wahyuni S. 2013. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
1. PenentuantitikbekularutanAsamCukaGlasial
a. Pengulangan pertama
Diket: V asam cuka = 20 mL
Tof= 15oC
Tf = 12oC
Ditanya: a. ΔTf
b. Massa asam cuka
c. Kf
Penyelesaian:
Tof = 15oC = 288 K
Tf = 12oC = 285 K
ΔTf = Tof - Tf
= 288 K – 285 K = 3 K
𝑤𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎
𝜌𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 =
𝑉𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎
𝑤𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 = 𝜌𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 × 𝑉𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎
𝑔
𝑤𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 = 1,049 × 20 𝑚𝐿
𝑚𝐿
𝑤𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 = 20,98 𝑔𝑟𝑎𝑚
Sehingga:
𝑤𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 × 𝑀𝑟𝑛𝑎𝑓𝑡𝑎𝑙𝑒𝑛 × ∆𝑇𝑓
𝐾𝑓 =
1000 × 𝑤𝑛𝑎𝑓𝑡𝑎𝑙𝑒𝑛
𝑔
20,98 𝑔 × 128 ×3𝐾
𝐾𝑓 = 𝑚𝑜𝑙
1000 × 1 𝑔
𝑔
𝐾𝑓 = 8,05 𝐾
𝑚𝑜𝑙

b. Pengulangan kedua
Diket: V asam cuka = 20 mL
Tof= 14,5oC
Tf = 11oC
Ditanya: a. ΔTf
b. Massa asam cuka
c. Kf
Penyelesaian:
Tof= 14,5oC = 287,5 K
Tf = 11oC = 284 K
ΔTf = Tof - Tf
= 287,5 K – 284 K = 3,5 K
𝑤𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎
𝜌𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 =
𝑉𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎
𝑤𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 = 𝜌𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 × 𝑉𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎
𝑔
𝑤𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 = 1,049 × 20 𝑚𝐿
𝑚𝐿
𝑤𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 = 20,98 𝑔𝑟𝑎𝑚
Sehingga:
𝑤𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 × 𝑀𝑟𝑛𝑎𝑓𝑡𝑎𝑙𝑒𝑛 × ∆𝑇𝑓
𝐾𝑓 =
1000 × 𝑤𝑛𝑎𝑓𝑡𝑎𝑙𝑒𝑛
𝑔
20,98 𝑔 × 128 × 3,5 𝐾
𝐾𝑓 = 𝑚𝑜𝑙
1000 × 1 𝑔
𝑔
𝐾𝑓 = 9,39 𝐾
𝑚𝑜𝑙

2. Penentuan Massa Zat X


a. Pengulangan pertama
Diket :
Tofasamcuka = 288 K
TfzatX = 11 oC = 284 K
ΔTf 18,05 = Tofasamcuka – Tofzat X
= 288 K – 284K
=4K
b. Pengulangan kedua
Diket :
Tofasamcuka = 287,5 K
TfzatX = 11 oC = 284 K
ΔTf 2 = Tofasamcuka – Tofzat X
= 287,5 K – 284K = 3,5 K
∆𝑇𝑓𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∆𝑇𝑓1 + ∆𝑇𝑓2
∆𝑇𝑓𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 4 𝐾 + 3,5 𝐾
∆𝑇𝑓𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 7,5 𝐾
1000 × 𝐾𝑓 𝑤𝑧𝑎𝑡 𝑥 𝑤𝑛𝑎𝑓𝑡𝑎𝑙𝑒𝑛
∆𝑇𝑓 = × {( )+( )}
𝑤 𝑀𝑟𝑧𝑎𝑡 𝑥 𝑀𝑟𝑛𝑎𝑓𝑎𝑡𝑎𝑙𝑒𝑛
𝑔
1000 × 1,34 𝐾
7,5 𝐾 = 𝑚𝑜𝑙 × {( 2 𝑔 ) + ( 1 𝑔 )}
20,98 𝑔 𝑀𝑟𝑧𝑎𝑡 𝑥 𝑔
128
𝑚𝑜𝑙

2𝑔 1𝑔
7,5 𝐾 = 63,87 × ( + )
𝑀𝑟𝑧𝑎𝑡 𝑋 128 𝑔
𝑚𝑜𝑙

2𝑔 1𝑔
0,117 = ( + )
𝑀𝑟𝑧𝑎𝑡 𝑋 128 𝑔
𝑚𝑜𝑙
2𝑔
0,117 𝑚𝑜𝑙 − 0,0078 𝑚𝑜𝑙 =
𝑀𝑟𝑧𝑎𝑡 𝑋
2𝑔
0,1092 𝑚𝑜𝑙 =
𝑀𝑟𝑧𝑎𝑡 𝑋
2𝑔
𝑀𝑟𝑧𝑎𝑡 𝑋 =
0,1092 𝑚𝑜𝑙
𝑔
𝑀𝑟𝑧𝑎𝑡 𝑋 = 18,31
𝑚𝑜𝑙

Anda mungkin juga menyukai