1.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini diantarnya adalah:
a. Menentukan tetapan penurunan titik beku molal pelarut
b. Menentukan berat molekul zat non volatile yang tidak diketahui.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
O
H3C
OH
Gambar 2.1 Struktur Asam Asetat
2.1.3 NaCl
Natrium klorida, juga dikenal dengan garam dapur atau halit, adalah senyawa kimia
dengan rumus kimia NaCl. Senyawa ini adalah garam yang paling mempengaruhi salinitas
laut dan cairan ekstraseluler pada banyak organisme multiseluler. Massa molar 58.44
g/mol, tidak berwarna/berbentuk kristal putih, densitas 2.16 g/cm3 ,titik leleh 801°C (1074
K), titik didih 1465°C (1738 K), kelarutan dalam air 35.9 g/100 mL (25°C). Larutan ini
berbahaya pada kontak mata dan kulit. Kontak langsung dengan mata dapat ditangani
dengan membasuh mata dengan air mengalir dan mata tebuka terus menerus dalam waktu
15 menit. Pertolongan pada kontak kulit dapat segera dibasuh dengan air dingin sekurang-
kurangnya 15 menit. Pakaian atau sepatu yang terkena harus dikeluarkan dan dibersihkan
sebelum digunakan kembali. Terkena kulit segera basuh dengan air selama 15 menit
(Anonim, 2015).
2.1.4Akuades
Akuades atau air mempunyai rumus kimia H2O. Air tidak bersifat korosif, iritasi,
permeator atupun sensitif untuk mata, kulit atau menelan. Akuades juga tidak berbahaya
jika terhirup. Akuades tidak memiliki efek karsinogenik dan mutagenic. Bahan ini tidak
mudah terbakar ataupun meledak. Akuades merupakan senyawa netral yang memiliki pH
7, tidak berbau dan tidak berwarna serta tidak berasa. Air mempunyai titik didih 100oC dan
merupakan senyawa yang stabil
(Anonim, 2015). O
H H
Harga Kf dapat diperoleh dari praktikum yang dilakukan yaitu dengan mengukur
besarnya penurunan titik beku pada bagian penambahan konsentasi zat yang larut.
Penurunan titik beku tergantung pada konsentrasi dari zat terlarut didalamnya. Semakin
turun titik beku larutan banyak partikel dalam larutan maka titik bekunya semakin rendah
sehingga perubahannya sebanding dengan perubahan konsentrasi dari larutan setelah
mengalami penambahan zat terlarutnya. Zat terlarut juga dapat mempengaruhi titik beku
suatu larutan selain jumlah partikel, (Harnanto, 2009).
Air murni pada tekanan 1 atm membeku pada temperatur 0°C. Besarnya penurunan
titik beku suatu larutan hanya ditentukan oleh jumlah partikel zat terlarut. Semakin banyak
partikel yang terdapat dalam zat terlarut maka semakin besar pula titik beku suatu larutan
(Anshory,1994).
Perubahan temperatur berbanding lurus dengan perubahan titik beku untuk
konsentrasi zat terlarut, penurunan tittik beku berkaitan dengan besarnya molalitas total
dari zat yang terlarut. Semakin besar molalitas total zat terlarut, maka semakin besar pula
penurunan titik beku larutannya. Hal ini sesuai dengan Hukum Roult (Reis,1999).
Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan, sehingga jarak
antarpartikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik menarik
antarmolekul yang sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat terlarut akan
mengakibatkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang, akibatnya untuk
dapat lebih mendekatkan jarak antarmolekul diperlukan suhu yang lebih rendah. Jadi titik
beku larutan akan lebih rendah daripada titik beku pelarut murninya. Perbedaan titik beku
akibat adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan titik beku (∆Tf). Penurunan
titik beku larutan sebanding dengan hasil kali molalitas larutan dengan tetapan penurunan
titik beku pelarut (Kf), dinyatakan dengan persamaan :
∆Tf = Kf m atau ∆Tf = Kf (n x 1000/p)………………(2)
Dimana :
∆Tf = penurunan titik beku
Kf = tetapan penurunan titik beku molal
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut
Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan penurunan
titik bekunya atau Tf = Tfo - ∆Tf (Pratiwi, 2013).
Penentuan Tf dan Tb, suhu harus mengalami perubahan (suhu tidak konstan) oleh
karena itu dipakai satuan konsentrasi molal yang tidak bergantung pada suhu. Satuan
konsentrasi molar tidak cocok dipakai karena perubuhan suhu akan mempengaruhi
keadaan volume. Harga ∆Kf dan ∆Kb merupakan tetapan yang hanya bergantung pada jenis
pelarut, setiap pelarut memiliki harga ∆Kf dan ∆Kb msing-masing diperoleh dari hasil
suatu eksperimen yaitu dengan cara mengukur Tf dan Tb dari larutan tersebut tetap; molal
dalam pelarut yang bersangkutan diatas (Bird, 1987).
BAB 3. METODE PERCOBAAN
Akuades
Hasil
3.2.2 Penentuan tetapan penurunan titik beku molal
CH3COOH
.
Hasil
Zat X
4.1 Hasil
Pengukuran Hasil
Berat naftalen 1 gram
4.1.3 Tetapan Penurunan Titik Beku Molar Pelarut (Kf) dan Berat Molekul Zat X
(Kf) larutan (asam cuka+ naftalen+ zat X) Berat Molekul Zat X
𝑔
1,34 g.K.mol-1 32,15
𝑚𝑜𝑙
4.2 Pembahasan
Titik beku adalah temperatur tetap dimana suatu zat tepat mengalami perubahan
wujud dari cair ke padat. Setiap zat yang mengalami pembekuan memiliki tekanan 1 atm.
Keberadaan partikel-partikel zat pelarut mengalami proses pengaturan molekul-molekul
dalam pembentukan susunan kristal padat, sehingga diperlukan suhu yang lebih rendah
untuk mencapai susunan kristal padat dari fasa cairnya. Hal ini lah yang menyebabkan
terjadinya penurunan titik beku suatu larutan yang keadaannya ditambahkan zat terlarut.
Faktor- faktor yang mempengaruhi kelarutan diantaranya tekanan, temperatur, dan luas
penampang. Semakin tinggi tekanan dan temperatur maka semakin cepat suatu larutan
untuk bereaksi.
Praktikum kali ini adalah Penentuan Titik Beku larutan yang mempunyai tujuan
untuk menghitung tetapan penurunan titik beku molal pelarut serta menghitung berat
molekul zat x yang tidak diketahui dengan menggunakan data-data titik beku yang
diperoleh. Hal pertama yang dilakukan adalah menyusun rangkaian alat yang berupa gelas
beaker dengan ukuran terbesar dibagian terluar, gelas beaker tersebut ditambah dengan air,
es dan garam. Garam disini berfungsi untuk membuat es yang terdapat dalam beaker tidak
cepat mencair. Didalam beaker tersebut ditambahkan beaker yang ukurannya lebih kecil.
Beaker tersebut diisi dengan air secukupnya. Didalam gelas beaker yang diisi air
dimasukkan satu lagi gelas beaker dengan CH3COOH didalamnya. CH3COOH disini
berfungsi sebagai pelarut. CH3COOH yangtelah dimasukkan didalam gelas beaker
kemudian diukur titik bekunya dengan menggunakan elektroda suhu yang disambungkan
dengan computer untuk mengukur titik bekunya setiap saat. Titik beku CH3COOH ini
adalah titik beku pelarut murni (Tof). Titik beku pada monitor diamati, jika sudah mulai
konstan dilihat keadaan dari asam asetat apakah sudah membeku atau belum. Ketika suhu
kosntan dan larutan membeku maka dicatat titik bekunya. Titik beku pelarut murni yang
diperoleh pada percobaan ini adalah 15oC. berikut adalah kurva yang didapat dari
pengukuran titik beku asam asetat.
Asam Cuka 1
35
30 y = -0.0285x + 21.653
R² = 0.4269
25
Suhu (oC)
20
15 Series1
10 Linear (Series1)
5
0
0 100 200 300 400 500
Waktu (t)
Asam Cuka 2
30
25 y = -0.0117x + 14.07
R² = 0.1095
20
Suhu (oC)
15
Series1
10
Linear (Series1)
5
0
0 100 200 300 400 500
Waktu (t)
Hal yang dilakukan selanjutnya adalah menambahkan naftalen sebagai zat terlarut
dalam asam asetat. Naftalen adalah zat non volatil yang berfungsi menurunkan energi
bebas dari pelarut sehingga kemampuan pelarut untuk berubah menjadi fase uapnya akan
menurun pula, oleh karena itu tekanan uap pelarut dalam larutan akan lebih rendah bila
dibandingkan dengan tekanan uap pelarut yang sama dalam keadaan murni. Penurunan
tekanan uap sebanding dengan penurunan titik beku. Sehingga jika tekanan uapnya turun
maka perubahan titik beku juga akan turun, begitu pun sebaliknya. Titik beku mengalami
penurunan setelah ditambahkan naftalen dapat dibuktikan melalui data yang diperoleh dari
hasil percobaan. Berikut hasil plot grafik dari asam cuka yang telah ditambah naftalen
sebanyak 1 gram.
Penambahan Naftalen 1
30
25
y = -0.0083x + 14.766
20 R² = 0.3162
Suhu (oC)
15
Series1
10
Linear (Series1)
5
0
0 100 200 300 400 500
Waktu (t)
Penambahan Naftalen 2
25
20 y = -0.0157x + 15.03
R² = 0.4455
Suhu (oC)
15
10 Series1
Linear (Series1)
5
0
0 100 200 300
Waktu (t)
Hasil plotting grafik dari penambahan naftalen juga lebih baik daripada pengukuran
asam cuka. Kurva yang dihasilkan lebih linear dan nilainya semakin turun sesuai dengan
yang ada di literatur. Penambahan naftalen juga diukur dengan pengulangan dengan
metode yang sama seperti pada pengukuran asam asetat yang sebelumnya. Pengukuran
titik beku asam aseta dan naftalen akan menghasilkan ∆Tf yang kemudian akan digunakan
untuk menghitung harga Kf. Nilai Kf yang diperoleh selanjutnya akan digunakan untuk
menghitung berat molekul zat X.
Penyebab terjadinya penurunan titik beku yaitu oleh masuknya suatu zat terlarut
atau dengan kata lain cairan tersebut menjadi tidak murni, maka akibatnya titik bekunya
berubah (berkurang). Perbedaan titik beku akibat adanya partikel-partikel zat terlarut
disebut penurunan titik beku (∆Tf). Penurunan titik beku larutan sebanding dengan hasil
kali molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut (Kf). Larutan yang
mengandung zat terlarut tak volatil dapat menurunkan titik beku pelarut. Semakin tinggi
konsentrasi zat terlarut yang ditambahkan dalam suatu larutan maka semakin besar pula
penurunan titik bekunya.
Penambahan Zat X 1
25
20 y = -0.0243x + 13.974
R² = 0.4183
Suhu (oC)
15
10 Series1
Linear (Series1)
5
0
0 100 200 300
Waktu (t)
Penambahan Zat X 2
30
25
y = -0.0338x + 16.546
20 R² = 0.5269
Suhu (oC)
15
Series1
10
Linear (Series1)
5
0
0 50 100 150 200 250
Waktu (t)
Harga Kf yang diperoleh pada praktikum ini jauh lebih kecil dari apa yang
disebutkan dalam teori. Teori menyebutkan bahwa harga Kf dari asam asetat adalah 3,9
sedangkan pada praktikum ini diperoleh harga Kf pertama sebesar 8,05 dan Kf kedua
adalah 9,39. Dari hasil Kf tersebut diperoleh berat molekul zat X sebesar 18,31 g/mol.
Kesalahan ini kemungkinan terjadi karena kondisi lingkungan yang kurang baik, baik itu
dari wadah tempat zat yang dimasukkan maupun dari alat yang digunakan. Selain itu,
penggunaan garam dapur, massa garam yang digunakan tidak boleh terlalu banyak dan
juga tidak terlalu sedikit, sebab akan mempengaruhi proses penurunann titik beku dan hasil
yang didapat kemungkinan kurang akurat. Namun apabila garam yag digunakaan terlalu
sedikit, penurunan titik beku tidak mencapai suhu yang akurat, dan pada larutan gula yang
di uji , pembentukkan kristal yang terjadi tidak sempurna. Oleh karena itu para pratikum di
tuntut ketelitian dan keterampulannya dalalam melakukan percobaan tersebut.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil percobaan dan pengamatan di atas yaitu :
1. Semakin banyak waktu yang diberikan maka semakin rendah titik beku yang
dihasilkan.
2. Dari perhitungan yang telah dilakukan Kf yang diperoleh adalah 8,05 dan 9,39 g/mol
K dan berat molekul zat X yang diperoleh adalah 18,31 gram/mol.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum ini adalah agar praktikan benar-benar hati-hati dalam
melakukan praktikum dengan ketelian yang sangat baik sehingga hasil yang diperoleh akan
sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu sebelum praktikum dilakukan alat dan bahan
harus dicek terlebih dahulu agar praktikum dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Dogra SK dan S Dogra. 1894. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta: UI Press.
Petrucci, Ralph M., 1987. Kimia Dasar Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Purba, Michael. 1987. Kimia Untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
Sachri, Soebandi dan Harun. 1982. Buku Tabel Ilmu Fisika dan Kimia. Bandung:
Binacipta.
b. Pengulangan kedua
Diket: V asam cuka = 20 mL
Tof= 14,5oC
Tf = 11oC
Ditanya: a. ΔTf
b. Massa asam cuka
c. Kf
Penyelesaian:
Tof= 14,5oC = 287,5 K
Tf = 11oC = 284 K
ΔTf = Tof - Tf
= 287,5 K – 284 K = 3,5 K
𝑤𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎
𝜌𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 =
𝑉𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎
𝑤𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 = 𝜌𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 × 𝑉𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎
𝑔
𝑤𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 = 1,049 × 20 𝑚𝐿
𝑚𝐿
𝑤𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 = 20,98 𝑔𝑟𝑎𝑚
Sehingga:
𝑤𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎 × 𝑀𝑟𝑛𝑎𝑓𝑡𝑎𝑙𝑒𝑛 × ∆𝑇𝑓
𝐾𝑓 =
1000 × 𝑤𝑛𝑎𝑓𝑡𝑎𝑙𝑒𝑛
𝑔
20,98 𝑔 × 128 × 3,5 𝐾
𝐾𝑓 = 𝑚𝑜𝑙
1000 × 1 𝑔
𝑔
𝐾𝑓 = 9,39 𝐾
𝑚𝑜𝑙
2𝑔 1𝑔
7,5 𝐾 = 63,87 × ( + )
𝑀𝑟𝑧𝑎𝑡 𝑋 128 𝑔
𝑚𝑜𝑙
2𝑔 1𝑔
0,117 = ( + )
𝑀𝑟𝑧𝑎𝑡 𝑋 128 𝑔
𝑚𝑜𝑙
2𝑔
0,117 𝑚𝑜𝑙 − 0,0078 𝑚𝑜𝑙 =
𝑀𝑟𝑧𝑎𝑡 𝑋
2𝑔
0,1092 𝑚𝑜𝑙 =
𝑀𝑟𝑧𝑎𝑡 𝑋
2𝑔
𝑀𝑟𝑧𝑎𝑡 𝑋 =
0,1092 𝑚𝑜𝑙
𝑔
𝑀𝑟𝑧𝑎𝑡 𝑋 = 18,31
𝑚𝑜𝑙