Anda di halaman 1dari 4

PERCOBAAN II

KONDENSASI BENZOIN BENZALDEHID: RUTE MENUJU SINTESIS


OBAT ANTIEPILEPTIK

[Dini Nurul Janah]


[NIM: 10512077; Kelas: 01; Kelompok: VI]
dini.nuruljanah@yahoo.com

Abstrak

Percobaan yang berjudul “KONDENSASI BENZOIN BENZALDEHID: Rute Menuju Sintesis Obat
Antiepileptik” ini bertujuan untuk mensintesis senyawa dilantin melalui beberapa tahap reaksi
sintesis. Tahap sintesis pertama adalah reaksi kondensasi benzoin dari senyawa benzaldehid dengan
katalis thiamin hidroklorida (vitamin B1). Tahap selanjutnya adalah reaksi oksidasi senyawa benzoin
oleh tembaga (II) asetat membentuk senyawa bibenzoil. Tahap terakhir adalah reaksi bibenzoil
dengan urea menghasilkan senyawa 5,5-difenilhidantoin (dilantin). Dari semua tahapan reaksi
tersebut diperoleh senyawa dilantin sebanyak 0,06 g dengan rendemen sebesar 25% dan galat
ketidakmurnian titik leleh sebesar 0,34%.

Kata kunci: dilantin;obat antiepileptik; kondensasi benzoin..

Abstract

The experiment entitled "BENZOIN CONDENSATION OF BENZALDEHYDE: Synthesis Route to


Antiepileptic Drugs Synthesis" aims to synthesize dilantin compounds through several stages of the
synthesis reaction. The first stage is the synthesis of compound benzoin condensation reaction of
benzaldehyde catalyzed thiamin hydrochloride (vitamin B1). The next stage is the oxidation of
benzoin by copper (II) acetate to form bibenzoil. The last stage is the reaction between bibenzoil and
urea to produce 5,5-diphenylhidantoin compounds (Dilantin). Of all the stages of the reaction
compound was obtained as 0.06 g dilantin with a yield of 25% and a melting point of impurities error
of 0.34%.

Keywords: Dilantin; antiepileptic drugs; benzoin condensation.

1. PENDAHULUAN Reaksi kondensasi adalah reaksi dimana dua


molekul senyawa organik tergabung, dengan atau
Dilantin adalah obat antikonvulsan senyawa tanpa mengeluarkan suatu senyawa molekul [3].
turunan hidantoin yang digunakan digunakan Pada kondensasi benzoin, terbentuk ikatan karbon
terutama dalam menangani kejang parsial – karbon baru antara dua karbon karbonil dari dua
kompleks dan kejang umum. Dilantin juga senyawa benzaldehid. Reaksi ini terjadi dengan
digunakan untuk mencegah kejang setelah bedah dikatalisis vitamin B1 (thiamin hidroklorida), jika
saraf. Dilantin diyakini melindungi terhadap reagen tersebut tidak ada maka benzaldehid akan
kejang dengan cara membentuk blok tegangan bereaksi dengan ion hidroksida untuk membentuk
pada saluran tegangan natrium [1]. Selain itu, suatu tetrahedral intermediet yang menghasilkan
dilantin juga merupakan kelas antiarrithmik 1b suatu sumber hidrida yang dapat mereduksi
yang dapat digunakan untuk mengobati aritmia molekul benzaldehid lainnya menjadi turunan
jantung ketika pilihan konvensional telah gagal alkohol. Oleh karena itu kontrol pH merupakan hal
atau setelah glikosida jantung teracuni [2]. yang menentukan dalam kondensasi benzoin
Dilantin dapat disintesis melalui beberapa benzaldehid.
tahap reaksi sintesis. Sintesis dilantin diawalin
dengan reaksi kondensasi benzoin dari benzaldehid
yang diikuti dengan sintesis bibenzoil dengan
pereaksi tembaga (II). Selanjutnya dilantin
diperoleh dengan mereaksikan bibenzoil dengan
urea dengan katalis basa.
2. METODE PERCOBAAN lebih lanjut dalam penangas es hingga
terbentuk kristal. Kristal dikeringkan di
a. Kondensasi Benzoin dari udara. Kristal produk ditimbang dan
ditentukan titik lelehnya.
Benzaldehid dengan Metode
MAOS (Microwave Assisted c. Pembuatan 5,5-difenilhidantoin
Organic Synthesis) (Dilantin) dengan Metode MAOS
0,35 g Thiamin hidroklorida (vitamin Bibenzoil produk (b), urea, dan
B1) dilarutkan dalam 0,75 mL air di dalam padatan NaOH digerus bersama – sama
labu erlenmeyer 50 mL. 3 – 3,5 mL etanol dalam cawan penguapan keramik. Cawan
95% ditambahkan kedalamnya dan dimasukan ke dalam microwave reactor
didinginkan dalam wadah berisi es. Larutan MAS II SINEO. Alat diset pada iradiasi
digotyangkan dan perlahan ditambahkan selama 6 menit pada suhu 700 C dengan
0,75 mL larutan NaOH 3M dingin selama daya 500 W, dan dijalankan hingga selesai.
periode 7 – 10 menit. Kedalamnya Setelah reaksi selesai dan suhu reaktor
ditambahkan 2,21 g benzaldehid, mencapai 350 C, wadah dikeluarkan dan
digoyangkan dan pH diperiksa. Jika pH didinginkan hingga suhu kamar.
lebih rendah dari 8, larutan NaOH 3M Selanjutkan, campuran reaksi dilarutkan
ditambahkan kembali sampai pH kira – kira dalam air dan disaring. Filtratnya diasamkan
10 – 11. Labu erlenmeyer berisi campuran dengan HCl hingga terbentuk endapan (pH 1
reaksi dimasukkan ke dalam gelas kimia 400 – 2). Endapan disaring dengan penyaringan
mL berisi 50 g alumina-netral dan vakum menggunakan corong Buchner, lalu
dimasukkan ke dalam microwave reactor dilakukan rekristalisasi terhadap padatan
MAS II SINEO. Alat diset pada iradiasi tersebut dengan etanol 95%. Kristal
dengan daya 300 W, selama 3 menit dan ditimbang setelah dikeringkann di udara,
suhu 600 C, reaktor dijalankan hingga kemudian ditentukan titik lelehnya. Uji KLT
selesai. Setelah rekasi selesai dan suhu dilakukan dengan eluen etil asetat : n-
reaktor mencapai 350 C, wadah dikeluarkan hekasana (3:7).
dari reaktor dan didinginkan hingga suhu
kamar, lalu lebih lanjut didinginkan dalam
wadah berisi air es. Endapan putih 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
kekuningan produk terbentuk, dan
dikumpulkan dengan penyaringan Buchner
dan dicuci dengan 5 mL air es. Produk Reaksi yang menghasilkan ikatan karbon –
direkristalisasi dalam 95% etanol – air. karbon baru merupakan sesuatu yang sangat
Kristal murni ditimbang dan ditentukan titik berguna bagi pakar kimia organik, biokimia dan
lelehnya. ahli-ahli yang membutuhkan sintesis molekul
kimia organik yang besar dari molekul kimia
b. Sintesis Benzil (Bibenzoil) dari yang kecil. Reaksi Grignard dan reaksi
Benzoin dengan Metode MAOS kondensasi merupakan contoh bentuk
penggunaan reaksi tersebut untuk menghasilkan
Benzoin produk (a) dimasukkan ke kerangka karbon. Dua molekul suatu aldehid
dalam labu erlenmeyer 50 mL beserta aromatik jika dipanaskan dengan sejumlah
tembaga asetat monohidrat, asam asetat, dan katalitik natrium atau kalium sianida dalam
air. Labu erlenmeyer tersebut dimasukan ke larutan etanol akan bereaksi membentuk ikatan
dalam gelas kimia 400 mL berisi 50 g karbon – karbon baru antara karbon karbonilnya.
alumina-netral, lalu dimasukan ke dalam Produknya merupakan suatu α-hidroksi keton.
microwave reactor MAS II SINEO. Alat Katalis yang digunakan dalam percobaan ini
diset pada iradiasi dengan daya 500 W, adalah thiamin hidroklorida.
selama 5 menit dan suhu 700 C, dan reaktor Tiamin tersusun dari pirimidin tersubsitusi
dijalankan. Setelah reaksi selesai, wadah yang dihubungkan oleh jembatan metilen dengan
dikeluarkan dari reaktor dan segera disaring tiazol tersubsitusi. Bentuk aktif dari tiamin
menggunakan corong panas, labu dibilas adalah tiamin difosfat, di mana reaksi konversi
dengan etanol panas. Filtrat didinginkan dan tiamin menjadi tiamin difosfat tergantung oleh
disaring dengan corong Buchner, kristal enzim tiamin difosfotransferase dan ATP yang
dicuci dengan sedikit air. Apabila kristal terdapat di dalam otak dan hati. Tiamin difosfat
belum trbantuk, filtrat diupkan sanpai berfungsi sebagai koenzim dalam sejumlah
berkurang setengahnya, lalu didinginkan reaksi enzimatik dengan mengalihkan unit
kembali hingga suhu kamar dan didinginkan aldehid yang telah diaktifkan. Tiamin
hidroklorida digunakan dalam percobaan ini
untuk kondensasi benzoin, sebenarnya bisa saja
Massa Titik Leleh
digunakan ion sianida, namun sianida akan
berbahaya jika direaksikan dengan asam, akan Hasil Hasil
Tanpa Tanpa
membentuk HCN yang bersifat reaktif dan (dengan (dengan
rekristalisasi rekristalisasi
berbahaya bagi tubuh dan lingkungan. rekristalisasi rekristalisasi
benzoin benzoin
benzoin) benzoin)
Pada percobaan ini, disintesis senyawa obat
antiepileptik dilantin (5,5 – difenilhidantoin) dari Benzoin 1,23 g 4,45 g 1380-1400 C 1270-1290 C
serangkaian reaksi sintesis dari senyawa Benzil 0,3 g 0,13 g 920 – 960 C 930 – 950 C
benzaldehid. Tahap sintesis pertama adalah
reaksi kondensasi terhadap benzaldehid dengan Dilantin 0,06 g 2930-2940 C 0,14 g 2940 C
menggunakan katalis tiamin hidroklorida Tabel 1. Hasil percobaan dengan dan tanpa
(vitamin B1) untuk mendapatkan senyawa rekristalisasi benzoin
benzoin. Pada kondensasi digunakan etanol 95%
sebagai pelarut, selain itu diperlukan larutan Setelah reaksi selesai terbentuk endapan
NaOH sebagai pemberi suasana basa, hal ini benzoin berwarna putih kekuningan. Dua produk
dikarenakan pH optimum untuk reaksi ini adalah kristal benzoin dibandingkan dalam percobaan
sekitar 9-11, jika pH terlalu tinggi maka benzoin ini, antara kristal benzoin yang direkristaslisai
tidak akan terbentuk karena akan muncul reaksi dengan etanol – air dengan kristal benzoin yang
lain yaitu reaksi cannizzaro yang menghasilkan tidak direkristalisasi. Hasil dari keseluruhan
benzil alkohol dan asam benzoat. Pada saat percobaan dapat dilihat pada Tabel 1. Proses
penambahan NaOH larutan yang semula kuning rekristalisasi dilakukan agar kristal yang didapat
terang menjadi berwarna kuning pekat. Endapan akan menjadi semakin murni dan mengurangi
yang dihasilkan berwarna putih. Reaksi adanya zat pengotor yang nantinya akan
kondensasi dilakukan didalam Microwave mengganggu pada proses pengidentifikasian
Reactor MAS II SINEO dengan daya 300 W dan senyawa yang terbentuk. Kristal benzoin hasil
suhu 260 – 370 C sehingga reaksi berjalan lebih reaksi tanpa direkristalisasi dengan etanol-air
cepat dari pada direkasikan dengan pemanasan diperoleh sebanyak 4,45 g namun memiliki titik
biasa atau dengan refluks. Mekanisme reaksi leleh 1270 – 1290 C dengan galat ketidakmurnian
kondensasi benzoin dari benzaldehid adalah titik leleh sebesar 7,3%, sedangkan kristal
sebagai berikut: benzoin diperoleh setelah direkristalisasi
sebanyak 1,23 g dengan galat ketidakmurnian
titik leleh sebesar 1,45%. Meskipun rendemen
benzoin yang didapatkan tanpa rekristalisasi
lebih besar, kemurniannya lebih rendah dari pada
hasil rekristalisasi. Hal ini dapat disebabkan
masih terdapatnya senyawa lain produk samping
ataupun pereaksi tersisa di dalam kristal hasil,
sehingga kemurniannya lebih rendah.
Ketidakmurnian senyawa benzoin tersebut dapat
mempengaruhi reaksi selanjutnya.
Kristal benzoin hasil reaksi kondensasi
benzaldehid kemudian dioksidasi dengan
menggunakan oksidator tembaga (II) asetat.
Tembaga (II) merupakan oksidator yang sangat
kuat, sehingga akan mengalami reduksi menjadi
Cu+. Tembaga (II) berfungsi untuk mengoksidasi
gugus C-OH pada benzoin. Reaksi oksidasi ini
melibatkan reaksi radikal. Sama seperti reaksi
sebelumnya, reaksi oksidasi benzoin dilakukan di
dalam Microwave Reactor dengan daya 300 W
dan suhu 370 – 450 C agar reaksi berlangsung
lebih cepat sehingga produk samping yang
mungkin terbentuk lebih sedikit. Rekasi ini
berlangsung dalam suasana asam dengan
Gambar 1. Mekanisme reaksi pembentukan benzoin penambahan asam asetat. Setelah reaksi selesai
terjadi perubahan warna dari hijau menjadi biru
akibat tereduksinya Cu2+ menjadi Cu+. Hasil
reaksi segera disaring untuk memisahkannya dari
Cu+ dan pereaksi yang tersisa. Kristal benzil
berwarna putih kecoklatan terbentuk yang
diperoleh sebanyak 0,3 g. Benzil hasil oksidasi 4. KESIMPULAN
dari benzoin yang tidak direkristalisasi
sebelumnya memiliki rendemen yang lebih kecil, Pada percobaan ini telah berhasil disintesis
hal ini menunjukkan bahwa kristal benzoin yang senyawa dilantin yang memiliki manfaat sebagai
direkasikan tidak murni atau mengandung obat antiepileptik melalui 3 tahap sintesis reaksi.
senyawa lain yang mempengaruhi massa Pertama dilakukan reaksi sintesis benzoin dan
benzoin. diperoleh senyawa benzoin dengan rendemen
Kemudian reaksi terakhir dari rangkaian 19,64% dengan titik leleh 1380 C – 1400 C
reaksi sintesis dilantin adalah reaksi antara benzil dengan galat ketidakmurnian sebesar 1,45%.
dengan urea. Reaksi ini berlangsung optimum Selanjutnya dilakukan reaksi oksidasi benzoin
dalam suasana basa dengan penambahan NaOH menghasilkan bibenzoil dan diperoleh rendemen
padat. Reaksi sintesis yang terjadi merupakan sebesar 27,3% dan titik leleh 920 C – 960 C
reaksi sintesis padat yang tidak menggunakan dengan galat ketidakmurnian sebesar 1,05%.
pelarut apapun. Campuran reaksi digerus atau Akhirnya dilakukan sintesis dilantin dari
dihomogenkan untuk memperbesar kontak senyawa bibenzoil dan diperoleh dilantin dengan
reaksi. Reaksi dilakukan dalam Microwave rendemen 25% dan titik leleh 2930 C – 2940 C
reactor sama seperti reaksi sebelumnya agar dengan galat ketidakmurnian sebesar 0,34%.
reaksi berlangsung lebih cepat, karena tanpa
metode ini reaksi berlangsung selama 2 – 2,5 jam
dengan refluks yang dapat mengakibatkan UCAPAN TERIMAKASIH
terbentuknya produk samping. Reaksi
berlangsung dalam suhu microwave 320 – 530 C. Terimakasih kepada Ibu Dr. Deana
Mekanisme reaksi yang terjadi adalah sebagai Wahyuningrum, S.Si., M.Si. selaku pimpinan
berikut: praktikum mata kuliah KI2251: Senyawa Orgnaik
Polifungsi. Serta terimakasih kepada para asisten
laboratorium Kimia Organik dan teman-teman
kelompok 6 kelas 01 yang telah membantu selama
melakukan percobaan.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Rogawski MA, Löscher W. The neurobiology of
antiepileptic drugs. Nat Rev Neurosci. 2004
Jul;5(7):553-564 PubMed
[2] McEvoy, GK (2004). "AHFS drug information
2004". American Society of Health-System
Pharmacists: 2117–2120
[3] Petrucci, R.H. 1987. Kimia Dasar. Erlangga:
Jakarta

Gambar 2. Mekanisme reaksi sintesis dilantin

Hasil reaksi kemudian dilarutkan dalam air


dan diasamakan dengan HCl hingga pHnya 1-2,
hal ini berfungsi untuk mengurangi/ menurunkan
kelarutan dilantin sehingga dilantin akan
mengendap. Rendemen kristal dilantin yang
dihasilkan dari reaksi tersebut sebesar 25%, hal
ini dapat disebabkan reaksi yang terjadi tidak
sempurna sehingga tidak semua pereaksi
bereaksi membentuk dilantin. Titik leleh kristal
dilantin yang dihasilkan adalah 2930 – 2940 C
dengan galat ketidakmurnian titik lelehnya
sebesar 0,34%. Kemudian dilantin yang
dihasilkan diidentifikasi dengan KLT
menggunakan eluen etil asetat – n-heksana 3:7
dan diperoleh Rf sebesar 0,6 yang menunjukan
kepolaran senyawa dilantin kecil dan hampir
bersifat nonpolar.

Anda mungkin juga menyukai