Anda di halaman 1dari 11

ORGANISASI PERGERAKAN PADA MASA

KEPENDUDUKAN JEPANG

NAMA KELOMPOK : LILI SURYANI

URAY ARISTA WIDIYA


VANJI MUJADID
VINA KURNIATI
ZULFIKRI

KELAS : XI MIPA 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................................................2
A. Latar Belakang........................................................................................................................2
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN....................................................................................................................2
A.     Organisasi Yang Bersifat Sosial Kemasyarakatan...............................................................2
1.       Gerakan Tiga A..................................................................................................................2
2.      Pusat Tenaga Rakyat..........................................................................................................2
3.       MIAI dan Masyumi...........................................................................................................2
4.      Jawa Hokokai......................................................................................................................2
B.      Organisasi Semimiliter..........................................................................................................2
1.      Seinendan (Barisan pemuda).............................................................................................2
2.      Keibodan (Barisan Pembantu Polisi)................................................................................2
3.      Syuisyintai (Barisan Pelopor)............................................................................................2
4.      Hizbullah.............................................................................................................................2
C.     Organisasi Militer...................................................................................................................2
1.      HEIHO................................................................................................................................2
2.      PETA...................................................................................................................................2
BAB III. PENUTUP............................................................................................................................2
A. Kesimpulan..............................................................................................................................2
B. Saran.........................................................................................................................................2
C. Daftar Pustaka...........................................................................................................................2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana berkat rahmat dan karunia-
Nya, kami dapat menyesaikan penulisan Makalah “ORGANISASI PERGERAKAN PADA
MASA KEPENDUDUKAN JEPANG”  yang kami susun untuk memenuhi salah satu tugas
mata pelajaran Sejarah Indonesia.

Penulis mengakui dalam makalah ini mungkin masih banyak terjadi kekurangan sehingga
hasilnya jauh dari kesempurnaan. Penulis sangat berharap kepada semua pihak kiranya
memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun.

Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan mengenai organisasi
pergerakan pada masa kependudukan Jepang di Indonesia, dan penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Jepang menjajah Indonesia selama 3 tahun yang dimulai pada tahun 1942 dan
berakhir pada saat Indonesia merdeka. Tentara Jepang mendarat pertama kali pada tanggal 11
Januari 1942 yang diawali dengan menguasai daerah-daerah penghasil minyak, seperti
Tarakan, Balikpapan serta beberapa daerah di Kalimantan lainnya. Pada tanggal 1 Maret
1942, Jepang berhasil mendarat di tiga tempat di Jawa, yaitu di daerah Banten, Indramayu,
dan Bojonegoro. Tentara Jepang kemudian menyerbu pos tentara-tentara Belanda serta
mengalahkannya. Pada 8 Maret 1942, Belanda akhirnya menyerah tanpa syarat kepada
Jepang yang ditandai dengan ditandatanganinya Perjanjian Kalijati oleh Belanda.

Setelah Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang, Jepang mulai menyusun
strategi penjajahan untuk menguasai Indonesia. Pada awalnya, kedatangan Jepang di
Indonesia disambut baik oleh bangsa Indonesia karena Jepang dianggap telah membebaskan
penderitaaan rakyat Indonesia yang diakibatkan oleh Belanda. Selanjutnya Jepang
menerapkan sistem Pemerintahan Militer yang bersifat sementara sampai nantinya
disempurnakan dengan penambahan Pemerintahan Sipil. Selain itu, Jepang juga membentuk
organisasi sipil, serta organisasi militer dan semimiliter. 

B. Rumusan Masalah
 Apa saja organisasi bentukan Jepang di Indonesia?
 Bagaimana peran organisasi-organisasi pergerakan pada masa kependudukan
Jepang bagi kemerdekaan Indonesia?

C. Tujuan
 Mengetahui organisasi-organisasi bentukan Jepang di Indonesia
 Sebagai tambahan wawasan informasi serta menambah pengetahuan para
pembaca
 Sebagai tugas mata pelajaran Sejarah Indoneisa kelas XI semester genap.
BAB II. PEMBAHASAN
A.     Organisasi Yang Bersifat Sosial Kemasyarakatan

1. Gerakan Tiga A

Untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia, Jepang membentuksebuah


perkumpulan yang dinamakan Gerakan Tiga A (3A). Perkumpulan ini dibentuk pada tanggal
29 Maret 1942. Sesuai dengan namanya, perkumpulan ini memiliki tiga semboyan, yaitu
Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Sebagai pimpinan
Gerakan Tiga A, bagian propaganda Jepang (Sedenbu) telah menunjuk bekas tokoh Parindra
Jawa Barat yakni Mr. Syamsuddin sebagai ketua dengan dibantu beberapa tokoh lain seperti
K.Sutan Pamuncak dan Moh. Saleh.

Jepang berusaha agar perkumpulan ini menjadi wadah propaganda yang efektif. Oleh
karena itu, di berbagai daerah dibentuk komite-komite. Sejak bulan Mei 1942, perhimpunan
itu mulai diperkenalkan kepada masyarakat melalui media massa. Di dalam Gerakan Tiga A
juga dibentuk subseksi Islam yang disebut “Persiapan Persatuan Umat Islam”. Subseksi Islam
dipimpinoleh Abikusno Cokrosuyoso.

Ternyata sekalipun dengan berbagai upaya, Gerakan Tiga A ini kurang mendapat
simpati dari rakyat. Gerakan Tiga A hanya berumur beberapa bulan saja. Jepang menilai
perhimpunan itu tidak efektif. Bulan Desember 1942 Gerakan Tiga A dinyatakan gagal.

2. Pusat Tenaga Rakyat

“Gerakan Tiga A” telah gagal. Kemudian Jepang berusaha mengajak tokoh


pergerakan nasional untuk melakukan kerjasama. Jepang kemudian mendirikan organisasi
pemuda, Pemuda Asia Raya di bawah pimpinan Sukardjo Wiryopranoto. Organisasi itu juga
tidak mendapat sambutan rakyat. Jepang kemudian membubarkan organisasi itu.

Dukungan rakyat terhadap Jepang memang tidak seperti awal kedatangannya. Hal ini
sangat mungkin juga karena sikap dan tindakan Jepang yang berubah. Seperti telah
disinggung di depan, Jepang mulai melarang pengibaran bendera Merah Putih dan yang boleh
dikibarkan hanya bendera Hinomaru serta mengganti Lagu Indonesia Raya dengan lagu
Kimigayo. Jepang mulai membiasakan mengganti kata-kata banzai (selamat datang) dengan
bakero (bodoh). Masyarakat mulai tidak simpati terhadap Jepang.“Saudara tua” tidak seperti
yang mereka janjikan.

Sementara perkembangan Perang Asia Timur Raya mulai tidak menggembirakan.


Kekalahan Jepang di berbagai medan pertempuran telah menimbulkan rasa tidak percaya dari
rakyat. Oleh karena itu, Jepang harus segera memulihkan keadaan. Jepang harus dapat
bekerja sama dengan tokoh-tokoh nasionalis terkemuka, antara lain Sukarno dan Moh. Hatta.
Karena Sukarno masih ditahan di Padang oleh pemerintah Hindia Belanda, maka segera
dibebaskan oleh Jepang. Tanggal 9 Juli 1942 Sukarno sudah berada di Jakarta dan bergabung
dengan Moh. Hatta.

3. MIAI dan Masyumi


      
Berbeda dengan pemerintah Hindia Belanda yang cenderung anti terhadap umat
Islam, Jepang lebih ingin bersahabat dengan umat Islam di Indonesia. Jepang sangat
memerlukan kekuatan umat Islam untuk membantu melawan Sekutu. Oleh karena itu, sebuah
organisasi Islam MIAI yang cukup berpengaruh yang dibekukan oleh pemerintah kolonial
Belanda, mulai dihidupkan kembali oleh pemerintah pendudukan Jepang.Tepat pada tanggal
4 September 1942 MIAI diizinkan aktif kembali. Dengan demikian diharapkan MIAI segera
dapat digerakkan sehingga umat Islam di Indonesia dapat dimobilisasi untuk keperluan
perang.

Dengan diaktifkannya kembali MIAI, maka MIAI menjadi organisasi pergerakan


yang cukup penting di zaman pendudukan Jepang. MIAI menjadi tempat bersilaturakhim,
menjadi wadah tempat berdialog, dan bermusyawarah untuk membahas berbagai hal yang
menyangkut kehidupan umat, dan tentu saja bersinggungan dengan perjuangan. MIAI
senantiasa menjadi organisasi pergerakan yang cukup diperhitungkan dalam perjuangan
membangun kesatuan dan kesejahteraan umat. Semboyan yang terkenal adalah “berpegang
teguhlah kamu sekalian pada tali Allah dan janganlah berpecah belah”.Dengan demikian pada
masa pendudukan Jepang, MIAI berkembang baik.Kantor pusatnya semula di Surabaya
kemudian pindah ke Jakarta.
Adapun tugas dan tujuan MIAI waktu itu adalah:
1. Menempatkan umat Islam pada kedudukan yang layak dalam masyarakat Indonesia.
2. Mengharmoniskan Islam dengan tuntutan perkembangan zaman.
3. Ikut membantu Jepang dalam Perang AsiaTimur Raya
Untuk merealisasikan tujuan dan melaksanakan tugas itu, MIAI membuat program yang lebih
menitikberatkan pada program-program yang bersifat sosio-religius.Secara khusus program-
program itu akan diwujudkan melalui rencana:
1. Pembangunan masjid Agung di Jakarta.
2. Mendirikan universitas.
3. Membentuk baitulmal.
Tetapi ketiga program ini yang mendapatkan lampu hijau dari Jepang hanya program yang
ketiga.

4. Jawa Hokokai

Tahun 1944, situasi Perang Asia Timur Raya mulai berbalik, tentara Sekutu dapat
mengalahkan tentara Jepang di berbagai tempat. Hal ini menyebabkan kedudukan Jepang di
Indonesia semakin mengkhawatirkan. Oleh karena itu, Panglima Tentara ke-16, Jenderal
Kumaikici Harada membentuk organisasi baru yang diberinama Jawa Hokokai (Himpunan
Kebaktian Jawa). Untuk menghadapi situasi perang tersebut, Jepang membutuhkan persatuan
dan semangat segenap rakyat baik lahir maupun batin. Rakyat diharapkan memberikan darma
baktinya terhadap pemerintah demi kemenangan perang. Kebaktian yang dimaksud memuat
tiga hal:
1. mengorbankan diri,
2. mempertebal persaudaraan,
3. melaksanakan suatu tindakan dengan bukti.
Susunan dan kepemimpinan organisasi Jawa Hokokai berbeda dengan Putera. Jawa Hokokai
benar-benar organisasi resmi pemerintah. Oleh karena itu, pimpinan pusat Jawa Hokokai
sampai pimpinan daerahnya langsung dipegang oleh orang Jepang. Pimpinan pusat dipegang
oleh Gunseikan, sedangkan penasihatnya adalah Ir. Sukarno dan Hasyim Asy’ari.
Di tingkat daerah (syu/shu) dipimpin oleh Syucokan/Shucokandan seterusnya sampai daerah
ku oleh Kuco, bahkan sampai gumi di bawah pimpinan Gumico. Dengan demikian,Jawa
Hokokai memiliki alat organisasi sampai ke desa-desa, dukuh,bahkan sampai tingkat rukun
tetangga (Gumi atau Tonari Gumi). Tonari Gumi dibentuk untuk mengorganisasikan seluruh
penduduk dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas 10 - 20 keluarga. Para kepala desa dan
kepala dukuh atau ketua RT bertanggung jawab atas kelompok masing-masing. Adapun
program-program kegiatan Jawa Hokokai antara lain sebagai berikut:

 Melaksanakan segala tindakan dengan nyata dan ikhlas demi pemerintah Jepang.
 Memimpin rakyat untuk mengembangkan tenaganya berdasarkan semangat
persaudaraan.
 Memperkokoh pembelaan tanah air.

B.      Organisasi Semimiliter

1.      Seinendan (Barisan pemuda)


 
Seinendan merupakan organisasi pemuda yang dibentuk pada tanggal 29 April 1943,
tepat pada hari ulang tahun Kaisar Jepang. Seinendan merupakan organisasi kepemudaan
yang bersifat semimiliter. Organisasi tersebut langsung berada di bawah pimpinan gunseikan.
Tujuan pembentukan organisasi tersebut adalah untuk mendidik dan melatih pemuda agar
dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. Namun,
sebenarnya maksud tersembunyi pembentukan organisasi tersebut adalah untuk mendapatkan
tenaga cadangan sebanyak-banyaknya yang diperlukan bagi kemenangan perang Jepang.
Pada awalnya, Seinendan beranggotakan pemuda-pemuda Asia yang berusaia antara 15-25
tahun. Namun, usia anggotanya kemudian diubah menjadi 14-22 tahun. Pada awalnya
anggota Seinendan sebanyak 3.500 orang yang berasal dari seluruh Jawa. Jumlah tersebut
berkembang menjadi 500.000 orang pemuda pada akhir masa pendudukan Jepang.
2.      Keibodan (Barisan Pembantu Polisi)
Keibodan juga merupakan organisasi pemuda yang dibentuk bersamaan dengan
pembentukan Seinendan. Berbeda dengan Seinendan, dalam pembentukan Keibodan tersebut
tampak bahwa pemerintah pendudukan Jepang berusaha agar tidak terpengaruh oleh
golongan nasionalis. Bahkan kaum nasionalis pada tingkat bawah pun tidak mempunyai
hubungan dengan Keibodan, karena badan ini langsung ditempatkan di bawah pengawasan
polisi. Selain Jawa, kedua badan tersebut juga dibentuk di Sumatra dan daerah-daerah yang
berada di bawah kekuasaan angkatan laut. Di Sumatra, Keibodan dikenal dengan nama
Bogodan. Di Kalimantan terdapat badan serupa yang disebut Borneo Konan Hokokudan.
Selain golongan pemuda, juga dilakukan pengorganisasian kaum wanita. Pada bulan Agustus
1943 dibentuk Fujinkai (himpunan wanita). Usia minimum dari anggota Fujinkai adalah 15
tahun. Wanita-wanita tersebut juga diberikan latihan-latihan militer.

3.      Syuisyintai (Barisan Pelopor)


Barisan Pelopor dibentuk pada tanggal 1 November 1944. Organisasi semimiliter ini
dibentuk sebagai hasil keputusan sidang ketiga dari Chuo Sangi In (Dewan Pertimbangan
Pusat. Barisan Pelopor dipimpin oleh Ir. Soekarno. Sedangkan wakilnya yaitu R.P. Suroso,
Otto Iskandardinata dan dr. Buntaran Martoatmojo. Tokoh nasionalis yang duduk dalam
Barisan Pelopor berusaha memanfaatkan kesempatan itu sebaik-baiknya untuk menanamkan
semangat nasionalisme di kalangan para pemuda. Para pemuda dikerahkan untuk
mendengarkan pidato para tokoh nasionalis. Di dalam pidatonya, para tokoh nasionalis selalu
menyelipkan kata-kata untuk membangkitkan semangat cinta tanah air di kalangan para
pemuda.

4.      Hizbullah
Pada tanggal 15 Desember 1944 berdiri pasukan sukarelawan pemuda Islam yang
dinamakan Hizbullah (tentara Allah) yang dalam istilah Jepangnya disebut Kaikyo Seinen
Teishintai. Hizbullah mempunyai tugas pkok, yaitu sebagai berikut :
 Sebagai tentara cadangan dengan tugas dan program, antara lain : melatih diri, jasmani
maupun rohani dengan segiat-giatnya.; membantu tentara Dai Nippon; menjaga bahaya
udara dan mengintai mata-mata musuh; menggiatkan dan menguatkan usaha-usaha untuk
kepentingan perang.
 Sebagai pemuda Islam dengan tugas dan program, antara lain : menyiarkan agama Islam,
memimpin umat Islam agar taat menjalankan agama Islam, dan membela agama dan umat
Islam Indonesia.

C.     Organisasi Militer
1.      HEIHO

Heiho (Pasukan Pembantu Prajurit Jepang) adalah organisasi yang beranggotakan prajurit
Indonesia untuk melaksanakan pertahanan militer, baik di Angkatan Darat maupun di
Angkatan Laut.
Heiho dibentuk berdasarkan instruksi bagian Angkatan Darat Markas Besar Umum
Kerajaan jepang pada tanggal 2 September 1942 yang kemudian pada bulan April 1945
menjadi cikal bakal organisasi ini.
Tujuan didirikannya Heiho yakni sebagai pembantu kesatuan angkatan perang dan
dimasukkan sebagai bagian dari tentara Jepang.
Adapun kegiatannya yaitu :
 Membangun pertahanan.
 Menjaga kamp pertahanan.
 Membantu tentara Jepang dalam peperangan.

Organisasi ini memang dikhususkan untuk bidang kemiliteran sehingga jauh lebih terlatih
dibanding organisasi-organisasi lainnya. Heiho sendiri juga dibagi menjadi beberapa bagian,
baik di angkatan darat, angkatan laut maupun bagian kepolisian.
Heiho juga memanfaatkan pasukannya sebagai tenaga kasar yang dibutuhkan dalam
peperangan, contohnya memelihara berbagai senjata perang dan memindahkan senjata dan
peluru dari gudang ke atas truk.

Untuk menjadi anggota Heiho tidaklah mudah, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.
Syarat-syarat tersebut antara lain yaitu :
 Berusia antara 18 sampai 25 tahun.
 Berbadan sehat baik jasmani maupun rohani.
 Berkelakuan dan berkepribadian baik
 Berpendidikan minimal sekolah dasar.
Jumlah anggota Heiho mencapai sekitar 42.000 orang (sejak berdiri hingga akhir masa
pendudukan Jepang). Dari total tersebut, 25.000 orang diantaranya adalah penduduk dari
Jawa. Namun begitu, tidak ada seorang pun yang berpangkat pejabat (perwira), karena
pangkat pejabat hanya untuk orang-orang Jepang saja.

2.      PETA 
   
PETA (Pembela Tanah Air) adalah organisasi militer yang dibentuk Jepang dengan
tujuan menambah kesatuan tentara guna memperkuat organisasi sebelumnya, yaitu Heiho.
Walaupun Jepang semakin terdesak karena perang melawan Sekutu, Jepang tetap berusaha
mempertahankan Indonesia dari serangan sekutu. Karena Heiho dipandang belum memadai,
maka dibentuklah suatu organisasi militer yang dinamai PETA (Pembela Tanah Air). 

PETA didirikan secara resmi pada tanggal 3 Oktober 1943 atas usulan dari Gatot
Mangkupraja kepada Letnan Jenderal Kumakici Harada (Panglima Tentara Jepang ke-16).
Pembentukan PETA ini didasarkan pada peraturan pemerintah Jepang yang disebut dengan
Osamu Seinendan nomor 44.
Banyak pemuda-pemuda yang tergabung dalam Seinendan mendaftarkan diri menjadi
anggota PETA. Anggota PETA yang bergabung berasal dari berbagai elemen masyarakat.
Karena kedudukannya yang bebas (fleksibel) dalam struktur organisasi Jepang, PETA
diperbolehkan untuk melakukan perpangkatan sehingga ada orang Indonesia yang menjadi
seorang perwira.

Hal ini menyebabkan masyarakat tertarik pada organisasi ini dan kemudian bergabung
menjadi anggota PETA. Hingga akhir masa pendudukan Jepang di Indonesia, jumlah anggota
PETA berkisar 37.000 orang di Jawa dan 20.000 orang di Sumatera. Di Sumatera, organisasi
ini lebih dikenal dengan Giyugun (prajurit sukarela). 

Orang-orang PETA ini menghasilkan pemimpin-pemimpin yang berkualitas dari


Indonesia, terutama di bidang kemiliteran. Pada masa-masa selanjutnya, para pemimpin
tersebut mampu membawa perubahan terhadap kondisi tanah air Indonesia.

Adapun tokoh-tokoh PETA yang terkenal dan membawa pengaruh besar diantaranya
yaitu, Jenderal Sudirman, Jenderal Gatot Subroto, Supriyadi dan Jenderal Ahmad Yani.

 Perbedaan Antara HEIHO dengan PETA


HEIHO

1.    Organisasi Heiho secara resmi ditempatkan pada struktur organisasi tentara Jepang, baik
Angkatan Darat maupun Angkatan Laut.
2.    Heiho bertugas untuk mengumpulkan pajak dari rakyat.
3.    Didirikannya Heiho bertujuan untuk membantu tentara Jepang berperang melawan Sekutu.
4.    Tidak ada orang Indonesia yang berpangkat perwira dalam Heiho, karena pangkat perwira
hanya untuk orang Jepang (tidak diperbolehkan jadi perwira).

PETA

1.    Organisasi PETA tidak secara resmi ditempatkan pada struktur organisasi tentara Jepang,
namun langsung di bawah pemerintahan Jepang.
2.    Organisasi PETA bertugas sebagai mata-mata Jepang, baik itu dalam membela atau
mempertahankan tanah air Indonesia dari serangan Sekutu.
3.    Organisasi PETA bertujuan untuk membantu tentara Jepang berperang melawan
Sekutu (samadengan Heiho).
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan

Banyak organisasi pergerakan pada masa kependudukan Jepang di Indonesia, baik yang
bersifat sosial kemasyarakatan, semimiliter, dan militer. Organisasi tersebut banyak
memberikan dampak positif dalam kemerdekaan Indonesia, baik dalam pelatihan militer,
pengurusan organisasi, dll.

Jepang menyadari perlunya bantuan pemduduk setempat dalam rangka mempertahankan


kedudukannya dikawasn Asia. Pada bulan april 1943, pemerintahan militer Jeapang secara
inisiatif  mulai mengorganisir barisan pemuda. Barisan pemuda ini berciri semi militer
maupun militer. Tujuan Jepang adalah untu mendidik dan melatih para pemuda agar mampu
mempertahankan tanah air Indonesia dari serangan pasukan sekutu. Berbagai barisan pemuda
yang berbentuk semi militer antara laian Seinendan, Fujinkai, dan Keibodan.

B. Saran

Menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

C. Daftar Pustaka

 http://historydahulu.blogspot.com/
 http://habibhp.blogspot.com/2016/11/contoh-makalah-masa-pendudukan-
jepang.html
 https://kelom6mediapembelajaran.wordpress.com/2017/03/29/makalah-
masa-pendudukan-jepang-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai