Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK

Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan


Dosen Pengampu : Erwin Nurdiansyah

CARA PANDANG LOKAL DALAM KONTEKS WAWASAN


KEBANGSAAN DAN INTEGRASI NASIONAL

Disusun Oleh :
Kelompok V

Ulil Inaya (19081014035)


Andi Saenab (190810140)
Syamsiah (190810140)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI ( FKIP PG-PAUD )
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu.

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan penyusun kemudahan


sehingga dapat menyelesaikan makalah “PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN” . Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak
akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawatb dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang


wawasan pembaca khususnya mahasiswa yang mengikuti mata kuliah
“pendidikanb kewarganegaraan”.

Dalam proses pendalaman materi ini, penyusun mengucapkan terima


kasih kepada Dosen dan rekan-rekan mahasiswayang telah mendukung penyusun.
Penyusun sadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan, maka
dari itu penyusun membutuhkan kritik dan saran yang membangun.

Demikian makalah ini penyusun buat semoga bermanfaat.

Makassar, 11 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan............................................................................. 2

BAB II
PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
A. Wawasan Lokal dan Wawasan Nasional ........................................... 3
B. Wawasan Nusantara .......................................................................... 8

BAB III
PENUTUP ............................................................................................................ 20
A. Kesimpulan ......................................................................................... 20
B. Saran ................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Wawasan kebangsaan dan integrasi nasional merupakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan. Dia adalah ibarat ‘kepingan mata uang’ yang selalu menyatu dan saling
menentukan kadar atau nilainya dalam pasar. Oleh karena itu, terbentuknya integrasi
nasional yang kokoh akan banyak ditentukan oleh pengetahuan dan wawasan
kebangsaan. Dengan kata lain, semakin kuat wawasan kebangsaan yang dimiliki oleh
suatu bangsa akan semakin mantap pulalah integrasi nasionalnya. Dengan demikian,
wawasan kebangsaan dan integrasi nasional adalah ‘kata kunci’ untuk membina dan
mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa.
Dalam kaitan itu, ada beberapa factor yang perlu diperhatikan untuk membangun
wawasan kebangsaan Indonesia yang ‘solid’ dan integrasi nasional yang mantap serta
kokoh. Pertama, kemampuan dan kesadaran bangsa dalam mengelola perbedaan –
perbedaan suku, agama, ras dan antargolongan serta keanekaragaman budaya dan adat
– istiadat yang tumbuh dan berkembang di wilayah nusantara. Perbedaan – perbedaan
itu bukanlah sebagai suatu hal yang harus dipertentangkan, akan tetapi harus diartikan
sebagai kekayaan dan potensi bangsa. Kedua, kemampuan mereaksi penyebaran
ideology asing, dominasi ekonomi asing serta penyebaran globalisasi dalam berbagai
aspeknya. Dunia memang selalu berubah seirama dengan perubahan masyarakat dunia.
Bersamaan dengan itu, ideology dunia juga merambah ke kawasan global yang siap
menyebarkan ‘virus’perubahannya ke seluruh penjuru dunia yang meliputi seluruh
aspek kehidupan. Dalam kaitan ini, perwujudan wawasan kebangsaan dan integrasi
nasional, terkadang sering goyah akibat tuntutan dunia yang tidak kenal batas itu.
Persoalan yang perlu dicermati, bagaimana suatu bangsa mampu membangun wawasan
nasional dan integrasi nasional dengan mantap dan kokoh sebagai modal dalam
membangun sebuah ‘pendirian’ ketika isu – isu global itu mulai ditawarkan. Sebagai
warga dunia setiap warga Negara dan bangsa hendaknya mampu berpikir kritis terhadap
kemajuan dunia, agar mereka selalu memilikiworld view (pandangan dunia) secara
mantap dan tidak ketinggalan oleh kemajuan bangsa – bangsa lain. Namun demikian
perspektif global juga tidak lepas dengan sebuah paradoks, yang kadang bisa
membingungkan masyarakat dunia. Dalam rangka ini, kematangan pendirian sebuah
bangsa menjadi penting, karena dengan itu, suatu bangsa mampu melakukan pilihan –
pilihan secara rasional (rational choices) terhadap apa yang sedang muncul sebagai
‘gebyar zaman’ (dunia). Posisi lokal hendaknya juga perlu diperhatikan dalam
menentukan pendirian bangsa Indonesia atas semangat kebangsaannya. Abad ke-21,
millennium baru yan bercirikan liberalisasi dan perdangan serta mendewa – dewakan
budaya global itu, bisa melanda bangsa – bangsa yang melewah wawasan
kebangsaannya. Itulah sebabnya, mantra abad baru sebagaimana dikemukakan oleh
John Neisbiett (1994) yang berbunyi “berpikirlah lokal, bertindaklah global” (think
lokally, act globally), menjadi penting diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara Indonesia. Mantra itu, sebagai kebalikan dari prase lama, yaitu “berpikirlah
global, bertindaklah lokal” (thik globally, act lokally). Sebab, menurutnya, pola ‘berpikir
lokal, bertindak global’, hanya bisa dilakukan oleh bangsa yang kuat semangat
kebangsaannya. Sebagai ilustrasi, misalnya Jepang, dengan budaya yang paling
homogeny itu, telah bekerja luar biasa baiknya dalam berpikir secara lokal dan bertindak
secara global selama bertahun – tahun. Ketiga, membangun system politik dan
pemerintahan yang sesuai dengan ideology nasional (Pancasila) dan konstitusi UUD
1945. Keempat, menyelenggarakan ‘proyek budaya’ dengan cara melakukan
pemahaman dan sosialisasi terhadap symbol – symbol identitas nasional, misalnya:
Bahasa Indonesia, lagu Indonesia Raya, bendera Merah Putih dan Garuda Pancasila
sebagai lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Persoalannya sekarang, integrasi nasional yang seperti apa yang hendak kita
kembangkan di Indonesia, yang masyarakatnya bersifat majemuk (pluralistis) itu?
Beranalog dengan konsep wawasan kebangsaan tadi, integrasi nasional hendaknya juga
diartikan bukan sebagai benda akan tetapi harus diartikan sebagai ‘semangat’ untuk
melakukan penyatuan terhadap unsur – unsur dan potensi masyarakat Indonesia yang
beranekaragam. Dengan demikian, integrasi nasional di Indonesia, bukanlah sebuah
‘peleburan’ yang sifatnya ‘unifikatif’, akan tetapi lebih tepat disebut dengan integrasi
nasional yang bersifat ‘diversifikatif’ (pembedaan). Dengan cara itu, perbedaan tetap
diakui karena masyarakat akan bebas berekspresi selaras dengan aspirasi dan way of
lifeyang diangkat dari nilai – nilai moral yang bersumber dari budaya daerah setempat
(lokal). Disamping itu, integrasi nasional yang diversifikatif lebih tampak demokratis, dari
pada integrasi nasional yang unifikatif yang justru mengarah pada perkosaan HAM dan
memungkiri realitas perbedaan. Integrasi nasional yang diversifikatif lebih sesuai dengan
semboyan bangsa kita dalam lambang Negara Garuda Pancasila, yaitu “Bhinneka
Tunggal Ika”,yang artinya yang berbeda – beda itu pada hakikatnya adalah satu

B. RUMUSAN MASALAH

2.      Apa yang dimaksud Wawasan Lokal dan Wawasan Nasional?


2. Apa yang dimaksud dengan wawasan nusantara?

3. Bagaimana tujuan dan fungsi wawasan nusantara?

4. Apa saja sasaran implementasi wawasan nusantara?

5. Apa saja unsur-unsur dasar wawasan nusantara?

6. Bagaimana bentuk penerapan wawasan nusantara di Indonesia?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
BAB II

PEMBAHASAN

A. WAWASAN LOKAL DAN WAWASAN NASIONAL

Wawasan lokal pada dasarnya menjadi cara pandang suatu bangsa yang di dalamnya
menampakkan bagaimana suatu bangsa itu melakukan dialogis dengan kondisi geografis
dan social budayanya. Wawasan nasional, juga diartikan sebagai cara pandang nasional
yang merupakan salah satu gagasan falsafah hidup bangsa yang berisikan dorongan –
dorongan (motives) dan rangsangan (drives) di dalam merealisasikan dan mencapai
aspirasi serta tujuan nasionalnya.

Bangsa Indonesia telah memiliki wawasan nasional tersebut, yaitu wawasan


‘nusantara’. Wawasan itu, tidak saja berlatar filosofis dan normative, akan tetapi juga
sekaligus sebagai analisis kajian empiric terhadap segala sesuatu yang menjadi realitas
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, wawasan nusantara (sebagai wawasan nasional)
hendaknya diposisikan dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia,
yaitu sebagai cara pandang bangsa, aspek kewilayahan, dan wawasan pembangunan
nasional. Implementasinya tidak saja sebagai pola piker yang didasarkan pada tata
budaya dan tata krama nasional, akan tetapi juga dalam tata hokum nasional yang
mencakup ke seluruh aspek kehidupan bangsa (ipoleksosbudhankam).

Namun demikian, dalam tatanan lokal (daerah) bangsa Indonesia memiliki apa yang
disebut dengan ‘wawasan lokal’. Hal itu disebabkan bangsa Indonesia yang terdiri atas
berbagai suku bangsa, yang memeluk agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa yang berbeda – beda, berbicara dalam bahasa daerah yang berbeda – beda,
memiliki adat – kebiasaan (budaya daerah) yang berbeda – beda pula.

Wawasan lokal dirasakan sangat perlu bagi kehidupan masyarakat di daerah karena
dapat digunakan dalam sebuah masyarakat dan geografis yang berbeda – beda. Ini
adalah sebuah realitas yang tidak dapat dipungkiri serta sebuah kenyataan yang
memungkinkan tumbuh dan berkembangnya wawasan lokal dan menuju ke wawasan
nasional.

Berkaitan dengan dua wawasan tersebut, hubungan wawasan nasional (wawasan


nusantara) dengan wawasan lokal hendaknya tidak kita maknai sebagai sesuatu yang
kontradiktif. Sebab, antara keduanya selalu memiliki hubungan yang erat dan tak
terpisahkan. Munculnya keanekaragaman wawasan lokal jangan sampai sebagai sebab
timbulnya perpecahan (disintegrasi) bangsa. Persoalannya sekarang, bagaimanakah
eksistensi wawasan nasional itu, jika dikaitkan dengan keberadaan ‘wawasan lokal’ yang
melekat dalam kehidupan bangsa Indonesia yang serba majemuk (pluralistis) ini?

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia, keberadaan wawasan


nasional pada dasarnya digunakan sebagai ‘jembatan’ penghubung dan pemersatu bagi
wawasan lokal yang terdapat di setiap daerah atau geografis nusantara. Jadi, wawasan
lokal pada dasarnya boleh berbeda dengan wawasan nasional, namun harus ada
jembatan yang menghubungkan kedua wawasan tersebut. Selanjutnya, wawasan lokal
tidak boleh bertentangan dengan wawasan nasional, dalam arti tidak boleh keluar dari
konteks wawasan nasional. Keberbedaan wawasan lokal dengan wawasan nasional,
harus diartikan sebagai variasi dan kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang
diangkat dari keanekaragaman budaya yang ada. Dengan demikian, munculnya
wawasan nasional merupakan resultante (hasil) interaksi dari wawasan lokal yang
beranekaragam.

Konsekuensinya, perumusan kebijaksanaan nasional harus selalu memperhatikan


aspirasi yang berkembang dalam kehidupan masyarakat lokal. Ragam kehidupan yang
terjadi dalam sifat kemajemukan bangsa Indonesia, hendaknya patut ditangkap dan
dimaknai secara kritis bahwa mereka saling memiliki ‘keunggulan’ di antara yang lain.
Keunggulan inilah yang harus dijadikan sebagai wacana Negara (pemerintah) atau juga
suku – suku bangsa di lingkungan wilayah Negara itu agar Negara atau suku bangsa
tersebut itu sama – sama merasa memiliki nilai lebih dalam suasana kehidupan
kebersamaan dan kekeluargaan. Kebijakan Negara tidak bisa hanya ditujukan kepada
sebagian wilayah dan masyarakat tertentu saja. Selain itu, kebijakan pemerintah kiranya
juga tidak benar jika diupayakan untuk ‘melebur’ berbagai perbedaan lokal menjadi
wacana nasional yang bersifat ‘unifikatif’. Apabila hal itu dilaksanakan oleh Negara
(pemerintah), sama halnya pemerintah (Negara) tidak menghormati aspirasi yang
berkembang pada tingkat masyarakat lokal. Lebih parah lagi, ini menengarai munculnya
suatu kebijakan yang tidak mendasarkan diri pada prinsip demokrasi dan keadilan, atau
bahkan menunjukkan tidak adanya keberadaan (civilizing) Negara.

B. WAWASAN NUSANTARA
1. Pengertian wawasan nusantara

Wawasan nusantara berasal dari dua kata yaitu “wawasan” dan


“nusantara. Secara harfiah kata wawasan berarti pandangan,
penglihatan, tinjauan atau tanggap inderawi. Sementara itu, kata
nusantara merupakan suatu kesatuan wilayah perairan dan
gugusan pulau-pulau Indonesia yang terletak dinatara Samudera
Pasifik dan Samudera Indonesia serta antara Benua Asia dan
Australia.
Demikian wawasan nusantara bisa diartikan sebagai cara pandang
bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya sesuai dengan
ide nasional yang dilandasi Pancasila dan UUD 1945.
Yang merupakan hasil aspirasi bangsa Indonesia yang merdeka,
bermartabat, dan berdaulat serta tetap menjiwai tata hidup dan
tindakan kebijaksanaannya dalam mencapai tujuan nasional.

2. Tujuan dan fungsi


K

Fungsi Wawasan Nusantara

 Wawasan nusantara sebagai konsepsi ketahanan nasional, yaitu


wawasan nusantara dijadikan konsep dalam pembangunan nasional,
pertahanan keamanan, dan kewilayahan.
 Wawasan nusantara sebagai wawasan pembangunan mempunyai
cakupan kesatuan politik, kesatuan ekonomi, kesatuan sosial dan
ekonomi, kesatuan sosial dan politik, dan kesatuan pertahanan dan
keamanan.
 Wawasan nusantara sebagai wawasan pertahanan dan keamanan
negara merupakan pandangan geopolitik Indonesia dalam lingkup tanah
air Indonesia sebagai satu kesatuan yang meliputi seluruh wilayah dan
segenap kekuatan negara.
 Wawasan nusantara sebagai wawasan kewilayahan, sehingga berfungsi
dalam pembatasan negara, agar tidak terjadi sengketa dengan negara
tetangga.[4] Batasan dan tantangan negara Republik Indonesia adalah:

Tujuan wawasan nusantara terdiri dari dua, yaitu:


1. Tujuan nasional, dapat dilihat dalam Pembukaan UUD 1945, dijelaskan
bahwa tujuan kemerdekaan Indonesia adalah “untuk melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darahIndonesia dan untuk
mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan
perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
2. Tujuan ke dalam adalah mewujudkan kesatuan segenap aspek
kehidupan baik alamiah maupun sosial, maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan bangsa Indonesia adalah menjunjung tinggi kepentingan
nasional, serta kepentingan kawasan untuk menyelenggarakan dan
membina kesejahteraan, kedamaian dan budi luhur serta martabat
manusia di seluruh dunia.

3. Implementasi
J

Penerapan wawasan nusantara harus tercermin dalam pola pikir,


bersikap, hingga perbuatan. Pada dasarnya penerapan wawasan
nusantara bisa lakukan dalam berbagai kehidupan bermasyarakat
dan bernegara baik di bidang sosial, budaya, politik, maupun
ekonomi.
1. BIDANG SOSIAL BUDAYA
Yaitu menciptakan laku batiniyah maupun lahiriyah dalam
menghadapi keragaman sosial masyarakat dan kebudayaan
Indonesia. Sikap hormat dan saling menghargai setiap perbedaan
yang ada merupakan implementasi wawasan nusantara. Sebab
keragaman dan perbedaan di Indonesia tidak bisa dipungkiri oleh
masyarakat.
2. BIDANG POLITIK
Yaitu menciptakan iklim perpolitikan Indonesia yang dingin dan
bermartabat sebagaimana yang telah tertera dalam Undang-
Undang tentang pemilu dan penyelenggaraan kenegaraan lainnya.
Selain itu juga harus mampu menciptakan pemerintahan yang
kuat, bersih, dan dapat dipercaya serta tetap mengedepankan
kepentingan bangsa dan negera.
3. BIDANG EKONOMI
Yaitu senantiasa warga Indonesia berusaha memanfaatkan
kekayaan alam yang dimiliki dengan sebaik mungkin serta tetap
menjaga kelestarian lingkungan hidup. Kekayaan alam serta letak
geografis Indonesia yang strategis bisa dimanfaatkan dengan
maksimal untuk kebutuhan perekonomian negara maupun
masyarakat.
4. BIDANG KEAMANAN DAN
KETAHANAN NASIONAL
Yaitu senantiasa menumbuhkan rasa cinta tanah air serta
membentuk sikap rela membela tanah air. Hal ini
khususnya harus ditanamkan bagi warga Indonesia yang
berada di perbatasan mengingat keamanan di sana tidak
cukup terjamin.

4. Unsure-unsur
H
Sebagai cara pandang bangsa Indonesia, wawasan nusantara
mempunyai beberapa unsur dasar yaitu wadah, isi, dan perlakuan.
1. WADAH
Wawasan nusantara menjadi wadah kehidupan masyarakat dalam
berbangsa dan bernegara yang meliputi semua wilayah Indonesia
yang mempunyai kekayaan alam serta penduduk yang beragam.
Indonesia sebagai negara mempunyai lembaga dan organisasi
kenegaraan yang menjadi wadah warga untuk bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
2. ISI
Wawasan nusantara merupakan menjadi aspirasi bagi bangsa
Indonesia serta merupakan cita-cita juga tujuan nasional suatu
bangsa dan negara sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.
Untuk mencapai cita-cita dan tujuan tersebut bangsa Indonesia
harus mampu menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia di
tengah keragaman budaya, sosial, politik, dan ekonomi hingga
hankam.
Demikian unsur wawasan nuasantara yang itu berupa isi aspirasi
bangsa untuk mencapai tujuan nasional.
3. TINGKAH LAKU
Kedua unsur wawasan nusantara di atas kemudian digabungkan
menjadi suatu tingkah laku untuk mewujudkan cita-cita serta
tujuan nasional. Secara umum tingkah laku dalam wawasan
nusantara terdiri dari dua hal yaitu laku batiniyah dan laku
lahiriyah.
Laku batiniyah merupakan cerminan jiwa, semangat, serta
mentalitas yang baik dari suatu bangsa untuk mencapai
tujuan dan cita-cita. Sementara itu, laku lahiriyah
merupakan cerminan tindakan, perilaku, serta perbuatan
suatu bangsa untuk mencapai cita-cita dan tujuan tertentu.
Demikian, kedua laku tersebut harus bisa berjalan dengan
baik secara bersama-sama agar tercipta keseimbangan
dalam pengamalan wawasan nusantara.

5. Bentuk penerapan wawasan nusantara diindonesia

Wawasan nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia


dengan melihat dari berbagai aspek seperti sosial, ekonomi,
poltik, budaya, hingga pertahanan dan keamanan merupakan
dasar bagi bangsa Indonesia untuk menyelesaikan beberapa
masalah yang terjadi di Indonesia. Selain itu juga untuk
mengantisipasi ancaman yang muncul dari dalam maupun luar
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Setelah Indonesia merdeka sebagai bangsa dan negera wawasan
nusantara ini sudah diterapkan dalam berbagai bentuk. Bentuk
yang paling nyata dan penting adalah di bidang politik
kewilayahan.
Pada forum Internasional kawasan laut Indonesia memperoleh
pengakuan mengenai intergasi teriterial yang sering disebut
dengan Laut Nusantara. Sebelumnya kawasan laut nusantara
tersebut sering dianggap sebagai kawasan laut bebas yang bisa
dilalui serta diambil kekayaannya oleh negara lain dengan begitu
saja.
Selain itu juga adanya konsep landasan kontinental Indonesia dan
Zona Ekslusif Indonesia (ZEE) yang membawa banyak
keuntungan bagi Indonesia khususnya di bidang ekonomi.
Dengan demikian, Indonesia bisa memanfaatkan kekayaan alam
yang lautan Indonesia dengan baik dan maksimal. Adanya
landasan kontinental juga menjadikan luas wilayah Indonesia
menjadi bertambah.
Pertambahan luas wilayah Indonesia tersebut nyatanya juga
diterima dengan baik oleh negara-negara tetangga seperti
Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, India, Australia, hingga
Papua Nugini.
Hal itu juga bisa membuka hubungan antar negara dan saling
memberi akomodasi untuk kepentingan negara tetangga seperti di
bidang perikanan maupun lalu lintas dari laut.
Jauh sebelum itu ada Deklarasi Juanda taun 1957 yang
menerapkan asas kelautan yang memandang kepulauan Indonesia
sebagai satu kesatuan yaang utuh. Hal itu kemudian dituangkan
dalam Undang-Undang Nomor 4/PRP/1960.
Beberapa isi Undang-Undang tersebut mengatakan bahwa
perairan Indonesia adalah lautan wilayah beserta pedalaman atau
perairan nusantara. Laut wilayah nusantara adalah jalur melebar
sebanyak 12 mil laut dari pulau-pulau yang terluar yang
dihubungkan garis lurus antara satu dengan yang lainnya.
Selain itu jika ada selat yang lebarnya kurang dari 24 mil laut dan
Republik Indonesia bukan merupakan satu-satunya negara tepi
(ada negara tetangga), maka garis batas laut wilayah ditarik pada
tengah selat.
Perairan nusantara adalah semua perairan yang terletak pada sisi
dalam garis dasar. Ada juga hak lintas laut damai kapal perang
asing yang diakui dan dijamin sepanjang tidak mengganggu
keamanan dan keselamatan negara dan bangsa.
Demikian beberapa bentuk implementasi wawasan nusantara
tersebut membuat Indonesia menjadi suatu negara yang benar-
benar berdaulat. Selain itu penerapan wawasan nusantara telah
mempunyai landasan hukum yang tepat.
Pengertian wawasan nusantara, hakekat wawasan nusantara, latar
belakang wawasan nusantara, konsep wawasan nusantara, asas
wawasan nusantara, unsur dasar wawasan nusantara,
implementasi wawasan nusantara, fungsi wawasantara, dll.

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai