Anda di halaman 1dari 19

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kimia Fisik 2 dengan judul “Hasi Kali


Kelarutan” disusun oleh:

Nama : Ofi Sasmita


NIM : 1213141019
Kelas :B
Kelompok : IV

Telah diperiksa oleh Asisten dan Koordinator Asisten dan dinyatakan telah
diterima.
Makassar, Januari 2015
Koordinator Asisten, Asisten,

Dipo Ade Putra Is Nurul Hidayah

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Suriati Eka Putri, S.Si, M.Si


NIP: 19880305 201212 2 002
A. JUDUL PERCOBAAN
Hasil Kali Kelarutan

B. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan diharapkan mahasiswa dapat menghitung
kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut, dan menghitung panas kelarutan
PbCl2 dengan menggunakan sifat kebergantungan Ksp pada suhu.

C. LANDASAN TEORI
Timbal adalah logam berwarna abu kebiru-biruan, dengan rapatan yang
tinggi (11,48 g/mLdalam suhu kamar). Ia mudah melatu dalam asam nitrat yang
sedang pekatnya (8M), dan terbentuk juga nitrogen oksida:
3Pb + 8HNO3 3Pb2+ + 6NO- + 2NO + 4H2O
Gas NO (II) yang tak berwarna itu, akan menjadi warna merah bila bercampur
dengan udara akan teroksidasi menjadi NO2 (Svehla, 1985: 207).
Timbal klorida (PbCl2) sedikit larut dalam air. Larutan ini mengalami
kesetimbangan dengan reaksi:
PbCl2 Pb2+(aq) + 2Cl-(aq)
Adapun konstanta kesetimbangan termodinamika untuk persamaan reaksi di atas
adalah:
(a Pb2+ )(a Cl− )2
Ka =
a PbCl2

Karena aktivitas padatan murni sama dengan satu, persamaan di atas dapat
disederhanakan menjadi:
Ksp = (a Pb2+ )(a Cl− )2
Dalam larutan encer, aktivitas dapat dianggap sama dengan konsentrasi dengan
satuan molar (Tim Dosen Kimia Fisik 2, 2014: 9).
Nilai Ksp menyatakan kelarutan suatu senyawa ionik, dimana semaki kecil
nilainya, maka semakin sedikit kelarutan senyawa tersebut dalam air. Terdapat
dua kuantitas lain yang dapat menyatakan kelarutan suatu zat: kelarutan molar
yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan jenuh (mol per liter) dan
kelarutan yaitu jumlah gram zat terlarut dalam 1 ter larutan jenuh (gram per liter).
Baik kelarutan molar maupun kelarutan dapat digunakan untuk menentukan
kelarutan nilai Ksp dengan beberapa tahapan yang telah ditentukan (Chang,
2004: 102).
Perubahan kelarutan dengan komposisi pelarut mempunyai sedikit arti
penting dalam analisis kuantitativ anorganik. Kelarutan bergantung juga pada sifat
dan konsentrasi zat-zat lain, dan terutama ion dalam campuran itu. Ada efek
menyolok antara ion sekutu dan ion asing. Ion sekutu adalah suatu ion yang juga
merupakan salah satu bahan endapan. Sedangkan adanya ion asing, kelarutan
endapan bertambah, tetapi ini hanya sedikit pertambahannya, kecuali terjadi reaksi
kimia diantara larutan yaitu ion asing dengan endapan, dimana ini akan berakibat
kelarutan yang lebih menyolok (Svehal, 1985: 73).
Reaksi pengendapan penting dalam industri obat-obatan dan kehidupan
sehari-hari. Meskipun berguna, aturan kelarutan tidak dapat digunakan untuk
memprediksi secara kuantitatif berapa bbanyak senyawa ionik tertentu yang akan
larut dalam air. Untuk memperoleh pendekatan kuantitatif kita memulai dari apa
yang telah diketahui tentang kesetimbangan kimia. Untuk larutan jenuh perak
klorida yang brsentuhan dengan perak klorida padat. Kesetimbangan kelarutan
dapat ditulis:
AgCl(S) Ag+ + Cl-
Karena garam AgCl dianggap sebagai elektrolit kuat, semua AgCl yang terlarut di
air dianggap terlarut sempurna menjadi ion-ion Ag+ dan Cl-. Ksp = [Ag + ][Cl− ]
dimana Ksp disebut dengan hasilkai kelarutan, yaitu hasilkali konsentrasi molar
dari ion-ion penyusunnya, dimana masing-masing dipangkatkan dengan koefisien
stoikeometrinya di dalam persamaan. Karena setia AgCl hanya mengandung satu
ion Ag+ dan satu ion Cl- persamaan hasilkali kelarutannya mudah dituliskan, tidak
rumit seperti MgF2 atau Ag2CO3 (Chang, 1985: 104).
Larutan jenuh suatu elektroit AvA, BvB yang terion menjadi ion-ion vA Am+
dan vB Bn- dapat dinyatakan:
AvA BvB vA Am+ + vB Bn-
Hasilkali kelarutannya dapat dinyatakan menjadi Ks = [Am+ ]vA [Bn− ]vB
Jadi dapat dinyatakan, bahwa di dalam larutan jenuh itu suatu elektrolit yang
sangat sedikit larut. Hasilkali konsentrasi dari ion-ion pembentuknya untuk setiap
suhu tertentu adalah konstan, dengan konsentrasi ion dipangkatkan dengan
bilangan yang sama dengan jumlah masing-masing ion bersangkutan, ini yang
dihasilkan oleh disosiasi dari suatu molekul elektrolit. Prinsip ini mula-mula
dinyatakan oleh W. Nersist pada 1889 (Svehla, 1985: 74)
Larutan timbek nitrat (0,25 M) atau timbel asetat (0,25 M) dapat dipakai
untuk mempelajari beberapa reaksi. Reaksi asam klorida encer akan membentuk
endapan putih dalam larutan yang dingin dan tak terlalu encer
Pb2+ + Cl- PbCl2
Endapan itu larut dalam air panas (33,4 g/L pada 100oC sedang hanya 9
g/L pada 20oC) tetapi memisah menjadi kristal-kristal yang panjang seperti jarum
jika setengah dingin. Ia juga larut dalam asam klorida pekat atau kalium klorida
pekat, pada masa terbentuk ion tetrakloroprumbat (II). Jika endapan dicuci engan
cara dekantasi dan amonia encer ditambahkan, tak terjadi perubahan yang nampak,
meskipun ada terjadi reaksi pertukaran endapan dan terbentuk timbel hidroksida
PbCl2 + 2Cl- [PbCl4]2-
PbCl2 + 2NH3 + 2H2O Pb(OH)2 + 2NH4+ + 2Cl-
(Svehla, 1985: 207).
(a Ag+ )(a Cl− )
Tetapan kesetimbangan dari reaksi AgCl Ag++ Cl- ialahK= a AgCl

Aktivitas dari AgCl selalu konstan, dan sesuai kesepakatan bila pengambilannya
sebagai satuan. Zat padat ini hanya dapat sedikit larut, akibatnya konsentrasi dari
ion Ag+ dan ion Cl- kecil, terkecuali terdapat konsentrasi besar dari ion-ion
lainnya (Underwood, 2006: 110).
Penyerapan seng dan timbal dari ransum domba dimana mengandung Zn-
Fitat dan Pb-asetat. Kadar seng yang tinggi pada feses pada perlakuan
disuplementasi seng-fitat dibandingkan dengan ransum basal disebabkan gugus
fosfat pada asam fitat yang mengikat seng sulit dilepaskan oleh enzim fitaseyang
dihasilkan oleh bakteri rumen, dan membutuhkan waktu lama untuk melepaskan
seng dari konfigurasi tersebut. Hal lain yaitu tingginyaseng karena gerakan
paristaltik, dan juga aliran pakan mempercepat keluarnya seng-fitat. Adanya seng
juga di deteksi oleh timbal, dimana seng di dalam konfigurasi seng fitat akan di
desak keluar oleh timbal kemudian akan dimanfaatkan oleh tubuh ternak. Hal ini
menyebabkan penyerapan proses timbal asetat lebih nyata (Hernaman, 2010: 4).
Biosorpsi adalah salah satu teknik alternatif pengolahan dari limbah yang
merupakan pengambilan logam-logam berat. Pada penentuan kapasitas biosorbsi
Pb(II) digunakan biomassa rhizoma dan daun lamun kering. Salah satu faktor
yang mempengaruhi adalah waktu kontak maksimal. Ini dapat mengoptimumkan
adsorbsi adsorben untuk ion logam yang dianalisis. Dimana semakin lama waktu
kontak semakin banyak zat terlarut yang diadsorbsi akan mencapai maksimal. Hal
ini disebabkan karena permukaan adsorben ditutupi oleh lapisan ion Pb(II) yang
diadsorbsi (Nafie, 2010: 1 dan 3).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Tabung reaksi (10 buah)
b. Rak tabung reaksi (1 buah)
c. Buret (2 buah)
d. Statif dan klem (@ 2 buah)
e. Gelas kimia 100 mL (1 buah)
f. Gelas kimia 250 mL (1 buah)
g. Botol semprot (1 buah)
h. Pipet tetes (2 buah)
i. Erlenmeyer 250 mL (1 buah)
j. Kasa asbes (1 buah)
k. Kompor (1 buah)
l. Thermometer 110oC (2 buah)
m. Stopwatch (1 buah)
n. Penjepit tabung (1 buah)
o. Lap kasar dan lap halus (@ 1 buah)
2. Bahan
a. Larutan timbal nitrat 0,075 M (Pb(NO3)2).
b. Larutan kalium klorida 1,0 M (KCl)
c. Aquades (H2O)
d. Label
e. Tissu

E. PROSEDUR KERJA
1. Larutan Pb(NO3)2 0,075 M dan KCl 1,0 M dimasukkan ke dalam buret 50 mL.
2. Disiapkan 4 buah tabung reaksi masing-masing diisi dengan 5 mL larutan
Pb(NO3)2 kemudian pada tabung pertama ditambahkan KCl 0,25 mL, untuk
tabung 2, 3 dan 4 masing-masing ditambahkan 0,50 mL, 0,75 mL, dan 1,00 mL.
3. Larutan dikocok, dibiarkan selama 5 menit, diamati apakah terbentuk endapan
atau tidak. Hasil pengamatan dicatat dalam bentuk tabel.
4. Berdasarkan hasil yang diperoleh, ditentukan volume KCl yang dapat
menyebabkan terbentuknya endapan dengan ketelitian 0,1 mL. Dilakukans
eperti langkah di atas dan dicatat hasil pengmatannya.
5. Disiapkan 5 buah tabung reaksi masing-masing diisi dengan 5 mL Pb(NO3)2
0,075 M kemudian diisi dengan KCl 0,75 mL, 1,00 mL, 1,25 mL, 1,50 mL, dan
1,75 mL. Dan disipkan penangas Erlenmeyernya.
6. Pada tabung 1 dimasukkan dalam penangas Erlenmeyer, ketika dipanaskan
digunakan thermometer sebagai batang pengaduk larutan perlahan-lahan.
Dicatat suhu saat endapan terlarut seluruhnya. Hal yang sama dilakukan untuk
campuran 2, 3, 4 dan 5.
F. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel 1
Nomer V Pb(NO3)2 V KCl Pembentukan Suhu
Campuran (mL) (mL) endapan (5 menit) (oC)
I 5 0,25 Tidak terbentuk 28
II 5 0,50 Terbentuk 28
III 5 0,75 Terbentuk 28
IV 5 1,00 Terbentuk 28

2. Tabel 2
Pengujian dengan ketelitian 0,1 mL
Nomer V Pb(NO3)2 V KCl Pembentukan Suhu
Campuran (mL) (mL) endapan (5 menit) (oC)
I 5 0,3 Tidak terbentuk 28
II 5 0,4 Terbentuk 28

3. Tabel 3
Nomer V Pb(NO3)2 V KCl T 1/T
Ksp ln Ksp
Campuran (mL) (mL) (K) (K)
I 5 0,75 355 2,82 10-3 1,104 10-3 -6,894
II 5 1,00 358 2,79 10-3 1,734 10-3 -6,354
III 5 1,25 360 2,78 10-3 2,400 10-3 -6,032
IV 5 1,50 363 2,75 10-3 3,068 10-3 -5,788
V 5 1,75 372 2,69 10-3 3,786 10-3 -5,577

Suhu 1 2 3 4 5
Suhu awal (oC) 35 32 32 32 32
Suhu akhir (oC) 82 85 87 90 99
G. ANALISIS DATA
1. Penambahan 0,4 mL KCl 1,0M (Ksp saat tepat jenuh)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 0,4 mL
M Pb(NO3)2 = 0,075 M
M KCl = 1,0 M
Ditanyakan : Ksp =.... ?
Penyelesaian :
a. V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 0,4 mL
= 5,4 mL
V Pb (NO3 )2 x M Pb (NO3 )2
b. [Pb2+] =
V total
5 mL x 0,075 M
=
5,4 mL

= 0,069 M
V KCl x MKCl
c. [Cl-] =
V total
0,4 mL x 1,0 M
=
5,4 mL

= 0,074 M
d. Ksp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,069 M) (0,074 M)2
= 0,37 x 10-3 M3

2. Penentuan Nilai Ksp pada Tabel 3


a. Penambahan 0,75 mL KCl 1,0 M (T= 355 K)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 0,75 mL
M Pb(NO3)2 = 0,075 M
M KCl = 1,0 M
Ditanyakan : Ksp =.... ?
Penyelesaian :
1) V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 0,75 mL
= 5,75 mL
V Pb (NO3 )2 x M Pb (NO3 )2
2) [Pb2+] =
V total
5 mL x 0,075 M
=
5,75 mL

= 0,060 M
V KCl x MKCl
3) [Cl-] =
V total
0,75 mL x 1,0 M
=
5,75 mL

= 0,130 M
4) Ksp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,060 M) (0,130 M)2
= 1,014 x 10-3 M3
ln Ksp = ln 1.014 x 10-3
= -6,894
1 1
5) = = 2,82 x 10-3
T 355 K

b. Penambahan 1,00 mL KCl 1,0 M (T = 358 K)


Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 1,00 mL
M Pb(NO3)2 = 0,075 M
M KCl = 1,0 M
Ditanyakan : Ksp = . . . . ?
Penyelesaian :
1) V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 1,00 mL
= 6,00 mL
V Pb (NO3 )2 x M Pb (NO3 )2
2) [Pb2+] =
V total
5 mL x 0,075 M
=
6,00 mL

= 0,0625M
V KCl x MKCl
3) [Cl-] =
V total
1,00 mL x 1,0 M
=
6,00 mL

= 0,167 M
4) Ksp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,0625M) (0,167 M)2
= 1,743 x 10-3 M3
ln Ksp = ln 1.743 x 10-3
= -6,359
1 1
5) = = 2,79 x 10-3
T 358 K

c. Penambahan 1,25 mL KCl 1,0 M (T = 360 K)


Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 1,25 mL
M Pb(NO3)2 = 0,075 M
M KCl = 1,0 M
Ditanyakan : Ksp =.... ?
Penyelesaian :
1) V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 1,25 mL
= 6,25 mL
V Pb (NO3 )2 x M Pb (NO3 )2
2) [Pb2+] =
V total
5 mL x 0,075 M
=
6,25 mL

= 0,060 M
V KCl x MKCl
3) [Cl-] =
V total
1,25 mL x 1,0 M
=
6,25 mL

= 0,200 M
4) Ksp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,060M) (0,200 M)2
= 2,400 x 10-3 M3
ln Ksp = ln 2,400 x 10-3
= -6,032
1 1
5) = = 2,78 x 10-3
T 360 K

d. Penambahan 1.50 mL KCl 1,0 M (T = 363 K)


Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 1,50 mL
M Pb(NO3)2 = 0,075 M
M KCl = 1,0 M
Ditanyakan : Ksp = . . . . ?
Penyelesaian :
1) V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 1,50 mL
= 6,50 mL
V Pb (NO3 )2 x M Pb (NO3 )2
2) [Pb2+] =
V total
5 mL x 0,075 M
=
6,50 mL

= 0,057 M
V KCl x MKCl
3) [Cl-] =
V total
1,50 mL x 1,0 M
=
6,50 mL

= 0,230 M
4) Ksp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,057 M) (0,230 M)2
= 3,068 x 10-3 M3
ln Ksp = ln 3,068 x 10-3
= -5,788
1 1
5) = = 2,75 x 10-3
T 363 K

e. Penambahan 1.75 mL KCl 1,0 M (T = 372 K)


Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 1,75 mL
M Pb(NO3)2 = 0,075 M
M KCl = 1,0 M
Ditanyakan : Ksp =.... ?
Penyelesaian :
1) V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 1,75 mL
= 6,75 mL
V Pb (NO3 )2 x M Pb (NO3 )2
2) [Pb2+] =
V total
5 mL x 0,075 M
=
6,75 mL

= 0,056 M
V KCl x MKCl
3) [Cl-] =
V total
1,75 mL x 1,0 M
=
6,75 mL

= 0,260 M
4) Ksp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,065M) (0,260 M)2
= 3,78 x 10-3 M3
ln Ksp = ln 3,78 x 10-3
= -5,577
1 1
5) = = 2,69 x 10-3
T 372 K
ln Ksp 1/T (K)
-6,894 2,82 10-3
-6,354 2,79 10-3
-6,032 2,78 10-3
-5,788 2,75 10-3
-5,577 2,69 10-3

Grafik Hubungan ln Ksp dan 1/T


0
0.00265 0.0027 0.00275 0.0028 0.00285
-1
-2
-3 y = -10167x + 21.953
ln Ksp

-4 R² = 0.8204 Series1

-5 Linear (Series1)

-6
-7
-8
1/T (/K)

Nilai Ksp secara praktek:


−∆Ho 1
ln Ksp = = + konstanta
R T
y = mx+C

Dari grafik diperoleh ∆H:


y = -10167 x + 21,95
−∆Ho ∆Ho
m = = -10167 = 10167
R R
∆H = 10167 K x R
= 10167 K x 8,314 J/mol K
= 84528,44 J/mol
Berdasarkan grafik Ksp diperoleh dari y = ln Ksp sehingga:
1
ln Ksp = a + b
T
1
= -10167 (298) + 21,95

= - 10167 (0,0033) + 21,95


= -34,117 + 21,95
= -12,167
Ksp = 𝑒 −12,167

= 5,1992 x 10-6 = 0,051 x 10-4


Secara praktek diperoleh harga Ksp adalah 0,051 x 10-4 sedangkan secara
teori harga Ksp PbCl2 adalah 2,4 x 10-4.

3. Penentuan Nilai Kelarutan Tiap Penambahan KCl


PbCl2 Pb2+ + 2Cl-
Ksp = [Pb2+][Cl-]2
= S 4S2
Ksp = 4S3
3 Ksp
S = √
4

a. Penambahan 0,75 mL KCl 1,0 M


3 1,014 x 10−3
S =√ = 3√0,253 x 10−3 = 0,0632
4

b. Penambahan 1,00 mL KCl 1,0 M


3 1,743 x 10−3
S = √ = 3√0,435 x 10−3 = 0,0757
4

c. Penambahan 1,25 mL KCl 1,0 M


3 2,400 x 10−3
S = √ = 3√0,600 x 10−3 = 0,0843
4
d. Penambahan 1,50 mL KCl 1,0 M
3 3,068 x 10−3
S = √ = 3√0,767 x 10−3 = 0,0915
4

e. Penambahan 1,75 mL KCl 1,0 M


3 3,786 x 10−3
S = √ = 3√0,946 x 10−3 = 0,0981
4

4. % Randemen
Ksp Praktek−Ksp Teori
% randemen = x 100 %
Ksp Teori

0,051 x 10−4 x 2,4 x 10−4


= x 100 %
2,4 x 10−4

2,34 x 10−4
=− x 100 %
2,4 x 10−4
= -97,5 %

Grafik Hubungan Kelarutan dan Suhu


0.12
y = 0.0019x - 0.6095
0.1
R² = 0.8304
Kelarutan (S)

0.08

0.06
Series1
0.04
Linear (Series1)
0.02

0
350 355 360 365 370 375
Suhu (T)

H. PEMBAHASAN
Percobaan hasilkali kelarutan didasarkan dengan prinsip jika hasikali
ion-ion yang terdapa dalam larutan lebih besar dari harga Ksp maka larutan
berada dalam keadaan lewat jenuh, menyebabkan akan terbentuknya endapan.
Prinsip kerjanya ialah pencampuran, pengendapan sebagai PbCl2 berupa endapan
putih, pemanasan untuk melarutkan endapan, pelarutan dan pengamatan suhu.
Tujuan dari percobaan adalah untuk mengetahui cara menghitung
kelarutan elektroit yang bersifat hanya sedikit larut, dan menghitung panas
kelarutan PbCl2 dengan menggunakan sifat kebergantungan terhadap suhu dari
Ksp. Hasilkali kelarutan suatu senyawa adalah hasilkali konsentrasi molar dari
ion-ion penyusunnya, dimana dari masing-masing dipangkatkan dengan
koefisiennya (Chang, 4004).
Percobaan menggunakan larutan Pb(NO3)2 sebagai larutan penyedia ion
Pb2+, dan larutan KCl sebagai penyedia ion Cl- yang akan membentuk endapan
putih sebagai PbCl2. Endapan terbentuk karena larutan sudah dalam keadaan
lewat jenuh, dimana hasilkali ion-ion lebih besar dari PbCl2. Pada percobaan
jumlah larutan Pb(NO3)2 tetap, namun jumlah KCl yang ditambahkan itu
bervariasi. Tujuannya adalah untuk melihat pengaruh besarnya konsentrasi
terhadap laju pembentukan endapan PbCl2. Ketika volume KCl yang ditambahkan
semakin banyak, maka endapan yang terbentuk juga semakin banyak dan cepat.
Adapun persamaan reaksinya:
Pb(NO3)2(aq) + 2KCl(aq) PbCl2(s) (endapan putih) + 2KNO3(aq)
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh Ksp dari penambahan KCl 0,5 mL, 0,75
mL dan 1,00 mL adalah 0,34 x 10-3 M, 1,014 x 10-3 M, dan 1,743 x 10-3 M.
Kemudian dilakukan penambahan KCl dengan tingkat ketelitian 0,1 mL.
Tujuan untuk melihat pada penambahan volume berapa larutan tidak lagi
mengalami pengendapan, dengan penambahan dilakukan tiap 0,1 mL secara
bertahap sampai pada volume tidak terbentuknya endapan pada larutan. Pada
perlakuan ini saat penambahan 0,3 mL KCl larutan tidak mengaami pengendapan
lagi namun masih terbentuk endapan pada penambahan KCl 0,4 mL dan diperoleh
harga Ksp sebesar 0,37 x 10-3 M.
Percobaan selanjutnya adalah menambahkan volume KCl bervariasi degan
volume Pb(NO3)2 yang konstandan kemusian didiamkan hingga terbentuk
endapan. Kemudian dipanaskan di dalam penangas air tujuannya adalah untuk
melihat pengaruh temperatur terhadap kelarutan PbCl2 sampai terlarut sempurna
dan diaduk agar kelarutan endapan semakin cepat. Penambahan volume KCl
semakin banyak menyebabkan endapan yang terbentuk juga semakin banyak,
sehingga ketika dipanaskan maka yang paling cepat terlarut sempurna adalah
endapan yang paing sedikit terbentuk yaitu pada penambahan 0,75 mL KCl yang
paling sedikit dan yang paling lama dan membutuhkan suhu cukup tinggi adalah
pada penambahan KCL yang paling banyak 1,75 mL. Endapan dapt terlarut
kembali karena besarnya energi luar yang diberikan meningkatkan energi aktivasi
partikel-pertikel yang ada sehingga terjadi pemutusan ikatan antar partikel
menghasilkan ion-ion penyusunnya kembali. Adapun reaksinya:
PbCl2 (endapan putih) Pb2+ + 2Cl-

Hasil percobaan diperoleh nilai Ksp adalah 1.014 x 10-3 M, 1,743 x 10-3 M, 2,400
x 10-3 M, 3,068 x 10-3 M, dan 3,786 x 10-3 M. Kemudian dibuat grafik hubungan
antara ln Ksp dan 1/T diperoleh nilai y = 00019x – 0,6095 dengan R2 = 0,8304.
Berdasarkan dara yang ada, semakin tinggi suhu yang digunakan untuk
melarutkan endapan secara sempurna itu berarti semakin besar harga Ksp yang di
peroleh. Ini menunjukan bahwa hubungan Ksp terhadap suhu itu berbanding lurus.
Kemudian pada penentuan panas kelarutan yaitu penentuan kalor yang dibutuhkan
untuk dapat melarutkan endapansampai terlarut sempurna diperoleh harga ∆H
sebesar 84528,44 J/mol yang menunjukan bahwa reaksi yang terjadi adalah reaksi
endoterm karena harga ∆H yang positif.

I. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa:
1. Nilai kelarutan dari endapan PbCl2 untuk penambahan 0,75 mL, 1,00 mL, 1,25
mL, 1,50 mL dan 1,75 mL adalah 1.014 x 10-3 M, 1,743 x 10-3 M, 2,400 x 10-3
M, 3,068 x 10-3 M, dan 3,786 x 10-3 M.
2. Panas kelarutan atau ∆H adalah 84528,44 J/mol reaksi endoterm.

J. SARAN
Setelah melakukan eprcobaan, kami sarankan kedepannya untuk
menyiapkan alat maupun bahan yang akan digunakan selengkapnya dan masih
layak pakai, agar saat praktikum tidak lagi kebingungan keluar masuk
laboratorium untuk mencari alat yang akan digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Hernaman, dkk. 2010. Penyerapan Seng (Zn) dan Timbal (Pb) dar Ransum
Domba yang Mengandung Zn-Fitat dan Pb-asetat. Jurnal Ilmu-ilmu Hayati
dan Fisik. Volume 12. No 3. Fakultas Peternakan UNPAD.

Nafie, dkk. 2010. Biosorpsi Ion Logam Pb (II) Menggunakan Biomassa Lamun
Thalassia hemprichii yang Terdapat di Pulau Barrang Lompo. Jurnal
Program Buginesia. Volume 11. No 1. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam UNHAS.

Svehla. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta: Erlangga.

Tim Dosen Kimia Fisik. 2014. Buku Penuntun Praktikum Kimia Fisik 2. Makassar:
Jurusan Kimia UNM.

Underwood dan Day. 2006. Analisis Dunia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.


JAWABAN PERTANYAAN

1. Reaksi PbCl2 (endapan putih) Pb2+ + 2Cl-

Reaksi di atas merupakan reaksi endoterm, dilihat dari hasi percobaan


diperoleh ∆H adalah 84528,44 J/mol bernilai positif.
2. Secara teori pada suhu 25oC harga Ksp PbCl2 adalah 2,4 x 10-4.
y = -10167 x + 21,95
1
ln Ksp = a + b
T
1
= -10167 (298) + 21,95

= - 10167 (0,0033) + 21,95


= -34,117 + 21,95
= -12,167
Ksp = 𝑒 −12,167 = 5,1992 x 10-6 = 0,051 x 10-4
Secara praktek diperoleh harga Ksp adalah 0,051 x 10-4. Adanya
perbedaan nilai Ksp teori dan praktek dapat disebabkan karena perubahan suhu
saat percobaan tidak konstan dan juga pengamatan yang kurang teliti.

Anda mungkin juga menyukai