Anda di halaman 1dari 14

ISOLASI SENYAWA DARI EKSTRAK METILEN KLORIDA KULIT

BATANG PALIASA (Kleinhovia hospita Linn)*)

ISOLATION OF STEROID CAMPOUNDS FROM METHYLENE


CHLORIDE EXTRACTS OF PALIASA BARK (Kleinhovia hospita Linn)**)

Rabianti ***)

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi senyawa golongan steroid yang terdapat
dalam ekstrak metilen klorida pada kulit batang paliasa (K.hospita Linn) yang berasal dari
daerah Nipa-nipa kecamatan Manggala, Makassar. Isolasi dilakukan melalui beberapa
tahap yaitu maserasi, fraksinasi, uji kemurnian, dan identifikasi. Hasil penelitian diperoleh
kristal murni berwarna putih bening dengan titik leleh 134-1350C. Hasil uji dengan pereaksi
Lieberman-Buchard berwarna kuning kehijauan dan uji spektroskopi UV-vis dengan
daerah serapan maksimum 214,80 nm menunjukkan kristal bukan senyawa fenolik. Daerah
serapan spektrum IR yang tampak menunjukkan adanya beberapa gugus fungsi pada
panjang gelombang (cm-1) yakni 1058, 1377, 1643, 1462, 2864, 2935, 2958 dan 3446 yang
cenderung memiliki kesamaan spektrum dari senyawa steroid yang telah berhasil
diidentifikasi. Berdasarkan uji pereaksi serta data spektrum UV-Vis dan IR, kristal yang
diperoleh merupakan golongan senyawa steroid.

Kata Kunci: Isolasi, K.hospita Linn, Steroid

Abstack
The research is aimed to isolate steroid compound of methylene chloride extract of
paliasa stem bark (K. hospita Linn) which taken from Nipa-nipa, Manggala subdistrict,
Makassar regency. The isolation of steroid compound done by few steps, those are
maseration, fractionation, purity test, and identification. Result showed that white crystal
has melting point on 134-1350C. Reagent test results with Lieberman-Buchard yellow-
green and UV-vis spectroscopy test with maximum absorption 214,80 nm indicates instead
of phenolic compounds. FTIR spectroscopy spectrum that seems to suggest the presence
of some functional groups on the wavelength (cm-1) 1058, 1377, 1643, 1462, 2864, 2935,
2958 and 3446 are likely to have the same spectrum of steroid compounds that have been
identified. Based on the test reagent and UV-Vis spectral data and IR, crystals obtained by
a steroid compound.

Keywords. Isolation, K.hospita Linn, Steroid.

PENDAHULUAN
Indonesia memiliki banyak Kemampuan tersebut salah satunya
keanekaragaman tumbuhan tropis dan adanya mekanisme pertahanan diri
merupakan salah satu pusat penyebaran terhadap ancaman lingkungan, baik
tumbuhan tropis di dunia. Tumbuhan berupa faktor iklim maupun gangguan
tropis diyakini memiliki kemampuan dari herbivora, serangga, dan hama
merekayasa beranekaragam senyawa penyakit.
kimia yang bersifat bioaktifitas.
1

*) Makalah diambil dari Skripsi a.n. Sugiarti.S Jurusan Kimia 2009


**) Makalah dibawakan pada seminar matakuliah Seminar Kimia
***) Mahasiswa Kimia Angkatan 2015
Tumbuhan paliasa (Kleinhovia diantaranya ditemukan adanya
hospita Linn) merupakan salah satu golongan senyawa flavonoid dan
tumbuhan tropis yang tersebar luas di alkaloid pada ekstrak etanol daun
Negara Indonesia. Tumbuhan ini K.hospita Linn (Taebe,B., 2004).
termasuk dalam famili sterculiaceae Selanjutnya pada ekstrak metilen
yang secara tradisional telah lama klorida sebelumnya sudah diteliti oleh
dikenal oleh masyarakat khususnya di wiwi (2005) dan ditemukan senyawa
Sulawesi Selatan sebagai tumbuhan turunan kumarin pada daun tumbuhan
berkhasiat yang dapat mengobati K.hospita Linn. Penelitian yang telah
berbagai macam penyakit seperti dilakukan oleh Gaffar,I (2010) pada
penyakit liver, hepatitis, kolesterol kayu batang tumbuhan K.hospita Linn
tinggi, gula dan hipertensi (Herlina, dengan ekstrak metilen klorida
1993). Banyaknya manfaat dari menemukan adanya senyawa golongan
tumbuhan K.hospita Linn menunjukkan terpenoid tersubstistusi benzena yang
adanya senyawa metabolit sekunder sangat aktif terhadap Artemia salina.
yang beragam sehingga sangat potensial Selain itu, pada fraksi n-heksan kulit
untuk diteliti. batang K.hospita Linn mengandung
Beberapa senyawa kimia telah senyawa yang diperkirakan merupakan
ditemukan pada tumbuhan K.hospita senyawa fenilpropanoid dalam bentuk
Linn melalui penelitian yang telah ester yang cukup toksik terhadap A.
dilakukan oleh para ahli. Tumbuhan salina (Ulfa,M., 2007).
K.hospita Linn diyakini dapat Penelitian pada kulit batang
menghasilkan senyawa-senyawa K.hospita Linn dengan ekstrak
metabolit sekunder yang memiliki kloroform (Nunuk, H., 2008)
bioaktifitas menarik. Hasil penelitian mengungkapkan adanya senyawa
secara umum, kulit pohon K.hospita kumarin. Senyawa turunan triterpen
Linn mengandung minyak atsiri, yang diduga senyawa lupeol dan
triterpenoid, senyawa sianogenik yang senyawa golongan fenol yang diduga
berfungsi membunuh ektoparasit seperti merupakan turunan senyawa stilben
kutu juga mengandung asam lemak dan telah ditemukan pada kulit batang
cincin siklopropenil yang terdiri atas K.hospita Linn dengan ekstrak
scopoletin, kaempferol dan quercetin kloroform (Dini, I., 2006). Penelitian
(Alfian, N,dkk., 2004). Hasil penelitian lain tentang penentuan golongan
lain yang dilakukan pada tumbuhan ini, senyawa pada kayu batang tumbuhan
telah banyak memberi bukti nyata K.hospita Linn melalui uji Liebermann-
adanya kandungan senyawa yang sangat Burchard menyimpulkan adanya
besar potensinya dan dapat digunakan senyawa golongan terpenoid (Gaffar,
sebagai obat atau hal yang berkaitan I,dkk., 2008). Selanjutnya penelitian
seperti untuk pangan, insektisida, dan yang telah dilakukan oleh Raflizar
bahan industri. Penelitian tersebut (2000) menyimpulkan adanya golongan

2
senyawa kimia saponin, cardenolin, digunakan, seperangkat alat destilasi,
bufadienol serta antrakuinon pada daun corong Buchner, chamber untuk wadah
tumbuhan paliasa. Senyawa β-sitosterol KLT, pipa kapiler untuk penotol,
pada tumbuhan K.hospita Linn telah kemudian alat kolom kromatografi yang
diidentifikasi oleh Dini,I (2006) dengan utama seperti KKCV dan KKT yang
ekstrak kloroform dan Gaffar,I (2010) digunakan untuk fraksinasi ekstrak dari
dengan ekstrak n-heksan. proses maserasi. Kemudian beberapa
Uraian diatas menunjukkan alat instrumen seperti; oven, lampu UV
banyaknya senyawa yang dapat 365 nm, neraca analitik, evaporator, alat
ditemukan pada tumbuhan K.hospita penentuan titik leleh mikro,
Linn. Salah satu senyawa yang spektroskopi UV-VIS dan spektroskopi
berpotensi untuk diisolasi pada Inframerah untuk elusidasi struktur.
tumbuhan ini yaitu turunan senyawa Bahan
golongan triterpenoid yang telah Bahan-bahan yang digunakan
berhasil diidentifikasi oleh peneliti yaitu kulit batang tumbuhan paliasa,
dahulu. Selain itu, senyawa golongan pelarut-pelarut yang berkualitas teknis
steroid yang dapat terbentuk dari proses yang telah didestilasi seperti metanol
penataan kerangka utama squalen yang digunakan untuk maserasi, metilen
(Gambar 2.7) juga berpotensi besar klorida untuk fraksinasi. Pelarut
diisolasi pada tumbuhan paliasa dan berkualitas (pa) digunakan pada proses
telah dibuktikan dengan ditemukannya kristalisasi dari senyawa yang
senyawa β-sitosterol. Senyawa ini berbentuk kristal yang diperoleh,
memiliki efek farmakologis yaitu Larutan serium sulfat (CeSO4) 2 %
mampu menghambat kerja enzim yang dalam asam sulfat 2 N sebagai larutan
mengkonversi testoteron menjadi penyemprot plat KLT untuk penampak
dehidrostestosteron yang merupakan noda. Pereaksi Liebermann Burchard
penyebab terjadinya kanker prostat untuk uji kualitatif senyawa triterpen
(Slaga & Keuneke, 2005 dalam dan steroid serta pereaksi Dragendroff
Gaffar,I., 2010). Beradasrakan hal untuk uji kualitatif senyawa alkaloid.
tersebut sehingga penelitian ini Prosedur Kerja
dilakukan untuk mengisolasi dan
Persiapan bahan tumbuhan
mengidentifikasi senyawa metabolit
sekunder khususnya senyawa steroid Kulit batang paliasa diambil dan
menggunakan pelarut semipolar yaitu dikumpulkan dari daerah nipa-nipa
pelarut metilen klorida. kecamatan manggala, Makassar,
Sulawesi selatan. Sampel kulit batang
METODE PERCOBAAN tumbuhan paliasa yang diambil terlebih
dahulu dibersihkan, dikeringkan
Alat
diudara terbuka (tanpa sinar matahari)
Alat yang digunakan terdiri dari kemudian dihaluskan menggunakan
beberapa alat-alat kaca yang sering

3
blender dan dikeringkan kembali fraksi yang diperoleh kemudian
sampai kadar airnya telah berkurang difraksinasi lebih lanjut menggunakan
untuk perlakuan selanjutnya 400C, KKF yang dilakukan berulang kali
Sehingga diperoleh ekstrak pekat sampai diperoleh isolat murni.
(Harborne, 1987). Pemurnian
Ekstraksi. Komponen padatan yang
Serbuk kulit batang paliasa yang diperoleh dikristalisasi atau
telah dihaluskan dan dikeringkan direkristalisasi dengan menggunakan
dimaserasi selama 1 x 24 jam sebanyak pelarut n-heksan. Kemurnian senyawa
4 kali dengan masing-masing 2 liter yang diperoleh ditentukan dengan
metanol. Masing-masing maserat 1, 2, melakukan KLT sistem tiga eluen
3, dan 4 di KLT. Keseluruhan maserat dengan eluen etil asetat : n-heksana, n-
yang diperoleh dari hasil penyaringan heksana : kloroform, kloroform : etil
menggunakan penyaring Buchner asetat dan uji titik leleh. Jika titik leleh
dengan kertas Whatman diuapkan pada senyawa menunjukkan trayek titik leleh
tekanan rendah sampai diperoleh yang tajam, maka senyawa tersebut
maserat metanol agak kental kemudian telah murni.
ditentukan beratnya. Ekstrak metanol Identifikasi
diekstraksi cair-cair menggunakan Identifikasi dilanjutkan dengan
corong pisah dengan pelarut pada menggunakan pereaksi. Pereaksi yang
kepolaran yang berbeda-beda dimulai digunakan adalah pereaksi Liebermann-
dari pelarut yang paling nonpolar Burchard, FeCl3, Wagner dan
sampai pelarut yang paling polar. Fraksi Dragendroff untuk mengetahui
yang digunakan di sini adalah fraksi golongan senyawa metabolit sekunder
metilen klorida. Fraksi yang diperoleh yang diperoleh dan identifikasi lebih
dievaporasi sampai kering dan lanjut dilakukan metode spektroskopi
kemudian ditentukan beratnya. dengan menggunakan spektroskopi UV
Fraksinasi dan spektrometer Inframerah untuk
Ekstrak yang diperoleh terlebih dahulu elusidasi struktur.
dianalisis dengan KLT dan dideteksi
dengan lampu UV dan penyemprotan HASIL DAN PEMBAHASAN
larutan serium sulfat lalu dipanaskan Preparasi Sampel
untuk menentukan eluen yang cocok
Penelitian ini kulit batang K.
dalam proses fraksinasi. Fraksinasi
Hospital Linn dibersihkan kemudian
dilakukan dengan menggunakan
dipotong-potong dan dikeringkan tanpa
KKCV, fraksi-fraksi yang diperoleh
terkena sinar matahari. Sampel yang
dianalisis dengan KLT. Fraksi yang
sudah kering dihaluskan dengan
mempunyai nilai Rf yang sama
blender. Selanjutnya, sebanyak 1,10 Kg
digabung kemudian dievaporasi sampai
serbuk halus dimaserasi dengan pelarut
kering, ditentukan beratnya. Fraksi

4
metanol untuk mengekstrak senyawa dengan penampak noda CeSO4 2%
bahan alam yang ada pada sampel. menunjukkan perpisahan noda yang
Maserasi dilakukan selama 1 × 24 jam baik seperti yang tampak pada Gambar
sebanyak 4 kali kemudian dipekatkan 4.1.
dengan Evaporator. Metanol
mempunyai sifat yang dapat menarik
semua jenis senyawa bahan alam
sehingga digunakan untuk maserasi.
Selain itu metanol digunakan, karena
pelarut metanol sangat mudah menguap,
sehingga penggunaan panas tinggi
untuk menghilangkan pelarut tidak
perlu dilakukan karena dapat merusak
senyawa yang terekstraksi. Gambar 4.1. Kromatogram ekstrak
Ekstrak kental methanol yang Metilen klorida Eluen Kloroform: Etil
diperoleh diekstraksi cair-cair dengan asetat (19:1)
pelarut n-heksan. Sisa ekstrak kental Fraksinasi dilakukan dengan
metanol diekstraksi cair-cair eluen yang ditingkatkan kepolarannya
menggunakan pelarut metilen klorida dimulai dari n-heksan 100%, n-
(CH2Cl2) yang kemudian di evaporasi heksan:kloroform, n-heksan:etil asetat,
sehingga diperoleh ekstrak kental kloroform:etil, etanol hingga sampai
metilen klorida berwarna coklat pekat pada eluen yang paling polar yaitu
metanol 100%. Dari hasil KKCV
dengan bobot 2,581 gram.
diperoleh sebanyak 29 fraksi.
Fraksinasi
Kromatogram hasil KKCV.
Ekstrak yang diperoleh
difraksinasi dengan kromatografi kolom
cair vakum (KKCV). Fraksinasi
dilakukan untuk memisahkan senyawa-
senyawa pada sampel. Sebelum
dilakukan KKCV, terlebih dahulu
dilakukan kromatografi lapis tipis pada
sampel untuk mendapatkan eluen yang
Eluen n-heksan:metilen (8:2)
cocok digunakan saat melakukan
KKCV. Beberapa uji eluen yang telah
dilakukan yaitu eluen n-
heksan:kloroform, kloroform:etil asetat,
etil asetat: metilen, n-heksan:metilen,
metilen: aseton dan aseton:metanol
diperoleh bahwa eluen kloroform: etil
asetat dengan perbandingan 19:1 Eluen n-heksan:etil (9:1)

5
Fraksi-fraksi yang diperoleh eluen yang cocok dengan perpisahan
dikromatografi, fraksi yang memiliki Rf noda yang baik.
dan kecendrungan bentuk yang sama Fraksi gabungan A yang diperoleh
digabungkan dan diperoleh fraksi berbentuk padat dengan berat 1,097
gabungan sebanyak 6 fraksi dapat gram kemudian dilakukan KLT untuk
dilihat pada tabel 4.1 menentukan eluen yang akan digunakan
Tabel 4.1. Hasil penggabungan fraksi dalam kromatografi kolom flash.
KKCV Beberapa eluen yang digunakan antara
Fraksi Berat lain n-heksan:metilen dan kloroform:
Fraksi gabungan (g) Warna metilen diperoleh bahwa eluen yang
1,097 coklat paling baik perpisahan nodanya yaitu
1-4 A kehijauan metilen: kloroform dengan
5-8 B 0,480 coklat perbandingan (1:19) seperti yang
0,271 bening tampak pada Gambar 4.2.
9-11 C kecoklatan
12-20 D 0,019 coklat
0,217 coklat
21-24 E pekat
0,301 coklat
25-29 F muda

Gambar 4.2. Kromatogram fraksi


gabungan A Eluen kloroform:metilen
(19:1)
Sampel yang telah dielusi
beberapa kali dengan eluen
metilen:kloroform (1:19) kemudian
Kromatogram lapis tipis fraksi-fraksi ditingkatkan kepolarannya hingga
gabungan KKCV Eluen: N- sampai yang paling polar pada
heksan:metilen (19:1) kromatografi kolom flash sehingga
Fraksi gabungan hasil KKCV menghasilkan 56 fraksi. Pada fraksi 29-
yang diperoleh kemudian dipilih untuk 34 terbentuk kristal putih kekuningan.
di fraksinasi lebih lanjut dengan Kristal yang terbentuk kemudian di
pertimbangan adanya target yang ingin KLT untuk melihat kesamaan Rf.
dicapai berdasarkan noda yang tampak
pada saat dilakukan KLT dan noda yang
terbentuk sedikit. Fraksi gabungan yang
dipilih adalah fraksi gabungan A yang
kemudian di KLT hingga diperoleh Kromatogram hasil KLT fraksi 29-34
Eluen kloroform:etil (8:2)

6
Berdasarkan hasil KLT pada Fraksi A3 dikromatografi kolom
Gambar 4.2 maka fraksi 29-34 flash lebih lanjut untuk memurnikan
digabung. Adapun rincian dari fraksi- kristal yang diperoleh. Hasil
fraksi hasil kromatografi kolom flash kromatografi kolom flash diperoleh 20
setelah dilakukan KLT dan fraksi yang digabung menjadi 3 fraksi.
penggabungan keseluruhan diperoleh 5 Fraksi yang membentuk kristal yaitu
fraksi gabungan dapat dilihat pada tabel fraksi A32 yang diperoleh dari hasil
4.2 kromatografi kolom flash berwarna
Tabel 4.2. Hasil penggabungan putih kekuningan dan setelah di KLT
pengamatan KKF fraksi A menunjukkan tiga pendaran dibawah
Fraksi sinar UV 365 nm. Bentuk dan
Fraksi Warna
gabungan kromatogram Kristal dapat diihat pada
Bening gambar 4.4
1-16 A1 kekuningan
17-28 A2 Kuning
Bening
29-34 A3 kekuningan
Bening
35-47 A4 kekuningan
48-56 A5 Hijau pekat (a) (b)
Gambar 4.4. Bentuk dan kromatogram
Fraksi gabungan A3 diperoleh kristal hasil KKF a) Kristal, b)
kristal berwarna putih kekuningan Kromatogram hasil KLT
berbentuk jarum dengan berat 0,431 Kristal kemudian direkristalisasi
gram. Fraksi A3 kemudian di KLT dengan cara dilarutkan dalam pelarut
untuk mengetahui eluen yang cocok yang tidak melarutkan kristal yaitu n-
digunakan pada kromatografi kolom heksan kemudian disaring. Kristal yang
flash lebih lanjut untuk memurnikan diperoleh lalu dilarutkan dengan
kristal yang diperoleh. Kromatogram kloroform yang dapat melarutkan kristal
hasil KLT menunjukkan dua noda dengan baik untuk di KLT. Hasil
sehingga harus dilakukan pemisahan rekristalisasi diperoleh kristal yang
untuk mendapatkan kristal murni. lebih putih bening dan berbentuk jarum
Kromatogram hasil KLT seperti yang pada fraksi A32 dengan bobot kristal
tampak pada Gambar 4.3. sebanyak 10 mg. Dari hasil yang
diperoleh, diketahui bahwa proses
rekristalisasi dapat memurnikan dan
membentuk kembali kristal yang lebih
Gambar 4.3. Kromatogram fraksi baik. Kromatogram dan bentuk kristal
gabungan A3, Eluen n-heksan:etil setelah rekristalisasi dapat dilihat pada
asetat (8:2) Gambar 4.5

7
dan eluen ketiga menggunakan n-
heksan:etil asetat dengan perbandingan
8:2 Rf 0,40. Hasil kromatogramnya
dapat dilihat pada Gambar 4.6.

(a) (b)
Gambar 4.5. Bentuk dan kromatogram
kristal murni. a) bentuk kristal, b)
kromatogram hasil KLT
(a) (b) (c)
Identifikasi Gambar 4.6. Kromatogram sistem tiga
Kristal yang diperoleh eluen. a) Eluen kloroform:etil asetat
diidentifikasi kelarutannya dengan (8:2), b) Eluen n-heksan:kloroform
menggunakan pelarut yang berbeda (1:9)dan c) Eluen n-heksan:etil asetat
tingkat kepolarannya. Dari hasil (8:2)
identifikasi tersebut diketahui bahwa Identifikasi selanjutnya
kristal yang diperoleh larut baik dalam dilakukan dengan pengujian titik leleh
pelarut kloroform, sedikit larut pada etil menggunakan Melting Point. Dari teori
asetat, n-heksan dan metanol. yang diperoleh mengatakan bahwa
Berdasarkan uji kelarutannya diketahui senyawa murni akan memiliki trayek
bahwa kristal yang diperoleh bersifat titik leleh tajam yakni awal dari
semi polar. Dari studi literatur diketahui melelehnya senyawa uji hingga meleleh
bahwa senyawa steroid memang secara keseluruhan berada dalam trayek
merupakan senyawa yang bersifat semi titik leleh tidak lebih dari 2oC. Hasil uji
polar. titik leleh menunjukkan kristal mulai
Kristal kemudian diuji meleleh pada suhu 1340C hingga
kemurniannya dengan metode KLT meleleh keseluruhan pada suhu 1350C.
sistem tiga eluen dengan perbandingan Hasil ini membuktikan bahwa kristal
dan pelarut yang berbeda. Hal ini yang diperoleh telah murni dan
dilakukan untuk memastikan kemurnian memiliki titik leleh yang tinggi.
dari suatu kristal yang ditunjukkan Beberapa studi literatur ditemukan
dengan munculnya satu noda pada tiap bahwa kristal dengan titik leleh tinggi
KLT. Eluen pertama yaitu dan berada pada kisaran 120-1700C
kloroform:etil asetat (8:2) dengan Rf diidentifikasi merupakan senyawa
0,80 yang nampak dengan golongan steroid seperti yang tampak
menggunakan penampak noda CeSO4 pada tabel 4.3. Berdasarkan hal tersebut
2%. Eluen selanjutnya yaitu dengan n- maka dapat mendukung bahwa kristal
heksan:kloroform (1:9) dengan Rf 0,56

8
yang diperoleh merupakan senyawa Tabel 4.4. Hasil uji pereaksi pada
golongan steroid. kristal murni
Tabel 4.3. Titik leleh beberapa senyawa Pereaksi Hasil Keterangan
steroid yang telah ditemukan Warna
Liebermann- kuning + Steroid
Senyawa Titik
Sumber Burchard kehijauan
steroid leleh

Nunuk,H (2008) Warna


dan Gaffar,I FeCl3 hijau - Flavonoid
β- muda
1260C (2010) pada
sitosterol
tumbuhan
Dragendroff Orange - Alkaloid
K.hospita Linn

β- 1300C Dini,I (2006) Wagner Kuning - Alkaloid


sitosterol pada tumbuhan
Dari hasil uji pereaksi didapatkan
K.hospita Linn
bahwa kristal positif steroid yang
Steroid Saleh,Chaerul menunjukkan warna pereaksi
(stigmast 170- (2009) pada Liebermann-Burchard berubah warna
erol) 1710C tumbuhan Aegle menjadi kuning kehijauan.
marmelos L. Uji Spektroskopi
Uji spektroskopi dilakukan
Pince,Salempa dengan menggunakan spektroskopi
(2011) pada Inframerah Prestige-21 dengan metode
β- 130- tumbuhan pellet KBr dan spektroskopi UV-Vis.
sitosterol 1310C Pterospermum Spektroskopi Inframerah (IR) dapat
subpeltatum digunakan untuk mengidentifikasi suatu
C.B.Rob. senyawa yang belum diketahui karena
spektrum yang dihasilkan spesifik untuk
senyawa tersebut. Kromatogram hasil
Kristal yang telah dinyatakan murni
spektroskopi IR dari kristal A32
kemudian ditentukan jenis golongan
senyawanya dengan menggunakan
beberapa pereaksi yaitu Liebermenn-
Burchard, FeCl3, Dragendroff dan
Wagner. Hasil ujinya dapat dilihat pada
Tabel 4.4.

Spectrum inframerah Kristal A32

9
Daerah serapan dari spektrum 2958,2935,2864 sedangkan pada
IR yang tampak menunjukkan adanya senyawa β-sitosterol yang berhasil
beberapa komponen senyawa pada diidentifikasi berada pada daerah 3412
panjang gelombang (cm-1) yakni 1058, dan 3453 untuk gugus OH sedangkan
1377, 1462, 1643, 2864, 2935, 2958 dan untuk gugus C-H yaitu 2956,3935,2866
3446. Uji spektoskopi dengan dan 2936 sementara untuk senyawa
Inframerah pada daerah serapan 3446 stigmasterol berada pada 3429 dan
cm-1 spektrum ulur yang menunjukkan 2956,2871. Hal yang sama juga
adanya gugus O-H yang didukung ditunjukkan pada daerah serapan lain
dengan adanya satu spektrum pada yang menunjukkan daerah hampir sama
bilangan gelombang 1058 cm-1 yang dengan serapan kristal yang diperoleh.
menunjukkan adanya gugus C-O. Pada Berdasarkan hal-hal tersebut sehingga
daerah serapan 1462 dan 1377 dapat disimpulkan bahwa kristal yang
menunjukkan adanya gugus C-H tekuk diperoleh merupakan senyawa steroid.
yang didukung adanya serapan tajam Data lengkap dari spektrum IR pada
yang tampak pada daerah gelombang senyawa steroid yang berhasil
2958, 2935 dan 2864 cm-1 yang diidentifikasi dapat dilihat pada tabel
mengidentifikasi adanya gugus C-H. 4.5
Kemudian pada daerah serapan 1643 Tabel 4.5. Daerah spektrum IR senyawa
menunjukkan adanya gugus C=C. Data steroid yang telah diidentifikasi
dari spektrum IR tersebut menunjukkan Jenis Daerah Gugus
gugus fungsi yang banyak terdapat pada senyawa spektrum IR fungsi
senyawa metabolit sekunder. Akan -1
(cm )
tetapi dari beberapa studi literatur Steroid 3429 O-H ulur
menunujukkan bahwa spektrum- (stigmaste 1054 C-O
spektrum seperti uraian diatas rol) 2956 dan C-H ulur
merupakan senyawa golongan steroid. 2871 C-H
Beberapa senyawa steroid tersebut yaitu 1371 dan tekuk
β-sitosterol yang berhasil diidentifikasi 1460
pada tumbuhan yang sama (K.hospita β- 3412 O-H
Linn) dan pada tumbuhan sitosterol 1049 C-O ulur
P.subpeltatum C.B.Rob serta senyawa 2956,2935 C-H ulur
yang diduga stigmasterol diidentifikasi dan 2866 C-H
pada tumbuhan A.marmelos L. 1462 dan tekuk
menunjukkan spektrum hampir sama 1379 C=C
dengan spektrum dari kristal yang 1664
diperoleh khususnya pada serapan yang β- 3453 O-H
mengidentifikasi adanya gugus OH dan sitosterol 1050 C-O
C-H dimana kristal yang diperoleh 2936 C-H
berada pada daerah 3446 dan

10
1465 dan C-H bentuk spektrum Inframerah yang
1382 tekuk relatif sama dengan senyawa steroid
1635 C=C yang telah ditemukan, serta didukung
dengan titik leleh tinggi yaitu 134-
Hasil uji spektroskopi UV-Vis 1350C.
dengan daerah serapan spektrum
maksimum berada pada panjang KESIMPULAN
gelombang 214,80 nm menunjukkan Berdasarkan hasil penelitian
tidak adanya kromofor atau bukan telah diisolasi satu senyawa murni yang
merupakan senyawa fenolik. diidentifikasi sebagai senyawa steroid
Kromatogram spektrum hasil UV-Vis. dari ekstrak metilen klorida kulit batang
Paliasa (K. hospita Linn). Didukung
oleh beberapa data antara lain, uji
pereaksi dengan Liebermann-Burchard
yang positif steroid, data spektroskopi
IR yang menunjukkan adanya gugus
OH dan C-H serta memiliki titik leleh
134-1350C.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad,S.A,. 1986. Kimia Organik
Bahan Alam. Jakarta: Karunika
Jakarta Universitas Terbuka
Alfian,N.,dkk. 2004. Isolasi dan
Spectrum UV-VIS Kristal A32 Identifikasi Konstituen Organik
Metode spektroskopi UV-VIS Tanaman Daun Paliasa,
membahas tentang interaksi Radiasi Kleinhovia hospita Linn. pada
Elektro Magnetik (REM) monokromatis Kelarutan Berdasarkan
dengan molekul pada daerah panjang Kelompok Polaritasnya. Marina
Chimica Acta. Vol 5(2). Jurusan
gelombang dekat (190-380 nm) sampai
Kimia FMIPA Universitas
daerah panjang gelombang sinar tampak Hasanuddin. Makassar.
(380-780 nm). Dini, I. 2006. Bioaktifitas ekstrak Kulit
Uraian diatas menunjukkan Batang Tumbuhan Paliasa
bahwa kristal yang diperoleh (Kleinhovia hospital Linn.)
merupakan senyawa golongan steroid terhadap Artemia salina Leach.
hal ini sesuai dengan kristal yang Jurnal Chemica Edisi khusus
seminar Nasional Jurusan Kimia
diperoleh berbentuk jarum berwarna
FMIPA UNM tahun 2006.
putih bening. Berdasarkan uji pereaksi Makassar.
dengan Liebermann-Burchard yang Gaffar, Imran., dkk. 2008. Senyawa
berwarna kuning kehijauan triterpenoid asam-3-asetoksi-
menunjukkan senyawa steroid dan 12-oleanen-28-oat dari Ekstrak

11
Metilen Klorida pada Tumbuhan hospita Linn”. Plant Reseorces
(Kleinhovia hospita Linn). of South-east Asia No.II.
Jurnal Informasi Teknologi. Vol Nunuk,H.S, dkk. 2008. Coumarin and
14(2). Makassar: Universitas Steroid Compound from stem
Hasanuddin. bark of Kleinhovia hospita Linn.
. 2010. Senyawa Di-(2- Proceeding of the International
etilheksil Ftalat) Dalam Fraksi Seminar on Chemistry 2008.
Metilen Klorida Ekstrak Jaringan Jatinangor.
Kayu Batang Tumbuhan Pince, Salempa. 2011. Bioaktifitas
Kleinhovia hospita Linn. Jurnal Antibakteri dan Metabolit
Kimia FMIPA. Vol 14(2). Sekunder Prospektif dalam
Universitas Haluoleo Kendari. Kayu Akar Pterospermum
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: subpeltatum C.B.Rob. Tesis
Penuntun Cara Modern Pascasarjana. Universitas
Menganalisis Tumbuhan. Hasanuddin. Makassar.
Bandung: Institut Teknologi Raflizar, 2000. Dekok Daun Paliasa
Bandung (Kleinhovia hospita Linn)
Hasni, 2002. Pengaruh Infus Daun Sebagai Obat Radang Hati Akut.
Paliasa (Kleinhovia hospita Badan Litbang Kesehatan
Linn.) Terhadap Traspor Aktif Jakarta.
Glukosa pada Usush Halus Robinson, T. 1995. Kandungan Organik
Marmut. Skripsi tidak Tumbuhan Tinggi. Bandung:
diterbitkan. Makassar: Jurusan Institut Teknologi Bandung.
Farmasi Fakultas MIPA Saleh, Chairul. 2009. Isolasi dan
Universitas Hasanuddin. Identifikasi Senyawa Steroid
Hendayana, S. 1994. Kimia Analitik Dari Kulit Batang Tumbuhan
Instrumen. Semarang: IKIP Maja (Aegle marmelos L).
Semarang Press Jurnal Kimia Mulawarman. Vol
Herlina. 1993. Pengaruh Infus Daun 7(1). Samarinda
Kayu Paliasa Klenhovia hospita Sastrohamidjojo, H. 1991. Spektoskopi.
Linn. Terhadap Penurunan Yogyakarta: Liberty
Kadar Glukosa Darah Kelinci. . 1995. Sintesis
Skripsi tidak diterbitkan. Bahan Alam. Yogyakarta:
Makassar: Jurusan Farmasi Gadjah Mada University Press.
Fakultas MIPA Universitas Steenis, C.G.G.J.v. 2003. Flora,
Hasanddin. cetakan ke-9. PT. Jakarta : Pradnya
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Paramita.
Indonesia, Departemen Suryawati, 1991. Pengaruh Pemberian
Kehutanan, Jakarta, Indonesia. Ekstrak daun Paliasa
Hoffmann, D. 2003. Medical Klenhovia hospita Linn.
Herbalism: The Science and Terhadap Hati Hewan Uji
Practice of Herbal Medicine. Mencit. Skripsi tidak
Library of Congress. diterbitkan, Ujung Pandang:
Cataloging-in-Publcation Data. Jurusan Farmasi Fakultas MIPA
Latiff, A., Faridah, H.I., L.J.G Van den Universitas Hasanuddin.
Maese, 1997. “Kleinhovia

12
Sutrisno. 2011. Spektroskopi Molekul
Organik. Malang: Cakrawala
Indonesia
Taebe, B., 2004. Standarisasi Ekstrak
Daun Paliasa (Kleinhovia
hospita Linn) Sebagai Bahan
Baku Sedian Fitofarmaka.
Makalah disajikan dalam
seminar hasil penelitian pada
Pascasarjana Universitas
Hasanuddin. Makassar 23
Pebruari.
Tobo, F. 2001. Fitokimia I (Ekstraksi
Komponen Kimia Bahan Alam).
Makassar: Lab. Fitokimia
FMIPA Universitas Hasanuddin
Ulfa, Maria. 2007. Isolasi dan
Bioaktivitas Senyawa
Fenilpropanoid dari Ekstrak
Kulit Batang Kleinhovia hospita
Linn. Jurnal kimia: Universitas
Mataram.
Wiwi, 2005. Eksplorasi Senyawa Kimia
Daun Paliasa (Kleinhovia
hospita Linn.) Pada Fraksi Aktif
Metilenklorida. Skripsi tidak
diterbitkan. Makassar: Jurusan
Kimia, Fakultas MIPA
Universitas Hasanuddin.
Zenta, F. 1999. Teknik Laboratorium
Kimia Organik. Makassar:
Laboratorium Kimia Organik
Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Hasanuddi

13
14

Anda mungkin juga menyukai