Anda di halaman 1dari 4

Jurnal Zarah, Vol. 5 No.

2 (2017), Halaman 48-51

ISOLASI FLAVONOID DARI BIJI KAKAO (Theobroma cacao)

Bustanul Arifin*, Afrizal, Hasnirwan, Rio Rinaldo

Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam, Jurusan Kimia FMIPA,


Universitas Andalas Padang

email : ba_arifin@yahoo.co.id

ABSTRAK

Telah dilakukan isolasi senyawa flavonoid dari biji cacao (Theobroma cacao) pada fraksi etil
asetat. Isolasi dilakukan dengan maserasi menggunakan metanol dan dilakukan fraksinasi dengan
n-heksan dan etil asetat. Fraksi etil asetat dilakukan kolom kromatografi bertekanan tinggi (flash
colom chromatografphy). Hasil isolasi berupa kristal bewarna kuning dan telah memberikan noda
tunggal dengan beberapa eluen menggunakan kromatografi lapisan tipis (TLC). Kromatografi
kertas dua arah didapatkan Rf 0,45 menggunakan eluen BAA (4:1:5) dan Rf 0,48 menggunakan
eluen asam asetat 15%. Spektroskopi ultraviolet dengan menggunakan pelarut metanol
memberikan serapan pada λmaks 281 dan 328 nm. Menggunakan pereaksi geser NaOCH3 serapan
λmaks 290 dan 411 nm, AlCl3 λmaks 293 dan 385 nm dan HCl λmaks 280 dan 330 nm, NaOOCCH3
serapan λmaks 281 dan 330 nm dan H3BO3 serapan λmaks 295 dan 381 nm. Spektroskopi infra merah
(IR) memberikan serapan pada angka gelombang 3407,6; 2360,4; 1663,3; 409,8 cm-1. Berdasarkan
data tersebut diperkirakan senyawa hasil isolasi dari λmaks 281 dan 328 nm adalah suatu flavonol
yang tersubstitusi dengan gugus hidroksi pada posisi 7, 3’ dan 4’.

Kata kunci: isolasi, flavonoid, cacao

PENDAHULUAN Kandungan kimia yang memberikan


Kekayaan alam yang melimpah pada efek fisiologi dan farmakologi lebih dikenal
sumber daya alam hayati, telah dimanfaatkan dengan senyawa aktif. Senyawa aktif ini
oleh masyarakat Indonesia untuk berbagai merupakan hasil metabolisme sekunder dari
keperluan, antara lain sebagai bahan baku tumbuhan itu sendiri dimana penyebaran dan
industri, pangan dan sebagai obat. Banyak jenis jumlahnya dalam tiap bagian tumbuhan tidak
tumbuhan yang sudah dimanfaatkan sejak lama sama. Hal ini mendorong para ahli untuk
sebagai makanan dan obat–obatan tradisional melakukan penelitian tentang isolasi, sintesis, uji
tapi belum diketahui senyawa kimia yang bioaktifitas dan pemanfaatannya lebih lanjut
terkandung di dalamnya (Gunawan dkk, 1983; (Gunawan dkk, 1983; Achmad dkk, 1990;
Achmad dkk, 1990). Geissman, 1962).
Penggunaan tumbuhan obat untuk Salah satu tumbuhan yang digunakan
menyembuhkan berbagai macam penyakit telah sebagai bahan makanan dan obat tradisional
lama dilakukan manusia. Hal ini mendorong adalah biji kakao. Bagian biji kakao banyak
para ahli untuk mengkaji kandungan tumbuhan dimanfaatkan oleh masyarakat yang berguna
tersebut yang berperan sebagai sumber obat. sebagai antioksidan yang dapat mengurangi
Sampai saat ini masih banyak potensi tumbuhan pembentukan radikal bebas penyebab kanker.
obat yang belum diteliti. Dari sekian banyak Kakao juga mengandung senyawa bioaktif yang
spesies tumbuhan, hanya sedikit yang telah bermanfaat mencegah terjadinya penimbunan
dikaji secara fitokimia dan lebih sedikit lagi kolesterol pada dinding pembuluh darah
yang telah mengkaji aktivitas biologis dan (Achmad dkk, 1990).
farmakologisnya (Gunawan dkk, 1983; Achmad Biji kakao mengandung banyak
dkk, 1990). senyawa kimia seperti glukosa, fruktosa,
sukrosa, tanin, lemak dan protein. Sedangkan

p-ISSN: 2354-7162 | e-ISSN: 2549-2217


website: ojs.umrah.ac.id/index.php/zarah
Jurnal Zarah, Vol. 5 No. 2 (2017)| 49

metabolit sekunder yang ada pada tanaman ini yang diisolasi adalah biji kakao (Theobroma
seperti steroid, terpenoid, fenolik, kumarin, cacao).
alkaloid dan flavonoid. Penelitian yang telah
dilaporkan bahwa dalam biji kakao terdapat Uji Pendahuluan Flavonoid
flavonoid, merupakan antioksida yang sangat Sampel segar daun sebanyak 2 gram dipotong
bagus (Achmad dkk, 1990). halus, dimasukkan ke dalam sebuah tabung
Berdasarkan hal tersebut di atas serta reaksi, kemudian dimaserasi dengan metanol
kandungan senyawa aktif yang telah dilaporkan, dan dipanaskan di atas penangas air selama 15
maka penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi menit. Hasil maserasi dalam kondisi panas
salah satu dari senyawa metabolit sekunder disaring dan dimasukan ke dalam tabung reaksi
tersebut yaitu flavonoid. Penelitian ini dilakukan lainnya. Tambahkan beberapa tetes larutan HCl
dengan metoda ekstraksi secara maserasi dengan pekat dan beberapa butir bubuk Mg ke dalam
menggunakan pelarut metanol, fraksinasi ekstrak metanol. Terbentuknya warna merah
dengan n-heksan dan etil asetat, pemisahan dan menandakan adanya senyawa flavonoid
pemurnian komponen kimia dengan (Harbone 1987a, 1987b; Harbone dkk 1975).
kromatografi, serta karakteristisasi senyawa
dengan melakukan pemeriksaan secara Isolasi Senyawa Flavonoid
konvensional dan spektrofotometri. Sampel dimaserasi pada temperatur
Penelitian ini bertujuan untuk kamar menggunakan pelarut metanol beberapa
mengisolasi, mengidentifikasi dan kali sampai ekstraksi sempurna. Hasil maserasi
mengkarakterisasi senyawa flavonoid dari biji dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu
kakao (Theobroma cacao). Masalah yang 400C. Ekstrak pekat tersebut difraksinasi dengan
dibahas pada penelitian ini adalah mengisolasi n-heksana, kemudian dilanjutkan fraksi dengan
senyawa flavonoid. kemudian diidentifikasi etil asetat. Setiap fraksi yang didapatkan
jenis flavonoid yang didapatkan. Jenis flavonoid dilakukan uji terhadap senyawa flavonoid.
hasil isolasi dikarakterisasi untuk Fraksi yang positif flavonoid (fraksi etil asetat)
memperkirakan struktur senyawa tersebut. dipekatkan dengan rotary evaporator.
Ekstrak pekat dari fraksi etil asetat
METODE PENELITIAN sebanyak 5 gram dilakukan kolom kromatografi
Alat dan Bahan bertekan tinggi menggunakan eluen n-heksana,
Peralatan yang digunakan untuk etil asetat dan metanol dengan sistim kepolaran
pengerjaan isolasi adalah seperangkat alat bertingkat. Hasil kromatografi kolom tersebut
distilasi, seperangkat alat rotary evaporator selanjutnya diuji dengan KLT dengan
(Betracher Lamag), lemari pengering atau oven menggunakan pengungkap noda uap yodium.
(Fisher Scientific Isotemp oven, model 630 F), Untuk fraksi yang mempunyai pola noda dan
lampu UV(λ = 254 nm dan 366 nm), melting harga Rf yang sama digabung menjadi satu
point apparatus (Fisher Jhon), spektrofotometer fraksi dan selanjutnya dipekatkan dengan rotari
UV-Vis (Type UV-160 A; Shimadzu), kolom evaporator. Frakri yang positif flavonoid
kromatografi (50 cm x 2,5 cm i.d), plat KLT dilakukan kolom kromatografo kembali dengan
(silika gel 60 F254), gelas ukur berbagai ukuran, berbagai eluen dengan sistem kepolaran
botol berbagai ukuran, chamber, plat tetes, beryingkat.
corong pisah, kapiler, alumunium foil, Fraksi yang diperoleh dilakukan uji
kromatografi kertas dan kertas saring. flavonoid dan dilakukan kromatografi kertas
Bahan-bahan yang digunakan untuk uji untuk menentukan adanya senyawa flavonoid.
fitokimia adalah HCl pekat, logam Mg, asam Fraksi yang positif terhadap uji flavonoid
asetat, logam natrium, AlCl3, natrium asetat, dimurnikan dengan kromatografi kertas
H3BO3, aseton, akuades. Sedangkan bahan- preparatif menggunakan eluen n-butanol:asam
bahan untuk pengerjaan isolasi adalah biji kakao asetat:air (4:1:5). Hasil isolasi senyawa yang
(Theobroma cacao), metanol, etil asetat, n- didapatkan dilakukan karakterisasi untuk
heksana dan silika gel 60 F254. mengetahui strukturnya (Harbone 1987a,
1987b).
Persiapan Sampel
Sampel diambil di kota Pariaman, Karakterisasi senyawa hasil isolasi
Propinsi Sumatera Barat sebanyak 2 kg. Bagian Untuk menentukan golongan
flavonoid, hasil isolasi diperiksa dengan metoda
50 | Jurnal Zarah, Vol. 5 No. 2 (2017)

kropmatografi kertas 2 arah, dengan eluen pergeseran batokromik sebesar 83 nm dan pita II
campuran n-butanol, asam asetat, dan air (4 : 1 : pergeseran batokromik sebesar 9 nm , setelah
5) serta asam asetat 15 %. Kemudian penambahan pereaksi geser NaOMe. Hal ini
dibandingkan dengan kromatogram standar. menindikasikan bahwa senyawa flavonoid hasil
Untuk menentukan strukturnya digunakan isolasi tidak memiliki gugus –OH yang
analisis spektroskopi spektrofotometer tersubtitusi pada cincin B, kemungkinan adanya
ultraviolet dan infra merah. Khusus untuk gugus hidroksi pada cincin A.
spektofotometer ultraviolet dilakukan Penambahan AlCl3 akan membentuk
penambahan pereaksi geser natrium metoksida komplek yang tahan asam antara gugus hidroksi
(NaOCH3), alumunium klorida/asam klorida dan keton, dan komplek yang tidak tahan asam
(AlCl3/HCl) dan natrium asetat/asam borat antara gugus hidroksi yang bertetangga (gugus
(NaOOCCH3/H3BO3) (Harbone 1987a, 1987b). orto-hidroksi). Jadi spektrum AlCl3 berguna
untuk menditeksi 5-OH dan orto-dihidroksida.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sedangkan penambahan HCl akan memutus
Salah satu metabolit sekunder yang kompleks yang tidak tahan asam, jadi spektrum
terdapat dalam sampel adalah senyawa AlCl3/HCl hanya merupakan pengaruh gugus
flavonoid. Hal ini dibuktikan dengan Sianidin hidroksi-keto dan mendeteksi ada atau tidaknya
test menggunakan HCl pekat dan bubuk Mg 5-OH saja.
menghasilkan warna merah muda. Fraksi etil Spektrum UV senyawa hasil isolasi
asetat memberikan warna merah dengan dengan penambahan AlCl3, terjadi pergeseran
pereaksi Mg/HCl berarti mengandung senyawa batokromik sebesar 57 nm dan pita II pergeseran
flavonoid. batokromik sebesar 12 nm, menunjukan tidak
Fraksi etil asetat dilakukan kolom adanya gugus hidroksi yang berdekatan dengan
kromatografi, hasil kromatografi kolom gugus keton, dan gugus orto-dihidroksi pada
ditampung dalam vial 10 mL dan di KLT. cincin B. Hal ini diperkuat dengan tidak adanya
Berdasarkan hasil KLT, fraksi-fraksi yang pergeseran setelah penambahan AlCl3/HCl.
memiliki pola noda dan Rf yang sama digabung Penambahan pereaksi geser yaitu
diperoleh 8 fraksi. Fraksi yang mengandung NaOAc merupakan basa yang lebih lemah dari
flavonoid adalah fraksi 5, 6, dan 7, sedangkan pada NaOMe, karena itu spektrum NaOAc
fraksi lainnya mengandung flavonoid. hanya dapat mendeteksi ada atau tidaknya gugus
Selanjutnya dilakukan pemurnian terhadap hidroksi yang paling asam, terutama untuk
fraksi 5 dengan kromatografi kolom kembali dan gugus 7-OH atau yang setara. Spektrum
diperoleh 4 fraksi. Fraksi yang mengandung NaOAc/H3BO3 berguna untuk mendeteksi ada
flavonoid adalah fraksi 1, 2 dan 4 sedangkan atau tidaknya gugus orto-dihidroksi antara 2
fraksi 3 tidak mengandung flavonoid. gugus hidroksi paling asam berdekatan (6,7-OH
Selanjutnya fraksi 1 dilakukan pemurnian atau 7,8-OH pada cincin A dan 3’,4’-OH pada
dengan kromatografi kertas preparatif cincin B), karena NaOAc/H3BO3 menjembatani
menggunakan eluen n-butanol:asam asetat:air kedua gugus tersebut.
(4:1:5). Dari spektrum UV senyawa hasil isolasi
Hasil kromatografi kertas preparatif dengan penambahan NaOAc didapatkan
diperoleh senyawa murni kristal/bubuk bewarna pergeseran batokromik sebesar 2 nm, hal ini
kuning. Senyawa hasil isolasi memberikan noda diperkirakan karena adanya 7-OH. Setelah
tunggal dengan eluen yaitu eluen n-heksana : etil penambahan NaOAc/H3BO3 terjadi pergeseran
asetat (5 : 5) Rf 0,45 eluen n-heksana : etil asetat batokromik sebesar 53 nm dan pita II pergeseran
(2 : 8) Rf 0,55 eluen etil asetat : aseton (5 : 5) batokromik sebesar 14 nm, diperkirakan karena
Rf 0,75 serta etil asetat : metanol (1 : 1) Rf 0,88. adanya orto-dihidroksi pada cincin B. Data ini
Kromatografi kertas dua arah didapatkan Rf diperkuat dengan pereaksi geser AlCl3/HCl.
0,45 menggunakan eluen BAA (4:1:5) dan Rf Mengacu pada hasil analisa preaksi
0,48 menggunakan eluen asam asetat 15%. geser terhadap spektrum UV senyawa hasil
Sedangkan senyawa hasil isolasi isolasi, maka diperkirakan bahwa senyawa ini
memberikan puncak pada panjang gelombang termasuk jenis senyawa flavonol yang memiliki
328 nm sebagai puncak I dan 281 nm sebagai gugus hidrokksi pada posisi 7, 3’ dan4’.
puncak II. Bila menggunakan pereaksi geser Spektrum IR senyawa hasil isolasi
maka akan berpeluang mengalami pergeseran serapan melebar pada angka gelombang 3407,6
panjang gelombang. Pada pita I terjadi cm-1 yang merupakan gugus OH dan diperkuat

50
Jurnal Zarah, Vol. 5 No. 2 (2017)| 51

dengan adanya serapan yang kuat pada daerah Untuk lebih sempurnanya penelitian ini, maka
sidik jari 1054 cm-1, yang Khas untuk gugus C- dapat disarankan penelitian ini lebih lanjut
O alkohol. melakukan pengukuran spektroskopi massa dan
Munculnya serapan pada angka spektroskopi NMR serta uji efek fisiologis dan
gelombang 1663,3 cm-1 menindikasikan adanya farmakologis terhadap senyawa hasil isolasi.
gugus C=O, yang khas untuk keton siklik. Pada
angka panjang gelombang 1610 cm-1 DAFTAR RUJUKAN
memperlihatkan adanya gugus C=C aromatik, Achmad, S.A., E.H. Hakim dan L. Makmur.
adanya cincin benzen pada 409,8 cm-1, adanya (1990). Flavonoid dan Phyto Medica,
C-H alifatis pada angka gelombang 2932 cm-1, Kegunaan dan Prospek. Phyto Medica,
dan pada angka gelombang 1026 cm-1 Vol. I.
memperlihatkan adanya serapan stretching C-O- Cody, V. , E. Middleton, J. B. Harborne and
C.
A. Berezt. (1987). Flavonoids in
Senyawa hasil isolasi dengan
kromatografi kertas 2 arah dengan eluen n- Biology and Medicine II, Biochemical
butanol:asam asetat:air (4:1:5) Rf 0,45 dan asam Celluler and Medicinal Properties.
asetat 15% Rf 0,48. Pola noda yang dihasilkan Alan R. Liss, Inc. , New York.
dibandingkan indentik dengan flavonol-O- Geissman, T. A.. (1962). The Chemistry of
glikosida. Flavonoid Compunds. Pergamon Press,
Berdasarkan hasil penerjemahan New York.
spektrum yang dihasilkan, senyawa hasil isolasi Gunawan, D . , Dj. Wahyono, I. A. Donatus,
pada sistem deteksi UV, IR, dan KKt 2 arah Taroeno dan Mulyono. (1983). Risalah
menunjukan bahwa senyawa hasil isolasi Simposium Penelitian Tumbuhan Obat III,
merupakan senyawa flavonol yang memiliki Proceeding: Simposium Penelitian
gugus OH pada posisi 7, 3’ dan 4’. Tumbuhan Obat Indonesia, Yogyakarta,
12-15 September 1983, Fakultas Farmasi
KESIMPULAN Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Harbone, J.B. (1987a). Metoda Fitokimia,
terhadap biji kakao, maka dapat disimpulkan Terbitan ke-2 ITB, Bandung.
bahwa: Harbone, J. B. , T.J.. Mabry and H. Mabry.
1. Hasil isolasi dari fraksi etil asetat (1975) The Flavonoids, Chapman and
diperoleh senyawa flavonoid berupa
Hall, London.
bubuk berwarna kuning, hasil
kromatografi lapisan tipis dengan Harbone, J.B. (1987b). Phytochemical
eluen n-heksana:etil asetat (5 : 5) Methods (Metoda Fitokimia, Penuntun
memberikan harga Rf 0,45 Cara Moderen Menganalisis
menggunakan eluen n-heksana : etil Tumbuhan), Terbitan ke-2,
asetat (2 : 8) Rf 0,55 dengan eluen etil diterjemahkan oleh Kosasih
asetat : aseton (5 : 5) Rf 0,75 serta etil Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung.
asetat : metanol (1 : 1) Rf 0,88.
2. Senyawa hasil isolasi dengan
kromatografi kertas dua arah
didapatkan Rf 0,45 menggunakan
eluen BAA (4:1:5) dan Rf 0,48
menggunakan eluen asam asetat 15%.
3. Analisa data pemeriksaan kimia,
kromatografi kertas 2 arah,
spektrometri UV dan IR disimpulkan
bahwa senyawa hasil isolasi adalah
senyawa flavonoid golongan flavonol.
4. Analisa spektrum UV dengan pereaksi
geser menunjukkan bahwa senyawa
flavon memiliki gugus OH pada posisi
C7, C3’, dan C4’.

Anda mungkin juga menyukai